SlideShare a Scribd company logo
1 of 20
KATA PENGANTAR




       Puji syukur kehadirat tuhan yang maha esa yang telah melimpahkan rahmat dan
ridhonya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Pendidikan
Kesetaraan” Makalah ini berisikan tentang “Pendidikan Kesetaraan Kejar Paket A, B, dan C“
dengan makalah ini diharapkan para pembaca dapat mengerti tentang pendidikan Kesetaraan
yang menjadi sebuah alternatif pendidikan formal.

       Dalam penyusunan makalah ini kami sudah berusaha semaksimal mungkin, namun
sesempurna apapun kami tetap mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang
membangun demi kesempurnaan pembuatan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi semua pihak/pembaca.




                                                                Bandung, 9-Januari-2013




                                                                         Penulis




                                                                                       1
DAFTAR ISI




KATA PENGANTAR………………………………………………………......……………1

DAFTAR ISI.………………………………………………………………………………....2

BAB I PENDAHULUAN…................……………………………………………………....3

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................5

A. Pengertian Pendidikan Kesetaraan…………………………………………………...........5

B. Fungsi dan Tujuan....………………………………………………………………….....…6

C. Sasaran Pendidikan Kesetaraan…………………………………………....……………….6

D. Acuan Standart Penyelenggaraan Pendidikan Kesetaraan .........…………………………..7

E. Karakteristik Pendidikan LuarSekolah …………………………….........………………..11

F. Metode Pembelajaran……….……………………………………………………………..13

G. Strategi Pembelajaran….....……………………………………………………………….15

BAB III KESIMPULAN……………....................………………………………………… 19

DAFTAR PUSTAKA………..………………………………………………………………20




                                                                                                                               2
BAB I

                                      PENDAHULUAN




        Menurut UU No. 20 tahun 2003, tentang Sisdiknas, dinyatakan bahwa pendidikan
nasional diselenggarakan melalui tiga jalur, yaitu: pendidikan formal, nonformal, dan
informal. Melalui jalur pendidikan nonformal, pemerintah melalui Dirjen Pendidikan Luar
Sekolah (PLS), yang kini berubah nama menjadi Dirjen Pendidikan Nonformal dan Informal
(PNFI) menyelenggarakan berbagai program yang salah satu diantaranya adalah Pendidikan
Kesetaraan, yang terdiri atas (1) Program Paket A setara SD, (2) Program Paket B setara
SMP, dan (3) Program Paket C setara SMA.

        Pendidikan kesetaraan merupakan salah satu contoh yang saat ini banyak dikenal oleh
masyarakat sebagai program PLS yang berperan sebagai alternatif pengganti pendidikan
formal adalah Kelompok Belajar (Kejar) Paket A sebagai pengganti SD/MI, Paket B sebagai
pengganti SMP/MTS, dan Paket C sebagai pengganti Pendidikan Sekolah Menengah Atas.
Lulusan Kejar Paket C sama dengan lulusan SLTA dan diterima untuk mengikuti Seleksi
Masu Perguruan Tinggi. Fungsi PLS sebagai pengganti pendidikan formal disebut sebagai
substitusi yang diimplementasikan menjadi bentuk program kesetaraan (Elih Sudiapermana
dalam Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 2004)

        Pendidikan kesetaraan dalam PLS sampai saat ini masih setingkat pendidikan dasar
dan menengah, yaitu tingkat SD/MI, SMP/M.Ts, dan SMA/MA. Kelompok Belajar yang
disingkat Kejar yang berarti pula mengejar (karena ketinggalan) melaksanakan pembelajaran
dengan cara yang fleksibel (Oong Komar, 2004 : 219) sebagai berikut :

(a)   Belajar sendiri dengan memanfaatkan pengetahuan dan pengalamannya sendiri.

(b)    Saling belajar antara warga belajar yang belum mengetahuan dengan yang sudah
mengetahui.

(c)   Belajar bersama dengan tutor.

(d) Kursus bidang pengetahuan dan ketrampilan.

(e)   Magang dengan cara ikut belajar, bekerja dan berusaha dibidang tertentu kepada orang
yang sudah mahir dibidangnya.

                                                                                         3
Kelompok belajar paket A, B, dan C adalah kelompok belajar sebagai bentuk layanan
pendidikan umum oleh PLS. Kelompok belajar tersebut sudah cukup berkembang di
masyarakat sebagai bentuk layanan pendidikan kesetaraan. Program PLS adalah kegiatan
pendidikan yang diselenggarakan oleh satuan PLS. Program PLS dapat diselenggarakan oleh
perorangan, maupun kelompok, dapat pula diselenggarakan oleh instansi pemerintah maupun
masyarakat atau swasta.Setara artinya sederajat yakni sama derajatnya; kesetaraan berarti
kesederajatan yakni kesamaan derajatnya. Pendidikan kesetaraan adalah program PLS yang
sederajat dengan program Pendidikan Sekolah. Program PLS dalam bidang pendidikan
kesetaraan adalah program pendidikan umum Kejar Paket A yang setara dengan SD/MI,
Kejar Paket B yang setara dengan SMP/MTs, dan Kejar Paket C yang setara dengan
SMA/MA.

       Pendidikan kesetaraan yang diselenggarakan oleh PLS sampai saat ini masih belum
memenuhi makna hakiki dari pendidikan kesetaraan. Hal ini dapat diketahui dari pengakuan
masyarakat dan pemerintah terhadap lulusan Kelompok Belajar Paket A, B, dan C.
Masyarakat masih menganggap bahwa Kejar Paket A, B, dan C adalah pendidikan kelas dua,
yakni kelas dibawah pendidikan formal/ sekolah. Kejar Paket tersebut adalah pendidikan
yang tidak bermutu dan ijazahnya tidak dapat dipergunakan untuk meneruskan studi dan atau
untuk mencari pekerjaan. Tidak jarang kita jumpai pendapat dari para petugas pemerintahan
yang menganggap bahwa Kejar Paket tersebut merupakan pendidikan yang murahan dan
tidak memiliki kualitas yang memadai.

       Pada hakikatnya Pendidikan Kesetaraan mengandung makna bahwa lulusannya
adalah sederajat atau sama derajatnya. Artinya lulusan Kejar Paket memiliki kesamaan
derajat dengan lulusan pendidikan sekolah. Lulusan Kejar Paket A sama derajatnya dengan
lulusan SD/MI, lulusan Kejar Paket B sama derajatnya dengan lulusan SMP/MTs, dan
lulusan Kejar Paket C sama derajatnya dengan lulusan SMA/MA. Berarti lulusan Kejar Paket
A dapat diterima melanjutkan pendidikan di SMP/MTs.

       Begitu pula Kejar Paket B dan C dapat diterima melanjutkan pendidikan di SMA/MA
dan di Perguruan Tinggi. Sebaliknya lulusan SD/MI dapat diterima pada program Kejar Paket
B. Disamping itu para peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah dapat pula
berpindah sesuai dengan kesetaraanya. Misalnya peserta didik pada Kejar Paket A seharusnya
dapat berpindah ke SD/MI, peserta didik Kejar Paket B dapat berpindah ke SMP/MTs, dan
peserta didik Kejar Paket C dapat berpindah ke SMA/MA.

                                                                                        4
BAB II

                                      PEMBAHASAN




   A. Pengertian Pendidikan Kesetaraan

       Pendidikan Kesetaraan merupakan pendidikan nonformal yang mencakup program
Paket A setara SD/MI, Paket B setara SMP/MTs, dan Paket C setara SMA/MA dengan
penekanan pada penguasaan pengetahuan, keterampilan fungsional serta pengembangan
sikap dan kepribadian profesional peserta didik.

       Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan
formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh
Pemerintah atau pemerintah daerah dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan (UU
No 20/2003 Sisdiknas Pasal 26     Ayat (6).

       Setiap peserta didik yang lulus ujian kesetaraan Paket A, Paket B atau PaketC
mempunyai hak eligibilitas yang sama dan setara dengan pemegang ijazah SD/MI,
SMP/MTs, dan SMA/MA untuk dapat mendaftar pada satuan pendidikan yang lebih tinggi.
Status kelulusan Paket C mempunyai hak eligibilitas yang sama dengan lulusan pendidikan
formal dalam memasuki lapangan kerja.

   1. Program Paket A.

       Program Paket A adalah program pendidikan dasar pada jalur pendidikan nonformal
setara SD/MI bagi siapapun yang terkendala ke pendidikan formal atau berminat dan memilih
pendidikan kesetaraan untuk ketuntasan pendidikan. Pemegang ijazah Program Paket A
memiliki hak eligibilitas yang sama dengan pemegang ijazah SD/MI.

   2. Program Paket B

   Program Paket B adalah program pendidikan dasar pada jalur pendidikan nonformal
setara SMP/MTs bagi siapapun yang terkendala ke pendidikan formal atau berminat dan
memilih pendidikan kesetaraan untuk ketuntasan pendidikan dasar. Pemegang ijazah Program
Paket B memiliki hak eligibilitas yang sama dengan pemegang ijazah SMP/MTs.

   3. Program Paket C


                                                                                       5
Program Paket C adalah program pendidikan menengah pada jalur pendidikan nonformal
setara SMA/MA bagi siapapun yang terkendala ke pendidikan formal atau berminat dan
memilih pendidikan kesetaraan untuk ketuntasan pendidikan menengah. Pemegang ijazah
Program Paket C memiliki hak eligibilitas yang sama dengan pemegang ijazah SMA/MA.




   B. Fungsi dan Tujuan

Pendidikan Kesetaraan berfungsi mengembangkan potensi diri peserta didik dengan
penekanan pada penguasaan pengetahuan akademik dan keterampilan fungsional dan
pengembangan sikap dan kepribadian profesional. Tujuan pendidikan kesetaraan adalah
untuk:

1. Menjamin penyelesaian pendidikan dasar yang bermutu bagi anak yang kurang beruntung:
putus sekolah, putus lanjut, tidak pernah sekolah, minoritas etnik, dan anak yang bermukim
di desa terbelakang, miskin, bermasalah secara sosial, terpencil atau sulit dicapai karena letak
geografi s dan atau keterbatasan transportasi dalam rangka memberi kontribusi terhadap
peningkatan APM dan APK pendidikan dasar minimal 2% – 5% dalam mempercepat
susksesnya wajar sembilan tahun;

2. Menjamin pemenuhan kebutuhan belajar bagi semua warga masyarakat usia produktif
melalui akses yang adil pada program-program belajar dan kecakapan hidup;

3. Memberikan kontribusi terhadap peningkatan rata-rata lama pendidikan bagi masyarakat
Indonesia minimal 9 tahun sehingga mampu meningkatkan Human Development Index
(HDI) dan upaya menghapus ketidakadilan gender dalam pendidikan dasar dan menengah;

4. Memberikan peluang kepada warga masyarakat yang ingin menuntaskan pendidikan setara
SD/MI dan SMP/MTs atau yang sederajat dengan mutu yang baik;

5. Melayani peserta didik yang memerlukan pendidikan akademik dan kecakapan hidup
secara fleksibel untuk mengaktualisasikan diri sekaligus meningkatkan mutu kehidupannya.

