Laporan ini membahas tentang perilaku kekerasan dan gangguan harga diri yang rendah pada pasien gangguan jiwa. Masalah utama adalah perilaku kekerasan seperti amuk. Penyebabnya antara lain frustasi, takut, manipulasi, dan gangguan harga diri yang rendah. Rencana tindakan mencakup pencegahan perilaku kekerasan dengan cara fisik, sosial, spiritual, dan kepatuhan minum obat, serta meningkatkan harga diri dengan membangun
Dokumen tersebut membahas laporan pendahuluan keperawatan jiwa mengenai perubahan proses pikiran berupa waham. Laporan ini menjelaskan pengertian, penyebab, gejala, akibat, dan rencana tindakan keperawatan untuk menangani masalah tersebut seperti meningkatkan hubungan saling percaya, menghadirkan realitas, serta meningkatkan harga diri dan kemampuan klien.
Laporan ini membahas tentang harga diri rendah dan isolasi sosial. Harga diri rendah dapat disebabkan oleh faktor internal dan eksternal seperti trauma atau ketegangan peran, dan menyebabkan gangguan konsep diri seperti gambaran diri negatif, ideal diri yang tidak realistis, serta harga diri dan identitas rendah. Gejala dari harga diri rendah antara lain isolasi sosial, yang perlu ditangani dengan psikofarmakologi dan psikoterapi.
Laporan ini membahas tentang perilaku kekerasan dan gangguan harga diri yang rendah pada pasien gangguan jiwa. Masalah utama adalah perilaku kekerasan seperti amuk. Penyebabnya antara lain frustasi, takut, manipulasi, dan gangguan harga diri yang rendah. Rencana tindakan mencakup pencegahan perilaku kekerasan dengan cara fisik, sosial, spiritual, dan kepatuhan minum obat, serta meningkatkan harga diri dengan membangun
Dokumen tersebut membahas laporan pendahuluan keperawatan jiwa mengenai perubahan proses pikiran berupa waham. Laporan ini menjelaskan pengertian, penyebab, gejala, akibat, dan rencana tindakan keperawatan untuk menangani masalah tersebut seperti meningkatkan hubungan saling percaya, menghadirkan realitas, serta meningkatkan harga diri dan kemampuan klien.
Laporan ini membahas tentang harga diri rendah dan isolasi sosial. Harga diri rendah dapat disebabkan oleh faktor internal dan eksternal seperti trauma atau ketegangan peran, dan menyebabkan gangguan konsep diri seperti gambaran diri negatif, ideal diri yang tidak realistis, serta harga diri dan identitas rendah. Gejala dari harga diri rendah antara lain isolasi sosial, yang perlu ditangani dengan psikofarmakologi dan psikoterapi.
Masalah utama dokumen ini adalah harga diri rendah. Harga diri rendah terjadi ketika seseorang menolak dirinya sendiri dan tidak bertanggung jawab atas kehidupannya. Faktor-faktor seperti penolakan orang tua, kegagalan berulang, dan kehilangan kasih sayang dapat memengaruhi harga diri seseorang. Diagnosa keperawatan yang diidentifikasi meliputi resiko isolasi sosial dan gangguan konsep diri berupa harga di
Laporan Pendahuluan Jiwa - Perilaku KekerasanYusuf Saktian
Laporan ini membahas masalah perilaku kekerasan dan gangguan harga diri rendah. Perilaku kekerasan didefinisikan sebagai perilaku maladaptif dalam memanifestasikan perasaan marah yang dapat berupa mencederai diri, menganiaya orang lain, atau merusak lingkungan. Gangguan harga diri rendah dapat menyebabkan perilaku kekerasan dan ditandai dengan perasaan negatif terhadap diri, kehilangan percaya diri, dan rasa malu. Diagnosa keperaw
Laporan Pendahuluan Jiwa - Harga Diri RendahYusuf Saktian
Laporan pendahuluan ini membahas gangguan konsep diri berupa harga diri rendah pada seorang pasien. Gangguan ini dapat terjadi karena faktor situasional maupun kronis, dengan gejala seperti perasaan negatif diri, isolasi sosial, dan perilaku kekerasan yang berisiko mencederai diri atau orang lain. Diagnosa masalahnya adalah harga diri rendah dan isolasi sosial akibat menarik diri. Rencana tindakan m
Asuhan Keperawatan Waham_pada pasien sakit jiwayohanes meor
a. Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi di pertahankan dan tidak dapat di ubah secara logis oleh orang lain. Keyakinan ini berasal dari pemikiran klien yang sudah kehilangan kontrol(Depkes RI,2000)
- Klien laki-laki berusia 38 tahun dengan diagnosa skizofrenia paranoid dirawat di RSJ karena isolasi sosial dan gangguan komunikasi. Ia mengalami berbagai masalah keperawatan seperti isolasi sosial, harga diri rendah, dan gangguan proses pikir. Pengobatan yang diterima adalah alprazolam dan risperidon.
Halusinasi dan isolasi sosial menyebabkan risiko mencederai diri dan lingkungan. Diagnosa keperawatan meliputi perubahan sensori persepsi berupa halusinasi dan isolasi sosial akibat menarik diri. Rencana tindakan mencakup membantu klien mengenal dan mengontrol halusinasi, serta meningkatkan interaksi sosial dengan dukungan keluarga untuk mencegah gejala dan komplikasi.
Kb 1 asuhan keperawatan harga diri rendahpjj_kemenkes
Modul ini membahas asuhan keperawatan pasien dengan gangguan harga diri rendah dan isolasi sosial. Pada kegiatan belajar pertama, dibahas tentang konsep harga diri rendah, proses terjadinya, dan tanda-tandanya. Proses terjadinya harga diri rendah dipengaruhi oleh faktor predisposi seperti biologis, psikologis, dan sosial budaya, serta faktor presipitasi seperti trauma dan ketegangan peran.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Klien mengalami halusinasi dan isolasi sosial. Perawat merencanakan tindakan untuk membantu klien mengontrol halusinasi, berinteraksi dengan orang lain, dan mendapat dukungan dari keluarga.
Dokumen tersebut membahas tentang hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pengkajian terhadap klien gangguan jiwa, meliputi sikap, ekspresi, reaksi, dan interaksi klien selama proses wawancara. Dokumen juga menjelaskan pendekatan dan teknik yang tepat dalam melakukan pengkajian, seperti menciptakan suasana yang nyaman, menghindari pertanyaan yang menghakimi, serta memberikan kesempatan bagi
Klien laki-laki berusia 34 tahun dirawat dengan masalah isolasi sosial. Ia menunjukkan gejala menghindari orang lain, komunikasi kurang, dan tidak melakukan aktivitas. Penyebabnya mungkin rendahnya harga diri.
Dokumen tersebut membahas asuhan keperawatan pada pasien terminal yang mencakup empat hal utama: (1) tahap-tahap berduka pasien menjelang ajal, (2) diagnosa keperawatan yang meliputi ansietas, berduka, perubahan proses keluarga, dan risiko distres spiritual, (3) kriteria hasil untuk masing-masing diagnosa, dan (4) intervensi keperawatan sesuai dengan diagnosa untuk membantu pasien dan keluarga menghadapi proses ke
Makalah ini membahas gangguan waham menetap, termasuk definisi, epidemiologi, etiologi, tipe-tipe, diagnosa, dan penatalaksanaannya. Gangguan ini ditandai dengan keberadaan waham sebagai gejala utama, yang bervariasi dari waham kejar, erotomania, hingga somatik."
