1. Dokumen ini membahas strategi implementasi pengelolaan air minum rumah tangga (PAM RT) secara terpadu dengan sanitasi dan perilaku hidup bersih.
2. Strategi yang diusulkan mencakup kerjasama multi-pihak, pendidikan masyarakat, dukungan regulasi dan institusi, serta pembiayaan dan monitoring.
3. Tujuannya adalah agar seluruh masyarakat mampu mengelola air minum dan limbahnya secara aman untuk menceg
Roadshow program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Denpasar Bali tgl 13 Juli 2009. program ini kelak diterapkan di 16 kab lokasi wslic-2 sd 2010. informasi lebih lanjut, hub: sudjarwo2000@yahoo.com
Para pelaku STBM biasa bingung bahan apa yang bisa digunakan untuk advokasi. Materi yang ada dalam buku ini bisa digunakan untuk bahan advokasi ke berbagai pihak. Informasi STBM lainnya bisa dilihat di Http://stbm-indonesia.org
Roadshow program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Denpasar Bali tgl 13 Juli 2009. program ini kelak diterapkan di 16 kab lokasi wslic-2 sd 2010. informasi lebih lanjut, hub: sudjarwo2000@yahoo.com
Para pelaku STBM biasa bingung bahan apa yang bisa digunakan untuk advokasi. Materi yang ada dalam buku ini bisa digunakan untuk bahan advokasi ke berbagai pihak. Informasi STBM lainnya bisa dilihat di Http://stbm-indonesia.org
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia. Pembelajaran dari Ki...Oswar Mungkasa
merupakan rangkaian cerita tentang keberhasilan pemerintah daerah dan komunitas dalam melaksanakan pembangunan AMPL. Keunikan buku ini adalah dalam mengungkapkan pembelajaran dari masing-masing pemenang AMPL Award
FAKTOR PENYEBAB TINGGINYA DESA SIAGA TIDAK AKTIF DI KABUPATEN SITUBONDOfirii JB
Desa Siaga program is an effort to achieve Healthy Indonesia 2015 program. This program is successful if 80% of villages have become desa siaga in 2015. In 2011, 58% of the villages in the Situbondo are still included in the inactive desa siaga category. This research was conducted to identify factors that cause a high percentage of inactive desa siaga, started from October 5th until December 5th 2012, using an observational descriptive design with applying cross sectional approach. Interviews using a questionnaire conducted in 30 inactive desa siaga, with respondents consisting of 30 facilitators and 30 cadres were using purposive sampling. Independent variables were the facilitator factors include technical skill and motivation, cadre factors include education level, technical skills, motivation, perception of distance and ease of transport and support from the chief village and the implementation of the eight desa siaga indicators include forum villagers, primary health care, community based health efforts, community-based surveilance, coaching PKM PONED, disaster alert system, community-based health financing and environmental assessment based on PHBS. The result of this research were facilitators factor and cadres factor were low and the implementations of eight indicators for desa siaga was not in accordance with existing guidelines. The conclusion of this research was the technical ability, education levels and motivation which are low, that can contribute to the desa siaga program not working properly. Perception about distance traveled, and a difficult transport also affecting the performance of cadres. The main causative factor was the lack of support from the chief village. There is no operational funds and lack of infrastructure programs is also an obstacle factor. Advice that can be given is to provide training and socialization to the facilitator and cadres and approaches to the village chief with across sectors activities and programs in each of working areas.
Keywords : Desa Siaga indicator, Inactive Desa Siaga, Empowerment
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia. Pembelajaran dari Ki...Oswar Mungkasa
merupakan rangkaian cerita tentang keberhasilan pemerintah daerah dan komunitas dalam melaksanakan pembangunan AMPL. Keunikan buku ini adalah dalam mengungkapkan pembelajaran dari masing-masing pemenang AMPL Award
FAKTOR PENYEBAB TINGGINYA DESA SIAGA TIDAK AKTIF DI KABUPATEN SITUBONDOfirii JB
Desa Siaga program is an effort to achieve Healthy Indonesia 2015 program. This program is successful if 80% of villages have become desa siaga in 2015. In 2011, 58% of the villages in the Situbondo are still included in the inactive desa siaga category. This research was conducted to identify factors that cause a high percentage of inactive desa siaga, started from October 5th until December 5th 2012, using an observational descriptive design with applying cross sectional approach. Interviews using a questionnaire conducted in 30 inactive desa siaga, with respondents consisting of 30 facilitators and 30 cadres were using purposive sampling. Independent variables were the facilitator factors include technical skill and motivation, cadre factors include education level, technical skills, motivation, perception of distance and ease of transport and support from the chief village and the implementation of the eight desa siaga indicators include forum villagers, primary health care, community based health efforts, community-based surveilance, coaching PKM PONED, disaster alert system, community-based health financing and environmental assessment based on PHBS. The result of this research were facilitators factor and cadres factor were low and the implementations of eight indicators for desa siaga was not in accordance with existing guidelines. The conclusion of this research was the technical ability, education levels and motivation which are low, that can contribute to the desa siaga program not working properly. Perception about distance traveled, and a difficult transport also affecting the performance of cadres. The main causative factor was the lack of support from the chief village. There is no operational funds and lack of infrastructure programs is also an obstacle factor. Advice that can be given is to provide training and socialization to the facilitator and cadres and approaches to the village chief with across sectors activities and programs in each of working areas.
