Dokumen tersebut membahas desain rumah tahan gempa bernama "Balen Lindur" yang menggunakan bambu sebagai material utama. Desain ini menggabungkan konsep tradisional dengan material ringan bambu dan konsep modern dengan penggunaan material komposit, sambungan, dan pondasi pereduksi gempa untuk meningkatkan ketahanan rumah terhadap gempa. Desain ini diharapkan dapat menjadi solusi rumah yang aman bagi masyarakat di daerah raw
1. "BALEN LINDUR”
SEBAGAI DESAIN RUMAH BAMBU TAHAN GEMPA
Lalu Ardya Tilar Negara [1],*
[1]
Teknik Sipil, Universitas Mataram , Jl. majapahit No.62 Mataram
Email: Lalu.ardya@gmail.com
ABSTRACT:
Indonesia merupakan negara
kepulauan dengan posisi geografis terletak
di atas tiga lempeng, yaitu Eurasia, Pasifik,
dan Indo-Australia mengakibatkan
Indonesia rawan mengalami bencana gempa.
Pada tahun 2013 Gempa bumi berkekuatan
5,4 (SR) mengguncang Lombok, Nusa
Tenggara Barat. Kejadian tersebut
mengakibatkan 5.286 rumah rusak. Untuk
itu diperlukannya desain rumah yang tahan
gempa sehingga mengurangi dampak-
dampak dari bencana gempa itu sendiri.
Dengan desain rumah yang
berkonsep dasar back to traditional yaitu
bangunan ringan bermaterial utama
mengunakan bambu dan dipadukan dengan
konsep modern yaitu material komposit,
sambungan dan pondasi pereduksi gempa
menjadi dasar dalam pendesainan rumah
tahan gempa yang diberi nama “BALEN
LINDUR”.
Kata kunci : Balen Lindur, gempa
1. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara
kepulauan dengan posisi geografis terletak
di atas tiga lempeng, yaitu Eurasia, Pasifik,
dan Indo-Australia mengakibatkan
Indonesia merupakan salah satu Negara
yang rawan mengalami bencana gempa.
Indonesia juga merupakan salah satu
Negara yang termasuk dalam zona Ring of
fire (lingkaran api) dimana dari bencana
gempa bumi yang terjadi didunia, 81%
kejadian terjadi di zona lingkaran api
tersebut.
Gempa bumi selain mengakibatkan
kerugian dari segi material dan mental,
gempa bumi juga sangat berpotensi untuk
menelan korban jiwa. Pada umumnya
korban jiwa diakibatkan oleh tumbangnya
pohon dan runtuhnya struktur bangunan.
Struktur bangunan yang runtuh
umumnya dikarenakan struktur bangunan
tidak didesain sebagai bangunan tahan
gempa sehingga tidak kuat dalam menahan
gaya gempa. Sedangkan pada dasarnya
rumah merupakan struktur bangunan yang
difungsikan sebagai tempat berlindung
dalam keadaan yang berbahaya.
Pada tahun 2013 Gempa bumi
berkekuatan 5,4 Skala Richter (SR)
mengguncang Lombok, Nusa Tenggara
Barat. Kejadian tersebut mengakibatkan 30
orang terluka dan kerusakan bangunan yang
terjadi berupa 5.286 rumah rusak meliputi
3.243 unit rumah rusak ringan, 1.321 unit
rumah rusak sedang dan 722 unit rumah
rusak berat.
2. Untuk itu diperlukannya desain
rumah yang tahan gempa sehingga dapat
menjadi tempat aman untuk berlindung serta
dapat mengurangi dampak-dampak dari
bencana gempa itu sendiri. Dengan
berkembangnya zaman muncul berbagai
desain inovatif rumah tahan gempa, namun
sejalan dengan itu pengadaan material
seperti baja, besi maupun kayu semakin
sedikit ditambah dengan isu-isu pengaruh
penggunaan bahan tersebut terhadap
lingkungan. Untuk itu perlu diperhatikan
adanya desain rumah tahan gempa dengan
material ramah lingkungan serta memenuhi
aspek aspek penting dalam konsep rumah
ramah lingkungan.