   C. Sasaran Pendidikan Kesetaraan

Program pendidikan kesetaraan memiliki keunikan tersendiri jika dibandingkan dengan
pendidikan formal (SD, SMP, dan SMA), selain waktu dan tempatnya yang fleksibel,



                                                                                              6
program pendidikan kesetaraan memiliki sasaran yang berbeda dengan pendidikan formal.
Secara umum, sasaran dari program-program pendidikan nonformal adalah :

1. Penduduk tiga tahun di atas usia SD/MI ( 13-15) Paket A dan tiga tahun di atas usia
SMP/MTS ( 16 -18 ) Paket B

2. Penduduk usia sekolah yang tergabung dengan komunitas e-lerning,sekolahrumah,sekolah
alternatif,komunitas berfotensi khusus seperti pemusik,atlet,pelukis dll

3. Penduduk usia sekolah yang terkendala masuk jalur formal karena :

     a. Ekonomi terbatas

     b. Waktu terbatas

     c. Geografis ( etnik minoritas,suku terasing)

     d. Keyakinan seperti Ponpes

     e. Bermasalah,(sosial,hukum)

4. Penduduk usia 15-44 yang belum tuntas wajar Dikas 9 tahun

5. Penduduk usia SMA/MA berminat mengikuti program Paket C

6. Penduduk di atas usia 18 tahun yang berminat mengikuti Program Paket C karena berbagai
alasan.




   D. Acuan Standar Penyelenggaraan Pendidikan Kesetaraan

Standar Penyelenggaraan pendidikan kesetaraan ( PP No.19 TH.2005 ) meliputi :

1. Standar Isi

Standar isi mencakup kerangka dasar dan struktur kurikulum , beban belajar, dan kalender
pendidikan untuk penyelenggaraan pendidikan kesetaraan pada satuan pendidikan nonformal
Kurikulum kesetaraan lebih memuat konsep terapan,tematik,dan berorientasi kecakapan
hidup.

2. Standar Proses Pembelajaran


                                                                                       7
Sesuai dengan Permendiknas No. 3 tahun 2008 tentang Standar Proses, bahwa pembelajaran
pendidikan kesetaraan meliputi; perencanaan, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil
pembelajaran serta pengawasan program pembelajaran. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam proses pembelajaran pendidikan kesetaraan adalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran harus memperhatikan beberapa prinsip antara lain:

    a. memperhatikan perbedaan individual peserta didik,

    b. fokus pada pencapaian kompetensi,

    c. mendorong partisipasi aktif peserta didik,

    d. mengembangkan budaya membaca dan menulis, serta

    e. menerapkan teknologi informasi dan komunikasi.

2. Beban belajar peserta didik Program Paket A, dan Paket B dinyatakan dalam SKK yang
menunjukkan bobot kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik dalam mengikuti
program pembelajaran. 1 SKK setara dengan 1 jam pembelajaran tatap muka atau 2 jam
pembelajaran tutorial atau 3 jam pembelajaran mandiri. Ketentuan SKK adalah bahwa :

    a. merupakan ukuran kegiatan pembelajaran yang pelaksanaannya fleksibel.

    b. SKK dapat digunakan untuk alih kredit kompetensi yang diperoleh dari jalur
pendidikan formal, informal, kursus, keahlian, dan pengalaman yang relevan.

    c. Program Paket A Tingkatan 1/Awal (Setara Kelas I – III) mempunyai beban 102 SKK
setara dengan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan minimal 17 SKK per semester.

    d. Program Paket A Tingkatan 2/Dasar (Setara Kelas IV – VI) mempunyai beban 102
SKK setara dengan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan minimal 17 SKK per semester.

    e. Program Paket B Tingkatan 3/Terampil 1 (Setara Kelas VII – VIII) mempunyai beban
68 SKK setara dengan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan minimal 17 SKK per
semester.

    f. Program Paket B Tingkatan 4/Terampil 2 (Setara Kelas IX) mempunyai beban 34 SKK
setara dengan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan minimal 17 SKK per semester.



                                                                                      8
g. Program Paket C (IPA/IPS) Tingkatan 5/Mahir 1 (Setara Kelas X) mempunyai beban
40 SKK setara dengan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan minimal 20 SKK per
semester.

    h. Program Paket C (IPA/IPS) Tingkatan 6/Mahir 2 (Setara Kelas XI – XII) mempunyai
beban 82 SKK setara dengan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan minimal 21 SKK per
semester.

3. Setiap peserta didik wajib mengikuti kegiatan pembelajaran baik dalam bentuk tatap muka,
tutorial, maupun mandiri sesuai dengan jumlah SKK yang tercantum dalam Standar Isi
Program Paket A, dan Paket B. Pengaturan kegiatan pembelajaran tersebut adalah tatap muka
minimal 20%, tutorial minimal 30%, dan mandiri maksimal 50%.

4. Jumlah maksimal peserta didik per kelompok atau rombongan belajar adalah:

   a. Program Paket A setara SD/MI per kelompok : 20 peserta didik

   b. Program Paket B setara SMP/MTs per kelompok : 25 peserta didik.




3. Standar Kompetensi Lulusan

SKL Pendidikan Kesetaraan sama dengan SKL pendidikan formal akan tetapi memiliki
kekhasan sendiri meliputi :

   a. Paket A lulusannya memiliki keterampilan dasar untuk memenuhi kebutuhan hidup

   b. Paket B ,memenuhi tuntutan dunia kerja

   c. Paket C, memiliki keterampilan berwirausaha.

3.1. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan

 Ketentuan tentang Pendidik dan Tenaga Kependidikan adalah sebagai berikut :

a. Pendidik untuk pendidikan kesetaraan program Paket A dan Paket B adalah Tutor atau
Pamong Belajar dan Narasumber Teknis untuk pembelajaran keterampilan.




                                                                                         9
b. Tenaga Kependidikan sekurang-kurangnya meliputi tenaga pengelola atau penyelenggara
pendidikan kesetaraan dan tenaga administrasi, serta dibantu dengan tenaga perpustakaan dan
tenaga laboran jika diperlukan.

        Pendidik pada pendidikan kesetaraan harus memiliki kompetensi pedagogik dan
andragogik karena mereka akan melakukan proses pembelajaran bagi peserta didik yang pada
umumnya sudah dewasa. Selain itu juga harus menunjukkan kecakapan personal untuk
memberikan contoh prilaku, teladan, akhlak mulia, sabar dan ikhlas.

        Memiliki kompetensi profesional dalam arti menguasai materi pembelajaran secara
fasih. Serta memiliki kompetensi sosial untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara aktif
dalam pergaulan sehari-hari. Kualifi kasi akademik tutor pendidikan kesetaraan yang
diharapkan adalah sebagai berikut :

1. Pendidikan minimal D-IV atau S1 dan yang sederajat. Namun untuk daerah yang tidak
memiliki SDM yang sesuai, tutor Paket A dan Paket B minimal D2.

2. Outsourcing dari guru formal dapat dilakukan yakni guru SD/MI untuk program Paket A,
guru SMP/MTs untuk Paket B.

3. Tokoh masyarakat, Kyai, ustadz dan pemuka masyarakat lainnya dengan kompetensi yang
sesuai dapat dijadikan tutor pendidikan kesetaraan.

4. Nara Sumber Teknis (NST) dengan kualifi kasi dan kompetensi yang sesuai untuk
melakukan pembelajaran keterampilan kecakapan hidup (life skill)

5.   Standar Sarana dan Prasarana

Proses belajar mengajar pendidikan kesetaraan dapat dilakukan di berbagai lokasi yang
memiliki standar Standar sarana pendukung meliputi :lahan dan bangunan,buku tek
pelajaran,buku perpustakaan,alat peraga,media pembelajaran.

     3.2.Standar Pengelolaan

Standar pengelolaan pendidikan kesetaraan merupakan standar minimal meliputi:
perencanaan     program,penyusunan     KTSP,kegiatan     pembelajaran,pengelolaan   sarana
prasarana,penilaian hasil belajar dan pengawasan.Pengelolaan pendidikan menerapkan
,manajemen berbasis satuan pendidikan dengan ciri; kemandirian,kemitraan,partisipasi,
keterbukaan dan akuntabilitas.

                                                                                        10
3.3.Standar Pembiayaan

Pembiayaan pendidikan kesetaraan terdiri atas :

1.      Biaya inverstasi

2.      Biaya oprasional

3.      Biaya personal

4.      Standar Penilaian pendidikan

Standar penilaian pendidikan meliputi:

1.      Penilaian hasil belajar oleh pendidik

2.      Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan

3.      Penilaian hasil belajar oleh pemerintah




E. Karakteristik Pendidikan Luar Sekolah

Untuk memahami pendidikan luar sekolah, diperlukan pemahaman terhadap ciri-ciri yang
dimiliki oleh pendidikan luar sekolah. Agar mudah mengetahui ciri PLS, maka berikut ini
disajikan ciri umum PLS :

1.      Peserta didiknya heterogen.

        Dalam PLS terdapat peserta didik yang disebut dengan warga belajar (WB) dengan
nama yang bervariasi, misalnya: warga belajar, audience, trainee, peserta pelatihan, dan
sebagainya. Dari segi umur mereka heterogen; artinya dcalam program PLS umur mereka
berbeda-beda tapi dapat bersatu bersama mengikuti suatu program PLS yang sama. Misalnya
dalam satu kelas program pelatihan komputer, pesertanya (WB) nya dapat bervariasi usianya,
anak usia 15 tahun, usia 20 atau usia berapa saja dapat berkumpul dalam satu kelas mengikuti
program pelatihan komputer.

2.      Pendidik PLS tidak harus berpendidikan tinggi.

        Pendidik PLS tersebut tutor, instruktur, pelatih, fasilitator, dan sebagainya tidak harus
memiliki jenjang pendidikan formal yang tinggi. Syarat pendidik yang dipersyaratakan

                                                                                              11
adalah memiliki keahlikan tertentu yang dapat ditularkan kepada peserta didik, dan bersedia
berperan sebagai pendidik PLS. Tutor atau instruktur dalam PLS dalam PLS dapat
diperankan oleh teman sebaya dari WB yang berasal dari masyarakat setempat, dengan syarat
memiliki kemampuan dan kesediaan.

3.         Tempat belajar fleksibel.

           Tempat belajar PLS tidak harus menetap dalam ruangan khusus. Kegiatan PLS dapat
dilangsungkan di sembarang tempat asalkan sesuai dengan kondisi peserta didik dan
memenuhi persyaratan kesehatan, misalnya di rumah penduduk, di balai desa, di musholla, di
ruang kelas, dan sebagainya. Bahkan tempat belajar PLS dapat berpindah-pindah secara
bergilir di rumah WB sesuai dengan kehendak peserta didik.

4.         Bahan ajar/ materi pelajaran sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan lebih bersifat
praktis.

PLS memberikan layanan pendidikan dengan materi ajar sesuai dengan kebutuhan warga
belajar, baik berupa pengetahuan maupun ketrampilan. Pengetahuan dan ketrampilan yang
disajikan oleh program PLS selalu dikaitkan dengan kebutuhan praktis warga masyarakat.



5.         Waktu pendidikan berjangka pendek.

Program PLS bersifat jangka pendek, karena warga masyarakat menghendaki segera
memanfaatkan hasilnya. Dengan waktu yang tidak lama, misalnya 3 sampai 4 bulan atau
bahkan 1 sampai 2 bulan suatu program PLS dapat diselesaikan. Misalnya pelatihan
pembukuan sederhana bagi para pedagang kaki lima. Mungkin program semacam ini cukup
dilaksanakan dalam waktu 1 bulan pedagang kaki lima sebagai peserta pelatihan sudah dapat
memanfaatkan hasil pelatihan yang diikutinya.

6.         Hasil belajar bersifat fungsional.

           Program PLS memberikan hasil pendidikan berupa pengetahuan atau ketrampilan
yang fungsional. Maksudnya warga belajar yang mengikuti program PLS akan memperoleh
hasil pendidikan berupa pengetahuan atau ketrampilan yang bermanfaat langsung bagi
kehidupan sehari-hari. Pengetahuan atau ketrampilan yang didapat warga belajar dari keikut
sertaannya dalam program PLS dapat dimanfaatkan langsung untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya.

                                                                                          12
7.       Program belajar tidak harus berjenjang.

Program PLS dapat dilaksanakan secara berjenjang dapat pula tidak berjenjang. Maksudnya
ada program PLS yang bersifat berjenjang atau bertingkat, misalnya kursus bahasa inggris
tingkat dasar, tingkat menengah dan tingkat tinggi. Disamping itu ada pula program PLS
yang bersifat tidak berjenjang, misalnya pelatihan pembuatan kue bagi ibu-ibu rumah tangga.

