Kepdirjen Cipta Karya No. 61/KPTS/CK/1998 Petunjuk Teknis Perencanaan, Pelaks...infosanitasi
Kepdirjen Cipta karya No. 61/KPTS/CK/1998 Petunjuk Teknis Perencanaan, Pelaksanaan dan Pengawasan Pembangunan Pengelolaan Sistem Penyediaan Air Minum Perkotaan
Kepdirjen Cipta Karya No. 61/KPTS/CK/1998 Petunjuk Teknis Perencanaan, Pelaks...infosanitasi
Kepdirjen Cipta karya No. 61/KPTS/CK/1998 Petunjuk Teknis Perencanaan, Pelaksanaan dan Pengawasan Pembangunan Pengelolaan Sistem Penyediaan Air Minum Perkotaan
Dokumen Perencanaan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2015-2025. Acuan dalam menyusun dokumen RPJMN. Outline RPJPN adalah visi, misi, sasaran, arah pembangunan, tahapan.
Pola pengelolaan sumber daya air wilayah sungai serayu bogowontoAchmad Wahid
Pola pengelolaan sumber daya air wilayah sungai serayu bogowonto, (patterns of management of the basin water resources bogowonto Serayu) atau Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 37/KPTS/M/2013 tentang Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Serayu Bogowonto
Materi Aliran/Limpasan Permukaan Mata Kuliah HidrologiNurul Afdal Haris
Materi dari Dosen (Pak Uca, Ph.D)
1. Tujuan Umum Pembelajaran
Mahasiswa diharapkan dapat memahami dengan benar proses terjadinya aliranpermukaan.
2. Tujuan Khusus Pembelajaran
a. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian limpasan, aliranmurni, aliranlangsung
b. Mahasiswa dapat menjelaskan sumber-sumber air yang dapat memberikan masukan kepada aliran sungai
c. Mahasiswa dapat menjelaskan dan menyebutkan faktor-faktor yang mem-pengaruhi limpasan
d. Mahasiswa dapat menjelaskan syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk tempat pengukuran tinggi muka air
e. Mahasiswa dapat menjelaskan prinsip kerja alat pengukur presipitasi serta kelebihan dan kekurangan dari setiap alat.
f. Mahasiswa dapat menjelaskan cara mengukur kecepatan aliran, luas penampang basah, perimeter basah, dan kemiringan aliran.
g. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian hidrograf
h. Mahasiswa dapat menjelaskan bentuk-bentuk hidrograf aliran.
Dokumen Perencanaan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2015-2025. Acuan dalam menyusun dokumen RPJMN. Outline RPJPN adalah visi, misi, sasaran, arah pembangunan, tahapan.
Pola pengelolaan sumber daya air wilayah sungai serayu bogowontoAchmad Wahid
Pola pengelolaan sumber daya air wilayah sungai serayu bogowonto, (patterns of management of the basin water resources bogowonto Serayu) atau Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 37/KPTS/M/2013 tentang Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Serayu Bogowonto
Materi Aliran/Limpasan Permukaan Mata Kuliah HidrologiNurul Afdal Haris
Materi dari Dosen (Pak Uca, Ph.D)
1. Tujuan Umum Pembelajaran
Mahasiswa diharapkan dapat memahami dengan benar proses terjadinya aliranpermukaan.
2. Tujuan Khusus Pembelajaran
a. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian limpasan, aliranmurni, aliranlangsung
b. Mahasiswa dapat menjelaskan sumber-sumber air yang dapat memberikan masukan kepada aliran sungai
c. Mahasiswa dapat menjelaskan dan menyebutkan faktor-faktor yang mem-pengaruhi limpasan
d. Mahasiswa dapat menjelaskan syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk tempat pengukuran tinggi muka air
e. Mahasiswa dapat menjelaskan prinsip kerja alat pengukur presipitasi serta kelebihan dan kekurangan dari setiap alat.
f. Mahasiswa dapat menjelaskan cara mengukur kecepatan aliran, luas penampang basah, perimeter basah, dan kemiringan aliran.
g. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian hidrograf
h. Mahasiswa dapat menjelaskan bentuk-bentuk hidrograf aliran.
An impactful approach to the Seven Deadly Sins you and your Brand should avoid on Social Media! From a humoristic approach to a modern-life analogy for Social Media and including everything in between, this deck is a compelling resource that will provide you with more than a few take-aways for your Brand!
How People Really Hold and Touch (their Phones)Steven Hoober
For the newest version of this presentation, always go to: 4ourth.com/tppt
For the latest video version, see: 4ourth.com/tvid
Presented at ConveyUX in Seattle, 7 Feb 2014
For the newest version of this presentation, always go to: 4ourth.com/tppt
For the latest video version, see: 4ourth.com/tvid
We are finally starting to think about how touchscreen devices really work, and design proper sized targets, think about touch as different from mouse selection, and to create common gesture libraries.
But despite this we still forget the user. Fingers and thumbs take up space, and cover the screen. Corners of screens have different accuracy than the center. It's time to re-evaluate what we think we know.
Steven reviews his ongoing research into how people actually interact with mobile devices, presents some new ideas on how we can design to avoid errors and take advantage of this new knowledge, and leaves you with 10 (relatively) simple steps to improve your touchscreen designs tomorrow.
You are dumb at the internet. You don't know what will go viral. We don't either. But we are slighter less dumber. So here's a bunch of stuff we learned that will help you be less dumb too.
What 33 Successful Entrepreneurs Learned From FailureReferralCandy
Entrepreneurs encounter failure often. Successful entrepreneurs overcome failure and emerge wiser. We've taken 33 lessons about failure from Brian Honigman's article "33 Entrepreneurs Share Their Biggest Lessons Learned from Failure", illustrated them with statistics and a little story about entrepreneurship... in space!
SEO has changed a lot over the last two decades. We all know about Google Panda & Penguin, but did you know there was a time when search engine results were returned by humans? Crazy right? We take a trip down memory lane to chart some of the biggest events in SEO that have helped shape the industry today.
Inside this guide, you'll learn an insiders tips and techniques to getting into the marketing industry - no job applications necessary.
You'll learn what marketing really is, why you'll find a job easily, what entry level marketing jobs look like and four actionable things you can try right now to help get you into the marketing industry.
Visit Inbound.org and the Inbound.org/jobs community jobs board to find opportunities and connect with professional marketers from all over.
The What If Technique presented by Motivate DesignMotivate Design
Why "What If"...?
The What If Technique tackles the challenge of engaging a creative, disruptive mindset when it comes to design thinking and crafting innovative user experiences.
Thinking disruptively is a disruptive thing to do, which means it's a very hard thing to do, especially when you add in risk-averse business leaders and company cultures, who hold on tight to psychological blocks, corporate lore, and excuse personas that stifle creativity and possibilities (see www.motivatedesign.com/what-if for more details).
The What If Technique offers key steps, tools and examples to help you achieve incremental changes that promote disruptive thinking, overcome barriers to creativity, and lead to big, innovative differences for business leaders, companies, and ultimately user experiences and products.
Let's find out what's what together! Explore your "What Ifs" with us. See www.motivatedesign.com/what-if for details about the What If Technique, studio workshops, the book, case studies and more downloads--including a the sample chapter "Corporate Lore and Blocks to Creativity"
Connect with us @Motivate_Design
Dokumen Final terdiri dari Pendahuluan, Tujuan, Kebijakan dan Strategi Pengelolaan WP3K, Deskripsi Potensi dan Pemanfaatan Sumberdaya WP3K, Rencana Alokasi Ruang, Peraturan Pemanfaatan Ruang dan Indikasi Program.
1. Laporan Akhir
Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
i
PT. JASAPATRIA GUNATAMA
KATA PENGANTAR
Dalam rangka pelaksanaan pekerjaan Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber
Daya Air Wilayah Sungai Asahan sesuai Surat Perjanjian Kontrak antara Satuan
Kerja Perencanaan Pemrograman dan Penganggaran Bidang Sumber Daya Air
Departemen Pekerjaan Umum dengan PT. JASAPATRIA GUNATAMA dengan
Nomor : KU.08.08/PPK/Ap/61/2006, Tanggal 13 Juni 2006, maka dapat disusun
Laporan Akhir.
Dalam laporan ini berisikan uraian pendahuluan, pendekatan dan metodologi,
gambaran umum dan wilayah studi, pengolahan dan analisa data, penyusunan
pola pengelolaan sumber daya air Wilayah Sungai Asahan serta kesimpulan dan
rekomendasi.
Atas segala arahan dan bantuan dari berbagai pihak terkait demi kelancaran
pembuatan laporan ini diucapkan terima kasih.
Demikian Laporan Akhir disampaikan, semoga dapat bermanfaat bagi semua
pihak dan dapat dipergunakan sebagai bahan masukan untuk melaksanakan
program selanjutnya.
Bandung, Desember 2006
PT. JASAPATRIA GUNATAMA,
(Ir. Rini Kosasih)
Direktur
2. Laporan Akhir
Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
ii
PT. JASAPATRIA GUNATAMA
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR LAMPIRAN xiv
DAFTAR PUSTAKA xv
BAB-I PENDAHULUAN 1 – 1
1.1. Latar Belakang 1 – 1
1.1.1. Wilayah Studi 1 – 4
1.1.2. Permasalahan Umum 1 – 4
1.2. Maksud Dan Tujuan 1 – 5
1.2.1. Maksud 1 – 5
1.2.2. Tujuan 1 – 5
1.3. Sasaran 1 – 6
1.4. Data Umum Pekerjaan 1 – 6
1.5. Lingkup Jasa Pelayanan 1 – 6
1.6. Jangka Waktu Pelaksanaan 1 – 8
1.7. Pelaporan 1 – 9
BAB-II PENDEKATAN DAN METODOLOGI 2 – 1
2.1. Pendekatan Dalam Pelaksanaan Pekerjaan 2 – 1
2.2. Pendekatan Dan Metodologi 2 – 8
2.2.1. Kerangka Analisis Dalam Penyusunan Pola
Pengelolaan SDA
2 – 8
2.2.2. Metode Analisis Penyusunan Pola Pengelolaan
SDA Wilayah Sungai
2 – 10
2.2.2.1. Pengkajian Data 2 – 10
2.2.2.2. Indentifikasi dan Upaya Strategis 2 – 14
2.2.3. Pertemuan Konsultasi Masyarakat 2 – 14
2.3. Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan SDA Wilayah
Sungai Asahan
2 – 15
2.4. Legalisasi 2 – 16
BAB-III GAMBARAN UMUM DAN WILAYAH STUDI 3 – 1
3.1. Strategi, Arah Kebijakan Dan Program Pembangunan
SDA dan Irigasi Provinsi Sumut
3 – 1
3.2. Aspek Tata Ruang 3 – 3
3.2.1. Gambaran Umum Tata Ruang Provinsi Sumatera
Utara
3 – 3
3. Laporan Akhir
Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
iii
3.2.1.1. Letak Geografis 3 – 3
3.2.1.2. Kondisi Topografi 3 – 5
3.2.1.3. Iklim 3 – 5
3.2.1.4. Geologi 3 – 5
3.2.1.5. Hidrologi 3 – 8
3.2.1.6. Sumber Daya Alam dan Lingkungan
PT. JASAPATRIA GUNATAMA
Hidup
3 – 11
3.2.1.7. Pemanfaatan Ruang 3 – 17
3.2.1.8. Penggunaan Lahan di WS Asahan 3 – 21
3.3. Aspek Sosial Ekonomi 3 – 27
3.3.1. Batas Administrasi Wilayah Studi 3 – 27
3.3.2. Kependudukan 3 – 28
3.3.3. Mata Pencaharian dan Pendapatan Penduduk 3 – 32
3.3.4. Sektor Pertanian 3 – 33
3.3.4.1. Sub Sektor Tanaman Pangan 3 – 34
3.3.4.2. Sub Sektor Perkebunan 3 – 36
3.3.4.3. Sub Sektor Perikanan 3 – 39
3.3.4.4. Sub Sektor Peternakan 3 – 39
3.3.4.5. Sub Sektor Kehutanan 3 – 41
3.3.5. Sektor Energi dan Air Bersih 3 – 43
3.3.5.1. Sub Sektor Listrik 3 – 43
3.3.5.2. Sub Sektor Air Bersih 3 – 44
3.3.6. Sektor Pariwisata 3 – 45
3.3.7. Sektor Industri Pengolahan 3 – 47
3.3.8. Sektor Pertambangan dan Penggalian 3 – 50
3.3.9. Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Studi 3 – 50
3.3.9.1. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumut
2002 - 2004
3 – 50
3.4. Aspek Hidrologi 3 – 53
3.4.1. Analisis Curah Hujan, Iklim dan Debit 3 – 53
3.4.2. Analisis Kalibrasi ,Verifikasi dan Perhitungan Debit
Runoff
3 – 64
3.5. Aspek Kualitas Air 3 – 68
3.6. Aspek Konservasi 3 – 73
3.6.1. Keterkaitan Sub Ekosistem Hulu dan Hilir DTA
Danau Toba - WS Asahan
3 – 73
3.6.2. Kondisi Biofisik Wilayah DAS Asahan - Toba 3 – 75
3.6.2.1. Jenis Tanah 3 – 75
3.6.2.2. Curah Hujan dan Erosi Tanah 3 – 80
3.6.2.3. Kemiringan Lereng 3 – 81
3.6.2.4. Penutupan Lahan 3 – 82
3.7. Aspek Pengembangan Sumber Daya Air 3 – 92
3.7.1. Sistem Tata Air 3 – 92
3.7.2. Infrastruktur yang ada (kondisi eksisting) 3 – 92
4. Laporan Akhir
Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
3.7.3. Kebutuhan Air 3 – 92
3.7.4. Rencana Infrastruktur Masa Mendatang 3 – 94
3.7.5. Perhitungan Data Time Series Masukan DSS-Ribasim
3 – 94
BAB-IV PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4 – 1
4.1. Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Air 4 – 1
4.1.1. Visi dan Misi Pengelolaan SDA 4 – 3
4.2. Analisis Arahan Tata Ruang 4 – 5
4.2.1. Aspek Tata Ruang Pada WS Asahan 4 – 5
4.2.1.1. Letak WS Asahan Secara Regional 4 – 6
4.2.1.2. Kawasan Andalan di WS Asahan 4 – 8
4.2.1.3. Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah
iv
PT. JASAPATRIA GUNATAMA
Sungai Asahan
4 – 11
4.2.1.4. Permasalahan Lingkungan di WS Asahan 4 – 15
4.2.1.5. Arahan Pemanfaatan Ruang di Wilayah
Sungai Asahan
4 – 19
4.2.1.6. Arahan Struktur Penataan Ruang di WS
Asahan / Kawasan Danau Toba
4 – 27
4.3. Analisis Aspek Sosial Ekonomi 4 – 29
4.3.1. Proyeksi Penduduk 4 – 29
4.3.2. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Studi 4 – 36
4.3.3. Proyeksi Sektor Pertanian WS Asahan 4 – 40
4.3.3.1. Proyeksi Kebutuhan Pangan 4 – 40
4.3.3.2. Proyeksi Produksi Pangan 4 – 41
4.3.3.3. Proyeksi Neraca Pangan 4 – 43
4.3.3.4. Proyeksi Lahan Sawah 4 – 48
4.3.3.5. Proyeksi Populasi Ternak 4 – 49
4.3.4. Proyeksi Sektor Energi dan Air Bersih 4 – 52
4.3.4.1. Sub Sektor Energi 4 – 52
4.3.4.2. Sub Sektor Air Bersih 4 – 56
4.3.5. Proyeksi Sektor Parwisata 4 – 57
4.4. Analisis Aspek Hidrologi 4 – 60
4.4.1. Ketersediaan Air Wilayah Sungai Asahan 4 – 60
4.4.2. Perhitungan Debit Banjir Rencana Sub DAS 4 – 60
4.4.2.1. Hujan Rencana 4 – 61
4.4.2.2. Debit Banjir Rencana 4 – 61
4.5. Analisis Kebutuhan Air Bersih dan Kualitas Air Sungai 4 – 71
4.5.1. Kebutuhan Air Rumah Tangga, Perkotaan dan
Industri (RKI)
4 – 71
4.5.1.1. Analisis RKI di DAS Asahan 4 – 71
4.5.1.2. Proyeksi Kebutuhan Air Bersih Rumah
Tangga dan Industri (RKI)
4 – 79
4.5.2. Kualitas Air DAS Asahan 4 – 84
5. Laporan Akhir
Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
4.5.2.1. Kualitas Air Kawasan Danau Toba 4 – 84
4.5.2.2. Kualitas Air Sungai yg Masuk ke Danau
v
PT. JASAPATRIA GUNATAMA
Toba
4 – 92
4.6. Analisis Aspek Konservasi 4 – 94
4.6.1. Erosi dan Sedimentasi 4 – 94
4.6.1.1. Erosi dan Sedimentasi Ekosistem Bagian
Hulu
4 – 96
4.6.1.2. Erosi dan Sedimentasi Ekosistem Bagian
Hilir
4 – 116
4.6.2. Strategi Konservasi 4 – 130
4.6.2.1. Pola Konservasi 4 – 130
4.7. Analisis Aspek Pengembangan Sumber Daya Air 4 – 164
4.7.1. Upaya-upaya Pengembangan Sumber Daya air 4 – 168
4.7.1.1. Upaya Peningkatan Pola Operasi
Danau Toba untuk PLTA
4 – 168
4.7.1.2. Upaya Pengembangan Rencana
Bendungan
4 – 171
4.8. Analisis Pengendalian Banjir 4 – 171
BAB-V PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SDA WS ASAHAN 5 – 1
5.1. Konsepsi Pola Pengelolaan Sumber Daya Air WS Asahan 5 – 1
5.1.1. Konservasi SDA 5 – 1
5.1.2. Perlindungan dan Pelestarian SDA 5 – 2
5.1.3. Pengelolaan Kualitas dan Pengendalian
Pencemaran Air
5 – 3
5.1.4. Pendayagunaan SDA 5 – 3
5.1.4.1. Penatagunaan 5 – 5
5.1.4.2. Penyediaan 5 – 5
5.1.4.3. Penggunaan 5 – 5
5.1.4.4. Pengembangan 5 – 5
5.1.4.5. Pengusahaan 5 – 5
5.1.5. Pengendalian Daya Rusak AIr 5 – 5
5.1.5.1. Pencegahan Daya Rusak Air 5 – 6
5.1.5.2. Penanggulangan Daya Rusak Air 5 – 7
5.1.5.3. Pemulihan Daya Rusak Air 5 – 7
5.1.6. Peran Serta Masyarakat 5 – 7
5.1.7. Sistem Informasi SDA 5 – 8
5.2. Strategi Pengelolaan SDA 5 – 9
5.2.1. Strategi Jangka Pendek (2006 – 2010) 5 – 9
5.2.2. Strategi Jangka Menengah (2011 – 2020) 5 – 12
5.2.3. Strategi Jangka Panjang (2021 – 2030) 5 – 15
5.3. Konsep Rancangan Pola Pengelolaan SDA WS Asahan 5 – 18
6. Laporan Akhir
Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
BAB-VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6 – 1
6.1. Kesimpulan 6 – 1
6.1.1. Aspek Tata Ruang 6 – 1
6.1.2. Aspek Sosial Ekonomi 6 – 2
6.1.3. Aspek Konservasi 6 – 2
6.1.4. Aspek Kualitas Air 6 – 3
6.1.5. Aspek Pengembangan SDA 6 – 4
. 6.1.6. Aspek Pengendalian Banjir 6 – 5
6.2. Rekomendasi 6 – 6
6.3. Penutup 6 – 11
vi
PT. JASAPATRIA GUNATAMA
7. Laporan Akhir
Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
vii
PT. JASAPATRIA GUNATAMA
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel
3.1. Satuan Wilayah Sungai di Provinsi Sumatera Utara 3 – 8
3.2. Luas Kawasan Lindung dan Budidaya Provinsi SUMUT 3 – 13
3.3. Potensi Kawasan Lindung dan Budidaya Hutan di
Provinsi SUMUT
3 – 15
3.4. Penggunaan Lahan di Prov. SUMUT Tahun 2002 3 – 19
3.5. Pemanfaatan Lahan Setiap Sub Basin WS Asahan 3 – 21
3.6. Luas Wilayah DAS Asahan Per Kabupaten 3 – 27
3.7. Laju Pertumbuhan Penduduk di WS Asahan 3 – 29
3.8. Jumlah Penduduk di WS Asahan Periode Tahun 2004 3 – 29
3.9. Kepadatan dan Penyebaran Penduduk di DAS
Asahan
3 – 31
3.10. Prosentase Penduduk Berumur 10 tahun Keatas
yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di WS
Asahan Tahun 2004
3 – 33
3.11. Produksi Tanaman Palawija di WS Asahan Tahun
2004
3 – 34
3.12. Produksi Tanaman Padi di WS Asahan Tahun 2004 3 – 35
3.13. Perkembangan Produksi Padi Sawah di WS Asahan
Tahun 2001 – 2004
3 – 35
3.14. Perkembangan Produksi Padi Ladang di WS Asahan
Tahun 2001 – 2004
3 – 35
3.15. Produksi Tanaman Perkebunan Rakyat di WS Asahan
Tahun 2004
3 – 36
3.16. Produksi Tanaman Perkebunan PTPN / Swasta di WS
Asahan Tahun 2004
3 – 38
3.17. Data Sub Sektor Perikanan Darat di WS Asahan
Tahun 2004
3 – 39
3.18. Data Produksi Daging Ternak di WS Asahan Tahun
2004
3 – 40
3.19. Data Produksi Daging Unggas di WS Asahan Tahun
2004
3 – 40
3.20. Data Populasi Ternak di WS Asahan Tahun 2004 3 – 40
3.21. Data Populasi Unggas di WS Asahan Tahun 2004 3 – 41
3.22. Tata Guna Lahan Hutan di WS Asahan Tahun
2004
3 – 42
3.23. Data Sub Sektor Listrik di Wilayah Sungai Asahan
Tahun 2004
3 – 43
3.24. Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber
Penerangan
3 – 43
8. Laporan Akhir
Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
viii
3.25. Jumlah Produksi dan Pelanggan Air Bersih Tahun
2004 di WS Asahan
PT. JASAPATRIA GUNATAMA
3 – 44
3.26. Perkembangan Pelanggan Air Bersih di WS Asahan
Tahun 2004
3 – 45
3.27. Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air
minum
3 – 45
3.28. Perkembangan Jumlah Hotel dan Akomodasi
lainnya di WS Asahan Periode Tahun 2000 – 2004
3 – 46
3.29. Jumlah Hotel dan Akomodasi Lainnya Menurut Kelas
di WS Asahan Periode Tahun 2004
3 – 47
3.30. Perkembangan Jumlah Industri Besar dan Sedang
Periode Tahun 2002 – 2004
3 – 49
3.31. Jumlah Industri Kecil di WS Asahan Tahun 2004 3 – 49
3.32. Perkembangan PDRB Provinsi Sumatera Utara Tahun
2002- 2004 Atas Dasar Harga Berlaku (Milyar Rupiah)
3 – 50
3.33. Perkembangan PDRB Provinsi Sumatera Utara Tahun
2002- 2004 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1993
(Milyar Rupiah)
3 – 51
3.34. Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sumatera Utara
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2002- 2004
3 – 51
3.35. Perkembangan PDRB Kabupaten/Kota di WS
Asahan
3 – 52
3.36. Perkembangan Pendapatan Per Kapita Kabupaten
/Kota di WS Asahan
3 – 52
3.37. Daftar Pos Duga Air 3 – 64
3.38. Kualitas Air S.Asahan di Porsea 3 – 69
3.39. Kualitas Air S.Asahan di Siruar 3 – 69
3.40. Kualitas Air S.Asahan di Tangga 3 – 70
3.41. Kualitas Air S.Asahan di Tanjung Balai 3 – 71
3.42. Luas Ekosistem Bagian Hulu dan Hilir 3 – 75
3.43. Penyebaran Jenis Tanah 3 – 76
3.44. Kemiringan Lereng Ekosistem Hulu dan Hilir 3 – 81
3.45. Luas Kawasan Hutan Relevan Dengan DTA Danau
Toba Asahan
3 – 82
3.46. Lahan Kritis Ekosistem Hulu (DTA Danau Toba) 3 – 85
3.47. Pembagian Kawasan Hutan Ekosistem Bagian Hilir 3 – 85
3.48. Lahan Kritis Pada Ekosistem Bagian Hilir 3 – 86
3.49. Kondisi Penutupan Lahan (kerapatan tajuk) Diluar
dan Didalam Kawasan Hutan
3 – 87
3.50. Kegiatan GNRHL Tahun 2003 3 – 88
3.51. Kegiatan GNRHL Tahun 2004 3 – 88
3.52. Kegiatan RL Pada Areal Model Das Mikro (MDM) 3 – 89
3.53. Pembuatan Areal Model Hutan Rakyat dan UP–
Persuteraan Alam
3 – 89
3.54. Kegiatan RHL Tahun 2005 3 – 90
3.55. Biaya Operasi Konservasi tahun (2001- 2005) DTA
Danau Toba
3 – 91
9. Laporan Akhir
Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
ix
3.56. Kebutuhan Air Rumah-Tangga, Perkotaan dan
Industri (m3/s)
PT. JASAPATRIA GUNATAMA
3 – 93
3.57. Hasil Simulasi Untuk Berbagai Target Outflow 3 – 93
4.1. Rencana Penggunaan Lahan Di Kawasan WS
Asahan
4 – 27
4.2. Proyeksi Penduduk di WS Asahan Periode 2006 –
2030
4 – 30
4.3. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sumatera Utara
Tahun 1991 – 2003
4 – 36
4.4 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota dan
Provinsi Sumatera Utara Tahun 2002-2004
4 – 38
4.5. Proyeksi Laju Pertumbuhan Ekonomi 4 – 38
4.6. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi 4 – 39
4.7. Proyeksi Kebutuhan Padi di WS Asahan Tahun 2006 –
2030
4 – 40
4.8. Resume Proyeksi Kebutuhan Pangan di WS Asahan
Tahun 2006 – 2030
4 – 40
4.9. Proyeksi Produksi Pangan di WS Asahan 2005 – 2030 4 – 41
4.10. Proyeksi Neraca Pangan Padi, Jagung dan Ubi
Kayu di WS Asahan 2006 – 2030
4 – 44
4.11. Proyeksi Neraca Pangan Ubi Jalar, Kacang Tanah,
Kacang Kedelai di WS Asahan 2006 – 2030
4 – 46
4.12. Proyeksi Luas Panen Tanaman Padi Berdasarkan
Perkembangan Produksi Tahun 2006-2030
4 – 48
4.13. Proyeksi Jumlah Populasi Ternak Unggas Tahun 2006
– 2030
4 – 51
4.14. Proyeksi Listrik 4 – 53
4.15. Proyeksi Pelanggan Listrik 4 – 54
4.16. Proyeksi Pelanggan Air Minum Tahun 2006-2030 4 – 56
4.17. Proyeksi Kebutuhan Air Bersih Tahun 2006 – 2030 4 – 57
4.18. Proyeksi Jumlah Wisatawan ke Kawasan Danau
Toba Tahun 2006- 2030
4 – 57
4.19. Proyeksi Jumlah Akomodasi/Hotel di Kawasan
Danau Toba Tahun 2006 – 2030
4 – 58
4.20 Proyeksi Jumlah Akomodasi/Hotel di Kawasan
Danau Toba Tahun 2006 – 2030
4 – 59
4.21. Klasifikasi Hotel di WS Asahan 4 – 59
4.22. Perhitungan Ketersediaan Air 4 – 60
4.23. Curah Hujan Rencana Wilayah Sungai Asahan 4 – 62
4.24. Hidrograf Banjir Rencana Sub DAS 4 – 65
4.25. Wilayah Administratif DAS Asahan 4 – 71
4.26. Kebutuhan Air Bersih Rumah Tangga per Orang Per
Hari Menurut Kategori Kota
4 – 72
4.27. Kebutuhan Air Bersih Rumah Tangga per Orang Per
Hari di DAS Asahan berdasarkan Tahap
Perencanaan
4 – 73
10. Laporan Akhir
Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
x
4.28. Kebutuhan Air Bersih Rumah Tangga Perkotaan dan
Industri Berdasarkan Tahapan Perencanaan di DAS
Asahan
PT. JASAPATRIA GUNATAMA
4 – 76
4.29. Prediksi Konsumsi Air Bersih Rumah Tangga-
Perkotaan dan Industri DAS Asahan Tahun 2006
sampai Tahun 2030
4 – 77
4.30. Prediksi Jumlah Penduduk DAS Asahan Tahun 2006
sampai Tahun 2030
4 – 78
4.31. Kebutuhan Air Bersih Rumah Tangga Perkotaan dan
Industri DAS Asahan Tahun 2006
4 – 80
4.32. Kebutuhan Air Bersih Rumah Tangga Perkotaan dan
Industri DAS Asahan, Tahun 2011
4 – 81
4.33. Kebutuhan Air Bersih Rumah Tangga Perkotaan dan
Industri DAS Asahan Tahun 2021
4 – 82
4.34. Kebutuhan Air Bersih Rumah Tangga Perkotaan dan
Industri DAS Asahan, Tahun 2030
4 – 83
4.35. Kualitas Air Sungai Yang Masuk ke Danau Toba 4 – 93
4.36. Sungai–Sungai di DTA D. Toba yang mengalir ke
Danau Toba
4 – 95
4.37. Erosi Aktual Masing-Masing Sub Basin WS DTA. D.
Toba
4 – 97
4.38. Hubungan Kemiringan Lereng (Slope) Dengan Kelas
Tingkat Bahaya Erosi Beserta Luasnya di DTA Danau
Toba
4 – 101
4.39. Ringkasan Hasil Penelitian Dampak Konservasi
Terhadap Erosi di DTA Danau Toba
4 – 102
4.40. Hasil Prediksi Erosi Tahunan Masing-Masing Sub Basin
Asahan Toba
4 – 103
4.41. Hasil Prediksi Erosi (ton/ha/thn ) Serta Bobotnya DTA.
D. Toba Tahun 2010, 2015 dan 2030
4 – 104
4.42. Hasil Prediksi Total Erosi (ton/ Km 2) Setiap Sub Basin
DTA D. Toba Tahun 2010, 2015 dan 2030
4 – 106
4.43. Nilai SDS Menurut Luas Sungai/Sub DAS Yang Masuk
ke Danau Toba
4 – 110
4.44. Hasil Prediksi Sedimen (ton/ha/tahun) Masing-Masing
Sungai / Sub DAS Yang Mengalir ke DTA. D. Toba
Tahun 2010, 2015 dan 2030
4 – 112
4.45. Hasil Prediksi Sedimen Tahunan (sediment yield)
Masing-masing Sungai/Sub DAS Yang Mengalir ke
DTA. D. Toba Tahun 2010, 2015 dan 2030
4 – 114
4.46. Luas dan Jumlah Land Unit Ekosistem hilir 4 – 117
4.47. Nilai Erosi Aktual per Sub DAS Dirinci Menurut Unit
Ekosistem Hilir
4 – 118
4.48. Hasil Prediksi Erosi (ton/ha/thn) Tahun 2010, 2015 dan
2030 Ekosistem Bagian Hilir
4 – 121
4.49. Hasil Prediksi Erosi Rata-rata (ton/ha/thn) dan
Bobotnya Menurut SUB DAS Tahun 2010, 2015 dan
2030 Ekosistem Hilir
4 – 123
11. Laporan Akhir
Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
xi
4.50. Hasil Sedimen Eksisting Tahun 2006 dan Prediksinya
Tahun 2010, 2015, 2030
PT. JASAPATRIA GUNATAMA
4 – 126
4.51. Hasil Prediksi Tahunan (Sediment Yield) Eksisting
Tahun 2006 dan Prediksinya Tahun 2010, 2015 dan
2030 Ekosistem Bagian Hilir
4 – 128
4.52. Kriteria Penetapan Pengembangan Pola Konservasi
WS Asahan
4 – 133
4.53. Tingkat Kekritisan Lahan Didalam Kawasan Hutan
Yang Termasuk DTA. D.Toba Sebagai Ekosistem Hulu
WS Asahan
4 – 137
4.54. Pola Konservasi Lahan Kritis Didalam Kawasan Hutan
DTA. D. Toba
4 – 139
4.55. Kondisi Lahan Kritis Diluar Kawasan Hutan Milik
Negara Namun Termasuk DTA. D.Toba sebagai
Ekosistem Hulu WS Asahan
4 – 142
4.56. Pola Konservasi Lahan Kritis Diluar Kawasan Hutan
dan Fungsinya Penting Dalam Pelestarian DTA. D.
