Tantangan penerapan pendekatan yuridiksi dari tinjauan rantai nilai industri...CIFOR-ICRAF
Presented by Ani Adiwinata, Scientist (CIFOR-ICRAF) at "Strengthening sustainable palm oil for community welfare and climate crisis mitigation" on 11 January 2023, Jakarta.
Tantangan penerapan pendekatan yuridiksi dari tinjauan rantai nilai industri...CIFOR-ICRAF
Presented by Ani Adiwinata, Scientist (CIFOR-ICRAF) at "Strengthening sustainable palm oil for community welfare and climate crisis mitigation" on 11 January 2023, Jakarta.
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
1. Aplikasi Model Pengambilan Keputusan pada
Rantai Pasok Agroindustri
(studi kasus di Agroindustri Kopi dengan Pendekatan
Manajemen risiko)
Oleh:
Imam Santoso
Webinar Series Agroindustri
DESAIN RANTAI PASOK AGROINDUSTRI BERBASIS
PENGAMBILAN KEPUTUSAN MULTI KRITERIA
24 Oktober 2020
2. Potensi Kopi &
Identifikasi rantai pasok
agroindustri kopi
Multi kriteria rantai
pasok
Trade off kriteria
antar pemangku
kepentingan
Optimization
supply chain model
Analisis nilai
tambah
agroindustri kopi
Perumusan Mitigasi
Risiko pada
Agroindustri kopi
Outline
3. PERKEMBANGAN KOPI DUNIA
Brazil
3,08 juta
ton/tahun
Vietnam
1,77 juta
ton/tahun
Colombia
840 ribu
ton/tahun
Indonesia
639 ribu
ton/tahun
1 2 3 4
4
3
1
2
ICO, 2019
Indonesia adalah negara
produsen biji kopi terbesar
keempat dengan produksi
rata-rata sekitar 639 ribu
ton per tahun atau sekitar
8% dari produksi kopi
dunia.
Komposisi produksi kopi
Indonesia adalah 72,84%
kopi robusta dan 27,15%
kopi arabika.
4. Indonesia: Penghasil Kopi Terbesar Keempat Dunia
Sumatera
Selatan
(184.168 ton)
Lampung
(106.746 ton)
Jawa Timur
(71.551 ton, luas areal tanam 106.564 ha)
Persebaran Kopi di Indonesia
45%
46%
Biji kopi Indonesia
terserap oleh industri
Nasional
Konsumsi
Lokal
=
Produksi
Kopi
2016
2017
2018
250k ton
(naik 10,52%)
276k ton
Konsumsi Produksi
(BPS, 2019)
298k ton
(naik 8,22% per
tahun)
31,87 ribu
ton
30,29k ton
(turun 4,95%)
28,14k ton
(turun 7,1%)
8. Faktor-Faktor yang lebih dipertimbangkan
Supplier
✓ Long term contract
✓ Take or pay clauses
✓ Track record
✓ Fixed priced
✓ Traceable
✓ Visibility
✓ Personal relationship
✓ Risk/reliability
Consumer
✓ Quality
✓ Quantity
✓ Price
✓ Discount
Agroindustry
✓ Quality
✓ Delivery
✓ Services
✓ Flexibility
✓ Cost
✓ Facilities
✓ Risk -internal/external
Distributor
✓ Cost
✓ Delivery
✓ Visibility
✓ traceability
9. TRADE OFF ANTAR PEMANGKU
KEPENTINGAN
Biaya transportasi rendah maka lead time lebih lama dan
kuantitas besar saat pengangkutan, sehingga inventory
banyak
Biaya transportasi vs inventory
Kualitas tinggi membutuhkan biaya operasional tinggi
sehingga keuntungan sedikit
Kualitas vs Biaya operasional
SUPPLIER
Biaya transportasi vs inventory
Biaya transportasi vs respon pelanggan
AGROINDUSTRY
Harga vs Jarak/lokasi supplier
Buy or Make
Inventory vs Biaya persediaan
Kualitas vs Biaya produksi
DISTRIBUTOR
Optimasi kapasitas mode transportasi vs respon
pelanggan
Biaya transportasi vs inventory
Kualitas vs Harga
Keberhasilan SC tidak hanya bergantung pada
efisiensi dan fleksibilitas partial, namun lebih ke
arah kompromi, yang mana setiap pemangku
kepentingan saling berusaha untuk menemukan
keseimbangan yang terbaik diantara keduanya.
