1. BAB VI
SPESIFIKASI TEKNIS
A. PETUNJUK UMUM
(1) Sifat pekerjaan
Dalam pelaksanaan proyek pembangunan GEDUNG PERPUSTAKAAN
Balikpapan secara keseluruhan, hal-hal yang memerlukan perhatian adalah
Konstruksi bangunan, agar para pengguna gedung ini merasa aman dan
nyaman.
Tercakup dalam pengertian pekerjaan struktur disini, adalah meliputi
pembangunan, penyelesaian dan pemeliharaan pekerjaan dan penyediaan
tenaga kerja, material, alat-alat pelaksanaan, pekerjaan sementara dan segala
sesuatu yang secara permanen atau temporer diperlukan dalam
pembangunan, penyelesaian dan pemeliharaan,ditentukan dalam Kontrak.
(2)Syarat Umum Pelaksana Pekerjaan
“Alat-alat Pelaksanaan”, berarti semua peralatan atau perlengkapan yang
dibutuhkan dalam pembangunan, penyelesaian ataupun pemeliharaan
pekerjaan atau Pekerjaan Sementara, akan tetapi tidak termasuk material
ataupun barang lainnya yang dipergunakan untuk membentuk pekerjaan atau
sebagian dari pekerjaan tetap.
Dalam Pelaksaan Pekerjaan Proyek Pembangunan GEDUNG
PERPUSTAKAAN Balikpapan ini, Kontraktor wajib memiliki Peralatan dan
Pekerja minimum sebagai berikut :
a. Peralatan minimal yang digunakan :
1 (Satu) Alat Pengaduk bahan Beton yaitu Molen
Alat-alat penunjang pekerjaan bidang beton maupun kayu
( Meteran, Bor, Ketam, Palu, Tang, Obeng, Siku, Linggis,
Sendok Semen, Cangkul, Sekop, dll. )
b. Personil minimal yang digunakan :
2 (Dua) Orang berpendiikan STM
(3) Pihak-pihak yang terkait dalam Pelaksaan Proyek adalah sebagai berikut :
a. “Owner”, berarti Perusahaan / Badan atau perorangan sebagai
Pemilik Proyek. ( Pemerintah Kota Balikpapan )
b. “Konsultan”, berarti Perusahaan / Badan atau perorangan yang
ditunjuk oleh Pemilik Proyek untuk melakukan perencanaan pada
proyek ini, khususnya dalam hal ini adalah Perencanaan Konstruksi.
c. “Engineer”, berarti Perusahaan / Badan yang ditunjuk oleh Pemilik
Proyek untuk melakukan Pengawasan atau menjadi Management
Konstruksi untuk pekerjaan pembangunan proyek ini.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
64
2. d. “Kontraktor”, berarti Perusahaan / Badan yang ditunjuk oleh Pemilik
Proyek untuk mengerjakan pembangunan proyek ini.
B. ACUAN PENGENDALIAN SELURUH PEKERJAAN
(1) Seluruh pelaksanaan pembangunan proyek ini harus mengacu pada standard
dan peraturan-peraturan sebagai berikut :
a) Peraturan-peraturan standar setempat yang biasa dipakai.
b) Peraturan Semen Portland Indonesia, 1972, NI-8.
c) Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah setempat.
d) Ketentuan-ketentuan Umum untuk pelaksanaan Pemborongan
Pekerjaan Umum (AV) No. 9, tanggal 28 Mei 1941 dan Tambahan
Lembaran Negara No. 1457.
e) Petunjuk-petunjuk dan peringatan-peringatan lisan maupun tertulis
yang diberikan Perencana/M.K.
f) Standar Normalisasi Jerman (DIN).
g) American Society for Testing and Material (ASTM).
Dan peraturan-peraturan lain yang berlaku dan dipersyaratkan berdasarkan
normalisasi di Indonesia yang belum tercantum di atas, serta mendapat
persetujuan Perencana dan Pengawas.
(2) Kontraktor harus melaksanakan seluruh pekerjaan menurut dokumen
kontrak, instruksi-instruksi tertulis dari Perencana.
(3) Pengawas berhak memeriksa pekerjaan yang dilaksanakan oleh Kontraktor
pada setiap saat, kelalaian Perencana dalam pengontrolan / pengawasan
terhadap kesalahan yang dilakukan Kontraktor. Kntraktor tetap bertanggung
jawab untuk memperbaiki sampai dengan disetujui Perencana dengan
seluruh biaya ditanggung Kontraktor.
(4) Pekerjaan yang tidak memenuhi syarat-syarat peleksanaan (spesifikasi) atau
gambar-gambar dan instruksi tertulis dari Perencana atau Pengawas harus
diperbaiki dengan semua biaya yang diperlukan untuk ini menjadi tanggung
jawab Kontraktor.
(5) Semua bahan yang akan dipakai atau digunakan untuk proyek ini harus
mendapat persetujuan dari Perencana.
(6) Ukuran yang tertera dan terulis pada gambar dan spesifikasi ini adalah
ukuran jadi, bukan ukuran bahan baku.
(7) Apabila terdapat perbedaan antara gambar dengan spesifikasi ini maka,
Kontraktor wajib melaporkannya dengan tertulis kepada Perencana untuk
dibuatkan putusannya. Kontraktor tidak diperkenankan mengambil
keputusan sendiri.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
65
3. C. SETTING OUT
(1) Lokasi proyek ini telah disurvey/diukur oleh pihak Pemilik Proyek dengan
hasil sebagaimana tertera dalam gambar Rencana yang diberikan kepada
Kontraktor pada saat pemberian surat Perintah Kerja.
(2) Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor diwajibkan melakukan pengukuran
ulang untuk mencocokkan areal proyek dengan apa yang tertera pada
gambar rencana. Survey ulang tadi harus mencakup hal-hal sebagai berikut
:
a. Posisi patok-patok dilapangan, jarak horisontal dan perbedaan tinggi
antara tiap patok.
b. Bangunan konstruksi-konstruksi lain, dan benda-benda yang berada
dalam daerah proyek, bentuk denah tanah (land configuration), dan
hal lain yang perlu.
(3) Kontraktor wajib memberi report tertulis tentang hasil survey ulang yang
dilakukannya.
Bila terjadi perbedaan-perbedaan, maka semua perbedaan tadi wajib
dilaporkan kepada Engineer untuk menentukan langkah selanjutnya, sedang
peng-koreksian gambar pengukuran harus dilakukan oleh kontraktor dengan
diperiksa dan disetujui Engineer.
(4) Sebagai patokan dasar dari ketinggian lantai bangunan, maka peil Arsitektur
lantai dasar ditentukan ketinggiannya adalah ± 0.00 cm dari tanah dasar.
(5) Posisi, ketinggian, dan letak bangunan harus sesuai dengan gambar rencana,
dengan tidak ada bagian yang menyimpang dari posisi dan poros-poros
bangunan.
(6) Kontraktor bertanggung jawab atas ketepatan ukuran tersebut dan selalu
harus berkonsultasi dengan Engineer untuk mendapatkan persetujuannya.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
66
4. D. L I NGK UP P EK E RJ AAN
Bangunan-bangunan pada Proyek GEDUNG PERPUSTAKAAN Balikpapan
meliputi :
1.GEDUNG MASA UTAMA
2.GEDUNG MASA PENERIMA 1
3.GEDUNG MASA PENERIMA 2
4.RUANG. POMPA, GENSET, GROUND TANK & TANKI AIR
Lingkup Pekerjaan secara keseluruhan :
I. MOBILISASI DAN DEMOBILISASI
II. PENGUKURAN & PEMASANGAN BOWPLANK
III. MEMBUAT SEROBONG KERJA
IV. PEMBONGKARAN BANG. YG AKAN DISAMBUNG
V. PENYEDIAAN AIR KERJA
VI. PENGGALIAN PONDASI / URUGAN
VII. PEMADATAN
VIII. PEMBUANGAN , MENDATANGKAN MATERIAL &
DRAINASE
IX. PEKERJAAN KONSTRUKSI BETON
X. PEKERJAAN BEKISTING
XI. PEKERJAAN BESI BETON
XII. PEKERJAAN TIANG PANCANG
XIII. PEKERJAAN RAILING
XVI. PEKERJAAN INSTALASI PLUMBING
XVII PEKERJAAN DINDING
XVIII. PEKERJAAN LANTAI
XIX. PEKERJAAN KOSEN & PINTU
XX. PEKERJAAN ALAT PENGGANTUNG
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
67
5. DAN PENGUNCI
XXI. PEKERJAAN ATAP
XXII. PEKERJAAN PLAFOND
XXIII. PEKERJAAN PENGECATAN
XXIV. MEKANIKAL & ELEKTRIKAL
XXV. PEKERJAAN SANITARY
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
68
6. E . U RAI AN / PE NJE L ASAN P E K E RJAAN
I. MOBILISASI DAN DEMOBILISASI
Sebelum pekerjaan Pembangunan Operation Room dilaksanakan, persiapan-
persiapan yang perlu dilakukan adalah Penyediaan sarana tranportasi guna
penunjang pelaksanaan pekerjaan proyek.
II. PENGUKURAN DAN PEMASANGAN BOUWPLANK
Setelah lokasi selesai di survey hal yang perlu dilakukan adalah mengadakan
pengukuran lapangan dan pemasangan bowplank yang di sesuaikan dengan
gambar rencana dari pihak Perencana. Bila ada ketidak sesuaian antara gambar
dan lokasi, Kontraktor Tidak berhak merubah sendiri rencana tanpa
persetujuan Perencana, dan Kontraktor wajib memberi laporan kepada pihak
Perencana untuk dicarikan Penyelesaiannya.
III. MEMBUAT SEROBONG KERJA
Untuk lebih memudahkan dalam proses pelaksanaan proyek ini hal yang perlu
dipikirkan adalah penempatan material maupun kantor sementara untuk
Pelaksana. Hak ini perlu agar bongkar muat material untuk pelaksanaan
proyek dapat dilakukan dengan mudah dan sebisa mungkin tempat kerja
sementara maupun tempat penyimpanan material tidak mengganggu aktifitas
kerja kantor yang dibangun, dan yang paling penting mempercepat kerja
IV. PEMBONGKARAN BANGUNAN YANG AKAN DISAMBUNG
(1) Sebelum pekerjaan bongkaran dilaksanakan pelaksana harus benar-benar
memperhatikan gambar rencana renovasi yang telah ada, agar tidak
terjadi kesalahan bongkaran ruang yang akan direnovasi.
