Pedoman ini membahas tentang pembangunan sumur resapan untuk meningkatkan ketersediaan air tanah di daerah pertanian. Termasuk di dalamnya adalah persyaratan lokasi dan kelompok tani, survei lokasi, desain sederhana, konstruksi sumur, dan pengawasan pelaksanaannya. Tujuannya adalah meningkatkan pasokan air bagi pertanian dan mencegah intrusi air laut.
Permen PU Nomor 18 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Pen...Penataan Ruang
Peraturan ini mengatur tentang pedoman pembinaan penyelenggaraan pengembangan sistem penyediaan air minum oleh pemerintah dan pemerintah daerah. Pembinaan meliputi koordinasi, pemberian pedoman, bimbingan, pelatihan, dan pengawasan terhadap penyelenggara pengembangan sistem penyediaan air minum agar dapat meningkatkan kinerjanya.
Dokumen tersebut membahas tiga poin utama:
1. Perundangan dan kebijakan terkait sistem drainase perkotaan di Indonesia.
2. Isu-isu strategis dan kebijakan serta strategi dalam penanganan drainase perkotaan.
3. Jenis dan persyaratan data yang dibutuhkan dalam perencanaan drainase perkotaan.
Permen PU Nomor 18 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Pen...Penataan Ruang
Peraturan ini mengatur tentang pedoman pembinaan penyelenggaraan pengembangan sistem penyediaan air minum oleh pemerintah dan pemerintah daerah. Pembinaan meliputi koordinasi, pemberian pedoman, bimbingan, pelatihan, dan pengawasan terhadap penyelenggara pengembangan sistem penyediaan air minum agar dapat meningkatkan kinerjanya.
Dokumen tersebut membahas tiga poin utama:
1. Perundangan dan kebijakan terkait sistem drainase perkotaan di Indonesia.
2. Isu-isu strategis dan kebijakan serta strategi dalam penanganan drainase perkotaan.
3. Jenis dan persyaratan data yang dibutuhkan dalam perencanaan drainase perkotaan.
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia. Pembelajaran dari Ki...Oswar Mungkasa
Buku ini membahas inovasi dan praktik terbaik dalam pembangunan air minum dan sanitasi di enam kabupaten/kota dan lima komunitas di Indonesia yang meraih penghargaan AMPL Award 2011."
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat -Biofilter - Perencanaan TeknisJoy Irman
Biofilter merupakan sistem pengolahan air limbah yang memanfaatkan mikroorganisme yang tumbuh pada permukaan media kontak. Biofilter dapat beroperasi secara anaerobik, aerobik, atau kombinasi keduanya. Proses anaerobik akan menghasilkan biogas, sedangkan proses aerobik memerlukan pasokan oksigen. Biofilter efektif menghilangkan zat organik dan padatan tersuspensi dari air limbah domestik atau industri.
Pemilihan Lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)Joy Irman
Dokumen tersebut membahas kriteria teknis dan non-teknis yang perlu diperhatikan dalam memilih lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Kriteria teknisnya meliputi jarak minimum IPAL dari pemukiman, topografi lahan, kualitas badan air penerima, tingkat bahaya banjir, dan jenis tanah. Sedangkan kriteria non-teknisnya adalah legalitas lahan, batas administrasi, dan tata guna lahan. Dokumen ini bertuju
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Sistem Pengelolaan Ter...Joy Irman
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem (SPAL) terdiri atas Sistem Terpusat atau Off-site System dan Sistem Setempat atau On-Site System. Sistem setempat diantaranya adalah Cubluk Kembar, Tangki Septik dengan Bidang Resapan), Mandi-Cuci-Kakus atau MCK, Biofilter, Upflow Aerobic Filter, Rotating Biological Contactactor atau RBC, Anaerobic Bafle Reactor, Sarana Pengangkut Tinja, dan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT).
TPST merupakan tempat pengolahan sampah secara terpadu yang melakukan pemisahan, pencucian, pengemasan, dan pengiriman produk daur ulang. TPST perlu memiliki fasilitas pre-processing, pemilahan, pengolahan fisik dan kimia, serta pengolahan lain seperti kompos dan RDF. Perancangan TPST meliputi analisis material, identifikasi pemanfaatan, perhitungan akumulasi dan kapasitas, serta penentuan tata letak dan luas lahan
Perencanaan Teknis Sistem Pengolahan Air Limbah (IPAL) Secara FisikJoy Irman
Pelatihan Penyusunan Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T) terdiri dari beberapa modul, yaitu: Dasar-dasar Perencanaan Teknis SPAL-T, Perencanaan Teknis Unit Pelayanan, Perencanaan Teknis Unit Pengumpulan / Jaringan Perpipaan, Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah, Teknologi Pengolahan Lumpur, Konstruksi Bangunan, dan Rencana Anggaran Biaya. Masing-masing Modul terdiri atas beberapa sub-modul . Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Pola Penanganan Drainase Perkotaan menjelaskan mengenai aspek hukum dan peraturan yang mendasarinya, strategi dan kebijakan penanganan drainase, paradigma baru dalam penanganan drainase, dan berbagai opsi teknologi drainase. Disajikan oleh Direktorat PPLP, Cipta Karya, Kementrian PU.
Pedoman Pelaksanaan Konstruksi Sistem Penyediaan Air Minuminfosanitasi
Pedoman ini membahas tahapan pelaksanaan konstruksi sistem penyediaan air minum (SPAM) mulai dari persiapan, pelaksanaan, pengawasan, pengujian, hingga serah terima dengan mengacu pada peraturan dan standar teknis terkait.
Dokumen tersebut membahas perencanaan sistem drainase untuk beberapa jenis infrastruktur seperti jalan raya, lapangan terbang, pertanian, rel kereta api, rumah tinggal, dan lapangan golf. Ia menjelaskan langkah-langkah perencanaan drainase mulai dari menentukan daerah layanan, menghitung debit rencana, memilih material dan mendesain saluran drainase. Contoh perencanaan drainase jalan raya juga diberikan untuk mendemonstrasikan penerap
Dokumen tersebut membahas tentang perundangan, kebijakan, dan strategi penanganan drainase perkotaan. Secara garis besar membahas 4 kebijakan utama yaitu pengembangan sistem drainase berwawasan lingkungan, optimalisasi prasarana drainase, pengembangan peraturan, dan peningkatan kapasitas kelembagaan pengelola drainase. Dokumen ini juga menjelaskan komponen sektor drainase dan pengertian drainase perkotaan berwawasan lingkun
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lampiran 3infosanitasi
Dokumen tersebut membahas tentang tata cara operasi dan pemeliharaan sistem drainase perkotaan. Mencakup pedoman tentang operasi, pemeliharaan, pembiayaan dan kelembagaan beserta personalianya. Juga menjelaskan berbagai prasarana dan sarana drainase perkotaan seperti saluran, bangunan persilangan, kolam retensi, dan pompa yang memerlukan operasi dan pemeliharaan berkala.
