Dokumen tersebut membahas upaya meningkatkan produktivitas CPO di perkebunan kelapa sawit melalui optimalisasi faktor-faktor penentu produktivitas seperti bahan tanaman, pemupukan, dan teknik budidaya. Dokumen ini menjelaskan potensi peningkatan produktivitas dari 7-9 ton CPO per hektar menjadi 9-12 ton CPO per hektar.
Pamelo (Citrus maxima (Burm.) Merr) merupakan salah satu buah eksotis tropika Indonesia yang sudah lama dikenal oleh masyarakat, selain buahnya berukuran besar, jeruk pamelo memiliki rasa segar dan daya simpan lama. Kesuksesan perbanyakan jeruk pamelo dengan teknik cangkok, dipengaruhi faktor perakaran dan ketersediaan hormon tanaman. Praktikum ini bertujuan untuk mengamati pengaruh zat pengatur tumbuh (ZPT) Root-Up terhadap pertumbuhan akar cangkok pada jeruk pamelo (Citrus maxima Burm.).
Pengaruh Kerapatan Tanaman terhadap Jumlah Hasil Produksi Padi (Oryza sativa ...Moh Masnur
Â
Jarak tanam berpengaruh terhadap produksi pertanian khususnya tanaman padi karena berkaitan dengan ketersediaan unsur hara, cahaya matahari serta ruang bagi tanaman. Sehingga, salah satu upaya untuk meningkatkan produksi padi antara lain adalah melalui pengaturan jarak tanam. Sistem jajar legowo merupakan salah satu penataan terhadap jarak tanam yang di dalamnya banyak terdapat tipe tanam jajar legowo. Tipe tanam jajar legowo meliputi tipe 2:1 (dua baris tanaman diselingi satu legowo), tipe 3:1 (tiga baris tanaman diselingi satu legowo), tipe 4:1 (empat baris tanaman diselingi satu legowo), tipe 5:1 (lima baris tanaman diselingi satu legowo), tipe 6:1 (enam baris tanaman diselingi satu legowo) dan tipe 7:1 (tujuh baris tanaman diselingi satu legowo). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tipe tanam jajar legowo 2:1 adalah terbaik bagi pertumbuhan dan hasil padi sawah. Pertanaman jajar legowo 2:1 dengan jarak tanam (25x12,5x50) cm mampu meningkatkan hasil dibanding model tegel ataupun model tanam tanpa jajar legowo. Fenomena ini terjadi karena tipe tanam jajar legowo 2:1 lebih banyak menyediakan ruang kosong bagi tanaman sehingga dapat memberikan sirkulasi udara, pemasukan cahaya dan juga aliran air serta penyebaran unsur hara yang lebih merata sehingga memberi efek pertumbuhan dan hasil tanaman yang lebih baik. Maka, untuk mendapatkan hasil yang optimal disarankan menggunakan sistem tanam secara jajar legowo.
Tantangan penerapan pendekatan yuridiksi dari tinjauan rantai nilai industri...CIFOR-ICRAF
Â
Presented by Ani Adiwinata, Scientist (CIFOR-ICRAF) at "Strengthening sustainable palm oil for community welfare and climate crisis mitigation" on 11 January 2023, Jakarta.
MENDULANG LABA DI KEBUN KARET DENGAN REKAYASA TEKNIK AGRONOMIMemet Hakim
Â
Production Force Management terdiri dari Manajemen akar, manajemen kanopi dan manajemen sadapan, akan menghasilkan harga pokok yang lebih rendah, sehingga walau harga karet turun, tetap mendapat laba
Pamelo (Citrus maxima (Burm.) Merr) merupakan salah satu buah eksotis tropika Indonesia yang sudah lama dikenal oleh masyarakat, selain buahnya berukuran besar, jeruk pamelo memiliki rasa segar dan daya simpan lama. Kesuksesan perbanyakan jeruk pamelo dengan teknik cangkok, dipengaruhi faktor perakaran dan ketersediaan hormon tanaman. Praktikum ini bertujuan untuk mengamati pengaruh zat pengatur tumbuh (ZPT) Root-Up terhadap pertumbuhan akar cangkok pada jeruk pamelo (Citrus maxima Burm.).