(2) Bila dalam pekerjaan pembongkaran dijumpai pipa-pipa saluran yang
sudah tidak dipergunakan lagi, maka pipa-pipa tadi sedapat mungkin
dibongkar, dan bila tidak mungkin harus harus disumbat, yang kesemua
langkah ini harus sepengetahuan dan seijin Engineer. Sedangkan bila
dijumpai instalasi-instalasi yang masih berfungsi seperti pipa air minum,
pipa gas, jaringan listrik, jaringan telepon dll, maka kontraktor wajib
secepatnya melaporkan hal tersebut kepada Engineer dan pihak
berwenang lainnya untuk mendapat petunjuk-petunjuk lebih lanjut dalam
menanganinya.
(3)Pelaksanaan pekerjaan pembongkaran tersebut haruslah sedemikian rupa
sehingga menjamin barang-barang berharga yang berada di ruang yang
akan di reovasi tidak rusak. Bila terjadi kerusakan maka biaya reparasi
ditanggung oleh pihak kontraktor.
V.PENYEDIAAN AIR KERJA
Meliputi penyediaan Air untuk kebutuhan pelaksanaan Proyek Pembangunan
Gedung Perpustakaan Balikpapan.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
69
7. VI.PENGGALIAN PONDASI & URUGAN
PENGGALIAN PONDASI
Sebelum Pekerjaan galian dilakukan, seluruh areal yang akan dipakai untuk
tempat kerja harus dibersihkan dari pohon, tanggul kayu, semak, bekas-bekas
bangunan, dan benda-benda yang tidak diperlukan sebelum memulai pekerjaan.
Kontraktor harus memeriksa dengan teliti mengenai posisi bangunan untuk
mengamankan patok-patok sumbu bangunan sebelum memulai pekerjaan
pondasi khususnya penentuan patok-patok untuk galian pondasi.
(1) Semua penggalian pondasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
(a) Penggalian biasa
Penggalian biasa adalah penggalian pada jenis-jenis tanah seperti tanah
liat, lanau, pasir, campuran tanah dengan koral atau batu yang agak
besar (boulders), tetapi bukan tipe rock atau weathered rock.
(b) Penggalian pada Weathered Rock (batuan pelapukan)
Penggalian pada weathered rock adalah penggalian pada semua material
yang memerlukan penghancuran terlebih dahulu, dengan alat berat atau
alat pemecah khusus lainnya, untuk dapat dilakukan penggalian dengan
effisien.
(c) Penggalian pada Rock
Penggalian pada rock adalah penggalian pada material yang tidak dapat
digali tanpa melakukan peledakan (blasting) untuk memecah dan
menghaluskan batuan tadi (rock foundation atau rock fragment).
Khusus untuk proyek ini, semua jenis penggalian adalah termasuk type
(a).
(2) Penggalian harus dilakukan dengan teliti sesuai gambar dan syarat-syarat
yang sudah ditentukan, baik mengenai kedalaman atau pun dimensinya
harus sesuai dengan gambar rencana yang disetujui Engineer. Lubang galian
harus digali dengan kemiringan yang seperlunya untuk keperluan stabilitas
lereng galian, atau ditentukan lain oleh Engineer.
(3) Penggalian pada kedalaman dibawah muka air tanah, harus dilakukan
dengan bantuan turap-turap kayu atau besi untuk menjaga kemungkinan
longsornya dinding galian. Harga satuan untuk penggalian jenis ini harus
sudah termasuk semua material, upah, dan semua biaya untuk penurapan,
pompa dll.
(4) Semua ukuran-ukuran dan dasar galian harus diselesaikan dengan teliti
hingga mencapai ukuran-ukuran, ketinggian-ketinggian, dan kemiringan-
kemiringan yang direncanakan.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
70
8. (5) Permukaan dasar galian pondasi harus bersih dan bebas dari material-
material yang dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan tanah dalam
mendukung beban yang direncanakan. Kondisi dari dasar galian ini, bila
dianggap perlu harus diperiksa oleh Engineer.
(6) Semua perubahan volume dalam pekerjaan penggalian pondasi yang
diakibatkan modifikasi rencana pondasi, dapat mempengaruhi jumlah nilai
pekerjaan untuk pekerjaan-pekerjaan galian, beton, bekisting, dan urugan
kembali, tetap didasarkan pada harga satuan pekerjaan yang tercantum
dalam Bill of Quantities.
(7) Bila kondisi tanah pada kedalaman rencana ternyata tidak baik dari segi
daya dukung tanah, Engineer dapat memerintahkan penggalian diteruskan
atau memperbaiki kondisi tanah tadi dengan batu pecah atau lapisan koral
tebal 15 cm yang dipadatkan dengan baik.
(8) Bila Kontraktor melakukan penggalian pondasi melebihi kedalaman rencana
atau ukuran lebar yang melebihi ukuran rencana, maka terhadap dasar galian
pondasi ataupun dinding galian pondasi harus dilakukan langkah perbaikan
dengan lapisan gravel seperti tersebut di atas atau memperbesar dimensinya,
dengan beban biaya Kontraktor sendiri.
URUGAN
(1) Seluruh pengurugan dan pemadatan harus dibawah pengawasan Engineer,
yang harus menyetujui seluruh bahan pengisi lebih dahulu sebelum
digunakan. Engineer juga akan mempersiapkan macam-macam test yang
diperlukan sesuai standart ASTM dibawah pengawasan seorang ahli atau
laboratorium Mekanika Tanah yang ditunjuk. Kontraktor tidak
diperkenankan melakukan pengurugan tanpa seijin dari Engineer.
(2) Kecuali ditentukan lain oleh Engineer, urugan kembali dari galian pondasi
baru dapat dimulai paling cepat 48 jam setelah pembongkaran bekisting
beton pondasi selesai dilakukan.
(3) Material untuk urugan kembali bekas galian pondasi harus bermutu baik
untuk bahan urugan, yang didapat dari bekas galian itu sendiri ataupun
mendatangkan dari tempat lain yang kesemuanya harus mendapat
persetujuan terlebih dahulu dari Engineer. Urugan harus dilakukan dengan
lapis demi lapis yang dipadatkan dengan baik, dan tebal lapisan maximum
30 cm. Pemadatan harus dilakukan dengan menggunakan peralatan mekanis
yang disetujui Engineer, dengan pemadatan minimumnya mencapai nilai 90
% standart proctor.
(4) Kontraktor harus memperhatikan secara benar peil rencana urugan sesuai
dengan gambar rencana.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
71
9. VII.PEMADATAN
(1) Untuk mendapatkan hasil pemadatan sebesar 90 % Standart Proctor maka
perlu disediakan alat-alat percobaan :
a. Speedy moisture test
b. Cone penetrometer
Pengambilan sampel pada setiap jarak 10 (sepuluh) meter dengan jumlah
minimal 2 (dua) buah.
VIII.PEMBUANGAN, MENDATANGKAN MATERIAL, DAN DRAINASE
(1) Material yang dinyatakan tidak memenuhi syarat sebagai bahan urugan,
harus segera dibuang ke luar sesuai pengarahan Engineer.
(2) Kelebihan material bekas galian setelah pengurugan kembali, harus
diratakan dengan mengaturnya secara baik sekitar pondasi. Sedangkan
kelebihan material yang didatangkan untuk urugan kembali harus
dikeluarkan dari daerah tersebut atas biaya Kontraktor sendiri.
(3) Kontraktor diwajibkan membuat saluran darurat selama pelaksanaan
pekerjaan untuk mengalirkan air dari lokasi proyek dengan tidak
mengganggu lingkungannya setempat, sesuai gambar rencana ataupun
sebagaimana diinstruksikan oleh Engineer.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
72
10. IX.PEKERJAAN KONSTRUKSI BETON
Pasal 1
STANDARDS
Semua ketentuan baik mengenai material maupun metode pemasangan dan juga
pelaksanaan pekerjaan beton harus mengikuti semua ketentuan dalam SK-SNI T-
15-1991-03, terkecuali bila dinyatakan atau diinstruksikan lain oleh Engineer. Bila
terdapat hal-hal yang tidak tercakup dalam Peraturan tadi, maka ketentuan-
ketentuan berikut ini dapat dipakai dengan terlebih dahulu memberitahukan dan
memintakan ijin dari Engineer. Adapun ketentuan-ketentuan tadi adalah sebagai
berikut :
ASTM C 150 Portland Cement
ASTM C 33 Concrete Agregates
ASTM C 494 Chemical Admixtures for Concrete
ASTM A 615 Deformad and Plain Reinforcing Bars for Concrete
Reinforcement
ASTM A 185 Welded Steel Wire Fabric for Concrete Reinforcement
Pasal 2
SEMEN
(1) Kecuali ditentukan lain oleh Engineer, semen yang digunakan adalah semen
Type I sesuai ASTM C 150, dan segala sesuatunya harus mengikuti
ketentuan SK-SNI T-15-1991-03. Semen yang digunakan harus merupakan
produk dari satu pabrik yang telah mendapat persetujuan Engineer terlebih
dahulu.
(2) Kontraktor harus menunjukkan sertifikat dari produsen untuk setiap
pengiriman semen, yang menunjukkan bahwa produk tadi telah memenuhi
sesuatu test standard yang lazim digunakan untuk material itu.
(3) Engineer berhak untuk memeriksa semen yang disimpan dalam gudang pada
setiap waktu sebelum dipergunakan dan dapat menyatakan untuk menerima
atau tidak semen-semen tersebut.
(4) Kontraktor harus menyediakan tempat/gudang penyimpanan semen pada
tempat-tempat yang baik sehingga semen-semen tersebut senantiasa
terlindung dari kelembaban atau keadaan cuaca lain yang merusak, terutama
sekali lantai tempat penyimpanan tadi harus kuat dan berjarak minimal 30
cm dari permukaan tanah.
(5) Semen dalam kantung-kantung semen tidak boleh ditumpuk lebih tinggi dari
dua meter. Tiap-tiap penerimaan semen harus disimpan sedemikian rupa
sehingga dapat dibedakan dengan penerimaan-penerimaan sebelumnya.
Pengeluaran semen harus diatur secara kronologis sesuai dengan
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
73
11. penerimaan. Kantung-kantung semen yang kosong harus segera dikeluarkan
dari lapangan.
(6) Kontraktor harus mengambil pengelola gudang yang cakap, yang mengawasi
gudang-gudang semen dan mengadakan catatan-catatan yang cocok dari
penerimaan dan pemakaian semen seluruhnya.
