SlideShare a Scribd company logo
Sa’id Bin Zaid
Oleh: Haikal Haqiqi
Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri
Universitas Islam Indonesia
Email: Haqiqihaikal@yahoo.com
A. PENDAHULUAN
Sa’id bin Zaid al Adawy merupkan salah seorang sahabat Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang masuk agam Islam angkatan pertama atau
paling awalmemeluk Islam. Ia memeluk Islam bersama istrinya, Fathimah binti Khattab, adik
dari Umar bin Khattab. Sejak masa remajanya di masa jahiliyah, ia tidak pernah mengikuti
perbuatan-perbuatan yang umumnya dilakukan oleh kaum Quraisy, seperti menyembah
berhala, bermain judi, minum minuman keras,main wanita dan perbuatan nista lainnya. Sikap
dan pandangan hidupnyaini ternyata diwarisi dari ayahnya, Zaid bin Amru bin Naufal.
Sejak lama Zaid bin Amru telah meyakini kebenaran agama Ibrahim, tetapi tidak
mengikuti Agama Yahudi dan Nasraniyang menurutnya telah jauh menyimpang dari agama
Ibrahim. Ia tidak segan mencela cara-cara peribadatan dan perbuatan jahiliyah dari kaum
Quraisy tanpa rasa takut sedikitpun.
B. PEMBAHASAN
1. Biografi Sa’id bin Zaid
Sa’id bin Zaid bin Amru bin Nufail bin Abdul Uzza bin Riyah bin Abdullah bin Qurth
bin Razah bin Adi bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin An-Nadhr bin
Kinanah Al-Qurasyi Al-Adawi Al-Makki Al-Madani.
Nasabnya bertemu dengan nasabRasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pada Ka’ab
bin Lu’ay, dia berasal dari Bani Adi, kerabat dari Umar bin Khaththab, dan nasab mereka
bertemu pada Nufail. Jadi Umar adalah anak dari paman ayahnya.
Di masa jahiliyah, keluar Sa’id (Bani Adi) adalah kabilah yang paling sedikit
jumlahnya disbanding kabilah-kabilah lain yang terdapat di Quraisy. Mereka tidak
mendapatkan jabatan yang penting pada masa jahiliyah, terutama yang berkenaan dengan
Ka’bah dan Baitul Haram. Tapi mereka diberikan tanggung jawab sebagai delegasi dan
negosiator antara Quraisy dengan siapa saja yang berselisih dan menggugat mereka dari
kabilah-kabilah arab lainnya. Suatu hal yang menunjukkan ketegaran dan ketabahan mereka.
Sa’id dijuluki Abu Al-A’war.Namun dari sekian banyak anaknya,tidak diketahui ada
yang bernama tersebut (Al-A’war). Dia berperawakan tinggi besar dan memiliki banyak bulu
ditubuhnya, dalam hal ini ia menyerupai Umar.
2. Masa Kecilnya
Kebijaksanaan takdir telah menyiapkan kebahagiaan bagi remaja ini sejak menghirup
udara pertamanya hingga hari terakhirnya di dunia. Dan pena sejarah pun telah mencatat
banyak faktor yang membuatnya mampu meraih kebahagiaan tersebut, dan tetap menjaganya
dalam perjalanan waktu dari segala hal yang mengancamnya
Benih-benih kebahagiaan telah mulai disemai ketika ayahnya memberinya nama
Sa’id (Kebahagiaan), dan setiap manusia mempunyai keberuntungannya masing-masing
dengan namanya. Dansejarahpun telah menyimpan banyak peristiwa dan perbuatannyaa yang
menjamin kebahagiaannyaa di dunia dan akhirat.