Salah satu material yang cocok untuk
bangunan tahan gempa yang ramah
lingkungan adalah bambu. Di dunia sekitar
1250 –1500 jenis bambu tersebar luas,
sedangkan Indonesia memiliki hanya 10%
sekitar 154 jenis bambu (Wijaya etal, 2004).
Bambu dapat digunakan sebagai sumber
daya lokal terbarukan dengan potensi yang
luar biasa dari aspek lingkungan alam dan
sosial ekonomi (Anonim, 2012).
Dibeberapa daerah Indonesia salah
satunya Lombok,NTB merupakan daerah
dengan potensi bambu yang tinggi dengan
penggunaannya dalam bidang kontruksi
yaitu kontruksi jembatan, rumah maupun
gazebo.
Dengan desain rumah yang
berkonsep dasar back to traditional yaitu
bangunan ringan bermaterial utama
mengunakan bambu tahan gempa dan
dipadukan dengan modern concept yaitu
material komposit, sambungan dan pondasi
pereduksi getaran gempa menjadi dasar
acuan dalam desain rumah tahan gempa
yang diberi nama “BALEN LINDUR”.
2. TEORI DASAR
2.1. Penelitian Terdahulu Tentang
Rumah Tahan Gempa
Seiring dengan perkembangan
zaman dan majunya teknologi serta
pemikiran akan pentingnya keselamatan
pada saat terjadinya bencana gempa bumi,
maka berkembang pula desain-desain dan
konsep bangunan tahan gempa dari berbagai
hasil penelitian. Adapun beberapa hasil
penelitian terkait tentang rumah tahan
gempa antara lain ;
a) Rumah Gempa Ban dan Beton
Sakud (2010) mendesain desain rumah
tahan gempa bernama Banton (ban
beton). secara umum konsep yang
ditawarkan berupa rumah yang berbahan
dasar beton pracetak dan karet ban
bekas. Pada sloof pondasi yang menjadi
tumpuan dinding dilapisi dengan ban
bekas.
Struktur utama rumah banton
mengunakan beton pracetak, beton ini
dilengkapi dengan rangka silang
bertulang (bracing), sehingga mampu
menahan gaya tekan dan tarik dan
menjadikan dinding lebih stabil. Salah
satu konsep yang ditawarkan yaitu
“Rumah tumbuh”. Dengan konsep
perakitan dan penempelan panel GRC
mengunakan baut dapat meedukasi
masyarakat.
b) Rumah Tahan Gempa “Moveable
Modular House”
Faiz (2011) menawarakan desain
rumah tahan gempa bernama “Moveable
modular house”. Dengan konsep rumah
3. bergerak, yaitu penggantian pondasi
dengan roda menjadikan desain rumah
“Moveable modular house” dapat
bergerak layaknya kendaran pada saat
terjadinya gempa dan dapat berfungsi
sebagai penyeimbang satabilitas rumah.
Roda-roda dibatasi pergerakannya
dan berfungsi sebagai tumpuan rol yang
sendi seberangnya harus menjadi sendi
engsel, pada kondisi sehari-hari roda
dapat dikunci sehingga tidak dapat
bergerak. Perlindungan lain pada desain
ini yaitu dengan memisahkan struktur
masa utama dengan struktur Vatap,
struktur atap menggunakan bambu selain
mudah didapat bambu merupakan bahan
kontruksi yang ringan ditambah dengan
pengunaan asbes sebagai atap.
