Beberapa kebakaran besar terjadi di Bukittinggi akhir-akhir ini, termasuk di Pasar Atas dan Pasar Aur Kuning, menyebabkan kerugian ekonomi dan psikologis. Dokumen ini menganalisis pelajaran yang dapat diambil dari kebakaran tersebut, seperti perlunya perencanaan tata ruang yang lebih baik untuk mencegah kemacetan akses pemadam kebakaran, perbaikan sistem listrik yang rentan menimbulkan hubungan pendek, serta perlu d
1. Terbit di Harian Singgalang (20-11-17)
Pelajaran Berharga dari Beberapa Kebakaran di
Bukittinggi
Oleh: Supriadi
Dosen Perencanaan IAIN Bukittinggi
Belum hilang dari ingatan, bencana kebakaran beberapa waktu lalu (31 Oktober
2017) yang menghanguskan Blok A, B dan C Pasar Atas Bukittinggi, hari ini Jumat 17
November 2017 sekitar jam 04.45, giliran Pasar Konveksi Aur Kuning yang dilalap si
jago merah, menghanguskan blok D dan E dengan puluhan petak pertokoan.
Beberapa waktu sebelum Pasar Atas terbakar, telah terjadi pula sejumlah
kebakaran, meskipun tidak sebesar dua kejadian terakhir, seperti yang terjadi di sebuah
ruko kosong depan simpang Hotel Pusako, sebuah toko fasion di kompleks pertokoan
Jambu Air dan kompleks pertokoan Skrikandi di Pasar Bawah.
Sepertinya Kota Bukittinggi akhir-akhir ini sedang dikepung bencana kebakaran
dari berbagai sudut kota, setelah ini entah pusat pertokoan, perumahan atau pusat
perkantoran mana lagi yang akan jadi korban.
Kini Pasar Atas, Pasar Aur Kuning dan beberapa tempat yang telah terbakar,
tinggal puing-puing, kesedihan dan menyisakan banyak persoalan, di antaranya;
menurunnya aset ekonomi kota, kesejahteraan pedagang, hingga pengangguran
karyawan toko yang kehilangan pekerjaan.
Di balik dampak, tentunya kejadian tersebut, hendaknya menjadi pelajaran
berharga bagi banyak pihak, khususnya Pemda Kota Bukittinggi, pemegang kebijakan
Kota Bukittinggi, maupun masyarakat kota itu sendiri untuk memperbaiki agar
pembangunan sarana-sarana umum dan fasilitas kota betul-betul berwawasan mitigasi
bencana. Pelajaran tersebut terurai sebagai berikut:
Pelajaran Pertama, pembangunan sarana umum, fasilitas kota, pusat
perbelanjaan, pusat perkantoran dan lain sebagainya, hendaknya mempertimbangkan
tata ruang kota.
Sebenarnya pembangunan Pasar Atas dan Pasar Aur Kuning telah memenuhi
persyaratan tata kota, dengan terdapatnya ruas jalan yang cukup lebar di sekeliling blok
yang ada, yang memungkinkan bila pada kondisi tertentu dapat dilewati kendaraan
seperti mobil pemadam kebakaran, ambulance dan sebagainya.
Hanya saja jalan tersebut dialihfungsikan menjadi petak-petak kios tidak
permanen yang sangat padat, inilah kemudian yang menjadi penghalang saat terjadinya
kebakaran di Pasar Atas dan Aur Kuning tersebut.
Dari sisi estetika, petak-petak kios ini sangat merusak pemandangan, dengan
dinding dan atap yang warna-warni, kusam dan ada yang telah sobek, ada yang dari
2. bekas spanduk caleg atau iklan rokok, sungguh bagi mata wisatawan, ini merupakan
pemandangan yang merusak citra Bukittinggi sebagai Kota Wisata.
Saat terjadi kebakaran, jalan yang semestinya bisa dilewati mobil Damkar dengan
mudah dan cepat, justru menghalangi akses Damkar untuk cepat menyentuh titik api,
akibatnya kebakaran besar Pasar Atas dan Pasar Aur Kuning terlambat mendapat
penanganan.
Pemerintah Kota Bukittinggi harus tegas dalam masalah ini, dengan tidak
memberi izin kios-kios yang menempati jalan seputar Pasar Atas.
Pasar Atas dan Pasar Aur Kuning harus dibangun dengan tingkat yang lebih
banyak sehingga bisa menampung jumlah pedagang yang ada di kios-kios tersebut.
Dan yang paling penting adalah bentuk bangunan harus monumental, sehingga
bisa menjadi icon Bukittinggi ke depan, dan pada akhirnya akan menjadikan Bukittinggi
lebih indah dan nyaman untuk dikunjungi.
Pelajaran Kedua, hampir di setiap pasar tradisional di Indonesia, khususnya Pasar
Atas dan Aur Kuning Bukittinggi, memiliki sistem kelistrikan yang buruk, hal ini
terlihat dari usia jaringan listrik yang tertanan dalam tembok-tembok gedung sama
tuanya dengan usia gedung itu sendiri, sementara gedung sering mendapatkan
perawatan, tapi sistem kelistrikan nyaris luput dari perawatan.