Tindasan dari catatan-catatan harus disediakan untuk Engineer bila
dikehendaki, yaitu jumlah semen yang digunakan selama hari itu ditiap
bagian kerja.
Pasal 3
AIR UNTUK ADUKAN
(1) Air yang digunakan untuk bahan adukan beton, adukan pemasangan dan
grouting, bahan pencuci agregat, dan untuk curing beton, harus air tawar
yang bersih dari bahan-bahan yang berbahaya bagi penggunaannya seperti
minyak, alkali, sulfat, bahan organis, garam, silt (lanau), Kadar Silt (lanau)
yang terkandung dalam air tidak boleh lebih dari 2 % dalam perbandingan
beratnya. Kadar sulfat maximum yang diperkenankan adalah 0.5 % atau
5 gr/lt, sedangkan kadar chloor maximum 1,5 % atau 15 gr/lt.
(2) Kontraktor tidak diperkenankan menggunakan air dari rawa, sumber air
yang berlumpur. Tempat pengambilan harus dapat menjaga kemungkinan
terbawanya material-material yang tidak diinginkan tadi. Sedikitnya harus
ada jarak vertikal 0.5 meter dari permukaan atas air kesisi tempat
pengambilan tadi.
(3) Apabila diadakan perbandingan test beton antara beton yang diaduk dengan
aquadest dibandingkan dengan beton yang diaduk menggunakan air dari
suatu sumber, dan hasilnya menunjukkan indikasi ketidakpastian dalam
mutu beton walaupun telah digunakan semen yang sama telah disetujui;
maka air dari sumber tadi tidak dapat dipakai bila hasil perbandingan test
tadi menunjukkan harga-harga yang berbeda lebih kecil dari 10 persen. Test
tadi dapat dibandingkan dari mutu kekuatan, dan juga dari waktu
pengerasannya. Dallam keadaan ditolak ini, Pemborong diwajibkan mencari
sumber lain yang lebih baik dan dapat diterima dan disetujui Engineer.
Pasal 4
AGREGAT HALUS (PASIR)
(1) Di dalam spesifikasi ini dipakai bermacam-macam jenis untuk pekerjaan
bangunan yang ditetapkan sebagai berikut :
a. Pasir buatan:Pasir yang dihasilkan dari mesin pemecah batu.
b. Pasir alam:Pasir yang disediakan oleh kontraktor dari sungai atau
pasir alam yang didapat dari persetujuan Engineer.
c. Pasir paduan:Paduan pasir buatan dan pasir alam dengan
perbandingan campuran sehingga dicapai gradasi (susunan butiran)
yang dikehendaki.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
74
12. (2) Semua pasir alam yang dibutuhkan untuk pekerjaan pembangunan harus
disediakan oleh Kontraktor dan dapat diperoleh dari sungai atau tempat lain
sumber alam yang disetujui. Jika pasir alam didapat dari sumber-sumber
yang tidak dimiliki atau tidak dikuasai Kontraktor, Kontraktor harus
mengadakan persetujuan yang perlu dengan pemiliknya dan harus membayar
semua sewa atau lain-lain biaya yang bersangkutan dengan hal tersebut.
(3) Persetujuan untuk sumber-sumber pasir alam tidak dimaksudkan sebagai
persetujuan keseluruhan untuk semua bahan yang diambil dari alam
tersebut, dan kontraktor harus bertanggung jawab untuk kualitas satu demi
satu dari bahan sejenis yang dipakai dalam pekerjaan.
(4) Pasir untuk beton, adukan dan grouting harus merupakan pasir alam, pasir
hasil pemecahan batu dapat pula digunakan untuk mencampur agar didapat
gradasi pasir yang baik. Pasir yang dipakai harus mempunyai kadar air yang
merata dan stabil, dan harus terdiri dari butiran yang keras, padat, tidak
terselaput oleh material lain.
(5) Pasir yang ditolak oleh Engineer, harus segera disingkirkan dari lapangan
kerja. Dalam membuat adukan baik untuk beton, plesteran ataupun grouting,
pasir tidak dapat digunakan sebelum mendapat persetujuan Engineer
mengenai mutu dan jumlahnya.
(6) Pasir harus bersih dan bebas dari gumpalan-gumpalan tanah liat, alkali,
bahan-bahan organik dan kotoran-kotoran lainnya yang merusak. Berat
subtansi yang merusak tidak boleh lebih dari 5 %.
(7) Pasir beton harus mempunyai modulus kehalusan butir sesuai dengan
persyaratan pada SK-SNI T-15-1991-03.
Pasal 5
AGREGAT KASAR (KORAL)
(1) Agregat kasar untuk beton dapat berupa koral dari alam, batu pecah, atau
campuran dari keduanya. Koral yang dipakai harus mempunyai kadar air
yang merata dan stabil. Sebagaimana juga pada pasir, koral keras, padat,
tidak porous, dan tidak terselaput material lain. Dalam penggunaannya koral
harus dicuci terlebih dahulu dan diayak agar didapat gradasi sesuai yang
dikehendaki, mempunyai modulus kehalusan butir antara 6 sampai 7.5 atau
bila diselidiki dengan saringan standart harus sesuai dengan SK-SNI T-15-
1991-03 dan material yang halus yaitu yang lebih kecil dari 5 mm harus
disingkirkan.
(2) Koral yang sudah tersedia tidak dapat langsung digunakan sebelum
mendapat persetujuan dari Engineer baik mengenai mutu ataupun
jumlahnya.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
75
13. (3) Kontraktor diwajibkan memperhatikan pengaturan komposisi material untuk
adukan, baik dengan menimbang ataupun volume, agar dapat dicapai mutu
beton yang direncanakan, memberikan kepadatan maximum, baik
workability-nya, dan memberikan kondisi watercement ratio yang minimum.
Pasal 6
BAHAN PENCAMPUR (ADMIXTURES)
(1) Penggunaan bahan admixture harus dengan harus dengan ijin tertulis dari
Engineer, dan admixtures ini harus merupakan bagian yang integral dari
adukan beton yang dibuat.
Pasal 7
BAJA TULANGAN
(1) Baja tulangan harus memenuhi ketentuan dalam SK-SNI T-15-1991-03
dengan mutu U-39 (tegangan leleh karakteristik = 3900 kg/cm2) untuk
diameter lebih besar dari 12 mm; sedangkan untuk diameter yang lebih kecil
digunakan mutu U-24 (tegangan leleh karakteristik = 2400 kg/cm2).
(2) Semua baja tulangan yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut :
- Bebas dari kotoran-kotoran, lapisan lemak/minyak, karat, dan tidak
bercacat seperti retak dll.
- Untuk mutu U-39 harus digunakan profil baja tulangan deformed
(deformed-bar).
(3) Kontraktor harus mengadakan pengujian mutu beton baja yang akan dipakai
sesuai dengan petunjuk dari Engineer. Batang percobaan diambil dengan
disaksikan Engineer sejumlah minimum 3 (tiga) batang untuk tiap-tiap jenis
baik mutu maupun pengiriman massal atau bilamana terjadi keraguan
terhadap mutu baja yang dikirim ke proyek. Semua biaya-biaya percobaan
tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab kontraktor. Sedangkan
panjang setiap benda uji adalah 100 cm.
Pasal 8
TRANSPORTASI DAN PENIMBUNAN MATERIAL
(1) Pengangkutan semen harus diusahakan sedemikian rupa sehingga terlindung
dari lembab dan sinar matahari. Semen harus dikirim ke lapangan dalam
jumlah yang harus mendapat ijin dari Engineer terlebih dahulu, dengan
memperhatikan kemajuan pekerjaan beton.
(2) Segera setelah tiba dilapangan, semen harus disimpan dalam tempat
penyimpanan yang kering, terlindung, bebas pengaruh cuaca, mempunyai
ventilasi baik. Lantai tempat penimbunan sedikitnya harus berada 50 cm
diatas tanah. Semua kelengkapan dari tempat penyimpanan harus mendapat
persetujuan Engineer dan memungkinkan dilakukannya pemeriksaan dengan
mudah.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
76
14. (3) Semen dengan type dan asal yang berbeda harus disimpan pada tempat yang
berbeda pula. Semen dalam kantung-kantung harus ditumpuk dengan tinggi
tumpukan tidak lebih dari 13 kantung untuk periode sampai dengan 30 hari,
atau tinggi tumpukan maximumnya 7 untuk periode-periode yang lebih
panjang. Semen harus secepatnya digunakan segera setelah tiba dilapangan
dan pengambilannya dari tempat penyimpanannya harus berurutan hingga
dapat dihindari tersimpannya semen secara lama. Semen yang sudah rusak
atau terkena lembab harus dengan segera disingkirkan dari lapangan.
(4) Agregat yang berbeda harus disimpan secara terpisah dengan
mempertimbangkan kemungkinan terkena kotoran.
(5) Agregat yang telah tercemar ataupun berubah gradasinya akibat transportasi,
harus disingkirkan dan diganti dengan material yang lebih baik atas biaya
kontraktor.
(6) Baja tulangan harus disimpan sedemikian rupa sehingga dapat dihindarinya
baja tulangan mengenai tanah. Bila baja tulangan telah mengalami
kemunduran dalam mutu akibat dari karat ataupun hal-hal lain akibat
transportasi atau penyimpanan, maka baja tadi tidak dapat digunakan.
Batang baja dengan mutu dan ukuran yang berbeda harus disimpan secara
terpisah dan diberi label tentang mutunya dari test pabrik.
Pasal 9
PERBANDINGAN ADUKAN
(1) Kontraktor harus bertanggung jawab atas mutu adukan beton yang di
buatnya, dan harus merencanakan perbandingan adukan agar didapatkan
hasil sesuai yang diminta dalam spesifikasi.
(2) Sedikitnya 8 minggu sebelum dimulainya pekerjaan pengecoran beton,
kontraktor mengajukan usulan komposisi adukan yang akan digunakannya
pada Engineer. Asal usul dan gradasi dari agregat, komposisi adukan,
metode pengadukan yang dipakai, metode pengecoran, harus turut
diberitahukan kepada Engineer. Setelah itu kontraktor harus mengadakan
trial test (percobaan pendahuluan), dengan membuat suatu percobaan
adukan yang hasilnya dapat diketahui sebelum pelaksanaan pekerjaan
pengecoran. Test yang diadakan harus dilakukan dengan diawasi Engineer,
dan menggunakan peralatan, bahan, metode yang sesuai dengan kondisi
yang akan dipakai nantinya dalam pelaksanaan pekerjaan.