Selain titik berat perancangan pada
perlindungan gempa, struktur atap yang
terpisah dirancang agar efektif
melindungi masa utama terhadap cuaca,
kemudahan dalam pemeliharaan
komponen modular sehingga atap lebih
berfungsi sebagai payung pada
bangunan. Dengan konsep pondasi roda
pengaturan ruang yang fleksibel dan
dapat diubah merupakan konsep yang
ditonjolkan.
c) Desain Rumah Tahan Gempa
“Floating House”
Galih (2011) menawarkan
desain rumah tahan gempa dan diberi
nama “Floating House”. desain rumah
dirancang untuk menunjukan
karekteristik setiap material. Pemilihan
bambu yang lentur dan bobot yang
ringan digunakan sebagai struktur utama
didalam desain ini. Dengan struktur
bangunan yang mengunakan pondasi
drum mengapung diatas air diterapkan
pada ruang-ruang bagian tengah dan
belakang. Hal ini bertujuan untuk
melindungi penghuni yang sedang ada
didalamnya. Sedangkan ruang yang
berada didepan dirancang memiliki
akses yang lurus lansung ke luar rumah,
dengan adanya akses ini penghuni dapat
dengan mudah melakukan evakuasi pada
saat gempa. Dengan pondasi
kolam ketika terjadi gempa dengan gaya
vartikal kearah atas, maka bangunan
akan mempertahankan posisinya dengan
bergerak kebawah, dengan gaya ini
penghuni akan merasakan gaya gempa
yang telah direduksi. Pada area yang
tidak menggunakan pondasi air struktur
bangunan yang digunakan adalah beton
bertulang dan dinding biasa.
2.2. Kelebihan dan Kekurangan
Konsep Terdahulu
Dari berbagai hasil penelitian terkait
inovasi rumah tahan gempa, dapat
disimpulkan berbagai kelebihan dan
kekurangan antara lain :
a) Rumah Gempa Ban dan Beton
Kelebihan dari desain rumah tahan
gempa sakud (2011) yang diberi nama
“Banton” adalah dengan konsep material
pabrikasi menjadi cara yang cepat
dengan kualitas terjaga, mengunakan
bahan dasar beton dapat menciptakan
kesan aman kepada penghuni.
Kekurangan pada desain ini adalah
pengunaan material beton pabrikasi dan
panel beton GRC secara umum
merupakan hal yang dapat merusak
lingkungan, serta kurang baiknya
pengunaan pondasi menerus apabila
4. diterapkan beban gempa yang arahnya
tidak beraturan. Selain berdampak
terhadap lingkungan pembangunan
desain ini pada daerah terpencil akan
berpotensi mengalami kendala pada saat
pengadaan material
b) Rumah Tahan Gempa “Moveable
Modular House”
Faiz (2011) Dengan desain rumah
tahan gempa yang diberi nama
“Moveable modular house” memiliki
kelebihan yaitu selain ketahan terhadap
gempa dan pilihan struktur yang ringan ,
desain ini memberikan kemungkinan
dalam perubahan dalam komposisi
ruang,layaknya permainan susun balok.
Dengan mengunakan material pabrikasi
akan dapat mempercepat proses
pembangunan.
Kekurangan dari desain ini adalah
dengan adanya pengunci pada roda yang
berperan sebagai pondasi akan
mempengaruhi fungsinya yang tidak
dapat bekerja secara optimal
dikarenakan gempa merupakan bencana
yang tidak dapat diprediksi. Sehingga
dibutuhkan pembukaan kunci pada saat
gempa terjadi. Selain itu dengan konsep
pemisahan struktur dengan roda sebagai
pondasi yang lansung diatas tanah akan
memungkinkan terjadinya tabrakan antar
bangunan. Disisi lain, daya dukung
tanah harus diperhitungkan.
c) Desain Rumah Tahan Gempa “Floating
House”
Kelebihan dari desain “Floating House”
yang ditawarkan oleh Galih (2011)
adalah dengan pemilihan material bambu
merupakan point tambah bagi konsep
rumah tahan gempa dikarenakan
material bambu merupakan material
ringan ramah lingkungan.