8.       Kegiatan belajar sedikit teori banyak praktek.

Program PLS umumnya banyak dilaksanakan dalam bentuk praktek atau latihan ketrampilan.
Karenyanya kegiatan warga belajar lebih banyak belajar atau belajar ketrampilan dan sedikit
belajar teori. Namun demikian tidak menutup kemungkinan belajar teori lebih dan praktek
sedikit atau bahkan tanpa praktek, karena memang tujuan dari program yang dilaksanakan
bersifat informatif teoritik.

9.       Kurikulum fleksibel.

Kurikulum dalam PLS tidak harus baku atau tetap, tetapi bersifat luwes dan dapat berubah
sesuai dengan kesepakatan warga belajar. Misalnya jadwal dan materi ajar yang semula
sudah ditetapkan, ternyata dalam perjalanan warga belajar menghendaki perubahan; maka
perubahan dapat dilaksanakan.

10.      Sistem pendidikan tidak harus formal/resmi.

Sistem pendidikan terutama sistem pembelajaran dalam PLS tidak harus menggunakan sistem
disiplin ketat, tetapi disiplin longgar. Namun tetap memperhatikan kualitas dan hasil
pembelajaran yang diharapkan. Misalnya warga belajar tidak harus menggunakan pakaian
seragam.




      F. Metode Pembelajaran

         Sebagai bagaian dari Ilmu pendidikan PLS juga menggunakan metode pembelajaran
sebagaimana metode yang di gunakan oleh pendidikan. Metode Pembelajaran atau dahulu
sering di sebut metode mengajar dalam pendidikan pada umumnya di gunakan oleh guru di
pendidikan sekolah. Dengan beberapa modifikasi, metode pembelajaran PLS dapat di pilih
dari beberapa metode berikut ini :



                                                                                         13
1.     Ceramah Tanya Jawab.

       Metode ceramah sering di gunakan di sekolah formal, dengan di selingi satu sampai
tiga kali pertanyaan dari guru,atau bahkan tanpa pertanyaan atau tidak diselingi tanya jawab.
Untuk progam PLS cerama model pendidikan sekolah seperti itu kurang tepat. Yang tepat
adalah sedikit cerama dan banyak tanya jawab.

       Artinya cerama dapat di pergunakan untuk memulai dan pada awal pembelajaran;
kemudian di teruskan dengan tanya jawab. Instruktur / tutor memberikan kesempatan kepada
peserta untuk mengajukan pertanyaan, dan di teruskan dengan pertanyaan dari instruktur
/tutor kepada peserta. Tanya jawab lebih menarik jika di kembakan kepada seluruh peserta.
Maksudnya adalah pertanyaan dari peserta dimintakan jawaban kepada peserta yang lain. Jika
ternyata peserta lain tidak ada yang bersedia menjawab atau ada jawaban peserta tetapi salah,
maka instruktur /tutor meneruskan jawaban yang benar.

2.     Presentasi Multi Media.

Metode presentasi biasanya disebut sebagai teknik presentasi. Penggunaan presentasi yang
baik untuk PLS hendaknya dilaksanakan dengan menggunakan media sama halnya dengan
penyajian materi dengan metode ceramah.

3.     Diskusi.

Metode diskusi dapat dipilih sebagai metode dalam pembelajaran PLS, jika peserta (WB)
memiliki kesiapan untuk berdiskusi. Tidak tepat memaksakan menggunakan diskusi untuk
pembelajaran anak-anak atau remaja yang tidak memiliki kemampuan dan kesiapan untuk
berdiskusi. Disamping itu diskusi hanya tepat untuk pembelajran orang dewasa yang sedang
mengkaji materi pengetahuan dan niali atau sikap. Diskusi cocok digunakan dalam
pembelajaran yang peserta (WB) nya tidak terlalu banyak. Diskusi tidak tepat untuk
pembelajaran yang peserta (WB) nya banyak (kelas besar). Diskusi tidak tepat untuk
pembelajaran dalam bidang psikomotorik atau ketrampilan.

4.     Demonstrasi/Peragaan.

Metode demonstrasi lebih tepat digunakan untuk menyajikan materi pembelajaran yang
berkaitan dengan perilaku dan atau pemahaman suatu proses. Penggunaan metode
demonstrasi memerlukan keahlian instruktur/tutor.


                                                                                          14
5.      Permainan/ Game.

        Metode permainan seringkali dianggap tidak tepat untuk pembelajaran. Karena
permainan dianggap bermain yang tidak memiliki unsur belajar. Namun pendapat yang
demikian itu, saat ini sudah mulai bergeser dan berganti dengan pendapat bahwa belajar yang
efektif adalah belajar yang menyenangkan, tidak mustahil dengan menggunakan metode
permainan.

        Metode permainan memang lebih tepat untuk pembelajaran PLS bagi anak-anak,
terutama pada Kelompok Bermain (KB) atau Play Group dan atau Tempat Penitipan Anak
(TPA). Karena memang dunia anak adalah dunia bermain. Bahkan kebutuhan anak-anak
adalh bermain. Oleh karena itulah metode pembelajaran bagi anak lebih tepat dengan metode
bermain. Namun demikian tidak menutup kemungkinan metode bermain digunakan untuk
pembelajaran bagi pemuda dan orang dewasa. Dengan alasan bahwa bermain sebenarnya
bukan hanya dibutuhkan oleh anak-anak. Pemuda dan orang dewasapun memerlukan bermain
terutama untuk rekreasi.

6.      Simulasi.

Simulasi adalah peniruan kehidupan nyata dalam skala kecil. Simulasi sebagai metode
pembelajaran meliputi metode role playing (bermain peran). Ciri khas simulasi adalah
mencontoh atau meniru kehidupan riel, dengan berpura-pura. Contoh sederhana simulasi
adalah penugasan kepada anak-anak Kelompok Bermain untuk berpakaian seperti orang
dewasa yang disenanginya pada saat Karnaval Peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan RI.
Misalnya berpakaian seperti dokter, seperti tentara, dan sebagainya.




     G. Strategi Pembelajaran

     Beberapa istilah yang berkaitan dengan strategi adalah metode dan pendekatan. Metode
adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi. Pendekatan (approach)
adalah titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran. Sedangkan strategi
adalah perencanaan untuk mencapai sesuatu. Strategi sering diartikan sebagai a plan of
operation achieving something sedangkan metode adalah a way in achieving something. Pada
umumnya dalam pembelajaran dikenal ada dua pendekatan yaitu:



                                                                                        15
1.        Teacher centered approach yaitu pendekatan yang berpusat pada guru yang kemudian
menurunkan strategi pembelajaran deduktif dan pembelajaran ekspositori.

2.        Student centered approach yaitu pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa
yang kemudian menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inkuiri serta strategi
pembelajaran induktif.

Strategi pembelajaran termasuk untuk pendidikan luar sekolah secara umum dapat
diklasifikasikan berdasarkan beberapa segi sebagai berikut :

     1. Dari segi peranan pendidik dan peserta didik.

Dari segi peranan pendidik dan pesrta didik strategi pembelajaran dapat dibedakan menjadi
dua yaitu :

      a. Teacher oriented merupakan strategi pembelajaran yang berfokus pada pendidik (guru)
maksudnya ditentukan oleh pendidik/guru.

      b. Student oriented merupakan strategi pembelajaran yang berfokus pada peserta didik
(siswa/warga belajar) maksudnya seluruh aktivitas pembelajaran diarahkan untuk
kepentingan peserta didik (siswa/warga belajar).

     2. Dari segi sistem pembelajaran

Dari segi pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu :

     a. Content oriented yaitu strategi pembelajaran yang berorientasi pada materi
pelajaran/ajar/bahan ajar/pembelajaran, maksudnya adalah pelaksanaan pembelajaran selalu
berpedoman pada isi atau materi pelajaran/bahan ajar yang sudah ditentukan sebelumnya.

     b. Process oriented yaitu pembelajaran yang berorientasi pada proses pembelajaran
maksudnya seluruh aktivitas pembelajaran ditekankan pada proses pembelajaran bukan pada
yang lain.

     c.   Effect oriented yaitu strategi pembelajaran yang berorientasi pada tujuan
pembelajaran maksudnya adalah seluruh aktivitas pembelajaran selalu berpedoman pada
tujuan pembelajaran yang sudah ditentukan sebelumnya.

     d. Out put oriented yaitu strategi pembelajaran yang berorientasi pada hasil yang akan
dicapai dalam pembelajaran maksudnya adalah seluruh aktivitas pembelajaran baik oleh

                                                                                         16
peserta didik maupun oleh pendidik selalu diarahkan pada pencapaian target atau tujuan yang
sudah ditetapkan dengan mengabaikan proses, tujuan maupun yang lainnya.

     3. Dari segi cara penyajian dan cara pengolahan materi pembelajaran.

Dari segi ini strategi pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

     a. Strategi pembelajaran deduktif adalah strategi pembelajaran yang dilakukan dengan
mempelajari konsep-konsep terlebih dahulu untuk kemudian dicari kesimpulannya.
Materi/bahan pelajaran dikaji secara abstrak terlebih dahulu kemudian secara perlahan-lahan
menuju kepada hal-hal yang konkrit.

     b. Strategi pembelajaran induktif adalah pengkajian dimulai dari materi yang bersifat
konkrit. Strategi ini sering disebut dengan strategi pembelajaran dari khusus ke umum.Lebih
khusus Wina Sanjaya (2008) mengelompokkan jenis-jenis strategi pembelajaran menjadi dua
jenis strategi utama yaitu :

1.      Strategi penyampaian penemuan atau exposition-discovery learning

2.      Strategi pembelajaran kelompok dan strategi pembealajaran individual atau group
individual learning. Secara terinci jenis-jenis strategi pembelajaran tersebut diuraikan sebagai
berikut :

a.) Strategi eksposition

Adalah strategi pembelajaran yang dilaksanakan oleh pendidik (gurua atau istruktur) dengan
menyajikan materi/bahan ajar dalam bentuk bahan jadi kepada peserta didik (siswa atau
warga belajar) dan peserta didik dituntut untuk menguasai materi/bahan tersebut. Peserta
didik tinggal menerima apa adanya materi/bahan dari pendidik.

b.) Strategi expository

Adalah strategi pembelajaran yang dilaksanakan oleh pendidik (guru atau instruktur) dengan
cara menyampaikan informasi kepada peserta didik (siswa atau warga belajar) dan peserta
didik tinggal menerima semua informasi dari pendidik tanpa harus mempersoalkan atau
mencarinya.

c.) Strategi direct istruction



                                                                                             17
Adalah strategi pembelajaran yang dilaksanakan oleh pendidik (guru atau instruktur) dengan
cara memberikan materi ajar/bahan ajar secara langsung kepada peserta didik (siswa atau
warga belajar) dan peserta didik dituntut untuk menguasaianya secara penuh.

d.) Strategi discovery

       Adalah strategi pembelajaran yang dilaksanakan oleh pendidik (guru atau instruktur)
dengan cara menugaskan kepda peserta didik (siswa atau warga belajar) untuk mencarii dan
menemukan materi/bahan ajar dengan berbagai aktivitas belajar. Misalnya mengkaji bahan
pustaka mengadakan observasi terhadap objek tertentu dan sejenisnya. Pendidik (guru atau
istruktur berperan sebagai fasilitator atau mediator yang melaksanakan pembimbingan
terhadap aktivitas belajar peserta didik. Stategi discovery ini disebut pula sebagai indirect
atau strategi pembelajaran tidak langsung.




                                                                                          18
BAB III

                                      KESIMPULAN




       Pendidikan Kesetaraan merupakan pendidikan nonformal yang mencakup program
Paket A setara SD/MI, Paket B setara SMP/MTs, dan Paket C setara SMA/MA dengan
penekanan pada penguasaan pengetahuan, keterampilan fungsional serta pengembangan
sikap dan kepribadian profesional peserta didik.

       Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan
formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh
Pemerintah atau pemerintah daerah dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan (UU
No 20/2003 Sisdiknas Pasal 26 Ayat (6).

       Seperti paparan materi makalah yang saya buat tentang tujuan menyelenggarakan
pendidikan kesetaraan, sama halnya dengan hasil wawancara yang telah saya lakukan yaitu
Memberikan peluang serta memfasilitasi para warga masyarakat yang ingin menuntaskan
pendidikan setara SD/MI dan SMP/MTs atau yang sederajat dengan mutu yang baik. Yang
penyelenggaraanya mengacu pada standart kompetensi yang telah dibuat oleh Diknas.

       Proses pembelajaran serta bahan materi yang disediakan oleh fasilitator disesuaikan
dengan kebutuhan serta situasi dan kondisi mereka sebagai warga belajar sehingga antara
tutor maupun penyelenggara dengan warga belajar harus ada kesepakatan yang disepakati
oleh kedua belah pihak dalam melaksanakan suatu proses pembelajaran.

       Menyelenggarakan pendidikan kesetaraan merupakan tugas mulia dalam upaya ikut
mencerdaskan bangsa. Agar hasilnya maksimal, penyelanggaraannya tidak boleh asal-asalan,
tetapi harus benar-benar profesional. Tugas semua kalangan yang berkompeten dengan
program pendidikan kesetaraan untuk membenahi dan menyempurnakan penyelenggaraan
pendidikan kesetaraan di lapangan.

       Jika pendidikan kesetaraan dilaksanakan secara profesional, memiliki nilai lebih
dibandingkan dengan pendidikan formal, lulusannya dapat hidup mandiri, apalagi mampu
menciptakan lapangan kerja, insya allah lulusan pendidikan kesetaraan tidak akan lagi
dipandang sebelah mata.


                                                                                       19
DAFTAR PUSTAKA




http://pkbm.blogdetik.com/kebijakan     pemerintah   dalam   pengembangan    pendidikan
kesetaraan/http://pkbm.blogdetik.com/    kebijakan   pemerintah   dalam   pengembangan
pendidikan        ksetaraan/sekolah         kesetaraan       pendidikan      kesetaraan
http://skbprobolinggo.web.id/?p=175Direkidikan kesetaraan. Pembelajaran      pendidikan
kesetaraan paketA dan paketB.2010 AhmadZein,H,2011,Konsep Dasar Pendidikan Luar
Sekolah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jember.




                                                                                    20

More Related Content

What's hot

Konsep dasar kurikulum 2013
Konsep dasar kurikulum 2013Konsep dasar kurikulum 2013
Konsep dasar kurikulum 2013Yudi Rahmanda
 
Ppt konsep dasar profesi keguruan
Ppt konsep dasar profesi keguruanPpt konsep dasar profesi keguruan
Ppt konsep dasar profesi keguruanRIZKA2013
 
LITERASI NUMERASI (1).pptx
LITERASI NUMERASI (1).pptxLITERASI NUMERASI (1).pptx
LITERASI NUMERASI (1).pptxBagusSatrioo
 
Perbandingan Sistem Pendidikan Indonesia dan Singapura
Perbandingan Sistem Pendidikan Indonesia dan SingapuraPerbandingan Sistem Pendidikan Indonesia dan Singapura
Perbandingan Sistem Pendidikan Indonesia dan SingapuraEmirita Reta
 
Membaca Nyaring dan Membaca Mandiri: Dua Kegiatan Literasi (Yang Seharusnya) ...
Membaca Nyaring dan Membaca Mandiri: Dua Kegiatan Literasi (Yang Seharusnya) ...Membaca Nyaring dan Membaca Mandiri: Dua Kegiatan Literasi (Yang Seharusnya) ...
Membaca Nyaring dan Membaca Mandiri: Dua Kegiatan Literasi (Yang Seharusnya) ...Tati D. Wardi Ph.D.
 
Materi Asesmen Kurikulum Merdeka.pptx
Materi  Asesmen Kurikulum Merdeka.pptxMateri  Asesmen Kurikulum Merdeka.pptx
Materi Asesmen Kurikulum Merdeka.pptxArmanDino4
 
STRUKTUR ORGANISASI SEKOLAH
STRUKTUR ORGANISASI SEKOLAHSTRUKTUR ORGANISASI SEKOLAH
STRUKTUR ORGANISASI SEKOLAHAnggi F. Jayanti
 
Perkembangan Peserta Didik serta Hubungannya dengan Proses Pembelajaran
Perkembangan Peserta Didik serta Hubungannya dengan Proses PembelajaranPerkembangan Peserta Didik serta Hubungannya dengan Proses Pembelajaran
Perkembangan Peserta Didik serta Hubungannya dengan Proses PembelajaranLutfi Koto
 
17. Pembelajaran Berdiferensiasi.pdf
17. Pembelajaran Berdiferensiasi.pdf17. Pembelajaran Berdiferensiasi.pdf
17. Pembelajaran Berdiferensiasi.pdfssuser4339c7
 
Bab 2. Lingkungan Belajar Abad 21.pptx
Bab 2. Lingkungan Belajar Abad 21.pptxBab 2. Lingkungan Belajar Abad 21.pptx
Bab 2. Lingkungan Belajar Abad 21.pptxzhenkekamahendra
 
Analisis pelaksanaan kode etik guru indonesia
Analisis pelaksanaan kode etik guru indonesiaAnalisis pelaksanaan kode etik guru indonesia
Analisis pelaksanaan kode etik guru indonesiacandrajelek
 
Evaluasi pendidikan tentang test standar dan buatan
Evaluasi pendidikan tentang test standar dan buatanEvaluasi pendidikan tentang test standar dan buatan
Evaluasi pendidikan tentang test standar dan buatanUHN
 
Ppt pembelajaran terpadu model shared
Ppt pembelajaran terpadu model sharedPpt pembelajaran terpadu model shared
Ppt pembelajaran terpadu model sharedCha-cha Taulanys
 

What's hot (20)

Konsep dasar kurikulum 2013
Konsep dasar kurikulum 2013Konsep dasar kurikulum 2013
Konsep dasar kurikulum 2013
 
Tingkat dan jenis profesi
Tingkat dan jenis profesiTingkat dan jenis profesi
Tingkat dan jenis profesi
 
Asesmen.pptx
Asesmen.pptxAsesmen.pptx
Asesmen.pptx
 
Ppt konsep dasar profesi keguruan
Ppt konsep dasar profesi keguruanPpt konsep dasar profesi keguruan
Ppt konsep dasar profesi keguruan
 
LITERASI NUMERASI (1).pptx
LITERASI NUMERASI (1).pptxLITERASI NUMERASI (1).pptx
LITERASI NUMERASI (1).pptx
 
Perbandingan Sistem Pendidikan Indonesia dan Singapura
Perbandingan Sistem Pendidikan Indonesia dan SingapuraPerbandingan Sistem Pendidikan Indonesia dan Singapura
Perbandingan Sistem Pendidikan Indonesia dan Singapura
 
Membaca Nyaring dan Membaca Mandiri: Dua Kegiatan Literasi (Yang Seharusnya) ...
Membaca Nyaring dan Membaca Mandiri: Dua Kegiatan Literasi (Yang Seharusnya) ...Membaca Nyaring dan Membaca Mandiri: Dua Kegiatan Literasi (Yang Seharusnya) ...
Membaca Nyaring dan Membaca Mandiri: Dua Kegiatan Literasi (Yang Seharusnya) ...
 
Materi Asesmen Kurikulum Merdeka.pptx
Materi  Asesmen Kurikulum Merdeka.pptxMateri  Asesmen Kurikulum Merdeka.pptx
Materi Asesmen Kurikulum Merdeka.pptx
 
Analisis Instruksional
Analisis InstruksionalAnalisis Instruksional
Analisis Instruksional
 
STRUKTUR ORGANISASI SEKOLAH
STRUKTUR ORGANISASI SEKOLAHSTRUKTUR ORGANISASI SEKOLAH
STRUKTUR ORGANISASI SEKOLAH
 
Perkembangan Peserta Didik serta Hubungannya dengan Proses Pembelajaran
Perkembangan Peserta Didik serta Hubungannya dengan Proses PembelajaranPerkembangan Peserta Didik serta Hubungannya dengan Proses Pembelajaran
Perkembangan Peserta Didik serta Hubungannya dengan Proses Pembelajaran
 
Pengelolaan kelas
Pengelolaan kelasPengelolaan kelas
Pengelolaan kelas
 
17. Pembelajaran Berdiferensiasi.pdf
17. Pembelajaran Berdiferensiasi.pdf17. Pembelajaran Berdiferensiasi.pdf
17. Pembelajaran Berdiferensiasi.pdf
 
Proyek
ProyekProyek
Proyek
 
Bab 2. Lingkungan Belajar Abad 21.pptx
Bab 2. Lingkungan Belajar Abad 21.pptxBab 2. Lingkungan Belajar Abad 21.pptx
Bab 2. Lingkungan Belajar Abad 21.pptx
 
Analisis pelaksanaan kode etik guru indonesia
Analisis pelaksanaan kode etik guru indonesiaAnalisis pelaksanaan kode etik guru indonesia
Analisis pelaksanaan kode etik guru indonesia
 
Pembelajaran Membaca
Pembelajaran MembacaPembelajaran Membaca
Pembelajaran Membaca
 
Kel 1 Menjelaskan.pdf
Kel 1 Menjelaskan.pdfKel 1 Menjelaskan.pdf
Kel 1 Menjelaskan.pdf
 
Evaluasi pendidikan tentang test standar dan buatan
Evaluasi pendidikan tentang test standar dan buatanEvaluasi pendidikan tentang test standar dan buatan
Evaluasi pendidikan tentang test standar dan buatan
 
Ppt pembelajaran terpadu model shared
Ppt pembelajaran terpadu model sharedPpt pembelajaran terpadu model shared
Ppt pembelajaran terpadu model shared
 

Viewers also liked

Kebijakan & program paket b direktorat pembinaan smp
Kebijakan & program paket b direktorat pembinaan smpKebijakan & program paket b direktorat pembinaan smp
Kebijakan & program paket b direktorat pembinaan smpmajujaya
 
Sistem Kejar Paket dalam Kebijakan Pendidikan Nasional
Sistem Kejar Paket dalam Kebijakan Pendidikan NasionalSistem Kejar Paket dalam Kebijakan Pendidikan Nasional
Sistem Kejar Paket dalam Kebijakan Pendidikan NasionalAli Murfi
 
1171363
11713631171363
1171363mrwhy
 
Kerangka Ideal Tutor Inti melalui Kelompok Kerja Teknis PAUD
Kerangka Ideal Tutor Inti melalui Kelompok Kerja Teknis PAUDKerangka Ideal Tutor Inti melalui Kelompok Kerja Teknis PAUD
Kerangka Ideal Tutor Inti melalui Kelompok Kerja Teknis PAUDdadang trisutalaksana
 
1171300
11713001171300
1171300mrwhy
 
Teori Belajar Dan Motivasi
Teori Belajar Dan MotivasiTeori Belajar Dan Motivasi
Teori Belajar Dan Motivasimrwhy
 
Pengawas penilik sekolah
Pengawas penilik sekolahPengawas penilik sekolah
Pengawas penilik sekolahWaQhyoe Arryee
 
Konsepsi penyelenggaraan paket b
Konsepsi penyelenggaraan paket bKonsepsi penyelenggaraan paket b
Konsepsi penyelenggaraan paket bmajujaya
 
Membuat kontrak belajar (rencana pembelajaran semester) dan rencana pembelajaran
Membuat kontrak belajar (rencana pembelajaran semester) dan rencana pembelajaranMembuat kontrak belajar (rencana pembelajaran semester) dan rencana pembelajaran
Membuat kontrak belajar (rencana pembelajaran semester) dan rencana pembelajaranCahya
 
