SlideShare a Scribd company logo
1 of 173
Download to read offline
PROFIL KESEHATAN 
PROVINSI SULAWESI BARAT 
TAHUN 2008 
DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI 
BARAT 
TAHUN 2013
Diterbitkan oleh : 
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 
Jalan Kurungan Bassi No. 19 Mamuju 
Telpon : 0426-21027 Fax 0426-22579 
Website : dinkes.sulbarprov.go.id 
Email : dinkessulbar@gmail.com; Facebook : Portal Dinkes Sulbar
TIM PENYUSUN 
Pengarah 
Dr.H.Achmad Azis, M.Kes 
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 
Ketua 
Wahyuddin, SE, M.Kes 
Sekretaris 
Syamsyucri, A.Md.KL 
Anggota 
Rosmianti, SKM 
Drg. St. Rahmin Rauf 
A. Erieka Novianti, SKM, M.Kes 
Wa Ode Nuraisyah, S.Kep 
Yulianus Dupa Budi S.Farm 
Irham Ibrahim, A.Md.KL 
Faisal, ST
` 
KATA SAMBUTAN 
Saya menyambut gembira dengan terbitnya “Profil 
Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Edisi Tahun 2010. Meskipun 
berat dan banyak tantangan di dalam proses pengumpulan data 
untuk mengisi profil kesehatan ini, akhirnya bagian data Dinas 
Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat berhasil menghimpun data dan 
menyusunnya menjadi Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 
Edisi Tahun 2009. 
Sebagai provinsi termuda, Sulawesi Barat dalam rangka 
mewujudkan cita-cita perjuangan pembentukan provinsi 
dibutuhkan akselarasi pembangunan di segala bidang khususnya 
pembangunan yang bersentuhan langsung dengan kehidupan 
rakyat seperti di sektor kesehatan guna mengejar ketertinggalan dan 
menciptakan kesejahteraan dan kesetaraan. Untuk melaksanakan 
program pembangunan yang telah dicanangkan RPJMD 2006-2011, 
tentunya dibutuhkan kerjasama dan koordinasi yang integral 
disemua bidang pembangunan serta ketersediaan data dan 
informasi kesehatan di 5 kabupaten yang akurat, komprehensif serta 
bisa diakses dengan cepat dan dapat dimanfaatkan oleh berbagai 
pihak, baik dikalangan aparatur pemerintah maupun masyarakat 
pada umumnya, terkhusus bagi perencana, pelaksana dan pengawas 
pembangunan. 
Sehubungan dengan hal tersebut, maka buku Profil 
Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Edisi tahun 2009 yang 
diterbitkan oleh bagian data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi 
Barat, patut dihargai dan mendapatkan apresiasi guna memenuhi 
kebutuhan informasi dan ekspose kesehatan dan permasalahannya 
di 5 kabupaten. 
Semoga buku ini yang memuat data dan informasi kesehatan 
dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya dan kedepan, mutunya dapat 
lebih ditingkatkan lagi. 
Mamuju, Mei 2010 
Gubernur Sulawesi Barat 
H. ANWAR ADNAN SALEH
LAMBANG DAERAH PROVINSI SULAWESI BARAT 
Symbol of Sulawesi Barat Province 
MELLETE DIATONGANAN 
VISI : 
“Terwujudnya kehidupan masyarakat Sulawesi Barat yang 
produktif dan terpenuhi hak-hak dasarnya secara merata” 
MISI : 
“Meningkatkan derajat kehidupan yang layak bagi 
masyarakat Sulawesi Barat, serta meningkatkan 
kesetaraan dengan provinsi lainnya”
BAB I 
PENDAHULUAN 
Introduction 
isi Pembangunan Kesehatan yaitu Indonesia Sehat 2010 
menggambarkan bahwa pada tahun 2010 bangsa Indonesia hidup 
V 
dalam lingkungan yang sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat, serta 
mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan 
merata sehingga memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. 
Pembangunan kesehatan adalah salah satu sektor pembangunan daerah 
yang sangat penting, mengingat dalam Indikator Pembangunan Manusia 
(IPM) kesehatan merupakan faktor penunjang yang sangat vital didalam 
kemampuan kualitas manusianya. Dalam konsep pembangunan di Provinsi 
Sulawesi Barat yang terdiri dari 4 Strong Point yaitu : 
1. Pengentasan kemiskinan, 
2. Peningkatan Aksesibilitas Pendidikan dan Kesehatan, 
3. Revitalisasi Pertanian, 
4.Pembangunan Infrastruktur, pembangunan kesehatan masuk dalam 
program utama mengingat kondisi kesehatan masyarakat khususnya di 
Sulawesi Barat yang perlu mendapat prioritas. 
Untuk mengetahui pembangunan kesehatan yang dilaksanakan, maka 
diperlukan adanya sistem yang dikembangkan untuk mengetahui tolak 
ukur dalam menilai sejauh mana pembangunan kesehatan. Sistem informasi 
kesehatan melalui beberapa kegiatan pengumpulan data baik yang secara 
primer maupun secara sekunder dilapangan adalah sistem yang tepat untuk 
mengevaluasi sekaligus mengukur sejauh mana keberhasilan pembangunan 
kesehatan yang telah dilaksanakan dan sebagai bahan untuk membuat 
perencanaan program kegiatan kesehatan ditahun berikutnya. 
Profil Kesehatan Provinsi bertujuan untuk mengumpulkan data, 
memonitoring, dan mengolah data yang selanjutnya sebagai bahan evaluasi 
untuk mengetahui sampai sejauh mana pencapaian program kesehatan. 
Selain itu profil provinsi juga merupakan input yang penting bagi 
penyusunan profil kesehatan ditingkat nasional untuk penyusunan profil 
kesehatan nasional. 
Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 1
Profil kesehatan merupakan gambaran kesehatan di Provinsi selama 
periode tahun 2008 melalui pengumpulan, pengolahan, analisis serta 
publikasi data. Berbagai program yang dilaksanakan seperti promotif, 
preventif, kuratif, dan rehabilitatif dalam bentuk kegiatan Peningkatan KIA, 
Pencegahan penyakit, Perbaikan status Gizi, Penyediaan dan pengawasan 
kualitas Air Bersih serta TTU , TPM , kegiatan penyuluhan serta kegiatan 
kesehatan lainnya. Untuk menilai hasil kegiatan tersebut mengukur dengan 
menggunakan Indikator Angka kematian bayi, balita, Ibu dan Kesakitan 
serta Hasil cakupan Program selama setahun. 
Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 2
BAB II 
GAMBARAN UMUM 
General Perspektif 
A. Keadaan Geografi /Geographical condition 
1. Letak dan Luas 
rovinsi Sulawesi Barat yang beribukota di Mamuju terletak antara 00 12’- 
30 38’00’’ Lintang Selatan/South Latitude dan 1180 43’15’’ - 1190 54’3’’ 
P 
Bujur Timur/East Longitude, Provinsi Sulawesi Barat wilayahnya berbatasan 
dengan : 
 Sebelah Utara/in the Northern side by : Sulawesi Tengah 
 Sebelah Timur/ in the Eastern side by : Sulawesi Selatan 
 Sebelah Barat/ in the Western side by : Selat Makassar 
 Sebelah Selatan/ in the Southern side by : Sulawesi Selatan 
Luas wilayah Provinsi Sulawesi Barat tercatat 810,405 Km2 yang meliputi 
5 (lima) Kabupaten, dimana Kabupaten Polewali Mandar dengan luas wilayah 
2,022 Km2, Kabupaten Mamasa dengan luas wilayah 2,985 Km2, Kabupaten 
Mamuju Utara dengan luas wilayah 3,044 Km2, Kabupaten Majene 948 Km2, 
dan Kabupaten Mamuju 8,222 Km2. Kabupaten Mamuju adalah kabupaten 
terluas. Luas kabupaten tersebut 48% dari seluruh wilayah Provinsi Sulawesi 
Barat. Sementara kabupaten Majene adalah Kabupaten terkecil dengan luas 
wilayah 948 Km2. 
Grafik 1. 
Sumber : BPS Kabupaten 
Faktor yang paling berpengaruh terhadap pelayanan kesehatan adalah 
masih banyaknya daerah yang sulit dijangkau yang disebabkan oleh medan 
yang berat karena melalui sungai, pulau terpencil yang harus ditempuh 2-3 hari 
dan ada juga daerah pegunungan yang harus dilewati dengan kuda. Disamping 
itu masih ada sekelompok masyarakat yang sukar berinteraksi dengan dunia 
Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 3
luar dan menutup diri dari perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan 
termasuk intervensi pelayanan kesehatan ke daerah mereka seperti pelayanan 
imunisasi, pentingnya hidup bersih dan sehat, pemeriksaan ibu hamil, bayi dan 
balita dan pelayanan kesehatan lainnya. 
2. Tofografi 
Wilayah Provinsi Sulawesi Barat terdiri atas dataran tinggi dan rendah. Di 
Sulawesi Barat terdapat 193 buah gunung dan yang tertinggi adalah Gunung 
Ganda Dewata dengan ketinggian 3.037 meter diatas permukaan laut. Gunung 
ini berdiri tegak di Kabupaten Mamuju. Umumnya ditiap Kabupaten memiliki 
beberapa perbukitan dan pegunungan yang berpotensi dijadikan cadangan 
untuk ekosistem guna mendukung pembangunan berwawasan lingkungan, juga 
memiliki garis pantai yang merupakan daerah dataran rendah yang berpotensi 
untuk pengembangan pertanian, perkebunan dan perikanan darat dan laut 
seperti di Kabupaten Mamuju, Kabupaten Polewali Mandar dan Kabupaten 
Majene. 
Jumlah sungai yang mengalir di Wilayah Sulawesi Barat tercatat sekitar 8 
aliran sungai, dengan jumlah aliran yang terbesar di Kabupaten polewali 
Mandar, yakni 5 aliran sungai. Sungai terpanjang tercatat ada dua yaitu sungai 
yakni Sungai Saddang yang mengalir meliputi Kabupaten Tana Toraja, 
Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 4
Enrekang, Pinrang dan polewali Mandar serta Sungai Karama di Kabupaten 
Mamuju. Panjang kedua sungai tersebut masing-masing 150 km. 
B. Iklim/Climate 
Suhu udara di suatu tempat antara lain ditentukan oleh tinggi rendahnya 
tempat tersebut dari permukaan air laut dan jaraknya dari pantai. Pada tahun 
2008 suhu udara maksimum terjadi di Stasiun Meteorologi Kabupaten Majene, 
yaitu sebesar 34,2°C , sedangkan suhu udara minimum yaitu sebesar 22,4°C. 
Provinsi Sulawesi Barat mempunyai kelembaban udara relative tinggi, 
dimana pada tahun 2008 rata-rata berkisar antara 76,5 persen sampai 82,8 persen. 
Sedangkan kecepatan angin hampir diseluruh wilayah kabupaten di Sulawesi 
Barat umumnya merata setiap bulannya, yaitu berkisar 5 km/jam hingga 14 
km/jam. Data suhu minimum dan maksimum serta posisi Stasiun Pengamatan, 
arah dan kecepatan angin serta kelembaban udara selengkapnya disajikan pada 
tabel berikut ini : 
Tabel 1. Rata-rata Temperatur, Kelembaban Nisbi dan Rata-rata Penyinaran 
Matahari tahun 2008 
Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 5
Tabel 2. Rata-rata Kecepatan Angin dan Arah Angin Tahun 2008 
Dengan Kelembaban udara yang relative tinggi dan adanya 2 musim yaitu 
musim hujan dan musim kemarau menjadikan daerah ini masih sering terjadi 
penyakit-penyakit yang berbasis lingkungan seperti DBD, Malaria, TBC, ISPA, 
diare dan peyakit lainnya. 
C. Pemerintahan/Government 
Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat menaungi 5 daerah tingkat II dengan 
wilayah berstatus Kabupaten. Dari 5 Kabupaten tersebut, didalamnya terdapat 
66 wilayah kecamatan dan 602 desa/kelurahan pada tahun 2008. Kabupaten 
yang paling banyak kecamatan adalah Kabupaten Mamuju dengan 15 
kecamatan, sedangkan Kabupaten yang mempunyai jumlah kecamatan paling 
sedikit adalah Kabupaten Majene yang hanya hanya memiliki 8 kecamatan. 
Kabupaten Mamuju adalah ibu kota Provinsi Sulawesi Barat. Diantara 
Kabupaten, yang paling jauh jaraknya dari Ibu Kota Provinsi adalah Kabupaten 
Mamuju Utara dengan jarak 276 Km dan yang terdekat adalah Kabupaten 
Majene dengan jarak 143 Km. Lebih lengkapnya Jarak antara Kabupaten ke 
Provinsi dan Jarak antar Kabupaten dapat dilihat pada tabel 4 dan tabel 5. 
Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 6
Tabel 3. NAMA IBUKOTA DAN JARAK KE IBOKOTA PROVINSI 
No. KABUPATEN 
NAMA IBUKOTA 
KABUPATEN 
JARAK KE IBUKOTA PROVINSI 
(km) 
1 POLMAN Polewali 199 
2 MAMASA Mamasa 292 
3 MAMUJU UTARA Pasangkayu 276 
4 MAJENE Majene 143 
5 MAMUJU Mamuju 0 
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Barat 
Tabel 4. JARAK ANTAR KABUPATEN DI PROVINSI SULAWESI BARAT (km) 
POLMAN MAMASA MATRA MAJENE MAMUJU 
POLMAN 0 93 475 56 199 
MAMASA 93 0 568 149 292 
MATRA 475 568 0 419 276 
MAJENE 56 149 419 0 143 
MAMUJU 199 292 276 143 0 
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Barat 
D. Kependudukan/Population 
a. Pertumbuhan Penduduk/Population Growth 
Pertumbuhan penduduk terus meningkat setiap tahunnya di mana 
Pertumbuhan Alami penduduk umumnya dipengaruhi oleh dua faktor yakni 
natural increase yaitu jumlah kelahiran dan kematian serta net increase di mana 
di dalamnya termasuk juga migrasi masuk dan keluar. Tingginya angka 
kelahiran dan migrasi masuk dibandingkan dengan kematian serta migrasi 
keluar menjadi penyebab terjadinya peningkatan jumlah penduduk. 
Penduduk merupakan objek sekaligus subjek dalam proses 
pembangunan itu sendiri. Penduduk tidak saja menjadi sasaran tetapi juga 
menjadi pelaksana dari pembangunan. Dengan demikian pemahaman akan 
dinamika kependudukan yang meliputi jumlah, komposisi dan distribusi 
penduduk menjadi suatu hal yang penting untuk diketahui sebagai data dasar 
Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 7
pada tahapan perencanaan pembangunan termasuk pembangunan bidang 
kesehatan. 
Pada tahun 2008, perkiraan jumlah penduduk Provinsi Sulawesi Barat 
sebesar 1.053.307 jiwa yang tersebar di 5 Kabupaten dengan perkiraan laju 
pertumbuhan penduduk sebesar 1,8 % (sumber BPS Provinsi Sulbar). Penduduk ini 
terdiri dari 529.353 jiwa (50,26 persen) laki-laki dan 523.954 jiwa (49,75 persen) 
perempuan. Dengan demikian rasio jenis kelamin lebih dari 101 yang berarti 
dari 100 perempuan terdapat 101 laki-laki. Adapun laju pertumbuhan 
penduduk selama 6 tahun (2003 – 2008) menurut BPS Provinsi Sulawesi Barat tahun 
2008 sebesar 1,8%. 
Jumlah Penduduk Provinsi Sulawesi Barat dari tahun 2004-2008 mengalami 
peningkatan. Keadaan ini nampak dari data Statistik, jumlah penduduk pada 
tahun 2004 sebanyak 969,649 jiwa , tahun 2005 sebanyak 969,429 jiwa, tahun 
2006 sebanyak 1,001,199 jiwa dan tahun 2007 sebanyak 1,016,663 jiwa 
sedangkan tahun 2008 sebanyak 1,053,307 jiwa. Ini berarti sejak tahun 2004 – 
2008 mengalami peningkatan sebanyak 83,658 jiwa. Grafik perkembangan 
penduduk Sulawesi Barat selama 4 tahun terakhir selengkapnya dapat dilihat 
pada grafik 2 di bawah ini : 
Grafik 2. Perkembangan Jumlah Penduduk Sulawesi Barat Tahun 2004-2008 
Sumber : BPS 5 Kabupaten 
b. Kepadatan Penduduk/Population Density 
Pertambahan penduduk mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, 
hal ini akan memberikan pengaruh penting bagi kesehatan manusia. Di mana 
kondisi lingkungan pemukiman yang padat menyebabkan penghuni 
pemukiman tersebut rentan terhadap penyakit yang berkaitan dengan 
lingkungan. 
Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 8
Berdasarkan data dari BPS 5 Kabupaten se Provinsi Sulawesi Barat 
tahun 2008 menunjukkan bahwa sejalan dengan peningkatan jumlah 
penduduk maka Angka Kepadatan penduduk juga mengalami peningkatan. 
Jumlah Rumah Tangga terbagi ke dalam 248,754 rumah tangga, dimana rata-rata 
jumlah anggota rumah tangga sebesar 4 – 5 jiwa. Kabupaten Polewali 
Mandar merupakan kabupaten dengan jumlah penduduk terbesar, yaitu 
sebesar 371,420 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 183,66 jiwa 
per Km2. Sedangkan yang terkecil adalah Kabupaten Mamuju Utara sebesar 
103,334 jiwa. Kepadatan penduduk rata-rata di Sulawesi Barat sebesar 61,16 
jiwa per Km2. 
Tabel 5. Tingkat Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten tahun 2008 
N 
O 
KABUPATEN 
LUAS 
WILAYAH 
(km2) 
JUMLAH 
PENDUDUK 
JUMLAH 
RUMAH 
TANGGA 
RATA-RATA 
JIWA/RUMAH 
KEPADATAN 
PENDUDUK 
/km2 
1 2 3 4 5 6 7 
1 
Polewali 
Mandar 
2,022 371,420 79,768 21.48 183.66 
2 Mamasa 2,985 124,433 29,645 23.82 41.69 
3 Mamuju Utara 3,044 103,334 34,100 33.00 33.95 
4 Majene 948 148,647 30,336 20.41 156.83 
5 Mamuju 8,222 305,473 74,905 24.52 37.15 
JUMLAH 
(KAB/KOTA) 
17,221 1,053,307 248,754 23.62 61.16 
Sumber : BPS 5 Kabupaten 
c. Struktur Umur dan Sex rasio / Age Compotition & Sex ratio 
Pengelompokkan umur ( struktur umur ) sangat penting dalam 
informasi perencanaan kesehatan terutama dalam pengalokasian dana, 
pelayanan kesehatan guna mengantisipasi berbagai masalah yang terkait 
dengan usia seseorang misalnya bayi, balita, remaja, dan Usila. 
Perbedaan usia menyebabkan pula perbedaan resiko terhadap 
timbulnya penyakit, sehingga pada umur tertentu perlu mendapat perhatian 
serius terhadap pelayanan kesehatan. 
Penduduk Provinsi Sulawesi Barat pada tahun 2008 berjumlah 
1,053,307 jiwa, dengan jumlah laki-laki sebanyak 529,353 jiwa dan perempuan 
sebanyak 524,954 jiwa, dengan rasio jenis kelamin (sex ratio) 101 yang berarti 
bahwa diantara 100 perempuan, 101 laki-laki. 
Sementara itu, untuk mengetahui struktur atau susunan penduduk di 
Provinsi Sulawesi Barat dapat dilihat dari komposisi penduduk menurut 
Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 9
kelompok umur dan jenis kelamin. Berdasarkan piramida penduduk pada 
Grafik 3, struktur penduduk Provinsi Sulawesi Barat tergolong penduduk 
muda. Persentase penduduk umur muda relative lebih banyak daripada 
penduduk umur tua. 
Grafik 3. 
Sumber : BPS 5 Kabupaten 
Dari Grafik Penduduk diatas terlihat, Kelompok umur terbesar berada 
pada kelompok umur 5-9 tahun yaitu sebanyak 144,696 jiwa, yang terdiri dari 
68,986 perempuan dan 75,710 laki-laki. Sedangkan kelompok umur terkecil 
berada pada kelompok umur 65-69 tahun yaitu sebanyak 16,302 jiwa, yang 
terdiri dari 8,105 laki-laki dan 8,197 perempuan. 
E. Sosial Ekonomi/Social Economics 
a. Tingkat Pendidikan/ Education Degree 
Salah satu indikator yang di gunakan untuk mengukur tingkat 
pembangunan Sumber Daya Manusia dalam suatu daerah adalah tingkatan 
pendidikan. Tingkat Pendidikan sebagai faktor predisposing terhadap 
perubahan perilaku khususnya bagi pengetahuan tentang kesehatan, 
sehingga diharapkan masyarakat yang berpendidikan memiliki kesadaran 
yang tinggi pula dalam perilaku hidup sehat . Kondisi Provinsi Sulawesi 
Barat dimana pada umumnya tingkat pendidikan masyarakatnya masih 
Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 10
rendah sehingga menjadi tantangan bagi petugas kesehatan dalam 
penyampaian inovasi-inovasi kesehatan. 
Data penduduk di Kabupaten Mamasa dan Kabupaten Mamuju 
Utara berdasarkan tingkat pendidikan sesuai dengan pendidikan formal, 
umumnya tamatan SD/MI menunjukkan angka tertinggi yaitu Mamasa 
19,997 jiwa dan Mamuju Utara 19,878 jiwa dan yang terrendah adalah 
Kabupaten Majene yaitu 2,796 jiwa. Dua Kabupaten lain yaitu Polewali 
Mandar dan Mamuju masih kosong datanya. Sedangkan tingkat pendidikan 
tamatan Akademi dan Diploma di 2 Kabupaten yaitu Mamasa dan Majene 
yang terrendah yaitu masing-masing 745 jiwa dan 406 jiwa. 
Grafik 4. Jumlah Penduduk berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2008 
Sumber : BPS 5 Kabupaten 
Data pendidikan penduduk berumur 10 tahun keatas berdasarkan 
pendidikan tertinggi yang ditamatkan di Provinsi Sulawesi Barat ( sumber 
BPS 5 Kabupaten tahun 2008) ; bahwa persentase penduduk yang lulusan 
SD adalah terbesar yaitu 43,01%, lulusan SLTP sebesar 15,92% dan lulusan 
SLTA sebesar 10,62%, Diploma 1,16% dan Universitas 1,57%. Berikut grafik 
jumlah penduduk yang berumur 10 tahun keatas menurut pendidikan yang 
ditamatkan di Provinsi Sulawesi Barat tahun 2008. 
Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 11
Grafik 5. 
Sumber : BPS 5 Kabupaten 
b. Angkatan Kerja/Labor Force 
Penduduk Usia Kerja (PUK) didefinisikan sebagai penduduk yang 
berumur 15 tahun ke atas. Penduduk Usia Kerja terdiri dari Angkatan Kerja 
dan bukan Angkatan Kerja. Mereka yang termasuk Angkatan Kerja adalah 
penduduk yang bekerja atau yang sedang mencari pekerjaan, sedang bukan 
Angkata Kerja adalah mereka yang bersekolah, mengurus rumah tangga 
atau melakukan kegiatan lainnya. Penduduk Usia Kerja di Sulawesi Barat 
pada tahun 2008 berjumlah 737,861 jiwa. Dari seluruh penduduk usia kerja, 
yang termasuk angkatan kerja berjumlah 194,442 jiwa atau 67 persen dari 
seluruh Penduduk Usia Kerja. 
Dari seluruh angkatan kerja yang berjumlah 494,442 jiwa tercatat 
bahwa 19,293 orang dalam status mencari pekerjaan. Dari angka tersebut 
dapat dihitung tingkat pengangguran terbuka Sulawesi Barat pada tahun 
2008, yakni sebesar 3,90 persen. Angka ini merupakan rasio antara mencari 
pekerjaan dan jumlah angkatan kerja. Masih tingginya angka pengangguran 
jelas mempengaruhi derajat kesehatan di Sulawesi Barat. Selengkapnya 
perbandingan angka pengangguran di 5 Kabupaten tahun 2008 dapat 
dilihat pada grafik 6 di bawah ini. 
Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 12
Grafik 6. 
Sumber : Dinas tenaga kerja dan transmigrasi Prov.Sulbar tahun 2008 
Dilihat dari segi lapangan usaha, sebagian besar penduduk Sulawesi 
Barat bekerja di sektor pertanian yang berjumlah 300,504 orang atau 78,52 
persen dari jumlah penduduk yang bekerja. 
c. Pendapatan Perkapita/Income percapita 
Peningkatan pendapatan baik secara langsung maupun tidak 
langsung akan meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memperoleh 
pelayanan kesehatan sehingga derajat kesehatan masyarakat akan semakin 
membaik. 
Angka perkapita adalah angka yang dapat dijadikan indikator untuk 
mengukur tingkat kemakmuran penduduk di suatu daerah. Angka 
Perkapita Bruto (atas dasar harga berlaku) Provinsi Sulawesi Barat pada 
tahun 2008 adalah sebesar 7,543,953 rupiah. Dalam grafik 7 Angka 
Perkapita Bruto di ulawesi Barat sejak tahun 2004 – 2008 terlihat ada 
kenaikan, namun dampak dari kebijakan kenaikan BBM Tahun 2008 cukup 
berpengaruh terhadap menurunnya daya beli masyarakat. Kenaikan BBM 
ini menyebabkan sebagian besar harga bahan pokok juga ikut naik. Dampak 
langsung yang dirasakan masyarakat yaitu menurunnya kualitas gizi 
masyarakat khususnya keluarga miskin, enggannya masyarakat berobat ke 
sarana pelayanan kesehatan karena tarif transportasi yang juga ikut naik. 
Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 13
Grafik 7. Angka Perkapita Bruto Di Sulawesi Barat (Rupiah) 2004-2008 
. 
Sumber : Bps Sulbar 2008 
d. Kemiskinan/Poverty 
Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata 
pengeluaran per kapita perbulan berada di bawah garis kemiskinan. Jumlah 
Penduduk Miskin di Sulawesi Barat sejak Maret 2007 sampai Maret 2009 
mengalami penurunan, yakni berturut-turut sebesar 19,03 persen (189,9 ribu 
orang); 16,73 persen (171,1 ribu orang); dan 15,29 persen (158,2 ribu orang). 
Dibandingkan keadaan Maret 2007 sampai Maret 2009, jumlah penduduk 
miskin menurun sekitar 31,700 orang, dengan laju penurunan relative rata-rata 
sekitar 1,87 persen pertahun. 
Secara relative dalam kurun waktu tiga tahun penduduk miskin 
menurun cukup signifikan sekitar 3,74 persen, yaitu dari 19,03 persen pada 
Maret 2007 menjadi 15,29 persen pada Maret 2009. Sisa penduduk miskin 
sejumlah hampir 158,2 ribu penduduk tersebut masih cukup besar bagi 
Sulawesi Barat yang penduduknya masih sangat sedikit (sekitar 1 jutaan). 
Jadi merupakan hal yang dapat dimengerti jika derajat kesehatan Sulawesi 
Barat masih rendah, selain karena provinsi yang masih muda juga karena 
faktor kemiskinan yang cukup besar. 
Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 14
Tabel 6. Jumlah Penduduk Miskin Sulawesi Barat (Kota & Desa) 
Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 15
BAB III 
PEMBANGUNAN KESEHATAN DAERAH 
Regional Development Health 
A. Dasar 
D 
asar pembangunan kesehatan adalah nilai kebenara dan aturan pokok 
yang menjadi landasan untuk berfikir dan bertindak dalam 
penyelenggaraan pembangunan kesehatan. Dasar-dasar berikut ini merupakan 
landasan dalam penyusunan visi, misi, strategi dan sebagai petunjuk pokok 
pelaksanaan pembangunan kesehatan : 
I. Perikemanusiaan 
Setiap kegiatan, proyek dan program kesehatan harus berlandaskan 
perikemanusiaan yang dijiwai, digerakkan dan dikendalikan oleh 
keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. 
II. Pemberdayaan dan Kemandirian 
Individu, keluarga, masyarakat beserta lingkungannya bukan saja obyek 
namun sekaligus pula subyek kegiatan, proyek, program kesehatan. 
Segenap komponen bangsa bertanggungjawab untuk memelihara dan 
meningkatkan derajat kesehatan individu, keluarga, masyarakat beserta 
lingkungannya. Setiap kegiatan, proyek dan program kesehatan harus 
mampu membangkitkan peran serta individu, keluarga dan masyarakat 
sedemikian rupa sehingga setiap individu, keluarga dan masyarakat dapat 
menolong dirinya sendiri. Dengan dasar ini setiap individu, keluarga dan 
masyarakat melalui kegiatan, proyek dan program kesehatan difasilitasi 
agar mampu mengambil keputusan yang tepat ketika membutuhkan 
pelayanan kesehatan. Masyarakat harus mau bahu membahu menolong 
siapa saja yang membutuhkan pertolongan agar dapat menjangkau fasilitas 
kesehatan yang sesuai kebutuhan dalam waktu yang sesingkat mungkin. Di 
lain pihak, fasilitas pelayanan kesehatan yang ada perlu terus diberdayakan 
agar mampu memberikan pertolongan kesehatan yang berkualitas, 
terjangkau sesuai dengan norma social budaya setempat serta tepat waktu. 
III. Adil dan Merata 
Kesempatan untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang berkualitas, 
terjangkau dan tepat waktu tidak boleh memandang perbedaan ras, 
Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 16
golongan, agama dan status sosial ekonomi seorang individu, keluarga atau 
sekelompok masyarakat. Pembangunan kesehatan yang cenderung urban-based 
harus terus diimbangi dengan upaya-upaya pelayanan kesehatan 
yang bersifat rujukan, bersifat luar gedung maupun yang bersifat satelit 
pelayanan. Dengan demikian, pembangunan kesehatan dapat menjangkau 
kantong-kantong penduduk resiko tinggi yang merupakan penyumbang 
terbesar kejadian sakit dan kematian. Kelompok-kelompok penduduk 
inilah yang sesungguhnya lebih memberikan pertolongan karena selain 
lebih rentan terhadap penyakit, kemampuan membayar mereka jauh lebih 
sedikit. 
IV. Pengutamaan dan Manfaat 
Pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran dan/atau 
kesehatan dalam kegiatan, proyek dan program kesehatan harus 
mengutamakan peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit. 
Kegiatan, proyek dan program kesehatan diselenggarakan agar 
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan derajat 
kesehatan masyarakat. Kegiatan, proyek dan program kesehatan 
diselenggarakan dengan penuh tanggung jawab, sesuai dengan standar 
profesi dan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta 
mempertimbangkan dengan sungguh-sungguh kebutuhan dan kondisi 
spesifik daerah. 
B. Visi 
Visi merupakan cara pandang kedepan dengan memperhatikan factor-faktor 
kekuatan, kelemahan dan peluang guna menghadapi ancaman yang menantang 
dimasa depan. Visi sangat berguna bagi suatu instansi karena merupakan 
gambaran kebijakan kedepan kemana arah instansi harus dibawa agar bisa 
eksis, antisipatif dan inovatif. 
Dalam menyelenggarakan pembangunan kesehatan, Dinas Kesehatan 
Provinsi Sulawesi Barat harus dengan seksama memperhatikan dasar-dasar 
pembangunan kesehatan sebagaimana tercantum dalam Rencana 
Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010, yaitu : a. 
Perikemanusiaan, b. Pemberdayaan dan Kemandirian, c. Adil dan Merata, d. 
Pengutamaan dan Manfaat : Penyelenggaraan upaya kesehatan yang bermutu 
dan mengikuti perkembangan IPTEK. 
Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 17
Dengan memperhatikan dasar-dasar pembangunan kesehatan tersebut dan 
untuk mencapai sasaran pembangunan kesehatan pada akhir tahun 2009 
tentang Peningkatan Akses Masyarakat Terhadap Kesehatan Yang Berkualitas 
dan juga mempertimbangkan perkembangan serta masalah dan kecenderungan 
yang dihadapi Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, maka visi Dinas 
Kesehatan Provinsu Sulawesi Barat adalah “ TERWUJUDNYA MASYARAKAT 
SULAWESI BARAT YANG SEHAT MAJU DAN AMANAH”. 
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat diharapkan dapat dan mampu 
mendorong, membimbing, membina, memfasilitasi dan mengembangkan 
pelaksanaan pembangunan kesehatan menuju masyarakat yang maju dan 
amanah. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat dapat menjadi katalisator 
dan dinamisator yang mempercepat pencapaian pembangunan kesehatan dan 
dapat memberikan pelayanan yang mampu mengantar masyarakat Sulawesi 
Barat untuk siap bersaing secara global. 
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat juga diharapkan sebagai 
pendorong pelayanan terbaik diantara sektor terkait dalam pembangunan 
kesehatan di Sulawesi Barat. Peningkatan status kesehatan Sulawesi Barat 
diharapkan dapat dan mampu mendongkrak status kesehatan secara nasional. 
C. MISI 
Misi mencerminkan peran, fungsi dan kewenangan seluruh jajaran 
organisasi kesehatan di seluruh wilayah Provinsi Sulawesi Barat, yang 
bertanggung jawab secara teknis terhadap pencapaian tujuan dan sasaran 
pembangunan kesehatan Provinsi Sulawesi Barat. Untuk mewujudkan hal 
tersebut ada lima misi yang diemban oleh seluruh jajaran petugas kesehatan 
dimasing-masing jenjang administrasi pemerintahan, yaitu : 
I. Meningkatkan Jangkauan dan Kualitas Pelayanan Kesehatan 
Dalam pembangunan kesehatan setiap orang mempunyai hak yang sama 
dalam memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, tanpa 
memandang perbedaan suku, golongan, agama dan status sosial 
ekonominya. Memeliharan dan meningkatkan kualitas pelayanan 
kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau bahwa salah satu 
tanggung jawab sektor kesehatan adalah menjamin tersediannya pelayanan 
kesehatan yang berkualitas, merata dan terjangkau oleh masyarakat. 
Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 18
II. Menjamin Pemerataan Sumber Daya Kesehatan 
Agar pembangunan kesehatan dapat diselenggarakan dengan berhasil guna 
dan berdaya guna, Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat memfasilitasi 
upaya pemerataan sumberdaya kesehatan yang diperlukan oleh semua 
pelaku pembangunan kesehatan. Keterjaminan sumber daya manusia 
kesehatan dilaksanakan dengan memacu keprofesionalisme dan kecukupan 
SDM serta standarisasi kepegawaian di setiap kabupaten dan provinsi. 
Melalui proses percepatan pengembangan SDM dengan pendidikan teknis 
kesehatan yang berkelanjutan dan berkesinambungan, perekrutan tenaga-tenaga 
kesehatan tingkat strata dua yang memiliki keahlian mengolah dan 
menganalisa data kesehatan. Penyediaan kebutuhan tenaga kesehatan 
sesuai dengan indikator-indikator pencapaian tujuan cabinet Indonesia 
bersatu hingga tahun 2009, sehingga akan tersedia tenaga kesehatan yang 
bermutu dan mencukup, terdistribusi secara adil serta didayagunakan 
secara efektif dan efesien untuk mengejar ketertinggalan dalam 
penyelenggaraan upaya kesehatan. 
III. Memberdayakan Masyarakat Untuk Hidup Sehat 
Peran aktif masyarakat termasuk swasta, sangat penting dan akan 
menentukan keberhasilan pembangunan kesehatan. Dinas Kesehatan 
Provinsi Sulawesi Barat dalam melaksanakan pemberdayaan masyarakat, 
sehingga masyarakat dapat berperan sebagai subyek pembangunan 
kesehatan. Diharapkan masyarakat termasuk swasta dapat berpartisipasi 
aktif dalam melayani (to serve), melaksanakan advokasi (to advocate) serta 
mengkritisi (to watch) pembangunan kesehatan baik secara individu, 
kelompok maupun bersama masyarakat luas. 
Potensi masyarakat termasuk swasta, baik berupa organisasi, upaya, 
tenaga, dana, sarana, teknologi serta mekanisme pengambilan keputusan 
merupakan aset yang cukup besar yang perlu digalang. Dinas Kesehatan 
Provinsi Sulawesi Barat menggerakkan Dinas Kesehatan Kabupaten untuk 
secara aktif memberdayakan masyarakat. 
IV. Mendorong Percepatan Pelaksanaan Pembangunan Kesehatan Daerah 
Tertinggal dan Daerah Perbatasan 
Disamping berperan dalam pembinaan dan pengembangan pembangunan 
kesehatan sesuai keperluan secara nasional dan wilayah. Dinas Kesehatan 
Provinsi Sulawesi Barat melakukan pula pelaksanaan pembangunan 
Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 19
pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin, penanggulangan masalah 
kesehatan akibat bencana, penanggulangan penyakit menular dan 
gangguan gizi, promosi kesehatan, pembangunan kesehatan didaerah 
terpencil, tertinggal dan daerah perbatasan serta pendayagunaan tenaga 
kesehatan daerah terpencil. 
V. Menciptakan Manajemen Kesehatan Yang Akuntabel 
Manajemen yang akuntabel merupakan syarat mutlak terselenggaranya 
fungsi-fungsi administrasi kesehatan dapat terselenggaran secara efektif 
dan efesien. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat berupaya 
melaksanakan program-programnya berdasar pada siklus perencanaan 
dan menciptakan akuntabilitas keuangan dengan menyediakan pelaporan 
keuangan secara periodik dan dapat diakses oleh masyarakat. 
Penyelenggaraan manajemen kesehatan yang akuntabel dengan 
menerapkan tata penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good 
governance), diharapkan upaya pembangunan kesehatan di Provinsi 
Sulawesi Barat dapat dipertanggungjawabkan kepada semua lapisan 
masyarakat. 
D. TUJUAN 
Sebagai penjabaran lebih lanjut dari visi Dinas Kesehatan Provinsi 
Sulawesi Barat, maka tujuan yang akan dicapai adalah terwujudnya derajat 
kesehatan yang optimal, yang ditandai oleh penduduk yang memiliki 
kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang berkualitas secara 
adil dan merata, serta membaiknya perilaku dan lingkungan hidup yang 
kondusif menuju Sulawesi Barat yang Maju dan Amanah. 
E. STRATEGI 
Untuk mencapai dan mewujudkan Visi Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi 
Barat pada tahun 2011, dan sesuai misi yang telah ditetapkan, maka dalam 
periode 2006-2011 akan ditempuh strategi sebagai berikut : 
I. Mewujudkan Komitmen Pembangunan Berwawasan Kesehatan 
Program pembangunan kesehatan harus memberikan kontribusi yang 
positif terhadap kesehatan, setidak-tidaknya pada dua hal. Pertama, 
terhadap pembentukan lingkungan sehat, adalah amat diharapkan setiap 
program kesehatan yang diselenggarakan di Sulawesi Barat dapat 
Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 20
memberikan kontribusi yang positif terhadap terbentuknya lingkungan dan 
perilaku sehat tersebut. Secara mikro, semua program kesehatan yang 
sedang atau akan diselenggarakan harus dapat makin mendorong 
meningkatnya derajat kesehatan seluruh anggota masyarakat untuk 
pencapaian masyarakat sehat menuju Sulawesi Barat yang maju dan 
amanah. 
Agar masyarakat dan swasta dapat berperan aktif dalam 
pembangunan kesehatan, maka perlu dilakukan upaya sosialisasi, orientasi, 
kampanye dan pelatihan sehingga semua pihak yang terkait (stakeholders) 
