SlideShare a Scribd company logo
1 of 285
Download to read offline
PROFIL 
KESEHATAN SULAWESI BARAT 
2009 
DINAS KESEHATAN SULAWESI BARAT 
MAMUJU 
2010
Buku ini diterbitkan oleh 
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 
Jalan Kurungan Bassi No.19 Mamuju,91511 
Telepon 0426-21027 
Fax no : 0426-22579 
Email : dinkessulbar@depkes.go.id, dinkessulbar@gmail.com 
Website : www.dinkes-sulbar.web.id
TIM PENYUSUN 
PENANGGUNG JAWAB 
Dr.H.Achmad Azis, M.Kes 
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 
KETUA 
Dr. Hj. Indahwati Nursyamsi 
Sekretaris Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 
SEKRETARIS 
Wahyuddin, SE., M. Kes 
Kepala Sub Bagian Program, Evaluasi dan Pelaporan 
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 
ANGGOTA 
Wahida, SKM 
(Bagian Pelayanan Medik) 
Hj. Rachmi, SKM 
(Sub Bagia. Program dan Pelaporan) 
Waode Nuraisyah, S. Kep 
(Sub Bagian Program dan Pelaporan) 
Tenri Bulaeng, SP., M. Kes 
(Bagian Bina Kesehatan Masyarakat) 
Firman Gazali, SKM., M. Kes 
(Bagian Pemberantasan Penyakit 
dan Penyehatan Lingkungan) 
Yulianus Dupa Budi, S. Farm 
(Bagian Pelayanan Farmasi) 
Iriyanti, SKM 
(Sub Bagian Program dan Pelaporan)
KATA SAMBUTAN 
Kepala Dinas Kesehatan Sulawesi Barat 
Dr. H. Achmad Azis M.Kes 
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat 
dan hidayah-Nya sehingga Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat tahun 
| Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 i 
2009 ini dapat tersusun. 
Profil Kesehatan ini memuat informasi penting tentang berbagai capaian 
program dan kegiatan pada tahun 2009. Informasi tersebut bisa menjadi salah 
satu tolak ukur keberhasilan pembangunan kesehatan di Propinsi Sulawesi 
Barat yang pada akhirnya mendukung tercapainya Indonesia Sehat 2010. 
Data yang digunakan dalam proses penyusunan buku profil kesehatan 
ini bersumber dari berbagai sektor baik sektor kesehatan maupun sektor di luar 
kesehatan. Data dan informasi yang disajikan masih terdapat banyak 
keterbatasan dan kekurangan. Banyak kendala dan tantangan dalam 
penyediaan data dan informasi tepat waktu, sehingga masih ada beberapa 
tabel yang belum terisi. Namun dengan segala keterbatasan dan kekurangan
ini, saya berharap Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat tahun 2009 dapat 
dimanfaatkan dalam pengambilan keputusan yang didasari kepada data dan 
informasi serta digunakan sebagai salah satu rujukan data dan informasi yang 
terkait dengan bidang kesehatan. 
Penyusunan Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat tahun 2009 ini 
masih banyak terdapat kekurangan baik kelengkapan maupun akurasi serta 
ketepatan waktu penyajiannya. Karena sifat manusia tidak luput dari kesalahan 
| Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 ii 
dan kekhilafan. 
Untuk itu, diharapkan saran dan kritik yang membangun, serta 
partisipasi dari semua pihak khususnya dalam upaya mendapatkan 
data/informasi yang akurat, tepat waktu dan sesuai dengan kebutuhan. Kepada 
semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran dan tenaganya dalam 
penyusunan Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat, saya sampaikan terima 
kasih. 
Kepala Dinas Kesehatan 
Propinsi Sulawesi Barat 
dr. H.Achmad Azis,M,Kes 
Nip. 19590515 198903 1 016
KATA SAMBUTAN 
GUBERNUR SULAWEI BARAT 
Saya menyambut gembira dengan terbitnya “Profil Kesehatan Provinsi 
Sulawesi Barat Edisi Tahun 2010. Meskipun berat dan banyak tantangan di 
dalam proses pengumpulan data untuk mengisi profil kesehatan ini, akhirnya 
bagian data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat berhasil menghimpun 
data dan menyusunnya menjadi Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Edisi 
| Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 iii 
Tahun 2010. 
Sebagai provinsi termuda, Sulawesi Barat dalam rangka mewujudkan 
cita-cita perjuangan pembentukan provinsi dibutuhkan akselarasi 
pembangunan di segala bidang khususnya pembangunan yang bersentuhan 
langsung dengan kehidupan rakyat seperti di sektor kesehatan guna mengejar 
ketertinggalan dan menciptakan kesejahteraan dan kesetaraan. Untuk 
melaksanakan program pembangunan yang telah dicanangkan RPJMD 2006- 
2011, tentunya dibutuhkan kerjasama dan koordinasi yang integral disemua 
bidang pembangunan serta ketersediaan data dan informasi kesehatan di 5
kabupaten yang akurat, komprehensif serta bisa diakses dengan cepat dan 
dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak, baik dikalangan aparatur pemerintah 
maupun masyarakat pada umumnya, terkhusus bagi perencana, pelaksana dan 
pengawas pembangunan. 
Sehubungan dengan hal tersebut, maka buku Profil Kesehatan Provinsi 
Sulawesi Barat Edisi tahun 2010 yang diterbitkan oleh bagian data Dinas 
Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, patut dihargai dan mendapatkan apresiasi 
guna memenuhi kebutuhan informasi dan ekspose kesehatan dan 
permasalahannya di 5 kabupaten. 
Semoga buku ini yang memuat data dan informasi kesehatan dapat 
dimanfaatkan sebaik-baiknya dan kedepan, mutunya dapat lebih ditingkatkan 
| Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 iv 
lagi. 
Gubernur Sulawesi Barat 
H. ANWAR ADNAN SALEH
DAFTAR ISI 
Halaman 
KATA SAMBUTAN KEPALA DINAS KESEHATAN ................................. i 
SAMBUTAN GUBERNUR PROVINSI SULAWESI BARAT ...................... iii 
DAFTAR ISI ...................................................................................... v 
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... viii 
BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1 
A. LATAR BELAKANG ...................................................................... 1 
B. MAKSUD DAN TUJUAN ............................................................. 2 
I. Maksud ................................................................................... 2 
II. Tujuan .................................................................................... 2 
a. Tujuan Umum .................................................................... 2 
b. Tujuan Khusus .................................................................... 2 
C. SISTEMATIKA PENYAJIAN ........................................................... 3 
BAB II GAMBARAN UMUM ............................................................ 6 
A. KEADAAN GEOGRAFI ................................................................ 6 
B. KEADAAN PENDUDUK ............................................................... 9 
I. Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin ................................ 10 
II. Persebaran dan Kepadatan Penduduk ....................................... 6 
III. Angka Harapan Hidup dan IPM ............................................. 11 
C. KEADAAN PENDIDIKAN ............................................................. 12 
D. KEADAAN EKONOMI ................................................................. 13 
E. KEADAAN LINGKUNGAN ........................................................... 16 
I. Akses air bersih ......................................................................... 17 
II. Fasilitas Tempat Buang Air Besar .............................................. 19 
III. Tempat Sampah ..................................................................... 20 
IV. Pengelolaan air Limbah ........................................................... 21 
BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN .............................................. 23 
A. DERAJAT KESEHATAN ................................................................ 23 
I. Angka Kematian ...................................................................... 23 
a. Angka Kematian Bayi ......................................................... 23 
b. Angka Kematian Balita ....................................................... 26 
c. Angka Kematian Ibu .......................................................... 27 
d. Angka Kecelakaan lalu lintas .............................................. 29 
| Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 v
II. Angka kesakitan ....................................................................... 31 
a. Penyakit Menular Langsung ................................................. 31 
1. Tuberkulosis (TB) Paru ................................................... 31 
2. HIV/AIDS dan Infeksi Menular Seksual ........................... 34 
3. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) .............................. 38 
4. Diare............................................................................... 42 
5. Kusta .............................................................................. 46 
b. Penyakit Menular Langsung ................................................. 50 
1. Tuberkulosis (TB) Paru ................................................... 50 
2. Demam Berdarah Dengue (DBD) ..................................... 54 
3. Filariasis .......................................................................... 59 
c. Penyakit Yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) ........ 61 
1. Polio dan Acute Flacid Paralysis (AFP) .............................. 61 
2. Campak .......................................................................... 67 
3. Hepatitis ......................................................................... 70 
4. Tetanus dan Tetanus Neonatorum ................................... 71 
5. Pertusis ........................................................................... 72 
III.Status Gizi ............................................................................... 72 
a. Kunjungan Neonatus (KN1 dan KN2) ................................... 72 
b. Kunjungan bayi ................................................................... 74 
c. Persentase BBLR ditangani ................................................... 76 
d. Balita dengan gizi Buruk ...................................................... 78 
BAB IV UPAYA KESEHATAN .............................................................. 81 
A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR ............................................... 81 
1. Cakupan kunjungan Ibu Hamil K1 dan K4 ................................ 81 
2. Persalinan oleh Tenaga Kesehatan yang memiliki kompetensi 
kebidanan ............................................................................... 82 
3. Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak Balita (Pra Sekolah) ......... 85 
4. Pemeriksaan Kesehatan SD/MI ................................................. 86 
5. Pemeriksaan kesehatan SMP/SMU ............................................ 87 
6. Pelayanan Keluarga Berencana ................................................... 87 
7. Pelayanan Imunisasi .................................................................. 90 
8. Cakupan Desa UCI .................................................................. 96 
9. Cakupan Balita mendapat perawatan ....................................... 98 
10 Cakupan Balita mendapat pelayanan kesehatan ........................ 101 
11 Persentase WUS yang mendapat Imunisasi TT ............................ 102 
12 Ibu Hamil Resiko Tinggi/Komplikasi yang ditangani .................. 104 
13 Bayi mendapat ASI ekslusif ......................................................... 107 
14 Desa/Kelurahan Beryodium Baik ................................................ 110 
15 Rasio tambal/ Cabut gigi tetap ................................................... 112 
16 Pelayanan Kesehatan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi 
| Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 vi
masyarakat Miskin ................................................................... 113 
17 Cakupan Pelayanan Kesehatan kerja pada Pekerja formal ........... 116 
18 Pelayan Kesehatan Pra Usia Lanjut dan usia Lanjut ...................... 117 
19 Darah Donor Skring terhadap HIV AIDS ..................................... 119 
B. AKSES DAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN ............................ 120 
A. Cakupan Rawat Jalan dan Rawat Inap ....................................... 120 
B. Sarana kesehatan Dengan Kemampuan Labkes ............................ 122 
C. Ketersediaan Obat ..................................................................... 122 
C. PERILAKU HIDUP MASYARAKAT .................................................. 143 
1. Rumah Tangga berPHBS .......................................................... 143 
2. Posyandu ................................................................................ 143 
D. KONDISI LINGKUNGAN ............................................................. 146 
1. Persentase Rumah Sehat ........................................................... 146 
2. Persentase Keluarga Yang memiliki Akses terhadap rumah Sehat .. 147 
3. Sarana Sanitasi Dasar ................................................................ 149 
4. Tempat-Tempat Umum Sehat .................................................. 150 
5. Institusi Kesehatan ................................................................... 152 
BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN ..................................... 154 
A. SARANA KESEHATAN .................................................................. 154 
1. Puskesmas .............................................................................. 154 
2. Poskesdes .................................................................................. 157 
3. Polindes .................................................................................... 158 
4. Indikator Pelayanan rumah Sakit ................................................ 158 
B. TENAGA KESEHATAN ................................................................. 168 
1. Persebaran Tenaga Kesehatan Menurut Unit Kerja .................... 168 
2. Tenaga Kesehatan di Rumah Sakit dan Puskesmas ..................... 181 
3. Rasio Tenaga Kesehatan ............................................................. 182 
C. PEMBIAYAAN KESEHATAN ......................................................... 183 
BAB V PENUTUP .............................................................................. 185 
LAMPIRAN ........................................................................................ 186 
| Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 vii
DAFTAR LAMPIRAN 
Tabel 1 LUAS WILAYAH, JUMLAH DESA/KELURAHAN, JUMLAH PENDUDUK, 
JUMLAH RUMAH TANGGA DAN KEPADATAN PENDUDUK 
MENURUT KECAMATAN 
Tabel 2 JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN, KELOMPOK 
| Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 viii 
UMUR, 
RASIO BEBAN TANGGUNGAN, RASIO JENIS KELAMIN DAN 
KECAMATAN 
Tabel 3 JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN DAN KELOMPOK 
UMUR 
Tabel 4 PERSENTASE PENDUDUK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN BERUSIA 10 
TAHUN KE ATAS DIRINCI MENURUT TINGKAT PENDIDIKAN 
TERTINGGI YANG DITAMATKAN DAN KECAMATAN 
Tabel 5 PERSENTASE PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS YANG 
MELEK HURUF 
Tabel 6 JUMLAH KELAHIRAN DAN KEMATIAN BAYI DAN BALITA MENURUT 
KECAMATAN 
Tabel 7 JUMLAH KEMATIAN IBU MATERNAL MENURUT KECAMATAN 
Tabel 8 JUMLAH KEJADIAN KECELAKAAN LALU LINTAS DAN RASIO KORBAN 
LUKA DAN MENINGGAL TERHADAP JUMLAH PENDUDUK DIPERINCI 
MENURUT KECAMATAN 
Tabel 9 AFP RATE, PERSENTASE TB PARU SEMBUH, DAN PNEUMONIA 
BALITA DITANGANI 
Tabel 10 HIV/AIDS, INFEKSI MENULAR SEKSUAL, DBD DAN DIARE PADA 
BALITA DITANGANI 
Tabel 11 PERSENTASE PENDERITA MALARIA DIOBATI 
Tabel 12 PERSENTASE PENDERITA KUSTA SELESAI BEROBAT 
Tabel 13 KASUS PENYAKIT FILARIA DITANGANI
Tabel 14 JUMLAH KASUS DAN ANGKA KESAKITAN PENYAKIT MENULAR 
YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI (PD3I) 
Tabel 15 CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATUS, BAYI DAN BAYI BBLR YANG 
| Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 ix 
DITANGANI 
Tabel 16 STATUS GIZI BALITA DAN JUMLAH KECAMATAN RAWAN GIZI 
Tabel 17 CAKUPAN KUNJUNGAN IBU HAMIL (K4) DAN PERSALINAN 
DITOLONG 
TENAGA KESEHATAN 
Tabel 18 CAKUPAN DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK BALITA, 
PEMERIKSAAN KESEHATAN SISWA SD DAN PELAYANAN KESEHATAN 
REMAJA 
Tabel 19 JUMLAH PUS, PESERTA KB, PESERTA KB BARU, DAN KB AKTIF 
MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS 
Tabel 20 JUMLAH PESERTA KB AKTIF MENURUT JENIS KONTRASEPSI 
Tabel 21 PELAYANAN KB BARU MENURUT KECAMATAN 
Tabel 22 PERSENTASE CAKUPAN DESA/KELURAHAN UCI MENURUT 
KECAMATAN 
Tabel 23 PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI BAYI MENURUT KECAMATAN 
Tabel 24 CAKUPAN BAYI, BALITA YANG MENDAPAT PELAYANAN 
KESEHATAN MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS 
Tabel 25 JUMLAH IBU HAMIL YANG MENDAPATKAN TABLET Fe1 DAN Fe3 
MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS 
Tabel 26 JUMLAH WANITA USIA SUBUR YANG MENDAPATKAN IMUNISASI 
TT MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS 
Tabel 27 PRESENTASE AKSES KETERSEDIAAN DARAH UNTUK BUMIL DAN 
NEONATUS YANG DIRUJUK 
Tabel 28 JUMLAH DAN PERSENTASE IBU HAMIL DAN NEONATAL RISIKO 
TINGGI/KOMPLIKASI DITANGANI MENURUT KECAMATAN DAN 
PUSKESMAS 
Tabel 29 PERSENTASE SARANA KESEHATAN DENGAN PELAYANAN 
KEMAMPUAN GAWAT DARURAT (GADAR)
Tabel 30 JUMLAH DAN PERSENTASE DESA/KELURAHAN TERKENA KLB YANG 
DITANGANI < 24 JAM MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS 
Tabel 31 JUMLAH PENDERITA DAN SERTA JUMLAH KECAMATAN DAN 
JUMLAH DESA YANG TERSERANG KLB 
Tabel 32 JUMLAH BAYI YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF 
Tabel 33 PERSENTASE DESA/KELURAHAN DENGAN GARAM BERYODIUM 
YANG BAIK MENURUT KECAMATAN 
Tabel 34 PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT DI PUSKESMAS 
Tabel 35 JUMLAH KEGIATAN PENYULUHAN KESEHATAN 
Tabel 36 CAKUPAN JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PRA BAYAR 
Tabel 37 CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT MISKIN 
Tabel 38 PERSENTASE PELAYANAN KESEHATAN KERJA PADA PEKERJA 
| Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 x 
FORMAL 
Tabel 39 CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN PRA USILA DAN USILA 
Tabel 40 CAKUPAN WANITA USIA SUBUR MENDAPAT KAPSUL YODIUM 
Tabel 41 PERSENTASE DONOR DARAH DISKRINING TERHADAP HIV-AIDS 
Tabel 42 JUMLAH KUNJUNGAN RAWAT JALAN , RAWAT INAP, PELAYANAN 
GANGGUAN JIWA DI SARANA PELAYANAN KESEHATAN 
Tabel 43 JUMLAH SARANA PELAYANAN KESEHATAN MENURUT 
KEMAMPUAN LABKES DAN MEMILIKI 4 SPESIALIS DASAR 
Tabel 44 KETERSEDIAAN OBAT SESUAI DENGAN KEBUTUHAN PELAYANAN 
KESEHATAN DASAR 
Tabel 45 PERSENTASE RUMAH TANGGA BERPERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT 
Tabel 46 JUMLAH DAN PERSENTASE POSYANDU MENURUT STRATA DAN 
KECAMATAN 
Tabel 47 PERSENTASE RUMAH TANGGA SEHAT MENURUT KECAMATAN 
Tabel 48 PERSENTASE KELUARGA MEMILIKI AKSES AIR BERSIH
Tabel 49 KELUARGA DENGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR 
MENURUT KECAMATAN 
Tabel 50 PERSENTASE TEMPAT UMUM DAN PENGELOLAAN MAKANAN 
(TUPM) SEHAT MENURUT KECAMATAN 
Tabel 51 PERSENTASE INSTITUSI DIBINA KESEHATAN LINGKUNGANNYA 
Tabel 52 PERSENTASE RUMAH/BANGUNAN YANG DIPERIKSA DAN BEBAS 
JENTIK NYAMUK AEDES MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS 
Tabel 53 PERSEBARAN TENAGA KESEHATAN MENURUT UNIT KERJA 
Tabel 54 JUMLAH TENAGA KESEHATAN DI SARANA PELAYANAN KESEHATAN 
Tabel 55 JUMLAH TENAGA MEDIS DI SARANA KESEHATAN 
Tabel 56 JUMLAH TENAGA KEFARMASIAN DAN GIZI DI SARANA KESEHATAN 
Tabel 57 JUMLAH TENAGA KEPERAWATAN DI SARANA KESEHATAN 
Tabel 58 JUMLAH TENAGA KESEHATAN MASYARAKAT DAN SANITASI DI 
SARANA KESEHATAN DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT 
KECAMATAN 
Tabel 59 JUMLAH TENAGA TEKNISI MEDIS DI SARANA KESEHATAN 
Tabel 60 ANGGARAN KESEHATAN KABUPATEN/KOTA 
Tabel 61 JUMLAH SARANA PELAYANAN KESEHATAN 
Tabel 62 UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA MASYARAKAT (UKBM) 
Tabel 63 INDIKATOR PELAYANAN RUMAH SAKIT 
| Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 xi
BAB I 
PENDAHULUAN 
A. LATAR BELAKANG 
Pembangunan kesehatan sebagai bagian integral dari pembangunan 
nasional diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan 
hidup sehat bagi setiap orang sehingga terwujud derajat kesehatan masyarakat 
yang optimal. Upaya pemeliharaan kesehatan masyarakat dilaksanakan melalui 
program peningkatan perilaku sehat, pemeliharaan lingkungan sehat, 
pelayanan kesehatan masyarakat yang berhasil guna, didukung oleh sistem 
pengamatan informasi dan manajemen yang handal. 
Dalam era desentralisasi dimana terjadi pelimpahan kewenangan ke 
daerah, hal tersebut membawa dampak dalam pembangunan kesehatan. Jika 
sebelumnya pembangunan kesehatan lebih mengarah kepada upaya-upaya 
kuratif dan rehabilitatif, maka paradigma pembangunan kesehatan sekarang 
diarahkan kepada upaya-upaya preventif dan promotif yang proaktif dengan 
pendekatan kewilayahan. Setiap wilayah Kabupaten dengan karakteristik 
dan masalah khas daerah memerlukan perencanaan pembangunan kesehatan 
yang khas daerah. Oleh sebab itu, keberhasilan pembangunan kesehatan tidak 
semata-mata ditentukan oleh hasil kerja keras serta sektor kesehatan saja, 
tetapi sangat dipengaruhi oleh hasil kerja keras serta kontribusi positif berbagai 
sektor pembangunan lainnya. Semua kebijakan pembangunan yang sedang 
dan atau akan diselenggarakan hendaknya memiliki wawasan kesehatan 
|Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 1
terpadu. Artinya program pembangunan harus memberikan kontribusi positif 
terhadap pembentukan lingkungan sehat dan perilaku sehat. 
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat tahun 2009 adalah gambaran 
situasi kesehatan di Provinsi Sulawesi Barat yang memuat berbagai data 
tentang situasi dan hasil pembangunan kesehatan selama tahun 2009. Data 
dan informasi yang termuat antara lain data kependudukan, fasilitas kesehatan, 
pencapaian program-program kesehatan, masalah kesehatan dan lain 
sebagainya. Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat ini disajikan secara 
sederhana dan informatif dengan harapan bisa dimanfaatkan oleh masyarakat 
|Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 2 
luas. 
Selain untuk menyajikan informasi kesehatan, profil Kesehatan Propinsi 
Sulawesi Barat bisa dipakai sebagai tolok ukur keberhasilan/kemajuan 
pembangunan kesehatan yang telah dilakukan selama tahun 2009 
dibandingkan dengan target yang sudah ditetapkan, sekaligus bisa dipakai 
sebagai bahan evaluasi dalam upaya pencapaian Sulawesi Barat Sehat 2010 dan 
Menuju Indonesia sehat 2010. 
B. MAKSUD DAN TUJUAN 
I. Maksud 
Maksud dalam penyusunan Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat 
Tahun 2009 adalah untuk memantapkan dan mengembangkan Sistem
Informasi Kesehatan, sehingga dapat digunakan secara aplikatif sebagai 
acuan dalam manajemen pelaksanaan upaya pelayanan kesehatan. 
|Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 3 
II. Tujuan 
a. Tujuan Umum 
Memberikan informasi tentang program-program pembangunan 
kesehatan, pencapaian pembangunan kesehatan dan kinerja 
pembangunan kesehatan. 
b. Tujuan Khusus 
1. Tersedianya data tentang data geografi, demografi, dan sosil-ekonomi. 
2. Evaluasi keberhasilan upaya kesehatan 
3. Evaluasi kinerja pembangunan kesehatan 
4. Terciptanya suatu sistem informasi kesehatan yang dapat 
digunakan sebagai indikator pencapaian program dan kegiatan 
kesehatan 
C. SISTEMATIKA PENYAJIAN 
Supaya Profil Kesehatan bisa lebih informatif, maka profil kesehatan ini disusun 
berdasarkan sistematika sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan 
Bab ini secara ringkas menjelaskan latar belakang, maksud dan 
tujuan serta sistematika penulisan. Di dalamnya berisi pula 
uraian ringkas dari masing-masing bab. 
BAB II : Gambaran Umum 
Bab ini menyajikan tentang gambaran umum Propinsi Sulawesi 
Barat. Di dalamnya berisi uraian tentang keadaan geografis, 
keadaan penduduk, keadaan pendidikan, keadaan ekonomi, 
dan keadaan lingkungan di Propinsi Sulawesi Barat 
BAB III : Situasi Derajat Kesehatan 
Bab ini menyajikan situasi Derajat Kesehatan berisi uraian 
tentang angka kematian, angka kesakitan, dan keadaan gizi; 
Perilaku Masyarakat berisi uraian tentang pola hidup bersih 
dan sehat serta peran serta masyarakat; Kondisi Lingkungan 
berisi uraian tentang rumah/bangunan sehat, sarana kesehatan 
lingkungan sehat, dan tempat-tempat umum sehat; Pelayanan 
Kesehatan berisi uraian tentang sarana kesehatan dasar, sarana 
kesehatan rujukan, pelayanan kesehatan ibu dan anak, 
pelayanan kesehatan pra usila dan usila,pelayanan kesehatan 
khusus, program keluarga berencana, serta kesehatan kerja dan 
kesehatan institusi; 
|Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 4
BAB IV : Situasi Sumber Daya Kesehatan 
Tenaga Kesehatan berisi uraian tentang jenis tenaga kesehatan, 
unit kerja penempatan tenaga kesehatan, dan persebaran 
tenaga kesehatan di unit kerja Propinsi Sulawesi Barat 
BAB V : Penutup 
Pada bab ini berisi tentang kesimpulan berupa hal-hal penting 
yang perlu mendapat perhatian dan telaah lebih lanjut. 
|Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 5
BAB II 
GAMBARAN UMUM 
A. KEADAAN GEOGRAFI 
Provinsi Sulawesi Barat yang beribukota di Mamuju terletak antara 120 
5’00” sampai 120 50’00” Lintang Selatan dan 20 40’00” sampai 30 32’00” Bujur 
timur yang berbatasan dengan: 
 Sebelah utara : Provinsi Sulawesi Tengah 
 Sebelah timur : Kabupaten TanaToraja dan Kabupaten Luwu 
Propinsi Sulawesi Selatan 
 Sebelah selatan : Kabupaten Pinrang Provinsi Sulawesi Selatan 
 Sebelah barat : Selat Makassar 
Provinsi Sulawesi Barat terdiri atas lima Kabupaten yaitu Kabupaten 
Mamuju, Kabupaten Mamasa, Kabupaten Majene, Kabupaten Polewali 
Mandar, dan Kabupaten Mamuju Utara serta terdiri atas 66 Kecamatan, 603 
desa/kelurahan. Luas wilayah Provinsi Sulawesi Barat tercatat 16.729 km2. 
Wilayah Kabupaten terluas di Propinsi Sulawesi Barat adalah Kabupaten 
Mamuju dengan luas wilayah sebesar 8.014 km2 atau sebesar 47,91% dari luas 
wilayah seluruhnya. Untuk Kabupaten Polewali Mandar 1738 km2 atau sebesar 
10,39% , Mamasa 2985 km2 atau 17.84 % dan Mamuju Utara luas 
wilayahnya sebesar 3.044 km2 atau 18,19% Sedangkan untuk Kabupaten 
Majene merupakan kabupaten dengan luas wilayah terkecil sebesar 948 km2 
atau sebesar 5,67% dari luas wilayah. 
| Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 6
Provinsi Sulawesi Barat terdiri atas dataran tinggi dan dataran rendah. 
Wilayah dataran tinggi berpotensi dijadikan cadangan untuk ekosistem guna 
mendukung pembangunan berwawasan lingkungan dan wilayah dataran 
rendah berpotensi untuk pengembangan pertanian, perkebunan dan perikanan 
Chart Title 
1 
6% 
2 
18% 
3 
48% 
4 
18% 
5 
10% 
| Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 7 
darat dan laut. 
Gambar 2.1 
Persentase Wilayah Tiap Kabupaten Sulaweai Barat 
Tahun 2009 
Sumber: BPS tiap Kabupaten 
Provinsi Sulawesi Barat memiliki kondisi topografis yang bervariasi yaitu 
antara pegunungan, perbukitan, dataran rendah, dan pesisir pantai serta rawa-rawa. 
Dengan iklim dan kelembaban yang tinggi serta dengan dua musim yaitu 
musim hujan dan panas maka pola penyakit menular terutama penyakit DBD, 
malaria, ISPA, TB dan diare masih menjadi masalah. Faktor yang paling
berpengaruh terhadap pelayanan kesehatan adalah masih banyaknya daerah 
yang sulit dijangkau yang disebabkan oleh medan yang berat yang diantarai 
oleh daerah sungai dan hanya bisa dilalui dengan mengendarai kuda, 
disamping itu masih terdapat sekelompok masyarakat terasing yang masih 
menutup diri dari kemajuaan ilmu dan pengetahuan. 
Gambar 2.2 
Peta Provinsi Sulawesi Barat 
Tahun 2009 
| Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 8
B. KEADAAN PENDUDUK 
I. Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin 
Seiring dengan pembangunan yang sedang dilaksanakan jumlah 
penduduk di Propinsi Sulawesi Barat mengalami perkembangan yang cukup 
pesat. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Propinsi Sulawesi Barat, pada 
tahun 2006 jumlah penduduk di Propinsi Sulawesi Barat mencapai 1.009.255 
jiwa sedangkan pada tahun 2007 jumlah penduduk di Propinsi Sulawesi Barat 
mencapai 1.016.663 jiwa. Pada tahun 2008 mencapai 1.053.307 Jiwa dan 
pada tahun 2009 mencapai 1.128.155 jiwa dan Jumlah penduduk terbanyak di 
Kabupaten Polewali Mandar sebesar 373.263 jiwa sedangkan jumlah 
penduduk terkecil terdapat di Kabupaten Mamasa sebesar 126.134 jiwa. 
Gambar 2.3 
Jumlah Penduduk Sulawesi Barat 
Tahun 2005-2009 
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Barat 
| Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 9 
969.429 
1.001.199 
1.016.663 
1.053.307 
1.128.155 
2005 2006 2007 2008 2009
II. Persebaran dan Kepadatan Penduduk 
Letak dan kondisi geografis tiap kabupaten di Propinsi Sulawesi Barat 
bervariasi menyebabkan penyebaran penduduk di Propinsi Sulawesi Barat 
tidak merata. Kepadatan penduduk tertinggi di kabupaten Polewali Mandar 
214.77/km2. Sedangkan kepadatan penduduk terendah di Kabupaten Mamuju 
sebesar 42.04/km2. Kepadatan penduduk di Kabupaten Polewali Mandar 
tinggi (214,77/km2), hal ini dipengaruhi oleh kondisi geografis di Kabupaten 
Polewali Mandar sebagian besar merupakan daratan rendah. Pada Tahun 
2008 kepadatan penduduk terendah di Kabupaten Mamuju Utara, sedangkan 
tahun 2009 kepadatan terendah adalah Mamuju. Perubahan ini dipengaruhi 
oleh kenaikan Jumlah penduduk di Kabupaten Mamuju Utara. Selain itu hal 
yang sangat berpengaruh adalah luas wilayah kabupaten Mamuju yang paling 
besar (47,91%) di Sulawesi Barat. Pola persebaran penduduk yang tidak 
merata kurang menguntungkan bagi pengembangan daerah terutama akan 
menimbulkan kesenjangan antar daerah juga berpengaruh terhadap daya akses 
pelayanan kesehatan yang ada. Kepadatan penduduk juga berpengaruh 
terhadap kerentanan terhadap penyakit yang berkaitan dengan lingkungan. 
Kondisi lingkungan yang padat menyebabkan penghuni pemukiman tersebut 
menjadi rentan terhadap penyakit yang berkaitan dengan lingkungan. 
Persebaran dan kepadatan penduduk dapat dilihat pada tabel berikut ini: 
| Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 10
Tabel 2.1 
Persebaran dan Kepadatan Penduduk tiap Kabupaten 
Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 
| Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 11 
Kabupaten 
Luas Wilayah 
(km2) 
Jumlah 
Penduduk 
(jiwa) 
Jumlah 
Rumah 
Tangga 
Kepadatan 
Penduduk/ 
km2 (jiwa) 
Polewali Mandar 1.738 373.263 80.162 214.77 
Mamasa 2.985 126.134 30.940 42.26 
Mamuju Utara 3.044 143.163 34.100 47.04 
Majene 948 148.647 30.336 156.83 
Mamuju 8.014 336.948 74.905 42.04 
Sulawesi Barat 16.729 1.128.155 250.443 67.44 
Sumber : Kantor Statistik Kabupaten/Kota 
Komposisi penduduk Sulawesi Barat tahun 2009 menurut kelompok 
umur, menunjukkan bahwa penduduk yang berusia muda (0-14 tahun) sebesar 
28,83%, yang berusia produktif (15-64 tahun) sebesar 66,32%, dan yang 
berusia tua (≥ 65 tahun) sebesar 4,85%. Dengan demikian maka Angka Beban 
Tanggungan (Dependency Ratio) penduduk Sulawesi Barat pada Tahun 2009 
adalah 51%. (Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Barat) 
III. Angka Harapan Hidup dan IPM 
Hasil perhitungan dalam laporan Pembangunan Manusia 2008 yang 
dihitung oleh Badan Pusat Statistik, Bappenas, dan UNDP untuk Angka 
Harapan Hidup di Propinsi Sulawesi Barat tahun 2008 tercatat sebesar 67,20.
Sedangkan IPM di Propinsi Sulawesi Barat tahun 2008 sebesar 68,55. Secara 
rinci dapat dilihat pada tabel berikut ini : 
Tabel 2.2 
Angka Harapan Hidup dan IPM 
Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2005 - 2008 
Indikator 2005 2006 
2007 2008 2009 
Angka Harapan Hidup 
66,4 67,0 67,2 67,40 
Indeks Pembangunan Manusia 
65,7 67,1 67,72 68,55 
70,00 
Sumber : BPS Propinsi Sulawesi Barat 
Gambar 2.4 
Indeks Pembangunan Masyarakat 
Sulawesi Barat tahun 2005-2009 
65,7 
67,1 
71 
70 
69 
68 
67 
66 
65 
64 
C. KEADAAN PENDIDIKAN 
67,72 
68,55 
70 
Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan 
sumber daya manusia adalah tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan. 
| Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 12 
63 
2005 2006 2007 2008 2009
Gambaran tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan di Propinsi Sulawesi 
Barat seperti terlihat pada tabel berikut : 
Tabel 2.3 
Persentase Penduduk 10 Tahun Keatas Menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi 
yang Ditamatkan Perjenis Kelamin di Propinsi Sulawesi Barat 
Tahun 2009 
Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan 
Jenis Kelamin 
L P L + P 
Tidak/Belum Pernah Sekolah 5,53 3,99 4,77 
Tidak/Belum Tamat SD 32,66 38,13 35,34 
SD/MI 33,96 31,23 32,62 
SLTP/MTs 12,69 12,41 12,56 
SLTA/MA 10,93 10,53 10,73 
AK/Diploma 1,62 1,94 1,78 
Universitas 2,60 1,76 2,19 
Sumber : BPS Propinsi Sulawesi Barat 
Indikator dasar untuk melihat keberhasilan program pembangunan di 
bidang pendidikan adalah kemampuan membaca dan menulis di kalangan 
penduduk berusia 10 tahun keatas. Kemampuan baca dan tulis juga 
berhubungan erat dengan tingkat penyerapan pengetahuan sehingga tingkat 
perubahan perilaku akan lebih mudah di intervensi apabila tingkat 
pengetahuan masyarakat baik. 
D. KEADAAN EKONOMI 
Salah satu tolak ukur keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi yang 
diperlukan untuk evaluasi dan perencanaan ekonomi makro, biasanya dilihat 
| Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 13
dari pertumbuhan angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), baik atas 
dasar harga berlaku maupun berdasarkan atas dasar harga konstan. 
PDRB menurut komponen penggunaan terdiri dari konsumsi rumah 
tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal, ekspor dan impor barang 
dan jasa. PDRB dari sudut penggunaan yang terbesar adalah untuk 
pengeluaran konsumsi rumah tangga. Besarnya PDRB perkapita bervariasi 
antar kabupaten/kota karena selain dipengaruhi oleh potensi dari wilayah 
tersebut juga dipengaruhi oleh jumlah penduduk wilayah yang bersangkutan. 
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Propinsi Sulawesi Barat, 
pertumbuhan ekonomi Propinsi Sulawesi Barat yang ditunjukkan oleh laju 
pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)yang semakin membaik 
pada tahun 2009 meningkat sebesar 6,03% pada tahun 2008. Pada tahun 
2009 seluruh sektor ekonomi di Sulawesi Barat mengalami pertumbuhan 
positif, dengan pertumbuhan tertinggi di sektor pertambangan dan penggalian 
yang tumbuh mencapai 17,62% dan terendah di sektor pertanian yang hanya 
| Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 14 
tumbuh 2,90%. 
Secara triwulanan, PDRB Sulawesi Barat Triwulan IV/2009 mengalami 
pertumbuhan negatif sebesar 0,22 persen di bandingkan dengan triwulan 
III/2009 (q-to-q), dan bila di bandingkan dengan triwulan yang sama pada 
tahun sebelumnya (y-to-y) tumbuh sebesar 4,89 persen. 
Tiga sektor ekonomi mengalami pertumbuhan tertinggi pada triwulan 
IV/2009 (q-to-q) adalah sektor pertambangan da penggalian tumbuh sebesar
13,07 persen, menyusul sektor perdagangan tumbuh mencapai 4,45 persen 
dan sektor angkutan dan komunikasi tumbuh 1,72 persen. 
Tiga sektor utama penggerak ekonomi di Sulawesi Barat adalah setor 
pertanian; sektor jasa-jasa; dan sektor perdagangan, hotel dan restoran secara 
bersama – sama berperan sebesar 78,79 persen tahun 2009. Sektor pertanian 
memberi konstribusi 48,39 persen, sektor jasa-jasa 17,34 persen dan sektor 
perdagangan, hotel, dan restoran 13,06 persen. 
Dari sisi penggunaan, sebagian besar PDRB digunakan untuk memenuhi 
konsumsi rumah tangga yaitu sebesar 68,36 persen kemudian sisanya 
digunakan untuk konsumsi pemerintah 23,69 persen, pembenrukan modal 
tetap bruto dan investasi fisik 15,89 persen dan impor 22,88 persen (bertanda 
- ) serta ekspor 14,59 persen (bertanda+). 
Semua komponen PDRB penggunaan mengalami pertumbuhan pada 
tahun 2009 , dengan pertumbuhan tertinggi terjadi pada ekspor sebesar 14,52 
persen, konsumsi pemerintah 12,26 persen, PMTB 7,96 persen, serta konsumsi 
rumah tangga sebesar 6,16 persen. 
PDRB per-kapita atas dasar berlaku pada tahun 2009 mencapai Rp 8,29 
juta , lebih tinggi dibandingkan tahun 2008 yang sebesar Rp 7,53 juta. 
Perekonomian Sulawesi Barat pada tahun 2009 mengalami pertumbuhan 
sebesar 6,03 persen. Laju pertimbuhan ini sedikit lebih lambat dibanndingkan 
tahun 2008 yang tumbuh 8,54 persen atau mengalami perlambatan 
pertumbuhan ekonomi sebesar 2,51 persen. Pada tahun 2009 nilai PDRB atas 
| Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 15
dasar harga konstan 2000 mencapai Rp 4.106.02 milyar, sedangkan tahun 
2008 sebesar Rp 3.872,52 milyar. Berdasarkan harga berlaku, PDRB tahun 
2008 bertambah sebesar Rp 893,82 milyar yakni Rp. 7.778,0 milyar pada 
tahun 2008 menjadi sebesar Rp 8.671,82 millyar pada tahun 2009. Dari 
jumlah PDRB perkapita Sulawesi Barat naik sekitar 10,04 persen 
Tabel 2.4 
PDRB Per Kapita Propinsi Sulawesi Barat 
Tahun 2008 dan 2009 
Uraian 
Tahun 
2008 2009 
PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku 
| Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 16 
 Nilai 
 Indeks Peningkatan (persen) 
7.534.953 
23,57 
8.291.689 
10,04 
Sumber : BPS Propinsi Sulawesi Barat 
E. KEADAAN LINGKUNGAN 
Lingkungan merupakan salah satu variabel yang kerap mendapat perhatian 
khusus dalam menilai kondisi kesehatan masyarakat. Bersama dengan faktor 
perilaku pelayanan kesehatan dan genetik, lingkungan menentukan baik 
buruknya status derajat kesehatan masyarakat. 
Untuk menggambarkan keadaan lingkungan, akan disajikan indikator-indikator 
seperti persentase rumah tangga rumah tangga terhadap akses air 
minum , persentase rumah tangga dengan sumber air minum, persentase 
keluarga dengan jamban sehat, persentase keluarga memilki tempat sampah 
sehat, dan persentase pengelolaan air limbah sehat.
I. Akses air bersih 
Sumber air minum yang digunakan rumah tangga dibedakan menjadi air 
ledeng, sumur pompa tangan (SPT), sumur gali (SGL), penampungan air hujan 
(PAH) dan sumber air minum lainnya. Di Sulawesi Barat tahun 2007 dari 
234.773 jumlah keluarga yang ada terdapat sebanyak 117.570 keluarga yang 
diperiksa atau sebesar 50,08%. Dari keluarga yang diperiksa yang 
menggunakan air ledeng sebanyak 21.498 (14,8%), SPT sebanyak 2.878 
(1,98%), SGL sebanyak 45.085 (31,04%), PAH sebanyak 928 (0,64%), air 
dalam kemasan sebanyak 235 (0,16%), dan sumber lainnya sebanyak 74.634 
| Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 17 
(51,38%). 
Pada tahun 2008 dari 237.682 jumlah keluarga yang ada terdapat 
sebanyak 109.680 keluarga yang diperiksa atau sebesar 46.15%. Dari keluarga 
yang diperiksa yang menggunakan air ledeng sebanyak 59.754 (17.68),SPT 
sebanyak 5.874 (1.74%), SGL sebanyak 129.151 (38.22%). PAH sebanyak 
1.139 (0.34%), air dalam kemasan tidak ada data, dan yang menggunakan 
sumber air lainnya sebanyak 142.039 (42.03). 
Pada tahun 2009, terdapat peningkatan jumlah keluarga menjadi 
248.427 keluarga. Dari jumlah tersebut yang diperiksa 232.991 keluarga atau 
93.79%. dari keluarga yang diperiksa yang menggunakan air ledeng 32.457 
(18.69%), SPT sebanyak 3.773 (2.17%), SGL sebanyak 61.632 (35,49%), PAH 
sebanyak 279 (0.16%), air kemasan 5.041 (2.90), dan keluarga yang 
menggunakan sumber air lainnya sebanyak 70.490 (40.59).
Kabupaten dengan persentase terbesar untuk rumah tangga yang 
menggunakan ledeng adalah kabupaten Mamasa, yaitu 52.51%, di ikuti oleh 
Mamuju 20% dan Mamuju Utara 0%. Persentase rumah tangga terbesar yang 
menggunakan Sumur Pompa Tangan (SPT) adalah Polewali Mandar 32.21% 
dan Mamuju Utara tidak ada data keluarga yang menggunakan SPT. 
Kabupaten dengan persentase rumah tangga terbesar yang menggunakan 
Sumur galian (SGL) adalah kabupaten Mamuju Utara 97.54% dan yang paling 
rendah kabupaten Mamasa 12.35%. Persentase keluarga yang menggunakan 
Penampungan Air Hujan (PAH) ada dua yaitu kabupaten Mamasa 0.49% dan 
Kabupaten Mamuju 0.36%. Persentase keluarga yang menggunakan air 
kemasan berdasarkan data yang masuk hanya terdapat di kabupaten Polewali 
Mandar 8.27%. Persentase Sumber akses air yang paling banyak di gunakan 
oleh keluarga di Sulawesi Barat adalah sumber air lainnya. Kabupaten dengan 
persentase keluarga yang paling banyak menggunakan sumber air minum 
lainya adalah kabupaten Mamuju 50.84%, di ikuti oleh kabupaten Polewali 
Mandar 41.63% dan berdasarkan data yang masuk Kabupaten Mamuju Utara 
| Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 18 
0%.
Gambar 2.5 
Akses air minum di Provinsi sulawesi Barat 2007-2009 
Ledeng SPT SGL PAH Kemasan Lainnya 
150.000 
145.000 
140.000 
135.000 
130.000 
125.000 
120.000 
115.000 
110.000 
105.000 
100.000 
95.000 
90.000 
85.000 
80.000 
75.000 
70.000 
65.000 
60.000 
55.000 
50.000 
45.000 
40.000 
35.000 
30.000 
25.000 
20.000 
15.000 
10.000 
5.000 
2007 21.498 2.878 45.085 928 235 74.634 
2008 59.754 5.874 129.151 1.139 - 142.039 
2009 32.457 3.773 61.632 279 5.041 70.490 
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten 
II. Fasilitas Tempat Buang Air Besar 
Sebesar 118,912 KK yang diperiksa menurut kepemilikan jamban di 
Provinsi Sulawesi Barat. Diantaranya, terdapat 39,44% yang memiliki jamban 
atau 92.119 KK. Dari hasil pemeriksaan tersebut, terdapat sebanyak 46.898 KK 
yang memiliki fasilitas tempat buang air besar (jamban) dengan kategori sehat 
atau sebesar 39,43% dari seluruh KK yang memiliki jamban pada tahun 2009. 
| Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 19 
-
Kabupaten dengan persentase KK tertinggi yang memiliki jamban sehat adalah 
kabupaten Mamuju 69,08%, diikuti oleh kabupaten Polewali Mandar 
59,24%. Sedangkan persentase Keluarga yang memiliki jamban sehat terendah 
adalah kabupaten Mamuju Utara 13,91% berada di bawah persentase Sulawesi 
16,30 
13,91 
25,12 
69,08 
39,44 
Mamasa Mamuju 
Utara 
Majene Mamuju Sulbar 
| Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 20 
Barat. 
Gambar 2.6 
Persentase jamban sehat Provinsi Sulawesi Barat tahun 2009 
59,24 
Polewali 
Mandar 
Sumber : Dinas Kesehatan kabupaten 
III. Tempat Sampah 
Salah satu indikator Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) adalah 
memiliki tempat pembuangan sampah di rumah masing-masing untuk 
menjaga kebersihan lingkungan rumah tangga. Dengan demikian, keluarga 
dapat tercegah dari berbagai macam penyakit bersumber lingkungan. Di 
Propinsi Sulawesi Barat tahun 2009, dari 248.427 keluarga terdapat sebanyak
91.965 Keluarga yang diperiksa tentang kepemilikan tempat sampah. Dari hasil 
pemeriksaan, terdapat sebanyak 61.282 Keluarga yang memiliki tempat 
sampah atau sebesar 24,67%. Terdapat sebanyak 26.303 Keluarga yang 
memiliki tempat sampah yang sehat atau sebesar 42,92% dari jumlah Keluarga 
yang memiliki tempat sampah. Secara rinci Presentase tempat sampah sehat di 
tiap kabupaten dapat dilihat pada grafik di bawah ini: 
Gambar 2.7 
Persentase kepemilikan tempat sampah sehat tahun 
Provinsi Sulawesi Barat 2009 
50,00 
45,00 
40,00 
35,00 
30,00 
25,00 
20,00 
15,00 
10,00 
5,00 
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten 
IV. Pengelolaan Air Limbah 
Salah satu jenis kepemilikan sarana sanitasi dasar keluarga adalah 
pengelolaan air limbah. Pada tahun 2009 di Propinsi Sulawesi Barat, dari 
248.427 KK terdapat sebanyak 79.304 KK yang diperiksa tentang kepemilikan 
pengelolaan air limbah. Dari hasil pemeriksaan tersebut, terdapat sebanyak 
59.559 KK yang memiliki pengelolaan air limbah atau sebesar 23,97%. Dari 
| Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 21 
46,10 
35,55 
6,87 
30,22 
45,87 
42,92 
0,00 
Polewali 
Mandar 
Mamasa Mamuju 
Utara 
Majene Mamuju Sulbar
jumlah tersebut, terdapat sebanyak 30.528 yang memiliki pengelolaan air 
limbah yang sehat atau sebesar 51,26% dari jumlah KK yang memiliki 
pengelolaan air limbah. Secara rinci Presentase pegelolaan air limbah di tiap 
kabupaten dapat dilihat pada grafik di bawah ini: 
Gambar 2.8 
Persentase pengelolaan air limbah Provinsi Sulawesi Barat 
Tahun 2009 
54,24 
16,84 
0,00 
60,00 
50,00 
40,00 
30,00 
20,00 
10,00 
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten 
19,76 
56,98 
51,26 
| Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 22 
0,00 
Polewali 
Mandar 
Mamasa Mamuju 
Utara 
Majene Mamuju Sulbar
BAB III 
SITUASI DERAJAT KESEHATAN 
A. DERAJAT KESEHATAN 
Derajat kesehatan adalah parameter penilaian indeks pembangunan 
kesehatan yang sering digunakan sebagai indikator keberhasilan 
Pembangunan Kesehatan. Indikator utama yang digunakan antara lain : 
I. Angka Kematian (Mortalitas) 
Mortalitas atau kematian merupakan indikator derajat kesehatan 
yang dapat digunakan untuk menggambarkan fatality penyakit mutu 
pelayanan kesehatan dan juga kondisi lingkungan. Kejadian kematian 
dalam suatu populasi mencerminkan kondisi kesehatan masyarakat. 
Keberhasilan pelayanan kesehatan dapat diukur melalui tingkat 
kematian yang ada. Pada bab ini, kita dapat melihat bagaimana 
gambaran kejadian kematian di Sulawesi Barat dalam periode 2-3 
tahun terakhir. 
a. Angka Kematian Bayi (AKB) 
Infant Mortality Rate atau Angka kematian bayi (AKB) 
berhubungan dengan status gizi, perilaku, lingkungan dan pelayanan 
kesehatan yang ada. Kematian bayi juga berhubungan dengan infeksi 
penyakit menular sehingga tingginya angka kematian bayi intervensi 
dari upaya untuk menurunkannya mempertimbangkan faktor risiko 
| Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 23
yang ada. Kelemahan sekarang adalah data yang menyatakan angka 
kematian bayi adalah merupakan data fasility based bukan comunity 
based karena masih terbatas berasal dari fasilitas kesehatan dan itupun 
terbatas berasal dari laporan program KIA yang ada di Puskesmas. 
Jumlah kematian Bayi dalam beberapa tahun terakhir dapat 
ditekan melalui program-program di bidang kesehatan. Jumlah 
kematian Bayi di Provinsi Sulawesi Barat berdasar dari laporan 
petugas kesehatan 5 Kabupaten adalah pada tahun 2007 di laporkan 
jumlah kematian bayi sebanyak 209 bayi atau angka kematian bayi 
sebesar 10,8 per 1.000 kelahiran hidup, dan pada tahun 2008 turun 
menjadi 200 bayi atau 10,3 per 1.000 kelahiran hidup, sedangkan 
pada tahun 2009 meningkat menjadi 226 atau 11,74 per 1000 
kelahiran hidup. Selengkapnya jumlah kematian bayi dalam tiga tahun 
terakhir berdasarkan kabupaten dapat dilihat pada tabel 4.1. 
Berdasarkan laporan di atas tergambar bahwa angka kematian bayi 
dalam tiga tahun terakhir cenderung menurun, dan ini berarti jumlah 
kematian bayi sangat ditentukan oleh kualitas pelayanan petugas 
kesehatan didaerah terutama dokter, bidan dan perawat juga 
tergantung pada kualitas pelaksanaan program-program dibidang 
| Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 24 
kesehatan.
Tabel 3.1 
Jumlah Kematian Bayi di Propinsi Sulawesi Barat 
Tahun 2007,2008 dan 2009 
NO KABUPATEN 2006 2007 2008 
2009 
1. Polewali Mandar 92 47 58 80 
2. Mamasa 10 15 25 3 
3. Mamuju Utara 17 2 28 60 
4. Majene 45 67 16 12 
5. Mamuju 61 78 73 71 
Jumlah 225 209 200 226 
Angka Kematian 14,2 10,8 10,3 11,74 
Sumber : Program Kesehatan ibu dan Anak Dinkes Sulbar 
Gambar 3.1 
Angka Kematian Bayi tahun 2006-2009 
Sumber : Program Kesehatan ibu dan Anak Dinkes Sulbar, Profil Kesehatan Kabupaten 
Pada gambar di atas nampak bahwa Angka Kematian Anak 
pada tahun 2009 mengalami peningkatan. Hanya pada tiga tahun 
terakhir dibawahnya menunjukkan trend penurunan. 
Walaupun pencapaian Sulawesi Barat pada tahun 2009 kurang 
begitu menggembirakan, namun bila kita melihat pencapaian tersebut 
ternyata telah mencapai target RPJMN 24 per 1000 Kelahiran hidup 
dan target MDGs 2015 23 per 1000 KH. 
| Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 25 
14,2 
10,8 10,3 
11,74 
2006 2007 2008 2009
b. Angka Kematian Balita (AKABA) 
Angka kematian balita atau AKABA menggambarkan peluang 
untuk meninggal pada fase antara kelahiran dan sebelum umur 5 tahun. 
Berdasarkan laporan Dinas kesehatan 5 Kabupaten di Propinsi Sulawesi 
Barat, Angka kematian balita tahun 2007 sebesar 6,4 per 1.000 
kelahiran hidup, tahun 2008 mengalami penurunan menjadi 1,1 per 
1000 kelahiran hidup dan pada tahun 2009 meningkat lagi menjadi 
2,28 per 1000 kelahiran hidup. Hal ini menandakan Angka Kematian 
Balita 3 tahun terakhir sifatnya fluktuatif 
Kasus kematian Balita berhubungan erat dengan kondisi 
lingkungan, perilaku, infeksi penyakit, status gizi dan imunitas serta 
mutu dari pelayanan kesehatan. Format pelaporan program KIA yang 
selama ini digunakan tidak bisa mengakomodasi jumlah kematian balita 
yang ada di wilayah kerja Puskesmas sehingga data kematian balita (1 – 
4 th) tidak bisa diketahui. 
Tabel 3.2 
Kematian Balita di Propinsi Sulawesi Barat tahun 2007-2009 
NO KABUPATEN 
Tahun 
2007 2008 2009 
1. Polewali Mandar 52 3 3 
2. Mamasa 5 - 2 
3. Mamuju Utara 12 5 10 
4. Majene 45 4 18 
5. Mamuju 11 9 11 
Jumlah 125 21 44 
Angka Kematian 6,4 1,1 2,28 
Sumber : Dinas Kesehatan 5 Kabupaten 
| Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 26
Gambar 3.2 
Angka Kematian Balita (AKABA) per 1000 kelahiran hidup 
Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2006-2009 
Sumber : Dinas Kesehatan kabupaten 2009 
Pada gambar 3.2 nampak bahwa Angka Kematian Balita selama 
periode 2006-2008 menunjukkan kecenderungan penurunan dan 
mengalami peningkatan pada tahun 2009. 
c. Angka Kematian Ibu 
AKI yang didefinisikan sebagai banyaknya kematian perempuan 
pada saat hamil atau bersalin per 100.000 kelahiran hidup yang 
disebabkan oleh kehamilan atau pengelolaannya, kecuali yang 
disebabkan oleh kecelakaan. 
Angka kematian Ibu merupakan salah satu indikator penting 
yang merefleksikan derajat kesehatan di suatu daerah, yang mencakup 
tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan Ibu, 
kondisi kesehatan lingkungan serta tingkat pelayanan kesehatan 
terutama bagi ibu hamil, ibu melahirkan dan ibu pada masa nifas. 
| Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 27 
3,3 
6,4 
1,1 
2,28 
2006 2007 2008 2009
Kesehatan Ibu hamil/bersalin dan AKI memiliki korelasi erat 
dengan kesehatan bayi dan AKB. Faktor kesehatan ibu saat ia hamil dan 
bersalin berkontribusi terhadap kondisi kesehatan bayi yang dikandung 
serta resioko bayi yang dilahirkan dengan lahir mati (still birth) atau 
yang mengalami kematian neonatal dini (umur 0-6 hari). 
Sebagai Provinsi baru Sulawesi Barat belum memiliki data statistik 
vital yang langsung dapat menghitung Angka Kematian Ibu (AKI). 
Jumlah Kematian Ibu didapatkan dengan mengumpulkan informasi dari 
Puskesmas semasa kehamilan, persalinan atau selama melahirkan. 
Seperti indikator kesehatan lain pada umumnya, terdapat perbedaan 
AKI antar wilayah di Sulawesi Barat. Jumlah Kematian Ibu di provinsi 
Sulawesi Barat pada tahun 2009 di lima kabupaten menunjukkan 
bahwa kabupaten Mamuju Utara yang lebih rendah yaitu 6 ibu 
mempunyai jumlah kematian Ibu yang lebih rendah di bandingkan 
dengan Mamuju yang sampai 18 ibu yang meninggal pada tahun 2009. 
Angka Kematian Ibu per tahun di Provinsi Sulawesi Barat belum 
dapat ditentukan karena jumlah kelahiran hidup di Sulawesi Barat pada 
tahun 2009, sebesar 19.445 kelahiran hidup. Sedangkan konstanta yang 
digunakan dalam perhitungan Angka Kematian Ibu adalah 100.000 
(kelahiran hidup). Jadi dalam buku ini penyusun hanya menuliskan 
angka absolut atau jumlah sebenarnya, tetapi rumus yang dikeluarkan 
| Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 28
dari Kementerian Kesehatan menjadi pedoman untuk menentukan 
target setiap wilayah 
Tabel 3.3 
Jumlah Kematian Ibu di Propinsi Sulawesi Barat 
Tahun 2007,2008 dan 2009 
No Kabupaten 
Tahun 
2007 2008 2009 
1 Polewali Mandar 15 17 12 
2 Mamasa 6 5 8 
3 Mamuju Utara 3 8 6 
4 Majene 12 9 11 
5 Mamuju 21 15 18 
Jumlah (Kab/Kota) 57 54 55 
Angka Kematian Ibu 
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten 
Gambar 3.3 
Jumlah Kematian Ibu Maternal Sulawesi Barat 
Tahun 2006-2009 
63 
57 
2006 2007 2008 2009 
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten 
d. Angka Kecelakaan Lalu Lintas 
54 
55 
Jumlah kecelakaan lalu lintas di Provinsi Sulawesi Barat tahun 
2009 sebanyak 5.518 kasus dengan jumlah korban sebanyak 3.035 
orang dengan rincian jumlah yang meninggal dunia sebanyak 110 
orang (1.99%), luka berat sebanyak 622 orang (11.27%), luka ringan 
| Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 29
sebanyak 2.303 orang (41.74%). Kasus kecelakaan lalu lintas tertinggi 
terjadi di Kabupaten Majene sebanyak 4.201 kasus dan yang terendah 
terjadi di Kabupaten Mamasa dengan 33 kasus, sedangkan jumlah 
korban kecelakaan lalu lintas terbanyak juga di Kabupaten Majene 
yaitu 2,723 orang dan yang terrendah di Kabupaten Mamasa dengan 
korban 33 orang. Dengan jumlah tersebut maka incidence Rate (IR) 
kecelakaan lalu lintas di Provinsi Sulawesi Barat tahun 2009 sebesar 
269.02 per 100,000 penduduk. Pada gambar di bawah ini 
menunjukkan korban kecelakaan lalu lintas selama tiga tahun terakhir 
yang terus meningkat : 
Gambar 3.4 
Korban Kecelakaan Lalu Lintas 
Provinsi Sulawesi Barat 2006-2009 
Sumber : Bidang Pelayanan Medik Dinkes Sulbar 
| Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 30 
177 
2650 
3492 
3035 
2006 2007 2008 2009
II. Angka Kesakitan (Morbiditas) 
a. Penyakit Menular Langsung 
1. Tuberkulosis (TB) Paru 
Tuberculosis (TB) adalah penyakit infeksi yang 
disebabkan oleh Mycrobacterium Tuberculosis memalui 
percikan dahak dengan gejala yang khas. Sebagian besar 
kuman TB yang menyerang paru, tetapi dapat juga 
mengenai organ tubuh lainnya. Penyakit ini menyebar dan 
ditularkan melalui udara ketika orang yang terinfeksi TB 
paru batuk, bersin, berbicara atau meludah. 
Millennium Development Goals (MDGs) menjadikan penyakit TB 
sebagai salah satu penyakit yang menjadi target untuk diturunkan. 
Strategi penanganan TB paru yang digunakan di Provinsi Sulawesi 
Barat sampai saat ini adalah Directly Observed Shortcourse (DOTS) 
yaitu pengobatan TB paru dengan pengawasan langsung menelan obat 
setiap hari oleh seorang Pengawas Minum Obat (PMO) yang mulai 
diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1995. 
Penemuan kasus penderita TB paru baik yang penderita baru TB 
paru klinis maupun BTA positif mengalami peningkatan yang tajam 
dari tahun ke tahun. Namun pada tahun 2008 terjadi sedikit 
penurunan penemuan kasus TB paru pada semua kasus, hal ini 
| Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 31
mungkin dipengaruhi oleh restriksi bantuan Global Fund (GF) yang 
berdampak pada program penanggulangan tuberculosis. 
2993 
7263 6999 
744 1008 984 
2007 2008 2009 
8000 
7000 
6000 
5000 
4000 
3000 
2000 
1000 
0 
tb klinis 2993 7263 6999 
tb bta (+) 744 1008 984 
19,91 12,19 12,33 
80,09 87,81 87,67 
| Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 32 
kasus TB paru 
100% 
90% 
80% 
70% 
60% 
50% 
40% 
30% 
20% 
10% 
0% 
2007 2008 2009 
tb bta (+) 19,91 12,19 12,33 
tb klinis 80,09 87,81 87,67 
proporsi kasus tb 
Trend kasus TB paru selama tiga tahun terakhir tersebut diatas 
dapat digambarkan pada gambar 10 mengenai penemuan kasus TB 
paru Provinsi Sulawesi Barat berikut : 
Gambar 3.5 
Trend Cakupan Penemuan Kasus TB Paru Tahun 2007 – 2009. 
Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2010. 
Gambar 3.6 
Proporsi Kasus TB Paru Tahun 2007 – 2009. 
Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat
Proporsi kasus TB paru menurut jenisnya di Provinsi Sulawesi 
Barat pada tahun 2007 sampai tahun 2009 tidak banyak berubah, hal 
ini digambarkan pada gambar 11 diatas. 
Angka keberhasilan pengobatan TB paru di Provinsi Sulawesi 
Barat pada tahun 2009 hanya sebesar 77,52% (target minimal 85%). 
Bila dilihat berdasarkan tingkat kabupaten, maka yang tertinggi dan 
mencapai target minimal hanya Kabupaten Majene (91,20%), 
kabupaten yang terendah angka kesembuhan pasiennya adalah 
Kabupaten Mamuju Utara (30,19%). 
Gambar 3.7 
Persentase Cakupan Penderita TB Paru Yang Sembuh 
Di Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2009. 
polman mamasa matra majene mamuju provinsi 
100,00 
90,00 
80,00 
70,00 
60,00 
50,00 
40,00 
30,00 
20,00 
10,00 
0,00 
% sembuh 82,98 80,30 30,19 91,20 61,33 77,52 
Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 
| Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 33
Berdasarkan gambaran diatas, maka masih perlunya suatu usaha 
keras dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat bersama dengan 
seluruh dinas kesehatan kabupaten dalam upaya penemuan penderita 
TB, pengobatan dan minimalisasi jumlah pasien Drop Out (DO) dari 
pengobatan TB paru. 
2. HIV/AIDS dan Infeksi Menular Seksual 
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus (retrovirus) 
yang menginfeksi sel-sel sistem imunologi sehingga merusak sistem 
kekebalan tubuh manusia. Acquired Immune Deficiency Syndrome 
(AIDS) adalah kondisi kesehatan seseorang ketika HIV telah merusak 
sistem kekebalan terhadap penyakit Infeksi menular seksual (IMS) 
merupakan penyakit yang sangat erat keterkaitannya dengan 
kejadian HIV dan AIDS. 
Keberadaan penderita HIV/AIDS bagaikan fenomena gunung es, 
dimana jumlah penderita yang ditemukan jauh lebih sedikit 
dibandingkan penduduk yang terinfeksi dan diperkirakan pada tahun 
2010 jumlah Orang Dengan HIV AIDS (ODHA) di Sulawesi Barat 
mencapai 000000 orang. Kondisi tersebut berkaitan dengan mobilisasi 
penduduk yang cepat mengingat Provinsi Sulawesi Barat adalah 
provinsi baru dan berkembang disertai dengan perilaku seksual yang 
| Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 34
tidak aman serta penggunaan Narkoba, Psikotropika dan Zat Adiktif 
lainnya (NAPZA) suntik yang semakin meluas. 
Upaya pencegahan dan penanggulangan yang dilakukan 
memalui penyuluhan ke masyarakat, pembentukan klinik IMS dan 
Voluntary Concealing Test VCT di puskesmas, pengobatan dan 
pemeriksaan berkala penyakit menular seksual, pengamatan darah 
donor dan kegiatan lain yang menunjang pemberantasan penyakit 
| Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 35 
HIV/AIDS. 
Pengembangan jejaring HIV/AIDS serta kerjasama dengan Komisi 
Penanggulangan AIDS Nasional (KPA) tingkat provinsi dan kabupaten, 
Majelis Ulama (MU) serta organisasi masyarakat lainnya yang terkait 
merupakan usaha lain dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 
dalam penanggulangan HIV/AIDS. 
Meski demikian jumlah penderita HIV/AIDS di Provinsi Sulawesi 
Barat hingga tahun 2009 belum ada laporan secara tertulis penduduk 
yang tercatat sebagai penderita positif, namun penderita positif 
tersebut diperkirakan ada di sekitar kita. Hal ini dapat dilihat pada 
gambar 3.8 berikut :
2007 2008 2009 
60 
50 
40 
30 
20 
10 
0 
HIV/AIDS 0 0 0 
IMS 0 0 49 
| Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 36 
kasus HIV/AIDS & IMS 
Gambar 3.8 
Trend Cakupan Penderita HIV/AIDS dan IMS di Provinsi Sulawesi Barat 
Tahun 2007 – 2009. 
Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2010. 
Berdasarkan grarik diatas, penderita IMS sebagai kelompok risiko 
tinggi menderita HIV/AIDS diketahui pada tahun 2009 sebanyak 49 
kasus, hal ini meningkat dibandingkan dengan tahun-tahun 
sebelumnya. Penyebab meningkatnya penyakit IMS ini dapat 
dikarenakan kesedaran masyarakat akan perilaku seksual yang tidak 
aman masih rendah. 
Jumlah kasus IMS tertinggi ditemukan pada Kabupaten Mamuju 
(47 kasus) dan Kabupaten Polewali Mandar (2 kasus), dan tidak 
terdapat kasus pada kabupaten lainnya. Hal ini dikarenakan 
Kabupaten Mamuju sebagai ibukota provinsi yang merupakan pusat 
mobilisasi penduduk baik dari kabupaten atau dari provinsi lainnya.
2 
37 
39 
polman mamuju provinsi 
60 
50 
40 
30 
20 
10 
IMS 2 47 49 
diobati 2 37 39 
| Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 37 
0 
kasus IMS & yang diobati 
Dari seluruh kasus IMS di Kabupatren Mamuju yang diobati 
hanya 37 kasus (78,72%), untuk Kabupaten Polewali Mandar yang 
diobati sebanyak 2 kasus (100%) sehingga untuk tingkat Provinsi 
Sulawesi Barat penderita IMS yang diobati sebesar 79,59% dari kasus 
yang ada. Hal ini digambarkan pada grafik 3.9 berikut : 
Gambar 3.9 
Cakupan Penderita IMS dan Yang Diobati di Provinsi Sulawesi Barat 
Tahun 2009. 
Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2010. 
Salah satu kelompok lain berisiko tinggi tertular HIV/ADIS adalah 
kelompok pengguna NAPZA suntik melalui cara Intravena Drug Use 
(IDU) dengan alat suntik yang dipakai secara bersama-sama. Kasus 
AIDS pada pengguna NAPZA suntik di Indonesia menunjukkan 
peningkatan yang tajam dari tahun ke tahun.
Meskipun penderita HIV/AIDS di Provinsi Sulawesi Barat belum 
ditemukan tapi bukan berarti kita terbebas dari penyakit ini, tetapi 
harus lebih waspada terhadap penyebaran HIV/AIDS dan memiliki 
perilaku seksual yang aman dan menghindari penggunaan NAPZA 
melalui suntikan yang secara simultan memperbesar risiko penyebaran 
| Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 38 
HIV/AIDS. 
Penanggulangan HIV/AIDS ini pun telah menjadi perhatian besar 
pada program MDGs pada tujuan ke enam yakni menghentikan dan 
mulai membalikkan penyebaran HIV dan AIDS pada tahun 2015 dan 
tersedianya akses universal untuk perawatan terhadap HIV/AIDS bagi 
yang memerlukan pada tahun 2010. 
3. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) 
Penyakit ISPA atau Acute Respiratory 
Infection (ARI) adalah penyekit infeksi akut 
yang menyerang salah satu bagian dan atau 
lebih dari saluran nafas mulai dari hidung 
hingga alveoli termasuk jaringan adneksanya 
seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. 
Penyakit ISPA yang menjadi fokus program 
kesehatan adalah Pneumonia, karena 
pneumonia merupakan salah satu penyebab 
utama kematian pada anak.
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan 
paru yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus maupun jamur dengan 
populasi rentan pada anak-anak usia kurang dari dua tahun, usia lanjut 
lebih dari 65 tahun, atau orang yang memiliki masalah kesehatan 
(malnutrisi, gangguan imunologi). 
ISPA seringkali menjadi penyebab kematian pada bayi dan balita, 
dimana pneumonia diduga sebagai faktor utama penyebabnya. Sampai 
saat ini diketahui bahwa 80% sampai 90% dari seluruh kasus 
kematian ISPA adalah disebabkan oleh pneumonia. ISPA juga 
merupakan salah satu penyebab utama utama kunjungan berobat 
pasien di puskesmas dan rumah sakit. 
Berdasarkan laporan bidang pencegahan dan pengendalian 
penyakit dari dinas kesehatan kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi 
Barat tahun 2009 terdapat kasus pneumonia sebanyak 4.433 kasus 
dan 76,17% (3.377 kasus) diantaranya adalah pneumoni pada balita. 
Angka ini menunjukkan terjadinya penurunan jumlah kasus pneumoni 
pada balita dibandingkan pada tahun 2008 sebesar 86,05% (7.326 
kasus) dan pada tahun 2007 sebesar 99,37% (25.047 kasus). 
Walaupun angka kesakitan balita karena pneumonia menurun, 
namun yang perlu diwaspadai adalah perkembangan situasi global saat 
ini dimana banyak penyakit ISPA yang bersifat New Emerging Disease, 
| Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 39
seperti Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS), Avian Influenza (AI) 
Trend angka kesakitan pneumonia pada balita ini dari tahun 
2007 sampai dengan tahun 2009 dapat dilihat paga gambar 3.10 
25047 
7332 
3377 
2007 2008 2009 
dan H1N1. 
sebagai berikut : 
30000 
25000 
20000 
15000 
10000 
5000 
provinsi 25047 7332 3377 
99,38 
0,62 
86,06 
13,94 
43,24 
56,76 
| Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 40 
0 
pneumonia balita 
100% 
80% 
60% 
40% 
20% 
0% 
2007 2008 2009 
≤5 thn 99,38 86,06 43,24 
>5 thn 0,62 13,94 56,76 
proporsi kasus pneumonia 
Gambar 3.10 
Trend Cakupan Pneumonia Pada Balita di Provinsi Sulawesi Barat 
Tahnu 2007 – 2009. 
Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2010. 
Gambar 3.11 
Proporsi Kasus Pneumonia Tahun 2007-2009. 
Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat
Pada kasus pneumonia yang terjadi berdasarkan laporan dari 
lima kabupaten, kabupaten dengan cakupan tertinggi adalah 
Kabupaten Mamuju (3.532 kasus) dan cakupan terendah adalah 
Kabupaten Mamasa (11 kasus). Namun dari jumlah kasus pneumonia 
yang terjadi pada balita, Kabupaten Polewali Mandar, Mamasa dan 
Majene memiliki cakupan 100%, sedangkan cakupan pada Kabupaten 
Mamuju Utara sebesar 93,47% dan Mamuju sebesar 70,18%. Pada 
tingkat provinsi proporsi balita penderita pneumonia dapat dilihat 
pada gambar 3.11 diatas. 
Upaya pemberantasan penyakit ISPA difokuskan pada upaya 
penemuan dini dan tatalaksana kasus yang cepat dan tepat pada 
penderita. Kecepatan keluarga dalam membawa penderita ke unit 
pelayanan kesehatan serta keterampilan petugas dalam menegakkan 
diagnosis merupakan kunci keberhasilan penanganan penyakit ISPA. 
Program pengendalian ISPA menetapkan bahwa semua kasus yang 
ditemukan harus mendapat tatalaksana sesuai standar. Target cakupan 
program ISPA nasional pada pneumonia balita sebesar 76% dari 
perkiraan jumlah kasus. Pada tahun 2009 cakupan penemuan kasus di 
Provinsi Sulawesi barat telah mencapai 100%. 
| Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 41
polman mamasa matra majene mamuju provinsi 
100 
90 
80 
70 
60 
50 
40 
30 
20 
10 
% ditangani 100 100 100 100 100 100 
| Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 42 
0 
Gambar 3.12 
Cakupan Pneumonia Pada Balita yang Ditangani 
Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2009. 
Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2010. 
4. Diare 
Diare dapat didefinisikan sebagai perubahan 
konsistensi fases selain dari frekuensi buang air besar. 
Dikatakan diare apabila fases lebih berair dari biasanya. 
Diare juga didefinisikan bila Buang Air Besar (BAB) tiga 
kali atau lebih atau BAB lebih berair tapi tidak berdarah 
dalam waktu 24 jam. Sementara diare yang berdarah 
didefinisikan sebagai disentri. 
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis 
lingkungan, dimana sarana air bersih dan BAB serta perilaku manusia 
yang tidak sehat merupakan factor dominan penyebabpenyakit
tersebut. Perilaku biasa bersih dengan cuci tangan menggunakan sabun 
di bawah air mengalir sebelum dan sesudah beraktifitas merupakan 
tindakan pencegahan yang paling ampuh saat ini agar terhindar dari 
diare yang dikenal dengan gerakan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS). 
Selain angka kesakitan yang masih tinggi, penyakit diare juga 
sering menimbulkan KLB dengan tingkat CFR yang juga tinggi. Salah 
satu upaya menurunkan kematian akibat diare adalah dengan 
tatalaksana yang tepat dan cepat. Pengolahan, analisa, dan interpretasi 
data secara rutin juga akan dilakukan, sebagai upaya kewaspadaan dini 
KLB Diare. Upaya ini dilakukan dengan mengadakan pelatihan petugas 
terintegrasi dengan pelatiha Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), 
serta pengamatan tatalaksana diare di puskesmas sentinel. 
Kasus diare pada balita di Provinsi Sulawesi Barat pada tahun 
2007 sebesar 50,85% per 1.000 penduduk dan di tahun 2008 sebesar 
44,79% per 1.00 penduduk. Pada tahun 2008 terdapat sebesar 
49,37% kasus diare pada balita dengan jumlah balita yang mendapat 
penanganan sebesar 92,73% dari total kasus diare pada balita. Pada 
tahun 2009 jumlah kasus diare setiap tahunnya terus meningkat, tetapi 
kasus diare pada balita telah mengalami penurunan sebesar 34,01%. 