(3) Adukan percobaan harus dimodifikasi dan diulangi sampai pihak Engineer
puas dengan kenyataan bahwa material dan prosedur yang digunakan akan
menghasilkan beton dangan kekuatan dan kondisi sesuai dengan spesifikasi
yang diminta. Kekuatan dari beton yang disyaratkan harus dibuktikan
dengan mengambil kubus test untuk ditest di laboratorium; yang
kesemuanya harus memenuhi ketentuan-ketentuan dalam SK-SNI T-15-
1991-03. Tidak satupun komposisi adukan beton yang dapat digunakan
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
77
15. dalam pekerjaan sebelum mendapat persetujuan dari Engineer. Untuk
selanjutnya komposisi adukan beton yang digunakan harus berdasar pada
hasil adukan percobaan yang telah disetujui.
(4) Komposisi adukan dapat diubah dalam periode pelaksanaan pekerjaan oleh
Engineer dengan berdasar pada hasil test pada agregat dan test beton yang
sudah selesai dikerjakan.
(5) Penggunaan material dan komposisi adukan yang konsisten, harus
diterapkan agar tercapai hal-hal sebagai berikut :
i) Kekuatan beton rencana yaitu beton K-225.
ii) Beton yang padat, kedap air, dan tahan terhadap pengaruh cuaca dan
lingkungan.
iii) Pengaruh kembang susut yang kecil.
(6) Pada penggunaan adukan beton “ready mix”, Kontraktor harus mendapat ijin
lebih dahulu dari Engineer, dengan terlebih dahulu mengajukan calon nama
dan alamat supplier untuk beton ready mix tadi. Dalam hal ini Kontraktor
tetap bertanggung jawab penuh bahwa adukan yang disupply benar-benar
memenuhi syarat-syarat dalam spesifikasi ini serta menjamin homogenitas
dan kualitas yang kontinu pada setiap pengiriman. Segala test kubus yang
harus dilakukan dilapangan harus tetap dijalankan, dan Engineer akan
menolak supply beton ready mix bilamana diragukan kualitasnya. Semua
resiko dan biaya sebagai akibat dari hal tersebut di atas, sepenuhnya
menjadi tanggung jawab kontraktor.
Pasal 10
TESTING
(1) Testing mutu beton harus dilakukan Kontraktor dengan diawasi Engineer.
Kontraktor harus menyiapkan segalanya agar semua proses pengawasan dan
pengambilan sample dapat diawasi Engineer dengan mudah dan dapat
diawasi dengan baik dan mudah didekati selama periode proyek.
Pengambilan sample harus sesuai dan mengikuti ketentuan-ketentuan dalam
SK-SNI T-15-1991-03. Benda uji yang dipergunakan harus berupa kubus 15
x 15 x 15 cm3, dimana cetakan untuk benda uji ini harus terbuat dari besi
sehingga bisa didapat benda uji yang sempurna.
(2) Evaluasi dari kualitas beton akan dilakukan oleh Engineer untuk dapat
dinyatakan suatu pekerjaan beton mutunya dapat memenuhi Spesifikasi,
dan juga untuk menolak pekerjaan beton yang sudah dilakukan, dan
termasuk menentukan perlu atau tidaknya merubah komposisi adukan beton.
(3) Pengujian beton yang dilakukan adalah meliputi test kekuatan (crushing
test) dan slump test. Kesemua test ini harus mengikuti ketentuan dalam SK-
SNI T-15-1991-03. Tentang jumlah dan waktu pelaksanaan pengambilan
kubus test, selain mengikuti ketentuan-ketentuan dalam SK-SNI T-15-1991-
03, juga harus dilakukan bilamana ditentukan oleh Engineer demi
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
78
16. pertimbangan kondisi pelaksanaan. Semua hasil pemeriksaan kubus
(crushing test) harus sesegera mungkin disampaikan kepada Engineer.
(4) Slump test harus dilakukan pada setiap akan memulai pekerjaan pengecoran,
dan dilakukan sebagaimana ditentukan dalam SK-SNI T-15-1991-03.
Toleransi dalam kekentalan adukan harus dalam batas-batas sebagai berikut
: 10 mm untuk nilai Slump yang ditentukan kurang dari 80 mm
5 mm untuk nilai Slump yang ditentukan 80 mm atau lebih
Nilai Slump yang disebutkan dalam 10.(4) harus dicapai dalam pelaksanaan
sesungguhnya di pelaksanaan pengecoran.
(5) Bila ternyata hasil test kubus beton menunjukkan tidak tercapainya mutu
yang disyaratkan, maka Engineer berhak untuk memerintahkan hal-hal
sebagai berikut :
a. Mengganti komposisi adukan untuk pekerjaan yang tersisa.
b. Memperlama proses penjagaan dalam masa pengerasan beton.
c. Non-destructive testing.
d. Core drilling.
e. Test-test lain yang dianggap relevan dengan masalahnya.
Perlu diperhatikan bahwa semua prosedur dan ketentuan-ketentuan dalam
SK-SNI T-15-1991-03 harus tetap diikuti.
(6) Apabila setelah dilakukan langkah-langkah sebagaimana disebutkan diatas,
dan ternyata mutu beton memang tetap tidak dapat memenuhi Spesifikasi,
maka Engineer berhak memerintahkan pembongkaran beton yang dinyatakan
tidak memenuhi syarat tadi sesegera mungkin.
(7) Semua biaya pengambilan sample, pemeriksaan, pembongkaran, pekerjaan
perbaikan, dan pekerjaan pembuatan kembali konstruksi beton yang
dibongkar tadi, sepenuhnya menjadi beban kontraktor.
Pasal 11
PENGADUKAN
(1) Kontraktor harus menyediakan, memelihara dan menggunakan alat
pengaduk mekanis (beton mollen) yang harus selalu berada dalam kondisi
baik; sehingga dapat dihasilkan mutu adukan yang homogen. Jumlah tiap
bagian dari komposisi adukan beton harus diukur dengan teliti sebelum
dimasukkan ke dalam alat pengaduk, dan diukur dapat berdasarkan berat
atau volume.
(2) Pengadukan beton harus dilakukan dengan alat pengaduk yang mempunyai
kapasitas minimum 0.2 m3 dengan waktu tidak kurang dari 1 ½ menit
setelah semua bahan adukan beton dimasukkan dengan segera, kecuali air
yang dapat dimasukkan sebagian lebih dahulu. Engineer berhak untuk
memerintahkan memperpanjang proses pengadukan bila ternyata hasil
adukan yang ada gagal menunjukkan beton yang homogen seluruhnya, dan
kekentalannya tidak merata. Adukan beton yang dihasilkan dari proses
pengadukan tadi harus mempunyai komposisi dan kekentalan yang merata
untuk keseluruhannya.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
79
17. (3) Air untuk pencampur adukan beton dapat diberikan sebelum dan sewaktu
pengadukan dengan kemungkinan penambahan sedikit air pada waktu proses
pengeluaraan dari adukan yang dapat dilakukan berangsur-angsur.
Penambahan air yang berlebihan yang dimaksudkan untuk menjaga
kekentalan yang disyaratkan, tidak dapat dibenarkan. Mesin pengaduk yang
menunjukkan hasil yang tidak memuaskan, harus segera diperbaiki atau
diganti dengan yang baik lainnya. Pada alat pengaduk yang ditempatkan
secara sentral, atau pada mixing plants, Kontraktor harus menyediakan
sarana agar proses pengadukan dapat diawasi dengan baik dari tempat yang
tidak mengganggu pelaksanaan pekerjaan pengadukan. Alat pengaduk tidak
boleh digunakan untuk mengaduk adukan dengan volume yang melebihi
kapasitasnya, kecuali diinstruksikan Engineer.
(4) Alat pengaduk yang digunakan harus menunjukkan dengan jelas data-data
dari pabriknya yang menunjukkan :
a. Gross volume dari ruang pengaduk.
b. Maximum kecepatan pengadukan.
c. Minimum dan maximum kecepatan pengadukan dengan disertai data-
data tentang ruang pengaduk, sirip pengaduk dll.
(5) Alat pengaduk (beton molen) harus benar-benar kosong dan bersih sebelum
diisi bahan-bahan untuk mengaduk beton, dan harus segera dicuci bersih
setelah selesai mengaduk pada suatu pengecoran. Pada saat memulai adukan
yang pertama pada suatu pengecoran dengan beton mollen yang sudah
bersih, pengadukan yang pertama harus mengandung koral dengan jumlah
perbandingan separuh dari jumlah perbandingan normalnya untuk menjaga
adanya material halus dan semen yang tertinggal melekat pada bagian dalam
beton mollen. Juga lama pengadukan dengan kondisi pertama ini harus
dilakukan dengan sedikitnya satu menit lebih lama dari waktu pengadukan
normal.
(6) Pengadukan adukan dengan cara manual tidak diperkenankan, terkecuali
untuk suatu jumlah yang kecil sekali dan hal inipun diperkenankan setelah
mendapat persetujuan dari Engineer. Pengadukan dengan manual (hand
mixing) ini harus dilakukan pada suatu platform yang mempunyai tepi-tepi
penghalang. Pada proses pengadukan ini, bahan-bahan yang akan diaduk
harus diaduk dulu secara kering dengan sedikitnya 3 (tiga) kali pengadukan,
untuk kemudian air pencampurnya disemprotkan dengan selang air, dan
setelah itu dilakukan pengadukan kembali dengan sedikitnya 3 (tiga) kali
pengadukan sampai didapat suatu adukan yang benar-benar merata. Dalam
pengadukan kembali ini kekentalannya dapat dinaikkan dengan 10 persen,
serta tidak diperkenankan melakukan pengadukan dengan cara ini untuk
suatu jumlah yang lebih dari ½ m3 diaduk sekaligus.
Pasal 12
TRANSPORTASI
(1) Adukan beton dari tempat pengaduk harus secepatnya diangkut ketempat
pengecoran dengan cara yang sepraktis mungkin yang metodenya harus
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
80
18. mendapat persetujuan Engineer terlebih dahulu. Methode yang dipakai harus
menjaga jangan sampai terjadi pemisahan bahan-bahan campuran beton
(segregation), kehilangan unsur-unsur betonnya, dan harus dapat menjaga
tidak timbulnya hal-hal negatif yang diakibatkan naiknya temperatur
ataupun berubahnya kadar air pada adukan. Adukan yang diangkut harus
segera dituangkan pada formwork (bekisting) yang sedekat mungkin dengan
tujuan akhirnya untuk menjaga pengangkutan lebih lanjut; serta pula
penuangan adukan tidak boleh dengan menjatuh bebaskan adukan dengan
tinggi jetuh lebih dari satu meter.