Pengaruh Kerapatan Tanaman terhadap Jumlah Hasil Produksi Padi (Oryza sativa ...Moh Masnur
Â
Jarak tanam berpengaruh terhadap produksi pertanian khususnya tanaman padi karena berkaitan dengan ketersediaan unsur hara, cahaya matahari serta ruang bagi tanaman. Sehingga, salah satu upaya untuk meningkatkan produksi padi antara lain adalah melalui pengaturan jarak tanam. Sistem jajar legowo merupakan salah satu penataan terhadap jarak tanam yang di dalamnya banyak terdapat tipe tanam jajar legowo. Tipe tanam jajar legowo meliputi tipe 2:1 (dua baris tanaman diselingi satu legowo), tipe 3:1 (tiga baris tanaman diselingi satu legowo), tipe 4:1 (empat baris tanaman diselingi satu legowo), tipe 5:1 (lima baris tanaman diselingi satu legowo), tipe 6:1 (enam baris tanaman diselingi satu legowo) dan tipe 7:1 (tujuh baris tanaman diselingi satu legowo). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tipe tanam jajar legowo 2:1 adalah terbaik bagi pertumbuhan dan hasil padi sawah. Pertanaman jajar legowo 2:1 dengan jarak tanam (25x12,5x50) cm mampu meningkatkan hasil dibanding model tegel ataupun model tanam tanpa jajar legowo. Fenomena ini terjadi karena tipe tanam jajar legowo 2:1 lebih banyak menyediakan ruang kosong bagi tanaman sehingga dapat memberikan sirkulasi udara, pemasukan cahaya dan juga aliran air serta penyebaran unsur hara yang lebih merata sehingga memberi efek pertumbuhan dan hasil tanaman yang lebih baik. Maka, untuk mendapatkan hasil yang optimal disarankan menggunakan sistem tanam secara jajar legowo.
Tantangan penerapan pendekatan yuridiksi dari tinjauan rantai nilai industri...CIFOR-ICRAF
Â
Presented by Ani Adiwinata, Scientist (CIFOR-ICRAF) at "Strengthening sustainable palm oil for community welfare and climate crisis mitigation" on 11 January 2023, Jakarta.
MENDULANG LABA DI KEBUN KARET DENGAN REKAYASA TEKNIK AGRONOMIMemet Hakim
Â
Production Force Management terdiri dari Manajemen akar, manajemen kanopi dan manajemen sadapan, akan menghasilkan harga pokok yang lebih rendah, sehingga walau harga karet turun, tetap mendapat laba
Apakah program Sekolah Alkitab Liburan ada di gereja Anda? Perlukah diprogramkan? Jika sudah ada, apa-apa saja yang perlu dipertimbangkan lagi? Pak Igrea Siswanto dari organisasi Life Kids Indonesia membagikannya untuk kita semua.
Informasi lebih lanjut: 0821-3313-3315 (MLC)
#SABDAYLSA #SABDAEvent #ylsa #yayasanlembagasabda #SABDAAlkitab #Alkitab #SABDAMLC #ministrylearningcenter #digital #sekolahAlkitabliburan #gereja #SAL
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
Â
WPLACE-17-W1.1.-Kajian-Potensi-CPO-n-PKO-DS.pdf
1. Dr Ir Donald Siahaan
INDONESIAN OIL PALM RESEARCH INSTITUTE
Jl. Brigjen Katamso 51, Medan - 20158
Homepage: www.iopri.org Email: donaldjts@yahoo.com
: +62 61 7862477 ext 109; 061-77-88-22-55; 0852-96-97-99-99
Kajian Potensi Rendemen
Untuk mencapai PRODUKVITAS CPO
TINGGI di Perkebunan Kelapa Sawit
Since 1916
5. RENDAH
Limited use of fertiliser
<3 t/ha
MEDIUM – TINGGI
Balanced nutrient input of fertiliser
application (Malaysia: 4,5 t/ha/thn)
4-6 t/ha
RENDAH - MEDIUM
Unbalanced nutrient input of fertiliser
Application (Indonesia: 3,8 t/ha/thn)
3-4 t/ha
PRODUKTIVITAS TINGGI
Site-specific fertiliser application
Precision agriculture practised
>6 t/ha
8 t/ha
Tingkat Produktivitas Minyak (ton CPO/ha/tahun)
18 t/ha
PRODUKTIVITAS TEORITIS
12-13 t/ha
PRODUKTIVITAS individual/projeni unggul
PRODUKTIVITAS KOMERSIAL tertinggi
6. Slide
MALAYSIAN PERSEPECTIVE (a benchmarking)
STEPWISE INCREMENT TO ACHIEVE NATIONAL AVERAGE YIELD
year FFB yield
(t/ha)
OER
(%)
Oil yield
(t/ha)
Remark
1992-2001 18.7 18.8 3.5 achieved
2010 25.0 22.5 5.6 Unachieved
target
2015 30.0 23.5 7.1 Target
2020 35.0 25.0 8.8 vision
*MPOB 2002
Indonesia: 2013 ïƒ 3,8 t/ha/th (17-20 t/ha/an, 22-23%)
Kementerian Pertanian 2020  Visi 35-26 (9,1 t/ha)
????