Kekurangan dari desain ini adalah
sistem ini menjadi mahal karena sumur
haruslah kedap air. Selain itu pada saat
gempa memungkinkan terjadinya
gerakan dinamis pada air sehingga dapat
memperbesar gerakan terhadap
bangunan diatasnya. selain itu,
goncangan gempa bersifat vartikal
sehingga ada kemungkinan bangunan
justru akan terhempas ke atas. Pada
material bambu yang dijadikan kolom
untuk pondasi air akan mengalami
kering basah karena kondisi terendam
dan tidak akan menjadi riskan terhadap
pelapukan
2.3. Hasil Penelitian Tentang Bambu
Menurut Siopongco dan Munandar
(1987) bambu adalah tanaman yang
termasuk Bamboidae, salah satu anggota sub
familia rumput, pertum-buhannya sangat
cepat. Pada masa pertumbuhan, bambu
tertentu dapat tumbuh vertikal 5 cm per jam,
atau 120 cm per hari. Disamping itu bambu
merupakan material dengan sifat mekanik
yang kuat, terutama pada kekuatan tarik
yang sudah tidak perlu diagukan lagi,
adapun beberapa hasil penelitian terkait sifat
mekanik bambu antara lain:
2.3.1 Penelitian Janssen
Janssen (1980) melakukan penelitian
sifat mekanik bambu pada tahun 1974,
Dalam penelitian itu dipakai bambu
dari spesies Bambusa blumeana. Lebih
lanjut dilaporkan bahwa kekuatan lentur
5. rata-rata adalah sebesar 840 Kg/cm2
,
modulus elastisitas sebesar 200.000
Kg/cm2
. Kekuatan geser rata-rata cukup
rendah, yaitu 22,5 Kg/cm2
Dalam
laporan juga dinyatakan bahwa
kekuatan tarik sejajar serat cukup
tinggi, yaitu 2.000--3.000 Kg/cm2
.
2.3.2 Penelitian Morisco
Penelitian di bidang bambu juga
dilakukan oleh Morisco pada tahun
1994--1999. Untuk membandingkan
kuat tarik bambu dan baja struktur,
maka telah diuji kuat tarik bambu ori
dan bambu petung. Sebagai
pembanding dipakai baja tulangan
beton dengan tegangan luluh sekitar
2400 kg/cm2
yang mewakili baja beton
yang banyak terdapat dipasaran.
Pengujian memakai universal testing
machine merk United, dengan kapasitas
tarik 13,6 ton.Adapun hasil uji ini dapat
dilihat pada Gambar dibawah ini.
Gambar 2.1. Diagram tegangan-
regangan Bambu dan baja
Pada Gambar 2.1. dapat dilihat
bahwa kuat tarik kulit bambu ori cukup
tinggi yaitu hampir mencapai 5000
kg/cm2
, atau sekitar dua kali tegangan
luluh baja, sedang kuat tarik rata-rata
bambu petung juga lebih tinggi dari
tegangan luluh baja, hanya satu
spesimen yang mempunyai kuat tarik
lebih rendah dari tegangan luluh baja.
2.4. Konsep Yang Ditawarkan
Konsep rumah tahan gempa “balen
lindur” adalah desain rumah dengan
konsep back to traditional with modern
things yaitu dengan mengembalikan konsep
rumah tradisional berupa rumah ringan
bambu dengan pondasi yang tidak tertanam
didalam tanah sehingga memungkinkan
pergerakan horizontal maupun vartikal serta
pengemasan secara modern dan penerapan
inovasi-inovasi modern yang menambah
keamanan, kenyamanan dan kekuatan
struktur. Kata “Balen lindur” diambil dari
bahasa Sasak, suku asli pulau Lombok yang
berarti “Rumah Gempa”
2.5 Detail Konsep “Balen Lindur”
Adapun detail konsep “balen lindur”
sebagai rumah bambu tahan gempa antara
lain :
2.5.1 Konsep Secara Umum
Konsep rumah tahan gempa “balen
lindur” adalah desain rumah dengan
konsep back to traditional with modern
things yaitu dengan mengembalikan
konsep rumah tradisional berupa rumah
ringan bambu dengan pondasi yang tidak
tertanam didalam tanah sehingga
memungkinkan pergerakan horizontal
maupun vartikal serta pengemasan
secara modern dan penerapan inovasi-
inovasi modern yang menambah
keamanan, kenyamanan dan kekuatan
struktur.