Dokumen tersebut memberikan ringkasan mengenai strategi pelaksanaan asuhan keperawatan jiwa untuk beberapa gangguan jiwa seperti perilaku kekerasan, isolasi sosial, harga diri rendah, halusinasi, defisit perawatan diri, waham, dan resiko bunuh diri. Strategi pelaksanaan tersebut terdiri dari beberapa tahap seperti orientasi, kerja, dan terminasi dengan tujuan mengidentifikasi masalah, melakukan latihan, dan
Strategi Pelaksanaan Jiwa - Perilaku KekerasanYusuf Saktian
1. Dokumen tersebut merupakan rangkaian strategi pelaksanaan risiko perilaku kekerasan melalui 4 pertemuan. Pada setiap pertemuan dilatih cara mengendalikan perilaku kekerasan secara fisik, sosial, spiritual dan cara keempat yang akan dibahas. Latihan dilakukan dengan membina hubungan, mengidentifikasi penyebab marah, dan cara mengontrolnya melalui nafas, gerakan fisik, komunikasi dan ibadah.
Masalah utama dokumen ini adalah harga diri rendah. Harga diri rendah terjadi ketika seseorang menolak dirinya sendiri dan tidak bertanggung jawab atas kehidupannya. Faktor-faktor seperti penolakan orang tua, kegagalan berulang, dan kehilangan kasih sayang dapat memengaruhi harga diri seseorang. Diagnosa keperawatan yang diidentifikasi meliputi resiko isolasi sosial dan gangguan konsep diri berupa harga di
Laporan Pendahuluan Jiwa - Perilaku KekerasanYusuf Saktian
Laporan ini membahas masalah perilaku kekerasan dan gangguan harga diri rendah. Perilaku kekerasan didefinisikan sebagai perilaku maladaptif dalam memanifestasikan perasaan marah yang dapat berupa mencederai diri, menganiaya orang lain, atau merusak lingkungan. Gangguan harga diri rendah dapat menyebabkan perilaku kekerasan dan ditandai dengan perasaan negatif terhadap diri, kehilangan percaya diri, dan rasa malu. Diagnosa keperaw
Laporan Pendahuluan Jiwa - Harga Diri RendahYusuf Saktian
Laporan pendahuluan ini membahas gangguan konsep diri berupa harga diri rendah pada seorang pasien. Gangguan ini dapat terjadi karena faktor situasional maupun kronis, dengan gejala seperti perasaan negatif diri, isolasi sosial, dan perilaku kekerasan yang berisiko mencederai diri atau orang lain. Diagnosa masalahnya adalah harga diri rendah dan isolasi sosial akibat menarik diri. Rencana tindakan m
Asuhan Keperawatan Waham_pada pasien sakit jiwayohanes meor
a. Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi di pertahankan dan tidak dapat di ubah secara logis oleh orang lain. Keyakinan ini berasal dari pemikiran klien yang sudah kehilangan kontrol(Depkes RI,2000)
- Klien laki-laki berusia 38 tahun dengan diagnosa skizofrenia paranoid dirawat di RSJ karena isolasi sosial dan gangguan komunikasi. Ia mengalami berbagai masalah keperawatan seperti isolasi sosial, harga diri rendah, dan gangguan proses pikir. Pengobatan yang diterima adalah alprazolam dan risperidon.
Halusinasi dan isolasi sosial menyebabkan risiko mencederai diri dan lingkungan. Diagnosa keperawatan meliputi perubahan sensori persepsi berupa halusinasi dan isolasi sosial akibat menarik diri. Rencana tindakan mencakup membantu klien mengenal dan mengontrol halusinasi, serta meningkatkan interaksi sosial dengan dukungan keluarga untuk mencegah gejala dan komplikasi.
Kb 1 asuhan keperawatan harga diri rendahpjj_kemenkes
Modul ini membahas asuhan keperawatan pasien dengan gangguan harga diri rendah dan isolasi sosial. Pada kegiatan belajar pertama, dibahas tentang konsep harga diri rendah, proses terjadinya, dan tanda-tandanya. Proses terjadinya harga diri rendah dipengaruhi oleh faktor predisposi seperti biologis, psikologis, dan sosial budaya, serta faktor presipitasi seperti trauma dan ketegangan peran.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Klien mengalami halusinasi dan isolasi sosial. Perawat merencanakan tindakan untuk membantu klien mengontrol halusinasi, berinteraksi dengan orang lain, dan mendapat dukungan dari keluarga.
Dokumen tersebut membahas tentang hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pengkajian terhadap klien gangguan jiwa, meliputi sikap, ekspresi, reaksi, dan interaksi klien selama proses wawancara. Dokumen juga menjelaskan pendekatan dan teknik yang tepat dalam melakukan pengkajian, seperti menciptakan suasana yang nyaman, menghindari pertanyaan yang menghakimi, serta memberikan kesempatan bagi
Klien laki-laki berusia 34 tahun dirawat dengan masalah isolasi sosial. Ia menunjukkan gejala menghindari orang lain, komunikasi kurang, dan tidak melakukan aktivitas. Penyebabnya mungkin rendahnya harga diri.
Dokumen tersebut membahas asuhan keperawatan pada pasien terminal yang mencakup empat hal utama: (1) tahap-tahap berduka pasien menjelang ajal, (2) diagnosa keperawatan yang meliputi ansietas, berduka, perubahan proses keluarga, dan risiko distres spiritual, (3) kriteria hasil untuk masing-masing diagnosa, dan (4) intervensi keperawatan sesuai dengan diagnosa untuk membantu pasien dan keluarga menghadapi proses ke
Makalah ini membahas gangguan waham menetap, termasuk definisi, epidemiologi, etiologi, tipe-tipe, diagnosa, dan penatalaksanaannya. Gangguan ini ditandai dengan keberadaan waham sebagai gejala utama, yang bervariasi dari waham kejar, erotomania, hingga somatik."
Dokumen tersebut memberikan ringkasan mengenai strategi pelaksanaan asuhan keperawatan jiwa untuk beberapa gangguan jiwa seperti perilaku kekerasan, isolasi sosial, harga diri rendah, halusinasi, defisit perawatan diri, waham, dan resiko bunuh diri. Strategi pelaksanaan tersebut terdiri dari beberapa tahap seperti orientasi, kerja, dan terminasi dengan tujuan mengidentifikasi masalah, melakukan latihan, dan
Strategi Pelaksanaan Jiwa - Perilaku KekerasanYusuf Saktian
1. Dokumen tersebut merupakan rangkaian strategi pelaksanaan risiko perilaku kekerasan melalui 4 pertemuan. Pada setiap pertemuan dilatih cara mengendalikan perilaku kekerasan secara fisik, sosial, spiritual dan cara keempat yang akan dibahas. Latihan dilakukan dengan membina hubungan, mengidentifikasi penyebab marah, dan cara mengontrolnya melalui nafas, gerakan fisik, komunikasi dan ibadah.
Skripsi ini membahas upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam membentuk karakter religius siswa di SMP Negeri 1 Sumbergepol Tulungagung tahun 2013/2014. Penelitian ini ingin mengetahui pelaksanaan, metode, dan faktor-faktor yang mendukung dan menghambat upaya tersebut. Hasilnya menunjukkan bahwa guru menerapkan pembiasaan 5S, ceramah, dan tugas. Faktor pendukung adalah kebiasaan siswa dan dukun
1. Dokumen ini membahas pengaruh terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi terhadap kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi.
2. Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi telah terbukti mampu menurunkan gejala halusinasi pasien skizofrenia.
3. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi dapat mempengaruhi peningkatan kontrol halusinasi pas
Keperawatan jiwa askep gangguan alam perasaan (mood)Kaze Va
Makalah ini membahas tentang gangguan alam perasaan (mood) yang meliputi pengertian mood, rentang respon emosi normal maupun tidak normal, tipe-tipe gangguan mood seperti depresi dan mania, faktor risiko gangguan mood, serta gejala gangguan mood depresi. Tujuan makalah ini adalah untuk memahami gangguan mood dan memberikan asuhan keperawatan yang tepat.