Toba
4 – 144
4.57. Pola Konservasi Dengan Pendekatan Vegetatif
pada Sungai Yang Mengalir ke Danau Toba
Sebagai Ekosistem Bagian Hilir WS Asahan
4 – 148
4.58. Pola Konservasi Pendekatan Vegetatif sekitar Danau
Waduk
4 – 151
4.59. Data Potensi dan Penyebaran Hutan Rakyat di
Provinsi Sumatera Utara
4 – 152
4.60. Sebaran Lahan Kritis Didalam Kawasan Hutan WS
Asahan Bagian Hilir
4 – 157
4.61. Pola Konservasi Lahan Kritis Didalam Kawasan Hutan
Ekosistem Hilir WS Asahan
4 – 158
4.62. Sebaran Lahan Kritis Diluar Kawasan Hutan WS
Asahan Bagian Hilir
4 – 160
4.63. Pola Konservasi Lahan Kritis Diluar Kawasan Hutan
WS Bagian Hilir
4 – 161
4.64. Pola Konservasi Sempadan Sungai Asahan, Silau
dan Piasa
4 – 163
4.65. Pola Konservasi Kawasan Hutan Damtolu 4 – 164
4.66. Hasil Simulasi Untuk Berbagai Target Outflow 4 – 168
12. Laporan Akhir
Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
xii
PT. JASAPATRIA GUNATAMA
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar
1.1. Wilayah Sungai Asahan 1 – 4
2.1. Pendekatan Dengan Menggunakan Sinergi antara
Prinsip, Metodologi dan Kegiatan (SPMA)
2 – 2
2.2. Bagan Alir Pelaksanaan 2 – 5
2.3. Kerangka Analisis Penyusunan Pola Pengelolaan
Sumber Daya Air
2 – 9
2.4. Skema DSS RIBASIM 2 – 12
2.5. DSS untuk Perencanaan SDA Wilayah Sungai 2 – 13
2.6. Proses Legalisasi Pola Pengelolaan Sumber Daya Air
wilayah Sungai Asahan, Provinsi Sumatera Utara
2 – 16
3.1. Peta Administrasi Provinsi Sumatera Utara 3 – 4
3.2. Peta Karakteristik Fisik Provinsi Sumatera Utara 3 – 7
3.3. Peta SWS Provinsi Sumatera Utara 3 – 10
3.4. Peta RTRW Sumatera Utara 2003 - 2018 3 – 14
3.5. Peta Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya
Hutan
3 – 16
3.6. Peta Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Utara 3 – 20
3.7. Peta Pemanfaatan Lahan di WS Asahan 3 – 26
3.8. Lokasi Pos Hidroklimatologi 3 – 56
3.9. Bar-chart Ketersediaan Data Hujan 3 – 57
3.10. Plotting Time-Series Secara Bersama 3 – 58
3.11. Kurva Massa Ganda Pos Aek Loba 3 – 58
3.12. Kurva Massa Ganda Pos Bandar Pulau 3 – 59
3.13. Kurva Massa Ganda Pos Balige 3 – 59
3.14. Kurva Massa Ganda Pos Dolok Sanggul 3 – 60
3.15. Kurva Massa Ganda Pos Luala Piasa 3 – 60
3.16. Kurva Massa Ganda Pos Pulau Raja 3 – 61
3.17. Kurva Massa Ganda Pos Pangururan 3 – 61
3.18. Kurva Massa Ganda Pos Parapat 3 – 62
3.19. Kalibrasi Rainfall-Runoff Sacramento pada Sungai
Silau di Kisaran Naga
3 – 65
3.20. Verifikasi Model Hujan Aliran di Asahan – Pulau Raja 3 – 66
3.21. Model Hujan – Aliran dan Debit Sintetis 3 – 66
3.22. Water District di WS Asahan 3 – 92
4.1. SWS Asahan Dalam Konstelasi Regional 4 – 7
4.2. Kawasan Andalan di SWS Asahan 4 – 11
4.3. Konflik Pemanfaatan Lahan di SWS Asahan 4 – 13
4.4. Permasalahan Lingkungan di SWS Asahan 4 – 19
4.5. Peta Rencana Penggunaan Lahan WS Asahan 4 – 26
13. Laporan Akhir
Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
4.6. Populasi dan Proyeksi Ternak Sapi Di WS Asahan 4 – 49
4.7. Populasi dan Proyeksi Ternak Kerbau Di WS Asahan 4 – 50
4.8. Populasi dan Proyeksi Ternak Kambing Di WS
xiii
Asahan
PT. JASAPATRIA GUNATAMA
4 – 50
4.9. Populasi dan Proyeksi Ternak Babi Di WS Asahan 4 – 51
4.10. Proyeksi Ternak Unggas di WS Asahan 4 – 52
4.11. Proyeksi Ternak Unggas Itik Manila di WS Asahan 4 – 52
4.12. Proyeksi Listrik di Kota Tanjung Balai 4 – 54
4.13. Proyeksi Listrik di Kabupaten Asahan 4 – 54
4.14. Proyeksi Listrik di Kabupaten Toba Samosir 4 – 55
4.15. Proyeksi Listirk di Cabang PLN Rantau Prapat 4 – 55
4.16. Proyeksi Listirk di Cabang PLN Lubuk Pakam 4 – 55
4.17. Hidrograf Banjir Rencana Sub DAS 4 – 68
4.18. Stratifikasi Air Pada Danau 4 – 86
4.19. Stratifikasi Danau Toba - Balige 4 – 86
4.20 Stratifikasi Danau Toba – Parapat 4 – 87
4.21. Stratifikasi Danau Toba - Haronggol 4 – 88
4.22. Peta Erosi Prediksi Tahun 2006, 2010, 2015 dan 2030 4 – 108
4.23. Kerangka Penyusunan Pola Konservasi 4 – 131
4.24. Skematisasi Sistem Tata Air WS Asahan 4 – 165
4.25. Debit Rata-rata WS Asahan 4 – 166
4.26. Debit Minimum WS Asahan 4 – 167
4.27. Muka Air danau untuk berbagai target Outflow 4 – 169
4.28. Muka Air Danau Toba Untuk Outflow 75 m3/s 4 – 169
4.29. Muka Air Danau Toba Untuk Outflow 80 m3/s 4 – 170
4.30. Muka Air Danau Toba Untuk Outflow 90 m3/s 4 – 170
4.31. Muka Air Danau Toba untuk Outflow 100 m3/s 4 – 171
4.32. Pengendalian Banjir Eksisting 4 – 174
14. Laporan Akhir
Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
L – 1 Sebaran Luas Hutan Lindung di Sekitar Kawasan DTA. D. Toba
L – 2 Bobot Erosi Pada 26 Sungai Yang Mengalir ke D.Toba, Dirinci per
L – 3 Kondis Penutupan Lahan Dari 26 Sungai Yang Mengalir ke DTA
xiv
DAFTAR TABEL LAMPIRAN
Lampiran
Kecamatan Pada Ekosistem Hulu
D. Toba Sebagai Ekosistem Hulu WS Asahan
PT. JASAPATRIA GUNATAMA
15. Laporan Akhir
Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
xv
PT. JASAPATRIA GUNATAMA
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku Referensi
1) Arsyad, S, 2000, Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Institut Pertanian
Bogor.
2) Asdak, Chay, 2002a, Perspektif Baru Dalam Pengelolaan Daerah Aliran
Sungai: Menuju Solidaritas Daerah Hulu-Hilir, Bandung: Lembaga Penelitian
Universitas Padjajaran.
3) Asdak, Chay, 2002b, Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
(edisi revisi), Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
4) BP-DAS Asahan-Barumun, 2005, Data Spasial Lahan Kritis Wilayah BPDAS
Asahan Barumun (Buku I).
5) BP-DAS Asahan-Barumun, 1988, Rencana Teknik Lapangan – Rehabilitasi
Lahan Dan Konservasi Tanah-Sub DAS Asahan (DTA. D. Toba).
6) BP-DAS Asahan-Barumun, 2003, Review Rencana Teknik Lapangan –
Rehabilitasi Lahan Dan Konservasi Tanah-Sub DAS Asahan (DTA. D. Toba).
7) BP-DAS Asahan-Barumun, 2005, Keadaan Umum Danau Toba.
8) Dinas Kehutanan Provinsi Sumut, 2005. Propil Kehutanan Sumut.
9) Dinas Kehutanan Provinsi Sumut, 2005. Sebaran Hutan Lindung Sekitar
Kawasan D. Toba.
10) Dinas Kehutanan Kabupaten Tobasa, 2005. Rencana Rehabilitasi Kawasan
Tahun 2006.
11) Dinas Kehutanan Kabupaten Humbang Hasundutan, 2005. Propil
Kabupaten Humbang Hasundutan 2006.
12) Departemen Kimpraswilnas Kimpraswil, 2005. Bantuan Teknis Penyusunan
RTR Kawasan D. Toba dan Sekitarnya-Provinsi Sumatera Utara Litbang
Kehutanan Pematang Siantar, 2005. Proceeding Hasil-hasil Penelitian.
13) Landon, J.R, 1984. Tropical Soil Manual.London England.
14) Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, 2004,
Teknologi Konservasi Tanah Pada Lahan Kering Berlereng. Litbang
Pertanian Deptan.
15) Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, 1990,
Pemantapan Konservasi Tanah dan Evaluasi Tingkat Erosi, Proyek
Penyelamatan Hutan Tanah dan Air. Litbang Pertanian Deptan.
16. Laporan Akhir
Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
16) Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, 1990,
Proceeding Expose Hasil Survei dan Pemetaan Tanah Dalam Rangka
Penunjang Perencanaan Daerah Provinsi Riau. Litbang Pertanian Deptan.
17) Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, 1990, Peta
Satuan Lahan dan Tanah Lembar Solok Sumatera. Litbang Pertanian
Deptan.
18) Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, 1990, Peta
Satuan Lahan dan Tanah Lembar Rengat Sumatera. Litbang Pertanian
Deptan.
19) Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, 1990,
Proceeding Expose Hasil Survei dan Pemetaan Tanah Dalam Rangka
Penunjang Perencanaan Daerah Provinsi Riau. Litbang Pertanian Deptan.
20) Provinsi Sumatera Utara, 2003, Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara
nomor: 7 tahun 2003 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
Sumatera Utara Tahun 2003-2018.
21) Purba, H, 1985, Potensi Keindahan Alam untuk Tujuan Pariwisata Akan
Membantu Upaya Pelestarian Danau Toba, Balitbang Kehutanan Dephut.
22) Pusat Penyuluhan Kehutanan, 1999. Informasi Teknis Rehabilitasi dan
23) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Sumatera Utara,
2004, Studi/Kajian Pengalokasian Dana Annual Fee Akibat Pemekaran
Kabupaten/Kota di Kawasan DTA Danau Toba, Medan : Laporan Akhir
Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Sumatera
Utara dengan Lembaga Pengabdian Pada Masyarakat Universitas
Sumatera Utara.
24) Pemerintah Provinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah, 1997, Survey dan Pemetaan Sumber Daya Air
Pada Daerah Aliran Sungai Toba dan Asahan, Institut Teknologi Bandung.
Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat (LPM-ITB).
25) Nana Terangna, Ratna Hidayat, dkk,2003 “ Pengelolaan Kualitas Air Danau
26) Anonimous, 2000, Penelitian Gangguan Ekosistem Wilayah Danau Toba
dalam rangka Pengelolaan Lingkungan, Laporan Akhir kerjasama
BAPPEDALDA Provinsi Sumatera Utara dengan Fakultas Geografi
Universitas Gajahmada.
27) Anonimous, 2001, Pengkajian Teknis Pemanfaatan Sumberdaya Alam dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Danau Toba, Laporan Akhir
xvi
Konservasi Tanah, 1999. Dephut – Jakarta.
Toba”, Prosiding Kolokium Puslitbang SDA, Bandung , ISBN 979-3197-27-7.
PT. JASAPATRIA GUNATAMA
17. Laporan Akhir
Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
kerjasama BAPPEDALDA Provinsi Sumatera Utara dengan Institut Teknologi
Bandung.
28) Anonimous, 2000, Prosiding Hasil-hasil Penelition, Balai Penelitian
Kehutanan Pematang Siantar, Balitbang Kehutanan dan Perkebunan,
Departemen Kehutanan dan Perkebunan, Medan.
29) Anonimous, 1990, Peraturan Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Sumatera
Utara Nomor I tahun 1990 dan Petunjuk Pelaksanaan tentang Penataan
Kawasan Donau Toba, Pemerintah Daerah Tingkat I Sumatera Utara ,
Medan.
30) Bungaran Saragih and Satyawan Sunito, 2001, Lake Toba : Need for an
Integrated Management System, Lakes & Reservoir ; Research and
Management 2001, ILEC, Japan.
31) Jorgensen, S.E and Matsui, S., 1997, Guidelines of Lake Management, The
World’s Lake in Crisis, Volume 8, International Lake Environment Committee
Foundation, Japan.
32) Jorgensen, S.E and Vollenweider, R.A., 1988, Guidelines of Lake
Management, Principles of Lake Management, Volume 1, International
Lake Environment Committee Foundation, Japan.
33) Lehmusluoto, P. et. all, 1995, National Inventory of The major Lakes and
34) Puslitbang Pengairan, 1993, Laporan Penelitian Pengelolaan Kualitas Air
Sungai Asahan, Proyek Penelitian dan Pengembangan Lingkungan
Keairan.
35) Straskraba, M and Tundisi, J.G., 1999, Guidelines of Lake Management,
Reservoir Water Quality Management, Volume 9, International Lake
Environment Committee Foundation, Japan.
1) Undang-undang Dasar 1945
2) Undang-undang Nomor 24 Tahun 1956 tentang Perubahan Peraturan
3) Undang-undang RI No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang.
4) Undang-undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan
5) Undang-undang RI No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
xvii
Reservoirs in Indonesia, Painatuskeskus Oy, Helsinki.
2. Dokumen Peraturan Perundang-undangan
Pembentukan Provinsi Sumatera Utara.
Permukiman
Hidup.
PT. JASAPATRIA GUNATAMA
18. Laporan Akhir
Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
6) Undang-undang RI No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, juncto,
Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas
Undang-undang No. 41 Tentang Kehutanan
7) Undang-undang RI No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.
8) Undang-undang RI No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
9) Undang-undang RI No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
10) Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air;
11) Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
12) Undang–undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
13) Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
14) Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai
15) Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air
16) Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2002 tentang Tata Hutan Dan
Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan dan
Pengawasan Kawasan Hutan.
17) Keputusan Presiden RI No. 9 Tahun 1999 tentang Pembentukan Tim
Koordinasi Kebijaksanaan Pendayagunaan Sungai dan Pemeliharaan
Kelestarian Daerah Aliran Sungai.
18) Keputusan Presiden RI No. 62 Tahun 2000 tentang Koordinasi Penataan
19) PP No. 6, tahun 1981, tentang Iuran Pembiayaan Eksploitasi dan
20) PP No. 22, Tahun 1982, tentang Tata Pengaturan Air
21) PP No. 23, Tahun 1982, tentang Irigasi
22) PP No. 20, Tahun 1990, tentang Pengendalian Pencemaran Air.
