2. Banten adalah sebuah provinsi di Pulau
Jawa,Indonesia. Provinsi ini dulunya
merupakan bagian dari Provinsi Jawa Barat,
namun dipisahkan sejak tahun2000, dengan
keputusan Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2000. Pusat pemerintahannya berada di Kota
Serang.
3. Atraksi yang sangat berbahaya yang biasa
kita kenal dengan sebutan Debus, Konon
kesenian bela diri debus berasal dari daerah al
Madad. Semakin lama seni bela diri ini makin
berkembang dan tumbuh besar disemua
kalangan masyarakat banten sebagai seni
hiburan untuk masyarakat.
4. Inti pertunjukan masih sangat kental gerakan
silat atau beladiri dan penggunaan senjata.
Kesenian debus banten ini banyak
menggunakan dan memfokuskan di
kekebalan seseorang pemain terhadap
serangan benda tajam, dan semacam senjata
tajam ini disebut dengan debus.
5. Kesenian ini tumbuh dan berkembang sejak
ratusan tahun yang lalu, bersamaan dengan
berkembangnya agama islam di Banten.
Pada awalnya kesenian ini mempunyai fungsi
sebagai penyebaran agama, namun pada
masa penjajahan belanda dan pada saat
pemerintahan Sultan Agung Tirtayasa.
6. Seni beladiri ini digunakan untuk
membangkitkan semangat pejuang dan
rakyat banten melawan penjajahan yang
dilakukan belanda. Karena pada saat itu
kekuatan sangat tidak berimbang, belanda
yang mempunyai senjata yang sangat
lengkap dan canggih.
7. Terus mendesak pejuang dan rakyat banten,
satu satunya senjata yang mereka punya
tidak lain adalah warisan leluhur yaitu seni
beladiri debus.
8. Rampak bedug adalah kesenian tradisional
masyarakat Pandeglang dan sekitarnya.
Perangkat peralatan yang digunakan meliputi
seperangkat bedg kecil selaku pengatur
irama, tempo dan dinamika. Sedangkan
bedug besar sebagai bass. sementara melody
hanya berasal dari lantunan shalawat yang
dilakukan sambil menabuh.
9. Atraksi Rampak Bedug, menggunakan
perangkat satu set bedug kecil yang di
fungsikan sebagai pengatur irama, tempo
dan dinamika. Selain itu juga di gunakan
seperangkat bedug besar yang di fungsikan
sebagai bass. Sementara melodi hanya
berasal dari lantunan shalawatan yang
dilakukan sambil menabuh.
10. Mengiringi irama yang di hasilkan dari
atraksi Rampak Bedug biasanya juga di ikuti
dengan gerak tubuh yang mengikuti lagu
yang di mainkan. Adapun lagu yang biasa di
mainkan di antaranya : pingping cak-cak,
nangtang, celementre, rurudatan, antingsela,
sela gunung, kelapa samanggar, dan lain-lain.
11. Bahasa Jawa yang pada permulaan abad ke-
17 mulai tumbuh dan berkembang di Banten,
bahkan menjadi bahasa resmi keraton
termasuk pada pusat-pusat pemerintahan di
daerah-daerah. Sesungguhnya pengaruh
keraton itulah yang telah menyebabkan
bahasa Jawa dapat berkembang dengan
pesat di daerah Banten Utara.
12. Dengan demikian lambat laun pengaruh
keraton telah membentuk masyarakat
berbahasa Jawa. Pada akhirnya, bahasa Jawa
Banten tetap berkembang meskipun keraton
tiada lagi.
13. Di antara bentuk organisasi sosial di Banten
adalah stratifikasi sosial. Pada awal di jaman
Kesultanan, lapisan atas dalam stratifikasi
sosial adalah pada Sultan dan
keluarganya/keturunannya sebagai lapisan
bangsawan. Kemudian para pejabat
kesultanan, dan akhirnya rakyat biasa.
14. Pada perkembangan selanjutnya, hilangnya
kesultanan, yang sebagian peranannya
beralih pada Kiyai (kaum spiritual), dalam
stratifikasi sosial merekalah yang ada pada
lapisan atas. Jika peranan itu berpindah
kepada kelompok lain, maka berpindah
pulalah palisan itu.
15. Yang dimaksud dengan sistem religi adalah
hubungan antar elemen-elemen dalam upacara
agama. Agama Islam sebagai agama resmi
keraton dan keseluruhan wilayah kesultanan,
dalam upacara-upacaranya mempunyai sistem
sendiri, yang meliputi peralatan upacara, pelaku
upacara, dan jalannya upacara. Misalnya dalam
upacara Salat, ada peralatan-peralannya dari
sejak mesjid, bedug, tongtong, menara, mimbar,
mihrab, padasan (pekulen), dan lain-lain.
16. Misalnya dalam upacara Salat, ada
peralatan-peralannya dari sejak mesjid,
bedug, tongtong, menara, mimbar, mihrab,
padasan (pekulen), dan lain-lain.