7. •Radiasi
matahari
•Curah hujan
•Suhu
Iklim Tanah
Lahan Bahan
Tanaman
Kultur
Teknis
Genetik
• Penunasan
• Pemupukan
•Proteksi Tanaman
• Pengendalian Gulma
Produksi (Potensial)
mengejar 9-12 t/ha/thn
Produksi (Aktual) mengejar 7-9 t/th
Faktor Penentu Produktivitas CPO
•Topografi
•Drainase
•Kesuburan
•Fisik tanah
Evaluasi
Kesesuaian
Lahan
Pengelolaan
SPESIFIK LOKASI
KKL/Faktor Pembatas
-Lahan gambut
-Pasang surut
-Berbukit
-Kering,Berpasir, dll
Panen
Angkut
Olah
9. PERKEMBANGAN BAHAN TANAMAN
terkait PRODUKTIVITAS MINYAK
Tahun Perubahan Prod. TBS
(ton/ha.th)
Kand. Minyak
(% thd TBS)
Prod. Minyak
(ton/ha.th)
1960-an Masih dgn Dura 23,1 16-19 3-4,5
1970-an D ïƒ Tenera +
Serangga Penyerbuk
23,9 21 - 22 5,4
1980-an D x P (Tenera Unggul) 27,2 23,5 6,4
1990-
an*
D x P (Tenera
Unggul lanjut)
29,8 30,7 9,0
* Malaysia mengalami penurunan rendemen 1,5% (KER tetap 6%) karena masalah tenaga
kerja
10. KARAKTERISTIK TIPE KELAPA SAWIT
DURA, TENERA DAN PISIFERA
Tipe
Cangkang,
(mm)
Mesokarp/
buah,%
Inti/buah,
%
Dura 2-5 20-65 4-20
Tenera 1-2,5 60-90 3-15
Pisifera Tidak ada 92-97 3-8
11. TEMUAN PADA KAJIAN DI PROPINSI xxx
(contoh kasus)
Umur
Tanaman
Jumlah
sampel
Rendemen CPO,% Rendemen Inti, %
Rendemen
Tenera
Rendemen
Dura
Selisih
Terbobot
Rendemen
Tenera
Rendemen
Dura
Selisih
Terbobot
4 tahun 2 17,32% 16,71%
-2,53
5,03% 5,46%
0,46
8 tahun 4 20,31% 15,78% 5,06% 6,50%
9 tahun 5 20,91% 16,42% 5,09% 5,24%
11 tahun 7 19,82% 19,72% 4,78% 4,49%
14 tahun 2 20,54% 18,54% 5,72% 6,11%
16 tahun 2 21,44% 16,89% 5,15% 6,11%
Total:22
Kisaran:
17,32-21,44%
Kisaran:
15,78-19,72%
Kisaran:
5,03-5,15%
Kisaran:
5,24-6,50%
12. RENDAH
Limited use of fertiliser
<3 t/ha
MEDIUM – TINGGI
Balanced nutrient input of fertiliser
application (Malaysia: 4,5 t/ha/thn)
4-6 t/ha
RENDAH - MEDIUM
Unbalanced nutrient input of fertiliser
Application (Indonesia: 3,8 t/ha/thn)
3-4 t/ha
PRODUKTIVITAS TINGGI
Site-specific fertiliser application
Precision agriculture practised
>6 t/ha
8 t/ha
Tingkat Produktivitas Minyak (ton CPO/ha/tahun)
18 t/ha
PRODUKTIVITAS TEORITIS
12-13 t/ha
PRODUKTIVITAS individual/projeni unggul
PRODUKTIVITAS KOMERSIAL tertinggi
14. KONDISI IKLIM
¡ Temperatur udara: 22 – 330 C (optimum 27 0 C)
¡ Curah hujan: 1.250 – 3.000 mm/thn (opt 1.750 – 2.500 mm/thn)
¡ Bulan kering (ch hujan < 60 mm/bln) < 3 bln (optimum 0-1 bln)
¡ Kelembaban udara 50 – 90 % (optimum 80 %)
¡ Lama penyinaran matahari 5 – 7 jam/hari
¡ Ketinggian tempat < 400 m dpl (optimum < 200 m dpl)
(berkorelasi dgn temperatur udara, shg dpt berubah dgn adanya
pemanasan global dan secara empiris sdh 600 m dpl)
Hal 1-2
FAKTOR IKLIM
15. KONDISI TANAH
¢ Kelapa sawit tumbuh baik pada tanah
Podsolik (Ultisol), Latosol (Oxisol),
Regosol (Entisol), Aluvial dan
Hidromorfik (Inceptisol), Andosol
(Andisol) dan gambut (Histosol)
¢ Kondisi tanah yang baik mengurangi
pengaruh buruk curah hujan yang
kurang sesuai.