23) PP No. 35, Tahun 1991, tentang Sungai.
24) PP No. 27, Tahun 1991, tentang Rawa
25) Permen PU No. 39/PRT/1990, tentang Pembagian Wilayah Sungai.
26) Permen PU No. 45/PRT/1990, tentang Pengendalian mutu air pada sumber-sumber
27) Permen PU No. 48/PRT/1990, tentang Pengelolaan atas air dan/atau
xviii
Pusat dan Daerah.
Pembangunan Nasional.
Pemerintah Pusat dan Daerah.
Dampak Lingkungan.
dan Pengendalian Pencemaran Air.
Ruang Nasional.
Pemeliharaan Prasarana Pengairan
air.
sumber air pada wilayah sungai.
PT. JASAPATRIA GUNATAMA
19. Laporan Akhir
Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
28) Permen. PU No. 49/PRT/1990, tentang Tata cara dan Persyaratan Izin
29) Permen PU No. 63/PRT/1993, tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah
30) Permen. PU No. 64/PRT/1993, tentang Reklamasi Rawa.
31) Peraturan Pemerintah N0. 81 Tahun 2000 tentang Kenavigasian.
32) Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas
33) Keputusan Presiden Nomor 83 Tahun 2002 tentang Perubahan atas
Keputusan Presiden Nomor 123 Tahun 2001 tentang Tim Koordinasi
Pengelolaan Sumber Daya Air.
34) Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 1 Tahun 1990 tentang
35) Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 4 Tahun 1994, tentang
Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera
Utara.
36) Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 7 Tahun 2003, tentang
Pedoman Studi Pengairan, sebagai berikut :
PSA-001 : Pedoman Studi Proyek Pengairan
PSA-002 : Pedoman Pengelolaan Pengumpulan Data Hidrologi
PSA-003 : Pedoman Perkiraan Tersedianya air
PSA-004 : Pedoman untuk Disain Banjir di Jawa dan Sumatera
PSA-005 : Pedoman Perkiraan Banjir Untuk Perencanaan
PSA-006 : Pedoman Pencatatan Banjir Maksimum di Indonesia
PSA-008 : Pedoman Penilaian Lahan dalam Studi Proyek Pengairan
PSA-009 : Pedoman Kebutuhan Air untuk Tanaman Padi dan Tanaman
xix
Penggunaan Air dan/atau Sumber Air.
manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai.
Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
Kawasan Danau.
Rencana Penataan Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Utara.
3. Dokumen Lainnya :
1) Manual Mutu Direktorat Jenderal Pengairan
2) Dokumen Direktur Jenderal Pengairan No. 71/KPTS/A/1985, tentang
lainnya.
PSA-011 : Penilaian Kondisi Air Tanah untuk Proyek Pengairan.
3) Pedoman BWRMP (Basin Water Resources Management Plan)
4) Manual Hymos, Ribasim, Sobek, GIS, Flood Control, Urban Drainage
5) BAPEDALDA Provinsi Sumatera Utara, Pengukuran Kualitas Air Sungai
Asahan.
PT. JASAPATRIA GUNATAMA
20. Laporan Akhir
Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
xx
6) BAPPEDA Provinsi Sumatera Utara, RTRW Provinsi dan Kabupaten.
7) PUSAIR Departemen Pekerjaan Umum, Data Tahunan Kualitas Air, 1995 -
1999.
8) BAKOSURTANAL, Peta Rupa Bumi Digital Indonesia, Skala 1: 50.000, 2001.
PT. JASAPATRIA GUNATAMA
21. Laporan Akhir
Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
1 - 1
PT. JASAPATRIA GUNATAMA
BAB –– I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pemanfaatan sumber daya air berbagai keperluan disatu pihak terus meningkat
dari tahun ke tahun, sebagai dampak pertumbuhan penduduk dan
pengembangan aktivitasnya. Padahal dilain pihak ketersediaan sumber daya air
semakin terbatas malahan cenderung semakin langka terutama akibat
penurunan kualitas lingkungan dan penurunan kualitas air akibat pencemaran.
Apabila hal seperti ini tidak diantisipasi, maka dikhawatirkan dapat menimbulkan
ketegangan dan bahkan konflik akibat benturan kepentingan manakala
permintaan (demand) tidak lagi seimbang dengan ketersediaan sumber daya air
untuk pemenuhannnya (supply). Oleh karena itu perlu upaya secara proporsional
dan seimbang antara pengembangan, pelestarian, dan pemanfaatan sumber
daya air baik dilihat dari aspek teknis maupun aspek legal.
Untuk memenuhi kebutuhan air yang terus meningkat diberbagai keperluan,
diperlukan suatu perencanaan terpadu yang berbasis wilayah sungai guna
menentukan langkah dan tindakan yang harus dilakukan agar dapat memenuhi
kebutuhan tersebut dengan mengoptimalkan potensi pengembangan sumber
daya air, melindungi/melestarikan serta meningkatkan nilai sumber daya air dan
lahan.
Mengingat pengelolaan sumber daya air merupakan masalah yang kompleks
dan melibatkan semua pihak baik sebagai pengguna, pemanfaat maupun
pengelola, tidak dapat dihindari perlu upaya bersama untuk mulai
22. Laporan Akhir
Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
mempergunakan pendekatan “one river, one plan, and one integrated
management”. Keterpaduan dalam perencanaan, kebersamaan dalam
pelaksanaan dan kepedulian dalam pengendalian sudah waktunya diwujudkan.
Perencanaan Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai adalah merupakan
suatu pendekatan yang holistik yang merangkum aspek kuantitas dan kualitas air.
Perencanaan tersebut merumuskan dokumen inventarisasi sumber daya air
wilayah sungai, identifikasi kebutuhan saat ini maupun di masa mendatang,
pengguna air dan estimasi kebutuhan mereka baik pada saat ini maupun di
masa mendatang, serta analisis upaya alternatif agar lebih baik dalam
penggunaan sumber daya air. Termasuk didalamnya evaluasi dampak dari
upaya alternatif terhadap kuantitas air, dan rekomendasi upaya yang akan
menjadi dasar dan pedoman dalam pengelolaan wilayah sungai di masa
mendatang.
Sejalan dengan itu, Undang-Undang Nomor 7/2004 tentang Sumber Daya Air
dimaksudkan untuk memfasilitasi strategi pengelolaan sumber daya air untuk
wilayah sungai di seluruh tanah air untuk memenuhi kebutuhan, baik jangka
menengah maupun jangka panjang secara berkelanjutan. Pada Pasal 1 ayat 8
UU Nomor 7/2004 menyebutkan bahwa: “Pola Pengelolaan Sumber Daya Air
adalah kerangka dasar dalam merencanakan, melaksanakan, memantau dan
mengevaluasi kegiatan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber
daya air dan pengendalian daya rusak air.
Pada pasal 11 ayat 1 dan 2 UU no. 7 / 2004 menyebutkan bahwa : “Untuk
menjamin terselenggaranya pengelolaan sumber daya air yang dapat
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kepentingan masyarakat
dalam segala bidang kehidupan disusun pola pengelolaan sumber daya air. Pola
pengelolaan sumber daya air ini disusun berdasarkan wilayah sungai dengan
prinsip keterpaduan antara air permukaan dan air tanah”.
Undang-undang tersebut (dan Peraturan Pemerintah yang terkait) mencerminkan
arah pemikiran yang berkembang saat ini berkaitan dengan penataan ulang
tanggung jawab dalam sektor sumber daya air. Undang-undang tersebut
mengungkapkan sejumlah aspek dimana pengelolaan sumber daya air di
wilayah sungai dapat ditingkatkan lebih lanjut, antara lain dengan dimuatnya
pasal pasal tentang perencanaan pengelolaan sumber daya air.
1 - 2
PT. JASAPATRIA GUNATAMA
23. Laporan Akhir
Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Dengan terbitnya UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air tersebut diatas,
jelas bahwa tahapan pengelolaan Sumber Daya Air (SDA) Wilayah Sungai adalah
sebagai berikut :
(1). Sebelum dilakukan penyusunan Rencana Induk (MasterPlan) Pengelolaan
Sumber Daya Air Wilayah Sungai, terlebih dahulu perlu dilakukan
Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai yang berisi
tentang :
a). Tujuan umum pengelolaan SDA.
b). Dasar-dasar pengelolaan SDA.
c). Prioritas dan strategi dalam mencapai tujuan.
d). Konsepsi kebijakan-kebijakan dalam pengelolaan SDA.
e). Rencana pengelolaan strategis.
(2). Sebagai tindak lanjut dari Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air
Wilayah Sungai tersebut, setelah disahkan oleh yang berwenang selanjutnya
akan disusun Rencana Induk (Masterplan) Pengelolaan Sumber Daya Air
yang merupakan perencanaan secara menyeluruh dan terpadu yang
diperlukan untuk menyelenggarakan pengelolaan SDA, dimana
perencanaan tersebut disusun dengan berpedoman kepada pola
pengelolaan SDA untuk wilayah sungai terkait.
(3). Kegiatan selanjutnya secara berurutan setelah penyusunan Rencana Induk
Untuk hal tersebut diatas, pada tahun anggaran 2006, Direktorat Bina Program,
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air bermaksud akan melaksanakan Penyusunan
Pola Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Wilayah Sungai Asahan guna
mewujudkan pemanfaatan dan pendayagunaan sumber air di wilayah sungai
tersebut secara serasi dan optimal, sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan
daya dukung lingkungan serta sesuai dengan kebijakan pembangunan nasional
dan daerah yang berkelanjutan.
1 - 3
Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai adalah :
a). Studi Kelayakan (FS).
b). Program Pengelolaan.
c). Rencana Kegiatan.
d). Rencana rinci.
e). Pelaksanaan/konstruksi.
f). Operasi dan Pemeliharaan.
PT. JASAPATRIA GUNATAMA
24. Laporan Akhir
Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
1.1.1. Wilayah Studi
Wilayah Studi secara administratif terletak di Provinsi Sumatera Utara seperti
terlihat pada Gambar 1.1.
1.1.2. Permasalahan Umum
Dalam perkembangan yang terjadi beberapa tahun terakhir ini, kebutuhan akan
air untuk memenuhi berbagai keperluan semakin meningkat, sementara
ketersediaan air semakin terbatas. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa hal
antara lain:
Maraknya penebangan hutan memberikan dampak yang buruk terhadap
Pembangunan yang ada masih bersifat parsial dan belum terpadu serta
1 - 4
Sumber : Atlas Indonesia
Gambar 1.1 : Lokasi Satuan Wilayah Sungai Asahan
ketersediaan sumber daya air dan lingkungan hutan sekitarnya;
masih menitik beratkan kepada program pengembangan sektoral;
PT. JASAPATRIA GUNATAMA
WS ASAHAN
(01.12)
Sungai Asahan
25. Laporan Akhir
Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Tuntutan kebutuhan akan pembangunan yang berwawasan kelestarian atas
pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya air pada masa sekarang dan
masa yang akan datang.
Belum tersedianya perencanaan pengembangan sumber-sumber air yang
menyeluruh dan terpadu yang mencakup aspek pemanfaatan, pengelolaan,
pengendalian dan pelestarian.
Untuk mengatasi hal-hal tersebut diatas diperlukan suatu upaya yang merupakan
bagian dari konsep pengembangan sumber daya air wilayah sungai Asahan.
Upaya tersebut adalah pelaksanaan kegiatan Penyusunan Pola Pengelolaan
Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
1.2. Maksud dan Tujuan
1.2.1. Maksud
Maksud dari kegiatan ini adalah menyusun Pola Pengelolaan Sumber Daya Air
Wilayah Sungai Asahan untuk dijadikan acuan dalam penyusunan Rencana
Induk (Master Plan) Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
1.2.2. Tujuan
Tujuan dari penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai
Asahan, adalah untuk merumuskan pola pengelolaan suatu wilayah sungai
termasuk menyusun dokumentasi sumber daya air wilayah sungai (air permukaan
dan air tanah), menganalisis perimbangan ketersediaan dari kebutuhan air baik
untuk saat ini maupun dimasa mendatang, dan mengidentifikasi program-program
yang dapat menjadi acuan untuk penyusunan Rencana Induk
pengelolaan sumber daya air wilayah sungai dengan melibatkan peran serta
masyarakat dan dunia usaha. Pola Pengelolaan sumber daya air wilayah sungai
berisi program komprehensif dan strategi pengembangan sumber daya air untuk
jangka pendek dan jangka panjang.
Didalam implementasinya, pola pengelolaan sumber daya air wilayah sungai
tersebut nantinya harus disetujui oleh pemerintah setempat, karena perencanaan
ini kelak diharapkan akan menjadi acuan semua pihak dan dapat menjadi
bingkai/kerangka kerja sama antar daerah di dalam penatagunaan sumberdaya
air termasuk di dalam perencanaan, pemanfaatan, pengusahaan, pengendalian
1 - 5
Terjadinya bencana alam banjir pada daerah pantai dan permukiman.
PT. JASAPATRIA GUNATAMA
26. Laporan Akhir
Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
dan pelestarian sumber daya air secara terencana, terarah, terpadu dan
berkesinambungan sesuai dengan kebijaksanaan pembangunan nasional dan
daerah yang berkelanjutan.
1.3. Sasaran
Memberikan arahan pengembangan pembangunan pada kawasan-kawasan
Memberikan arahan pengembangan kawasan pembangunan antara lain
kawasan budidaya, sistem pusat-pusat pemukiman, sistem sarana dan
prasarana wilayah dan kawasan yang perlu diprioritaskan berkaitan dengan
sumber daya air.
Memberikan arahan kebijaksanaan yang menyangkut tata guna tanah, tata
guna air, tata guna sumber daya alam serta kebijakan penataan ruang
wilayah yang direncanakan secara hati-hati dan bersinergi.
1.4. Data Umum Pekerjaan
Sesuai dengan dokumen pengadaan jasa konsultansi, data umum pekerjaan ini
adalah sebagai berikut :
Nama Pekerjaan : Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air
Satuan Kerja : Perencanaan Pemrograman Dan Penganggaran
1.5. Lingkup Jasa Pelayanan
Lingkup jasa pelayanan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai
berorientasi pada keluasan wilayah yang menuntut perencanaan maupun
pengelolaan berdasarkan batas-batas hidrologis.
Dari awal inilah pengelolaan sumber daya air wilayah sungai memerlukan
informasi yang dilakukan dengan kerjasama dan koordinasi antar
Kabupaten/Kota.
1 - 6
yang berkaitan dengan sumber daya air.
Menjamin kepentingan masa kini dan generasi yang akan datang.
Wilayah Sungai Asahan
Bidang Sumber Daya Air
Lokasi Pekerjaan : Wilayah Sungai Asahan
Sumber Dana : APBN
PT. JASAPATRIA GUNATAMA
27. Laporan Akhir
Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Melalui Pertemuan Konsultasi Masyarakat, dua proses dilakukan sekaligus, yaitu
inventarisasi masalah-masalah setempat secara arus bawah-atas (bottom up)
dan proses penyadaran masyarakat terhadap isu strategis (jangka panjang)
pengembangan wilayah sungai.
Untuk pelaksanaan Undang-undang No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah
dan Undang-undang No. 33/2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah
Pusat dan Daerah secara efektif, dalam proses, pengelolaan sumber daya air
wilayah sungai, koordinasi antar Kabupaten/Kota dengan Provinsi dan komunikasi
dengan para stakeholder menjadi sangat penting. Informasi praktis tentang
bagaimana pola pengelolaan wilayah sungai dan tata ruang wilayah
Kabupaten/Kota dapat sejalan satu sama lain merupakan hal yang penting
untuk menentukan kerjasama secara struktural.
