SlideShare a Scribd company logo
1 of 16
SPESIFIKASI TEKNIS OPTIMALISASI TPA KAB. MAMASA
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN
Spesifikasi Teknis untuk “Penyusunan DED Optimalisasi TPA Kabupaten Mamasa ” ini terdiri
dari 3 (tiga) bagian utama, yaitu :
• BAB 1
Spesifikasi Teknis Umum
• BAB 2
Spesifikasi Teknis Pekerjaan Sipil
SPESIFIKASI TEKNIS OPTIMALISASI TPA KAB. MAMASA
BAB 1
SPESIFIKASI TEKNIS UMUM
1.1 URAIAN UMUM
Berikut ini merupakan hal-hal umum yang harus diperhatikan sehubungan dengan pelaksanaan
pekerjaan Penyusunan DED Optimalisasi TPA Kabupaten Mamasa.
a. Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai, pemborong wajib mempelajari dengan seksama gambar
kerja dan syarat pelaksanaan serta Berita Acara penjelasan pekerjaan. Selain itu pemborong wajib
pula membuat metode kerja, jadwal pelaksanaan kerja (time schedule), daftar peralatan yang
dimiliki serta personil yang terlibat dan harus mengikuti seluruh peraturan yang masih berlaku di
Indonesia.
b. Setelah pekerjaan selesai dilaksanakan, pemborong harus menyerahkan as built drawing
(digambar pada kertas berukuran A3) kepada direksi.
c. Pemborong diwajibkan melaporkan kepada direksi jika terjadi hal-hal berikut :
 Ada perbedaan ukuran diantara gambar-gambar.
 Ada perbedaan antara gambar kerja dan rencana kerja dan syarat-syarat (RKS) untuk
mendapatkan keputusan.
Tidak dibenarkan sama sekali bagi pemborong untuk memperbaiki sendiri perbedaan tersebut di
atas. Akibat-akibat dari kelalaian pemborong dalam hal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab
pemborong.
d. Daerah kerja (construction area) akan diserahkan kepada pemborong (selama pelaksanaan) dalam
keadaan seperti diwaktu pemberian kerja dan dianggap bahwa pemborong mengetahui benar-
benar mengenai hal-hal berikut :
 Letak bangunan yang akan dibangun.
 Batas-batas persil/ kaveling maupun keadaannya pada waktu itu.
 Keadaan kontur tanah.
e. Pemborong wajib menyerahkaan pekerjaannya hingga selesai dan lengkap, yaitu :
 Membuat (menyuruh membuat) memasang serta memesan maupun menyediakan bahan-
bahan bangunan, alat-alat kerja dan pengangkutan.
 Membayar upah kerja dan lain-lain yang bersangkutan dengan pelaksanaan.
f. Pemborong wajib menyediakan sekurang-kurangnya 1 (satu) salinan gambar-gambar dan rencana
kerja dan syarat-syarat (RKS) di tempat pekerjaan untuk dapat digunakan setiap saat oleh pemilik
proyek dan direksi.
g. Atas perintah direksi, kepada pemborong dapat dimintakan membuat gambar-gambar penjelasan
dan perincian membuat bagian-bagian khusus, semuanya atas beban pemborong. Gambar
tersebut setelah disetujui oleh direksi secara tertulis membuat gambar pelengkap dari
pelaksanaan.
h. Setiap pekerjaan yang akan dimulai pelaksanannya maupun yang sedang dilaksanakan,
pemborong diwajibkan berhubungan dengan direksi, untuk ikut menyaksikan sejauh tidak
ditentukan lain, untuk mendapatkan pengesahan/ persetujuan.
i. Setiap usul perubahan dari pemborong ataupun persetujuan pengesahan dari direksi dianggap
berlaku, sah serta mengikat jika dilakukan secara tertulis.
j. Persyaratan bahan-bahan yang akan dipergunakan untuk pelaksanaan pekerjaan proyek ini,
antara lain :
SPESIFIKASI TEKNIS OPTIMALISASI TPA KAB. MAMASA
 Bahan harus benar-benar baru dan diteliti mengenai mutu, ukuran dan lain-lain yang
disesuaikan standar peraturan-peraturan yang dipergunakan di dalam RKS ini.
 Semua bahan-bahan harus mendapat pengesahan/persetujuan dari direksi sebelum akan
dimulai pelaksanaannya.
k. Ketelitian dan kerapihan kerja dan sangat dinilai (bobotnya tinggi) oleh direksi, terutama yang
menyangkut pekerjaan penyelesaian maupun perapihan (finishing works).
l. Pengawasan terus menerus terhadap pelaksanaan penyelesaian/ perapihan, harus dilakukan oleh
tenaga-tenaga dari pihak pemborong yang benar-benar ahli.
m. Semua barang-barang yang tidak berguna selama pelaksanaan pembangunan harus dikeluarkan
dari lapangan pekerjaan.
n. Cara menimbun bahan-bahan di lapangan maupun di gudang harus memenuhi syarat teknis, dan
dapat dipertanggungjawabkan.
1.2 PEKERJAAN PERSIAPAN
a. Hal-hal lain yang perlu dilakukan oleh pemborong, yaitu :
 Menyediakan kantor untuk pemborong sendiri, dengan luas ruangan minimal 6 x 10 m2
.
 Membuka/ menyediakan fasilitas ruangan untuk para pemborong atau kontraktor-kontraktor
khusus yang akan melaksanakan pekerjaan di luar lingkup pekerjaan.
b. Gudang bahan-bahan serta tempat penimbunan material yang harus terlindung seperti pasir, besi
beton, dan lain-lain dibuat secukupnya dan dapat dikunci. Khusus untuk gudang semen agar
lantainya dibuat bebas dari kelembaban udara, minimal 30 cm di atas permukaan lantai plesteran.
1.2.1 Papan Nama Proyek
a. Pemborong diwajibkan memasang papan nama proyek ditempat lokasi proyek dan dipancangkan
di tempat yang mudah dilihat umum.
b. Pemasangan papan nama proyek dilakukan pada saat dimulainya pelaksanaan proyek dan
dicabut kembali setelah mendapat persetujuan pemilik proyek.
c. Bentuk, ukuran, dan isi papan nama proyek akan ditentukan kemudian oleh direksi.
d. Pemborong diwajibkan memasang pagar di sekeliling lokasi pekerjaan.
e. Pagar proyek dibuat dari seng gelombang BJLS 32 dengan tiang kayu kelas 2 yang ditanam di
atas pondasi batu kali setempat, bentuk ukuran dan finisihing pagar proyek selanjutnya diusulkan
kepada direksi untuk mendapatkan persetujuan.
f. Batas-batas pemindahan barang-barang tersebut di atas dikerjakan oleh pemborong atas
biayanya.
1.2.2 Pembersihan dan Penebangan Pohon
a. Pembersihan di luar batas lapangan pekerjaan ini tidak diberikan pembayaran kepada
pemborong, kecuali pekerjaan semacam itu di atas permintaan direksi. Penebangan pohon
dilakukan seperlunya, pohon-pohon rindang atau tanaman ornamen tertentu dipertahankan dari
penebangan.
b. Semua pohon-pohon, batang-batang pohon, akar-akar dan lain sebagainya yang ditebang harus
dibongkar sampai kedalaman 50 cm di bawah permukaan lahan seperti tripping dan permukaan
akhir (ditentukan oleh permukaan mana yang lebih rendah), dan bersama-sama dengan segala
bentuknya harus dibuang pada tempat-tempat yang tampak dari tempat pekerjaan, menurut cara
yang praktis yang telah disetujui direksi.
c. Seluruh kerusakan, termasuk kerusakan pagar milik orang lain yang terjadi pada saat
pembersihan harus diperbaiki oleh pemborong atas tanggung jawab sendiri. Pada pelaksanaan
SPESIFIKASI TEKNIS OPTIMALISASI TPA KAB. MAMASA
pembersihan, pemborong harus hati-hati untuk tidak mengganggu setiap patok-patok pengukur,
atau tanda-tanda lainnya.
d. Pekerjaan pembersihan terdiri dari pembersihan segala macam tumbuh-tumbuhan, pohon-pohon,
semak-semak, tanaman lain, sampah-sampah dan bahan-bahan lain yang menggangu, termasuk
pencabutan akar-akar, sisa-sisa konstruksi, sisa-sisa material dari sisa-sisa pekerjaan, dan hal-hal
lainnya sehubungan dengan persiapan pelaksanaan pekerjaan berikutnya, kecuali bila direksi
menentukan lain.
1.2.3 Pembuangan Tanah dan Sampah
Material-material yang tidak dikehendaki (seperti sampah, sisa-sisa bahan, akar-akar dan lain-lain)
atau tanah yang tidak diizinkan direksi untuk dipakai, harus disingkirkan/dibuang keluar daerah lokasi
proyek, sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu jalannya pekerjaan atau lingkungan sekitarnya.
1.3 PELAKSANAAN PEIL, UKURAN TINGGI DAN UKURAN DASAR
a. Sebelum pelaksanaan dimulai, pemborong diwajibkan mempelajari dengan seksama gambar-
gambar, uraian dan syarat dan lain-lainnya.
b. Pemborong diwajibkan melaporkan kepada direksi pelaksanaan,setiap ada perbedaan-perbedaan
ukuran diantara gambar-gambar dan uraian dan syarat-syarat untuk mendapatkan keputusan.
Tidak dibenarkan sama sekali bagi pemborong untuk memperbaiki sendiri perbedaan-perbedan
tersebut di atas. Akibat-akibat dari kelalaian pemborong dalam hal ini, sepenuhnya menjadi
tanggungjawab pemborong.
c. Pemborong bertanggungjawab penuh atas tepatnya pelaksanaan pekerjaan menurut peil-peil dan
ukuran-ukuran yang ditetapkan dalam gambar-gambar dan uraian dan syarat-syarat pelaksanaan
ini.
d. Setiap akan memulai suatu bagian pekerjaan, pemborong harus memberitahu direksi
pelaksanaan, untuk diperiksa terlebih dahulu ketepatan peil, ukuran dan sebagainya.
e. Mengingat setiap kesalahan baik peil maupun ukuran pada satu bagian pekerjaan akan selalu
dapat mempengaruhi bagian-bagian pekerjaan/ selanjutnya, maka ketepatan peil dan ukuran
tersebut mutlak perlu diperhatikan sungguh-sungguh.
f. Kelalaian Pemborong dalam hal ini tidak akan ditolerir dan direksi pelaksanaan berhak
memerintah untuk memperbaiki/ membongkar pekerjaan yang telah dilakukan atas beban
pemborong.
g. Pemborong diwajibkan senantiasa mencocokkan ukuran-ukuran satu sama lainnya dalam tiap
bagian pekerjaan, dan segera melaporkan kepada direksi pelaksanaan setiap terdapat selisih/
perbedaan ukuran. Pemborong tidak dibenarkan untuk membetulkan sendiri kekeliruan tersebut
tanpa persetujuan direksi pelaksanaan.
h. Ketidakcocokan antara gambar dan keadaan di lapangan harus segera dilaporkan kepada direksi
pelaksana untuk diperiksa.
SPESIFIKASI TEKNIS OPTIMALISASI TPA KAB. MAMASA
BAB 2
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN SIPIL
2.1 PEKERJAAN GALIAN TANAH DAN URUGAN
a. Galian harus dilaksanakan sampai kelandaian, garis dan ketinggian yang ditentukan dalam gambar
atau diperintahkan oleh direksi dan harus meliputi pembuangan semua bahan-bahan yang
ditemukan, termasuk tanah, batuan, batu bata, batu beton, pasangan batu dan bahan-bahan
perkerasan jalan lama.
b. Pekerjaan galian harus dilaksanakan dengan gangguan yang seminimal mungkin hadap bahan-
bahan di bawah dan diluar batas galian.
c. Apabila batuan, lapisan keras atau bahan-bahan keras lainnya ditemukan pada jalur selokan atau
pada ketinggian tanah dasar untuk perkerasan dan bahu jalan, atau pada dasar parit pipa atau
galian pondasi struktur maka bahan-bahan tersebut harus digali lebih dari 150 mm sampai suatu
permukaan yang rata halus dan mantap. Tidak boleh ada tonjolan batuan ditinggalkan dari
permukaan yang terbuka dan semua pecahan batu yang berdiameter lebih besar dari 150 mm
harus dibuang. Profil galian yang ditentukan harus dicapai dengan bahan-bahan urugan kembali
yang dipadatkan dan disetujui oleh direksi.
2.1.1 Pekerjaan Pengurugan Batu
d. Material untuk pengurugan didapat dari jenis yang telah disetujui direksi akan dihamparkan
berlapis-lapis dengan ketebalan perlapis 20 cm lalu dipadatkan. Untuk pekerjaan pemadatan ini,
pemborong harus melaksanakan sedemikian rupa, sehingga kepadatan yang direncanakan dapat
tercapai, dengan memperhatikan kadar air optimum dari material timbunan tersebut.
e. Pengurugan batu dimaksudkan sebagai bahan filter, sehingga harus bersih dari lempung dan
kotoran.
f. Dalam kegitatan pengurugan tetap memperhatikan elevasi pipa air dan dilakukan secara perlahan
sehingga tidak merusak pipa yang ada.
2.1.2 Urugan Pasir
a. Urugan pasir harus disirami semua lantai atau plat dasar dengan stemper hingga padat.
b. Urugan pasir dilakukan di bawah semua lantai atau plat dasar dengan tebal urugan sesuai dengan
gambar, termasuk lantai rabat, sehingga diperoleh peil-peil yang dikehendaki.
c. Urugan pasir dilakukan juga pada bekas galian pondasi sebelah dalam bangun dengan ketebalan
sesuai dengan gambar rencana, dan di bawah pondasi, pipa dan lain-lain sesuai dengan gambar.
2.2 PEKERJAAN BETON
2.2.1 Umum
Pekerjaan beton harus dilaksanakan sesuai dengan persyaratan-persyaratan yang tercantum di dalam
Peraturan Beton Inonesia (PBI NI-2 1971). Pemborong harus melaksnakan pekerjaannya dengan
ketepatan dan ketelitian yang tinggi menurut spesifikasi gambar kerja dan instruksi-instruksi dari direksi
pelaksnaan. Direksi pelaksanaan berhak untuk memeriksa/ mengawasi setiap pekerjaan yang dilakukan
oleh pemborong. Direksi pelaksanaan berhak untuk melakukan pemeriksaan, dan setiap kegagalan
direksi pelaksanaan tidak membebaskan pemborong dari tanggungjawabnya. Semua pekerjaan-
pekerjaan yang jelek atau tidak memenuhi uraian dan syarat-syarat peleksanaan (spesifikasi) harus
dibongkar dan diganti dari yang ditentukan (contoh) dan harus disetujui direksi pelaksanaan sebelum
dipakai. Direksi pelaksanaan akan menyimpan contoh-contoh yang telah disetujui sebagai standar
untuk memeriksa selanjutnya. Semua material yang tidak disetujui direksi harus segera dikeluarkan dari
tempat pekerjaan atas biaya pemborong.
SPESIFIKASI TEKNIS OPTIMALISASI TPA KAB. MAMASA
2.2.2 Material
Semua material harus mempunyai kualitas yang terbaik dan memenuhi syarat PBI 1971. Pemborong
harus menyediakan contoh dari material-material yang akan digunakan untuk menghasilkan beton,
untuk dimintakan persetujuan dari direksi, dan tidak boleh memesan/ mengirim dahulu sebelum
persetujuan diberikan. Direksi akan menyimpan contoh-contoh yang telah disetujui sebagai standar,
dengan maksud untuk memeriksa/ mencocokkan pengiriman-pengiriman selanjutnya. Pemborong tidak
diizinkan mengirimkan material-material dengan perbedaan yang besar dari standar sampel tanpa
persetujuan dari direksi. Semua material yang ditolak oleh direksi harus segera dikeluarkan dari tempat
pekerjaan atas biaya pemborong.
2.2.3 Semen
a. Semen yang digunakan adalah jenis Portland Cement type I yang memenuhi syarat-syarat yang
ditentukan dalam N.I.8 1972 dan Standard Industri Indonesia (SII 0013-81). Semen harus diperoleh
