SlideShare a Scribd company logo
NAMA: RIDHO RIZKILLAH
NIM : 14080067
EMAIL :
ridhorizkillah1408@gmail.com
BAB 5
TAHAPAN MEMBUAT PETA GEOLOGI
Seorang geologist harus akrab dengan alam, oleh sebab itu geologist harus sering ke
lapangan tidak terkecuali geologist junior. Pengalaman kerja di lapangan membuktikan
banyak data geologi yang “tidak terbaca oleh geologist junior”,namun berhasil di baca oleh
geologist senior. Hal ini benar adanya, karena data geologi “tidak pernah berbicara dan tidak
pernah berbisik atau berteriak serta tidak pernah menonjlkan diri”. Data geologi harus anda
baca, cari tahu dan perhatikan dengan cermat manfaatkan indra anda. Seoran geologist
junior harus memanfaatkan semua indra yang dimiliki, tidak terkecuali indra penglihatan.
Daya cermat indra penglihatan dapat dilatih dengan banyak pergi ke lapangan bersama-
sama dengan geologist senior. Melihat dan bertanya, melihat dan bertanya lagi. Oleh sebab
itu geologist di tuntut memiliki daya ingat tinggi, tidak pelupa, dan titenan. Dalam kasus
khusus indra penciuman juga perlu difungsikan, sedang indra perasaan merupakan salah
satu sinyal untuk hal-hal yang sifatnya lebih khusus lagi, dalam kasus yang bernuansa pada
hal-hal yang tidak terlihat oleh mata “biasa”. Ini adalah suatu kenyataan, yang kadang sulit
dijelaskan secara ilmiah namun sungguh-sungguh terjadi di lapangan. “Ketajaman indra
dimiliki oleh semua geologist, dengan tingkat sensitivitas yang berbeda, namun semuanya
itu dapat dilatih dengan banyak pergi kelapangan.
Apabila anda termasuk orang yang senang membaca buku atau senang bergaul
dengan “orang-orang tua”, dan pemuka masyarakat,anda pasti mendengar cerita, “seorang
masuk di pekarangan orang lain tanpa permisi”, atau dengan kata-kata yang singkat “akan
berbuat jahat masuk di wilayah orang lain”, tidak dapat keluar dari lingkungan itu, padahal
tidak ada pagar yang dapat dilihat secara fisik. Kejadian ini, sulit dimengerti oleh logika,
tetapi ini merupakan suatu kenyataan “di dunia nyata”. Disarankan , bagi geologist junior
sewaktu bertugas di lapangan. Juga jangan pelit bertegur sapa dengan masyarakat
setempat. Disamping memanfaatkan kemampuan melihat singkapan, kadang-kadang anda
juga akan terbantu dengan indra penciuman. Memanfaatkan indra penciuman akan dapat
membantu dalam mengenal data geologi yang belum sampai terlihat. Kadang-kadang indra
penciuman bermanfaat dan dapat membantu dalam mengantisipasi kemungkinan adanya
bahaya.
5.1 MELATIH KETAJAMAN INDRA
Dalam melakukan observasi geologi di lapangan di perlurkan ketajaman indra, baik
indra penglihatan, penciuman atau indra rasa. Tentu saja ketajaman indra tersebut wajib di
bekali dengan penguasaan konsep-konsep dasar geologi dan aplikasinya. Uraian di bawah ini
akan mampu memperjelas pernyataan tersebut di atas.
(1). Indra penglihatan yang terlatih dapat dengan mudah melihat:
 Singkapan batuan yang di lihat itu masih insitu atau sudah berpindah tempat atau
merupakan hasil longsoran di tempat lain.
 Perbedaan batuan beku dengan batuan sedimen ataupun batuan metamorf.
 Perbedaan pelapukan batuan beku, batuan sedimen atau batuan metamorf
 Perbedaan antara hasil pelapukan batuan beku jenis diorite dan batuan beku jenis
andesite.
 Perbedaan antara batuan intrusi dan ekstrusi.
 Perbedaan antara batuan lempung dan batu pasir berutir halus.
 Perbedaan batu gamping dan marmer.
 Perbedaan antara batuan gamping klastik dan non klastik.
 Mengenal bintik-bintik warna hijau kebiruan, menunjukan batuan yang mengandung
mineral logam tembaga.
 Gejala baking effect akibat intrusi batuan beku.
 Perbedaan struktur silang siur dengan gejala patahan.
 Kenampakan breksiasi akibat patahan pada batuan breksi.
 Perbedaan antara oilseepage dalam mata air.
 Perbedaan antara fosil foraminifera kecil plantonik dan benthonik.
 Perbedaan antara fosil mollusca, coelentarata, brachiopoda.
 Perbedaan antara fosil discocyclina dan nummulites.
 Perbedaan antara fosil tulang dan fosil gading.
 Perbedaan antara kayu dan silicified wood.
 Perbedaan antara fosil flora dan fauna
 Perbedaan antara lignit dan bituminous.
 Perbedaan antara mineral kalsit dan mineral gypsum.
 Perbedaan antara mineral gypsum dan mineral barite.
 Perbedaan antara mineral hartz dan kalsit.
 Perbedaan antara mineral kalsit dan barite.
 Perbedaan antara mineral kuarsa dan kuarsit.
 Perbedaan antara mineral hornblende dan piroksen.
 Mengenal mineral asbes di lapangan.
 Mengenal batuan meta sedimen dalam bentuk batuan karbonat.
 Membedakan dengan mineral pyrite dengan mineral logam emas di lapangan.
 Melihat imprint tulang daun pada batu lempung di daerah endapan batubara.
 Perbedaan antara perlapisan batuan sedimen dan sheeting joint.
 Perbedaan antara triangle facet dan kenampakan seperti tiangle facet sebagai akibat
erosi.
 Melihat struktur sedimen cross bed (silang siur) skala mega pada peta geologi.
 Lapisan minyak yang bewarna kebiru-biruan pada oil seepages.
 Mengenal daerah karst dari pandangan mata burung.
Pernah dan sering terjadi mahasiswa semester pertama yang kuliah di Teknik
geologi, Teknik pertambangan, maupun teknik perminyakan, di ajak “berjalan-jalan di
lapangan”, selalu berkomentar “wah panoramanya baik sekali, pemandanganya sangat
indah dan udaranya segar belum terkena polusi”, namun terjadi terbengong-bengong
apabila diajak berjalan- jalan “menaiki bukit melewati jalan setapak, menyusuri sungai-
sungai kecil, untuk mencari singkapan batuan, menyebrangi sungai dengan kaki tetap
memakai sepatu, tidak boleh duduk bila sedang “melihat singkapan”. Keadaan yang
demikian adalah suatu hal yang wajar, karena para mahasiswa itu belum mengetahui
dan mempelajari konsep-konsep ilmu geologi. Belum lagi selama dalam perjalanan lebih
banyak berhentinya untuk minum air, berjalan kaki sambil makan makanan kecil,
berjalan santai dengan nafas tersenggal-senggal, keluar banyak keringat, beberapa
mahasiswa mukanya tampak pucat. Hal-hal tersebut merupakan “kejadian biasa” karena
para mahasiswa belum mempunnyai pengalaman bekerja sebagai seorang geologist.
(2). Indra penciuman juga dapat menuntun anda untuk mencermati pada gejala:
 Bau belerang sebagai akibat proses mineralisasi yang membentuk mineral pyrite.
 Bau belerang dari endapan batubara.
 Bau belerang yang mengindikasikan adanya intrusi batuan beku.
 Keberadaan endapan phospat di dalam gua.
 Bau endapan bahan galian mangan.
 Bau belerang pada mata air panas.
 Bau belerang akibat meningkatnya kegiatan vulkanisme.
 Mengenal suber air panas, membedakan dengan mata air biasa.
 Mengenal gas alam (methane) di lapangan.
 Mengenal bau gas H2S dari endapan gambut.
 Keberadaan daerah gambut dengan bau yang khas.
 Bau seperti bangkai sebagai indikasi daerah berbahaya.
(3). Indra rasa juga dapat membantu anda dalam mengenal gejala geologi:
 Menentukan arah gerakan struktur patahan geologi dengan meraba slicken side
(gores garis) pada bidang permukaan patahan.
 Membedakan antara mineral barite dan mineral kalsit berdasar pada perbedaan
berat.
 Membedakan antara mineral kuarsit dengan mineral kalsit berdasarkan atas
perbedaan tingkat kekerasan.
 Membedakan antara kaolin dan talk.
 Membedakan antara pumice dan tuff.
 Membedakan antara silicified wood dengan batang kayu berdasarkan atas
perbedaan berat.
 Membedakan antara batu lempung dan napal dengan jilatan lidah.
 Membedakan mineral talk dan napal.
 Rasa pahit pada air yang mengandung belerang.
 Rasa asin pada mata air yang merupakan seepages.
(4). Perasaan heran berkaitan dengan informasi masyarakat
Sering kali perasaan heran disertai informasi dari masyarakat dapat
menuntun keinginan anda untuk mengetahui lebih lanjut gejala-gejala geologi yang
terdapat di daerah tersebut. Beberapa contoh pengalaman lapangan adalah sebagai
berikut:
 Di daerah aliran sungai grindulu di daerah kabupaten wonogiri, jawa tengah di
arah hulu sungai masyarakat selalu memandikan ternak sapinya, tetapi arah hilir
kebiasaan masyarakat seperti itu tidak pernah di lakukan, dengan alasan ternak
sapinya tidak mau minum. Kejadian itu “dimata” seorang geologist sangat
menarik perhatian. Sesudah dilakukan penelitian lebih lanjut, ternyata di tempat
ke arah hilir di sepanjang tebing sungai terjadi proses alterasi hydrotermal yang
menghasilkan mineral pyrite dengan bau khas yaitu bau belerang. Air sungai yang
mengandung belerang pasti dihindari oleh ternak.
 Tokoh masyarakat “mengatakan orang usia dewasa di wilayah saya, selalu
mengidap kencing batu”. Bagi seorang geologist senior segera dapat mengambil
kesimpulan, masyarakat di daerah tersebut memanfaatkan air minum yang
diambil dari air sumur di daerah batu gamping.
 Seorang guide lapangan mengatakan, di daerah bukit A banyak orang mengambil
tanah dari dalam gua untuk pupuk tanaman dan ternyata tanamanya menjadi
subur dan bebrbuah lebat. Bagi geologist senior, berita itu langsung dapat di
tangkap bahwa di tempat itu merupakan daerah penyebaran batu gamping
dengan endapan phospat.
 Seorang peternak sapi mengatakan “saya selalu mencampur makanaan ternak
saya dengan tepung. Tepung tersebut saya buat dengan menumbuk batu yang
bewarna abu-abu kehijauan. Ternak saya selalu senang makan, cepat menjadi
gemuk, kotoranya tidak berbau dan tidak cair”, kata peternak lebih lanjut. Bagi
geologist senior, dari informasi tersebut segera dapat emnyimpulkan bahwa
“tepug tersebut” berasal dari zeolite. Selanjutnya anda tinggal menanyakan
dimana zeolit itu di ambil.
 Informasi dari penduduk, yang mengatakan “bila masyarakat mencuci pakaian
dengan ar sungai disini, walaupun sudah memakai sabun, namun sabun cukup
sulit berbusa”. Bagi seorang geologist senior, informasi tersebut dapat segera
ditangkap bahwa air tersebut mempunyai sifat seperti air asam “tambang
batubara” yang pH-nya relatif rendah(antara 4-6). Air yang mempunyai sifat
demikian antara lain berasal dari daerah gambut atau daerah batubara.
 Seorang guide mengatakan: “bapak di lereng bukit x, pak lurah pernah
mendapatkan logam bewarna “kuning seperti emas”. Logam itu terdapat di
daerah penambangan batu kapur”. Ditempat itu juga didapatka mineral batu kaca
yang relatif lunak, bentuknya persegi memanjang. Warnanya putih, seperti gula
batu, tetapi tidak manis”. Bagi geologist senior, informasi seperti itu dapat di
tangkap bahwa “mineral logam yang warnanya kuning seperti emas “itu tidak lain
adalah mineral pyrite.
Tidak jarang di lapangan anda “mengenal” tempat-tempat yang angker atau
berbahaya yang seyogyanya tidak anda datangi dengan petunjuk:
 Bulu kuduk terasa berdiri.
 Membedakan antara kucing hutan dan harimau akar.
 Mengenal jejak perjalan ular di hutan.
 Mengenal jejak perjalanan harimau di hutan.
 Mengenal aum harimau dan membedakan dengan gonggongan anjing.
 Mengenal suara gerombolan monyet pada saat di hutan.
 Mengenal tempat-tempat di sungai yang dalam pada saat akan menyebrang.
 Mengenali tempat-tempat yang gembur di daerah meander sungai.
5.2. BERBAGAI MACAM PETA
Pada dasarnya di kenal 2 macam peta, yaitu peta situasi dan peta thematik. Masing-
masing peta mempunyai ciri khas, di samping penggunaanya yang berbeda pula.
(1). Peta situasi
Peta ini sering di manfaatkan sebagai peta dasar untuk membuat peta thematik.
Peta ini relatif sangat sederhana, merupakan gambaran permukaan bentang alam pada
selembar kertas yang padanya di cantumkan informasi alami dan non alami (hasil rekayasa
manusia).
 Informasi alami antara lain: keberadaan sungai, rawa atau danau, laut dan gunung.
Sungai di gambarkan dengan garis lurus ataupun berkelok-kelok non skala. Non skala
di maksudkan tebal garis tidak mengikuti skala peta yang tercantum pada lembar
peta. Sungai mitten digambarkan dengan garis putus-putus,non skala sedangkan
sungai permanent di lambangkan dengan garis menerus. Sungai kecil digambar
sebagai satu garis yang semakin mengecil ke arah hulu. Sungai besar di gambarkan
dengan dua garis yang searah, yang jaraknya makin melebar ke arah hilir, dan makin
menyempit ke arah hulu, dan akhirnya menyatu menjadi satu garis yang makin lama
garis tersebut makin kecil dan di gambarkan semakin menipis. Rawa atau danau,
kadang-kadang di sebut sebagai situ (dalam bahasa luasaanya. Semuanya itu di
gambarkan non skala. Garis pantai di lukiskan sebagai garis yang membatasi luasan
darat dan bentang laut. Gunung di gambarkan sebagai segitiga sama kaki, non skala
disertai dengan besaran nilai angka ketinggianya.
 Informasi non alami, antara lain jaringan jalan, jalan kereta api, desa, batas wilayah,
titik triangulasi, tempat makam, dan sejenisnya, semuanya non skala. Jalan
digambarkan sebagai dengan garis lurus, jalan setapak digambarkan dengan titik-titik
menerus , dan desa digambarkan sebagai polygon tertutup dilukis dengan garis tegas
yang membatasi luasanya. Batas-batas wilayah kecamatan atau distrik, kabupaten
atau provinsi digambarkan dengan garis putus-putus agak panjang, non skala.
Peta tersebut di gambarkan pada selembar kertas dalam besaran nilai skala tertentu,
misal skala 1:10.000; 1:25.000; 1:50.000; 1:100.000; 1:250.000 dan seterusnya.
(2). Peta thematik
Merupakan peta dengan tema tertentu, misal peta thematik dengan tea geologi
(disebut sebagai peta geologi), peta thematik dengan penyebaran penduduk (disebut
sebagai peta demografi), peta thematik dengan tema intesitas curah hujan (disebut
sebagai peta intesitas curah hujan), peta thematik lokasi stasiun kereta api ( disebut peta
lokasi stasiun kereta api), peta thematik dengan tema geohidrologi (disebut sebagai peta
geohidrologi), peta thematik dengan tema garis kontur (disebut sebagai peta peta
topografi). Peta dasar untuk membuat peta thematik di pilih peta situasi.
Peta-peta thematik tersebut di tampilkan denga simbol-simbol tertentu yang sudah
disepakati bersama dan digambarkan pada peta dasar dalam bentuk peta situasi dengan
besaran nilai tertentu. Tentang skala peta sudah ada kesepakatan bersama bahwa:
 Makin besar angka perbandingan skalanya misal 1:1.000.0000, disebut dengan
jenis peta skala kecil
 Makin kecil angka perbandingan skalanya, misal 1:5.000, disebut dengan jenis
peta skala besar
Standar luasan peta yang diterbitkan di indonesia pada saat ini masih merujuk
standar luasan peta yang di ternitkan oleh US. Army, yaitu antara lain, satu sheet atau
lebar topografi skala 1:50.000 dan skala 1:25.000 yang diterbitkan oleh Direktorat
Geologi Bandung (sekarang berubah nama menjadi pusat penelitian dan pengembangan
geologi [P3G]) yang beralamat di jalan diponegoro no. 57, bandung, mempunyai ukuran
18 km x 18 km untukk peta skala 1:50.000, dan mempunyai ukuran 9 km x 9km untuk
peta skala 1:25.000. Dengan demikian 1 sheet peta topografi skala 1:50.000, akan
menjadi 4 sheets peta topografi skala 1;25.000. Peta dengan ukuran panjang dan lebar
masing-masing 9 km, bila dikonversi menjadi derajat: 9 km=5’ (dibaca 5 menit). Dengan
demikian secara umum dapat dimengerti besara 1o (dibaca 1 derajat)=108 km. Saat ini
pemerintah indonesia memperbarui peta topografi wilayah indonesia. Peta-peta
tersebut diterbitkan oleh badan koordinasi survey dan pemetaan nasional
(Bakosurtanal) yang berkantor di jalan raya jakarta-bogor km. 46 telp (021) 8752062, fax
(021) 8763067 jakarta, dengan menambahkan tampilan pada bentang alam khusunya
hasil rekayasa manusia yang paling mutakhir. Peta geologi yang merupakan data dasar
dalam eksplorasi geologi tidak lain merupakan salah satu dari jenis peta thematik
dengan penekanan pada aspek geologi, yaitu peta dengan tema geologi, lebih di kenal
dengan nama singkat peta geologi.
5.3 PETA GEOLOGI
Peta geologi merupakan salah satu bentuk peta thematik yang lebih dikenal dengan
sebutan dengan sebutan pada peta thematik geologi (yang kemudian lebih umum
disebut sebagai peta geologi). Peta geologi merupakan peta yang menggambarkan
penyebaran dan variasi lithologi, keadaan stratigrafi dan struktur geologi meliputi
perliputan, patahan dan kekar serta potensi sumber daya alam suatu daerah.
Keadaan bentang alam permukaan, yang memberikan gambaran keadaan geologi
setempat, dapat dilihat dan dicermati lewat program google earth dengan memakai
piranti komputer, atau dapat dilihat dan dicermati pada foto udara dengan piranti
stereoscop. Kedua hal tersebut hanya mampu memberikan gambaran secara garis besar
kenampakan pada permukaan dan masih diperlukan ground check (pengecekan di
lapangan).
 Google Earth mampu menunjukan kenampakan bentang alam permukaan, relief
atau topografi, kenampakan rona batuan dan kenampakan striktur geologi. Google
Earth sesuai untuk pendataan awal dalam pembuatan peta geologi tinjau melalui
Google Earth anda dapat membuat peta geologi tinjau dengan lingkup satu pulau,
lingkup satu proinsi, atau lingkup satu kabupaten. Kenampakan yang dapat dilihat
adalah struktur geologi mayor (bentuk perlipatan, dan patahan), kenampakan
topografi dan rona batuan. Kemampuan melihat dan menginterprestasi kenampakan
pada google earth tersebut sangat tergantung pada pengalaman masing-masing
geologist. Pada umumnya geologist senior yang memiliki jumlah “jam terbang” akan
lebih jeli di bandingkan geologist junior. Teknik menampilkan atau mengoperasikan
program google earth, dapat dicermati dengan memanfaatkan piranti yang tersedia
pada komputer.
 Foto udara dapat juga di manfaatkan sebagai foto geologi suatu daerah, dibuat atas
dasar pesanan pemakai (stakeholder) pada suatu lajur daerah tertentu. Lajur-lajur
foto udara ini dibuat dalam posisi yang overlap agar dapat dilihat dalam bentuk tiga
dimensi dengan pertolongan stereoscope. Pemotretan dilakukan dengan pesawat
terbang yang di ubah fungsi menjadi pesawat pemotret. Hambatan yang sering di
jumpai, kadang-kadang pada foto udara terdapat tutupan bewarna putih yang
menggerobol. Tutupan putih tersebut adalah cerminan awan yang ikut terpotret
pada saat pesawat terbang melaksanakan tugasnya. Foto udara akan mempunyai
arti geologi apabila singkapan batuanya tampak jelas tidak tertutup oleh vegetasi.
 Saat ini telah dikembangkan teknologi dengan remote sensing. Pengambilan gambar
bentang alam suatu daerah dilakukan via satelit atas dasar pesanan untuk lajur
tertentu sesuai dengan keinginan pemakai. Seperti hanya pada foto udara, pada
permukaan foto remote sensing atau foto satelit, sering di dapatkan warna putih
menggerombol, yang merupakan manifetasi keberadaan awan yang ikut terekam
pada saat pemotretan. Keberadaan awan yang terekam ini akan dapat mengganggu
interprestasi kenampakan permukaan pada foto yang dibuat.
Dengan melihat pada foto udara hasil remote sensing, anda sebagai geologist
mampu membuat deliniasi batas lithologi, struktur geologi mayor berdasarkan pada
kenampakan relief dan rona lithologi yang tampak pada permukaan. Tingkat kebenaran
interpretasi harus di uji dengan mengunjungi (ground check) ke tempat-tempat terpilih.
Berbagai teknik interpretasi foto satelit dapat dipelajari pada berbagai buku yang
membahas tentang remote sensing. Foto geologi ini akan memiliki fungsi guna apabila
rona lithologi dapat dilihat dengan jelas, sedikit tertutup oleh vegetasi. Untuk daerah
seperti indonesia pemotretan dalam rangka membuat foto geologi
Keterangan
Sumber bagley,1959
Penyebaran lithologi dinyatakan dengan simbol gambar
Gambar 5.1. Peta geologi freeland-Lamartine Distict, Central City, Colorando
(Perhatikan tampilan simbol lithologi)
Dilakukan pada musim kemarau dengan pertimbangan tutupan vegetasi banyak
berkurang, dan tutupan awan pada musim kemarau relatif sedikit. Google Earth dan foto
geologi dapat dimanfaatkan untuk mendeliniasi kenampakan geologi sampai pada batas-
batas tertentu sesuai dengan skala peta dan keperluan serta tingkat ketelitian interpretasi
yang diinginkan. Google Earth yang selalu di update akan dapat menampakan bangunan fisik
yang dibuat oleh manusia, misal lapangan terbang, jalan rel kereta api, pelabuhan laut dan
lain sebagainya. Dengan demikian kata “rahasia” pada bangunan-bangunan strategis militer,
dengan teknik Google Earth tidak sepenuhnya berlaku lagi.
5.4. MACAM PETA GEOLOGI BERDASARKAN ATAS TINGKAT KETELITIAN
Secara garis besar dikenal empat macam peta geologi, yaitu peta geologi tinjau dan
peta geologi recognise (recognition) dan peta geologi semi detail serta peta geologi detail.
Uraian berikut akan mampu memperjelas hal tersebut.
(1). Peta geologi tinjau
Jenis peta geologi yang merupakan hasil pengamatan sepintas. Peta geologi tinjau
dibuat untuk mengetahui sebanyak mungkin perihal geologi suatu daerah yang masih belum
banyak dikenal dengan memanfaatkan waktu yang sangat singkat. Peta tersebut dibuat
pada skala 1:50.000 atau kurang, kadang-kadang dengan skala yang lebih kecil lagi. Peta
dasar yang dipergunakan merupakan peta situasi. Beberapa peta geologi tinjau dibuat
dengan memanfaatkan google earth dan foto geologi, (dengan melalui pengenalan rona
lithologi pada foto udara). Ketelitian membuat peta geologi tinjau sangat ditentukan oleh
tingkat ketelitian dalam melakukan interpretasi foto geologi atau foto udara. Kegiatan groud
check diperlukan. Peta geologi tinjau dapat dibuat pula dibuat dengan penge-plot-an jenis
lithologi dan struktur geologi pada peta dasar dengan memanfaatkan pesawat terbang kecil.
Peta geologi tinjau sering disebut sebagai peta geologi pandangan burung (eye bird
geological map). Peta ini dapat di manfaatkan untuk mengetahui penyebaran batuan [(misal
penyebaran batu gamping sebagai bahan baku untuk industri semen, penyebaran batuan
beku untuk rencana penyediaan bahan bangunan, untuk membangun kawasan industri dan
permukiman baru, untuk mengetahui pola aliran sungai pada suatu daerah aliran sungai
(dalam rangka perencanaan waduk).
Perlu diperhatikan, apabila di daerah tersebut sudah tersedia peta geologinya, maka
pembuatan peta geologi tinjau tidak diperlukan lagi. Perlu dicatat, peta geologi tinjau di