(2) Alat-alat yang digunakan untuk mengangkut adukan beton harus terbuat dari
metal, permukaannya halus dan kedap air.
(3) Adukan beton harus sampai ditempat dituangkan dengan kondisi benar-
benar merata (homogen). Slump test yang dilakukan untuk sample yang
diambil pada saat adukan dituangkan ke bekisting, harus tidak melewati
batas-batas toleransi yang ditentukan pada pasal 10.(4)
Pasal 13
PENGECORAN
(1) Sebelum adukan beton dituangkan pada acuannya, kondisi permukaan dalam
dari bekisting atau tempat beton dicorkan harus benar-benar bersih dari
segala macam kotoran. Semua bekas-bekas beton yang tercecer pada baja
tulangan dan bagian dalam bekisting harus dengan segera dibersihkan.
(2) Juga air tergenang pada acuan beton atau pada tempat beton akan dicorkan
harus segera dihilangkan. Aliran air yang dapat mengalir ketempat beton
dicor, harus dicegah dengan mengadakan drainage yang baik atau dengan
metode lain yang disetujui Engineer, untuk mencegah jangan sampai beton
yang baru dicor menjadi terkikis pada saat atau setelah proses pengecoran.
(3) Pengecoran tidak boleh dimulai sebelum kondisi bekisting, tempat beton
dicor, kondisi permukaan beton yang berbatasan dengandaerah yang akan
dicor, dan juga keadaan pembesian selesai diperiksa dan disetujui oleh
Engineer. Setelah diperiksa dan disetujui Engineer, maka pekerjaan yang
dapat dilakukan hanyalah pekerjaan dalam atau terhadap bekisting sampai
selesainya pengecoran beton pada daerah yang telah disetujui; terkecuali
dengan seijin Engineer.
(4) Pada tiap pengecoran, Kontraktor diwajibkan menempatkan seorang tenaga
pelaksananya yang berpengalaman baik dalam pekerjaan beton, dan
pelaksana ini harus hadir, mengawasi, dan bertanggung jawab atas pekerjaan
pengecoran. Sedang semua pekerjaan pengecoran harus dilakukan oleh
tenaga-tenaga pekerja yang terlatih, yang jumlahnya harus mencukupi untuk
menangani pekerjaan pengecoran yang dilakukan.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
81
19. (5) Tidak diperkenankan melakukan pengecoran untuk suatu bagian dari
pekerjaan beton yang bersifat permanen tanpa dihadiri Engineer atau wakil
dari Engineer (inspector).
(6) Kontraktor harus mengatur kecepatan kerja dalam menyalurkan adukan
beton agar didapat suatu rangkaian kecepatan baik mengangkut, meratakan,
dan memadatkan adukan beton dengan suatu kecepatan yang sama dan
menerus.
(7) Mengencerkan adukan beton yang sudah diangkut sama sekali tidak
diperkenankan. Adukan beton yang sudah terlanjur agak mengeras tapi
belum dicorkan, harus segera dibuang.
(8) Seluruh pekerjaan pengecoran beton harus diselesaikan segera sebelum
adukan betonnya mulai mengeras. Dan segala langkah perlindungan harus
segera dilakukan terhadap beton yang baru dicor, dimulai saat-saat beton
belum mengeras.
(9) Dalam hal terjadi kerusakan alat pada saat pengecoran, atau dalam hal
pelaksanaan suatu pengecoran tidak dapat dilaksanakan dengan menerus,
Kontraktor harus segera memadatkan adukan yang sudah dicorkan sampai
suatu batas tertentu dengan kemiringan yang merata dan stabil saat beton
masih dalam keadaan plastis. Bidang pengakhiran ini harus dalam keadaan
bersih dan harus dijaga agar berada dalam keadaan lembab sebagaimana
juga pada kondisi untuk construction joint, sebelum nantinya dituangkan
adukan yang masih baru. Bila terjadi penyetopan pekerjaan pengecoran yang
lebih lama dari satu jam, pekerjaan harus ditangguhkan sampai suatu
keadaan dimana beton sudah dinyatakan mulai mengeras yang ditentukan
oleh pihak Engineer.
(10) Beton yang baru selesai dicor, harus dilindungi terhadap rusak atau
terganggu akibat sinar matahari ataupun hujan. Juga air yang mungkin
mengganggu beton yang sudah dicorkan harus ditanggulangi sampai suatu
batas waktu yang disetujui Engineer terhitung mulai pengecorannya. Tidak
sekalipun diperkenankan melakukan pengecoran beton dalam kondisi cuaca
yang tidak baik untuk proses pengerasan beton tanpa suatu upaya
perlindungan terhadap adukan beton, hal ini bisa dalam terjadi baik dalam
keadaan cuaca yang panas sekali, atau dalam keadaan hujan. Perlindungan
yang dilakukan untuk mencegah hal-hal ini harus mendapat persetujuan
Engineer.
Pasal 14
PEMADATAN DAN ADUKAN BETON
(1) Adukan beton harus dipadatkan hingga mencapai kepadatan yang maximum
sehingga didapat beton yang terhindar dari rongga-rongga yang timbul
antara celah-celah koral, gelembung udara, dan adukan tadi harus benar-
benar memenuhi ruang yang dicor dan menyelimuti seluruh benda yang
seharusnya tertanam dalam beton. Selama proses pengecoran, adukan beton
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
82
20. harus dipadatkan dengan menggunakan vibrator yang mencukupi keperluan
pekerjaan pengecoran yang dilakukan. Kekentalan adukan beton dan lama
proses pemadatan harus diatur sedemikian rupa agar dicapai beton yang
bebas dari rongga, pemisahan unsur-unsur pembentuk beton.
(2) Beton yang sedang mengeras harus selalu dibasahi mulai dari selesai
pengecoran dengan sedikitnya selama 2 (dua) hari. Pembasahan harus
dilakukan dengan menutup permukaan beton dengan kain atau material lain
yang basah agar tetap lembab. Air yang digunakan untuk keperluan ini harus
sama mutunya dengan air untuk bahan adukan beton.
Pasal 15
PERBAIKAN BETON
(1) Segera setelah bekisting dibuka, kondisi beton harus diperiksa Engineer.
Bila dianggap oleh Engineer perlu dilakukan langkah-langkah perbaikan
atau pembongkaran, maka langkah tadi harus sepenuhnya dikerjakan atas
beban biaya Kontraktor.
(2) Langkah-langkah perbaikan beton harus dilakukan oleh tenaga yang benar-
benar ahli. Hal-hal yang perlu diperbaiki antara lain yang menyangkut hal-
hal yang kurang baik pada permukaan beton terutama untuk kebutuhan
finishing. Kecuali dinyatakan lain, maka pelaksanaan pekerjaan perbaikan
ini harus diselesaikan dalam waktu 24 jam semenjak pembukaan bekisting.
Tonjolan di permukaan beton harus dihilangkan.
(3) Kondisi beton yang ternyata rusak akibat adanya rongga yang
membahayakan dan permukaan cekung yang berlebihan, dapat
mengakibatkan perintah dibongkarnya beton tadi untuk kemudian dilakukan
pembersihan dan pengecoran ulang. Batas-batas daerah yang harus
dibongkar tadi akan ditentukan oleh pihak Engineer, begitu juga langkah
pengecoran dan material yang akan digunakan.
Pasal 16
JOINTS
(1) Lokasi dan type dari construction joints harus sesuai dengan pada gambar
rencana atau sebagaimana ditentukan Engineer. Penambahan construction
joint yang dikehendaki Kontraktor demi pertimbangan pelaksanaan, harus
mendapat persetujuan Engineer terlebih dahulu. Penentuan letak joint tadi
harus memperhatikan pola gaya-gaya yang bekerja ataupun untuk
menghindari terjadinya retak.
(2) Pengecoran beton harus dilakukan secara menerus tanpa berhenti. Bila
terjadi penghentian dalam pengecoran pada suatu lokasi dimana pada
pengecoran nantinya, beton baru tidak akan dapat tercampur dengan beton
lama, maka batas tadi harus diperlakukan seperti construction joints, dimana
permukaan construction joints harus dikasarkan, dibersihkan dengan air
hingga bersih.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
83
21. X.BEKISTING (ACUAN BETON)
Pasal 1
UMUM
(1) Kontraktor harus menyerahkan kepada Engineer semua perhitungan dan
gambar rencana bekistingnya untuk mendapat persetujuan bilamana diminta
Engineer, Sebelum pekerjaan di lapangan dimulai. Dalam hal bekisting ini,
walaupun Engineer telah menyetujui untuk digunakannya suatu rencana
bekisting dari kontraktor, segala sesuatunya yang diakibatkan oleh bekisting
tadi tetap sepenuhnya menjadi tanggung jawab kontraktor.
Pasal 2
MATERIAL
(1) Material untuk bekisting dapat dibuat dari tripleks 9 mm, kayu, besi, atau
material lain yang disetujui oleh Engineer. Semua type material tadi bila
digunakan tetap harus memenuhi kebutuhan untuk bentuk, ukuran, kualitas
dan kekuatan, sehingga didapat hasil beton yang halus, rata, dan sesuai
dimensi yang direncanakan.
(2) Bekisting yang digunakan untuk beton exposed, harus benar-benar
mempunyai permukaan yang halus.Jika digunakan bekisting multipleks,
sambungan antara tepi-tepi bekisting harus dibuat dengan diprofil hingga
didapat permukaan dalam bekisting yang benar-benar rata sesuai yang
direncanakan.
Pasal 3
PELAKSANAAN
(1) Bekisting harus benar-benar menjamin agar air yang terkandung dalam
adukan beton tidak hilang atau berkurang. Konstruksi bekisting harus cukup
kaku, dengan pengaku-pengaku (bracing) dan pengikat (ties) untuk
mencegah terjadinya pergeseran ataupun perubahan bentuk yang diakibatkan
gaya-gaya yang mungkin bekarja pada bekisting tadi. Hubungan-hubungan
antara bagian bekisting harus menggunakan alat-alat yang memadai agar
didapat bentuk dan kekakuan yang baik. Pengikatan bagian bekisting harus
dilakukan yang baik. Pengikatan bagian bekisting harus dilakukan
horisontal dan vertikal. Semua bekisting harus direncanakan agar dalam
proses pembukaan tanpa memukul atau merusak beton. Untuk pengikatan
dalam beton harus menggunakan batang besi dan murnya.