dari satu pabrik yang telah disetujui direksi dan dikirimkan ke tempat pekerjaan dengan kantong
tersegel dan utuh. Bila karena sesuatu hal terpaksa menggunakan semen dari pabrik lain, harus
mendapat persetujuan terlebih dahulu dari direksi, merk semen tersebut setarap dengan Tiga
Roda.
b. Bila direksi menganggap perlu pemborong harus mengirimkan surat pernyataan dari pabrik yang
menyertakan tipe, kualitas dari semen beserta manufacture's test certificate yang menyatakan
memenuhi semua syarat-syarat yang ditentukan N.I.8. Semen yang menggumpal, sweeping atau
kantong yang robek/ rusak ditolak untuk disegel.
c. Semen harus disimpan dalam gudang/ silo dengan ventilasi yang cukup dan tidak bocor, serta
diletakkan di atas lantai yang ditinggikan minimal 30 cm dari tanah. Kantong-kantong semen tidak
diperbolehkan ditumpuk/ ditimbun melebihi 2 (dua) meter dan setiap pengiriman diberi tanda
pengenal sehingga dapat dipakai sesuai dengan tanggal pengiriman.
d. Pemborong harus mengirimkan laporan dari pengujian-pengujian semen di laboratorium kepada
direksi secara rutin. Laboratorium yang ditunjuk untuk pengetesan tersebut, terlebih dahulu harus
disetujui direksi.
2.2.4 Agregat Halus (Pasir)
a. Agregat halus untuk pekerjaan beton yang akan dipakai pada proyek ini harus sesuai dengan
persyaratan pada PBI atau ASTM.
b. Klasifikasi dan gradasi agregat halus sebagai berikut :
Ukuran ayakan
(US standard sieve)
Lolos, %
No. 4 100%
No. 8 92 – 100 %
No. 16 65 - 85 %
No. 30 35 – 55 %
No. 50 15 – 30 %
No. 100 0 – 12 %
No. 200 %
c. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% (ditentukan terhadap kering), dan
yang diartikan dengan lumpur adalah bagian-bagian yang dapat melalui ayakan 0,063 mm atau
ayakan No. 200 bila test sesuai dengan ASTM C 117.
d. Agregat halus harus bersih dan bebas dari segala macam kotoran baik dalam organis lumpur,
tanah, karang, garam dan sebagainya. pasir laut sama sekali tidak boleh dipergunakan.
SPESIFIKASI TEKNIS OPTIMALISASI TPA KAB. MAMASA
e. Pemborong harus mengajukan contoh agregat halus yang akan dipergunakan untuk mendapatkan
persetujuan direksi. Tes-tes yang harus dilakukan terhadap contoh di atas berupa:
 test gradasi sesuai dengan ASTM C 136
 test abrou-holder (larutan NaOH)
 test-test lainnya bila memang dianggap perlu oleh direksi
f. Bahan agregat halu harus disimpan di tempat bersih, keras permukaannya dan dicegah supaya
tidak terjadi pengotoran dan pencampuran satu sama lain.
g. Persyaratan-pesyaratan agregat halus di atas dari ayat a s/d f berlaku juga untuk beton ready mix.
2.2.5 Agregat Kasar (Kerikil atau Koral)
a. Agregat kasar untuk pekerjaan beton yang akan dipakai pada proyek ini harus sesuai dengan
persyaratan pada PBI 1971 atau ASTM.
b. Klasifikasi dan gradasi agregat kasar sebagai berikut :
Agregat kasar type A1 : (besar)
Ukuran ayakan
(US standard sieve)
Lolos, %
1 Inch 100%
3/4 Inch 90 - 98 %
1/2 Inch 30 - 45 %
3/8 Inch 0 - 10 %
No. 4 0 - 5 %
Agregat kasar type A2 : (medium)
Ukuran ayakan
(US standard sieve)
Lolos, %
1/2 Inch 100%
3/8 Inch 90 - 98 %
No. 4 30 - 45 %
No. 8 0 - 10 %
c. Agregat tersebut tidak mengandung lumpur melebihi dari 1% (ditentukan terhadap berat kering).
yang diartikan dengan lumpur adalah bagian-bagian yang dapat lolos melalui ayakan 0,063 mm
atau ayakan no. 200 bila ditest sesuai dengan ASTM C 117. Apabila kadar lumpur melampaui 1%
maka agregat kasar harus dicuci.
d. Agregat kasar harus terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tidak berpasir. Agregat kasar yang
mengandung butir-butir pipih hanya dapat dipakai bila butir-butir pipih tersebut tidak melampaui
20% dari berat agregat seluruhnya.
Yang dimaksud butir agregat pipih adalah perbandingan antara lebar dengan tebalnya lebih besar
dari pada 3 (tiga). Butir-butir agregat kasar harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur
oleh pengaruh-pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan hujan.
e. Pemborong harus mengajukan contoh agregat kasar yang akan dipergunakan untuk dapat
persejutuan direksi. Test-test yang harus dilakukan terhadap contoh di atas berupa:
 test dengan mesin sesuai dengan ASTM C 131 Resistance to abrasion of small size coarse
 test gradasi sesuai dengan ASTM A 136
 test gradasi untuk kadar lumpur sesuai dengan ASTM C 117
SPESIFIKASI TEKNIS OPTIMALISASI TPA KAB. MAMASA
 test-test lainnya bila dianggap perlu dan semuanya menjadi tanggungjawab pemborong
f. Agregat tersebut harus disimpan di tempat yang saling terpisahkan di permukaan tanah yang
bersih, padat serta kering dan harus dicegah terhadap pengotoran dan pencampuran
g. Persyaratan-persyaratan agregat kasar di atas dari ayat a s/d g berlaku juga untuk beton ready mix.
2.2.6 Baja Tulangan
a. Bahan
Baja tulangan yang dipakai adalah minimal harus sesuai dengan PBI-1971. Mutu, ukuran dan jenis
tersebut di atas adalah sebagai berikut :
Diameter
Jenis
Batang
Mutu α au (0,2)
Lebih kecil atau sama dengan (<) 12 mm Polos U.24 2.400 kg/cm2
Lebih besar atau sama dengan (>) 12 mm Profil U.39 3.900 kg/ cm2
Keterangan :
α au = Tegangan lelah karakteristik
0,2 = Tegangan karakteristik yang memberikan tegangan tetap 0,2%.
Baja tulangan yang dipakai adalah setaraf produksi Krakatau Steel.
Kawat beton : Kawat pengikat baja tulangan harus terbuat dari baja lunak dengan diameter minimal
1 mm yang telah dipijarkan terlebih dahulu, dan tidak bersepuh seng.
b. Penggantian diameter
 Penggantian dengan diameter lain, hanya diperkenankan atas persetujuan tertulis dari direksi.
 Bila penggantian disetujui maka luas penampang yang diperlukan tidak boleh kurang dari yang
tercantum dalam gambar atau perhitungan.
 Biaya yang diakibatkan oleh penggantian tulangan terhadap yang ada gambar sejauh bukan
kesalahan gambar adalah tanggungan pemborong.
c. Pelaksanaan
 Baja dan kawat seperti dimaksud di atas harus bebas dari kotoran-kotoran, karat, cat, kulit giling
serta bahan lain yang akan mengurangi daya lekat terhadap beton.
 Membengkok akan meluruskan baja tulangan harus dilakukan dalam keadaan dingin serta
dipotong dan dibengkokkan sesuai dengan gambar.
 Semua tulangan harus dipasang dengan posisi yang tepat sehingga tidak berubah tempat atau
bergeser sebelum dan selama pengecoran. Selimut tulangan minimum 3 cm.
 Sambungan dan panjang lawatan baja tulangan harus sesuai buku pedoman perencanaan untuk
struktur beton bertulang biasa dan struktur tembok bertulang untuk gedung 1983.
 Baja tulangan yang tidak memenuhi syarat harus segera dikeluarkan dari lapangan dalam waktu
24 jam setelah ada perintah tertulis dari direksi.
 Penyambungan tulangan dengan diameter lebih besar atau sama dengan 20 mm baik untuk
kolom maupun balok, setiap panjang 6 m selang seling dilakukan sesuai dengan buku
pedoman perencanaan untuk struktur tembok bertulang untuk gedung 1983.
d. Penyimpanan
Penyimpanan besi beton dimaksudkan untuk mencegah terjadinya karat, dengan cara
meletakkannya di atas papan atau balok kayu sehingga tidak langsung di atas tanah, untuk
penyimpanan waktu lama maka besi beton harus disimpan di bawah atap.
e. Tes dan sertifikat
SPESIFIKASI TEKNIS OPTIMALISASI TPA KAB. MAMASA
 Untuk mendapatkan jaminan atas kualitas atau mutu baja tulangan sesuai dengan RKS ini,
maka pada saat pemesanan baja tulangan pemborong harus menyerahkan sertifikat resmi dari
laboratorium.
 Setiap jumlah pengiriman 20 ton baja tulangan harus diadakan test periodik minimal 3 contoh
untuk setiap diameter batang baja tulangan. Pengambilan contoh baja tulangan akan
ditentukan oleh direksi.
 Semua pengetesan tersebut di atas, harus dilakukan di laboratorium Lembar Uji Konstruksi
BPPT (LUK BPPT) Serpong atau Laboratorium lainnya yang direkomendasi oleh direksi dan
minimal sesuai dengan standar/peralatan lain yang setaraf.
 Semua biaya pengetesan tersebut ditanggung oleh pemborong.
2.2.7 Pekerjaan Pengisi Dilatasi (Bila Diperlukan)
Bahan untuk pengisisan dilatasi dipergunakan bahan setaraf sikaflexla atau feabseal 2 part dengan
spesifikasi teknis sebagai berikut :
a. Bahan untuk pengisian delatasi (joint delatation)
Warna : Abu-abu
Elastisitas: Permanen
Kekerasan: Shore A durometer 28 kurang lebih 5 Sifat perekatan pada beton tetap baik dalam
jarak suhu 20 sampai 60 derajat celcius. Tahan terhadap asam, alkali, lemak dan bahan yang
berasal dari Hydrocarbon.
Memenuhi standar : DIN 18540 BS 4252 : 1967, BS 5 : 1980 JIS A 5757
b. Setelah plat lantai beton maupun plat atap menjadi kering, maka lobang delatasi segera
dibersihkan dari segala macam kotoran
c. Pasang back up material (stirr up foam)
d. Pasang masking tape pada sisi beton
e. Priming dengan sika primer
f. Selanjutnya bahan delatasi ini dimasukkan ke dalam lubang tersebut dengan mengikuti petunjuk
dari pabriknya
g. Disarankan agar pemasangan dikerjakan oleh licenced applicator.
2.2.8 Bahan Campuran Tambahan
a. Penggunaan bahan campuran beton hanya seizin direksi dan harus sesuai dengan pasal 3.8 bab 2
PBI 1971 dan ASTM C 494 Chemical Admixtures for Concrete
b. Bahan campuran beton yang dipakai hanya type A dan D dan sesuai ASTM C 494.
2.2.9 Air
Air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali, garam-
garam, bahan-bahan organis dan bahan-bahan lain yang merusak beton atau baja tulangan. Dalam hal
ini sebaiknya dipakai air bersih yang dapat diminum.
2.2.10 Mutu Beton
Mutu beton yang dipergunakan adalah:
Pelat Lantai/Slab : K - 250 Kg/cm2
Pelat Dinding/Wall : K – 250 Kg/cm2
Beton Pada Pekerjaan Talud : K – 225 Kg/cm2
Beton Untuk Lantai Kerja : K – 125 Kg/cm2
Untuk menjamin kestabilan mutu beton, dianjurkan memakai beton ready mixed.
SPESIFIKASI TEKNIS OPTIMALISASI TPA KAB. MAMASA
2.2.11 Rencana Campuran Beton (Concrete Mix Design)
a. Lima minggu sebelum pekerjaan pengecoran beton dimulai, pemborong harus membuat design
procedure dan prelimary test atas biaya sendiri untuk mendapatkan mutu seperti yang disyaratkan.
campuran harus menggunakan perbandingan berat antara semen, pasir, kerikil, dan air.
b. Perencanaan campuran hendaknya mengikuti persyaratan PBI ayat 4.6. dan dievaluasi kekuatan
karakteristiknya menurut ayat 4.5.
c. Bilamana karena sesuatu hal sumber atau kualitas dari semen dan/atau agregat diganti, maka harus
dicari lagi campuran yang baru sehingga tetap memenuhi syarat, sesuai ayat-ayat di atas.
d. Dalam hal dipakai beton beton ready mix, maka semua syarat-syarat dalam standard spesification
for ready mixed concrete AASHTO designation H. 157-74 harus dipenuhi.
2.2.12 Pengujian Beton dan Peralatannya
a. Pemborong harus menyediakan alat-alat yang diperlukan dan tempat untuk melakukan percobaan
berikut:
 Slump test
 Test specimens
 Cetakan-cetakan baja untuk membuat kubus-kubus beton
 Tes kadar lumpur
Pemborong juga menyediakan peralatan untuk menentukan moisture content dari agregat halus,
timbangan dan alat lain. Alat yang perlu untuk melakukan percobaan-percobaan berikut.
b. Pengujian slump dilakukan segera setelah beton keluar dari mixer minimum 5 cm dan maksimum 10
cm untuk campuran koral beton dan maksimum 12 cm untuk campuran dengan crushed stones.
c. Atas biaya sendiri pemborong harus membuat, merawat dan mengangkut semua test specimens ke
laboratorium yang ditentukan/disetujui oleh direksi pelaksanan untuk dilakukan compresion test
pada 7 hari, 14 hari, dan 28 hari.
d. Setiap kubus test harus bersih dan ditandai secara tetap dengan nomor kode dan hari pembuatan,
bersama-sama dengan tanda dari bagian pekerjaan mana sample diambil. Sistem dari pengukuran
dan penandaan dari kubus akan ditentukan oleh direksi pelaksanaan.
e. Pemborong harus memberikan material untuk pembuatan sample, dari semua test yang diperlukan
pada bagian ini dalam spesifikasi. Kontraktor harus menyampaikan semua hasil test tersebut
kepada direksi secara rutin. Segala hal biaya yang menyangkut pengetesan tersebut adalah biaya
kontraktor.
2.2.13 Beton Bertulang
2.2.13.1 Kekuatan dan Penggunaan Beton
a. Beton struktural
Meliputi beton konstruksi plat atas, dinding dan plat dasar. Untuk mencapai mutu Beton,
Pemborong wajib membuat adukan sesuai dengan proporsi trial mix yang disetujui.
b. Beton non struktural
 Beton dengan dengan mutu K.125 Kg/cm2 digunakan sebagai beton lantai kerja, tidak dicor ke
dalam cetakan.
meliputi beton lantai kerja, tebal 5 cm, tidak dicor ke dalam cetakan
K adalah tegangan tekan hancur karakteristik untuk kubus beton 15 x 15 x 15 cm pada usia 28 hari.
Evaluasi penentuan karakteristik ini digunakan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam PBI 1971.
SPESIFIKASI TEKNIS OPTIMALISASI TPA KAB. MAMASA
2.2.13.2 Pengadukan
Semua pengadukan beton harus dilakukan dengan mesin pengaduk yang berkapasitas minimal 300
Liter dan pelaksanaannya dengan membuat takaran campuran sesuai dengan Job Mix yang ada.
a. Bahan
 Untuk penyelesaian beton exposed harus dibuat dari plywood dengan tebal 12 mm dan dapat
dipakai untuk 2 kali pengecoran beton. Plywood ini diberi perkuatan kaso 5/7 untuk menjaga
kestabilan dari bekisting tersebut.
 Lain-lain jenis tersebut diatas harus dengan persetujuan direksi
 Untuk acuan beton yang tertutup finishing harus dibuat dari kayu klas II tebal sesuai kebutuhan
dan dapat dipakai untuk 2 kali pengecoran beton, acuan ini diberi penguat kaso 5/7 untuk
menjaga kestabilan dari bekisting tersebut.
 Untuk bekisting (acuan) tersebut, apabila diperlukan direksi dapat meminta kontraktor