Trade off merupakan ide sederhana saat perusahaan tidak
bisa lagi bersaing hanya pada biaya dan produktivitas, melainkan
ada beberapa tujuan kompetitif seperti kualitas, lead time,
fleksibilitas, biaya, dll yang harus dipertimbangkan.
11. Suppliers Consumer
Retailer
Distributor
Agroindustry
Flow of information, products, service, and financials
Optimasi
Model
Rantai
Pasok
New technology
Product
development
New
Relationships
New
processing
New
Product
s
Integrated
solutions
Key process
improvement
Supply chain
responsiveness
Alternative
channels
Cost to
serve
New sales
Sales
leadership
srategies
Capture buying
habits
New business
systems
Product
development
Distribution
efficiency
Product
replenishment
Order fulfillment
Marketing
strategy
Business
development
Supply chain management strategy
Supply chain redesign
12. Konfigurasi Jaringan Rantai Pasok (Kopi
DAMPIT, Kabupaten Malang)
Tengkulak
lokal
Pengepul
besar
Eksportir
Pedagang besar
antar kabupaten
Pedagang
eceran
IKM/
Roastery
Retail
Pasar
tradisional
Konsumen
- Coffee
shop
- Restauran
- Hotel
- RT
Traders Industri
Konsumen
Luar Negeri
Struktur 1 Struktur 2 Struktur 3
Kelompok
Tani
Petani Petani
Keterangan:
Struktur 4
13. Konfigurasi Jaringan Rantai Pasok Kopi
Pasrujambe, Lumajang
Pengepul
besar
Eksportir
Pedagang besar
antar kabupaten
Pedagang
eceran
IKM/
Roastery
Retail
Konsumen
- Coffee
shop
- Restauran
- Hotel
- RT
Traders Industri
Konsumen
Luar Negeri
Struktur 1 Struktur 2 Struktur 3
Kelompok
Tani
Petani Petani
Keterangan:
15. Proses “NATURAL”
(langsung
dikeringkan
dengan kulit tanpa
dikupas)
Kulit Kopi
Penyimpanan
Penggilingan
Green Bean
Penyangraian
Pelepasan Kulit
Tanduk
Buah Kopi
Pengeringan
Pencucian
Fermentasi
Pemisahan Kulit Buah
Perendaman
Sortasi Buah Kopi Berdasarkan Warna
Kopi Merah
Pengeringan
Cascara
Proses “FULWASH”
(melalui tahap
fermentasi dan
pencucian)
Proses “HONEY”
(tanpa melalui
tahap fermentasi
dan pencucian)
Pengemasan
Kopi Banbinsa Desa Wisata Taji
Diagram alir proses produksi kopi robusta Perkebunan Desa Wisata Taji
16. Variabel
I. Output, Input, dan Harga
Nilai
Petani
Nilai Produsen
Bagian
Produksi
Green Bean
Nilai Produsen
Bagian
Produksi
Roast Bean
Nilai Produsen
Bagian Produksi
Bubuk Kopi
1. Output (Kg) 1.500 400 350 350
2. Input (Kg) 3 1500 400 350
3. Tenaga Kerja (HOK) 2 5 4 3
4. Faktor Konversi 500 0,27 0,875 1
5. Koefisien Tenaga Kerja 0,67 0.0033 0.01 0,0086
6. Harga Output (Rp/Kg) 10.000 60.000 100.000 135.000
7. Upah Tenaga Kerja Langsung (Rp/HOK) 0 30.000 30.000 30.000
II. Penerimaan dan Keuntungan
8. Harga Bahan Baku (Rp/Kg) 183.000 10.000 60.000 100.000
9. Sumbangan Input Lain 4.815.000 3.424,66 19.178,08 2.018,79
10. Nilai Output (Rp/Kg) 5.000.000 16.200 87.500 135.000
11. a. Nilai Tambah (Rp/Kg) 2.000 2.775,34 8.321,92 32.981,21
b. Rasio Nilai Tambah (%) 0,04% 17,13% 9,5% 24,43%
12. a. Pendapatan Tenaga Kerja Langsung
(Rp/Kg)
0 99 300 258
b. Pangsa Tenaga Kerja (%) 0 3,57% 3,6% 0,78%
13. a. Keuntungan (Rp/Kg) 2.000 2.676,34 8.021,92 32.723,21
b. Tingkat Keuntungan (%) 100% 96,43% 96,39% 99,22%
Nilai tambah
dianalisis di
tkt. petani,
produsen
untuk produk
green bean,
roast bean,
dan bubuk
kopi.