(2) Semua material yang selesai digunakan sebagai bekisting harus dibersihkan
dengan teliti sebelum digunakan kembali, dan bekisting yang telah
digunakan berulang kali dan kondisinya sudah tidak dapat diterima
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
84
22. Engineer, harus segera disingkirkan untuk tidak dapat dipergunakan lagi
atau bilamana mungkin diperbaiki agar kembali sempurna kondisinya.
(3) Semua pekerjaan sudut-sudut beton, bilamana tidak dinyatakan lain dalam
gambar harus ditakik 25 mm.
Pasal 4
PEMBASAHAN & MEMINYAKI BIDANG BEKISTING
(1) Bagian dalam dari bekisting besi dan kayu boleh dipoles dengan non-
staining mineral oil dengan sepengetahuan Engineer. Pelumasan tadi harus
dilakukan dengan hati-hati agar cairan tadi tidak mengenai bidang dasar
pondasi dan juga pembesian.
(2) Bekisting kayu bilamana tidak dipoles minyak seperti tersebut diatas, harus
dibasahi hingga benar-benar basah sebelum pengecoran beton.
Pasal 5
PEMBONGKARAN BEKISTING
(1) Secara umum, kecuali dinyatakan lain oleh Engineer, semua bekisting harus
disingkirkan dari permukaan beton. Untuk memungkinkan tidak
terganggunya kemajuan pekerjaan dan dapat dengan segera dilakukan
langkah perbaikan, bila perlu bekisting harus secepatnya dibongkar segera
setelah beton mempunyai kekerasan dan kekuatan seperlunya. Bekisting
untuk bagian atas dari bidang beton yang miring, harus segera dibongkar
setelah beton mempunyai kekakuan untuk mencegah berubahnya bentuk
permukaan beton. Bilamana diperlukan perbaikan pada bidang atas beton
yang miring, maka perbaikan tadi harus sesegera mungkin, dan dilanjutkan
dengan langkah-langkah penjagaan pada proses pengerasan beton (curing).
(2) Pembukaan bekisting tidak diperkenankan dilakukan sebelum beton
mencapai umur sesuai daftar dibawah ini setelah pengecorannya dan
sebelum beton mengeras untuk menahan gaya-gaya yang akan ditahannya.
Pembongkaran bekisting harus dilakukan dengan hati-hati untuk mencegah
timbulnya kerusakan pada beton. Bilamana timbul kerusakan pada beton
pada saat pembongkaran bekisting, maka langkah perbaikannya harus
sesegera mungkin dilakukan.
Daftar ketentuan diperkenankannya dibuka suatu bekisting bila dihitung
sejak selesai pengecoran
- Sisi-sisi balok, dinding & kolom yang tidak dibebani 2 hari
- Plat beton (penyangga tidak dibuka) 3 hari
- Tiang-tiang penyangga plat bila plat tidak mendapat beban 14 hari
- Tiang-tiang penyangga balok yang tidak dibebani 21hari
- Tiang-tiang penyangga cantilever28 hari
Untuk kondisi-kondisi dimana plat dan balok yang masih ada sistim lantai
diatasnya, maka pembukaan bekisting dan penyangganya harus dengan persetujuan
Engineer, dimana dalam hal ini segala kemungkinan beban yang akan bekerja serta
umur beton yang terbebani harus ditinjau dengan teliti.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
85
23. XI.PEKERJAAN BESI BETON
Pasal 1
UMUM
(1) Pemasangan besi tulangan beton harus mengikuti ketentuan-ketentuan dalam
SK-SNI T-15-1991-03. Besi beton harus dipasang sebagaimana pada gambar
rencana atau seperti yang diinstruksikan Engineer. Terkecuali sebagaimana
yang dinyatakan pada gambar atau diinstruksikan Engineer, pengukuran
pada pemasangan besi tulangan harus dilakukan terhadap as dari besi
tulangan. Besi tulangan yang terpasang harus sesuai ukuran, bentuk,
panjang, posisi, dan banyaknya, dan akan diperiksa setelah kondisi
terpasang.
Pasal 2
PEMBERSIHAN
(1) Sebelum besi dipasang, besi beton harus dalam keadaan bersih, bebas dari
karat, kotoran lemak, atau material lain yang seharusnya tidak melekat pada
besi beton tadi dan dapat mengurangi atau menghilangkan lekatan antara
beton dan besi beton. Dan kebersihan ini harus tetap dijaga sampai proses
pengecoran beton.
Pasal 3
PEMBENGKOKAN
(1) Besi beton harus dibentuk dengan teliti hingga tercapai bentuk dan dimensi
sesuai gambar rencana atau bending schedules yang disiapkan oleh
Kontraktor dan disetujui Engineer. Semua proses pembengkokan harus
dilakukan dengan cara lambat, tekanan yang konstan. Kesemua ujung-ujung
pembesian harus mempunyai kait sebagaimana ditentukan dalam SK-SNI
T-15-1991-03. Pembengkokan dengan cara dipanasi hanya dapat dibenarkan
apabila telah mendapat ijin dari Engineer.
Pasal 4
PELURUSAN
(1) Besi tulangan tidak boleh dibengkokan dengan cara yang dapat
menyebabkan kerusakan pada besi beton. Besi tulangan dengan kondisi yang
tidak lurus atau dibengkok dengan tidak sesuai gambar tidak diperkenankan
dipakai.
Pasal 5
PEMASANGAN
(1) Besi beton harus dipasang dengan teliti agar sesuai dengan gambar rencana,
dan harus diikat dengan kuat dengan menggunakan kawat pengikat dan
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
86
24. didudukkan pada support dari beton atau besi ataupun dengan hanger agar
posisinya tidak berubah selama proses pemasangan dan pengecoran.
Pengikat dan tumpuan dari besi tadi tidak boleh menyentuh bidang bekisting
dalam hal beton yang dicor adalah beton exposed. Bila besi tulangan
didudukan pada blok beton kecil, blok tadi harus dibuat dari beton yang
mutunya sama dengan beton rencana dan bentuknya harus menjamin
didapatnya permukaan beton yang baik.
Kekakuan pada pemasangan besi beton harus menjamin agar tidak berubah
bentuk dan tempat bila pekerja berjalan atau memanjat pembesian tadi.
Ujung-ujung dari kawat pengikat harus ditekuk kearah dalam beton dan
tidak diperkenankan mengarah keluar. Selama proses pengecoran beton,
Kontraktor harus menyediakan tenaga-tenaga pekerja yang khusus
mengawasi dan memperbaiki pembesian dari kemungkinan tergeser atau
berubah bentuk karena hal-hal yang mungkin timbul; dan hal-hal tadi harus
cepat diperbaiki sebelum pengecoran mencapai daerah tersebut.
Pemasangan besi beton harus mengingat syarat jarak bersih antar tulangan,
atau antar tulangan dan angkur, atau antara benda-benda metal tertanam
sebagaimana yang ditentukan dalam SK-SNI T-15-1991-03.
Pasal 6
SELIMUT BETON
(1) Besi beton harus dipasang dengan minimum selimut beton (concrete cover)
sebagaimana gambar rencana atau sebagaimana ditentukan Engineer.
Dalam segala hal tebal selimut beton tidak boleh diambil kurang dari 20
mm.
Pasal 7
SAMBUNGAN LEWATAN (SPLICING)
(1) Sambungan lewatan harus dibuat sesuai gambar rencana instruksi Engineer,
atau minimal mengikuti ketentuan dalam SK-SNI T-15-1991-03.
(2) Bilamana dirasa perlu untuk melakukan sambungan lewatan pada posisi lain
dari posisi pada gambar rencana, posisi tersebut harus ditentukan oleh
Engineer. Sambungan ini tidak diperkenankan diletakkan pada lokasi
tegangan yang maximum, dan penyambungan pada besi beton yang letaknya
bersebelahan agar dilaksanakan dengan bergeser posisinya (staggered).
Bilamana dikehendaki suatu panjang yang tanpa sambungan, panjang dari
batang tadi harus dibuat sepanjang yang bisa dilakukan dengan tetap
memperhatikan panjang sambungan lewatan sebagaimana ditentukan dalam
SK-SNI T-15-1991-03 terkecuali ditentukan lain.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
87
25. XII. PEKERJAAN PANCANG (BORE PILE)
TIANG BOR BETON COR LANGSUNG DITEMPAT (BORE PILE)
Pasal 1
Umum
Contoh bahan yang digali harus disimpan untuk semua tiang bor. Pengujian
penetrometer untuk bahan dilapangan harus dilakukan selama penggalian
dan pada dasar tiang bor sesuai dengan yang diminta oleh Direksi
Pekerjaan. Pengambilan contoh bahan ini harus selalu dilakukan pada tiang
bor pertama dari tiap kelompok
Pasal 2
Pengeboran Tiang Bor Beton
Lubang-lubang harus dibor sampai kedalaman seperti yang ditunjukkan dalam
gambar atau ditentukan berdasarkan pengujian hasil pengeboran. Semua lubang harus
diperiksa, bilamana diameter dasar lubang kurang dari setengah diameter yang
ditentukan, pekerjaan tersebut akan ditolak.
Sebelum pengecoran beton, semua lubang tersebut harus ditutup
sedemikian rupa hingga keutuhan lubang dapat terjamin. Dasar selubung
(casing) harus dipertahankan tidak lebih dari 150 cm dan tidak kurang dari
30 cm di bawah permukaan beton selama penarikan dan operasi
penempatan, kecuali ditentukan lain oleh Direksi Pekerjaan.
Sampai kedalaman 3 m dari permukaan beton yang dicor harus digetarkan dengan
alat penggetar. Sebelum pengecoran, semua bahan lepas yang terdapat lubang bor
harus dibersihkan. Air bekas pengeboran tidak diperbolehkan masuk kedalam lubang.
Sebelum pengecoran, semua air yang terdapat dalam lubang bor harus
dipompa keluar. Selubung (casing) harus digetarkan pada saat pencabutan
untuk menghindari menempelnya beton pada dinding casing. Pengecoran
beton dan pemasangan baja tulangan tidak diijinkan sebelum mendapat
persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
Pasal 3
Pengecoran Beton
Pengecoran beton harus dilaksanakan sesuai dengan spesifikasi beton. Dimanapun
beton digunakan harus dicor kedalam suatu lubang yang kering dan bersih. Beton
harus dicor melalui sebuah corong dengan panjang pipa. Pengaliran harus diarahkan
sedemikian rupa hingga beton tidak menimpa baja tulangan atau sisi-sisi lubang.