menghitungnya dan kemudian disetujui direksi.
b. Konstruksi
 Bekisting-bekisting tidak boleh bocor dan cukup kaku mencegah pergeseran atau perubahan/
kelongsoran penyangga. Permukaan bekisting halus halus dan rata, tidak boleh melendut atau
cekung. Sambungan-sambungan bekisting harus diusahakan agar lurus dan rata dalam arah
horisontal dan vertikal.
 Tiang penyangga anti lendutan (cambres) harus dibuat sebaik mungkin dan mampu
menunjang seperti yang dibutuhkan, tanpa adanya kerusakan atau overstress ataupun
pergeseran tempat pada bagian konstruksi yang dibebani.
 Struktur dari tiang-tiang penyangga harus ditempatkan pada posisi sedemikian rupa, sehingga
konstruksi ini benar-benar kuat dan kaku untuk menunjang berat sendiri dan beban-beban
yang berada di atasnya selama pelaksanaan.
 Kecuali detail-detail yang berlainan pada gambar, bekisting untuk semua balok dan pelat lantai
dilaksanakan dengan mengikuti anti lendut ke atas sebagai berikut :
 Semua balok atau/dan pelat lantai 0,2% lebar bentang pada tengah-tengah bentang. Semua
balok cantilever dan pelat lantai 0,4% dari bentang, dihitung dari ujung bebas.
c. Baut
Baut-baut tie rod yang diperlukan untuk ikatan-ikatan dalam beton harus diatur sedemikian rupa
sehingga bila bekisting dibongkar kembali, maka semua besi tulangan akan berada 4 cm dari
permukaan beton. Kawat pengikat tidak diizinkan pada beton exposed yang akan berhubungan
langsung dengan keadaan alam, dimana dapat menimbulkan warna yang tidak merata. Semua
bekisting harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menggunakan paku tanpa merusak beton.
d. Pembersihan
Semua bekisting harus dibersihkan sebelum dipergunnakan. Pekerjaan harus dilakukan
sedemikian rupa sehingga tidak akan terjadi kemungkinan adanya beton yang keropos dan lain-lain
kerusakan/cacat pada beton. Segera sebelum beton dicor pada beberapa bagian dari bekisting,
bagian dalam dari bagian itu harus dibersihkan dari semua material lain, termasuk air. Tiap-tiap
bagian dari bekisting, bagian-bagian yang struktural harus diperiksa oleh direksi pelaksanaan
segera sebelum beton dicor di bagian itu. Khusus untuk acuan kolom dan dinding beton atau balok-
balok tinggi, pada tepi bawahnya harus dibuat bukaan atau dua sisinya untuk mengeluarkan
kotoran yang mungkin terdapat pada dasar kolom/dinding tersebut. Bukaan ini boleh ditutup setelah
diperiksa dan disetujui oleh direksi pelaksanaan.
e. Pelapisan (coating)
Sebelum pemasangan besi beton bertulang bekisting yang dipergunakan untuk beton yang tidak
diplester lagi (exposed concrete) harus dilapisi dengan minyak yang tidak meninggalkan bekas
SPESIFIKASI TEKNIS OPTIMALISASI TPA KAB. MAMASA
pada beton. Bekisting untuk beton biasa (yang perlu diplester lagi permukaannya) harus dibasahi
air dengan seksama sebagai pengganti minyak sebelum beton dicor.
f. Pembongkaran
Bangunan tidak boleh mengalami perubahan bentuk, kerusakan atau pembebanan yang melebihi
beban dengan rencana pembongkaran bekisting pada beton. Pertanggungjawaban atas
keselamatan pada waktu pembongkaran tiap bagian bekisting atau penyangga berada dipihak
pemborong.
g. Waktu minimum untuk pembongkaran bekisting.
Waktu minimum dari saat selesainya pengecoran beton sampai dengan pembongkaran bekisting
dari bagian-bagian struktur ditentukan dari percobaan kubus benda uji yang memberikan kuat
desak minimum sebagai berikut:
Bagian struktur
Waktu minimum
pembongkaran bekisting
(hari)
- Sisi balok dan dinding 1
- Penyanggah pelat lantai 21
- Penyanggah balok 21
2.2.14 Pembuatan Beton dan Peralatannya
a. Pemborong bertanggungjawab seluruhnya atas pembuatan campuran beton yang baik/ unform dan
memenuhi syarat-syarat yang ditentukan. Untuk memenuhi syarat-syarat ini, pemborong atas biaya
sendiri harus menyediakan dan menggunakan, mesin pencampur beton (beton molen) yang baik,
volumetric system untuk mengukur air dengan tepat yang disetujui direksi.
b. Pengaturan untuk pengangkutan, penimbangan dan pencampuran material-material harus dengan
persetujuan direksi.
c. Mencampur beton dengan tidak menggunakan perbandingan berat (timbangan), tidak
diperbolehkan.
d. Mixer harus betul-betul kosong sebelum menampung/menerima material untuk adukan selanjutnya,
harus dibersihkan dan dicuci bila mixer tidak dipakai lebih lama dari 30 menit dan pada setiap akhir
pekerjaan. Mixer juga harus dibersihkan dan dikosongkan lebih dulu, bila beton yang akan dibuat
berbeda mutunya.
e. Pencampuran kembali dari beton yang sebagian sudah terjatuh/mengeras tidak diizinkan.
Demikian juga penambahan air pada adukan beton yang sudah jadi (dari hasil mixer) dengan
tujuan memudahkan pengerjaan dan sebagainya tidak diizinkan.
2.2.15 Penolakan Pekerjaan Beton
a. Direksi berhak menolak pekerjaan yang tidak memenuhi syarat. Pemborong harus mengganti atau
memperbaiki/membongkar pekerjan beton yang tidak memenuhi syarat, atas biaya sendiri, sesuai
dengan instruksi yang diberikan oleh direksi pelaksanaan.
b. Percobaan compressive strength dari pengujian kubus harus memenuhi syarat sebagai berikut :
 Sr adalah deviasi standard rencana.
 Tidak boleh lebih dari 1 (satu) nilai diantara 20 nilai hasil pemeriksaan benda uji berturut-turut,
terjadi kurang dari α' bk.
 Tidak boleh satupun rata-rata dari 4 hasil pemeriksaan benda uji berturut-turut, terjadi kurang
dari (α' bk + 0,82 Sr).
SPESIFIKASI TEKNIS OPTIMALISASI TPA KAB. MAMASA
 Selisih antara nilai tertinggi dan terendah diantara 4 (empat) hasil pemeriksaan benda uji
berturut-turut tidak boleh lebih besar dari 4,3 Sr.
 Dalam segala hal, hasil pemeriksaan 20 benda uji berturut-turut harus memenuhi (α' bk = α'
bm - 1,64 Sr).
c. Bila compressive strength test dari kelompok kubus test gagal memenuhi syarat di atas, maka
direksi pelaksanaan akan menolak semua pekerjaan-pekerjaan beton dari kubus-kubus tersebut
diambil.
2.2.16 Perawatan
a. Beton baru harus dilindungi dari hujan lebat, aliran dan dari kerusakaan yang disebabkan oleh alat-
alat. Semua beton hendaknya selalu dalam keadaan basah, selama paling sedikit 7 hari, dengan
cara menyiramkan air pada pipa yang berlubang atau cara lain yang menjadikan bidang permukaan
beton itu selalu dalam keadaan basah.
b. Bekisting kayu dibiarkan tinggal agar beton itu tetap basah selama perawatan untuk mencegah
retak pada sambuungan dan pengeringan beton yang terlalu cepat. Air yang dipergunakan untuk
perawatan harus bersih dan sama sekali bebas dari unsur-unsur kimia yang dapat menyebabkan
kerusakan atau perubahan warna pada beton.
2.2.17 Cacat pada Beton
Meskipun hasil pengujian kubus-kubus memuaskan, pemberi tugas mempunyai wewenang untuk
menolak konstruksi beton yang cacat seperti berikut :
a. Konstruksi beton yang sangat keropos.
b. Konstruksi beton tidak sesuai dengan bentuk yang direncanakan atau posisinya tidak seperti yang
ditunjukkan oleh gambar.
c. Konstruksi beton yang tidak tegak lurus atau rata seperti yang direncanakan.
d. Konstruksi beton yang berisikan kayu atau benda lainnya.
2.2.18 Pekerjaan Pasangan Bata
a. Semen
Semen yang dipakai untuk pekerjaan pasangan harus mempunyai kualitas yang sama seperti
semen untuk pekerjaan beton lihat 2.2.3.
b. Pasir
Pasir untuk pekerjaan pasangan harus memenuhi persyaratan PUBB - N.I.3.
c. Air
Air yang digunakan untuk pekerjaan pasangan harus sama dengan pekerjaan beton.
d. Jenis adukan
Campuran Untuk
1 pc : 2 psr pasangan trasram, dinding luar dan plesteran luar bangunan
1 pc : 4 psr pasangan biasa (dinding dalam)
1 pc : 3 psr pasangan dalam bangunan
- Cara mengaduk
SPESIFIKASI TEKNIS OPTIMALISASI TPA KAB. MAMASA
Adukan harus dilaksanakan dengan mixer. Adukan yang dimulai mengeras tidak boleh
digunakan.
a. Batu bata
Batu bata yang digunakan adalah batu bata tanah liat bisa produksi setempat ukuran nominal
sesuai persetujuan direksi. Pembakaran bata harus sempurna, sisi-sisi batu bata harus tanpa retak-
retak dan campuran kotoran. Ukuran batu bata harus seragam sesuai dengan AV.
Kerusakan akibat pengangkutan tidak boleh melebihi 20% bila ternyata persentase kerusakan di
atas angka tersebut maka pengiriman batu bata tersebut dibatalkan/tidak diterima.
b. Pekerjaan dinding
 Bahan
Untuk semua pekerjaan dinding digunakan batu bata seperti disyaratkan dalam 2.2.22.
 Adukan
Adukan rapat air 1 pc : 4 pasir dilaksanakan untuk :
 Semua dinding bata pada pekerjaan bak kontrol
2.2.19 Pekerjaan Plesteran
a. Bahan
P.C., pasir dan air harus memenuhi persyaratan seperti yang telah disebut dalam ayat 2.2.3. ayat
2.2.4. dan ayat 2.2.9. dalam RKS ini.
b. Perbandingan adukan
Adukan biasa 1 P.C : 4 pasir untuk pasangan batu bata dan adukan kuat 1 P.C : 3 pasir untuk
pasangan batu bata trastram dengan tebal plesteran 15 mm.
Untuk adukan-adukan
 Plesteran beton 1 pc : 2 pasir
 Siar batu kali 1 pc : 2 pasir
 Plesteran batu kali 1 pc : 3 pasir
Pengadukan dilakukan dalam keadaan kering sehingga benar-benar rata sebelum diberi air, semua
pasangan harus ditambah bahan-bahan anti pensusutan (anti shrinkage).
c. Persiapan permukaan
Permukaan dinding bata harus diberi cukup untuk mengeringkan dan semua pipa., saluran-saluran
harus terpasang pada tempatnya. Untuk mencegah mengeringnya plesteran sebelum waktunya
permukaan yang telah disiapkan harus dibasahi.
d. Pelaksanaan
Tebal plesteran rata-rata 1,5 cm, minimum 1 cm dan harus menghasilkan permukaan sesuai
persetujuan direksi. Harus dipasang adukan-adukan patokan untuk mendapatkan permukaan yang
rata. Plesteran diratakan dengan menggunakan alat kayu yang lurus, minimal panjangnya 1 m
(satu meter). Plesteran harus dibagi minimum 7 hari setelah dipasang. Jika plesteran sudah cukup
keras, harus secepatnya dibasahi untuk mencegah cacat. Pada keadaan cuaca kering dan panas
plesteran harus dilindungi terhadap pengeringan yang tidak merata atau berlebihan.
e. Memperbaiki dan membersihkan
Pemborong wajib memperbaiki plesteran dinding tersebut dengan bentuk memanjang, memakai
alat serta diplester kembali. Pekerjaan plester yang telah selesai harus bebas dari retak, noda dan
cacat lain. Pada waktu-waktu tertentu selama pelaksanaan, dan bila pekerjaan telah selesai,
semua plester yang tampak harus dibersihkan dari kotoran-kotoran akibat pekerjaan.
2.2.20 Pekerjaan Water Proofing
SPESIFIKASI TEKNIS OPTIMALISASI TPA KAB. MAMASA
Dinding dan dasar penampung yang berfungsi menampung air harus dilapisi water proofing dari type
yang tidak mengandung zat-zat kimia yang membahayakan air minimum. Dalam hal ini kontraktor harus
mengajukan sistem dan spesifikasi teknisnya untuk terlebih dahulu disetujui direksi.
2.3 PEKERJAAN PERPIPAAN
2.3.1 Persyaratan Teknis Perpipaan
a. Kecuali ditentukan lain oleh direksi, maka perpipaan yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah
dari jenis pipa PVC Standar SNI.
b. Sistem perpipaan terdiri dari 1 jenis, yaitu :
Perpipaan yang berfungsi mengalirkan air dalam satu kesatuan sistem perpipaan IPL secara
gravitasi.
c. Seluruh pipa dan fitting-accesories yang digunakan harus mengikuti standar-standar yang
berlaku untuk pipa air.
d. Coupling (sambungan pipa) yang digunakan adalah jenis sambungan dengan lem yang biasa
digunakan dalam pipa PVC.
e. Setiap pipa dan accesories yang digunakan harus jelas berisi informasi tentang :
- Jenis pipa
- Diameter pipa (mm)
- Tekanan pipa (bar)
- Nilai kekuatan pipa
- Merk
- Nomor produksi, tanggal dan tanda-tanda lain
- Sudut (derajat) dari fitting
f. Perforasi pada pipa penangkap/pengumpul dilaksanakan sesuai dengan gambar dengan alat yang
tidak akan merusak kekuatan pipa.
2.3.2 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan
a. Pada waktu pemasangan pipa harus diperhatikan benar-benar mengenai kedudukan pada peil
yang benar dan dasar pipa harus terletak rata.
b. Pemasangan pipa dimaksudkan untuk mengalirkan pipa antar bak/kolam sehingga harus adan
selisih beda tinggi antara pipa masuk dan pipa outlet dengan perbedaan minimal 5 cm.
c. Pemotongan pipa apabila benar-benar diperlukan dapat dilakukan kontraktor dengan
persetujuan pengawas dan harus dilakukan dan harus dilaksanakan dengan alat yang sesuai
untuk pipa yang dipakai.
2.4 PEKERJAAN GEOMEMBRAN
a. Geomembran yang digunakan merupakan bahan HDPE (high density polyethylene)
b. Ukuran ketebalan geomembrane HDPE adalah 3 mm.
c. Geomembrane yang digunakan berwarna hitam, dengan densitas 0,9 - 0,94 g/cm3, dengan
karbon hitam 2 – 3 %.
d. Bahan ini memiliki lebar bentang 2-8 meter dengan panjang 42 meter/sesuai pesanan
e. Strength at break : min 6 Kn/m, Tear resitence : min 20 N, Puncture resitence : min 60 N
menggunakan bahan baku bukan bahan daur ulang
SPESIFIKASI TEKNIS OPTIMALISASI TPA KAB. MAMASA
2.5 PEKERJAAN GEOTEXTILE
a. Bahan geotextile non woven harus mengikuti spesifikasi dibawah ini :
2.6 PENUTUP
a. Guna mendapatkan hasil yang baik, maka bagian-bagian yang nyata termasuk dalam pekerjaan
ini tetapi tidak dimasukkan atau disebutkan kata demi kata dalam Spesifikasi Teknis ini harus
diselenggarakan oleh pemborong dan disetujui oleh direksi teknis.
b. Hal-hal yang tidak tercantum dalam peraturan ini akan ditentukan lebih lanjut oleh Direksi atau
Pimpinan Kegiatan bilamana perlu diadakan perbaikan dalam peraturan ini.
c. Kontraktor diwajibkan membuat As Built Drawing sebagai Laporan Akhir dari pelaksanaan
kegiatan yang merupakan bagian dari Laporan Pekerjaan.