Kg/
5.0
4.0
3.0
2.0
1.0
Kulit Bambu
Bambu Petung
Baj
0,0 1,0 2,0 3,0
6. Gambar 2.2. Desain Balen Lindur
2.5.2 Konsep Struktur
Melihat arah gempa yang tidak dapat
diprediksi arahnya, maka dibutuhkan
pondasi yang dapat memberikan struktur
ruang untuk bergerak varitkal dan
horizontal. Konsep struktur “balen
lindur” pada pondasi mengadopsi
bentuk pondasi menerus namun dengan
beberapa modifikasi sehingga
memungkinkan struktur utama tidak
melekat manjadi satu kesatuan melaikan
memisah dan memungkinkan bergerak
varitkal dan horizontal.
Gambar 2.3. Arah Gaya Gempa
Agar pada saat gempa srtuktur tidak
terhempas keluar maka pondasi menerus
yang berbahan dasar beton bertulang
didesain memiliki lintasan atau bentuk
kusus sehingga menjaga struktur tetap
berada diatas pondasi, dengan
penambahan lapisan karet bekas akan
mereduksi jika truktur bertabrakan
dengan pinggiran lintasan dari pondasi.
Gambar 2.4. Pondasi Lintasan Bale
Lindur
Besar getaran yang diakibatkan
gempa bumi disetiap daerah terbilang
bervariasi tergantung keadaan geografis
pada daerah tersebut. Pengunaan pada
desain “bale lindur” daerah dengan
potensi gempa berkekuatan tinggi dapat
berpotensi mengangkat bagian struktur
keluar. Selain gempa, untuk daerah
dengan pengaruh angin yang besar dapat
berpotensi membahayakan struktur.
Untuk mengatasi hal tersebut dibagian
pondasi dapat dipasang penahan dengan
tambahan pegas dibeberapa sisi yang
menjadi satu dengan pondasi. Dengan
diameter lubang yang besar
memungkinkan pergerakan tiang pegas
tidak mempengaruhi arah pergerakan
struktur utama didalam pondasi lintasan.
Gambar 2.5. Pegas Bambu
7. Lantai pada bangunan berbahan
dasar potongan bambu dan multipleks.
Pada laintai lapisan dibagi menjadi 3
bagian bawah atau dasar mengunakan
multipleks dan bagian tengah disi
dengan potongan-potongan bambu
dengan ketebalan 2 cm dan bagian atas
ditutup mengunakan multipleck kembali,
hal ini bertujuan pada saat terjadinya
gempa bagian tengah lantai dapat ikut
bergerak sehingga getaran hasil gaya
gempa yang di transfer oleh pondasi ke
struktur bagian atas dapat tereduksi
kembali.
Gambar 2.6. Plat Lantai Bambu
Material yang dipilih sebagai bahan
pembuatan kolom maupun balok adalah
material bambu, dikarenakan ringan,
tahan lama, kuat dan ramah lingkungan.
khusus pada struktur utama kolom dan
balok bambu diisikan dengan beton
segar untuk menambah kekakuan serta
menambah kekuatan beton dari segi
kekuatan tekan. Pada setiap ujung
sambungan di tambahkan siku pengaku
agar memperkuat sambungan struktur
utama.
Gambar 2.7. Bambu Beton
Untuk menghindari kerusakan atap
akibat besarnya getaran dari gaya gempa
maka dilakukan pemisahan pada struktur
atap dan struktur utama. dengan
sambungan yang inovatif
memungkinkan adanya kemampuan
bagian atap dapat bergerak vartikal
maupun horizontal namun tetap
menempel pada struktur utama. ini
difungsikan agar getaran dari tanah yang
di transfer ke atas dapat direduksi
kembali saat sampai ke atap.