memahami dan mampu melaksanakan pembangunan berwawasan 
kesehatan. Dinas Kesehatan Sulawesi Barat juga melakukan fasilitasi kepada 
daerah kabupaten, dalam melaksanakan sosialisasi dan advokasi 
pembangunan kesehatan didaerah. 
II. Profesionalisme Unit Kerja 
Untuk terselenggaranya pelayanan yang berkualitas, perlu didukung 
oleh penerapan pelbagai kemajuan ilmu dan teknologi kedokteran. Untuk 
terwujudnya pelayanan kesehatan professional, pengembangan sumber 
daya manusia kesehatan mempunyai peranan yang amat penting. 
Setiap program yang diselenggarakan oleh masing-masing unit kerja 
dilaksanakan secara efesien dan efektif, dengan strategi profesi, dengan 
strategi profesionalisme standar pelayanan minimal yang telah ditargetkan 
dapat tercapai. 
III. Mempercepat Pemerataan Pelayanan Kesehatan yang Berkualitas di 
Daerah Terpencil dan Kepulauan dengan Strategi Mendekatkan 
Pelayanan Kepada Masyarakat 
Mengingat keadaan social-ekonomi dan keadaan geografi Provinsi 
Sulawesi Barat yang terdiri dari lima Kabupaten dengan kriteria daerah 
terpencil dan tertinggal maka perlu perlu pemerataan pembangunan sarana 
dan prasarana kesehatan membangun Pos Kesehatan Desa (Poskesdes), dan 
penempatan tenaga kesehatan didaerah yang sulit dijangkau oleh pelayanan 
kesehatan. 
IV. Melaksanakan Jejaring Pembangunan Kesehatan 
Permasalahan kesehatan merupakan upaya yang kontinyu dan harus 
dikelola secara holistic serta tidak bisa dipisah-pisahkan menurut jenjang 
Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 21
administrasi kepemerintahan, sehingga perlu dikembangkan Jejaring 
pembangunan dan upaya kesehatan secara wilayah. 
F. KEBIJAKAN 
Untuk tercapainya tujuan dan sasaran menuju terwujudnya Visi Dinas 
Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat maka peran Dinas Kesehatan Provinsi 
Sulawesi Barat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan dilaksanakan 
berdasarkan pada kebijakan sebagai berikut : 
I. Peningkatan Kemitraan Lintas Sektor, Program dan Kabupaten 
Untuk mengoptimalkan pencapaian tujuan pembangunan kesehatan, 
diperlukan kerjasama lintas sektor yang mantap. Demikian pula optimalisasi 
pembangunan yang berwawasan kesehatan yang mendukung tercapainya 
tujuan pembangunan kesehatan, menuntut adanya penggalangan kemitraan 
lintas sektor dan segenap potensi bangsa. Kebijakan dan pelaksanaan 
pembangunan sektor lain perlu memperhatikan dampak dan mendukung 
keberhasilan pembangunan kesehatan. Untuk itu upaya sosialisasi masalah-masalah 
dan upaya pembangunan kesehatan kepada sektor lain perlu 
dilakukan secara intensif dan berkesinambungan. Kerjasama lintas sector 
harus dilakukan sejak perencanaan dan penganggaran, pelaksanaan dan 
pengendalian sampai pada pengawasan dan penilaiannya. 
II. Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas 
Pelaksanaan program dan kegiatan Dinas Kesehatan Provinsi 
Sulawesi Barat akan efektif dan efesien bila upaya pengawasan terus 
ditingkatkan intensitas dan kualitasnya melalui pemantapan system dan 
prosedur pengawasan. Pelaksanaan pengawasan tersebut dilaksanakan 
secara komprehensif dan berbasis kinerja. 
III. Peningkatan Kemampuan Daerah Kabupaten 
Di era desentralisasi dan pelaksanaan kebijakan otonomi daerah, 
peran pemerintah daerah sangat penting dan menentukan dalam 
pencapaian tujuan pembangunan kesehatan. Oleh karenanya kemampuan 
daerah dalam manajemen kesehatan yang mencakup administrasi 
kesehatan, pengembangan system informasi kesehatan, hokum atau 
peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan, penelitian dan 
pengembangan kesehatan perlu ditingkatkan. Pemerintah daerah harus 
mampu mengemban tugas-tugas pembangunan kesehatan yang merupakan 
Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 22
urusan rumah tangganya melalui desentralisasi pembangunan kesehatan 
dengan sumberdaya sendiri, dana dekonsentrasi dan dana pembantuan. 
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat memfasilitasi pemerintah daerah 
kabupaten dalam penyusunan sistem kesehatan daerah, rencana 
pembangunan kesehatan, serta penyelenggaraan pembangunan kesehatan 
daerah. 
IV. Pemberdayaan Masyarakat dan Dunia Usaha 
Dalam era reformasi, masyarakat dan dunia usaha harus berperan 
aktif dalam pembangunan kesehatan yang dimulai sejak penyusunan 
berbagai kebijakan pembangunan kesehatan. Pemberdayaan masyarakat 
dilakukan dengan mendorong masyarakat agar mampu secara mandiri 
menjamin terpenuhinya kebutuhan kesehatan dan kesinambungan 
pelayanan kesehatan. Kemitraan dengan swasta diarahkan pada 
pengembangan upaya kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan peran 
swasta dalam upaya kesehatan masyarakat. 
V. Peningkatan Kemampuan Daerah Kabupaten 
Agar pembangunan kesehatan dapat terselenggara secara berhasil 
guna dan berdaya guna, diperlukan sumber daya manusia kesehatan yang 
bermutu dan berakhlak baik. Dalam pengembangan sumber daya manusia 
kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat melaksanakan 
perencanaan kebutuhan sumber daya manusia kesehatan dalam lingkup 
wilayah, da dilakukan secara terintegrasi dan terpadu dengan rencana 
pengadaannya, serta pendayagunaannya yang adil dan merata. 
Pengembangan sumber daya manusia kesehatan dilakukam melalui 
pemantapan kerja sama lintas sektor dan peran aktif masyarakat dan swasta. 
Pengebangan sumber daya manusia kesehatan juga diarahkan agar 
mempunyai daya saing yanh kuat dalam menghadapi globalisasi yang 
merupakan tantangan sekaligus peluang pembangunan kesehatan. 
VI. Pengembangan Sumberdaya Pembiayaan dan Sarana dan Prasarana 
Guna menjamin ketersediaan sumberdaya pembiayaan kesehatan, 
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat melakukan advokasi dan 
sosialisasi kepada semua penyandang dana, baik pemerintah maupun 
masyarakat termasuk swasta dalam upaya menggalang sumber-sumber 
pembiayaan kesehatan, sehingga dapat tersedia pembiayaan kesehatan 
Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 23
dalam jumlah yang mencukupi dan teralokasikan secara adil serta dapat 
dimanfaatkan secara efektif, efisien dan akuntabel. 
Anggaran Departemen Kesehatan bersumber APBN, disamping 
dipergunakan untuk pembinaan dan pengembangan pembangunan 
kesehatan, juga diarahkan untuk pelayanan kesehatan bagi penduduk 
miskin, membantu daerah dalam penanggulangan masalah kesehatan 
akibat bencana, pembangunan di daerah terpencil, perbatasan,peningkatan 
surveilans dan penanggulangan penyakit menular dan gangguan gizi, 
promosi kesehatan serta pendayagunaan tenaga kesehatan. Anggaran 
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat diharapkan terus meningkat dan 
digunakan sesuai prioritas yang ditetapkan. Untuk menjamin sumber daya 
obat dan perbekalan kesehatan, dilaksanakan penyediaan dan distribusi 
obat dan perbekalan kesehatan, sehingga akan tersedia obat dan perbekalan 
kesehatan yang aman, bermutu, dan bermanfaat, serta terjangkau oleh 
segenap lapisan masyarakat 
VII. Peningkatan Kemampuan Daerah Kabupaten 
Sesuai dengan paradigna sehat, Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi 
Barat harus memberikan pengutamaan pada upaya kesehatan masyarakat 
yang dipadukan secara serasi dan seimbang dengan upaya kesehatan 
perorangan. Di samping itu upaya kesehatan bagi penduduk miskin, 
penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana, penanggulangan 
masalah gizi pada balita dan ibu, serta pencegahan dan pemberantasan 
penyakit menular yang mempunyai komitmen regional dan global, promosi 
kesehatan dan pendayagunaan tenaga kesehatan perlu mendapat 
pengutamaan dan penanganan secara wilayah, tanpa mengabaikan kerja 
sama yang sinergis dengan pemerintah daerah kabupaten dan masyarakat 
termasuk swasta. Untuk dapat mencapau sasaran yang ditetapkan, 
dipandang penting diadakan percepatan dari upaya-upaya kesehatan 
termasuk diatas. 
G. PROGRAM DAN KEGIATAN 
Dengan mengacu pada visi, misi dan strategi tersebut diatas, maka 
untuk mewujudkannya selanjutmnya dijabarkan dalam berbagai program. 
Program yang operasional yang dimaksud merupakan proses penentuan 
atau penjabaran kebijakan dalam rangka pelaksanaan suatu rencana. 
Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 24
Sejalan dengan program kegiatan Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat 
maka program kerja dan kegiatan Dinas kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 
sebagai berikut : 
1. Program : Obat dan Perbekalan Kesehatan 
Kegiatan: Peningkatan mutu pelayanan farmasi komunitas dan 
rumah sakit 
2. Program : Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat 
Kegiatan: Pengembangan media promosi dan informasi sadar hidup 
sehat 
3. Program : Perbaikan Gizi Masyarakat 
Kegiatan : 
a) Penanggulangan kurang energy protein, anemia gizi zat 
besi, gangguan akibat kekurangan yodium, kurang 
vitamin A, dan kekurangan zat mikro lainnya 
b) Pengadaan KMS dan Balok SKDN 
4. Program : Lingkungan Sehat 
Kegiatan : Penyuluhan menciptakan lingkungan sehat 
5. Program : Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular 
Kegiatan : 
a. Advokasi Eleminasi kusta 
b. Peningkatan Surveillance Epidemiologi dan 
Penanggulangan Wabah 
c. Advokasi dan pertemuan Lintas Sektor Program Kusta 
d. Pemantapan pengelolaan dan penatalaksanaan Kasus 
Kusta 
e. Bimbingan teknis imunisasi kekabupaten 
f. Bimbingan Teknis TB ke kabupaten 
g. Bimbingan teknis Diare 
h. Bimbingan teknis ISPA 
i. Pelatihan Jumantik 
j. Bimbingan Teknis HIV-AIDS 
k. Pengelolaan Vaksin 
l. Penyusunan Profil PP & PL 
m. Monev Program PP & PL 
6. Program : Standarisasi Pelayanan Kesehatan 
Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 25
Kegiatan : Pemutakhiran data standar pelayanan kesehatan (SIK) 
7. Program : Pelayanan kesehatan penduduk miskin 
Kegiatan : 
a. Pelayanan operasi katarak 
b. Pelayanan operasi bibir sumbing 
c. Pelayanan sunatan missal 
8. Program : Pengadaan,peningkatan prasarana dan perbaikan sarana 
puskesmas/puskesmas pembantu dan jaringannya 
Kegiatan : Pembangunan Puskesmas Safe Community 
9. Program : Pengadaan, peningkatan sarana dan prasarana Rumah 
Sakit 
a. Penyusunan master plan RS 
b. Pembersihan lahan (land cliring) 
c. Pembangunan cool room 
10.Program : Peningkatan Keselamatan Ibu dan Anak 
a. Pengadaan,peningkatan dan perbaikan sarana dan 
prasarana puskesmas dan jaringannya (usg) 
b. Pengadaan buku KIA 
c. Pertolongan persalinan bagi ibu dari keluarga kurang 
mampu 
11.Program : Peningkatan Sumber Daya Kesehatan 
Kegiatan : Penyelenggaraan pendidikan D III Akademi Kebidanan 
dan DIII Keperawatan 
Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 26
BAB IV 
PENCAPAIAN PEMBANGUNAN KESEHATAN 
Attainment Of Development Health 
A. DERAJAT KESEHATAN/Degree of Health 
D 
erajat Kesehatan adalah parameter penilaian indeks pembangunan 
kesehatan yang sering dugunakan sebagai indikator keberhasilan 
Pembangunan Kesehatan. Indikator utama yang digunakan antara lain : 
I. ANGKA KEMATIAN / MORTALITY 
Mortalitas atau kematian merupakan indikator derajat kesehatan yang 
dapat digunakan untuk menggambarkan fatality penyakit, mutu pelayanan 
kesehatan dan kondisi lingkungan. Indikator ini paling sering digunakan 
untuk menilai program pembangunan kesehatan. Indikator mortality yang 
sering digunakan adalah : 
a. Angka Kematian Bayi/Infant Mortality Rate( IMR ) 
Angka kematian bayi berhubungan dengan status gizi, perilaku, 
lingkungan dan pelayanan kesehatan yang ada. Kematian bayi juga 
berhubungan dengan penyakit infeksi menular. Untuk menurunkan 
angka kematian bayi perlu mempertimbangkan faktor resiko yang ada. 
Kelemahan sekarang adalah data yang menyatakan angka kematian bayi 
masih merupakan data fasility based bukan community based karena masih 
terbatas berasal dari fasilitas kesehatan dan itupun umumnya masih 
sebatas laporan petugas KIA yang ada di Puskesmas. 
Jumlah kematian Bayi dalam beberapa tahun terakhir dapat 
ditekan melalui program-program di bidang kesehatan. Jumlah 
kematian Bayi di Provinsi Sulawesi Barat berdasar dari laporan petugas 
kesehatan 5 Kabupaten adalah pada tahun 2006 di laporkan jumlah 
kematian bayi sebanyak 225 bayi atau angka kematian bayi sebesar 14,2 
per 1.000 kelahiran hidup, dan pada tahun 2007 turun menjadi 209 bayi 
atau 10,8 per 1.000 kelahiran hidup, sedangkan pada tahun 2008 sedikit 
mangalami penurunan yaitu 200 bayi atau angka kematian bayi sebesar 
10,3 per 1.000 kelahiran hidup. Selengkapnya jumlah kematian bayi 
dalam tiga tahun terakhir berdasarkan kabupaten dapat dilihat pada 
tabel 9. Berdasarkan laporan di atas tergambar bahwa angka kematian 
bayi dalam tiga tahun terakhir cenderung menurun, dan ini berarti 
Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 27
jumlah kematian bayi sangat ditentukan oleh kualitas pelayanan 
petugas kesehatan didaerah terutama dokter, bidan dan perawat juga 
tergantung pada kualitas pelaksanaan program-program dibidang 
kesehatan. 
Tabel 7. Jumlah Kematian Bayi di Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2006, 
2007 dan 2008 
NO KABUPATEN 
1 Polewali Mandar 92 47 58 
2 Mamasa 10 15 25 
3 Mamuju Utara 17 2 28 
4 Majene 45 67 16 
5 Mamuju 61 78 73 
J u m l a h 225 209 200 
Angka Kematian 14,2 10,8 10,3 
Sumber : Laporan Dinkes 5 Kabupaten 
Grafik 8. 
JUMLAH BAYI MATI 
2006 2007 2008 
Jumlah Kematian Bayi Periode 
Tahun 2006-2008 
2006 2007 2008 
JML 225 209 200 
Sumber : Laporan Dinkes 5 Kabupaten. 
b. Angka Kematian Balita (AKABA)/Chield Mortality Rate (CMR) 
Angka Kematian Anak Balita (usia 1-5 tahun) juga menjadi 
perhatian di bidang kesehatan, berdasarkan Laporan Dinas Kesehatan 5 
Kabupaten. Tahun 2006 Jumlah Balita 80,596 dan 53 Balita diantaranya 
meninggal dunia atau 3,3 per 1.000 kelahiran hidup, tahun 2007 
mengalami peningkatan dari 95,619 Balita diantaranya 125 Balita 
Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 28
meninggal dunia atau 6,4 per 1.000 angka kelahiran hidup dan pada 
tahun 2008 dari 126,431 Balita diantaranya 21 Balita meninggal dunia 
atau 1,1 per 1.000 kelahiran. Hal ini menandakan bahwa angka 
kematian Balita tiga tahun terakhir sifatnya fluktuatif. Dan jumlah 
kematian di suatu wilayah dapat memberikan gambaran bahwa 
indikator status kelangsungan hidup tergantung pada kualitas 
pelayanan kesehatan, baik sarana maupun tenaga kesehatan yang 
bertugas di suatu wilayah. Jumlah Kematian Balita tiga tahun 
terakhir berdasarkan kabupaten dapat dilihat pada tabel 10 di 
bawah ini : 
Tabel 8. Jumlah Kematian BALITA di Provinsi Sulawesi Barat 
Tahun 2006, 2007 dan 2008 
NO KABUPATEN 
1 Polewali Mandar 9 52 3 
2 Mamasa - 5 - 
3 Mamuju Utara 8 12 5 
4 Majene 23 45 4 
5 Mamuju 13 11 9 
J u m l a h 53 125 21 
Angka Kematian 3,3 6,4 1,1 
Sumber : Dinas Kesehatan 5 Kabupaten 
Grafik 9. 
JUMLAH BALITA MATI 
2006 2007 2008 
Jumlah Kematian BALITA Periode 
Tahun 2006-2008 
2006 2007 2008 
JML 53 125 21 
Sumber : Dinas Kesehatan 5 Kabupaten 
Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 29
c. Angka Kematian Ibu (AKI)/Maternal Mortality Rate(MMR) 
Angka Kematian Ibu di Provinsi Sulawesi Barat pada tahun 2006 
tercatat 39,45 per 10.000 kelahiran hidup, tahun 2007 Angka Kematian 
Ibu tercatat 39,97 per 10.000 kelahiran hidup, tahun 2008 Angka 
Kematian Ibu tercatat 29,77 per 10.000 kelahiran hidup. Ini berarti 
selama tiga tahun terakhir cenderung fluktuatif. Jumlah Kematian Ibu 
selengkapnya dapat dilihat pada tabel 11, di bawah ini : 
Tabel 9. Jumlah Kematian Ibu di Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2006, 2007 dan 2008 
Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 30 
NO 
KABUPATEN 
JUMLAH KEMATIAN IBU 
MATERNAL TAHUN 2006 
JUMLAH KEMATIAN IBU MATERNAL 
TAHUN 2007 
JUMLAH KEMATIAN IBU MATERNAL 
TAHUN 2008 
JUML 
AH 
LAHIR 
HIDU 
P 
KE 
MA 
TIA 
N 
IBU 
HA 
MIL 
KEM 
ATIA 
N 
IBU 
BER 
SALI 
N 
KE 
MA 
TIA 
N 
IBU 
NIF 
AS 
JUMLAH 
JUML 
AH 
LAHIR 
HIDU 
P 
KE 
MA 
TIA 
N 
IBU 
HA 
MIL 
KEM 
ATIA 
N 
IBU 
BER 
SALI 
N 
KE 
MA 
TIA 
N 
IBU 
NIF 
AS 
JUMLAH 
JUMLA 
H 
LAHIR 
HIDUP 
KEM 
ATIA 
N 
IBU 
HAM 
IL 
KEM 
ATIA 
N 
IBU 
BER 
SALI 
N 
KE 
MA 
TIA 
N 
IBU 
NIF 
AS 
JUMLAH 
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 
1 POLMAN 5,991 9 11 2 22 7,420 7 1 7 15 
7,204 
11 3 3 17 
2 MAMASA 
542 
- 2 - 2 2,042 - 7 - 7 
1,635 
3 2 4 9 
3 MAMUJU 
UTARA 
2,084 
5 1 1 7 1,777 2 3 2 7 
2,037 
2 3 3 8 
4 MAJENE 
2,918 
1 6 - 7 
3,643 
- 10 4 14 
3,196 
0 9 0 9 
5 MAMUJU 
4,436 
19 - 6 25 4,530 - 15 6 21 
4,951 
13 - 2 15 
JUMLAH 
(KAB/KOTA) 
15,971 34 20 9 63 19,412 9 36 19 64 19,023 29 17 12 58 
ANGKA KEMATIAN 
IBU MATERNAL 
(DILAPORKAN) 
39,45 
39,97 
29,77 
Sumber : Dinas Kesehatan 5 Kabupaten
Grafik 10. 
Jumlah Kematian Kematian Ibu 
PeriodeTahun 2006-2008 
2006 2007 2008 
JML 63 64 58 
Sumber : Dinas Kesehatan 5 Kabupaten 
d. Angka Kematian Kasar/Cruide Birth Rate(CBR) 
Data-data kematian selama ini belum ditangani dengan baik 
sehingga untuk mengetahui angka kematian kasar (keseluruhan) pada 
populasi tengah tahun tidak didapatkan. Data BPS Sulawesi Barat yang 
yang melakukan survey juga belum bisa memberikan angka kematian 
kasar yang ada di Sulawesi Barat. 
II. ANGKA KESAKITAN / MORBIDITY 
a. Penyakit Demam Berdarah (Dengue Fever) 
Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang menular yang 
bersifat akut dan disebabkan oleh virus dengue, yang ditularkan melalui 
perantaraan vektor nyamuk, salah satunya adalah Aedes Aegypti. Penyakit 
Demam Berdarah di Provinsi Sulawesi Barat dari tahun 2006 sampai dengan 
tahun 2008 masih sifatnya fluktuatif, yaitu tahun 2006 terdapat 15 kasus DBD 
dengan Incidence Rate (IR) sebesar 1.49 per 100.000 penduduk, tahun 2007 
jumlah kasus mengalami peningkatan yaitu 52 kasus dengan IR 4.78 per 
100.000 penduduk dan tahun 2008 jumlah kasus sedikit mengalami 
penurunan yaitu 48 kasus DBD dengan IR 4.27 per 100.000 penduduk. 
Kabupaten Majene adalah kabupaten yang terbesar kasus DBD ditahun 2008 
yaitu 22 kasus. Hal ini disebabkan oleh kondisi lingkungan Kabupaten 
Majene yang tiap tahun terjadi banjir. 
Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 31
Grafik 11. Jumlah Kasus DBD di Sulawesi Barat tahun 2006-1008 
Sumber : Dinas Kesehatan 5 Kabupaten 
Untuk mengatasi hal ini, berbagai upaya terus di tempuh antara lain dengan 
melakukan Fogging Focus, Abatesasi selektif, Pemberantasan Sarang 
Nyamuk (PSN), dan pemantauan jentik berkala. 
b. Penyakit Malaria 
Malaria adalah penyakit serius yang ditularkan melalui gigitan 
nyamuk. Penyakit Malaria adalah penyakit yang menular dan menyerang 
semua golongan umur yaitu bayi, anak-anak dan dewasa.Setiap tahun 
terdapat 300-500 juta kasus malaria didunia dan penyebab 1 juta kematian 
anak. Didaerah yang terjangkit malaria dapat menjadi penyebab utama 
kematian dan penghambat pertumbuhan anak. 
Di Indonesia , angka penderita Malaria cukup tinggi, mencapai 70 
juta atau 35 % dari penduduk Indonesia. Dimasa yang akan datang , 
penderita malaria akan meningkat akibat mobilitas penduduk yang relative 
cepat, perubahan lingkungan antara lain karena pembagunan wilayah yang 
kurang memperhatikan aspek kualitas lingkungan. 
Provinsi Sulawesi Barat mrupakan salah satu daerah endemik malaria 
di Indonesia sehingga perlu penanganan serius terutama dalam 
mewaspadai siklus penularannya. Tahun 2006 terdapat 15,314 kasus dengan 
hasil pemeriksaan laboratorium sebesar 608 positif (terdapat plasmodium). 
Tahun 2007 terjadi peningkatan yang cukup signifikan yaitu 17,329 kasus 
dengan hasil pemeriksaan laboratorium sebesar 3,954 positif. Tahun 2008 
jumlah kasus malaria terus bertambah sebesar 25,114 kasus dengan hasil 
pemeriksaan laboratorium yang dinyatakan positif 545 penderita Malaria. 
Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 32
Grafik 12. Jumlah Kasus Malaria di Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2006, 
2007 dan 2008 
Sumber : Dinas Kesehatan 5 Kabupaten 
Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa Kabupaten Mamuju 
adalah kabupaten yang paling banyak terjadi kasus malaria selama tiga 
tahun terakhir. 
c. Penyakit Filariasis 
Program eliminasi filariasis dilaksanakan atas dasar kesepakatan 
global WHO tahun 2000 yaitu ”The Global Goal of Elimination of Lymphatic 
Filariasis as a Public Health Problem The Year 2020”. 
Filariasis (penyakit kaki gajah) tetap merupakan masalah kesehatan 
masyarakat terutama di daerah pedesaan di luar pulau Jawa, Bali dan NTB. 
Dampak dari serangan penyakit ini adalah menurunkan derajat kesehatan 
masyarakat karena menurunnya daya kerja dan produktivitas serta 
timbulnya cacat anggota tubuh yang menetap. Penyakit yang ditularkan 
melalui gigitan nyamuk, beberapa jenis nyamuk diketahui berperan sebagai 
vektor Filariasis antara lain Mansonia, Anopheles dan Culex. 
Di Indonesia, sampai dengan tahun 2003 kasus kronis Filariasis telah 
menyebar ke 30 provinsi pada lebih dari 231 kabupaten dengan jumlah 
kasus kronis 6.635 orang. Sampai saat ini di Indonesia telah ditemukan 3 
spesies cacing filaria, yaitu Wucherecia bancrofti, Brugia Malayi dan Brugia 
Timori. 
Di Provinsi Sulawesi Barat, Kabupaten Polewali Mandar menurut 
laporan P2P Dinkes Polman tahun 2008, jumlah penderita filariasis 
ditangani sebesar 40 kasus. Ini menandakan bahwa Kabupaten Polman 
termasuk wilayah endemik filariasis di Provinsi Sulawesi Barat. Sedangkan 
Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 33
Kabupaten Mamuju ditemukan penderita filariasis 5 orang. Tiga Kabupaten 
lain sampai dengan tahun 2008 tidak ada laporan atau penemuan Penyakit 
Filariasis. Tahun 2007 penderita filariaris kronik di Sulawesi Barat tercatat 
12 penderita yang ditemukan di Kabupaten Mamuju 11 orang dan 
Kabupaten Mamuju Utara 1 orang. Tahun 2006 penderita filariasis sebesar 
59 orang yang ditemukan di Kabupaten Polman dan Mamuju masing-masing 
55 penderita dan 4 penderita. 
d. Penyakit Diare 
Diare merupakan penyakit menular berbasis lingkungan. Penyakit 
ini akan tinggi apabila kondisi sanitasi lingkungan yang rendah dan tindak 
memenuhi syarat-syarat kesehatan. Di tahun 2006 penderita diare di 
Sulawesi Barat sebesar 16,696 orang. Tahun 2007 jumlah penderita diare 
meningkat tajam yaitu 55,309 orang. Tahun 2008 jumlah kasus diare sedikit 
mengalami penurunan, jumlah penderita sebesar 47,175 orang. 
Angka kesakitan penderita penyakit diare di Provinsi Sulawesi Barat 
dalam kurun waktu tiga terakhir adalah tahun 2006, 16.54 per 1,000 
penduduk, tahun 2007 angka kesakitan penderita diare sebesar 50.84 per 
1,000 penduduk dan di tahun 2008 angka kesakitan penyakit diare sebesar 
44.79 per 1.000 penduduk. Dari jumlah kasus diare di tahun 2008 terdapat 
23,288 penderita diare pada Balita atau sebesar 49,37%, sedangkan yang 
ditangani 21,596 Balita atau 92,73 % penderita pada Balita. 
Grafik 13. Perkembangan Penyakit Diare Periode 2006 -2008 
Sumber : Dinas Kesehatan 5 Kabupaten 
e. Penyakit Kusta (lepra) 
Penyakit Kusta disebabkan oleh bakteri mycobacterium leprae yang 
menyerang saraf tepi, kulit dan jaringan tubuh lainnya. Pada tahun 2008 
Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 34
penderita kusta tipe PB sebanyak 85 orang. Jumlah ini meningkat dibanding 
tahun 2007 dan 2006 yaitu masing-masing 62 orang dan 55 orang. Penderita 
kusta tipe B pada tahun 2008 tertinggi terjadi di Kabupaten Majene dengan 
38 orang dan terrendah Kabupaten Mamasa dengan 1 orang penderita. 
Angka kesembuhan (RFT Rate) penderita penyakit kusta tipe B di Provinsi 
Sulawesi Barat pada tahun 2008 mencapai 91.76% lebih tinggi dibanding 
tahun 2007 yang mencapai 64.52% dan tahun 2006 mencapai 78.18%. 
sebelumnya. 
Penderita penyakit kusta tipe MB di Provinsi Sulawesi Barat pada 
tahun 2008 ditemukan sebanyak 183 orang, sedikit lebih rendah dibanding 
tahun 2007 sebesar 184 orang. Tahun 2006 lebih tinggi penderita penyakit 
kusta tipe MB sebanyak 194 orang. Penderita penyakit kusta tipe MB pada 
tahun 2008 tertinggi terdapat di Kabupaten Polewali Mandar dengan 100 
orang penderita dan yang terrendah di Kabupaten Mamasa sebanyak 2 
orang penderita. Angka kesembuhan penderita penyakit kusta tipe MB di 
Sulawesi Barat mencapai 51.91% tahun 2008, di tahun 2007 mencapai 43.48% 
dan tahun 2006 yang mencapai 45.36%. 
Grafik 14. Jumlah Penderita Kusta Tipe PB 
Sulawesi Barat tahun 2006-2008 
Sumber : Dinkes 5 Kabupaten 
Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 35
Grafik 15. Jumlah Penderita Kusta Tipe MB Sulawesi Barat tahun 2006-2008 
Sumber : Dinkes 5 Kabupaten 
f. Penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) 
Infeksi Saluran Pernafasan bagian atas atau yang lebih dikenal dengan 
ISPA lebih banyak mengenai kelompok usia muda yang rawan khususnya 
Bayi dan Anak Balita. ISPA merupakan penyakit akut dan kualitas 
penatalaksanaannya belum memadai. Sampai saat ini diketahui bahwa 80%- 
90% dari seluruh kasus kematian ISPA disebabkan Pneumonia. Di Provinsi 
Sulawesi Barat pada tahun 2008 ditemukan sebanyak 8,513 penderita penyakit 
ISPA/Pneumonia, dari jumlah tersebut ditemukan sebanyak 7,326 balita yang 
menderita ISPA/Pneumonia. Angka ini menunjukkan terjadinya penurunan 
disbanding tahun 2007 dengan 25,204 penderita ISPA dan diantaranya 
terdapat 25,047 adalah balita penderita ISPA. Tahun 2006 jumlah balita yang 
menderita ISPA adalah 3,510 balita. 
Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 36
Grafik 16. Jumlah Balita PenderitaPenyakit ISPA 
Di Sulawesi Barat tahun 2006-2008 
Sumber : Dinkes 5 Kabupaten 
g. Penyakit Tubercolosis (TB) 
Penyakit Tuberkulosis disebabkan oleh kuman tuberculosis dengan 
gejala khas. Pada umumnya diderita oleh masyarakat yang berpenghasilan 
rendah dan menyerang kelompok usia produktif 15 tahun keatas. 
Penyakit memiliki daya tular yang tinggi dan untuk mengetahuinya 
dideteksi melalui pemeriksaan dahak di laboratorium terhadap kuman BTA 
positip. Indikator yang digunakan dalam Progam TB diantaranya Suspek, 
penemuan BTA positif , kesembuhan dan angka kesalahan baca. Indikator 
ini dapat memberikan gambaran angka prevalensi penyakit TB per 1000 
penduduk. Sampai saat ini penyakit tuberculosis masih menjadi masalah 
prioritas yang harus ditangani dengan serius. Berbagai upaya yang telah 
dilakukan dalam penanggulangan penyakit ini. Salah satunya adalah 
kerjasama dengan Unicef, termasuk di provinsi Sulawesi Barat. Di tahun 
2008, angka penemuan penderita klinis TBC ditemukan sebanyak 7,263 
penderita dengan BTA (+) sebanyak 1,008 orang, di obati 850 orang dan 
dinyatakan sembuh sebanyak 550 orang. Jumlah penderita klinis TBC di 
tahun 2007 lebih rendah yaitu 5,110 orang dengan BTA (+) sebanyak 744 
orang. Ditahun 2006 penderita klinis TBC sebanyak 2,993 orang dengan BTA 
(+) sebanyak 1,021 orang. Di Kabupaten Polewali Mandar menunjukkan 
bahwa selama periode tahun 2006-2008 kasus penderita klinis TBC terus 
meningkat dan yang terbesar ditemukan seperti grafik di bawah ini : 
Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 37
Grafik 17. Jumlah Penderita TBC Klinis 
Sulawesi Barat tahun 2006-2008 
Sumber : Dinas Kesehatan 5 Kabupaten 
Grafik 18. Jumlah Penderita TBC dengan BTA (+) 
Sulawesi Barat tahun 2006-2008 
Sumber : Dinas Kesehatan 5 Kabupaten 
h. Penyakit HIV/AIDS 
Penyakit HIV/AIDS yang merupakan new emerging diseases, dan 
merupakan pandemi pada semua kawasan, beberapa tahun terakhir ini 
telah menunjukkan peningkatan yang sangat mengkhawatirkan, meskipun 
berbagai upaya pencegahan dan penanggulangan terus dilakukan. Semakin 
tingginya mobilitas penduduk antar wilayah, semakin mudahnya 
komunikasi antar wilayah, semakin menyebarnya sentra-sentra 
pembangunan ekonomi di Indonesia, meningkatnya perilaku seksual yang 
tidak aman, dan meningkatnya penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, 
Psikotropika, dan Zat Aditif lainnya) melalui suntikan ternyata secara simultan 
telah memperbesar tingkat risiko dalam penyebaran terhadap HIV/AIDS. 
Saat ini Indonesia telah digolongkan sebagai negara dengan tingkat 
epidemi yang terkonsentrasi (concentrated level epidemic), yaitu adanya 
prevalensi lebih dari 5% pada sub populasi tertentu misalnya pada 
kelompok penjaja seks dan pada para penyalahguna NAPZA. Tingkat 
epidemi ini menunjukkan tingkat perilaku beresiko yang cukup aktif 
menularkan di dalam suatu sub populasi tertentu. Selanjutnya perjalanan 
Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 38
epidemi akan ditentukan oleh jumlah dan sifat hubungan antara kelompok 
beresiko tinggi dengan populasi umum. 
Penyakit yang kemunculannya seperti fenomena gunung es (iceberg 
phenomena), yaitu jumlah penderita yang dilaporkan jauh lebih kecil 
daripada jumlah penderita yang sebenarnya, ini sudah menyebar di 
sebagian besar provinsi di Indonesia. Hal ini berarti bahwa jumlah pengidap 
infeksi HIV/AIDS yang sebenarnya di Indonesia masih sangat sulit diukur 
dan belum diketahui secara pasti. Diperkirakan jumlah orang dengan HIV 
di Indonesia pada akhir tahun 2003 mencapai 90.000 – 130.000 orang. 
Sementara jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS yang dilaporkan sampai 
dengan 31 Desember 2003 sebanyak 4.091 kasus, yang terdiri dari 2.720 
kasus infeksi HIV dan 1.371 kasus AIDS, dan 479 kasus diantaranya telah 
meninggal dunia. Cara penularan HIV/AIDS yang menonjol adalah melalui 
hubungan seks (heteroseksual) yakni sebesar 50,62% dan penyalah-gunaan 
NAPZA melalui suntik (IDU = Intravena Drug Use) yakni sebesar 26,26%, 
serta melalui hubungan homoseksual, yaitu sebesar 9,34%. 
Untuk Provinsi Sulawesi Barat di tahun 2008, Penderita HIV/AIDS 
sampai sekarang belum di temukan tapi bukan berarti kita terbebas dari 
penyakit yang mematikan ini. 
i. Acute Flacid Paralysis (AFP) 
Kasus AFP adalah semua anak berusia kurang dari 15 tahun dengan 
kelumpuhan yang sifatnya flacid (layuh) terjadi secara akut (mendadak). 
Sedangkan AFP non polio adalah kasus AFP yang pada pemeriksaan 
spesimennya tidak ditemukan virus polio liar atau kasus AFP yang 
ditetapkan oleh tin ahli sebagai kasus AFP non polio dengan kriteria 
tertentu. Dalam upaya untuk membebaskan Indonesia dari penyakit polio, 
maka pemerintah telah melaksanakan program Eradikasi Polio (ERAPO) 
yang terdiri dari pemberian imunisasi polio secara rutin. Salah satu wujud 
dari upaya pemerintah memberantas polio adalah dengan pemberian 
imunisasi massal pada anak balita melalui PIN (Pekan Imunisasi Nasional) 
dan surveilance AFP. 
Surveilance AFP pada hakekatnya adalah pengamatan dan 
penjaringan semua kelumpuhan yang terjadi secara mendadak dan sifatnya 
flacid (layuh), seperti sifat kelumpuhan pada poliomyelitis. Prosedur 
pembuktian penderita AFP terserang virus polio liar atau tidak adalah 
sebagai berikut : 
Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 39
1. Melakukan pelacakan terhadap anak usia sama atau kurang 
dari 15 tahun yang mengalami, kelumpuhan layuh mendadak 
(< 14 hari) dan menentukan diagnosa awal. 
2. Mengambil spesimen tinja penderita tidak lebih dari 14 hari 
sejak kelumpuhan, sebanyak dua kali selang waktu 
pengambila I dan II > 24 jam. 
3. Mengirim kedua spesimen tinja ke Laboratorium Bio Farma 
Bandung dengan pengemasan khusus/baku. 
4. Hasil pemeriksaan spesimen tinja akan menjadi bukti 
virologis adanya virus polio liar didalamnya. 
5. Diagnosa akhir ditentukan pada 60 hari sejak kelumpuhan. 
Pemeriksaan klinis ini dilakukan oleh dokter spesialis anak 
atau syaraf untuk menentukan apakah masih ada 
kelumpuhan atau tidak. 
Hasil pemeriksaan virologis dan klinis akan menjadi bukti yang sah 
dan meyakinkan apakah semua kasus AFP yang terjaring termasuk kasus 
folio atau tidak sehingga dapat diketahui apakah masih ada polio liar di 
masyarakat. Jumlah penderita kelumpuhan AFP tahun 2008 di Provinsi 
Sulawesi Barat sebanyak 7 penderita yang ditemukan di Kabupaten 
Mamuju 5 penderita, Kabupaten Majene 1 penderita dan 2 orang penderita 
AFP di Kabupaten Mamuju Utara. Penderita AFP tahun 2008 lebih tinggi 
dibanding penderita di tahun 2007 sebesar 3 orang penderita. 
j. Campak 
Penyakit campak merupakan penyakit yang dapat dicegah dengan 
imunisasi. Namun dalam pelaksanaannya masih terdapat berbagai kendala 
terutama di karenakan faktor budaya/kepercayaan yang masih ada dalam 
masyarakat. Campak merupakan kelompok penyakit menular yang 
disebabkan oleh virus campak golongan paramyxiviridae. Penyakit ini 
tergolong sangat menular dengan cara penularan melalui batuk dan bersin 
(pernafasan). Pada kasus-kasus anak seringkali menjadi fatal akibat 
keterlambatan pertolongan terutama apabila ada komplikasi pneumonia 
ataupun radang paru lainnya. Jumlah penderita campak pada tahun 2008 
sebesar 227 orang. Angka ini mengalami penurunan dibanding tahun 2007 
sebesar 302 penderita penyakit campak. Sedangkan ditahun 2006 jumlah 
penderita penyakit campak sebanyak 1,017 orang. Selama tiga tahun 
terakhir 2006-2008 penyakit campak terus mengalami penurunan di Provinsi 
Sulawesi Barat. Ditahun 2008 Kabupaten Polewali Mandar yang terbesar 
Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 40
penderita penyakit campak yaitu 133 orang, tahun 2007 Kabupaten Mamuju 
yang terbesar yaitu 129 orang begitu juga di tahun 2006 Kabupaten Mamuju 
yang terbesar penderita campak yaitu 492 orang. Jika dilihat dari grafik di 
bawah ini Kabupaten Mamuju selama tiga tahun terakhir mengalami terus 
penurunan. Hal ini berarti di kabupaten yang juga menjadi ibu kota 
Provinsi Sulawesi Barat, tingkat pelayanan kesehatan kepada masyarakat 
khususnya layanan imunisasi sudah berhasil dengan baik. 
Grafik 19. Jumlah Penderita Campak 
Di Sulawesi Barat tahun 2006-2008 
Sumber : Dinas Kesehatan 5 Kabupaten 
k. Hepatitis 
Jumlah penderita penyakit Hepatitis B di Provinsi Sulawesi Barat 
fluktuatif dimana pada tahun 2008 sebesar 170 orang. Jumlah ini dibanding 
tahun 2007 mengalami peningkatan yaitu sebesar 3 orang penderita dan 