¢ Sifat fisik yang relatif sukar diubah lebih
penting untuk penilaian kesesuai lahan
untuk kelapa sawit.
¢ Sifat kimia akan lebih berguna untuk
pemupukan untuk menghasilkan
produktivitas kelapa sawit yang tinggi
Hal 1-3
16. KELAS KESESUAIAN LAHAN
Kelas kesesuaian lahan ditetapkan berdasarkan jumlah dan intensitas
faktor pembatas dari karakteristik lahan.
Kelas lahan dibagi menjadi Sesuai/Suitable (S) dan Tidak Sesuai/Not
suitable (N).
Kelas sesuai dibagi menjadi 3 sub-kelas :
S1 : Sangat sesuai (highly suitable)
S2 : Sesuai (suitable)
S3 : Agak sesuai (marginal suitable)
Kelas tidak sesuai dibagi menjadi 2 sub-kelas :
N1 : Tidak sesuai bersyarat (temporary not suitable)
N2 : Tidak sesuai permanen (permanently not suitable)
Setiap sub kelas terdiri dari satu atau lebih unit karakteristik lahan
yang menjelaskan jumlah dan intensitas faktor pembatas.
Kelas kesesuaian lahan aktual dinilai dari karakteristik lahan yang ada
di lapangan dan kelas kesesuain lahan potensial dari kemungkinan
perbaikan dari faktor pembatas yang ditemui.
Setiap tindakan pengelolaan tanah dilakukan untuk mengurangi
pengaruh negatif dari faktor pembatas yang ada bagi pertumbuhan
dan produksi kelapa sawit.
19. Curah hujan berpengaruh:
- Primer: defisit air
ringan berturut2 >2
bulan; OER turun 9-13
bln di depan krn O/M
turun (efek pada
bunga)
- Sekunder: defisit air
berat efeknya segera
terlihat 2 bulan ke
depan
- Efek Langsung: CH
terlalu tinggi ïƒ kadar
air TBS meningkat
sehingga OER turun
20. Faktor iklim Estimasi pengaruh terhadap
TBS
Kekurangan air selama
musim kemarau disertai
pengelolaan air yang buruk
-Tahun tanam n + 1:
produktivitas turun 8–10%
per Ha
-Tahun tanam n + 2:
produktivitas turun 3–4 %
per Ha
Pengaruh rendahnya radiasi
global (normal 100 – 110
MJ/m2 per minggu)
OER turun sampai 2%
21.
22. Maximum yield
Maximum economic yield
Nutrient limited yield
Actual yield
Kesesuaian bahan tanaman
Populasi berlebih atau kurang
Adanya pokok kerdil dan tidak produktif
Kemarau dan asap
Kondisi lahan yang tidak dapat diperbaiki
Aplikasi pupuk tidak 4T.
Kesalahan pengambilan sampel daun/tanah
Kesalahan rekomendasi pemupukan
Panen dan pengangkutan tidak maksimal
Gulma tidak terkendali atau terlalu gundul
Drainase buruk tidak tertangani dengan baik
Hama dan penyakit tidak terkendali.