Manajemen pengelolaan dan pengembangan kapasitas pkbm
Manajemen pengelolaan dan pengembangan kapasitas pkbmManajemen pengelolaan dan pengembangan kapasitas pkbm
Manajemen pengelolaan dan pengembangan kapasitas pkbmCool Herdi
 
Permen no 14 tentang standar isi program kesetaraan paket b d c
Permen no 14 tentang standar isi program kesetaraan paket b d cPermen no 14 tentang standar isi program kesetaraan paket b d c
Permen no 14 tentang standar isi program kesetaraan paket b d cSMK YZA 2 KOTA BOGOR
 
Buku 5 Lomba Inovasi Paket B 2014
Buku 5 Lomba Inovasi Paket B 2014Buku 5 Lomba Inovasi Paket B 2014
Buku 5 Lomba Inovasi Paket B 2014paketbpsmp
 

Viewers also liked (18)

Kebijakan & program paket b direktorat pembinaan smp
Kebijakan & program paket b direktorat pembinaan smpKebijakan & program paket b direktorat pembinaan smp
Kebijakan & program paket b direktorat pembinaan smp
 
Kurikulum pkbm
Kurikulum pkbmKurikulum pkbm
Kurikulum pkbm
 
Sistem Kejar Paket dalam Kebijakan Pendidikan Nasional
Sistem Kejar Paket dalam Kebijakan Pendidikan NasionalSistem Kejar Paket dalam Kebijakan Pendidikan Nasional
Sistem Kejar Paket dalam Kebijakan Pendidikan Nasional
 
Kerangka pengembangan tbm
Kerangka pengembangan tbmKerangka pengembangan tbm
Kerangka pengembangan tbm
 
1171363
11713631171363
1171363
 
Kerangka Ideal Tutor Inti melalui Kelompok Kerja Teknis PAUD
Kerangka Ideal Tutor Inti melalui Kelompok Kerja Teknis PAUDKerangka Ideal Tutor Inti melalui Kelompok Kerja Teknis PAUD
Kerangka Ideal Tutor Inti melalui Kelompok Kerja Teknis PAUD
 
1171300
11713001171300
1171300
 
Penilik dan pamong belajar
Penilik dan pamong belajarPenilik dan pamong belajar
Penilik dan pamong belajar
 
Teori Belajar Dan Motivasi
Teori Belajar Dan MotivasiTeori Belajar Dan Motivasi
Teori Belajar Dan Motivasi
 
Pengawas penilik sekolah
Pengawas penilik sekolahPengawas penilik sekolah
Pengawas penilik sekolah
 
Konsepsi penyelenggaraan paket b
Konsepsi penyelenggaraan paket bKonsepsi penyelenggaraan paket b
Konsepsi penyelenggaraan paket b
 
Contoh proposal pkt c
Contoh proposal pkt cContoh proposal pkt c
Contoh proposal pkt c
 
Membuat kontrak belajar (rencana pembelajaran semester) dan rencana pembelajaran
Membuat kontrak belajar (rencana pembelajaran semester) dan rencana pembelajaranMembuat kontrak belajar (rencana pembelajaran semester) dan rencana pembelajaran
Membuat kontrak belajar (rencana pembelajaran semester) dan rencana pembelajaran
 
Manajemen pengelolaan dan pengembangan kapasitas pkbm
Manajemen pengelolaan dan pengembangan kapasitas pkbmManajemen pengelolaan dan pengembangan kapasitas pkbm
Manajemen pengelolaan dan pengembangan kapasitas pkbm
 
Permen no 14 tentang standar isi program kesetaraan paket b d c
Permen no 14 tentang standar isi program kesetaraan paket b d cPermen no 14 tentang standar isi program kesetaraan paket b d c
Permen no 14 tentang standar isi program kesetaraan paket b d c
 
Standar pengelola pkbm
Standar pengelola pkbmStandar pengelola pkbm
Standar pengelola pkbm
 
Konsep dan manajemen pkbm
Konsep dan manajemen pkbmKonsep dan manajemen pkbm
Konsep dan manajemen pkbm
 
Buku 5 Lomba Inovasi Paket B 2014
Buku 5 Lomba Inovasi Paket B 2014Buku 5 Lomba Inovasi Paket B 2014
Buku 5 Lomba Inovasi Paket B 2014
 

Similar to Pendidikan Kesetaraan

Buku 4 Panduan Lomba Akademik dan Ketrampilan Program Paket B
Buku 4 Panduan Lomba Akademik dan Ketrampilan Program Paket BBuku 4 Panduan Lomba Akademik dan Ketrampilan Program Paket B
Buku 4 Panduan Lomba Akademik dan Ketrampilan Program Paket Bpaketbpsmp
 
Kurikulum Paket B (Versi Bahasa Indonesia).pdf
Kurikulum Paket B (Versi Bahasa Indonesia).pdfKurikulum Paket B (Versi Bahasa Indonesia).pdf
Kurikulum Paket B (Versi Bahasa Indonesia).pdfSalisNavida
 
1. CP Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti.pdf
1. CP Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti.pdf1. CP Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti.pdf
1. CP Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti.pdfazizdesi
 
Panduan pelaksanaan beasiswa miskin (bsm) khususnya bagi sekolah menengah per...
Panduan pelaksanaan beasiswa miskin (bsm) khususnya bagi sekolah menengah per...Panduan pelaksanaan beasiswa miskin (bsm) khususnya bagi sekolah menengah per...
Panduan pelaksanaan beasiswa miskin (bsm) khususnya bagi sekolah menengah per...Nandang Sukmara
 
Panduan pelaksanaan beasiswa miskin (bsm) khususnya bagi sekolah menengah per...
Panduan pelaksanaan beasiswa miskin (bsm) khususnya bagi sekolah menengah per...Panduan pelaksanaan beasiswa miskin (bsm) khususnya bagi sekolah menengah per...
Panduan pelaksanaan beasiswa miskin (bsm) khususnya bagi sekolah menengah per...Nandang Sukmara
 
Petunjuk pelaksanaan bsm
Petunjuk pelaksanaan bsmPetunjuk pelaksanaan bsm
Petunjuk pelaksanaan bsmNandang Sukmara
 
Petunjuk pelaksanaan bsm
Petunjuk pelaksanaan bsmPetunjuk pelaksanaan bsm
Petunjuk pelaksanaan bsmNandang Sukmara
 
Kurangnya pemerataan pendidikan di indonesia
Kurangnya pemerataan pendidikan di indonesiaKurangnya pemerataan pendidikan di indonesia
Kurangnya pemerataan pendidikan di indonesiaripto atmaja
 
Kurikulum Paket A (Versi Bahasa Indonesia).pdf
Kurikulum Paket A (Versi Bahasa Indonesia).pdfKurikulum Paket A (Versi Bahasa Indonesia).pdf
Kurikulum Paket A (Versi Bahasa Indonesia).pdfnurhudaya2
 
kurikulum2023 pendidikan kesetaraan paket A
kurikulum2023 pendidikan  kesetaraan paket Akurikulum2023 pendidikan  kesetaraan paket A
kurikulum2023 pendidikan kesetaraan paket Anote4ibla
 
Contoh ulasan jurnal
Contoh ulasan jurnalContoh ulasan jurnal
Contoh ulasan jurnalSayshare
 
Panduan operasional bagi smp terbuka
Panduan operasional  bagi smp terbukaPanduan operasional  bagi smp terbuka
Panduan operasional bagi smp terbukaNandang Sukmara
 
Makalah dasar ilmu pendidikan: praktek pendidikan di beberapa negara
Makalah dasar ilmu pendidikan: praktek pendidikan di beberapa negaraMakalah dasar ilmu pendidikan: praktek pendidikan di beberapa negara
Makalah dasar ilmu pendidikan: praktek pendidikan di beberapa negaraNovilaa Fatmasari Fatmasari
 

Similar to Pendidikan Kesetaraan (20)

Tugas pend. kesetaraan
Tugas pend. kesetaraanTugas pend. kesetaraan
Tugas pend. kesetaraan
 
Kesetaraan
KesetaraanKesetaraan
Kesetaraan
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Buku 4 Panduan Lomba Akademik dan Ketrampilan Program Paket B
Buku 4 Panduan Lomba Akademik dan Ketrampilan Program Paket BBuku 4 Panduan Lomba Akademik dan Ketrampilan Program Paket B
Buku 4 Panduan Lomba Akademik dan Ketrampilan Program Paket B
 
Kurikulum Paket B (Versi Bahasa Indonesia).pdf
Kurikulum Paket B (Versi Bahasa Indonesia).pdfKurikulum Paket B (Versi Bahasa Indonesia).pdf
Kurikulum Paket B (Versi Bahasa Indonesia).pdf
 
Outline skripsi
Outline skripsiOutline skripsi
Outline skripsi
 
Kurikulum c
Kurikulum cKurikulum c
Kurikulum c
 
1. CP Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti.pdf
1. CP Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti.pdf1. CP Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti.pdf
1. CP Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti.pdf
 
Panduan pelaksanaan beasiswa miskin (bsm) khususnya bagi sekolah menengah per...
Panduan pelaksanaan beasiswa miskin (bsm) khususnya bagi sekolah menengah per...Panduan pelaksanaan beasiswa miskin (bsm) khususnya bagi sekolah menengah per...
Panduan pelaksanaan beasiswa miskin (bsm) khususnya bagi sekolah menengah per...
 
Panduan pelaksanaan beasiswa miskin (bsm) khususnya bagi sekolah menengah per...
Panduan pelaksanaan beasiswa miskin (bsm) khususnya bagi sekolah menengah per...Panduan pelaksanaan beasiswa miskin (bsm) khususnya bagi sekolah menengah per...
Panduan pelaksanaan beasiswa miskin (bsm) khususnya bagi sekolah menengah per...
 
Petunjuk pelaksanaan bsm
Petunjuk pelaksanaan bsmPetunjuk pelaksanaan bsm
Petunjuk pelaksanaan bsm
 
Petunjuk pelaksanaan bsm
Petunjuk pelaksanaan bsmPetunjuk pelaksanaan bsm
Petunjuk pelaksanaan bsm
 
Kurangnya pemerataan pendidikan di indonesia
Kurangnya pemerataan pendidikan di indonesiaKurangnya pemerataan pendidikan di indonesia
Kurangnya pemerataan pendidikan di indonesia
 
Kurikulum Paket A (Versi Bahasa Indonesia).pdf
Kurikulum Paket A (Versi Bahasa Indonesia).pdfKurikulum Paket A (Versi Bahasa Indonesia).pdf
Kurikulum Paket A (Versi Bahasa Indonesia).pdf
 
kurikulum2023 pendidikan kesetaraan paket A
kurikulum2023 pendidikan  kesetaraan paket Akurikulum2023 pendidikan  kesetaraan paket A
kurikulum2023 pendidikan kesetaraan paket A
 
Pp bab 6
Pp bab 6Pp bab 6
Pp bab 6
 
Contoh ulasan jurnal
Contoh ulasan jurnalContoh ulasan jurnal
Contoh ulasan jurnal
 
Panduan operasional bagi smp terbuka
Panduan operasional  bagi smp terbukaPanduan operasional  bagi smp terbuka
Panduan operasional bagi smp terbuka
 
Makalah dasar ilmu pendidikan: praktek pendidikan di beberapa negara
Makalah dasar ilmu pendidikan: praktek pendidikan di beberapa negaraMakalah dasar ilmu pendidikan: praktek pendidikan di beberapa negara
Makalah dasar ilmu pendidikan: praktek pendidikan di beberapa negara
 