More Related Content

What's hot

Perencanaan Teknis IPLT - Unit Pengolahan Pemekatan
Perencanaan Teknis IPLT - Unit Pengolahan PemekatanPerencanaan Teknis IPLT - Unit Pengolahan Pemekatan
Perencanaan Teknis IPLT - Unit Pengolahan PemekatanJoy Irman
 
Perencanaan Teknis Jaringan Perpipaan Air Limbah Sistem Terpusat (SPAL-T)
Perencanaan Teknis Jaringan Perpipaan Air Limbah Sistem Terpusat (SPAL-T)Perencanaan Teknis Jaringan Perpipaan Air Limbah Sistem Terpusat (SPAL-T)
Perencanaan Teknis Jaringan Perpipaan Air Limbah Sistem Terpusat (SPAL-T)Joy Irman
 
Metoda mesjid al falah
Metoda mesjid al falahMetoda mesjid al falah
Metoda mesjid al falahJoe Miran
 
Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) - Pengumpulan Data
Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) - Pengumpulan DataRencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) - Pengumpulan Data
Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) - Pengumpulan DataJoy Irman
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Opsi Teknologi Sanitasi
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Opsi Teknologi SanitasiSistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Opsi Teknologi Sanitasi
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Opsi Teknologi SanitasiJoy Irman
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) - Sistem Setempat (SPAL-...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) - Sistem Setempat (SPAL-...Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) - Sistem Setempat (SPAL-...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) - Sistem Setempat (SPAL-...Joy Irman
 
Opsi Teknologi Air Limbah Domestik Sistem Setempat (On-Site)
Opsi Teknologi Air Limbah Domestik Sistem Setempat (On-Site)Opsi Teknologi Air Limbah Domestik Sistem Setempat (On-Site)
Opsi Teknologi Air Limbah Domestik Sistem Setempat (On-Site)Joy Irman
 
Komponen Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T)
Komponen Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T)Komponen Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T)
Komponen Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T)Joy Irman
 
Metode bab ii b galian dan urugan
Metode bab ii b galian dan uruganMetode bab ii b galian dan urugan
Metode bab ii b galian dan uruganMoe Hamzan
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lombok Utara
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lombok UtaraRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lombok Utara
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lombok UtaraPenataan Ruang
 
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Tahap Konstruksi Unit Pengolahan
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Tahap Konstruksi Unit PengolahanInstalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Tahap Konstruksi Unit Pengolahan
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Tahap Konstruksi Unit PengolahanJoy Irman
 
Referensi K3 Konstruksi Bangunan
Referensi K3 Konstruksi BangunanReferensi K3 Konstruksi Bangunan
Referensi K3 Konstruksi BangunanEndang Saefullah
 
Tahap Konstruksi SPAL - Unit Pengumpulan, Pemasangan Pipa Lateral
Tahap Konstruksi SPAL - Unit Pengumpulan, Pemasangan Pipa LateralTahap Konstruksi SPAL - Unit Pengumpulan, Pemasangan Pipa Lateral
Tahap Konstruksi SPAL - Unit Pengumpulan, Pemasangan Pipa LateralJoy Irman
 
Pemilihan Lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Pemilihan Lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)Pemilihan Lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Pemilihan Lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)Joy Irman
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Perencanaan Instalasi Pengola...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Perencanaan Instalasi Pengola...Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Perencanaan Instalasi Pengola...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Perencanaan Instalasi Pengola...Joy Irman
 
Landasan Hukum Pengelolaan Air Limbah
Landasan Hukum Pengelolaan Air LimbahLandasan Hukum Pengelolaan Air Limbah
Landasan Hukum Pengelolaan Air LimbahJoy Irman
 
Rest Stop Area KM 88 Tol Cipularang
Rest Stop Area KM 88 Tol CipularangRest Stop Area KM 88 Tol Cipularang
Rest Stop Area KM 88 Tol CipularangArief Budiman
 
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Aspek Pembiayaan dan Keuangan
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Aspek Pembiayaan dan KeuanganInstalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Aspek Pembiayaan dan Keuangan
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Aspek Pembiayaan dan KeuanganJoy Irman
 

What's hot (20)

Perencanaan Teknis IPLT - Unit Pengolahan Pemekatan
Perencanaan Teknis IPLT - Unit Pengolahan PemekatanPerencanaan Teknis IPLT - Unit Pengolahan Pemekatan
Perencanaan Teknis IPLT - Unit Pengolahan Pemekatan
 
Perencanaan Teknis Jaringan Perpipaan Air Limbah Sistem Terpusat (SPAL-T)
Perencanaan Teknis Jaringan Perpipaan Air Limbah Sistem Terpusat (SPAL-T)Perencanaan Teknis Jaringan Perpipaan Air Limbah Sistem Terpusat (SPAL-T)
Perencanaan Teknis Jaringan Perpipaan Air Limbah Sistem Terpusat (SPAL-T)
 
Metoda mesjid al falah
Metoda mesjid al falahMetoda mesjid al falah
Metoda mesjid al falah
 
Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) - Pengumpulan Data
Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) - Pengumpulan DataRencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) - Pengumpulan Data
Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) - Pengumpulan Data
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Opsi Teknologi Sanitasi
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Opsi Teknologi SanitasiSistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Opsi Teknologi Sanitasi
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Opsi Teknologi Sanitasi
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) - Sistem Setempat (SPAL-...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) - Sistem Setempat (SPAL-...Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) - Sistem Setempat (SPAL-...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) - Sistem Setempat (SPAL-...
 
Opsi Teknologi Air Limbah Domestik Sistem Setempat (On-Site)
Opsi Teknologi Air Limbah Domestik Sistem Setempat (On-Site)Opsi Teknologi Air Limbah Domestik Sistem Setempat (On-Site)
Opsi Teknologi Air Limbah Domestik Sistem Setempat (On-Site)
 
Komponen Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T)
Komponen Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T)Komponen Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T)
Komponen Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T)
 
Metode bab ii b galian dan urugan
Metode bab ii b galian dan uruganMetode bab ii b galian dan urugan
Metode bab ii b galian dan urugan
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lombok Utara
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lombok UtaraRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lombok Utara
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lombok Utara
 
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Tahap Konstruksi Unit Pengolahan
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Tahap Konstruksi Unit PengolahanInstalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Tahap Konstruksi Unit Pengolahan
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Tahap Konstruksi Unit Pengolahan
 
Referensi K3 Konstruksi Bangunan
Referensi K3 Konstruksi BangunanReferensi K3 Konstruksi Bangunan
Referensi K3 Konstruksi Bangunan
 
Tahap Konstruksi SPAL - Unit Pengumpulan, Pemasangan Pipa Lateral
Tahap Konstruksi SPAL - Unit Pengumpulan, Pemasangan Pipa LateralTahap Konstruksi SPAL - Unit Pengumpulan, Pemasangan Pipa Lateral
Tahap Konstruksi SPAL - Unit Pengumpulan, Pemasangan Pipa Lateral
 
1 spesifikasi teknis (st)
1 spesifikasi teknis (st)1 spesifikasi teknis (st)
1 spesifikasi teknis (st)
 
Pemilihan Lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Pemilihan Lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)Pemilihan Lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Pemilihan Lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Perencanaan Instalasi Pengola...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Perencanaan Instalasi Pengola...Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Perencanaan Instalasi Pengola...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Perencanaan Instalasi Pengola...
 