Untuk pekerjaan tersebut diatas, beberapa kegiatan dibawah ini perlu dilakukan :
1). Pengumpulan dan analisis data awal berupa hasil studi, kebijakan, data
existing proyek, peta (topografi, tata guna lahan, geologi, tata ruang dan
sebagainya) serta data sekunder yang mendukung lainnya.
a.Data hidrologi (hujan, debit, air tanah dan lain-lain)
b. Data kondisi tataguna lahan saat ini (peta tata guna lahan, hasil tata
guna lahan, tata ruang dan lain-lain)
c. Populasi dan data sumberdaya manusia
d. Data sosio-ekonomi
e. Data pertanian (pola tanam, hasil tanam, dan lain-lain)
f. Data irigasi
g. Data/informasi banjir dan kekeringan
h. Kelembagaan berkaitan dengan Sumber Daya Air
3). Merumuskan tujuan dan sasaran pengembangan sumber daya air.
4). Pembelian software DSS RIBASIM dan HYMOS (masing-masing 1 unit).
5). Melatih 10 orang staff dinas provinsi/anggota unit perencanaan Sumatera
Utara dalam menggunakan HYMOS dan RIBASIM dalam dua tahap ; Class
Training dan On The Job Training
6). Analisa water District dan melakukan set-up DSS sebagai analisa
keseimbangan kebutuhan dan ketersediaan air saat ini maupun rencana
yang akan datang dengan menggunakan perangkat lunak HYMOS dan
1 - 7
2). Melakukan analisis informasi yang meliputi :
PT. JASAPATRIA GUNATAMA
28. Laporan Akhir
Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
RIBASIM. Analisa banjir dengan menggunakan modul matematis/software
rambatan banjir (software SOBEK atau HEC).
7). Melakukan identifikasi kemungkinan rencana pengembangan sumber daya
8). Mengakses kebutuhan pengembangan ke depan dengan berbagai
9). Mengidentifikasi kendala-kendala dalam mempertemukan kebutuhan dan
pasokan air, usaha-usaha yang telah dilakukan dan perbaikan yang harus
dilakukan untuk masa mendatang.
10). Analisis awal terhadap kombinasi upaya-upaya strategis dan akses
terhadap kendala pada strategi tersebut untuk beberapa skenario yang
berbeda, sebagai hasil yang tertuang dalam Pola Pengelolaan Sumber
Daya Air Wilayah Sungai Sementara.
11). Menyusun rencana zona pemanfaatan sumber daya air dan rencana
peruntukan air pada sumber air, sesuai pasal 27, 28 UU No.7/2004 tentang
Sumber Daya Air.
12). Melakukan kegiatan konsultasi publik (PKM) sebanyak 2 (dua) kali yaitu
setelah laporan pendahuluan (setelah kegiatan pengumpulan data relatif
terkumpul) dan pada saat konsep akhir Rancangan Pola Pengelolaan
Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan selesai dikerjakan. PKM
dilaksanakan di Provinsi Sumatera Utara.
13). Menyiapkan dokumen Rancangan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air
1.6. Jangka Waktu Pelaksanaan
Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan ”Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber
Daya Air Wilayah Sungai Asahan” sesuai dengan ketentuan dalam Kerangka
Acuan Kerja (KAK) yaitu mulai dari tahap persiapan, survey lapangan, melakukan
analisa sampai dengan pembuatan laporan dan serah terima pekerjaan adalah
6 (enam) bulan terhitung setelah ditandatangani Surat Perintah Mulai Kerja
(SPMK).
1 - 8
air.
skenario.
Wilayah Sungai Asahan untuk bahan legalitas.
PT. JASAPATRIA GUNATAMA
29. Laporan Akhir
Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
1.7. Pelaporan
Laporan Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan
terdiri dari :
(A). Laporan Kontrak :
1). Laporan Pendahuluan ( 30 set), diserahkan 1 (satu) bulan setelah SPMK,
2). Laporan penyelenggaraan PKM 1 dan PKM 2 masing-masing 10 set.
3). Laporan Pertengahan (30 set), diserahkan 3 (tiga) bulan setelah SPMK.
4). Konsep Laporan Akhir (30 set), diserahkan selambat-lambatnya 1 (satu)
bulan sebelum berakhirnya kontrak untuk dibahas/didiskusikan dalam
rapat dengan pemberi tugas.
5). Laporan Akhir (30 set), merupakan perbaikan berdasarkan hasil rapat
1 - 9
untuk dibahas/didiskusikan.
Pembahasan, diserahkan pada akhir kontrak.
6). Executive Summary dalam bahasa Indonesia (30 set)
(B). Laporan Teknis :
1). Hasil HYMOS 10 (sepuluh) rangkap
2). Hasil RIBASIM 10 (sepuluh) rangkap
3). Konsep Pola Pengelolaan SDA WS Asahan 30 (tiga puluh) rangkap
4). Final Pola Pengelolaan SDA WS Asahan 30 (tiga puluh) rangkap
5). Draft Peta Tematik 2 (dua) rangkap
6). Final Peta Tematik 2 (dua) rangkap
7). Rekaman Peta Tematik dalam CD 2 (dua) CD
PT. JASAPATRIA GUNATAMA
30. Laporan Akhir
Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
2 - 1
PT. JASAPATRIA GUNATAMA
BAB –– II
PENDEKATAN DAN
METODOLOGI
2.1. Pendekatan Dalam Pelaksanaan Pekerjaan
Sebelum menguraikan metodologi yang akan digunakan dalam Penyusunan
Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan yang akan dibahas
secara detail pada Bab ini, terlebih dulu akan diuraikan tentang pendekatan
yang diambil dalam perencanaan sumber daya air di wilayah sungai sesuai
dengan UU No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.
Pendekatan dalam penyusunan Pola Pengelolaan SDA Wilayah Sungai
menggunakan konsep Sinergi antara Prinsip, Metodologi dan Aktifitas (SPMA)
seperti terlihat pada Gambar 2.1.
31. Laporan Akhir
Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
2 - 2
PT. JASAPATRIA GUNATAMA
Gambar 2.1 :
Pendekatan Dengan Menggunakan Sinergi Antara Prinsip, Metodologi dan
Aktifitas (SPMA)
Azas
- Keseimbangan fungsi air sebagai
benda sosial, ekonomi dan
lingkungan.
- Kemanfaatan umum
- Keterpaduan dan keserasian
- Kelestarian
- Keadilan
- Kemandirian
- Transparansi dan akuntabilitas
publik
Prinsip
- Satu Wilayah sungai, satu
rencana,satu manajemen yang
terkoordinasi berdasarkan wilayah
sungai sebagai kesatuan
pengelolaan.
- Pengelolaan sumber daya air
mencakup konservasi,
pendayagunaan, pengendalian daya
rusak, peran serta masyarakat dan
sistem informasi SDA
- Keterpaduan antar sektor, antar
wilayah, antar instansi tanpa
mengurangi kewenangan masing-masing
- Upaya pendayagunaan diimbangi
dengan upaya konservasi
- Proses rencana pengelolaan
melibatkan seluruh stakeholder
- Penetapan kebijakan pengelolaan
sumber daya air diselenggarakan
secara demokratis, dengan pelibatan
semua unsur stakeholder
berdasarkan asas tersebut diatas
- Implementasi kebijakan
dilaksanakan oleh badan pengelola
yang mandiri, profesional, dan
akuntabel.
- Pelibatan masyarakat dalam seluruh
proses pembangunan
Persiapan Penyusunan
Rencana Mutu kontrak
(RMK)
Pola Pengelolaan
Sumber Daya Air
Wilayah Sungai
Kajian Terhadap Studi
Terdahulu
Pengumpulan Data di
Lapangan
Kajian Wilayah sungai
Analisa Data, Perumusan
Strategi dan Pemilihan
Alternatif
Perumusan Potensi dan
Faktor Pembatas di Wilayah
Sungai
Analisis Implikasi Kebijakan
dan Permasalahan
Rancangan Pola
Pengelolaan Sumber Daya
Air Wilayah Sungai
32. Laporan Akhir
Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Dalam Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai, dilakukan
pendekatan dengan prinsip sinergi antara prinsip, metodologi dan aktifitas
sebagai berikut :
A. Azas dan Prinsip sebagai Panduan
Prinsip yang digunakan dalam Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air
Wilayah Sungai adalah azas dan prinsip pengelolaan sumber daya air sesuai
dengan paradigma baru yaitu :
Azas : - Kelestarian.
- Keseimbangan fungsi air sebagai benda sosial, ekonomi dan
lingkungan.
- Kemanfaatan Umum.
- Keterpaduan dan keserasian.
- Keadilan.
- Kemandirian.
- Transparansi dan akuntabilitas publik.
Prinsip : - Satu sungai, satu rencana, satu manajemen yang terkoordinasi
berdasarkan wilayah sungai sebagai kesatuan pengelolaan.
- Pengelolaan sumber daya air mencakup konservasi,
pendayagunaan, pengendalian daya rusak, peran serta masyarakat
dan sistem informasi sumber daya air.
- Keterpaduan antar sektor, antar wilayah, antar instansi tanpa
mengurangi kewenangan masing-masing.
- Upaya pendayagunaan diimbangi dengan upaya konservasi.
- Proses rencana pengelolaan melibatkan seluruh stakeholder.
- Kebijakan pengelolaan sumber daya air diselenggarakan secara
demokratis, dengan pelibatan semua unsur stakeholder berdasarkan
asas tersebut diatas.
- Implementasi kebijakan dilaksanakan oleh badan pengelola yang
mandiri, profesional, dan akuntabel.
- Pelibatan masyarakat dalam seluruh proses pembangunan
B. Metodologi Pekerjaan
Metodologi pekerjaan diperlukan dalam pekerjaan ini untuk memudahkan dan
mengarahkan konsultan dalam melaksanakan pekerjaan Penyusunan Pola
Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
2 - 3
PT. JASAPATRIA GUNATAMA
33. Laporan Akhir
Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
C. Kegiatan
Salah satu Kegiatan yang penting dalam Penyusunan Pola Pengelolaan SDA
Wilayah Sungai Asahan adalah memberikan masukan (Konsep) Pola Pengelolaan
Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan kepada Pemerintah Daerah Untuk
selanjutnya ditindaklanjuti oleh Pemerintah Daerah menjadi dokumen Resmi
Pemerintah (Peraturan Daerah/ Perda).
Secara garis besar, kegiatan yang akan dilaksanakan untuk menyelesaikan
pekerjaan Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai
Asahan ini terdiri dari 6 (enam) Kegiatan utama, yaitu :
1. Kegiatan Pendahuluan.
2. Survey dan Investigasi Data.
3. Pengolahan dan Analisis Data.
4. Identifikasi Rencana Pengembangan Sumber Daya Air.
5. Analisa Strategi Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai.
6. Rancangan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Bagan Alir Pelaksanaan kegiatan tersebut diatas dapat dilihat pada Gambar 2.2.
2 - 4
PT. JASAPATRIA GUNATAMA
34. Laporan Akhir
Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Pekerjaan : Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan
2 - 5
Gambar 2.2 : Bagan Alir Pelaksanaan
Persiapan Administrasi, personil dan peralatan
Mobilisasi Personil dan Peralatan
Pengumpulan dan pengkajian data awal
Penyusunan Rencana Mutu Kontrak(RMK)
Penyusunan Rencana Kerja & Draft Lap. Pendahuluan
PT. JASAPATRIA GUNATAMA
START
Pekerjaan Persiapan
Diskusi
Ya
Final Laporan Pendahuluan
Pertemuan Konsultasi Masyarakat
(PKM I)
Survey & Inventarisasi
Tidak
Peta (topografi, tata guna lahan,geologi,tata ruang,dsb).
Hasil studi terdahulu
Data Potensi dan Prasarana SDA
Data hidrologi (hujan, debit, air tanah, dll)
Kondisi tata guna lahan saat ini
Populasi dan data sumber daya manusia
Data Sosial Ekonomi
Data Pertanian (pola tanam, hasil tanam,dll)
Data Irigasi
Data/informasi banjir dan kekeringan
Data Kebijakan-kebijakan yang terkait
Peraturan Perundangan dan Kelembagaan berkaitan
dengan SDA
Koordinasi/Pembahasan Secara
Internal dan antar instansi terkait:
BAPPEDA
DINAS TERKAIT
BAPEDALDA
DPRD
Penyiapan Software DSS HYMOS dan RIBASIM
Analisa Water District dan melakukan set-up
DSS sebagai analisa keseimbangan
ketersediaan dan kebutuhan air dengan
menggunakan perangkat lunak HYMOS &
RIBASIM
35. Laporan Akhir
Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
2 - 6
PT. JASAPATRIA GUNATAMA
Identifikasi Kemungkinan Rencana
Pengembangan SDA
Mengakses kebutuhan
pengembangan kedepan dengan
beberapa skenario pengembangan
Mengidentifikasi kendala-kendala
dalam mempertemukan kebutuhan
dan pasokan air, usaha-usaha yang
telah dilakukan dan perbaikan yang
harus dilakukan untuk masa datang
Analisa awal terhadap kombinasi
upaya (struktur dan non struktur)
strategis dan akses terhadap kendala
pada strategi tersebut untuk
beberapa skenario yang berbeda
Konsep Laporan
Pertengahan
Diskusi
Ya
Pertemuan Konsultasi
Masyarakat
(PKM II)
Ya
Tidak
Konsep Pola Pengelolaan
Sumber Daya Air Wilayah Sungai
MENGAPLIKASIKAN
VISI PENGELOLAAN SDA WS
Terwujudnya kemanfaatan
sumber daya air bagi
kesejahteraan seluruh rakyat
MISI PENGELOLAAN SDA WS
Konservasi sumberdaya air
yang berkelanjutan
Pendayagunaan sumber
daya air yang adil untuk
berbagai kebutuhan
masyarakat yang memenuhi
kualitas dan kuantiítas
Pengendalian daya rusak air
Pemberdayaan dan
peningkatan peran serta
masyarakat, swasta dan
pemerintah dalam
pengelolaan SDA
Peningkatan keterbukaan
dan ketersediaan data serta
informasi dalam
pengelolaan SDA
PARADIGMA BARU
DALAM PENGELOLAAN
SDA
Air sebagai benda
sosial,ekonomi dan
lingkungan
Desentralisasi
pengelolaan
sumberdaya air
Pemerintah sebagai
enabler dengan
mendorong peran
serta masyarakat.
Demokratisasi
MERUMUSKAN
ARAHAN DAN
KEBIJAKAN
PENGELOLAAN SDA
WS SESUAI DENGAN
UU No. 7/2004
KONSERVASI SDA
PENDAYAGUNAAN
SDA
PENGENDALIAN
DAYA RUSAK AIR
ANALISIS TERHADAP
IMPLIKASI DARI KEBIJAKAN
KONSERVASI SDA :
perlindungan dan pelestarian
sda, pengawetan air dan
pengelolaan kualitas air dan
pengendalian pencemaran.
PENDAYAGUNAAN SDA :
zona pemanfaatan sumber
air, peruntukan air pada
sumber air, pengembangan
sumber daya air untuk
system irigasi, industri,
pertambangan, ketenagaan,
perhubungan, pengusahaan
sumber daya air.
PENGENDALIAN DAYA
RUSAK AIR : pencegahan
kerusakan dan bencana
akibat daya rusak air,
penanggulangan kerusakan
dan bencana akibat daya
rusak air, pemulihan daya
Konsep Laporan Akhir
Diskusi
Tidak
Peta
Laporan Pertengahan
36. Laporan Akhir
Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
2 - 7
Analisisi Permasalahan Untuk Urusan
Lintas Batas Administrasi
(Kabupaten/Kota)
Kebijakan Pengelolaan Sumber
Daya Air Wilayah Sungai
PT. JASAPATRIA GUNATAMA
Menyiapkan
Dokumen Pola
Pengelolaan SDA
Wilayah Sungai
Asahan
Rancangan
Pola Pengelolaan SDA
Wilayah Sungai
Asahan
Laporan
Penunjang
HYMOS dan
RIBASIM
Pelatihan Class
Training dan
On the Job
Training untuk
Program
HYMOS dan
RIBASIM
Laporan Akhir,
Executive
Summary dan
Lap.Teknis
SELESAI
37. Laporan Akhir
Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
2.2. Pendekatan dan Metodologi
2.2.1. Kerangka Analisis Dalam Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber
Pola pikir penyusunan pengelolaan sumber daya air mencakup beberapa
komponen dalam perencanaan wilayah sungai, yang meliputi :
Skenario ekonomi dan demografi, perencanaan tata ruang, target kebutuhan
(pemenuhan dan permintaan) , proyeksi kebutuhan yang dikaitkan dengan
proyeksi sosial ekonomi dan rencana keseluruhan dari pengembangan suatu
wilayah.