Kemudian diikuti dengan didikan, bimbingan, dan asuhan dari ayahnya, seorang laki-
laki shalih yang cerdas dan bijaksana, yaitu Zaid bin Amru bin Nufail. Seorang laki-laki yang
hidup di tengah keluarganya Bani Adi, dan di tengah kabilah besarnya yaitu Quraisy yang
berada dalam kesyirikan dan penyembahan berhala serta kondisi masyarakat jahiliyah yang
kufur. Namun demikian, ia bagaikan potret tersendiri yang terpisah dari masyarakat tersebut,
ia bukanlah gambaran dari mereka. Secara terang-terangan ia memperlihatkan perbedaannya
dengan masyarakatnya, menjauh dari mereka, dan menghindari penyembahan tuhan-tuhan
mereka maupun para leluhur. Dia menolak untuk mengundi nasib dengan anak panah
sebagaimana kebiasaankaumnya, ataupun memberikan hewan kurban untuk berhala-hala. Dia
seringkali menyelamatkan hidup anak-anak perempuan yang akan dibunuh orang tua mereka
dengan cara di kubur hidup-hidup. Ia mengambil anak-anak itu dari orang tua yang akan
membunuh mereka, kemudian mengasuh dan mendidiknya. Dia pernah ditawarkan untuk
memeluk agama nasrani, namun ia menolaknya. Begitupula dengan agama yahudi. Dia tetap
berpegang kepada agama Ibrahim Alaihissalam, dan menjalankan apa-apa yang masih tersisa
dari ajaran suci Ibrahim Alaihissalam yang pertama. Ia sering mendatangi Ka’bah,dan sangat
menunggu kedatangan seorang Nabi dari keturunan Isma’il Alaihissalam, yaitu
Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam. Namun sayangnya ia tidak pernah menjumpai beliau,
karena ia wafat lima tahun sebelum beliau diutus menjadi Nabi.
Dalam pengawasan dan asuhan laki-laki cerdas yang merupakan seorang penganut
tauhid murni inilah Sa’id bin Zaid menjalani hari-hari pertamanya di dunia. Dan dari
kemurnian inilah ia mereguk minuman pertamanya, dan dalam arahan dan pola fikir ini ia
tumbuh. Kemudian, dengan mengikuti pola dan jalan yang lurus tersebut ia pun sampai pada
tujuannya.
Akhlak yang baik, akal yang cemerlang, dan fikiran yang sehat, serta kemampuan
analisa yang tajam, diwariskan kepada keturunan. Dan gen-gen tersebut diwarisi sebagaimana
mereka mewarisi ciri-ciri fisik dari orang tua mereka. Maka Sa’id pun mewarisi akhlak
ayahnya, berjalan mengikuti jalan yang pernah ditempuhnya, dan mengikuti jejak langkahnya.
Yang kemudian menerangi jalannya, dan meneguhkan langkahnya dalam meniti jalan yang
lurus.
3. Masuk Islam
Begitu fajar risalah mulai terbit, Rasulullah Shallallahu’alaihi wa
Sallam menyampaikan dakwahnya, dan Sa’id mendengar tentangnya, ia segera mendatangi
Nabi Shallallahu’alaihi wa Sallam dan menyatakan keislamannya di hadapan beliau. Dengan
demikian ia turut bergabung dalam kafilah pertama yang mengemban dakwah dan menyeru
kepada kebenaran dan kebaikan.
Ibnu Sa’admeriwayatkan dari Yazid bin Ruman, ia berkata,“Sa’id bin Zaid bin Amru
bin Nufail masuk Islam sebelum Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam memasuki Darul
Arqam dan berdakwah di sana.”
Al-Imam Muhammad bin Ishaq menuturkan nama-nama mereka yang pertama kali
masuk Islam, dan menyebutkan nama Khadijah, Ali bin Abu Thalib, Zaid bin Haritsah, dan
Abu Bakar. Dan mereka yang masuk Islam melalui Abu Bakar : Utsman, Zubair, Ibnu Auf,
Sa’ad bin Abi Waqqash, dan Thalhah bin Ubaidillah.
Kemudian ia berkat, “Lalu masuk Islam pula Abu Ubaidah bin Al-Jarrah, Abu
Salamah bin Abdul Asad,Al-Arqam, Utsman, Qudamah, dan Abdullah putra-putra Mazh’un,
Ubaidah bin Al-Harits, Sa’id bin Zaid, dan istrinya Fathimah binti Al-Khaththab saudari dari
Umar, Asma binti Abu Bakar, dan Khabbab bin Al-Arat.” Keislaman Sa’id merupakan
keislaman yang didasari oleh pendidikan yang baik, akal yang cemerlang, dan hati yang
terang.