Landasan Hukum Pengelolaan Air Limbah
Landasan Hukum Pengelolaan Air LimbahLandasan Hukum Pengelolaan Air Limbah
Landasan Hukum Pengelolaan Air Limbah
 
Rest Stop Area KM 88 Tol Cipularang
Rest Stop Area KM 88 Tol CipularangRest Stop Area KM 88 Tol Cipularang
Rest Stop Area KM 88 Tol Cipularang
 
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Aspek Pembiayaan dan Keuangan
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Aspek Pembiayaan dan KeuanganInstalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Aspek Pembiayaan dan Keuangan
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Aspek Pembiayaan dan Keuangan
 
Spesifikasi teknis
Spesifikasi teknisSpesifikasi teknis
Spesifikasi teknis
 

Similar to OPTIMASI TPA MAMASA

Spesifikasi teknis Campuran Beraspal
Spesifikasi teknis Campuran BeraspalSpesifikasi teknis Campuran Beraspal
Spesifikasi teknis Campuran BeraspalAly Tenga
 
RKS infrastruktur perbaikan jalan lingkungan
RKS infrastruktur perbaikan jalan lingkunganRKS infrastruktur perbaikan jalan lingkungan
RKS infrastruktur perbaikan jalan lingkungangmtspotify
 
Spesifikasi teknis rujab
Spesifikasi teknis rujabSpesifikasi teknis rujab
Spesifikasi teknis rujablismansinauru
 
Spesifikasi teknis
Spesifikasi teknisSpesifikasi teknis
Spesifikasi teknisCipt4
 
Spek jalan
Spek jalanSpek jalan
Spek jalanTony Svy
 
dokumen.tips_spek-teknis-jalan-aspal.pdf
dokumen.tips_spek-teknis-jalan-aspal.pdfdokumen.tips_spek-teknis-jalan-aspal.pdf
dokumen.tips_spek-teknis-jalan-aspal.pdfArifFardila
 
Metode teknis dan flow chart of work
Metode teknis dan  flow chart of workMetode teknis dan  flow chart of work
Metode teknis dan flow chart of workZinet Yeha
 
Makalah tentang metode pelaksanaan gedung
Makalah tentang metode pelaksanaan gedungMakalah tentang metode pelaksanaan gedung
Makalah tentang metode pelaksanaan gedungMOSES HADUN
 
spektek-KUA KARAU KUALA.pdf
spektek-KUA KARAU KUALA.pdfspektek-KUA KARAU KUALA.pdf
spektek-KUA KARAU KUALA.pdfBendotPak
 
Spesifikasi teknis tpa morowali
Spesifikasi teknis tpa morowaliSpesifikasi teknis tpa morowali
Spesifikasi teknis tpa morowaliSetiyo Pambudi
 
Spesifikasi teknis tpa morowali
Spesifikasi teknis tpa morowaliSpesifikasi teknis tpa morowali
Spesifikasi teknis tpa morowaliSetiyo Pambudi
 
Spesifikasi teknis kontruksi jembatan
Spesifikasi teknis kontruksi jembatanSpesifikasi teknis kontruksi jembatan
Spesifikasi teknis kontruksi jembatanade_dudi
 

Similar to OPTIMASI TPA MAMASA (20)

Spektek garukgak boq
Spektek garukgak  boqSpektek garukgak  boq
Spektek garukgak boq
 
Spesifikasi teknis Campuran Beraspal
Spesifikasi teknis Campuran BeraspalSpesifikasi teknis Campuran Beraspal
Spesifikasi teknis Campuran Beraspal
 
RKS infrastruktur perbaikan jalan lingkungan
RKS infrastruktur perbaikan jalan lingkunganRKS infrastruktur perbaikan jalan lingkungan
RKS infrastruktur perbaikan jalan lingkungan
 
Spesifikasi teknis
Spesifikasi teknisSpesifikasi teknis
Spesifikasi teknis
 
Metode pelaksanaan kiru kiru
Metode pelaksanaan kiru kiruMetode pelaksanaan kiru kiru
Metode pelaksanaan kiru kiru
 
Spesifikasi teknis rujab
Spesifikasi teknis rujabSpesifikasi teknis rujab
Spesifikasi teknis rujab
 
03 spek teknis
03 spek teknis03 spek teknis
03 spek teknis
 
Spesifikasi teknis
Spesifikasi teknisSpesifikasi teknis
Spesifikasi teknis
 
Spek jalan
Spek jalanSpek jalan
Spek jalan
 
Metode rk3
Metode rk3Metode rk3
Metode rk3
 
dokumen.tips_spek-teknis-jalan-aspal.pdf
dokumen.tips_spek-teknis-jalan-aspal.pdfdokumen.tips_spek-teknis-jalan-aspal.pdf
dokumen.tips_spek-teknis-jalan-aspal.pdf
 
Rks lpmp sulsel 2017
Rks lpmp sulsel 2017Rks lpmp sulsel 2017
Rks lpmp sulsel 2017
 
2014 spesifikasi teknis
2014 spesifikasi teknis2014 spesifikasi teknis
2014 spesifikasi teknis
 
Metode teknis dan flow chart of work
Metode teknis dan  flow chart of workMetode teknis dan  flow chart of work
Metode teknis dan flow chart of work
 
Makalah tentang metode pelaksanaan gedung
Makalah tentang metode pelaksanaan gedungMakalah tentang metode pelaksanaan gedung
Makalah tentang metode pelaksanaan gedung
 
02 spek umum
02 spek umum02 spek umum
02 spek umum
 
spektek-KUA KARAU KUALA.pdf
spektek-KUA KARAU KUALA.pdfspektek-KUA KARAU KUALA.pdf
spektek-KUA KARAU KUALA.pdf
 
Spesifikasi teknis tpa morowali
Spesifikasi teknis tpa morowaliSpesifikasi teknis tpa morowali
Spesifikasi teknis tpa morowali
 
Spesifikasi teknis tpa morowali
Spesifikasi teknis tpa morowaliSpesifikasi teknis tpa morowali
Spesifikasi teknis tpa morowali
 
Spesifikasi teknis kontruksi jembatan
Spesifikasi teknis kontruksi jembatanSpesifikasi teknis kontruksi jembatan
Spesifikasi teknis kontruksi jembatan
 

Recently uploaded

Pertemuan kuliah 6 Reduksi data State.ppt
Pertemuan kuliah 6 Reduksi data State.pptPertemuan kuliah 6 Reduksi data State.ppt
Pertemuan kuliah 6 Reduksi data State.pptDAVIDSTEVENSONSIMBOL
 
undangan tahlil dan kirim doa pendak 1.doc
undangan tahlil dan kirim doa pendak 1.docundangan tahlil dan kirim doa pendak 1.doc
undangan tahlil dan kirim doa pendak 1.docLaelaSafitri7
 
TIPOLOGI BANGUNAN materi penjelasan minggu pertama
TIPOLOGI BANGUNAN materi penjelasan minggu pertamaTIPOLOGI BANGUNAN materi penjelasan minggu pertama
TIPOLOGI BANGUNAN materi penjelasan minggu pertamalitaseptiana2
 
POWER POINT BUNDEL HAIS PPTDALAM PELAKSANAAN DI PUSKESMAS
POWER POINT BUNDEL HAIS PPTDALAM PELAKSANAAN DI PUSKESMASPOWER POINT BUNDEL HAIS PPTDALAM PELAKSANAAN DI PUSKESMAS
POWER POINT BUNDEL HAIS PPTDALAM PELAKSANAAN DI PUSKESMASAfrilyakurniarezki
 
sagdjasgfjckasbkfjhsakjkadjvjnskdjvnjkdvnv
sagdjasgfjckasbkfjhsakjkadjvjnskdjvnjkdvnvsagdjasgfjckasbkfjhsakjkadjvjnskdjvnjkdvnv
sagdjasgfjckasbkfjhsakjkadjvjnskdjvnjkdvnvademahdiyyah
 
persentasi tentang modul ajar kelas lima kelas enam semster 2458902569-Modul-...
persentasi tentang modul ajar kelas lima kelas enam semster 2458902569-Modul-...persentasi tentang modul ajar kelas lima kelas enam semster 2458902569-Modul-...
persentasi tentang modul ajar kelas lima kelas enam semster 2458902569-Modul-...ahmadirhamni
 
kk eko junianto.pdf ada yang terjual tapi ngecer nggak bisa mijid nggak bisa ...
kk eko junianto.pdf ada yang terjual tapi ngecer nggak bisa mijid nggak bisa ...kk eko junianto.pdf ada yang terjual tapi ngecer nggak bisa mijid nggak bisa ...
kk eko junianto.pdf ada yang terjual tapi ngecer nggak bisa mijid nggak bisa ...achmadwalidi444
 

Recently uploaded (7)

Pertemuan kuliah 6 Reduksi data State.ppt
Pertemuan kuliah 6 Reduksi data State.pptPertemuan kuliah 6 Reduksi data State.ppt
Pertemuan kuliah 6 Reduksi data State.ppt
 
undangan tahlil dan kirim doa pendak 1.doc
undangan tahlil dan kirim doa pendak 1.docundangan tahlil dan kirim doa pendak 1.doc
undangan tahlil dan kirim doa pendak 1.doc
 
TIPOLOGI BANGUNAN materi penjelasan minggu pertama
TIPOLOGI BANGUNAN materi penjelasan minggu pertamaTIPOLOGI BANGUNAN materi penjelasan minggu pertama
TIPOLOGI BANGUNAN materi penjelasan minggu pertama
 
POWER POINT BUNDEL HAIS PPTDALAM PELAKSANAAN DI PUSKESMAS
POWER POINT BUNDEL HAIS PPTDALAM PELAKSANAAN DI PUSKESMASPOWER POINT BUNDEL HAIS PPTDALAM PELAKSANAAN DI PUSKESMAS
POWER POINT BUNDEL HAIS PPTDALAM PELAKSANAAN DI PUSKESMAS
 
sagdjasgfjckasbkfjhsakjkadjvjnskdjvnjkdvnv
sagdjasgfjckasbkfjhsakjkadjvjnskdjvnjkdvnvsagdjasgfjckasbkfjhsakjkadjvjnskdjvnjkdvnv
sagdjasgfjckasbkfjhsakjkadjvjnskdjvnjkdvnv
 
persentasi tentang modul ajar kelas lima kelas enam semster 2458902569-Modul-...
persentasi tentang modul ajar kelas lima kelas enam semster 2458902569-Modul-...persentasi tentang modul ajar kelas lima kelas enam semster 2458902569-Modul-...
persentasi tentang modul ajar kelas lima kelas enam semster 2458902569-Modul-...
 
kk eko junianto.pdf ada yang terjual tapi ngecer nggak bisa mijid nggak bisa ...
kk eko junianto.pdf ada yang terjual tapi ngecer nggak bisa mijid nggak bisa ...kk eko junianto.pdf ada yang terjual tapi ngecer nggak bisa mijid nggak bisa ...
kk eko junianto.pdf ada yang terjual tapi ngecer nggak bisa mijid nggak bisa ...
 