Strategi Pelaksanaan Jiwa - Defisit Perawatan DiriYusuf Saktian
Dokumen tersebut merupakan strategi pelaksanaan tindakan keperawatan untuk menangani defisit perawatan diri pada seorang pasien. Strategi tersebut mencakup evaluasi kondisi pasien, diagnosa keperawatan, tujuan tindakan, dan tindakan-tindakan yang dilakukan untuk membantu pasien dalam melakukan perawatan diri secara mandiri melalui diskusi dan latihan tentang kebersihan diri, berdandan, makan, dan minum
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Defisit perawatan diri (DPD) pada pasien gangguan jiwa yang menyebabkan isolasi sosial. DPD disebabkan penurunan proses berpikir yang mengakibatkan kurangnya motivasi untuk merawat diri. Diagnosa keperawatan pasien tersebut adalah DPD dan isolasi sosial. Rencana tindakan keperawatan bertujuan meningkatkan kemampuan pasien dalam merawat diri secara mandiri
Proposal ini mengusulkan terapi aktivitas kelompok (TAK) untuk stimulasi persepsi sensori khususnya halusinasi pada pasien gangguan jiwa. TAK ini akan terdiri dari dua sesi, yaitu sesi pertama untuk mengenal halusinasi dan sesi kedua untuk melatih mengontrol halusinasi dengan cara menghardik. Tujuannya adalah membantu pasien meningkatkan kemampuan mengontrol gejala halusinasi secara bertahap
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian gout, etiologi, klasifikasi, manifestasi klinis, dan patofisiologi dari penyakit gout. Gout adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan penumpukan kristal asam urat di persendian yang menyebabkan nyeri dan peradangan. Faktor risiko utama penyakit ini adalah gangguan metabolisme purin dan asam urat.
Penelitian tahun pertama telah menghasilkan gambaran kompetensi perawat dalam merawat pasien gangguan jiwa, stigma dan beban keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan gangguan jiwa, serta upaya masyarakat dalam mencari pengobatan. Hasil ini akan diujicobakan pada model konseptual dan dikembangkan lebih lanjut pada tahun berikutnya untuk menyempurnakan pendekatan holistik dalam meraw
Pasien mengalami episode depresi berat dengan gejala psikotik seperti susah tidur, mudah marah, dan gangguan perilaku. Gejala mulai muncul setelah mengalami pelecehan seksual 7 tahun lalu. Diagnosis multiaksial menunjukkan gangguan depresi berat dengan stresor hidup berat. Terapi yang diberikan meliputi obat antipsikotik dan dukungan sosial dari keluarga. Prognosis pasien masih belum jelas.
Dokumen tersebut merangkum tentang risiko perilaku kekerasan pada pasien gangguan jiwa, meliputi pengertian, penyebab, manifestasi klinis, akibat, dan penatalaksanaannya."
Dokumen tersebut membahas tentang ansietas sebagai masalah psikososial. Secara garis besar dibahas tentang definisi, etiologi, tingkat, dan respon ansietas, serta intervensi keperawatan untuk menangani pasien dengan masalah ansietas. Data yang perlu dikumpulkan meliputi data psikososial seperti konsep diri, hubungan sosial, dan masalah keperawatan seperti ansietas, harga diri rendah, perubahan peran, ketidak
Ansietas dapat didefinisikan sebagai respon emosi tanpa objek spesifik yang dialami secara subjektif. Terdapat berbagai tingkat ansietas mulai dari ringan, sedang, berat, hingga panik. Faktor penyebab ansietas dapat berupa predisposisi atau situasional. Tindakan keperawatan untuk menangani ansietas meliputi membangun kepercayaan, mengidentifikasi pemicu, serta membantu mengembangkan mekanisme koping yang efektif
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang depresi, faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti genetik, biokimia, psikososial, gejala-gejalanya, kriteria diagnosis, dan penanganannya melalui terapi obat dan intervensi keperawatan."
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang depresi, faktor-faktor yang berhubungan dengan depresi seperti faktor predisposisi dan presipitasi, gejala, kriteria, pengobatan, dan pengkajian kasus depresi pada pasien bernama Tn. A."
Dokumen tersebut membahas tentang individu dan perbedaan antar individu, termasuk karakteristik, faktor yang mempengaruhinya, serta bagaimana menyikapi perbedaan. Dibahas pula tentang aspek emosi manusia, penyebab stres, dan proses terjadinya depresi dan stres.
Mania merupakan gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan kegembiraan dan kegiatan motorik yang berlebihan. Dokumen ini membahas tentang diagnosa dan intervensi keperawatan untuk pasien dengan gangguan mania, termasuk mengidentifikasi faktor risiko, tujuan perawatan, dan rencana tindakan untuk mencegah bunuh diri dan meningkatkan kepatuhan terhadap pengobatan.
"Jodoh Menurut Prespektif Al-Quran" (Kajian Tasir Ibnu Katsir Surah An-Nur ay...Muhammad Nur Hadi
Jurnal "Jodoh Menurut Prespektif Al-Quran" (Kajian Tasir Ibnu Katsir Surah An-Nur ayat 26 dan 32 dan Surah Al-Hujurat Ayat 13), Ditulis oleh Muhammmad Nur Hadi, Mahasiswa Program Studi Ilmu Hadist di UIN SUSKA RIAU.
JAWABAN PMM. guru kemendikbud tahun pelajaran 2024
Tugas ismiatin
1. TUGAS SEMESTER PENDEK
MATERI KEPERAWATAN JIWA
RESIKO PERILAKU KEKERASAN
RESIKO BUNUH DIRI
HALUSINASI
ISOLASI SOSIAL
HARGA DIRI RENDAH
WAHAM
DEFISIT PERAWATAN DIRI
TERAPI WICARA
NAFSA
DISUSUN OLEH :
ISMIATIN
NPM. 13142013083
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
BANJARMASIN PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN NERS B
2015
2. PERILAKU KEKERASAN
A. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik terhadap diri sendiri maupun orang lain (Towsend, 1982)
B. Etiologi
Gangguan konsep diri : harga diri rendah
C. Tanda Dan Gejala
1. Klien mengatakan benci / kesal dengan seseorang
2. Suka membentak
3. Menyerang orang yang sedang mengusiknya jika sedang kesal atau kesal
4. Mata merah dan wajah agak merah
5. Nada suara tinggi dan keras
6. Bicara menguasai
7. Pandangan tajam
8. Suka merampas barang milik orang lain
9. Ekspresi marah saat memnicarakan orang
D. Mekanisme Sebab – Akibat
1. Sebab : Gangguan Konsep Diri : Harga diri rendah
Harga diri rendah adalah perilaku negatif terhadap diri dan perasaan tentang diri
atau kemampuan diri yang negatif, yang dapat diekspresikan secara langsung maupun
tak langsung. (Towsend, M.C. 1998). Harga diri klien yang rendah menyebabkan klien
merasa malu, dianggap tidak berharga dan berguna. Klien kesal kemudian marah dan
kemarahan tersebut diekspresikan secara tak konstruktif, seperti memukul orang lain,
membanting-banting barang atau mencederai diri sendiri.
3. 2. Tanda dan Gejala
a. Mengejek dan mengkritik diri sendiri
b. Merendahkan atau mengurangi martabat diri sendiri
c. Rasa bersalah atau khawatir
d. Manifestasi fisik : tekanan darah tinggi, psikosomatik, dan penyalahgunaan zat.
e. Menunda dan ragu dalam mengambil keputusan
f. Gangguan berhubungan, menarik diri dari kehidupan social
g. Menarik diri dari realitas
h. Merusak diri
i. Merusak atau melukai orang lain
j. Kebencian dan penolakan terhadap diri sendiri.
3. Akibat : Resiko menciderai diri sendiri orang lain dan lingkungan
a) Pengertian : Suatu keadaan dimana seorang individu melakukan suatu tindakan yang
dapt membahayakan bagi keselamatan jiwanya maupun orang lain disekitarnya
(Townsend, 1994). Klien dengan perilaku kekerasan menyebabkan klien
berorientasi pada tindaakan untuk memenuhi secara listrik tuntutan situasi stress,
klien akan berperilaku menyerang, merusak diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan sekitar.
b) Tanda dan Gejala
Adanya peningkatan aktifitas motorik
Perilaku aktif ataupun destruktif
Agresif
KONSEP ASKEP
1. Pengkajian
a. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
b. Perilaku kekerasan
c. Resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
4. 2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko tinggi menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan
perilaku kekerasan.
b. Perilaku kekerasan berhubungan dengan gangguan konsep diri: harga diri rendah.