Di samping itu kebiasaan buruk masyarakat yang suka menyambung-nyambung
jaringan listrik, dengan jaringan tambahan, yang bisa jadi menggunakan peralatan tidak
berstandar PLN/SNI, seperti kabel dan colokan murah, sungguh merupakan perbuatan
yang tidak dibenarkan oleh PLN dan menjadi pemicu terjadinya hubungan pendek.
Berbagai kondisi tentang buruknya perlakuan masyarakat terhadap jaringan listrik
ini, makin diperparah dengan adanya kios-kios di emperen pertokoan, atau sepanjang
jalan di antara pertokoan, baik di Pasar Atas, Pasar Aur Kuning atau Pasar lain di
Bukittinggi,
Kios-kios tersebut pada umumnya memanfaatkan listrik dengan cara menumpang
ke toko sebelah mereka yang memiliki jaringan utama dengan menggunakan jaringan
kabel terbentang antara toko ke toko yang sangat beresiko.
Hal ini sangat rawan untuk keamanan, sehingga dikhawatirkan tingginya resiko
terjadinya hubungan pendek, yang menjadi pemicu terjadinya kebakaran.
Di sisi lain, pihak terkait dalam hal ini PLN, tidak pernah melakukan razia
jaringan listrik ini di Pasar Atas atau Pasar Aur Kuning secara berkala, sehingga resiko
kebakaran yang diakibatkan oleh hubungan pendek bisa ditekan sejak dini.
Pelajaran Ketiga, Sarana pendukung keselamatan kota Bukittinggi masih jauh
dari wawasan mitigasi bencana, hal ini terlihat dari jumlah dan kualitas mobil Damkar
yang ada.
Sebenarnya ada program yang lebih efektif-strategis ketimbang penambahan
jumlah armada mobil Damkar yang notebane anggarannya tidak sedikit, yaitu Pemda
bekerjasama dengan PDAM dalam proyek fire hydrant, sehingga di setiap sarana
strategis kota terdapat sistem fire hydrant yang bisa digunakan kapanpun dan oleh
siapapun.
Di banyak kota besar dunia, kawasan-kawasan strategis mereka dipastikan
menggunakan sistem fire hydrant ini, mendampingi penggunaan tabung APAR/APAB
yang memiliki berbagai keterbatasan, sistem fire hydrant mereka anggap sebagai sarana
penting penanggulangan dini bencana kebakaran, dipasang sejalan dengan proyek pipa
air bersih, sehingga dinilai lebih ekonomis dan menghemat anggaran pengeluaran
daerah.
3. Dari segi pemanfaatannya pun, sistem fire hydrant ini sangat membantu, karena
dengan cepat dipastikan dapat digunakan pada setiap kasus kebakaran, saat api belum
membesar, sehingga tindakan penggulangan dini ini, tidak perlu menunggu kedatangan
mobil Damkar, yang terkesan oleh banyak masyarakat sering datang terlambat pada
beberapa kejadian.
Di setiap pusat pertokoan sejak dari kawasan perdagangan Jambu Air, Pasar Atas,
Pasar Putih, Pasar Lereng, Pasar Bawah, Pasar Aur Kuning, rumah sakit, perkantoran,
pemukiman padat, serta sarana strategis kota lainnya terdapat sistem fire hydrant. Setiap
saat hanya tinggal pasang slang yang telah tersedia, maka sumber air untuk melakukan
penanggulangan kebakaran dapat diperoleh dengan mudah dan cepat.
Bukittinggi sebagai kota terpadat, kota pusat ekonomi, kota destinasi pariwisata,
kota pendidikan, dan terakhir bercita-cita menuju smart city, selayaknya memiliki
perencanaan perkotaan yang bebas kebakaran. Idealnya dengan memiliki sistem fire
hydrant di berbagai tempat dan sarana publik strategis, maka kota Bukittinggi bisa
disebut Kota berwawasan mitigasi bencana.
Jika permasalahan di atas dapat diatasi, maka investor, tamu dan wisatawan akan
merasa nyaman berinvestasi, berkunjung dan berbelanja di kota ini, sehingga ekonomi
kerakyatan pun dapat terus ditingkatkan. Semoga!
*) Supriadi, SAg, MPd adalah Dosen Perencanaan di IAIN Bukittinggi, dan
pemerhati masalah sosial.
4. Nama Media
KLIPING PERS
SINGGATANG
Senin, io November zotT
(r Rabiul Awal LBg H)
Pelaiaran Berharga dari Beberapa
Kebakaran di Bukittinggi
supftr,&*r
(Dosen Perencanaan lAlN Bukittinggi)
BELUM hilang dari ingatan, bencana keba-
karan beberapa waktu lalu (31 oktober 2017)
yang menghanguskan Blok A, B dan C Pasar
Atas Bukittinggi, hari ini (lumat, 17 November
2017) sekitar jam 04.45, giliran Pasar Konveksi
Aur Kuning yang oilalap si jago merah, meng-
hanguskan Blok D dan E dengan puluhan petak
peftokoan.