buat untuk daerah yang tidak banyak tersedia informasi geologinya atau merupakan daerah
baru yang belum banyak dikenal. Pada peta geologi tinjau keberadaan sayatan geologi
sebagai penyerta belum diwajibkan. Pada geologi tinjau dasar pemetaan dapat dilakukan
dengan satuan stratigrafi ormal (formasi) ataupun dengan satuan stratigrafi non formal
(satuan batuan) tergantung pada kepentinganya.
(2) Peta geologi recognize (recognition)
Merupakan tindak lanjut penyempurnaan peta geologi tinjau. Peta geologi ini dibuat
pada peta dasar, dianjurkan memakai peta dasar dalam bentuk topografi. Pada peta
topografi ini dapat diketahui lebih detail tentang morfologi daerah, pola aliran sungai
(drainage pattern). Pembuatan peta geologi recognize ini dilaksanakan dengan melakukan
penjelajahan secara teristris (didarat) dengan mendatangi singkapan batuan yang terlihat
dilapangan. Pengamatan akan lebih cepat apabila ditunjang dengan hasil interpretasi foto
geologi. Pelu disadari, kenampakan geologi pada foto geologi dipastikan dapat ditemukan di
lapangan, namun apa yang ditemukan di lapangan belum tentu tampak terekam pada foto
geologi. Pola penyebaran satuan lithologi, dan pola penyebaran struktur geologi dapat
dengan mudah dicermati dan ditelusuri melalui foto geologi dibandingkan dengan pada apa
yang tampak di lapangan.
Berbagai cara penelitian atau pengamatan di lapangan dapat diterapkan misal,
dengan membuat parit uji, pemboran dangkal, test pit, dan metode lainya, dalam usaha
untuk menghasilkan peta geologi recognize yang siap disempurnakan. Peta geologi ini
dibuat pada peta dasar pradaan sayatan peta topografi dengan skala 1:50.000. Pada peta
geologi recognize keberadaan sayatan geologi perlu dipertimbangkan. Pada peta geologi
recognize dasar pemetaan dapat dilakukan dengan satuan stratigrafi formal (formasi)
ataupun dengan satuan sratigrafi non formal (satuan batuan) tergantung pada
kepentinganya.
(3) Peta geologi semi rinci (semi detail)
Dibuat untuk memperdalam penelitian yang bersifat khusus dari hasil akhir pada
pembuatan peta geologi recognize. Peta geologi ini dibuat dengan skala yang lebih besar ,
misal skala 1:25.000. Beberapa contoh penggunaan peta geologi semi rinci antara lain untuk
mencermati lebih detail variasi lithologi termasuk penyebaranya, tentang struktur geologi,
dan kemungkinan terdapatnya bahan galian dan bencana alam geologi. Pada peta geologi
semi rinci, keberadaan sayatan geologi sebagai penyerta peta sudah diwajibkan. Jenis peta
ini yang sebaiknya dipergunakan sebagai tugas akhir mahasiswa.
Pada peta geologi semi rinci dasar pemetaan disarankan dilakukan dengan satauan
stratigrafi non formal. Saran ini diberikan dengan mempetimbangkan peta geologi semi
detail menekankan pada aspek keberadaan nialai geologi ekonomi suatu wilayah. Namun
demikian untuk keperluan yang sifatnya khusus yang berkaitan degan korelasi antar
cekungan sedimentasi dan tektonik kadang-kadang dipergunakan dasar pemetaan geologi
dengan satuan stratigrafi formal (formasi), misalnya dalam eksplorasi minyak dan gas bumi.
(4) Peta geologi rinci
Merupakan tindak lanjut dari proses pembuatan peta geologi semi rinci untuk
kepentingan khusus, antara lain melokalisir proses mineralisasi suatu bahan galian tertentu,
menghitung jumlah cadangan bahan tambang. Peta ini sudah lebih operasional
dibandingkan dengan peta geologi rinci, dan dibuat dengan skala 1:10.000 atau lebih besar
lagi. Pembuatan sayatan geologi merukan persyaratan mutlak yang tidak boleh di tawar lagi
sebagai penyerta peta geologi. Pada peta geologi detail dasar pemetaan disarankan
dilakukan dengan satuan stratigrafi non formal. Saran ini diberikan dengan
mempertimbankan peta geologi detail menekankan pada aspek keberadaan nilai geologi
ekonomi suatu wilayah. Namun demikian untuk keperluan yang bersifat khusus, yang
berkaitan dengan korelasi antar cekungan sedimentasi dan tektonik kadang-kadang
dipergunakan dasar pemetaan geologi dengan satuan stratigrfi formal, misalnya dalam
eksplorasi minyak dan gas bumi.
Di samping itu, ada juga peta geologi yang sifatnya lebih khusus (dikenal sebagai
peta geologi khusus) misalnya untuk membuat rekaman data geofisika, data geokimia,
mekanika batuan, pola dan distribusi kekar, penambangan bawah tanah. Umumnya peta ini
dimanfaatkan lebih pada kepentingan penilaian ekonomi, teknik penambangan suatu bahan
tambang, atau untuk kepentingan penilaian teknik, dan dibuat pada skala 1:500; 1:1.000,
atau dengan skala yang lebih besar lagi.
Disamping itu, juga di kenal peta geologi permukaan (surface geological map) dan
peta geologi bawah permukaan (subsurface geological map).
 Peta geologi permukaan (surface geological map), disusun berdasarkan pada
kenampakan singkapan di permukaan bentang alam secara langsung.
 Peta ggeologi bawah permukaan (subsurface geological map), ini disusun
berdasarkan pada data-data dibawah permukaan, baik yang diperoleh dengan
pengeboran, rekaman ataupun metode penelitian geologi lainya. Peta ini biasanya
dibuat untuk keperluan yang sifatnya khusus. Peta ini lebih banyak diterapkan pada
eksplorasi minyak dan gas bumi.
5.5 PERSIAPAN AWAL PEMBUATAN PETA GEOLOGI
Yakinkan pada diri anda, bahwa kondisi kesehatah badan anda dalam keadaan
prima. Hal-hal yang perlu ditindak lanjuti dalam rangka persiapan awal pembuatan peta
geologi antara lain:
 Persiapksn dengan baik surat-surat izin yang berkaitan dengan tugas penelitian.
Surat itu nantinya diserahkan kepada pemerintah daerah setempat maupun pada
instasi terkait.
 Pelajari rute perjalanan mulai dari kampus atau kantor tempat anda kuliah atau
bekerja sampai ke lokasi penelitian. Apabila harus mempergunakan pesawat terbang
atau kapal laut yakinkan tanggal keberangkatan dan segera pesan tiket untuk
keperluan tersebut. Jangan mengambil resiko anda datang ke bandara udara atau
pelabuhan dalam keadaan tanpa ticket. Besar kemungkinan anda tidak akan
mendapatkan ticket pesawat atau kapal. Pikirkan seribu kali bila anda harus
menyebrang laut dengan perahu atau speedboat. Apabila tidak terpaksa, lakukan
perjalanan pada siang hari. Selama dalam perjalanan kenakan jaket pelampung, dan
jangan terlalu berani mengambil resiko.
Apabila anda melalui jalan darat dengan kendaraan sendiri, yakinkan bahwa kondisi
kendaraan mobil anda cukup baik. Berhentilah mengemudi apabila anda terasa
mengantuk dan jangan memaksakan diri. Pelajari dengan teliti tempat-tempat
dimana anda memerlukan transit, rencakan rute singkat tapi aman. Apabila
kepergian anda kelapangan bersama dengan pengemudi, perhatikan baik-baik
kesehatan pengemudi serta keperluan pokok. Berilah istirahat yang cukup padanya.
Jangan izinkan pengumudi berpergian sendiri tanpa kebdali. Keselamatan anda
berada di tangan pengemudi.
 Jangan dilupakan membawa perbekalan pribadi dan obat-obatan ringan, uang cash
secukupnys. Rencanakan uang dengan cermat. Belun tentu di tiap kota kecamatan
ada bank (misal BRI, BNI dsb), tempat dimana anda dapat menarik uang melalui ATM
atau BANK. Bila penelitian dilakukan pada saat musim hujan, jangan lupa mebawa jas
hujan dan topi lapangan. Pilih tas lapangan yang praktis dan mudah dibawa.
 Persiapkan dengan teliti alat-alat lapangan sesuai dengan misi penelitian geologi
yang akan anda lakukan. Teliti satu persatu dan buat daftar bahan dengan check list.
Misal, bila anda akan melakukan eksplorasi endapan emas dalam bentuk placer,
maka anda memerlukan alat pendulang. Apabila anda memerlukan membuat test pit
atau parit uji, masyarakat setempat mempunyai peralatan yang dapat dipinjam
sekaligus mereka dapat difungsikan sebagai tenaga kerja, namun apabila anda ada
rencana membuat pemboran dangkal, alat bor sudah seharusnya dipersiapkan dan
dibawa serta pada saat berangkat kelapangan.
 Persiapkan kantong untuk contoh batua secukupnya, apabila mungki dalam bentuk
kain katun yang sudah dibuat khusus untuk tempat sampel atau kantong plastik
ukuran minimal 15 cm x 30 cm, yang transparan, dan agak tebal dan spidol waterprof
secukupnya, serta karet pengikat dan staples.
 Persiapkan alat tulis menulis secara rangkap, alat tulis menulis harganya memang
relatif murah namun belum tentu alat-alat tersebut dapat diperoleh disetiap toko.
 Persiapkan peta topografi skala 1:25.000 sebagai peta dasar untuk bekerja, masing-
masing sheet daerah paling sedikit empat lembar, satu lembar untuk peta basecamp,
satu lembar untuk peta lapangan , satu lembar untuk membuat peta geologi
kompilasi harian, dan satu lembar untuk cadangan. Peta base camp dipergunakan
untuk memindahkan hasil kerja tiap harinya dari peta kerja lokasi pengamatan. Pilih
peta topografi dengan garis-garis kontur.
 Peta-peta tersebut disimpan pada tempat peta yang tahan air dan mudah di bawa,
sedang peta kerja disimpan dalam kantong peta (kantong plastik) yang dipersiapkan
khusus untuk kepentingan itu. Jangan dilupakan membawa clipboard sebagai “meja
kerja dilapangan”. Perlu diingat, geologist tanpa peta dasar, sama halnya seorang
militer yang membawa senjata api tanpa cadangan amunisi. Peta base camp sangat
menolong, apabila peta kerja-peta lokasi Pengamatan geologi hilang atau rusak.
Dengan demikian semua data geologi dapat “diselamatkan”.
 Jangan dilupakan membawa alat Global Positioning System [(GPS)(bila ada)], karena
alat ini pada saat sekarang dirasa sangat membantu untuk menentukan lokasi
pengamatan geologi atau lokasi pengambilan contoh batuan secara akurat.
 Jangan lupa membawa alat komunikasi. Biala anda bekerja dalam suatu team, untuk
meringankan pekerjaan dalam membuat laporan nantinya, bawa serta komputer
laptop. Pada waktu malam atau waktu senggang dapat dimanfaatkan untuk memulai
membuat laporan. Pengamatan lapangan, menunjukkan salah satu hiburan pada
saat waktu senggang di base camp adalah membuat laporan.
 Saat ini alat foto atau kamera atau tustel bukan lagi merupakan peralaytan yang
mewah (lux) dan sudah dianggap sebagai pelengkap yang tidak boleh di tinggalkan
dalam tugas pekerjaan geologi.
 Sebagai alat komunikasi bawalah handphone, atau handy talky dan manfaatkan
handphone atau handy talky pada saat di perlukan jangan dilupakan membawa serta
charge kabel untuk handphone
Apabila anda sudah sampai di lokasi atau tempat di mana penelitian akan dilakukan,
serta melaporkan diri pada yang berwajib, sampaikan surat izin, kemudian maksud dan
tujuan melakukan penelitian, dan diberitahukan tempat tinggal sementara selama anda
berada di lokasi penelitian.
Di waktu senggang, coba sosialisi dengan masyarakat setempat dalam usaha untuk
“melindungi diri dan mencari perlindungan”. Anda “jangan pelit” dengan dalam kata pada
semua anggota masyarakat yang anda temui di lapangan. Selalu menggunakan identitas diri,
agar mudah dikenal orang. Ingat, anda adalah orang asing yang belum dikenal oleh
masyarakat setempat, bertindaklah sopan dan hormati budaya setempat.
Bila anda bekerja dalam sebuah team, pilih tempat pemondokan yang tidak terisolir atau
tidak jauh dari rumah warga masyarakat sekitar. Perlu di ingat, anda belum mengenal
keadaan keamanan lingkungan setempat. Keamanan lingkungan meruapak salah satu faktor
penentu pada keberhasilan tugas anda. Jangan dilupakan, pada saat anda akan
meninggalkan tempat pemondokan (base camp) di lapangan. Anda wajib pamit diri dengan
baik-baik pada tokoh masyarakat dan tetangga dekat base camp, yang suda anda kenal
sebelumnya.
5.6 PELAKSANAAN PEMBUATAN PETA GEOLOGI
Dalam geologi diperoleh dengan cara melakukan observasi di lapangan. Ketelitian dan
kecermatan seorang geologist dalam membaca data geologi sangat ditentukan dalam
pengamatan lapangan. Oleh sebab itu geologist senior dalam melaksanakan pekerjaan
geologist di lapangan relatif lebih cepat dan lebih cermat bila di bandingkan dengan
geologist junior. Dalam melakukan observasi di lapangan geologist selalu hunting singkapan
(outcrop), yaitu segala kenampakan fisik di lapangan yang dapat memberikan informasi
geologi. Beberapa hal yang perlu di perhatikan dalam hunting pada geologi antara lain:
 Cari singkapan yang segar, sebagai objek obserbasi. Singkapan yang segar akan
dapat di jumpai di alur-alur erosi, di tebing sungai, di dasar sungai, di tebing
bukit.
 Dalam hal singkapan di jumpai di tebing sungai atau di tebing bukit, perhatikan
sekitar lokasi, apakah terdapat massa batuan yang mudah longsor. Apabila di
temui keadaan yang demikian, hindari tempat-tempat tersebut agar tidak terjadi
sesuatu yang tidak diinginkan. Perlu di ingat, kecelakaan kecil di lapangan dapat
mengakibatkan tertundanya pekerjaan, yang semestinya tidak boleh terjadi.
 Seringkali singkapan untuk observasi yang baik dapat dijumai di gua. Sebelum
anda memutuskan untuk memasuki gua, pergunakan indra penciuman dan bawa
serta lampu senter (flash light). Ular atau binatang buas sering ditemui di dalam
gua.
 Apabila terjadi hal yang demikian, lebih bai urungkan niat untuk memasuki gua.
Spelegeologist menguasai betul “membaca gua” yang berbahaya atau yang aman
untuk dimasuki.
 Selama pekerjaan dari lokasi pengamatan satu ke lokasi pengamatan yang lain
perhatikan kemungkinan terjadi perbedaan warna pelapukan batuan, atau
kemungkinan terjadi pencampuran detrital material dari dua jenis batuan yang
berbeda. Jangan “pelit” dengan melakukan pengukuran jurus dan kemiringan
perlapisan batuan. Pengamatan di suatu singkapan batuan harus segera dicatat
di dalam buku catatan lapangan. Jangan sekali-kali anda menunda mencatat.
Menunda pekerjaan sama saja dengan menghilangkan data.
 Pada saat anda melewati kebun atau pekarangan atau ladang, usahakan jangan
merusak atau menginjak-injak tanaman atau mengambil sesuatu atau buah
tanpa izin.
 Bila anda akan mengambil sebuah contoh batuan, anda wajib memberitahu dan
jujur melakukanya.
 Selama anda melakukan pengamatan geologi di suatu daerah sangat dianjurkan,
anda untuk didampingi oleh anggota masyarakat setempat sebagai guide dan
pengawal.
5.7 CARA PENOMORAN LOKASI PENGAMATAN DAN CONTOH BATUAN
Pada saat anda melakukan pengamatan atau obrsevasi geologi di lapangan, anda wajib
membawa peta kerja. Pada saat anda mendapatkan suatu singkapan yang perlu diamati,
sesudah diketahui dengan pasti kedudukannya pada peta kerja. Beberapa cara dalam
memberikan nomor stasiun pengamatan dapat dikelompokan menjadi 2 (dua) cara yaitu :
(1). Cara pertama
Pada peta keja, nomor stasiun pengamatan ditandai dengan lingkaran kecil, di dalam
lingkaran tersebut dituliskan mulai angka romawi dan huruf abjad), berlanjut ke nomor 2
dan seterusnya. Untuk lebih jelasnya, bila pada hari pertama kerja di lapangan nomor
stasiun dimulai dimulai angka 1 dan selama seharian berhasil melakukan pengamatan
hingga stasiun 25, maka pada hari ke-2 kerja nomor stasiun dilanjutkan dengan angka 26.
Bila pada kerja hari ke-2 berhasil melakukan pengamatan hingga stasiun 61, maka pada
kerja hari ke-3, nomor stasiun dilanjutkan dengan nomor 62, dan seterusnya hingga tugas
keja di lapangan selesei.
Bila anda bekerja di lapangan hingga ke-50 (lima puluh hari), dapat dibayangkan
berapa ratus jumlah stasiun pengamatn yang harus anda tuliskan pada peta kerja. Oleh
sebab itu, model ini secara teoritis mudah dilaksanakan, tetapi di dalam praktek banyak
mengalami kendala, yaitu anda akan mengalami kesulitan dalam mencari urutan nomor
lokasi, membuat bundaran (lingkaran kecil) menjadi makin besar karena di dalamnya
dituliskan angka hingga lebih dari tiga digit.
Untuk stasiun pengamatan dengan pengambilan contoh batuan, nomor contoh
disebutkanb sesuai dengan nomor lokasi, dimulai dengan inisial diri, misan dengan nomor
SR – 150 (SR adalah singkatan nama geologist yang melakukan kerja atau tugas di lapangan,
SR=Sukandarrumidi). Hal ini di kandung maksud jangan sampai terjadi kekeliruan, dengan
nomornya orang lain, khusunya pada saat proses analisa laboratorium dilakukan. Stasiun
dengan pengambilancontoh batuan, diberi warna, misalnya warna merah, sedang stasiun
pengamatan tanpa contoh batuan tetap hanya berbentuk lingkaran kecil saja. Untuk
mempermudah kontrol, dari stasiun ke-1, ke-2, dan seterusnya dihubungkan dengan garis
rute perjalanan. Bila pada stasiun tertentu dilakukan pengukuran strike dan dip lapisan
batuan, maka di tempat nomor tersebut segera digambarkan notasi strike dan dip, dan
tulisan besaran strike dan dip dengan angka, misal 30/15, artinya besaran strike N 30°
E dan
besaran dip 15°
.
(2). Cara kedua
Pada saat kerja, nomor stasiun pengamatan ditandai dengan lingkaran kecil, diluar
lingkaran tersebut dituliskan mulai angka 1-1 (dituliskan dengan angka arab, bukan angka
romawi dan huruf abjad), berlanjut ke nomor 1-2 dan sterusnya. Angka 1-1, artinya kerja
hari ke-1 dengan stasiun pengamatan nomor 1. Untuk kerja hari ke-2 dimulai lagi dengan
nomor stasiun 1, dan dituliskan dengan 2-1, untuk lebih jelasnya, bila pada hari pertama
kerja di lapangan nomor stasiun dimulai angka 1 dan selama seharian berhasil melakukan
pengamatan hingga stasiun 25, makan penomoran stasiun di tulis 1-1, 1-2, 1-3, dan
seterusnya hingga nomor 1-25. Pada hari kerja ke-2 nomor stasiun dituliskan dengan angka
2-1, 2-2, 2-3, dan seterusnya hingga stasiun terakhir. Bila pada kerja hari ke-2 berhasil
melakukan pengamatan hingga stasiun 20, maka nomor stasiun ditulis 2-20. Pada hari kerja
ke-3 nomor stasiun di mulai dengan nomor 1 dan di tuliskan sebagai 3-1, 3-2, 3-3, 3-4, dan
seterusnya. Tata cara penomoran stasiun pengamatan untuk kerja selanjutnya dilakukan
dengan cara yang sama hingga tugas kerja di lapangan selesei. Model ini lebih praktis dan
implementatif. Oleh sebab itu anda disarankan untuk mengadopsinya.
Untuk stasiun pengamatan dengan pengambilan contoh batuan, nomor contoh
disebutkan sesuai nomor lokasi, dimulai dengan inisial diri, misal dengan nomor SR.1-10 (SR
singkatan nama geologist yang melakukan kerja dilapangan, SR=Sukandarrumidi). Hal ini
dikandung maksud jangan sampai terjadi kekeliruan, dengan nomornya orang lain,
khususnya pada saat proses analisa laboratorium dilakukan. Stasiun dengan pengamatan
contoh batuan, diberi warna, misalnya warna merah, sedang stasiun pengamatan tanpa
contoh batuan tetap hanya berbentuk lingkaran kecil saja. Untuk mempermudah kontrol,
dari stasiun ke-1-1, ke-2-2, dan seterusnya di hubungkan dengan garis rute perjalan. Bila
pada stasiun tertentu dilakukan pengukuran strike dan dip lapisan batuan, maka ditempat
nomor lokasi tersebut segera digambarkan notasi strike dan dip, dan tuliskan besaran strike
dan dip dengan angka,misal 30/15, artinya besaran strike N 30°
E dan besaran dip 15°
.
------------O.(1)-------------O.(2).------------dst
O= stasiun pengamatan;------------=rute
(1)=lokasi pengamatan
---------O.(1-1)---------O.(1-2).------------dst
Model 1. Penomoran lokasi Model 2. Penomoran lokasi
5.8 PADA SAAT ANDA MELAKUKAN OBSERVASI DI LAPANGAN
Secara ideal terdapat dua cara dalam menentukan rute kegiatan observasi geologi di
lapangan yaitu dengan cara poligon (lintasan) tertutup dan poligon (lintasan) terbuka.
(1) Poligon tertutup
Artinya pada saat melakukan observasi geologi pada lokasi pertama >>> ke lokasi
kedua >>> ke lokasi ketiga dan seterusnya, selama pelaksanaan kerja satu hari, lokasi
ke satu akan tetapi didalam praktek sulit dilkasanakan. Satu dan lain hal berkaitan
dengan keadaan topografi daerah penelitian, mungkin tidak datar dan anda belum
mengenal medan, berkaitan dengan jenis lithologi, struktur geologi dan kenampakan
geologi lainya. Usahakan jalur pengamatan tegak lurus pada jarak (strike). Dengan
demikian anda dapat mengetahui secara sepintas variasi lithologi (dari yang berumur
stratigrafis muda ke stratigrafis tua, atau sebaliknya).
Pada hari pertama, berbekal pada geologi regional (apabila ada) daerah
penelitian, anda diwajibkan untuk melakukan penelitian geologi tingkat recognise
(sepintas), artinya anda terlebih dahulu diwajibkan untuk mengenal secara garis
besar tentang berbagai jenis lithologi, stratigrafi, struktur geologi dan kenampakan
geologi yang lain. Apabila hasil recognise pada hari ke-dua dan pada hari ke-tiga
dapat diprogramkan bila masih perlu dilakukan. Untuk efisinsi kerja selama
mmelakukan recognize anda diwajibkan melakukan pengamatan dari lokasi yang lain
(namun jaraknya belum rapat), mencatat (pada buku catatan lapangan) jenis
lithologi, mengukur jurus (strike) dan kemiringan (dip) perlapisan batuan, dan
melakukan plotting lokasi pada peta kerja. Tata cara menempatkan lokasi
pengamatan di lapangan pada peta dasar, lihat pada sub bab terdahulu.
 Hasil pengamatan tersubut di atas, dimanfaatkan untuk menentukan rencana
rute perjalanan pada penelitian lapangan secara detail. Secara umum,
sistematika penelitian geologi di daerah batuan beku, batuan sedimen dan
batuan metamorf berbeda.
 Apabila anda menjumpai singkapan geologi, awal pertama yang wajib anda
lakukan adalah melakukan penelitian secara cermat, apakah jenis lithologi
yang anda dapatkan itu masih di tempat (in situ) atau merupan pindahan
atau longsoran dari tempat lain. Apabila masih merupakan lithologi yang in
situ, lakukan tata cara pengamatan seperti berikut ini.
 Pada tiap-tiap lokasi pengamatan, perhatikan, cermati dan catat pada buku
lapangan, keadaan singkapan [(dimensi, jenis batuan, warna lapuk dan warna
segar, tebal perlapisan (kalau ada), arah strike dan dip kekar (bila ada), jenis
stuktur sedimen (kalau ada), dan kenampakan geologi lainya]. Buat sketsa
kolom lithologi singkapan.
 Untuk meingkatkan keyakinandiri dalam menghadapi tugas pemetaan geolgi
anda di anjurkan untuk membaca buku A Field Guide Rocks and Minerals
(Pough, 1976) sebuah buku yang praktis untuk dibawa serta dalam tugas
geologi di lapangan. Apabila anda menjumpai jenis singkapan batuan, cermati
dan catat hal-hal sebagai berikut:
 Untuk batuan beku, periksa jenis batuan beku, dimensi singkapan, warna
lapuk, warna segar, kenampakan tercirikan, bentuk intrusi atau ekstrusi,