tahun 2006 ditemukan penderita sebesar 207 orang. Tahun 2008 penderita 
hepatitis B terbanyak ditemukan sebanyak 170 orang, empat kabupaten 
lainnya tidak ditemukan penderita hepatitis. 
l. Kejadian Luar Biasa (KLB) 
Kejadian luar biasa (KLB) penyakit menular dan keracunan 
merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Provinsi Sulawesi 
Barat. Disamping menimbulkan korban kesakitan maupun kematian, KLB 
merupakan komoditi politis yang kadang-kadang dimanfaatkan oleh orang 
yang memerlukannya. Pada tahun 2008 di Provinsi Sulawesi Barat jenis KLB 
yang dilaporkan sebanyak 7 jenis penyakit yaitu : Diare berdarah, DBD, 
Rabies, Diare,Malaria, Difteri dan AFP. Jumlah KLB tahun 2008 sebesar 273 
penderita. Jumlah ini menurun dibanding tahun 2007 sebesar 878 penderita. 
Jumlah kecamatan yang terserang KLB adalah 8 kecamatan dan 35 desa. 
Sedangkan jumlah kematian yang dilaporkan ada 8 orang. 
Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 41
Grafik 20. Jumlah Penderita KLB 
Di Sulawesi Barat tahun 2006-2008 
Sumber : Dinas Kesehatan 5 Kabupaten 
m. Kecelakaan Lalu Lintas 
Jumlah kecelakaan lalu lintas di Provinsi Sulawesi Barat tahun 2008 
sebanyak 3,461 kasus dengan jumlah korban sebanyak 3,492 orang dengan 
rincian jumlah yang meninggal dunia sebanyak 86 orang (2.48%), luka berat 
sebanyak 714 orang (20.63%), luka ringan sebanyak 2,692 orang (77.78%). 
Kasus kecelakaan lalu lintas tertinggi terjadi di Kabupaten Majene sebanyak 
2,548 kasus dan yang terrendah terjadi di Kabupaten Mamasa dengan 23 
kasus, sedangkan jumlah korban kecelakaan lalu lintas terbanyak juga di 
Kabupaten Majene yaitu 2,554 orang dan yang terrendah di Kabupaten 
Mamasa dengan korban 33 orang. Dengan jumlah tersebut maka incidence 
Rate (IR) kecelakaan lalu lintas di Provinsi Sulawesi Barat tahun 2008 
sebesar 331.53 per 100,000 penduduk. Pada grafik 22 di bawah ini 
menunjukkan korban kecelakaan lalu lintas selama tiga tahun terakhir yang 
terus meningkat : 
Grafik 21. Jumlah Korban Kecelakaan di Sulawesi Barat 
Tahun 2006-2008 
Sumber : Laporan Puskesmas/Polres 5 Kab. 
Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 42
III. KEADAAN GIZI/Situation of Gizi 
a. Status Gizi Balita 
Indikator status kesehatan juga diukur berdasarkan gizi penduduk 
menurut : status gizi, Anemia, KEK, BBLR, GAKI . Perkembangan keadaan 
gizi yang dapat dipantau berdasarkan hasil pencatatan dan pelaporan 
program perbaikan gizi masyarakat yang tercermin dalam hasil 
penimbangan balita setiap bulan di Posyandu. Keadaan status gizi 
masyarakat di Provinsi Sulawesi Barat pada tahun 2006 menunjukkan 
jumlah balita yang ada sebanyak 96,447 balita, dari jumlah tersebut balita 
yang datang dan ditimbang di Posyandu sebanyak 51,127 balita dengan 
rincian jumlah balita yang naik berat badannya sebanyak 34,305 balita dan 
balita yang berada di bawah garis merah (BGM) sebanyak 2,153 balita 
sedangkan yang menderita gizi buruk sebanyak 983 balita atau 1,92% dari 
balita yang ditimbang. Pada tahun 2007 jumlah balita yang ada sebanyak 
136,430 balita dari jumlah tersebut jumlah balita yang datang dan ditimbang 
di posyandu sebanyak 62,120 balita dengan rincian jumlah balita yang naik 
berat badannya sebanyak 47,451 balita dan balita yang berada di bawah 
garis merah (BGM) sebanyak 3,416 balita dan yang masuk gizi buruk 1,778 
balita atau sekitar 2.65% dari balita yang ditimbang. Pada tahun 2008 jumlah 
balita yang ada sebanyak 133,083 balita, kemudian yang datang dan 
ditimbang di Posyandu 75,469 balita dengan rincian jumlah balita yang naik 
berat badannya sebanyak 43,913 balita dan yang di bawah garis merah 
(BGM) sebanyak 3,761 balita sedangkan yang menderita gizi buruk 856 
balita atau sekitar 1,11% dari jumlah balita yang ditimbang. 
Grafik 22. Status Gizi Anak Balita Di Sulawesi Barat 
tahun 2006-2008 
Sumber : Laporan Dinas Kesehatan 5 Kabupaten 
Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 43
Tahun 2008 penderita Gizi Buruk pada balita turun menjadi 836 
balita dari 1,778 balita pada tahun 2007. Walaupun demikian terjadinya gizi 
buruk ini disebabkan oleh memburuknya keadaan ekonomi keluarga yang 
berdampak terhadap kecukupan pangan ditingkat keluarga yang diakibatkan 
oleh berbagai faktor seperti kenaikan BBM yang beberapa tahun terakhir ini 
terus terjadi, lapangan pekerjaan yang semakin sulit serta jumlah penduduk 
yang terus meningkat, hal ini secara tidak langsung sangat terkait dengan 
timbulnya kasus gizi buruk. 
b. ASI Eksklusif 
ASI (Air Susu Ibu) merupakan salah satu makanan yang sempurna dan 
terbaik bagi bayi karena mengandung unsur-unsur gizi yang dibutuhkan oleh 
bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi guna mencapai 
pertumbuhan dan perkembangan bayi yang optimal. Oleh sebab itu, 
pemberian ASI perlu diberikan secara eksklusif sampai umur 6 bulan dan 
dapat dilanjutkan sampai anak berumur 2 tahun. Namun demikian, kendala 
yang dihadapi selama ini adalah kesulitan dalam upaya pemantauan 
pemberian ASI eksklusif karena belum mempunyai sistem yang dapat 
diandalkan. Untuk mengetahui tingkat pencapaian dalam pemberian ASI 
eksklusif dilakukan melalui laporan dari Puskesmas yang diperoleh dari 
wawancara pada waktu kunjungan bayi di Puskesmas. 
Pada tahun 2008 jumlah bayi sebanyak 25,371 bayi, dari jumlah tersebut 
yang mendapat ASI eksklusif sekitar 9,953 bayi atau sekitar 39.23%. Jumlah 
bayi yang diberikan ASI eksklusif tahun 2008 menurun dibanding tahun 2007 
yaitu 67,06% atau dari 22,895 bayi, sekitar 15,354 bayi yang diberi ASI 
eksklusif. Sedangkan tahun 2006 dari 18,223 bayi yang ada yang diberikan ASI 
eksklusif adalah 11,002 bayi atau sebesar 60.37%. 
Grafik 23. Perbandingan Jumlah Bayi & Bayi Yang Mendapat ASI Eksklusif 
Sulawesi Barat tahun 2006-2008 
Sumber : Laporan Dinas Kesehatan 5 Kabupaten 
Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 44
Rendahnya capaian di tahun 2008 yang hanya mencapai 39,23% dari 
target yang diharapkan yaitu 80% bayi mendapat ASI eksklusif dari jumlah 
bayi, perlu mendapat perhatian khusus dan memerlukan pemikiran dalam 
mencari upaya-upaya terobosan serta tindakan nyata yang harus dilakukan 
oleh provider dibidang kesehatan dan semua komponen masyarakat dalam 
rangka penyampaian informasi maupun sosialisasi guna meningkatkan 
pengetahuan dan kesadaran masyarakat. 
Disamping itu, sebagai salah satu pegangan dan pedoman dalam 
rangka penyebarluasan informasi kepada masyarakat tentang ASI eksklusif, 
ada sepuluh langkah menuju keberhasilan menyusui yaitu : 
1. Sarana Pelayanan Kesehatan (SPK) mempunyai kebijakan Peningkatan 
Pemberian Air Susu Ibu (PP-ASI) yang tertulis dan secara rutin 
dikomunikasikan kepada semua petugas. 
2. Melakukan pelatihan bagi petugas dalam hal pengetahuan dan 
keterampilan untuk menerapkan kebijakan tersebut. 
3. Menjelaskan kepada semua ibu hamil tentang manfaat menyusui dan 
penatalaksanaannya dimulai sejak masa kehamilan, masa bayi lahir sampai 
umur 2 tahun termasuk cara mengatasi kesulitan menyusui. 
4. Membantu ibu mulai menyusui bayinya dalam 30 menit setelah 
melahirkan, yang dilakukan di ruang bersalin. Apabila ibu mendapat 
operasi caesar, bayi disusui setelah 30 menit ibu sadar. 
5. Membantu ibu bagaimana cara menyusui yang benar dan cara 
mempertahankan menyusui meskipun ibu dipisah dari bayi atas indikasi 
medis. 
6. Tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI kepada bayi 
yang baru lahir. 
7. Melaksanakan rawat gabung dengan mengupayakan ibu bersama bayi 24 
jam sehari. 
8. Membantu ibu menyusui semau bayi semau ibu, tanpa pembatasan 
terhadap lama dan frekuensi menyusui. 
9. Tidak memberikan dot atau kempeng kepada bayi yang diberi ASI. 
10. Mengupayakan terbentuknya Kelompok Pendukung ASI (KP-ASI) dan 
rujuk ibu kepada kelompok tersebut ketika pulang dari rumah 
sakit/rumah bersalin/sarana pelayanan kesehatan. 
c. Garam Beryodium 
Salah satu masalah gizi yang perlu mendapat perhatian adalah masalah 
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY). GAKY dapat mengakibatkan 
Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 45
gangguan pertumbuhan fisik dan keterbelakangan mental. Gangguan 
pertumbuhan fisik meliputi pembesaran kelenjar tiroid (gondok), kretin (badan 
kerdil), gangguan motorik (kesulitan berdiri atau berjalan normal), bisu, tuli 
dan mata juling. Sedangkan keterbelakangan mental termasuk berkurangnya 
tingkat kecerdasan anak. 
WHO/UNICEF/ICCID mengkategorikan endemisitas daerah dalam 
empat kategori menurut besar Total Goiter Rater (TGR). TGR digunakan untuk 
menilai status GAKY masyarakat sekaligus untuk evaluasi dampak program 
terhadap perbaikan status GAKY. Untuk itu, kulaitas garam beryodium yang 
beredar di masyarakat harus selalu dipantau sehingga akan diketahui 
kandungan yodium yang ada dalam garam konsumsi tersebut memenuhi 
syarat atau tidak. Pemantauan terhadap kandungan yodium dalam garam 
konsumsi dilakukan pemantauan secara kualitatif dengan menggunakan test kit 
yodium, hal ini sangat mudah dilakukan tanpa harus memiliki keterampilan 
khusus. Pelaksanaan pemantauan garam beryodium ini di Sulawesi Barat 
dilakukan secara rutin setiap tahun sekali dengan pelaksana adalah petugas gizi 
dan atau petugas kesahatan yang ada di Puskesmas. 
Hasil pemantauan garam beryodium tahun 2008 di Propinsi Sulawesi 
Barat dari 646 desa/kelurahan yang disurvei terdapat 204 desa/kelurahan 
dengan garam yang beryodium baik atau sekitar 31,58%. Hal ini menunjukkan 
bahwa upaya untuk mewujudkan USI (Universal Zalt Iodization) dengan target 
90% adalah masih sangat sulit untuk dicapai. Oleh karena itu pemasyarakatan 
garam beryodium harus terus ditingkatkan dan diupayakan dengan 
menggalang semua komponen masyarakat termasuk lembaga swadaya 
masyarakat secara bersama-sama, terpadu dan berkesinambungan. 
d. Anemia 
Salah satu penyebab kematian pada ibu melahirkan adalah anemia yang 
disebabkan kekurangan zat besi (Fe). Dari data PWS KIA tahun 2008 untuk 
menekan angka kematian ibu di Provinsi Sulawesi Barat dilakukan upaya 
penanggulangan dengan pemberian tablet Fe, dari 28,238 ibu hamil cakupan 
pemberian Fe1 pada ibu hamil 21,694 ibu hamil (76.83%) dan cakupan 
pemberian Fe3 pada ibu hamil sebesar 16,590 ibu hamil (58.75%). 
e. BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) 
BBLR yaitu bayi yang dilahirkan dibawah 2500 gram. gizi ibu hamil 
adalah penyebab utama terjadinya BBLR,di antara beberapa faktor lainnya. 
Pada masa kehamilan ibu perlu mendapat perhatian khusus oleh karena 
Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 46
dampak yang ditimbulkan bukan saja pada berat yang tidak cukup, tetapi 
dengan bayi BBLR memiliki kemungkinan kecil untuk tumbuh dengan baik, 
dan akan lebih mudah terserang penyakit. 
Pada tahun 2008 dari 25,371 bayi terdapat 337 bayi BBLR atau 1.12%, 
dibanding tahun 2007 jumlah BBLR lebih tinggi yaitu 445 bayi dan tahun 2006 
sebesar 248 bayi BBLR. 
Grafik 24. Jumlah Bayi dengan BBLR 
Sulawesi Barat tahun 2006-2008 
Sumber : Laporan Dinkes 5 Kabupaten 
B. PERILAKU MASYARAKAT/Behavior of Society 
I. Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) 
Pola Hidup Bersih dan Sehat berhubungan langsung dengan tingkat 
status kesehatan masyarakat. Pada tahun 2008 dari 248,754 rumah tangga 
yang ada di Provinsi Sulawesi Barat terdapat sebanyak 63,186 rumah tangga 
yang dipantau tentang PHBSnya, dari angka rumah tangga tersebut yang 
dipantau terdapat 25,208 rumah tangga di Provinsi Sulawesi Barat yang 
menegakkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat atau sekitar 39.89% RT yang 
berPHBS dari 25,208 RT yang dipantau. Jumlah rumah tangga berperilaku 
hidup bersih dan sehat tertinggi tahun 2008 terdapat dikabupaten Polewali 
Mandar yaitu rumah tangga yang dipantau sebanyak 34,782 RT yang 
berperilaku hidup bersih dan sehat sebanyak 16,222 rumah tangga atau 
sekitar 46.64%, sedangkan yang terrendah adalah Kabupaten Mamuju Utara 
yaitu dari 500 rumah tangga yang dipantau hanya 117 rumah tangga yang 
memenuhi kriteria perilaku hidup bersih dan sehat. Berikut perkembangan 
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat tiap kabupaten di Sulawesi Barat selama 
tiga tahun terakhir : 
Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 47
Grafik 25. Jumlah RT ber PHBS 
Di Sulawesi Barat tahun 2006-2008 
Sumber : Laporan Dinkes 5 Kabupaten 
II. Peran Serta Masyarakat 
Upaya mendorong partisipasi masyarakat dalam pembangunan 
kesehatan sangat penting artinya, karena melalui kerjasama yang baik dari 
pihak masyarakat pembangunan kesehatan dapat lebih maksimal hasilnya. 
UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat) merupakan salah satu 
wadah peran serta masyarakat untuk lebih mandiri dan bertanggung jawab 
terhadap kondisi kesehatan masyarakat itu sendiri. Kegiatan Posyandu 
adalah salah satu bentuk UKBM yang selama ini sudah berjalan dengan baik. 
Pada tahun 2008 jumlah Posyandu di Provinsi Sulawesi Barat 
sebanyak 1,421 buah mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2007 
sebanyak 1,347 buah. Sedangkan tahun 2006 jumlah Posyandu sebesar 786 
buah. Tahun 2008 Jumlah Posyandu dengan tingkatan Pratama sebanyak 679 
(47.78%), tingkatan Madya sebanyak 586 (41.24%), posyandu tingkatan 
Purnama sebanyak 156 atau 10.98%. 
Grafik 26. Jumlah Posyandu Menurut Strata Di Sulawesi Barat 
tahun 2006-2008 
Sumber : Laporan Dinkes 5 Kabupaten 
Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 48
C. KONDISI LINGKUNGAN/Environmental Condition 
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan 
derajat kesehatan masyarakat. Lingkungan sehat akan mendukung masyarakat 
untuk hidup sehat demikian sebaliknya lingkungan yang tidak sehat dapat 
menimbulkan penyakit terutama penyakit yang berbasis lingkungan. 
Lingkungan, penyakit dan masyarakat tidak dapat dipisahkan artinya untuk 
meningkatkan derajat kesehatan bukan hanya melakukan pengobatan terhadap 
yang sudah sakit tetapi perlu juga intervensi terhadap lingkungan. Di Sulawesi 
Barat dengan tingginya perkembangan penduduk dan tingginya arus migrasi 
yang dating ke Sulawesi Barat mengakibatkan kondisi lingkungan yang tidak 
sehat seiring banyaknya rumah-rumah yang tidak sehat dan semakin padatnya 
tingkat hunian rumah dimasyarakat. 
Upaya penyehatan lingkungan dilaksanakan dengan lebih diarahkan 
pada peningkatan kualitas lingkungan, yaitu melalui kegiatan yang bersifat 
preventif, promotif dan protektif. Adapun pelaksanaannya bersama dengan 
masyarakat diharapkan secara epidemiologi akan mampu memberikan 
kontribusi yang bermakna terhadap kesehatan masyarakat. 
Namun demikian pada umumnya yang menjadikan permasalahan 
utama adalah masih rendahnya jangkauan program. Hal ini lebih banyak 
diakibatkan oleh berbagai fatkor antara lain terbatasnya anggaran dan otonomi 
daerah yang berpengaruh kepada kebijakan khususnya tentang kesehatan. 
Sedangkan permasalahan utama yang dihadapi masyarakat akses terhadap 
lingkungan yang masih sangat rendah. Lingkungan sehat merupakan salah satu 
pilar utama dalam pencapaian Indonesia Sehat 2010. Beberapa indikator 
penting kesehatan lingkungan antara lain : 
I. Rumah/Bangunan Sehat 
Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang berfungsi 
sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Rumah 
haruslah sehat dan nyaman agar penghuninya dapat berkarya untuk 
meningkatkan produktivitas. Konstruksi rumah dan lingkungan yang tidak 
memenuhi syarat kesehatan merupakan faktor resiko sumber penularan 
berbagai jenis penyakit khususnya penyakit yang berbasis lingkungan. Tahun 
2008, jumlah rumah di Provinsi Sulawesi Barat seluruhnya 181,947 rumah. 
Jumlah yang diperiksa 115,621 rumah. Dari hasil pemeriksaan, rumah yang 
memenuhi syarat kesehatan sebesar 35,080 rumah atau 30.34%. 
Secara umum rumah dikatakan sehat apabila memenuhi beberapa 
kriteria, diantaranya adalah bebas jentik nyamuk aedes aegypti yang merupakan 
Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 49
vektor penyakit demam berdarah dengue. Penyakit Demam Berdarah Dengue 
(DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan 
ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti. Penyakit ini dapat menyerang 
semua orang dan dapat mengakibatkan kematian terutama pada anak serta 
sering menimbulkan kejadian luar biasa atau wabah. Nyamuk aedes aegypti 
hidup berkembang biak pada tempat-tempat penampungan air bersih yang 
tidak langsung berhubungan dengan tanah seperti : bak mandi/WC, minuman 
burung, air tendon, air tempayan/gentong, kaleng, ban bekas dan lain-lain. 
Di Provinsi Sulawesi Barat nyamuk aedes egypti tersebar luas dipelosok kota dan 
desa, kecuali diwilayah yang ketinggiannya lebih dari 1,000 meter diatas 
permukaan laut. Kepadatan nyamuk ini akan meningkat pada waktu musim 
hujan, dimana terdapat banyak genangan air bersih yang dapat menjadi tempat 
berkembangbiaknya nyamuk aedes aegypti. 
Di Provinsi Sulawesi Barat kasus demam berdarah berfluktuasi 
jumlahnya setiap tahun dan cenderung meningkat. Demikian pula wilayah 
yang terjangkit bertambah luas. Perkembangan yang tidak memuaskan 
mengenai wabah demam berdarah ini diduga karena kemudahan penularan 
yang dipicu oleh tingkat kepadatan penduduk, semakin meningkatnya arus 
transportasi/mobilitas penduduk antar wilayah, angka kepadatan nyamuk 
aedes aegypti tinggi. Rendahnya angka bebas jentik dan belum optimalnya 
pengorganisasian upaya pengelolaan pemberantasan penyakit demam 
berdarah. 
Jumlah rumah/bangunan yang diperiksa di Sulawesi Barat sebanyak 
55,592 rumah, dari jumlah tersebut rumah/bangunan yang bebas jentik nyamuk 
aedes aegypti sebanyak 39,451 rumah. Untuk mencegah dan mengendalikan 
populasi nyamuk aedes ini yang menjadi vektor DBD adalah digalakkan upaya 
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui kegiatan 3 M (Menguras- 
Menutup-Mengubur) secara terus menerus yang melibatkan peran serta 
masyarakat. Keberadaan nyamuk penular ini sangat erat hubungannya dengan 
pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat. Guna membina peran serta 
masyarakat secara efektif. Kegiatannya pembinaannya perlu dikoordinasikan 
oleh Kelompok Kerja Operasional Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah 
(POKJANAL DBD) yang merupakan forum kerja lintas sektoral dengan makna 
yang terkandung dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang menekankan 
pentingnya prinsip pemerataan, yang didalam pelaksanaannya menuntut 
upaya promotif, preventif, kuratif serta rehabilitative, kerjasama lintas sektoral 
sebagai strategi untuk mencapai kesehatan bagi semua. 
Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 50
II. Sarana Kesehatan Lingkungan Sehat 
Lingkungan fisik dan biologis berpengaruh terhadap derajat 
kesehatan masyarakat, terutama terlihat dari masih tingginya kesakitan 
penduduk yang disebabkan penyakit berbasis lingkungan . Timbulnya 
Penyakit yang berbasis lingkungan diantaranya diare, typhus dan penyakit 
parasit serta penyakit lainnya akibat mutu lingkungan yang kurang 
sebagai dampak dari pencemaran lingkungan dan pertambahan penduduk 
yang tidak terkendali . 
Upaya untuk menekan penyakit berbasis lingkungan dengan 
penyediaan Air bersih serta pembuangan kotoran manusia yang 
memenuhi syarat kesehatan. Pembuangan kotoran baik sampah, air limbah 
dan tinja (excreta disposal) yang tidak memenuhi syarat kesehatan 
berpengaruh langsung terhadap rendahnya kualitas air, serta dapat 
menimbulkan penyakit menular di masyarakat. Jamban, tempat sampah, 
pengelolaan limbah dan persediaan air bersih merupakan sarana 
lingkungan pemukiman (PLP). 
a) Sarana Air Bersih 
Penyediaan air bersih (Water Supply) dapat menjadi media 
penularan penyakit. Oleh karena sarana yang tidak memenuhi syarat 
akan tercemar oleh bakteriologis sehingga berpotensi menimbulkan 
penyakit. Untuk menghindari penyakit yang timbul akibat 
mengkomsumsi air yang tidak memenuhi syarat kesehatan, maka harus 
menggunakan sarana yang menurut standar kesehatan. Berbagai sarana 
yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi penduduk 
baik untuk keperluan air minum, masak, mencuci dan keperluan 
lainnya. 
Adapun Akses Air Bersih di Provinsi Sulawesi Barat data yang 
diperoleh tahun 2006-2008 sebagai berikut : 
Grafik 27. Jumlah Cakupan Air Bersih Di Sulawesi Barat 
tahun 2006-2008 
Sumber : Laporan Dinkes 5 Kabupaten 
Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 51
b) Sarana Sanitasi Dasar 
Jumlah sarana sanitasi dasar yang mencakup jamban, tempat 
sampah dan SPAL (Saluran Pembuangan Air Limbah) di Sulawesi Barat 
dari tahun 2006-2008 mengalami terus peningkatan. Namun tidak semua 
KK yang memiliki sarana sanitasi dasar yang dianggap sehat. Pada 
grafik dibawah ini menggambarkan jumlah KK yang memiliki dan 
jumlah KK yang sarana sanitasi dasarnya dianggap sehat. 
Grafik 28. Jumlah Sarana Sanitasi Di Sulawesi Barat 
tahun 2006-2008 
Sumber : Laporan Dinkes 5 Kabupaten 
Saluran Pembuangan Air Limbah adalah suatu bangunan yang 
digunakan untuk membuang air buangan di kamar mandi, tempat cuci, 
dapur dan lain-lain bukan dari jamban SPAL yang sehat hendaknya 
memenuhi persyaratan sebagai berikut : 
1) Tidak mencemari sumber air bersih (jarak dari air bersih minimal 15 
meter) 
2) Tidak menimbulkan genangan air yang dapat m,enjadi sarang 
nyamuk (diberi tutup yang cukup rapat) 
3) Tidak menimbulkan bau 
4) Tidak menimbulkan becek atau pandangan yang tidak 
menyenangkan (tidak bocor sampai meluap) 
Kesadaran masyarakat mengenai pentingnya pengelolaan limbah 
masih rendah, hal inilah yang menyebabkan rendahnya jumlah KK yang 
telah memiliki pengelolaan air limbah. Sanitasi merupakan faktor 
penting dalam menciptakan lingkungan yang sehat. Banyaknya 
penyakit ditularkan karena tidak dilakukan cara-cara penanganan 
sanitasi yang benar. 
Upaya peningkatan kualitas air bersih akan berdampak positif 
apabila diikuti perbaikan sanitasi. Upaya sanitasi meliputi 
Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 52
pembangunan, perbaikan dan penggunaan sarana sanitasi yang meliputi 
jamban, tempat sampah dan saluran pembuangan air limbah 
dilingkungan kita. 
Sejalan dengan perkembangan jumlah penduduk di Provinsi 
Sulawesi Barat, maka kebutuhan air bersih semakin bertambah. 
Pembangunan air bersih dimasing-masing kabupaten di Provinsi 
Sulawesi Barat meliputi daerah Pemukiman Perkotaan dan Pedesaan. 
Adapun sumber air di Provinsi Sulawsi Barat pada umumnya berasal 
dari mata air, sumur dalam, sumur gali dan air permukaan. Sistem yang 
digunakan untuk mensuplai air bersih melalui perpipaan dan non 
perpipaan. Untuk pengelolaannya pada daerah pemukiman diperkotaan 
pada umunya dikelola PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) 
kabupaten. 
Dari perkembangan pelaksanaan program penyehatan 
lingkungan selama ini terdapat beberapa kemajuan yang diperoleh, 
seperti peningkatan cakupan pelayanan penyehatan lingkungan yang 
secara tidak langsung dapat meningkatkan derajat kesehatan 
masyarakat. Namun masih terdapat beberapa permasalahan yang 
dihadapi pada penyediaan prasarana dan sarana penyehatan 
lingkungan, yaitu : 
1) Kurang efektif dan efesiennya investasi yang telah dilakukan pada 
pembangunan prasarana dan sarana penyehatan lingkungan 
2) Air hanya dipandang sebagai benda 
3) Keterbatasan kemampuan pemerintah 
4) Belum tersedianya kebijakan dan peraturan perundangan yang 
mengatur pemanfaatan potensi tersembunyi yang ada dalam 
masyarakat 
5) Penyehatan lingkungan belum menjadi perhatian dan prioritas 
6) Estimasi dalam hal penganggaran sangat jauh dari yang diharapkan 
III. Tempat-Tempat Umum Sehat 
Tempat-tempat umum adalah kegiatan bagi umum yang 
dilakukan oleh badan-badan pemerintah, swasta atau perorangan yang 
langsung digunakan oleh masyarakat yang mempunyai tempat dan 
kegiatan tetap serta memiliki fasilitas. 
Jumlah tempat-tempat umum di Provinsi Sulawesi Barat tahun 
2008 yang ada sebanyak 3,149 buah, jumlah yang diperiksa sebanyak 2,012 
buah. Hasil pemeriksaan menunjukkan jumlah tempat-tempat umum sehat 
Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 53
sebanyak 971 (48.26%). Dengan rincian jumlah hotel yang 27 buah, yang 
diperiksa 23 buah dan yang sehat 18 buah (78.26%). Jumlah 
restoran/rumah makan yang ada sebanyak 247 buah, yang diperiksa 180 
buah dan yang sehat sebanyak 112 buah (62.22%). Jumlah pasar yang ada 
206 buah, yang diperiksa 87 buah dan yang sehat 20 buah (22.29%). 
Sedangkan TUPM lainnya yang ada 2,640 buah, yang diperiksa 1,722 buah 
dan yang sehat 826 (47.97%). 
Grafik 29. Jumlah TUPM Sehat Di Sulawesi Barat 
Tahun 2006-2008 
Sumber : Laporan Dinkes 5 Kabupaten 
Pengawasan sanitasi tempat umum bertujuan untuk mewujudkan 
kondisi tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan agar masyarakat 
pengunjung terhindar dari kemungkunan bahaya penularan penyakit serta 
tidak menyebabkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat 
disekitarnya. Pengelolaan makanan adalah suatu bangunan yang menetap 
dengan segala karyawan dan peralatan yang dipergunakan untuk 
membuat dan menjual makanan bagi konsumen yang meliputi restoran, 
rumah makan, kantin, warung kopi, tempat penjualan minuman dingin 
dan pabrik makanan dan minuman sederhana. Resiko dari pengelolaan 
makanan mempunyai peluang yang sangat besar dalam penularan 
penyakit karena jumlah konsumen rlatif banyak dalam waktu bersamaan. 
Oleh karena itu, perlu teknologi dan metode yang lebih tepat untuk 
pembinaan dan pengawasannya. 
D. PELAYANAN KESEHATAN/Service of Health 
I. Sarana Kesehatan Dasar 
a. Puskesmas 
Puskesmas merupakan sarana pelayanan kesehatan dasar yang 
menyelenggarakan kegiatan Promosi Kesehatan, Kesehatan Lingkungan, 
Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 54
Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) termasuk Keluarga Berencana 
(KB), Perbaikan Gizi, Pemberantasan Penyakit Menular dan Pengobatan. 
Beberapa Puskesmas yaitu Puskesmas Perawatan, selain menyelenggarakan 
pelayanan kesehatan seperti Puskesmas pada umumnya, juga menyediakan 
fasilitas pelayanan rawat inap. Dengan demikian Puskesmas perawatan juga 
berfungsi sebagai ”Pusat Rujukan Antara” yang melayani penderita gawat 
darurat sebelum dirujuk ke rumah sakit. 
Jumlah Puskesmas Perawatan di Sulawesi Barat tahun 2008 sebesar 25 
buah, Puskesmas Non Perawatan sebesar 50 buah. Sedangkan untuk 
Puskesmas Keliling 59 buah dan Puskesmas Pembantu sebanyak 76 buah. 
b. Pondok Bersalin Desa (Polindes) 
Jumlah Polindes di Sulawesi Barat tahun 2008 adalah sebanyak 68 
buah. Jumlah ini terus bertambah dari tahun 2007 sebanyak 48 buah dan 
tahun 2006 di Sulawesi Barat hanya berjumlah 37 buah. 
Grafik 30.Perkembangan Jumlah Polindes 
Di Sulawesi Barat tahun 2006-2008 
Sumber : Laporan Yankes Dinkes 5 Kabupaten 
c. Sarana Kesehatan Dasar Lainnya 
Berdasarkan laporan Yankes Dinas Kesehatan di lima Kabupaten Jumlah 
Poskesdes di Sulawesi Barat tahun 2008 sebanyak 85 buah, mengalami 
peningkatan dibanding tahun 2007 yaitu 47 buah. Sedangkan jumlah 
Posyandu tahun 2008 sebanyak 1,421, jumlah ini jauh peningkatannya 
dibanding tahun 2007 sebanyak 648 buah. 
d. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat 
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) merupakan cara 
mutakhir pemeliharaan kesehatan yang berkembang setelah sistem 
pembayaran tunai, asuransi ganti rugi dan asuransi dengan tagihan 
menghadapi banyak masalah. JPKM adalah suatu cara penyelenggaraan 
Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 55
pemeliharaan kesehatan kesehatan yang paripurna berdasarkan azas usaha 
bersama dan kekeluargaan, yang berkesinambungan dan dengan mutu yang 
terjamin serta pembiayaan yang dilaksanakan secara pra upaya. 
JPKM melibatkan 3 pelaku utama, yakni konsumen (peserta), badan 
penyelenggara (Bapel) dan Pelaksana Pemelihara Kesehatan (PPK). Untuk 
membina ketiga pelaku utama, dibentuk Badan Pembina JPKM baik 
ditingkat pusat, provinsi maupun kabupaten. Peserta membayar sejumlah 
iuran untuk pemeliharaan kesehatannya kepada Bapel yang kemudian 
mengontrak PPK dengan pembayaran pra upaya yang memberikan 
pelayanan kesehatan paripurna kepada peserta. Hubungan antara ketiganya 
dikukuhkan oleh ikatan kerjasama dan kesepakatan untuk menerapkan jaga 
mutu, pemantauan utilisasi pelayanan dan penanganan keluhan peserta. 
Berdasarkan laporan dari semua kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat, 
jumlah penduduk yang dijamin oleh berbagai Jaminan Pemeliharaan 
Kesehatan (termasuk maskin/JPKMM) sebanyak 433,170 orang (41.12%) dari 
total jumlah penduduk, dengan rincian sebagai berikut : 
1. Peserta Askes : 28,472 jiwa (2.70%) 
2. Peserta Kartu Miskin/Askeskin : 401,921 jiwa (38.16%) 
3. Peserta Jamsostek : - 
4. Peserta Sumber Lainnya : 4,781 jiwa (0.45%) 
II. Sarana Kesehatan Rujukan 
a. Cakupan Rawat Inap 
Cakupan rawat inap di sejumlah sarana kesehatan yang terdapat di 
Sulawesi Barat tahun 2008 sebesar 381,990 kunjungan. Jumlah kunjungan 
rawat inap terbesar di Kabupaten Polman yaitu di Puskesmas sebanyak 870 
kunjungan dan 371,420 kunjungan, sedangkan yang terrendah di Kabupaten 
Mamuju Utara sebanyak 212 kunjungan, inipun datanya dari Puskesmas 
dan dari Rumah Sakit tidak ada laporannya, selengkapnya dapat dilihat 
pada tabel 12. 
b. Cakupan Rawat Jalan 
Cakupan rawat jalan di sarana kesehatan di Provinsi Sulawesi Barat 
tahun 2008 sebanyak 781,228 kunjungan. Jumlah kunjungan rawat jalan 
terbanyak di Kabupaten Polewali Mandar sebanyak 178,155 kunjungan dan 
42,161 kunjungan masing-masing di Rumah Sakit dan Puskesmas. 
Sedangkan yang terendah di Kabupaten Majene sebanyak 21,554 kunjungan 
itupun dari data Puskesmas, dari rumah sakit tidak ada laporan. 
Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 56
Tabel 10. Jumlah Kunjungan Rawat Jalan dan Rawat Inap di Sulawesi Barat Tahun 2008 
NO KABUPATEN 
SARANA PELAYANAN 
KESEHATAN 
1 2 3 4 5 6 
1 
POLEWALI 
MANDAR 
Puskesmas 
RSUD Polman 
Sarana Yankes lainnya - - - 
2 
MAMASA 
Puskesmas 
Sarana Yankes lainnya - - - 
3 
MAMUJU UTARA 
Puskesmas 
Sarana Yankes lainnya - - - 
4 
MAJENE 
Puskesmas 
Sarana Yankes lainnya - - - 
5 
MAMUJU 
Puskesmas 
RSUD 
JUMLAH (KAB/KOTA) 781,228 381,990 799,895 
Sumber : Laporan Dinkes 5 Kabupaten 
c. Rumah Sakit 
JUMLAH KUNJUNGAN 
RAWAT 
JALAN 
RAWAT 
INAP 
JUMLAH 
178,155 
870 
179,025 
42,161 
371,420 
50,258 
52,655 
937 
53,592 
51,653 
212 
51,865 
21,554 
1,843 
23,397 
407,528 
1,303 
408,831 
27,522 
5,405 
32,927 
Pada tahun 2008 Rumah Sakit Umum di Provinsi Sulawesi Barat 
berjumlah 6 buah yang terdiri dari RSUD Mamuju, RSUD Majene, RSUD 
Polman dan RS TNI Polman, RSUD Mamuju Utara dan RSUD Mamasa. 
Indikator untuk mengukur kinerja rumah sakit terdiri atas : 
1. Bed Occupation Rate (BOR) 
Bed Occupation Rate adalah jumlah atau tingkat pemakaian tempat 
tidur. BOR yang ideal untuk suatu rumah sakit adalah antara 60% 
sampai 80%. Presentase rata-rata pemakaian tempat tidur RSUD dan RS-TNI 
di Provinsi Sulawsi Barat pada tahun 2008 adalah 62,4%. 
2. Average Length Of Stay (ALOS) 
Average Length Of Stay adalah rata-rata lama rawat seorang pasien 
dimana secara umum nilai ALOS yang ideal antara 6-9 hari. ALOS 
Rumah Sakit di Sulawesi Barat adalah 5 hari. 
3. Turn Of Interval (TOI) 
Turn of Interval adalah rata-rata hari tempat tidur tidak ditempati. 
Angka ideal untuk TOI adalah 1 – 3 hari. TOI untuk rumah sakit di 
Provinsi Sulawesi Barat adalah 3 hari. 
4. Net Death Rate (NDR) 
Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 57
Net Death Rate adalah angka kematian lebih atau sama dengan 48 jam. 
Nilai NDR yang dapat ditolerir adalah 25 per 1,000 penderita keluar. 
Nilai NDR rumah sakit yang ada di Sulawesi Barat pada tahun 2008 
adalah 12 per 1,000 penderita keluar. Dengan demikian nilai rumah sakit 
di Sulawesi Barat tahun 2008 tidak melebihi nilai NDR yang dapat 
ditolerir. 
5. Gross Death Rate (GDR) 
Gross Death Rate adalah angka kematian untuk tiap-tiap penderita 
keluar. Angka yang ditolerir maksimum 45. GDR rumah sakit di 
Provinsi Sulawesi Barat sebesar 43. 
Tabel 11. Indikator Pelayanan Rumah Sakit Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2008 
NO NAMA RUMAH SAKIT 
JENIS PELAYANAN 
UMUM/KHUSUS 
BOR LOS TOI GDR NDR 
1 2 3 4 5 6 7 8 
1 Polman 
RSU Polman Umum 87.2 5.1 0.7 45.8 11.9 
RS Khusus TNI-AD Umum dan Khusus 11.2 2.4 18.6 15.3 0.0 
2 Mamasa TIDAK ADA LAPORAN 
3 Matra 
RSUD Kab.Matra Umum dan Khusus 1.6 1.7 104.2 16.1 16.1 
4 Majene 
RSU MAJENE Umum dan Khusus 70.4 4.9 2.1 58.5 14.9 
5 Mamuju Interna,Bedah,Anak 
dan Kebidanan 46.6 3.8 4.4 30.3 12.2 
JUMLAH 62.4 4.6 2.8 43.2 12.4 
Sumber : Laporan Dinas Kesehatan 5 Kabupaten 
III. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak 
a. Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan 
Tenaga yang dapat memberikan pertolongan persalinan 
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tenaga profesional (dokter spesialis 
kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu bidan dan perawat bidan) 
dan dukun bayi (dukun terlatih dan tidak terlatih). Cakupan 
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan (profesional, tidak 
termasuk oleh dukun bayi meskipun terlatih dan didampingi oleh 
bidan) di Provinsi Sulawesi Barat pada tahun 2006 sebesar 68.64%. Dari 
19,111 jumlah ibu bersalin, ada sekitar 13,117 ibu bersalin tang ditolong 
oleh tenaga kesehatan. Tahun 2007 cakupan pertolongan persalinan oleh 
tenaga kesehatan meningkat dibanding pada tahun 2006 yaitu dari 
22,404 jumlah ibu bersalin terdapat 16,500 ibu bersalin yang ditolong 
oleh tenaga kesehatan atau sebesar 73.65%. Sedangkan ditahun 2008 
cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan turun dibanding 
Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 58
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU
SEHATBARU