Adapun pendidikan adalah ia tumbuh dalam asuhan Zaid bin Amru bin Nufail,
seorang laki-laki bijaksana yang mengikuti agama Ibrahim yang lurus, meninggalkan berhala-
berhala Quraisy, dan menolak agama nasrani dan yahudi yang telah diselewengkan. Seorang
laki-laki yang setia menunggu kedatangan seorang Nabi yang telah dekat masanya, namun
keinginannya tersebut terhalang oleh kematian yang menjemputnya. Adapun Sa’id, ia segera
memenuhi keinginannya dan mewujudkan cita-citanya. Ia pun meniti jalannya dan mengikuti
agama yang murni dari kotornya kesyirikan dan animism. Agama yang mengobati kerinduan
manusia, menghormati akalnya, menghargai kehormatan manusia, dan menyucikan
kemanusiaan itu sendiri.
Adapun akal yang cemerlang adalah karena ia telah mengetahui dan menyaksikan
sendiri kemuliaan akhlak Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wa Sallamm, juga keindahan
pekertinya dan kedudukannya yang terhormat di kaumnya. Kemudian ia menggunakan
kecerdasannya untuk menganalisa dakwah dan pokok-pokok ajaran beliau, lalu
membandingkannya dengan apa yang telah dicari dan ditunggu-tunggu ayahnya sejak lama,
dan ia pun menemukan kebenaran di sana. Sedikitpun ia tidak merasakan kerancuan dari apa
yang diserukan oleh Nabi yang mulia tersebut dengan fenomena yang ada di masyarakat
Quraisy saat itu.
Sa’id kemudian mengkumulasikan itu semua dengan apa yang dilihatnya, bahwa
rombongan yang pertama-tama menyambut Islam adalah tokoh-tokoh seperti Abu Bakar,
Thalhah, Zubair, Sa’ad, Abu Ubaidah, dan Ibnu Auf.
Maka ia pun tidak ragu lagi untuk menyambut dan mengulurkan tangan kanannya
memegang tangan kanan Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam, berserah diri kepada
agamanya, menyatakan keimanan kepada risalahnya, dan turut membela dakwahnya.
Sedangkan hati yang terang yaitu ketenangan hati yang ia dapatkan di dalam Islam
yang berdiri di atas sikap mentauhidkan Dzat Yang Maha Tinggi. Juga apa yang ia rasakan
dalam jiwanya, yang menuntaskan dahaga kerinduannya, disbanding dengan tuhan-tuhan
yang terbuat dari batu dan tanah! “Allah membuat perumpamaan (yaitu) seorang laki-laki
(hamba sahaya) yang dimiliki oleh beberapa orang yang berserikat yang dalam perselisihan,
dan seorang hamba sahaya yang menjadi milik penuh dari seorang (saja). Adakah kedua
hamba sahaya itu sama keadaannya? Segala puji bagi Allah, tetapi kebanyakan mereka tidak
mengetahui (QS. Az-Zumar [39]:29].
Kemudian bergabung dengan mereka Khabbab bin Al-Arat yang mengajarkan mereka
Al-Qur’an di rumah mereka.Mereka semua menyembunyikan keislaman mereka karena takut
akan kekerasan sikap Bani Adi, khususnya Umar yang masih berada dalam kesyirikan.
Keislaman Sa’id merupakan baris pertama dari catatankebahagiaannya.Sebuah kunci
dari banyak kemuliaan yang akan ditorehkannya dalam kitab kehidupannya, hingga nanti ia
meninggalkan dunia ini dengan membawa kabar gembira dari Nabi tentang kehidupan yang
abadi di surga yang penuh nikmat.