Hal ini dapat dilihat pada grafik berikut berikut : 
| Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 43
50,63 
65,99 
49,37 
34,01 
2008 2009 
70 
60 
50 
40 
30 
20 
10 
>5 thn 50,63 65,99 
≤5 thn 49,37 34,01 
| Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 44 
0 
kasus diare 
Gambar 3.13 
Trend Cakupan Kejadian Diare di Provinsi Sulawesi Barat 
Tahun 2008-2009. 
Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2010. 
Untuk tahun 2009, kejadian diare tertinggi tercatat di Kabuapten 
Mamuju sebanyak 25.507 kasus dan terendah di Kabupaten Mamasa 
sebanyak 5.174 kasus. Namun bila dilihat kasus diare pada balita yang 
terkena penyakit tersebut, kabupaten yang tertinggi proporsi balita yang 
terkena diare adalah Kabupaten Mamuju Utara sebesar 100% dan 
terendah adalah Kabupaten Mamasa sebesar 38,77%. 
Kejadian diare pada balita yang mendapat penanganan dengan 
tatalaksana cepat dan tepat untuk tingkat provinsi sebesar 90,13%. 
Semua kabupaten telah melakukan penangan kasus diare pada balita
sebesar 100% kecuali Kabupaten Mamuju Utara hanya sebesar 
polman mamasa matra majene mamuju provinsi 
55,87% saja. 
70000 
60000 
50000 
40000 
30000 
20000 
10000 
diare 13778 5174 7158 10523 25507 62140 
d. balita 6338 2006 7158 5856 10663 32021 
| Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 45 
0 
kasus diare 
Upaya penanggulangan diare dilakukan dengan pemberian oralit 
dan penggunaan infuse pada penderita, penyuluhan kepada 
masyarakat agar meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 
(PHBS) dalam kehidupan sehari-hari serta melibatkan peran serta kader 
dalam tatalaksana diare karena dengan penanganan yang cepat dan 
tepat di tingkat rumah tangga maka diharapkan dapat mencegah 
terjadinya diare dengan dehidrasi berat yang dapat menyebabkan 
kematian. 
Gambaran proporsi kejadian diare balita di Provinsi Sulawesi 
Barat pada tahun 2009 seperti yang dijelaskan di atas, dapat dilihat 
pada grafik berikut : 
Gambar 3.14 
Cakupan Kejadian Diare Pada Balita 
Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2009. 
Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2010.
Kejadian diare di Provinsi Sulawesi Barat telah mengalami 
penurunan jumlah kasus terutama pada kasus diare pada balita. 
Penurunan kasus diare dapat dikolerasian dengan perbaikan hygiene 
sanitasi dan perilaku hidup bersih dan sehat, karena secara umum 
penyakit diare sangat berkaitan dengan kedua faktor tersebut. 
Kegiatan lain yang menunjang secara tidak langsung mencegah 
terjadinya diare di Provinsi Sulawesi Barat adalah program Water 
Sanitation for Low Income Community (WSLIC2) yang bertujuan untuk 
penyediaan air bersih bagi masyarakat dengan focus daerah Kabupaten 
Polewali Mandar dan Mamasa. Untuk penyediaan air bersih di 
Kabuapten Mamuju, Majene dan Mamuju Utara dilaksanakan 
program Third Water Supply and Sanitation for Low Income 
Communities Project (WSSLIC3) atau dikenal juga dengan nama lain 
program Penyedian Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat 
(PAMSIMAS). 
| Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 46 
5. Kusta 
Penyakit kusta atau disebut penyakit 
lepra adalah penyakit infeksi kronis yang 
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium 
Leprae yang menyerang syaraf tepi dan 
jaringan tubuh lainnya. Bila tidak ditangani
dengan baik, kusta dapat menjadi progresif, 
menyebabkan kerusakan permanen pada 
kulit, syaraf, anggota gerak dan mata. 
Penyakit kusta menurut jenis penyakitnya dibedakan menjadi 
kusta Pausi Basiler (PB) dan kusta Multi Basiler (MB) dan 
pengobatannya disesuaikan dengan klasifikasi jenisnya. 
Strategi global WHO menetapkan indikator eliminasi kusta 
adalah angka penemuan penderita atau istilah bahasa inggrisnya 
Newly Case Detection Rate (NCDR) yang menggantikan indicator 
utama sebelumnya yaitu angka penemuan penderita terdaftar berupa 
prevalensi rate < 1/100.000 penduduk. 
Prevalensi penyakit kusta di Provinsi Sulawesi Barat tidak banyak 
mengalami perubahan setiap tahunnya, hanya Kabupaten Polewali 
Mandar yang mengalami peningkatan penemuan kasus baru, 
kabupaten lainnya berfluktuasi penemuan kasus barunya. Sedangkan 
untuk persebarannya, kasus kusta terdapat di semua kabupaten dengan 
jumlah kasus yang berbeda-beda. 
Berdasarkan rekapitulasi data dari bidang pengendalian penyakit 
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat pada tahun 2009 jumlah 
kasus kusta PB terbanyak terdapat di Kabupaten Polewal Mandar 
sebanyak 36 kasus dan terndeah di Kabupaten Mamasa sebanyak satu 
kasus. Kasus kusta MB terbanyak terdapat di Kabuapten Polewali 
| Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 47
Mandar sebanyak 279 kasus dan terendah di Kabupaten Mamasa 
184 
62 
183 
374 
85 74 
2007 2008 2009 
sebanyak 3 kasus. 
500 
450 
400 
350 
300 
250 
200 
150 
100 
50 
MB 184 183 374 
PB 62 85 74 
| Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 48 
0 
kasus kusta 
Penggambaran penemuan kasus kusta PB dan MB pada tingkat 
provinsi dari tahun 2007 – 2009 dapat dilihat pada gambar 3.15 
berikut. 
Grafik 3.15 
Trend Penemuan Kasus Kusta di Provinsi Sulawesi Barat 
Tahun 2007 – 2009. 
Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2010. 
Dalam upaya penanggulangan penyakit kusta di Indonesia, salah 
satu indikator yang digunakan untuk menilai keberhasilannya adala 
angka proporsi cacat tingkat II (kecatatatn yang dapat dilihat dengan 
mata) sebesar 5% dan proporsi anak di antara kasus baru. Angka 
proporsi cacat tingkat II digunakan untuk menilai kinerja petugas dalam 
upaya peningkatan penemuan kasus.
polman mamasa matra majene mamuju provinsi 
100 
90 
80 
70 
60 
50 
40 
30 
20 
10 
0 
% RFT PB 55,56 100 66,67 100 14,29 69,33 
% RFT MB 16,49 100 44,44 100 51,43 31,82 
| Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 49 
% RFT kusta 
Angka proporsi cacat tingkat II yang tinggi mengindikasikan 
adanya keterlambatan dalam penemuan penderita yang dapat 
diakibatkan rendahnya kinerja petugas dan rendahnya pengetahuan 
masyarakat mengenai tanda-tanda dini penyakit kusta. Sedangkan 
indikator proporsi anak di antara kasus baru mampu 
mempresentasikan penularan kusta yang masih terjadi di masyarakat. 
Indikator lain yang digunakan adalah jumlah penderita kusta 
yang telah selesai menjalani pengobatan (RFT). Pencapaian RFT untuk 
tingkat provinsi pada tahun 2009 masih cukup rendah. Untuk kasus 
kusta PB hanya sekitar 69,33% dan kusta MB hanya 31,82%. Untuk 
tingkat kabupaten dapat dilihat pada gambar 3.16 berikut : 
Gambar 3.16 
Persentase RFT Kasus Kusta PB dan Kusta MB 
Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2009. 
Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2010.
Upaya pencegahan dan pemberantasan dilakukan dengan 
penyuluhan kepada masyarakat melalui media massa agar penderita 
dapat ditemukan dalam stadium dini dan tidak sampai menimbulkan 
kecatatan, pengobatan penderita kusta untuk mencegah infeksi 
sekunder serta membentuk kelompok-kelompok pemberantasan kusta 
seperti Aliansi Daerah Eliminasi Kusta (ADEK) dan Kelompok 
Perawatan Diri (KPD). 
Meskipun Indonesia telah mencapai eliminasi pada pertengahan 
tahun 2000, penyakit kusta masih menjadi menjadi salah satu masalah 
kesehatan yang cukup besar, karena sampai akhir 2009 Provinsi 
Sulawesi Barat belum mencapai eliminasi kusta. 
Keberhasilan peningkatan NCDR setiap tahunnya, disebabkan 
karena adanya pelatihan petugas dan kegiatan aktif di lapangan. 
Diharapkan pada tahun-tahun ke depan Provinsi Sulawesi Barat tidak 
terjadi lagi penularan penyakit kusta di masyarakat dan tidak terjadi 
keterlambatan dalam penemuan kasus. 
b. Penyakit Bersumber Binatang/Melalui Vektor 
1. Malaria 
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh 
parasit (plasmodium) yang ditularkan melalui gigitan 
nyamuk nyamuk malaria (anopheles) yang terinfeksi 
| Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 50
(vector-born disease) yang menular dan menyerang semua golongan 
umur. Pada tubuh manusia, parasit membelah diri dan bertambah 
banyak di dalam hati dan kemudian menginfeksi sel-sel darah merah. 
Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang upaya 
pengendalian dan penurunan ksausnya merupakan komitmen 
internasional dalam MDGs. Kasus malaria di Indonesia secara umum 
menunjukkan kecenderungan menurun, namun masih menjadi 
permasalahan kesehatan masyarakat. Setiap tahun terdapat 300 
sampai 500 juta kasus malaria di dunia dan penyebab satu juta 
kematian anak. Daerah yang terjangkit malaria dapat menjadi 
penyebab kematian dan penghambat pertumbuhan anak. 
Pada umumnya lokasi endemis malaria adalah desa-desa yang 
terpencil dengan kondisi lingkungan yang tidak baik, sarana 
transportasi dan komunikasi yang sulit, akses pelayanan kesehatan 
kurang, tingkat pendidikan dan social ekonomi masyarakat yang 
rendah serta perilaku hidup sehat yang kurang baik. 
Mengingat malaria sebagai salah satu penyebab kematian, maka 
dikembangkan kebijakan Program Pemberantasan Penyakit Malaria 
dengan menggunakan strategi penegakkan diagnosa kasus dengan 
konfirmasi laboratorium, yang dikenal dengan istilah Annual Parasite 
Incidence (API) dan malaria klinis dengan istilah Annual Malaria 
Incidence (AMI). 
| Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 51
2008 2009 
25000 
20000 
15000 
10000 
5000 
AMI 15868 21650 
API 375 1397 
| Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 52 
0 
kasus malaria 
Sebagai salah satu daerah endemis malaria, pada tahun 2009 
perhatian pada bidang kesehatan terhadap malaria cukup besar 
sehingga dapat menekan peningkatan jumlah kasus walau dalam tiga 
tahun terakhir kasus malaria di Provinsi Sulawesi Barat tetap 
mengalami peningkatan jumlah kasus setiap tahunnya. 
Grafik berikut menunjukkan jumlah kasus malaria AMI di Provinsi 
Sulawesi Barat pada tiga tahun terakhir : 
Gambar 3.17 
Trend Penemuan Kasus Malaria AMI 
Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2007 – 2009. 
Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 
Dari keselurahan penemuan kasus malaria di Provinsi Sulawesi 
Barat pada tahun 2009, ditemukan 5,58% (203 kasus) positif malaria 
melalui pemeriksaan laboratorium dengan menggunakan sampel darah 
pasien. Kejadian malaria positif untuk tingkat kabupaten tertinggi
ditemukan di Kabupaten Majene sebesar 45,29% (687 kasus) dan 
terendah di Kabupaten Mamasa 0% (tidak ada kasus). 
Kabupaten Mamuju adalah kabuapten penyumbang kasus 
malaria terbanyak di Provinsi Sulawesi Barat dan dimasukkan kedalam 
klasifikasi Red Endemic Area. Tetapi dari keseluruhan kasus malaria 
yang ada (16.322 kasus) hanya 3,28% (526 kasus) yang positif secara 
pemeriksaan laboratorium. Hal ini mungkin disebabkan penemuan 
kasus yang terlambat untuk mendapat penanganan, kasus malaria yang 
terlalu banyak dengan sumber daya manusia yang masih sangat 
kurang, peralatan pemeriksaan laboratorium yang minim dan atau 
pasien yang tidak ingin melakukan pemeriksaan darah. 
Kasus malaria yang banyak ditemukan secara umum dapat 
dikatakan berbanding lurus dengan pengobatan terhadap pasien yang 
dilakukan. Tiga kabupaten yang mampu melakukan pengobatan 
sebesar 100% adalah Kabupaten Majene, Mamuju dan Mamuju Utara. 
Dua kabupaten lain yaitu Kabupaten Mamasa hanya sebesar 61,31% 
dan terendah Kabupaten Polewali Mandar hanya 10,02%. Hal ini 
berarti akan ditemukannya penyebaran penyakit malaria yang lebih 
| Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 53 
luas. 
Gambaran pengobatan malaria ini dapat dilihat pada gambar 
3.19 berikut :
Gambar 3.19 
Penemuan Kasus Malaria dan Pengobatan Malaria 
Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2009. 
polman mamasa matra majene mamuju provinsi 
30000 
25000 
20000 
15000 
10000 
5000 
0 
malaria 2025 928 4877 1517 16322 25669 
diobati 203 569 4877 1517 16322 23488 
Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2010. 
Hal lain yang perlu diingat adalah penanganan penyakit malaria 
di Provinsi Sulawesi Barat masih perlunya dikembangkan beberapa 
kegiatan seperti penemuan aktif penderita, penegakan diagnosis malaria 
melalui pemriksaan mikroskopis dan Rapid Diagnostic Test (RDT), 
penatalaksanaan kasus dan pengobatan, pengobatan malaria pada ibu 
hamil, penyemprotan rumah/Indoor Residual Spraying (IRS), pembagian 
kelambu anti nyamuk (LLINs), peningkatan sumber daya manusia, 
pemberantasan tempat perindukan nyamuk dan pengendalian vektor. 
2. Demam Berdarah Dengue (DBD) 
Demam Berdarah Dengue (Dengue Haemorraghic Fever) 
adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue serta 
disebarkan dengan perantaraan nyamuk Aedes Aegypty dan 
| Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 54
Aedes Albopictus yang hidup di genangan air bersih atau jernih di sekitar 
rumah atau tempat-tempat yang dapat menampung dan menjadi 
genangan air dan umumnya kasus ini mulai meningkat pada musim 
| Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 55 
penghujan. 
Pada tahun 1968, penyakit ini mulai berjangkit di Indonesia dan 
sampai saat ini seluruh wilayah di Indonesia telah terjangkit penyakit 
ini. Penyakit DBD sulit diberantas karena terkait erat dengan perilaku 
masyarakat dan kesehatan lingkungan. 
Penyakit DBD merupakan salah satu penyakit menular yang 
sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan 
sering muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) sehingga 
menimbulkan kepanikan di masyarakat karena penyebarannya yang 
sangat cepatdan berpotensi menimbulkan kematian bila tidak 
mendapatkan penangan secara cepat dan tepat. 
Angka kesakitan DBD di Provinsi Sulawesi Barat pada tahun 
2009 mengalami peningkatan yang cukup tinggi sebanyak 205 kasus, 
sekitar empat kali lebih tinggi dibandingkan pada tahun 2008 
sebanyak 45 kasus. 
Kabupaten Mamuju Utara adalah kabupaten terbanyak memiliki 
kasus DBD pada tahun 2009, hampir 10 kali lebih tinggi dibanding 
tahun sebelumnya. Ini perlu mendapat perhatian yang besar bagi
dinas kesehatan Provinsi Sulawesi Barat khususnya Kabupaten 
Mamuju Utara karena merupakan suatu KLB DBD pada tahun tersebut. 
| Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 56 
250 
200 
150 
100 
50 
0 
polman mamasa matra majene mamuju provinsi 
2007 8 1 40 1 2 52 
2008 7 0 16 22 0 45 
2009 0 150 42 13 205 
kasus DBD 
Untuk mengatasi hal ini, telah dilakukan upaya penanggulangan 
KLB seperti penyelidikan epidemiologi, fogging fokus, abatesasi, 
pemberantasan sarang nyamuk dan pemantauan jentik serta surveilans 
sanitasi lingkungan pada daerah Mamuju Utara. 
Jumlah kasus DBD di Provinsi Sulawesi Barat pada tahun 2007 
sampai dengan 2009 dapat dilihat pada grafik berikut : 
Gambar 3.20 
Jumlah Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) 
Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2007 – 2009. 
Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 
Kabupaten Polewali Mandar pada tiga tahun terakhir telah 
menunjukkan penurunan penemuan kasus DBD adalah suatu kemajuan 
yang diperoleh dinas kesehatan tingkat kabupaten, namun Kabupaten 
Majene adalah kabupaten yang mengalami peningkatan penemuan
kasus DBD setiap tahunnya. Hal ini perlu menjadi perhatian karena 
dapat menjadi masalah kesehatan nantinya apabila tidak diperhatikan 
| Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 57 
lebih serius. 
250 
200 
150 
100 
50 
0 
polman mamasa matra majene mamuju provinsi 
dbd 150 42 13 205 
ditangani 150 42 13 205 
kasus DBD 
Kesigapan petugas di lapangan dalam penangan kasus DBD 
haruslah ditingkatkan dan dipertahankan. Seperti pada Kabupaten 
Mamuju Utara, Majene dan Mamuju telah melakukan penangan kasus 
DBD sebesar 100% dari kasus yang ada. Pada Kabupaten Polewali 
Mandar tidak diperoleh data mengenai jumlah kasus dan pengobatan 
terhadap pasien yang ditemukan. 
Penemuan kasus dan pengobatan kasus DBD yang dilakukan 
pada tahun 2009 dalam wilayah Provinsi Sulawesi Barat ini dapat 
dilihat pada grafik dibawah ini : 
Gambar 3.21 
Jumlah Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Penangannya Tahun 2009. 
Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2010
Angka Bebas Jentik (ABJ), sebagai tolak ukur upaya 
pemberantasan vektor melalui PSN-3M, menunjukkan angka partisipasi 
masyarakat dalaam mencegah DBD. Pada tingkat provinsi, ABJ 
diperoleh hanya sebesar 67,48%. Diharapkan pada tahun mendatang 
capaian ABJ di Provinsi Sulawesi Barat dapat ditingkatkan menjadi 
100% sehingga tidak memberikan kesempatan nyamuk untuk 
berkembang biak. Oleh karena itu, pendekatan pemberantasan DBD 
yang berwawasan kepedulian masyarakat menjadi salah satu alternatif 
pendekatan baru. 
Perlu tetap diingat, metode tepat guna untuk mencegah DBD 
adalah dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui 3M plus 
(Menguras, Menutup, dan Mengubur) plus menabur larvasida, 
penyebaran ikan pada tempat penampungan air, serta kegiatan lainya 
yang dapat mencegah/memberantas nyamuk Aedes berkembang biak. 
Surveilans vektor dilakukan melalui kegiatan pemantauan jentik oleh 
petugas kesehatan maupun juru/kader pemantau jentik 
(Jumantik/Kamantik). Pengembangan sistem surveilans vektor secara 
berkala perlu terus dilakukan, terutama dalam kaitannya dengan 
perubahan iklim dan pola penyebaran kasus. 
| Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 58
3. Filariasis 
Limpathic Filariasis adalah penyakit parasit dimana cacing 
filaria (Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori) 
menginfeksi jaringan limfe (getah bening). Parasit ini 
ditularkan pada manusia melalui gigitan berbagai jenis nyamuk 
yang telah terinfeksi dan kemudian menjadi cacing dewasa 
dan hidup di jaringan limfe. Penyakit ini sering menyebabkan 
menurunkan daya kerja dan produktifitas serta timbulnya 
cacat tubuh yang menetap atau permanen berupa pembesaran 
kaki, lengan dan alat kelaminsebagai tanda tingkat lanjut dari 
penyakit. 
Penyakit ini juga sering disebut Elefantiasis atau yang sering juga 
disebut penyakit kaki gajah karena penderitanya sering mengalami 
bengkak di kaki yang sangat besar menyerupai kaki gajah. Orang yang 
terkena penyakit ini sering tidak dapat melakukan pekerjaan karena 
kecatatan mereka atau karena sebagian orang enggan berdekatan 
dengan mereka. 
Penyebaran penyakit ini banyak ditemukan pada daerah 
pedesaan. Sebagai penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk 
memiliki hubungan erat pada sanitasi lingkungan dan perilaku 
| Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 59 
masyarakat.
Hingga saat ini, Filariasis masih menjadi masalah kesehatan 
masyarakat Indonesia. Untuk itu, Indonesia melaksanakan Program 
Eliminasi Filariasis atas dasar kesepakatan Global WHO tahun 2000, 
yaitu “The Global Goal of Elimination of Lymphatic Filariasis as a Public 
Health Problem the year 2020”, yang merupakan realisasi dari resolusi 
polman mamasa matra majene mamuju provinsi 
| Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 60 
8 
1 
40 
1 2 
52 
20 
0 0 0 
5 
25 
40 
7 
0 0 0 
47 
2007 2008 2009 
WHA pada tahun 1997. 
Wilayah endemic filariasis di Provinsi Sulawesi Barat adalah 
Kabupaten Polewali Mandar dan mempunyai kasus filarial terbanyak 
pada tahun 2007 hingga 2009. Kabupaten Mamasa mengalami 
penambahan kasus filariasis dikarenakan status demografi yang 
berdekatan. Tiga kabupaten lain pada tahun 2009 tidak terdapat 
penemuan kasus filariasis. 
Gambaran kasus filariasis pada wilayah Provinsi Sulawesi Barat 
dapat dilihat secara sederhana pada grafik berikut : 
Gambar 3.22 
Jumlah Kasus Filariasis (Kaki Gajah) Tahun 2007 – 2009. 
Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2010.
Meskipun penyakit ini sudah menyebar di semua kabupaten/kota 
di Sulawesi Barat dan telah dilakukan survey pemetaan endemitas di 
beberapa kabupaten/kota, namun hingga saat ini belum dapat 
diketahui secara akurat prevalensi dan jumlah penderita secara pasti. 
Penemuan kasus filariasis selama ini hanya setelah timbulnya tanda 
tingkat lanjut dari penyakit ini mengingat penyakit ini bersifat kronis. 
Belum pernah ditemukan orang yang menderita filaria secara dini 
walaupun orang tersebut bermukim di daerah endemis atau terdapat 
penderita filariasis disekitarnya. 
Dalam upaya mencapai eradikasi filariasis pada tahun 2020 
diperlukan upaya pencegahan dan pemberantasan dilakukan dengan 
memutus rantai penularan dan mengobati penderita untuk mencegah 
infeksi sekunder serta alat/sarana yang sensitive untuk penegakan 
diagnosis sehingga penderita dapat ditemukan dalam stadium dini dan 
sampai tidak menimbulkan kecatatan. 
c. Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) 
1. Polio dan Acute Flaccid Paralysis (AFP) 
Polio adalah penyakit menular yang disebabkan oleh 
virus yang menyerang system syaraf dan dapat 
menyebabkan kelumpuhan. Penyakit ini menyerang 
semua golongan umur, akan tetapi terutama pada anak 
| Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 61
usia dibawah tiga tahun (>50% dari semua kasus). Virus ini masuk ke 
dalam tubuh melalui mulut dan berkembang biak dalam system 
pencernaan. Gejala utamanya adalah demam, lelah, sakit kepala, 
mual, kaku di leher dan sakit tungkai dan lengan. 
AFP adalah kondisi abnormal yang ditandai dengan 
melemahnya, lumpuhnya atau hilangnya kekuatan otot tanpa 
penyebab yang jelas secara tiba-tiba. Hal ini dapat disebabkan oleh 
penyakit atau trauma yang mempengaruhi syaraf yang berhubungan 
dengan otot. AFP ini sering juga dijelaskan sebagai tanda cepat 
munculnya serangan seperti pada polio. 
Kasus AFP adalah semua anak berusia kurang dar 15 tahun 
dengan kelumpuhan yang sifatnya layuh yang terjadi secara 
mendadak. Sedangkan AFP non polio adalah kasus AFP yang pada 
pemeriksaan specimen (tinja) tidak ditemukan virus polio liar yang 
ditetapkan oleh tim ahli sebagai kasus AFP dengan kriteria tertentu. 
Dalam upaya untuk membebaskan Indonesia dari penyakit polio, 
maka pemerintah telah melaksanakan program Eradikasi Polio 
(ERAPO). Salah satu wujud dari upaya pemerintah memberantas polio 
adalah dengan pemberian imunisasi rutin dasar dan imunisasi massal 
pada anak balita melalui Pekan Imunisasi Nasional (PIN). Hal lain yang 
dilakukan adalah surveilans AFP yang melakukan pengamatan dan 
| Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 62
penjaringan semua kelumpuhan yang terjadi tanpa melihat diagnosa 
dari suatu penyakit. 
Indikator keberhasilan ERAPO adalah ditemukannya kasus AFP 
minimal 2/100.000 penduduk dan tidak ditemukannya kasus polio 
selama lima tahun berturut-turut. Penemuan kasus AFP di Sulawesi 
Barat dapat dilihat pada gambar 3.23 berikut : 
Gambar 3.23 
Jumlah Kasus AFP (lumpuh layuh) Tahun 2007 – 2009. 
polman mamasa matra majene mamuju provinsi 
Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 
Jumlah Kasus AFP (lumpuh layuh) Tahun 2007 – 2009. 
12,00 
10,00 
8,00 
6,00 
4,00 
2,00 
0,00 
Grafik 3.24 
| Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 63 
1 
0 
1 1 
3 
6 
1 
0 
2 
3 
5 
11 
0 0 
2 
3 
1 
6 
2007 2008 2009 
2007 2008 2009 
afp rate 2,00 3,14 2,00 
afp 6 11 6 
Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat
2. Difteri 
Difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh 
bakteri Corynebacterium diptheriae yang ditandai 
dengan gejala panas tinggi disertai dengan pseudo 
membrane (selaput tipis) putih keabu-abuan pada 
tenggorok yang tidak mudah lepas dan mudah 
berdarah di faring, laring atau tonsil. Terdapat tiga 
jenis tipe C.diptheriae yaitu tipe mitis, intermedus 
dan gravis yang terbagi menjadi beberapa varian. 
Beberapa varian tidak ganas dapat ditemukan pada 
selaput mukosa tenggorokan. 
Sumber penularan penyakit ini adalah manusia sendiri, baik 
sebagai penderita maupun carrier. Seseorang dapat menyebarkan 
bakteri deftri melalui droplet infection dan difteri kulit yang 
mencemari tanah sekitarnya. Bakteri ini amat sensitive pada faktor-faktor 
alam sekitar seperti kekeringan, kepanasan dan sinar matahari. 
Difteri disebarkan melalui saluran pernafasan. Tingkat kematian akibat 
difteri paling tinggi di kalangan bayi dan orang tua dan kematian 
biasanya terjadi dalam masa tiga sampai empat hari. 
Penyakit difteri menyerang sistem pernafasan bagian atas yang 
ditandai dengan sakit di leher sewaktu menelan, demam ± 380C, sakit 
| Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 64
tekak dan leher membengkak seperti leher sapi (bullneck) dan sesak 
nafas disertai stridor. 
Penyakit ini seringkali menjadi penyebab kematian pada anak-anak, 
namun penyakit ini dapat dicegah dengan kekebalan yang tinggi 
melalui pemberian imunisasi DPT1, DPT2 dan DPT3. Kekebalan dapat 
juga diperoleh karena menderita sakit, akan tetapi eseorang yang 
sembuh dari penyakit difteri tidak selalu mempunyai kekebalan seumur 
| Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 65 
hidup. 
Penyakit difteri dimasukkan kedalam kategori penyakit 
berpotensi KLB.dikatakan demikian karena penyakit ini dapat 
menyebar dengan cepat melalui perantar udara. Apabila pada suatu 
daerah telah terdapat atau ditemukan satu kasus difteri maka daerah 
tersebut dinyatakan telah terjadi KLB difteri. 
Di Provinsi Sulawesi Barat kasus difteri pernah ditemukan di 
Kabupaten Polewali Mandar pada tahun 2009 yang merupakan suatu 
KLB difteri, akan tetapi penderita difteri tersebut meninggal sehingga 
sulit dilakukan suatu Penyelidikan Epidemiologi (PE) KLB. Di 
kabupaten lain pada tahun yang sama tidak ditemukan kasus difteri. 
Gambaran jumlah kasus difteri ini dapat dilihat pada grafik berikut :
| Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 66 
1 
0,9 
0,8 
0,7 
0,6 
0,5 
0,4 
0,3 
0,2 
0,1 
0 
polman mamasa matra majene mamuju provinsi 
2007 0 0 0 0 0 0 
2008 0 0 0 0 0 0 
2009 1 0 0 0 0 1 
kasus difteri 
Gambar 3.25 
Cakupan Kejadian Penyakit Difteri 
Provinsi Sulawesi Barat, Tahun 2007 – 2009. 
Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2010. 
Apabila di suatu tempat terdapat satu kasus difteri probable atau 
kasus konfirmasi merupakan suatu KLB. Adanya satu kasus difteri 
mengharuskan upaya PE berupa pencarian kasus lain pada kelompok 
rentan yang dicurigai, terutama kontak serumah, tetangga, teman 
sepermainan, teman sekolah atau tempat bekerja, serta upaya 
pencarian sumber penularan awal dan identifikasi kemungkinan 
adanya carrier. Disamping identifikasi kasus baru lainnya, identifikasi 
cakupan imunisasi pada bayi dan anak sekolah selama 5- 10 tahun 
terakhir perlu dilakukan secara cermat. Epidemiologi kasus sekunder
dapat menggambarkan tingkat keganasan kuman difteri, terutama 
pada kelompok rentan. 
3. Campak 
Penyakit campak dikenal juga sebagai Morbili 
atau Measles, merupakan penyakit akut yang sangat 
menular (infeksius) yang disebabkan oleh virus Measles, 
90% anak yang tidak kebal akan terserang penyakit 
campak. Manusia diperkirakan satu-satunya reservoir, 
walaupun monyet dapat terinfeksi tetapi tidak berperan 
dalam penyabaran. Walaupun cakupan imunisasi cukup 
tinggi, KLB campak mungkin saja masih akan terjadi 
yang diantaranya disebabkan adanya akumulasi 
anak-anak rentan ditambah 15% anak yang tidak 
terbentuk imunitas. 
Penyakit campak ditularkan dari orang ke orang melalui percikan 
ludah dan transmisi melalui udara terutama melalui bersin, batuk atau 
sekresi hidung. Masa penularan 4 hari sebelum rash sampai 4 hari 
setelah timbul rash, puncak penularan pada gejala awal (fase 
promordial) berupa bercak kemerahan, batuk-pilek dan diiuti dengan 
timbul ruam di seluruh tubuh pada 1-3 hari pertama sakit. 
| Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 67
Penyakit campak akan menunjukkan gejala panas badan biasanya 
≥ 380C selama 3 hari atau lebih, disertai salah satu atau lebih gejala 
batuk, pilek, mata merah atau mata berair. Ditemukan koplik’s atau 
bercak putih keabuan dengan dasar merah di pipi bagian dalam. 
Bercak kemerahan/rash yang mulai dari belakang telinga pada tubuh 
berbentuk makulo papular selama 3 hari atau lebih, beberapa hari (4-7 
hari) keseluruh tubuh. Bercak kemerahan makulo papular setelah 1 
minggu sampai 1 bulan berubah menjadi kehitaman disertai kulit 
| Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 68 
bersisik. 
Sebagian besar penderita campak akan sembuh, komplikasi sering 
terjadi pada anak usia <5 tahun dan penderita dewasa usia >20 
tahun. Kasus campak pada penderita malnutrisi dan defisiensi Vitamin 
A serta imunidefisiensi (HIV), campak dapat menjadi lebih berat atau 
fatal. 
Penyakit campak sering menyebabkan KLB, dimana kematian 
akibat campak pada umumnya disebabkan komplikasi dengan 
penyakit lain seperti bronchopneumonia, diar berat, meningitis dan 
gizi buruk serta penanganan terlambat. 
Di Provinsi Sulawesi Barat kasus campak pada tahun 2009 
tertinggi ditemukan di Kabupaten Mamuju sebanyak 42 kasus dan 
terendah di Kabupaten Majene sebanyak 5 kasus. Trend penyakit 
campak dari tahun 2007 sampai 2009 mengalami penurunan secara
signifikant. Gambaran jumlah kasus campak ini dapat dilihat pada 
grafik berikut : 
| Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 69 
350 
300 
250 
200 
150 
100 
50 
0 
polman mamasa matra majene mamuju provinsi 
2007 0 45 91 37 129 302 
2008 133 0 20 9 55 217 
2009 13 8 15 5 42 83 
kasus campak 
Gambar 3.26 
Cakupan Kejadian Penyakit Campak 
Provinsi Sulawesi Barat, Tahun 2007 – 2009. 
Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 
Penurunan jumlah kasus campak di provinsi Sulawesi Barat 
disebabkan cakupan imunisasi yang cukup baik terhadap semua bayi 
dan anak balita sehingga anak-anak dapat terlindung dari penyakit 
campak. Penurunan kasus campak sangat tajam di Provinsi Sulawesi 
Barat karena adanya kampanye campak dan chacth up yang dilakukan 
pada tahun 2007 dengan sasaran semua bayi, balita dan anak sekolah 
dengan tidak memandang status imunisasi sebelumnya.
4. Hepatitis 
| Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 70 
` 
Hepatitis B adalah penyakit yang disebabkan oleh virus 
hepatitis B yang dapat merusak hati. Penyebaran penyakit ini 
dapat melalui suntikan tidak aman, penurunan dari ibu ke bayi 
selama persalinan dan melalui hubungan seksual. Infeksi pada 
anak-anak biasanya tidak menimbulkan gejala dan kalaupun 
ada biasanya adalah gangguan pada perut, lemah dan urine 
menjadi kuning. Penyakit ini dapat menjadi kronis dan 
menimbulkan cirrhosis hepatis dan kematian. 
Di Provinsi Sulawesi Barat kasus hepatitis B dari tahun 2007 
sampai tahun 2009 ditemukan pada satu kabupaten yaitu Kabupaten 
Mamuju dengan jumlah tidak jauh berbeda setiap tahunnya. Hal ini 
dapat dilihat pada grafik berikut :
| Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 71 
180 
160 
140 
120 
100 
80 
60 
40 
20 
0 
polman mamasa matra majene mamuju provinsi 
2007 0 0 0 0 167 167 
2008 0 0 0 0 170 170 
2009 0 0 0 0 166 166 
kasus hepatitis 
Gambar 3.27 
Cakupan Kejadian Penyakit Hepatitis B 
Provinsi Sulawesi Barat, Tahun 2007 – 2009. 
Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2010. 
4. Tetanus dan Tetanus Neonatorium (TN) 
Tetanus adalah penyakit yang disebabkan Clostridium tetani, 
terdiri dari tetanus neonatorium yaitu tetanus pada bayi dan tetanus 
dengan riwayat luka. Kejadian tetanus neonatorium dapat dicegah 
dengan upaya pertolongan persalinan yang higienis ditunjang dengan 
imunisasi tetanus toxoid (TT) pada ibu hamil. 
Sampai saat ini belum ada kasus Tetanus Neonatorum yang 
dilaporkan secara tertulis dari tiap kabupaten di Provinsi Sulawesi 
Barat.
5. Pertusis 
Pertusis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Bardetella 
pertusis yang ditandai dengan gejala batuk beruntun dan disertai 
dengan tarikan nafas “hup” yang khas dengan disertai dengan muntah 
dan lebih sering. Lama batuk dapat terjadi sampai 1 sampai 3 bulan 
sehingga sering disebut dan dikenal sebagai batuk 100 hari. 
Sampai saat ini belum ada kasus TN yang dilaporkan secara 
tertulis dari tiap kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat. 
| Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 72 
III. Status Gizi 
a. Kunjungan Neonatus (KN 1 dan KN2) 
Bayi hingga usia satu bulan merupakan golongan umur yang 
memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan 
yang dilakukan untuk mengurangi risiko tersebut antar lain dengan 
melakuan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan 
pelayanan kesehatan pada neonates (0-28) hari minimal dua kali, satu 
kali pada umur 0-7 hari (KN1) dab satu lagi pada umur 8-28 hari 
(KN2). 
Dalam melaksanakan pelayanan neonatus, petugas kesehatan di 
samping melakukan pemeriksaan kesehatan nayi juga melakukan 
konseling perawatan bayi kepada ibu. Pelayanan tersebut meliputi 
pelayanan kesehatan neonatal dasar (tindakan resusitasi, pencegahan 
hipotermia, pemberian ASI dini dan ekslusif, pencegahan infeksi
berupa perawatan mata, tali pusat, kulit dan pemberian imunisasi); 
pemberian vitamin K; manajemen terpadu balita muda (MTBM); dan 
penyuluhan perawatan neonates dirumah menggunakan buku KIA 
Cakupan kunjungan neonatal (KN2) antara tahun 2006-2009 
cenderung menurun. Cakupan KN2 selama periode tahun 2006-2009 
dapat dilihat pada gambar 3.28 berikut ini: 
Gambar 3.28 
Persentase Kunjungan Neonatus (KN2) 
Tahun 2006-2009 
120 
100 
80 
60 
40 
20 
Sumber : Bina Kesehatan Masyarakat, Dinkes Sulbar 
Tahun 2009 kabupaten dengan kunjungan neonatus (KN2) 
tertinggi adalah kabupaten Majene (88,39%) dan Polewali Mandar 
(66%) sedangkan kabupaten dengan cakupan neonates terendah 
adalah kabupaten Mamasa (47%) seperti terlihat pada gambar 3.29 di 
| Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 73 
bawah ini : 
98,63 
82,28 
72,79 
63,7 
0 
2006 2007 2008 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009

