11. Ketika anda melihat
atau atau
Anda tau etniknya dari pakaiannya
atau
atau
Anda tau asal rasnya karena bentuk
wajah, kulit, rambut, mata, dsb
atau
atau Anda tau siapa dia karena terkenal
11/20/18
12. Anda tidak tau persis etniknya, agamanya,
tingkat sosialnya, atau apapun mengenai
latar-belakangnya
13. Mereka akan datang dan
memilih anda sebagai dokternya
Anda ingin mereka hormat
dan menghargai anda
Anda ingin dapat mengenali
kebutuhan dan pandangan
mereka tentang kesehatan
Apapun latar- belakangnya, semua adalah manusia yang merupakan
pasien anda ingin dilayani sesuai dengan harapan mereka,
untuk menjadikan anda seorang dokter yang baik
dalam pandangan mereka
14.
15. KERAGAMAN INDONESIA
-
•
•
Race pendatang:
- Mongoloid
- Arab,
- Pakistan,
- India,
- Caucasoid, etc
653 etnik &
746 bahasa lokal
http://nbasis.files.wordpress.com/2011/06/peta-indonesia.gif
16. LATAR BELAKANG PASIEN
• Tidak dapat dihindari bahwa seorang dokter akan bertemu dengan
pasien dari berbagai latar belakang dengan ratusan bahkan ribuan
variasi karakteristik
• Karakteristik yang berbeda adalah:
• Ras dan etnis
• Gender dan identitas gender
• Orientasi seksual
• status ability/disability
• Agama and spirituality
• Usia
• Pendidikan formal
• Status sosial ekonomi
• kemampuan berbahasa
• Pengalaman individu
• Gaya hidup (interest, hobi, aktivitas, afiliasi)
• Dinamika keluarga
17.
18. Harris (1988) dalam Winkelman M. Culture and Health, Applying Medical Anthropology. USA: Jossey-Bass; 2009
19. Institusi kesehatan dan petugasnya melakukan:
(1) pemaknaan keberagaman,
(2) penilaian mawas diri,
(3) penatalaksanaan berdasarkan dinamika
keberagaman,
(4) merasa wajib mempelajari budaya di sekitarnya,
(5) berusaha beradaptasi terhadap perbedaan dan
konteks budaya individu dan komunitas yang
dilayani.
The Joint Commission: Advancing Effective Communication, Cultural Competence, and Patient- and Family-Centered Care: A Roadmap for Hospitals.
Oakbrook Terrace, IL: The Joint Commission, 2010.
20. Seseorang yang dikatakan berkompetensi budaya bila memiliki:
1. pengetahuan yang baik mengenai bagaimana sosial budaya dapat
membentuk tindakan, persepsi dan perilaku seseorang
2. kemampuan penilaian dan berkeinginan untuk mempelajari budaya
orang lain
3. pengetahuan khusus mengenai bahasa, kebiasaan dan nilai-nilai dari
suatu budaya
4. ketrampilan untuk merasa nyaman dan dapat berkomunikasi efektif
dengan orang lain yang berlatarbelakang sosial budaya berbeda
5. kewaspadaan terhadap pandangan sempit yang men-stereotip-kan
seseorang berdasarkan latarbelakang sosial-budayanya
.Victoria, E. C. ( December 2006). Cultural Competence, guidelines and protocols. Victoria, Australia.
21. (1) memahami perspektif pasien mengenai penyakit yang
dialaminya,
(2) membantu pasien dalam memahami penyakit dan
penatalaksanaan perspektif biomedis,
(3) membantu pasien dan keluarganya dalam mengarahkan,
membahas, merasa nyaman di dalam dunia kedokteran
yang kompleks dan tidak bersahabat agar dapat
melaksanakan penatalaksanaan yang sesuai
Pada suasana dengan latar belakang yang berbeda antara
dokter-pasien
Denberg T, Welch M, Feldman, MD. Cross-Cultural Communication. In C. J. M Feldman, Behavioral Medicine in Primary Care, A Practical Guide. 2nd ed. USA: Lange
Medical Book/Mc Graw Hill.2003
22. Tahapan kemampuan budaya
A Guide to Infusing Cultural & Linguistic Competence
in Health Promotion Training
National Center for Cultural Competence Georgetown
University Center for Child & Human Development
Cultural proficiency/
kearifan budaya
23. Contoh kasus
• Seorang perempuan, 37 thaun G4P3A0 in partu datang ke dokter.
Janin gemeli diantar dukun yang mempunyai keputusan untuk
merujuk ke puskesmas. Dokter menolong partus, kedua bayi
selamat walau agak lemah. Dokter menggunakan kesempatan
untuk menawarkan penggunaan IUD langsung, tapi pasien menolak
dengan alasan mau minta persetujuan suami dahulu. Suami
sebagai pelaut kapal internasional yang akan datang 3 bulan lagi.