Analisis biaya
transaksi dan
nilai tambah
17. Nilai Tambah Pada Mata Rantai
Petani
Green
bean
Roast
bean
Bubuk
Kopi
Konsumen
Rp. 2.775,34/kg
Rp. 2.000/kg
Rp. 8.321,92/kg Rp. 32.981,21/kg
Keterangan:
Nilai tambah yang dihasilkan
Penjualan produk
21. Kode
Agen
Agen Risiko Nilai
ARP
Kode
Mitigasi
Strategi Mitigasi
A17 Petani lalai 987 PA1 Membuat penjadwalan aktivitas di kebun
PA2 Memberi edukasi perawatan kopi yang baik
PA3 Melakukan pengawasan aktivitas di kebun
A30 Tenaga kerja kurang terampil 903 PA4 Memberikan training ulang ke tenaga kerja
PA5 Membuat SOP di kedai kopi
PA6 Melakukan evaluasi kerja
A3 Kesalahan manajemen
perencanaan bagian
produksi
636 PA7 Membuat list perencanaan produksi
PA8 Mengevaluasi rencana yang telah dibuat
A8 Stok pupuk bersubsidi
terbatas
585 PA9 Menggunakan pupuk non subsidi
PA10 Menggunakan pupuk organik
22. ANALISIS RISIKO RANTAI PASOK
KOPI ROBUSTA
Variabel Risiko RP:
PENGEPUL BESAR
PETANI
25 potential
failure mode
• budidaya: 12
• teknologi: 1
• SDM: 3
• keuangan: 3
• pasar: 4
• kelembagaan: 3
• distribusi: 1
27 POTENTIAL
FAILURE MODE
21 Potential
failure mode
1. Budidaya/Produksi
2. Teknologi
3. SDM
4. Keuangan
5. Kelembagaan
6. Distribusi
ROASTERY
• Variabel produksi: 9
• Variabel teknologi: 1
• Variabel SDM: 2
• Variabel keuangan: 1
• Variabel pasar: 3
• Variabel kelembagaan: 3
• Variabel distribusi: 2
• produksi: 11
• teknologi: 5
• SDM: 2
• keuangan: 1
• pasar: 2
• kelembagaan: 2
• Variabel distribusi: 2
7. Pasar
✓ Studi kasus: Rantai pasok agroindustri kopi di Kabupaten Malang dan Kabupaten Lumajang
✓ Analisis risiko RP diidentifikasi mulai dari petani, pengepul besar dan pengolah/roastery
23. Langkah-langkah Fuzzy FMEA
FMEA using fuzzy weighted geometric mean (Wang et al., 2009)
Input nilai S, O, D
Agregasi penilaian
S, O, D
Agregasi bobot kepentingan
relatif S, O, D
Output nilai FRPN
Pengkategorian nilai FRPN
Selesai
24. DAFTAR RISIKO & FRPN DI LEVEL PETANI
Variabel Kode Risiko
FRPN Kategori FRPN Kategori
Malang Lumajang
Budi
daya
P1 Pengadaan bibit terlambat 4,755 M 4,862 M
P2 Penggunaan pupuk tidak sesuai takaran 4,731 M 5,269 M
P3 Tanaman kopi terserang hama dan penyakit 4,721 M 5,230 M
P4 Warna buah kopi yang dipanen heterogen 4,930 M 5,257 M
P5 Buah kopi tidak memenuhi kualifikasi mutu (ukuran seragam dan bernas) 5,202 M 5,056 M
P6 Kontaminasi fisik seperti ranting, daun, tanah, dan kerikil lebih dari 0,5% 5,098 M 5,471 M
P7 Hasil panen buah kopi rendah 4,784 M 4,648 M
P8 Kadar air biji kopi ose lebih dari 12,5% 4,724 M 5,323 M
P9 Cacat warna dan bau pada biji kopi ose 4,858 M 4,856 M