More Related Content

What's hot

LPPD Dinas kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2014
LPPD Dinas kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2014LPPD Dinas kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2014
LPPD Dinas kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2014Muh Saleh
 
Dokumen Deksripsi SDMK Kabupaten Mamasa 2017
Dokumen Deksripsi SDMK Kabupaten Mamasa 2017Dokumen Deksripsi SDMK Kabupaten Mamasa 2017
Dokumen Deksripsi SDMK Kabupaten Mamasa 2017Muh Saleh
 
Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2015
Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2015Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2015
Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2015Muh Saleh
 
Buku Indikator Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2015
Buku Indikator Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2015Buku Indikator Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2015
Buku Indikator Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2015Muh Saleh
 
RAD Pangan dan Gizi Provinsi Sulawesi Barat 2015 - 2019
RAD Pangan dan Gizi Provinsi Sulawesi Barat 2015 - 2019RAD Pangan dan Gizi Provinsi Sulawesi Barat 2015 - 2019
RAD Pangan dan Gizi Provinsi Sulawesi Barat 2015 - 2019Muh Saleh
 
Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2017
Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2017Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2017
Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2017Muh Saleh
 
Program Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 2014-2015
Program Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 2014-2015Program Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 2014-2015
Program Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 2014-2015Muh Saleh
 
Juknis bok 2012 kecil
Juknis bok 2012 kecilJuknis bok 2012 kecil
Juknis bok 2012 kecilyandas
 
Ijin operasional kober mutiara
Ijin operasional kober mutiaraIjin operasional kober mutiara
Ijin operasional kober mutiaramuslim1974
 
Laporan Akhir Kegiatan Geladi BPJS Kesehatan - Mutiara Hikmah Nofitasari
Laporan Akhir Kegiatan Geladi BPJS Kesehatan - Mutiara Hikmah NofitasariLaporan Akhir Kegiatan Geladi BPJS Kesehatan - Mutiara Hikmah Nofitasari
Laporan Akhir Kegiatan Geladi BPJS Kesehatan - Mutiara Hikmah NofitasariMutiara Nofitasari
 
Laporan Geladi Telkom University Ayesha Mayzuri
Laporan Geladi Telkom University Ayesha MayzuriLaporan Geladi Telkom University Ayesha Mayzuri
Laporan Geladi Telkom University Ayesha MayzuriAyesha Mayzuri
 
Makalah manajemen ilmu teknologi kelompok 8
Makalah manajemen ilmu teknologi kelompok 8Makalah manajemen ilmu teknologi kelompok 8
Makalah manajemen ilmu teknologi kelompok 8KrismawanBahtiar
 
LAPORAN GELADI - NURUL 1103130127 - AKD LAP (1)
LAPORAN GELADI - NURUL 1103130127 - AKD LAP (1)LAPORAN GELADI - NURUL 1103130127 - AKD LAP (1)
LAPORAN GELADI - NURUL 1103130127 - AKD LAP (1)Yuli Damanik
 
Pedoman umum posyandu
Pedoman umum posyanduPedoman umum posyandu
Pedoman umum posyanduSiMbah Dayoen
 
Observasi data dan informasi penyakit berdasarkan analisi puskesmas sukakarya
Observasi data dan informasi penyakit berdasarkan analisi puskesmas sukakarya Observasi data dan informasi penyakit berdasarkan analisi puskesmas sukakarya
Observasi data dan informasi penyakit berdasarkan analisi puskesmas sukakarya AniNurdiapansah
 
Rencana pembangunan rs tipe b non pendidikan sulbar 2014
Rencana pembangunan rs tipe b non pendidikan sulbar 2014Rencana pembangunan rs tipe b non pendidikan sulbar 2014
Rencana pembangunan rs tipe b non pendidikan sulbar 2014Muh Saleh
 

What's hot (17)

LPPD Dinas kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2014
LPPD Dinas kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2014LPPD Dinas kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2014
LPPD Dinas kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2014
 
Dokumen Deksripsi SDMK Kabupaten Mamasa 2017
Dokumen Deksripsi SDMK Kabupaten Mamasa 2017Dokumen Deksripsi SDMK Kabupaten Mamasa 2017
Dokumen Deksripsi SDMK Kabupaten Mamasa 2017
 
Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2015
Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2015Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2015
Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2015
 
Buku Indikator Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2015
Buku Indikator Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2015Buku Indikator Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2015
Buku Indikator Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2015
 
RAD Pangan dan Gizi Provinsi Sulawesi Barat 2015 - 2019
RAD Pangan dan Gizi Provinsi Sulawesi Barat 2015 - 2019RAD Pangan dan Gizi Provinsi Sulawesi Barat 2015 - 2019
RAD Pangan dan Gizi Provinsi Sulawesi Barat 2015 - 2019
 
Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2017
Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2017Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2017
Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2017
 
Program Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 2014-2015
Program Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 2014-2015Program Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 2014-2015
Program Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 2014-2015
 
Juknis bok 2012 kecil
Juknis bok 2012 kecilJuknis bok 2012 kecil
Juknis bok 2012 kecil
 
Ijin operasional kober mutiara
Ijin operasional kober mutiaraIjin operasional kober mutiara
Ijin operasional kober mutiara
 
Laporan Akhir Kegiatan Geladi BPJS Kesehatan - Mutiara Hikmah Nofitasari
Laporan Akhir Kegiatan Geladi BPJS Kesehatan - Mutiara Hikmah NofitasariLaporan Akhir Kegiatan Geladi BPJS Kesehatan - Mutiara Hikmah Nofitasari
Laporan Akhir Kegiatan Geladi BPJS Kesehatan - Mutiara Hikmah Nofitasari
 
Laporan Geladi Telkom University Ayesha Mayzuri
Laporan Geladi Telkom University Ayesha MayzuriLaporan Geladi Telkom University Ayesha Mayzuri
Laporan Geladi Telkom University Ayesha Mayzuri
 
Juknis bok tahun 2012
Juknis bok tahun 2012Juknis bok tahun 2012
Juknis bok tahun 2012
 
Makalah manajemen ilmu teknologi kelompok 8
Makalah manajemen ilmu teknologi kelompok 8Makalah manajemen ilmu teknologi kelompok 8
Makalah manajemen ilmu teknologi kelompok 8
 
LAPORAN GELADI - NURUL 1103130127 - AKD LAP (1)
LAPORAN GELADI - NURUL 1103130127 - AKD LAP (1)LAPORAN GELADI - NURUL 1103130127 - AKD LAP (1)
LAPORAN GELADI - NURUL 1103130127 - AKD LAP (1)
 
Pedoman umum posyandu
Pedoman umum posyanduPedoman umum posyandu
Pedoman umum posyandu
 
Observasi data dan informasi penyakit berdasarkan analisi puskesmas sukakarya
Observasi data dan informasi penyakit berdasarkan analisi puskesmas sukakarya Observasi data dan informasi penyakit berdasarkan analisi puskesmas sukakarya
Observasi data dan informasi penyakit berdasarkan analisi puskesmas sukakarya
 
Rencana pembangunan rs tipe b non pendidikan sulbar 2014
Rencana pembangunan rs tipe b non pendidikan sulbar 2014Rencana pembangunan rs tipe b non pendidikan sulbar 2014
Rencana pembangunan rs tipe b non pendidikan sulbar 2014
 

Similar to Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009

2. PROFIL KESEHATAN SULAWESI TENGAH 2022.pdf
2. PROFIL KESEHATAN SULAWESI TENGAH 2022.pdf2. PROFIL KESEHATAN SULAWESI TENGAH 2022.pdf
2. PROFIL KESEHATAN SULAWESI TENGAH 2022.pdfPerpustakaanPoltekke
 