Kerangka analisis dalam Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air seperti
terlihat pada Gambar 2.3 pada halaman berikutnya.
2 - 8
Daya Air
PT. JASAPATRIA GUNATAMA
38. Laporan Akhir
Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
2 - 9
Gambar 2.3. Kerangka Analisis Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air
Keterangan
Modul analisa
Hub. Sebab akibat
Umpan balik
Upaya yang harus
dievaluasi dan diubah
jadi program
pembangunan
Kondisi input
(Skenario) analisa
atau hasil (output)
Komponen data base
Skenario sosial
ekonomi
Data demografi
Kendala pelaksanaan
PT. JASAPATRIA GUNATAMA
Target nasional/daerah
Fungsi
pedoman tata ruang
Spesifikasi Zona Proyeksi penduduk
Karakter ruang dan
proses :
- tataguna lahan
- analisa fungsi
- kemudahan
- lingkungan
- perpindahan penduduk
Perkiraan target
pemintaan pada
waktu yad
Kajian dampak total
pada program
pembangunan
Seleksi proyek
sesuai target
Langkah
Pengembangan
utk strategi terpilih
Tujuan, kriteria
dan strategi
Data tataguna lahan Data demografi
Estimasi
kebutuhan
Aliran sisa
Upaya
sanitasi
diluar
sungai
Data Hidrologi Data Skematisasi Data Kualitas air
dan sanitasi
Upaya
pengelo laan
Prasarana
Operasi
Peraturan
Desain sistem
pasokan air
Distribusi
polutan di
wilayah
sungai
Upaya
sanitasi
di sungai
Biaya
bangunan
Kajian keterbatasan
sumber daya (daerah atau
wilayah sungai)
Evaluasi dampak
sosial ekonomi proyek
tunggal : nilai pada
beberapa kriteria
Proyek
proyek yang
layak
Data ekonomi
dan kegiatan di daerah
Skenario sosial
ekonomi
Alokasi ruang
utk penduduk
dan kegiatan
Evaluasi hasil simulasi
Kinerja sistem Dampak lingkungan
pasokan air - pada badan aiar
- pada tata ruang
39. Laporan Akhir
Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
2.2.2. Metode Analisis Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air
Metodologi yang digunakan dalam penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya
Air Wilayah Sungai Asahan akan berisi tentang urutan pelaksanaan pekerjaan,
hubungannya dengan sistem pelaporan, Jadual kerja dan hubungan antara
input dan output dari pekerjaan, alat / software yang digunakan dalam
mencapai tujuan pekerjaan dan pendekatan pelaksanaan studi.
2.2.2.1. Pengkajian Data
Kajian terhadap data-data hasil survey lapangan dan inventarisasi data dalam
pelaksanaan pekerjaan ini meliputi :
a. Kajian terhadap peta penunjang, yang terdiri dari peta topografi, peta
b. Kajian terhadap rencana tata ruang wilayah provinsi, kabupaten dan
c. Kajian terhadap kebijakan-kebijakan yang terkait dan hasil studi
d. Kajian terhadap data hidrologi meliputi data curah hujan, data debit,
e. Kajian terhadap kondisi tata guna lahan saat ini meliputi peta tata guna
f. Kajian terhadap data kualitas lingkungan keairan yang meliputi kualitas air
g. Kajian terhadap konservasi sumber daya air saat ini dan identifikasi dari
h. Kajian terhadap populasi dan data sumber daya manusia.
i. Kajian terhadap data sosial ekonomi yang mendukung terhadap kegiatan
j. Kajian terhadap data pertanian yang meliputi data pola tanam dan lain-lain.
k. Kajian terhadap data irigasi yang meliputi luas daerah irigasi, peta daerah
l. Kajian terhadap informasi tentang banjir dan kekeringan yang pernah
terjadi meliputi daerah yang terjadi banjir dan kekeringan, luas genangan
banjir, rencana pengendalian banjir dan lain-lain.
2 - 10
Wilayah Sungai
tata guna lahan, peta tata ruang, peta geologi dan lain-lain.
kota.
terdahulu.
data air tanah dan lain-lain.
lahan, hasil tata guna lahan dan tata ruang.
sungai dan danau, sumber pencemar dan lain-lain.
rencana yang akan datang.
penyusunan pola pengelolaan sumber daya air wilayah sungai.
irigasi, kebutuhan air irigasi.
m. Kajian terhadap data Kelembagaan.
PT. JASAPATRIA GUNATAMA
40. Laporan Akhir
Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Dari hasil survei dan inventarisasi data di Lapangan kemudian dilakukan Kajian
terhadap beberapa aspek yaitu :
Kondisi fisik Wilayah Sungai Asahan di Sumatera Utara yang mencakup
Pengembangan wilayah sungai, yang mencakup data kependudukan,
Pengelolaan wilayah sungai yang mencakup kelembagaan, organisasi
Pembangunan daerah dan permasalahan sumber daya air di daerah.
Berdasarkan masukan data dan informasi tersebut di atas, kemudian dilakukan
procesing dan analisis dengan menggunakan perangkat lunak HYMOS
(Hydrological Model System) adalah suatu perangkat lunak yang merupakan
sistem basis data dan pengolahan data hidrologi yang terpadu, RIBASIM ( River
Basin Simulation) suatu perangkat untuk melakukan simulasi pengembangan
sumber daya air, dan HEC suatu perangkat lunak untuk mensimulasi rencana
pengendalian debit banjir.
RIBASIM (River Basin Simulation) adalah salah satu perangkat lunak yang
diperlukan dalam program DSS (decision support system). RIBASIM merupakan
salah satu perangkat lunak yang paling utama dalam DSS sehingga sering disebut
DSS RIBASIM. Dalam DSS RIBASIM dilakukan simulasi neraca air dan alokasi air di
WS dengan berdasarkan pasokan dan kebutuhan air.
RIBASIM Menjelaskan mengenai user interface, data yang diperlukan, format
data, prosedur pemasukan, prosedur untuk melakukan running berbagai
komponen yang ada, uraian singkat hasil simulasi, berbagai pilihan visual,
prosedur penggunaan untuk kepentingan yang lain, detail konsep dasar
pembuatan model dan simulasi WS, seperti :
2 - 11
aspek hidrologi, topografi, geografi, lingkungan dan lain-lain.
sosial, ekonomi, budaya.
formal dan informal.
Skematisasi WS
Perhitungan kebutuhan air
Pengoperasian bangunan waduk dan bangunan pelimpah
Pemilihan pengelolaan air.
Skema DSS RIBASIM dapat dilihat pada Gambar 2.4 dan 2.5.
PT. JASAPATRIA GUNATAMA
41. Laporan Akhir
Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
2 - 12
PT. JASAPATRIA GUNATAMA
Gambar 2.4
Skema DSS RIBASIM
42. Laporan Akhir
Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
2 - 13
model
pengolahan
data mentah
database database
Model
Proyeksi
- pertumbuhan
ekonomi
- populasi
- sektoral
PT. JASAPATRIA GUNATAMA
Gambar 2.5
DSS untuk Perencanaan SDA Wilayah Sungai
data mentah
* data regional
- pertanian
- industri
- air bersih
* data
sub-regional
- populasi
- topografi
- buruh
* data lainnya:
- wilayah
perencanaan
- kota
- daerah irigasi
* data hidrologi
dan
meteorologi
data analisis
* data
distrik air
- pertanian
- perikanan
- industri
- air bersih
- hujan
- air tanah
* data jaringan
- skema
sistem
tata air
- pola
operasi
* data lainnya:
- ketersediaan
air
- ekonomi
Model
Hidrologi
(HYMOS)
- elaborasi
data
- penyusunan
data
- rainfall
-runoff
model tingkat
distrik air
Model
Distrik Air
* kebutuhan
dan
pasokan
pada
tingkat
distrik
- pertanian
- perikanan
- air bersih
model tingkat
jaringan
Model
Alokasi dan
Distribusi
Air
(RIBASIM)
- simulasi
sistem
tata air
- operasi
reservoir
model
perkiraan
dampak
model
evaluasi
upaya
Model
Dampak
Distrik Air
- hasil panen
pertanian
(AGWAT)
- hasil panen
perikanan
(FISHWAT)
- air baku
Model
Evaluasi
Ekonomi
Model
Evaluasi
Multi-kriteria
Model Banjir
(WAFLOW)
Model Sedimentasi
(SERES, SEFLOW)
Model
Erosi
(RUSLE)
Dampak
Kualitas Air
Dampak
Banjir
Dampak
Sedimentasi
dan Erosi
Model Kualitas Air
(STRATIF,
MODQUAL)
Dampak
Listrik
Tenaga Air
SKENARIO UPAYA UPAYA
43. Laporan Akhir
Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
2.2.2.2. Identifikasi dan Upaya Strategis
Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh dengan menggunakan perangkat lunak
HYMOS, RIBASIM, dan HEC, selanjutnya diidentifikasi upaya-upaya strategis yang
diperlukan dalam pengelolaan sumber daya air Wilayah Sungai Asahan. Dalam
mengidentifikasi upaya strategis tersebut , dilakukan melalui rangkaian kegiatan
sebagai berikut :
a. Mengidentifikasi skenario pengembangan wilayah sebagai basis untuk
b. Mengelompokan daerah di wilayah sungai kedalam beberapa kelompok
pengguna (demand cluster) yang mengacu pada rencana tata ruang.
c. Menganalisis kebutuhan air antar sektor pada saat ini dan proyeksinya
d. Membagi wilayah sungai kedalam beberapa distrik air (water district)
e. Menganalisa ketersediaan air disetiap water district dan seluruh wilayah
f. Menghitung neraca air bulanan disetiap pasangan water district dan
g. Menghitung tingkat pemakaian air sekarang dan proyeksinya dengan
menggunakan indikator Indeks penggunaan air dan menentukan tingkat
kestabilan berupa perbandingan antara debit minimum dan debit
maksimum dan indikator coefisient of variation (CV) debit sungai.
2.2.3. Pertemuan Konsultasi Masyarakat
Dalam Undang-Undang No. 7/2004 tentang Sumber Daya Air disebutkan bahwa
masyarakat dapat berperan serta dalam setiap proses/tahapan dalam
penyelenggaraan pengelolaan sumber daya air di wilayah sungai. Masyarakat
berhak menyatakan keberatan atas rancangan rencana induk yang sudah
diumumkan dalam jangka panjang tertentu dan memberikan masukan atas
rencana pengelolaan sumber daya air serta ikut serta dalam proses pengambilan
keputusan melalui Pertemuan Konsultasi Masyarakat atas rencana kegiatan
pengelolaan sumber daya air di wilayah sungai.
2 - 14
proyeksi kebutuhan air.
dimasa yang akan datang untuk setiap demand cluster.
yang dikaitkan dengan demand cluster nya.
sungai.
demand cluster juga untuk seluruh wilayah sungai.
h. Menganalisa debit banjir dengan perangkat lunak HEC.
PT. JASAPATRIA GUNATAMA
44. Laporan Akhir
Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Pertemuan Konsultasi Masyarakat wajib dilaksanakan dalam proses penyusunan
rencana dan kegiatan pengelolaan sumber daya air wilayah sungai dengan
ketentuan :
a. Ditujukan untuk memperoleh dan mengkoordinasikan aspirasi masyarakat,
serta untuk tercapainya kesepakatan bersama atas pola/rencana yang
dirumuskan.
b. Melibatkan pihak-pihak dalam masyarakat yang berkepentingan
c. Informasi tentang rancangan rencana pengelolaan sumber daya air
disampaikan terlebih dulu sebelum Pertemuan Konsultasi Masyarakat
dilaksanakan.
Apabila dunia usaha akan menggunakan sumber daya air di wilayah sungai,
maka dunia usaha harus dilibatkan sejak dari perencanaan, sehingga sebagai
komponen masyarakat dunia usaha harus diikutkan dalam pertemuan konsultansi
masyarakat.
Pengusahaan sumber daya air pada bagian wilayah sungai masih dimungkinkan
untuk dilakukan oleh perorangan, badan usaha maupun kerjasama badan
usaha, dan rencana pengusahaan ini diharuskan untuk melalui Pertemuan
Konsultasi Masyarakat terlebih dahulu.
Pertemuan Konsultasi Masyarakat Ke-I (Pertama) telah dilaksanakan di Medan
Provinsi Sumatera Utara dan PKM Ke-2 (Kedua) dilaksanakan di Provinsi Sumatera
Utara.
2.3. Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan SDA Wilayah Sungai Asahan
Berdasarkan hasil-hasil analisis pada sub-bab tersebut di atas selanjutnya disusun
Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Untuk menentukan alternatif prioritas penanganan dalam Pola Pengelolaan SDA
WS Asahan yang sesuai dengan kelima pilar yang tertuang dalam UU No. 7 Tahun
2004 tentang SDA dilakukan melalui Analytical Hierarchy Process (AHP)
2 - 15
terhadap pengelolaan sumber daya air.
PT. JASAPATRIA GUNATAMA
45. Laporan Akhir
Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
2.4. Legalisasi
Proses legalisasi Rancangan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai
Asahan sebagai Kawasan Strategi Nasional perlu ditetapkan oleh Pemerintah
Pusat dalam bentuk Keputusan Presiden atau Keputusan Menteri yang ditunjuk.
Kegiatan ini dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Tingkat I Provinsi Sumatera
Utara. Proses Legalisasi Pola Pengelolaan Sumber Daya Air WS Asahan dapat
digambarkan sebagaimana tertuang pada Gambar 2.6 di bawah ini.
Gambar 2.6 : Proses Legalisasi Pola Pengelolaan Sumber Daya air Wilayah
2 - 16
Sungai Asahan, Provinsi Sumatera Utara
Penetapan
Pola Pengelolaan SDA
WS ASAHAN
Permohonan
Penetapan
Pola PSDA
WS
Asahan
Rekomendasi untuk
PT. JASAPATRIA GUNATAMA
Perumusan Akhir
Pola PSDA WS
Asahan
Menteri PU
Gubernur
Sumatera Utara
mengajukan
penetapan
Dewan SDA WS Asahan
(PPTPA)
- UU no.7/2004 Pasal 14 butir (b)
- RPP Pasal 11
Saat ini
46. Laporan Akhir
Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
3 - 1
PT. JASAPATRIA GUNATAMA
BAB –– III
GAMBARAN UMUM
DAN WILAYAH
STUDI
3.1. Strategi, Arah Kebijakan Dan Program Pembangunan SDA dan
Irigasi Provinsi Sumatera Utara
Pembangunan pengairan di Provinsi Sumatera Utara secara umum dilakukan
dengan mengembangkan pemanfataan, pelestarian, dan perlindungan air
beserta sumbernya dengan perencanaan yang terpadu dan serasi guna
mencapai manfaat yang optimal dalam memenuhi hajat hidup dan kehidupan
rakyat.
Pelaksanaan pembangunan pengairan dalam pola tata ruang yang serasi dan
terkoordinasi dengan sektor lainnya sehingga diperoleh manfaat yang optimal
berkaitan dengan tata guna air dan tata guna tanah serta kehutanan secara
terpadu sehingga menjamin fungsi kelestarian sumber daya alam dan lingkungan
hidup.
Potensi sumber daya air melimpah dengan tiga sungai besar dan curah hujan
yang cukup tinggi.
Arah kebijakan pembangunan sumber daya air dan irigasi di Provinsi Sumatera
Utara adalah sebagai berikut
a. Pengelolaan dan pemanfataan sumber daya air dalam rangka menunjang
ketahanan pangan dan kebutuhan air baku.
b. Pengamanan sumber daya air dalam rangka melindungi kawasan budidaya
(permukiman, perikanan, industri dan lain-lain).