4. Perjalanan hidup
Sa’id masuk Islam sejak awal kemunculan dakwah, dan bergabung dengan para
pahlawan pengusung panji dakwah yang pertama. Dia sangat menyadari akan beban berat
yang diembannya dengan pilihan yang berani tersebut. Dia juga mengetahui ancaman siksaan
beratyang telah menunggunya, dan menunggu orang-orang sepertinya yang mengikuti cahaya
baru yang muncul di Mekah, tepati di tengah kelamnya kemusyrikan dan kekufuran. Juga
terbayang di matanya siksaan kaum nya dari Bani Adi, dan yang terdepan dari mereka adalah
Umar bin Khaththab yang terkenal dengan kekerasan dan kebengisannya.
Namun ia tidak peduli dengan itu semua, ia menguatkan dirinya untuk menanggung
kesusahan, dan sabar dalam menghadapi berbagai penderitaan yang akan menimpa para
pengemban dakwah yang berjiwa besar. Ia juga mengokohkan tekadnya, dan keislaman
istrinya Fathimah bin Khaththab, adik dari Umar bin Khaththab semakin menguatkannya.
Maka ia pun berjanji untuk tetap berada di jalan dakwah, siap mengorbankan apa saja, karena
harga yang akan diperolehnya jauh lebih mahal dari apapun juga.
Sa’id adalah seorang yang berpendirian teguh, berperilaku mulia, sangat wara’,amat
menjauhi hal-hal yang berbau syubhat, apalagi yang haram. Dia telah menyimak petunjuk dan
perjalanan hidup Nabi Shallallahu’alaihi wa Sallam, mendengar langsung hadits-hadits beliau,
dan berakhlak dengan akhlak beliau
Ia pernah bersandar di dinding Ka’bah ketika kaum Quraisy sedang melakukan ritual-
ritual penyembahannya sambil berkata,”Wahai kaum Quraisy, apakah tidak ada di antara
kalian yang menganut agama Ibrahim selain aku?”.
Zaid bin Amru juga sangat aktif menentang kebiasaan kaum Quraisy mengubur
hidup-hidup anak-anak perempuannya,karena dianggap sebagai aib, seperti yang dilakukan
Umarbin Khattab di masa jahiliyahnya. Ia selalu menawarkandiri untuk mengasuh anak-anak
perempuan itu. Ia juga selalu menolah memakan daging yang disembelih tidak disebutkan
nama Allah saat penyembelihannya.
Seakan-akan ia memperoleh ilham, Ia pernah berkata kepada sahabat dan
kerabatnya,”Aku sedang menunggu seorang Nabi dari keturunan Ismail, hanya saja rasanya
aku tidak akan sempat melihatnya, tetapi aku beriman kepadanya dan meyakini
keberadaannya!!”
Zaid bin Amru sempat bertemu dan bergaul dengan Nabi Muhammad SAW sebelum
beliau dikukuhkan sebagai Nabi dan Rasul, sosok pemuda ini (yakni, Nabi Muhammad
SAW)sangat mengagumkan bagi dirinya, di samping akhlaknya yang mulia, pemuda ini juga
mempunyai pandangan yang sama dengan dirinya tentang kebiasaan dan ritual jahiliyah kaum
Quraisy. tetapi Zaid meninggal ketika Kaum Quraisy sedang memperbaiki Ka’bah, yakni
ketika Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berusia 35 tahun.
Dengan didikan seperti itulah Sa’id bin Zain tumbuh dewasa,maka tak heran ketika
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menyampaikan risalahnya, ia dan istrinya langsung
menyambut seruan beliau. Tak ada ketakutan dan kekhawatiran walau saat itu kaum Quraisy
melancarkan siksaan yang tak terperikan kepada para pemeluk Islam, termasuk Umar bin
Khattab, kakak iparnya sendiri yang merupakan jagoan duel di pasar Ukadz. Hanya saja ia
masih menyembunyikan keislamannya dan istrinya. Sampai Suatu ketika Umar yang
bertemperamen keras itu mengetahuinya juga.
Ketika itu Sa’id dan istrinya sedang mendapatkan pengajaran alQuran dari sahabat
Khabbab bin Arats,tiba-tiba terdengar gedoran di pintu rumahnya. Ketika ditanya siapa yang
mengetuk pintu seperti itu, terdengar jawaban yang garang,”UMAR!”