3. Intervensi Keperawatan
a) Resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku
kekerasan.
1) Tujuan Umum
Klien tidak menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
2) Tujuan Khusus
Klien dapat membina hubungan saling percaya
Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
Klien dapat mengidentifikasi tanda perilaku kekerasan
Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap
kemarahan.
klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan
Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku kekerasan.
Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program pengobata
STRATEGI PELAKSANAAN PASIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN
SP I
a.Mendiskusikan penyebab,tanda dan gejala, akibat dan cara mengontrol perilaku kekerasan
b.Melatih cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik I: nafas dalam
c.Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
5. SP II
a.Mengevaluasikemampuan pasien mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik I
b.Melatih pasien mengontrol PK dengan cara fisik II: pukul bantal/kasur
c.Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
SP III
a.Mengevaluasi kemampuan pasien mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik I dan II
b.Melatih pasien mengontrol Perilaku kekerasan dengan cara verbal
c.Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
SP IV
a.Mengevaluasi kemampuan pasien mengontrol PK dengan cara fisik I,II dan verbal
b.Menjelaskan cara mengontrol PK dengan cara spiritual
c.Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
SP V
a.Mengevaluasi kemampuan pasien mengontrol PK dengan car fisik I,II,verbal dan spiritual
b.Menjelasakan cara mengontrol PK dengan patuh minum obat
c.Menganjurkan pasien memasukkan dalam kegiatan harian
6. RESIKO BUNUH DIRI
Secara umum, bunuh diri berasal dari bahasa Latin “suicidium”, dengan “sui” yang berarti
sendiri dan “cidium” yang berarti pembunuhan. Schneidman mendefinisikan bunuhdiri sebagai
sebuah perilaku pemusnahan secara sadar yang ditujukan pada diri sendiri oleh seorang individu
yang memandang bunuh diri sebagai solusi terbaik dari sebuah isu.
Dia mendeskripsikan bahwa keadaan mental individu yang cenderung melakukan bunuh diri
telah mengalami rasa sakit psikologis dan perasaan frustasi yang bertahan lama sehingga
individu melihat bunuh diri sebagai satu-satunya penyelesaian untuk masalah yang dihadapi
yang bisa menghentikan rasa sakit yang dirasakan (dalam Maris dkk., 2000).
Dari aliran eksistensial, Baechler mengatakan bahwa bunuh diri mencakup semua perilaku yang
mencari penyelesaian atas suatu masalah eksistensial dengan melakukan percobaan terhadap
hidup subjek (dalam Maris dkk., 2000).
Menurut Corr, Nabe, dan Corr (2003), agar sebuah kematian bisa disebut bunuh diri, maka harus
disertai adanya intensi untuk mati. Meskipun demikian, intensi bukanlah hal yang mudah
ditentukan, karena intensi sangat variatif dan bisa mendahului , misalnya untuk mendapatkan
perhatian, membalas dendam,mengakhiri sesuatu yang dipersepsikan sebagai penderitaan, atau
mengakhiri hidup.
Hopelessness didefinisikan sebagai harapan individu bahwa kejadian negatif akan terjadi di masa
depan dan dia akan terus gagal dalam mencapai tujuannya. Melalui penelitian yang ilakukan,
Minkoff, Bergman, dan Beck (dalam Ellis & Rutherford, 2008) menyatakan hopelessness
merupakan penengah antara depresi dan kecenderungan bunuh diri.
7. Pelaku percobaan bunuh diri menunjukkan kesulitan dalam tugas mengingat autobiographical
memory dan menghasilkan autobiographical memoryyang tidak jelas dan umum (William &
Broadbent, dalam Ellis & Rutherford, 2008).
Menurut (Stuart, 2007) data pengkajian keperawatan jiwa dapat
dikelompokkan menjadi pengkajian perilaku, faktor predisposisi, faktor presipitasi , penilaian
terhadap stressor, sumber koping, dan kemampuan koping yangdimiliki klien.
PENGKAJIAN TERSEBUT DAPAT DIURAIKAN MENJADI:
1. Pengkajian perilaku
Perilaku yang berhubungan dengan persepsi mengacu pada identifikasi dan interpretasi awal
dari suatu stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indra perilaku
tersebut digambarkan dalam rentang respon neurobiologis dari respon adaptif, respon
transisi danrespon maladaptif.
2. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi yang berpengaruh pada pasien halusinasi dapat mencakup:
a. Dimensi biologis
Meliputi abnormalitas perkembangan sistem syaraf yang Berhubungan dengan respon
neurobiologis maladaptif Yang ditunjukkan melalui hasil penelitian pencitraan otak, zat
kimia otak dan penelitian pada keluarga yang melibatkan anak kembar dan anak yang
diadopsi yang menunjukkan peran genetik pada skizofrenia.
b. Psikologis
Teori psikodinamika untuk terjadinya respons neurobiologis yang maladaptif belum
didukung oleh penelitian.
c. Sosial budaya
Stres yang menumpuk dapat menunjang awitan skizofrenia dan gangguan psikotik lain,
tetapi tidak diyakini sebagai penyebab utama gangguan.
8. 3. Faktor presipitasi
Stresor pencetus terjadinya halusinasi diantaranya:
a. Stresor biologis yang berhubungan dengan respon neurobiologis maladaptif meliputi
gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak yang mengatur proses informasi dan
abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan
ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus.
b. Stresor lingkungan
Ambang toleransi terhadap stres yang ditentukan secara biologis berinteraksi dengan
stresor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
c. Pemicu gejala
Pemicu merupakan perkusor dan stimuli yang menimbulkan episode baru suatu
penyakit.Pemicu biasanya terdapat pada respons neurobiologis maladaptif yang
berhubungan dengan kesehatan, lingkungan, sikap, dan perilaku individu.
4. Penilaian stresor
Tidak terdapat riset ilmiah yang menunjukkan bahwa stres menyebabkan skizofrenia.
Namun, studi mengenai relaps dan eksaserbasi gejala membuktikan bahwa stres, penilaian
individu terhadap stresor, dan masalah koping dapat mengindikasikan kemungkinan
kekambuhan gejala.
5. Sumber koping
Sumber koping individual harus dikaji dengan pemahaman tentang pengaruh gangguan otak
pada perilaku. Kekuatan dapat meliputi modal, seperti intelegensi atau kreativitas yang
tinggi.
6. Mekanisme koping
Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi pasien dari pengalaman yang menakutkan
berhubungan dengan respon neurobiologis maladaptif meliputi:
a) Regresi,berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk mengatasi
ansietas, yang menyisakan sedikit energi untuk aktivitas hidup sehari-hari.
9. b) Proyeksi, sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi.
c) Menarik diri.
10. HALUSINASI
1. Pengertian
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana pasien mengalami perubahan
sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan
atau penghiduan/ penciuman. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada.