47. Laporan Akhir
Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Program Pembangunan sumber daya air Provinsi Sumatera Utara secara umum
dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan yang terus meningkat
dan semakin memudahkan rakyat mendapatkan dan memanfaatkan air untuk
keperluan hidupnya.
Pemanfaatan dan pengaturan air beserta sumber-sumbernya meliputi usaha
penyediaan dan pengaturan air guna menunjang usaha permukiman,
pembangunan pertanian, industri, pariwisata, kehutanan, air minum,
pencegahan pencemaran dan pengotoran, pengamanan pantai dan
pengembangan daerah rawa dan tambak.
Pembangunan pengairan di Provinsi Sumatera Utara dilaksanakan melalui
peningkatan, perluasan, dan pembaharuan usaha pengembangan sumber daya
air dan upaya pelestarian serta distribusinya untuk mendukung pertumbuhan
ekonomi dan memenuhi kebutuhan air untuk hajat hidup orang banyak,
konserrvasi dan rehabilitasi lahan kritis.
Secara terinci, program pembangunan sumber daya air Provinsi Sumatera Utara
sebagai berikut;
1) Program pengembangan konservasi sumber daya air untuk meningkatkan
produktivitas pemanfaatan sumber daya air melalui peningkatan
penyediaan prasarana pengairan dan mendayagunakan sumber daya air
bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
2) Program Pengembangan dan Pengelolaan Daerah Rawa.
3) Program Sungai, Danau dan sumber air lainnya untuk melestarikan kondisi
dan fungsi air sekaligus menunjang daya dukung serta meningkatkan nilai
dan manfaat sumber air sehingga dapat dimanfaatkan untuk berbagai
kepentingan.
4) Program pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi.
5) Program penyediaan dan pengelolaan air baku untuk meningkatkan
penyediaan air baku serta prasarananya dalam memenuhi air bagi hajat
hidup rakyat, baik di daerah kota maupun desa.
3 - 2
PT. JASAPATRIA GUNATAMA
48. Laporan Akhir
Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
3.2. Aspek Tata Ruang
3.2.1. Gambaran Umum Tata Ruang Provinsi Sumatera Utara
3.2.1.1. Letak Geografis
Secara geografis, Provinsi Sumatera Utara terletak di bagian Utara Pulau
Sumatera pada lintang 10 - 40 Lintang Utara dan 980 - 1000
3 - 3
Sebelah Utara, berbatasan dengan Provinsi Daerah Istimewa Aceh
PT. JASAPATRIA GUNATAMA
Bujur Timur yang
merupakan bagian dari wilayah pada posisi silang di kawasan Palung Barat
Pasifik. Posisinya memanjang dari arah Barat Laut ke arah Tenggara. Secara
administrasi Provinsi Sumatera Utara terdiri dari 13 (tiga belas) Kabupaten, yaitu
Nias, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Tapanuli Tengah, Tapanuli Utara, Toba
Samosir, Labuhan Batu, Asahan, Simalungun, Dairi, Karo, Deli Serdang, dan
Langkat, serta 6 (enam) kota, yaitu Sibolga, Tanjung Balai, Pematang Siantar,
Tebing Tinggi, Medan, dan Binjai.
Provinsi Sumatera Utara berbatasan di :
Sebelah Timur, berbatasan dengan Selat Malaka
Sebelah Selatan, berbatasan dengan Provinsi Riau dan Provinsi Sumatera
Barat
Sebelah Barat, berbatasan dengan Samudera Indonesia
Provinsi Sumatera Utara yang meliputi kawasan darat di pantai Timur, dataran
tinggi yang melintang di bagian Tengah, dan kawasan pantai Barat mempunyai
luas sekitar 71.680 Km2 atau 3,73% dari luas Indonesia. Disamping kawasan darat,
Provinsi Sumatera Utara juga mencakup kawasan perairan laut yang berbatasan
sejauh 12 mil dari batas pantai.
Letak geografis Sumatera Utara strategis dan merupakan modal dasar bagi
pengembangan kegiatan yang bersifat regional dan internasional karena
berada pada jalur perdagangan internasional Selat Malaka yang dekat dengan
Singapura dan Malaysia sebagai negara yang pertumbuhan ekonominya lebih
pesat. Letak Administrasi Provinsi Sumatera Utara dapat dilihat pada Gambar 3.1.
49. Laporan Akhir
Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
3 - 4
PT. JASAPATRIA GUNATAMA
Gambar 3.1.
Peta Administrasi Provinsi Sumatera Utara
50. Laporan Akhir
Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
3.2.1.2. Kondisi Topografi
Secara topografis wilayah pantai Timur Sumatera Utara relatif datar, bagian
Tengah bergelombang dan berbukit yang merupakan bagian dari pegunungan
Bukit Barisan, dan bagian Barat merupakan dataran bergelombang. Wilayah
pantai Barat potensial untuk pengembangan sektor perikanan laut, perkebunan
dan hortikultura; wilayah pantai Timur potensial untuk pengembangan pertanian
tanaman pangan dan perkebunan; serta wilayah dataran tinggi potensial untuk
pengembangan tanaman hortikultura. Gambar Peta 3.2 memperlihatkan
karakteristik fisik Provinsi Sumatera Utara.
3 - 5
3.2.1.3. Iklim
Suhu udara di wilayah Sumatera Utara berkisar antara 18-32 0
3.2.1.4. Geologi
PT. JASAPATRIA GUNATAMA
C, yang bervariasi
sesuai dengan ketinggian tempat. Musim penghujan berlangsung antara bulan
September hingga Februari dan musim kemarau berlangsung antara bulan Maret
hingga Agustus.
Curah hujan tahunan rata-rata tercatat sebesar 2.100 mm. Pada wilayah kering,
curah hujan tahunan rata-rata kurang dari 1.500 mm yang tercatat di beberapa
bagian wilayah Simalungun, Tapanuli Selatan, dan Tapanuli Utara, sedang curah
hujan tinggi berkisar antara 2.000 sampai 4.500 mm berlangsung sepanjang tahun
di daerah Asahan, Dairi, Deli Serdang, Karo, Labuhan Batu, Langkat, Nias,
Tapanuli Tengah, dan sebagian besar Tapanuli Selatan.
Provinsi Sumatera Utara didominasi oleh formasi Bahorok, formasi tuffa Toba,
bentangan alluvial, serta formasi Klue dan Kuantan. Formasi Bahorok didominasi
oleh batuan breksi dan konglomeratan yang pada tahap awal akan membentuk
tanah litosol.
Setelah mengalami perkembangan lebih lanjut, maka terbentuk tanah podsolik.
Pada bahan konglomeratan yang kandungan luasannya di atas 60% akan
terbentuk tanah regosol yang umumnya bersifat masam dan bertekstur sedang
sampai kasar. Formasi tuffa Toba didominasi oleh abu vulkan. Pada awalnya
tanah ini berkembang dari podsolik coklat, podsolik coklat kelabu kekuningan
dan regosol, dan di beberapa wilayah akan membentuk tanah andosol coklat.
Tanah ini umumnya bersifat agak masam sampai masam dan bertekstur
bervariasi mulai dari halus sampai kasar. Formasi bentangan alluvial umumnya
51. Laporan Akhir
Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
terbentuk di sepanjang pantai Timur Sumatera Utara. Dari bentangan alluvial
akan terbentuk tanah-tanah alluvial, regosol, dan organosol. Tekstur tanah alluvial
tergantung dari bahan asalnya, pada umumnya sedang sampai kasar,
sedangkan tanah regosol bertekstur kasar. Tanah organosol teksturnya
tergantung tingkat kematangan gambut dan umumnya bersifat masam. Formasi
Klue dan Kelantan umumnya didominasi oleh batu sasak, turbidite, batu pasir,
batu gamping, dan lain-lain. Dari bahan ini umumnya terbentuk tanah litosol,
podsolik, dan regosol dengan tekstur kasar dan bersifat kimia masam dan miskin
unsur hara. Formasi Nias umumnya dibentuk dari batuan kapur akan
berkembang menjadi tanah-tanah renzina yang mempunyai tekstur kasar dan
sifat kimia agak basis.
3 - 6
PT. JASAPATRIA GUNATAMA
52. Laporan Akhir
Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
3 - 7
PT. JASAPATRIA GUNATAMA
Gambar 3.2
Karakteristik Fisik Provinsi Sumatera Utara
53. Laporan Akhir
Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
3.2.1.5. Hidrologi
Sesuai dengan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum nomor 39/PRT/1989 tentang
pembagian wilayah sungai, maka sungai-sungai di Provinsi Sumatera Utara dapat
dikelompokkan ke dalam 6 (enam) Satuan Wilayah Sungai (SWS), yaitu SWS
Wampu-Besitang, SWS Belawan-Belumai-Ular, SWS Bah Bolon, SWS Asahan, SWS
Barumun Kualuh, dan SWS Batang Gadis-Batang Toru. Selain itu terdapat 2 (dua)
satuan wilayah sungai lintas Provinsi sebagian wilayah Sumatera Utara yang
merupakan daerah tangkapan sungai, masuk dalam SWS Singkil pada wilayah
Provinsi Aceh dan sebagian wilayah Sumatera Utara yang merupakan daerah
tangkapan sungai dalam SWS Rokan pada wilayah Provinsi Riau dan Sumatera
Barat. Tabel 3.1 menyajikan satuan wilayah sungai di Provinsi Sumatera Utara.
Di samping itu terdapat badan air berupa danau yang besar yaitu Danau Toba
yang terletak di dataran tinggi di wilayah Tengah dengan luas 110.260 ha. Danau
Toba berfungsi sebagai sarana pengairan sawah, pembangkit listrik pada PLTA
Lau Renun, peleburan biji nikel PT. Inalum, pelestarian alam, dan daerah tujuan
wisata bagi Sumatera Utara. Pada waktu ini kondisi daerah tangkapan air Danau
Toba dan DAS Lau Renun sangat memprihatinkan, dimana ketersediaan air di
Danau Toba dan Sungai Lau Renun berkurang secara drastis. Hal ini disebabkan
oleh penggundulan kawasan hutan dan lahan masyarakat di sekitar Danau Toba.
Selanjutnya, dapat dilihat pada Gambar 3.3 tentang peta satuan wilayah sungai
dan permukaan air Danau Toba.
3 - 8
PT. JASAPATRIA GUNATAMA
Tabel 3.1
Satuan Wilayah Sungai (SWS) di Provinsi Sumatera Utara
No Nama DAS Panjang Debit (m3/det)
Wilayah Sungai (km2) Sungai
(km)
Min. Rata2 Banjir
I.
1.
2.
3.
4.
1.703,00
422,80
5.658,25
Wampu Besitang
S. Besitang
S. Lepan
S. Btg.Serangan
S. Wampu
85,00
80,40
95,00
135,00
2,82
1,39
57,31
10,89
4,66
110,51
241,31
53,45
1.499,75
II.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
160,00
310,75
353,20
278,00
703,20
1.235,00
Belawan Belumai- Ular
S.Karang Gading
S. Belawan
S. Deli
S. Percut
S. Serdang
S. Kenang
S. Ular
S. Perbaungan
27,00
53,00
74,00
60,00
40,00
75,00
9,79
3,79
5,67
3,10
29,80
15,93
6,34
9,22
15,56
38,30
241,87
92,09
103,04
337,00
227,00
54. Laporan Akhir
Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
3 - 9
No Nama DAS Panjang Debit (m3/det)
Wilayah Sungai (km2) Sungai
PT. JASAPATRIA GUNATAMA
(km)
Min. Rata2 Banjir
9.
10.
11.
12.
S. Hulu
S. Sialang Buah
S. Belutu
S. Padang
184,90
942,60
14,20
61,00
2,17
8,68
5,75
15,20
113,49
213,86
III.
1.
2.
3.
4.
1.415,00
326,90
21,00
Bah Bolon
S. Kiri
S. Kuala Tanjung
S. Bah Bolon
S. Suka
23,00
12,80
110,00
291,40
7,50
4,42
10,74
14,60
165,94
206,00
IV.
1.
2.
6.040,00
803,20
Asahan
S. Asahan
S. Silau
115,20
114,80
19,84 31,15 430,68
V.
1.
2.
3.
4.
9.329,00
3.949,00
3.492,90
Barumun Kualuh
S. Barumun
S. Bilah
S. Kualuh
S. Aek Ledong
55,00
170,00
315,00
60,00
18,22
13,02
42,20
22,47
592,32
333,62
VI.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30
1.250,00
5.069,00
3.320,207
2,50
676,30
1.308,40
213,00
610,00
1.292,50
100,00
324,45
322,00
420,00
927,00
Bt. Gadis Bt. Toru
Bt. Gadis
S. Aek Batu Mundan
S. Aek Bt. Toru
S. Batang Angkola
S. Bt. Kunkun
B.Bintuas
B. Natal
B. Batahan
S. Pinang Sori
Aek Badiri
Aek Pandan
Aek Sibuluhan
Aek Sihopo - hopo
Aek Doras
Aek Muara Mete
Aek Hajoran
S. Aek Kolang
S. Aek Sibundong
Aek Sibaru
Aek Sirahar
Aek Batu Garsi
Aek Silang
S. Aek Siburuh
S. Taping
S. Aek.Simangga
Lae Ordi
Lae Kombih
Lae Batu – batu
Lae Sembillin
Lae Renun
60,00
168,00
142,00
17,50
25,20
57,50
120,10
10,20
53,00
80,00
30,00
46,35
46,00
60,00
103,00
12,13
17,08
17,24
15,53
19,90
17,14
17,80
26,10
37,03
28,05
25,57
36,25
30,30
23,71
361,76
384,16
389,20
464,31
533,05
496,48
358,25
Sumber : Dinas Pengairan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2003
55. Laporan Akhir
Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
3 - 10
PT. JASAPATRIA GUNATAMA
Gambar 3.3
Peta SWS Provinsi Sumatera Utara
56. Laporan Akhir
Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
3.2.1.6. Sumber Daya Alam Dan Lingkungan Hidup
Kawasan lindung di Provinsi Sumatera Utara mencakup :
1. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya terutama
berkaitan dengan fungsi hidrologis untuk pencegahan banjir, menahan erosi
dan sedimentasi, serta mempertahankan fungsi peresapan bagi air tanah.
Kawasan ini berada pada ketinggian 1.000 meter d.p.l. dengan kelerengan
lebih dari 40 %, bercurah hujan tinggi, dan mampu meresapkan air ke dalam
tanah, termasuk di dalamnya kawasan yang ditetapkan sebagai hutan
lindung.
2. Kawasan yang berfungsi sebagai suaka alam dan margasatwa untuk
melindungi keanekaragaman hayati, ekosistem, dan keunikan alam.
Termasuk di dalamnya adalah cagar alam Sibolangit (Deli Serdang); Liang
Balik dan Batu Ginurit (Labuhan Batu); Dolok Di samping itu juga suaka
margasatwa Karang Gading (Deli Serdang dan Langkat); Siranggas (Dairi);
Dolok Surungan (Toba Samosir); Dolok Saut (Tapanuli Utara), Barumun
(Tapanuli Selatan) dan Nias serta hutan mangrove di pantai timur. Untuk
kawasan pelestarian alam termasuk juga di dalamnya adalah Taman
Nasional Gunung Leuser di Langkat; Taman Hutan Raya Bukit Barisan (Deli
Serdang, Simalungun, Karo, dan Langkat) Taman Wisata Alam di Sibolangit
(Deli Serdang), Holiday Resort (Labuhan Batu), Lau Debuk-debuk (Karo),
Deleng Lancuk (Karo), Si Cikeh-cikeh (Dairi), Sijaba Hutan Ginjang (Tapanuli
Utara), dan Muara (Tapanuli Utara).
Kawasan ini mencakup juga lahan gambut di Kabupaten Asahan, Labuhan
Batu, Tapanuli Tengah serta hutan mangrove di Pantai Timur seluas 435 km2
dengan ketebalan rata – rata 325 meter.