More Related Content

What's hot

Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011Muh Saleh
 
MAKALAH kel 13
MAKALAH kel 13MAKALAH kel 13
MAKALAH kel 13andiar30
 
Profil kesehatan sulawesi barat tahun 2013
Profil kesehatan sulawesi barat tahun 2013Profil kesehatan sulawesi barat tahun 2013
Profil kesehatan sulawesi barat tahun 2013Muh Saleh
 
Profil kesehatan provinsi sulawesi Barat Tahun 2012
Profil kesehatan provinsi sulawesi Barat Tahun 2012Profil kesehatan provinsi sulawesi Barat Tahun 2012
Profil kesehatan provinsi sulawesi Barat Tahun 2012Muh Saleh
 
SKD 01 Perpres no. 72 tahun 2012 ttg Sistem Kesehatan Nasional
SKD 01 Perpres no. 72 tahun 2012 ttg Sistem Kesehatan NasionalSKD 01 Perpres no. 72 tahun 2012 ttg Sistem Kesehatan Nasional
SKD 01 Perpres no. 72 tahun 2012 ttg Sistem Kesehatan NasionalSuprijanto Rijadi
 
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2010
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2010Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2010
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2010Muh Saleh
 
Profil kesehatan-indonesia-2013
Profil kesehatan-indonesia-2013Profil kesehatan-indonesia-2013
Profil kesehatan-indonesia-2013Kamu Aku
 
Lampiran i pergub bansos
Lampiran i pergub bansosLampiran i pergub bansos
Lampiran i pergub bansosDhamy Manesi
 
33121043 makalah-pembiayaan-rs
33121043 makalah-pembiayaan-rs33121043 makalah-pembiayaan-rs
33121043 makalah-pembiayaan-rsSega Prirahmadan
 
Perpres no. 72 tahun 2012 ttg sistem kesehatan nasional
Perpres no. 72 tahun 2012 ttg sistem kesehatan nasionalPerpres no. 72 tahun 2012 ttg sistem kesehatan nasional
Perpres no. 72 tahun 2012 ttg sistem kesehatan nasionalSuprijanto Rijadi
 
Manstrapem bina upaya kesehatan final
Manstrapem bina upaya kesehatan finalManstrapem bina upaya kesehatan final
Manstrapem bina upaya kesehatan finalMulyadi Yusuf
 
Pmk no _4_th_2019_ttg_standar_teknis_pelayanan_dasar_pada_standar_pelayanan_m...
Pmk no _4_th_2019_ttg_standar_teknis_pelayanan_dasar_pada_standar_pelayanan_m...Pmk no _4_th_2019_ttg_standar_teknis_pelayanan_dasar_pada_standar_pelayanan_m...
Pmk no _4_th_2019_ttg_standar_teknis_pelayanan_dasar_pada_standar_pelayanan_m...Rendra GUnawan
 
Standar pelayanan Minimal Tahun 2018
Standar pelayanan Minimal Tahun 2018Standar pelayanan Minimal Tahun 2018
Standar pelayanan Minimal Tahun 2018Muh Saleh
 

What's hot (16)

Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011
 
MAKALAH kel 13
MAKALAH kel 13MAKALAH kel 13
MAKALAH kel 13
 
Profil kesehatan sulawesi barat tahun 2013
Profil kesehatan sulawesi barat tahun 2013Profil kesehatan sulawesi barat tahun 2013
Profil kesehatan sulawesi barat tahun 2013
 
Profil kesehatan provinsi sulawesi Barat Tahun 2012
Profil kesehatan provinsi sulawesi Barat Tahun 2012Profil kesehatan provinsi sulawesi Barat Tahun 2012
Profil kesehatan provinsi sulawesi Barat Tahun 2012
 
Buku pdbk
Buku pdbkBuku pdbk
Buku pdbk
 
SKD 01 Perpres no. 72 tahun 2012 ttg Sistem Kesehatan Nasional
SKD 01 Perpres no. 72 tahun 2012 ttg Sistem Kesehatan NasionalSKD 01 Perpres no. 72 tahun 2012 ttg Sistem Kesehatan Nasional
SKD 01 Perpres no. 72 tahun 2012 ttg Sistem Kesehatan Nasional
 
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2010
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2010Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2010
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2010
 
Bab i dan ii
Bab i dan iiBab i dan ii
Bab i dan ii
 
Profil kesehatan-indonesia-2013
Profil kesehatan-indonesia-2013Profil kesehatan-indonesia-2013
Profil kesehatan-indonesia-2013
 
Lampiran i pergub bansos
Lampiran i pergub bansosLampiran i pergub bansos
Lampiran i pergub bansos
 
33121043 makalah-pembiayaan-rs
33121043 makalah-pembiayaan-rs33121043 makalah-pembiayaan-rs
33121043 makalah-pembiayaan-rs
 
Perpres no. 72 tahun 2012 ttg sistem kesehatan nasional
Perpres no. 72 tahun 2012 ttg sistem kesehatan nasionalPerpres no. 72 tahun 2012 ttg sistem kesehatan nasional
Perpres no. 72 tahun 2012 ttg sistem kesehatan nasional
 
Manstrapem bina upaya kesehatan final
Manstrapem bina upaya kesehatan finalManstrapem bina upaya kesehatan final
Manstrapem bina upaya kesehatan final
 
Pmk no _4_th_2019_ttg_standar_teknis_pelayanan_dasar_pada_standar_pelayanan_m...
Pmk no _4_th_2019_ttg_standar_teknis_pelayanan_dasar_pada_standar_pelayanan_m...Pmk no _4_th_2019_ttg_standar_teknis_pelayanan_dasar_pada_standar_pelayanan_m...
Pmk no _4_th_2019_ttg_standar_teknis_pelayanan_dasar_pada_standar_pelayanan_m...
 