struktur sheeting joint, struktur columnar joint , kemungkinan adanya
mineralisasi, kemungkinan terdapat mineral logam, baking effect. Warna
pada daerah baking effect, sentuhan dengan batuan sekitar, akibat terjadinya
sentuhan tersebut, amati dan ukur kekar (bila ada), ambil coontoh batuan
dan amati dengan lensa, ambil contoh, dan tulis nomor kode contoh pada
kantong dan pada permukaan batuan (bila mungkin), dan masukkan dalam
kantong contoh. Tulis pada kantong contoh, nomor kode contoh. Nomor
kode contoh disesuaikan dangan kode nomor lokasi pengamatan, di tambah
dengan initial tertentu, misal nomor lokasi pengamatan 1-10 (artinya
pengamatan hari pertama pada lokasi pengamatan nomor 10. Pada contoh
batuan tuliskan initial tertentu misal intial SR.1-10, tuliskan yang sama
dicantumkan juga pada kantong contoh. Buat sketsa kolom lithologi
singkapan.
Contoh batuan diambil paling tidak sebesar hand specimen atau sesuai
dengan keperluan. Perlu di perhatikan bahwa nomor contoh batuan jangan
sampai luntur atau terhapus atau hilang. Bila nomor contoh batuan hilang,
contoh tersebut tidak lagi mempunyai arti dalam geologi. Bila anda
menganggap penting, singkapan yang anda temukan dibuat gambar sketsa
atau difoto. Pada saat anda memotret jangan lupa meletekkan palu geologi
atau penggaris atau spidol sebagai pembanding ukuran pada singkapan yang
difoto.
 Untuk batuan sedimen, periksa jenis batuan sedimen, dimensi singkapan,
warna lapuk, warna segar, kenampakan tercirikan, ketebalan lapisan, struktur
sedimen, kontak dengan lapisan batuan dibawahnya, jurus dan kemiringan
lapisan batuan, ukur arah kekar (joint), buat sketsa pola kekar (bila ada),
ambil contoh batuan dan amati dengan lensa, periksa foraminifera besar
perhatikan apakah terlihat liniasi, teteskan larutan HCL untuk mengetahui
sifat batuan apakah calcareous atau tidak, ambil contoh batuan, dan tulis
nomor kode contoh pada kantong dan pada permukaan batuan (bila
mungkin), dan masukkan dalam kantong contoh. Buat sketsa kolom lithologi
singkapan.
Tulis pada kantong contoh, nomor kode contoh. Nomor kode contoh
disesuaikan dengan kode nomor lokasi pengamatan, ditambah dengan initial
tertentu, misal nomor lokasi pengamatan 1-10 (artinya pengamatan hati
pertama pada lokasi pengamatan nomor 10) tuliskan SR.1-10. Pada contoh
batuan tuliskan intial tertentu misal initial SR.1-10, tuliskan yang sama
dicantumkan juga pada kantong contoh. Contoh diambil paling tidak sebesar
hand specimen atau sesuai dengan keperluan. Perlu di perhatikan betul
bahwa tulisan pada nomor contoh jangan sampai luntur atau terhapus atau
hilang. Bila nomor contoh hilang, contoh tersebut tidak lagi mempunyai arti
dalam geologi. Bila anda menganggap penting, singkapan yang anda temukan
dibuat gambar sketsa atau difoto. Pada saat anda memfoto jangan lupa
meletakkan palu geologi atau penggaris sebagai pembanding ukuran pada
singkapan yang difoto.
 Untuk batuan metamorf, periksa jenis batuan metamorf, dimensi singkapan,
warna lapuk, warna segar, kenampakan tercirikan, ketebalan lapisan, struktur
metamorfik, kontak dengan lapisan batuan dibawahnya, foliasi dan schistose,
liniasi mineral tertentu (misal mineral kuarsite), ukur arah kekar (joint), buat
sketsa pola kekar (bila ada), ambil contoh batuan dan amati dengan lensa,
periksa kemungkinan masih terlihat adanya fosil, teteskan larutan HCL untuk
mengetahui sifat batuan apakah calcareous atau tidak. Buat sketsa kolom
lithologi singkapan. Ambil contoh batuan, dan tulis nomor kode contoh pada
kantong dan pada permukaan batuan (bila mungkin), lagi dan masukkan
dalam kantong contoh. Tulis pada kantong contoh, nomor kode contoh.
Nomor kode contoh disesuaikan dengan kode nomor lokasi pengamatan,
ditambah dengan initial tertentu, misal nomor lokasi pengamatan 1-20
(artinya pengamatan hari pertama pada lokasi pengamatan nomor 10), tulis
SR 1-20. Pada contoh batuan tuliskan initial tertentu misal initial SR. 1-20,
tuliskan yang sama dicantumkan juga pada kantong contoh.
Contoh di ambil paling tidak sebesar hand specimen atau sesuai dengan
keperluan. Perlu diperhatikan betul bahawa tulisan pada nomor contoh
jangan smapai luntur atau terhapus atau hilang. Bila nomor contoh hilang,
contoh tersebut tidak lagi mempunyai arti dalam geologi. Bila anda
menganggap penting, singkapan yang anda temukan dibuat gambar sketsa
atau difoto. Pada saat anda memfoto jangan lupa meletakkan palu geologi
atau penggaris sebagai pembanding ukuran pada singkapan yang difoto.
Singkapan batuan intrusi, periksa jenis batuan yang diintrusi dan batuan
yang menginstrusi, dimensi singkapan, warna lapuk, warna segar,
kenampakan tercirikan, ketebalan batuan yang menginstrusi, efek intrusi
terhadap batuan yang diinstrusi, kemungkinan terjadinya mineralisasi bahan
galian logam, bahan galian non logam, efek metamorfosa kontak dengan
lapisan batuan disekitarnya, ukur arah instrusi, bentuk tubuh instrusi (dike,
sill, apophyse), buat sketsa pola instrusi (bila ada), dan buat sketsa kolom
lithologi singkapan. Ambil contoh batuan dan amati dengan lensa, ambil
contoh batuan, dan tulis nomor kode contoh dan pada permukaan batuan
(bila mungkin), dan masukkan dalam kantong contoh. Tulis pada kantong
contoh, nomor kode contoh. Nomor kode contoh disesuaikan dengan kode
nomor lokasi pengamatan, ditambah dengan initial tertentu, misal nomor
lokasi pengamatan 2-30 (artinya pengamatan hari pertama pada lokasi
pengamatan nomor 2-30). Tulis SR, 2-30. Pada contoh batuan tuliskan initial
tertentu misal initial SR.2-30, tulisan yang sama dicantumkan juga ada
kantong contoh. Contoh diambil paling tidak sebesar hand specimen atau
sesuai dengan keperluan. Perlu diperhatikan betul bahwa tulisan pada nomor
contoh jangan smapai luntur atau terhapus atau hilang. Bila nomor contoh
hilang, contoh tersebut tidak lagi mempunyai arti dalam geologi. Bila anda
menganggap penting, singkapan yang anda temukan dibuat gambar sketsa
atau difoto. Pada saat anda memfoto jangan lupa meletakkan palu geologi
atau penggaris sebagai pembanding ukuran pada singkapan yang difoto.
 Singkapan batuan ekstrusi, periksa jenis batuan yang dektrusi dan dimensi
singkapan, warna lapuk, warna segar, kenampakan tercirikan, kenampakan
struktur aliran, kemungkinan terdapat lubang-lubang keluarnya gas. buat
sketsa pola instrusi (bila ada), dan buat sketsa kolom lithologi singkapan.
Ambil contoh batuan dan amati dengan lensa, ambil contoh batuan, dan tulis
nomor kode contoh dan pada permukaan batuan (bila mungkin), dan
masukkan dalam kantong contoh. Tulis pada kantong contoh, nomor kode
contoh. Nomor kode contoh disesuaikan dengan kode nomor lokasi
pengamatan, ditambah dengan initial tertentu, misal nomor lokasi
pengamatan 2-35 (artinya pengamatan hari pertama pada lokasi pengamatan
nomor 2-35). Tulis SR, 2-35.
Pada contoh batuan tuliskan initial tertentu misal initial SR.2-35, tulisan yang
sama dicantumkan juga ada kantong contoh. Contoh diambil paling tidak
sebesar hand specimen atau sesuai dengan keperluan. Perlu diperhatikan
betul bahwa tulisan pada nomor contoh jangan smapai luntur atau terhapus
atau hilang. Bila nomor contoh hilang, contoh tersebut tidak lagi mempunyai
arti dalam geologi. Bila anda menganggap penting, singkapan yang anda
temukan dibuat gambar sketsa atau difoto. Pada saat anda memfoto jangan
lupa meletakkan palu geologi atau penggaris sebagai pembanding ukuran
pada singkapan yang difoto.
 Untuk bahan tambang bahan galian, periksa jenis batuan bahan tambang
(logam atau non logam), tentukan nama bahan galian dimensi singkapan ,
warna lapuk, warna segar, kenampakan tercirikan, kenampakan struktur
aliran, buat sketsa pola instrusi (bila ada), ambil contoh batuan dan amati
dengan lensa, ambil contoh batuan, dan tulis nomor kode contoh dan pada
permukaan batuan (bila mungkin), dan masukkan dalam kantong contoh.
Tulis pada kantong contoh, nomor kode contoh. Nomor kode contoh
disesuaikan dengan kode nomor lokasi pengamatan, ditambah dengan initial
tertentu, misal nomor lokasi pengamatan 2-30 (artinya pengamatan hari
pertama pada lokasi pengamatan nomor 2-30). Pada contoh batuan tuliskan
initial tertentu misal initial SR.2-30 Tulis SR, 2-30, tulisan yang sama
dicantumkan juga pada kantong contoh.
Contoh diambil paling tidak sebesar hand specimen atau sesuai dengan
keperluan. Perlu diperhatikan betul bahwa tulisan pada nomor contoh jangan
smapai luntur atau terhapus atau hilang. Bila nomor contoh hilang, contoh
tersebut tidak lagi mempunyai arti dalam geologi. Bila anda menganggap
penting, singkapan yang anda temukan dibuat gambar sketsa atau difoto.
Pada saat anda memfoto jangan lupa meletakkan palu geologi atau penggaris
sebagai pembanding ukuran pada singkapan yang difoto.
Pada saat anda memotret jangan lupa meletakkan palu geologi atau
penggaris sebagai pembanding ukuran pada singkapan yang difoto.
Agar anda tidak ragu-ragu dalam mngenal singkapan bahan galian logam
anda di anjurkan untuk membekali diri sebelum ke lapangan salah satu
dengan mencermati buku Geologi Mineral Logam (Sukandar-rumidi, 2007),
sedang untuk bahan galian non logam anda dianjurkan untuk membekali diri
dengan membaca buku Bahan Galian Industri (Sukarandarrumidi, 2004).
Apabila anda memerlukan membuat test pit atau parit uji rencanakan dengan
saksam untuk dilakukan pada hari berikutnya.
 Untuk batubara, umumnya dijumpai didaerah yang relatif datar sehingga
singkapan yang di dapatkan di lapangan juga sangat jarang. Singkapan
umumnya dijumpai pada alur-alur kecil, itupun singkapan batubara yang
didapatkan sangat terbatas. Di lapangan, batubara didapatkan berasosiasi
dengan batulempung yang padanya kadang-kadang ditemukan cetakan
tulang daun, atau di dapatkan mineral harzt (damar selo). Harzt adalah getah
tumbuhan yang telah menjadi fosil. Harzt ini berwarna kuning kotor hingga
coklat, dan bila dibakar dapat menyala. Dijumpainya cetakan tulang daun
pada batulempung dan mineral harzt, sebagai petunjuk bahwa barubara
ditempat itu terbentuk secara authochtonous
Untuk meyakinkan keberadaan batubara lebih lanjut di tempat itu anda
dianjurkan untuk membuat test pit, dan apabila telah meyakinkan
keberadaannya, test pit dapat dilanjutkan dengam membuat parit uji. Pada
saat membuat parit uji anda harus memperhatikan arah “larinya” perlapisan
batubara. Dari beberapa test pit atau parit uji anda dapat mengetahui secara
sepintas keberadaan batu bara yang ada dipermukaan. Untuk meyakinkan
lebih lanjut keberadaan perlapisan batubara pada kedalaman yang lebih
besar anda dapat merencanakan dan melakukan pemboran ini dangkal dan
mengambil sampel dengan mata bor berbentuk tabung. Pengintian boleh
dikatakan berhasil bila 95% dari panjang tabung penginti terisi dengan batuan
atau batubara dan batuan atau batubara seluruhnya. Dari hasil pemboran ini
ini, rekonstruksi dalam bentuk log bore. Dari beberapa log bore akhirnya
diperoleh gambaran keadaan perlapisan batubara di bawah permukaan
dalam penyebaran berbentuk tiga dimensi. Untuk mengetahui kualitas dan
jenis batubara anda wajib mengambil contoh paling sedikit 5 kg untuk
diperiksa lebih lanjut di laboratorium. Terdapat berbagai jenis batubara dari
hasil kulaitasnya rendah hingga kualitas tinggi mulai dari gambut, lignit,
subbituminus, bituminous, anthrasite dan grafit. Di laboratorium dengan
contoh ini akan dilakukan analisa proksimat (analisa sifat fisik batubara) dan
analisa ultimat (macam kandungan unsur pembentuk batubara). Dalam suatu
cekungan sedimentasi bila tidak ada anomali geologi (struktur geologi dan
instrusi batuan beku) pada umumnya mempunyai jenis batubara yang sama.
Agar anda tidak ragu-ragu dalam melakukan penelitian tentang batubara dan
turunanya anda dianjurkan untuk membekali diri dengan membaca buku
Batubara dan Gambut (Sukarandarrumidi, 2004), dan buku berjudul
Batubara dan pemanfaatanya (Sukarandarrumidi, 2006).
 Untuk singkapan struktur patahan, perhatikan pada peta kerja apakah
tampak terjadi pelurusan sungai, amati kemungkinan terdapat slicken side,
cermin sesar, milonite, breksiasi, breksiasi pada breksi, drag fault, munculnya
mata air, terjadi tanah longsor lokal, pengeseran perlapisan pada batuan
yang terpatahkan (off set), kenampakan boudinage, pola kekar akibat
patahan, buat sketsa singkapan, buat fotonya, jangan lupa meletakkan benda
lain sebagai pembanding ukuran. Perlu diperhatikan bahwa kenampakan
patahan di lapangan merupakan jalur daerah yang mengalami gangguan,
namun pada peta geologi digambarkan sebagai suatu garis. Jalur daerah
patahan merupakan daerah yang labil, oleh sebab itu di tempat tersebut
banyak dicirikan oleh kenampakan tanah longsor. Perlu dicatat, jalur tanah
longsor meruapakan salah satu indikasi terjadinya patahan yang cukup besar,
namun tidak semua tahah longsor sebagai ciri terjadinya patahan. Daerah
jalur patahan yang cukup besar, sering memberikan kenampakan morfologi
dalam bentuk triangular facet . kenampakan ini hanya dapat dilihat dan
diperhatikan dari jarak jauh.
 Untuk mata air (spring), biasanya muncul pada alur-alur yang agak dalam.
Mata air muncul apabila muka air tanah (water table) terpotong oleh
permukaan topografi. Pola penyebaran muka air tanah akan relatif serupa
dengan pola permukaan topografi. Mata air muncil diantara batuan yang
permeable (topografi berada di bagian atas) dan batuan impermeable
(biasanya batulempung/ berbutir halus) di bagian bawah.
Di daerah hutan, air dari mata air dimanfaatkan oleh binatang buas sebagai
sumber air minum (terutama pada musim kemarau). Oleh sebab itu sebelum
mencoba untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang keberadaan mata
air tersebut, cermati daerha sekitar apakah dalam keadaan aman. Binatang
buas akan mendatangi sumber mata air pada menjelang sore hari untuk
minum. Bila anda akan melakukan pengamatan lebih lanjut tentang
keberadaan mata air, celupkan jari anda ke dalam air dan rasakan dengan
lidah, atau ukur pH air dengan kertas lakmus. Perubahan warna pada kertas
lakmus yang sudah dibasahi dengan air akan dapat menunjukkan besaran
nilai pH. Besaran nila pH = 6 hingga 7, menunjukkan pH yang netral dan air
dapat dipergunakan untuk keperluan rumah tangga.
Buat dan pasang V weir pada outlet sumber mata air, dengan cara ini
besarnya debit mata air dapat diukur. Plot keberadaan mata air pada peta
kerja anda, dan diberi tanda lingkaran dengan tanda panah menghadap ke
atas (simbol mata air). Bila anda mendapatkan beberapa buah mata air dalam
suatu daerah yang berada pada satu garis lurus, hal tersebut merupakan
salah satu tanda keberadaan patahan.
Perlu di perhatikan, bila tidak terpaksa jangan sekali-kali anda meminum air
dari mata air yang diambil langsung dari mata air tanpa dimasak terlebih
dahulu. Keberadaan bakteri e-colli sangat besar dan bakteri ini dapat
menyebabkan sakit perut dan diare. Gara-gara diare, beberapa hari anda
mungkin tidak dapat melakukan tugas di lapangan. Apabila diperlkukan unutk
analisa laboratorium, di ambil air minimum 5 liter dan di tempatkan pada
“jirigen” yang steril dan tidak berbau. Untuk menghidari terjadinya
kontaminasi pada air, cucilah “jirigen” tersebut dengan air yang diambil dari
mata air yang akan diambil sebagai contoh. Lebih aman apabila air contoh
ditempatkan pada botol bekas air minum dalam kemasan (AMDK), dapat
dijamin botolnya steril. Pada anda tidak disarankan untuk menyimpan air
dengan “jirigen” bekas minyak goreng, karena diyakini “jirigen” tersebut
terbebas dari minyak goreng.
 Untuk mata air panas (hot spring), berkaitan dengan penelitian potensi
panas bumi. Kenampakan di lapangan mata air panas akan muncul disertai
dengan gelembung-gelembung uap air, dan berbau belerang. Ukur suhu air
dengan termometer. Ambil contoh air panas dan tempatkan pada botol yang
terbuat dari gelas (jangan yang terbuat dari plastik), selanjutnya di kirim ke
laboratorium untuk di analisa. Di beberapa tempat munculnya air panas telah
dimanfaatkan sebagai daerah wisata, termaksud wisata medis yaitu untuk
penyembuhan penyakit kulit. Hindarkan anda jangan menghirup uap
belerang yang keluar dari mata air panas. Bila ini terjadi, pernafasan anda
menjadi “sesek” dan timbul rasa pusing.
 Untuk oil seepage, atau rembesan minyak bumi, sering ditemukan di
lapangan di daerah penyebaran batuan sedimen. Rembesan minyak ini
seperti air yang permukaannya berminyak dengan warna kebiruan, dan bila
ranting kayu sering dicelupkan pada rembesan minyak kemudian didekatkan
pada nyala api, maka kayu tersebut akan mudah terbakar. Rembesan minyak
bumi biasanya muncul di daerah patahan yang berada pada salah satu sayap
antiklin. Plot tempat ditemukan oil seepage pada peta kerja, ambil contoh
dan masukkan ke dalam botol yang terbuat dari gelas. Contoh ini kemudian
dikirim ke laboratorium minyak bumi untuk dianalisa.
 Dalam melakukan pemetaan geologi permukaan semua geologist memakai
konsep geologi yang sama, yaitu konsep lithostratigrafi, karena dengan
konsep ini semua data yang dipakai untuk menyusun peta geologi bersifat
observable (dapat dilihat dan diamati di lapangan). Oleh sebab itu siapapun
yang melakukan tugas pembuatan peta geologi dengan konsep yang sama
(lithostratigrafi) di pastikan akan menghasilkan peta geologi yang serupa.
Sebuah peta geologi di anggap lengkap dan dapat diterima oleh pengguna,
apabila disusun dengan kaidah-kaidah geologi yang sudah disepakati
bersama, mencantumkan keterangan tentang variasi lithologi secara
stratigrafis, struktur geologi dan keterangan-keterangan lain yang berkaitan,
serta satu buah sayatan geologi atau lebih sesuai dengan keperluan. Tata
cara memilih arah sayatan geologi, dan melakukan rekonstruksi struktur
geologi dapat dicermati pada sub bab berikutnya.
Tiap kali anda melakukan pengamatan geologi pada tiap-tiap loasi
pengamatan, hal hal yang perlu diperhatikan antara lain:
 Untuk singkapan dalam bentuk batuan, disamping hal-hal tersebut di atas,
perlu dibuat sketsa kolom lithologi singkapan, agar dilakukan seteliti
mungkin. Susun kolom lithologi lokal dari dua lokasi yang berdekatan. Hal
yang sama kerjakan untuk lokasi yang lain. Dengan cara demikian akan
diperoleh urutan kolom lithologi lokal yang lengkap. Jangan dilupakan
membuat gamabr sketsanya.
 Untuk singkapan struktur patahan, buat sketsa atau diambil fotonya. Buat
deksripsi singkapan selengkap mungkin. Hindarkan anda untuk datang kedua
kalinya di tempat yang sama hanya sekedar untuk melengkapi deksripsi yang
telah dibuat pada pengamatan sebelumnya.
Bebera hal yang perlu mendapat perhatian pada saat anda bekerja di
lapangan antara lain :
 Semua lokasi pengamatan harus di-plot di peta kerja, termaksud nomor
lokasinya.
 Jangan lupa, lokasi pengamatan dengan contoh batuan di beri warna merah.
 Bila ada pengukuran jurus (strike) dan kemiringan lapisan (dip) perlapisan
batuan, segera di-plot, dan tulis besaran nilai strike dan dip-nya.
 Gambarkan pada masing-masing lokasi, kolom lithologi singkapan.
 Makin rapat lokasi pengamatan di lakukan, akan makin baik.
 Lakukan kolerasi lithologi antar singkapan atau antar lokasi.
 Beri warna yang sama untuk lithologi yang sama.
 Rekonstruksi dari gabungan kolom lithologi singkapan, menjadi kolom
lithologi satuan, dan selanjutnya kelompokan menjadi satuan batuan-satuan
batuan.
 Tentukan batas-batas antar satuan batuan
 Beri warna masing-masing satuan batuan
Hasil akhir terbentuklah peta geologi lapangan, yang merupakan
master draft peta geologi. Tugas selanjutnya, anda menghaluskan peta
geologi lapangan, menjadi peta geologi sementara dengan
mempertimbangkan data-data yang anda dimiliki. Dalam rangka menyusun
peta geologi yang merupakan produk akhir, sekarang anda memindahkan
hasil pengukuran strike dan dip, batas satuan dan struktur geologi yang
terdapat di daerah penelitian. Untuk menentukan kedudukan sumbu antiklin
atau sinklin, buatlah dua sayatan geologi atau lebih dengan arah sayatan
tegak lurus pada jurus perlapisan batuan. Dari masing-masing rekonstruksi
struktur tentukan di peta geologi lokasi titik-titik yang dilalui oleh sumbu
perlipatan. Plot-kan lokasi titik-titik itu pada peta geologinya, hubungkan
lokasi titik-titik tersebut dengan garis. Garis itu merupakan ekspresi sumbu
perlipatan, yang selanjutnya dapat di gambarkan pada peta geologi yang
merupakan produk terakhir. Dalam membuat rekonstruksi struktur geologi
usahakan memakai model rekonstruksi mathematis teknis, dan usahakan
hindarkan dengan metode free-hand. Model yang terakhir ini dapat
diterapkan apabila model rekonstruksi struktur matematis teknis tidak dapat
diaplikasikan.
Catatan
Di antara geologist telah ada semacam konvensi tata cara memberi
dan memilih warna sebagai notasi atau simbol lithologi. Untuk menghindari
penggunaan warna yang berlebihan, telah disepakati antara lain bahwa untuk:
 Warna merah untuk simbol batuan beku. Apabila di suatu daerah yang
dipetakan terdapat lebih dari satu jenis batuan beku, untuk
membedakan jenis tersebut pada warna yang merupakan simbol
batuan beku dibenarkan untuk di tambahkan notasi yang lain, misal
dapat ditambahkan tulisan diorite. Tulisan yang sama ditambahkan
pada kolom litologi, kolom stratigrafi dan pada keterangan simbol
lithologi peta. Hal serupa dapat diberlakukan, dan tambahkan tulisan
andesite, basalt dan sebagainya. Tata cara yang lain dapat dilakukan
dengan membuat gradasi warna.
 Warna biru untuk simbol batugamping. Dapat dibedakan batugamping
klastik (dengan ditambah tulisan klastik), dan batugamping non klastik
(dengan ditambah tulisan tulisan non klastik).
 Warna kuning untuk simbol batupasir. Hal yang serupa dapat
dituliskan seperti pada batuan beku.
 Warna hijau untik simbol batu lempung. Hal yang serupa dapat
dituliskan seperti pada batugamping.
 Warna ungu untuk simbol batuan metamorf. Hal yang serupa dapat
dituliskan seperti batuan beku.
 Warna muda untuk simbol endapan baru.

