Dokumen tersebut membahas tentang peristiwa tutur atau speech event, yang merupakan interaksi linguistik antara dua pihak dalam satu situasi tertentu. Dokumen ini juga menjelaskan delapan komponen yang harus dipenuhi dalam suatu peristiwa tutur menurut Dell Hymes, serta jenis-jenis tindakan tutur dan contohnya.
Peristiwa tutur adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak yaitu penutur dan lawan tutur, dengan satu pokok tuturan,di dalam, tempat, dan situasi tertentu. Jadi interaksi yang berlangsung antara seorang pedagang dan pembeli di pasar pada waktu tertentu mengunakan bahasa sebagai alat komunikasinya adalah sebuah peristiwa tutur. Peristiwa serupa kita dapati juga dalam acara diskusi di ruang kuliah, rapat dinas di kantor, sidang di pengadilan, dan sebagainya.
Bagaimana percakapan di bus kota atau sedang di kereta api yang terjadi di antara penumpang yang tidak saling kenal (pada mulanya) dengan topik pembicaraan tidak menentu, tanpa tujuan, dengan ragam bahasa yang berganti-ganti, apakah dapat juga di sebut sebagai peristiwa tutur? Secara sosiolinguistik percakapan tersebut tidak dapat dikatakan sebagai peristiwa tutur, sebab pokok percakapan tidak menentu (berganti-ganti menurut situasi), tanpa tujuan dilakukan oleh orang-orang yang tidak segaja untuk bercakap-cakap, dan mengunakan ragam bahasa yang berganti-ganti. Sebuah percakapan baru dapat di sebut sebagai sebuah peristiwa tutur kalau memenuhi syarat.
Menurut Dell Hymes (1972) seorang pakar sosiolinguistik terkenal, bahwa suatu peristiwa tutur mempunyai delapan komponen, dan dibentuk menjadi akronim SPEAKING (diangkat dari Wadhaugh 1990):
Rpp Kurikulum 2013 Bahasa Inggris SMP kelas 8 - Invitation Card.
Apply in SMPN 2O Tangerang on PPL project - student of Muhammadiyah Tangerang University.
Understanding Experiential Function of LanguageRusdi Noor Rosa
These slides introduce the basic understanding of experiential functions of language. Besides, some examples of simple analysis of clauses based on their transitivity elements were presented.
Peristiwa tutur adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak yaitu penutur dan lawan tutur, dengan satu pokok tuturan,di dalam, tempat, dan situasi tertentu. Jadi interaksi yang berlangsung antara seorang pedagang dan pembeli di pasar pada waktu tertentu mengunakan bahasa sebagai alat komunikasinya adalah sebuah peristiwa tutur. Peristiwa serupa kita dapati juga dalam acara diskusi di ruang kuliah, rapat dinas di kantor, sidang di pengadilan, dan sebagainya.
Bagaimana percakapan di bus kota atau sedang di kereta api yang terjadi di antara penumpang yang tidak saling kenal (pada mulanya) dengan topik pembicaraan tidak menentu, tanpa tujuan, dengan ragam bahasa yang berganti-ganti, apakah dapat juga di sebut sebagai peristiwa tutur? Secara sosiolinguistik percakapan tersebut tidak dapat dikatakan sebagai peristiwa tutur, sebab pokok percakapan tidak menentu (berganti-ganti menurut situasi), tanpa tujuan dilakukan oleh orang-orang yang tidak segaja untuk bercakap-cakap, dan mengunakan ragam bahasa yang berganti-ganti. Sebuah percakapan baru dapat di sebut sebagai sebuah peristiwa tutur kalau memenuhi syarat.
Menurut Dell Hymes (1972) seorang pakar sosiolinguistik terkenal, bahwa suatu peristiwa tutur mempunyai delapan komponen, dan dibentuk menjadi akronim SPEAKING (diangkat dari Wadhaugh 1990):
Rpp Kurikulum 2013 Bahasa Inggris SMP kelas 8 - Invitation Card.
Apply in SMPN 2O Tangerang on PPL project - student of Muhammadiyah Tangerang University.