Standar pelayanan Minimal Tahun 2018
Standar pelayanan Minimal Tahun 2018Standar pelayanan Minimal Tahun 2018
Standar pelayanan Minimal Tahun 2018
 
Puskesmas kelompok
Puskesmas kelompokPuskesmas kelompok
Puskesmas kelompok
 

Viewers also liked

AKUNTABILITAS KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2012
AKUNTABILITAS KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2012AKUNTABILITAS KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2012
AKUNTABILITAS KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2012Muh Saleh
 
Profil Kependudukan Papua Tahun 2014
Profil Kependudukan Papua Tahun 2014Profil Kependudukan Papua Tahun 2014
Profil Kependudukan Papua Tahun 2014daldukpapua
 
Profil pppl2012
Profil pppl2012Profil pppl2012
Profil pppl2012Ditjen P2P
 
Profil data kesehatan_indonesia_tahun_2011
Profil data kesehatan_indonesia_tahun_2011Profil data kesehatan_indonesia_tahun_2011
Profil data kesehatan_indonesia_tahun_2011afshandewanti
 
RAD Pangan dan Gizi Provinsi Sulawesi Barat 2015 - 2019
RAD Pangan dan Gizi Provinsi Sulawesi Barat 2015 - 2019RAD Pangan dan Gizi Provinsi Sulawesi Barat 2015 - 2019
RAD Pangan dan Gizi Provinsi Sulawesi Barat 2015 - 2019Muh Saleh
 
5.surveilans malaria
5.surveilans malaria5.surveilans malaria
5.surveilans malariaJoni Iswanto
 
Profil Kependudukan Papua Tahun 2015
Profil Kependudukan Papua Tahun 2015Profil Kependudukan Papua Tahun 2015
Profil Kependudukan Papua Tahun 2015daldukpapua
 

Viewers also liked (9)

AKUNTABILITAS KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2012
AKUNTABILITAS KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2012AKUNTABILITAS KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2012
AKUNTABILITAS KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2012
 
Ipm aceh timur 2012
Ipm aceh timur 2012Ipm aceh timur 2012
Ipm aceh timur 2012
 
Profil Kependudukan Papua Tahun 2014
Profil Kependudukan Papua Tahun 2014Profil Kependudukan Papua Tahun 2014
Profil Kependudukan Papua Tahun 2014
 
Profil pppl2012
Profil pppl2012Profil pppl2012
Profil pppl2012
 
Profil data kesehatan_indonesia_tahun_2011
Profil data kesehatan_indonesia_tahun_2011Profil data kesehatan_indonesia_tahun_2011
Profil data kesehatan_indonesia_tahun_2011
 
Modul mek. fluida
Modul mek. fluidaModul mek. fluida
Modul mek. fluida
 
RAD Pangan dan Gizi Provinsi Sulawesi Barat 2015 - 2019
RAD Pangan dan Gizi Provinsi Sulawesi Barat 2015 - 2019RAD Pangan dan Gizi Provinsi Sulawesi Barat 2015 - 2019
RAD Pangan dan Gizi Provinsi Sulawesi Barat 2015 - 2019
 
5.surveilans malaria
5.surveilans malaria5.surveilans malaria
5.surveilans malaria
 
Profil Kependudukan Papua Tahun 2015
Profil Kependudukan Papua Tahun 2015Profil Kependudukan Papua Tahun 2015
Profil Kependudukan Papua Tahun 2015
 

Similar to SEHATBARU

LAPORAN PROMKES 2022.doc
LAPORAN PROMKES 2022.docLAPORAN PROMKES 2022.doc
LAPORAN PROMKES 2022.docAulia TAn
 
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009Muh Saleh
 
14 profil kes.prov.di_yogyakarta_2012
14 profil kes.prov.di_yogyakarta_201214 profil kes.prov.di_yogyakarta_2012
14 profil kes.prov.di_yogyakarta_2012Uki Basuki
 
Kel. 13 upt puskesmas sukabumi (1)
Kel. 13 upt puskesmas sukabumi (1)Kel. 13 upt puskesmas sukabumi (1)
Kel. 13 upt puskesmas sukabumi (1)wulanda732
 
Kel. 13 upt puskesmas sukabumi
Kel. 13 upt puskesmas sukabumiKel. 13 upt puskesmas sukabumi
Kel. 13 upt puskesmas sukabumiwulanda732
 
Kel. 13 upt puskesmas sukabumi
Kel. 13 upt puskesmas sukabumiKel. 13 upt puskesmas sukabumi
Kel. 13 upt puskesmas sukabumianigayatri9
 
Kel. 13 upt puskesmas sukabumi
Kel. 13 upt puskesmas sukabumiKel. 13 upt puskesmas sukabumi
Kel. 13 upt puskesmas sukabumiChintyaap12
 
LAPORAN PROFIL 2021.docx
LAPORAN PROFIL 2021.docxLAPORAN PROFIL 2021.docx
LAPORAN PROFIL 2021.docxAriRoscita
 
Kebijakan pembangunan-infrastruktur-provinsi-jawa-timur
Kebijakan pembangunan-infrastruktur-provinsi-jawa-timurKebijakan pembangunan-infrastruktur-provinsi-jawa-timur
Kebijakan pembangunan-infrastruktur-provinsi-jawa-timurAdi T Wibowo
 
Permohonan Data Capaian Kinerja DBH CHT.pdf
Permohonan Data Capaian Kinerja DBH CHT.pdfPermohonan Data Capaian Kinerja DBH CHT.pdf
Permohonan Data Capaian Kinerja DBH CHT.pdfNingVi
 
Bahan kleideskop dinas kesehatan edisi 1
Bahan kleideskop dinas kesehatan   edisi 1  Bahan kleideskop dinas kesehatan   edisi 1
Bahan kleideskop dinas kesehatan edisi 1 indrasutanmudo
 
1251258929 pedoman kepulauan
1251258929 pedoman kepulauan1251258929 pedoman kepulauan
1251258929 pedoman kepulauanyuni dwi lestari
 
Profil Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Provinsi Nusa Tenggara Timur - 2012
Profil Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Provinsi Nusa Tenggara Timur - 2012Profil Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Provinsi Nusa Tenggara Timur - 2012
Profil Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Provinsi Nusa Tenggara Timur - 2012Reza Hendrawan
 
Kak posyandu lansia 2019
Kak posyandu lansia 2019Kak posyandu lansia 2019
Kak posyandu lansia 2019ainunchairat
 
Kak posyandu lansia 2019
Kak posyandu lansia 2019Kak posyandu lansia 2019
Kak posyandu lansia 2019ainunchairat
 
Peran dan fungsi tp uks provinsi
Peran dan fungsi tp uks provinsi Peran dan fungsi tp uks provinsi
Peran dan fungsi tp uks provinsi makmur Idrus
 
Profil Kesehatan Kabupaten Polewali Mandar 2015
Profil Kesehatan Kabupaten Polewali Mandar 2015Profil Kesehatan Kabupaten Polewali Mandar 2015
Profil Kesehatan Kabupaten Polewali Mandar 2015Muh Saleh
 
Buletin perdesaan-sehat-2-perdesaansehat-com
Buletin perdesaan-sehat-2-perdesaansehat-comBuletin perdesaan-sehat-2-perdesaansehat-com
Buletin perdesaan-sehat-2-perdesaansehat-comLalu Suhaedi
 

Similar to SEHATBARU (20)

LAPORAN PROMKES 2022.doc
LAPORAN PROMKES 2022.docLAPORAN PROMKES 2022.doc
LAPORAN PROMKES 2022.doc
 
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2009
 
14 profil kes.prov.di_yogyakarta_2012
14 profil kes.prov.di_yogyakarta_201214 profil kes.prov.di_yogyakarta_2012
14 profil kes.prov.di_yogyakarta_2012
 
Kel. 13 upt puskesmas sukabumi (1)
Kel. 13 upt puskesmas sukabumi (1)Kel. 13 upt puskesmas sukabumi (1)
Kel. 13 upt puskesmas sukabumi (1)
 
Kel. 13 upt puskesmas sukabumi
Kel. 13 upt puskesmas sukabumiKel. 13 upt puskesmas sukabumi
Kel. 13 upt puskesmas sukabumi
 
Kel. 13 upt puskesmas sukabumi
Kel. 13 upt puskesmas sukabumiKel. 13 upt puskesmas sukabumi
Kel. 13 upt puskesmas sukabumi
 
Kel. 13 upt puskesmas sukabumi
Kel. 13 upt puskesmas sukabumiKel. 13 upt puskesmas sukabumi
Kel. 13 upt puskesmas sukabumi
 
LAPORAN PROFIL 2021.docx
LAPORAN PROFIL 2021.docxLAPORAN PROFIL 2021.docx
LAPORAN PROFIL 2021.docx
 
Kebijakan pembangunan-infrastruktur-provinsi-jawa-timur
Kebijakan pembangunan-infrastruktur-provinsi-jawa-timurKebijakan pembangunan-infrastruktur-provinsi-jawa-timur
Kebijakan pembangunan-infrastruktur-provinsi-jawa-timur
 
Permohonan Data Capaian Kinerja DBH CHT.pdf
Permohonan Data Capaian Kinerja DBH CHT.pdfPermohonan Data Capaian Kinerja DBH CHT.pdf
Permohonan Data Capaian Kinerja DBH CHT.pdf
 
28 prov sultra_2013
28 prov sultra_201328 prov sultra_2013
28 prov sultra_2013
 
Bahan kleideskop dinas kesehatan edisi 1
Bahan kleideskop dinas kesehatan   edisi 1  Bahan kleideskop dinas kesehatan   edisi 1
Bahan kleideskop dinas kesehatan edisi 1
 
1251258929 pedoman kepulauan
1251258929 pedoman kepulauan1251258929 pedoman kepulauan
1251258929 pedoman kepulauan
 
Profil Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Provinsi Nusa Tenggara Timur - 2012
Profil Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Provinsi Nusa Tenggara Timur - 2012Profil Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Provinsi Nusa Tenggara Timur - 2012
Profil Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Provinsi Nusa Tenggara Timur - 2012
 
Kak posyandu lansia 2019
Kak posyandu lansia 2019Kak posyandu lansia 2019
Kak posyandu lansia 2019
 
Kak posyandu lansia 2019
Kak posyandu lansia 2019Kak posyandu lansia 2019
Kak posyandu lansia 2019
 
Peran dan fungsi tp uks provinsi
Peran dan fungsi tp uks provinsi Peran dan fungsi tp uks provinsi
Peran dan fungsi tp uks provinsi
 
Desa siaga book
Desa siaga bookDesa siaga book
Desa siaga book
 
Profil Kesehatan Kabupaten Polewali Mandar 2015
Profil Kesehatan Kabupaten Polewali Mandar 2015Profil Kesehatan Kabupaten Polewali Mandar 2015
Profil Kesehatan Kabupaten Polewali Mandar 2015
 
Buletin perdesaan-sehat-2-perdesaansehat-com
Buletin perdesaan-sehat-2-perdesaansehat-comBuletin perdesaan-sehat-2-perdesaansehat-com
Buletin perdesaan-sehat-2-perdesaansehat-com
 

More from Muh Saleh

Buku Panduan Aplikasi eKinerja
Buku Panduan Aplikasi eKinerjaBuku Panduan Aplikasi eKinerja
Buku Panduan Aplikasi eKinerjaMuh Saleh
 
RKPD Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2024.pdf
RKPD Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2024.pdfRKPD Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2024.pdf
RKPD Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2024.pdfMuh Saleh
 
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 2023 - 2026
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 2023 - 2026Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 2023 - 2026
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 2023 - 2026Muh Saleh
 
Evaluasi Capaian Program TBC Januari - Desember 2023.pptx
Evaluasi Capaian Program TBC Januari - Desember 2023.pptxEvaluasi Capaian Program TBC Januari - Desember 2023.pptx
Evaluasi Capaian Program TBC Januari - Desember 2023.pptxMuh Saleh
 
Update Revisi Permenkes SPM Kesehatan No 4 Tahun 2019
Update Revisi Permenkes SPM Kesehatan No 4 Tahun 2019Update Revisi Permenkes SPM Kesehatan No 4 Tahun 2019
Update Revisi Permenkes SPM Kesehatan No 4 Tahun 2019Muh Saleh
 
Kompetensi Kader Posyandu 2023
Kompetensi Kader Posyandu 2023Kompetensi Kader Posyandu 2023
Kompetensi Kader Posyandu 2023Muh Saleh
 
RPJPD Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2005 - 2025
RPJPD Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2005 - 2025RPJPD Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2005 - 2025
RPJPD Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2005 - 2025Muh Saleh
 
LKJIP Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2022.pdf
LKJIP Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2022.pdfLKJIP Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2022.pdf
LKJIP Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2022.pdfMuh Saleh
 
Keseragaman Data SIM Puskesmas Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan No 01.07-m...
Keseragaman Data SIM Puskesmas  Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan No 01.07-m...Keseragaman Data SIM Puskesmas  Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan No 01.07-m...
Keseragaman Data SIM Puskesmas Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan No 01.07-m...Muh Saleh
 
Permenkes No 24 Tahun 2022 tentang Rekam Medis.pdf
Permenkes No 24 Tahun 2022 tentang Rekam Medis.pdfPermenkes No 24 Tahun 2022 tentang Rekam Medis.pdf
Permenkes No 24 Tahun 2022 tentang Rekam Medis.pdfMuh Saleh
 
Cetak Biru Strategi Transformasi Digital Kesehatan 2024.pdf
Cetak Biru Strategi Transformasi Digital Kesehatan 2024.pdfCetak Biru Strategi Transformasi Digital Kesehatan 2024.pdf
Cetak Biru Strategi Transformasi Digital Kesehatan 2024.pdfMuh Saleh
 
Transformasi Sistem Kesehatan Indonesia V36.pdf
Transformasi Sistem Kesehatan Indonesia V36.pdfTransformasi Sistem Kesehatan Indonesia V36.pdf
Transformasi Sistem Kesehatan Indonesia V36.pdfMuh Saleh
 
Permenkes Nomor 13 Tahun 2022.pdf
Permenkes Nomor 13 Tahun 2022.pdfPermenkes Nomor 13 Tahun 2022.pdf
Permenkes Nomor 13 Tahun 2022.pdfMuh Saleh
 
STANDAR TEKNIS SPM PUPR Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru...
STANDAR TEKNIS SPM PUPR Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru...STANDAR TEKNIS SPM PUPR Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru...
STANDAR TEKNIS SPM PUPR Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru...Muh Saleh
 
Materi Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah dan Launching Permendagr...
Materi Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah  dan   Launching  Permendagr...Materi Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah  dan   Launching  Permendagr...
Materi Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah dan Launching Permendagr...Muh Saleh
 
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2021 tentang Penerapan Standar ...
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2021 tentang Penerapan Standar ...Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2021 tentang Penerapan Standar ...
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2021 tentang Penerapan Standar ...Muh Saleh
 
Hasil Survey Status Gizi Indonesia Tahun 2021 tingkat Kabupaten Kota
Hasil Survey Status Gizi Indonesia Tahun 2021 tingkat Kabupaten KotaHasil Survey Status Gizi Indonesia Tahun 2021 tingkat Kabupaten Kota
Hasil Survey Status Gizi Indonesia Tahun 2021 tingkat Kabupaten KotaMuh Saleh
 
Permenkes nomor 4 tahun 2019
Permenkes nomor 4 tahun 2019Permenkes nomor 4 tahun 2019
Permenkes nomor 4 tahun 2019Muh Saleh
 
Indeks Keluarga Sehat (IKS) Kabupaten Polewali Mandar
Indeks Keluarga Sehat (IKS) Kabupaten Polewali MandarIndeks Keluarga Sehat (IKS) Kabupaten Polewali Mandar
Indeks Keluarga Sehat (IKS) Kabupaten Polewali MandarMuh Saleh
 
Indeks Keluarga Sehat (IKS) Kabupaten Mamuju Tengah
Indeks Keluarga Sehat (IKS) Kabupaten Mamuju TengahIndeks Keluarga Sehat (IKS) Kabupaten Mamuju Tengah
Indeks Keluarga Sehat (IKS) Kabupaten Mamuju TengahMuh Saleh
 

More from Muh Saleh (20)

Buku Panduan Aplikasi eKinerja
Buku Panduan Aplikasi eKinerjaBuku Panduan Aplikasi eKinerja
Buku Panduan Aplikasi eKinerja
 
RKPD Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2024.pdf
RKPD Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2024.pdfRKPD Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2024.pdf
RKPD Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2024.pdf
 
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 2023 - 2026
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 2023 - 2026Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 2023 - 2026
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 2023 - 2026
 
Evaluasi Capaian Program TBC Januari - Desember 2023.pptx
Evaluasi Capaian Program TBC Januari - Desember 2023.pptxEvaluasi Capaian Program TBC Januari - Desember 2023.pptx
Evaluasi Capaian Program TBC Januari - Desember 2023.pptx
 
Update Revisi Permenkes SPM Kesehatan No 4 Tahun 2019
Update Revisi Permenkes SPM Kesehatan No 4 Tahun 2019Update Revisi Permenkes SPM Kesehatan No 4 Tahun 2019
Update Revisi Permenkes SPM Kesehatan No 4 Tahun 2019
 
Kompetensi Kader Posyandu 2023
Kompetensi Kader Posyandu 2023Kompetensi Kader Posyandu 2023
Kompetensi Kader Posyandu 2023
 
RPJPD Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2005 - 2025
RPJPD Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2005 - 2025RPJPD Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2005 - 2025
RPJPD Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2005 - 2025
 
LKJIP Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2022.pdf
LKJIP Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2022.pdfLKJIP Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2022.pdf
LKJIP Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2022.pdf
 
Keseragaman Data SIM Puskesmas Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan No 01.07-m...
Keseragaman Data SIM Puskesmas  Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan No 01.07-m...Keseragaman Data SIM Puskesmas  Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan No 01.07-m...
Keseragaman Data SIM Puskesmas Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan No 01.07-m...
 
Permenkes No 24 Tahun 2022 tentang Rekam Medis.pdf
Permenkes No 24 Tahun 2022 tentang Rekam Medis.pdfPermenkes No 24 Tahun 2022 tentang Rekam Medis.pdf
Permenkes No 24 Tahun 2022 tentang Rekam Medis.pdf
 
Cetak Biru Strategi Transformasi Digital Kesehatan 2024.pdf
Cetak Biru Strategi Transformasi Digital Kesehatan 2024.pdfCetak Biru Strategi Transformasi Digital Kesehatan 2024.pdf
Cetak Biru Strategi Transformasi Digital Kesehatan 2024.pdf
 
Transformasi Sistem Kesehatan Indonesia V36.pdf
Transformasi Sistem Kesehatan Indonesia V36.pdfTransformasi Sistem Kesehatan Indonesia V36.pdf
Transformasi Sistem Kesehatan Indonesia V36.pdf
 
Permenkes Nomor 13 Tahun 2022.pdf
Permenkes Nomor 13 Tahun 2022.pdfPermenkes Nomor 13 Tahun 2022.pdf
Permenkes Nomor 13 Tahun 2022.pdf
 
STANDAR TEKNIS SPM PUPR Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru...
STANDAR TEKNIS SPM PUPR Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru...STANDAR TEKNIS SPM PUPR Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru...
STANDAR TEKNIS SPM PUPR Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru...
 
Materi Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah dan Launching Permendagr...
Materi Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah  dan   Launching  Permendagr...Materi Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah  dan   Launching  Permendagr...
Materi Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah dan Launching Permendagr...
 
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2021 tentang Penerapan Standar ...
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2021 tentang Penerapan Standar ...Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2021 tentang Penerapan Standar ...
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2021 tentang Penerapan Standar ...
 
Hasil Survey Status Gizi Indonesia Tahun 2021 tingkat Kabupaten Kota
Hasil Survey Status Gizi Indonesia Tahun 2021 tingkat Kabupaten KotaHasil Survey Status Gizi Indonesia Tahun 2021 tingkat Kabupaten Kota
Hasil Survey Status Gizi Indonesia Tahun 2021 tingkat Kabupaten Kota
 
Permenkes nomor 4 tahun 2019
Permenkes nomor 4 tahun 2019Permenkes nomor 4 tahun 2019
Permenkes nomor 4 tahun 2019
 
Indeks Keluarga Sehat (IKS) Kabupaten Polewali Mandar
Indeks Keluarga Sehat (IKS) Kabupaten Polewali MandarIndeks Keluarga Sehat (IKS) Kabupaten Polewali Mandar
Indeks Keluarga Sehat (IKS) Kabupaten Polewali Mandar
 
Indeks Keluarga Sehat (IKS) Kabupaten Mamuju Tengah
Indeks Keluarga Sehat (IKS) Kabupaten Mamuju TengahIndeks Keluarga Sehat (IKS) Kabupaten Mamuju Tengah
Indeks Keluarga Sehat (IKS) Kabupaten Mamuju Tengah
 