3. Kawasan rawan bencana, yaitu yang mengalami bencana alam seperti
Termasuk dalam kawasan ini sekeliling Danau Toba, Tapanuli Selatan bagian
Selatan, Utara Sibolga, Tapanuli Utara, Toba Samosir, Tapanuli Tengah,
bagian selatan Mandailing Natal, Asahan, Labuhan Batu, Langkat, Pulau Nias
bagian Selatan dan bagian Tengah. Sebagian besar wilayah Sumatera Utara
di sekitar Bukit Barisan membujur arah Utara - Selatan pada dasarnya
potensial terhadap gerakan tanah, rayapan, longsoran, gelombang pasang
dan banjir bandang.
4. Kawasan perlindungan setempat yang berfungsi melestarikan fungsi badan
3 - 11
gerakan tanah, longsoran, runtuhan, banjir bandang, dan rayapan.
perairan dan kerusakan oleh kegiatan budidaya.
PT. JASAPATRIA GUNATAMA
57. Laporan Akhir
Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Termasuk sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar
danau/waduk, kawasan sekitar mata air, kawasan terbuka hijau kota
termasuk di dalamnya hutan kota.
5. Kawasan cagar budaya yaitu kawasan yang merupakan lokasi bangunan
hasil budaya manusia yang bernilai tinggi maupun yang memiliki bentuk
geologi alami yang khas.
6. Pulau-pulau kecil dengan luasan maksimal 10 km2
7. Beberapa lokasi yang berdasarkan proses pemaduserasian pemanfaatan
3 - 12
ruang di arahkan sebagai Kawasan lindung.
PT. JASAPATRIA GUNATAMA
.
Pada waktu ini sedang dilakukan proses verifikasi luasan kawasan lindung dan
budidaya untuk lingkup kabupaten/kota. Kondisi terakhir menunjukkan bahwa
kawasan budidaya menjadi lebih luas dari yang direncanakan, dimana
penggunaan sektor budidaya kehutanan menjadi sedikit lebih rendah
dibandingkan dengan hasil paduserasi (1997) dan penggunaan lainnya
meningkat. Peningkatan ini terjadi adanya perubahan beberapa kawasan
budidaya hutan dan atau areal penggunaan lain menjadi budidaya lain yang
digunakan untuk pengembangan pantai Barat Provinsi Sumatera Utara (industri
dan perkebunan) yang juga merupakan kawasan menurut paduserasi tahun 1980
sebagian areal penggunaan lain dan eks HPH (untuk pelepasannya masih
memerlukan penetapan Menteri Kehutanan). Selanjutnya perkembangan luas
dan potensi kawasan lindung dan kawasan budidaya Provinsi Sumatera Utara
dapat dilihat pada Tabel 3.2 dan Tabel 3.3. Sedangkan berdasarkan peta RTRWP
2003-2018 telah ditetapkan kawasan lindung seluas 2.076.287,00 Ha dan kawasan
budidaya seluas 5.091.513 Ha.
Penetapan tersebut belum menjamin dapat dipertahankannya fungsi lindung
dari kawasan hutan, oleh karena kondisi di lapangan menunjukkan terjadinya
perambahan hutan yang meningkat, sehingga pengurangan luas hutan menjadi
lebih luas dari yang tercatat. Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara mencatat
sekitar 125.000 Ha hutan telah dimutasikan selama periode 1982-1997.
Diperkirakan kondisi di lapangan menunjukkan angka yang lebih besar, yaitu
sekitar 400.000 Ha. Proses pemaduserasian tata guna hutan dengan kegiatan
budidaya skala besar maupun perambahan yang dilakukan masyarakat menjadi
kepentingan yang signifikan untuk memperkirakan daya dukung lahan Provinsi
Sumatera Utara secara lebih realistis.
58. Laporan Akhir
Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Permasalahan utama dari penurunan fungsi lindung adalah terancamnya daerah
bawahan dan terganggunya spesies yang dilindungi beserta habitatnya.
Keadaan seperti itu dapat menggangu keseimbangan lingkungan yang
selanjutnya menimbulkan bencana alam seperti banjir, tanah longsor dan
sebagainya.
Gambaran pada peta berikut memberikan perhatian, bahwa pemantapan dan
pengawasan terhadap okupasi kawasan lindung perlu diperketat. Alokasi
kawasan lindung di setiap kabupaten yang telah disepakati antar-sektor akan
menjadi acuan bersama dalam mengalokasikan pemanfaatan ruang kawasan
budidaya. Selanjutnya Peta RTRWP Sumatera Utara Tahun 2003 – 2018 dapat
dilihat pada Gambar 3.4.
3 - 13
PT. JASAPATRIA GUNATAMA
Tabel 3.2.
Luas Kawasan Lindung dan Budidaya Provinsi Sumatera Utara
No Fungsi Kawasan
Berdasarkan Peta RTRWPSU
Tahun 2003 –2018 (Ha)1)
1.
2.
Kawasan Lindung
a. Hutan Lindung
b. Lain - lain (HSA, HK)
Kawasan Budidaya
a. Hutan (HPT, HP, HPK)
b. Lain-lain
2.076.287,00
1.481.737,69
594.549,31 2)
5.091.713,00
1.835.267,43
3.256.445,57
Total Luas 7.168.000,00
Sumber : Kanwil Kehutanan dan Perkebunan Sumatera Utara, 1998
1) Hasil planimetri dari Dinas Kehutanan Propsu & BPKH Wil. I, 2003
2) Termasuk kawasan perlindungan setempat yang tidak tergambar dalam peta
skala 1:250.000 (diperhitungkan)
Keterangan :
HSA : Hutan Suaka Alam
HK : Hutan Konservasi
HPT : Hutan Produks i Terbatas
HP : Hutan Produksi Tetap
HPK : Hutan Produksi Konversi
59. Laporan Akhir
Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
3 - 14
PT. JASAPATRIA GUNATAMA
Gambar 3.4
Peta RTRWP Sumatera Utara 2003 – 2018
60. Laporan Akhir
Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Kawasan Lindung Kawasan Hutan Budi Daya
HK HL/KL HPT HP HPK Jumlah 1)
321.970,45
115.792,34
109.399,00
145.137,28
106.404,32
189.955,77
123.097,39
266.686,17
296.741,16
247.748,68
177.868,80
114.048,60
750.760,68
403.395,07
119.982,56
189.755,13
315,08
T o t a l 362.333,36 1.481.737,69 851.155,07 936.861,12 47.251,24 3.679.338,48
3 - 15
Kabupaten
Langkat
Deli Serdang
Karo
Dairi
Pakpak Bharat
Simalungun
Asahan
Labuhan Batu
Toba Samosir
Tapanuli Utara
Hbg Hasundutan
Tapanuli Tengah
Tapanuli Selatan
Mandailing Natal
Nias Utara
Nias Selatan
Medan
223.505,00
23.395,00
20.240,00
575,00
5.657,00
2.007,80
-
1.964,56
23.800,00
39,00
500,00
-
52.300,00
-
-
8.350,00
-
PT. JASAPATRIA GUNATAMA
Tabel 3.3
Potensi Kawasan Lindung dan Budidaya Hutan
di Provinsi Sumatera Utara
3.120,90
10.596,07
70.786,29
61.855,65
43.936,61
88.544,25
73.826,54
106.048,69
226.260,37
45.623,60
81.788,27
57.034,00
262.354,48
195.511,06
83.696,98
70.438,85
315,08
54.017,43
17.547,56
4.878,08
71.892,90
48.894,00
10.382,15
21.216,15
60.085,87
14.764,36
98.989,01
25.015,66
51.252,70
154.759,68
171.525.17
24.524,41
21.409,94
-
41.327,12
63.091,82
13.494,63
11.213,73
7.916,71
89.021,57
11.214,16
96.711,17
31.916,43
103.097,07
70.564,87
5.761,90
279.924,74
36.358,84
4.478,97
70.767,39
-
-
1.041,89
-
-
-
-
16.840,54
1.875,88
-
-
-
-
1.421,78
-
7.282,20
18.788,95
-
Sumber : Hasil Analisis & Perhitungan secara Planimetris Peta RTRWP SU 2003-2018 skala 1:250.000
Dinas Kehutanan Propsu – BPKH Wil - I, 2003
1) Belum termasuk kawasan perlindungan setempat yang tidak tergambar dalam peta
(diperhitungkan)
Potensi kawasan hutan di Popinsi Sumatera Utara mencapai 3.679.338,48 ha
yang terdiri dari kawasan lindung seluas 1.844.071,05 ha dan kawasan budidaya
hutan seluas 1.835.267,43 Ha. Selanjutnya peta tentang kawasan lindung dan
budidaya hutan dapat dilihat pada Gambar 3.5.
61. Laporan Akhir
Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
3 - 16
PT. JASAPATRIA GUNATAMA
Gambar 3.5
Peta Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Hutan
62. Laporan Akhir
Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
3.2.1.7. Pemanfaatan Ruang
Provinsi Sumatera Utara memiliki kawasan darat seluas 71.680 km2 serta kawasan
laut sepanjang 12 mil laut dari garis pantai ke arah laut lepas. Menurut catatan
Kanwil BPN Provinsi Sumatera Utara, pemanfaatan lahan di Provinsi Sumatera
Utara tahun 1998 didominasi oleh kegiatan pertanian seluas 31.926,76 km2 atau
sekitar 44,54 % dan oleh kegiatan hutan seluas 24.416,10 km2 atau sekitar 34,06 %.
Tabel 3.4 menggambarkan penggunaan lahan di Provinsi Sumatera Utara tahun
2003.
Penggunaan lahan untuk kegiatan pertanian terbesar berada di wilayah Pantai
Timur, yaitu meliputi areal seluas lebih kurang 57% dari luas areal pertanian
Sumatera Utara. Sebagian besar lahan hutan berada di wilayah Pantai Barat,
yaitu seluas lebih kurang 69 % dari luas hutan Sumatera Utara. Kegiatan pertanian
mendominasi wilayah Pantai Timur, sedangkan wilayah Pantai Barat didominasi
oleh kegiatan pertanian dan hutan secara relatif berimbang.
Dalam distribusi ruang, wilayah yang pada saat ini masih memiliki kawasan hutan
yang juga berfungsi untuk perlindungan daerah bawahannya ataupun fungsi
ekologis lainnya, perlu menyiapkan pengendalian terhadap alih fungsi hutan,
baik oleh perambahan maupun pemanfaatan untuk usaha ekonomi formal
terutama dalam rangka perolehan PAD. Konflik kepentingan dalam kondisi
keterbatasan lahan budidaya perlu diatasi melalui kesepakatan yang mengikat
dalam pelestarian kawasan hutan yang berfungsi lindung. Untuk itu, salah satu
dasar pengendalian adalah menyesuaikan pengembangan kegiatan pada
lahan dengan kemampuan yang memadai.
Wilayah Pantai Timur yang merupakan dataran rendah seluas 26.360 km2 atau
36,8 % dari luas wilayah Sumatera Utara merupakan wilayah yang subur, suhu
udara tinggi, kelembaban udara tinggi, dan curah hujan juga relatif tinggi,
meliputi Kabupaten Langkat, Deli Serdang, Asahan, Labuhan Batu, Kota Binjai,
Medan, dan Tebing Tinggi. Wilayah Pantai Barat meliputi Kabupaten Tapanuli
Selatan, Mandailing Natal, Tapanuli Tengah, Nias, Nias Selatan dan Kota Sibolga.
Kegiatan di wilayah Pantai Timur umumnya heterogen, dengan kawasan
perkotaan yang relatif besar dan prasarana wilayah yang memadai. Wilayah ini
sesuai untuk pengembangan berbagai jenis kegiatan budidaya, terutama
perkebunan dan tanaman pangan. Kegiatan perkotaan juga cenderung
berkembang dengan pesat, terutama di daerah Medan dan sekitarnya.
3 - 17
PT. JASAPATRIA GUNATAMA
63. Laporan Akhir
Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Meskipun wilayah Pantai Barat Provinsi Sumatera Utara saat ini belum
dikembangkan secara optimal, namun memiliki potensi yang besar bagi
pengembangan berbagai kegiatan budidaya, seperti perikanan laut,
perkebunan, dan hortikultura. Sedang wilayah Tengah yang merupakan dataran
tinggi dengan tingkat kesuburan yang bervariasi potensial untuk dikembangkan
bagi tanaman hortikultura.
Selain memiliki enam SWS dan dua SWS lintas Provinsi dimana danau dengan
debit air yang cukup besar yang potensial bagi sistem pengairan, Provinsi
Sumatera Utara juga memiliki air terjun yang potensial sebagai sumber energi.
Jenis tanah di Provinsi Sumatera Utara didominasi oleh tanah litosol, podsolik, dan
regosol (22,34 % luas Provinsi) yang tersebar di Kabupaten Asahan, Dairi, Pakpak
Bharat, Deli Serdang, Karo, Labuhan Batu, Langkat, Nias, dan Tapanuli Selatan,
Mandailing Natal. Tanah jenis ini sesuai bagi pengembangan budidaya
perkebunan.
3 - 18
PT. JASAPATRIA GUNATAMA
64. Laporan Pertengahan
Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
3 - 19
PT. JASAPATRIA GUNATAMA
Tabel 3.4
Penggunaan Lahan di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2002 (dalam Ha)
Kabupaten/Kota Permukiman Industri Pertam
bangan Persawahan Pert. Tanah
Kering Kebun Perkebunan Semak Hutan Perairan
Darat
Tanah
Terbuka Lain – lain Luas
Wilayah
Asahan 26.725 1.062 207 52.406 20.537 14.108 226.951 4.262 73.144 12250 9.008 17.425 458.075
D a i r i 12.086 1.145 - 14.166 42.209 19.400 43.192 45.658 119.360 104 13.193 4.097 314.610
Deli Serdang
Labuhan Batu
K a r o
Langkat
N i a s*
Simalungun
Tapanuli Selatan*
Mandailing Natal
Tapanuli Tengah
Tapanuli Utara*
Toba Samosir
Binjai
Medan
Pematangsiantar
Sibolga
Tanjungbalai
Tebing Tinggi
30.283 2.001 250 92.737 48.686 17.045 187.185 1.021 46.647 4540 - 9.399 439.794
29.894 2.789 - 89.334 46.964 21.085 385.783 33.382 218.274 37557 27.270 29.986 922.318
4.258 601 112 15.196 52.977 20.640 22.584 16.055 58.119 966 13.811 7.406 212.725
39.906 1.171 - 57.361 15.705 20.635 204.411 6.908 256.492 11409 998 11.333 626.329
11.811 621 - 22.335 44.708 29.885 124.835 28.401 214.586 12186 29.562 13.143 532.073
14.976 1.098 - 53.464 50.791 28.978 165.101 34.641 68.912 721 496 19.482 438.660
35.525 1.542 - 49.160 45.661 46.581 239.761 137.851 664.429 5016 23.684 20.972 1.270.182
17.327 752 - 23.978 22.270 22.720 116.941 67.235 324.068 2446 11.552 10.229 619.518
10.591 624 - 17.947 8.772 15.469 55.769 14.245 75.695 10600 1.813 7.275 218.800
23.164 971 81 36.164 43.199 15.020 46.295 111.100 176.621 66.290 3.991 60.396 583.292
18.952 795 67 29.589 35.344 12.289 37.877 90.900 144.508 54.237 3.266 49.414 477.238
2.221 144 - 2.364 413 1.770 1.343 - - 4 - 774 9.033
16.550 360 - 3.100 1.765 832 33 288 669 728 - 2.185 26.510
2.174 202 - 2.252 664 824 877 - - 95 - 911 7.999
888 12 - - - 8 - - - - 46 123 1.077
1.778 184 - 670 186 2.270 - 74 96 42 - 746 6.052
2.015 128 - 424 574 107 - 20 - 112 - 403 3.783
Sumatera Utara 301.124 16.202 717 562.647 481.425 1289.666 1.858.938 592.041 2.441.610 219.303 138.690 265.699 7.168.068
Sumber : Kanwil BPN Provinsi Sumatera Utara, 2003
* Termasuk Kabupaten yang dimekarkan
65. Laporan Akhir
Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
3 - 20
PT. JASAPATRIA GUNATAMA
Gambar 3.6
Peta Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Utara