Pendidikan Kesetaraan

  • 1. KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat tuhan yang maha esa yang telah melimpahkan rahmat dan ridhonya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Pendidikan Kesetaraan” Makalah ini berisikan tentang “Pendidikan Kesetaraan Kejar Paket A, B, dan C“ dengan makalah ini diharapkan para pembaca dapat mengerti tentang pendidikan Kesetaraan yang menjadi sebuah alternatif pendidikan formal. Dalam penyusunan makalah ini kami sudah berusaha semaksimal mungkin, namun sesempurna apapun kami tetap mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang membangun demi kesempurnaan pembuatan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi semua pihak/pembaca. Bandung, 9-Januari-2013 Penulis 1
  • 2. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR………………………………………………………......……………1 DAFTAR ISI.………………………………………………………………………………....2 BAB I PENDAHULUAN…................……………………………………………………....3 BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................5 A. Pengertian Pendidikan Kesetaraan…………………………………………………...........5 B. Fungsi dan Tujuan....………………………………………………………………….....…6 C. Sasaran Pendidikan Kesetaraan…………………………………………....……………….6 D. Acuan Standart Penyelenggaraan Pendidikan Kesetaraan .........…………………………..7 E. Karakteristik Pendidikan LuarSekolah …………………………….........………………..11 F. Metode Pembelajaran……….……………………………………………………………..13 G. Strategi Pembelajaran….....……………………………………………………………….15 BAB III KESIMPULAN……………....................………………………………………… 19 DAFTAR PUSTAKA………..………………………………………………………………20 2
  • 3. BAB I PENDAHULUAN Menurut UU No. 20 tahun 2003, tentang Sisdiknas, dinyatakan bahwa pendidikan nasional diselenggarakan melalui tiga jalur, yaitu: pendidikan formal, nonformal, dan informal. Melalui jalur pendidikan nonformal, pemerintah melalui Dirjen Pendidikan Luar Sekolah (PLS), yang kini berubah nama menjadi Dirjen Pendidikan Nonformal dan Informal (PNFI) menyelenggarakan berbagai program yang salah satu diantaranya adalah Pendidikan Kesetaraan, yang terdiri atas (1) Program Paket A setara SD, (2) Program Paket B setara SMP, dan (3) Program Paket C setara SMA. Pendidikan kesetaraan merupakan salah satu contoh yang saat ini banyak dikenal oleh masyarakat sebagai program PLS yang berperan sebagai alternatif pengganti pendidikan formal adalah Kelompok Belajar (Kejar) Paket A sebagai pengganti SD/MI, Paket B sebagai pengganti SMP/MTS, dan Paket C sebagai pengganti Pendidikan Sekolah Menengah Atas. Lulusan Kejar Paket C sama dengan lulusan SLTA dan diterima untuk mengikuti Seleksi Masu Perguruan Tinggi. Fungsi PLS sebagai pengganti pendidikan formal disebut sebagai substitusi yang diimplementasikan menjadi bentuk program kesetaraan (Elih Sudiapermana dalam Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 2004) Pendidikan kesetaraan dalam PLS sampai saat ini masih setingkat pendidikan dasar dan menengah, yaitu tingkat SD/MI, SMP/M.Ts, dan SMA/MA. Kelompok Belajar yang disingkat Kejar yang berarti pula mengejar (karena ketinggalan) melaksanakan pembelajaran dengan cara yang fleksibel (Oong Komar, 2004 : 219) sebagai berikut : (a) Belajar sendiri dengan memanfaatkan pengetahuan dan pengalamannya sendiri. (b) Saling belajar antara warga belajar yang belum mengetahuan dengan yang sudah mengetahui. (c) Belajar bersama dengan tutor. (d) Kursus bidang pengetahuan dan ketrampilan. (e) Magang dengan cara ikut belajar, bekerja dan berusaha dibidang tertentu kepada orang yang sudah mahir dibidangnya. 3
  • 4. Kelompok belajar paket A, B, dan C adalah kelompok belajar sebagai bentuk layanan pendidikan umum oleh PLS. Kelompok belajar tersebut sudah cukup berkembang di masyarakat sebagai bentuk layanan pendidikan kesetaraan. Program PLS adalah kegiatan pendidikan yang diselenggarakan oleh satuan PLS. Program PLS dapat diselenggarakan oleh perorangan, maupun kelompok, dapat pula diselenggarakan oleh instansi pemerintah maupun masyarakat atau swasta.Setara artinya sederajat yakni sama derajatnya; kesetaraan berarti kesederajatan yakni kesamaan derajatnya. Pendidikan kesetaraan adalah program PLS yang sederajat dengan program Pendidikan Sekolah. Program PLS dalam bidang pendidikan kesetaraan adalah program pendidikan umum Kejar Paket A yang setara dengan SD/MI, Kejar Paket B yang setara dengan SMP/MTs, dan Kejar Paket C yang setara dengan SMA/MA. Pendidikan kesetaraan yang diselenggarakan oleh PLS sampai saat ini masih belum memenuhi makna hakiki dari pendidikan kesetaraan. Hal ini dapat diketahui dari pengakuan masyarakat dan pemerintah terhadap lulusan Kelompok Belajar Paket A, B, dan C. Masyarakat masih menganggap bahwa Kejar Paket A, B, dan C adalah pendidikan kelas dua, yakni kelas dibawah pendidikan formal/ sekolah. Kejar Paket tersebut adalah pendidikan yang tidak bermutu dan ijazahnya tidak dapat dipergunakan untuk meneruskan studi dan atau untuk mencari pekerjaan. Tidak jarang kita jumpai pendapat dari para petugas pemerintahan yang menganggap bahwa Kejar Paket tersebut merupakan pendidikan yang murahan dan tidak memiliki kualitas yang memadai. Pada hakikatnya Pendidikan Kesetaraan mengandung makna bahwa lulusannya adalah sederajat atau sama derajatnya. Artinya lulusan Kejar Paket memiliki kesamaan derajat dengan lulusan pendidikan sekolah. Lulusan Kejar Paket A sama derajatnya dengan lulusan SD/MI, lulusan Kejar Paket B sama derajatnya dengan lulusan SMP/MTs, dan lulusan Kejar Paket C sama derajatnya dengan lulusan SMA/MA. Berarti lulusan Kejar Paket A dapat diterima melanjutkan pendidikan di SMP/MTs. Begitu pula Kejar Paket B dan C dapat diterima melanjutkan pendidikan di SMA/MA dan di Perguruan Tinggi. Sebaliknya lulusan SD/MI dapat diterima pada program Kejar Paket B. Disamping itu para peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah dapat pula berpindah sesuai dengan kesetaraanya. Misalnya peserta didik pada Kejar Paket A seharusnya dapat berpindah ke SD/MI, peserta didik Kejar Paket B dapat berpindah ke SMP/MTs, dan peserta didik Kejar Paket C dapat berpindah ke SMA/MA. 4
  • 5. BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Pendidikan Kesetaraan Pendidikan Kesetaraan merupakan pendidikan nonformal yang mencakup program Paket A setara SD/MI, Paket B setara SMP/MTs, dan Paket C setara SMA/MA dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan, keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional peserta didik. Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau pemerintah daerah dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan (UU No 20/2003 Sisdiknas Pasal 26 Ayat (6). Setiap peserta didik yang lulus ujian kesetaraan Paket A, Paket B atau PaketC mempunyai hak eligibilitas yang sama dan setara dengan pemegang ijazah SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA untuk dapat mendaftar pada satuan pendidikan yang lebih tinggi. Status kelulusan Paket C mempunyai hak eligibilitas yang sama dengan lulusan pendidikan formal dalam memasuki lapangan kerja. 1. Program Paket A. Program Paket A adalah program pendidikan dasar pada jalur pendidikan nonformal setara SD/MI bagi siapapun yang terkendala ke pendidikan formal atau berminat dan memilih pendidikan kesetaraan untuk ketuntasan pendidikan. Pemegang ijazah Program Paket A memiliki hak eligibilitas yang sama dengan pemegang ijazah SD/MI. 2. Program Paket B Program Paket B adalah program pendidikan dasar pada jalur pendidikan nonformal setara SMP/MTs bagi siapapun yang terkendala ke pendidikan formal atau berminat dan memilih pendidikan kesetaraan untuk ketuntasan pendidikan dasar. Pemegang ijazah Program Paket B memiliki hak eligibilitas yang sama dengan pemegang ijazah SMP/MTs. 3. Program Paket C 5
  • 6. Program Paket C adalah program pendidikan menengah pada jalur pendidikan nonformal setara SMA/MA bagi siapapun yang terkendala ke pendidikan formal atau berminat dan memilih pendidikan kesetaraan untuk ketuntasan pendidikan menengah. Pemegang ijazah Program Paket C memiliki hak eligibilitas yang sama dengan pemegang ijazah SMA/MA. B. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Kesetaraan berfungsi mengembangkan potensi diri peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan akademik dan keterampilan fungsional dan pengembangan sikap dan kepribadian profesional. Tujuan pendidikan kesetaraan adalah untuk: 1. Menjamin penyelesaian pendidikan dasar yang bermutu bagi anak yang kurang beruntung: putus sekolah, putus lanjut, tidak pernah sekolah, minoritas etnik, dan anak yang bermukim di desa terbelakang, miskin, bermasalah secara sosial, terpencil atau sulit dicapai karena letak geografi s dan atau keterbatasan transportasi dalam rangka memberi kontribusi terhadap peningkatan APM dan APK pendidikan dasar minimal 2% – 5% dalam mempercepat susksesnya wajar sembilan tahun; 2. Menjamin pemenuhan kebutuhan belajar bagi semua warga masyarakat usia produktif melalui akses yang adil pada program-program belajar dan kecakapan hidup; 3. Memberikan kontribusi terhadap peningkatan rata-rata lama pendidikan bagi masyarakat Indonesia minimal 9 tahun sehingga mampu meningkatkan Human Development Index (HDI) dan upaya menghapus ketidakadilan gender dalam pendidikan dasar dan menengah; 4. Memberikan peluang kepada warga masyarakat yang ingin menuntaskan pendidikan setara SD/MI dan SMP/MTs atau yang sederajat dengan mutu yang baik; 5. Melayani peserta didik yang memerlukan pendidikan akademik dan kecakapan hidup secara fleksibel untuk mengaktualisasikan diri sekaligus meningkatkan mutu kehidupannya. C. Sasaran Pendidikan Kesetaraan Program pendidikan kesetaraan memiliki keunikan tersendiri jika dibandingkan dengan pendidikan formal (SD, SMP, dan SMA), selain waktu dan tempatnya yang fleksibel, 6
  • 7. program pendidikan kesetaraan memiliki sasaran yang berbeda dengan pendidikan formal. Secara umum, sasaran dari program-program pendidikan nonformal adalah : 1. Penduduk tiga tahun di atas usia SD/MI ( 13-15) Paket A dan tiga tahun di atas usia SMP/MTS ( 16 -18 ) Paket B 2. Penduduk usia sekolah yang tergabung dengan komunitas e-lerning,sekolahrumah,sekolah alternatif,komunitas berfotensi khusus seperti pemusik,atlet,pelukis dll 3. Penduduk usia sekolah yang terkendala masuk jalur formal karena : a. Ekonomi terbatas b. Waktu terbatas c. Geografis ( etnik minoritas,suku terasing) d. Keyakinan seperti Ponpes e. Bermasalah,(sosial,hukum) 4. Penduduk usia 15-44 yang belum tuntas wajar Dikas 9 tahun 5. Penduduk usia SMA/MA berminat mengikuti program Paket C 6. Penduduk di atas usia 18 tahun yang berminat mengikuti Program Paket C karena berbagai alasan. D. Acuan Standar Penyelenggaraan Pendidikan Kesetaraan Standar Penyelenggaraan pendidikan kesetaraan ( PP No.19 TH.2005 ) meliputi : 1. Standar Isi Standar isi mencakup kerangka dasar dan struktur kurikulum , beban belajar, dan kalender pendidikan untuk penyelenggaraan pendidikan kesetaraan pada satuan pendidikan nonformal Kurikulum kesetaraan lebih memuat konsep terapan,tematik,dan berorientasi kecakapan hidup. 2. Standar Proses Pembelajaran 7