More Related Content

What's hot

Pembuatan laporan pemetaan geologi
Pembuatan laporan pemetaan geologiPembuatan laporan pemetaan geologi
Pembuatan laporan pemetaan geologi
Delta Milano
 
Hotspot dan Mantle Plume
Hotspot dan Mantle PlumeHotspot dan Mantle Plume
Hotspot dan Mantle Plume
Estrela Bellia Muaja
 
59103938 bab-4-klasifikasi-endapan-mineral
59103938 bab-4-klasifikasi-endapan-mineral59103938 bab-4-klasifikasi-endapan-mineral
59103938 bab-4-klasifikasi-endapan-mineral
rramdan383
 
Bab 3-bentuk-dan-tekstur-bijih
Bab 3-bentuk-dan-tekstur-bijihBab 3-bentuk-dan-tekstur-bijih
Bab 3-bentuk-dan-tekstur-bijih
Romi Fadli
 
Batuan piroklastik
Batuan piroklastikBatuan piroklastik
Batuan piroklastik
yadil142
 
Laporan peta geologi
Laporan peta geologiLaporan peta geologi
Laporan peta geologi4211410001
 
Tugas paper cekungan batubara pada pulau kalimantan
Tugas paper cekungan batubara pada pulau kalimantanTugas paper cekungan batubara pada pulau kalimantan
Tugas paper cekungan batubara pada pulau kalimantan
Sylvester Saragih
 
Mineralogi
MineralogiMineralogi
Mineralogi
hariia
 
Formasi Geologi Sulawesi ( Armstrong . Unima )
Formasi Geologi Sulawesi ( Armstrong . Unima )Formasi Geologi Sulawesi ( Armstrong . Unima )
Formasi Geologi Sulawesi ( Armstrong . Unima )
Armstrong Sompotan
 
Mekanika batuan
Mekanika batuanMekanika batuan
Mekanika batuan
Jupiter Samosir
 
Laporan Pembentukan Asal Vulkanik
Laporan Pembentukan Asal VulkanikLaporan Pembentukan Asal Vulkanik
Laporan Pembentukan Asal Vulkanik'Oke Aflatun'
 
Batuan beku basalt dan gabro
Batuan beku basalt dan gabroBatuan beku basalt dan gabro
Batuan beku basalt dan gabronirwanfamiasamri
 
Tugas makalah teknik eksplorasi tambang peralatan yang digunakan alam eksplor...
Tugas makalah teknik eksplorasi tambang peralatan yang digunakan alam eksplor...Tugas makalah teknik eksplorasi tambang peralatan yang digunakan alam eksplor...
Tugas makalah teknik eksplorasi tambang peralatan yang digunakan alam eksplor...
Sylvester Saragih
 
STUDI MIKROFASIES DAN DIAGENESIS BATUAN KARBONAT DI DAERAH NAWUNGAN DAN SEKIT...
STUDI MIKROFASIES DAN DIAGENESIS BATUAN KARBONAT DI DAERAH NAWUNGAN DAN SEKIT...STUDI MIKROFASIES DAN DIAGENESIS BATUAN KARBONAT DI DAERAH NAWUNGAN DAN SEKIT...
STUDI MIKROFASIES DAN DIAGENESIS BATUAN KARBONAT DI DAERAH NAWUNGAN DAN SEKIT...
Hidayat Muhammad
 
Laporan denudasional
Laporan denudasional Laporan denudasional
Laporan denudasional
'Oke Aflatun'
 
GeoTek Kestabilan Lereng
GeoTek Kestabilan LerengGeoTek Kestabilan Lereng
GeoTek Kestabilan LerengAyu Kuleh Putri
 
Mekanika Batuan
Mekanika BatuanMekanika Batuan
Mekanika Batuan
Geologyrocknrolla Lani
 
Laporan geomorf Peta kontur
Laporan geomorf  Peta konturLaporan geomorf  Peta kontur
Laporan geomorf Peta kontur
'Oke Aflatun'
 
Laporan fieldtrip geologi dasar
Laporan fieldtrip geologi dasarLaporan fieldtrip geologi dasar
Laporan fieldtrip geologi dasar
Rima Rosaliana
 

What's hot (20)

Eksplorasi Emas
Eksplorasi EmasEksplorasi Emas
Eksplorasi Emas
 
Pembuatan laporan pemetaan geologi
Pembuatan laporan pemetaan geologiPembuatan laporan pemetaan geologi
Pembuatan laporan pemetaan geologi
 
Hotspot dan Mantle Plume
Hotspot dan Mantle PlumeHotspot dan Mantle Plume
Hotspot dan Mantle Plume
 
59103938 bab-4-klasifikasi-endapan-mineral
59103938 bab-4-klasifikasi-endapan-mineral59103938 bab-4-klasifikasi-endapan-mineral
59103938 bab-4-klasifikasi-endapan-mineral
 
Bab 3-bentuk-dan-tekstur-bijih
Bab 3-bentuk-dan-tekstur-bijihBab 3-bentuk-dan-tekstur-bijih
Bab 3-bentuk-dan-tekstur-bijih
 
Batuan piroklastik
Batuan piroklastikBatuan piroklastik
Batuan piroklastik
 
Laporan peta geologi
Laporan peta geologiLaporan peta geologi
Laporan peta geologi
 
Tugas paper cekungan batubara pada pulau kalimantan
Tugas paper cekungan batubara pada pulau kalimantanTugas paper cekungan batubara pada pulau kalimantan
Tugas paper cekungan batubara pada pulau kalimantan
 
Mineralogi
MineralogiMineralogi
Mineralogi
 
Formasi Geologi Sulawesi ( Armstrong . Unima )
Formasi Geologi Sulawesi ( Armstrong . Unima )Formasi Geologi Sulawesi ( Armstrong . Unima )
Formasi Geologi Sulawesi ( Armstrong . Unima )
 
Mekanika batuan
Mekanika batuanMekanika batuan
Mekanika batuan
 
Laporan Pembentukan Asal Vulkanik
Laporan Pembentukan Asal VulkanikLaporan Pembentukan Asal Vulkanik
Laporan Pembentukan Asal Vulkanik
 
Batuan beku basalt dan gabro
Batuan beku basalt dan gabroBatuan beku basalt dan gabro
Batuan beku basalt dan gabro
 
Tugas makalah teknik eksplorasi tambang peralatan yang digunakan alam eksplor...
Tugas makalah teknik eksplorasi tambang peralatan yang digunakan alam eksplor...Tugas makalah teknik eksplorasi tambang peralatan yang digunakan alam eksplor...
Tugas makalah teknik eksplorasi tambang peralatan yang digunakan alam eksplor...
 
STUDI MIKROFASIES DAN DIAGENESIS BATUAN KARBONAT DI DAERAH NAWUNGAN DAN SEKIT...
STUDI MIKROFASIES DAN DIAGENESIS BATUAN KARBONAT DI DAERAH NAWUNGAN DAN SEKIT...STUDI MIKROFASIES DAN DIAGENESIS BATUAN KARBONAT DI DAERAH NAWUNGAN DAN SEKIT...
STUDI MIKROFASIES DAN DIAGENESIS BATUAN KARBONAT DI DAERAH NAWUNGAN DAN SEKIT...
 