Ibu dukun peraji mendukung keputusan pasien untuk menunggu
suami kembali baru akan dipasang IUD
24. Tahapan kemampuan budaya
Suatu keadaan atau organisasi pelayanan atau
perilaku, atau sikap, atau kebijakan, atau peraturan,
atau penyajian informasi yang menghancurkan
kelompok budaya tertentu.
Misalnya: semua pasien dianggap bisa berbahasa
Indonesia dan berpandangan sama seperti dokternya
Cultural proficiency/
kearifan budaya
Pada tahap ‘destructiveness’,
seorang dokter dapat memberi
respons sebagai berikut:
• Menyatakan kepercayaan orang
tua adalah salah
• Memberi tahu keluarga untuk
tidak mempercayai terus dukun
beranak
• Menjadi marah ke pasien
25. Tahapan kemampuan budaya
A Guide to Infusing Cultural & Linguistic Competence
in Health Promotion Training
National Center for Cultural Competence Georgetown
University Center for Child & Human Development
Adalah ketidakmampuan sistim atau organisasi dalam
memenuhi kebutuhan, ketertarikan, atau keinginan
suatu budaya atau bahasa tertentu. Termasuk dalam
karakteristik masyarakat setempat dan kesalahpahaman
institusi, perekrutan tenaga yang membatasi dari
kelompok tertentu, ketimpangan karakteristik pegawai
dalam memenuhi kebutuhan masyarakat, merendahkan
kemampuan suatu golongan tertentu, dsb.Misalnya:
tidak tersedia petugas kesehatan perempuan untuk
melayani pasien perempuan di suatu daerah tradisi
Cultural proficiency/
kearifan budaya
Dalam tahap ‘incapacity’,
seorang dokter dapat
merresponse sbb:
‘memberi tahu ibu bahwa
apabila ibu tetap melahirkan di
dukun, akan memperburuk
kondisi anaknya
26. Tahapan kemampuan budaya
A Guide to Infusing Cultural & Linguistic Competence
in Health Promotion Training
National Center for Cultural Competence Georgetown
University Center for Child & Human Development
Adalah filosofi yang mengedepankan bahwa semua
orang sama. Suatu keadaan, sistim, atau organisasi
yang menyamaratakan semua orang. Padahal setiap
orang memiliki latarbelakang yang berbeda. Pendekatan
yang dilakukan untuk masing-masing kelompok budaya
harusnya berbeda-beda karena masing-masing memiliki
lingkungan kehidupan yang berbeda, memiliki
pandangan, nilai dan norma yang berbeda, memiliki
daya serap bahasa yang berbeda, dan banyak hal lain
yang harus diperhatikan. Harus diperhatikan bahwa
perbedaan pendekatan, cara dan kebijakan
dimaksudkan untuk keadilan yang diterima oleh
masing-masing orang
Cultural proficiency/
kearifan budaya
Contoh tahap ‘blindness’,
apabila seorang dokter
merespon seperti ini:
•Menyatakan segera pada
klien untuk menggunakan
IUD karena gratis, semua
biaya akan dipenuhi
pemerintah
27. Tahapan kemampuan budaya
Adalah suatu keadaan yang telah melek budaya
tapi baru dalam tahap penguatan. Sistim atau
organisasi belum memiliki target pencapaian
kompetensi budaya. Pada tahap ini seringkali
penerjemah di rekrut tanpa adanya pelatihan
penggunaan penerjemah dan pelatihan menjadi
penerjemah di dunia kedokteran. Tanpa
pengetahuan dan ketrampilan yang cukup untuk
kompetensi budaya, seringkali antisipasi
perbedaan latarbelakang sosial budaya malah
mengindahkan hak dan kewajiban dokter-pasien.
Cultural proficiency/
kearifan budaya
Tahap ‘pre-competence’ ditunjukkan
dengan sikap dokter sebagai berikut:
•Meminta bantuan untuk menjelaskan suatu
kondisi
•Orang tersebut bisa perawat lokal ATAU
bidan yang mengerti bahasa lokal dan
budaya/kepercayaan
•Bisa juga toma, tomat, kepala desa yang
mengerti sitausi medis dan pilihan berbagai
terapi
28. Tahapan kemampuan budaya
Adalah suatu keadaan, sistim atau organisasi yang mengakui dan menghargai adanya perbedaan dengan:
Mempunyai misi tertulis yang menggambarkan bahwa prinsip dan nilai organisasi adalah disesuaikan dengan norma budaya
dan bahasa setempat
Penerapan kebijakan dan prosedur khusus yang memadukan seluruh pelayanan dengan pendekatan budaya dan bahasa
setempat
Mengidentifikasi, menggunakan, dan/atau mengadopsi bukti ilmiah agar mendukung kompetensi budaya
Mengembangkan struktur dan strategi dalam fungsi pelayanan yang mengikut sertakan pasien dalam perencanaan,
pelayanan dan evaluasi
Menerapkan kebijakan perekrutan, penugasan dan penilaian pegawai dengan unsur kemampuan dalam kompetensi budaya
Menyediakan dana tambahan atau hadiah atau anggaran untuk pengembangan profesi dan insentif bagi staf atau petugas
kesehatan yang menerapkan kompetensi budaya
Menyediakan perangkat penilaian diri bagi individu dan organisasi mengenai penerapan kompetensi budaya
Mengembangkan kapasitas untuk mengumpulkan dan menganalisis hasil layanan yang berkompetensi budaya
Melaksanakan kegiatan-kegiatan dengan lintas sektoral yang berisi saling tukar pengetahuan dan pengalaman yang
berhubungan dengan budaya dan bahasa setempat
Cultural proficiency/
kearifan budaya
Tahap ‘competence’ tercapai apabila dokter dapat
menunjukkan:
•Berbicara dengan toma dan tomat di desa yang dapat
megerti situasi medis
•Menanyakan para ‘key informants’ tentang pendapat
opini mereka serta apa yang disampaikan kepada
pasien
•Mencoba menyampaikan kondisi medis serta
berbagai alternatif selain dukun beranak
29. Tahapan kemampuan budaya
Cultural proficiency/
kearifan budaya
Sistim dan organisasi merangkul budaya pada derajat yang tertinggi, menggunakannya sebagai dasar dari kegiatannya, dan:
Melanjutkan kegiatan penelitian, pengembangan layanan, dsb dengan pendekatan kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
jiwa untuk menjadi kebijakan, standar prosedur pelayanan dan pendidikan.