Keywords : Desa Siaga indicator, Inactive Desa Siaga, Empowerment
Evaluasi RJPMN dan Renstra -PU-an, dan Arahan Program ke-PU-an Tahun 2014infosanitasi
Evaluasi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) / Rencana Strategik (Renstra) dan Arahan Penajaman Program Penyelenggaraan ke-PU-an Tahun 2014. Presentasi Sekretaris Jenderal pada Acara Konsultasi Regional Kementrian Pekerjaan Umum 2013.
Evaluasi Kinerja dan Arahan Program Infrastruktur Permukimaninfosanitasi
Evaluasi kinerja dan arahan program pembinaan dan pengembangan infrastruktur permukiman. Presentasi Direktur Jenderal Cipta Karya Kementrian Pekerjaan Umum pada saat Konsultasi Regional 2013.
Dukungan Kementrian Pekerjaan Umum terhadap Program Prioritas Nasionalinfosanitasi
Dukungan Kementrian Pekerjaan Umum terhadap Program Prioritas Nasional. Presentasi Wakil Menteri PU dalam rangka Konsultasi Regional Kementrian PU 2013.
Kebijakan, Program dan Capaian Pembangunan Infrastruktur Jalaninfosanitasi
Penyelenggaraan Infrastruktur ke-PU-an yang efektif dan efisien guna memantapkan perekonomian nasional untuk peningkatan kesejahteraan rakyat. Presentasi Direktur Jenderal Bina Marga, Kementrian Pekerjaan Umum pada saat Konsultasi Regional 2013.
Pemahaman Fungsi Penataan Ruang dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang dalam Pemb...infosanitasi
Pemahaman Fungsi Penataan Ruang dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang dalam Pembangunan Infrastruktur. Presentasi Direktur Jenderal Penataan Ruang dalam rangka Konsultasi Regional Kementrian Pekerjaan Umum 2013.
Penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dalam penyelenggaraan ...infosanitasi
Penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) melalui manajemen resiko (Inmen PU No. 012/IN/M/2011) mendorong terwujudnya penyelenggaraan infrastruktur ke-PU-an yang efisien dan efektif tahun 2013. Presentasi Inspektorat Jenderal (Itjen) dalam rangka Konsultasi Regional Kementrian Pekerjaan Umum 2013.
6. CUCI TANGAN PAKAI SABUN (CTPS) MENGELOLA LIMBAH CAIR RUMAH TANGGA YG AMAN Stop BABS PENGLOLAAN SAMPAH DENGAN BENAR PENGELOLAAN AIR MINUM DAN MAKANAN RT S T B M Kepmenkes 852/2008 : 5 PILAR STBM
7.
8.
9.
10.
11. Situasi PAM-RT Merebus air ... Minyak tanah Merebus air ... Kayu bakar Mentah ... Air sumur ber-bakteri Mentah ... Air tanpa diolah diminum
12.
13. 30% penghasilan warga miskin hilang untuk biaya pengobatan puluhan ribu ton tinja per hari warga miskin membayar lebih untuk fasilitas MCK yang kurang layak Biaya PDAM (produksi air) bertambah 25% 70 % air tanah dan 75% air sungai tercemar Akibat Sanitasi Yang Buruk Kerugian ekonomi yang terkait sanitasi yang buruk diperkirakan sekitar Rp 42,3 triliyun per tahun , atau 2% dari GDP, atau sekitar Rp. 120.000/KK/bulan
14. Intervensi Potensial dalam rangka Pencegahan Diare (WHO 2007)
20. KETERPADUAN KEGIATAN AIR MINUM-SANITASI DAN PERILAKU HIGIENIS AIR MINUM AIR LIMBAH DRAINASE PERSAMPAHAN PENYEHATAN LINGKUNGAN PERILAKU HIGIENIS SANITASI MAKANAN DLL TERPADU DAN TERINTEGRASI
21. PAM RT di 5 Tatanan Sekolah Rumah Tangga Tempat Kerja Institusi Kesehatan Tempat-tempat Umum