Laporan denudasional
Laporan denudasional Laporan denudasional
Laporan denudasional
 
GeoTek Kestabilan Lereng
GeoTek Kestabilan LerengGeoTek Kestabilan Lereng
GeoTek Kestabilan Lereng
 
Mekanika Batuan
Mekanika BatuanMekanika Batuan
Mekanika Batuan
 
Laporan geomorf Peta kontur
Laporan geomorf  Peta konturLaporan geomorf  Peta kontur
Laporan geomorf Peta kontur
 
Laporan fieldtrip geologi dasar
Laporan fieldtrip geologi dasarLaporan fieldtrip geologi dasar
Laporan fieldtrip geologi dasar
 

Viewers also liked

Modul Peta Geologi UPI 2009
Modul Peta Geologi UPI 2009Modul Peta Geologi UPI 2009
Modul Peta Geologi UPI 2009Aulia Nofrianti
 
Etika dan Hukum Kedokteran
Etika dan Hukum KedokteranEtika dan Hukum Kedokteran
Etika dan Hukum Kedokteran
Aprinsya Panjaitan
 
Makalah tugas besar kelompok komoditi pasir besi
Makalah tugas besar kelompok komoditi pasir besiMakalah tugas besar kelompok komoditi pasir besi
Makalah tugas besar kelompok komoditi pasir besi
Bandung Institute of Technology
 
Buku panduan pelatihan geologi dasar, pemetaan dan perhitungan cadangan
Buku panduan pelatihan geologi dasar, pemetaan dan perhitungan cadanganBuku panduan pelatihan geologi dasar, pemetaan dan perhitungan cadangan
Buku panduan pelatihan geologi dasar, pemetaan dan perhitungan cadangan
Rio Anggara
 
LATIHAN INTERPRETASI CITRA (GEOGRAFI SMA XII)
LATIHAN INTERPRETASI CITRA (GEOGRAFI SMA XII)LATIHAN INTERPRETASI CITRA (GEOGRAFI SMA XII)
LATIHAN INTERPRETASI CITRA (GEOGRAFI SMA XII)
Agnes Yodo
 
Laporan Pengindraan Jauh
Laporan Pengindraan JauhLaporan Pengindraan Jauh
Laporan Pengindraan Jauh
Yoga Hepta Gumilar
 

Viewers also liked (6)

Modul Peta Geologi UPI 2009
Modul Peta Geologi UPI 2009Modul Peta Geologi UPI 2009
Modul Peta Geologi UPI 2009
 
Etika dan Hukum Kedokteran
Etika dan Hukum KedokteranEtika dan Hukum Kedokteran
Etika dan Hukum Kedokteran
 
Makalah tugas besar kelompok komoditi pasir besi
Makalah tugas besar kelompok komoditi pasir besiMakalah tugas besar kelompok komoditi pasir besi
Makalah tugas besar kelompok komoditi pasir besi
 
Buku panduan pelatihan geologi dasar, pemetaan dan perhitungan cadangan
Buku panduan pelatihan geologi dasar, pemetaan dan perhitungan cadanganBuku panduan pelatihan geologi dasar, pemetaan dan perhitungan cadangan
Buku panduan pelatihan geologi dasar, pemetaan dan perhitungan cadangan
 
LATIHAN INTERPRETASI CITRA (GEOGRAFI SMA XII)
LATIHAN INTERPRETASI CITRA (GEOGRAFI SMA XII)LATIHAN INTERPRETASI CITRA (GEOGRAFI SMA XII)
LATIHAN INTERPRETASI CITRA (GEOGRAFI SMA XII)
 
Laporan Pengindraan Jauh
Laporan Pengindraan JauhLaporan Pengindraan Jauh
Laporan Pengindraan Jauh
 

Similar to Tugas geologi(1)

Batuan Beku
Batuan BekuBatuan Beku
Batuan Beku
Farah Della
 
BATU MULIA - BAHAN GALIAN INDUSTRI - BONITA
BATU MULIA - BAHAN GALIAN INDUSTRI - BONITABATU MULIA - BAHAN GALIAN INDUSTRI - BONITA
BATU MULIA - BAHAN GALIAN INDUSTRI - BONITA
Bonita Susimah
 
ppt Hasil Farhan.pptx
ppt Hasil Farhan.pptxppt Hasil Farhan.pptx
ppt Hasil Farhan.pptx
antodarlyanto
 
Basic Litosphere Day 1 (Key Idea 1)
Basic Litosphere Day 1 (Key Idea 1)Basic Litosphere Day 1 (Key Idea 1)
Basic Litosphere Day 1 (Key Idea 1)
Roni Marudut Situmorang
 
Inventarisasi Jenis-Jenis Lamun (Seagrass)
Inventarisasi Jenis-Jenis Lamun (Seagrass)Inventarisasi Jenis-Jenis Lamun (Seagrass)
Inventarisasi Jenis-Jenis Lamun (Seagrass)
Amos Pangkatana
 
1. Fenomena Geosfer.pptx
1. Fenomena Geosfer.pptx1. Fenomena Geosfer.pptx
1. Fenomena Geosfer.pptx
NunungJuniarti2
 
1. Fenomena Geosfer.pdf
1. Fenomena Geosfer.pdf1. Fenomena Geosfer.pdf
1. Fenomena Geosfer.pdf
ratihrachma
 
Laporan pratikum identifikasi batuan, tata surya, keranjang takakura dan penc...
Laporan pratikum identifikasi batuan, tata surya, keranjang takakura dan penc...Laporan pratikum identifikasi batuan, tata surya, keranjang takakura dan penc...
Laporan pratikum identifikasi batuan, tata surya, keranjang takakura dan penc...
Blog Malaikat Iblis di Bulan Maret
 
Fenomena dan Masalah Parangtritis
Fenomena dan Masalah ParangtritisFenomena dan Masalah Parangtritis
Fenomena dan Masalah Parangtritis
farid prasasti
 
Makalah toksikologi toksisitas emas (diva) revisi
Makalah toksikologi toksisitas emas (diva) revisiMakalah toksikologi toksisitas emas (diva) revisi
Makalah toksikologi toksisitas emas (diva) revisi
VioniYuliza
 
EKSPLORASI MINYAK BUMI DAN GASS SERTA KEMANFAATANNYA
EKSPLORASI MINYAK BUMI DAN GASS SERTA KEMANFAATANNYAEKSPLORASI MINYAK BUMI DAN GASS SERTA KEMANFAATANNYA
EKSPLORASI MINYAK BUMI DAN GASS SERTA KEMANFAATANNYA
RizkyAgusman2
 
INVENTARISASI JENIS-JENIS BINTANG LAUT (ASTEROIDEA)
INVENTARISASI  JENIS-JENIS BINTANG LAUT (ASTEROIDEA)INVENTARISASI  JENIS-JENIS BINTANG LAUT (ASTEROIDEA)
INVENTARISASI JENIS-JENIS BINTANG LAUT (ASTEROIDEA)
Amos Pangkatana
 
Konsep tanah
Konsep tanahKonsep tanah
Konsep tanah
Suryati Purba
 
Bentoss
BentossBentoss
Kualitas Lahan Tambak Sinjai Timur Pasca Bencana
Kualitas Lahan Tambak Sinjai Timur Pasca BencanaKualitas Lahan Tambak Sinjai Timur Pasca Bencana
Kualitas Lahan Tambak Sinjai Timur Pasca Bencana
BBAP takalar
 
Modul 21
Modul 21Modul 21
Modul 21
Geology Samosir
 
PEMANFAATAN MINERAL DAN BATUAN
PEMANFAATAN MINERAL DAN BATUANPEMANFAATAN MINERAL DAN BATUAN
PEMANFAATAN MINERAL DAN BATUAN
Guntur Indra
 
Pendulangan Intan Martapura
Pendulangan Intan MartapuraPendulangan Intan Martapura
Pendulangan Intan Martapura
Hamdanil Hamdanil
 
325644418 eksplorasi-sumbermanjing
325644418 eksplorasi-sumbermanjing325644418 eksplorasi-sumbermanjing
325644418 eksplorasi-sumbermanjing
Rifai Ramli
 

Similar to Tugas geologi(1) (20)

Batuan Beku
Batuan BekuBatuan Beku
Batuan Beku
 
BATU MULIA - BAHAN GALIAN INDUSTRI - BONITA
BATU MULIA - BAHAN GALIAN INDUSTRI - BONITABATU MULIA - BAHAN GALIAN INDUSTRI - BONITA
BATU MULIA - BAHAN GALIAN INDUSTRI - BONITA
 
ppt Hasil Farhan.pptx
ppt Hasil Farhan.pptxppt Hasil Farhan.pptx
ppt Hasil Farhan.pptx
 
Basic Litosphere Day 1 (Key Idea 1)
Basic Litosphere Day 1 (Key Idea 1)Basic Litosphere Day 1 (Key Idea 1)
Basic Litosphere Day 1 (Key Idea 1)
 
Inventarisasi Jenis-Jenis Lamun (Seagrass)
Inventarisasi Jenis-Jenis Lamun (Seagrass)Inventarisasi Jenis-Jenis Lamun (Seagrass)
Inventarisasi Jenis-Jenis Lamun (Seagrass)
 
1. Fenomena Geosfer.pptx
1. Fenomena Geosfer.pptx1. Fenomena Geosfer.pptx
1. Fenomena Geosfer.pptx
 
1. Fenomena Geosfer.pdf
1. Fenomena Geosfer.pdf1. Fenomena Geosfer.pdf
1. Fenomena Geosfer.pdf
 
Laporan pratikum identifikasi batuan, tata surya, keranjang takakura dan penc...
Laporan pratikum identifikasi batuan, tata surya, keranjang takakura dan penc...Laporan pratikum identifikasi batuan, tata surya, keranjang takakura dan penc...
Laporan pratikum identifikasi batuan, tata surya, keranjang takakura dan penc...
 
Fenomena dan Masalah Parangtritis
Fenomena dan Masalah ParangtritisFenomena dan Masalah Parangtritis
Fenomena dan Masalah Parangtritis
 
Makalah toksikologi toksisitas emas (diva) revisi
Makalah toksikologi toksisitas emas (diva) revisiMakalah toksikologi toksisitas emas (diva) revisi
Makalah toksikologi toksisitas emas (diva) revisi
 
EKSPLORASI MINYAK BUMI DAN GASS SERTA KEMANFAATANNYA
EKSPLORASI MINYAK BUMI DAN GASS SERTA KEMANFAATANNYAEKSPLORASI MINYAK BUMI DAN GASS SERTA KEMANFAATANNYA
EKSPLORASI MINYAK BUMI DAN GASS SERTA KEMANFAATANNYA
 
INVENTARISASI JENIS-JENIS BINTANG LAUT (ASTEROIDEA)
INVENTARISASI  JENIS-JENIS BINTANG LAUT (ASTEROIDEA)INVENTARISASI  JENIS-JENIS BINTANG LAUT (ASTEROIDEA)
INVENTARISASI JENIS-JENIS BINTANG LAUT (ASTEROIDEA)
 
Konsep tanah
Konsep tanahKonsep tanah
Konsep tanah
 
Bentoss
BentossBentoss
Bentoss
 
Presentasi karst
Presentasi karstPresentasi karst
Presentasi karst
 
Kualitas Lahan Tambak Sinjai Timur Pasca Bencana
Kualitas Lahan Tambak Sinjai Timur Pasca BencanaKualitas Lahan Tambak Sinjai Timur Pasca Bencana
Kualitas Lahan Tambak Sinjai Timur Pasca Bencana
 
Modul 21
Modul 21Modul 21
Modul 21
 
PEMANFAATAN MINERAL DAN BATUAN
PEMANFAATAN MINERAL DAN BATUANPEMANFAATAN MINERAL DAN BATUAN
PEMANFAATAN MINERAL DAN BATUAN
 
Pendulangan Intan Martapura
Pendulangan Intan MartapuraPendulangan Intan Martapura
Pendulangan Intan Martapura
 
325644418 eksplorasi-sumbermanjing
325644418 eksplorasi-sumbermanjing325644418 eksplorasi-sumbermanjing
325644418 eksplorasi-sumbermanjing
 

Tugas geologi(1)