Penunasan gondrong atau berlebihan.
GAP
2
GAP
1
GAP
3
Potential Yield
Kesesuaian Lahan
Bahan Tanaman
Populasi Tanaman
Rekomendasi
Pemupukan
Kultur Teknis
FAKTOR YANG DAPAT
DIKELOLA
23. INDONESIAN OIL PALM RESEARCH INSTITUTE (IOPRI)
IOPC 2006, Bali
23
Referensi: Sinaga, et al.,2009
PEMBENTUKAN BUAH TANPA
STRESS LINGKUNGAN
24. INDONESIAN OIL PALM RESEARCH INSTITUTE (IOPRI)
IOPC 2006, Bali
24
Referensi: Sinaga, et al.,2009
PEMBENTUKAN BUAH DENGAN
STRESS LINGKUNGAN
36. Rendemen
a. ANALISA TANDAN (2x/tahun)
b. Evaluasi Kualitas TBS (harian)
-Segregasi
-Sortasi
-Komposisi bahan baku
DATA TO EVALUATE
Analisis Losses di unit pengolahan
-Sampling di titik kritis
-Analisa lab
DATA TO EVALUATE
GMP
-Kondisi operasi
-Stagnasi pabrik
-Kapasitas dicapai
BMP
-Bahan tanaman
-Pemeliharaan
-Manajemen Panen
Unmanageble:
Iklim
Rendemen di PKS
37. Variability of Oil Extraction Rate on Mill
OER
OIL CONTENT
ESTATE
LOSSES
MILL
LOSSES
•Variety and age
•Dura contamination
•Climate
•fertilizer
•Ripeness: standar
kematangan definitif
• Loose fruit collection
• Methods
• GMP: e.q. Zero USB; <5%
oil/pressed fibre
Uncontrollable
Controllable
Losses
39. Metode Analisis Tandan
Corporate/pebisnis:
Tools/‘alat’ untuk menyusun rencana anggaran &
monitoring kinerja
Umum:
Tools/‘alat’ untuk menetapkan harga TBS periodik di
Propinsi
Tujuan: Mengetahui potensi rendemen CPO
& palm kernel dari TBS
Manfaat:
40. KOMPONEN ANALISIS TANDAN BUAH SEGAR
TBS (A)
Tandan Kosong (C) Buah (B/E)
Biji (H) Daging Buah (G)
Biji Kering (J)
Air
Daging Buah Kering (I/K)
Air
Minyak (L)
Ampas/serat
Kernel (N)
Cangkang (M)
Corporate: Perlu dilakukan secara
periodik, minimal 2x setahun
Propinsi: dilakukan setiap 5 tahun
sesuai amanat Permentan
41. Pengambilan Sampel
Panen Atas
DATA SAMPEL
Tanggal Panen
Lokasi & (Afd/Blok) & Tahun Tanam
Fraksi
Jumlah butir brondolan sebelum panen
Jumlah butir brondolan sesudah panen
42. METODOLOGI ANALISIS TANDAN BUAH SEGAR
No. Kebun Tahun Tanam
Bunch
(Kg)
Fruit
(kg) F/B (%)
1 Plasma SP 4 1995 1 27.00 18.92 70.07
2 21.60 14.13 65.42
TIMBANG TBS
+
BRONDOLAN
PISAHKAN
SEMUA
SPIKLET DARI
TANDAN;
TIMBANG
BERAT BUAH
DAN TANDAN
43.