Dikarenakan material utama
sambungan yang menggunakan material
besi. maka ditambahkan lapisan karet
disetiap pinggiran permukaan dalam, ini
dimaksudkan agar benturan antar besi
tegak dan lintasannya tidak
menimbulkan bunyi yang mengganggu
dan getaran akibat gempa bisa direduksi
dengan lebih baik
Gambar 2.8. Sambungan Struktur
Utama dan Atap
8. Gambar 2.9. Detail Sambungan
Struktur Utama dan Atap
Melihat kelemahan pondasi yang
tidak tertanam didalam tanah
memungkinkan adanya potensi
kerusakan struktur akibat pengaruh
angin, untuk itu “Balen Lindur“
menerapkan bentuk dan system rumah
yang aerodinamis ditambah dengan
lubang angin angin dibagian atap depan
serta belakang menambah jalan
masuknya udara sehingga angin dapat
melintasi bangunan tanpa mempengaruhi
kemanan bangunan dan angin yang
masuk dalam dimanfaatkan untuk
menyejukan kondisi ruangan.
Pemilihan sudut kemiringan atap
yang rendah dimaksudkan agar hasil
gaya dorong angin yang diproyeksi
tegak lurus terhadap atap dapat lebih
kecil.
Gambar 2.10. Arah Perputaran Udara
2.5.3 Konsep Lay Out rumah
Konsep layout dalam tata ruang pada
desain ini menitik beratkan pada
kemudahan jalur evakuasi. Dengan
memberikan ruang sebagai lorong untuk
menjadi jalur cepat evakuasi. pembagian
bagian rumah menjadi dua dimana
bagian satu berisikan ruang tamu dan
ruang tidur dan bagian dua berisikan
dapur dan kamar mandi dimaksudkan
untuk mengantisipasi kebakaran
dibagian dapur sehingga tidak merambat
kebagian utama. Pemilihan Bentuk
“Balen Lindur“ yang berbentuk segi
empat didasarkan bentuk Segi empat
merupakan bentuk struktur yang
beraturan sehingga memiliki daya tahan
yang baik terhadap gaya gempa.
Gambar 2.11. Bentuk Tata Ruang Balen
Lindur
2.5.4 KonsepTambahan
Adapun konsep tambahan yang
diterapkan antara lain :
a. Pintu geser
Semua pintu yang digunakan pada
“Balen Lindur“ menggunakan pintu
geser pemilihan pintu geser didasari oleh
kemudahan serta kecepatan pengunaan
dalam keadaan gempa sehingga dapat
memfasilitasi penghuni agar lebih
mudah dalam evakuasi.
9. Gambar 2.12. Pintu Geser
b. Bamboo warning sign system
Struktur bangunan yang berbahan
dasar bambu menjadikan salah satu
kelebihan yang dapat dimanfaatkan salah
satunya dengan pembuatan earthquake
warning sign sederhana, dengan cara
memasukan lonceng disetiap bambu
yang menjadi tulangan sekat pada setiap
dinding sehingga pada saat terjadinya
gempa “Balen Lindur“ dapat
mengeluarkan suara untuk memperingati
penghuni.
Gambar 2.15. Bamboo Warning System
c. Plafond jaring (Net ceiling)
Penggunaan jaring sebagai plafon
merupakan inovasi yang didasari pada
saat gempa potensi bahaya jatuhnya
plafon , genteng maupun struktur atap
akan menjadi besar sehingga dapat
membahayakan penghuni yang
berlindung didalam rumah. Dilain sisi,
dengan mengunakan jaring dari anyaman
bambu akan menambah kesan aman
serta indah kepada penghuni dan dapat
mempermudah jalannya udara dari atap
kesetiap ruangan.
Gambar 2.14. Net Ceiling
2.6 Analisis Kelebihan Dari Konsep
“Balen Lindur”
Dari pemaparan konsep diatas
didapatkan kelebihan desain “Balen Lindur”
antra lain:
2.6.1 Kelebihan Dari Segi
Struktur
Kelebihan “bale lindur” dari segi
struktur dapat terlihat dari desain bahwa
pelaksanaan pembuatan yang tidak
membutuhkan tenaga ahli. Dengan
pondasi lintasan, struktur dapat bergerak
mengikuti arah gaya gempa yang
mengarah vartikal maupun horizontal.