OPTIMASI TPA MAMASA

  • 1. SPESIFIKASI TEKNIS OPTIMALISASI TPA KAB. MAMASA SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN Spesifikasi Teknis untuk “Penyusunan DED Optimalisasi TPA Kabupaten Mamasa ” ini terdiri dari 3 (tiga) bagian utama, yaitu : • BAB 1 Spesifikasi Teknis Umum • BAB 2 Spesifikasi Teknis Pekerjaan Sipil
  • 2. SPESIFIKASI TEKNIS OPTIMALISASI TPA KAB. MAMASA BAB 1 SPESIFIKASI TEKNIS UMUM 1.1 URAIAN UMUM Berikut ini merupakan hal-hal umum yang harus diperhatikan sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan Penyusunan DED Optimalisasi TPA Kabupaten Mamasa. a. Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai, pemborong wajib mempelajari dengan seksama gambar kerja dan syarat pelaksanaan serta Berita Acara penjelasan pekerjaan. Selain itu pemborong wajib pula membuat metode kerja, jadwal pelaksanaan kerja (time schedule), daftar peralatan yang dimiliki serta personil yang terlibat dan harus mengikuti seluruh peraturan yang masih berlaku di Indonesia. b. Setelah pekerjaan selesai dilaksanakan, pemborong harus menyerahkan as built drawing (digambar pada kertas berukuran A3) kepada direksi. c. Pemborong diwajibkan melaporkan kepada direksi jika terjadi hal-hal berikut :  Ada perbedaan ukuran diantara gambar-gambar.  Ada perbedaan antara gambar kerja dan rencana kerja dan syarat-syarat (RKS) untuk mendapatkan keputusan. Tidak dibenarkan sama sekali bagi pemborong untuk memperbaiki sendiri perbedaan tersebut di atas. Akibat-akibat dari kelalaian pemborong dalam hal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemborong. d. Daerah kerja (construction area) akan diserahkan kepada pemborong (selama pelaksanaan) dalam keadaan seperti diwaktu pemberian kerja dan dianggap bahwa pemborong mengetahui benar- benar mengenai hal-hal berikut :  Letak bangunan yang akan dibangun.  Batas-batas persil/ kaveling maupun keadaannya pada waktu itu.  Keadaan kontur tanah. e. Pemborong wajib menyerahkaan pekerjaannya hingga selesai dan lengkap, yaitu :  Membuat (menyuruh membuat) memasang serta memesan maupun menyediakan bahan- bahan bangunan, alat-alat kerja dan pengangkutan.  Membayar upah kerja dan lain-lain yang bersangkutan dengan pelaksanaan. f. Pemborong wajib menyediakan sekurang-kurangnya 1 (satu) salinan gambar-gambar dan rencana kerja dan syarat-syarat (RKS) di tempat pekerjaan untuk dapat digunakan setiap saat oleh pemilik proyek dan direksi. g. Atas perintah direksi, kepada pemborong dapat dimintakan membuat gambar-gambar penjelasan dan perincian membuat bagian-bagian khusus, semuanya atas beban pemborong. Gambar tersebut setelah disetujui oleh direksi secara tertulis membuat gambar pelengkap dari pelaksanaan. h. Setiap pekerjaan yang akan dimulai pelaksanannya maupun yang sedang dilaksanakan, pemborong diwajibkan berhubungan dengan direksi, untuk ikut menyaksikan sejauh tidak ditentukan lain, untuk mendapatkan pengesahan/ persetujuan. i. Setiap usul perubahan dari pemborong ataupun persetujuan pengesahan dari direksi dianggap berlaku, sah serta mengikat jika dilakukan secara tertulis. j. Persyaratan bahan-bahan yang akan dipergunakan untuk pelaksanaan pekerjaan proyek ini, antara lain :
  • 3. SPESIFIKASI TEKNIS OPTIMALISASI TPA KAB. MAMASA  Bahan harus benar-benar baru dan diteliti mengenai mutu, ukuran dan lain-lain yang disesuaikan standar peraturan-peraturan yang dipergunakan di dalam RKS ini.  Semua bahan-bahan harus mendapat pengesahan/persetujuan dari direksi sebelum akan dimulai pelaksanaannya. k. Ketelitian dan kerapihan kerja dan sangat dinilai (bobotnya tinggi) oleh direksi, terutama yang menyangkut pekerjaan penyelesaian maupun perapihan (finishing works). l. Pengawasan terus menerus terhadap pelaksanaan penyelesaian/ perapihan, harus dilakukan oleh tenaga-tenaga dari pihak pemborong yang benar-benar ahli. m. Semua barang-barang yang tidak berguna selama pelaksanaan pembangunan harus dikeluarkan dari lapangan pekerjaan. n. Cara menimbun bahan-bahan di lapangan maupun di gudang harus memenuhi syarat teknis, dan dapat dipertanggungjawabkan. 1.2 PEKERJAAN PERSIAPAN a. Hal-hal lain yang perlu dilakukan oleh pemborong, yaitu :  Menyediakan kantor untuk pemborong sendiri, dengan luas ruangan minimal 6 x 10 m2 .  Membuka/ menyediakan fasilitas ruangan untuk para pemborong atau kontraktor-kontraktor khusus yang akan melaksanakan pekerjaan di luar lingkup pekerjaan. b. Gudang bahan-bahan serta tempat penimbunan material yang harus terlindung seperti pasir, besi beton, dan lain-lain dibuat secukupnya dan dapat dikunci. Khusus untuk gudang semen agar lantainya dibuat bebas dari kelembaban udara, minimal 30 cm di atas permukaan lantai plesteran. 1.2.1 Papan Nama Proyek a. Pemborong diwajibkan memasang papan nama proyek ditempat lokasi proyek dan dipancangkan di tempat yang mudah dilihat umum. b. Pemasangan papan nama proyek dilakukan pada saat dimulainya pelaksanaan proyek dan dicabut kembali setelah mendapat persetujuan pemilik proyek. c. Bentuk, ukuran, dan isi papan nama proyek akan ditentukan kemudian oleh direksi. d. Pemborong diwajibkan memasang pagar di sekeliling lokasi pekerjaan. e. Pagar proyek dibuat dari seng gelombang BJLS 32 dengan tiang kayu kelas 2 yang ditanam di atas pondasi batu kali setempat, bentuk ukuran dan finisihing pagar proyek selanjutnya diusulkan kepada direksi untuk mendapatkan persetujuan. f. Batas-batas pemindahan barang-barang tersebut di atas dikerjakan oleh pemborong atas biayanya. 1.2.2 Pembersihan dan Penebangan Pohon a. Pembersihan di luar batas lapangan pekerjaan ini tidak diberikan pembayaran kepada pemborong, kecuali pekerjaan semacam itu di atas permintaan direksi. Penebangan pohon dilakukan seperlunya, pohon-pohon rindang atau tanaman ornamen tertentu dipertahankan dari penebangan. b. Semua pohon-pohon, batang-batang pohon, akar-akar dan lain sebagainya yang ditebang harus dibongkar sampai kedalaman 50 cm di bawah permukaan lahan seperti tripping dan permukaan akhir (ditentukan oleh permukaan mana yang lebih rendah), dan bersama-sama dengan segala bentuknya harus dibuang pada tempat-tempat yang tampak dari tempat pekerjaan, menurut cara yang praktis yang telah disetujui direksi. c. Seluruh kerusakan, termasuk kerusakan pagar milik orang lain yang terjadi pada saat pembersihan harus diperbaiki oleh pemborong atas tanggung jawab sendiri. Pada pelaksanaan
  • 4. SPESIFIKASI TEKNIS OPTIMALISASI TPA KAB. MAMASA pembersihan, pemborong harus hati-hati untuk tidak mengganggu setiap patok-patok pengukur, atau tanda-tanda lainnya. d. Pekerjaan pembersihan terdiri dari pembersihan segala macam tumbuh-tumbuhan, pohon-pohon, semak-semak, tanaman lain, sampah-sampah dan bahan-bahan lain yang menggangu, termasuk pencabutan akar-akar, sisa-sisa konstruksi, sisa-sisa material dari sisa-sisa pekerjaan, dan hal-hal lainnya sehubungan dengan persiapan pelaksanaan pekerjaan berikutnya, kecuali bila direksi menentukan lain. 1.2.3 Pembuangan Tanah dan Sampah Material-material yang tidak dikehendaki (seperti sampah, sisa-sisa bahan, akar-akar dan lain-lain) atau tanah yang tidak diizinkan direksi untuk dipakai, harus disingkirkan/dibuang keluar daerah lokasi proyek, sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu jalannya pekerjaan atau lingkungan sekitarnya. 1.3 PELAKSANAAN PEIL, UKURAN TINGGI DAN UKURAN DASAR a. Sebelum pelaksanaan dimulai, pemborong diwajibkan mempelajari dengan seksama gambar- gambar, uraian dan syarat dan lain-lainnya. b. Pemborong diwajibkan melaporkan kepada direksi pelaksanaan,setiap ada perbedaan-perbedaan ukuran diantara gambar-gambar dan uraian dan syarat-syarat untuk mendapatkan keputusan. Tidak dibenarkan sama sekali bagi pemborong untuk memperbaiki sendiri perbedaan-perbedan tersebut di atas. Akibat-akibat dari kelalaian pemborong dalam hal ini, sepenuhnya menjadi tanggungjawab pemborong. c. Pemborong bertanggungjawab penuh atas tepatnya pelaksanaan pekerjaan menurut peil-peil dan ukuran-ukuran yang ditetapkan dalam gambar-gambar dan uraian dan syarat-syarat pelaksanaan ini. d. Setiap akan memulai suatu bagian pekerjaan, pemborong harus memberitahu direksi pelaksanaan, untuk diperiksa terlebih dahulu ketepatan peil, ukuran dan sebagainya. e. Mengingat setiap kesalahan baik peil maupun ukuran pada satu bagian pekerjaan akan selalu dapat mempengaruhi bagian-bagian pekerjaan/ selanjutnya, maka ketepatan peil dan ukuran tersebut mutlak perlu diperhatikan sungguh-sungguh. f. Kelalaian Pemborong dalam hal ini tidak akan ditolerir dan direksi pelaksanaan berhak memerintah untuk memperbaiki/ membongkar pekerjaan yang telah dilakukan atas beban pemborong. g. Pemborong diwajibkan senantiasa mencocokkan ukuran-ukuran satu sama lainnya dalam tiap bagian pekerjaan, dan segera melaporkan kepada direksi pelaksanaan setiap terdapat selisih/ perbedaan ukuran. Pemborong tidak dibenarkan untuk membetulkan sendiri kekeliruan tersebut tanpa persetujuan direksi pelaksanaan. h. Ketidakcocokan antara gambar dan keadaan di lapangan harus segera dilaporkan kepada direksi pelaksana untuk diperiksa.
  • 5. SPESIFIKASI TEKNIS OPTIMALISASI TPA KAB. MAMASA BAB 2 SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN SIPIL 2.1 PEKERJAAN GALIAN TANAH DAN URUGAN a. Galian harus dilaksanakan sampai kelandaian, garis dan ketinggian yang ditentukan dalam gambar atau diperintahkan oleh direksi dan harus meliputi pembuangan semua bahan-bahan yang ditemukan, termasuk tanah, batuan, batu bata, batu beton, pasangan batu dan bahan-bahan perkerasan jalan lama. b. Pekerjaan galian harus dilaksanakan dengan gangguan yang seminimal mungkin hadap bahan- bahan di bawah dan diluar batas galian. c. Apabila batuan, lapisan keras atau bahan-bahan keras lainnya ditemukan pada jalur selokan atau pada ketinggian tanah dasar untuk perkerasan dan bahu jalan, atau pada dasar parit pipa atau galian pondasi struktur maka bahan-bahan tersebut harus digali lebih dari 150 mm sampai suatu permukaan yang rata halus dan mantap. Tidak boleh ada tonjolan batuan ditinggalkan dari permukaan yang terbuka dan semua pecahan batu yang berdiameter lebih besar dari 150 mm harus dibuang. Profil galian yang ditentukan harus dicapai dengan bahan-bahan urugan kembali yang dipadatkan dan disetujui oleh direksi. 2.1.1 Pekerjaan Pengurugan Batu d. Material untuk pengurugan didapat dari jenis yang telah disetujui direksi akan dihamparkan berlapis-lapis dengan ketebalan perlapis 20 cm lalu dipadatkan. Untuk pekerjaan pemadatan ini, pemborong harus melaksanakan sedemikian rupa, sehingga kepadatan yang direncanakan dapat tercapai, dengan memperhatikan kadar air optimum dari material timbunan tersebut. e. Pengurugan batu dimaksudkan sebagai bahan filter, sehingga harus bersih dari lempung dan kotoran. f. Dalam kegitatan pengurugan tetap memperhatikan elevasi pipa air dan dilakukan secara perlahan sehingga tidak merusak pipa yang ada. 2.1.2 Urugan Pasir a. Urugan pasir harus disirami semua lantai atau plat dasar dengan stemper hingga padat. b. Urugan pasir dilakukan di bawah semua lantai atau plat dasar dengan tebal urugan sesuai dengan gambar, termasuk lantai rabat, sehingga diperoleh peil-peil yang dikehendaki. c. Urugan pasir dilakukan juga pada bekas galian pondasi sebelah dalam bangun dengan ketebalan sesuai dengan gambar rencana, dan di bawah pondasi, pipa dan lain-lain sesuai dengan gambar. 2.2 PEKERJAAN BETON 2.2.1 Umum Pekerjaan beton harus dilaksanakan sesuai dengan persyaratan-persyaratan yang tercantum di dalam Peraturan Beton Inonesia (PBI NI-2 1971). Pemborong harus melaksnakan pekerjaannya dengan ketepatan dan ketelitian yang tinggi menurut spesifikasi gambar kerja dan instruksi-instruksi dari direksi pelaksnaan. Direksi pelaksanaan berhak untuk memeriksa/ mengawasi setiap pekerjaan yang dilakukan oleh pemborong. Direksi pelaksanaan berhak untuk melakukan pemeriksaan, dan setiap kegagalan direksi pelaksanaan tidak membebaskan pemborong dari tanggungjawabnya. Semua pekerjaan- pekerjaan yang jelek atau tidak memenuhi uraian dan syarat-syarat peleksanaan (spesifikasi) harus dibongkar dan diganti dari yang ditentukan (contoh) dan harus disetujui direksi pelaksanaan sebelum dipakai. Direksi pelaksanaan akan menyimpan contoh-contoh yang telah disetujui sebagai standar untuk memeriksa selanjutnya. Semua material yang tidak disetujui direksi harus segera dikeluarkan dari tempat pekerjaan atas biaya pemborong.