Beton harus dicor secepat mungkin setelah pengeboran dimana kondisi tanah
kemungkinan besar akan memburuk akibat terekspos. Bilamana elevasi akhir
pemotongan berada dibawah elevasi muka air tanah, tekanan harus dipertahankan
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
88
26. pada beton yang belum mengeras, sama dengan atau lebih besar dari tekanan air
tanah, sampai beton tersebut selesai mengeras.
Pasal 4
Pengecoran Beton di Bawah Air
Bilamana pengecoran beton didalam air atau pengeboran lumpur, semua bahan lunak
dan bahan lepas pada dasar lubang harus dihilangkan dan cara tremie yang telah
disetujui harus digunakan.
Cara tremie harus mencakup sebuah pipe yang diisi dari sebuah corong
diatasnya. Pipa harus diperpanjang sedikit dibawah permukaan beton baru
dalam tiang bor sampai diatas elevasi air/Lumpur.
Bilamana beton mengalir keluar dari dasar pipa, maka corong harus diisi
lagi dengan beton sehingga pipa selalu penuh dengan beton baru. Pipa
tremie harus kedap air, dan harus berdiameter paling sedikit 15 cm. Sebuah
sumbat harus ditempatkan didepat beton yang dimasukkan pertama kali
dalam pipa untuk mencegah pencampuran beton dan air.
Pasal 5
Penanganan Kepala Tiang Bor Beton
Tiang bor umumnya harus dicor sampai kira-kira satu meter diatas elevasi yang akan
dipotong. Semua beton yang lepas, kelebihan dan lemah harus dikupas dari bagian
puncak tiang bor dan baja tulangan yang tertinggal harus mempunyai panjang yang
cukup sehingga memungkinkan pengikatan yang sempurna kedalam pur atau struktur
diatasnya.
Pasal 6
Tiang Bor Beton yang Cacat
Tiang bor harus dibentuk dengan cara dan urutan sedemikian rupa hingga
dapat dipastikan bahwa tidak terdapat kerusakan yang terjadi pada tiang
bor yang dibentuk sebelumnya. Tiang bor yang cacat dan diluar toleransi
harus diperbaiki atas biaya Kontraktor.
2. L AT E RAL L OA D T E ST
Pas a l 1
P er s y ar ata n Umu m
• Kontraktor harus mensuplai semua material, buruh dan peralatan lain
yang dianggap penting untuk pelaksanaan, rekaman, dan pengukuran
dari test pembebanan dan penurunan yang terjadi.
• Test pembebanan yang dilaksanakan adalah untuk single pile
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
89
27. Pas a l 2
Sta ndar d L o ad T est
Beban percobaan lateral total harus sebesar 200% dari beban desain lateral dan
dilakukan sesuai standar ASTM D 3966-81 dengan cyclic loading.
Pas a l 3
P er al a tan un tuk P em be ba na n
Pe m be ba na n dil a ku ka n de ngan s u atu j ack ya ng m em p unyai
k ap as it a s ti da k b oleh le bi h kec il da ri 1 25% d ar i be ba n mak s im u m
yan g d it e ra pk an . Se la nj ut n ya Kon tr a kt or ha rus menga j u kan
t e rl ebi h da hu l u re nca na pl atf orm da n k on s tr uk s i u nut k l oa d t e s t i n i
u nt uk me ndap a t per se tuj ua n Di re ks i / Penga wa s Lap an ga n.
Pas a l 4
P er al a tan unt uk P eng u kur an Se tt l e ment
• Acuan (referensi) pengukuran settlement yang berupa balok (beams) dan
kawat (wires) harus secara terpisah ditahan oleh penopang yang benar-
benar tertanam di dalam tanah pada jarak yang tidak boleh lebih kecil dari
3 m diluar sistem yang akan dibebani dengan beban lateral. Acuan
pengukuran ini harus mempunyai kekakuan lateral dan aksial yang cukup
guna mendapatkan titik acuan yang stabil untuk pengukuran defleksi pile.
• Dial gauge stems harus bisa bergerak sekurangnya 75 mm dan sejumlah
blok gauge yang memadai harus disediakan untuk untuk bisa bergerak
hingga jarak terjauh yang diharapkan. Gauge harus memiliki ketelitian
sekurangnya 0.25 mm. Permukaan bantalan yang licin harus tegak lurus
terhadap arah gerakan stem gaugeuntuk semua stem gauge. Skala yang
harus digunakan untuk pembacaan pergerakan hingga 0.25 mm, sedangkan
batang target (target rod) hingga 0.3 mm.
• Tanda dengan jelas semua dial gauges, skala, dan titik referensi dengan
angka atau tulisan agar memudahkan dan mendapatkan pencatatan yang
akurat. Susun semua gauge, skala, atau titik referensi dengan kokoh
sehingga tidak bergerak relatif terhadap penahan selama test.
• Dua dial gauge harus diletakkan untuk memonitor pergerakan horizontal
searah beban. Satu dial gauge tambahan harus diletakkan tegak lurus
terhadap dua dial gauge untuk mengukur pergerakan horizontal dalam arah
tegak lurus beban.
• Satu alat pencatat yang lain dan terpisah menggunakan kabel, cermin dan
skala harus disediakan sesuai dengan ASTM D 3968-90. Susun cermin dan
skala pada bagian tengah atas pile yang ditest atau pada suatu bracket yang
disusun sepanjang garis dari beban yang diberikan pada sisi pile yang ditest
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
90
28. dengan skala sepanjang garis beban yang diberikan. Regangkan kawat atau
material lain yang ekivalen, tegaklurus terhadap garis pemberian beban dan
melewati permukaan skala. Letakkan kawat tidak lebih dari 25 mm dari
muka skala dan penyokong, pasang alat yang cocok untuk menjaga
tegangan kawat sepanjang test sedemikian hingga jika kawat ditarik, kawat
akan kembali ke posisi semula. Jika skala dan kawat diletakkan pada pile
di sisi yang berlawanan terhadap titik pemberian beban, ruang yang cukup
bebas harus disediakan antara pile dan kawat untuk mengantisipasi
pergerakan lateral pile.
• Ke s e l uru ha n a la t -ala t t es t ha ru s di li ndun gi te rh a da p pe ru ba ha n
s u hu.
Pas a l 5
P ro s edu r P e mbe ba na n
Pembebanan lateral ini dilakukan dalam 4 cycles sesuai dengan standar ASTM D
3966-90.
Siklus beban Lama Pembacaan Perpindahan
(% x WL) Pembebanan Lateral (menit)
0 - -
25 10 0-5-10
50 (siklus 1) 10 0-5-10-15-20
25 10 0-5-10
0 10 0-5-10
50 10 0-5-10
75 20 0-5-10-15-20
100 (siklus 2) 20 0-5-10-15-20
50 10 0-5-10
0 10 0-5-10
50 10 0-5-10
100 10 0-5-10
125 20 0-5-10-15-20
150 (siklus 3) 20 0-5-10-15-20
75 10 0-5-10
0 10 0-5-10
50 10 0-5-10
100 10 0-5-10
150 10 0-5-10
170 20 0-5-10-15-20
180 20 0-5-10-15-20
190 20 0-5-10-15-20
200 (siklus 4) 60 0-10-20-30—40-50-60
150 10 0-5-10
100 10 0-5-10
50 10 0-5-10
0 10 0-5-10
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
91
29. Pas a l 6
Pr os e dur P embac a an
Pembacaan harus dilakukan sesuai prosedur berikut:
- Sebelum dan sesudah setiap penambahan beban
- Sebelum dan sesudah setiap penurunan beban
- Setiap 5 menit
- Pada saat beban puncak (200%) pembacaan dilakukan
sebagai berikut:
i. Setiap 10 menit untuk 2 jam pertama
ii. Setiap ½ jam kemudian hingga selama 10 jam
iii.Sesudah itu dilakukan setiap 1 jam
Pas a l 7
K r it eri a F ai l ure
Tes dianggap telah mencapai failure apabila perpindahan maksimum lateral melebihi
12 mm pada beban maksimum sebesar dua kali beban desain.
Pas a l 8
K e gag al an Pe kerj aan
• Apabila terjadi kegagalan pada tiang pada saat tes dilakukan, penambahan
tiang pada lokasi yang berdekatan sebagaimana ditentukan oleh Engineer
harus dilakukan dan dites kembali jika dianggap penting oleh Engineer.
Dalam kasus ini, kontraktor harus melakukan pemasangan tiang lagi guna
memastikan keamanan struktur yang dilakukan dengan menggunakan
rejected piles. Semua jenis pekerjaan ini dilakukan dengan tanggungan
kontraktor.
• Apabila pekerjaan tes tiang gagal untuk mencapai beban kerja (full W.L),
maka 2 (dua) buah tes lebih lanjut harus dilakukan oleh Kontraktor dengan
tiang yang lain pada lokasi yang sama yang dipilih oleh Engineer, dengan
tanggungan Kontraktor.
Pas a l 9
P embe rs i ha n
Ko nt ra kt o r ha rus m e mi nda hka n dan m e ngel ua r ka n s em ua
r er un tu ha n, da n s isa -s is a ba han -ba han la i nn ya ke l ua r l ok as i ke
t e mpa t yan g d i tu n j uk oleh M a na ge r Kons t r uks i d en ga n t a np a
t a mba ha n bia ya.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
92
30. 3. T E S T I ANG DI NAM I K
Tes tiang dinamik harus dilakukan menggunakan sebuah Pile Driving
Analyzer (PDA) serupa dengan yang dibuat oleh Pile Dynamics
Incorporated baik peralatan transduser maupun rekamannya dan dengan
diawasi seorang Engineer. Data yang telah dikumpulkan harus dianalisis
menggunakan program komputer CAPWAP atau dengan metode yang
serupa.
Kontraktor harus memberikan usulan sistem pemancangan beserta
kriterianya kepada seorang Engineer untuk mendapatkan persetujuan.
Usulan sistem dan criteria pemancangan harus dilakukan menggunakan
stress wave procedure atau metode serupa.
Semua instrumentasi yang dipasang pada tiang bor untuk pengukuran
tegangan dan pergerakan tiang, dan semua peralatan untuk penerimaan dan
pemrosesan data harus sesuai dengan tujuan pekerjan ini. Peralatan yang
dibutuhkan untuk dipasang pada tiang bor harus dipasang secara benar dan
mendapat persetujuan seorang Engineer.
Palu dan semua peralatan yang digunakan harus mampu memberikan gaya
yang cukup untuk melaksanakan tes uji beban ini tanpa mengakibatkan
kerusakan pada tiang bor.