Sehingga perlawanan struktur terhadap
arah gempa tidak terlalu besar.
Penambahan system lantai bambu
pereduksi gempa dapat menambah
jumlah gaya yang tereduksi akibat
tertransfer gaya dari pondasi menuju
bagian. Penambahan sistem pemisahan
bagian struktur utama dengan struktur
atap dimasudkan agar mereduksi
kembali gaya yang ditransfer, ini
dimaksudkan agar kerusakan bagian atap
dapat dihindari atau diperkecil.
khusus pada struktur utama kolom
dan balok bambu diisikan dengan beton
10. segar untuk menambah kekakuan
struktur utama serta menambah kekuatan
beton dari segi kekuatan tekan. Pada
setiap ujung sambungan di tambahkan
baja siku dan pengaku agar memperkuat
titik joint struktur utama.
2.6.2 Kelebihan Dari Segi
Keamana dan Kenyamanan
Pengunaan material ringan dalam
desain “Balen Lindur“ selain bertujuan
untuk meringankan masa bangunan juga
berfungsi memberikan kesan aman bagi
penghuni yang mengalami trauma pasca
gempa. Kesan keamana dan kenyamana
dapat ditambahkan dengan pengunaan
net celling pada rumah, Serta dengan
layout atau tata ruang yang memberikan
lorong bagi penghuni sebagai jalur
evakusa diharapakan dapat memberikan
kesan keamana dan kemudahan dalam
evakuasi. Disamping itu “Balen Lindur“
merupakan rumah yang terdisain
aerodinamis, dari segi bentuk maupun
system sirkulasi udara memungkin udara
yang masuk dari depan maupun
belakang dapat masuk kedalam rumah
sehingga memberikan nuansa sejuk
kepada penghuni dan mengurangi
potensi kerusakan struktur akibat
pengaruh angin.
2.6.3 Kelebihan dari Segi
Material
Dari segi material “Balen Lindur“
secara keseluruhan mengunakan material
bambu, dikarenakan kemudahan dalam
pengadaan, kekuatan, harga, ringan,
ramah lingkungan serta membawa kesan
nyaman bagi penghuni. Dengan
menggunkan material-material yang
mudah didapatkan menjadikan “Balen
Lindur“ dapat dibangun didaerah-daerah
pelosok.
3. Kesimpulan
Bencana gempa merupakan bencana
yang tidak dapat diprediksi, namun dapat
diantisipasi guna mengurangi dampaknya.
Solusi dengan membuat desain-desain
rumah tahan gempa merupakan alternatif
yang baik guna mengurangi dampak yang
dapat ditimbulkan dan berdasarkan
keunggulan-keunggulan yang terdapat
dalam “Balen Lindur“ dapat disimpulkan
“Balen Lindur“ merupakan salah satu desain
rumah inovatif tahan gempa serta
memperhatikan kenyamanan dan keamanan
penghuni. Dengan pengunaan material yang
ramah lingkungan berupa bambu menambah
keindahan,keunikan serta keringanan
struktur. Sehingga “Balen Lindur“ dapat
dikatakan cocok untuk ditrapkan sebagai
rumah tahan gempa pengganti rumah
konvensional.
DAFTAR PUSTAKA
Imelda, Akmal. 2009. Rumah Ide Hemat
Energi. jakarta: Gramedia
Frick,H and Mulyani,2006, Arsitek
ekologis,penerbit kanisius, Yogyakarta
Lippsmeier,georg.,1994,Bangunan
Tropis, Penerbit Erlangga,Jakarta
Erlyn,Johanna,20 Desain Rumah Kokoh
Aman Tahan Gempa, Penerbit
Gramedia Jakatra
Morisco.1999. Rekayasa Bambu
Morisco, Yogyakarta.