Dokumen tersebut membahas perencanaan sistem pengolahan air limbah setempat menggunakan tangki septik. Tangki septik adalah salah satu teknologi pengolahan air limbah domestik individual yang bekerja secara anaerobik untuk memisahkan padatan dan cairan. Dokumen ini menjelaskan proses yang terjadi di dalam tangki septik serta cara perhitungan dan penentuan dimensi tangki septik berdasarkan jumlah pemakai dan standar yang berlaku.
Perencanaan Teknis IPLT - Teknologi Pengolahan Air Limbah dan LumpurJoy Irman
Pelatihan Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem (SPAL-S atau on-site) terdiri dari beberpa modaul, yaitu Modul (A) Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL-S atau on-site), (B) Cubluk Kembar, (C) Tangki Septik dengan Bidang Resapan), (D) Mandi-Cuci-Kakus atau MCK, (E) Biofilter, (F) Upflow Aerobic Filter, (G) Rotating Biological Contactactor atau RBC, (H) Anaerobic Bafle Reactor, (I) Sarana Pengangkut Tinja, dan (J) Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT).
Masing-masing Modul tersebut terdiri lagi dari beberapa sub-modul yang menjelaskan mengenai aspek-aspek (1) Perencanaan Teknis, (2) Pelaksanaan Konstruksi, (3) Operasional, Pemeliharaan dan Rehabilitasi, (4) Kelembagaan, Administrasi dan Keuangan, (5) Pemantauan dan Evaluasi. Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia. Pembelajaran dari Ki...Oswar Mungkasa
Buku ini membahas inovasi dan praktik terbaik dalam pembangunan air minum dan sanitasi di enam kabupaten/kota dan lima komunitas di Indonesia yang meraih penghargaan AMPL Award 2011."
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat -Biofilter - Perencanaan TeknisJoy Irman
Biofilter merupakan sistem pengolahan air limbah yang memanfaatkan mikroorganisme yang tumbuh pada permukaan media kontak. Biofilter dapat beroperasi secara anaerobik, aerobik, atau kombinasi keduanya. Proses anaerobik akan menghasilkan biogas, sedangkan proses aerobik memerlukan pasokan oksigen. Biofilter efektif menghilangkan zat organik dan padatan tersuspensi dari air limbah domestik atau industri.
Pemilihan Lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)Joy Irman
Dokumen tersebut membahas kriteria teknis dan non-teknis yang perlu diperhatikan dalam memilih lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Kriteria teknisnya meliputi jarak minimum IPAL dari pemukiman, topografi lahan, kualitas badan air penerima, tingkat bahaya banjir, dan jenis tanah. Sedangkan kriteria non-teknisnya adalah legalitas lahan, batas administrasi, dan tata guna lahan. Dokumen ini bertuju
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Sistem Pengelolaan Ter...Joy Irman
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem (SPAL) terdiri atas Sistem Terpusat atau Off-site System dan Sistem Setempat atau On-Site System. Sistem setempat diantaranya adalah Cubluk Kembar, Tangki Septik dengan Bidang Resapan), Mandi-Cuci-Kakus atau MCK, Biofilter, Upflow Aerobic Filter, Rotating Biological Contactactor atau RBC, Anaerobic Bafle Reactor, Sarana Pengangkut Tinja, dan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT).
TPST merupakan tempat pengolahan sampah secara terpadu yang melakukan pemisahan, pencucian, pengemasan, dan pengiriman produk daur ulang. TPST perlu memiliki fasilitas pre-processing, pemilahan, pengolahan fisik dan kimia, serta pengolahan lain seperti kompos dan RDF. Perancangan TPST meliputi analisis material, identifikasi pemanfaatan, perhitungan akumulasi dan kapasitas, serta penentuan tata letak dan luas lahan
Perencanaan Teknis Sistem Pengolahan Air Limbah (IPAL) Secara FisikJoy Irman
Pelatihan Penyusunan Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T) terdiri dari beberapa modul, yaitu: Dasar-dasar Perencanaan Teknis SPAL-T, Perencanaan Teknis Unit Pelayanan, Perencanaan Teknis Unit Pengumpulan / Jaringan Perpipaan, Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah, Teknologi Pengolahan Lumpur, Konstruksi Bangunan, dan Rencana Anggaran Biaya. Masing-masing Modul terdiri atas beberapa sub-modul . Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Pola Penanganan Drainase Perkotaan menjelaskan mengenai aspek hukum dan peraturan yang mendasarinya, strategi dan kebijakan penanganan drainase, paradigma baru dalam penanganan drainase, dan berbagai opsi teknologi drainase. Disajikan oleh Direktorat PPLP, Cipta Karya, Kementrian PU.
Pedoman Pelaksanaan Konstruksi Sistem Penyediaan Air Minuminfosanitasi
Pedoman ini membahas tahapan pelaksanaan konstruksi sistem penyediaan air minum (SPAM) mulai dari persiapan, pelaksanaan, pengawasan, pengujian, hingga serah terima dengan mengacu pada peraturan dan standar teknis terkait.
Dokumen tersebut membahas perencanaan sistem drainase untuk beberapa jenis infrastruktur seperti jalan raya, lapangan terbang, pertanian, rel kereta api, rumah tinggal, dan lapangan golf. Ia menjelaskan langkah-langkah perencanaan drainase mulai dari menentukan daerah layanan, menghitung debit rencana, memilih material dan mendesain saluran drainase. Contoh perencanaan drainase jalan raya juga diberikan untuk mendemonstrasikan penerap
Dokumen tersebut membahas tentang perundangan, kebijakan, dan strategi penanganan drainase perkotaan. Secara garis besar membahas 4 kebijakan utama yaitu pengembangan sistem drainase berwawasan lingkungan, optimalisasi prasarana drainase, pengembangan peraturan, dan peningkatan kapasitas kelembagaan pengelola drainase. Dokumen ini juga menjelaskan komponen sektor drainase dan pengertian drainase perkotaan berwawasan lingkun
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lampiran 3infosanitasi
Dokumen tersebut membahas tentang tata cara operasi dan pemeliharaan sistem drainase perkotaan. Mencakup pedoman tentang operasi, pemeliharaan, pembiayaan dan kelembagaan beserta personalianya. Juga menjelaskan berbagai prasarana dan sarana drainase perkotaan seperti saluran, bangunan persilangan, kolam retensi, dan pompa yang memerlukan operasi dan pemeliharaan berkala.