  • 1. NAMA: RIDHO RIZKILLAH NIM : 14080067 EMAIL : ridhorizkillah1408@gmail.com BAB 5 TAHAPAN MEMBUAT PETA GEOLOGI Seorang geologist harus akrab dengan alam, oleh sebab itu geologist harus sering ke lapangan tidak terkecuali geologist junior. Pengalaman kerja di lapangan membuktikan banyak data geologi yang “tidak terbaca oleh geologist junior”,namun berhasil di baca oleh geologist senior. Hal ini benar adanya, karena data geologi “tidak pernah berbicara dan tidak pernah berbisik atau berteriak serta tidak pernah menonjlkan diri”. Data geologi harus anda baca, cari tahu dan perhatikan dengan cermat manfaatkan indra anda. Seoran geologist junior harus memanfaatkan semua indra yang dimiliki, tidak terkecuali indra penglihatan. Daya cermat indra penglihatan dapat dilatih dengan banyak pergi ke lapangan bersama- sama dengan geologist senior. Melihat dan bertanya, melihat dan bertanya lagi. Oleh sebab itu geologist di tuntut memiliki daya ingat tinggi, tidak pelupa, dan titenan. Dalam kasus khusus indra penciuman juga perlu difungsikan, sedang indra perasaan merupakan salah satu sinyal untuk hal-hal yang sifatnya lebih khusus lagi, dalam kasus yang bernuansa pada hal-hal yang tidak terlihat oleh mata “biasa”. Ini adalah suatu kenyataan, yang kadang sulit dijelaskan secara ilmiah namun sungguh-sungguh terjadi di lapangan. “Ketajaman indra dimiliki oleh semua geologist, dengan tingkat sensitivitas yang berbeda, namun semuanya itu dapat dilatih dengan banyak pergi kelapangan. Apabila anda termasuk orang yang senang membaca buku atau senang bergaul dengan “orang-orang tua”, dan pemuka masyarakat,anda pasti mendengar cerita, “seorang masuk di pekarangan orang lain tanpa permisi”, atau dengan kata-kata yang singkat “akan berbuat jahat masuk di wilayah orang lain”, tidak dapat keluar dari lingkungan itu, padahal tidak ada pagar yang dapat dilihat secara fisik. Kejadian ini, sulit dimengerti oleh logika, tetapi ini merupakan suatu kenyataan “di dunia nyata”. Disarankan , bagi geologist junior sewaktu bertugas di lapangan. Juga jangan pelit bertegur sapa dengan masyarakat setempat. Disamping memanfaatkan kemampuan melihat singkapan, kadang-kadang anda juga akan terbantu dengan indra penciuman. Memanfaatkan indra penciuman akan dapat membantu dalam mengenal data geologi yang belum sampai terlihat. Kadang-kadang indra penciuman bermanfaat dan dapat membantu dalam mengantisipasi kemungkinan adanya bahaya. 5.1 MELATIH KETAJAMAN INDRA Dalam melakukan observasi geologi di lapangan di perlurkan ketajaman indra, baik indra penglihatan, penciuman atau indra rasa. Tentu saja ketajaman indra tersebut wajib di
  • 2. bekali dengan penguasaan konsep-konsep dasar geologi dan aplikasinya. Uraian di bawah ini akan mampu memperjelas pernyataan tersebut di atas. (1). Indra penglihatan yang terlatih dapat dengan mudah melihat:  Singkapan batuan yang di lihat itu masih insitu atau sudah berpindah tempat atau merupakan hasil longsoran di tempat lain.  Perbedaan batuan beku dengan batuan sedimen ataupun batuan metamorf.  Perbedaan pelapukan batuan beku, batuan sedimen atau batuan metamorf  Perbedaan antara hasil pelapukan batuan beku jenis diorite dan batuan beku jenis andesite.  Perbedaan antara batuan intrusi dan ekstrusi.  Perbedaan antara batuan lempung dan batu pasir berutir halus.  Perbedaan batu gamping dan marmer.  Perbedaan antara batuan gamping klastik dan non klastik.  Mengenal bintik-bintik warna hijau kebiruan, menunjukan batuan yang mengandung mineral logam tembaga.  Gejala baking effect akibat intrusi batuan beku.  Perbedaan struktur silang siur dengan gejala patahan.  Kenampakan breksiasi akibat patahan pada batuan breksi.  Perbedaan antara oilseepage dalam mata air.  Perbedaan antara fosil foraminifera kecil plantonik dan benthonik.  Perbedaan antara fosil mollusca, coelentarata, brachiopoda.  Perbedaan antara fosil discocyclina dan nummulites.  Perbedaan antara fosil tulang dan fosil gading.  Perbedaan antara kayu dan silicified wood.  Perbedaan antara fosil flora dan fauna  Perbedaan antara lignit dan bituminous.  Perbedaan antara mineral kalsit dan mineral gypsum.  Perbedaan antara mineral gypsum dan mineral barite.  Perbedaan antara mineral hartz dan kalsit.  Perbedaan antara mineral kalsit dan barite.  Perbedaan antara mineral kuarsa dan kuarsit.  Perbedaan antara mineral hornblende dan piroksen.  Mengenal mineral asbes di lapangan.  Mengenal batuan meta sedimen dalam bentuk batuan karbonat.  Membedakan dengan mineral pyrite dengan mineral logam emas di lapangan.  Melihat imprint tulang daun pada batu lempung di daerah endapan batubara.  Perbedaan antara perlapisan batuan sedimen dan sheeting joint.  Perbedaan antara triangle facet dan kenampakan seperti tiangle facet sebagai akibat erosi.  Melihat struktur sedimen cross bed (silang siur) skala mega pada peta geologi.  Lapisan minyak yang bewarna kebiru-biruan pada oil seepages.
  • 3.  Mengenal daerah karst dari pandangan mata burung. Pernah dan sering terjadi mahasiswa semester pertama yang kuliah di Teknik geologi, Teknik pertambangan, maupun teknik perminyakan, di ajak “berjalan-jalan di lapangan”, selalu berkomentar “wah panoramanya baik sekali, pemandanganya sangat indah dan udaranya segar belum terkena polusi”, namun terjadi terbengong-bengong apabila diajak berjalan- jalan “menaiki bukit melewati jalan setapak, menyusuri sungai- sungai kecil, untuk mencari singkapan batuan, menyebrangi sungai dengan kaki tetap memakai sepatu, tidak boleh duduk bila sedang “melihat singkapan”. Keadaan yang demikian adalah suatu hal yang wajar, karena para mahasiswa itu belum mengetahui dan mempelajari konsep-konsep ilmu geologi. Belum lagi selama dalam perjalanan lebih banyak berhentinya untuk minum air, berjalan kaki sambil makan makanan kecil, berjalan santai dengan nafas tersenggal-senggal, keluar banyak keringat, beberapa mahasiswa mukanya tampak pucat. Hal-hal tersebut merupakan “kejadian biasa” karena para mahasiswa belum mempunnyai pengalaman bekerja sebagai seorang geologist. (2). Indra penciuman juga dapat menuntun anda untuk mencermati pada gejala:  Bau belerang sebagai akibat proses mineralisasi yang membentuk mineral pyrite.  Bau belerang dari endapan batubara.  Bau belerang yang mengindikasikan adanya intrusi batuan beku.  Keberadaan endapan phospat di dalam gua.  Bau endapan bahan galian mangan.  Bau belerang pada mata air panas.  Bau belerang akibat meningkatnya kegiatan vulkanisme.  Mengenal suber air panas, membedakan dengan mata air biasa.  Mengenal gas alam (methane) di lapangan.  Mengenal bau gas H2S dari endapan gambut.  Keberadaan daerah gambut dengan bau yang khas.  Bau seperti bangkai sebagai indikasi daerah berbahaya. (3). Indra rasa juga dapat membantu anda dalam mengenal gejala geologi:  Menentukan arah gerakan struktur patahan geologi dengan meraba slicken side (gores garis) pada bidang permukaan patahan.  Membedakan antara mineral barite dan mineral kalsit berdasar pada perbedaan berat.  Membedakan antara mineral kuarsit dengan mineral kalsit berdasarkan atas perbedaan tingkat kekerasan.  Membedakan antara kaolin dan talk.  Membedakan antara pumice dan tuff.  Membedakan antara silicified wood dengan batang kayu berdasarkan atas perbedaan berat.  Membedakan antara batu lempung dan napal dengan jilatan lidah.
  • 4.  Membedakan mineral talk dan napal.  Rasa pahit pada air yang mengandung belerang.  Rasa asin pada mata air yang merupakan seepages. (4). Perasaan heran berkaitan dengan informasi masyarakat Sering kali perasaan heran disertai informasi dari masyarakat dapat menuntun keinginan anda untuk mengetahui lebih lanjut gejala-gejala geologi yang terdapat di daerah tersebut. Beberapa contoh pengalaman lapangan adalah sebagai berikut:  Di daerah aliran sungai grindulu di daerah kabupaten wonogiri, jawa tengah di arah hulu sungai masyarakat selalu memandikan ternak sapinya, tetapi arah hilir kebiasaan masyarakat seperti itu tidak pernah di lakukan, dengan alasan ternak sapinya tidak mau minum. Kejadian itu “dimata” seorang geologist sangat menarik perhatian. Sesudah dilakukan penelitian lebih lanjut, ternyata di tempat ke arah hilir di sepanjang tebing sungai terjadi proses alterasi hydrotermal yang menghasilkan mineral pyrite dengan bau khas yaitu bau belerang. Air sungai yang mengandung belerang pasti dihindari oleh ternak.  Tokoh masyarakat “mengatakan orang usia dewasa di wilayah saya, selalu mengidap kencing batu”. Bagi seorang geologist senior segera dapat mengambil kesimpulan, masyarakat di daerah tersebut memanfaatkan air minum yang diambil dari air sumur di daerah batu gamping.  Seorang guide lapangan mengatakan, di daerah bukit A banyak orang mengambil tanah dari dalam gua untuk pupuk tanaman dan ternyata tanamanya menjadi subur dan bebrbuah lebat. Bagi geologist senior, berita itu langsung dapat di tangkap bahwa di tempat itu merupakan daerah penyebaran batu gamping dengan endapan phospat.  Seorang peternak sapi mengatakan “saya selalu mencampur makanaan ternak saya dengan tepung. Tepung tersebut saya buat dengan menumbuk batu yang bewarna abu-abu kehijauan. Ternak saya selalu senang makan, cepat menjadi gemuk, kotoranya tidak berbau dan tidak cair”, kata peternak lebih lanjut. Bagi geologist senior, dari informasi tersebut segera dapat emnyimpulkan bahwa “tepug tersebut” berasal dari zeolite. Selanjutnya anda tinggal menanyakan dimana zeolit itu di ambil.  Informasi dari penduduk, yang mengatakan “bila masyarakat mencuci pakaian dengan ar sungai disini, walaupun sudah memakai sabun, namun sabun cukup sulit berbusa”. Bagi seorang geologist senior, informasi tersebut dapat segera ditangkap bahwa air tersebut mempunyai sifat seperti air asam “tambang batubara” yang pH-nya relatif rendah(antara 4-6). Air yang mempunyai sifat demikian antara lain berasal dari daerah gambut atau daerah batubara.  Seorang guide mengatakan: “bapak di lereng bukit x, pak lurah pernah mendapatkan logam bewarna “kuning seperti emas”. Logam itu terdapat di daerah penambangan batu kapur”. Ditempat itu juga didapatka mineral batu kaca yang relatif lunak, bentuknya persegi memanjang. Warnanya putih, seperti gula
  • 5. batu, tetapi tidak manis”. Bagi geologist senior, informasi seperti itu dapat di tangkap bahwa “mineral logam yang warnanya kuning seperti emas “itu tidak lain adalah mineral pyrite. Tidak jarang di lapangan anda “mengenal” tempat-tempat yang angker atau berbahaya yang seyogyanya tidak anda datangi dengan petunjuk:  Bulu kuduk terasa berdiri.  Membedakan antara kucing hutan dan harimau akar.  Mengenal jejak perjalan ular di hutan.  Mengenal jejak perjalanan harimau di hutan.  Mengenal aum harimau dan membedakan dengan gonggongan anjing.  Mengenal suara gerombolan monyet pada saat di hutan.  Mengenal tempat-tempat di sungai yang dalam pada saat akan menyebrang.  Mengenali tempat-tempat yang gembur di daerah meander sungai. 5.2. BERBAGAI MACAM PETA Pada dasarnya di kenal 2 macam peta, yaitu peta situasi dan peta thematik. Masing- masing peta mempunyai ciri khas, di samping penggunaanya yang berbeda pula. (1). Peta situasi Peta ini sering di manfaatkan sebagai peta dasar untuk membuat peta thematik. Peta ini relatif sangat sederhana, merupakan gambaran permukaan bentang alam pada selembar kertas yang padanya di cantumkan informasi alami dan non alami (hasil rekayasa manusia).  Informasi alami antara lain: keberadaan sungai, rawa atau danau, laut dan gunung. Sungai di gambarkan dengan garis lurus ataupun berkelok-kelok non skala. Non skala di maksudkan tebal garis tidak mengikuti skala peta yang tercantum pada lembar peta. Sungai mitten digambarkan dengan garis putus-putus,non skala sedangkan sungai permanent di lambangkan dengan garis menerus. Sungai kecil digambar sebagai satu garis yang semakin mengecil ke arah hulu. Sungai besar di gambarkan dengan dua garis yang searah, yang jaraknya makin melebar ke arah hilir, dan makin menyempit ke arah hulu, dan akhirnya menyatu menjadi satu garis yang makin lama garis tersebut makin kecil dan di gambarkan semakin menipis. Rawa atau danau, kadang-kadang di sebut sebagai situ (dalam bahasa luasaanya. Semuanya itu di gambarkan non skala. Garis pantai di lukiskan sebagai garis yang membatasi luasan darat dan bentang laut. Gunung di gambarkan sebagai segitiga sama kaki, non skala disertai dengan besaran nilai angka ketinggianya.  Informasi non alami, antara lain jaringan jalan, jalan kereta api, desa, batas wilayah, titik triangulasi, tempat makam, dan sejenisnya, semuanya non skala. Jalan digambarkan sebagai dengan garis lurus, jalan setapak digambarkan dengan titik-titik menerus , dan desa digambarkan sebagai polygon tertutup dilukis dengan garis tegas
  • 6. yang membatasi luasanya. Batas-batas wilayah kecamatan atau distrik, kabupaten atau provinsi digambarkan dengan garis putus-putus agak panjang, non skala. Peta tersebut di gambarkan pada selembar kertas dalam besaran nilai skala tertentu, misal skala 1:10.000; 1:25.000; 1:50.000; 1:100.000; 1:250.000 dan seterusnya. (2). Peta thematik Merupakan peta dengan tema tertentu, misal peta thematik dengan tea geologi (disebut sebagai peta geologi), peta thematik dengan penyebaran penduduk (disebut sebagai peta demografi), peta thematik dengan tema intesitas curah hujan (disebut sebagai peta intesitas curah hujan), peta thematik lokasi stasiun kereta api ( disebut peta lokasi stasiun kereta api), peta thematik dengan tema geohidrologi (disebut sebagai peta geohidrologi), peta thematik dengan tema garis kontur (disebut sebagai peta peta topografi). Peta dasar untuk membuat peta thematik di pilih peta situasi. Peta-peta thematik tersebut di tampilkan denga simbol-simbol tertentu yang sudah disepakati bersama dan digambarkan pada peta dasar dalam bentuk peta situasi dengan besaran nilai tertentu. Tentang skala peta sudah ada kesepakatan bersama bahwa:  Makin besar angka perbandingan skalanya misal 1:1.000.0000, disebut dengan jenis peta skala kecil  Makin kecil angka perbandingan skalanya, misal 1:5.000, disebut dengan jenis peta skala besar Standar luasan peta yang diterbitkan di indonesia pada saat ini masih merujuk standar luasan peta yang di ternitkan oleh US. Army, yaitu antara lain, satu sheet atau lebar topografi skala 1:50.000 dan skala 1:25.000 yang diterbitkan oleh Direktorat Geologi Bandung (sekarang berubah nama menjadi pusat penelitian dan pengembangan geologi [P3G]) yang beralamat di jalan diponegoro no. 57, bandung, mempunyai ukuran 18 km x 18 km untukk peta skala 1:50.000, dan mempunyai ukuran 9 km x 9km untuk peta skala 1:25.000. Dengan demikian 1 sheet peta topografi skala 1:50.000, akan menjadi 4 sheets peta topografi skala 1;25.000. Peta dengan ukuran panjang dan lebar masing-masing 9 km, bila dikonversi menjadi derajat: 9 km=5’ (dibaca 5 menit). Dengan demikian secara umum dapat dimengerti besara 1o (dibaca 1 derajat)=108 km. Saat ini pemerintah indonesia memperbarui peta topografi wilayah indonesia. Peta-peta tersebut diterbitkan oleh badan koordinasi survey dan pemetaan nasional (Bakosurtanal) yang berkantor di jalan raya jakarta-bogor km. 46 telp (021) 8752062, fax (021) 8763067 jakarta, dengan menambahkan tampilan pada bentang alam khusunya hasil rekayasa manusia yang paling mutakhir. Peta geologi yang merupakan data dasar dalam eksplorasi geologi tidak lain merupakan salah satu dari jenis peta thematik dengan penekanan pada aspek geologi, yaitu peta dengan tema geologi, lebih di kenal dengan nama singkat peta geologi. 5.3 PETA GEOLOGI
  • 7. Peta geologi merupakan salah satu bentuk peta thematik yang lebih dikenal dengan sebutan dengan sebutan pada peta thematik geologi (yang kemudian lebih umum disebut sebagai peta geologi). Peta geologi merupakan peta yang menggambarkan penyebaran dan variasi lithologi, keadaan stratigrafi dan struktur geologi meliputi perliputan, patahan dan kekar serta potensi sumber daya alam suatu daerah. Keadaan bentang alam permukaan, yang memberikan gambaran keadaan geologi setempat, dapat dilihat dan dicermati lewat program google earth dengan memakai piranti komputer, atau dapat dilihat dan dicermati pada foto udara dengan piranti stereoscop. Kedua hal tersebut hanya mampu memberikan gambaran secara garis besar kenampakan pada permukaan dan masih diperlukan ground check (pengecekan di lapangan).  Google Earth mampu menunjukan kenampakan bentang alam permukaan, relief atau topografi, kenampakan rona batuan dan kenampakan striktur geologi. Google Earth sesuai untuk pendataan awal dalam pembuatan peta geologi tinjau melalui Google Earth anda dapat membuat peta geologi tinjau dengan lingkup satu pulau, lingkup satu proinsi, atau lingkup satu kabupaten. Kenampakan yang dapat dilihat adalah struktur geologi mayor (bentuk perlipatan, dan patahan), kenampakan topografi dan rona batuan. Kemampuan melihat dan menginterprestasi kenampakan pada google earth tersebut sangat tergantung pada pengalaman masing-masing geologist. Pada umumnya geologist senior yang memiliki jumlah “jam terbang” akan lebih jeli di bandingkan geologist junior. Teknik menampilkan atau mengoperasikan program google earth, dapat dicermati dengan memanfaatkan piranti yang tersedia pada komputer.  Foto udara dapat juga di manfaatkan sebagai foto geologi suatu daerah, dibuat atas dasar pesanan pemakai (stakeholder) pada suatu lajur daerah tertentu. Lajur-lajur foto udara ini dibuat dalam posisi yang overlap agar dapat dilihat dalam bentuk tiga dimensi dengan pertolongan stereoscope. Pemotretan dilakukan dengan pesawat terbang yang di ubah fungsi menjadi pesawat pemotret. Hambatan yang sering di jumpai, kadang-kadang pada foto udara terdapat tutupan bewarna putih yang menggerobol. Tutupan putih tersebut adalah cerminan awan yang ikut terpotret pada saat pesawat terbang melaksanakan tugasnya. Foto udara akan mempunyai arti geologi apabila singkapan batuanya tampak jelas tidak tertutup oleh vegetasi.  Saat ini telah dikembangkan teknologi dengan remote sensing. Pengambilan gambar bentang alam suatu daerah dilakukan via satelit atas dasar pesanan untuk lajur tertentu sesuai dengan keinginan pemakai. Seperti hanya pada foto udara, pada permukaan foto remote sensing atau foto satelit, sering di dapatkan warna putih menggerombol, yang merupakan manifetasi keberadaan awan yang ikut terekam pada saat pemotretan. Keberadaan awan yang terekam ini akan dapat mengganggu interprestasi kenampakan permukaan pada foto yang dibuat. Dengan melihat pada foto udara hasil remote sensing, anda sebagai geologist mampu membuat deliniasi batas lithologi, struktur geologi mayor berdasarkan pada kenampakan relief dan rona lithologi yang tampak pada permukaan. Tingkat kebenaran
  • 8. interpretasi harus di uji dengan mengunjungi (ground check) ke tempat-tempat terpilih. Berbagai teknik interpretasi foto satelit dapat dipelajari pada berbagai buku yang membahas tentang remote sensing. Foto geologi ini akan memiliki fungsi guna apabila rona lithologi dapat dilihat dengan jelas, sedikit tertutup oleh vegetasi. Untuk daerah seperti indonesia pemotretan dalam rangka membuat foto geologi Keterangan Sumber bagley,1959 Penyebaran lithologi dinyatakan dengan simbol gambar Gambar 5.1. Peta geologi freeland-Lamartine Distict, Central City, Colorando (Perhatikan tampilan simbol lithologi) Dilakukan pada musim kemarau dengan pertimbangan tutupan vegetasi banyak berkurang, dan tutupan awan pada musim kemarau relatif sedikit. Google Earth dan foto geologi dapat dimanfaatkan untuk mendeliniasi kenampakan geologi sampai pada batas- batas tertentu sesuai dengan skala peta dan keperluan serta tingkat ketelitian interpretasi yang diinginkan. Google Earth yang selalu di update akan dapat menampakan bangunan fisik yang dibuat oleh manusia, misal lapangan terbang, jalan rel kereta api, pelabuhan laut dan lain sebagainya. Dengan demikian kata “rahasia” pada bangunan-bangunan strategis militer, dengan teknik Google Earth tidak sepenuhnya berlaku lagi. 5.4. MACAM PETA GEOLOGI BERDASARKAN ATAS TINGKAT KETELITIAN Secara garis besar dikenal empat macam peta geologi, yaitu peta geologi tinjau dan peta geologi recognise (recognition) dan peta geologi semi detail serta peta geologi detail. Uraian berikut akan mampu memperjelas hal tersebut. (1). Peta geologi tinjau Jenis peta geologi yang merupakan hasil pengamatan sepintas. Peta geologi tinjau dibuat untuk mengetahui sebanyak mungkin perihal geologi suatu daerah yang masih belum banyak dikenal dengan memanfaatkan waktu yang sangat singkat. Peta tersebut dibuat pada skala 1:50.000 atau kurang, kadang-kadang dengan skala yang lebih kecil lagi. Peta dasar yang dipergunakan merupakan peta situasi. Beberapa peta geologi tinjau dibuat dengan memanfaatkan google earth dan foto geologi, (dengan melalui pengenalan rona lithologi pada foto udara). Ketelitian membuat peta geologi tinjau sangat ditentukan oleh tingkat ketelitian dalam melakukan interpretasi foto geologi atau foto udara. Kegiatan groud check diperlukan. Peta geologi tinjau dapat dibuat pula dibuat dengan penge-plot-an jenis lithologi dan struktur geologi pada peta dasar dengan memanfaatkan pesawat terbang kecil.