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2012 - 2016
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2012 - 2016Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2012 - 2016
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2012 - 2016Muh Saleh
 
'Dokumen.tips petunjuk teknis-pengembangan-poskesdes-1.pdf'
'Dokumen.tips petunjuk teknis-pengembangan-poskesdes-1.pdf''Dokumen.tips petunjuk teknis-pengembangan-poskesdes-1.pdf'
'Dokumen.tips petunjuk teknis-pengembangan-poskesdes-1.pdf'Ferdinan Alvin
 
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2008
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2008Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2008
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2008Muh Saleh
 
180161384 pedoman-pws-kia-pdf
180161384 pedoman-pws-kia-pdf180161384 pedoman-pws-kia-pdf
180161384 pedoman-pws-kia-pdfayaanur
 
Profil Kesehatan Kabupaten Mamuju Tengah Tahun 2016
Profil Kesehatan Kabupaten Mamuju Tengah Tahun 2016Profil Kesehatan Kabupaten Mamuju Tengah Tahun 2016
Profil Kesehatan Kabupaten Mamuju Tengah Tahun 2016Muh Saleh
 
Dokumen Deksripsi SDMK Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2017
Dokumen Deksripsi SDMK Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2017Dokumen Deksripsi SDMK Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2017
Dokumen Deksripsi SDMK Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2017Muh Saleh
 
Riskesdas sulawesi barat tahun 2013
Riskesdas sulawesi barat tahun 2013Riskesdas sulawesi barat tahun 2013
Riskesdas sulawesi barat tahun 2013Muh Saleh
 
Pedoman Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Ibu Hamil dan Anak Usia Balita ...
Pedoman Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Ibu Hamil dan Anak Usia Balita ...Pedoman Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Ibu Hamil dan Anak Usia Balita ...
Pedoman Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Ibu Hamil dan Anak Usia Balita ...Santy Nurmalasari
 
Profil kesehatan-indonesia-2013
Profil kesehatan-indonesia-2013Profil kesehatan-indonesia-2013
Profil kesehatan-indonesia-2013Kamu Aku
 
Materi kadis anak sehat ibu selamat
Materi kadis anak sehat ibu selamatMateri kadis anak sehat ibu selamat
Materi kadis anak sehat ibu selamatMuh Saleh
 
Buku Acuan Peserta komponen maternal.pdf
Buku Acuan Peserta komponen maternal.pdfBuku Acuan Peserta komponen maternal.pdf
Buku Acuan Peserta komponen maternal.pdfssusera869631
 
LPPD Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat tahun 2013
LPPD Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat tahun 2013LPPD Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat tahun 2013
LPPD Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat tahun 2013Muh Saleh
 

Similar to Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009 (20)

2. PROFIL KESEHATAN SULAWESI TENGAH 2022.pdf
2. PROFIL KESEHATAN SULAWESI TENGAH 2022.pdf2. PROFIL KESEHATAN SULAWESI TENGAH 2022.pdf
2. PROFIL KESEHATAN SULAWESI TENGAH 2022.pdf
 
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2012 - 2016
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2012 - 2016Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2012 - 2016
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2012 - 2016
 
'Dokumen.tips petunjuk teknis-pengembangan-poskesdes-1.pdf'
'Dokumen.tips petunjuk teknis-pengembangan-poskesdes-1.pdf''Dokumen.tips petunjuk teknis-pengembangan-poskesdes-1.pdf'
'Dokumen.tips petunjuk teknis-pengembangan-poskesdes-1.pdf'
 
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2008
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2008Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2008
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2008
 
Pedoman pws-kia
Pedoman pws-kiaPedoman pws-kia
Pedoman pws-kia
 
180161384 pedoman-pws-kia-pdf
180161384 pedoman-pws-kia-pdf180161384 pedoman-pws-kia-pdf
180161384 pedoman-pws-kia-pdf
 
Profil Kesehatan Kabupaten Mamuju Tengah Tahun 2016
Profil Kesehatan Kabupaten Mamuju Tengah Tahun 2016Profil Kesehatan Kabupaten Mamuju Tengah Tahun 2016
Profil Kesehatan Kabupaten Mamuju Tengah Tahun 2016
 
Dokumen Deksripsi SDMK Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2017
Dokumen Deksripsi SDMK Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2017Dokumen Deksripsi SDMK Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2017
Dokumen Deksripsi SDMK Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2017
 
Riskesdas sulawesi barat tahun 2013
Riskesdas sulawesi barat tahun 2013Riskesdas sulawesi barat tahun 2013
Riskesdas sulawesi barat tahun 2013
 
Pedoman PWS KIA
Pedoman PWS KIAPedoman PWS KIA
Pedoman PWS KIA
 
Pedoman Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Ibu Hamil dan Anak Usia Balita ...
Pedoman Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Ibu Hamil dan Anak Usia Balita ...Pedoman Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Ibu Hamil dan Anak Usia Balita ...
Pedoman Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Ibu Hamil dan Anak Usia Balita ...
 
Profil kesehatan-indonesia-2013
Profil kesehatan-indonesia-2013Profil kesehatan-indonesia-2013
Profil kesehatan-indonesia-2013
 
Materi kadis anak sehat ibu selamat
Materi kadis anak sehat ibu selamatMateri kadis anak sehat ibu selamat
Materi kadis anak sehat ibu selamat
 
Buku Acuan Peserta komponen maternal.pdf
Buku Acuan Peserta komponen maternal.pdfBuku Acuan Peserta komponen maternal.pdf
Buku Acuan Peserta komponen maternal.pdf
 
Mediakom35
Mediakom35Mediakom35
Mediakom35
 
LPPD Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat tahun 2013
LPPD Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat tahun 2013LPPD Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat tahun 2013
LPPD Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat tahun 2013
 
Pedoman Kampus Sehat
Pedoman Kampus SehatPedoman Kampus Sehat
Pedoman Kampus Sehat
 
Mediakom36
Mediakom36Mediakom36
Mediakom36
 
117099272 perilaku-hidup-bersih-sehat
117099272 perilaku-hidup-bersih-sehat117099272 perilaku-hidup-bersih-sehat
117099272 perilaku-hidup-bersih-sehat
 
117099272 perilaku-hidup-bersih-sehat
117099272 perilaku-hidup-bersih-sehat117099272 perilaku-hidup-bersih-sehat
117099272 perilaku-hidup-bersih-sehat
 

More from Muh Saleh

Buku Panduan Aplikasi eKinerja
Buku Panduan Aplikasi eKinerjaBuku Panduan Aplikasi eKinerja
Buku Panduan Aplikasi eKinerjaMuh Saleh
 
RKPD Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2024.pdf
RKPD Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2024.pdfRKPD Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2024.pdf
RKPD Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2024.pdfMuh Saleh
 
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 2023 - 2026
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 2023 - 2026Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 2023 - 2026
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 2023 - 2026Muh Saleh
 
Evaluasi Capaian Program TBC Januari - Desember 2023.pptx
Evaluasi Capaian Program TBC Januari - Desember 2023.pptxEvaluasi Capaian Program TBC Januari - Desember 2023.pptx
Evaluasi Capaian Program TBC Januari - Desember 2023.pptxMuh Saleh
 
Update Revisi Permenkes SPM Kesehatan No 4 Tahun 2019
Update Revisi Permenkes SPM Kesehatan No 4 Tahun 2019Update Revisi Permenkes SPM Kesehatan No 4 Tahun 2019
Update Revisi Permenkes SPM Kesehatan No 4 Tahun 2019Muh Saleh
 
Kompetensi Kader Posyandu 2023
Kompetensi Kader Posyandu 2023Kompetensi Kader Posyandu 2023
Kompetensi Kader Posyandu 2023Muh Saleh
 
RPJPD Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2005 - 2025
RPJPD Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2005 - 2025RPJPD Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2005 - 2025
RPJPD Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2005 - 2025Muh Saleh
 
LKJIP Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2022.pdf
LKJIP Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2022.pdfLKJIP Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2022.pdf
LKJIP Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2022.pdfMuh Saleh
 
Keseragaman Data SIM Puskesmas Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan No 01.07-m...
Keseragaman Data SIM Puskesmas  Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan No 01.07-m...Keseragaman Data SIM Puskesmas  Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan No 01.07-m...
Keseragaman Data SIM Puskesmas Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan No 01.07-m...Muh Saleh
 
Permenkes No 24 Tahun 2022 tentang Rekam Medis.pdf
Permenkes No 24 Tahun 2022 tentang Rekam Medis.pdfPermenkes No 24 Tahun 2022 tentang Rekam Medis.pdf
Permenkes No 24 Tahun 2022 tentang Rekam Medis.pdfMuh Saleh
 
Cetak Biru Strategi Transformasi Digital Kesehatan 2024.pdf
Cetak Biru Strategi Transformasi Digital Kesehatan 2024.pdfCetak Biru Strategi Transformasi Digital Kesehatan 2024.pdf
Cetak Biru Strategi Transformasi Digital Kesehatan 2024.pdfMuh Saleh
 
Transformasi Sistem Kesehatan Indonesia V36.pdf
Transformasi Sistem Kesehatan Indonesia V36.pdfTransformasi Sistem Kesehatan Indonesia V36.pdf
Transformasi Sistem Kesehatan Indonesia V36.pdfMuh Saleh
 
Permenkes Nomor 13 Tahun 2022.pdf
Permenkes Nomor 13 Tahun 2022.pdfPermenkes Nomor 13 Tahun 2022.pdf
Permenkes Nomor 13 Tahun 2022.pdfMuh Saleh
 
STANDAR TEKNIS SPM PUPR Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru...
STANDAR TEKNIS SPM PUPR Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru...STANDAR TEKNIS SPM PUPR Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru...
STANDAR TEKNIS SPM PUPR Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru...Muh Saleh
 
Materi Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah dan Launching Permendagr...
Materi Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah  dan   Launching  Permendagr...Materi Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah  dan   Launching  Permendagr...
Materi Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah dan Launching Permendagr...Muh Saleh
 
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2021 tentang Penerapan Standar ...
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2021 tentang Penerapan Standar ...Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2021 tentang Penerapan Standar ...
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2021 tentang Penerapan Standar ...Muh Saleh
 
Hasil Survey Status Gizi Indonesia Tahun 2021 tingkat Kabupaten Kota
Hasil Survey Status Gizi Indonesia Tahun 2021 tingkat Kabupaten KotaHasil Survey Status Gizi Indonesia Tahun 2021 tingkat Kabupaten Kota
Hasil Survey Status Gizi Indonesia Tahun 2021 tingkat Kabupaten KotaMuh Saleh
 
Permenkes nomor 4 tahun 2019
Permenkes nomor 4 tahun 2019Permenkes nomor 4 tahun 2019
Permenkes nomor 4 tahun 2019Muh Saleh
 
Indeks Keluarga Sehat (IKS) Kabupaten Polewali Mandar
Indeks Keluarga Sehat (IKS) Kabupaten Polewali MandarIndeks Keluarga Sehat (IKS) Kabupaten Polewali Mandar
Indeks Keluarga Sehat (IKS) Kabupaten Polewali MandarMuh Saleh
 
Indeks Keluarga Sehat (IKS) Kabupaten Mamuju Tengah
Indeks Keluarga Sehat (IKS) Kabupaten Mamuju TengahIndeks Keluarga Sehat (IKS) Kabupaten Mamuju Tengah
Indeks Keluarga Sehat (IKS) Kabupaten Mamuju TengahMuh Saleh
 

More from Muh Saleh (20)

Buku Panduan Aplikasi eKinerja
Buku Panduan Aplikasi eKinerjaBuku Panduan Aplikasi eKinerja
Buku Panduan Aplikasi eKinerja
 
RKPD Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2024.pdf
RKPD Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2024.pdfRKPD Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2024.pdf
RKPD Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2024.pdf
 
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 2023 - 2026
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 2023 - 2026Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 2023 - 2026
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 2023 - 2026
 
Evaluasi Capaian Program TBC Januari - Desember 2023.pptx
Evaluasi Capaian Program TBC Januari - Desember 2023.pptxEvaluasi Capaian Program TBC Januari - Desember 2023.pptx
Evaluasi Capaian Program TBC Januari - Desember 2023.pptx
 
Update Revisi Permenkes SPM Kesehatan No 4 Tahun 2019
Update Revisi Permenkes SPM Kesehatan No 4 Tahun 2019Update Revisi Permenkes SPM Kesehatan No 4 Tahun 2019
Update Revisi Permenkes SPM Kesehatan No 4 Tahun 2019
 
Kompetensi Kader Posyandu 2023
Kompetensi Kader Posyandu 2023Kompetensi Kader Posyandu 2023
Kompetensi Kader Posyandu 2023
 
RPJPD Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2005 - 2025
RPJPD Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2005 - 2025RPJPD Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2005 - 2025
RPJPD Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2005 - 2025
 
LKJIP Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2022.pdf
LKJIP Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2022.pdfLKJIP Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2022.pdf
LKJIP Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2022.pdf
 
Keseragaman Data SIM Puskesmas Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan No 01.07-m...
Keseragaman Data SIM Puskesmas  Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan No 01.07-m...Keseragaman Data SIM Puskesmas  Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan No 01.07-m...
Keseragaman Data SIM Puskesmas Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan No 01.07-m...
 
Permenkes No 24 Tahun 2022 tentang Rekam Medis.pdf
Permenkes No 24 Tahun 2022 tentang Rekam Medis.pdfPermenkes No 24 Tahun 2022 tentang Rekam Medis.pdf
Permenkes No 24 Tahun 2022 tentang Rekam Medis.pdf
 
Cetak Biru Strategi Transformasi Digital Kesehatan 2024.pdf
Cetak Biru Strategi Transformasi Digital Kesehatan 2024.pdfCetak Biru Strategi Transformasi Digital Kesehatan 2024.pdf
Cetak Biru Strategi Transformasi Digital Kesehatan 2024.pdf
 
Transformasi Sistem Kesehatan Indonesia V36.pdf
Transformasi Sistem Kesehatan Indonesia V36.pdfTransformasi Sistem Kesehatan Indonesia V36.pdf
Transformasi Sistem Kesehatan Indonesia V36.pdf
 
Permenkes Nomor 13 Tahun 2022.pdf
Permenkes Nomor 13 Tahun 2022.pdfPermenkes Nomor 13 Tahun 2022.pdf
Permenkes Nomor 13 Tahun 2022.pdf
 
STANDAR TEKNIS SPM PUPR Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru...
STANDAR TEKNIS SPM PUPR Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru...STANDAR TEKNIS SPM PUPR Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru...
STANDAR TEKNIS SPM PUPR Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru...
 
Materi Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah dan Launching Permendagr...
Materi Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah  dan   Launching  Permendagr...Materi Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah  dan   Launching  Permendagr...
Materi Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah dan Launching Permendagr...
 
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2021 tentang Penerapan Standar ...
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2021 tentang Penerapan Standar ...Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2021 tentang Penerapan Standar ...
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2021 tentang Penerapan Standar ...
 
Hasil Survey Status Gizi Indonesia Tahun 2021 tingkat Kabupaten Kota
Hasil Survey Status Gizi Indonesia Tahun 2021 tingkat Kabupaten KotaHasil Survey Status Gizi Indonesia Tahun 2021 tingkat Kabupaten Kota
Hasil Survey Status Gizi Indonesia Tahun 2021 tingkat Kabupaten Kota
 
Permenkes nomor 4 tahun 2019
Permenkes nomor 4 tahun 2019Permenkes nomor 4 tahun 2019
Permenkes nomor 4 tahun 2019
 
Indeks Keluarga Sehat (IKS) Kabupaten Polewali Mandar
Indeks Keluarga Sehat (IKS) Kabupaten Polewali MandarIndeks Keluarga Sehat (IKS) Kabupaten Polewali Mandar
Indeks Keluarga Sehat (IKS) Kabupaten Polewali Mandar
 
Indeks Keluarga Sehat (IKS) Kabupaten Mamuju Tengah
Indeks Keluarga Sehat (IKS) Kabupaten Mamuju TengahIndeks Keluarga Sehat (IKS) Kabupaten Mamuju Tengah
Indeks Keluarga Sehat (IKS) Kabupaten Mamuju Tengah
 

Recently uploaded

PPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptx
PPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptxPPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptx
PPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptxsitifaiza3
 
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Shary Armonitha
 
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxUKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxzidanlbs25
 
Contoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data miningContoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data miningSamFChaerul
 
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfGeologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfAuliaAulia63
 
393479010-POWER-POINT-MODUL-6-ppt.pdf. tugas
393479010-POWER-POINT-MODUL-6-ppt.pdf. tugas393479010-POWER-POINT-MODUL-6-ppt.pdf. tugas
393479010-POWER-POINT-MODUL-6-ppt.pdf. tugaslisapalena
 
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptxMenggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptxImahMagwa
 
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkksKISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkksdanzztzy405
 
Instrumen Penelitian dalam pengukuran fenomena .pptx
Instrumen Penelitian dalam pengukuran fenomena .pptxInstrumen Penelitian dalam pengukuran fenomena .pptx
Instrumen Penelitian dalam pengukuran fenomena .pptxZhardestiny
 

Recently uploaded (9)

PPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptx
PPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptxPPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptx
PPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptx
 
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
 
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxUKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
 
Contoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data miningContoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data mining
 
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfGeologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
 
393479010-POWER-POINT-MODUL-6-ppt.pdf. tugas
393479010-POWER-POINT-MODUL-6-ppt.pdf. tugas393479010-POWER-POINT-MODUL-6-ppt.pdf. tugas
393479010-POWER-POINT-MODUL-6-ppt.pdf. tugas
 
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptxMenggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptx
 
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkksKISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
 
Instrumen Penelitian dalam pengukuran fenomena .pptx
Instrumen Penelitian dalam pengukuran fenomena .pptxInstrumen Penelitian dalam pengukuran fenomena .pptx
Instrumen Penelitian dalam pengukuran fenomena .pptx
 

Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009

  • 1.
  • 2. PROFIL KESEHATAN SULAWESI BARAT 2009 DINAS KESEHATAN SULAWESI BARAT MAMUJU 2010
  • 3. Buku ini diterbitkan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Jalan Kurungan Bassi No.19 Mamuju,91511 Telepon 0426-21027 Fax no : 0426-22579 Email : dinkessulbar@depkes.go.id, dinkessulbar@gmail.com Website : www.dinkes-sulbar.web.id
  • 4. TIM PENYUSUN PENANGGUNG JAWAB Dr.H.Achmad Azis, M.Kes Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat KETUA Dr. Hj. Indahwati Nursyamsi Sekretaris Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat SEKRETARIS Wahyuddin, SE., M. Kes Kepala Sub Bagian Program, Evaluasi dan Pelaporan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat ANGGOTA Wahida, SKM (Bagian Pelayanan Medik) Hj. Rachmi, SKM (Sub Bagia. Program dan Pelaporan) Waode Nuraisyah, S. Kep (Sub Bagian Program dan Pelaporan) Tenri Bulaeng, SP., M. Kes (Bagian Bina Kesehatan Masyarakat) Firman Gazali, SKM., M. Kes (Bagian Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan) Yulianus Dupa Budi, S. Farm (Bagian Pelayanan Farmasi) Iriyanti, SKM (Sub Bagian Program dan Pelaporan)
  • 5. KATA SAMBUTAN Kepala Dinas Kesehatan Sulawesi Barat Dr. H. Achmad Azis M.Kes Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat tahun | Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 i 2009 ini dapat tersusun. Profil Kesehatan ini memuat informasi penting tentang berbagai capaian program dan kegiatan pada tahun 2009. Informasi tersebut bisa menjadi salah satu tolak ukur keberhasilan pembangunan kesehatan di Propinsi Sulawesi Barat yang pada akhirnya mendukung tercapainya Indonesia Sehat 2010. Data yang digunakan dalam proses penyusunan buku profil kesehatan ini bersumber dari berbagai sektor baik sektor kesehatan maupun sektor di luar kesehatan. Data dan informasi yang disajikan masih terdapat banyak keterbatasan dan kekurangan. Banyak kendala dan tantangan dalam penyediaan data dan informasi tepat waktu, sehingga masih ada beberapa tabel yang belum terisi. Namun dengan segala keterbatasan dan kekurangan
  • 6. ini, saya berharap Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat tahun 2009 dapat dimanfaatkan dalam pengambilan keputusan yang didasari kepada data dan informasi serta digunakan sebagai salah satu rujukan data dan informasi yang terkait dengan bidang kesehatan. Penyusunan Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat tahun 2009 ini masih banyak terdapat kekurangan baik kelengkapan maupun akurasi serta ketepatan waktu penyajiannya. Karena sifat manusia tidak luput dari kesalahan | Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 ii dan kekhilafan. Untuk itu, diharapkan saran dan kritik yang membangun, serta partisipasi dari semua pihak khususnya dalam upaya mendapatkan data/informasi yang akurat, tepat waktu dan sesuai dengan kebutuhan. Kepada semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran dan tenaganya dalam penyusunan Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat, saya sampaikan terima kasih. Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat dr. H.Achmad Azis,M,Kes Nip. 19590515 198903 1 016
  • 7. KATA SAMBUTAN GUBERNUR SULAWEI BARAT Saya menyambut gembira dengan terbitnya “Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Edisi Tahun 2010. Meskipun berat dan banyak tantangan di dalam proses pengumpulan data untuk mengisi profil kesehatan ini, akhirnya bagian data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat berhasil menghimpun data dan menyusunnya menjadi Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Edisi | Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 iii Tahun 2010. Sebagai provinsi termuda, Sulawesi Barat dalam rangka mewujudkan cita-cita perjuangan pembentukan provinsi dibutuhkan akselarasi pembangunan di segala bidang khususnya pembangunan yang bersentuhan langsung dengan kehidupan rakyat seperti di sektor kesehatan guna mengejar ketertinggalan dan menciptakan kesejahteraan dan kesetaraan. Untuk melaksanakan program pembangunan yang telah dicanangkan RPJMD 2006- 2011, tentunya dibutuhkan kerjasama dan koordinasi yang integral disemua bidang pembangunan serta ketersediaan data dan informasi kesehatan di 5
  • 8. kabupaten yang akurat, komprehensif serta bisa diakses dengan cepat dan dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak, baik dikalangan aparatur pemerintah maupun masyarakat pada umumnya, terkhusus bagi perencana, pelaksana dan pengawas pembangunan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka buku Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Edisi tahun 2010 yang diterbitkan oleh bagian data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, patut dihargai dan mendapatkan apresiasi guna memenuhi kebutuhan informasi dan ekspose kesehatan dan permasalahannya di 5 kabupaten. Semoga buku ini yang memuat data dan informasi kesehatan dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya dan kedepan, mutunya dapat lebih ditingkatkan | Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 iv lagi. Gubernur Sulawesi Barat H. ANWAR ADNAN SALEH
  • 9. DAFTAR ISI Halaman KATA SAMBUTAN KEPALA DINAS KESEHATAN ................................. i SAMBUTAN GUBERNUR PROVINSI SULAWESI BARAT ...................... iii DAFTAR ISI ...................................................................................... v DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... viii BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1 A. LATAR BELAKANG ...................................................................... 1 B. MAKSUD DAN TUJUAN ............................................................. 2 I. Maksud ................................................................................... 2 II. Tujuan .................................................................................... 2 a. Tujuan Umum .................................................................... 2 b. Tujuan Khusus .................................................................... 2 C. SISTEMATIKA PENYAJIAN ........................................................... 3 BAB II GAMBARAN UMUM ............................................................ 6 A. KEADAAN GEOGRAFI ................................................................ 6 B. KEADAAN PENDUDUK ............................................................... 9 I. Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin ................................ 10 II. Persebaran dan Kepadatan Penduduk ....................................... 6 III. Angka Harapan Hidup dan IPM ............................................. 11 C. KEADAAN PENDIDIKAN ............................................................. 12 D. KEADAAN EKONOMI ................................................................. 13 E. KEADAAN LINGKUNGAN ........................................................... 16 I. Akses air bersih ......................................................................... 17 II. Fasilitas Tempat Buang Air Besar .............................................. 19 III. Tempat Sampah ..................................................................... 20 IV. Pengelolaan air Limbah ........................................................... 21 BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN .............................................. 23 A. DERAJAT KESEHATAN ................................................................ 23 I. Angka Kematian ...................................................................... 23 a. Angka Kematian Bayi ......................................................... 23 b. Angka Kematian Balita ....................................................... 26 c. Angka Kematian Ibu .......................................................... 27 d. Angka Kecelakaan lalu lintas .............................................. 29 | Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 v
  • 10. II. Angka kesakitan ....................................................................... 31 a. Penyakit Menular Langsung ................................................. 31 1. Tuberkulosis (TB) Paru ................................................... 31 2. HIV/AIDS dan Infeksi Menular Seksual ........................... 34 3. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) .............................. 38 4. Diare............................................................................... 42 5. Kusta .............................................................................. 46 b. Penyakit Menular Langsung ................................................. 50 1. Tuberkulosis (TB) Paru ................................................... 50 2. Demam Berdarah Dengue (DBD) ..................................... 54 3. Filariasis .......................................................................... 59 c. Penyakit Yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) ........ 61 1. Polio dan Acute Flacid Paralysis (AFP) .............................. 61 2. Campak .......................................................................... 67 3. Hepatitis ......................................................................... 70 4. Tetanus dan Tetanus Neonatorum ................................... 71 5. Pertusis ........................................................................... 72 III.Status Gizi ............................................................................... 72 a. Kunjungan Neonatus (KN1 dan KN2) ................................... 72 b. Kunjungan bayi ................................................................... 74 c. Persentase BBLR ditangani ................................................... 76 d. Balita dengan gizi Buruk ...................................................... 78 BAB IV UPAYA KESEHATAN .............................................................. 81 A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR ............................................... 81 1. Cakupan kunjungan Ibu Hamil K1 dan K4 ................................ 81 2. Persalinan oleh Tenaga Kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan ............................................................................... 82 3. Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak Balita (Pra Sekolah) ......... 85 4. Pemeriksaan Kesehatan SD/MI ................................................. 86 5. Pemeriksaan kesehatan SMP/SMU ............................................ 87 6. Pelayanan Keluarga Berencana ................................................... 87 7. Pelayanan Imunisasi .................................................................. 90 8. Cakupan Desa UCI .................................................................. 96 9. Cakupan Balita mendapat perawatan ....................................... 98 10 Cakupan Balita mendapat pelayanan kesehatan ........................ 101 11 Persentase WUS yang mendapat Imunisasi TT ............................ 102 12 Ibu Hamil Resiko Tinggi/Komplikasi yang ditangani .................. 104 13 Bayi mendapat ASI ekslusif ......................................................... 107 14 Desa/Kelurahan Beryodium Baik ................................................ 110 15 Rasio tambal/ Cabut gigi tetap ................................................... 112 16 Pelayanan Kesehatan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi | Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 vi
  • 11. masyarakat Miskin ................................................................... 113 17 Cakupan Pelayanan Kesehatan kerja pada Pekerja formal ........... 116 18 Pelayan Kesehatan Pra Usia Lanjut dan usia Lanjut ...................... 117 19 Darah Donor Skring terhadap HIV AIDS ..................................... 119 B. AKSES DAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN ............................ 120 A. Cakupan Rawat Jalan dan Rawat Inap ....................................... 120 B. Sarana kesehatan Dengan Kemampuan Labkes ............................ 122 C. Ketersediaan Obat ..................................................................... 122 C. PERILAKU HIDUP MASYARAKAT .................................................. 143 1. Rumah Tangga berPHBS .......................................................... 143 2. Posyandu ................................................................................ 143 D. KONDISI LINGKUNGAN ............................................................. 146 1. Persentase Rumah Sehat ........................................................... 146 2. Persentase Keluarga Yang memiliki Akses terhadap rumah Sehat .. 147 3. Sarana Sanitasi Dasar ................................................................ 149 4. Tempat-Tempat Umum Sehat .................................................. 150 5. Institusi Kesehatan ................................................................... 152 BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN ..................................... 154 A. SARANA KESEHATAN .................................................................. 154 1. Puskesmas .............................................................................. 154 2. Poskesdes .................................................................................. 157 3. Polindes .................................................................................... 158 4. Indikator Pelayanan rumah Sakit ................................................ 158 B. TENAGA KESEHATAN ................................................................. 168 1. Persebaran Tenaga Kesehatan Menurut Unit Kerja .................... 168 2. Tenaga Kesehatan di Rumah Sakit dan Puskesmas ..................... 181 3. Rasio Tenaga Kesehatan ............................................................. 182 C. PEMBIAYAAN KESEHATAN ......................................................... 183 BAB V PENUTUP .............................................................................. 185 LAMPIRAN ........................................................................................ 186 | Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 vii
  • 12. DAFTAR LAMPIRAN Tabel 1 LUAS WILAYAH, JUMLAH DESA/KELURAHAN, JUMLAH PENDUDUK, JUMLAH RUMAH TANGGA DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KECAMATAN Tabel 2 JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN, KELOMPOK | Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 viii UMUR, RASIO BEBAN TANGGUNGAN, RASIO JENIS KELAMIN DAN KECAMATAN Tabel 3 JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN DAN KELOMPOK UMUR Tabel 4 PERSENTASE PENDUDUK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN BERUSIA 10 TAHUN KE ATAS DIRINCI MENURUT TINGKAT PENDIDIKAN TERTINGGI YANG DITAMATKAN DAN KECAMATAN Tabel 5 PERSENTASE PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS YANG MELEK HURUF Tabel 6 JUMLAH KELAHIRAN DAN KEMATIAN BAYI DAN BALITA MENURUT KECAMATAN Tabel 7 JUMLAH KEMATIAN IBU MATERNAL MENURUT KECAMATAN Tabel 8 JUMLAH KEJADIAN KECELAKAAN LALU LINTAS DAN RASIO KORBAN LUKA DAN MENINGGAL TERHADAP JUMLAH PENDUDUK DIPERINCI MENURUT KECAMATAN Tabel 9 AFP RATE, PERSENTASE TB PARU SEMBUH, DAN PNEUMONIA BALITA DITANGANI Tabel 10 HIV/AIDS, INFEKSI MENULAR SEKSUAL, DBD DAN DIARE PADA BALITA DITANGANI Tabel 11 PERSENTASE PENDERITA MALARIA DIOBATI Tabel 12 PERSENTASE PENDERITA KUSTA SELESAI BEROBAT Tabel 13 KASUS PENYAKIT FILARIA DITANGANI
  • 13. Tabel 14 JUMLAH KASUS DAN ANGKA KESAKITAN PENYAKIT MENULAR YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI (PD3I) Tabel 15 CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATUS, BAYI DAN BAYI BBLR YANG | Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 ix DITANGANI Tabel 16 STATUS GIZI BALITA DAN JUMLAH KECAMATAN RAWAN GIZI Tabel 17 CAKUPAN KUNJUNGAN IBU HAMIL (K4) DAN PERSALINAN DITOLONG TENAGA KESEHATAN Tabel 18 CAKUPAN DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK BALITA, PEMERIKSAAN KESEHATAN SISWA SD DAN PELAYANAN KESEHATAN REMAJA Tabel 19 JUMLAH PUS, PESERTA KB, PESERTA KB BARU, DAN KB AKTIF MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS Tabel 20 JUMLAH PESERTA KB AKTIF MENURUT JENIS KONTRASEPSI Tabel 21 PELAYANAN KB BARU MENURUT KECAMATAN Tabel 22 PERSENTASE CAKUPAN DESA/KELURAHAN UCI MENURUT KECAMATAN Tabel 23 PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI BAYI MENURUT KECAMATAN Tabel 24 CAKUPAN BAYI, BALITA YANG MENDAPAT PELAYANAN KESEHATAN MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS Tabel 25 JUMLAH IBU HAMIL YANG MENDAPATKAN TABLET Fe1 DAN Fe3 MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS Tabel 26 JUMLAH WANITA USIA SUBUR YANG MENDAPATKAN IMUNISASI TT MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS Tabel 27 PRESENTASE AKSES KETERSEDIAAN DARAH UNTUK BUMIL DAN NEONATUS YANG DIRUJUK Tabel 28 JUMLAH DAN PERSENTASE IBU HAMIL DAN NEONATAL RISIKO TINGGI/KOMPLIKASI DITANGANI MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS Tabel 29 PERSENTASE SARANA KESEHATAN DENGAN PELAYANAN KEMAMPUAN GAWAT DARURAT (GADAR)
  • 14. Tabel 30 JUMLAH DAN PERSENTASE DESA/KELURAHAN TERKENA KLB YANG DITANGANI < 24 JAM MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS Tabel 31 JUMLAH PENDERITA DAN SERTA JUMLAH KECAMATAN DAN JUMLAH DESA YANG TERSERANG KLB Tabel 32 JUMLAH BAYI YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF Tabel 33 PERSENTASE DESA/KELURAHAN DENGAN GARAM BERYODIUM YANG BAIK MENURUT KECAMATAN Tabel 34 PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT DI PUSKESMAS Tabel 35 JUMLAH KEGIATAN PENYULUHAN KESEHATAN Tabel 36 CAKUPAN JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PRA BAYAR Tabel 37 CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT MISKIN Tabel 38 PERSENTASE PELAYANAN KESEHATAN KERJA PADA PEKERJA | Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 x FORMAL Tabel 39 CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN PRA USILA DAN USILA Tabel 40 CAKUPAN WANITA USIA SUBUR MENDAPAT KAPSUL YODIUM Tabel 41 PERSENTASE DONOR DARAH DISKRINING TERHADAP HIV-AIDS Tabel 42 JUMLAH KUNJUNGAN RAWAT JALAN , RAWAT INAP, PELAYANAN GANGGUAN JIWA DI SARANA PELAYANAN KESEHATAN Tabel 43 JUMLAH SARANA PELAYANAN KESEHATAN MENURUT KEMAMPUAN LABKES DAN MEMILIKI 4 SPESIALIS DASAR Tabel 44 KETERSEDIAAN OBAT SESUAI DENGAN KEBUTUHAN PELAYANAN KESEHATAN DASAR Tabel 45 PERSENTASE RUMAH TANGGA BERPERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT Tabel 46 JUMLAH DAN PERSENTASE POSYANDU MENURUT STRATA DAN KECAMATAN Tabel 47 PERSENTASE RUMAH TANGGA SEHAT MENURUT KECAMATAN Tabel 48 PERSENTASE KELUARGA MEMILIKI AKSES AIR BERSIH
  • 15. Tabel 49 KELUARGA DENGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR MENURUT KECAMATAN Tabel 50 PERSENTASE TEMPAT UMUM DAN PENGELOLAAN MAKANAN (TUPM) SEHAT MENURUT KECAMATAN Tabel 51 PERSENTASE INSTITUSI DIBINA KESEHATAN LINGKUNGANNYA Tabel 52 PERSENTASE RUMAH/BANGUNAN YANG DIPERIKSA DAN BEBAS JENTIK NYAMUK AEDES MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS Tabel 53 PERSEBARAN TENAGA KESEHATAN MENURUT UNIT KERJA Tabel 54 JUMLAH TENAGA KESEHATAN DI SARANA PELAYANAN KESEHATAN Tabel 55 JUMLAH TENAGA MEDIS DI SARANA KESEHATAN Tabel 56 JUMLAH TENAGA KEFARMASIAN DAN GIZI DI SARANA KESEHATAN Tabel 57 JUMLAH TENAGA KEPERAWATAN DI SARANA KESEHATAN Tabel 58 JUMLAH TENAGA KESEHATAN MASYARAKAT DAN SANITASI DI SARANA KESEHATAN DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KECAMATAN Tabel 59 JUMLAH TENAGA TEKNISI MEDIS DI SARANA KESEHATAN Tabel 60 ANGGARAN KESEHATAN KABUPATEN/KOTA Tabel 61 JUMLAH SARANA PELAYANAN KESEHATAN Tabel 62 UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA MASYARAKAT (UKBM) Tabel 63 INDIKATOR PELAYANAN RUMAH SAKIT | Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 xi
  • 16. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan sebagai bagian integral dari pembangunan nasional diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang sehingga terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya pemeliharaan kesehatan masyarakat dilaksanakan melalui program peningkatan perilaku sehat, pemeliharaan lingkungan sehat, pelayanan kesehatan masyarakat yang berhasil guna, didukung oleh sistem pengamatan informasi dan manajemen yang handal. Dalam era desentralisasi dimana terjadi pelimpahan kewenangan ke daerah, hal tersebut membawa dampak dalam pembangunan kesehatan. Jika sebelumnya pembangunan kesehatan lebih mengarah kepada upaya-upaya kuratif dan rehabilitatif, maka paradigma pembangunan kesehatan sekarang diarahkan kepada upaya-upaya preventif dan promotif yang proaktif dengan pendekatan kewilayahan. Setiap wilayah Kabupaten dengan karakteristik dan masalah khas daerah memerlukan perencanaan pembangunan kesehatan yang khas daerah. Oleh sebab itu, keberhasilan pembangunan kesehatan tidak semata-mata ditentukan oleh hasil kerja keras serta sektor kesehatan saja, tetapi sangat dipengaruhi oleh hasil kerja keras serta kontribusi positif berbagai sektor pembangunan lainnya. Semua kebijakan pembangunan yang sedang dan atau akan diselenggarakan hendaknya memiliki wawasan kesehatan |Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 1
  • 17. terpadu. Artinya program pembangunan harus memberikan kontribusi positif terhadap pembentukan lingkungan sehat dan perilaku sehat. Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat tahun 2009 adalah gambaran situasi kesehatan di Provinsi Sulawesi Barat yang memuat berbagai data tentang situasi dan hasil pembangunan kesehatan selama tahun 2009. Data dan informasi yang termuat antara lain data kependudukan, fasilitas kesehatan, pencapaian program-program kesehatan, masalah kesehatan dan lain sebagainya. Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat ini disajikan secara sederhana dan informatif dengan harapan bisa dimanfaatkan oleh masyarakat |Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 2 luas. Selain untuk menyajikan informasi kesehatan, profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat bisa dipakai sebagai tolok ukur keberhasilan/kemajuan pembangunan kesehatan yang telah dilakukan selama tahun 2009 dibandingkan dengan target yang sudah ditetapkan, sekaligus bisa dipakai sebagai bahan evaluasi dalam upaya pencapaian Sulawesi Barat Sehat 2010 dan Menuju Indonesia sehat 2010. B. MAKSUD DAN TUJUAN I. Maksud Maksud dalam penyusunan Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 adalah untuk memantapkan dan mengembangkan Sistem
  • 18. Informasi Kesehatan, sehingga dapat digunakan secara aplikatif sebagai acuan dalam manajemen pelaksanaan upaya pelayanan kesehatan. |Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 3 II. Tujuan a. Tujuan Umum Memberikan informasi tentang program-program pembangunan kesehatan, pencapaian pembangunan kesehatan dan kinerja pembangunan kesehatan. b. Tujuan Khusus 1. Tersedianya data tentang data geografi, demografi, dan sosil-ekonomi. 2. Evaluasi keberhasilan upaya kesehatan 3. Evaluasi kinerja pembangunan kesehatan 4. Terciptanya suatu sistem informasi kesehatan yang dapat digunakan sebagai indikator pencapaian program dan kegiatan kesehatan C. SISTEMATIKA PENYAJIAN Supaya Profil Kesehatan bisa lebih informatif, maka profil kesehatan ini disusun berdasarkan sistematika sebagai berikut :
  • 19. BAB I : Pendahuluan Bab ini secara ringkas menjelaskan latar belakang, maksud dan tujuan serta sistematika penulisan. Di dalamnya berisi pula uraian ringkas dari masing-masing bab. BAB II : Gambaran Umum Bab ini menyajikan tentang gambaran umum Propinsi Sulawesi Barat. Di dalamnya berisi uraian tentang keadaan geografis, keadaan penduduk, keadaan pendidikan, keadaan ekonomi, dan keadaan lingkungan di Propinsi Sulawesi Barat BAB III : Situasi Derajat Kesehatan Bab ini menyajikan situasi Derajat Kesehatan berisi uraian tentang angka kematian, angka kesakitan, dan keadaan gizi; Perilaku Masyarakat berisi uraian tentang pola hidup bersih dan sehat serta peran serta masyarakat; Kondisi Lingkungan berisi uraian tentang rumah/bangunan sehat, sarana kesehatan lingkungan sehat, dan tempat-tempat umum sehat; Pelayanan Kesehatan berisi uraian tentang sarana kesehatan dasar, sarana kesehatan rujukan, pelayanan kesehatan ibu dan anak, pelayanan kesehatan pra usila dan usila,pelayanan kesehatan khusus, program keluarga berencana, serta kesehatan kerja dan kesehatan institusi; |Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 4
  • 20. BAB IV : Situasi Sumber Daya Kesehatan Tenaga Kesehatan berisi uraian tentang jenis tenaga kesehatan, unit kerja penempatan tenaga kesehatan, dan persebaran tenaga kesehatan di unit kerja Propinsi Sulawesi Barat BAB V : Penutup Pada bab ini berisi tentang kesimpulan berupa hal-hal penting yang perlu mendapat perhatian dan telaah lebih lanjut. |Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 5
  • 21. BAB II GAMBARAN UMUM A. KEADAAN GEOGRAFI Provinsi Sulawesi Barat yang beribukota di Mamuju terletak antara 120 5’00” sampai 120 50’00” Lintang Selatan dan 20 40’00” sampai 30 32’00” Bujur timur yang berbatasan dengan:  Sebelah utara : Provinsi Sulawesi Tengah  Sebelah timur : Kabupaten TanaToraja dan Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan  Sebelah selatan : Kabupaten Pinrang Provinsi Sulawesi Selatan  Sebelah barat : Selat Makassar Provinsi Sulawesi Barat terdiri atas lima Kabupaten yaitu Kabupaten Mamuju, Kabupaten Mamasa, Kabupaten Majene, Kabupaten Polewali Mandar, dan Kabupaten Mamuju Utara serta terdiri atas 66 Kecamatan, 603 desa/kelurahan. Luas wilayah Provinsi Sulawesi Barat tercatat 16.729 km2. Wilayah Kabupaten terluas di Propinsi Sulawesi Barat adalah Kabupaten Mamuju dengan luas wilayah sebesar 8.014 km2 atau sebesar 47,91% dari luas wilayah seluruhnya. Untuk Kabupaten Polewali Mandar 1738 km2 atau sebesar 10,39% , Mamasa 2985 km2 atau 17.84 % dan Mamuju Utara luas wilayahnya sebesar 3.044 km2 atau 18,19% Sedangkan untuk Kabupaten Majene merupakan kabupaten dengan luas wilayah terkecil sebesar 948 km2 atau sebesar 5,67% dari luas wilayah. | Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 6
  • 22. Provinsi Sulawesi Barat terdiri atas dataran tinggi dan dataran rendah. Wilayah dataran tinggi berpotensi dijadikan cadangan untuk ekosistem guna mendukung pembangunan berwawasan lingkungan dan wilayah dataran rendah berpotensi untuk pengembangan pertanian, perkebunan dan perikanan Chart Title 1 6% 2 18% 3 48% 4 18% 5 10% | Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 7 darat dan laut. Gambar 2.1 Persentase Wilayah Tiap Kabupaten Sulaweai Barat Tahun 2009 Sumber: BPS tiap Kabupaten Provinsi Sulawesi Barat memiliki kondisi topografis yang bervariasi yaitu antara pegunungan, perbukitan, dataran rendah, dan pesisir pantai serta rawa-rawa. Dengan iklim dan kelembaban yang tinggi serta dengan dua musim yaitu musim hujan dan panas maka pola penyakit menular terutama penyakit DBD, malaria, ISPA, TB dan diare masih menjadi masalah. Faktor yang paling
  • 23. berpengaruh terhadap pelayanan kesehatan adalah masih banyaknya daerah yang sulit dijangkau yang disebabkan oleh medan yang berat yang diantarai oleh daerah sungai dan hanya bisa dilalui dengan mengendarai kuda, disamping itu masih terdapat sekelompok masyarakat terasing yang masih menutup diri dari kemajuaan ilmu dan pengetahuan. Gambar 2.2 Peta Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 | Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 8
  • 24. B. KEADAAN PENDUDUK I. Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin Seiring dengan pembangunan yang sedang dilaksanakan jumlah penduduk di Propinsi Sulawesi Barat mengalami perkembangan yang cukup pesat. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Propinsi Sulawesi Barat, pada tahun 2006 jumlah penduduk di Propinsi Sulawesi Barat mencapai 1.009.255 jiwa sedangkan pada tahun 2007 jumlah penduduk di Propinsi Sulawesi Barat mencapai 1.016.663 jiwa. Pada tahun 2008 mencapai 1.053.307 Jiwa dan pada tahun 2009 mencapai 1.128.155 jiwa dan Jumlah penduduk terbanyak di Kabupaten Polewali Mandar sebesar 373.263 jiwa sedangkan jumlah penduduk terkecil terdapat di Kabupaten Mamasa sebesar 126.134 jiwa. Gambar 2.3 Jumlah Penduduk Sulawesi Barat Tahun 2005-2009 Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Barat | Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 9 969.429 1.001.199 1.016.663 1.053.307 1.128.155 2005 2006 2007 2008 2009
  • 25. II. Persebaran dan Kepadatan Penduduk Letak dan kondisi geografis tiap kabupaten di Propinsi Sulawesi Barat bervariasi menyebabkan penyebaran penduduk di Propinsi Sulawesi Barat tidak merata. Kepadatan penduduk tertinggi di kabupaten Polewali Mandar 214.77/km2. Sedangkan kepadatan penduduk terendah di Kabupaten Mamuju sebesar 42.04/km2. Kepadatan penduduk di Kabupaten Polewali Mandar tinggi (214,77/km2), hal ini dipengaruhi oleh kondisi geografis di Kabupaten Polewali Mandar sebagian besar merupakan daratan rendah. Pada Tahun 2008 kepadatan penduduk terendah di Kabupaten Mamuju Utara, sedangkan tahun 2009 kepadatan terendah adalah Mamuju. Perubahan ini dipengaruhi oleh kenaikan Jumlah penduduk di Kabupaten Mamuju Utara. Selain itu hal yang sangat berpengaruh adalah luas wilayah kabupaten Mamuju yang paling besar (47,91%) di Sulawesi Barat. Pola persebaran penduduk yang tidak merata kurang menguntungkan bagi pengembangan daerah terutama akan menimbulkan kesenjangan antar daerah juga berpengaruh terhadap daya akses pelayanan kesehatan yang ada. Kepadatan penduduk juga berpengaruh terhadap kerentanan terhadap penyakit yang berkaitan dengan lingkungan. Kondisi lingkungan yang padat menyebabkan penghuni pemukiman tersebut menjadi rentan terhadap penyakit yang berkaitan dengan lingkungan. Persebaran dan kepadatan penduduk dapat dilihat pada tabel berikut ini: | Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 10
  • 26. Tabel 2.1 Persebaran dan Kepadatan Penduduk tiap Kabupaten Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 | Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 11 Kabupaten Luas Wilayah (km2) Jumlah Penduduk (jiwa) Jumlah Rumah Tangga Kepadatan Penduduk/ km2 (jiwa) Polewali Mandar 1.738 373.263 80.162 214.77 Mamasa 2.985 126.134 30.940 42.26 Mamuju Utara 3.044 143.163 34.100 47.04 Majene 948 148.647 30.336 156.83 Mamuju 8.014 336.948 74.905 42.04 Sulawesi Barat 16.729 1.128.155 250.443 67.44 Sumber : Kantor Statistik Kabupaten/Kota Komposisi penduduk Sulawesi Barat tahun 2009 menurut kelompok umur, menunjukkan bahwa penduduk yang berusia muda (0-14 tahun) sebesar 28,83%, yang berusia produktif (15-64 tahun) sebesar 66,32%, dan yang berusia tua (≥ 65 tahun) sebesar 4,85%. Dengan demikian maka Angka Beban Tanggungan (Dependency Ratio) penduduk Sulawesi Barat pada Tahun 2009 adalah 51%. (Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Barat) III. Angka Harapan Hidup dan IPM Hasil perhitungan dalam laporan Pembangunan Manusia 2008 yang dihitung oleh Badan Pusat Statistik, Bappenas, dan UNDP untuk Angka Harapan Hidup di Propinsi Sulawesi Barat tahun 2008 tercatat sebesar 67,20.
  • 27. Sedangkan IPM di Propinsi Sulawesi Barat tahun 2008 sebesar 68,55. Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 2.2 Angka Harapan Hidup dan IPM Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2005 - 2008 Indikator 2005 2006 2007 2008 2009 Angka Harapan Hidup 66,4 67,0 67,2 67,40 Indeks Pembangunan Manusia 65,7 67,1 67,72 68,55 70,00 Sumber : BPS Propinsi Sulawesi Barat Gambar 2.4 Indeks Pembangunan Masyarakat Sulawesi Barat tahun 2005-2009 65,7 67,1 71 70 69 68 67 66 65 64 C. KEADAAN PENDIDIKAN 67,72 68,55 70 Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan sumber daya manusia adalah tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan. | Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 12 63 2005 2006 2007 2008 2009
  • 28. Gambaran tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan di Propinsi Sulawesi Barat seperti terlihat pada tabel berikut : Tabel 2.3 Persentase Penduduk 10 Tahun Keatas Menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Perjenis Kelamin di Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan Jenis Kelamin L P L + P Tidak/Belum Pernah Sekolah 5,53 3,99 4,77 Tidak/Belum Tamat SD 32,66 38,13 35,34 SD/MI 33,96 31,23 32,62 SLTP/MTs 12,69 12,41 12,56 SLTA/MA 10,93 10,53 10,73 AK/Diploma 1,62 1,94 1,78 Universitas 2,60 1,76 2,19 Sumber : BPS Propinsi Sulawesi Barat Indikator dasar untuk melihat keberhasilan program pembangunan di bidang pendidikan adalah kemampuan membaca dan menulis di kalangan penduduk berusia 10 tahun keatas. Kemampuan baca dan tulis juga berhubungan erat dengan tingkat penyerapan pengetahuan sehingga tingkat perubahan perilaku akan lebih mudah di intervensi apabila tingkat pengetahuan masyarakat baik. D. KEADAAN EKONOMI Salah satu tolak ukur keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi yang diperlukan untuk evaluasi dan perencanaan ekonomi makro, biasanya dilihat | Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 13