Dokumen tersebut membahas perencanaan sistem pengolahan air limbah setempat menggunakan tangki septik. Tangki septik adalah salah satu teknologi pengolahan air limbah domestik individual yang bekerja secara anaerobik untuk memisahkan padatan dan cairan. Dokumen ini menjelaskan proses yang terjadi di dalam tangki septik serta cara perhitungan dan penentuan dimensi tangki septik berdasarkan jumlah pemakai dan standar yang berlaku.
Perencanaan Teknis IPLT - Teknologi Pengolahan Air Limbah dan LumpurJoy Irman
Pelatihan Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem (SPAL-S atau on-site) terdiri dari beberpa modaul, yaitu Modul (A) Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL-S atau on-site), (B) Cubluk Kembar, (C) Tangki Septik dengan Bidang Resapan), (D) Mandi-Cuci-Kakus atau MCK, (E) Biofilter, (F) Upflow Aerobic Filter, (G) Rotating Biological Contactactor atau RBC, (H) Anaerobic Bafle Reactor, (I) Sarana Pengangkut Tinja, dan (J) Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT).
Masing-masing Modul tersebut terdiri lagi dari beberapa sub-modul yang menjelaskan mengenai aspek-aspek (1) Perencanaan Teknis, (2) Pelaksanaan Konstruksi, (3) Operasional, Pemeliharaan dan Rehabilitasi, (4) Kelembagaan, Administrasi dan Keuangan, (5) Pemantauan dan Evaluasi. Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Deep Tunnel merupakan proyek teknik sipil besar di Chicago yang bertujuan mengurangi banjir dan limbah cair ke Danau Michigan dengan mengalirkannya ke penampungan sementara melalui terowongan. Proyek ini memiliki keunggulan seperti menangani banjir, menampung kabel listrik, dan meningkatkan kualitas sungai, namun juga memiliki kerugian seperti biaya yang sangat besar dan masalah ekologi.
Buku ini membahas pengembangan dan pengelolaan rawa berkelanjutan di Indonesia, dengan fokus pada empat isu utama yaitu lingkungan hidup, pengelolaan air, pengelolaan lahan rawa, dan regulasi rawa. Buku ini merupakan penyempurnaan dari edisi sebelumnya dengan menambahkan pembagian zonasi rawa untuk perencanaan. Sejarah pengembangan rawa di Indonesia juga dibahas, beserta kebijakan-kebijakan terkait
Dokumen tersebut membahas tentang pendayagunaan sumber daya air, yang didefinisikan sebagai upaya pengelolaan sumber daya air melalui kegiatan penggunaan, penyediaan, pengembangan, dan pengusahaan sumber daya air secara optimal. Tujuannya adalah memanfaatkan sumber daya air secara berkelanjutan dengan memprioritaskan pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat. Dokumen ini juga membahas tentang alokasi
Makalah ini membahas langkah-langkah perencanaan dan perancangan bendungan, meliputi studi kelayakan pendahuluan, studi kelayakan, perencanaan teknis, dan pelaksanaan pembangunan. Tahapan tersebut melibatkan penelitian topografi, hidrologi, klimatologi, geoteknik, dan sosial ekonomi untuk menentukan lokasi, desain, dan spesifikasi teknis bendungan.
Makalah ini membahas langkah-langkah perencanaan dan perancangan bendungan, meliputi studi kelayakan pendahuluan, studi kelayakan, perencanaan teknis, dan pelaksanaan pembangunan. Tahapan tersebut melibatkan penelitian topografi, hidrologi, klimatologi, geoteknik, dan sosial ekonomi untuk menentukan lokasi, desain, dan spesifikasi teknis bendungan.
Makalah ini membahas langkah-langkah perencanaan dan perancangan bendungan, meliputi studi kelayakan pendahuluan, studi kelayakan, perencanaan teknis, dan pelaksanaan pembangunan. Tahapan tersebut melibatkan penelitian topografi, hidrologi, klimatologi, geoteknik, dan sosial ekonomi untuk menentukan lokasi, desain, dan spesifikasi teknis bendungan.
Dokumen tersebut membahas upaya pengelolaan bendungan dalam meningkatkan layanan waduk, mencakup evolusi pengelolaan bendungan di Indonesia, isu-isu strategis dalam pengelolaan bendungan, serta pentingnya keamanan publik di sekitar bendungan.
Modul 2 konsep perencanaan pengembangan sumber daya air, kebijakanLusnia S Multianti
Dokumen tersebut membahas konsep perencanaan sumber daya air dan kebijakan nasional untuk pengembangan sumber daya air. Ia menjelaskan pentingnya perencanaan yang ilmiah untuk proyek-proyek sumber daya air karena berkurangnya ketersediaan air per kapita dan ketidakmerataannya. Dokumen tersebut juga membahas metode konvensional dan non-konvensional dalam perencanaan proyek, prioritas alokasi air, dan strategi per
Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...infosanitasi
Dokumen tersebut membahas perhitungan pembiayaan untuk pencapaian Standar Pelayanan Minimal di bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang khususnya untuk sub bidang Sumber Daya Air. Terdapat rumus-rumus untuk menghitung biaya kegiatan penyediaan air baku dan air irigasi mulai dari perencanaan, pembangunan, pengoperasian hingga pemeliharaan.
Evaluasi RJPMN dan Renstra -PU-an, dan Arahan Program ke-PU-an Tahun 2014infosanitasi
Evaluasi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) / Rencana Strategik (Renstra) dan Arahan Penajaman Program Penyelenggaraan ke-PU-an Tahun 2014. Presentasi Sekretaris Jenderal pada Acara Konsultasi Regional Kementrian Pekerjaan Umum 2013.
The document provides technical details and instructions for an AF-3 filling machine. It includes:
- An overview of the machine components and operation procedures.
- Safety guidelines for transport, installation, operation and maintenance.
- Mechanical drawings of the major assemblies - load cell & drum clamp, nozzle, and structure - with part lists.
- Electrical & pneumatic diagrams showing connections, wiring and functions.