P10 Biji kopi ose pecah/hancur 4,796 M 4,456 M
P11 Kemasan rusak 4,924 M 4,513 M
P12 Penurunan kualitas biji kopi ose selama penyimpanan 4,676 M 4,555 M
Teknologi P13 Kapasitas fasilitas produksi terbatas 4,441 LM 4,313 LM
SDM
P14 Tenaga terampil dalam praktik budidaya tanaman kopi rendah 4,475 M 5,169 M
P15 Kesadaran petani terkait pentingnya petik selektif masih rendah 4,750 M 5,141 M
P16 Tenaga terampil dalam penanganan pasca panen kopi rendah 4,487 M 4,406 LM
Keuangan
P17 Gangguan pembiayan usaha tani 5,064 M 5,296 M
P18 Ketidakpastian pendapatan petani 4,477 M 4,931 M
P19 Suku bunga pinjaman tinggi 5,076 M 4,933 M
Pasar
P20 Fluktuasi harga 5,205 M 5,258 M
P21 Ketidakpastian waktu pembayaran kopi 4,908 M 4,985 M
P22 Biji kopi ose tidak mampu memenuhi permintaan secara kuantitas 5,117 M 4,300 LM
P23 Pengembalian biji kopi ose karena tidak memenuhi kualitas 4,918 M 4,635 M
Kelem-
bagaan
P24 Peningkatan standar kualitas biji kopi ose dari pemerintah 4,675 M 4,008 LM
P25 Penambahan kewajiban sertifikasi berkelanjutan seperti UTZ, UE, organik 4,597 M 4,389 LM
P26
Forum komunikasi dan koordinasi antar petani dalam satu lembaga yang belum optimal
4,750 M 4,948 M
Distribusi P27 Pengiriman biji kopi ose tidak tepat waktu 4,428 LM 4,525 M
25. DAFTAR RISIKO & FRPN DI LEVEL PENGEPUL BESAR
Variabel Kode Risiko
FRPN Kategori FRPN Kategori
Malang Lumajang
Produksi
B1 Penerimaan biji kopi ose terlambat 4,301 LM 4,892 M
B2 Ketidaksesuaian kuantitas biji kopi ose yang dipesar 4,321 LM 4,032 LM
B3 Cemaran fisik biji kopi ose lebih dari 0,5% 5,139 M 5,375 M
B4 Kadar air biji kopi ose lebih dari 12,5% 5,485 M 5,165 M
B5 Defect fisik pada biji kopi lebih dari 225 4,972 M 5,013 M
B6 Biji kopi ose tidak memenuhi standar SNI biji kopi (ukuran tidak seragam) 4,456 M 5,050 M
B7 Kemasan rusak 5,166 M 4,661 M
B8 Penurunan kualitas biji kopi ose di gudang 5,245 M 4,870 M
B9 Penurunan kuantitas biji kopi ose di gudang 4,519 M 4,803 M
Teknologi
B10 Ketidakmampuan pengepul dalam menggunakan teknologi informasi sebagai
sarana penjualan
4,672 M 4,747 M
SDM B11 Pengetahuan tentang penyimpanan dan distribusi biji kopi ose rendah 4,885 M 4,969 M
B12 Pengetahuan tentang teknik pengemasan biji kopi ose rendah 5,393 M 5,005 M
Kelem-
bagaan
B13 Intervensi kelembagaan tidak terarah 4,656 M 4,775 M
B14 Ketidakpastian pajak 3,087 L 4,540 M
B15 Perubahan kebijakan keamanan pangan 4,353 LM 4,644 M
Pasar
B16 Fluktuasi harga 5,555 M 5,110 M
B17 Pengembalian biji kopi ose dari pasar karena tidak memenuhi kualitas yang
diminta
4,043 LM 4,390 LM