  • 9. Peta geologi tinjau sering disebut sebagai peta geologi pandangan burung (eye bird geological map). Peta ini dapat di manfaatkan untuk mengetahui penyebaran batuan [(misal penyebaran batu gamping sebagai bahan baku untuk industri semen, penyebaran batuan beku untuk rencana penyediaan bahan bangunan, untuk membangun kawasan industri dan permukiman baru, untuk mengetahui pola aliran sungai pada suatu daerah aliran sungai (dalam rangka perencanaan waduk). Perlu diperhatikan, apabila di daerah tersebut sudah tersedia peta geologinya, maka pembuatan peta geologi tinjau tidak diperlukan lagi. Perlu dicatat, peta geologi tinjau di buat untuk daerah yang tidak banyak tersedia informasi geologinya atau merupakan daerah baru yang belum banyak dikenal. Pada peta geologi tinjau keberadaan sayatan geologi sebagai penyerta belum diwajibkan. Pada geologi tinjau dasar pemetaan dapat dilakukan dengan satuan stratigrafi ormal (formasi) ataupun dengan satuan stratigrafi non formal (satuan batuan) tergantung pada kepentinganya. (2) Peta geologi recognize (recognition) Merupakan tindak lanjut penyempurnaan peta geologi tinjau. Peta geologi ini dibuat pada peta dasar, dianjurkan memakai peta dasar dalam bentuk topografi. Pada peta topografi ini dapat diketahui lebih detail tentang morfologi daerah, pola aliran sungai (drainage pattern). Pembuatan peta geologi recognize ini dilaksanakan dengan melakukan penjelajahan secara teristris (didarat) dengan mendatangi singkapan batuan yang terlihat dilapangan. Pengamatan akan lebih cepat apabila ditunjang dengan hasil interpretasi foto geologi. Pelu disadari, kenampakan geologi pada foto geologi dipastikan dapat ditemukan di lapangan, namun apa yang ditemukan di lapangan belum tentu tampak terekam pada foto geologi. Pola penyebaran satuan lithologi, dan pola penyebaran struktur geologi dapat dengan mudah dicermati dan ditelusuri melalui foto geologi dibandingkan dengan pada apa yang tampak di lapangan. Berbagai cara penelitian atau pengamatan di lapangan dapat diterapkan misal, dengan membuat parit uji, pemboran dangkal, test pit, dan metode lainya, dalam usaha untuk menghasilkan peta geologi recognize yang siap disempurnakan. Peta geologi ini dibuat pada peta dasar pradaan sayatan peta topografi dengan skala 1:50.000. Pada peta geologi recognize keberadaan sayatan geologi perlu dipertimbangkan. Pada peta geologi recognize dasar pemetaan dapat dilakukan dengan satuan stratigrafi formal (formasi) ataupun dengan satuan sratigrafi non formal (satuan batuan) tergantung pada kepentinganya. (3) Peta geologi semi rinci (semi detail) Dibuat untuk memperdalam penelitian yang bersifat khusus dari hasil akhir pada pembuatan peta geologi recognize. Peta geologi ini dibuat dengan skala yang lebih besar , misal skala 1:25.000. Beberapa contoh penggunaan peta geologi semi rinci antara lain untuk mencermati lebih detail variasi lithologi termasuk penyebaranya, tentang struktur geologi, dan kemungkinan terdapatnya bahan galian dan bencana alam geologi. Pada peta geologi semi rinci, keberadaan sayatan geologi sebagai penyerta peta sudah diwajibkan. Jenis peta ini yang sebaiknya dipergunakan sebagai tugas akhir mahasiswa.
  • 10. Pada peta geologi semi rinci dasar pemetaan disarankan dilakukan dengan satauan stratigrafi non formal. Saran ini diberikan dengan mempetimbangkan peta geologi semi detail menekankan pada aspek keberadaan nialai geologi ekonomi suatu wilayah. Namun demikian untuk keperluan yang sifatnya khusus yang berkaitan degan korelasi antar cekungan sedimentasi dan tektonik kadang-kadang dipergunakan dasar pemetaan geologi dengan satuan stratigrafi formal (formasi), misalnya dalam eksplorasi minyak dan gas bumi. (4) Peta geologi rinci Merupakan tindak lanjut dari proses pembuatan peta geologi semi rinci untuk kepentingan khusus, antara lain melokalisir proses mineralisasi suatu bahan galian tertentu, menghitung jumlah cadangan bahan tambang. Peta ini sudah lebih operasional dibandingkan dengan peta geologi rinci, dan dibuat dengan skala 1:10.000 atau lebih besar lagi. Pembuatan sayatan geologi merukan persyaratan mutlak yang tidak boleh di tawar lagi sebagai penyerta peta geologi. Pada peta geologi detail dasar pemetaan disarankan dilakukan dengan satuan stratigrafi non formal. Saran ini diberikan dengan mempertimbankan peta geologi detail menekankan pada aspek keberadaan nilai geologi ekonomi suatu wilayah. Namun demikian untuk keperluan yang bersifat khusus, yang berkaitan dengan korelasi antar cekungan sedimentasi dan tektonik kadang-kadang dipergunakan dasar pemetaan geologi dengan satuan stratigrfi formal, misalnya dalam eksplorasi minyak dan gas bumi. Di samping itu, ada juga peta geologi yang sifatnya lebih khusus (dikenal sebagai peta geologi khusus) misalnya untuk membuat rekaman data geofisika, data geokimia, mekanika batuan, pola dan distribusi kekar, penambangan bawah tanah. Umumnya peta ini dimanfaatkan lebih pada kepentingan penilaian ekonomi, teknik penambangan suatu bahan tambang, atau untuk kepentingan penilaian teknik, dan dibuat pada skala 1:500; 1:1.000, atau dengan skala yang lebih besar lagi. Disamping itu, juga di kenal peta geologi permukaan (surface geological map) dan peta geologi bawah permukaan (subsurface geological map).  Peta geologi permukaan (surface geological map), disusun berdasarkan pada kenampakan singkapan di permukaan bentang alam secara langsung.  Peta ggeologi bawah permukaan (subsurface geological map), ini disusun berdasarkan pada data-data dibawah permukaan, baik yang diperoleh dengan pengeboran, rekaman ataupun metode penelitian geologi lainya. Peta ini biasanya dibuat untuk keperluan yang sifatnya khusus. Peta ini lebih banyak diterapkan pada eksplorasi minyak dan gas bumi. 5.5 PERSIAPAN AWAL PEMBUATAN PETA GEOLOGI Yakinkan pada diri anda, bahwa kondisi kesehatah badan anda dalam keadaan prima. Hal-hal yang perlu ditindak lanjuti dalam rangka persiapan awal pembuatan peta geologi antara lain:
  • 11.  Persiapksn dengan baik surat-surat izin yang berkaitan dengan tugas penelitian. Surat itu nantinya diserahkan kepada pemerintah daerah setempat maupun pada instasi terkait.  Pelajari rute perjalanan mulai dari kampus atau kantor tempat anda kuliah atau bekerja sampai ke lokasi penelitian. Apabila harus mempergunakan pesawat terbang atau kapal laut yakinkan tanggal keberangkatan dan segera pesan tiket untuk keperluan tersebut. Jangan mengambil resiko anda datang ke bandara udara atau pelabuhan dalam keadaan tanpa ticket. Besar kemungkinan anda tidak akan mendapatkan ticket pesawat atau kapal. Pikirkan seribu kali bila anda harus menyebrang laut dengan perahu atau speedboat. Apabila tidak terpaksa, lakukan perjalanan pada siang hari. Selama dalam perjalanan kenakan jaket pelampung, dan jangan terlalu berani mengambil resiko. Apabila anda melalui jalan darat dengan kendaraan sendiri, yakinkan bahwa kondisi kendaraan mobil anda cukup baik. Berhentilah mengemudi apabila anda terasa mengantuk dan jangan memaksakan diri. Pelajari dengan teliti tempat-tempat dimana anda memerlukan transit, rencakan rute singkat tapi aman. Apabila kepergian anda kelapangan bersama dengan pengemudi, perhatikan baik-baik kesehatan pengemudi serta keperluan pokok. Berilah istirahat yang cukup padanya. Jangan izinkan pengumudi berpergian sendiri tanpa kebdali. Keselamatan anda berada di tangan pengemudi.  Jangan dilupakan membawa perbekalan pribadi dan obat-obatan ringan, uang cash secukupnys. Rencanakan uang dengan cermat. Belun tentu di tiap kota kecamatan ada bank (misal BRI, BNI dsb), tempat dimana anda dapat menarik uang melalui ATM atau BANK. Bila penelitian dilakukan pada saat musim hujan, jangan lupa mebawa jas hujan dan topi lapangan. Pilih tas lapangan yang praktis dan mudah dibawa.  Persiapkan dengan teliti alat-alat lapangan sesuai dengan misi penelitian geologi yang akan anda lakukan. Teliti satu persatu dan buat daftar bahan dengan check list. Misal, bila anda akan melakukan eksplorasi endapan emas dalam bentuk placer, maka anda memerlukan alat pendulang. Apabila anda memerlukan membuat test pit atau parit uji, masyarakat setempat mempunyai peralatan yang dapat dipinjam sekaligus mereka dapat difungsikan sebagai tenaga kerja, namun apabila anda ada rencana membuat pemboran dangkal, alat bor sudah seharusnya dipersiapkan dan dibawa serta pada saat berangkat kelapangan.  Persiapkan kantong untuk contoh batua secukupnya, apabila mungki dalam bentuk kain katun yang sudah dibuat khusus untuk tempat sampel atau kantong plastik ukuran minimal 15 cm x 30 cm, yang transparan, dan agak tebal dan spidol waterprof secukupnya, serta karet pengikat dan staples.  Persiapkan alat tulis menulis secara rangkap, alat tulis menulis harganya memang relatif murah namun belum tentu alat-alat tersebut dapat diperoleh disetiap toko.  Persiapkan peta topografi skala 1:25.000 sebagai peta dasar untuk bekerja, masing- masing sheet daerah paling sedikit empat lembar, satu lembar untuk peta basecamp, satu lembar untuk peta lapangan , satu lembar untuk membuat peta geologi
  • 12. kompilasi harian, dan satu lembar untuk cadangan. Peta base camp dipergunakan untuk memindahkan hasil kerja tiap harinya dari peta kerja lokasi pengamatan. Pilih peta topografi dengan garis-garis kontur.  Peta-peta tersebut disimpan pada tempat peta yang tahan air dan mudah di bawa, sedang peta kerja disimpan dalam kantong peta (kantong plastik) yang dipersiapkan khusus untuk kepentingan itu. Jangan dilupakan membawa clipboard sebagai “meja kerja dilapangan”. Perlu diingat, geologist tanpa peta dasar, sama halnya seorang militer yang membawa senjata api tanpa cadangan amunisi. Peta base camp sangat menolong, apabila peta kerja-peta lokasi Pengamatan geologi hilang atau rusak. Dengan demikian semua data geologi dapat “diselamatkan”.  Jangan dilupakan membawa alat Global Positioning System [(GPS)(bila ada)], karena alat ini pada saat sekarang dirasa sangat membantu untuk menentukan lokasi pengamatan geologi atau lokasi pengambilan contoh batuan secara akurat.  Jangan lupa membawa alat komunikasi. Biala anda bekerja dalam suatu team, untuk meringankan pekerjaan dalam membuat laporan nantinya, bawa serta komputer laptop. Pada waktu malam atau waktu senggang dapat dimanfaatkan untuk memulai membuat laporan. Pengamatan lapangan, menunjukkan salah satu hiburan pada saat waktu senggang di base camp adalah membuat laporan.  Saat ini alat foto atau kamera atau tustel bukan lagi merupakan peralaytan yang mewah (lux) dan sudah dianggap sebagai pelengkap yang tidak boleh di tinggalkan dalam tugas pekerjaan geologi.  Sebagai alat komunikasi bawalah handphone, atau handy talky dan manfaatkan handphone atau handy talky pada saat di perlukan jangan dilupakan membawa serta charge kabel untuk handphone Apabila anda sudah sampai di lokasi atau tempat di mana penelitian akan dilakukan, serta melaporkan diri pada yang berwajib, sampaikan surat izin, kemudian maksud dan tujuan melakukan penelitian, dan diberitahukan tempat tinggal sementara selama anda berada di lokasi penelitian. Di waktu senggang, coba sosialisi dengan masyarakat setempat dalam usaha untuk “melindungi diri dan mencari perlindungan”. Anda “jangan pelit” dengan dalam kata pada semua anggota masyarakat yang anda temui di lapangan. Selalu menggunakan identitas diri, agar mudah dikenal orang. Ingat, anda adalah orang asing yang belum dikenal oleh masyarakat setempat, bertindaklah sopan dan hormati budaya setempat. Bila anda bekerja dalam sebuah team, pilih tempat pemondokan yang tidak terisolir atau tidak jauh dari rumah warga masyarakat sekitar. Perlu di ingat, anda belum mengenal keadaan keamanan lingkungan setempat. Keamanan lingkungan meruapak salah satu faktor penentu pada keberhasilan tugas anda. Jangan dilupakan, pada saat anda akan meninggalkan tempat pemondokan (base camp) di lapangan. Anda wajib pamit diri dengan baik-baik pada tokoh masyarakat dan tetangga dekat base camp, yang suda anda kenal sebelumnya.
  • 13. 5.6 PELAKSANAAN PEMBUATAN PETA GEOLOGI Dalam geologi diperoleh dengan cara melakukan observasi di lapangan. Ketelitian dan kecermatan seorang geologist dalam membaca data geologi sangat ditentukan dalam pengamatan lapangan. Oleh sebab itu geologist senior dalam melaksanakan pekerjaan geologist di lapangan relatif lebih cepat dan lebih cermat bila di bandingkan dengan geologist junior. Dalam melakukan observasi di lapangan geologist selalu hunting singkapan (outcrop), yaitu segala kenampakan fisik di lapangan yang dapat memberikan informasi geologi. Beberapa hal yang perlu di perhatikan dalam hunting pada geologi antara lain:  Cari singkapan yang segar, sebagai objek obserbasi. Singkapan yang segar akan dapat di jumpai di alur-alur erosi, di tebing sungai, di dasar sungai, di tebing bukit.  Dalam hal singkapan di jumpai di tebing sungai atau di tebing bukit, perhatikan sekitar lokasi, apakah terdapat massa batuan yang mudah longsor. Apabila di temui keadaan yang demikian, hindari tempat-tempat tersebut agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Perlu di ingat, kecelakaan kecil di lapangan dapat mengakibatkan tertundanya pekerjaan, yang semestinya tidak boleh terjadi.  Seringkali singkapan untuk observasi yang baik dapat dijumai di gua. Sebelum anda memutuskan untuk memasuki gua, pergunakan indra penciuman dan bawa serta lampu senter (flash light). Ular atau binatang buas sering ditemui di dalam gua.  Apabila terjadi hal yang demikian, lebih bai urungkan niat untuk memasuki gua. Spelegeologist menguasai betul “membaca gua” yang berbahaya atau yang aman untuk dimasuki.  Selama pekerjaan dari lokasi pengamatan satu ke lokasi pengamatan yang lain perhatikan kemungkinan terjadi perbedaan warna pelapukan batuan, atau kemungkinan terjadi pencampuran detrital material dari dua jenis batuan yang berbeda. Jangan “pelit” dengan melakukan pengukuran jurus dan kemiringan perlapisan batuan. Pengamatan di suatu singkapan batuan harus segera dicatat di dalam buku catatan lapangan. Jangan sekali-kali anda menunda mencatat. Menunda pekerjaan sama saja dengan menghilangkan data.  Pada saat anda melewati kebun atau pekarangan atau ladang, usahakan jangan merusak atau menginjak-injak tanaman atau mengambil sesuatu atau buah tanpa izin.  Bila anda akan mengambil sebuah contoh batuan, anda wajib memberitahu dan jujur melakukanya.  Selama anda melakukan pengamatan geologi di suatu daerah sangat dianjurkan, anda untuk didampingi oleh anggota masyarakat setempat sebagai guide dan pengawal. 5.7 CARA PENOMORAN LOKASI PENGAMATAN DAN CONTOH BATUAN
  • 14. Pada saat anda melakukan pengamatan atau obrsevasi geologi di lapangan, anda wajib membawa peta kerja. Pada saat anda mendapatkan suatu singkapan yang perlu diamati, sesudah diketahui dengan pasti kedudukannya pada peta kerja. Beberapa cara dalam memberikan nomor stasiun pengamatan dapat dikelompokan menjadi 2 (dua) cara yaitu : (1). Cara pertama Pada peta keja, nomor stasiun pengamatan ditandai dengan lingkaran kecil, di dalam lingkaran tersebut dituliskan mulai angka romawi dan huruf abjad), berlanjut ke nomor 2 dan seterusnya. Untuk lebih jelasnya, bila pada hari pertama kerja di lapangan nomor stasiun dimulai dimulai angka 1 dan selama seharian berhasil melakukan pengamatan hingga stasiun 25, maka pada hari ke-2 kerja nomor stasiun dilanjutkan dengan angka 26. Bila pada kerja hari ke-2 berhasil melakukan pengamatan hingga stasiun 61, maka pada kerja hari ke-3, nomor stasiun dilanjutkan dengan nomor 62, dan seterusnya hingga tugas keja di lapangan selesei. Bila anda bekerja di lapangan hingga ke-50 (lima puluh hari), dapat dibayangkan berapa ratus jumlah stasiun pengamatn yang harus anda tuliskan pada peta kerja. Oleh sebab itu, model ini secara teoritis mudah dilaksanakan, tetapi di dalam praktek banyak mengalami kendala, yaitu anda akan mengalami kesulitan dalam mencari urutan nomor lokasi, membuat bundaran (lingkaran kecil) menjadi makin besar karena di dalamnya dituliskan angka hingga lebih dari tiga digit. Untuk stasiun pengamatan dengan pengambilan contoh batuan, nomor contoh disebutkanb sesuai dengan nomor lokasi, dimulai dengan inisial diri, misan dengan nomor SR – 150 (SR adalah singkatan nama geologist yang melakukan kerja atau tugas di lapangan, SR=Sukandarrumidi). Hal ini di kandung maksud jangan sampai terjadi kekeliruan, dengan nomornya orang lain, khusunya pada saat proses analisa laboratorium dilakukan. Stasiun dengan pengambilancontoh batuan, diberi warna, misalnya warna merah, sedang stasiun pengamatan tanpa contoh batuan tetap hanya berbentuk lingkaran kecil saja. Untuk mempermudah kontrol, dari stasiun ke-1, ke-2, dan seterusnya dihubungkan dengan garis rute perjalanan. Bila pada stasiun tertentu dilakukan pengukuran strike dan dip lapisan batuan, maka di tempat nomor tersebut segera digambarkan notasi strike dan dip, dan tulisan besaran strike dan dip dengan angka, misal 30/15, artinya besaran strike N 30° E dan besaran dip 15° . (2). Cara kedua Pada saat kerja, nomor stasiun pengamatan ditandai dengan lingkaran kecil, diluar lingkaran tersebut dituliskan mulai angka 1-1 (dituliskan dengan angka arab, bukan angka romawi dan huruf abjad), berlanjut ke nomor 1-2 dan sterusnya. Angka 1-1, artinya kerja hari ke-1 dengan stasiun pengamatan nomor 1. Untuk kerja hari ke-2 dimulai lagi dengan nomor stasiun 1, dan dituliskan dengan 2-1, untuk lebih jelasnya, bila pada hari pertama kerja di lapangan nomor stasiun dimulai angka 1 dan selama seharian berhasil melakukan pengamatan hingga stasiun 25, makan penomoran stasiun di tulis 1-1, 1-2, 1-3, dan seterusnya hingga nomor 1-25. Pada hari kerja ke-2 nomor stasiun dituliskan dengan angka 2-1, 2-2, 2-3, dan seterusnya hingga stasiun terakhir. Bila pada kerja hari ke-2 berhasil
  • 15. melakukan pengamatan hingga stasiun 20, maka nomor stasiun ditulis 2-20. Pada hari kerja ke-3 nomor stasiun di mulai dengan nomor 1 dan di tuliskan sebagai 3-1, 3-2, 3-3, 3-4, dan seterusnya. Tata cara penomoran stasiun pengamatan untuk kerja selanjutnya dilakukan dengan cara yang sama hingga tugas kerja di lapangan selesei. Model ini lebih praktis dan implementatif. Oleh sebab itu anda disarankan untuk mengadopsinya. Untuk stasiun pengamatan dengan pengambilan contoh batuan, nomor contoh disebutkan sesuai nomor lokasi, dimulai dengan inisial diri, misal dengan nomor SR.1-10 (SR singkatan nama geologist yang melakukan kerja dilapangan, SR=Sukandarrumidi). Hal ini dikandung maksud jangan sampai terjadi kekeliruan, dengan nomornya orang lain, khususnya pada saat proses analisa laboratorium dilakukan. Stasiun dengan pengamatan contoh batuan, diberi warna, misalnya warna merah, sedang stasiun pengamatan tanpa contoh batuan tetap hanya berbentuk lingkaran kecil saja. Untuk mempermudah kontrol, dari stasiun ke-1-1, ke-2-2, dan seterusnya di hubungkan dengan garis rute perjalan. Bila pada stasiun tertentu dilakukan pengukuran strike dan dip lapisan batuan, maka ditempat nomor lokasi tersebut segera digambarkan notasi strike dan dip, dan tuliskan besaran strike dan dip dengan angka,misal 30/15, artinya besaran strike N 30° E dan besaran dip 15° . ------------O.(1)-------------O.(2).------------dst O= stasiun pengamatan;------------=rute (1)=lokasi pengamatan ---------O.(1-1)---------O.(1-2).------------dst Model 1. Penomoran lokasi Model 2. Penomoran lokasi 5.8 PADA SAAT ANDA MELAKUKAN OBSERVASI DI LAPANGAN Secara ideal terdapat dua cara dalam menentukan rute kegiatan observasi geologi di lapangan yaitu dengan cara poligon (lintasan) tertutup dan poligon (lintasan) terbuka. (1) Poligon tertutup Artinya pada saat melakukan observasi geologi pada lokasi pertama >>> ke lokasi kedua >>> ke lokasi ketiga dan seterusnya, selama pelaksanaan kerja satu hari, lokasi ke satu akan tetapi didalam praktek sulit dilkasanakan. Satu dan lain hal berkaitan dengan keadaan topografi daerah penelitian, mungkin tidak datar dan anda belum mengenal medan, berkaitan dengan jenis lithologi, struktur geologi dan kenampakan geologi lainya. Usahakan jalur pengamatan tegak lurus pada jarak (strike). Dengan demikian anda dapat mengetahui secara sepintas variasi lithologi (dari yang berumur stratigrafis muda ke stratigrafis tua, atau sebaliknya). Pada hari pertama, berbekal pada geologi regional (apabila ada) daerah penelitian, anda diwajibkan untuk melakukan penelitian geologi tingkat recognise (sepintas), artinya anda terlebih dahulu diwajibkan untuk mengenal secara garis besar tentang berbagai jenis lithologi, stratigrafi, struktur geologi dan kenampakan geologi yang lain. Apabila hasil recognise pada hari ke-dua dan pada hari ke-tiga
  • 16. dapat diprogramkan bila masih perlu dilakukan. Untuk efisinsi kerja selama mmelakukan recognize anda diwajibkan melakukan pengamatan dari lokasi yang lain (namun jaraknya belum rapat), mencatat (pada buku catatan lapangan) jenis lithologi, mengukur jurus (strike) dan kemiringan (dip) perlapisan batuan, dan melakukan plotting lokasi pada peta kerja. Tata cara menempatkan lokasi pengamatan di lapangan pada peta dasar, lihat pada sub bab terdahulu.  Hasil pengamatan tersubut di atas, dimanfaatkan untuk menentukan rencana rute perjalanan pada penelitian lapangan secara detail. Secara umum, sistematika penelitian geologi di daerah batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf berbeda.  Apabila anda menjumpai singkapan geologi, awal pertama yang wajib anda lakukan adalah melakukan penelitian secara cermat, apakah jenis lithologi yang anda dapatkan itu masih di tempat (in situ) atau merupan pindahan atau longsoran dari tempat lain. Apabila masih merupakan lithologi yang in situ, lakukan tata cara pengamatan seperti berikut ini.  Pada tiap-tiap lokasi pengamatan, perhatikan, cermati dan catat pada buku lapangan, keadaan singkapan [(dimensi, jenis batuan, warna lapuk dan warna segar, tebal perlapisan (kalau ada), arah strike dan dip kekar (bila ada), jenis stuktur sedimen (kalau ada), dan kenampakan geologi lainya]. Buat sketsa kolom lithologi singkapan.  Untuk meingkatkan keyakinandiri dalam menghadapi tugas pemetaan geolgi anda di anjurkan untuk membaca buku A Field Guide Rocks and Minerals (Pough, 1976) sebuah buku yang praktis untuk dibawa serta dalam tugas geologi di lapangan. Apabila anda menjumpai jenis singkapan batuan, cermati dan catat hal-hal sebagai berikut:  Untuk batuan beku, periksa jenis batuan beku, dimensi singkapan, warna lapuk, warna segar, kenampakan tercirikan, bentuk intrusi atau ekstrusi, struktur sheeting joint, struktur columnar joint , kemungkinan adanya mineralisasi, kemungkinan terdapat mineral logam, baking effect. Warna pada daerah baking effect, sentuhan dengan batuan sekitar, akibat terjadinya sentuhan tersebut, amati dan ukur kekar (bila ada), ambil coontoh batuan dan amati dengan lensa, ambil contoh, dan tulis nomor kode contoh pada kantong dan pada permukaan batuan (bila mungkin), dan masukkan dalam kantong contoh. Tulis pada kantong contoh, nomor kode contoh. Nomor kode contoh disesuaikan dangan kode nomor lokasi pengamatan, di tambah dengan initial tertentu, misal nomor lokasi pengamatan 1-10 (artinya pengamatan hari pertama pada lokasi pengamatan nomor 10. Pada contoh batuan tuliskan initial tertentu misal intial SR.1-10, tuliskan yang sama dicantumkan juga pada kantong contoh. Buat sketsa kolom lithologi singkapan. Contoh batuan diambil paling tidak sebesar hand specimen atau sesuai dengan keperluan. Perlu di perhatikan bahwa nomor contoh batuan jangan sampai luntur atau terhapus atau hilang. Bila nomor contoh batuan hilang,