  • 8. Sesuai dengan Permendiknas No. 3 tahun 2008 tentang Standar Proses, bahwa pembelajaran pendidikan kesetaraan meliputi; perencanaan, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil pembelajaran serta pengawasan program pembelajaran. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses pembelajaran pendidikan kesetaraan adalah sebagai berikut: 1. Pembelajaran harus memperhatikan beberapa prinsip antara lain: a. memperhatikan perbedaan individual peserta didik, b. fokus pada pencapaian kompetensi, c. mendorong partisipasi aktif peserta didik, d. mengembangkan budaya membaca dan menulis, serta e. menerapkan teknologi informasi dan komunikasi. 2. Beban belajar peserta didik Program Paket A, dan Paket B dinyatakan dalam SKK yang menunjukkan bobot kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik dalam mengikuti program pembelajaran. 1 SKK setara dengan 1 jam pembelajaran tatap muka atau 2 jam pembelajaran tutorial atau 3 jam pembelajaran mandiri. Ketentuan SKK adalah bahwa : a. merupakan ukuran kegiatan pembelajaran yang pelaksanaannya fleksibel. b. SKK dapat digunakan untuk alih kredit kompetensi yang diperoleh dari jalur pendidikan formal, informal, kursus, keahlian, dan pengalaman yang relevan. c. Program Paket A Tingkatan 1/Awal (Setara Kelas I – III) mempunyai beban 102 SKK setara dengan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan minimal 17 SKK per semester. d. Program Paket A Tingkatan 2/Dasar (Setara Kelas IV – VI) mempunyai beban 102 SKK setara dengan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan minimal 17 SKK per semester. e. Program Paket B Tingkatan 3/Terampil 1 (Setara Kelas VII – VIII) mempunyai beban 68 SKK setara dengan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan minimal 17 SKK per semester. f. Program Paket B Tingkatan 4/Terampil 2 (Setara Kelas IX) mempunyai beban 34 SKK setara dengan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan minimal 17 SKK per semester. 8
  • 9. g. Program Paket C (IPA/IPS) Tingkatan 5/Mahir 1 (Setara Kelas X) mempunyai beban 40 SKK setara dengan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan minimal 20 SKK per semester. h. Program Paket C (IPA/IPS) Tingkatan 6/Mahir 2 (Setara Kelas XI – XII) mempunyai beban 82 SKK setara dengan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan minimal 21 SKK per semester. 3. Setiap peserta didik wajib mengikuti kegiatan pembelajaran baik dalam bentuk tatap muka, tutorial, maupun mandiri sesuai dengan jumlah SKK yang tercantum dalam Standar Isi Program Paket A, dan Paket B. Pengaturan kegiatan pembelajaran tersebut adalah tatap muka minimal 20%, tutorial minimal 30%, dan mandiri maksimal 50%. 4. Jumlah maksimal peserta didik per kelompok atau rombongan belajar adalah: a. Program Paket A setara SD/MI per kelompok : 20 peserta didik b. Program Paket B setara SMP/MTs per kelompok : 25 peserta didik. 3. Standar Kompetensi Lulusan SKL Pendidikan Kesetaraan sama dengan SKL pendidikan formal akan tetapi memiliki kekhasan sendiri meliputi : a. Paket A lulusannya memiliki keterampilan dasar untuk memenuhi kebutuhan hidup b. Paket B ,memenuhi tuntutan dunia kerja c. Paket C, memiliki keterampilan berwirausaha. 3.1. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ketentuan tentang Pendidik dan Tenaga Kependidikan adalah sebagai berikut : a. Pendidik untuk pendidikan kesetaraan program Paket A dan Paket B adalah Tutor atau Pamong Belajar dan Narasumber Teknis untuk pembelajaran keterampilan. 9
  • 10. b. Tenaga Kependidikan sekurang-kurangnya meliputi tenaga pengelola atau penyelenggara pendidikan kesetaraan dan tenaga administrasi, serta dibantu dengan tenaga perpustakaan dan tenaga laboran jika diperlukan. Pendidik pada pendidikan kesetaraan harus memiliki kompetensi pedagogik dan andragogik karena mereka akan melakukan proses pembelajaran bagi peserta didik yang pada umumnya sudah dewasa. Selain itu juga harus menunjukkan kecakapan personal untuk memberikan contoh prilaku, teladan, akhlak mulia, sabar dan ikhlas. Memiliki kompetensi profesional dalam arti menguasai materi pembelajaran secara fasih. Serta memiliki kompetensi sosial untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara aktif dalam pergaulan sehari-hari. Kualifi kasi akademik tutor pendidikan kesetaraan yang diharapkan adalah sebagai berikut : 1. Pendidikan minimal D-IV atau S1 dan yang sederajat. Namun untuk daerah yang tidak memiliki SDM yang sesuai, tutor Paket A dan Paket B minimal D2. 2. Outsourcing dari guru formal dapat dilakukan yakni guru SD/MI untuk program Paket A, guru SMP/MTs untuk Paket B. 3. Tokoh masyarakat, Kyai, ustadz dan pemuka masyarakat lainnya dengan kompetensi yang sesuai dapat dijadikan tutor pendidikan kesetaraan. 4. Nara Sumber Teknis (NST) dengan kualifi kasi dan kompetensi yang sesuai untuk melakukan pembelajaran keterampilan kecakapan hidup (life skill) 5. Standar Sarana dan Prasarana Proses belajar mengajar pendidikan kesetaraan dapat dilakukan di berbagai lokasi yang memiliki standar Standar sarana pendukung meliputi :lahan dan bangunan,buku tek pelajaran,buku perpustakaan,alat peraga,media pembelajaran. 3.2.Standar Pengelolaan Standar pengelolaan pendidikan kesetaraan merupakan standar minimal meliputi: perencanaan program,penyusunan KTSP,kegiatan pembelajaran,pengelolaan sarana prasarana,penilaian hasil belajar dan pengawasan.Pengelolaan pendidikan menerapkan ,manajemen berbasis satuan pendidikan dengan ciri; kemandirian,kemitraan,partisipasi, keterbukaan dan akuntabilitas. 10
  • 11. 3.3.Standar Pembiayaan Pembiayaan pendidikan kesetaraan terdiri atas : 1. Biaya inverstasi 2. Biaya oprasional 3. Biaya personal 4. Standar Penilaian pendidikan Standar penilaian pendidikan meliputi: 1. Penilaian hasil belajar oleh pendidik 2. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan 3. Penilaian hasil belajar oleh pemerintah E. Karakteristik Pendidikan Luar Sekolah Untuk memahami pendidikan luar sekolah, diperlukan pemahaman terhadap ciri-ciri yang dimiliki oleh pendidikan luar sekolah. Agar mudah mengetahui ciri PLS, maka berikut ini disajikan ciri umum PLS : 1. Peserta didiknya heterogen. Dalam PLS terdapat peserta didik yang disebut dengan warga belajar (WB) dengan nama yang bervariasi, misalnya: warga belajar, audience, trainee, peserta pelatihan, dan sebagainya. Dari segi umur mereka heterogen; artinya dcalam program PLS umur mereka berbeda-beda tapi dapat bersatu bersama mengikuti suatu program PLS yang sama. Misalnya dalam satu kelas program pelatihan komputer, pesertanya (WB) nya dapat bervariasi usianya, anak usia 15 tahun, usia 20 atau usia berapa saja dapat berkumpul dalam satu kelas mengikuti program pelatihan komputer. 2. Pendidik PLS tidak harus berpendidikan tinggi. Pendidik PLS tersebut tutor, instruktur, pelatih, fasilitator, dan sebagainya tidak harus memiliki jenjang pendidikan formal yang tinggi. Syarat pendidik yang dipersyaratakan 11
  • 12. adalah memiliki keahlikan tertentu yang dapat ditularkan kepada peserta didik, dan bersedia berperan sebagai pendidik PLS. Tutor atau instruktur dalam PLS dalam PLS dapat diperankan oleh teman sebaya dari WB yang berasal dari masyarakat setempat, dengan syarat memiliki kemampuan dan kesediaan. 3. Tempat belajar fleksibel. Tempat belajar PLS tidak harus menetap dalam ruangan khusus. Kegiatan PLS dapat dilangsungkan di sembarang tempat asalkan sesuai dengan kondisi peserta didik dan memenuhi persyaratan kesehatan, misalnya di rumah penduduk, di balai desa, di musholla, di ruang kelas, dan sebagainya. Bahkan tempat belajar PLS dapat berpindah-pindah secara bergilir di rumah WB sesuai dengan kehendak peserta didik. 4. Bahan ajar/ materi pelajaran sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan lebih bersifat praktis. PLS memberikan layanan pendidikan dengan materi ajar sesuai dengan kebutuhan warga belajar, baik berupa pengetahuan maupun ketrampilan. Pengetahuan dan ketrampilan yang disajikan oleh program PLS selalu dikaitkan dengan kebutuhan praktis warga masyarakat. 5. Waktu pendidikan berjangka pendek. Program PLS bersifat jangka pendek, karena warga masyarakat menghendaki segera memanfaatkan hasilnya. Dengan waktu yang tidak lama, misalnya 3 sampai 4 bulan atau bahkan 1 sampai 2 bulan suatu program PLS dapat diselesaikan. Misalnya pelatihan pembukuan sederhana bagi para pedagang kaki lima. Mungkin program semacam ini cukup dilaksanakan dalam waktu 1 bulan pedagang kaki lima sebagai peserta pelatihan sudah dapat memanfaatkan hasil pelatihan yang diikutinya. 6. Hasil belajar bersifat fungsional. Program PLS memberikan hasil pendidikan berupa pengetahuan atau ketrampilan yang fungsional. Maksudnya warga belajar yang mengikuti program PLS akan memperoleh hasil pendidikan berupa pengetahuan atau ketrampilan yang bermanfaat langsung bagi kehidupan sehari-hari. Pengetahuan atau ketrampilan yang didapat warga belajar dari keikut sertaannya dalam program PLS dapat dimanfaatkan langsung untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. 12
  • 13. 7. Program belajar tidak harus berjenjang. Program PLS dapat dilaksanakan secara berjenjang dapat pula tidak berjenjang. Maksudnya ada program PLS yang bersifat berjenjang atau bertingkat, misalnya kursus bahasa inggris tingkat dasar, tingkat menengah dan tingkat tinggi. Disamping itu ada pula program PLS yang bersifat tidak berjenjang, misalnya pelatihan pembuatan kue bagi ibu-ibu rumah tangga. 8. Kegiatan belajar sedikit teori banyak praktek. Program PLS umumnya banyak dilaksanakan dalam bentuk praktek atau latihan ketrampilan. Karenyanya kegiatan warga belajar lebih banyak belajar atau belajar ketrampilan dan sedikit belajar teori. Namun demikian tidak menutup kemungkinan belajar teori lebih dan praktek sedikit atau bahkan tanpa praktek, karena memang tujuan dari program yang dilaksanakan bersifat informatif teoritik. 9. Kurikulum fleksibel. Kurikulum dalam PLS tidak harus baku atau tetap, tetapi bersifat luwes dan dapat berubah sesuai dengan kesepakatan warga belajar. Misalnya jadwal dan materi ajar yang semula sudah ditetapkan, ternyata dalam perjalanan warga belajar menghendaki perubahan; maka perubahan dapat dilaksanakan. 10. Sistem pendidikan tidak harus formal/resmi. Sistem pendidikan terutama sistem pembelajaran dalam PLS tidak harus menggunakan sistem disiplin ketat, tetapi disiplin longgar. Namun tetap memperhatikan kualitas dan hasil pembelajaran yang diharapkan. Misalnya warga belajar tidak harus menggunakan pakaian seragam. F. Metode Pembelajaran Sebagai bagaian dari Ilmu pendidikan PLS juga menggunakan metode pembelajaran sebagaimana metode yang di gunakan oleh pendidikan. Metode Pembelajaran atau dahulu sering di sebut metode mengajar dalam pendidikan pada umumnya di gunakan oleh guru di pendidikan sekolah. Dengan beberapa modifikasi, metode pembelajaran PLS dapat di pilih dari beberapa metode berikut ini : 13