  • 29. dari pertumbuhan angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), baik atas dasar harga berlaku maupun berdasarkan atas dasar harga konstan. PDRB menurut komponen penggunaan terdiri dari konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal, ekspor dan impor barang dan jasa. PDRB dari sudut penggunaan yang terbesar adalah untuk pengeluaran konsumsi rumah tangga. Besarnya PDRB perkapita bervariasi antar kabupaten/kota karena selain dipengaruhi oleh potensi dari wilayah tersebut juga dipengaruhi oleh jumlah penduduk wilayah yang bersangkutan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Propinsi Sulawesi Barat, pertumbuhan ekonomi Propinsi Sulawesi Barat yang ditunjukkan oleh laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)yang semakin membaik pada tahun 2009 meningkat sebesar 6,03% pada tahun 2008. Pada tahun 2009 seluruh sektor ekonomi di Sulawesi Barat mengalami pertumbuhan positif, dengan pertumbuhan tertinggi di sektor pertambangan dan penggalian yang tumbuh mencapai 17,62% dan terendah di sektor pertanian yang hanya | Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 14 tumbuh 2,90%. Secara triwulanan, PDRB Sulawesi Barat Triwulan IV/2009 mengalami pertumbuhan negatif sebesar 0,22 persen di bandingkan dengan triwulan III/2009 (q-to-q), dan bila di bandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya (y-to-y) tumbuh sebesar 4,89 persen. Tiga sektor ekonomi mengalami pertumbuhan tertinggi pada triwulan IV/2009 (q-to-q) adalah sektor pertambangan da penggalian tumbuh sebesar
  • 30. 13,07 persen, menyusul sektor perdagangan tumbuh mencapai 4,45 persen dan sektor angkutan dan komunikasi tumbuh 1,72 persen. Tiga sektor utama penggerak ekonomi di Sulawesi Barat adalah setor pertanian; sektor jasa-jasa; dan sektor perdagangan, hotel dan restoran secara bersama – sama berperan sebesar 78,79 persen tahun 2009. Sektor pertanian memberi konstribusi 48,39 persen, sektor jasa-jasa 17,34 persen dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran 13,06 persen. Dari sisi penggunaan, sebagian besar PDRB digunakan untuk memenuhi konsumsi rumah tangga yaitu sebesar 68,36 persen kemudian sisanya digunakan untuk konsumsi pemerintah 23,69 persen, pembenrukan modal tetap bruto dan investasi fisik 15,89 persen dan impor 22,88 persen (bertanda - ) serta ekspor 14,59 persen (bertanda+). Semua komponen PDRB penggunaan mengalami pertumbuhan pada tahun 2009 , dengan pertumbuhan tertinggi terjadi pada ekspor sebesar 14,52 persen, konsumsi pemerintah 12,26 persen, PMTB 7,96 persen, serta konsumsi rumah tangga sebesar 6,16 persen. PDRB per-kapita atas dasar berlaku pada tahun 2009 mencapai Rp 8,29 juta , lebih tinggi dibandingkan tahun 2008 yang sebesar Rp 7,53 juta. Perekonomian Sulawesi Barat pada tahun 2009 mengalami pertumbuhan sebesar 6,03 persen. Laju pertimbuhan ini sedikit lebih lambat dibanndingkan tahun 2008 yang tumbuh 8,54 persen atau mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi sebesar 2,51 persen. Pada tahun 2009 nilai PDRB atas | Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 15
  • 31. dasar harga konstan 2000 mencapai Rp 4.106.02 milyar, sedangkan tahun 2008 sebesar Rp 3.872,52 milyar. Berdasarkan harga berlaku, PDRB tahun 2008 bertambah sebesar Rp 893,82 milyar yakni Rp. 7.778,0 milyar pada tahun 2008 menjadi sebesar Rp 8.671,82 millyar pada tahun 2009. Dari jumlah PDRB perkapita Sulawesi Barat naik sekitar 10,04 persen Tabel 2.4 PDRB Per Kapita Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2008 dan 2009 Uraian Tahun 2008 2009 PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku | Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 16  Nilai  Indeks Peningkatan (persen) 7.534.953 23,57 8.291.689 10,04 Sumber : BPS Propinsi Sulawesi Barat E. KEADAAN LINGKUNGAN Lingkungan merupakan salah satu variabel yang kerap mendapat perhatian khusus dalam menilai kondisi kesehatan masyarakat. Bersama dengan faktor perilaku pelayanan kesehatan dan genetik, lingkungan menentukan baik buruknya status derajat kesehatan masyarakat. Untuk menggambarkan keadaan lingkungan, akan disajikan indikator-indikator seperti persentase rumah tangga rumah tangga terhadap akses air minum , persentase rumah tangga dengan sumber air minum, persentase keluarga dengan jamban sehat, persentase keluarga memilki tempat sampah sehat, dan persentase pengelolaan air limbah sehat.
  • 32. I. Akses air bersih Sumber air minum yang digunakan rumah tangga dibedakan menjadi air ledeng, sumur pompa tangan (SPT), sumur gali (SGL), penampungan air hujan (PAH) dan sumber air minum lainnya. Di Sulawesi Barat tahun 2007 dari 234.773 jumlah keluarga yang ada terdapat sebanyak 117.570 keluarga yang diperiksa atau sebesar 50,08%. Dari keluarga yang diperiksa yang menggunakan air ledeng sebanyak 21.498 (14,8%), SPT sebanyak 2.878 (1,98%), SGL sebanyak 45.085 (31,04%), PAH sebanyak 928 (0,64%), air dalam kemasan sebanyak 235 (0,16%), dan sumber lainnya sebanyak 74.634 | Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 17 (51,38%). Pada tahun 2008 dari 237.682 jumlah keluarga yang ada terdapat sebanyak 109.680 keluarga yang diperiksa atau sebesar 46.15%. Dari keluarga yang diperiksa yang menggunakan air ledeng sebanyak 59.754 (17.68),SPT sebanyak 5.874 (1.74%), SGL sebanyak 129.151 (38.22%). PAH sebanyak 1.139 (0.34%), air dalam kemasan tidak ada data, dan yang menggunakan sumber air lainnya sebanyak 142.039 (42.03). Pada tahun 2009, terdapat peningkatan jumlah keluarga menjadi 248.427 keluarga. Dari jumlah tersebut yang diperiksa 232.991 keluarga atau 93.79%. dari keluarga yang diperiksa yang menggunakan air ledeng 32.457 (18.69%), SPT sebanyak 3.773 (2.17%), SGL sebanyak 61.632 (35,49%), PAH sebanyak 279 (0.16%), air kemasan 5.041 (2.90), dan keluarga yang menggunakan sumber air lainnya sebanyak 70.490 (40.59).
  • 33. Kabupaten dengan persentase terbesar untuk rumah tangga yang menggunakan ledeng adalah kabupaten Mamasa, yaitu 52.51%, di ikuti oleh Mamuju 20% dan Mamuju Utara 0%. Persentase rumah tangga terbesar yang menggunakan Sumur Pompa Tangan (SPT) adalah Polewali Mandar 32.21% dan Mamuju Utara tidak ada data keluarga yang menggunakan SPT. Kabupaten dengan persentase rumah tangga terbesar yang menggunakan Sumur galian (SGL) adalah kabupaten Mamuju Utara 97.54% dan yang paling rendah kabupaten Mamasa 12.35%. Persentase keluarga yang menggunakan Penampungan Air Hujan (PAH) ada dua yaitu kabupaten Mamasa 0.49% dan Kabupaten Mamuju 0.36%. Persentase keluarga yang menggunakan air kemasan berdasarkan data yang masuk hanya terdapat di kabupaten Polewali Mandar 8.27%. Persentase Sumber akses air yang paling banyak di gunakan oleh keluarga di Sulawesi Barat adalah sumber air lainnya. Kabupaten dengan persentase keluarga yang paling banyak menggunakan sumber air minum lainya adalah kabupaten Mamuju 50.84%, di ikuti oleh kabupaten Polewali Mandar 41.63% dan berdasarkan data yang masuk Kabupaten Mamuju Utara | Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 18 0%.
  • 34. Gambar 2.5 Akses air minum di Provinsi sulawesi Barat 2007-2009 Ledeng SPT SGL PAH Kemasan Lainnya 150.000 145.000 140.000 135.000 130.000 125.000 120.000 115.000 110.000 105.000 100.000 95.000 90.000 85.000 80.000 75.000 70.000 65.000 60.000 55.000 50.000 45.000 40.000 35.000 30.000 25.000 20.000 15.000 10.000 5.000 2007 21.498 2.878 45.085 928 235 74.634 2008 59.754 5.874 129.151 1.139 - 142.039 2009 32.457 3.773 61.632 279 5.041 70.490 Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten II. Fasilitas Tempat Buang Air Besar Sebesar 118,912 KK yang diperiksa menurut kepemilikan jamban di Provinsi Sulawesi Barat. Diantaranya, terdapat 39,44% yang memiliki jamban atau 92.119 KK. Dari hasil pemeriksaan tersebut, terdapat sebanyak 46.898 KK yang memiliki fasilitas tempat buang air besar (jamban) dengan kategori sehat atau sebesar 39,43% dari seluruh KK yang memiliki jamban pada tahun 2009. | Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 19 -
  • 35. Kabupaten dengan persentase KK tertinggi yang memiliki jamban sehat adalah kabupaten Mamuju 69,08%, diikuti oleh kabupaten Polewali Mandar 59,24%. Sedangkan persentase Keluarga yang memiliki jamban sehat terendah adalah kabupaten Mamuju Utara 13,91% berada di bawah persentase Sulawesi 16,30 13,91 25,12 69,08 39,44 Mamasa Mamuju Utara Majene Mamuju Sulbar | Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 20 Barat. Gambar 2.6 Persentase jamban sehat Provinsi Sulawesi Barat tahun 2009 59,24 Polewali Mandar Sumber : Dinas Kesehatan kabupaten III. Tempat Sampah Salah satu indikator Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) adalah memiliki tempat pembuangan sampah di rumah masing-masing untuk menjaga kebersihan lingkungan rumah tangga. Dengan demikian, keluarga dapat tercegah dari berbagai macam penyakit bersumber lingkungan. Di Propinsi Sulawesi Barat tahun 2009, dari 248.427 keluarga terdapat sebanyak
  • 36. 91.965 Keluarga yang diperiksa tentang kepemilikan tempat sampah. Dari hasil pemeriksaan, terdapat sebanyak 61.282 Keluarga yang memiliki tempat sampah atau sebesar 24,67%. Terdapat sebanyak 26.303 Keluarga yang memiliki tempat sampah yang sehat atau sebesar 42,92% dari jumlah Keluarga yang memiliki tempat sampah. Secara rinci Presentase tempat sampah sehat di tiap kabupaten dapat dilihat pada grafik di bawah ini: Gambar 2.7 Persentase kepemilikan tempat sampah sehat tahun Provinsi Sulawesi Barat 2009 50,00 45,00 40,00 35,00 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten IV. Pengelolaan Air Limbah Salah satu jenis kepemilikan sarana sanitasi dasar keluarga adalah pengelolaan air limbah. Pada tahun 2009 di Propinsi Sulawesi Barat, dari 248.427 KK terdapat sebanyak 79.304 KK yang diperiksa tentang kepemilikan pengelolaan air limbah. Dari hasil pemeriksaan tersebut, terdapat sebanyak 59.559 KK yang memiliki pengelolaan air limbah atau sebesar 23,97%. Dari | Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 21 46,10 35,55 6,87 30,22 45,87 42,92 0,00 Polewali Mandar Mamasa Mamuju Utara Majene Mamuju Sulbar
  • 37. jumlah tersebut, terdapat sebanyak 30.528 yang memiliki pengelolaan air limbah yang sehat atau sebesar 51,26% dari jumlah KK yang memiliki pengelolaan air limbah. Secara rinci Presentase pegelolaan air limbah di tiap kabupaten dapat dilihat pada grafik di bawah ini: Gambar 2.8 Persentase pengelolaan air limbah Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 54,24 16,84 0,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten 19,76 56,98 51,26 | Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 22 0,00 Polewali Mandar Mamasa Mamuju Utara Majene Mamuju Sulbar
  • 38. BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN A. DERAJAT KESEHATAN Derajat kesehatan adalah parameter penilaian indeks pembangunan kesehatan yang sering digunakan sebagai indikator keberhasilan Pembangunan Kesehatan. Indikator utama yang digunakan antara lain : I. Angka Kematian (Mortalitas) Mortalitas atau kematian merupakan indikator derajat kesehatan yang dapat digunakan untuk menggambarkan fatality penyakit mutu pelayanan kesehatan dan juga kondisi lingkungan. Kejadian kematian dalam suatu populasi mencerminkan kondisi kesehatan masyarakat. Keberhasilan pelayanan kesehatan dapat diukur melalui tingkat kematian yang ada. Pada bab ini, kita dapat melihat bagaimana gambaran kejadian kematian di Sulawesi Barat dalam periode 2-3 tahun terakhir. a. Angka Kematian Bayi (AKB) Infant Mortality Rate atau Angka kematian bayi (AKB) berhubungan dengan status gizi, perilaku, lingkungan dan pelayanan kesehatan yang ada. Kematian bayi juga berhubungan dengan infeksi penyakit menular sehingga tingginya angka kematian bayi intervensi dari upaya untuk menurunkannya mempertimbangkan faktor risiko | Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 23
  • 39. yang ada. Kelemahan sekarang adalah data yang menyatakan angka kematian bayi adalah merupakan data fasility based bukan comunity based karena masih terbatas berasal dari fasilitas kesehatan dan itupun terbatas berasal dari laporan program KIA yang ada di Puskesmas. Jumlah kematian Bayi dalam beberapa tahun terakhir dapat ditekan melalui program-program di bidang kesehatan. Jumlah kematian Bayi di Provinsi Sulawesi Barat berdasar dari laporan petugas kesehatan 5 Kabupaten adalah pada tahun 2007 di laporkan jumlah kematian bayi sebanyak 209 bayi atau angka kematian bayi sebesar 10,8 per 1.000 kelahiran hidup, dan pada tahun 2008 turun menjadi 200 bayi atau 10,3 per 1.000 kelahiran hidup, sedangkan pada tahun 2009 meningkat menjadi 226 atau 11,74 per 1000 kelahiran hidup. Selengkapnya jumlah kematian bayi dalam tiga tahun terakhir berdasarkan kabupaten dapat dilihat pada tabel 4.1. Berdasarkan laporan di atas tergambar bahwa angka kematian bayi dalam tiga tahun terakhir cenderung menurun, dan ini berarti jumlah kematian bayi sangat ditentukan oleh kualitas pelayanan petugas kesehatan didaerah terutama dokter, bidan dan perawat juga tergantung pada kualitas pelaksanaan program-program dibidang | Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 24 kesehatan.
  • 40. Tabel 3.1 Jumlah Kematian Bayi di Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2007,2008 dan 2009 NO KABUPATEN 2006 2007 2008 2009 1. Polewali Mandar 92 47 58 80 2. Mamasa 10 15 25 3 3. Mamuju Utara 17 2 28 60 4. Majene 45 67 16 12 5. Mamuju 61 78 73 71 Jumlah 225 209 200 226 Angka Kematian 14,2 10,8 10,3 11,74 Sumber : Program Kesehatan ibu dan Anak Dinkes Sulbar Gambar 3.1 Angka Kematian Bayi tahun 2006-2009 Sumber : Program Kesehatan ibu dan Anak Dinkes Sulbar, Profil Kesehatan Kabupaten Pada gambar di atas nampak bahwa Angka Kematian Anak pada tahun 2009 mengalami peningkatan. Hanya pada tiga tahun terakhir dibawahnya menunjukkan trend penurunan. Walaupun pencapaian Sulawesi Barat pada tahun 2009 kurang begitu menggembirakan, namun bila kita melihat pencapaian tersebut ternyata telah mencapai target RPJMN 24 per 1000 Kelahiran hidup dan target MDGs 2015 23 per 1000 KH. | Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 25 14,2 10,8 10,3 11,74 2006 2007 2008 2009
  • 41. b. Angka Kematian Balita (AKABA) Angka kematian balita atau AKABA menggambarkan peluang untuk meninggal pada fase antara kelahiran dan sebelum umur 5 tahun. Berdasarkan laporan Dinas kesehatan 5 Kabupaten di Propinsi Sulawesi Barat, Angka kematian balita tahun 2007 sebesar 6,4 per 1.000 kelahiran hidup, tahun 2008 mengalami penurunan menjadi 1,1 per 1000 kelahiran hidup dan pada tahun 2009 meningkat lagi menjadi 2,28 per 1000 kelahiran hidup. Hal ini menandakan Angka Kematian Balita 3 tahun terakhir sifatnya fluktuatif Kasus kematian Balita berhubungan erat dengan kondisi lingkungan, perilaku, infeksi penyakit, status gizi dan imunitas serta mutu dari pelayanan kesehatan. Format pelaporan program KIA yang selama ini digunakan tidak bisa mengakomodasi jumlah kematian balita yang ada di wilayah kerja Puskesmas sehingga data kematian balita (1 – 4 th) tidak bisa diketahui. Tabel 3.2 Kematian Balita di Propinsi Sulawesi Barat tahun 2007-2009 NO KABUPATEN Tahun 2007 2008 2009 1. Polewali Mandar 52 3 3 2. Mamasa 5 - 2 3. Mamuju Utara 12 5 10 4. Majene 45 4 18 5. Mamuju 11 9 11 Jumlah 125 21 44 Angka Kematian 6,4 1,1 2,28 Sumber : Dinas Kesehatan 5 Kabupaten | Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 26
  • 42. Gambar 3.2 Angka Kematian Balita (AKABA) per 1000 kelahiran hidup Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2006-2009 Sumber : Dinas Kesehatan kabupaten 2009 Pada gambar 3.2 nampak bahwa Angka Kematian Balita selama periode 2006-2008 menunjukkan kecenderungan penurunan dan mengalami peningkatan pada tahun 2009. c. Angka Kematian Ibu AKI yang didefinisikan sebagai banyaknya kematian perempuan pada saat hamil atau bersalin per 100.000 kelahiran hidup yang disebabkan oleh kehamilan atau pengelolaannya, kecuali yang disebabkan oleh kecelakaan. Angka kematian Ibu merupakan salah satu indikator penting yang merefleksikan derajat kesehatan di suatu daerah, yang mencakup tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan Ibu, kondisi kesehatan lingkungan serta tingkat pelayanan kesehatan terutama bagi ibu hamil, ibu melahirkan dan ibu pada masa nifas. | Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 27 3,3 6,4 1,1 2,28 2006 2007 2008 2009
  • 43. Kesehatan Ibu hamil/bersalin dan AKI memiliki korelasi erat dengan kesehatan bayi dan AKB. Faktor kesehatan ibu saat ia hamil dan bersalin berkontribusi terhadap kondisi kesehatan bayi yang dikandung serta resioko bayi yang dilahirkan dengan lahir mati (still birth) atau yang mengalami kematian neonatal dini (umur 0-6 hari). Sebagai Provinsi baru Sulawesi Barat belum memiliki data statistik vital yang langsung dapat menghitung Angka Kematian Ibu (AKI). Jumlah Kematian Ibu didapatkan dengan mengumpulkan informasi dari Puskesmas semasa kehamilan, persalinan atau selama melahirkan. Seperti indikator kesehatan lain pada umumnya, terdapat perbedaan AKI antar wilayah di Sulawesi Barat. Jumlah Kematian Ibu di provinsi Sulawesi Barat pada tahun 2009 di lima kabupaten menunjukkan bahwa kabupaten Mamuju Utara yang lebih rendah yaitu 6 ibu mempunyai jumlah kematian Ibu yang lebih rendah di bandingkan dengan Mamuju yang sampai 18 ibu yang meninggal pada tahun 2009. Angka Kematian Ibu per tahun di Provinsi Sulawesi Barat belum dapat ditentukan karena jumlah kelahiran hidup di Sulawesi Barat pada tahun 2009, sebesar 19.445 kelahiran hidup. Sedangkan konstanta yang digunakan dalam perhitungan Angka Kematian Ibu adalah 100.000 (kelahiran hidup). Jadi dalam buku ini penyusun hanya menuliskan angka absolut atau jumlah sebenarnya, tetapi rumus yang dikeluarkan | Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 28
  • 44. dari Kementerian Kesehatan menjadi pedoman untuk menentukan target setiap wilayah Tabel 3.3 Jumlah Kematian Ibu di Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2007,2008 dan 2009 No Kabupaten Tahun 2007 2008 2009 1 Polewali Mandar 15 17 12 2 Mamasa 6 5 8 3 Mamuju Utara 3 8 6 4 Majene 12 9 11 5 Mamuju 21 15 18 Jumlah (Kab/Kota) 57 54 55 Angka Kematian Ibu Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Gambar 3.3 Jumlah Kematian Ibu Maternal Sulawesi Barat Tahun 2006-2009 63 57 2006 2007 2008 2009 Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten d. Angka Kecelakaan Lalu Lintas 54 55 Jumlah kecelakaan lalu lintas di Provinsi Sulawesi Barat tahun 2009 sebanyak 5.518 kasus dengan jumlah korban sebanyak 3.035 orang dengan rincian jumlah yang meninggal dunia sebanyak 110 orang (1.99%), luka berat sebanyak 622 orang (11.27%), luka ringan | Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 29
  • 45. sebanyak 2.303 orang (41.74%). Kasus kecelakaan lalu lintas tertinggi terjadi di Kabupaten Majene sebanyak 4.201 kasus dan yang terendah terjadi di Kabupaten Mamasa dengan 33 kasus, sedangkan jumlah korban kecelakaan lalu lintas terbanyak juga di Kabupaten Majene yaitu 2,723 orang dan yang terrendah di Kabupaten Mamasa dengan korban 33 orang. Dengan jumlah tersebut maka incidence Rate (IR) kecelakaan lalu lintas di Provinsi Sulawesi Barat tahun 2009 sebesar 269.02 per 100,000 penduduk. Pada gambar di bawah ini menunjukkan korban kecelakaan lalu lintas selama tiga tahun terakhir yang terus meningkat : Gambar 3.4 Korban Kecelakaan Lalu Lintas Provinsi Sulawesi Barat 2006-2009 Sumber : Bidang Pelayanan Medik Dinkes Sulbar | Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 30 177 2650 3492 3035 2006 2007 2008 2009
  • 46. II. Angka Kesakitan (Morbiditas) a. Penyakit Menular Langsung 1. Tuberkulosis (TB) Paru Tuberculosis (TB) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycrobacterium Tuberculosis memalui percikan dahak dengan gejala yang khas. Sebagian besar kuman TB yang menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Penyakit ini menyebar dan ditularkan melalui udara ketika orang yang terinfeksi TB paru batuk, bersin, berbicara atau meludah. Millennium Development Goals (MDGs) menjadikan penyakit TB sebagai salah satu penyakit yang menjadi target untuk diturunkan. Strategi penanganan TB paru yang digunakan di Provinsi Sulawesi Barat sampai saat ini adalah Directly Observed Shortcourse (DOTS) yaitu pengobatan TB paru dengan pengawasan langsung menelan obat setiap hari oleh seorang Pengawas Minum Obat (PMO) yang mulai diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1995. Penemuan kasus penderita TB paru baik yang penderita baru TB paru klinis maupun BTA positif mengalami peningkatan yang tajam dari tahun ke tahun. Namun pada tahun 2008 terjadi sedikit penurunan penemuan kasus TB paru pada semua kasus, hal ini | Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 31
  • 47. mungkin dipengaruhi oleh restriksi bantuan Global Fund (GF) yang berdampak pada program penanggulangan tuberculosis. 2993 7263 6999 744 1008 984 2007 2008 2009 8000 7000 6000 5000 4000 3000 2000 1000 0 tb klinis 2993 7263 6999 tb bta (+) 744 1008 984 19,91 12,19 12,33 80,09 87,81 87,67 | Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 32 kasus TB paru 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 2007 2008 2009 tb bta (+) 19,91 12,19 12,33 tb klinis 80,09 87,81 87,67 proporsi kasus tb Trend kasus TB paru selama tiga tahun terakhir tersebut diatas dapat digambarkan pada gambar 10 mengenai penemuan kasus TB paru Provinsi Sulawesi Barat berikut : Gambar 3.5 Trend Cakupan Penemuan Kasus TB Paru Tahun 2007 – 2009. Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2010. Gambar 3.6 Proporsi Kasus TB Paru Tahun 2007 – 2009. Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat
  • 48. Proporsi kasus TB paru menurut jenisnya di Provinsi Sulawesi Barat pada tahun 2007 sampai tahun 2009 tidak banyak berubah, hal ini digambarkan pada gambar 11 diatas. Angka keberhasilan pengobatan TB paru di Provinsi Sulawesi Barat pada tahun 2009 hanya sebesar 77,52% (target minimal 85%). Bila dilihat berdasarkan tingkat kabupaten, maka yang tertinggi dan mencapai target minimal hanya Kabupaten Majene (91,20%), kabupaten yang terendah angka kesembuhan pasiennya adalah Kabupaten Mamuju Utara (30,19%). Gambar 3.7 Persentase Cakupan Penderita TB Paru Yang Sembuh Di Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2009. polman mamasa matra majene mamuju provinsi 100,00 90,00 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 % sembuh 82,98 80,30 30,19 91,20 61,33 77,52 Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat | Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 33
  • 49. Berdasarkan gambaran diatas, maka masih perlunya suatu usaha keras dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat bersama dengan seluruh dinas kesehatan kabupaten dalam upaya penemuan penderita TB, pengobatan dan minimalisasi jumlah pasien Drop Out (DO) dari pengobatan TB paru. 2. HIV/AIDS dan Infeksi Menular Seksual Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus (retrovirus) yang menginfeksi sel-sel sistem imunologi sehingga merusak sistem kekebalan tubuh manusia. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah kondisi kesehatan seseorang ketika HIV telah merusak sistem kekebalan terhadap penyakit Infeksi menular seksual (IMS) merupakan penyakit yang sangat erat keterkaitannya dengan kejadian HIV dan AIDS. Keberadaan penderita HIV/AIDS bagaikan fenomena gunung es, dimana jumlah penderita yang ditemukan jauh lebih sedikit dibandingkan penduduk yang terinfeksi dan diperkirakan pada tahun 2010 jumlah Orang Dengan HIV AIDS (ODHA) di Sulawesi Barat mencapai 000000 orang. Kondisi tersebut berkaitan dengan mobilisasi penduduk yang cepat mengingat Provinsi Sulawesi Barat adalah provinsi baru dan berkembang disertai dengan perilaku seksual yang | Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 34
  • 50. tidak aman serta penggunaan Narkoba, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) suntik yang semakin meluas. Upaya pencegahan dan penanggulangan yang dilakukan memalui penyuluhan ke masyarakat, pembentukan klinik IMS dan Voluntary Concealing Test VCT di puskesmas, pengobatan dan pemeriksaan berkala penyakit menular seksual, pengamatan darah donor dan kegiatan lain yang menunjang pemberantasan penyakit | Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 35 HIV/AIDS. Pengembangan jejaring HIV/AIDS serta kerjasama dengan Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPA) tingkat provinsi dan kabupaten, Majelis Ulama (MU) serta organisasi masyarakat lainnya yang terkait merupakan usaha lain dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat dalam penanggulangan HIV/AIDS. Meski demikian jumlah penderita HIV/AIDS di Provinsi Sulawesi Barat hingga tahun 2009 belum ada laporan secara tertulis penduduk yang tercatat sebagai penderita positif, namun penderita positif tersebut diperkirakan ada di sekitar kita. Hal ini dapat dilihat pada gambar 3.8 berikut :
  • 51. 2007 2008 2009 60 50 40 30 20 10 0 HIV/AIDS 0 0 0 IMS 0 0 49 | Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 36 kasus HIV/AIDS & IMS Gambar 3.8 Trend Cakupan Penderita HIV/AIDS dan IMS di Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2007 – 2009. Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2010. Berdasarkan grarik diatas, penderita IMS sebagai kelompok risiko tinggi menderita HIV/AIDS diketahui pada tahun 2009 sebanyak 49 kasus, hal ini meningkat dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Penyebab meningkatnya penyakit IMS ini dapat dikarenakan kesedaran masyarakat akan perilaku seksual yang tidak aman masih rendah. Jumlah kasus IMS tertinggi ditemukan pada Kabupaten Mamuju (47 kasus) dan Kabupaten Polewali Mandar (2 kasus), dan tidak terdapat kasus pada kabupaten lainnya. Hal ini dikarenakan Kabupaten Mamuju sebagai ibukota provinsi yang merupakan pusat mobilisasi penduduk baik dari kabupaten atau dari provinsi lainnya.
  • 52. 2 37 39 polman mamuju provinsi 60 50 40 30 20 10 IMS 2 47 49 diobati 2 37 39 | Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 37 0 kasus IMS & yang diobati Dari seluruh kasus IMS di Kabupatren Mamuju yang diobati hanya 37 kasus (78,72%), untuk Kabupaten Polewali Mandar yang diobati sebanyak 2 kasus (100%) sehingga untuk tingkat Provinsi Sulawesi Barat penderita IMS yang diobati sebesar 79,59% dari kasus yang ada. Hal ini digambarkan pada grafik 3.9 berikut : Gambar 3.9 Cakupan Penderita IMS dan Yang Diobati di Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2009. Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2010. Salah satu kelompok lain berisiko tinggi tertular HIV/ADIS adalah kelompok pengguna NAPZA suntik melalui cara Intravena Drug Use (IDU) dengan alat suntik yang dipakai secara bersama-sama. Kasus AIDS pada pengguna NAPZA suntik di Indonesia menunjukkan peningkatan yang tajam dari tahun ke tahun.
  • 53. Meskipun penderita HIV/AIDS di Provinsi Sulawesi Barat belum ditemukan tapi bukan berarti kita terbebas dari penyakit ini, tetapi harus lebih waspada terhadap penyebaran HIV/AIDS dan memiliki perilaku seksual yang aman dan menghindari penggunaan NAPZA melalui suntikan yang secara simultan memperbesar risiko penyebaran | Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 38 HIV/AIDS. Penanggulangan HIV/AIDS ini pun telah menjadi perhatian besar pada program MDGs pada tujuan ke enam yakni menghentikan dan mulai membalikkan penyebaran HIV dan AIDS pada tahun 2015 dan tersedianya akses universal untuk perawatan terhadap HIV/AIDS bagi yang memerlukan pada tahun 2010. 3. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Penyakit ISPA atau Acute Respiratory Infection (ARI) adalah penyekit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung hingga alveoli termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Penyakit ISPA yang menjadi fokus program kesehatan adalah Pneumonia, karena pneumonia merupakan salah satu penyebab utama kematian pada anak.
  • 54. Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus maupun jamur dengan populasi rentan pada anak-anak usia kurang dari dua tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun, atau orang yang memiliki masalah kesehatan (malnutrisi, gangguan imunologi). ISPA seringkali menjadi penyebab kematian pada bayi dan balita, dimana pneumonia diduga sebagai faktor utama penyebabnya. Sampai saat ini diketahui bahwa 80% sampai 90% dari seluruh kasus kematian ISPA adalah disebabkan oleh pneumonia. ISPA juga merupakan salah satu penyebab utama utama kunjungan berobat pasien di puskesmas dan rumah sakit. Berdasarkan laporan bidang pencegahan dan pengendalian penyakit dari dinas kesehatan kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Barat tahun 2009 terdapat kasus pneumonia sebanyak 4.433 kasus dan 76,17% (3.377 kasus) diantaranya adalah pneumoni pada balita. Angka ini menunjukkan terjadinya penurunan jumlah kasus pneumoni pada balita dibandingkan pada tahun 2008 sebesar 86,05% (7.326 kasus) dan pada tahun 2007 sebesar 99,37% (25.047 kasus). Walaupun angka kesakitan balita karena pneumonia menurun, namun yang perlu diwaspadai adalah perkembangan situasi global saat ini dimana banyak penyakit ISPA yang bersifat New Emerging Disease, | Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 39
  • 55. seperti Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS), Avian Influenza (AI) Trend angka kesakitan pneumonia pada balita ini dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 dapat dilihat paga gambar 3.10 25047 7332 3377 2007 2008 2009 dan H1N1. sebagai berikut : 30000 25000 20000 15000 10000 5000 provinsi 25047 7332 3377 99,38 0,62 86,06 13,94 43,24 56,76 | Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 40 0 pneumonia balita 100% 80% 60% 40% 20% 0% 2007 2008 2009 ≤5 thn 99,38 86,06 43,24 >5 thn 0,62 13,94 56,76 proporsi kasus pneumonia Gambar 3.10 Trend Cakupan Pneumonia Pada Balita di Provinsi Sulawesi Barat Tahnu 2007 – 2009. Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2010. Gambar 3.11 Proporsi Kasus Pneumonia Tahun 2007-2009. Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat
  • 56. Pada kasus pneumonia yang terjadi berdasarkan laporan dari lima kabupaten, kabupaten dengan cakupan tertinggi adalah Kabupaten Mamuju (3.532 kasus) dan cakupan terendah adalah Kabupaten Mamasa (11 kasus). Namun dari jumlah kasus pneumonia yang terjadi pada balita, Kabupaten Polewali Mandar, Mamasa dan Majene memiliki cakupan 100%, sedangkan cakupan pada Kabupaten Mamuju Utara sebesar 93,47% dan Mamuju sebesar 70,18%. Pada tingkat provinsi proporsi balita penderita pneumonia dapat dilihat pada gambar 3.11 diatas. Upaya pemberantasan penyakit ISPA difokuskan pada upaya penemuan dini dan tatalaksana kasus yang cepat dan tepat pada penderita. Kecepatan keluarga dalam membawa penderita ke unit pelayanan kesehatan serta keterampilan petugas dalam menegakkan diagnosis merupakan kunci keberhasilan penanganan penyakit ISPA. Program pengendalian ISPA menetapkan bahwa semua kasus yang ditemukan harus mendapat tatalaksana sesuai standar. Target cakupan program ISPA nasional pada pneumonia balita sebesar 76% dari perkiraan jumlah kasus. Pada tahun 2009 cakupan penemuan kasus di Provinsi Sulawesi barat telah mencapai 100%. | Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 41
  • 57. polman mamasa matra majene mamuju provinsi 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 % ditangani 100 100 100 100 100 100 | Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 42 0 Gambar 3.12 Cakupan Pneumonia Pada Balita yang Ditangani Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2009. Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2010. 4. Diare Diare dapat didefinisikan sebagai perubahan konsistensi fases selain dari frekuensi buang air besar. Dikatakan diare apabila fases lebih berair dari biasanya. Diare juga didefinisikan bila Buang Air Besar (BAB) tiga kali atau lebih atau BAB lebih berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam. Sementara diare yang berdarah didefinisikan sebagai disentri. Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan, dimana sarana air bersih dan BAB serta perilaku manusia yang tidak sehat merupakan factor dominan penyebabpenyakit
  • 58. tersebut. Perilaku biasa bersih dengan cuci tangan menggunakan sabun di bawah air mengalir sebelum dan sesudah beraktifitas merupakan tindakan pencegahan yang paling ampuh saat ini agar terhindar dari diare yang dikenal dengan gerakan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS). Selain angka kesakitan yang masih tinggi, penyakit diare juga sering menimbulkan KLB dengan tingkat CFR yang juga tinggi. Salah satu upaya menurunkan kematian akibat diare adalah dengan tatalaksana yang tepat dan cepat. Pengolahan, analisa, dan interpretasi data secara rutin juga akan dilakukan, sebagai upaya kewaspadaan dini KLB Diare. Upaya ini dilakukan dengan mengadakan pelatihan petugas terintegrasi dengan pelatiha Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), serta pengamatan tatalaksana diare di puskesmas sentinel. Kasus diare pada balita di Provinsi Sulawesi Barat pada tahun 2007 sebesar 50,85% per 1.000 penduduk dan di tahun 2008 sebesar 44,79% per 1.00 penduduk. Pada tahun 2008 terdapat sebesar 49,37% kasus diare pada balita dengan jumlah balita yang mendapat penanganan sebesar 92,73% dari total kasus diare pada balita. Pada tahun 2009 jumlah kasus diare setiap tahunnya terus meningkat, tetapi kasus diare pada balita telah mengalami penurunan sebesar 34,01%. Hal ini dapat dilihat pada grafik berikut berikut : | Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 43