- Parameter settings for the weighing indicator and maintenance instructions.
The document provides details on the 1KD-FTV and 2KD-FTV diesel engines used in Toyota vehicles like the Hilux and Fortuner. It describes the engine components like the common rail fuel system that uses a high-pressure supply pump and common rail to achieve precise fuel injection for lower emissions. It also details the variable nozzle turbocharger and other systems that help improve power and efficiency while meeting emissions standards.
The document provides information about the 1TR-FE engine used in Toyota vehicles, including its specifications and components. It describes the overall engine layout and key systems such as cooling, fuel injection, ignition, and engine controls. The 1TR-FE is a 2.0L inline 4-cylinder 16-valve DOHC engine with VVT-i and produces 100kW of power at 5,600rpm and 182Nm of torque at 4,000rpm. It uses features like a resin intake manifold, long nozzle fuel injectors, and DIS ignition to improve performance and emissions.
This document is the 2014 catalogue for Trans Tech Publications Inc., which publishes online journals and book series related to materials science and engineering. It provides information on the various online periodicals and book series published on their websites www.ttp.net and www.scientific.net. It also includes summaries and ordering information for several recent publications covering topics such as advanced materials, nanotechnology, composite materials, and manufacturing engineering. The catalogue promotes the many publications available and provides details for interested researchers to publish or find relevant content.
This document provides a catalogue for materials science and engineering titles published by Trans Tech Publications Limited between 2008-2011. It includes sections for forthcoming titles, latest titles published 2008-2010, and a full listing of current titles. It also provides information on Trans Tech's online journals in materials science and engineering. Key must-have handbooks published in the Materials Science Foundations series are highlighted.
This document is a 2012 catalogue for Materials Science & Engineering publications from Trans Tech Publications Limited. It provides summaries and ordering information for several recent titles related to materials science, including books on dye-sensitized solar cells, ecological environment functional materials, advanced design and manufacturing, and mechatronics technology. The catalogue describes that most titles are available in print, on CD, and as eBooks, and provides details on how to order or find more information.
The UltraLight Steel Auto Body (ULSAB) Consortium designed and validated a lightweight steel auto body structure that meets increased performance targets while remaining affordable to produce. The final report details the design process, including benchmarking existing vehicles, establishing packaging and performance goals, and selecting a unibody design with hydroformed parts. Physical testing showed the ULSAB structure exceeds benchmarks for torsional and bending rigidity by 80% and 52% respectively. Computational analysis also indicated it meets crash standards. At 203kg, the ULSAB structure weighs up to 36% less than benchmarks and economic analysis found it costs similar or less to produce than conventional designs.
The ULSAB Phase 2 project validated concepts from Phase 1 by building demonstration hardware. Phase 2 achieved its goals of significant mass reduction compared to a reference vehicle, while meeting structural and crash performance targets. Testing showed the design exceeded Phase 1 targets for torsional and bending rigidity, and modal frequency. Mass reduction was 25% lower than the reference, and crash tests met new safety requirements. High strength steel use increased to 90% of the structure's mass. An economic analysis found the design could be produced at a similar or lower cost than conventional designs.
This document provides an introduction and table of contents for the WIKA-Handbook on Pressure and Temperature Measurement. It describes WIKA as a leading manufacturer of pressure and temperature instruments for over 50 years. The handbook is intended to be a reference for customers, covering fundamentals and practical applications of industrial pressure and temperature measurement. It will present all common measurement methods and consider new developments in mechanical and electronic sensors. The table of contents provides an overview of topics that will be covered in the two main sections on pressure measurement and thermometry.
Dokumen memberikan tips untuk menjaga performa coolant dengan mengontrol konsentrasi coolant menggunakan refractometer, membersihkan tramp oil setiap hari, membersihkan serpihan logam dari sump-tank, memeriksa pH secara rutin, dan mengisi laporan analisis coolant setiap hari.
Whizol supplies specialized oils, lubricants, and chemicals for industrial processes through scientific research. They offer a product development and technical service team to discuss customer needs and perform maintenance or lubricant applications. Whizol has a wide range of products for industrial process oils, metalworking fluids, and more that have passed international requirements and OEM standards, with performance inspected using state-of-the-art machines. Their products cover needs for machining operations like honing, grinding, drilling, and more.
This document describes various metalworking fluids, industrial lubricants, and automotive coolants made by Whizol. It includes neat cutting oils, soluble oils, semi-synthetic and synthetic emulsions for machining and grinding, rust preventatives, quenching oils, hydraulic oils, slideway oils, and engine coolant. Product details like typical properties, benefits, and packaging options are provided for each type.
1. Pedoman Umum
Pembangunan Sumur Resapan Dalam
Rangka Antisipasi Kekeringan tahun
2007
Pedoman Teknis Sumur Resapan TA. 2007 Dit. Pengelolaan Air. Subdit IKA
1
2. KATA PENGANTAR
Kegiatan Pembangunan Sumur Resapan Dalam Rangka
Antisipasi Kekeringan tahun 2007 merupakan salah satu kegiatan
konservasi air sebagai upaya untuk meningkatkan volume air tanah
di daerah pertanian ( groundwater recharge ) dan upaya
penanggulangan dampak bencana alam kekeringan di Wilayah
Indonesia.
Pedoman Umum ini disusun dengan maksud untuk menjadi
pedoman dan acuan pelaksanaan bagi pelaksana kegiatan
Pembangunan Sumur Resapan Dalam Rangka Antisipasi Kekeringan
dan semua pihak yang terlibat langsung ataupun tidak langsung
dengan kegiatan ini.
Dengan adanya acuan atau pedoman ini diharapkan
dapat ditindaklanjuti dengan penyusunan juklak di propinsi
dan juknis di kabupaten agar petugas dapat memahami dan
melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan sebaik-baiknya
sehingga tujuan dan sasaran kegiatan ini dapat terwujud sesuai
harapan yang ingin dicapai.
Demikian semoga pedoman umum ini dapat dilaksanakan
oleh para pelaksana di Pusat maupun di Daerah dengan sebaik-
baiknya dengan penuh rasa tanggung jawab.