Understanding Experiential Function of LanguageRusdi Noor Rosa
These slides introduce the basic understanding of experiential functions of language. Besides, some examples of simple analysis of clauses based on their transitivity elements were presented.
Tindak ujaran merupakan satuan terkecil dari bahasa untuk mengespresikan makna, suatu perkataan yang mengekspresikan suatu tujuan. Tujuan tindak ujaran adalah 1) Representatif, 2) Direktif, 3) Komisif, 4) Ekspresif, dan 5) Deklarasi. Pelaksanaan tindak ujaran dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Pemerolehan bahasa adalah proses manusia mendapatkan kemampuan untuk menangkap, menghasilkan, dan menggunakan kata untuk pemahaman dan komunikasi. Perkembangan bahasa manusia dapat dibagi menjadi 3, yaitu: 1) Perkembangan Prasekolah, 2) Perkembangan Ujaran Kambinatori, dan 3) Perkembangan masa sekolah.
Sebagai salah satu pertanggungjawab pembangunan manusia di Jawa Timur, dalam bentuk layanan pendidikan yang bermutu dan berkeadilan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat. Untuk mempercepat pencapaian sasaran pembangunan pendidikan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur telah melakukan banyak terobosan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Salah satunya adalah Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) jenjang Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Sekolah Luar Biasa Provinsi Jawa Timur tahun ajaran 2024/2025 yang dilaksanakan secara objektif, transparan, akuntabel, dan tanpa diskriminasi.
Pelaksanaan PPDB Jawa Timur tahun 2024 berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru, Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi nomor 47/M/2023 tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan, dan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 15 Tahun 2022 tentang Pedoman Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru pada Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan dan Sekolah Luar Biasa. Secara umum PPDB dilaksanakan secara online dan beberapa satuan pendidikan secara offline. Hal ini bertujuan untuk mempermudah peserta didik, orang tua, masyarakat untuk mendaftar dan memantau hasil PPDB.
2. PERISTIWA TUTUR/SPEECH
EVENT
• Adalah terjadinya atau
berlangsungnya interkasi linguistik
dalam satu bentuk ujaran atau
lebih yang mengakibatkan dua pihak,
yaitu penutur dan lawan tutur,
dengan satu pokok tuturan, didalam
waktu,tempat dan situasi tertentu.
3. Dell Hymes(1972) said that
Speech Event should be
fulfill 8 component :
1. Setting and Scene
2. Participants
3. Ends : Purpose and Goal
4. Act sequences
5. Key : Tone or Spirit of act
6. Instrumentalities
7. Norms of interaction and
Interpretation
8. Genres
4. 1. Setting and scene
Setting : berkenaan dengan waktu dan
tempat tutur berlangsung.
Scene : mengacu pada situasi tempat
dan waktu, atau situasi psikologis
pembicaraan.
5. 2. Participants
• Pihak-pihak yang terlibat dalam
pertuturan, bisa pembicara dan
pendengar atau pengirim dan
penerima (pesan).
6. 3. Ends : Purpose and Goal
Merujuk pada maksud dan tujuan
pertuturan.
Example : jaksa ingin membuktikan
kesalahan si terdakwa, pembela
berusaha membuktikan bahwa si
terdakwa tidak
bersalah, sedangkan hakim
berusaha memberikan keputusan
yang adil.
7. 4. Act Sequence
• Mengacu pada bentuk ujaran dan isi
ujaran. Bentuk ujaran ini berkenaan
dengan kata-kata yang digunakan,
bagaimana penggunaannya dan
hubungan antara apa yang dikatakan
dengan topik pembicaraan.
8. 5. Key : Tone or Spirit of
act
• Mengacu pada nada, cara, dan
semangat dimana suatu pesan
disampaikan.
6. Instrumentalities
• Mengacu pada jalur bahasa yang
digunakan, seperti jalur lisan,
tertulis, melalui telegraf atau
telepon.
9. 7. Norm of Interaction and
Interpretation
Mengacu pada norma atau aturan
dalam berinteraksi. Misalnya yang
berhubungan dengan cara
berinterupsi, bertanya, dan
sebagainya.
8. Genre
Mengacu pada jenis bentuk
penyampaian, seperti narasi, puisi,
pepatah, doa dan sebagainya.