, ,i'Beberapa waktu sebelum Pasar Atas
terbakaI telah terjadi pula sejumlah kebakaran,
meskipun tidak sebesar dua kejadian terakhir,
seperti yang terjadi di sebuah ruko kosong
depan simpang Hotel Pusako, sebuah toko
fasion di kompleks pertokoan Jambu Air dan
kompleks pertokoan Srikandi di Pasar Bawah.
Sepertinya K0ta Bukittrnggl akhir-akhrr ini
sedang dikepung bencana kebakaran dari
berbagai sudut kota, setelah lni entah pusat
pertokoan, perumahan atau pusat perkantoran
mana lagi yang akan jadi korban.
Kini Fasar Atas, Pasar Aur Kuning dan
beberapa tempat yang telah terbakar, tinggal
puing-puing, kesedihan dan menyisakan '
banyak persoalan, di antaranya; menurunnya
aset ekonomi kota, kesejahteraan pedagang,
hingga pengangguqah karyawan toko yang
kehilangan pekerjaan.
oibalik dampak, tentunya kejadian tersebut,
hendaknya menjadi pelajaran berharga bagl
banyak pihak, khususnya Pemda Kota Bukitr '
tinggi, pemegang kebijakan Kota Bukittinggi,
maupun masyarakat kota itu sendlri untuk
memperbaikl agar pembangunan sarana-
sarana umum dan fasilitas kota betul-betlrl
berwawasan mitigasi bencana. Pelajaran
Pelajaran Pertama, pembangunan sarana '
umum, fasilitas kota, pusat perbelanjaan, pusat
perkantoran dan lain sebagalnya, hendaknya
mempertimbangkan tata ruanS kota.
Sebenarnya pembangunan PasarAtas dan
PasarAur Kuning telah memenuhi persyaratan
tata kota, dengan terdapatnya ruas jalan yang
cukup lellar di sekellling blok yarg ada, yang
memungkinkan bila pada kondisi tertentu
dapat dilewati kendaraan seperti mobll
pemadam kebakaran, ambulance dan se-
bagainya.
gedung itu sendirl, sementara gedung sering
mendapatkan perawatan, tapi sistem keiis-
trikan nyai'is luilui dari perawatan.
Di samping itu, kebiasaan buruk masyarakat
yang suka menyambung-ryambung jaringan
listrik, dengan jarlngan tambahan yang bisa jadi
menggunakan peralatan tidak berstandar PLN/
SNI. Seperti kabel dan cotokan murah, sungguh
merupakan perbuatan yang tidak dibenarran
oleh PLN dan menjadi pemicu terjadinya
hubungan pendek.
Berbagai kondisi tentang buruknya perla-
kuan masyarakat terhadap jaringan Iistrik ini,
makin diperparah dengan adanya kios-kios di
emperan pertokoan atau sepanjang jalan dr
antara pertokoan, baik dl PasarAtas, PasarAur
Kuning atau pasar larn dr Bukiltrnggi,
Kios-kios tersebut pada umumnya meman
faatkan listrik dengan cara menumpang ke toko
sebelah mereka yang memiliki jaringan utama
dengan menggunakan jaringan kabel terben-
tang antara toko ke toko yang sangat beresiko.
Hal ini sangat rawan untuk keamanan,
sehingga dikhawatirkan tingginya resiro
terjadinya hubungan pendek, yang menjadi
pemicu terjadinya kebakaran. Di sisi lain, plhak
terkait dalam hal ini PLN, tidak pernah mela-
kukan razialarlngan listrik ini di PasarArasatau
Pasar Aur Kuning secara berkala. sehrngga
resiko kebakaran yang diakibatkan oleh
hubungan pendek bisa ditekan sejak dini.
Pelajaran'Ketiga, Sarana pendukung kese-
lamatan kota Bukittinggi masih jaul^ dari
wawasan mitigasi bencana, hal initerlihat dari
jumlah dan kualitas mobil Damkar yang ada.
Sebenarnya ada program yang lebih efektif-
strateSis ketimbang penambahan jumlah
armada mobil Damkar yang notcbane ang-
garannya tidak sedikit, yaitu Pemda bekerja
sama dengan PDAM dalam proyek flre hydrant,
sehingga di setiap sarana strategi5 (s13
terdapat sistem fire hydrant yang nisa di-
gunakan kapanpun darr oleh siapapun.
Dl banyak kota besar dunia. kawasan-
kawasan strategis mereka dipastikan meng'
gunakan sistem fire hydrant ini, mendampingi
penggunaan tabung APAR/APAB yang memiliki
berbagai keterbar-asan, sistem {ire hydrant
mereka anBgap sebagai sarana penting
penanggulangan dini Dencana keDakaran,
dipasang sejalan dengan proyek pipa air berslh,
sehingga dinilai lebih ekonomis dan neng-
hemai anggaran pengeluaran daerah.
Collected By Supriadi, S.Ag., M.Pd