Pedoman Teknis Sumur Resapan TA. 2007 Dit. Pengelolaan Air. Subdit IKA
2
3. Jakarta, Januari 2007
Direktur Pengelolaan Air
DR. Ir. S. Gatot Irianto
NIP. 080 085 357
Pedoman Teknis Sumur Resapan TA. 2007 Dit. Pengelolaan Air. Subdit IKA
3
4. DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iii
I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 2
C. Sasaran 2
D. Istilah 3
II. PELAKSANAAN 4
A. Persyaratan Lokasi 4
B. Persyaratan Petani dan Kelompok Tani 4
C. Survey CP/CL 5
D. Pencatatan Koordinat 5
E. Desain Sederhana 6
F. Pengadaan Bahan dan Peralatan 6
G. Konstruksi 6
H. Pengawasan 10
I. Pembiayaan 11
III. INDIKATOR KINERJA 12
A. Keluaran (Output) 12
B. Hasil (Outcome) 12
C. Manfaat (Benefit) 12
D. Dampak (Impact) 12
Pedoman Teknis Sumur Resapan TA. 2007 Dit. Pengelolaan Air. Subdit IKA
4
5. IV. MONITORING DAN EVALUASI 13
A. Monitoring dan Evaluasi 13
B. Operasional dan Pemeliharaan 13
C. Pembinaan dan Pengendalian 14
D. Pelaporan 14
V. PENUTUP 18
DAFTAR PUSTAKA 19
Pedoman Teknis Sumur Resapan TA. 2007 Dit. Pengelolaan Air. Subdit IKA
5
6. I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke bumi merupakan sumber air
yang dapat dipakai untuk keperluan mahluk hidup. Dalam siklus tersebut, secara
alamiah air hujan yang jatuh ke bumi sebagian akan masuk ke perut bumi dan
sebagian lagi akan menjadi aliran permukaan yang sebagian besar masuk ke
sungai dan akhirnya terbuang percuma masuk ke laut. Dengan kondisi daerah
tangkapan air yang semakin kritis, maka kesempatan air hujan masuk ke perut
bumi menjadi semakin sedikit. Sementara itu pemakaian air tanah melalui
pompanisasi semakin hari semakin meningkat. Akibatnya terjadi defisit air tanah,
yang ditandai dengan makin dalamnya muka air tanah. Hujan berkurang sedikit
saja beberapa waktu maka air tanah cepat sekali turun.
Kondisi semakin turunnya muka air tanah kalau dibiarkan terus, maka akan
berakibat sulitnya memperoleh air tanah untuk keperluan pengairan pertanian
dan keperluan mahluk hidup lainnya. Disamping itu dapat menyebabkan intrusi
air laut semakin dalam ke arah daratan. Berkaitan dengan hal tersebut, maka
perlu konservasi air sebagai upaya untuk penambahan air tanah melalui
pembangunan sumur-sumur resapan. Prinsip dasar konservasi air ini adalah
mencegah atau meminimalkan air yang hilang sebagai aliran permukaan dan
menyimpannya semaksimal mungkin ke dalam tubuh bumi. Atas dasar prinsip ini
maka curah hujan yang berlebihan pada musim hujan tidak dibiarkan mengalir
percuma ke laut tetapi ditampung dalam suatu wadah yang memungkinkan air
kembali meresap ke dalam tanah ( groundwater recharge).
Dengan muka air tanah yang tetap terjaga atau bahkan menjadi lebih
dangkal, air tanah tersebut dapat dimanfaatkan pada saat terjadi kekurangan air
di musim kemarau dengan jalan memompanya kembali ditempat yang lain ke
permukaan.
Pedoman Teknis Sumur Resapan TA. 2007 Dit. Pengelolaan Air. Subdit IKA
6
7. B. Tujuan
1. Meningkatkan muka air tanah untuk penyediaan air bagi usaha pertanian
dan peternakan.
2. Mengurangi dan mencegah intrusi air laut bagi daerah-daerah pantai.
C. Sasaran
1. Terjadinya peningkatan muka air tanah sehingga dapat dimanfaatkan untuk
pertanian dan peternakan melalui pompanisasi..
2. Terjadinya pengurangan dan tercegahnya intrusi air laut bagi daerah-
daerah pantai.
D. Istilah
Dalam pedoman teknis ini akan dijumpai istilah-istilah yang memiliki
pengertian sebagai berikut :
1. Sumur Resapan
Sumur Resapan (infiltration Well) adalah sumur atau lubang pada
permukaan tanah yang dibuat untuk menampung air hujan/aliran
permukaan agar dapat meresap ke dalam tanah.
2. Dinas Pertanian
Dinas Pertanian meliputi Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan
Hortikultura, Dinas Perkebunan dan Dinas Peternakan
3. Lapisan Aquifer
Lapisan dalam tubuh bumi dibawah permukaan tanah yang terdiri dari
masa batuan atau masa tanah yang tidak saja mengadung air tetapi juga
merupakan sumber air yang tidak tercemar. Lapisan ini ditandai dengan
munculnya mata air.
Pedoman Teknis Sumur Resapan TA. 2007 Dit. Pengelolaan Air. Subdit IKA
7
8. II. PELAKSANAAN
A. Persyaratan Lokasi
1. Daerah pertanian yang mengalami kekurangan air terutama di musim
kemarau walaupun dalam kenyataannya air cukup berlimpah di musim
penghujan.
2. Muka air tanah di lokasi tersebut dalam dan jauh dari sumber air
permukaan seperti sungai, situ, danau dll.
3. Sebagian besar permukaan lahan relative telah menjadi kedap air
(permeabilitas rendah) sehingga tidak memungkinkan air terinfiltrasi masuk
ke tubuh bumi.
4. Diprioritaskan untuk mendukung daerah pertanian di pantai yang ada
irigasi pompa air tanah dangkal untuk menjaga agar tidak terjadi intrusi air
laut.
5. Komoditas yang diusahakan terutama palawija, hortikultura dan tanaman
perkebunan semusim.
6. Tingkat kepadatan penduduk dan tingkat kepadatan permukiman di sekitar
lokasi cukup tinggi.
B. Persyaratan Petani dan Kelompok Tani
1. Dari lokasi terpilih diseleksi petani/kelompok tani yang membudidayakan
tanaman palawija/ hortikultura/ tanaman perkebunan semusim/ untuk
mendukung peternakan .
2. Kelompok tani terpilih adalah kelompok tani yang sudah ada sebelumnya,
bukan kelompok yang baru dibentuk karena ada kegiatan ini.
3. Bersedia menyediakan lahan untuk bangunan ini tanpa ganti rugi yang
dinyatakan dalam surat pernyataan.
4. Bersedia memelihara bangunan secara berkelompok dan bersedia
menanggung biaya pemeliharaan dan dinyatakan dalam surat pernyataan.