SEHATBARU

  • 1. PROFIL KESEHATAN PROVINSI SULAWESI BARAT TAHUN 2008 DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI BARAT TAHUN 2013
  • 2. Diterbitkan oleh : Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Jalan Kurungan Bassi No. 19 Mamuju Telpon : 0426-21027 Fax 0426-22579 Website : dinkes.sulbarprov.go.id Email : dinkessulbar@gmail.com; Facebook : Portal Dinkes Sulbar
  • 3. TIM PENYUSUN Pengarah Dr.H.Achmad Azis, M.Kes Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Ketua Wahyuddin, SE, M.Kes Sekretaris Syamsyucri, A.Md.KL Anggota Rosmianti, SKM Drg. St. Rahmin Rauf A. Erieka Novianti, SKM, M.Kes Wa Ode Nuraisyah, S.Kep Yulianus Dupa Budi S.Farm Irham Ibrahim, A.Md.KL Faisal, ST
  • 4. ` KATA SAMBUTAN Saya menyambut gembira dengan terbitnya “Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Edisi Tahun 2010. Meskipun berat dan banyak tantangan di dalam proses pengumpulan data untuk mengisi profil kesehatan ini, akhirnya bagian data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat berhasil menghimpun data dan menyusunnya menjadi Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Edisi Tahun 2009. Sebagai provinsi termuda, Sulawesi Barat dalam rangka mewujudkan cita-cita perjuangan pembentukan provinsi dibutuhkan akselarasi pembangunan di segala bidang khususnya pembangunan yang bersentuhan langsung dengan kehidupan rakyat seperti di sektor kesehatan guna mengejar ketertinggalan dan menciptakan kesejahteraan dan kesetaraan. Untuk melaksanakan program pembangunan yang telah dicanangkan RPJMD 2006-2011, tentunya dibutuhkan kerjasama dan koordinasi yang integral disemua bidang pembangunan serta ketersediaan data dan informasi kesehatan di 5 kabupaten yang akurat, komprehensif serta bisa diakses dengan cepat dan dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak, baik dikalangan aparatur pemerintah maupun masyarakat pada umumnya, terkhusus bagi perencana, pelaksana dan pengawas pembangunan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka buku Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Edisi tahun 2009 yang diterbitkan oleh bagian data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, patut dihargai dan mendapatkan apresiasi guna memenuhi kebutuhan informasi dan ekspose kesehatan dan permasalahannya di 5 kabupaten. Semoga buku ini yang memuat data dan informasi kesehatan dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya dan kedepan, mutunya dapat lebih ditingkatkan lagi. Mamuju, Mei 2010 Gubernur Sulawesi Barat H. ANWAR ADNAN SALEH
  • 5. LAMBANG DAERAH PROVINSI SULAWESI BARAT Symbol of Sulawesi Barat Province MELLETE DIATONGANAN VISI : “Terwujudnya kehidupan masyarakat Sulawesi Barat yang produktif dan terpenuhi hak-hak dasarnya secara merata” MISI : “Meningkatkan derajat kehidupan yang layak bagi masyarakat Sulawesi Barat, serta meningkatkan kesetaraan dengan provinsi lainnya”
  • 6. BAB I PENDAHULUAN Introduction isi Pembangunan Kesehatan yaitu Indonesia Sehat 2010 menggambarkan bahwa pada tahun 2010 bangsa Indonesia hidup V dalam lingkungan yang sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat, serta mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata sehingga memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan adalah salah satu sektor pembangunan daerah yang sangat penting, mengingat dalam Indikator Pembangunan Manusia (IPM) kesehatan merupakan faktor penunjang yang sangat vital didalam kemampuan kualitas manusianya. Dalam konsep pembangunan di Provinsi Sulawesi Barat yang terdiri dari 4 Strong Point yaitu : 1. Pengentasan kemiskinan, 2. Peningkatan Aksesibilitas Pendidikan dan Kesehatan, 3. Revitalisasi Pertanian, 4.Pembangunan Infrastruktur, pembangunan kesehatan masuk dalam program utama mengingat kondisi kesehatan masyarakat khususnya di Sulawesi Barat yang perlu mendapat prioritas. Untuk mengetahui pembangunan kesehatan yang dilaksanakan, maka diperlukan adanya sistem yang dikembangkan untuk mengetahui tolak ukur dalam menilai sejauh mana pembangunan kesehatan. Sistem informasi kesehatan melalui beberapa kegiatan pengumpulan data baik yang secara primer maupun secara sekunder dilapangan adalah sistem yang tepat untuk mengevaluasi sekaligus mengukur sejauh mana keberhasilan pembangunan kesehatan yang telah dilaksanakan dan sebagai bahan untuk membuat perencanaan program kegiatan kesehatan ditahun berikutnya. Profil Kesehatan Provinsi bertujuan untuk mengumpulkan data, memonitoring, dan mengolah data yang selanjutnya sebagai bahan evaluasi untuk mengetahui sampai sejauh mana pencapaian program kesehatan. Selain itu profil provinsi juga merupakan input yang penting bagi penyusunan profil kesehatan ditingkat nasional untuk penyusunan profil kesehatan nasional. Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 1
  • 7. Profil kesehatan merupakan gambaran kesehatan di Provinsi selama periode tahun 2008 melalui pengumpulan, pengolahan, analisis serta publikasi data. Berbagai program yang dilaksanakan seperti promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif dalam bentuk kegiatan Peningkatan KIA, Pencegahan penyakit, Perbaikan status Gizi, Penyediaan dan pengawasan kualitas Air Bersih serta TTU , TPM , kegiatan penyuluhan serta kegiatan kesehatan lainnya. Untuk menilai hasil kegiatan tersebut mengukur dengan menggunakan Indikator Angka kematian bayi, balita, Ibu dan Kesakitan serta Hasil cakupan Program selama setahun. Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 2
  • 8. BAB II GAMBARAN UMUM General Perspektif A. Keadaan Geografi /Geographical condition 1. Letak dan Luas rovinsi Sulawesi Barat yang beribukota di Mamuju terletak antara 00 12’- 30 38’00’’ Lintang Selatan/South Latitude dan 1180 43’15’’ - 1190 54’3’’ P Bujur Timur/East Longitude, Provinsi Sulawesi Barat wilayahnya berbatasan dengan :  Sebelah Utara/in the Northern side by : Sulawesi Tengah  Sebelah Timur/ in the Eastern side by : Sulawesi Selatan  Sebelah Barat/ in the Western side by : Selat Makassar  Sebelah Selatan/ in the Southern side by : Sulawesi Selatan Luas wilayah Provinsi Sulawesi Barat tercatat 810,405 Km2 yang meliputi 5 (lima) Kabupaten, dimana Kabupaten Polewali Mandar dengan luas wilayah 2,022 Km2, Kabupaten Mamasa dengan luas wilayah 2,985 Km2, Kabupaten Mamuju Utara dengan luas wilayah 3,044 Km2, Kabupaten Majene 948 Km2, dan Kabupaten Mamuju 8,222 Km2. Kabupaten Mamuju adalah kabupaten terluas. Luas kabupaten tersebut 48% dari seluruh wilayah Provinsi Sulawesi Barat. Sementara kabupaten Majene adalah Kabupaten terkecil dengan luas wilayah 948 Km2. Grafik 1. Sumber : BPS Kabupaten Faktor yang paling berpengaruh terhadap pelayanan kesehatan adalah masih banyaknya daerah yang sulit dijangkau yang disebabkan oleh medan yang berat karena melalui sungai, pulau terpencil yang harus ditempuh 2-3 hari dan ada juga daerah pegunungan yang harus dilewati dengan kuda. Disamping itu masih ada sekelompok masyarakat yang sukar berinteraksi dengan dunia Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 3
  • 9. luar dan menutup diri dari perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan termasuk intervensi pelayanan kesehatan ke daerah mereka seperti pelayanan imunisasi, pentingnya hidup bersih dan sehat, pemeriksaan ibu hamil, bayi dan balita dan pelayanan kesehatan lainnya. 2. Tofografi Wilayah Provinsi Sulawesi Barat terdiri atas dataran tinggi dan rendah. Di Sulawesi Barat terdapat 193 buah gunung dan yang tertinggi adalah Gunung Ganda Dewata dengan ketinggian 3.037 meter diatas permukaan laut. Gunung ini berdiri tegak di Kabupaten Mamuju. Umumnya ditiap Kabupaten memiliki beberapa perbukitan dan pegunungan yang berpotensi dijadikan cadangan untuk ekosistem guna mendukung pembangunan berwawasan lingkungan, juga memiliki garis pantai yang merupakan daerah dataran rendah yang berpotensi untuk pengembangan pertanian, perkebunan dan perikanan darat dan laut seperti di Kabupaten Mamuju, Kabupaten Polewali Mandar dan Kabupaten Majene. Jumlah sungai yang mengalir di Wilayah Sulawesi Barat tercatat sekitar 8 aliran sungai, dengan jumlah aliran yang terbesar di Kabupaten polewali Mandar, yakni 5 aliran sungai. Sungai terpanjang tercatat ada dua yaitu sungai yakni Sungai Saddang yang mengalir meliputi Kabupaten Tana Toraja, Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 4
  • 10. Enrekang, Pinrang dan polewali Mandar serta Sungai Karama di Kabupaten Mamuju. Panjang kedua sungai tersebut masing-masing 150 km. B. Iklim/Climate Suhu udara di suatu tempat antara lain ditentukan oleh tinggi rendahnya tempat tersebut dari permukaan air laut dan jaraknya dari pantai. Pada tahun 2008 suhu udara maksimum terjadi di Stasiun Meteorologi Kabupaten Majene, yaitu sebesar 34,2°C , sedangkan suhu udara minimum yaitu sebesar 22,4°C. Provinsi Sulawesi Barat mempunyai kelembaban udara relative tinggi, dimana pada tahun 2008 rata-rata berkisar antara 76,5 persen sampai 82,8 persen. Sedangkan kecepatan angin hampir diseluruh wilayah kabupaten di Sulawesi Barat umumnya merata setiap bulannya, yaitu berkisar 5 km/jam hingga 14 km/jam. Data suhu minimum dan maksimum serta posisi Stasiun Pengamatan, arah dan kecepatan angin serta kelembaban udara selengkapnya disajikan pada tabel berikut ini : Tabel 1. Rata-rata Temperatur, Kelembaban Nisbi dan Rata-rata Penyinaran Matahari tahun 2008 Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 5
  • 11. Tabel 2. Rata-rata Kecepatan Angin dan Arah Angin Tahun 2008 Dengan Kelembaban udara yang relative tinggi dan adanya 2 musim yaitu musim hujan dan musim kemarau menjadikan daerah ini masih sering terjadi penyakit-penyakit yang berbasis lingkungan seperti DBD, Malaria, TBC, ISPA, diare dan peyakit lainnya. C. Pemerintahan/Government Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat menaungi 5 daerah tingkat II dengan wilayah berstatus Kabupaten. Dari 5 Kabupaten tersebut, didalamnya terdapat 66 wilayah kecamatan dan 602 desa/kelurahan pada tahun 2008. Kabupaten yang paling banyak kecamatan adalah Kabupaten Mamuju dengan 15 kecamatan, sedangkan Kabupaten yang mempunyai jumlah kecamatan paling sedikit adalah Kabupaten Majene yang hanya hanya memiliki 8 kecamatan. Kabupaten Mamuju adalah ibu kota Provinsi Sulawesi Barat. Diantara Kabupaten, yang paling jauh jaraknya dari Ibu Kota Provinsi adalah Kabupaten Mamuju Utara dengan jarak 276 Km dan yang terdekat adalah Kabupaten Majene dengan jarak 143 Km. Lebih lengkapnya Jarak antara Kabupaten ke Provinsi dan Jarak antar Kabupaten dapat dilihat pada tabel 4 dan tabel 5. Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 6
  • 12. Tabel 3. NAMA IBUKOTA DAN JARAK KE IBOKOTA PROVINSI No. KABUPATEN NAMA IBUKOTA KABUPATEN JARAK KE IBUKOTA PROVINSI (km) 1 POLMAN Polewali 199 2 MAMASA Mamasa 292 3 MAMUJU UTARA Pasangkayu 276 4 MAJENE Majene 143 5 MAMUJU Mamuju 0 Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Barat Tabel 4. JARAK ANTAR KABUPATEN DI PROVINSI SULAWESI BARAT (km) POLMAN MAMASA MATRA MAJENE MAMUJU POLMAN 0 93 475 56 199 MAMASA 93 0 568 149 292 MATRA 475 568 0 419 276 MAJENE 56 149 419 0 143 MAMUJU 199 292 276 143 0 Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Barat D. Kependudukan/Population a. Pertumbuhan Penduduk/Population Growth Pertumbuhan penduduk terus meningkat setiap tahunnya di mana Pertumbuhan Alami penduduk umumnya dipengaruhi oleh dua faktor yakni natural increase yaitu jumlah kelahiran dan kematian serta net increase di mana di dalamnya termasuk juga migrasi masuk dan keluar. Tingginya angka kelahiran dan migrasi masuk dibandingkan dengan kematian serta migrasi keluar menjadi penyebab terjadinya peningkatan jumlah penduduk. Penduduk merupakan objek sekaligus subjek dalam proses pembangunan itu sendiri. Penduduk tidak saja menjadi sasaran tetapi juga menjadi pelaksana dari pembangunan. Dengan demikian pemahaman akan dinamika kependudukan yang meliputi jumlah, komposisi dan distribusi penduduk menjadi suatu hal yang penting untuk diketahui sebagai data dasar Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 7
  • 13. pada tahapan perencanaan pembangunan termasuk pembangunan bidang kesehatan. Pada tahun 2008, perkiraan jumlah penduduk Provinsi Sulawesi Barat sebesar 1.053.307 jiwa yang tersebar di 5 Kabupaten dengan perkiraan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,8 % (sumber BPS Provinsi Sulbar). Penduduk ini terdiri dari 529.353 jiwa (50,26 persen) laki-laki dan 523.954 jiwa (49,75 persen) perempuan. Dengan demikian rasio jenis kelamin lebih dari 101 yang berarti dari 100 perempuan terdapat 101 laki-laki. Adapun laju pertumbuhan penduduk selama 6 tahun (2003 – 2008) menurut BPS Provinsi Sulawesi Barat tahun 2008 sebesar 1,8%. Jumlah Penduduk Provinsi Sulawesi Barat dari tahun 2004-2008 mengalami peningkatan. Keadaan ini nampak dari data Statistik, jumlah penduduk pada tahun 2004 sebanyak 969,649 jiwa , tahun 2005 sebanyak 969,429 jiwa, tahun 2006 sebanyak 1,001,199 jiwa dan tahun 2007 sebanyak 1,016,663 jiwa sedangkan tahun 2008 sebanyak 1,053,307 jiwa. Ini berarti sejak tahun 2004 – 2008 mengalami peningkatan sebanyak 83,658 jiwa. Grafik perkembangan penduduk Sulawesi Barat selama 4 tahun terakhir selengkapnya dapat dilihat pada grafik 2 di bawah ini : Grafik 2. Perkembangan Jumlah Penduduk Sulawesi Barat Tahun 2004-2008 Sumber : BPS 5 Kabupaten b. Kepadatan Penduduk/Population Density Pertambahan penduduk mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, hal ini akan memberikan pengaruh penting bagi kesehatan manusia. Di mana kondisi lingkungan pemukiman yang padat menyebabkan penghuni pemukiman tersebut rentan terhadap penyakit yang berkaitan dengan lingkungan. Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 8
  • 14. Berdasarkan data dari BPS 5 Kabupaten se Provinsi Sulawesi Barat tahun 2008 menunjukkan bahwa sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk maka Angka Kepadatan penduduk juga mengalami peningkatan. Jumlah Rumah Tangga terbagi ke dalam 248,754 rumah tangga, dimana rata-rata jumlah anggota rumah tangga sebesar 4 – 5 jiwa. Kabupaten Polewali Mandar merupakan kabupaten dengan jumlah penduduk terbesar, yaitu sebesar 371,420 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 183,66 jiwa per Km2. Sedangkan yang terkecil adalah Kabupaten Mamuju Utara sebesar 103,334 jiwa. Kepadatan penduduk rata-rata di Sulawesi Barat sebesar 61,16 jiwa per Km2. Tabel 5. Tingkat Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten tahun 2008 N O KABUPATEN LUAS WILAYAH (km2) JUMLAH PENDUDUK JUMLAH RUMAH TANGGA RATA-RATA JIWA/RUMAH KEPADATAN PENDUDUK /km2 1 2 3 4 5 6 7 1 Polewali Mandar 2,022 371,420 79,768 21.48 183.66 2 Mamasa 2,985 124,433 29,645 23.82 41.69 3 Mamuju Utara 3,044 103,334 34,100 33.00 33.95 4 Majene 948 148,647 30,336 20.41 156.83 5 Mamuju 8,222 305,473 74,905 24.52 37.15 JUMLAH (KAB/KOTA) 17,221 1,053,307 248,754 23.62 61.16 Sumber : BPS 5 Kabupaten c. Struktur Umur dan Sex rasio / Age Compotition & Sex ratio Pengelompokkan umur ( struktur umur ) sangat penting dalam informasi perencanaan kesehatan terutama dalam pengalokasian dana, pelayanan kesehatan guna mengantisipasi berbagai masalah yang terkait dengan usia seseorang misalnya bayi, balita, remaja, dan Usila. Perbedaan usia menyebabkan pula perbedaan resiko terhadap timbulnya penyakit, sehingga pada umur tertentu perlu mendapat perhatian serius terhadap pelayanan kesehatan. Penduduk Provinsi Sulawesi Barat pada tahun 2008 berjumlah 1,053,307 jiwa, dengan jumlah laki-laki sebanyak 529,353 jiwa dan perempuan sebanyak 524,954 jiwa, dengan rasio jenis kelamin (sex ratio) 101 yang berarti bahwa diantara 100 perempuan, 101 laki-laki. Sementara itu, untuk mengetahui struktur atau susunan penduduk di Provinsi Sulawesi Barat dapat dilihat dari komposisi penduduk menurut Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 9
  • 15. kelompok umur dan jenis kelamin. Berdasarkan piramida penduduk pada Grafik 3, struktur penduduk Provinsi Sulawesi Barat tergolong penduduk muda. Persentase penduduk umur muda relative lebih banyak daripada penduduk umur tua. Grafik 3. Sumber : BPS 5 Kabupaten Dari Grafik Penduduk diatas terlihat, Kelompok umur terbesar berada pada kelompok umur 5-9 tahun yaitu sebanyak 144,696 jiwa, yang terdiri dari 68,986 perempuan dan 75,710 laki-laki. Sedangkan kelompok umur terkecil berada pada kelompok umur 65-69 tahun yaitu sebanyak 16,302 jiwa, yang terdiri dari 8,105 laki-laki dan 8,197 perempuan. E. Sosial Ekonomi/Social Economics a. Tingkat Pendidikan/ Education Degree Salah satu indikator yang di gunakan untuk mengukur tingkat pembangunan Sumber Daya Manusia dalam suatu daerah adalah tingkatan pendidikan. Tingkat Pendidikan sebagai faktor predisposing terhadap perubahan perilaku khususnya bagi pengetahuan tentang kesehatan, sehingga diharapkan masyarakat yang berpendidikan memiliki kesadaran yang tinggi pula dalam perilaku hidup sehat . Kondisi Provinsi Sulawesi Barat dimana pada umumnya tingkat pendidikan masyarakatnya masih Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 10
  • 16. rendah sehingga menjadi tantangan bagi petugas kesehatan dalam penyampaian inovasi-inovasi kesehatan. Data penduduk di Kabupaten Mamasa dan Kabupaten Mamuju Utara berdasarkan tingkat pendidikan sesuai dengan pendidikan formal, umumnya tamatan SD/MI menunjukkan angka tertinggi yaitu Mamasa 19,997 jiwa dan Mamuju Utara 19,878 jiwa dan yang terrendah adalah Kabupaten Majene yaitu 2,796 jiwa. Dua Kabupaten lain yaitu Polewali Mandar dan Mamuju masih kosong datanya. Sedangkan tingkat pendidikan tamatan Akademi dan Diploma di 2 Kabupaten yaitu Mamasa dan Majene yang terrendah yaitu masing-masing 745 jiwa dan 406 jiwa. Grafik 4. Jumlah Penduduk berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2008 Sumber : BPS 5 Kabupaten Data pendidikan penduduk berumur 10 tahun keatas berdasarkan pendidikan tertinggi yang ditamatkan di Provinsi Sulawesi Barat ( sumber BPS 5 Kabupaten tahun 2008) ; bahwa persentase penduduk yang lulusan SD adalah terbesar yaitu 43,01%, lulusan SLTP sebesar 15,92% dan lulusan SLTA sebesar 10,62%, Diploma 1,16% dan Universitas 1,57%. Berikut grafik jumlah penduduk yang berumur 10 tahun keatas menurut pendidikan yang ditamatkan di Provinsi Sulawesi Barat tahun 2008. Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 11
  • 17. Grafik 5. Sumber : BPS 5 Kabupaten b. Angkatan Kerja/Labor Force Penduduk Usia Kerja (PUK) didefinisikan sebagai penduduk yang berumur 15 tahun ke atas. Penduduk Usia Kerja terdiri dari Angkatan Kerja dan bukan Angkatan Kerja. Mereka yang termasuk Angkatan Kerja adalah penduduk yang bekerja atau yang sedang mencari pekerjaan, sedang bukan Angkata Kerja adalah mereka yang bersekolah, mengurus rumah tangga atau melakukan kegiatan lainnya. Penduduk Usia Kerja di Sulawesi Barat pada tahun 2008 berjumlah 737,861 jiwa. Dari seluruh penduduk usia kerja, yang termasuk angkatan kerja berjumlah 194,442 jiwa atau 67 persen dari seluruh Penduduk Usia Kerja. Dari seluruh angkatan kerja yang berjumlah 494,442 jiwa tercatat bahwa 19,293 orang dalam status mencari pekerjaan. Dari angka tersebut dapat dihitung tingkat pengangguran terbuka Sulawesi Barat pada tahun 2008, yakni sebesar 3,90 persen. Angka ini merupakan rasio antara mencari pekerjaan dan jumlah angkatan kerja. Masih tingginya angka pengangguran jelas mempengaruhi derajat kesehatan di Sulawesi Barat. Selengkapnya perbandingan angka pengangguran di 5 Kabupaten tahun 2008 dapat dilihat pada grafik 6 di bawah ini. Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 12
  • 18. Grafik 6. Sumber : Dinas tenaga kerja dan transmigrasi Prov.Sulbar tahun 2008 Dilihat dari segi lapangan usaha, sebagian besar penduduk Sulawesi Barat bekerja di sektor pertanian yang berjumlah 300,504 orang atau 78,52 persen dari jumlah penduduk yang bekerja. c. Pendapatan Perkapita/Income percapita Peningkatan pendapatan baik secara langsung maupun tidak langsung akan meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan sehingga derajat kesehatan masyarakat akan semakin membaik. Angka perkapita adalah angka yang dapat dijadikan indikator untuk mengukur tingkat kemakmuran penduduk di suatu daerah. Angka Perkapita Bruto (atas dasar harga berlaku) Provinsi Sulawesi Barat pada tahun 2008 adalah sebesar 7,543,953 rupiah. Dalam grafik 7 Angka Perkapita Bruto di ulawesi Barat sejak tahun 2004 – 2008 terlihat ada kenaikan, namun dampak dari kebijakan kenaikan BBM Tahun 2008 cukup berpengaruh terhadap menurunnya daya beli masyarakat. Kenaikan BBM ini menyebabkan sebagian besar harga bahan pokok juga ikut naik. Dampak langsung yang dirasakan masyarakat yaitu menurunnya kualitas gizi masyarakat khususnya keluarga miskin, enggannya masyarakat berobat ke sarana pelayanan kesehatan karena tarif transportasi yang juga ikut naik. Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 13
  • 19. Grafik 7. Angka Perkapita Bruto Di Sulawesi Barat (Rupiah) 2004-2008 . Sumber : Bps Sulbar 2008 d. Kemiskinan/Poverty Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita perbulan berada di bawah garis kemiskinan. Jumlah Penduduk Miskin di Sulawesi Barat sejak Maret 2007 sampai Maret 2009 mengalami penurunan, yakni berturut-turut sebesar 19,03 persen (189,9 ribu orang); 16,73 persen (171,1 ribu orang); dan 15,29 persen (158,2 ribu orang). Dibandingkan keadaan Maret 2007 sampai Maret 2009, jumlah penduduk miskin menurun sekitar 31,700 orang, dengan laju penurunan relative rata-rata sekitar 1,87 persen pertahun. Secara relative dalam kurun waktu tiga tahun penduduk miskin menurun cukup signifikan sekitar 3,74 persen, yaitu dari 19,03 persen pada Maret 2007 menjadi 15,29 persen pada Maret 2009. Sisa penduduk miskin sejumlah hampir 158,2 ribu penduduk tersebut masih cukup besar bagi Sulawesi Barat yang penduduknya masih sangat sedikit (sekitar 1 jutaan). Jadi merupakan hal yang dapat dimengerti jika derajat kesehatan Sulawesi Barat masih rendah, selain karena provinsi yang masih muda juga karena faktor kemiskinan yang cukup besar. Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 14
  • 20. Tabel 6. Jumlah Penduduk Miskin Sulawesi Barat (Kota & Desa) Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 15
  • 21. BAB III PEMBANGUNAN KESEHATAN DAERAH Regional Development Health A. Dasar D asar pembangunan kesehatan adalah nilai kebenara dan aturan pokok yang menjadi landasan untuk berfikir dan bertindak dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan. Dasar-dasar berikut ini merupakan landasan dalam penyusunan visi, misi, strategi dan sebagai petunjuk pokok pelaksanaan pembangunan kesehatan : I. Perikemanusiaan Setiap kegiatan, proyek dan program kesehatan harus berlandaskan perikemanusiaan yang dijiwai, digerakkan dan dikendalikan oleh keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. II. Pemberdayaan dan Kemandirian Individu, keluarga, masyarakat beserta lingkungannya bukan saja obyek namun sekaligus pula subyek kegiatan, proyek, program kesehatan. Segenap komponen bangsa bertanggungjawab untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan individu, keluarga, masyarakat beserta lingkungannya. Setiap kegiatan, proyek dan program kesehatan harus mampu membangkitkan peran serta individu, keluarga dan masyarakat sedemikian rupa sehingga setiap individu, keluarga dan masyarakat dapat menolong dirinya sendiri. Dengan dasar ini setiap individu, keluarga dan masyarakat melalui kegiatan, proyek dan program kesehatan difasilitasi agar mampu mengambil keputusan yang tepat ketika membutuhkan pelayanan kesehatan. Masyarakat harus mau bahu membahu menolong siapa saja yang membutuhkan pertolongan agar dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang sesuai kebutuhan dalam waktu yang sesingkat mungkin. Di lain pihak, fasilitas pelayanan kesehatan yang ada perlu terus diberdayakan agar mampu memberikan pertolongan kesehatan yang berkualitas, terjangkau sesuai dengan norma social budaya setempat serta tepat waktu. III. Adil dan Merata Kesempatan untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang berkualitas, terjangkau dan tepat waktu tidak boleh memandang perbedaan ras, Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 16
  • 22. golongan, agama dan status sosial ekonomi seorang individu, keluarga atau sekelompok masyarakat. Pembangunan kesehatan yang cenderung urban-based harus terus diimbangi dengan upaya-upaya pelayanan kesehatan yang bersifat rujukan, bersifat luar gedung maupun yang bersifat satelit pelayanan. Dengan demikian, pembangunan kesehatan dapat menjangkau kantong-kantong penduduk resiko tinggi yang merupakan penyumbang terbesar kejadian sakit dan kematian. Kelompok-kelompok penduduk inilah yang sesungguhnya lebih memberikan pertolongan karena selain lebih rentan terhadap penyakit, kemampuan membayar mereka jauh lebih sedikit. IV. Pengutamaan dan Manfaat Pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran dan/atau kesehatan dalam kegiatan, proyek dan program kesehatan harus mengutamakan peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit. Kegiatan, proyek dan program kesehatan diselenggarakan agar memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Kegiatan, proyek dan program kesehatan diselenggarakan dengan penuh tanggung jawab, sesuai dengan standar profesi dan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta mempertimbangkan dengan sungguh-sungguh kebutuhan dan kondisi spesifik daerah. B. Visi Visi merupakan cara pandang kedepan dengan memperhatikan factor-faktor kekuatan, kelemahan dan peluang guna menghadapi ancaman yang menantang dimasa depan. Visi sangat berguna bagi suatu instansi karena merupakan gambaran kebijakan kedepan kemana arah instansi harus dibawa agar bisa eksis, antisipatif dan inovatif. Dalam menyelenggarakan pembangunan kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat harus dengan seksama memperhatikan dasar-dasar pembangunan kesehatan sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010, yaitu : a. Perikemanusiaan, b. Pemberdayaan dan Kemandirian, c. Adil dan Merata, d. Pengutamaan dan Manfaat : Penyelenggaraan upaya kesehatan yang bermutu dan mengikuti perkembangan IPTEK. Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 17
  • 23. Dengan memperhatikan dasar-dasar pembangunan kesehatan tersebut dan untuk mencapai sasaran pembangunan kesehatan pada akhir tahun 2009 tentang Peningkatan Akses Masyarakat Terhadap Kesehatan Yang Berkualitas dan juga mempertimbangkan perkembangan serta masalah dan kecenderungan yang dihadapi Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, maka visi Dinas Kesehatan Provinsu Sulawesi Barat adalah “ TERWUJUDNYA MASYARAKAT SULAWESI BARAT YANG SEHAT MAJU DAN AMANAH”. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat diharapkan dapat dan mampu mendorong, membimbing, membina, memfasilitasi dan mengembangkan pelaksanaan pembangunan kesehatan menuju masyarakat yang maju dan amanah. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat dapat menjadi katalisator dan dinamisator yang mempercepat pencapaian pembangunan kesehatan dan dapat memberikan pelayanan yang mampu mengantar masyarakat Sulawesi Barat untuk siap bersaing secara global. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat juga diharapkan sebagai pendorong pelayanan terbaik diantara sektor terkait dalam pembangunan kesehatan di Sulawesi Barat. Peningkatan status kesehatan Sulawesi Barat diharapkan dapat dan mampu mendongkrak status kesehatan secara nasional. C. MISI Misi mencerminkan peran, fungsi dan kewenangan seluruh jajaran organisasi kesehatan di seluruh wilayah Provinsi Sulawesi Barat, yang bertanggung jawab secara teknis terhadap pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan kesehatan Provinsi Sulawesi Barat. Untuk mewujudkan hal tersebut ada lima misi yang diemban oleh seluruh jajaran petugas kesehatan dimasing-masing jenjang administrasi pemerintahan, yaitu : I. Meningkatkan Jangkauan dan Kualitas Pelayanan Kesehatan Dalam pembangunan kesehatan setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, tanpa memandang perbedaan suku, golongan, agama dan status sosial ekonominya. Memeliharan dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau bahwa salah satu tanggung jawab sektor kesehatan adalah menjamin tersediannya pelayanan kesehatan yang berkualitas, merata dan terjangkau oleh masyarakat. Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 18
  • 24. II. Menjamin Pemerataan Sumber Daya Kesehatan Agar pembangunan kesehatan dapat diselenggarakan dengan berhasil guna dan berdaya guna, Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat memfasilitasi upaya pemerataan sumberdaya kesehatan yang diperlukan oleh semua pelaku pembangunan kesehatan. Keterjaminan sumber daya manusia kesehatan dilaksanakan dengan memacu keprofesionalisme dan kecukupan SDM serta standarisasi kepegawaian di setiap kabupaten dan provinsi. Melalui proses percepatan pengembangan SDM dengan pendidikan teknis kesehatan yang berkelanjutan dan berkesinambungan, perekrutan tenaga-tenaga kesehatan tingkat strata dua yang memiliki keahlian mengolah dan menganalisa data kesehatan. Penyediaan kebutuhan tenaga kesehatan sesuai dengan indikator-indikator pencapaian tujuan cabinet Indonesia bersatu hingga tahun 2009, sehingga akan tersedia tenaga kesehatan yang bermutu dan mencukup, terdistribusi secara adil serta didayagunakan secara efektif dan efesien untuk mengejar ketertinggalan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan. III. Memberdayakan Masyarakat Untuk Hidup Sehat Peran aktif masyarakat termasuk swasta, sangat penting dan akan menentukan keberhasilan pembangunan kesehatan. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat dalam melaksanakan pemberdayaan masyarakat, sehingga masyarakat dapat berperan sebagai subyek pembangunan kesehatan. Diharapkan masyarakat termasuk swasta dapat berpartisipasi aktif dalam melayani (to serve), melaksanakan advokasi (to advocate) serta mengkritisi (to watch) pembangunan kesehatan baik secara individu, kelompok maupun bersama masyarakat luas. Potensi masyarakat termasuk swasta, baik berupa organisasi, upaya, tenaga, dana, sarana, teknologi serta mekanisme pengambilan keputusan merupakan aset yang cukup besar yang perlu digalang. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat menggerakkan Dinas Kesehatan Kabupaten untuk secara aktif memberdayakan masyarakat. IV. Mendorong Percepatan Pelaksanaan Pembangunan Kesehatan Daerah Tertinggal dan Daerah Perbatasan Disamping berperan dalam pembinaan dan pengembangan pembangunan kesehatan sesuai keperluan secara nasional dan wilayah. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat melakukan pula pelaksanaan pembangunan Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 19
  • 25. pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin, penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana, penanggulangan penyakit menular dan gangguan gizi, promosi kesehatan, pembangunan kesehatan didaerah terpencil, tertinggal dan daerah perbatasan serta pendayagunaan tenaga kesehatan daerah terpencil. V. Menciptakan Manajemen Kesehatan Yang Akuntabel Manajemen yang akuntabel merupakan syarat mutlak terselenggaranya fungsi-fungsi administrasi kesehatan dapat terselenggaran secara efektif dan efesien. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat berupaya melaksanakan program-programnya berdasar pada siklus perencanaan dan menciptakan akuntabilitas keuangan dengan menyediakan pelaporan keuangan secara periodik dan dapat diakses oleh masyarakat. Penyelenggaraan manajemen kesehatan yang akuntabel dengan menerapkan tata penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance), diharapkan upaya pembangunan kesehatan di Provinsi Sulawesi Barat dapat dipertanggungjawabkan kepada semua lapisan masyarakat. D. TUJUAN Sebagai penjabaran lebih lanjut dari visi Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, maka tujuan yang akan dicapai adalah terwujudnya derajat kesehatan yang optimal, yang ditandai oleh penduduk yang memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang berkualitas secara adil dan merata, serta membaiknya perilaku dan lingkungan hidup yang kondusif menuju Sulawesi Barat yang Maju dan Amanah. E. STRATEGI Untuk mencapai dan mewujudkan Visi Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat pada tahun 2011, dan sesuai misi yang telah ditetapkan, maka dalam periode 2006-2011 akan ditempuh strategi sebagai berikut : I. Mewujudkan Komitmen Pembangunan Berwawasan Kesehatan Program pembangunan kesehatan harus memberikan kontribusi yang positif terhadap kesehatan, setidak-tidaknya pada dua hal. Pertama, terhadap pembentukan lingkungan sehat, adalah amat diharapkan setiap program kesehatan yang diselenggarakan di Sulawesi Barat dapat Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 20
