2. FILSAFAT ILMU
Sebelum membahas sejarah perkembangan filsafat ilmu, saya menjelaskan beberapa hal yaitu betapa
pentingnya atau manfaat dari mahasiswa untuk mempelajari filsafat ilmu, dan manfaat-manfaat tersebut
adalah sebagai berikut, antar lain:
1. Untuk semakin mempertegas dan memperdalam pengetahuan tentang filsafat ilmu.
2. Melatih diri dalam melakukan penelitian, pengkajian dan pengambilan kesimpulan terhadap suatu hal.
3. Menjadi acuan motivasi untuk lebih kritis terhadap ilmu pengetahuan.
Kata filsafat ilmu merupakan hal yang sangat penting utamanya dalam pengkajian ilmu pengetahuan, karena
filsafat ilmu merupakan keinginan mendalam untuk mengetahui sesuatu yang tidak diketahui
sebelumnya.berdasar kepada pengertian filsafat tersebut, dpat didefenisikan bahwa filsafat itu memang
sudah ada sejak adanya manusia pertama yaitu nabi adam AS. Berikut periodesasi filsafat ilmu:
4. PRA YUNANI KUNO
Dalam sejarah perkembangan peradaban manusia, belum
mengenal peralatan seperti yang dipakai sekarang ini. Pada
masa itu manusia masih menggunakan batu sebagai peralatan.
Masa zaman batu berkisar antara 4 juta tahun sampai 20.000
tahun sebelum masehi. Sisa peradaban manusia yang ditemukan
pada masa ini antara lain: alat-alat dari batu, tulang belulang
dari hewan, sisa beberapa tanaman, gambar-gambar digua-gua,
tempat-tempat penguburan, tulang belulang manusia purba.
Evolusi ilmu pengetahuan dapat diruntut melalui sejarah
perkembangan pemikiran yang terjadi di Yunani, Babilonia, Mesir,
China, Timur Tengah dan Eropa.
6. ZAMAN YUNANI KUNO
Zaman Yunani kuno dipandang sebagai zaman keemasan filsafat, karena pada masa ini
orang memiliki kebebasan untuk mengeluarkan ide-ide atau pendapatnya, Yunani pada
masa itu dianggap sebagai gudangnya ilmu dan filsafat.
salah satu tokoh Yunani yang terkenal pada waktu itu PARMENIDES dengan pendapatnya
”hanya yang ada itu ada” menides tidak mendefinisikan apa itu "yang ada", tetapi dia
menyebutkan beberapa sifatnya yang meliputi segala sesuatu.
." Maksudnya, "yang ada" itu selalu bisa dipikirkan, dan "yang dapat dipikirkan" selalu ada.
Parmenides membuat suatu pemisahan tajam antara apa yang kelak disebut "pengetahuan
empiris", yakni pengetahuan yang diperoleh berdasarkan pengalaman atau pencerapan
indrawi (empeiria, Yunani), dengan "pengetahuan akal budi" yang murni dan sejati.
Parmenides menantang siapa pun untuk berani memakai daya akal budinya melawan arus
pendapat umum, "Jangan biarkan dirimu didesak ke jalan yang salah oleh kuatnya kebiasaan
dan pandangan umum. Jangan percaya pada penglihatan yang menyesatkan dan telinga
yang hanya mengumpulkan bunyi-bunyi. Juga jangan percaya pada lidah: hanya akal budi
semata-mata hendaklah menjadi penguji dan hakim segala sesuatu."
8. ZAMAN PERTENGAHAN
Zaman pertengahan (middle age) ditandai dengan para tampilnya
theolog di lapangan ilmu pengetahuan. Ilmuwan pada masa ini adalah
hampir semuanya para theolog, sehingga aktivitas ilmiah terkait dengan
aktivitas keagamaan. Atau dengan kata lain kegiatan ilmiah diarahkan
untuk mendukung kebenaran agama. Semboyan pada masa ini adalah
Anchila Theologia (abdi agama). Peradaban dunia Islam terutama abad
7 yaitu Zaman bani Umayah telah menemukan suatu cara pengamatan
stronomi, 8 abad sebelum Galileo Galilie dan Copernicus. Sedangkan
peradaban Islam yang menaklukan Persia pada abad 8 Masehi, telah
mendirikan Sekolah kedokteran dan Astronomi di Jundishapur.
10. MASA RENAISSANCE
Renaissanse adalah zaman peralihan ketika kebudayaan abad pertengahan mulai berubah
menjadi suatu kebudayaan modern. Tokoh-tokohnya adalah : Roger Bacon, Copernicus,
Tycho Brahe, yohanes Keppler, Galilio Galilei.