Pedoman Teknis Sumur Resapan TA. 2007 Dit. Pengelolaan Air. Subdit IKA
8
9. C. Survey CP/CL
Penanggung Jawab Kegiatan (Dinas Pertanian Kabupaten/kota)
menentukan calon lokasi dan calon kelompok tani sesuai dengan persyaratan
yang telah ditentukan pada butir A dan B.
D. Pencatatan Koordinat
Lokasi sumur resapan yang akan dibuat supaya dicatat koordinat
geografisnya yang meliputi :
- lintang dan bujur
- ketinggian lokasi (dpl)
dengan menggunakan Global Positioning System (GPS) atau dengan
ekstrapolasi peta topografi yang tersedia. Data koordinat sumur resapan ini
selanjutnya diperlukan untukmenyusun sistem basis data pengelolaan lahan
dan air sekaligus memantau kinerja pelaksanaan kegiatan yang telah berjalan.
E. Desain Sederhana
Desain sederhana dibuat oleh Aparat Dinas Pertanian Kabupaten/Kota bersama
dengan petani/kelompok tani. Desain dibuat sesederhana mungkin agar dapat
dibaca oleh pelaksana (petani/kelompok tani). Hasil Desain harus mendapat
persetujuan dari Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/ Kota.
F. Pengadaan Bahan dan Peralatan
Pengadaan bahan dan peralatan dilaksanakan oleh petani/kelompok tani dengan
mengikuti pedoman pengelolaan anggaran yang dikeluarkan oleh Ditjen
Pengelolaan Lahan dan Air.
G. Konstruksi
Pembangunan sumur resapan dilakukan oleh pelaksana yang telah ditunjuk
( kelompok tani ), dilakukan secara swakelola (padat karya) agar petani
mampu mengembangkan sumur resapan dan merasa ikut memiliki.
Pedoman Teknis Sumur Resapan TA. 2007 Dit. Pengelolaan Air. Subdit IKA
9
10. 1. Beberapa Ketentuan Umum untuk Pembangunan Konstruksi
Sumur Resapan
a. Sumur resapan sebaiknya berada diatas elevasi/kawasan sumur-
sumur gali biasa.
b. Untuk menjaga pencemaran air di lapisan aquifer, kedalaman
sumur resapan harus diatas kedalaman muka air tanah tidak
tertekan
(unconfined aquifer) yang ditandai oleh adanya mata air tanah.
c. Pada daerah berkapur/karst perbukitan kapur dengan
kedalaman/solum tanah yang dangkal, kedalaman air tanah
pada umumnya sangatlah dalam sehingga pembuatan sumur
resapan sangatlah tidak direkomendasikan. Demikian pula
sebaliknya di lahan pertanian pasang surut yang berair tanah
sangat dangkal.
d. Untuk mendapatkan jumlah air yang memadai, sumur resapan
harus memiliki tangkapan air hujan berupa suatu bentang lahan
baik berupa lahan pertanian atau atap rumah.
e. Sebelum air hujan yang berupa aliran permukaan masuk
kedalam sumur melalui saluran air, sebaiknya dilakukan
penyaringan air di bak kontrol terlebih dahulu.
f. Bak kontrol terdiri-dari beberapa lapisan berturut-turut adalah
lapisan gravel (kerikil), pasir kasar, pasir dan ijuk.
g. Penyaringan ini dimaksudkan agar partikel-partikel debu hasil
erosi dari daerah tangkapan air tidak terbawa masuk ke sumur
sehingga tidak menyumbat pori-pori lapisan aquifer yang ada.
h. Untuk menahan tenaga kinetis air yang masuk melalui pipa
pemasukan, dasar sumur yang berada di lapisan kedap air dapat diisi
dengan batu belah atau ijuk.
i. Pada dinding sumur tepat di depan pipa pemasukan, dipasang pipa
pengeluaran yang letaknya lebih rendah dari pada pipa pemasukan
untuk antisipasi manakala terjadi overflow/luapan air di dalam sumur.
Bila tidak dilengkapi dengan pipa pengeluaran, air yang masuk ke
sumur harus dapat diatur misalnya dengan seka balok dll.
Pedoman Teknis Sumur Resapan TA. 2007 Dit. Pengelolaan Air. Subdit IKA
10
11. j. Diameter sumur bervariasi tergantung pada besarnya curah hujan,
luas tangkapan air, konduktifitas hidrolika lapisan aquifer, tebal
lapisan aquifer dan daya tampung lapisan aquifer. Pada umumnya
diameter berkisar antara 1 – 1,5 m
k. Tergantung pada tingkat kelabilan/kondisi lapisan tanah dan
ketersediaan dana yang ada, dinding sumur dapat dilapis
pasangan batu bata atau buis beton. Akan lebih baik bila dinding
sumur dibuat lubang-lubang air dapat meresap juga secara
horizontal.
l. Untuk menghindari terjadinya gangguan atau kecelakaan maka
bibir sumur dapat dipertinggi dengan pasangan bata dan atau
ditutup dengan papan/plesteran.
2. Komponen Bangunan Sumur Resapan
Bangunan sumur resapan sekurang-kurangnya terdiri dari :
a. Saluran air sebagai jalan air yang akan dimasukkan ke dalam sumur.
b. Bak kontrol yang berfungsi untuk menyaring air sebelum masuk sumur
resapan.
c. Pipa pemasukan atau saluran air masuk. Ukuran tergantung jumlah aliran
permukaan yang akan masuk.
d. Sumur resapan
e. Pipa pembuangan yang bersungsi sebagai saluran pembuangan jika air
dalam sumur resapan sudah penuh.
Pedoman Teknis Sumur Resapan TA. 2007 Dit. Pengelolaan Air. Subdit IKA
11
12. Gambar 3. Skema Teknis Sumur Resapan
H. Pengawasan
Aparat Dinas Pertanian Kabupaten/Kota sebagai penanggung jawab kegiatan
harus melakukan pengawasan sejak dari perencanaan hingga konstruksi
sumur resapan terbangun.
I. Pembiayaan
Biaya disediakan melalui dana Tugas Pembantuan yang terdiri dari Belanja
Uang Honor Tidak Tetap yang digunakan untuk upah tenaga (Padat Karya )
Pedoman Teknis Sumur Resapan TA. 2007 Dit. Pengelolaan Air. Subdit IKA
12
13. sebesar 50 % (Rp. 2.500.000,-/unit), dan Belanja Lembaga Sosial Lainnya
digunakan untuk pembelian bahan bangunan sebesar 50 % (Rp. 2.500.000,-
/unit) . Biaya Belanja Sosial Lainnya diberikan kepada tani setelah mereka
membuat proposal rencana kebutuhan biaya pembangunan Sumur resapan.