B18 Kegagalan dalam merespon pasar (selera dan preferensi konsumen) 4,767 M 4,428 LM
Keuangan B19 Kegagalan dalam menerjemahkan informasi tentang penjualan dan aliran kas 3,808 LM 4,678 M
Distribusi B20 Kerusakan biji kopi ose selama proses distribusi 4,183 LM 4,941 M
B21 Tidak dapat mengirimkan biji kopi ose secara tepat waktu 4,766 M 4,857 M
26. DAFTAR RISIKO & FRPN DI LEVEL ROASTERY
Variabel Kode Risiko
FRPN Kategori FRPN Kategori
Malang Lumajang
Produksi
R1 Keterlambatan penerimaan biji kopi ose 4,500 M 5,042 M
R2 Ketidaksesuaian kualitas biji kopi ose yang dipesan 4,906 M 5,097 M
R3 Ukuran biji kopi ose heterogen 5,290 M 5,352 M
R4 Kadar air lebih dari 12,5% 4,947 M 5,517 M
R5 Desitas biji kopi ose lebih dari 750 gram 5,229 M 5,359 M
R6 Kopi sangrai gagal first crack 4,861 M 5,141 M
R7 Defect kopi sangrai tinggi 5,290 M 5,391 M
R8 Kegagalan menciptakan level roasting (light, medium, dark) 5,518 M 5,259 M
R9 Kegagalan menciptakan flavor rasa yang diinginkan 5,388 M 5,453 M
R10 Kemasan rusak 4,810 M 5,000 M
R11 Kopi sangrai rusak saat penyimpanan di gudang 4,893 M 5,214 M
Teknologi
R12 Kegagalan mengatur suhu roasting 5,481 M 5,446 M
R13 Kegagalan mengatur waktu roasting 5,503 M 5,359 M
R14 Aiflow tidak bekerja dengan optimal 4,969 M 5,238 M
R15 Kegagalan dalam mengatur speed drum 5,000 M 5,171 M
R16 Cooling bin tidak berfungsi 5,105 M 5,300 M
Keuangan R17 Kegagalan dalam menerjemahkan informasi tentang penjualan dan aliran kas 5,136 M 5,014 M
SDM
R18 Inovasi dan diversifikasi produk rendah 5,279 M 5,368 M
R19 Penguasaan teknologi pada tahap roasting rendah 5,420 M 5,641 MH
Kelem-
bagaan
R20 Perubahan peraturan pemerintah atau bisnis 4,626 M 3,750 LM
R21 Intervensi kelembagaan tidak terarah
4,600 M 4,801 M
Pasar
R22 Fluktuasi harga 4,744 M 4,060 LM
R23 Pengembalian biji kopi sangrai karena tidak memenuhi persyaratan mutu 4,777 M 4,356 LM
Distribusi
R24 Kerusakan produk selama proses distribusi 4,693 M 4,138 LM
R25 Keterlambatan pengiriman biji kopi sangrai ke konsumen 4,086 LM 4,910 M
28. Langkah-langkah Fuzzy ANP
(Nobar et al, 2011)
Identifikasi kriteria dan alternatif
Pembuatan struktur jaringan ANP
Penentuan bobot dari kriteria
Fuzzifikasi (Chang’s extend analysis method)
Perhitungan bobot akhir prioritas
Selesai
Perhitungan vector eigen, Consistency Index (CI),
Ronsistency Ratio (CR)
Normalisasi hasil perhitungan
29. Mitigasi Risiko di Petani
Struktur Jaringan ANP Mitigasi Risiko Level Petani
30. Strategi Mitigasi di Lv. Petani
Kriteria Hasil agregat
kriteria
Rangking
Budidaya 0,060 7
Teknologi 0,123 4