Menurut Bacon, filsafat harus dipisahkan dari theologi. Agama yang lama masih juga
diterimanya. Ia berpendapat bahwa akal dapat membuktikan adanya Allah. Akan tetapi
mengenai hal-hal yang lain didalam theology hanya dikenal melalui wahyu.
Sedangkan Copernicus adalah tokoh gereja ortodok, yang menerangkan bahwa matahari
berada di pusat jagat raya, dan bumi memiliki dua macam gerak, yaitu perputaran sehari-
hari pada porosnya dan gerakan tahunan mengelilingi matahari. Teori ini disebut
Heliosentrisme. Namun teorinya ditentang kalangan gereja yang mempertahankan prinsip
Geosentrisme yang dianggap lebih benar dari pada prinsip Heliosentrisme.
Namun teorinya ditentang kalangan gereja yang mempertahankan prinsip Geosentrisme
yang dianggap lebih benar dari pada prinsip Heliosentrisme. Setiap siang kita melihat semua
mengelilingi bumi. Hal ini ditetapkan Tuhan, oleh agama, karena manusia menjadi pusat
perhatian Tuhan, untuk manusialah semuanya, paham demikian disebut Homosentrisme.
dengan kata lain prinsip Geosentrisme tidak dapat dipisahkan dari prinsip Homosentrisme.
12. PERKEMBANGAN FILSAFAT ZAMAN MODREN
Zaman ini ditandai dengan berbagai dalam bidang ilmiah, serta filsafat dari berbagai
aliran muncul. Pada dasarnya corak secara keseluruhan bercorak sufisme Yunani. Paham–
paham yang muncul dalam garis besarnya adalah Rasionalisme, Idialisme, dengan
Empirisme. Paham Rasionalisme mengajarkan bahwa akal itulah alat terpenting dalam
memperoleh dan menguji pengetahuan. Ada tiga tokoh penting pendukung rasionalisme,
yaitu Descartes, Spinoza, dan Leibniz.
Sedangkan aliran Idialisme mengajarkan hakekat fisik adalah jiwa., spirit, Para pengikut
aliran/paham ini pada umumnya, sumber filsafatnya mengikuti filsafat kritisisismenya
Immanuel Kant.
Pada Paham Empirisme mengajarkan bahwa tidak ada sesuatu dalam pikiran kita selain
didahului oleh pengalaman. ini bertolak belakang dengan paham rasionalisme. Mereka
menentang para penganut rasionalisme yang berdasarkan atas kepastian-kepastian yang
bersifat apriori. Pelopor aliran ini adalah Thomas Hobes Jonh locke,dan David Hume.
14. ZAMAN KONTEMPORER
Hal yang membedakan pengamatan tentang ilmu pada zaman sekarang adalah bahwa zaman modern
adalah era perkembangan ilmu yang berawal sejak sekitar abad ke-15, sedangkan kontemporer
memfokuskan sorotannya pada berbagai perkembangan terakhir yang terjadi hingga saat sekarang. Yakni
dengan berkembang pesatnya ilmu pengetahuan dalam berbagai bidang.
Pada periode ini berbagai kejadian dan peristiwa yang sebelumnya mungkin dianggap sesuatu yang
mustahil, namun berkat kemajuan ilmu dan teknologi dapat berubah menjadi suatu kenyataan.
Memang, tidak dipungkiri lagi bahwa positivisme-empirik yang serba matematik, fisikal, reduktif dan free of
value telah membuktikan kehebatan dan memperoleh kejayaannya, serta memberikan kontribusi yang
besar dalam membangun peradaban manusia seperti sekarang ini.
Namun, dibalik keberhasilan itu, ternyata telah memunculkan persoalan-persoalan baru yang tidak
sederhana, dalam bentuk kekacauan, krisis yang hampir terjadi di setiap belahan dunia ini.
Kesuksesan manusia dalam menciptakan teknologi-teknologi raksasa ternyata telah menjadi bumerang
bagi kehidupan manusia itu sendiri. Raksasa-raksasa teknologi yang diciptakan manusia itu seakan-akan
berbalik untuk menghantam dan menerkam si penciptanya sendiri, yaitu manusia.
Berbagai persoalan baru sebagai dampak dari kemajuan ilmu dan teknologi yang dikembangkan oleh
kaum positivisme-empirik, telah memunculkan berbagai kritik di kalangan ilmuwan tertentu. Kritik yang
sangat tajam muncul dari kalangan penganut “Teori Kritik Masyarakat