  • 17. contoh tersebut tidak lagi mempunyai arti dalam geologi. Bila anda menganggap penting, singkapan yang anda temukan dibuat gambar sketsa atau difoto. Pada saat anda memotret jangan lupa meletekkan palu geologi atau penggaris atau spidol sebagai pembanding ukuran pada singkapan yang difoto.  Untuk batuan sedimen, periksa jenis batuan sedimen, dimensi singkapan, warna lapuk, warna segar, kenampakan tercirikan, ketebalan lapisan, struktur sedimen, kontak dengan lapisan batuan dibawahnya, jurus dan kemiringan lapisan batuan, ukur arah kekar (joint), buat sketsa pola kekar (bila ada), ambil contoh batuan dan amati dengan lensa, periksa foraminifera besar perhatikan apakah terlihat liniasi, teteskan larutan HCL untuk mengetahui sifat batuan apakah calcareous atau tidak, ambil contoh batuan, dan tulis nomor kode contoh pada kantong dan pada permukaan batuan (bila mungkin), dan masukkan dalam kantong contoh. Buat sketsa kolom lithologi singkapan. Tulis pada kantong contoh, nomor kode contoh. Nomor kode contoh disesuaikan dengan kode nomor lokasi pengamatan, ditambah dengan initial tertentu, misal nomor lokasi pengamatan 1-10 (artinya pengamatan hati pertama pada lokasi pengamatan nomor 10) tuliskan SR.1-10. Pada contoh batuan tuliskan intial tertentu misal initial SR.1-10, tuliskan yang sama dicantumkan juga pada kantong contoh. Contoh diambil paling tidak sebesar hand specimen atau sesuai dengan keperluan. Perlu di perhatikan betul bahwa tulisan pada nomor contoh jangan sampai luntur atau terhapus atau hilang. Bila nomor contoh hilang, contoh tersebut tidak lagi mempunyai arti dalam geologi. Bila anda menganggap penting, singkapan yang anda temukan dibuat gambar sketsa atau difoto. Pada saat anda memfoto jangan lupa meletakkan palu geologi atau penggaris sebagai pembanding ukuran pada singkapan yang difoto.  Untuk batuan metamorf, periksa jenis batuan metamorf, dimensi singkapan, warna lapuk, warna segar, kenampakan tercirikan, ketebalan lapisan, struktur metamorfik, kontak dengan lapisan batuan dibawahnya, foliasi dan schistose, liniasi mineral tertentu (misal mineral kuarsite), ukur arah kekar (joint), buat sketsa pola kekar (bila ada), ambil contoh batuan dan amati dengan lensa, periksa kemungkinan masih terlihat adanya fosil, teteskan larutan HCL untuk mengetahui sifat batuan apakah calcareous atau tidak. Buat sketsa kolom lithologi singkapan. Ambil contoh batuan, dan tulis nomor kode contoh pada kantong dan pada permukaan batuan (bila mungkin), lagi dan masukkan dalam kantong contoh. Tulis pada kantong contoh, nomor kode contoh. Nomor kode contoh disesuaikan dengan kode nomor lokasi pengamatan, ditambah dengan initial tertentu, misal nomor lokasi pengamatan 1-20 (artinya pengamatan hari pertama pada lokasi pengamatan nomor 10), tulis SR 1-20. Pada contoh batuan tuliskan initial tertentu misal initial SR. 1-20, tuliskan yang sama dicantumkan juga pada kantong contoh.
  • 18. Contoh di ambil paling tidak sebesar hand specimen atau sesuai dengan keperluan. Perlu diperhatikan betul bahawa tulisan pada nomor contoh jangan smapai luntur atau terhapus atau hilang. Bila nomor contoh hilang, contoh tersebut tidak lagi mempunyai arti dalam geologi. Bila anda menganggap penting, singkapan yang anda temukan dibuat gambar sketsa atau difoto. Pada saat anda memfoto jangan lupa meletakkan palu geologi atau penggaris sebagai pembanding ukuran pada singkapan yang difoto. Singkapan batuan intrusi, periksa jenis batuan yang diintrusi dan batuan yang menginstrusi, dimensi singkapan, warna lapuk, warna segar, kenampakan tercirikan, ketebalan batuan yang menginstrusi, efek intrusi terhadap batuan yang diinstrusi, kemungkinan terjadinya mineralisasi bahan galian logam, bahan galian non logam, efek metamorfosa kontak dengan lapisan batuan disekitarnya, ukur arah instrusi, bentuk tubuh instrusi (dike, sill, apophyse), buat sketsa pola instrusi (bila ada), dan buat sketsa kolom lithologi singkapan. Ambil contoh batuan dan amati dengan lensa, ambil contoh batuan, dan tulis nomor kode contoh dan pada permukaan batuan (bila mungkin), dan masukkan dalam kantong contoh. Tulis pada kantong contoh, nomor kode contoh. Nomor kode contoh disesuaikan dengan kode nomor lokasi pengamatan, ditambah dengan initial tertentu, misal nomor lokasi pengamatan 2-30 (artinya pengamatan hari pertama pada lokasi pengamatan nomor 2-30). Tulis SR, 2-30. Pada contoh batuan tuliskan initial tertentu misal initial SR.2-30, tulisan yang sama dicantumkan juga ada kantong contoh. Contoh diambil paling tidak sebesar hand specimen atau sesuai dengan keperluan. Perlu diperhatikan betul bahwa tulisan pada nomor contoh jangan smapai luntur atau terhapus atau hilang. Bila nomor contoh hilang, contoh tersebut tidak lagi mempunyai arti dalam geologi. Bila anda menganggap penting, singkapan yang anda temukan dibuat gambar sketsa atau difoto. Pada saat anda memfoto jangan lupa meletakkan palu geologi atau penggaris sebagai pembanding ukuran pada singkapan yang difoto.  Singkapan batuan ekstrusi, periksa jenis batuan yang dektrusi dan dimensi singkapan, warna lapuk, warna segar, kenampakan tercirikan, kenampakan struktur aliran, kemungkinan terdapat lubang-lubang keluarnya gas. buat sketsa pola instrusi (bila ada), dan buat sketsa kolom lithologi singkapan. Ambil contoh batuan dan amati dengan lensa, ambil contoh batuan, dan tulis nomor kode contoh dan pada permukaan batuan (bila mungkin), dan masukkan dalam kantong contoh. Tulis pada kantong contoh, nomor kode contoh. Nomor kode contoh disesuaikan dengan kode nomor lokasi pengamatan, ditambah dengan initial tertentu, misal nomor lokasi pengamatan 2-35 (artinya pengamatan hari pertama pada lokasi pengamatan nomor 2-35). Tulis SR, 2-35. Pada contoh batuan tuliskan initial tertentu misal initial SR.2-35, tulisan yang sama dicantumkan juga ada kantong contoh. Contoh diambil paling tidak sebesar hand specimen atau sesuai dengan keperluan. Perlu diperhatikan betul bahwa tulisan pada nomor contoh jangan smapai luntur atau terhapus
  • 19. atau hilang. Bila nomor contoh hilang, contoh tersebut tidak lagi mempunyai arti dalam geologi. Bila anda menganggap penting, singkapan yang anda temukan dibuat gambar sketsa atau difoto. Pada saat anda memfoto jangan lupa meletakkan palu geologi atau penggaris sebagai pembanding ukuran pada singkapan yang difoto.  Untuk bahan tambang bahan galian, periksa jenis batuan bahan tambang (logam atau non logam), tentukan nama bahan galian dimensi singkapan , warna lapuk, warna segar, kenampakan tercirikan, kenampakan struktur aliran, buat sketsa pola instrusi (bila ada), ambil contoh batuan dan amati dengan lensa, ambil contoh batuan, dan tulis nomor kode contoh dan pada permukaan batuan (bila mungkin), dan masukkan dalam kantong contoh. Tulis pada kantong contoh, nomor kode contoh. Nomor kode contoh disesuaikan dengan kode nomor lokasi pengamatan, ditambah dengan initial tertentu, misal nomor lokasi pengamatan 2-30 (artinya pengamatan hari pertama pada lokasi pengamatan nomor 2-30). Pada contoh batuan tuliskan initial tertentu misal initial SR.2-30 Tulis SR, 2-30, tulisan yang sama dicantumkan juga pada kantong contoh. Contoh diambil paling tidak sebesar hand specimen atau sesuai dengan keperluan. Perlu diperhatikan betul bahwa tulisan pada nomor contoh jangan smapai luntur atau terhapus atau hilang. Bila nomor contoh hilang, contoh tersebut tidak lagi mempunyai arti dalam geologi. Bila anda menganggap penting, singkapan yang anda temukan dibuat gambar sketsa atau difoto. Pada saat anda memfoto jangan lupa meletakkan palu geologi atau penggaris sebagai pembanding ukuran pada singkapan yang difoto. Pada saat anda memotret jangan lupa meletakkan palu geologi atau penggaris sebagai pembanding ukuran pada singkapan yang difoto. Agar anda tidak ragu-ragu dalam mngenal singkapan bahan galian logam anda di anjurkan untuk membekali diri sebelum ke lapangan salah satu dengan mencermati buku Geologi Mineral Logam (Sukandar-rumidi, 2007), sedang untuk bahan galian non logam anda dianjurkan untuk membekali diri dengan membaca buku Bahan Galian Industri (Sukarandarrumidi, 2004). Apabila anda memerlukan membuat test pit atau parit uji rencanakan dengan saksam untuk dilakukan pada hari berikutnya.  Untuk batubara, umumnya dijumpai didaerah yang relatif datar sehingga singkapan yang di dapatkan di lapangan juga sangat jarang. Singkapan umumnya dijumpai pada alur-alur kecil, itupun singkapan batubara yang didapatkan sangat terbatas. Di lapangan, batubara didapatkan berasosiasi dengan batulempung yang padanya kadang-kadang ditemukan cetakan tulang daun, atau di dapatkan mineral harzt (damar selo). Harzt adalah getah tumbuhan yang telah menjadi fosil. Harzt ini berwarna kuning kotor hingga coklat, dan bila dibakar dapat menyala. Dijumpainya cetakan tulang daun pada batulempung dan mineral harzt, sebagai petunjuk bahwa barubara ditempat itu terbentuk secara authochtonous
  • 20. Untuk meyakinkan keberadaan batubara lebih lanjut di tempat itu anda dianjurkan untuk membuat test pit, dan apabila telah meyakinkan keberadaannya, test pit dapat dilanjutkan dengam membuat parit uji. Pada saat membuat parit uji anda harus memperhatikan arah “larinya” perlapisan batubara. Dari beberapa test pit atau parit uji anda dapat mengetahui secara sepintas keberadaan batu bara yang ada dipermukaan. Untuk meyakinkan lebih lanjut keberadaan perlapisan batubara pada kedalaman yang lebih besar anda dapat merencanakan dan melakukan pemboran ini dangkal dan mengambil sampel dengan mata bor berbentuk tabung. Pengintian boleh dikatakan berhasil bila 95% dari panjang tabung penginti terisi dengan batuan atau batubara dan batuan atau batubara seluruhnya. Dari hasil pemboran ini ini, rekonstruksi dalam bentuk log bore. Dari beberapa log bore akhirnya diperoleh gambaran keadaan perlapisan batubara di bawah permukaan dalam penyebaran berbentuk tiga dimensi. Untuk mengetahui kualitas dan jenis batubara anda wajib mengambil contoh paling sedikit 5 kg untuk diperiksa lebih lanjut di laboratorium. Terdapat berbagai jenis batubara dari hasil kulaitasnya rendah hingga kualitas tinggi mulai dari gambut, lignit, subbituminus, bituminous, anthrasite dan grafit. Di laboratorium dengan contoh ini akan dilakukan analisa proksimat (analisa sifat fisik batubara) dan analisa ultimat (macam kandungan unsur pembentuk batubara). Dalam suatu cekungan sedimentasi bila tidak ada anomali geologi (struktur geologi dan instrusi batuan beku) pada umumnya mempunyai jenis batubara yang sama. Agar anda tidak ragu-ragu dalam melakukan penelitian tentang batubara dan turunanya anda dianjurkan untuk membekali diri dengan membaca buku Batubara dan Gambut (Sukarandarrumidi, 2004), dan buku berjudul Batubara dan pemanfaatanya (Sukarandarrumidi, 2006).  Untuk singkapan struktur patahan, perhatikan pada peta kerja apakah tampak terjadi pelurusan sungai, amati kemungkinan terdapat slicken side, cermin sesar, milonite, breksiasi, breksiasi pada breksi, drag fault, munculnya mata air, terjadi tanah longsor lokal, pengeseran perlapisan pada batuan yang terpatahkan (off set), kenampakan boudinage, pola kekar akibat patahan, buat sketsa singkapan, buat fotonya, jangan lupa meletakkan benda lain sebagai pembanding ukuran. Perlu diperhatikan bahwa kenampakan patahan di lapangan merupakan jalur daerah yang mengalami gangguan, namun pada peta geologi digambarkan sebagai suatu garis. Jalur daerah patahan merupakan daerah yang labil, oleh sebab itu di tempat tersebut banyak dicirikan oleh kenampakan tanah longsor. Perlu dicatat, jalur tanah longsor meruapakan salah satu indikasi terjadinya patahan yang cukup besar, namun tidak semua tahah longsor sebagai ciri terjadinya patahan. Daerah jalur patahan yang cukup besar, sering memberikan kenampakan morfologi dalam bentuk triangular facet . kenampakan ini hanya dapat dilihat dan diperhatikan dari jarak jauh.  Untuk mata air (spring), biasanya muncul pada alur-alur yang agak dalam. Mata air muncul apabila muka air tanah (water table) terpotong oleh
  • 21. permukaan topografi. Pola penyebaran muka air tanah akan relatif serupa dengan pola permukaan topografi. Mata air muncil diantara batuan yang permeable (topografi berada di bagian atas) dan batuan impermeable (biasanya batulempung/ berbutir halus) di bagian bawah. Di daerah hutan, air dari mata air dimanfaatkan oleh binatang buas sebagai sumber air minum (terutama pada musim kemarau). Oleh sebab itu sebelum mencoba untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang keberadaan mata air tersebut, cermati daerha sekitar apakah dalam keadaan aman. Binatang buas akan mendatangi sumber mata air pada menjelang sore hari untuk minum. Bila anda akan melakukan pengamatan lebih lanjut tentang keberadaan mata air, celupkan jari anda ke dalam air dan rasakan dengan lidah, atau ukur pH air dengan kertas lakmus. Perubahan warna pada kertas lakmus yang sudah dibasahi dengan air akan dapat menunjukkan besaran nilai pH. Besaran nila pH = 6 hingga 7, menunjukkan pH yang netral dan air dapat dipergunakan untuk keperluan rumah tangga. Buat dan pasang V weir pada outlet sumber mata air, dengan cara ini besarnya debit mata air dapat diukur. Plot keberadaan mata air pada peta kerja anda, dan diberi tanda lingkaran dengan tanda panah menghadap ke atas (simbol mata air). Bila anda mendapatkan beberapa buah mata air dalam suatu daerah yang berada pada satu garis lurus, hal tersebut merupakan salah satu tanda keberadaan patahan. Perlu di perhatikan, bila tidak terpaksa jangan sekali-kali anda meminum air dari mata air yang diambil langsung dari mata air tanpa dimasak terlebih dahulu. Keberadaan bakteri e-colli sangat besar dan bakteri ini dapat menyebabkan sakit perut dan diare. Gara-gara diare, beberapa hari anda mungkin tidak dapat melakukan tugas di lapangan. Apabila diperlkukan unutk analisa laboratorium, di ambil air minimum 5 liter dan di tempatkan pada “jirigen” yang steril dan tidak berbau. Untuk menghidari terjadinya kontaminasi pada air, cucilah “jirigen” tersebut dengan air yang diambil dari mata air yang akan diambil sebagai contoh. Lebih aman apabila air contoh ditempatkan pada botol bekas air minum dalam kemasan (AMDK), dapat dijamin botolnya steril. Pada anda tidak disarankan untuk menyimpan air dengan “jirigen” bekas minyak goreng, karena diyakini “jirigen” tersebut terbebas dari minyak goreng.  Untuk mata air panas (hot spring), berkaitan dengan penelitian potensi panas bumi. Kenampakan di lapangan mata air panas akan muncul disertai dengan gelembung-gelembung uap air, dan berbau belerang. Ukur suhu air dengan termometer. Ambil contoh air panas dan tempatkan pada botol yang terbuat dari gelas (jangan yang terbuat dari plastik), selanjutnya di kirim ke laboratorium untuk di analisa. Di beberapa tempat munculnya air panas telah dimanfaatkan sebagai daerah wisata, termaksud wisata medis yaitu untuk penyembuhan penyakit kulit. Hindarkan anda jangan menghirup uap belerang yang keluar dari mata air panas. Bila ini terjadi, pernafasan anda menjadi “sesek” dan timbul rasa pusing.
  • 22.  Untuk oil seepage, atau rembesan minyak bumi, sering ditemukan di lapangan di daerah penyebaran batuan sedimen. Rembesan minyak ini seperti air yang permukaannya berminyak dengan warna kebiruan, dan bila ranting kayu sering dicelupkan pada rembesan minyak kemudian didekatkan pada nyala api, maka kayu tersebut akan mudah terbakar. Rembesan minyak bumi biasanya muncul di daerah patahan yang berada pada salah satu sayap antiklin. Plot tempat ditemukan oil seepage pada peta kerja, ambil contoh dan masukkan ke dalam botol yang terbuat dari gelas. Contoh ini kemudian dikirim ke laboratorium minyak bumi untuk dianalisa.  Dalam melakukan pemetaan geologi permukaan semua geologist memakai konsep geologi yang sama, yaitu konsep lithostratigrafi, karena dengan konsep ini semua data yang dipakai untuk menyusun peta geologi bersifat observable (dapat dilihat dan diamati di lapangan). Oleh sebab itu siapapun yang melakukan tugas pembuatan peta geologi dengan konsep yang sama (lithostratigrafi) di pastikan akan menghasilkan peta geologi yang serupa. Sebuah peta geologi di anggap lengkap dan dapat diterima oleh pengguna, apabila disusun dengan kaidah-kaidah geologi yang sudah disepakati bersama, mencantumkan keterangan tentang variasi lithologi secara stratigrafis, struktur geologi dan keterangan-keterangan lain yang berkaitan, serta satu buah sayatan geologi atau lebih sesuai dengan keperluan. Tata cara memilih arah sayatan geologi, dan melakukan rekonstruksi struktur geologi dapat dicermati pada sub bab berikutnya. Tiap kali anda melakukan pengamatan geologi pada tiap-tiap loasi pengamatan, hal hal yang perlu diperhatikan antara lain:  Untuk singkapan dalam bentuk batuan, disamping hal-hal tersebut di atas, perlu dibuat sketsa kolom lithologi singkapan, agar dilakukan seteliti mungkin. Susun kolom lithologi lokal dari dua lokasi yang berdekatan. Hal yang sama kerjakan untuk lokasi yang lain. Dengan cara demikian akan diperoleh urutan kolom lithologi lokal yang lengkap. Jangan dilupakan membuat gamabr sketsanya.  Untuk singkapan struktur patahan, buat sketsa atau diambil fotonya. Buat deksripsi singkapan selengkap mungkin. Hindarkan anda untuk datang kedua kalinya di tempat yang sama hanya sekedar untuk melengkapi deksripsi yang telah dibuat pada pengamatan sebelumnya. Bebera hal yang perlu mendapat perhatian pada saat anda bekerja di lapangan antara lain :  Semua lokasi pengamatan harus di-plot di peta kerja, termaksud nomor lokasinya.  Jangan lupa, lokasi pengamatan dengan contoh batuan di beri warna merah.  Bila ada pengukuran jurus (strike) dan kemiringan lapisan (dip) perlapisan batuan, segera di-plot, dan tulis besaran nilai strike dan dip-nya.
  • 23.  Gambarkan pada masing-masing lokasi, kolom lithologi singkapan.  Makin rapat lokasi pengamatan di lakukan, akan makin baik.  Lakukan kolerasi lithologi antar singkapan atau antar lokasi.  Beri warna yang sama untuk lithologi yang sama.  Rekonstruksi dari gabungan kolom lithologi singkapan, menjadi kolom lithologi satuan, dan selanjutnya kelompokan menjadi satuan batuan-satuan batuan.  Tentukan batas-batas antar satuan batuan  Beri warna masing-masing satuan batuan Hasil akhir terbentuklah peta geologi lapangan, yang merupakan master draft peta geologi. Tugas selanjutnya, anda menghaluskan peta geologi lapangan, menjadi peta geologi sementara dengan mempertimbangkan data-data yang anda dimiliki. Dalam rangka menyusun peta geologi yang merupakan produk akhir, sekarang anda memindahkan hasil pengukuran strike dan dip, batas satuan dan struktur geologi yang terdapat di daerah penelitian. Untuk menentukan kedudukan sumbu antiklin atau sinklin, buatlah dua sayatan geologi atau lebih dengan arah sayatan tegak lurus pada jurus perlapisan batuan. Dari masing-masing rekonstruksi struktur tentukan di peta geologi lokasi titik-titik yang dilalui oleh sumbu perlipatan. Plot-kan lokasi titik-titik itu pada peta geologinya, hubungkan lokasi titik-titik tersebut dengan garis. Garis itu merupakan ekspresi sumbu perlipatan, yang selanjutnya dapat di gambarkan pada peta geologi yang merupakan produk terakhir. Dalam membuat rekonstruksi struktur geologi usahakan memakai model rekonstruksi mathematis teknis, dan usahakan hindarkan dengan metode free-hand. Model yang terakhir ini dapat diterapkan apabila model rekonstruksi struktur matematis teknis tidak dapat diaplikasikan. Catatan Di antara geologist telah ada semacam konvensi tata cara memberi dan memilih warna sebagai notasi atau simbol lithologi. Untuk menghindari penggunaan warna yang berlebihan, telah disepakati antara lain bahwa untuk:  Warna merah untuk simbol batuan beku. Apabila di suatu daerah yang dipetakan terdapat lebih dari satu jenis batuan beku, untuk membedakan jenis tersebut pada warna yang merupakan simbol batuan beku dibenarkan untuk di tambahkan notasi yang lain, misal dapat ditambahkan tulisan diorite. Tulisan yang sama ditambahkan pada kolom litologi, kolom stratigrafi dan pada keterangan simbol lithologi peta. Hal serupa dapat diberlakukan, dan tambahkan tulisan andesite, basalt dan sebagainya. Tata cara yang lain dapat dilakukan dengan membuat gradasi warna.
  • 24.  Warna biru untuk simbol batugamping. Dapat dibedakan batugamping klastik (dengan ditambah tulisan klastik), dan batugamping non klastik (dengan ditambah tulisan tulisan non klastik).  Warna kuning untuk simbol batupasir. Hal yang serupa dapat dituliskan seperti pada batuan beku.  Warna hijau untik simbol batu lempung. Hal yang serupa dapat dituliskan seperti pada batugamping.  Warna ungu untuk simbol batuan metamorf. Hal yang serupa dapat dituliskan seperti batuan beku.  Warna muda untuk simbol endapan baru.