Keuangan 0,180 2
Pasar 0,286 1
Kelembagaan 0,102 5
SDM 0,083 6
Distribusi 0,160 3
Hasil agregat setiap kriteria di level petani
Kriteria Alternatif Strategi Nilai agregat
strategi
Rangking
Budidaya Penanganan pasca panen sesuai Good Manufacturing
Practices (GMP) (A1)
Penggunaan bibit kopi robusta unggul (A2)
Perawatan dan pemeliharaan tanaman kopi sesuai Good
Agricultural Practices (GAP) (A3)
0,000
0,021
0,030
3
2
1
Teknologi Pengadaan sarana input produksi (B1)
Pengembangan teknologi pasca panen (B2)
Manajemen mutu dan penyimpanan (B3)
0,000
0,097
0,000
2
1
2
Keuangan Peningkatan akses permodalan (C1)
Pencatatan laporan keuangan (C2)
0,095
0,074
1
2
Pasar Perluasan jaringan pemasaran (D1)
Peningkatan kualitas produk (D2)
Pemasaran online dan offline (D3)
0,123
0,156
0,000
2
1
3
Kelembagaan Penguatan kelompok tani (E1)
Sinergitas lembaga pendukung (E2)
Membangun stabilitas internalisasi kelembagaan (E3)
0,000
0,088
0,000
2
1
2
Sumber Daya
Manusia
Peningkatan keterampilan teknis usaha tani (F1)
Pendampingan SDM (F2)
Peningkatan pengetahuan SDM tentang budidaya dan
penanganan pasca panen kopi robusta (F3)
0,000
0,051
0,024
3
1
2
Distribusi Penjadwalan pengiriman (G1)
Meningkatkan koordinasi, efisiensi dan efektivitas
pelayanan dalam pemasaran produk (G2)
Optimalisasi ketersediaan transportasi (G3)
0,000
0,071
0,000
2
1
2
Nilai agregat strategi di level petani
31. Mitigasi Risiko di Pengepul Besar
Struktur Jaringan ANP Mitigasi Risiko Level Pengepul Besar
32. Kriteria Hasil agregat
kriteria
Ranking
Produksi 0,035 7
Teknologi 0,098 6
Keuangan 0,159 2
Pasar 0,264 1
Kelembagaan 0,110 5
SDM 0,151 3
Distribusi 0,147 4
Kriteria Alternatif Strategi Nilai agregat
strategi
Rangking
Produksi Menjalin kemitraan yang baik dengan supplier (A1)
Penanganan pasca panen sesuai Good Manufacturing
Practices (GMP) (A2)
Evaluasi penerapan Standard Operating Procedure (SOP)
secara berkala (A3)
0,008
0,011
0,014
3
2
1
Teknologi Manajemen mutu, penyimpanan dan penggudangan kecil
(B1)
Inisiasi teknologi pengemasan hermetik (B2)
Inisiasi teknologi informasi dan komunikasi dalam
pengelolaan database penjualan dan pemasaran (B3)
0,000
0,000
0,082
2
2
1
Keuangan Peningkatan akses permodalan (C1)
Pencatatan laporan keuangan (C2)
0,088
0,057
1
2
Pasar Perluasan jaringan pemasaran (D1)
Pemasaran online dan offline (D2)
Peningkatan kualitas produk (D3)
0,113
0,129
0,000
2
1
3
Kelembagaan Penguatan kelembagaan sertifikasi (E1)
Sinergitas lembaga pendukung (E2)
Membangun stabilitas internalisasi kelembagaan (E3)
0,028
0,037
0,038
3
2
1
Sumber Daya
Manusia