Tes beban dinamik ini harus dilakukan pada waktu yang tepat dan telah
disetujui setelah instalasi tiang telah dilakukan. Waktu antara selesainya
instalasi dan pemancangan atau pengujian tiang normalnya harus lebih dari
12 jam. Untuk tiang bor yang dibuat di tempat, harus dijamin bahwa tiang
tidak mengalami kerusakan akibat tegangan pada saat pemancangan atau
pengujian dilakukan.
Integritas dan perkiraan kapasitas daya dukung tiang bor harus dievaluasi
dengan prosedur yang telah dikembangkan di Case Western Reserve
University, Ohio, USA.
Kontraktor harus memasang dua set transduser regangan dan accelerometer
di dekat ujung setiap tiang bor yang akan di uji, dan harus menyediakan
sistem pengukuran dan perekaman yang diperlukan seperti tape recorder
dan oscilloscope. Kontraktor harus menganalisis semua hasil pengukuran
dan memberikannya pada Engineer dalam tempo 24 jam setalah pengujian
selesai dilakukan, mencakup informasi seperti:
a) Perkiraan kapasitas daya dukung statik
b) Maksimum energi yang diberikan ke tiang bor
c) Maksimum gaya yang diberikan pada kepala tiang bor
d) Maksimum percepatan palu dan kecepatan kepala tiang bor
e) Integritas tiang bor
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
93
31. Kontraktor harus bekerjasama untuk menjamin bahwa jadual untuk
pelaksanaan uji tiang bor ini dapat diikuti/dilaksanakan dengan
menyediakan semua akses dan bantuan yang diperlukan sehingga
memungkinkan perusahaan pelaksana pengujian melaksanakan pekerjaan
ini.
Untuk tiang yang telah diuji, Engineer dapat memilih hasil rekaman
pengukuran lapangan yang akan dianalisis menggunakan program analisis
penjalaran gelombang tegangan CAPWAP atau yang serupa. Hasil analisis
harus mencakup tahanan static tiang bor baik friksi maupun ujung, perilaku
beban-penurunan dan integritas tiang.
Perusahaan yang melaksanakan pengujian harus memberikan sebuah
laporan lengkap kepada Engineer dalam jangka waktu 10 hari setelah
pengujian selesai. Laporan harus mencakup semua informasi mengenai
ttiang bor dan palu, tangal pengujian, jumlah pukulan untuk analisis
CAPWAP, beban uji yang dicapai, pergerakan kepala tiang bor saat beban
desain ekivalen dan beban pengujian yang diberikan maksimum. Detail
spesifik meliputi:
a) Tanggal instalasi tiang bor
b) Tanggal pengujian
c) Identifikasi dan lokasi tiang bor
d) Panjang tiang bor di bawah permukaan tanah
e) Panjang total tiang bor, termasuk proyeksinya di atas permukaan tanah
setiap saat.
f) Panjang tiang bor dari posisi instrumentasi ke ujung bawah tiang
g) Tipe palu, tinggi jatuh dan detail informasi relevan lainnya
h) Jumlah pukulan
i) Beban uji yang dicapai
j) Pergerakan kepala tiang bor saat beban verifikasi desain ekuivalen
k) Pergerakan kepala tiang saat beban verifikasi desain ekuivalen + 50%
beban kerja
l) Pergerakan kepala tiang saat beban uji maksimum
m) permanent residual movement dari kepala tiang setelah setiap pukulan
n) temporary compression
Kontraktor harus menyediakan semua detail informasi yang ada mengenai
kondisi tanah, dimensi tiang, dan metode konstruksi kepada perusahaan
spesialis yang melakukan pengujian ini berkaiatan dengan interpretasi dari
pengujian yang dilakukan.
XIII.PEKERJAAN RAILING
(1) Pekerjaan Railing Tangga
1. Lingkup Pekerjaan
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
94
32. a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan,
peralatan dan alat-alat bantu lainnya yang diperlukan dalam
pelaksanaan pekerjaan ini, hingga dapat tercapai hasil
pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.
b. Meliputi pekerjaan railing dilakukan untuk seluruh detail yang
disebutkan/ ditunjukkan dalam gambar.
2. Persyaratan Bahan
a. Tangga
- Terbuat dari bahan Stainless Steel (SS) H 950 mm &
(SS) H 840 mm dengan tebal 1.2 mm ex Hessel atau
produk setara & Finishing dipoles, dan disetujui oleh
Direksi Pengawas.
- Bentuk/ ukuran sesuai yang ditunjukkan dalam gambar.
Stenless Steel harus mempunyai kekuatan tarik
minimum 41 kgf/mm2 (402 N/mm2) dan batas ulur
minimum 24 kgf/mm2 (235 N/mm2).
b. Tebal Tiang plat besi 12 mm finish duco dan disetujui oleh
Direksi Pengawas.
3. Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Seluruh pekerjaan dibengkel harus merupakan pekerjaan yang
berkualitas tinggi, seluruh pekerjaan harus dilakukan dengan
ketepatan sedemikian rupa sehingga semua komponen dapat
dipasang dengan tepat dilapangan.
b. Pemeriksaan pekerjaan dibengkel dapat dilakukan bila
dikehendaki sewaktu-waktu oleh Direksi Pengawas dan tidak
ada pekerjaan yang dikirim ke lapangan sebelum diperiksa dan
disetujui Direksi Pengawas.
c. Setiap pekerjaan yang kurang baik atau tidak sesuai dengan
gambar atau spesifikasi ini akan ditolak dan Kontraktor harus
mengganti segera tanpa tambahan biaya.
d. Sebelum pekerjaan di bengkel dimulai Kontraktor harus
membuat gambar kerja yang menunjukkan detail-detail
lengkap dari semua komponen, panjang serta ukuran las,
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
95
33. jumlah, ukuran serta peralatan lain yang diperlukan/ digunakan
dalam pekerjaan ini.
e. Kontraktor wajib meneliti kebenaran dan bertanggung jawab
terhadap semua ukuran yang tercantum pada gambar.
f. Pekerjaan pengelasan harus dibawah pengawasan personel
yang memiliki persiapan teknis pekerjaan tersebut.
g. Untuk bagian konstruksi baja harus dilakukan dengan las
listrik serta pengelasannya sudah melalui test & harus
memiliki ijasah yang menetapkan kualifikasi, jenis pengelasan
yang diperkenankan padanya
h. Bagian konstruksi yang setara akan dilas harus dibersihkan
dari bekas cat, karat, lemak dan kotoran.
i. Pengelasan konstruksi, baik secara keseluruhan maupun
merupakan pengelasan-pengelasan bagian-bagiannya hanya
boleh dilakukan setelah diperiksa bahwa hubungan-hubungan
yang akan di las sudah sesuai dengan ketentuan-ketentuan
yang berlaku untuk konstruksi itu.
j. Kedudukan konstruksi baja yang segera akan di las harus
menjamin situasi yang paling aman bagi pengelas dan kualitas
hasil pengelasan yang dilakukan.
k. Pada pekerjaan las, maka sebelum mengadakan las
ulangan,baikbekas lapisan pertama, maupun bidang-bidang
benda kerja dibersihkan dari kerak (slak) dan kotoran lainnya.
l. Pada pekerjaan, dimana akan terjadi banyak lapisan las, maka
lapisan yang terdahulu harus dibersihkan dari kerak (slak) dan
percikan-percikan logam sebelum memulai dengan lapisan las
yang baru. Lapisan las yang berpori-pori, rusak atau retak
harus dibuang sama sekali.
XIV.PEKERJAAN INSTALASI PLUMBING
Pasal 1
PENJELASAN & SPESIFIKASI UMUM
(1) Pekerjaan instalasi plumbing ini harus dilaksanakan oleh Instalatur Pipa
yang telah mempunyai surat pengakuan (P.A.S) golongan III dari PAM
setempat dan SIBP klas A dari Pemerintah Daerah.
(2) Pada dasarnya untuk pelaksanaan pekerjaan instalasi plumbing ini,
disamping Rencana Kerja dan syarat-syarat ini, berlaku :
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
96
34. - A.V. 1941
- Peraturan/ persyaratan yang dikeluarkan oleh Dinas Keselamatan
Kerja Pemerintah Daerah setempat.
- Ketentuan-ketentuan yang dikeluarkan oleh Dinas Keselamatan Kerja
Pemerintah Daerah setempat.
- Ketentuan yang dikeluarkan oleh pabrik dimana mesin, peralatan dan
material tersebut dibuat.
- Peraturan/ persyaratan lainnya yang berlaku sah di Indonesia.
(3) Semua gambar-gambar kerja atau shop drawing yang dibuat oleh
Kontraktor/ Instalatur Plumbing maka sebelum dilaksanakan terlebih dahulu
harus mendapat persetujuan Pengawas/ Contrustion Management.
(4) Setelah pekerjaan selesai, Kontraktor/ Instalastur diharuskan menyerahkan
gambar instalasi yang telah direvisi dan disahkan oleh PAM setempat,
dalam rangkap 5 (lima) dilampiri surat tanda keur dari PAM yang
menyatakan bahwa pemasangan instalasi telah memenuhi syarat-syarat yang
diwajibkan.
(5) Dalam perhitungan biaya penawaran, harus sudah termasuk :
- Biaya perizinan dan pengetesan untuk bahan-bahan dan peralatan-
peralatan yang dipasang.
- Biaya keur dan biaya tanggungan instalasi.
- Semua biaya yang diakibatkannya dan biaya resiko pecah/rusaknya
sanitary fixtures.
- Biaya penyimpanan/gudang untuk sanitary fixtures.
- Biaya penyambungan PAM.
(6) Semua instalasi, peralatan-peralatan dan mesin-mesin yang telah terpasang,
sebelum diserahkan harus ditest mengenai kemampuan bekerjanya, sesuai
dengan ketentuan-ketentuan yang dipersyaratkan.
Pasal 2
RUANG LINGKUP PEKERJAAN
(1) Pekerjaan Air Bersih
- pengadaan dan pemasangan secara sempurna unit-unit peralatan
utama yang diperlukan dalam sistem penyediaan air bersih berupa
pompa-pompa, panel pompa beserta perlengkapan.
- Pengadaan dan pemasangan sistem pemipaan beserta perlengkapan
yang meliputi pemipaan reservoir, pemipaan pada instalasi pompa
dan pemipaan distribusi pada setiap titik pengeluaran.
- Pemasangan pipa distribusi kesetiap peralatan sanitary seperti halnya
closed, wastafel, urinal dan lain-lain.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
97