Mengembangkan filosofi layanan agar terintegrasi antara pemeliharaan kesehatan dan kesehatan jiwa
Mempekerjakan staf akademik, konsultan dsb yang ahli dalam bidang kompetensi budaya dan bahasa untuk penelitian,
pendidikan dan layanan kesehatan dan kesehatan jiwa
Publikasi dan sosialisasikan bukti-bukti ilmiah mengenai model pembelajaran, pelatihan, intervensi dan layanan kesehatan
dan kesehatan jiwa yang berpendekatan budaya
Dukung dan bimbing organisasi lain untuk juga meningkatkan kemampuan dalam kompetensi budaya
Mengembangkan dan mensosialisasi materi promosi kesehatan dan kesehatan jiwa yang diperoleh dari budaya dan bahasa
setempat
mengembangkan sumber daya secara pro aktif dan bersinambung untuk memelihara dan meningkatkan kemampuan
organisasi dalam kompetensi budaya dan bahasa setempat
Lakukan pendekatan dengan dan dalam populasi yang melayani masyarakat terkait adat istiadat
Buat dan pelihara kemitraan dengan pihak-pihak yang selama ini melaksanakan pelayanan kesehatan dan kesehatan jiwa
secara tradisional sehingga meminimalkan kemungkinan masyarakat untuk tidak terlayani dalam bidang kesehatan dan
kesehatan jiwa dengan baik
Contoh tahap ‘proficiency’ adalah ketika dokter
berespons seperti ini:
•menjelaskan kondisi pasien berdasarkan
pengertian dari pasien dan keluarga
•menggunakan bahasa lokal
•mengajak dukun atau toma dalam penyelesaian
masalah neonatus ini, dan berespon cepat bila
ada perubahan ide dari pasien
•menghargai pilihan pasien dan memberikan
penanganan terbaik untuk peningkatan kualitas
hidup bagi pasien dan seluruh anggota kelaurga
30. Angka Kematian Ibu di negara-negara
tetangga:
Singapura < 9
Brunai 21
Malaysia 31
Thailand 48
Vietnam 56
Filipina 94
Bhutan 200
India 230
Indonesia & Myanmar 240
Kamboja 290
Timor Leste 370
Nepal 380
31. Angka kematian ibu di Indonesia
masih tinggi
Penyebab
• Penyebab langsung:
– Perdarahan
– Hipertensi disorder
– Infeksi/sepsis
– Komplikasi pasca persalinan
– Aborsi
– Emboli,dsb
• Penyebab tidak langsung
– 3 terlambat (mengambil keputusan untuk
dirujuk termasuk mengenali tanda
bahaya, sampai di fasilitas pelayanan
kesehatan saat darurat, menerima
pelayanan adekuat di sarana pelayanan
kesehatan)
– 4 terlalu (muda, sering,rapat dan tua
untuk melahirkan)
Contoh kasus
‘…….Adalah tradisi suku Kanum di Kampung
Yanggadur, distrik Sota, Merauke, Papua
(perbatasan dengan Papua Nugini) perempuan
harus melahirkan di sebuah gubuk kecil di luar
rumah utama yang di sebut sebagai kandang hina.
Di sana selama seminggu atau sampai tali pusat
mengering dan lepas, perempuan tidak boleh
ditengok oleh laki-laki dewasa termasuk ayah si
bayi…..
Dikutip dari Kompas.com (Rabu,29 Feb 2012)
http://centraldemokrasi.com/berita/29022012/setengah-mati-
hidup-di-perbatasan/
Direktorat Bina Kesehatan Anak. Upaya percepatan penurunan Angka
Kematian Ibu dan Bayi Baru Lahir di Indonesia