  • 26. memberikan kontribusi yang positif terhadap terbentuknya lingkungan dan perilaku sehat tersebut. Secara mikro, semua program kesehatan yang sedang atau akan diselenggarakan harus dapat makin mendorong meningkatnya derajat kesehatan seluruh anggota masyarakat untuk pencapaian masyarakat sehat menuju Sulawesi Barat yang maju dan amanah. Agar masyarakat dan swasta dapat berperan aktif dalam pembangunan kesehatan, maka perlu dilakukan upaya sosialisasi, orientasi, kampanye dan pelatihan sehingga semua pihak yang terkait (stakeholders) memahami dan mampu melaksanakan pembangunan berwawasan kesehatan. Dinas Kesehatan Sulawesi Barat juga melakukan fasilitasi kepada daerah kabupaten, dalam melaksanakan sosialisasi dan advokasi pembangunan kesehatan didaerah. II. Profesionalisme Unit Kerja Untuk terselenggaranya pelayanan yang berkualitas, perlu didukung oleh penerapan pelbagai kemajuan ilmu dan teknologi kedokteran. Untuk terwujudnya pelayanan kesehatan professional, pengembangan sumber daya manusia kesehatan mempunyai peranan yang amat penting. Setiap program yang diselenggarakan oleh masing-masing unit kerja dilaksanakan secara efesien dan efektif, dengan strategi profesi, dengan strategi profesionalisme standar pelayanan minimal yang telah ditargetkan dapat tercapai. III. Mempercepat Pemerataan Pelayanan Kesehatan yang Berkualitas di Daerah Terpencil dan Kepulauan dengan Strategi Mendekatkan Pelayanan Kepada Masyarakat Mengingat keadaan social-ekonomi dan keadaan geografi Provinsi Sulawesi Barat yang terdiri dari lima Kabupaten dengan kriteria daerah terpencil dan tertinggal maka perlu perlu pemerataan pembangunan sarana dan prasarana kesehatan membangun Pos Kesehatan Desa (Poskesdes), dan penempatan tenaga kesehatan didaerah yang sulit dijangkau oleh pelayanan kesehatan. IV. Melaksanakan Jejaring Pembangunan Kesehatan Permasalahan kesehatan merupakan upaya yang kontinyu dan harus dikelola secara holistic serta tidak bisa dipisah-pisahkan menurut jenjang Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 21
  • 27. administrasi kepemerintahan, sehingga perlu dikembangkan Jejaring pembangunan dan upaya kesehatan secara wilayah. F. KEBIJAKAN Untuk tercapainya tujuan dan sasaran menuju terwujudnya Visi Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat maka peran Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan dilaksanakan berdasarkan pada kebijakan sebagai berikut : I. Peningkatan Kemitraan Lintas Sektor, Program dan Kabupaten Untuk mengoptimalkan pencapaian tujuan pembangunan kesehatan, diperlukan kerjasama lintas sektor yang mantap. Demikian pula optimalisasi pembangunan yang berwawasan kesehatan yang mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan, menuntut adanya penggalangan kemitraan lintas sektor dan segenap potensi bangsa. Kebijakan dan pelaksanaan pembangunan sektor lain perlu memperhatikan dampak dan mendukung keberhasilan pembangunan kesehatan. Untuk itu upaya sosialisasi masalah-masalah dan upaya pembangunan kesehatan kepada sektor lain perlu dilakukan secara intensif dan berkesinambungan. Kerjasama lintas sector harus dilakukan sejak perencanaan dan penganggaran, pelaksanaan dan pengendalian sampai pada pengawasan dan penilaiannya. II. Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Pelaksanaan program dan kegiatan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat akan efektif dan efesien bila upaya pengawasan terus ditingkatkan intensitas dan kualitasnya melalui pemantapan system dan prosedur pengawasan. Pelaksanaan pengawasan tersebut dilaksanakan secara komprehensif dan berbasis kinerja. III. Peningkatan Kemampuan Daerah Kabupaten Di era desentralisasi dan pelaksanaan kebijakan otonomi daerah, peran pemerintah daerah sangat penting dan menentukan dalam pencapaian tujuan pembangunan kesehatan. Oleh karenanya kemampuan daerah dalam manajemen kesehatan yang mencakup administrasi kesehatan, pengembangan system informasi kesehatan, hokum atau peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan, penelitian dan pengembangan kesehatan perlu ditingkatkan. Pemerintah daerah harus mampu mengemban tugas-tugas pembangunan kesehatan yang merupakan Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 22
  • 28. urusan rumah tangganya melalui desentralisasi pembangunan kesehatan dengan sumberdaya sendiri, dana dekonsentrasi dan dana pembantuan. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat memfasilitasi pemerintah daerah kabupaten dalam penyusunan sistem kesehatan daerah, rencana pembangunan kesehatan, serta penyelenggaraan pembangunan kesehatan daerah. IV. Pemberdayaan Masyarakat dan Dunia Usaha Dalam era reformasi, masyarakat dan dunia usaha harus berperan aktif dalam pembangunan kesehatan yang dimulai sejak penyusunan berbagai kebijakan pembangunan kesehatan. Pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan mendorong masyarakat agar mampu secara mandiri menjamin terpenuhinya kebutuhan kesehatan dan kesinambungan pelayanan kesehatan. Kemitraan dengan swasta diarahkan pada pengembangan upaya kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan peran swasta dalam upaya kesehatan masyarakat. V. Peningkatan Kemampuan Daerah Kabupaten Agar pembangunan kesehatan dapat terselenggara secara berhasil guna dan berdaya guna, diperlukan sumber daya manusia kesehatan yang bermutu dan berakhlak baik. Dalam pengembangan sumber daya manusia kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat melaksanakan perencanaan kebutuhan sumber daya manusia kesehatan dalam lingkup wilayah, da dilakukan secara terintegrasi dan terpadu dengan rencana pengadaannya, serta pendayagunaannya yang adil dan merata. Pengembangan sumber daya manusia kesehatan dilakukam melalui pemantapan kerja sama lintas sektor dan peran aktif masyarakat dan swasta. Pengebangan sumber daya manusia kesehatan juga diarahkan agar mempunyai daya saing yanh kuat dalam menghadapi globalisasi yang merupakan tantangan sekaligus peluang pembangunan kesehatan. VI. Pengembangan Sumberdaya Pembiayaan dan Sarana dan Prasarana Guna menjamin ketersediaan sumberdaya pembiayaan kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat melakukan advokasi dan sosialisasi kepada semua penyandang dana, baik pemerintah maupun masyarakat termasuk swasta dalam upaya menggalang sumber-sumber pembiayaan kesehatan, sehingga dapat tersedia pembiayaan kesehatan Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 23
  • 29. dalam jumlah yang mencukupi dan teralokasikan secara adil serta dapat dimanfaatkan secara efektif, efisien dan akuntabel. Anggaran Departemen Kesehatan bersumber APBN, disamping dipergunakan untuk pembinaan dan pengembangan pembangunan kesehatan, juga diarahkan untuk pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin, membantu daerah dalam penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana, pembangunan di daerah terpencil, perbatasan,peningkatan surveilans dan penanggulangan penyakit menular dan gangguan gizi, promosi kesehatan serta pendayagunaan tenaga kesehatan. Anggaran Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat diharapkan terus meningkat dan digunakan sesuai prioritas yang ditetapkan. Untuk menjamin sumber daya obat dan perbekalan kesehatan, dilaksanakan penyediaan dan distribusi obat dan perbekalan kesehatan, sehingga akan tersedia obat dan perbekalan kesehatan yang aman, bermutu, dan bermanfaat, serta terjangkau oleh segenap lapisan masyarakat VII. Peningkatan Kemampuan Daerah Kabupaten Sesuai dengan paradigna sehat, Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat harus memberikan pengutamaan pada upaya kesehatan masyarakat yang dipadukan secara serasi dan seimbang dengan upaya kesehatan perorangan. Di samping itu upaya kesehatan bagi penduduk miskin, penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana, penanggulangan masalah gizi pada balita dan ibu, serta pencegahan dan pemberantasan penyakit menular yang mempunyai komitmen regional dan global, promosi kesehatan dan pendayagunaan tenaga kesehatan perlu mendapat pengutamaan dan penanganan secara wilayah, tanpa mengabaikan kerja sama yang sinergis dengan pemerintah daerah kabupaten dan masyarakat termasuk swasta. Untuk dapat mencapau sasaran yang ditetapkan, dipandang penting diadakan percepatan dari upaya-upaya kesehatan termasuk diatas. G. PROGRAM DAN KEGIATAN Dengan mengacu pada visi, misi dan strategi tersebut diatas, maka untuk mewujudkannya selanjutmnya dijabarkan dalam berbagai program. Program yang operasional yang dimaksud merupakan proses penentuan atau penjabaran kebijakan dalam rangka pelaksanaan suatu rencana. Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 24
  • 30. Sejalan dengan program kegiatan Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat maka program kerja dan kegiatan Dinas kesehatan Provinsi Sulawesi Barat sebagai berikut : 1. Program : Obat dan Perbekalan Kesehatan Kegiatan: Peningkatan mutu pelayanan farmasi komunitas dan rumah sakit 2. Program : Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kegiatan: Pengembangan media promosi dan informasi sadar hidup sehat 3. Program : Perbaikan Gizi Masyarakat Kegiatan : a) Penanggulangan kurang energy protein, anemia gizi zat besi, gangguan akibat kekurangan yodium, kurang vitamin A, dan kekurangan zat mikro lainnya b) Pengadaan KMS dan Balok SKDN 4. Program : Lingkungan Sehat Kegiatan : Penyuluhan menciptakan lingkungan sehat 5. Program : Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular Kegiatan : a. Advokasi Eleminasi kusta b. Peningkatan Surveillance Epidemiologi dan Penanggulangan Wabah c. Advokasi dan pertemuan Lintas Sektor Program Kusta d. Pemantapan pengelolaan dan penatalaksanaan Kasus Kusta e. Bimbingan teknis imunisasi kekabupaten f. Bimbingan Teknis TB ke kabupaten g. Bimbingan teknis Diare h. Bimbingan teknis ISPA i. Pelatihan Jumantik j. Bimbingan Teknis HIV-AIDS k. Pengelolaan Vaksin l. Penyusunan Profil PP & PL m. Monev Program PP & PL 6. Program : Standarisasi Pelayanan Kesehatan Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 25
  • 31. Kegiatan : Pemutakhiran data standar pelayanan kesehatan (SIK) 7. Program : Pelayanan kesehatan penduduk miskin Kegiatan : a. Pelayanan operasi katarak b. Pelayanan operasi bibir sumbing c. Pelayanan sunatan missal 8. Program : Pengadaan,peningkatan prasarana dan perbaikan sarana puskesmas/puskesmas pembantu dan jaringannya Kegiatan : Pembangunan Puskesmas Safe Community 9. Program : Pengadaan, peningkatan sarana dan prasarana Rumah Sakit a. Penyusunan master plan RS b. Pembersihan lahan (land cliring) c. Pembangunan cool room 10.Program : Peningkatan Keselamatan Ibu dan Anak a. Pengadaan,peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana puskesmas dan jaringannya (usg) b. Pengadaan buku KIA c. Pertolongan persalinan bagi ibu dari keluarga kurang mampu 11.Program : Peningkatan Sumber Daya Kesehatan Kegiatan : Penyelenggaraan pendidikan D III Akademi Kebidanan dan DIII Keperawatan Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 26
  • 32. BAB IV PENCAPAIAN PEMBANGUNAN KESEHATAN Attainment Of Development Health A. DERAJAT KESEHATAN/Degree of Health D erajat Kesehatan adalah parameter penilaian indeks pembangunan kesehatan yang sering dugunakan sebagai indikator keberhasilan Pembangunan Kesehatan. Indikator utama yang digunakan antara lain : I. ANGKA KEMATIAN / MORTALITY Mortalitas atau kematian merupakan indikator derajat kesehatan yang dapat digunakan untuk menggambarkan fatality penyakit, mutu pelayanan kesehatan dan kondisi lingkungan. Indikator ini paling sering digunakan untuk menilai program pembangunan kesehatan. Indikator mortality yang sering digunakan adalah : a. Angka Kematian Bayi/Infant Mortality Rate( IMR ) Angka kematian bayi berhubungan dengan status gizi, perilaku, lingkungan dan pelayanan kesehatan yang ada. Kematian bayi juga berhubungan dengan penyakit infeksi menular. Untuk menurunkan angka kematian bayi perlu mempertimbangkan faktor resiko yang ada. Kelemahan sekarang adalah data yang menyatakan angka kematian bayi masih merupakan data fasility based bukan community based karena masih terbatas berasal dari fasilitas kesehatan dan itupun umumnya masih sebatas laporan petugas KIA yang ada di Puskesmas. Jumlah kematian Bayi dalam beberapa tahun terakhir dapat ditekan melalui program-program di bidang kesehatan. Jumlah kematian Bayi di Provinsi Sulawesi Barat berdasar dari laporan petugas kesehatan 5 Kabupaten adalah pada tahun 2006 di laporkan jumlah kematian bayi sebanyak 225 bayi atau angka kematian bayi sebesar 14,2 per 1.000 kelahiran hidup, dan pada tahun 2007 turun menjadi 209 bayi atau 10,8 per 1.000 kelahiran hidup, sedangkan pada tahun 2008 sedikit mangalami penurunan yaitu 200 bayi atau angka kematian bayi sebesar 10,3 per 1.000 kelahiran hidup. Selengkapnya jumlah kematian bayi dalam tiga tahun terakhir berdasarkan kabupaten dapat dilihat pada tabel 9. Berdasarkan laporan di atas tergambar bahwa angka kematian bayi dalam tiga tahun terakhir cenderung menurun, dan ini berarti Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 27
  • 33. jumlah kematian bayi sangat ditentukan oleh kualitas pelayanan petugas kesehatan didaerah terutama dokter, bidan dan perawat juga tergantung pada kualitas pelaksanaan program-program dibidang kesehatan. Tabel 7. Jumlah Kematian Bayi di Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2006, 2007 dan 2008 NO KABUPATEN 1 Polewali Mandar 92 47 58 2 Mamasa 10 15 25 3 Mamuju Utara 17 2 28 4 Majene 45 67 16 5 Mamuju 61 78 73 J u m l a h 225 209 200 Angka Kematian 14,2 10,8 10,3 Sumber : Laporan Dinkes 5 Kabupaten Grafik 8. JUMLAH BAYI MATI 2006 2007 2008 Jumlah Kematian Bayi Periode Tahun 2006-2008 2006 2007 2008 JML 225 209 200 Sumber : Laporan Dinkes 5 Kabupaten. b. Angka Kematian Balita (AKABA)/Chield Mortality Rate (CMR) Angka Kematian Anak Balita (usia 1-5 tahun) juga menjadi perhatian di bidang kesehatan, berdasarkan Laporan Dinas Kesehatan 5 Kabupaten. Tahun 2006 Jumlah Balita 80,596 dan 53 Balita diantaranya meninggal dunia atau 3,3 per 1.000 kelahiran hidup, tahun 2007 mengalami peningkatan dari 95,619 Balita diantaranya 125 Balita Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 28
  • 34. meninggal dunia atau 6,4 per 1.000 angka kelahiran hidup dan pada tahun 2008 dari 126,431 Balita diantaranya 21 Balita meninggal dunia atau 1,1 per 1.000 kelahiran. Hal ini menandakan bahwa angka kematian Balita tiga tahun terakhir sifatnya fluktuatif. Dan jumlah kematian di suatu wilayah dapat memberikan gambaran bahwa indikator status kelangsungan hidup tergantung pada kualitas pelayanan kesehatan, baik sarana maupun tenaga kesehatan yang bertugas di suatu wilayah. Jumlah Kematian Balita tiga tahun terakhir berdasarkan kabupaten dapat dilihat pada tabel 10 di bawah ini : Tabel 8. Jumlah Kematian BALITA di Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2006, 2007 dan 2008 NO KABUPATEN 1 Polewali Mandar 9 52 3 2 Mamasa - 5 - 3 Mamuju Utara 8 12 5 4 Majene 23 45 4 5 Mamuju 13 11 9 J u m l a h 53 125 21 Angka Kematian 3,3 6,4 1,1 Sumber : Dinas Kesehatan 5 Kabupaten Grafik 9. JUMLAH BALITA MATI 2006 2007 2008 Jumlah Kematian BALITA Periode Tahun 2006-2008 2006 2007 2008 JML 53 125 21 Sumber : Dinas Kesehatan 5 Kabupaten Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 29
  • 35. c. Angka Kematian Ibu (AKI)/Maternal Mortality Rate(MMR) Angka Kematian Ibu di Provinsi Sulawesi Barat pada tahun 2006 tercatat 39,45 per 10.000 kelahiran hidup, tahun 2007 Angka Kematian Ibu tercatat 39,97 per 10.000 kelahiran hidup, tahun 2008 Angka Kematian Ibu tercatat 29,77 per 10.000 kelahiran hidup. Ini berarti selama tiga tahun terakhir cenderung fluktuatif. Jumlah Kematian Ibu selengkapnya dapat dilihat pada tabel 11, di bawah ini : Tabel 9. Jumlah Kematian Ibu di Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2006, 2007 dan 2008 Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 30 NO KABUPATEN JUMLAH KEMATIAN IBU MATERNAL TAHUN 2006 JUMLAH KEMATIAN IBU MATERNAL TAHUN 2007 JUMLAH KEMATIAN IBU MATERNAL TAHUN 2008 JUML AH LAHIR HIDU P KE MA TIA N IBU HA MIL KEM ATIA N IBU BER SALI N KE MA TIA N IBU NIF AS JUMLAH JUML AH LAHIR HIDU P KE MA TIA N IBU HA MIL KEM ATIA N IBU BER SALI N KE MA TIA N IBU NIF AS JUMLAH JUMLA H LAHIR HIDUP KEM ATIA N IBU HAM IL KEM ATIA N IBU BER SALI N KE MA TIA N IBU NIF AS JUMLAH 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 1 POLMAN 5,991 9 11 2 22 7,420 7 1 7 15 7,204 11 3 3 17 2 MAMASA 542 - 2 - 2 2,042 - 7 - 7 1,635 3 2 4 9 3 MAMUJU UTARA 2,084 5 1 1 7 1,777 2 3 2 7 2,037 2 3 3 8 4 MAJENE 2,918 1 6 - 7 3,643 - 10 4 14 3,196 0 9 0 9 5 MAMUJU 4,436 19 - 6 25 4,530 - 15 6 21 4,951 13 - 2 15 JUMLAH (KAB/KOTA) 15,971 34 20 9 63 19,412 9 36 19 64 19,023 29 17 12 58 ANGKA KEMATIAN IBU MATERNAL (DILAPORKAN) 39,45 39,97 29,77 Sumber : Dinas Kesehatan 5 Kabupaten
  • 36. Grafik 10. Jumlah Kematian Kematian Ibu PeriodeTahun 2006-2008 2006 2007 2008 JML 63 64 58 Sumber : Dinas Kesehatan 5 Kabupaten d. Angka Kematian Kasar/Cruide Birth Rate(CBR) Data-data kematian selama ini belum ditangani dengan baik sehingga untuk mengetahui angka kematian kasar (keseluruhan) pada populasi tengah tahun tidak didapatkan. Data BPS Sulawesi Barat yang yang melakukan survey juga belum bisa memberikan angka kematian kasar yang ada di Sulawesi Barat. II. ANGKA KESAKITAN / MORBIDITY a. Penyakit Demam Berdarah (Dengue Fever) Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang menular yang bersifat akut dan disebabkan oleh virus dengue, yang ditularkan melalui perantaraan vektor nyamuk, salah satunya adalah Aedes Aegypti. Penyakit Demam Berdarah di Provinsi Sulawesi Barat dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 masih sifatnya fluktuatif, yaitu tahun 2006 terdapat 15 kasus DBD dengan Incidence Rate (IR) sebesar 1.49 per 100.000 penduduk, tahun 2007 jumlah kasus mengalami peningkatan yaitu 52 kasus dengan IR 4.78 per 100.000 penduduk dan tahun 2008 jumlah kasus sedikit mengalami penurunan yaitu 48 kasus DBD dengan IR 4.27 per 100.000 penduduk. Kabupaten Majene adalah kabupaten yang terbesar kasus DBD ditahun 2008 yaitu 22 kasus. Hal ini disebabkan oleh kondisi lingkungan Kabupaten Majene yang tiap tahun terjadi banjir. Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 31
  • 37. Grafik 11. Jumlah Kasus DBD di Sulawesi Barat tahun 2006-1008 Sumber : Dinas Kesehatan 5 Kabupaten Untuk mengatasi hal ini, berbagai upaya terus di tempuh antara lain dengan melakukan Fogging Focus, Abatesasi selektif, Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), dan pemantauan jentik berkala. b. Penyakit Malaria Malaria adalah penyakit serius yang ditularkan melalui gigitan nyamuk. Penyakit Malaria adalah penyakit yang menular dan menyerang semua golongan umur yaitu bayi, anak-anak dan dewasa.Setiap tahun terdapat 300-500 juta kasus malaria didunia dan penyebab 1 juta kematian anak. Didaerah yang terjangkit malaria dapat menjadi penyebab utama kematian dan penghambat pertumbuhan anak. Di Indonesia , angka penderita Malaria cukup tinggi, mencapai 70 juta atau 35 % dari penduduk Indonesia. Dimasa yang akan datang , penderita malaria akan meningkat akibat mobilitas penduduk yang relative cepat, perubahan lingkungan antara lain karena pembagunan wilayah yang kurang memperhatikan aspek kualitas lingkungan. Provinsi Sulawesi Barat mrupakan salah satu daerah endemik malaria di Indonesia sehingga perlu penanganan serius terutama dalam mewaspadai siklus penularannya. Tahun 2006 terdapat 15,314 kasus dengan hasil pemeriksaan laboratorium sebesar 608 positif (terdapat plasmodium). Tahun 2007 terjadi peningkatan yang cukup signifikan yaitu 17,329 kasus dengan hasil pemeriksaan laboratorium sebesar 3,954 positif. Tahun 2008 jumlah kasus malaria terus bertambah sebesar 25,114 kasus dengan hasil pemeriksaan laboratorium yang dinyatakan positif 545 penderita Malaria. Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 32
  • 38. Grafik 12. Jumlah Kasus Malaria di Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2006, 2007 dan 2008 Sumber : Dinas Kesehatan 5 Kabupaten Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa Kabupaten Mamuju adalah kabupaten yang paling banyak terjadi kasus malaria selama tiga tahun terakhir. c. Penyakit Filariasis Program eliminasi filariasis dilaksanakan atas dasar kesepakatan global WHO tahun 2000 yaitu ”The Global Goal of Elimination of Lymphatic Filariasis as a Public Health Problem The Year 2020”. Filariasis (penyakit kaki gajah) tetap merupakan masalah kesehatan masyarakat terutama di daerah pedesaan di luar pulau Jawa, Bali dan NTB. Dampak dari serangan penyakit ini adalah menurunkan derajat kesehatan masyarakat karena menurunnya daya kerja dan produktivitas serta timbulnya cacat anggota tubuh yang menetap. Penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk, beberapa jenis nyamuk diketahui berperan sebagai vektor Filariasis antara lain Mansonia, Anopheles dan Culex. Di Indonesia, sampai dengan tahun 2003 kasus kronis Filariasis telah menyebar ke 30 provinsi pada lebih dari 231 kabupaten dengan jumlah kasus kronis 6.635 orang. Sampai saat ini di Indonesia telah ditemukan 3 spesies cacing filaria, yaitu Wucherecia bancrofti, Brugia Malayi dan Brugia Timori. Di Provinsi Sulawesi Barat, Kabupaten Polewali Mandar menurut laporan P2P Dinkes Polman tahun 2008, jumlah penderita filariasis ditangani sebesar 40 kasus. Ini menandakan bahwa Kabupaten Polman termasuk wilayah endemik filariasis di Provinsi Sulawesi Barat. Sedangkan Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 33
  • 39. Kabupaten Mamuju ditemukan penderita filariasis 5 orang. Tiga Kabupaten lain sampai dengan tahun 2008 tidak ada laporan atau penemuan Penyakit Filariasis. Tahun 2007 penderita filariaris kronik di Sulawesi Barat tercatat 12 penderita yang ditemukan di Kabupaten Mamuju 11 orang dan Kabupaten Mamuju Utara 1 orang. Tahun 2006 penderita filariasis sebesar 59 orang yang ditemukan di Kabupaten Polman dan Mamuju masing-masing 55 penderita dan 4 penderita. d. Penyakit Diare Diare merupakan penyakit menular berbasis lingkungan. Penyakit ini akan tinggi apabila kondisi sanitasi lingkungan yang rendah dan tindak memenuhi syarat-syarat kesehatan. Di tahun 2006 penderita diare di Sulawesi Barat sebesar 16,696 orang. Tahun 2007 jumlah penderita diare meningkat tajam yaitu 55,309 orang. Tahun 2008 jumlah kasus diare sedikit mengalami penurunan, jumlah penderita sebesar 47,175 orang. Angka kesakitan penderita penyakit diare di Provinsi Sulawesi Barat dalam kurun waktu tiga terakhir adalah tahun 2006, 16.54 per 1,000 penduduk, tahun 2007 angka kesakitan penderita diare sebesar 50.84 per 1,000 penduduk dan di tahun 2008 angka kesakitan penyakit diare sebesar 44.79 per 1.000 penduduk. Dari jumlah kasus diare di tahun 2008 terdapat 23,288 penderita diare pada Balita atau sebesar 49,37%, sedangkan yang ditangani 21,596 Balita atau 92,73 % penderita pada Balita. Grafik 13. Perkembangan Penyakit Diare Periode 2006 -2008 Sumber : Dinas Kesehatan 5 Kabupaten e. Penyakit Kusta (lepra) Penyakit Kusta disebabkan oleh bakteri mycobacterium leprae yang menyerang saraf tepi, kulit dan jaringan tubuh lainnya. Pada tahun 2008 Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 34
  • 40. penderita kusta tipe PB sebanyak 85 orang. Jumlah ini meningkat dibanding tahun 2007 dan 2006 yaitu masing-masing 62 orang dan 55 orang. Penderita kusta tipe B pada tahun 2008 tertinggi terjadi di Kabupaten Majene dengan 38 orang dan terrendah Kabupaten Mamasa dengan 1 orang penderita. Angka kesembuhan (RFT Rate) penderita penyakit kusta tipe B di Provinsi Sulawesi Barat pada tahun 2008 mencapai 91.76% lebih tinggi dibanding tahun 2007 yang mencapai 64.52% dan tahun 2006 mencapai 78.18%. sebelumnya. Penderita penyakit kusta tipe MB di Provinsi Sulawesi Barat pada tahun 2008 ditemukan sebanyak 183 orang, sedikit lebih rendah dibanding tahun 2007 sebesar 184 orang. Tahun 2006 lebih tinggi penderita penyakit kusta tipe MB sebanyak 194 orang. Penderita penyakit kusta tipe MB pada tahun 2008 tertinggi terdapat di Kabupaten Polewali Mandar dengan 100 orang penderita dan yang terrendah di Kabupaten Mamasa sebanyak 2 orang penderita. Angka kesembuhan penderita penyakit kusta tipe MB di Sulawesi Barat mencapai 51.91% tahun 2008, di tahun 2007 mencapai 43.48% dan tahun 2006 yang mencapai 45.36%. Grafik 14. Jumlah Penderita Kusta Tipe PB Sulawesi Barat tahun 2006-2008 Sumber : Dinkes 5 Kabupaten Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 35
  • 41. Grafik 15. Jumlah Penderita Kusta Tipe MB Sulawesi Barat tahun 2006-2008 Sumber : Dinkes 5 Kabupaten f. Penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) Infeksi Saluran Pernafasan bagian atas atau yang lebih dikenal dengan ISPA lebih banyak mengenai kelompok usia muda yang rawan khususnya Bayi dan Anak Balita. ISPA merupakan penyakit akut dan kualitas penatalaksanaannya belum memadai. Sampai saat ini diketahui bahwa 80%- 90% dari seluruh kasus kematian ISPA disebabkan Pneumonia. Di Provinsi Sulawesi Barat pada tahun 2008 ditemukan sebanyak 8,513 penderita penyakit ISPA/Pneumonia, dari jumlah tersebut ditemukan sebanyak 7,326 balita yang menderita ISPA/Pneumonia. Angka ini menunjukkan terjadinya penurunan disbanding tahun 2007 dengan 25,204 penderita ISPA dan diantaranya terdapat 25,047 adalah balita penderita ISPA. Tahun 2006 jumlah balita yang menderita ISPA adalah 3,510 balita. Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 36
  • 42. Grafik 16. Jumlah Balita PenderitaPenyakit ISPA Di Sulawesi Barat tahun 2006-2008 Sumber : Dinkes 5 Kabupaten g. Penyakit Tubercolosis (TB) Penyakit Tuberkulosis disebabkan oleh kuman tuberculosis dengan gejala khas. Pada umumnya diderita oleh masyarakat yang berpenghasilan rendah dan menyerang kelompok usia produktif 15 tahun keatas. Penyakit memiliki daya tular yang tinggi dan untuk mengetahuinya dideteksi melalui pemeriksaan dahak di laboratorium terhadap kuman BTA positip. Indikator yang digunakan dalam Progam TB diantaranya Suspek, penemuan BTA positif , kesembuhan dan angka kesalahan baca. Indikator ini dapat memberikan gambaran angka prevalensi penyakit TB per 1000 penduduk. Sampai saat ini penyakit tuberculosis masih menjadi masalah prioritas yang harus ditangani dengan serius. Berbagai upaya yang telah dilakukan dalam penanggulangan penyakit ini. Salah satunya adalah kerjasama dengan Unicef, termasuk di provinsi Sulawesi Barat. Di tahun 2008, angka penemuan penderita klinis TBC ditemukan sebanyak 7,263 penderita dengan BTA (+) sebanyak 1,008 orang, di obati 850 orang dan dinyatakan sembuh sebanyak 550 orang. Jumlah penderita klinis TBC di tahun 2007 lebih rendah yaitu 5,110 orang dengan BTA (+) sebanyak 744 orang. Ditahun 2006 penderita klinis TBC sebanyak 2,993 orang dengan BTA (+) sebanyak 1,021 orang. Di Kabupaten Polewali Mandar menunjukkan bahwa selama periode tahun 2006-2008 kasus penderita klinis TBC terus meningkat dan yang terbesar ditemukan seperti grafik di bawah ini : Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 37
  • 43. Grafik 17. Jumlah Penderita TBC Klinis Sulawesi Barat tahun 2006-2008 Sumber : Dinas Kesehatan 5 Kabupaten Grafik 18. Jumlah Penderita TBC dengan BTA (+) Sulawesi Barat tahun 2006-2008 Sumber : Dinas Kesehatan 5 Kabupaten h. Penyakit HIV/AIDS Penyakit HIV/AIDS yang merupakan new emerging diseases, dan merupakan pandemi pada semua kawasan, beberapa tahun terakhir ini telah menunjukkan peningkatan yang sangat mengkhawatirkan, meskipun berbagai upaya pencegahan dan penanggulangan terus dilakukan. Semakin tingginya mobilitas penduduk antar wilayah, semakin mudahnya komunikasi antar wilayah, semakin menyebarnya sentra-sentra pembangunan ekonomi di Indonesia, meningkatnya perilaku seksual yang tidak aman, dan meningkatnya penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Aditif lainnya) melalui suntikan ternyata secara simultan telah memperbesar tingkat risiko dalam penyebaran terhadap HIV/AIDS. Saat ini Indonesia telah digolongkan sebagai negara dengan tingkat epidemi yang terkonsentrasi (concentrated level epidemic), yaitu adanya prevalensi lebih dari 5% pada sub populasi tertentu misalnya pada kelompok penjaja seks dan pada para penyalahguna NAPZA. Tingkat epidemi ini menunjukkan tingkat perilaku beresiko yang cukup aktif menularkan di dalam suatu sub populasi tertentu. Selanjutnya perjalanan Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 38
  • 44. epidemi akan ditentukan oleh jumlah dan sifat hubungan antara kelompok beresiko tinggi dengan populasi umum. Penyakit yang kemunculannya seperti fenomena gunung es (iceberg phenomena), yaitu jumlah penderita yang dilaporkan jauh lebih kecil daripada jumlah penderita yang sebenarnya, ini sudah menyebar di sebagian besar provinsi di Indonesia. Hal ini berarti bahwa jumlah pengidap infeksi HIV/AIDS yang sebenarnya di Indonesia masih sangat sulit diukur dan belum diketahui secara pasti. Diperkirakan jumlah orang dengan HIV di Indonesia pada akhir tahun 2003 mencapai 90.000 – 130.000 orang. Sementara jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS yang dilaporkan sampai dengan 31 Desember 2003 sebanyak 4.091 kasus, yang terdiri dari 2.720 kasus infeksi HIV dan 1.371 kasus AIDS, dan 479 kasus diantaranya telah meninggal dunia. Cara penularan HIV/AIDS yang menonjol adalah melalui hubungan seks (heteroseksual) yakni sebesar 50,62% dan penyalah-gunaan NAPZA melalui suntik (IDU = Intravena Drug Use) yakni sebesar 26,26%, serta melalui hubungan homoseksual, yaitu sebesar 9,34%. Untuk Provinsi Sulawesi Barat di tahun 2008, Penderita HIV/AIDS sampai sekarang belum di temukan tapi bukan berarti kita terbebas dari penyakit yang mematikan ini. i. Acute Flacid Paralysis (AFP) Kasus AFP adalah semua anak berusia kurang dari 15 tahun dengan kelumpuhan yang sifatnya flacid (layuh) terjadi secara akut (mendadak). Sedangkan AFP non polio adalah kasus AFP yang pada pemeriksaan spesimennya tidak ditemukan virus polio liar atau kasus AFP yang ditetapkan oleh tin ahli sebagai kasus AFP non polio dengan kriteria tertentu. Dalam upaya untuk membebaskan Indonesia dari penyakit polio, maka pemerintah telah melaksanakan program Eradikasi Polio (ERAPO) yang terdiri dari pemberian imunisasi polio secara rutin. Salah satu wujud dari upaya pemerintah memberantas polio adalah dengan pemberian imunisasi massal pada anak balita melalui PIN (Pekan Imunisasi Nasional) dan surveilance AFP. Surveilance AFP pada hakekatnya adalah pengamatan dan penjaringan semua kelumpuhan yang terjadi secara mendadak dan sifatnya flacid (layuh), seperti sifat kelumpuhan pada poliomyelitis. Prosedur pembuktian penderita AFP terserang virus polio liar atau tidak adalah sebagai berikut : Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 39
  • 45. 1. Melakukan pelacakan terhadap anak usia sama atau kurang dari 15 tahun yang mengalami, kelumpuhan layuh mendadak (< 14 hari) dan menentukan diagnosa awal. 2. Mengambil spesimen tinja penderita tidak lebih dari 14 hari sejak kelumpuhan, sebanyak dua kali selang waktu pengambila I dan II > 24 jam. 3. Mengirim kedua spesimen tinja ke Laboratorium Bio Farma Bandung dengan pengemasan khusus/baku. 4. Hasil pemeriksaan spesimen tinja akan menjadi bukti virologis adanya virus polio liar didalamnya. 5. Diagnosa akhir ditentukan pada 60 hari sejak kelumpuhan. Pemeriksaan klinis ini dilakukan oleh dokter spesialis anak atau syaraf untuk menentukan apakah masih ada kelumpuhan atau tidak. Hasil pemeriksaan virologis dan klinis akan menjadi bukti yang sah dan meyakinkan apakah semua kasus AFP yang terjaring termasuk kasus folio atau tidak sehingga dapat diketahui apakah masih ada polio liar di masyarakat. Jumlah penderita kelumpuhan AFP tahun 2008 di Provinsi Sulawesi Barat sebanyak 7 penderita yang ditemukan di Kabupaten Mamuju 5 penderita, Kabupaten Majene 1 penderita dan 2 orang penderita AFP di Kabupaten Mamuju Utara. Penderita AFP tahun 2008 lebih tinggi dibanding penderita di tahun 2007 sebesar 3 orang penderita. j. Campak Penyakit campak merupakan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Namun dalam pelaksanaannya masih terdapat berbagai kendala terutama di karenakan faktor budaya/kepercayaan yang masih ada dalam masyarakat. Campak merupakan kelompok penyakit menular yang disebabkan oleh virus campak golongan paramyxiviridae. Penyakit ini tergolong sangat menular dengan cara penularan melalui batuk dan bersin (pernafasan). Pada kasus-kasus anak seringkali menjadi fatal akibat keterlambatan pertolongan terutama apabila ada komplikasi pneumonia ataupun radang paru lainnya. Jumlah penderita campak pada tahun 2008 sebesar 227 orang. Angka ini mengalami penurunan dibanding tahun 2007 sebesar 302 penderita penyakit campak. Sedangkan ditahun 2006 jumlah penderita penyakit campak sebanyak 1,017 orang. Selama tiga tahun terakhir 2006-2008 penyakit campak terus mengalami penurunan di Provinsi Sulawesi Barat. Ditahun 2008 Kabupaten Polewali Mandar yang terbesar Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 40