  • 6. SPESIFIKASI TEKNIS OPTIMALISASI TPA KAB. MAMASA 2.2.2 Material Semua material harus mempunyai kualitas yang terbaik dan memenuhi syarat PBI 1971. Pemborong harus menyediakan contoh dari material-material yang akan digunakan untuk menghasilkan beton, untuk dimintakan persetujuan dari direksi, dan tidak boleh memesan/ mengirim dahulu sebelum persetujuan diberikan. Direksi akan menyimpan contoh-contoh yang telah disetujui sebagai standar, dengan maksud untuk memeriksa/ mencocokkan pengiriman-pengiriman selanjutnya. Pemborong tidak diizinkan mengirimkan material-material dengan perbedaan yang besar dari standar sampel tanpa persetujuan dari direksi. Semua material yang ditolak oleh direksi harus segera dikeluarkan dari tempat pekerjaan atas biaya pemborong. 2.2.3 Semen a. Semen yang digunakan adalah jenis Portland Cement type I yang memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam N.I.8 1972 dan Standard Industri Indonesia (SII 0013-81). Semen harus diperoleh dari satu pabrik yang telah disetujui direksi dan dikirimkan ke tempat pekerjaan dengan kantong tersegel dan utuh. Bila karena sesuatu hal terpaksa menggunakan semen dari pabrik lain, harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari direksi, merk semen tersebut setarap dengan Tiga Roda. b. Bila direksi menganggap perlu pemborong harus mengirimkan surat pernyataan dari pabrik yang menyertakan tipe, kualitas dari semen beserta manufacture's test certificate yang menyatakan memenuhi semua syarat-syarat yang ditentukan N.I.8. Semen yang menggumpal, sweeping atau kantong yang robek/ rusak ditolak untuk disegel. c. Semen harus disimpan dalam gudang/ silo dengan ventilasi yang cukup dan tidak bocor, serta diletakkan di atas lantai yang ditinggikan minimal 30 cm dari tanah. Kantong-kantong semen tidak diperbolehkan ditumpuk/ ditimbun melebihi 2 (dua) meter dan setiap pengiriman diberi tanda pengenal sehingga dapat dipakai sesuai dengan tanggal pengiriman. d. Pemborong harus mengirimkan laporan dari pengujian-pengujian semen di laboratorium kepada direksi secara rutin. Laboratorium yang ditunjuk untuk pengetesan tersebut, terlebih dahulu harus disetujui direksi. 2.2.4 Agregat Halus (Pasir) a. Agregat halus untuk pekerjaan beton yang akan dipakai pada proyek ini harus sesuai dengan persyaratan pada PBI atau ASTM. b. Klasifikasi dan gradasi agregat halus sebagai berikut : Ukuran ayakan (US standard sieve) Lolos, % No. 4 100% No. 8 92 – 100 % No. 16 65 - 85 % No. 30 35 – 55 % No. 50 15 – 30 % No. 100 0 – 12 % No. 200 % c. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% (ditentukan terhadap kering), dan yang diartikan dengan lumpur adalah bagian-bagian yang dapat melalui ayakan 0,063 mm atau ayakan No. 200 bila test sesuai dengan ASTM C 117. d. Agregat halus harus bersih dan bebas dari segala macam kotoran baik dalam organis lumpur, tanah, karang, garam dan sebagainya. pasir laut sama sekali tidak boleh dipergunakan.
  • 7. SPESIFIKASI TEKNIS OPTIMALISASI TPA KAB. MAMASA e. Pemborong harus mengajukan contoh agregat halus yang akan dipergunakan untuk mendapatkan persetujuan direksi. Tes-tes yang harus dilakukan terhadap contoh di atas berupa:  test gradasi sesuai dengan ASTM C 136  test abrou-holder (larutan NaOH)  test-test lainnya bila memang dianggap perlu oleh direksi f. Bahan agregat halu harus disimpan di tempat bersih, keras permukaannya dan dicegah supaya tidak terjadi pengotoran dan pencampuran satu sama lain. g. Persyaratan-pesyaratan agregat halus di atas dari ayat a s/d f berlaku juga untuk beton ready mix. 2.2.5 Agregat Kasar (Kerikil atau Koral) a. Agregat kasar untuk pekerjaan beton yang akan dipakai pada proyek ini harus sesuai dengan persyaratan pada PBI 1971 atau ASTM. b. Klasifikasi dan gradasi agregat kasar sebagai berikut : Agregat kasar type A1 : (besar) Ukuran ayakan (US standard sieve) Lolos, % 1 Inch 100% 3/4 Inch 90 - 98 % 1/2 Inch 30 - 45 % 3/8 Inch 0 - 10 % No. 4 0 - 5 % Agregat kasar type A2 : (medium) Ukuran ayakan (US standard sieve) Lolos, % 1/2 Inch 100% 3/8 Inch 90 - 98 % No. 4 30 - 45 % No. 8 0 - 10 % c. Agregat tersebut tidak mengandung lumpur melebihi dari 1% (ditentukan terhadap berat kering). yang diartikan dengan lumpur adalah bagian-bagian yang dapat lolos melalui ayakan 0,063 mm atau ayakan no. 200 bila ditest sesuai dengan ASTM C 117. Apabila kadar lumpur melampaui 1% maka agregat kasar harus dicuci. d. Agregat kasar harus terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tidak berpasir. Agregat kasar yang mengandung butir-butir pipih hanya dapat dipakai bila butir-butir pipih tersebut tidak melampaui 20% dari berat agregat seluruhnya. Yang dimaksud butir agregat pipih adalah perbandingan antara lebar dengan tebalnya lebih besar dari pada 3 (tiga). Butir-butir agregat kasar harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh-pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan hujan. e. Pemborong harus mengajukan contoh agregat kasar yang akan dipergunakan untuk dapat persejutuan direksi. Test-test yang harus dilakukan terhadap contoh di atas berupa:  test dengan mesin sesuai dengan ASTM C 131 Resistance to abrasion of small size coarse  test gradasi sesuai dengan ASTM A 136  test gradasi untuk kadar lumpur sesuai dengan ASTM C 117
  • 8. SPESIFIKASI TEKNIS OPTIMALISASI TPA KAB. MAMASA  test-test lainnya bila dianggap perlu dan semuanya menjadi tanggungjawab pemborong f. Agregat tersebut harus disimpan di tempat yang saling terpisahkan di permukaan tanah yang bersih, padat serta kering dan harus dicegah terhadap pengotoran dan pencampuran g. Persyaratan-persyaratan agregat kasar di atas dari ayat a s/d g berlaku juga untuk beton ready mix. 2.2.6 Baja Tulangan a. Bahan Baja tulangan yang dipakai adalah minimal harus sesuai dengan PBI-1971. Mutu, ukuran dan jenis tersebut di atas adalah sebagai berikut : Diameter Jenis Batang Mutu α au (0,2) Lebih kecil atau sama dengan (<) 12 mm Polos U.24 2.400 kg/cm2 Lebih besar atau sama dengan (>) 12 mm Profil U.39 3.900 kg/ cm2 Keterangan : α au = Tegangan lelah karakteristik 0,2 = Tegangan karakteristik yang memberikan tegangan tetap 0,2%. Baja tulangan yang dipakai adalah setaraf produksi Krakatau Steel. Kawat beton : Kawat pengikat baja tulangan harus terbuat dari baja lunak dengan diameter minimal 1 mm yang telah dipijarkan terlebih dahulu, dan tidak bersepuh seng. b. Penggantian diameter  Penggantian dengan diameter lain, hanya diperkenankan atas persetujuan tertulis dari direksi.  Bila penggantian disetujui maka luas penampang yang diperlukan tidak boleh kurang dari yang tercantum dalam gambar atau perhitungan.  Biaya yang diakibatkan oleh penggantian tulangan terhadap yang ada gambar sejauh bukan kesalahan gambar adalah tanggungan pemborong. c. Pelaksanaan  Baja dan kawat seperti dimaksud di atas harus bebas dari kotoran-kotoran, karat, cat, kulit giling serta bahan lain yang akan mengurangi daya lekat terhadap beton.  Membengkok akan meluruskan baja tulangan harus dilakukan dalam keadaan dingin serta dipotong dan dibengkokkan sesuai dengan gambar.  Semua tulangan harus dipasang dengan posisi yang tepat sehingga tidak berubah tempat atau bergeser sebelum dan selama pengecoran. Selimut tulangan minimum 3 cm.  Sambungan dan panjang lawatan baja tulangan harus sesuai buku pedoman perencanaan untuk struktur beton bertulang biasa dan struktur tembok bertulang untuk gedung 1983.  Baja tulangan yang tidak memenuhi syarat harus segera dikeluarkan dari lapangan dalam waktu 24 jam setelah ada perintah tertulis dari direksi.  Penyambungan tulangan dengan diameter lebih besar atau sama dengan 20 mm baik untuk kolom maupun balok, setiap panjang 6 m selang seling dilakukan sesuai dengan buku pedoman perencanaan untuk struktur tembok bertulang untuk gedung 1983. d. Penyimpanan Penyimpanan besi beton dimaksudkan untuk mencegah terjadinya karat, dengan cara meletakkannya di atas papan atau balok kayu sehingga tidak langsung di atas tanah, untuk penyimpanan waktu lama maka besi beton harus disimpan di bawah atap. e. Tes dan sertifikat
  • 9. SPESIFIKASI TEKNIS OPTIMALISASI TPA KAB. MAMASA  Untuk mendapatkan jaminan atas kualitas atau mutu baja tulangan sesuai dengan RKS ini, maka pada saat pemesanan baja tulangan pemborong harus menyerahkan sertifikat resmi dari laboratorium.  Setiap jumlah pengiriman 20 ton baja tulangan harus diadakan test periodik minimal 3 contoh untuk setiap diameter batang baja tulangan. Pengambilan contoh baja tulangan akan ditentukan oleh direksi.  Semua pengetesan tersebut di atas, harus dilakukan di laboratorium Lembar Uji Konstruksi BPPT (LUK BPPT) Serpong atau Laboratorium lainnya yang direkomendasi oleh direksi dan minimal sesuai dengan standar/peralatan lain yang setaraf.  Semua biaya pengetesan tersebut ditanggung oleh pemborong. 2.2.7 Pekerjaan Pengisi Dilatasi (Bila Diperlukan) Bahan untuk pengisisan dilatasi dipergunakan bahan setaraf sikaflexla atau feabseal 2 part dengan spesifikasi teknis sebagai berikut : a. Bahan untuk pengisian delatasi (joint delatation) Warna : Abu-abu Elastisitas: Permanen Kekerasan: Shore A durometer 28 kurang lebih 5 Sifat perekatan pada beton tetap baik dalam jarak suhu 20 sampai 60 derajat celcius. Tahan terhadap asam, alkali, lemak dan bahan yang berasal dari Hydrocarbon. Memenuhi standar : DIN 18540 BS 4252 : 1967, BS 5 : 1980 JIS A 5757 b. Setelah plat lantai beton maupun plat atap menjadi kering, maka lobang delatasi segera dibersihkan dari segala macam kotoran c. Pasang back up material (stirr up foam) d. Pasang masking tape pada sisi beton e. Priming dengan sika primer f. Selanjutnya bahan delatasi ini dimasukkan ke dalam lubang tersebut dengan mengikuti petunjuk dari pabriknya g. Disarankan agar pemasangan dikerjakan oleh licenced applicator. 2.2.8 Bahan Campuran Tambahan a. Penggunaan bahan campuran beton hanya seizin direksi dan harus sesuai dengan pasal 3.8 bab 2 PBI 1971 dan ASTM C 494 Chemical Admixtures for Concrete b. Bahan campuran beton yang dipakai hanya type A dan D dan sesuai ASTM C 494. 2.2.9 Air Air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali, garam- garam, bahan-bahan organis dan bahan-bahan lain yang merusak beton atau baja tulangan. Dalam hal ini sebaiknya dipakai air bersih yang dapat diminum. 2.2.10 Mutu Beton Mutu beton yang dipergunakan adalah: Pelat Lantai/Slab : K - 250 Kg/cm2 Pelat Dinding/Wall : K – 250 Kg/cm2 Beton Pada Pekerjaan Talud : K – 225 Kg/cm2 Beton Untuk Lantai Kerja : K – 125 Kg/cm2 Untuk menjamin kestabilan mutu beton, dianjurkan memakai beton ready mixed.
  • 10. SPESIFIKASI TEKNIS OPTIMALISASI TPA KAB. MAMASA 2.2.11 Rencana Campuran Beton (Concrete Mix Design) a. Lima minggu sebelum pekerjaan pengecoran beton dimulai, pemborong harus membuat design procedure dan prelimary test atas biaya sendiri untuk mendapatkan mutu seperti yang disyaratkan. campuran harus menggunakan perbandingan berat antara semen, pasir, kerikil, dan air. b. Perencanaan campuran hendaknya mengikuti persyaratan PBI ayat 4.6. dan dievaluasi kekuatan karakteristiknya menurut ayat 4.5. c. Bilamana karena sesuatu hal sumber atau kualitas dari semen dan/atau agregat diganti, maka harus dicari lagi campuran yang baru sehingga tetap memenuhi syarat, sesuai ayat-ayat di atas. d. Dalam hal dipakai beton beton ready mix, maka semua syarat-syarat dalam standard spesification for ready mixed concrete AASHTO designation H. 157-74 harus dipenuhi. 2.2.12 Pengujian Beton dan Peralatannya a. Pemborong harus menyediakan alat-alat yang diperlukan dan tempat untuk melakukan percobaan berikut:  Slump test  Test specimens  Cetakan-cetakan baja untuk membuat kubus-kubus beton  Tes kadar lumpur Pemborong juga menyediakan peralatan untuk menentukan moisture content dari agregat halus, timbangan dan alat lain. Alat yang perlu untuk melakukan percobaan-percobaan berikut. b. Pengujian slump dilakukan segera setelah beton keluar dari mixer minimum 5 cm dan maksimum 10 cm untuk campuran koral beton dan maksimum 12 cm untuk campuran dengan crushed stones. c. Atas biaya sendiri pemborong harus membuat, merawat dan mengangkut semua test specimens ke laboratorium yang ditentukan/disetujui oleh direksi pelaksanan untuk dilakukan compresion test pada 7 hari, 14 hari, dan 28 hari. d. Setiap kubus test harus bersih dan ditandai secara tetap dengan nomor kode dan hari pembuatan, bersama-sama dengan tanda dari bagian pekerjaan mana sample diambil. Sistem dari pengukuran dan penandaan dari kubus akan ditentukan oleh direksi pelaksanaan. e. Pemborong harus memberikan material untuk pembuatan sample, dari semua test yang diperlukan pada bagian ini dalam spesifikasi. Kontraktor harus menyampaikan semua hasil test tersebut kepada direksi secara rutin. Segala hal biaya yang menyangkut pengetesan tersebut adalah biaya kontraktor. 2.2.13 Beton Bertulang 2.2.13.1 Kekuatan dan Penggunaan Beton a. Beton struktural Meliputi beton konstruksi plat atas, dinding dan plat dasar. Untuk mencapai mutu Beton, Pemborong wajib membuat adukan sesuai dengan proporsi trial mix yang disetujui. b. Beton non struktural  Beton dengan dengan mutu K.125 Kg/cm2 digunakan sebagai beton lantai kerja, tidak dicor ke dalam cetakan. meliputi beton lantai kerja, tebal 5 cm, tidak dicor ke dalam cetakan K adalah tegangan tekan hancur karakteristik untuk kubus beton 15 x 15 x 15 cm pada usia 28 hari. Evaluasi penentuan karakteristik ini digunakan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam PBI 1971.