2. Tanda dan gejala
- Pasien bicara atau tertawa sendiri
- Marah-marah tanpa sebab
- Menyedengkan telinga kearah tertentu
- Menutup telinga
- Menunjuk-nunjuk kearah tertentu
- Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas
- Menghidu seperti sedang mencium bau-bauan tertentu
- Menutup hidung
- Sering meludah
- Muntah
- Menggaruk-garuk permukaan kulit
- Mendengar suara-suara atau kegaduhan
- Mendengar suara-suara yang mengajak bercakap-cakap
- Mendengar suara yang menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya
- Melihat bayangan sinar,bentuk geometris,bentuk karton,melihat hantu atau monster
- Mencium bau-bauan seperti darah,urin,feses,kadang-kadang bau itu menyenangkan
- Mengatakan ada serangan di permukaan kulit
- Merasa seperti tersengat listrik
- Merasakan rasa seperti darah, urin atau feses
11. 3. Jenis-jenis halusinasi
- Halusinasi dengar/ suara
- Halusinasi penglihatan
- Halusinasi penghidu
- Halusinasi pengecapan
- Halusinasi perabaan
4. Strategi Pelaksanan Halusinasi
SP I
- Mendiskusikan tentang halusinasi : jenis, isi, waktu, frekuensi, situasi yang
menimbulkan halusinasi dan respon pasien terhadap halusinasi
- Melatih pasien mengontrol halusinasi : menghardik
- Menganjurkan pasien memasukkan cara menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan
harian
SP II
- Mengevaluasi kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi dengan menghardik
- Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang
lain
- Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
SP III
- Mengevaluasi kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi dengan menghardik
dan bercakap-cakap dengan orang lain
- Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara melakukan kegiatan yang biasa
dilakukan
- Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
SP IV
- Mengevaluasi kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi dengan menghardik,
bercakap-cakap dengan orang lain dan kegiatan teratur
12. - Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur
- Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
13. ISOLASI SOSIAL
1. Pengertian
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami seseorang karena orang lain
menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (Townsend 2010)
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan atau bahkan
sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya (Keliat, 2008)
Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain,
menghindari hubungan dengan orang lain ( Pawlin, 1993 dikutip Keliat,2001)
Seorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi
dengan orang lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak,tidak diterima,kesepian,dan
tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain.
2. Tanda dan gejala
- Tidak memiliki teman dekat
- Menarik diri
- Menggunakan kata yang tak berarti
- Tidak komunikatif
- Tindakan berulang dan tidak bermakna
- Asyik dengan pikiranyya sendiri
- Tak ada kontak mata
- Tampak sedih, afek tumpul
- Menyendiri dalam ruangan
- Perhatian dan tindakan yang tidak sesuai dengan perkembangan usia
- Mengekspresikan penolakan atau kesepian pada orang lain
- Menggunakan kata-kata simbolik(neologisme)
- Tidak ada asosiasi antara ide satu dengan yang lainnya.
- Klien cenderung menarik diri dari lingkungan pergaulan,suka melamun dan berdiam
diri.
14. 3. Mekanisme Koping
- Proyeksi
- Pemisahan, isolasi
- Merendahkan orang lain
- Regresi
- Idealisasi orang lain
Sumber koping
Contoh sumber koping:
- Keterlibatan dalam hubungan yang luas dalam keluarga dan teman
- Hubungan dengan hewan peliharaan
- Gunakan kreatifitas untuk mengekspresikan stres interpersonal seperti kesenian, musik
atau tulisan.
4. Diagnosa Keperawatan
- Isolasi sosial
- HDR
- Defisit perawatan diri
- Koping individu tidak efektif
- Koping keluarga tidak efektif
- Hubungan terapeutik keluaraga tidak efektif
5. Perencanaan
Tujuan pada pasien, Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien mampu:
- Membina hubungan saling percaya
- Menyadari perilaku isolasi sosial
- Melakukan interaksi secara bertahap saat melakukan kegiatan rumah tangga dan
kegiatan sosial
6. SAK Isolasi Sosial
- Bantu klien menyadari perilaku isolasi sosial
- Latih pasien berinteraksi dengan orang lain secara bertahap
15. - Latih pasien berinteraksi dengan kegiatan sosial dan rumah tangga
7. SP isolasi sosial
SP I
- Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien
- Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain
- Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
- Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang
- Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang dengan orang
lain dalam kegiatan harian
SP II
- Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
- Memberikan kesempatan kepada pasien mempraktaekkan cara berkenalan dengan satu
orang
- Membantu pasien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain
sebagai salah satu kegiatan harian
SP III
- Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
- Memberikan kesempatan kepada pasien mempraktekkan cara berkanalan dengan dua
orang atau lebih
- Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
16. HARGA DIRI RENDAH
1. Pengertian
Harga diri rendah merupakan perasaan negatif terhadap diri sendiri termasuk kehilangan
rasa percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, tidak berdaya, pesimis, tidak ada harapan
dan putus asa ( Depkes RI, 2000 )
Gangguan harga diri adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri
yang negatif yang dapat diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung ( Towsend,
1998 )
2. Etiologi
Penyebab terjadinya harga diri rendah antara lain :
a. Faktor predisposisi ( Stuard and Sudeen, 1998 )
Penolakan orang tua
Harapan orang tua yang tidak realistis
Kegagalan yang berulang kali
Kurang mempunyai tanggung jawab personal
Ketergantungan pada orang lain
Ideal diri tidak realistis
b. Faktor presipitasi ( Stuard and Sudeen, 1998 )
Faktor presipitasi dapat disebabkan oleh faktor dari dalam atau faktor dari luar individu
( eksternal or internal sources ) yang dibagi lima kategori. Ketegangan peran adalah
stress yang berhubungan dengan frustasi yang dialami individu dalam peran atau
posisi yang diharapkan. Terdapat tiga jenis transisi peran yaitu perkembangan, situasi
dan sehat-sakit. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan
kejadian yang mengancam kehidupan.
17. 3. Tanda dan Gejala
Menurut Keliat (1999) tanda dan gejala yang dapat muncul pda pasien harga diri rendah
adalah :
a. Perasaan malu terhadap diri sendiri, individu mempunyai perasaan kurang percaya
diri.
b. Rasa bersalah terhadaap diri sendiri, individu yang selalu gagaal dalaam meraih
sesuatu.
c. Merendahkan martabat diri sendiri, menganggap dirinya berada dibawah orang lain.
d. Gangguan berhubungan social seperti menarik diri, lebih suka menyendiri dan tidak
ingin bertemu orang lain.
e. Rasa percaya diri kurang , merasa tidak percaya dengan kemampuan yang dimiliki.
f. Sukar mengambil keputusan, cenderung bingung dan ragu-ragu dalam memilih
sesuatu.
g. Menciderai diri sendiri sebagai akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang
suram sehingga memungkinkan untuk mengakhiri kehidupan.
h. Mudaah tersinggung atau marah yang berlebihan.
i. Perasaan negatif mengenai tubuhnya sendiri.
j. Ketegangan peran yang dirasakan.
k. Pandangan hidup pesimis.
l. Keluhan fisik
m. Penolakan terhadap kemampuan personal
n. Destruktif terhadap diri sendiri
o. Menarik diri secara social
p. Penyalahgunaan zat
q. Menarik diri dari realitas
r. Khawatir
4. Penatalaksaanaan
a. Penatalaksanaan Keperawatan
Keliat ( 1999 ) menguraikan empat cara untuk meningkatkan harga diri yaitu :
- Memberi kesempatan untuk berhasil
18. - Menanamkan gagaasan
- Mendorong aspirasi
- Membantu membentuk koping
b. Penatalaksanaan Medis
1) Clorpromazine ( CPZ )
Indikasi untuk sindrom psikosis yaitu berat dalam kemampuan menila realitas,
kesadaran diri terganggu, waham, halusinasi, gangguan perasaan dan perilaku aneh,
tidak bekerja, hubungan sosial dan melakukan aktivitas rutin.
Efek saamping : sedasi, gangguan otonomik serta endokrin.
2) Haloperidol ( HPL )
Indikasi : berdaya berat dalam kemampuan menilai realitaas dalaam fungsi netral
serta fungsi kehidupan sehari-hari.
Efek samping : sedasi, gangguan otonomik dan endokrin.
3) Trihexyphenidyl ( THP )
Indikasi : segala jenis penyakit Parkinson, termasuk pascaa enchepalitis dan
idiopatik.