10. TINDAK TUTUR/ SPEECH ACT
• Peristiwa tutur ini pada
dasarnya merupakan
rangkaian dari sejumlah
tindak tutur
11. 3 jenis kalimat menurut
Tata Bahasa Tradisional
• Kalimat Deklaratif : Kalimat yang
isinya hanya meminta pendengar
menaruh perhatian saja, tidak usah
melakukan apa-apa
• Kalimat Interogatif : kalimat yang
isinya meminta agar pendengar
memberi jawaban
• Kalimat Imperatif : kalimat yang
isinya meminta agar si pendengar
memberi tanggapan berupa tindakan
12. Kalimat Deklaratif
berdasarkan Makna
• Terbagi 2 bagian , yaitu :
Kalimat Konstatif :: yaitu kalimat
yang berisi pernyataan belaka.
Contoh : ‚Ibu dosen kami cantik
sekali‛
Kalimat Performatif : yaitu kalimat
yang berisi perlakuan. Artinya apa
yang diucapkan oleh si pengujar
berisi apa yang dilakukannya.
13. Syarat-syarat
terpenuhinya kalimat
Performatif
• Ucapannya harus dilakukan oleh
orang tertetu yang ditunjuk
• Urutan Pperistiwanya sudah
baku
• Yang hadir dalam upacara
tersebut harus turut serta
• Upacara itu harus dilakukan
secara lengkap, tidak
dibenarkan ada bagian dari
14. Austin(1962:150-163) membagi
kalimat performatif menjadi
5 kategori
• Verdictives sentence : yakni
kalimat perlakuan yang
menyatakan keputusan atau
penilaian
• Exercitives sentence : yakni
kalimat perlakuan yang
menyatakan
perjanjian, nasihat, peringatan dan
sebagainya
• Commissives sentence : kalimat
15. • On any occasion, the action
performed by producing an
utterance will consist of three
related acts :
• locutionary act: performing an
act of saying something
• illocutionary act: performing
an act in saying something
• perlocutionary act:
16. Example :
• ‚Mom‛ little Alexander asked, ‚does
God use our bathroom?‛
‚Why, no!‛ his mother said sweetly,
‚Why do you ask?‛
‚Cause every morning, dady kicks the
door and yells, ‘God, are you still in
there?‛
Lokusi ‘God, are you still in there?’
Ilokusi ‘Si ayah bertanya apakah Tuhan
ada didalam kamar mandi’
17. Tindak Tutur berdasarkan
konteks situasinya
• Direct Speech :
Tempat : Ruang kelas ketika
pelajaran berlangsung
Guru : Ketua kelas, tolong
ambilkan kapur(tulis) lagi!
Ketua kelas : Baik Pak, segera
saya ambilkan!
18. • Indirect Speech :
Tempat : Ruang kelas ketika
pelajaran berlangsung
Guru : Kapur tulisnya habis ya?
Ketua kelas : Baik Pak, segera
saya ambilkan!
19. Speech Act and Pragmatic
• Speech act adalah salah satu
fenomena dalam Pragmatik,
fenomena lain dalam Pragmatik
yaitu deiksis, presuposisi dan
implikatur percakapan.
• Contoh :
A dan B sedang bercakap-cakap,
bagian akhir dari percakapan itu
berupa :
A : Saya belum bayar SPP, belum
20. Penjelasan :
• Kata ‘saya’ pada percakapan
itu, pertama mengacu kepada A, lalu
mengacu pada B. Maka kata tersebut
bersifat deiksis.
Contoh 2 :
‚Kerjakan dulu soal yang mudah‛
Mempunyai arti presuposisi bahwa
soal-soal yang harus dikerjakan
ada yang sukar dan ada pula yang
21. Implikatur Percakapan
Contoh :
A : ‚wah, panas sekali ya sore ini!
Kamu ko tidak berkeringat, apa
enggak kegerahan?
B : Nggak! Aku sudah mandi tadi !
Penjelasan : Kalimat si B ‚Aku sudah
mandi tadi‛ secara literal tidak
mempunyai sangkut paut dengan
pertanyaan si A. Tetapi yang
tersirat dari kalimat jawaban itu