  • 11. SPESIFIKASI TEKNIS OPTIMALISASI TPA KAB. MAMASA 2.2.13.2 Pengadukan Semua pengadukan beton harus dilakukan dengan mesin pengaduk yang berkapasitas minimal 300 Liter dan pelaksanaannya dengan membuat takaran campuran sesuai dengan Job Mix yang ada. a. Bahan  Untuk penyelesaian beton exposed harus dibuat dari plywood dengan tebal 12 mm dan dapat dipakai untuk 2 kali pengecoran beton. Plywood ini diberi perkuatan kaso 5/7 untuk menjaga kestabilan dari bekisting tersebut.  Lain-lain jenis tersebut diatas harus dengan persetujuan direksi  Untuk acuan beton yang tertutup finishing harus dibuat dari kayu klas II tebal sesuai kebutuhan dan dapat dipakai untuk 2 kali pengecoran beton, acuan ini diberi penguat kaso 5/7 untuk menjaga kestabilan dari bekisting tersebut.  Untuk bekisting (acuan) tersebut, apabila diperlukan direksi dapat meminta kontraktor menghitungnya dan kemudian disetujui direksi. b. Konstruksi  Bekisting-bekisting tidak boleh bocor dan cukup kaku mencegah pergeseran atau perubahan/ kelongsoran penyangga. Permukaan bekisting halus halus dan rata, tidak boleh melendut atau cekung. Sambungan-sambungan bekisting harus diusahakan agar lurus dan rata dalam arah horisontal dan vertikal.  Tiang penyangga anti lendutan (cambres) harus dibuat sebaik mungkin dan mampu menunjang seperti yang dibutuhkan, tanpa adanya kerusakan atau overstress ataupun pergeseran tempat pada bagian konstruksi yang dibebani.  Struktur dari tiang-tiang penyangga harus ditempatkan pada posisi sedemikian rupa, sehingga konstruksi ini benar-benar kuat dan kaku untuk menunjang berat sendiri dan beban-beban yang berada di atasnya selama pelaksanaan.  Kecuali detail-detail yang berlainan pada gambar, bekisting untuk semua balok dan pelat lantai dilaksanakan dengan mengikuti anti lendut ke atas sebagai berikut :  Semua balok atau/dan pelat lantai 0,2% lebar bentang pada tengah-tengah bentang. Semua balok cantilever dan pelat lantai 0,4% dari bentang, dihitung dari ujung bebas. c. Baut Baut-baut tie rod yang diperlukan untuk ikatan-ikatan dalam beton harus diatur sedemikian rupa sehingga bila bekisting dibongkar kembali, maka semua besi tulangan akan berada 4 cm dari permukaan beton. Kawat pengikat tidak diizinkan pada beton exposed yang akan berhubungan langsung dengan keadaan alam, dimana dapat menimbulkan warna yang tidak merata. Semua bekisting harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menggunakan paku tanpa merusak beton. d. Pembersihan Semua bekisting harus dibersihkan sebelum dipergunnakan. Pekerjaan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak akan terjadi kemungkinan adanya beton yang keropos dan lain-lain kerusakan/cacat pada beton. Segera sebelum beton dicor pada beberapa bagian dari bekisting, bagian dalam dari bagian itu harus dibersihkan dari semua material lain, termasuk air. Tiap-tiap bagian dari bekisting, bagian-bagian yang struktural harus diperiksa oleh direksi pelaksanaan segera sebelum beton dicor di bagian itu. Khusus untuk acuan kolom dan dinding beton atau balok- balok tinggi, pada tepi bawahnya harus dibuat bukaan atau dua sisinya untuk mengeluarkan kotoran yang mungkin terdapat pada dasar kolom/dinding tersebut. Bukaan ini boleh ditutup setelah diperiksa dan disetujui oleh direksi pelaksanaan. e. Pelapisan (coating) Sebelum pemasangan besi beton bertulang bekisting yang dipergunakan untuk beton yang tidak diplester lagi (exposed concrete) harus dilapisi dengan minyak yang tidak meninggalkan bekas
  • 12. SPESIFIKASI TEKNIS OPTIMALISASI TPA KAB. MAMASA pada beton. Bekisting untuk beton biasa (yang perlu diplester lagi permukaannya) harus dibasahi air dengan seksama sebagai pengganti minyak sebelum beton dicor. f. Pembongkaran Bangunan tidak boleh mengalami perubahan bentuk, kerusakan atau pembebanan yang melebihi beban dengan rencana pembongkaran bekisting pada beton. Pertanggungjawaban atas keselamatan pada waktu pembongkaran tiap bagian bekisting atau penyangga berada dipihak pemborong. g. Waktu minimum untuk pembongkaran bekisting. Waktu minimum dari saat selesainya pengecoran beton sampai dengan pembongkaran bekisting dari bagian-bagian struktur ditentukan dari percobaan kubus benda uji yang memberikan kuat desak minimum sebagai berikut: Bagian struktur Waktu minimum pembongkaran bekisting (hari) - Sisi balok dan dinding 1 - Penyanggah pelat lantai 21 - Penyanggah balok 21 2.2.14 Pembuatan Beton dan Peralatannya a. Pemborong bertanggungjawab seluruhnya atas pembuatan campuran beton yang baik/ unform dan memenuhi syarat-syarat yang ditentukan. Untuk memenuhi syarat-syarat ini, pemborong atas biaya sendiri harus menyediakan dan menggunakan, mesin pencampur beton (beton molen) yang baik, volumetric system untuk mengukur air dengan tepat yang disetujui direksi. b. Pengaturan untuk pengangkutan, penimbangan dan pencampuran material-material harus dengan persetujuan direksi. c. Mencampur beton dengan tidak menggunakan perbandingan berat (timbangan), tidak diperbolehkan. d. Mixer harus betul-betul kosong sebelum menampung/menerima material untuk adukan selanjutnya, harus dibersihkan dan dicuci bila mixer tidak dipakai lebih lama dari 30 menit dan pada setiap akhir pekerjaan. Mixer juga harus dibersihkan dan dikosongkan lebih dulu, bila beton yang akan dibuat berbeda mutunya. e. Pencampuran kembali dari beton yang sebagian sudah terjatuh/mengeras tidak diizinkan. Demikian juga penambahan air pada adukan beton yang sudah jadi (dari hasil mixer) dengan tujuan memudahkan pengerjaan dan sebagainya tidak diizinkan. 2.2.15 Penolakan Pekerjaan Beton a. Direksi berhak menolak pekerjaan yang tidak memenuhi syarat. Pemborong harus mengganti atau memperbaiki/membongkar pekerjan beton yang tidak memenuhi syarat, atas biaya sendiri, sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh direksi pelaksanaan. b. Percobaan compressive strength dari pengujian kubus harus memenuhi syarat sebagai berikut :  Sr adalah deviasi standard rencana.  Tidak boleh lebih dari 1 (satu) nilai diantara 20 nilai hasil pemeriksaan benda uji berturut-turut, terjadi kurang dari α' bk.  Tidak boleh satupun rata-rata dari 4 hasil pemeriksaan benda uji berturut-turut, terjadi kurang dari (α' bk + 0,82 Sr).
  • 13. SPESIFIKASI TEKNIS OPTIMALISASI TPA KAB. MAMASA  Selisih antara nilai tertinggi dan terendah diantara 4 (empat) hasil pemeriksaan benda uji berturut-turut tidak boleh lebih besar dari 4,3 Sr.  Dalam segala hal, hasil pemeriksaan 20 benda uji berturut-turut harus memenuhi (α' bk = α' bm - 1,64 Sr). c. Bila compressive strength test dari kelompok kubus test gagal memenuhi syarat di atas, maka direksi pelaksanaan akan menolak semua pekerjaan-pekerjaan beton dari kubus-kubus tersebut diambil. 2.2.16 Perawatan a. Beton baru harus dilindungi dari hujan lebat, aliran dan dari kerusakaan yang disebabkan oleh alat- alat. Semua beton hendaknya selalu dalam keadaan basah, selama paling sedikit 7 hari, dengan cara menyiramkan air pada pipa yang berlubang atau cara lain yang menjadikan bidang permukaan beton itu selalu dalam keadaan basah. b. Bekisting kayu dibiarkan tinggal agar beton itu tetap basah selama perawatan untuk mencegah retak pada sambuungan dan pengeringan beton yang terlalu cepat. Air yang dipergunakan untuk perawatan harus bersih dan sama sekali bebas dari unsur-unsur kimia yang dapat menyebabkan kerusakan atau perubahan warna pada beton. 2.2.17 Cacat pada Beton Meskipun hasil pengujian kubus-kubus memuaskan, pemberi tugas mempunyai wewenang untuk menolak konstruksi beton yang cacat seperti berikut : a. Konstruksi beton yang sangat keropos. b. Konstruksi beton tidak sesuai dengan bentuk yang direncanakan atau posisinya tidak seperti yang ditunjukkan oleh gambar. c. Konstruksi beton yang tidak tegak lurus atau rata seperti yang direncanakan. d. Konstruksi beton yang berisikan kayu atau benda lainnya. 2.2.18 Pekerjaan Pasangan Bata a. Semen Semen yang dipakai untuk pekerjaan pasangan harus mempunyai kualitas yang sama seperti semen untuk pekerjaan beton lihat 2.2.3. b. Pasir Pasir untuk pekerjaan pasangan harus memenuhi persyaratan PUBB - N.I.3. c. Air Air yang digunakan untuk pekerjaan pasangan harus sama dengan pekerjaan beton. d. Jenis adukan Campuran Untuk 1 pc : 2 psr pasangan trasram, dinding luar dan plesteran luar bangunan 1 pc : 4 psr pasangan biasa (dinding dalam) 1 pc : 3 psr pasangan dalam bangunan - Cara mengaduk
  • 14. SPESIFIKASI TEKNIS OPTIMALISASI TPA KAB. MAMASA Adukan harus dilaksanakan dengan mixer. Adukan yang dimulai mengeras tidak boleh digunakan. a. Batu bata Batu bata yang digunakan adalah batu bata tanah liat bisa produksi setempat ukuran nominal sesuai persetujuan direksi. Pembakaran bata harus sempurna, sisi-sisi batu bata harus tanpa retak- retak dan campuran kotoran. Ukuran batu bata harus seragam sesuai dengan AV. Kerusakan akibat pengangkutan tidak boleh melebihi 20% bila ternyata persentase kerusakan di atas angka tersebut maka pengiriman batu bata tersebut dibatalkan/tidak diterima. b. Pekerjaan dinding  Bahan Untuk semua pekerjaan dinding digunakan batu bata seperti disyaratkan dalam 2.2.22.  Adukan Adukan rapat air 1 pc : 4 pasir dilaksanakan untuk :  Semua dinding bata pada pekerjaan bak kontrol 2.2.19 Pekerjaan Plesteran a. Bahan P.C., pasir dan air harus memenuhi persyaratan seperti yang telah disebut dalam ayat 2.2.3. ayat 2.2.4. dan ayat 2.2.9. dalam RKS ini. b. Perbandingan adukan Adukan biasa 1 P.C : 4 pasir untuk pasangan batu bata dan adukan kuat 1 P.C : 3 pasir untuk pasangan batu bata trastram dengan tebal plesteran 15 mm. Untuk adukan-adukan  Plesteran beton 1 pc : 2 pasir  Siar batu kali 1 pc : 2 pasir  Plesteran batu kali 1 pc : 3 pasir Pengadukan dilakukan dalam keadaan kering sehingga benar-benar rata sebelum diberi air, semua pasangan harus ditambah bahan-bahan anti pensusutan (anti shrinkage). c. Persiapan permukaan Permukaan dinding bata harus diberi cukup untuk mengeringkan dan semua pipa., saluran-saluran harus terpasang pada tempatnya. Untuk mencegah mengeringnya plesteran sebelum waktunya permukaan yang telah disiapkan harus dibasahi. d. Pelaksanaan Tebal plesteran rata-rata 1,5 cm, minimum 1 cm dan harus menghasilkan permukaan sesuai persetujuan direksi. Harus dipasang adukan-adukan patokan untuk mendapatkan permukaan yang rata. Plesteran diratakan dengan menggunakan alat kayu yang lurus, minimal panjangnya 1 m (satu meter). Plesteran harus dibagi minimum 7 hari setelah dipasang. Jika plesteran sudah cukup keras, harus secepatnya dibasahi untuk mencegah cacat. Pada keadaan cuaca kering dan panas plesteran harus dilindungi terhadap pengeringan yang tidak merata atau berlebihan. e. Memperbaiki dan membersihkan Pemborong wajib memperbaiki plesteran dinding tersebut dengan bentuk memanjang, memakai alat serta diplester kembali. Pekerjaan plester yang telah selesai harus bebas dari retak, noda dan cacat lain. Pada waktu-waktu tertentu selama pelaksanaan, dan bila pekerjaan telah selesai, semua plester yang tampak harus dibersihkan dari kotoran-kotoran akibat pekerjaan. 2.2.20 Pekerjaan Water Proofing
  • 15. SPESIFIKASI TEKNIS OPTIMALISASI TPA KAB. MAMASA Dinding dan dasar penampung yang berfungsi menampung air harus dilapisi water proofing dari type yang tidak mengandung zat-zat kimia yang membahayakan air minimum. Dalam hal ini kontraktor harus mengajukan sistem dan spesifikasi teknisnya untuk terlebih dahulu disetujui direksi. 2.3 PEKERJAAN PERPIPAAN 2.3.1 Persyaratan Teknis Perpipaan a. Kecuali ditentukan lain oleh direksi, maka perpipaan yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah dari jenis pipa PVC Standar SNI. b. Sistem perpipaan terdiri dari 1 jenis, yaitu : Perpipaan yang berfungsi mengalirkan air dalam satu kesatuan sistem perpipaan IPL secara gravitasi. c. Seluruh pipa dan fitting-accesories yang digunakan harus mengikuti standar-standar yang berlaku untuk pipa air. d. Coupling (sambungan pipa) yang digunakan adalah jenis sambungan dengan lem yang biasa digunakan dalam pipa PVC. e. Setiap pipa dan accesories yang digunakan harus jelas berisi informasi tentang : - Jenis pipa - Diameter pipa (mm) - Tekanan pipa (bar) - Nilai kekuatan pipa - Merk - Nomor produksi, tanggal dan tanda-tanda lain - Sudut (derajat) dari fitting f. Perforasi pada pipa penangkap/pengumpul dilaksanakan sesuai dengan gambar dengan alat yang tidak akan merusak kekuatan pipa. 2.3.2 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan a. Pada waktu pemasangan pipa harus diperhatikan benar-benar mengenai kedudukan pada peil yang benar dan dasar pipa harus terletak rata. b. Pemasangan pipa dimaksudkan untuk mengalirkan pipa antar bak/kolam sehingga harus adan selisih beda tinggi antara pipa masuk dan pipa outlet dengan perbedaan minimal 5 cm. c. Pemotongan pipa apabila benar-benar diperlukan dapat dilakukan kontraktor dengan persetujuan pengawas dan harus dilakukan dan harus dilaksanakan dengan alat yang sesuai untuk pipa yang dipakai. 2.4 PEKERJAAN GEOMEMBRAN a. Geomembran yang digunakan merupakan bahan HDPE (high density polyethylene) b. Ukuran ketebalan geomembrane HDPE adalah 3 mm. c. Geomembrane yang digunakan berwarna hitam, dengan densitas 0,9 - 0,94 g/cm3, dengan karbon hitam 2 – 3 %. d. Bahan ini memiliki lebar bentang 2-8 meter dengan panjang 42 meter/sesuai pesanan e. Strength at break : min 6 Kn/m, Tear resitence : min 20 N, Puncture resitence : min 60 N menggunakan bahan baku bukan bahan daur ulang
  • 16. SPESIFIKASI TEKNIS OPTIMALISASI TPA KAB. MAMASA 2.5 PEKERJAAN GEOTEXTILE a. Bahan geotextile non woven harus mengikuti spesifikasi dibawah ini : 2.6 PENUTUP a. Guna mendapatkan hasil yang baik, maka bagian-bagian yang nyata termasuk dalam pekerjaan ini tetapi tidak dimasukkan atau disebutkan kata demi kata dalam Spesifikasi Teknis ini harus diselenggarakan oleh pemborong dan disetujui oleh direksi teknis. b. Hal-hal yang tidak tercantum dalam peraturan ini akan ditentukan lebih lanjut oleh Direksi atau Pimpinan Kegiatan bilamana perlu diadakan perbaikan dalam peraturan ini. c. Kontraktor diwajibkan membuat As Built Drawing sebagai Laporan Akhir dari pelaksanaan kegiatan yang merupakan bagian dari Laporan Pekerjaan.