Efeksamping : hypersensitive terhadap trihexyphenidyl, psikosis berat, psikoneurosis
dan obstruksi saluran cerna.
c. Terapi okupasi / rehabilitasi
Terapi yang terarah bagi pasien, fisik maupun mental dengan menggunakan aktivitas
terpilih sebagai media. Aktivitas tersebut berupa kegiatan yang direncanakan sesuai
tujuan ( Seraquel, 2004 )
d. Psikoterapi
Psikoterapi yang dapat membantu penderita adalah psikoterapi suportif dan individual
atau kelompok serta bimbingan yang praktis dengan maksud untuk mengembalikan
penderita ke masyarakat ( Seraquel, 2004 )
e. Terapi psikososial
Kaplan and Sadock ( 1997 ), rewncana pengobatan untuk skizofrenia harus ditujukan
padaa kemampuan daan kekurangan pasien. Selain itu juga perlu dikembangkan terapi
19. berorientasi keluarga, yang diarahkan untuk strategi penurunan stress dan mengatasi
masalah dan perlibatan kembali pasien kedalam aktivitas.
5. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Konsep Diri : Harga Diri
Rendah
a. Pengkajian
Menurut Stuard and Sudeen ( 1998 ) pengkajian pada pasien harga diri rendah meliputi
tingkah laku :
- Menyalahkan diri atau orang lain
- Produktivitas menurun.
- Gangguan berhubungan
- Rasa bersalah
- Mudah marah
- Pesimis terhadap kehidupan
- Keluhan fisik
- Menarik diri dari realita
- Cemas dan takut
- Menguruing diri
- Penyalahgunaaan zat
Sedangkan menurut Towsend ( 1998 ) pada pasien dengan gangguan harga diri rendah
akan ditemukan batasan karakteristik
- Kurang kontak mata
- Ungkapan yang mengaktifkan diri
- Ekspresi rasa malu
- Mengevaluasi diri sebagai individu yang tidak mampu untuk menghadapi berbagai
peristiwa.
- Menolak umpan balik yang positif dan melebih-lebihkan umpan balik yang
negatif tentang dirinya.
- Ragu-ragu untuk mencoba hal-hal yang baru.
- Hipersensitif terhadap kritik, mudah tersinggung dengan pembicaraan orang
lain.
20. b. Diagnosa Keperawatan
Menurut Keliat ( 1999 ), diagnosa yang lazzim muncul pada pasien dengan gangguan
konsep diri : harga diri rendah adalah :
- Gangguan harga diri rendaah
- Keputus asaan
- Isolasi sosial : menarik diri
- Resiko perilaku social
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH
SP I
Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien
Membantu pasien menilai kemampuan pasien yang masih dapat digunakan
Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan pasien
Melatih pasien sesuai dengan kemampuan yang dipilih
Memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan pasien
Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan haraian
SP II
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
Melatih kemampuan kedua
Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
22. WAHAM
1 PENGERTIAN WAHAM
Waham (Delusi), yaitu keyakinan yang berlawanan dengan kenyataan, semacam itu
merupakan simtom-simtom positif yang umum pada skizofrenia.
Waham menurut Maramis (1998), Keliat (1998) dan Ramdi (2000) menyatakan bahwa itu
merupakan suatu keyakinan tentang isi pikiran yang tidak sesuai dengan kenyataan atau
tidak cocok dengan intelegensia dan latar belakang kebudayaannya, keyakinan tersebut
dipertahankan secara kokoh dan tidak dapat diubah-ubah.
Waham adalah keyakinan yang salah secara kokoh dipertahankan walaupun tidak diyakini
orang lain dan bertentangan dengan realita yang normal. Suatu keyakinan yang salah yang
dipertahankan secara kuat/terus-menerus namun tidak sesuai dengan kenyataan.
Mayer-Gross dalam Maramis (1998) membagi waham dalam 2 kelompok, yaitu primer dan
sekunder. Waham primer timbul secara tidak logis, tanpa penyebab dari luar. Sedangkan
waham sekunder biasanya logis kedengarannya, dapat diikuti dan merupakan cara untuk
menerangkan gejala-gejala skizofrenia lain, waham dinamakan menurut isinya, salah
satunya adalah waham kebesaran.
Waham juga memiliki beberapa bentuk. Beberapa diantaranya digambarkan oleh psikiater
berkebangsaaan Jerman Kurt Schneider (1959).
Gambaran delusi dibawah ini dikutip oleh Mellor (1970).
1. Pasien yakin bahwa pikiran yang bukan berasal dari dirinya dimasukkan kedalam
pikirannya oleh suatu sumber eksterna
2. Pasien yakin bahwa pikiran mereka disiarkan dan ditransmisikan sehingga orang lain
mengetahui apa yang mereka pikirkan.
3. Pasien berpikir bahwa pikiran mereka telah dicuri, secara tiba-tiba dan tanpa terduga,
oleh suatu kekuatan eksternal.
4. Beberapa pasien yakin bahwa perasaan atau perilaku mereka dikendalikan oleh suatu
kekuatan eksternal.
23. Meskipun waham terjadi pada lebih dari separuh orang yang menderita skizofrenia, namun
juga terjadi dikalangan pasien dengan berbagai diagnosis lain, terutama, mania, depresi
delusional, dan gangguan waham. Meskipun demikian, waham yang dialami pasien
skizofrenia seringkali lebih aneh dibanding delusi yang dialami para pasien berbagai
ketegori diagnostik lain tersebut; yaitu, waham pada psien skizofrenia sangat tidak mungkin,
seperti yang terlihat dalam gambaran waham diatas (Junginger, Barker, & Coe, 1992).
2. Ciri-ciri waham:
Tidak realistis
Tidak logis
Menetap
Egosentris
Diyakini kebenarannya oleh penderita
Tidak dapat dikoreksi
Dihayati oleh penderita sebagai hal uang nyata
Keadaan atau hal yang diyakini itu bukan merupakan bagian sosiaokultural
24. 3. Tanda dan gejala waham
a. Waham kebesaran, Meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan
khusus,diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan
b. Waham curiga
Meyakini ada seseorang atau sekelompok yang berusaha merugikan /mencederai dirinya
diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan
c. Waham agama
Memiliki keyakinan terhadap agama secara berlebihan,diucapkan berulangkali tetapi
tidak sesuai kenyataan
d. Waham somatik
Meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu/terserang penyakit,diucapkan
berulangkali tidak sesuai kenyataan
e. Waham nihilistik
Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meninggal,diucapkan berulangkali
tetapi tidak sesuai kenyataan
4. ETIOLOGI
Psikologis
Intensitas kecemasan yang tinggi, perasaan bersalah dan berdosa, penghukuman diri, rasa
tidak mampu, fantasi yang tak terkendali, serta dambaan-dambaan atau harapan yang tidak
kunjung sampai, merupakan sumber dari waham. Waham dapat berkembang jika terjadi
nafsu kemurkaan yang hebat, hinaan dan sakit hati yang mendalam (Kartono, 1981).
Menurut Carpenito (1998), klien dengan waham memproyeksikan perasaan dasarnya dengan
mencurigai. Pada klien dengan waham kebesaran terdapat perasaan yang tidak adekuat serta
tidak berharga. Pertama kali mengingkari perasaannya sendiri, kemudian memproyeksikan
perasaannya kepada lingkungan dan akhirnya harus menjelaskan kepada orang lain. Apa
yang seseorang pikirkan tentang suatu kejadian mempengaruhi perasaan dan perilakunya.
Beberapa perubahan dalam berpikir, perasaan atau perilaku akan mengakibatkan perubahan
yang lain.
25. Sosiokultural
Selama bertahun-tahun kita telah mengetahui bahwa angka kejadian tertinggi skizofrenia
terdapat diwilayah pusat kota yang dihuni oleh masyarakat dari kelas-kelas sosial terendah
(a.l., Harvey dkk., 1996; Hollingshead & Redlich, 1958; Srole dkk., 1962).