  • 46. penderita penyakit campak yaitu 133 orang, tahun 2007 Kabupaten Mamuju yang terbesar yaitu 129 orang begitu juga di tahun 2006 Kabupaten Mamuju yang terbesar penderita campak yaitu 492 orang. Jika dilihat dari grafik di bawah ini Kabupaten Mamuju selama tiga tahun terakhir mengalami terus penurunan. Hal ini berarti di kabupaten yang juga menjadi ibu kota Provinsi Sulawesi Barat, tingkat pelayanan kesehatan kepada masyarakat khususnya layanan imunisasi sudah berhasil dengan baik. Grafik 19. Jumlah Penderita Campak Di Sulawesi Barat tahun 2006-2008 Sumber : Dinas Kesehatan 5 Kabupaten k. Hepatitis Jumlah penderita penyakit Hepatitis B di Provinsi Sulawesi Barat fluktuatif dimana pada tahun 2008 sebesar 170 orang. Jumlah ini dibanding tahun 2007 mengalami peningkatan yaitu sebesar 3 orang penderita dan tahun 2006 ditemukan penderita sebesar 207 orang. Tahun 2008 penderita hepatitis B terbanyak ditemukan sebanyak 170 orang, empat kabupaten lainnya tidak ditemukan penderita hepatitis. l. Kejadian Luar Biasa (KLB) Kejadian luar biasa (KLB) penyakit menular dan keracunan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Provinsi Sulawesi Barat. Disamping menimbulkan korban kesakitan maupun kematian, KLB merupakan komoditi politis yang kadang-kadang dimanfaatkan oleh orang yang memerlukannya. Pada tahun 2008 di Provinsi Sulawesi Barat jenis KLB yang dilaporkan sebanyak 7 jenis penyakit yaitu : Diare berdarah, DBD, Rabies, Diare,Malaria, Difteri dan AFP. Jumlah KLB tahun 2008 sebesar 273 penderita. Jumlah ini menurun dibanding tahun 2007 sebesar 878 penderita. Jumlah kecamatan yang terserang KLB adalah 8 kecamatan dan 35 desa. Sedangkan jumlah kematian yang dilaporkan ada 8 orang. Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 41
  • 47. Grafik 20. Jumlah Penderita KLB Di Sulawesi Barat tahun 2006-2008 Sumber : Dinas Kesehatan 5 Kabupaten m. Kecelakaan Lalu Lintas Jumlah kecelakaan lalu lintas di Provinsi Sulawesi Barat tahun 2008 sebanyak 3,461 kasus dengan jumlah korban sebanyak 3,492 orang dengan rincian jumlah yang meninggal dunia sebanyak 86 orang (2.48%), luka berat sebanyak 714 orang (20.63%), luka ringan sebanyak 2,692 orang (77.78%). Kasus kecelakaan lalu lintas tertinggi terjadi di Kabupaten Majene sebanyak 2,548 kasus dan yang terrendah terjadi di Kabupaten Mamasa dengan 23 kasus, sedangkan jumlah korban kecelakaan lalu lintas terbanyak juga di Kabupaten Majene yaitu 2,554 orang dan yang terrendah di Kabupaten Mamasa dengan korban 33 orang. Dengan jumlah tersebut maka incidence Rate (IR) kecelakaan lalu lintas di Provinsi Sulawesi Barat tahun 2008 sebesar 331.53 per 100,000 penduduk. Pada grafik 22 di bawah ini menunjukkan korban kecelakaan lalu lintas selama tiga tahun terakhir yang terus meningkat : Grafik 21. Jumlah Korban Kecelakaan di Sulawesi Barat Tahun 2006-2008 Sumber : Laporan Puskesmas/Polres 5 Kab. Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 42
  • 48. III. KEADAAN GIZI/Situation of Gizi a. Status Gizi Balita Indikator status kesehatan juga diukur berdasarkan gizi penduduk menurut : status gizi, Anemia, KEK, BBLR, GAKI . Perkembangan keadaan gizi yang dapat dipantau berdasarkan hasil pencatatan dan pelaporan program perbaikan gizi masyarakat yang tercermin dalam hasil penimbangan balita setiap bulan di Posyandu. Keadaan status gizi masyarakat di Provinsi Sulawesi Barat pada tahun 2006 menunjukkan jumlah balita yang ada sebanyak 96,447 balita, dari jumlah tersebut balita yang datang dan ditimbang di Posyandu sebanyak 51,127 balita dengan rincian jumlah balita yang naik berat badannya sebanyak 34,305 balita dan balita yang berada di bawah garis merah (BGM) sebanyak 2,153 balita sedangkan yang menderita gizi buruk sebanyak 983 balita atau 1,92% dari balita yang ditimbang. Pada tahun 2007 jumlah balita yang ada sebanyak 136,430 balita dari jumlah tersebut jumlah balita yang datang dan ditimbang di posyandu sebanyak 62,120 balita dengan rincian jumlah balita yang naik berat badannya sebanyak 47,451 balita dan balita yang berada di bawah garis merah (BGM) sebanyak 3,416 balita dan yang masuk gizi buruk 1,778 balita atau sekitar 2.65% dari balita yang ditimbang. Pada tahun 2008 jumlah balita yang ada sebanyak 133,083 balita, kemudian yang datang dan ditimbang di Posyandu 75,469 balita dengan rincian jumlah balita yang naik berat badannya sebanyak 43,913 balita dan yang di bawah garis merah (BGM) sebanyak 3,761 balita sedangkan yang menderita gizi buruk 856 balita atau sekitar 1,11% dari jumlah balita yang ditimbang. Grafik 22. Status Gizi Anak Balita Di Sulawesi Barat tahun 2006-2008 Sumber : Laporan Dinas Kesehatan 5 Kabupaten Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 43
  • 49. Tahun 2008 penderita Gizi Buruk pada balita turun menjadi 836 balita dari 1,778 balita pada tahun 2007. Walaupun demikian terjadinya gizi buruk ini disebabkan oleh memburuknya keadaan ekonomi keluarga yang berdampak terhadap kecukupan pangan ditingkat keluarga yang diakibatkan oleh berbagai faktor seperti kenaikan BBM yang beberapa tahun terakhir ini terus terjadi, lapangan pekerjaan yang semakin sulit serta jumlah penduduk yang terus meningkat, hal ini secara tidak langsung sangat terkait dengan timbulnya kasus gizi buruk. b. ASI Eksklusif ASI (Air Susu Ibu) merupakan salah satu makanan yang sempurna dan terbaik bagi bayi karena mengandung unsur-unsur gizi yang dibutuhkan oleh bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi guna mencapai pertumbuhan dan perkembangan bayi yang optimal. Oleh sebab itu, pemberian ASI perlu diberikan secara eksklusif sampai umur 6 bulan dan dapat dilanjutkan sampai anak berumur 2 tahun. Namun demikian, kendala yang dihadapi selama ini adalah kesulitan dalam upaya pemantauan pemberian ASI eksklusif karena belum mempunyai sistem yang dapat diandalkan. Untuk mengetahui tingkat pencapaian dalam pemberian ASI eksklusif dilakukan melalui laporan dari Puskesmas yang diperoleh dari wawancara pada waktu kunjungan bayi di Puskesmas. Pada tahun 2008 jumlah bayi sebanyak 25,371 bayi, dari jumlah tersebut yang mendapat ASI eksklusif sekitar 9,953 bayi atau sekitar 39.23%. Jumlah bayi yang diberikan ASI eksklusif tahun 2008 menurun dibanding tahun 2007 yaitu 67,06% atau dari 22,895 bayi, sekitar 15,354 bayi yang diberi ASI eksklusif. Sedangkan tahun 2006 dari 18,223 bayi yang ada yang diberikan ASI eksklusif adalah 11,002 bayi atau sebesar 60.37%. Grafik 23. Perbandingan Jumlah Bayi & Bayi Yang Mendapat ASI Eksklusif Sulawesi Barat tahun 2006-2008 Sumber : Laporan Dinas Kesehatan 5 Kabupaten Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 44
  • 50. Rendahnya capaian di tahun 2008 yang hanya mencapai 39,23% dari target yang diharapkan yaitu 80% bayi mendapat ASI eksklusif dari jumlah bayi, perlu mendapat perhatian khusus dan memerlukan pemikiran dalam mencari upaya-upaya terobosan serta tindakan nyata yang harus dilakukan oleh provider dibidang kesehatan dan semua komponen masyarakat dalam rangka penyampaian informasi maupun sosialisasi guna meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat. Disamping itu, sebagai salah satu pegangan dan pedoman dalam rangka penyebarluasan informasi kepada masyarakat tentang ASI eksklusif, ada sepuluh langkah menuju keberhasilan menyusui yaitu : 1. Sarana Pelayanan Kesehatan (SPK) mempunyai kebijakan Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu (PP-ASI) yang tertulis dan secara rutin dikomunikasikan kepada semua petugas. 2. Melakukan pelatihan bagi petugas dalam hal pengetahuan dan keterampilan untuk menerapkan kebijakan tersebut. 3. Menjelaskan kepada semua ibu hamil tentang manfaat menyusui dan penatalaksanaannya dimulai sejak masa kehamilan, masa bayi lahir sampai umur 2 tahun termasuk cara mengatasi kesulitan menyusui. 4. Membantu ibu mulai menyusui bayinya dalam 30 menit setelah melahirkan, yang dilakukan di ruang bersalin. Apabila ibu mendapat operasi caesar, bayi disusui setelah 30 menit ibu sadar. 5. Membantu ibu bagaimana cara menyusui yang benar dan cara mempertahankan menyusui meskipun ibu dipisah dari bayi atas indikasi medis. 6. Tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI kepada bayi yang baru lahir. 7. Melaksanakan rawat gabung dengan mengupayakan ibu bersama bayi 24 jam sehari. 8. Membantu ibu menyusui semau bayi semau ibu, tanpa pembatasan terhadap lama dan frekuensi menyusui. 9. Tidak memberikan dot atau kempeng kepada bayi yang diberi ASI. 10. Mengupayakan terbentuknya Kelompok Pendukung ASI (KP-ASI) dan rujuk ibu kepada kelompok tersebut ketika pulang dari rumah sakit/rumah bersalin/sarana pelayanan kesehatan. c. Garam Beryodium Salah satu masalah gizi yang perlu mendapat perhatian adalah masalah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY). GAKY dapat mengakibatkan Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 45
  • 51. gangguan pertumbuhan fisik dan keterbelakangan mental. Gangguan pertumbuhan fisik meliputi pembesaran kelenjar tiroid (gondok), kretin (badan kerdil), gangguan motorik (kesulitan berdiri atau berjalan normal), bisu, tuli dan mata juling. Sedangkan keterbelakangan mental termasuk berkurangnya tingkat kecerdasan anak. WHO/UNICEF/ICCID mengkategorikan endemisitas daerah dalam empat kategori menurut besar Total Goiter Rater (TGR). TGR digunakan untuk menilai status GAKY masyarakat sekaligus untuk evaluasi dampak program terhadap perbaikan status GAKY. Untuk itu, kulaitas garam beryodium yang beredar di masyarakat harus selalu dipantau sehingga akan diketahui kandungan yodium yang ada dalam garam konsumsi tersebut memenuhi syarat atau tidak. Pemantauan terhadap kandungan yodium dalam garam konsumsi dilakukan pemantauan secara kualitatif dengan menggunakan test kit yodium, hal ini sangat mudah dilakukan tanpa harus memiliki keterampilan khusus. Pelaksanaan pemantauan garam beryodium ini di Sulawesi Barat dilakukan secara rutin setiap tahun sekali dengan pelaksana adalah petugas gizi dan atau petugas kesahatan yang ada di Puskesmas. Hasil pemantauan garam beryodium tahun 2008 di Propinsi Sulawesi Barat dari 646 desa/kelurahan yang disurvei terdapat 204 desa/kelurahan dengan garam yang beryodium baik atau sekitar 31,58%. Hal ini menunjukkan bahwa upaya untuk mewujudkan USI (Universal Zalt Iodization) dengan target 90% adalah masih sangat sulit untuk dicapai. Oleh karena itu pemasyarakatan garam beryodium harus terus ditingkatkan dan diupayakan dengan menggalang semua komponen masyarakat termasuk lembaga swadaya masyarakat secara bersama-sama, terpadu dan berkesinambungan. d. Anemia Salah satu penyebab kematian pada ibu melahirkan adalah anemia yang disebabkan kekurangan zat besi (Fe). Dari data PWS KIA tahun 2008 untuk menekan angka kematian ibu di Provinsi Sulawesi Barat dilakukan upaya penanggulangan dengan pemberian tablet Fe, dari 28,238 ibu hamil cakupan pemberian Fe1 pada ibu hamil 21,694 ibu hamil (76.83%) dan cakupan pemberian Fe3 pada ibu hamil sebesar 16,590 ibu hamil (58.75%). e. BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) BBLR yaitu bayi yang dilahirkan dibawah 2500 gram. gizi ibu hamil adalah penyebab utama terjadinya BBLR,di antara beberapa faktor lainnya. Pada masa kehamilan ibu perlu mendapat perhatian khusus oleh karena Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 46
  • 52. dampak yang ditimbulkan bukan saja pada berat yang tidak cukup, tetapi dengan bayi BBLR memiliki kemungkinan kecil untuk tumbuh dengan baik, dan akan lebih mudah terserang penyakit. Pada tahun 2008 dari 25,371 bayi terdapat 337 bayi BBLR atau 1.12%, dibanding tahun 2007 jumlah BBLR lebih tinggi yaitu 445 bayi dan tahun 2006 sebesar 248 bayi BBLR. Grafik 24. Jumlah Bayi dengan BBLR Sulawesi Barat tahun 2006-2008 Sumber : Laporan Dinkes 5 Kabupaten B. PERILAKU MASYARAKAT/Behavior of Society I. Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Pola Hidup Bersih dan Sehat berhubungan langsung dengan tingkat status kesehatan masyarakat. Pada tahun 2008 dari 248,754 rumah tangga yang ada di Provinsi Sulawesi Barat terdapat sebanyak 63,186 rumah tangga yang dipantau tentang PHBSnya, dari angka rumah tangga tersebut yang dipantau terdapat 25,208 rumah tangga di Provinsi Sulawesi Barat yang menegakkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat atau sekitar 39.89% RT yang berPHBS dari 25,208 RT yang dipantau. Jumlah rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat tertinggi tahun 2008 terdapat dikabupaten Polewali Mandar yaitu rumah tangga yang dipantau sebanyak 34,782 RT yang berperilaku hidup bersih dan sehat sebanyak 16,222 rumah tangga atau sekitar 46.64%, sedangkan yang terrendah adalah Kabupaten Mamuju Utara yaitu dari 500 rumah tangga yang dipantau hanya 117 rumah tangga yang memenuhi kriteria perilaku hidup bersih dan sehat. Berikut perkembangan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat tiap kabupaten di Sulawesi Barat selama tiga tahun terakhir : Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 47
  • 53. Grafik 25. Jumlah RT ber PHBS Di Sulawesi Barat tahun 2006-2008 Sumber : Laporan Dinkes 5 Kabupaten II. Peran Serta Masyarakat Upaya mendorong partisipasi masyarakat dalam pembangunan kesehatan sangat penting artinya, karena melalui kerjasama yang baik dari pihak masyarakat pembangunan kesehatan dapat lebih maksimal hasilnya. UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat) merupakan salah satu wadah peran serta masyarakat untuk lebih mandiri dan bertanggung jawab terhadap kondisi kesehatan masyarakat itu sendiri. Kegiatan Posyandu adalah salah satu bentuk UKBM yang selama ini sudah berjalan dengan baik. Pada tahun 2008 jumlah Posyandu di Provinsi Sulawesi Barat sebanyak 1,421 buah mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2007 sebanyak 1,347 buah. Sedangkan tahun 2006 jumlah Posyandu sebesar 786 buah. Tahun 2008 Jumlah Posyandu dengan tingkatan Pratama sebanyak 679 (47.78%), tingkatan Madya sebanyak 586 (41.24%), posyandu tingkatan Purnama sebanyak 156 atau 10.98%. Grafik 26. Jumlah Posyandu Menurut Strata Di Sulawesi Barat tahun 2006-2008 Sumber : Laporan Dinkes 5 Kabupaten Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 48
  • 54. C. KONDISI LINGKUNGAN/Environmental Condition Lingkungan merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan derajat kesehatan masyarakat. Lingkungan sehat akan mendukung masyarakat untuk hidup sehat demikian sebaliknya lingkungan yang tidak sehat dapat menimbulkan penyakit terutama penyakit yang berbasis lingkungan. Lingkungan, penyakit dan masyarakat tidak dapat dipisahkan artinya untuk meningkatkan derajat kesehatan bukan hanya melakukan pengobatan terhadap yang sudah sakit tetapi perlu juga intervensi terhadap lingkungan. Di Sulawesi Barat dengan tingginya perkembangan penduduk dan tingginya arus migrasi yang dating ke Sulawesi Barat mengakibatkan kondisi lingkungan yang tidak sehat seiring banyaknya rumah-rumah yang tidak sehat dan semakin padatnya tingkat hunian rumah dimasyarakat. Upaya penyehatan lingkungan dilaksanakan dengan lebih diarahkan pada peningkatan kualitas lingkungan, yaitu melalui kegiatan yang bersifat preventif, promotif dan protektif. Adapun pelaksanaannya bersama dengan masyarakat diharapkan secara epidemiologi akan mampu memberikan kontribusi yang bermakna terhadap kesehatan masyarakat. Namun demikian pada umumnya yang menjadikan permasalahan utama adalah masih rendahnya jangkauan program. Hal ini lebih banyak diakibatkan oleh berbagai fatkor antara lain terbatasnya anggaran dan otonomi daerah yang berpengaruh kepada kebijakan khususnya tentang kesehatan. Sedangkan permasalahan utama yang dihadapi masyarakat akses terhadap lingkungan yang masih sangat rendah. Lingkungan sehat merupakan salah satu pilar utama dalam pencapaian Indonesia Sehat 2010. Beberapa indikator penting kesehatan lingkungan antara lain : I. Rumah/Bangunan Sehat Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Rumah haruslah sehat dan nyaman agar penghuninya dapat berkarya untuk meningkatkan produktivitas. Konstruksi rumah dan lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan merupakan faktor resiko sumber penularan berbagai jenis penyakit khususnya penyakit yang berbasis lingkungan. Tahun 2008, jumlah rumah di Provinsi Sulawesi Barat seluruhnya 181,947 rumah. Jumlah yang diperiksa 115,621 rumah. Dari hasil pemeriksaan, rumah yang memenuhi syarat kesehatan sebesar 35,080 rumah atau 30.34%. Secara umum rumah dikatakan sehat apabila memenuhi beberapa kriteria, diantaranya adalah bebas jentik nyamuk aedes aegypti yang merupakan Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 49
  • 55. vektor penyakit demam berdarah dengue. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti. Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan kematian terutama pada anak serta sering menimbulkan kejadian luar biasa atau wabah. Nyamuk aedes aegypti hidup berkembang biak pada tempat-tempat penampungan air bersih yang tidak langsung berhubungan dengan tanah seperti : bak mandi/WC, minuman burung, air tendon, air tempayan/gentong, kaleng, ban bekas dan lain-lain. Di Provinsi Sulawesi Barat nyamuk aedes egypti tersebar luas dipelosok kota dan desa, kecuali diwilayah yang ketinggiannya lebih dari 1,000 meter diatas permukaan laut. Kepadatan nyamuk ini akan meningkat pada waktu musim hujan, dimana terdapat banyak genangan air bersih yang dapat menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk aedes aegypti. Di Provinsi Sulawesi Barat kasus demam berdarah berfluktuasi jumlahnya setiap tahun dan cenderung meningkat. Demikian pula wilayah yang terjangkit bertambah luas. Perkembangan yang tidak memuaskan mengenai wabah demam berdarah ini diduga karena kemudahan penularan yang dipicu oleh tingkat kepadatan penduduk, semakin meningkatnya arus transportasi/mobilitas penduduk antar wilayah, angka kepadatan nyamuk aedes aegypti tinggi. Rendahnya angka bebas jentik dan belum optimalnya pengorganisasian upaya pengelolaan pemberantasan penyakit demam berdarah. Jumlah rumah/bangunan yang diperiksa di Sulawesi Barat sebanyak 55,592 rumah, dari jumlah tersebut rumah/bangunan yang bebas jentik nyamuk aedes aegypti sebanyak 39,451 rumah. Untuk mencegah dan mengendalikan populasi nyamuk aedes ini yang menjadi vektor DBD adalah digalakkan upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui kegiatan 3 M (Menguras- Menutup-Mengubur) secara terus menerus yang melibatkan peran serta masyarakat. Keberadaan nyamuk penular ini sangat erat hubungannya dengan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat. Guna membina peran serta masyarakat secara efektif. Kegiatannya pembinaannya perlu dikoordinasikan oleh Kelompok Kerja Operasional Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah (POKJANAL DBD) yang merupakan forum kerja lintas sektoral dengan makna yang terkandung dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang menekankan pentingnya prinsip pemerataan, yang didalam pelaksanaannya menuntut upaya promotif, preventif, kuratif serta rehabilitative, kerjasama lintas sektoral sebagai strategi untuk mencapai kesehatan bagi semua. Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 50
  • 56. II. Sarana Kesehatan Lingkungan Sehat Lingkungan fisik dan biologis berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat, terutama terlihat dari masih tingginya kesakitan penduduk yang disebabkan penyakit berbasis lingkungan . Timbulnya Penyakit yang berbasis lingkungan diantaranya diare, typhus dan penyakit parasit serta penyakit lainnya akibat mutu lingkungan yang kurang sebagai dampak dari pencemaran lingkungan dan pertambahan penduduk yang tidak terkendali . Upaya untuk menekan penyakit berbasis lingkungan dengan penyediaan Air bersih serta pembuangan kotoran manusia yang memenuhi syarat kesehatan. Pembuangan kotoran baik sampah, air limbah dan tinja (excreta disposal) yang tidak memenuhi syarat kesehatan berpengaruh langsung terhadap rendahnya kualitas air, serta dapat menimbulkan penyakit menular di masyarakat. Jamban, tempat sampah, pengelolaan limbah dan persediaan air bersih merupakan sarana lingkungan pemukiman (PLP). a) Sarana Air Bersih Penyediaan air bersih (Water Supply) dapat menjadi media penularan penyakit. Oleh karena sarana yang tidak memenuhi syarat akan tercemar oleh bakteriologis sehingga berpotensi menimbulkan penyakit. Untuk menghindari penyakit yang timbul akibat mengkomsumsi air yang tidak memenuhi syarat kesehatan, maka harus menggunakan sarana yang menurut standar kesehatan. Berbagai sarana yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi penduduk baik untuk keperluan air minum, masak, mencuci dan keperluan lainnya. Adapun Akses Air Bersih di Provinsi Sulawesi Barat data yang diperoleh tahun 2006-2008 sebagai berikut : Grafik 27. Jumlah Cakupan Air Bersih Di Sulawesi Barat tahun 2006-2008 Sumber : Laporan Dinkes 5 Kabupaten Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 51
  • 57. b) Sarana Sanitasi Dasar Jumlah sarana sanitasi dasar yang mencakup jamban, tempat sampah dan SPAL (Saluran Pembuangan Air Limbah) di Sulawesi Barat dari tahun 2006-2008 mengalami terus peningkatan. Namun tidak semua KK yang memiliki sarana sanitasi dasar yang dianggap sehat. Pada grafik dibawah ini menggambarkan jumlah KK yang memiliki dan jumlah KK yang sarana sanitasi dasarnya dianggap sehat. Grafik 28. Jumlah Sarana Sanitasi Di Sulawesi Barat tahun 2006-2008 Sumber : Laporan Dinkes 5 Kabupaten Saluran Pembuangan Air Limbah adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang air buangan di kamar mandi, tempat cuci, dapur dan lain-lain bukan dari jamban SPAL yang sehat hendaknya memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1) Tidak mencemari sumber air bersih (jarak dari air bersih minimal 15 meter) 2) Tidak menimbulkan genangan air yang dapat m,enjadi sarang nyamuk (diberi tutup yang cukup rapat) 3) Tidak menimbulkan bau 4) Tidak menimbulkan becek atau pandangan yang tidak menyenangkan (tidak bocor sampai meluap) Kesadaran masyarakat mengenai pentingnya pengelolaan limbah masih rendah, hal inilah yang menyebabkan rendahnya jumlah KK yang telah memiliki pengelolaan air limbah. Sanitasi merupakan faktor penting dalam menciptakan lingkungan yang sehat. Banyaknya penyakit ditularkan karena tidak dilakukan cara-cara penanganan sanitasi yang benar. Upaya peningkatan kualitas air bersih akan berdampak positif apabila diikuti perbaikan sanitasi. Upaya sanitasi meliputi Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 52
  • 58. pembangunan, perbaikan dan penggunaan sarana sanitasi yang meliputi jamban, tempat sampah dan saluran pembuangan air limbah dilingkungan kita. Sejalan dengan perkembangan jumlah penduduk di Provinsi Sulawesi Barat, maka kebutuhan air bersih semakin bertambah. Pembangunan air bersih dimasing-masing kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat meliputi daerah Pemukiman Perkotaan dan Pedesaan. Adapun sumber air di Provinsi Sulawsi Barat pada umumnya berasal dari mata air, sumur dalam, sumur gali dan air permukaan. Sistem yang digunakan untuk mensuplai air bersih melalui perpipaan dan non perpipaan. Untuk pengelolaannya pada daerah pemukiman diperkotaan pada umunya dikelola PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) kabupaten. Dari perkembangan pelaksanaan program penyehatan lingkungan selama ini terdapat beberapa kemajuan yang diperoleh, seperti peningkatan cakupan pelayanan penyehatan lingkungan yang secara tidak langsung dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Namun masih terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi pada penyediaan prasarana dan sarana penyehatan lingkungan, yaitu : 1) Kurang efektif dan efesiennya investasi yang telah dilakukan pada pembangunan prasarana dan sarana penyehatan lingkungan 2) Air hanya dipandang sebagai benda 3) Keterbatasan kemampuan pemerintah 4) Belum tersedianya kebijakan dan peraturan perundangan yang mengatur pemanfaatan potensi tersembunyi yang ada dalam masyarakat 5) Penyehatan lingkungan belum menjadi perhatian dan prioritas 6) Estimasi dalam hal penganggaran sangat jauh dari yang diharapkan III. Tempat-Tempat Umum Sehat Tempat-tempat umum adalah kegiatan bagi umum yang dilakukan oleh badan-badan pemerintah, swasta atau perorangan yang langsung digunakan oleh masyarakat yang mempunyai tempat dan kegiatan tetap serta memiliki fasilitas. Jumlah tempat-tempat umum di Provinsi Sulawesi Barat tahun 2008 yang ada sebanyak 3,149 buah, jumlah yang diperiksa sebanyak 2,012 buah. Hasil pemeriksaan menunjukkan jumlah tempat-tempat umum sehat Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 53
  • 59. sebanyak 971 (48.26%). Dengan rincian jumlah hotel yang 27 buah, yang diperiksa 23 buah dan yang sehat 18 buah (78.26%). Jumlah restoran/rumah makan yang ada sebanyak 247 buah, yang diperiksa 180 buah dan yang sehat sebanyak 112 buah (62.22%). Jumlah pasar yang ada 206 buah, yang diperiksa 87 buah dan yang sehat 20 buah (22.29%). Sedangkan TUPM lainnya yang ada 2,640 buah, yang diperiksa 1,722 buah dan yang sehat 826 (47.97%). Grafik 29. Jumlah TUPM Sehat Di Sulawesi Barat Tahun 2006-2008 Sumber : Laporan Dinkes 5 Kabupaten Pengawasan sanitasi tempat umum bertujuan untuk mewujudkan kondisi tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan agar masyarakat pengunjung terhindar dari kemungkunan bahaya penularan penyakit serta tidak menyebabkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat disekitarnya. Pengelolaan makanan adalah suatu bangunan yang menetap dengan segala karyawan dan peralatan yang dipergunakan untuk membuat dan menjual makanan bagi konsumen yang meliputi restoran, rumah makan, kantin, warung kopi, tempat penjualan minuman dingin dan pabrik makanan dan minuman sederhana. Resiko dari pengelolaan makanan mempunyai peluang yang sangat besar dalam penularan penyakit karena jumlah konsumen rlatif banyak dalam waktu bersamaan. Oleh karena itu, perlu teknologi dan metode yang lebih tepat untuk pembinaan dan pengawasannya. D. PELAYANAN KESEHATAN/Service of Health I. Sarana Kesehatan Dasar a. Puskesmas Puskesmas merupakan sarana pelayanan kesehatan dasar yang menyelenggarakan kegiatan Promosi Kesehatan, Kesehatan Lingkungan, Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 54
  • 60. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) termasuk Keluarga Berencana (KB), Perbaikan Gizi, Pemberantasan Penyakit Menular dan Pengobatan. Beberapa Puskesmas yaitu Puskesmas Perawatan, selain menyelenggarakan pelayanan kesehatan seperti Puskesmas pada umumnya, juga menyediakan fasilitas pelayanan rawat inap. Dengan demikian Puskesmas perawatan juga berfungsi sebagai ”Pusat Rujukan Antara” yang melayani penderita gawat darurat sebelum dirujuk ke rumah sakit. Jumlah Puskesmas Perawatan di Sulawesi Barat tahun 2008 sebesar 25 buah, Puskesmas Non Perawatan sebesar 50 buah. Sedangkan untuk Puskesmas Keliling 59 buah dan Puskesmas Pembantu sebanyak 76 buah. b. Pondok Bersalin Desa (Polindes) Jumlah Polindes di Sulawesi Barat tahun 2008 adalah sebanyak 68 buah. Jumlah ini terus bertambah dari tahun 2007 sebanyak 48 buah dan tahun 2006 di Sulawesi Barat hanya berjumlah 37 buah. Grafik 30.Perkembangan Jumlah Polindes Di Sulawesi Barat tahun 2006-2008 Sumber : Laporan Yankes Dinkes 5 Kabupaten c. Sarana Kesehatan Dasar Lainnya Berdasarkan laporan Yankes Dinas Kesehatan di lima Kabupaten Jumlah Poskesdes di Sulawesi Barat tahun 2008 sebanyak 85 buah, mengalami peningkatan dibanding tahun 2007 yaitu 47 buah. Sedangkan jumlah Posyandu tahun 2008 sebanyak 1,421, jumlah ini jauh peningkatannya dibanding tahun 2007 sebanyak 648 buah. d. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) merupakan cara mutakhir pemeliharaan kesehatan yang berkembang setelah sistem pembayaran tunai, asuransi ganti rugi dan asuransi dengan tagihan menghadapi banyak masalah. JPKM adalah suatu cara penyelenggaraan Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 55
  • 61. pemeliharaan kesehatan kesehatan yang paripurna berdasarkan azas usaha bersama dan kekeluargaan, yang berkesinambungan dan dengan mutu yang terjamin serta pembiayaan yang dilaksanakan secara pra upaya. JPKM melibatkan 3 pelaku utama, yakni konsumen (peserta), badan penyelenggara (Bapel) dan Pelaksana Pemelihara Kesehatan (PPK). Untuk membina ketiga pelaku utama, dibentuk Badan Pembina JPKM baik ditingkat pusat, provinsi maupun kabupaten. Peserta membayar sejumlah iuran untuk pemeliharaan kesehatannya kepada Bapel yang kemudian mengontrak PPK dengan pembayaran pra upaya yang memberikan pelayanan kesehatan paripurna kepada peserta. Hubungan antara ketiganya dikukuhkan oleh ikatan kerjasama dan kesepakatan untuk menerapkan jaga mutu, pemantauan utilisasi pelayanan dan penanganan keluhan peserta. Berdasarkan laporan dari semua kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat, jumlah penduduk yang dijamin oleh berbagai Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (termasuk maskin/JPKMM) sebanyak 433,170 orang (41.12%) dari total jumlah penduduk, dengan rincian sebagai berikut : 1. Peserta Askes : 28,472 jiwa (2.70%) 2. Peserta Kartu Miskin/Askeskin : 401,921 jiwa (38.16%) 3. Peserta Jamsostek : - 4. Peserta Sumber Lainnya : 4,781 jiwa (0.45%) II. Sarana Kesehatan Rujukan a. Cakupan Rawat Inap Cakupan rawat inap di sejumlah sarana kesehatan yang terdapat di Sulawesi Barat tahun 2008 sebesar 381,990 kunjungan. Jumlah kunjungan rawat inap terbesar di Kabupaten Polman yaitu di Puskesmas sebanyak 870 kunjungan dan 371,420 kunjungan, sedangkan yang terrendah di Kabupaten Mamuju Utara sebanyak 212 kunjungan, inipun datanya dari Puskesmas dan dari Rumah Sakit tidak ada laporannya, selengkapnya dapat dilihat pada tabel 12. b. Cakupan Rawat Jalan Cakupan rawat jalan di sarana kesehatan di Provinsi Sulawesi Barat tahun 2008 sebanyak 781,228 kunjungan. Jumlah kunjungan rawat jalan terbanyak di Kabupaten Polewali Mandar sebanyak 178,155 kunjungan dan 42,161 kunjungan masing-masing di Rumah Sakit dan Puskesmas. Sedangkan yang terendah di Kabupaten Majene sebanyak 21,554 kunjungan itupun dari data Puskesmas, dari rumah sakit tidak ada laporan. Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 56
  • 62. Tabel 10. Jumlah Kunjungan Rawat Jalan dan Rawat Inap di Sulawesi Barat Tahun 2008 NO KABUPATEN SARANA PELAYANAN KESEHATAN 1 2 3 4 5 6 1 POLEWALI MANDAR Puskesmas RSUD Polman Sarana Yankes lainnya - - - 2 MAMASA Puskesmas Sarana Yankes lainnya - - - 3 MAMUJU UTARA Puskesmas Sarana Yankes lainnya - - - 4 MAJENE Puskesmas Sarana Yankes lainnya - - - 5 MAMUJU Puskesmas RSUD JUMLAH (KAB/KOTA) 781,228 381,990 799,895 Sumber : Laporan Dinkes 5 Kabupaten c. Rumah Sakit JUMLAH KUNJUNGAN RAWAT JALAN RAWAT INAP JUMLAH 178,155 870 179,025 42,161 371,420 50,258 52,655 937 53,592 51,653 212 51,865 21,554 1,843 23,397 407,528 1,303 408,831 27,522 5,405 32,927 Pada tahun 2008 Rumah Sakit Umum di Provinsi Sulawesi Barat berjumlah 6 buah yang terdiri dari RSUD Mamuju, RSUD Majene, RSUD Polman dan RS TNI Polman, RSUD Mamuju Utara dan RSUD Mamasa. Indikator untuk mengukur kinerja rumah sakit terdiri atas : 1. Bed Occupation Rate (BOR) Bed Occupation Rate adalah jumlah atau tingkat pemakaian tempat tidur. BOR yang ideal untuk suatu rumah sakit adalah antara 60% sampai 80%. Presentase rata-rata pemakaian tempat tidur RSUD dan RS-TNI di Provinsi Sulawsi Barat pada tahun 2008 adalah 62,4%. 2. Average Length Of Stay (ALOS) Average Length Of Stay adalah rata-rata lama rawat seorang pasien dimana secara umum nilai ALOS yang ideal antara 6-9 hari. ALOS Rumah Sakit di Sulawesi Barat adalah 5 hari. 3. Turn Of Interval (TOI) Turn of Interval adalah rata-rata hari tempat tidur tidak ditempati. Angka ideal untuk TOI adalah 1 – 3 hari. TOI untuk rumah sakit di Provinsi Sulawesi Barat adalah 3 hari. 4. Net Death Rate (NDR) Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 57
  • 63. Net Death Rate adalah angka kematian lebih atau sama dengan 48 jam. Nilai NDR yang dapat ditolerir adalah 25 per 1,000 penderita keluar. Nilai NDR rumah sakit yang ada di Sulawesi Barat pada tahun 2008 adalah 12 per 1,000 penderita keluar. Dengan demikian nilai rumah sakit di Sulawesi Barat tahun 2008 tidak melebihi nilai NDR yang dapat ditolerir. 5. Gross Death Rate (GDR) Gross Death Rate adalah angka kematian untuk tiap-tiap penderita keluar. Angka yang ditolerir maksimum 45. GDR rumah sakit di Provinsi Sulawesi Barat sebesar 43. Tabel 11. Indikator Pelayanan Rumah Sakit Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2008 NO NAMA RUMAH SAKIT JENIS PELAYANAN UMUM/KHUSUS BOR LOS TOI GDR NDR 1 2 3 4 5 6 7 8 1 Polman RSU Polman Umum 87.2 5.1 0.7 45.8 11.9 RS Khusus TNI-AD Umum dan Khusus 11.2 2.4 18.6 15.3 0.0 2 Mamasa TIDAK ADA LAPORAN 3 Matra RSUD Kab.Matra Umum dan Khusus 1.6 1.7 104.2 16.1 16.1 4 Majene RSU MAJENE Umum dan Khusus 70.4 4.9 2.1 58.5 14.9 5 Mamuju Interna,Bedah,Anak dan Kebidanan 46.6 3.8 4.4 30.3 12.2 JUMLAH 62.4 4.6 2.8 43.2 12.4 Sumber : Laporan Dinas Kesehatan 5 Kabupaten III. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak a. Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Tenaga yang dapat memberikan pertolongan persalinan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tenaga profesional (dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu bidan dan perawat bidan) dan dukun bayi (dukun terlatih dan tidak terlatih). Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan (profesional, tidak termasuk oleh dukun bayi meskipun terlatih dan didampingi oleh bidan) di Provinsi Sulawesi Barat pada tahun 2006 sebesar 68.64%. Dari 19,111 jumlah ibu bersalin, ada sekitar 13,117 ibu bersalin tang ditolong oleh tenaga kesehatan. Tahun 2007 cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan meningkat dibanding pada tahun 2006 yaitu dari 22,404 jumlah ibu bersalin terdapat 16,500 ibu bersalin yang ditolong oleh tenaga kesehatan atau sebesar 73.65%. Sedangkan ditahun 2008 cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan turun dibanding Profil Kesehatan Sulawesi Barat Tahun 2008 58