Peningkatan keterampilan teknis pengolahan produk
turunan kopi (F1)
Pendampingan SDM (F2)
Peningkatan pengetahuan SDM tentang pengemasan dan
penyimpanan (F3)
0,000
0,078
0,047
3
1
2
Distribusi Penjadwalan pengiriman (G1)
Meningkatkan koordinasi, efisiensi dan efektivitas
pelayanan dalam pemasaran produk (G2)
Manajemen mutu selama dristribusi (G3)
0,000
0,059
0,000
2
1
2
Hasil agregat setiap kriteria di level pengepul besar
Nilai agregat strategi di level pengepul besar
Strategi Mitigasi di Pengepul Besar
33. Mitigasi Risiko di Roastery
Struktur Jaringan ANP Mitigasi Risiko Level Petani
34. Kriteria Hasil agregat
kriteria
Ranking
Budidaya 0,102 5
Teknologi 0,114 4
Pasar 0,071 6
Keuangan 0,271 1
Kelembagaan 0,177 3
SDM 0,015 7
Distribusi 0,252 2
Kriteria Alternatif Strategi Nilai agregat
strategi
Rangking
Produksi Menjalin kemitraan yang baik dengan supplier (A1)
Penyusunan Standard Operational Procedure (SOP)
roasting (A2)
Manajemen mutu, penyimpanan dan penggudangan
kecil A3)
0,024
0,041
0,033
3
1
2
Teknologi Pemeliharaan dan perawatan mesin roasting (B1)
Inovasi pengembangan teknik meroasting (B2)
Inisiasi teknologi artisan untuk mengontrol proses
roasting (B3)
0,048
0,000
0,054
2
3
1
Keuangan Peningkatan akses permodalan (C1)
Pencatatan laporan keuangan (C2)
0,022
0,048
2
1
Pasar Perluasan jaringan pemasaran (D1)
Pemasaran online dan offline (D2)
Peningkatan kualitas produk (D3)
0,116
0,132
0,000
2
1
3
Kelembagaan Penguatan kelembagaan usaha mandiri (E1)
Sinergitas lembaga pendukung (E2)
Membangun stabilitas internalisasi kelembagaan (E3)
0,061
0,059
0,046
1
2
3
Sumber Daya
Manusia
Peningkatan kualitas tenaga kerja (F1)
Pendampingan SDM (F2)
Peningkatan pengetahuan SDM tentang roasting dan
pengemasan (F3)
0,004
0,007
0,004
2
1
2
Distribusi Penjadwalan pengiriman (G1)
Meningkatkan koordinasi, efisiensi dan efektivitas
pelayanan dalam pemasaran produk (G2)
Manajemen mutu selama dristribusi (G3)
0,000
0,102
0,000
2
1
2
Hasil agregat setiap kriteria di level roastery
Nilai agregat strategi di level roastery
Strategi Mitigasi di Roastery
36. KESIMPULAN
✓ Aplikasi pengambilan keputusan dalam rantai pasok
agroindustri dilakukan dengan mendapatkan
keunggulan kompetitif yang dimiliki oleh perusahaan
dengan tetap mempertimbangkan keberlanjutan usaha.
✓ Pemilihan model pengambilan keputusan dalam rantai
pasok sangat dinamis sesuai kondisi dan lingkungan
strategisnya.
✓ Aplikasi Model Pengambilan Keputusan pada Rantai
Pasok Agroindustri mempertimbangkan banyak faktor
terutama kompromi antar banyak kriteria dan
pemangku kepentingan