Proposal harus disetujui oleh Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota.
Rangkaian kegiatan pelaksanaan pembangunan sumur resapan agar dibuat
jadwal palang untuk alat kontrol pengawasan dan pembinaan. Contoh jadwal
palang yang dimaksud adalah seperti Lampiran 1.
Pedoman Teknis Sumur Resapan TA. 2007 Dit. Pengelolaan Air. Subdit IKA
13
14. III. INDIKATOR KINERJA
A. Keluaran (out put)
Terbangunnya dan berfungsinya sumur resapan pada lokasi sentra produksi
tanaman pangan, hortikultura, perkebunan semusim dan peternakan.
B. Hasil (out come)
Meningkatnya muka air tanah yang dapat di pompa untuk keperluan
pertanian.
C. Manfaat (benefit)
Terpenuhinya kerperluan air saat diperlukan
D. Dampak (impact)
Meningkatnya kesempatan berusahatani
Pedoman Teknis Sumur Resapan TA. 2007 Dit. Pengelolaan Air. Subdit IKA
14
15. IV. MONITORING DAN EVALUASI
A. Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan Evaluasi dilakukan terhadap keseluruhan kegiatan
Pengembangan Sumur Resapan yang meliputi kegiatan
perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian, yaitu :
1. Terhadap kegiatan perencanaan meliputi antara lain
pemilihan lokasi, sosialisasi, rencana pembiayaan, dukungan
dari pemerintah daerah setempat dan lain-lain.
2. Terhadap pelaksanaan meliputi kegiatan persiapan,
penyusunan rencana kegiatan, organisasi, tugas dan fungsi
pelaksana, pengadaan dan penggunaan bahan/alat,
pelaksanaan kegiatan fisik, produktivitas pekerjaan dan lain-
lain.
3. Terhadap pengendalian dan pengawasan meliputi peranan
pengawasan, teknis pelaksanaan pekerjaan fisik dan lain-lain.
B. Operasional dan Pemeliharaan
Pemeliharaan sumur resapan yang telah selesai dibangun dilakukan
oleh petani/kelompok tani pengelola sumur resapan. Beberapa
komponen pemeliharaan sumur resapan adalah :
1. Menjaga agar air masuk kedalam sumur resapan dengan mudah,
sedapat mungkin air bersih dan bebas dari kotoran seperti ranting,
dedaunan dll.
2. Membersihkan bak kontrol dari kotoran dan endapan/lumpur yang
menyumbat.
C. Pembinaan dan Pengendalian
1. Pembinaan dan pengendalian terhadap pelaksanaan percontohan
xv
16. pengembangan sumur resapan dalam rangka antisipasi kekeringan
sehari-hari di kabupaten dilakukan oleh penanggungjawab kegiatan
Pengembangan Sumur Resapan (Kepala Dinas Pertanian
Kabupaten) berkoordinasi dengan instansi teknis terkait .
2. Pengawasan dan pengendalian terhadap pengelolaan keuangan
harus dilakukan secara intensif dan efektif untuk mencegah
terjadinya penyimpangan dan penyelewengan yang mengakibatkan
kerugian negara.
3. Pengawasan pelaksanaan pekerjaan fisik dilakukan oleh pengawas
lapangan Pengembangan Sumur Resapan yang ditunjuk oleh
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten.
D. Pelaporan
Laporan diperlukan untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan
kegiatan dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Adapun
macam laporan adalah :
1) Laporan Perkembangan
Laporan ini berisi antara lain data dan informasi tentang
perkembangan pelaksanaan fisik dan keuangan. Perkembangan
realisasi pelaksanaan fisik kegiatan agar dilakukan pembobotan.
Penilaian pembobotan pekerjaan hanya dilakukan terhadap
kegiatan yang didanai dari dana Tugas Pembantuan.
xvi
17. Tabel Perkembangan Pelaksanaan Kegiatan
Pembangunan Sumur Resapan.
No Realisasi Pekerjaan Persentase
Pekerjaan
1 a. Pembuatan TOR Sudah/belum
b. Penentuan CP/CL Sudah/belum
c. Sosialisasi pada :
- aparat Sudah/belum
- penerima manfaat Sudah/belum
2 Penyusunan rencana/proposal :
a. Penetapan CP/CL Sudah/belum
b. Penyusunan Rencana Kegiatan dan
RAB Sudah/belum
c. Penyusunan Desain sederhana Sudah/belum
d. Persetujuan Rencana Kegiatan dan
RAB oleh Dinas Pertanian Kab/Kota Sudah/Belum
3. Persiapan Administrasi
a. Penyiapan Rekening Kelompok Tani Sudah/Belum
b. Transfer dana ke rekening kelompok Sudah/Belum
4. Proses Pengadaan Bahan dan Alat 10 %
5. Pengiriman Bahan dan Alat 15 %
6. Pelaksanaan Konstruksi
a. Pembuatan Daftar Pekerja Sudah/Belum
b. Pelaksanaan Padat Karya 75 %
7. Pengawasan Sudah/Belum
8. Monitoring dan Evaluasi Sudah/Belum
9. Pelaporan Sudah/Belum
xvii
18. Laporan pelaksanaan ini agar dibuat sebagai laporan bulanan
(format laporan lihat Lampiran 2). Laporan tersebut ditujukan ke
Dinas Pertanian/ Perkebunan/ Peternakan Propinsi dengan
tembusan Ditjen Pengelolaan Lahan dan Air Cq. Dit. Pengelolaan
Air dengan alamat Jl. Taman Margasatwa No. 3 Ragunan, Pasar
Minggu, Jakarta Selatan.
2) Laporan akhir
Setelah pelaksanaan Pengembangan Sumur Resapan selesai,
penanggung jawab kegiatan di tingkat kabupaten wajib
menyiapkan dan menyampaikan laporan akhir pelaksanaan
program Pengembangan Sumur Resapan baik dari segi fisik
maupun keuangan. Laporan akan lebih informatif dan komunikatif
bila dilengkapi dengan foto-foto dokumentasi minimal kondisi
sebelum dan setelah kegiatan. Out line Laporan Akhir adalah
seperti Lampiran 3.
xviii
19. V. PENUTUP
Pengembangan Sumur Resapan adalah merupakan salah satu
upaya pengisian air tanah secara artificial sebagai alternatif proses
pengisian air tanah alami yang relatif lambat melalui proses infiltrasi.