Korelasi antara kelas sosial dan skizofrenia memiliki konsistensi, namun sulit untuk
menginterpretasinya secara kausal. Beberapa orang percaya bahwa stresor yang
berhubungan dengan kelas sosialrendah dapat menyebabkan atau berkontribusi terhadap
terjadinya skizofrenia yaitu hipotesis sosiogenik. Perlakuan merendahkan yang diterima
seseorang dari orang lain, tingkat pendidikan rendah, dan kurangnya penghargaan serta
kesempatan secara bersamaan dapat menjadikan keberadaan seseorang dalam kelas sosial
rendah sebagai kondisi yang penuh stres yang dapat membuat seseorang menderita
skizofrenia.
Biologis
Skizofrenia paranoid disebabkan kelainan susunan saraf pusat, yaitu pada diensefalon/ oleh
perubahan- perubahan post mortem/ merupakan artefak pada waktu membuat sediaan.
Gangguan endokrin juga berpengaruh, pada teori ini dihubungkan dengan timbulnya
skizofrenia pada waktu pubertas, waktu kehamilan atau puerperium dan waktu klimaterium.
Begitu juga dengan gangguan metabolisme, hal ini dikarenakan pada orang yang mengalami
skizofrenia tampak pucat dan tidak sehat, ujung ekstremitas sianosis, nafsu makan berkurang
dan berat badan menurun. Teori ini didukung oleh Adolf Meyer yang menyatakan bahwa
suatu konstitusi yang inferior/ penyakit badaniah dapat mempengaruhi timbulnya skizofrenia
paranoid (Maramis, 1998).
Menurut Schebel (1991) dalam Townsend (1998) juga mengatakan bahwa skizofrenia
merupakan kecacatan sejak lahir, terjadi kekacauan dari sel-sel piramidal dalam otak,
dimana sel-sel otak tersusun rapi pada orang normal.
Gangguan neurologis yang mempengaruhi sistem limbik dan ganglia basalis sering
berhubungan dengan kejadian waham. Waham oleh karena gangguan neurologis yang tidak
disertai dengan gangguan kecerdasan, cenderung memiliki waham yang kompleks.
Sedangkan waham yang disertai dengan gangguan kecerdasan sering kali berupa waham
sederhana (Kaplan dan Sadock, 1997).
26. 5. TIPE-TIPE WAHAM
Menurut Kaplan dan Sadock (1997), tipe-tipe waham antara lain:
1. Tipe Eritomatik.
Klien dicintai mati-matian oleh orang lain, biasanya orang yang sangat terkenal, seperti
artis, pejabat, atau atasanya. Klien biasanya hidup terisolasi, menarik diri, hidup
sendirian dan bekerja dalam pekerjaan yang sederhana.
2. Tipe Kebesaran (magalomania):
yaitu keyakinan bahwa seseorang memiliki bakat, kemampuan, wawasan yang luar
biasa, tetapi tidak dapat diketahui.
3. Waham Cemburu.
Yaitu misalnya cemburu terhadap pasanganya. Tipe ini jarang ditemukan (0,2%) dari
pasien psikiatrik. Onset sering mendadak, dan hilang setelah perpisahan/ kematian
pasangan. Tipe ini menyebapkan penyiksaan hebat dan fisik yang bermakna terhadap
pasangan, dan kemungkinan dapat membunuh pasangan, oleh karena delusinya
4. Waham Kejar.
Keyakinan merasa dirinya dikejar-kejar, diikuti oleh orang lain. Tipe ini paling sering
ditemukan pada gangguan jiwa. Dapat berbentuk sederhana, ataupun terperinci, dan
biasanya berupa tema yang berhubungan difitnah secara kejam, diusik, dihalang-
halangi, diracuni, atau dihalangi dalam mengejar tujuan jangka panjang.
5. Tipe Somatik atau Psikosis Hipokondrial Monosimptomatik.
Perbedaan dengan hipokondrial adalah pada derajat keyakinan yang dimiliki klien.
Menetapnya waham somatik yang tidak kacau tanpa adanya gejala psikotik lainya
menyatakan gangguan delosional/ waham tipe somatik.
6. PENANGANAN
Penanganan Biologis Terapi Obat (Farmakoterapi).
Perkembangan terpenting dalam terapi untuk skozofrenia adalah penemuan obat-obatan
pada tahun 1950-an yang secara kolektif disebut obat-obatan antipsikotik, yang juga disebut
neuroleptik karena menimbulkan efek samping yang sama dengan simtom-simtom penyakit
neurologis.Obat antipsikotik merupakan obat terpilih yang mengatasi gangguan waham.
27. Pada kondisi gawat darurat, klien yang teragitasi parah, harus diberikan obat antipsikotik
secara intramuskular.
Penanganan Psikologis Psikoterapi.
Elemen penting dalam psikoterapi adalah menegakkan hubungan saling percaya. Terapi
individu lebih efektif dari pada terapi kelompok. Terapis tidak boleh mendukung ataupun
menentang waham, dan tidak boleh terus-menerus membicarakan tentang wahamnya.
Terapis harus tepat waktu, jujur dan membuat perjanjian seteratur mungkin.
Terapi Keluarga
Pemberian terapi perlu menemui atau melibatkan keluarga klien, sebagai partner dalam
proses pengobatan. Keluarga akan memperoleh manfaat dalam membantu terapis dan
membantu perawatan klien. Beberapa hal yang diberikan terapis kepada keluarga klien:
a) Edukasi tentang skizofrenia, terutama yang kerentanan biologis yang mempredisposisi
seseorang terhadap penyakit tersebut
b) Informasi tentang dan pemantauan berbagai efek pengobatan antipsikotik.
c) Menghindari saling menyalahkan, terutama mendorong keluarga untuk tidak
menyalahkan diri sendiri maupun pasien atas penyakit tersebut dan atas kesulitan yang
dialami seluruh keluarga dalam menghadapi penyakit tersebut.
d) Memperbaiki komunikasi dan keterampilan penyelesaian masalah dalam keluarga
e) Medorong keluarga dan pasien untuk memperluas kontak sosial mereka.
f) Menanamkan sebentuk harapan bahwa segala sesuatu dapat menjadi lebih baik,
termasuk harapan bahwa pasien bisa untuk tidak kembali dirawat kembali di rumah
sakit.
Terapi Individual.
Hogarty (1995) menyebutkan terapi personal adalah suatu pendekatan kognitif behavioral
berspektrum luas terhadap multiplisitas masalah yang dialami para pasien skizofrenia yang
telah keluar dari rumah sakit. Terapi individualisti ini dilakukan perorangan maupun dalam
kelompok kecil.
28. STRATEGI PELAKSANAAN PADA PASIEN WAHAM
SP I
a.Membantu orientasi pasien sesuai realita
b.Mendiskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
c.Membantu pasien memenuhi kebutuhannya
d.Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan
SP II
a.Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b.Berdiskusi tentang kemampuan yang dimiliki
c.Melatih kemampuan yang dimiliki
SPIII
a.Mengevaluasijadwal kegiatan harian pasien
b.Memberikan pendidikan tentang kesehatan penggunaan obat secara teratur
c.Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
29. DEFISIT PERAWATAN DIRI
1. Pengertian
Defisit perawatan diri : higiene adalah keadaan dimana individu mengalami kegagalan
kemampuan untuk melaksanakan atau menyelesaikan aktivitas kebersihan diri, berhias diri,
makan secara mandiri (Carpenito, 1977).
Defisit perawatan diri adalah kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa
terjadi akibat adanya perubahan proses pikirsehingga kemampuan untuk melakukan aktifitas
perawatan diri menurun.Kurang perawatan diri tampak dari ketidakmampuan merawat
kebersihan diri, makan secara mandiri, berhias diri secara mandiri dan toileting( BAK/BAB)
secara mandiri.
Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perawatan diri kurang (higiene) antara lain:
a) Perkembangan:
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif
dan keterampilan.
b) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.
c) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan dari lingkungannya.