44. F (g) (w)M (g) (w)N (g) (w)M/F (%) (w)N/F (%)
702.88 479.88 223.00 68.27 31.73
329.67 263.62 66.05 79.96 20.04
SAMPLING ANALISA
MINYAK
Lepaskan seluruh brondolan &
putik dari spikelet serta
kelopak dari brondolannya
Pisahkan daging buah dari biji,
timbang berat daging buah
dan biji
45. (d)M (g) (d)N (g) (d)M/(w)M (%)
278.10 187.43 57.95
179.37 52.40 68.04
Keringkan daging buah dan biji
dalam oven 105OC hingga berat
konstan
Timbang berat daging buah
kering
dan biji kering
46. d(M) (g) Oil (g) O/(d)M (%) O/B (%) OER (%) rerata OER(%)
10.13 7.80 76.98 21.34 18.25
10.12 8.12 80.18 28.54 24.40 24.09
Giling (dengan
blender) daging buah
kering, timbang untuk
ektraksi minyak
Ektraksi daging buah kering (yang
telah digiling) (10 g) dengan metoda
soxhlet menggunakan pelarut
heksan selama 8 jam
Uapkan heksan, simpan minyak hasil ekstraksi
dalam desikator hingga suhu kamar, timbang
47. Pecahkan biji kering. Timbang berat cangkang dan berat inti
Shell (g) K (g) K/N K/B (%)
139.71 47.73 25.46 4.76
25.35 27.05 51.62 5.37
49. TT Afd. Blok Umur Kode
Bobot Tandan
(kg)
Berondolan
di piringan
%F/B %wM/F %dM/wM
Minyak
Contoh
(%)
Potensi
Minyak
(%)
1991 4 H 24 A 34.33 8 68.00 96.85 72.38 60.09 81.39 24.07
1991 4 H 24 A 18.35 10 62.63 95.89 70.06 68.10 80.71 24.11
1991 4 C 24 A 30.34 7 65.40 97.46 66.13 62.42 80.33 21.69
1991 4 C 24 A 31.17 3 54.60 64.56 74.16 54.88 74.10 16.47
62.66 88.69 74.16 68.10 81.39 25.75
1992 4 J 23 A 20.27 2 58.56 97.76 68.16 63.35 78.56 19.86
1992 4 J 23 A 33.75 3 50.91 72.07 65.14 55.03 76.31 13.93
1992 4 J 23 A 38.65 5 64.11 98.16 55.63 50.62 76.70 13.85
1992 4 L 23 A 19.50 10 66.22 97.27 69.10 72.88 81.02 27.02
1992 4 L 23 A 24.50 4 67.42 99.33 70.42 63.67 79.55 24.05
61.44 92.92 70.42 72.88 81.02 25.55
1992 5 I 23 A 37.29 8 57.25 94.97 66.99 57.33 78.71 17.31
1992 5 I 23 A 27.16 3 60.59 76.23 78.81 63.10 78.83 23.75
1992 5 H 23 A 25.03 8 64.72 81.74 66.96 63.17 79.27 21.70
1992 6 H 24 A 37.58 2 54.20 74.41 74.84 57.31 76.59 17.81
1992 5 M 23 A 33.35 3 51.54 61.40 73.07 50.91 76.94 14.75
1992 5 M 23 A 42.49 7 55.78 73.28 70.44 61.30 74.56 17.96
1992 5 L 23 A 29.76 10 60.06 97.79 68.01 56.73 76.74 17.78
1992 5 L 23 A 31.46 8 59.34 92.47 62.94 62.82 79.35 18.62
57.94 81.54 78.81 63.17 79.35 22.89
2003 3 G 12 A 14.35 4 58.59 68.27 63.79 45.49 73.70 12.53
2003 4 G 12 A 13.42 10 54.09 73.52 72.79 63.62 76.49 19.16
56.34 70.90 72.79 63.62 76.49 19.96
%Fruit set
(jumlah)
CONTOH KASUS
50. PENUTUP
• Rendemen CPO dipengaruhi oleh faktor genetik,
lingkungan dan inherent.
• Faktor genetik sepatutnya dianggap minim karena asumsi
jenis tanaman: TENERA
• Faktor Lingkungan bersifat saling berhubungan namun
efeknya terhadap rendemen memungkinkan diprediksi
• Faktor inherent menjadi faktor manageble sehingga dapat
distandarisasi (standar kultur teknis)
51. Indonesian Oil Palm Research Institute (IOPRI)
Jl. B. Katamso No. 51, Medan 20158
Phone: +62 61 7862477, Fax: +62 61 7862488
THANK YOU
TERIMA KASIH
53. Ripe bunch
oil : water : fiber in % oil : water : fiber oil : water : fiber
Fresh bunch: 45 : 30 : 25 Sterilized fresh bunch: 45 ; 20 : 25 Pressed fiber: 5 : 10 : 25
Older FFB: 55 : 20 : 25 Sterilized older FFB: 55 : 10 : 25 Pressed fiber: 8 : 5 : 25
Absolute value (gram) of oil a bunch which is fresh, days old or dried is similar
but percentage of oil to bunch (fresh, days old or dried) differs (dried bunch has
more to bunch) because of higher evaporations of water from the bunch.