  • 59. 50,63 65,99 49,37 34,01 2008 2009 70 60 50 40 30 20 10 >5 thn 50,63 65,99 ≤5 thn 49,37 34,01 | Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 44 0 kasus diare Gambar 3.13 Trend Cakupan Kejadian Diare di Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2008-2009. Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2010. Untuk tahun 2009, kejadian diare tertinggi tercatat di Kabuapten Mamuju sebanyak 25.507 kasus dan terendah di Kabupaten Mamasa sebanyak 5.174 kasus. Namun bila dilihat kasus diare pada balita yang terkena penyakit tersebut, kabupaten yang tertinggi proporsi balita yang terkena diare adalah Kabupaten Mamuju Utara sebesar 100% dan terendah adalah Kabupaten Mamasa sebesar 38,77%. Kejadian diare pada balita yang mendapat penanganan dengan tatalaksana cepat dan tepat untuk tingkat provinsi sebesar 90,13%. Semua kabupaten telah melakukan penangan kasus diare pada balita
  • 60. sebesar 100% kecuali Kabupaten Mamuju Utara hanya sebesar polman mamasa matra majene mamuju provinsi 55,87% saja. 70000 60000 50000 40000 30000 20000 10000 diare 13778 5174 7158 10523 25507 62140 d. balita 6338 2006 7158 5856 10663 32021 | Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 45 0 kasus diare Upaya penanggulangan diare dilakukan dengan pemberian oralit dan penggunaan infuse pada penderita, penyuluhan kepada masyarakat agar meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dalam kehidupan sehari-hari serta melibatkan peran serta kader dalam tatalaksana diare karena dengan penanganan yang cepat dan tepat di tingkat rumah tangga maka diharapkan dapat mencegah terjadinya diare dengan dehidrasi berat yang dapat menyebabkan kematian. Gambaran proporsi kejadian diare balita di Provinsi Sulawesi Barat pada tahun 2009 seperti yang dijelaskan di atas, dapat dilihat pada grafik berikut : Gambar 3.14 Cakupan Kejadian Diare Pada Balita Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2009. Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2010.
  • 61. Kejadian diare di Provinsi Sulawesi Barat telah mengalami penurunan jumlah kasus terutama pada kasus diare pada balita. Penurunan kasus diare dapat dikolerasian dengan perbaikan hygiene sanitasi dan perilaku hidup bersih dan sehat, karena secara umum penyakit diare sangat berkaitan dengan kedua faktor tersebut. Kegiatan lain yang menunjang secara tidak langsung mencegah terjadinya diare di Provinsi Sulawesi Barat adalah program Water Sanitation for Low Income Community (WSLIC2) yang bertujuan untuk penyediaan air bersih bagi masyarakat dengan focus daerah Kabupaten Polewali Mandar dan Mamasa. Untuk penyediaan air bersih di Kabuapten Mamuju, Majene dan Mamuju Utara dilaksanakan program Third Water Supply and Sanitation for Low Income Communities Project (WSSLIC3) atau dikenal juga dengan nama lain program Penyedian Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS). | Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 46 5. Kusta Penyakit kusta atau disebut penyakit lepra adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Leprae yang menyerang syaraf tepi dan jaringan tubuh lainnya. Bila tidak ditangani
  • 62. dengan baik, kusta dapat menjadi progresif, menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, syaraf, anggota gerak dan mata. Penyakit kusta menurut jenis penyakitnya dibedakan menjadi kusta Pausi Basiler (PB) dan kusta Multi Basiler (MB) dan pengobatannya disesuaikan dengan klasifikasi jenisnya. Strategi global WHO menetapkan indikator eliminasi kusta adalah angka penemuan penderita atau istilah bahasa inggrisnya Newly Case Detection Rate (NCDR) yang menggantikan indicator utama sebelumnya yaitu angka penemuan penderita terdaftar berupa prevalensi rate < 1/100.000 penduduk. Prevalensi penyakit kusta di Provinsi Sulawesi Barat tidak banyak mengalami perubahan setiap tahunnya, hanya Kabupaten Polewali Mandar yang mengalami peningkatan penemuan kasus baru, kabupaten lainnya berfluktuasi penemuan kasus barunya. Sedangkan untuk persebarannya, kasus kusta terdapat di semua kabupaten dengan jumlah kasus yang berbeda-beda. Berdasarkan rekapitulasi data dari bidang pengendalian penyakit Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat pada tahun 2009 jumlah kasus kusta PB terbanyak terdapat di Kabupaten Polewal Mandar sebanyak 36 kasus dan terndeah di Kabupaten Mamasa sebanyak satu kasus. Kasus kusta MB terbanyak terdapat di Kabuapten Polewali | Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 47
  • 63. Mandar sebanyak 279 kasus dan terendah di Kabupaten Mamasa 184 62 183 374 85 74 2007 2008 2009 sebanyak 3 kasus. 500 450 400 350 300 250 200 150 100 50 MB 184 183 374 PB 62 85 74 | Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 48 0 kasus kusta Penggambaran penemuan kasus kusta PB dan MB pada tingkat provinsi dari tahun 2007 – 2009 dapat dilihat pada gambar 3.15 berikut. Grafik 3.15 Trend Penemuan Kasus Kusta di Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2007 – 2009. Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2010. Dalam upaya penanggulangan penyakit kusta di Indonesia, salah satu indikator yang digunakan untuk menilai keberhasilannya adala angka proporsi cacat tingkat II (kecatatatn yang dapat dilihat dengan mata) sebesar 5% dan proporsi anak di antara kasus baru. Angka proporsi cacat tingkat II digunakan untuk menilai kinerja petugas dalam upaya peningkatan penemuan kasus.
  • 64. polman mamasa matra majene mamuju provinsi 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 % RFT PB 55,56 100 66,67 100 14,29 69,33 % RFT MB 16,49 100 44,44 100 51,43 31,82 | Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 49 % RFT kusta Angka proporsi cacat tingkat II yang tinggi mengindikasikan adanya keterlambatan dalam penemuan penderita yang dapat diakibatkan rendahnya kinerja petugas dan rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai tanda-tanda dini penyakit kusta. Sedangkan indikator proporsi anak di antara kasus baru mampu mempresentasikan penularan kusta yang masih terjadi di masyarakat. Indikator lain yang digunakan adalah jumlah penderita kusta yang telah selesai menjalani pengobatan (RFT). Pencapaian RFT untuk tingkat provinsi pada tahun 2009 masih cukup rendah. Untuk kasus kusta PB hanya sekitar 69,33% dan kusta MB hanya 31,82%. Untuk tingkat kabupaten dapat dilihat pada gambar 3.16 berikut : Gambar 3.16 Persentase RFT Kasus Kusta PB dan Kusta MB Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2009. Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2010.
  • 65. Upaya pencegahan dan pemberantasan dilakukan dengan penyuluhan kepada masyarakat melalui media massa agar penderita dapat ditemukan dalam stadium dini dan tidak sampai menimbulkan kecatatan, pengobatan penderita kusta untuk mencegah infeksi sekunder serta membentuk kelompok-kelompok pemberantasan kusta seperti Aliansi Daerah Eliminasi Kusta (ADEK) dan Kelompok Perawatan Diri (KPD). Meskipun Indonesia telah mencapai eliminasi pada pertengahan tahun 2000, penyakit kusta masih menjadi menjadi salah satu masalah kesehatan yang cukup besar, karena sampai akhir 2009 Provinsi Sulawesi Barat belum mencapai eliminasi kusta. Keberhasilan peningkatan NCDR setiap tahunnya, disebabkan karena adanya pelatihan petugas dan kegiatan aktif di lapangan. Diharapkan pada tahun-tahun ke depan Provinsi Sulawesi Barat tidak terjadi lagi penularan penyakit kusta di masyarakat dan tidak terjadi keterlambatan dalam penemuan kasus. b. Penyakit Bersumber Binatang/Melalui Vektor 1. Malaria Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit (plasmodium) yang ditularkan melalui gigitan nyamuk nyamuk malaria (anopheles) yang terinfeksi | Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 50
  • 66. (vector-born disease) yang menular dan menyerang semua golongan umur. Pada tubuh manusia, parasit membelah diri dan bertambah banyak di dalam hati dan kemudian menginfeksi sel-sel darah merah. Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang upaya pengendalian dan penurunan ksausnya merupakan komitmen internasional dalam MDGs. Kasus malaria di Indonesia secara umum menunjukkan kecenderungan menurun, namun masih menjadi permasalahan kesehatan masyarakat. Setiap tahun terdapat 300 sampai 500 juta kasus malaria di dunia dan penyebab satu juta kematian anak. Daerah yang terjangkit malaria dapat menjadi penyebab kematian dan penghambat pertumbuhan anak. Pada umumnya lokasi endemis malaria adalah desa-desa yang terpencil dengan kondisi lingkungan yang tidak baik, sarana transportasi dan komunikasi yang sulit, akses pelayanan kesehatan kurang, tingkat pendidikan dan social ekonomi masyarakat yang rendah serta perilaku hidup sehat yang kurang baik. Mengingat malaria sebagai salah satu penyebab kematian, maka dikembangkan kebijakan Program Pemberantasan Penyakit Malaria dengan menggunakan strategi penegakkan diagnosa kasus dengan konfirmasi laboratorium, yang dikenal dengan istilah Annual Parasite Incidence (API) dan malaria klinis dengan istilah Annual Malaria Incidence (AMI). | Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 51
  • 67. 2008 2009 25000 20000 15000 10000 5000 AMI 15868 21650 API 375 1397 | Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 52 0 kasus malaria Sebagai salah satu daerah endemis malaria, pada tahun 2009 perhatian pada bidang kesehatan terhadap malaria cukup besar sehingga dapat menekan peningkatan jumlah kasus walau dalam tiga tahun terakhir kasus malaria di Provinsi Sulawesi Barat tetap mengalami peningkatan jumlah kasus setiap tahunnya. Grafik berikut menunjukkan jumlah kasus malaria AMI di Provinsi Sulawesi Barat pada tiga tahun terakhir : Gambar 3.17 Trend Penemuan Kasus Malaria AMI Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2007 – 2009. Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Dari keselurahan penemuan kasus malaria di Provinsi Sulawesi Barat pada tahun 2009, ditemukan 5,58% (203 kasus) positif malaria melalui pemeriksaan laboratorium dengan menggunakan sampel darah pasien. Kejadian malaria positif untuk tingkat kabupaten tertinggi
  • 68. ditemukan di Kabupaten Majene sebesar 45,29% (687 kasus) dan terendah di Kabupaten Mamasa 0% (tidak ada kasus). Kabupaten Mamuju adalah kabuapten penyumbang kasus malaria terbanyak di Provinsi Sulawesi Barat dan dimasukkan kedalam klasifikasi Red Endemic Area. Tetapi dari keseluruhan kasus malaria yang ada (16.322 kasus) hanya 3,28% (526 kasus) yang positif secara pemeriksaan laboratorium. Hal ini mungkin disebabkan penemuan kasus yang terlambat untuk mendapat penanganan, kasus malaria yang terlalu banyak dengan sumber daya manusia yang masih sangat kurang, peralatan pemeriksaan laboratorium yang minim dan atau pasien yang tidak ingin melakukan pemeriksaan darah. Kasus malaria yang banyak ditemukan secara umum dapat dikatakan berbanding lurus dengan pengobatan terhadap pasien yang dilakukan. Tiga kabupaten yang mampu melakukan pengobatan sebesar 100% adalah Kabupaten Majene, Mamuju dan Mamuju Utara. Dua kabupaten lain yaitu Kabupaten Mamasa hanya sebesar 61,31% dan terendah Kabupaten Polewali Mandar hanya 10,02%. Hal ini berarti akan ditemukannya penyebaran penyakit malaria yang lebih | Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 53 luas. Gambaran pengobatan malaria ini dapat dilihat pada gambar 3.19 berikut :
  • 69. Gambar 3.19 Penemuan Kasus Malaria dan Pengobatan Malaria Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2009. polman mamasa matra majene mamuju provinsi 30000 25000 20000 15000 10000 5000 0 malaria 2025 928 4877 1517 16322 25669 diobati 203 569 4877 1517 16322 23488 Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2010. Hal lain yang perlu diingat adalah penanganan penyakit malaria di Provinsi Sulawesi Barat masih perlunya dikembangkan beberapa kegiatan seperti penemuan aktif penderita, penegakan diagnosis malaria melalui pemriksaan mikroskopis dan Rapid Diagnostic Test (RDT), penatalaksanaan kasus dan pengobatan, pengobatan malaria pada ibu hamil, penyemprotan rumah/Indoor Residual Spraying (IRS), pembagian kelambu anti nyamuk (LLINs), peningkatan sumber daya manusia, pemberantasan tempat perindukan nyamuk dan pengendalian vektor. 2. Demam Berdarah Dengue (DBD) Demam Berdarah Dengue (Dengue Haemorraghic Fever) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue serta disebarkan dengan perantaraan nyamuk Aedes Aegypty dan | Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 54
  • 70. Aedes Albopictus yang hidup di genangan air bersih atau jernih di sekitar rumah atau tempat-tempat yang dapat menampung dan menjadi genangan air dan umumnya kasus ini mulai meningkat pada musim | Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 55 penghujan. Pada tahun 1968, penyakit ini mulai berjangkit di Indonesia dan sampai saat ini seluruh wilayah di Indonesia telah terjangkit penyakit ini. Penyakit DBD sulit diberantas karena terkait erat dengan perilaku masyarakat dan kesehatan lingkungan. Penyakit DBD merupakan salah satu penyakit menular yang sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan sering muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) sehingga menimbulkan kepanikan di masyarakat karena penyebarannya yang sangat cepatdan berpotensi menimbulkan kematian bila tidak mendapatkan penangan secara cepat dan tepat. Angka kesakitan DBD di Provinsi Sulawesi Barat pada tahun 2009 mengalami peningkatan yang cukup tinggi sebanyak 205 kasus, sekitar empat kali lebih tinggi dibandingkan pada tahun 2008 sebanyak 45 kasus. Kabupaten Mamuju Utara adalah kabupaten terbanyak memiliki kasus DBD pada tahun 2009, hampir 10 kali lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya. Ini perlu mendapat perhatian yang besar bagi
  • 71. dinas kesehatan Provinsi Sulawesi Barat khususnya Kabupaten Mamuju Utara karena merupakan suatu KLB DBD pada tahun tersebut. | Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 56 250 200 150 100 50 0 polman mamasa matra majene mamuju provinsi 2007 8 1 40 1 2 52 2008 7 0 16 22 0 45 2009 0 150 42 13 205 kasus DBD Untuk mengatasi hal ini, telah dilakukan upaya penanggulangan KLB seperti penyelidikan epidemiologi, fogging fokus, abatesasi, pemberantasan sarang nyamuk dan pemantauan jentik serta surveilans sanitasi lingkungan pada daerah Mamuju Utara. Jumlah kasus DBD di Provinsi Sulawesi Barat pada tahun 2007 sampai dengan 2009 dapat dilihat pada grafik berikut : Gambar 3.20 Jumlah Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2007 – 2009. Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Kabupaten Polewali Mandar pada tiga tahun terakhir telah menunjukkan penurunan penemuan kasus DBD adalah suatu kemajuan yang diperoleh dinas kesehatan tingkat kabupaten, namun Kabupaten Majene adalah kabupaten yang mengalami peningkatan penemuan
  • 72. kasus DBD setiap tahunnya. Hal ini perlu menjadi perhatian karena dapat menjadi masalah kesehatan nantinya apabila tidak diperhatikan | Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 57 lebih serius. 250 200 150 100 50 0 polman mamasa matra majene mamuju provinsi dbd 150 42 13 205 ditangani 150 42 13 205 kasus DBD Kesigapan petugas di lapangan dalam penangan kasus DBD haruslah ditingkatkan dan dipertahankan. Seperti pada Kabupaten Mamuju Utara, Majene dan Mamuju telah melakukan penangan kasus DBD sebesar 100% dari kasus yang ada. Pada Kabupaten Polewali Mandar tidak diperoleh data mengenai jumlah kasus dan pengobatan terhadap pasien yang ditemukan. Penemuan kasus dan pengobatan kasus DBD yang dilakukan pada tahun 2009 dalam wilayah Provinsi Sulawesi Barat ini dapat dilihat pada grafik dibawah ini : Gambar 3.21 Jumlah Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Penangannya Tahun 2009. Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2010
  • 73. Angka Bebas Jentik (ABJ), sebagai tolak ukur upaya pemberantasan vektor melalui PSN-3M, menunjukkan angka partisipasi masyarakat dalaam mencegah DBD. Pada tingkat provinsi, ABJ diperoleh hanya sebesar 67,48%. Diharapkan pada tahun mendatang capaian ABJ di Provinsi Sulawesi Barat dapat ditingkatkan menjadi 100% sehingga tidak memberikan kesempatan nyamuk untuk berkembang biak. Oleh karena itu, pendekatan pemberantasan DBD yang berwawasan kepedulian masyarakat menjadi salah satu alternatif pendekatan baru. Perlu tetap diingat, metode tepat guna untuk mencegah DBD adalah dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui 3M plus (Menguras, Menutup, dan Mengubur) plus menabur larvasida, penyebaran ikan pada tempat penampungan air, serta kegiatan lainya yang dapat mencegah/memberantas nyamuk Aedes berkembang biak. Surveilans vektor dilakukan melalui kegiatan pemantauan jentik oleh petugas kesehatan maupun juru/kader pemantau jentik (Jumantik/Kamantik). Pengembangan sistem surveilans vektor secara berkala perlu terus dilakukan, terutama dalam kaitannya dengan perubahan iklim dan pola penyebaran kasus. | Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 58
  • 74. 3. Filariasis Limpathic Filariasis adalah penyakit parasit dimana cacing filaria (Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori) menginfeksi jaringan limfe (getah bening). Parasit ini ditularkan pada manusia melalui gigitan berbagai jenis nyamuk yang telah terinfeksi dan kemudian menjadi cacing dewasa dan hidup di jaringan limfe. Penyakit ini sering menyebabkan menurunkan daya kerja dan produktifitas serta timbulnya cacat tubuh yang menetap atau permanen berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelaminsebagai tanda tingkat lanjut dari penyakit. Penyakit ini juga sering disebut Elefantiasis atau yang sering juga disebut penyakit kaki gajah karena penderitanya sering mengalami bengkak di kaki yang sangat besar menyerupai kaki gajah. Orang yang terkena penyakit ini sering tidak dapat melakukan pekerjaan karena kecatatan mereka atau karena sebagian orang enggan berdekatan dengan mereka. Penyebaran penyakit ini banyak ditemukan pada daerah pedesaan. Sebagai penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk memiliki hubungan erat pada sanitasi lingkungan dan perilaku | Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 59 masyarakat.
  • 75. Hingga saat ini, Filariasis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat Indonesia. Untuk itu, Indonesia melaksanakan Program Eliminasi Filariasis atas dasar kesepakatan Global WHO tahun 2000, yaitu “The Global Goal of Elimination of Lymphatic Filariasis as a Public Health Problem the year 2020”, yang merupakan realisasi dari resolusi polman mamasa matra majene mamuju provinsi | Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 60 8 1 40 1 2 52 20 0 0 0 5 25 40 7 0 0 0 47 2007 2008 2009 WHA pada tahun 1997. Wilayah endemic filariasis di Provinsi Sulawesi Barat adalah Kabupaten Polewali Mandar dan mempunyai kasus filarial terbanyak pada tahun 2007 hingga 2009. Kabupaten Mamasa mengalami penambahan kasus filariasis dikarenakan status demografi yang berdekatan. Tiga kabupaten lain pada tahun 2009 tidak terdapat penemuan kasus filariasis. Gambaran kasus filariasis pada wilayah Provinsi Sulawesi Barat dapat dilihat secara sederhana pada grafik berikut : Gambar 3.22 Jumlah Kasus Filariasis (Kaki Gajah) Tahun 2007 – 2009. Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2010.
  • 76. Meskipun penyakit ini sudah menyebar di semua kabupaten/kota di Sulawesi Barat dan telah dilakukan survey pemetaan endemitas di beberapa kabupaten/kota, namun hingga saat ini belum dapat diketahui secara akurat prevalensi dan jumlah penderita secara pasti. Penemuan kasus filariasis selama ini hanya setelah timbulnya tanda tingkat lanjut dari penyakit ini mengingat penyakit ini bersifat kronis. Belum pernah ditemukan orang yang menderita filaria secara dini walaupun orang tersebut bermukim di daerah endemis atau terdapat penderita filariasis disekitarnya. Dalam upaya mencapai eradikasi filariasis pada tahun 2020 diperlukan upaya pencegahan dan pemberantasan dilakukan dengan memutus rantai penularan dan mengobati penderita untuk mencegah infeksi sekunder serta alat/sarana yang sensitive untuk penegakan diagnosis sehingga penderita dapat ditemukan dalam stadium dini dan sampai tidak menimbulkan kecatatan. c. Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) 1. Polio dan Acute Flaccid Paralysis (AFP) Polio adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus yang menyerang system syaraf dan dapat menyebabkan kelumpuhan. Penyakit ini menyerang semua golongan umur, akan tetapi terutama pada anak | Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 61
  • 77. usia dibawah tiga tahun (>50% dari semua kasus). Virus ini masuk ke dalam tubuh melalui mulut dan berkembang biak dalam system pencernaan. Gejala utamanya adalah demam, lelah, sakit kepala, mual, kaku di leher dan sakit tungkai dan lengan. AFP adalah kondisi abnormal yang ditandai dengan melemahnya, lumpuhnya atau hilangnya kekuatan otot tanpa penyebab yang jelas secara tiba-tiba. Hal ini dapat disebabkan oleh penyakit atau trauma yang mempengaruhi syaraf yang berhubungan dengan otot. AFP ini sering juga dijelaskan sebagai tanda cepat munculnya serangan seperti pada polio. Kasus AFP adalah semua anak berusia kurang dar 15 tahun dengan kelumpuhan yang sifatnya layuh yang terjadi secara mendadak. Sedangkan AFP non polio adalah kasus AFP yang pada pemeriksaan specimen (tinja) tidak ditemukan virus polio liar yang ditetapkan oleh tim ahli sebagai kasus AFP dengan kriteria tertentu. Dalam upaya untuk membebaskan Indonesia dari penyakit polio, maka pemerintah telah melaksanakan program Eradikasi Polio (ERAPO). Salah satu wujud dari upaya pemerintah memberantas polio adalah dengan pemberian imunisasi rutin dasar dan imunisasi massal pada anak balita melalui Pekan Imunisasi Nasional (PIN). Hal lain yang dilakukan adalah surveilans AFP yang melakukan pengamatan dan | Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 62
  • 78. penjaringan semua kelumpuhan yang terjadi tanpa melihat diagnosa dari suatu penyakit. Indikator keberhasilan ERAPO adalah ditemukannya kasus AFP minimal 2/100.000 penduduk dan tidak ditemukannya kasus polio selama lima tahun berturut-turut. Penemuan kasus AFP di Sulawesi Barat dapat dilihat pada gambar 3.23 berikut : Gambar 3.23 Jumlah Kasus AFP (lumpuh layuh) Tahun 2007 – 2009. polman mamasa matra majene mamuju provinsi Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Jumlah Kasus AFP (lumpuh layuh) Tahun 2007 – 2009. 12,00 10,00 8,00 6,00 4,00 2,00 0,00 Grafik 3.24 | Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 63 1 0 1 1 3 6 1 0 2 3 5 11 0 0 2 3 1 6 2007 2008 2009 2007 2008 2009 afp rate 2,00 3,14 2,00 afp 6 11 6 Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat
  • 79. 2. Difteri Difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diptheriae yang ditandai dengan gejala panas tinggi disertai dengan pseudo membrane (selaput tipis) putih keabu-abuan pada tenggorok yang tidak mudah lepas dan mudah berdarah di faring, laring atau tonsil. Terdapat tiga jenis tipe C.diptheriae yaitu tipe mitis, intermedus dan gravis yang terbagi menjadi beberapa varian. Beberapa varian tidak ganas dapat ditemukan pada selaput mukosa tenggorokan. Sumber penularan penyakit ini adalah manusia sendiri, baik sebagai penderita maupun carrier. Seseorang dapat menyebarkan bakteri deftri melalui droplet infection dan difteri kulit yang mencemari tanah sekitarnya. Bakteri ini amat sensitive pada faktor-faktor alam sekitar seperti kekeringan, kepanasan dan sinar matahari. Difteri disebarkan melalui saluran pernafasan. Tingkat kematian akibat difteri paling tinggi di kalangan bayi dan orang tua dan kematian biasanya terjadi dalam masa tiga sampai empat hari. Penyakit difteri menyerang sistem pernafasan bagian atas yang ditandai dengan sakit di leher sewaktu menelan, demam ± 380C, sakit | Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 64
  • 80. tekak dan leher membengkak seperti leher sapi (bullneck) dan sesak nafas disertai stridor. Penyakit ini seringkali menjadi penyebab kematian pada anak-anak, namun penyakit ini dapat dicegah dengan kekebalan yang tinggi melalui pemberian imunisasi DPT1, DPT2 dan DPT3. Kekebalan dapat juga diperoleh karena menderita sakit, akan tetapi eseorang yang sembuh dari penyakit difteri tidak selalu mempunyai kekebalan seumur | Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 65 hidup. Penyakit difteri dimasukkan kedalam kategori penyakit berpotensi KLB.dikatakan demikian karena penyakit ini dapat menyebar dengan cepat melalui perantar udara. Apabila pada suatu daerah telah terdapat atau ditemukan satu kasus difteri maka daerah tersebut dinyatakan telah terjadi KLB difteri. Di Provinsi Sulawesi Barat kasus difteri pernah ditemukan di Kabupaten Polewali Mandar pada tahun 2009 yang merupakan suatu KLB difteri, akan tetapi penderita difteri tersebut meninggal sehingga sulit dilakukan suatu Penyelidikan Epidemiologi (PE) KLB. Di kabupaten lain pada tahun yang sama tidak ditemukan kasus difteri. Gambaran jumlah kasus difteri ini dapat dilihat pada grafik berikut :
  • 81. | Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 66 1 0,9 0,8 0,7 0,6 0,5 0,4 0,3 0,2 0,1 0 polman mamasa matra majene mamuju provinsi 2007 0 0 0 0 0 0 2008 0 0 0 0 0 0 2009 1 0 0 0 0 1 kasus difteri Gambar 3.25 Cakupan Kejadian Penyakit Difteri Provinsi Sulawesi Barat, Tahun 2007 – 2009. Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2010. Apabila di suatu tempat terdapat satu kasus difteri probable atau kasus konfirmasi merupakan suatu KLB. Adanya satu kasus difteri mengharuskan upaya PE berupa pencarian kasus lain pada kelompok rentan yang dicurigai, terutama kontak serumah, tetangga, teman sepermainan, teman sekolah atau tempat bekerja, serta upaya pencarian sumber penularan awal dan identifikasi kemungkinan adanya carrier. Disamping identifikasi kasus baru lainnya, identifikasi cakupan imunisasi pada bayi dan anak sekolah selama 5- 10 tahun terakhir perlu dilakukan secara cermat. Epidemiologi kasus sekunder
  • 82. dapat menggambarkan tingkat keganasan kuman difteri, terutama pada kelompok rentan. 3. Campak Penyakit campak dikenal juga sebagai Morbili atau Measles, merupakan penyakit akut yang sangat menular (infeksius) yang disebabkan oleh virus Measles, 90% anak yang tidak kebal akan terserang penyakit campak. Manusia diperkirakan satu-satunya reservoir, walaupun monyet dapat terinfeksi tetapi tidak berperan dalam penyabaran. Walaupun cakupan imunisasi cukup tinggi, KLB campak mungkin saja masih akan terjadi yang diantaranya disebabkan adanya akumulasi anak-anak rentan ditambah 15% anak yang tidak terbentuk imunitas. Penyakit campak ditularkan dari orang ke orang melalui percikan ludah dan transmisi melalui udara terutama melalui bersin, batuk atau sekresi hidung. Masa penularan 4 hari sebelum rash sampai 4 hari setelah timbul rash, puncak penularan pada gejala awal (fase promordial) berupa bercak kemerahan, batuk-pilek dan diiuti dengan timbul ruam di seluruh tubuh pada 1-3 hari pertama sakit. | Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 67
  • 83. Penyakit campak akan menunjukkan gejala panas badan biasanya ≥ 380C selama 3 hari atau lebih, disertai salah satu atau lebih gejala batuk, pilek, mata merah atau mata berair. Ditemukan koplik’s atau bercak putih keabuan dengan dasar merah di pipi bagian dalam. Bercak kemerahan/rash yang mulai dari belakang telinga pada tubuh berbentuk makulo papular selama 3 hari atau lebih, beberapa hari (4-7 hari) keseluruh tubuh. Bercak kemerahan makulo papular setelah 1 minggu sampai 1 bulan berubah menjadi kehitaman disertai kulit | Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 68 bersisik. Sebagian besar penderita campak akan sembuh, komplikasi sering terjadi pada anak usia <5 tahun dan penderita dewasa usia >20 tahun. Kasus campak pada penderita malnutrisi dan defisiensi Vitamin A serta imunidefisiensi (HIV), campak dapat menjadi lebih berat atau fatal. Penyakit campak sering menyebabkan KLB, dimana kematian akibat campak pada umumnya disebabkan komplikasi dengan penyakit lain seperti bronchopneumonia, diar berat, meningitis dan gizi buruk serta penanganan terlambat. Di Provinsi Sulawesi Barat kasus campak pada tahun 2009 tertinggi ditemukan di Kabupaten Mamuju sebanyak 42 kasus dan terendah di Kabupaten Majene sebanyak 5 kasus. Trend penyakit campak dari tahun 2007 sampai 2009 mengalami penurunan secara
  • 84. signifikant. Gambaran jumlah kasus campak ini dapat dilihat pada grafik berikut : | Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 69 350 300 250 200 150 100 50 0 polman mamasa matra majene mamuju provinsi 2007 0 45 91 37 129 302 2008 133 0 20 9 55 217 2009 13 8 15 5 42 83 kasus campak Gambar 3.26 Cakupan Kejadian Penyakit Campak Provinsi Sulawesi Barat, Tahun 2007 – 2009. Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Penurunan jumlah kasus campak di provinsi Sulawesi Barat disebabkan cakupan imunisasi yang cukup baik terhadap semua bayi dan anak balita sehingga anak-anak dapat terlindung dari penyakit campak. Penurunan kasus campak sangat tajam di Provinsi Sulawesi Barat karena adanya kampanye campak dan chacth up yang dilakukan pada tahun 2007 dengan sasaran semua bayi, balita dan anak sekolah dengan tidak memandang status imunisasi sebelumnya.
  • 85. 4. Hepatitis | Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 70 ` Hepatitis B adalah penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis B yang dapat merusak hati. Penyebaran penyakit ini dapat melalui suntikan tidak aman, penurunan dari ibu ke bayi selama persalinan dan melalui hubungan seksual. Infeksi pada anak-anak biasanya tidak menimbulkan gejala dan kalaupun ada biasanya adalah gangguan pada perut, lemah dan urine menjadi kuning. Penyakit ini dapat menjadi kronis dan menimbulkan cirrhosis hepatis dan kematian. Di Provinsi Sulawesi Barat kasus hepatitis B dari tahun 2007 sampai tahun 2009 ditemukan pada satu kabupaten yaitu Kabupaten Mamuju dengan jumlah tidak jauh berbeda setiap tahunnya. Hal ini dapat dilihat pada grafik berikut :
  • 86. | Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 71 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0 polman mamasa matra majene mamuju provinsi 2007 0 0 0 0 167 167 2008 0 0 0 0 170 170 2009 0 0 0 0 166 166 kasus hepatitis Gambar 3.27 Cakupan Kejadian Penyakit Hepatitis B Provinsi Sulawesi Barat, Tahun 2007 – 2009. Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2010. 4. Tetanus dan Tetanus Neonatorium (TN) Tetanus adalah penyakit yang disebabkan Clostridium tetani, terdiri dari tetanus neonatorium yaitu tetanus pada bayi dan tetanus dengan riwayat luka. Kejadian tetanus neonatorium dapat dicegah dengan upaya pertolongan persalinan yang higienis ditunjang dengan imunisasi tetanus toxoid (TT) pada ibu hamil. Sampai saat ini belum ada kasus Tetanus Neonatorum yang dilaporkan secara tertulis dari tiap kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat.
  • 87. 5. Pertusis Pertusis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Bardetella pertusis yang ditandai dengan gejala batuk beruntun dan disertai dengan tarikan nafas “hup” yang khas dengan disertai dengan muntah dan lebih sering. Lama batuk dapat terjadi sampai 1 sampai 3 bulan sehingga sering disebut dan dikenal sebagai batuk 100 hari. Sampai saat ini belum ada kasus TN yang dilaporkan secara tertulis dari tiap kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat. | Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 72 III. Status Gizi a. Kunjungan Neonatus (KN 1 dan KN2) Bayi hingga usia satu bulan merupakan golongan umur yang memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi risiko tersebut antar lain dengan melakuan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan pada neonates (0-28) hari minimal dua kali, satu kali pada umur 0-7 hari (KN1) dab satu lagi pada umur 8-28 hari (KN2). Dalam melaksanakan pelayanan neonatus, petugas kesehatan di samping melakukan pemeriksaan kesehatan nayi juga melakukan konseling perawatan bayi kepada ibu. Pelayanan tersebut meliputi pelayanan kesehatan neonatal dasar (tindakan resusitasi, pencegahan hipotermia, pemberian ASI dini dan ekslusif, pencegahan infeksi
  • 88. berupa perawatan mata, tali pusat, kulit dan pemberian imunisasi); pemberian vitamin K; manajemen terpadu balita muda (MTBM); dan penyuluhan perawatan neonates dirumah menggunakan buku KIA Cakupan kunjungan neonatal (KN2) antara tahun 2006-2009 cenderung menurun. Cakupan KN2 selama periode tahun 2006-2009 dapat dilihat pada gambar 3.28 berikut ini: Gambar 3.28 Persentase Kunjungan Neonatus (KN2) Tahun 2006-2009 120 100 80 60 40 20 Sumber : Bina Kesehatan Masyarakat, Dinkes Sulbar Tahun 2009 kabupaten dengan kunjungan neonatus (KN2) tertinggi adalah kabupaten Majene (88,39%) dan Polewali Mandar (66%) sedangkan kabupaten dengan cakupan neonates terendah adalah kabupaten Mamasa (47%) seperti terlihat pada gambar 3.29 di | Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 73 bawah ini : 98,63 82,28 72,79 63,7 0 2006 2007 2008 2009