  • 14. 1. Ceramah Tanya Jawab. Metode ceramah sering di gunakan di sekolah formal, dengan di selingi satu sampai tiga kali pertanyaan dari guru,atau bahkan tanpa pertanyaan atau tidak diselingi tanya jawab. Untuk progam PLS cerama model pendidikan sekolah seperti itu kurang tepat. Yang tepat adalah sedikit cerama dan banyak tanya jawab. Artinya cerama dapat di pergunakan untuk memulai dan pada awal pembelajaran; kemudian di teruskan dengan tanya jawab. Instruktur / tutor memberikan kesempatan kepada peserta untuk mengajukan pertanyaan, dan di teruskan dengan pertanyaan dari instruktur /tutor kepada peserta. Tanya jawab lebih menarik jika di kembakan kepada seluruh peserta. Maksudnya adalah pertanyaan dari peserta dimintakan jawaban kepada peserta yang lain. Jika ternyata peserta lain tidak ada yang bersedia menjawab atau ada jawaban peserta tetapi salah, maka instruktur /tutor meneruskan jawaban yang benar. 2. Presentasi Multi Media. Metode presentasi biasanya disebut sebagai teknik presentasi. Penggunaan presentasi yang baik untuk PLS hendaknya dilaksanakan dengan menggunakan media sama halnya dengan penyajian materi dengan metode ceramah. 3. Diskusi. Metode diskusi dapat dipilih sebagai metode dalam pembelajaran PLS, jika peserta (WB) memiliki kesiapan untuk berdiskusi. Tidak tepat memaksakan menggunakan diskusi untuk pembelajaran anak-anak atau remaja yang tidak memiliki kemampuan dan kesiapan untuk berdiskusi. Disamping itu diskusi hanya tepat untuk pembelajran orang dewasa yang sedang mengkaji materi pengetahuan dan niali atau sikap. Diskusi cocok digunakan dalam pembelajaran yang peserta (WB) nya tidak terlalu banyak. Diskusi tidak tepat untuk pembelajaran yang peserta (WB) nya banyak (kelas besar). Diskusi tidak tepat untuk pembelajaran dalam bidang psikomotorik atau ketrampilan. 4. Demonstrasi/Peragaan. Metode demonstrasi lebih tepat digunakan untuk menyajikan materi pembelajaran yang berkaitan dengan perilaku dan atau pemahaman suatu proses. Penggunaan metode demonstrasi memerlukan keahlian instruktur/tutor. 14
  • 15. 5. Permainan/ Game. Metode permainan seringkali dianggap tidak tepat untuk pembelajaran. Karena permainan dianggap bermain yang tidak memiliki unsur belajar. Namun pendapat yang demikian itu, saat ini sudah mulai bergeser dan berganti dengan pendapat bahwa belajar yang efektif adalah belajar yang menyenangkan, tidak mustahil dengan menggunakan metode permainan. Metode permainan memang lebih tepat untuk pembelajaran PLS bagi anak-anak, terutama pada Kelompok Bermain (KB) atau Play Group dan atau Tempat Penitipan Anak (TPA). Karena memang dunia anak adalah dunia bermain. Bahkan kebutuhan anak-anak adalh bermain. Oleh karena itulah metode pembelajaran bagi anak lebih tepat dengan metode bermain. Namun demikian tidak menutup kemungkinan metode bermain digunakan untuk pembelajaran bagi pemuda dan orang dewasa. Dengan alasan bahwa bermain sebenarnya bukan hanya dibutuhkan oleh anak-anak. Pemuda dan orang dewasapun memerlukan bermain terutama untuk rekreasi. 6. Simulasi. Simulasi adalah peniruan kehidupan nyata dalam skala kecil. Simulasi sebagai metode pembelajaran meliputi metode role playing (bermain peran). Ciri khas simulasi adalah mencontoh atau meniru kehidupan riel, dengan berpura-pura. Contoh sederhana simulasi adalah penugasan kepada anak-anak Kelompok Bermain untuk berpakaian seperti orang dewasa yang disenanginya pada saat Karnaval Peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan RI. Misalnya berpakaian seperti dokter, seperti tentara, dan sebagainya. G. Strategi Pembelajaran Beberapa istilah yang berkaitan dengan strategi adalah metode dan pendekatan. Metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi. Pendekatan (approach) adalah titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran. Sedangkan strategi adalah perencanaan untuk mencapai sesuatu. Strategi sering diartikan sebagai a plan of operation achieving something sedangkan metode adalah a way in achieving something. Pada umumnya dalam pembelajaran dikenal ada dua pendekatan yaitu: 15
  • 16. 1. Teacher centered approach yaitu pendekatan yang berpusat pada guru yang kemudian menurunkan strategi pembelajaran deduktif dan pembelajaran ekspositori. 2. Student centered approach yaitu pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa yang kemudian menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inkuiri serta strategi pembelajaran induktif. Strategi pembelajaran termasuk untuk pendidikan luar sekolah secara umum dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa segi sebagai berikut : 1. Dari segi peranan pendidik dan peserta didik. Dari segi peranan pendidik dan pesrta didik strategi pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua yaitu : a. Teacher oriented merupakan strategi pembelajaran yang berfokus pada pendidik (guru) maksudnya ditentukan oleh pendidik/guru. b. Student oriented merupakan strategi pembelajaran yang berfokus pada peserta didik (siswa/warga belajar) maksudnya seluruh aktivitas pembelajaran diarahkan untuk kepentingan peserta didik (siswa/warga belajar). 2. Dari segi sistem pembelajaran Dari segi pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu : a. Content oriented yaitu strategi pembelajaran yang berorientasi pada materi pelajaran/ajar/bahan ajar/pembelajaran, maksudnya adalah pelaksanaan pembelajaran selalu berpedoman pada isi atau materi pelajaran/bahan ajar yang sudah ditentukan sebelumnya. b. Process oriented yaitu pembelajaran yang berorientasi pada proses pembelajaran maksudnya seluruh aktivitas pembelajaran ditekankan pada proses pembelajaran bukan pada yang lain. c. Effect oriented yaitu strategi pembelajaran yang berorientasi pada tujuan pembelajaran maksudnya adalah seluruh aktivitas pembelajaran selalu berpedoman pada tujuan pembelajaran yang sudah ditentukan sebelumnya. d. Out put oriented yaitu strategi pembelajaran yang berorientasi pada hasil yang akan dicapai dalam pembelajaran maksudnya adalah seluruh aktivitas pembelajaran baik oleh 16
  • 17. peserta didik maupun oleh pendidik selalu diarahkan pada pencapaian target atau tujuan yang sudah ditetapkan dengan mengabaikan proses, tujuan maupun yang lainnya. 3. Dari segi cara penyajian dan cara pengolahan materi pembelajaran. Dari segi ini strategi pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua yaitu: a. Strategi pembelajaran deduktif adalah strategi pembelajaran yang dilakukan dengan mempelajari konsep-konsep terlebih dahulu untuk kemudian dicari kesimpulannya. Materi/bahan pelajaran dikaji secara abstrak terlebih dahulu kemudian secara perlahan-lahan menuju kepada hal-hal yang konkrit. b. Strategi pembelajaran induktif adalah pengkajian dimulai dari materi yang bersifat konkrit. Strategi ini sering disebut dengan strategi pembelajaran dari khusus ke umum.Lebih khusus Wina Sanjaya (2008) mengelompokkan jenis-jenis strategi pembelajaran menjadi dua jenis strategi utama yaitu : 1. Strategi penyampaian penemuan atau exposition-discovery learning 2. Strategi pembelajaran kelompok dan strategi pembealajaran individual atau group individual learning. Secara terinci jenis-jenis strategi pembelajaran tersebut diuraikan sebagai berikut : a.) Strategi eksposition Adalah strategi pembelajaran yang dilaksanakan oleh pendidik (gurua atau istruktur) dengan menyajikan materi/bahan ajar dalam bentuk bahan jadi kepada peserta didik (siswa atau warga belajar) dan peserta didik dituntut untuk menguasai materi/bahan tersebut. Peserta didik tinggal menerima apa adanya materi/bahan dari pendidik. b.) Strategi expository Adalah strategi pembelajaran yang dilaksanakan oleh pendidik (guru atau instruktur) dengan cara menyampaikan informasi kepada peserta didik (siswa atau warga belajar) dan peserta didik tinggal menerima semua informasi dari pendidik tanpa harus mempersoalkan atau mencarinya. c.) Strategi direct istruction 17
  • 18. Adalah strategi pembelajaran yang dilaksanakan oleh pendidik (guru atau instruktur) dengan cara memberikan materi ajar/bahan ajar secara langsung kepada peserta didik (siswa atau warga belajar) dan peserta didik dituntut untuk menguasaianya secara penuh. d.) Strategi discovery Adalah strategi pembelajaran yang dilaksanakan oleh pendidik (guru atau instruktur) dengan cara menugaskan kepda peserta didik (siswa atau warga belajar) untuk mencarii dan menemukan materi/bahan ajar dengan berbagai aktivitas belajar. Misalnya mengkaji bahan pustaka mengadakan observasi terhadap objek tertentu dan sejenisnya. Pendidik (guru atau istruktur berperan sebagai fasilitator atau mediator yang melaksanakan pembimbingan terhadap aktivitas belajar peserta didik. Stategi discovery ini disebut pula sebagai indirect atau strategi pembelajaran tidak langsung. 18
  • 19. BAB III KESIMPULAN Pendidikan Kesetaraan merupakan pendidikan nonformal yang mencakup program Paket A setara SD/MI, Paket B setara SMP/MTs, dan Paket C setara SMA/MA dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan, keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional peserta didik. Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau pemerintah daerah dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan (UU No 20/2003 Sisdiknas Pasal 26 Ayat (6). Seperti paparan materi makalah yang saya buat tentang tujuan menyelenggarakan pendidikan kesetaraan, sama halnya dengan hasil wawancara yang telah saya lakukan yaitu Memberikan peluang serta memfasilitasi para warga masyarakat yang ingin menuntaskan pendidikan setara SD/MI dan SMP/MTs atau yang sederajat dengan mutu yang baik. Yang penyelenggaraanya mengacu pada standart kompetensi yang telah dibuat oleh Diknas. Proses pembelajaran serta bahan materi yang disediakan oleh fasilitator disesuaikan dengan kebutuhan serta situasi dan kondisi mereka sebagai warga belajar sehingga antara tutor maupun penyelenggara dengan warga belajar harus ada kesepakatan yang disepakati oleh kedua belah pihak dalam melaksanakan suatu proses pembelajaran. Menyelenggarakan pendidikan kesetaraan merupakan tugas mulia dalam upaya ikut mencerdaskan bangsa. Agar hasilnya maksimal, penyelanggaraannya tidak boleh asal-asalan, tetapi harus benar-benar profesional. Tugas semua kalangan yang berkompeten dengan program pendidikan kesetaraan untuk membenahi dan menyempurnakan penyelenggaraan pendidikan kesetaraan di lapangan. Jika pendidikan kesetaraan dilaksanakan secara profesional, memiliki nilai lebih dibandingkan dengan pendidikan formal, lulusannya dapat hidup mandiri, apalagi mampu menciptakan lapangan kerja, insya allah lulusan pendidikan kesetaraan tidak akan lagi dipandang sebelah mata. 19
  • 20. DAFTAR PUSTAKA http://pkbm.blogdetik.com/kebijakan pemerintah dalam pengembangan pendidikan kesetaraan/http://pkbm.blogdetik.com/ kebijakan pemerintah dalam pengembangan pendidikan ksetaraan/sekolah kesetaraan pendidikan kesetaraan http://skbprobolinggo.web.id/?p=175Direkidikan kesetaraan. Pembelajaran pendidikan kesetaraan paketA dan paketB.2010 AhmadZein,H,2011,Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jember. 20