2. Tanda dan gejala Defisit Perawatan Diri
a. Gangguan kebersihan diri ditandai dengan ranbut kotor,gihi kotor, kulit
berdaki,bau,kuku panjang dan kotor
b. Ketidakmampuan berhias / berdandan ditandai dengan rambut acak-acakan, pakaian
kotor dan tidak rapi
c. Ketidakmampuan makan secara mandiri ditandai dengan ketidakmampuan mengambil
makan sendiri,makan berceceran dan makan tidak pada tempatnya.
30. 3. Diagnosa keperawatan
a. Perawatan diri kurang: higiene berhubungan dengan menurunnya motivasi perawatan
diri
b. Menurunnya motivasi perawatan diri berhubungan dengan menarik diri.
4. Rencana tindakan
a. Tujuan umum : klien mampu melakukan perawatan diri: higiene.
b. Tujuan khusus:
Klien dapat menyebutkan pengertian dan tanda-tanda kebersihan diri
Beri reinforcement positif bila klien mampu melakukan hal yang positif
Klien dapat menyebutkan penyebab tidak mau menjaga kebersihan diri
Klien dapat menyebutkan cara menjaga kebersihan
Klien dapat melaksanakan perawatan diri higiene dengan bantuan minimal
Klien dapat melakukan perawatan diri higiene secara mandiri
Klien mendapat dukungan keluarga
STANDAR OPERASIONAL PADA PASIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI
SP I
a.Menjelaskan pentingnya kebersihan diri
b.Menjelaskan cara menjaga kebersihan diri
c.Membantu pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri
d.Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
SP II
a.Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b.Menjelaskan cara makan yang baik
c.Membantu pasien mempraktekkan cara makan yang baik
d..Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
31. SP III
a.Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
b.Menjelaskan cara eliminasi yang baik
c.Membantu pasien mempraktekkan cara eliminasi yang baik
d.Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
SP IV
a.Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b.Menjelaskan cara berdandan
c.Membantu pasien mempraktekkan cara berdandan
d.Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
32. TERAPI WICARA
1. Pengertian
Terapi wicara adalah terapi untuk membantu seseorang menguasai komunikasi bicara
dengan lebih baik.Terapi ini biasa diberikan kepada:
anak-anak yang mengalami keterlambatan bicara (speech delay). Ini merupakan salah
satu hambatan tumbuh kembang yang paling umum dialami anak, di mana seorang anak
masih belum mencapai kemampuan bicara yang semestinya sudah dikuasai pada usia
tertentu. Tentu sebab dari keadaan ini bisa bermacam-macam, dan harus melalui proses
'screening' untuk bisa mengevaluasi sebab dan solusinya.
anak-anak dan orang dewasa yang baru selesai menjalani operasi celah bibir (cleft
lip/sumbing) dan celah langit-langit (cleft palate). Dengan perubahan anatomi sistem
bicara, pasien post operasi celah bibir dan langit-langit sangat penting untuk menjalani
terapi wicara untuk mendapatkan hasil yang optimal dari operasi tersebut.
anak-anak dengan hambatan tumbuh kembang khusus (autisma, down syndrome, tuna
rungu, cerebral palsy)
anak-anak/orang dewasa yang mengalami gangguan bicara lainnya : gagap (stuttering),
cadel, dll. pasien stroke terkadang kehilangan kemampuan bicara, dan terapi wicara bisa
membantu pasien melatih kemampuan bicaranya lagi.
33. NAPZA
Narkotika Psikotropika dan zat adiktif lainnya atau di singkat dengan NAPZA
Berdasarkan proses pembuatannya di bagi ke dalam 3 Golongan :
1. Alami Yaitu jenis ata zat yang diambil langsung dari alam tanpa adanya proses fermentasi
atau produksi mslnya : Ganja, Mescaline, Psilocybin, Kafein, Opium
2. Semi Sintesis yaitu jenis zat/obat yang diproses sedemikian rupamelalui proses
fermentasimslnya : Morfin, Heroin, Kodein, Crack.
3. Sintesis yaitu jenis zat yang dikembangkan untuk keperluan medis yang juga untuk
menghilangkan rasa sakit misal;nya : petidin, metadon, dipipanon, deks tropropokasifen.
Menurut efek yang di timbulkan di bagi dalam 3 golongan :
1. Depresan adalah zat atau jenis obat yang berfungsi mengurangi aktifitas fungsional tubuh.
Jenis ini dapat membuat pemakai merasa tenang bahkan tertitur atau tak sadarkan diri
misalnya opioda,opium atau putau ,morfin, heroin, kodein opiat sintesis.
2. Stimulan adalah zat atau obat yang dapat merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan gairah
kerja serta kesadaran misalnya : kafein, kokain,nikotin amfetamin atau sabu-sabu.
3. Halusinogen zat atau obat yang menimbulkan efek halusinasi yang bersifat merubah
perasaan dan fikiran misalnya : Ganja, Jamur Masrum Mescaline, psilocybin, LSD
Pengguna napza terbagi dalam 3 tingkatan :
1. User yaitu seseorang yang menggunakan napza sesekali
2. Abuseryaitu seseorang yang menggunakan napza karena alasan tertentu.
3. Addict yaitu seseorang yang menggunakan napza atas dasar kebutuhan artinya jika tidak
dipenuhi maka akan timbul efek secara fisik maupun psikis.
Adiksi atau kecanduan ?
“Adiksi adalah sesuatu yang di pelajari berulang kali sehingga menjadi kebiasaan” (CBT
cognitive behavior Theraphy) dapat di sebut sebagai penyakit karena sifatnya yang progresif dan
34. dapat berkembang menjadi lebih parah. Penyakit ini tidak dapat disembuhkan namun dapat
dipulihkan sehingga membutuhkan terapi seumur hidup.
Siapakah pecandu itu..?
Semua orang dapat menjadi pecandu
Apakah narkoba dapat membuat orang tertular HIV-AIDS ?
Bukan Narkobanya yang menyebabkan orang tertular HIV tetapi prilaku penggunaannya yang
beresiko.
Perilaku seperti apa yang beresiko..?
Menggunakan jarum suntik satu bergantian dengan teman pakainya
Berarti menggunakan narkoba tanpa disuntikan bukan perilaku beresiko ?
Ya... betul namun dalam kondisi mabuk kontrol seseorang akan menyempit sehingga
memungkinkan terjadinya hubungan seksual yang tidak aman.
Tehnik penyampaian :
1.Secara Personal metodenya komunikasi efektif dalam bentuk dialogis atau tanya jawab.
2.Secara Kelompok dengan metode diskusi dan sharing pengalaman dengan alat bantu rokok
atau film.
Dampak penyalahgunaan Napza:
1. Jasmaniah
Gangguan pada sistem syaraf; kejang
kejang,halusinasi,gangguan kesadaran,kerusakan syaraf
Gangguan pada jantung dan pembuluh darah; imfeksi akut jantung gangguan peredaran
darah
Gangguan pada kulit; alergi abses pernanahan
Gangguan padaparu
paru; penekanan fungsi pernafasan, pengerasan jaringan paru2
35. Gangguan pada hemopeotik gastrointestinal,penurunan fungsi sistem reproduksi,gagal
ginjal, gangguan pada otot dan tulang serta berpotensi tertular HIV
AIDS
2. Kejiwaan
Intoksitasi (keracunan) gejala dimana seseorang telah merasakan efek penggunaan
narkobanya(Mabuk)
Toleransi istilah yang digunakan untuk menunjukkan kebutuhan zat seseorang yang
lebih banyak untuk memperoleh efek yang sama setelah pemakaian berulang.
Withdrawal Syndrome (gejala Putus Zat) biasa dikenal oleh pecandu dengan sebutan
sakau gejala ini akan hilang jika menggunakan
3. depedensi (ketergantungan) keadaan dimana seseorang selalu membutuhkan zat
tertentu(Kecanduan)
4. Dampak Sosial
Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa prosentase kriminalitas yang terjadi lebih
besar di timbulkan oleh penyalahgunaan zat psikoaktif yang dapat meningkatkan perilaku
agresif seseorang baik fisik maupun psikis.