Proses ini menjadi sangat tidak signifikan manakala hampir sebagian
besar recharge area telah menjadi kedap air atau upaya konservasi
tanah dan air di daerah hulu sangat tidak memadai.
Oleh karena itu, pembangunan sumur resapan adalah
merupakan salah satu upaya untuk memperbaiki kuantitas dan
sekaligus kualias air tanah yang saat ini semakin terancam akibat
eksploitasi air tanah, pemompaan berlebih, intrusi air asin, persapan
limbah industri dll.
Pembangunan sumur resapan ini dapat dikombinasikan dengan
pembangunan embung atau check dam sebagai penampung air
luapan manakala kapasitas tampung embung terlampaui pasa saat
hujan besar.
Dengan adanya pembangunan sumur – sumur resapan
khususnya di lahan usaha tani, diharapkan air hujan dapat diresapkan
dan disimpan sementara di bawah tanah di lapisan aquifer. Air
tersimpan kemudian dapat dimanfaatkan kembali untuk kegiatan
usahatani terutama dimusim kemarau dlam rangka mengantisipasi
ancaman kekurangan air atau kekeringan.
xix
20. DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1997. Sumur Resapan Untuk Mengisi Air Tanah, Buletin
Pengairan, Humas Direktorat Jenderal Pengairan, Jakarta.
Kusnaedi. 2003. Sumur Resapan Untuk Pemukiman Perhotelan Dan
pedesaan, Penebar Swadaya, Jakarta.
Sabri, M dan Juwana, J.S. 2004. Sumur Resapan Tirta Sakti Dalam
Kaitannya Dengan Potensi Persediaan Air Tanah dalam Laporan
Apresiasi Konservasi Air 2004, Dit. PAI, Ditjen BSP, Deptan,
Jakarta.
Suyadi A. 1996. Tehnik Konservasi Tanah, Makalah Pelatihan Petugas
Sulawesi Rainfed Agriculture Development Project (SRADP),
Yogyakarta.
Syarifuddin A. K. 2001. Mengisi Air Tanah Dengan Sumur Resapan Dan
Memanfaatkannya Kembali, Direktorat Jenderal Bina Produksi
Tanaman Pangan, Jakarta.
Tjandramukti. 2002. Fungsi Sumur Resapan Di Lahan Tadah Hujan
Sebagai Antisipasi Kekeringan Saat Tanam Musim Kemarau, Aneka
Usaha Tani Budi, Purwodadi, Grobogan.
xx
21. Lampiran 1
JADWAL PALANG
PELAKSANAAN KEGIATAN SUMUR RESAPAN
BULAN KE
JENIS PEKERJAAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Pembuatan TOR
2. Penentuan CP/CL
3. Sosialisasi : - Aparat
- Penerima manfaat
4. Penyusunan Rencana/Proposal :
- Penetapan CP/CL
- Penyusunan Rencana Kegiatan & RAB
- Penyusunan Desain Sederhana
- Persetujuan Renc. Kegiatan & RAB
Oleh Dinas Pert.Kab/Kota
5. Persiapan Administrasi
- Penyiapan Rekening kelompok Tani
- Transfer Dana ke rekening Kelompok tani
6. Proses Pengadaan Bahan/Alat
7. Pengiriman Bahan/Alat
8. Pelaksanaan Konstruksi
- Pembuatan daftar Pekerja
- Pelaksanaan padat karya
9. Pengawasan
10. Monitoring dan Evaluasi
11. Pelaporan
xxi
22. Lampiran 2
Jenis Kegiatan :
Prop/Kab. :
Bulan :
No. Tahapan Pelaksanaan Bobot Lokasi Ket
Kegiatan Fisik Keuangan 1 2 3 DST
1 2 3 4 5 6 7 8 11
1 Penyusunan TOR Sudah/belum
2 Penentuan CP/CL Sudah/belum
3 Sosialisasi
a. Aparat Sudah/belum
b. Penerima manfaat Sudah/belum
4 Penyusunan Rencana/Proposal
a. Penetapan CPCL Sudah/belum
b. Penyusunan Rencana Kegiatan Sudah/belum
dan RAB
c. Penyusunan Desain Sederhana Sudah/belum
d. Persetujuan Renc. Kerja dan Sudah/belum
RAB oleh Kep. Dinas Pert Kab/Kota
5 Persiapan Administrasi
a. Penyiapan Rekening Kel Tani Sudah/belum
b. Tran sfer dana ke Rekenuing Sudah/belum
kelompok tani
6 Proses Pengadaan Bahan/Alat 10%
7 Pengiriman Bahan/Alat 15%
8 Pelaksanaan Konstruksi
a. Pembuatan Daftar Pekerja Sudah/belum
b. Pelaksanaan Padat Karya 75%
9 Pengawasan Sudah/belum
8 Monitoring dan Evaluasi Sudah/belum
10 Pelaporan Sudah/belum
xxii
23. Lampiran 3
Out Line dari Laporan Akhir ini adalah :
Kata Pengantar
Daftar Isi
I. Pendahuluan
A. Latar belakang
B. Tujuan dan Sasaran
II. Pelaksanaan
A. Masukan
B. Lokasi
C. Tahap Pelaksanaan
D. Permasalahan
E. Pemecahan Masalah
III. Permasalahan dan Upaya Pemecahan
IV. Kesimpulan dan Saran
Lampiran
Dokumentasi setiap tahapan kegiatan
Tabel perkembangan kegiatan
Tabel daftar bangunan sejenis yang pernah
dibangun/dilaksanakan Dinas Pertanian Kabupaten/Kota.
xxiii
24. Lampiran 4
DAFTAR LOKASI SUMUR RESAPAN
Mendukung
No. Propinsi/Kabupaten Jumlah
TPH BUN NAK
1 Propinsi Jawa Barat 232
Bekasi 15
Ciamis 10
Cianjur 11
Garut 5
Indramayu 15
Karawang 15
Kuningan 15
Majalengka 15
Purwakarta 16 16
Subang 15
Sumedang 5
Tasik Malaya 9
Kota Depok 20
Sukabumi 15
Cirebon 20
Bogor 15
2 Jawa Tengah 303
Sragen 6 5
Banjar Negara 9
Banyumas 10
Pati 10
Kudus 10
Rembang 15
Magelang 10
xxiv