Suasana khusyuk dalam pengajaran AlQuran seketika menjadi kacau.Khabbabsegera
bersembunyi sambil terus berdoa memohon pertolongan Allah untuk mereka. Sa’id dan
istrinya menuju pintu sambil menyembunyikan mushaf di balik bajunya. Bagitu pintu dibuka,
Umarmelontarkan pernyataankerasdengan sorot mata yang menakutkan,”Benarkan apa yang
kudengar, kalau kalian telah murtad!”
Sebenarnya Sa’id melihat bahaya yang tampak dari sorot mata Umar. Tetapi
keimanan yang telah merasuk seolah memberikan tambahan kekuatan yang terkira. Bukannya
menolak tuduhan, ia justru berkata,”Wahai Umar, Bagaimana pendapat Anda jika kebenaran
itu ternyata berada di pihak mereka?”mendengar jawaban itu, Umar langsung menerkam
Sa’id, memutar kepalanya kemudian membantingnya ke tanah, setelah itu Umar menduduki
Sa’id. Fathimah mendekat untuk membela suaminya yang terlihat kesakitan, tetapi ia
mendapat tinju keras Umar di wajahnya sehingga terjatuh dan darah mengalir di bibirnya.
Keadaan Sa’id sangat kritis, ia bukan lawan duel sebanding dengan Umar, ia hanya pasrah
jika Umar akan menghabisinya. tetapi tiba-tiba terdengar pekikan istrinya Fathimah. Bukan
ketakutan, tetapi pekikan perlawanan dan permusuhan dengan penuh keberanian,”Hai musuh
Allah, kamu berani memukul saya karena berimn kepada Allah..! Hai Umar, berbuatlah
semaumu, karena saya akan tetapi bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan bahwa
Muhammad adalah Rasulullah…!”
Umar tersentak bagai disengat listrik, pekikan itu seakan menembus ulu hatinya,
terkejut dan heran. Umar bin Khattab seakan tidak percaya waniat yang tidak lain adalah
adiknya sendiri berani menentangnya. Tetapi justru dari keheranan dan ketidakpercayaannya
ini, amarah menjadi reda, dan kemudian menjadi titik balik ia memperoleh hidayah dan
akhirnya memeluk Islam.
Sa’id bin Zaid merupakan sosok yang banyak menghabiskan waktunya untuk
beribadah, seorang alim yang sangat zuhud. Hampir tidak pernah tertinggal dalam berbagai
pertempuran dalam menegakkan panji-panji keimanan. Ia tidak mengikuti perang Badar,
karena saat itu ia ditugaskan NabiSAW untuk tugas mata-mata ke Syam bersama Thalhah bin
Ubaidillah. Tetapi beliau menetapkannya sebagai Ahlul Badr dan memberikan bagian
ghanimah dari perang Badar,walau secara fisik tidak terjun dalam pertempuran tersebut. Ada
tujuh sahabat lainnya seperti Sa’id, tidak mengikuti perang Badar, tetapi Nabi SAW
menetapkannya sebagai Ahlul Badr.
Sa’id juga termasuk dalam kelompok sepuluh sahabat yang dijamin oleh Nabi SAW
akan masuk surga dalam masa hidupnya. Sembilan sahabat lainnya adalah, empat sahabat
Khulafaur Rasyidin, Abdurrahman bin Auf, Sa’d bin Abi Waqqash, Zubair bin Awwam,
Thalhah bin Ubaidillah dan Abu Ubaidah bi Jarrah R.Hum.
Sa’id sempat mengalami masa kejayaan Islam, di mana wilayah makin meluas dan
makin banyak lowongan jabatan. Sesungguhnyalah ia pantas memangku salah satu dari
jabatan-jabatan tersebut, tetapi ia memilih untuk menghindarinya. Bahkan dalam banyak
pertempuran yang diterjuninya, ia lebih memilih menjadi prajurit biasa. Dalam suatu pasukan
besar yang dipimpin oleh Sa’d bin Abi Waqqash, setelah menaklukan Damaskus, Sa’d
menetapkan dirinya sebagai wali negeri/gubernur di sana. Tetapi Sa’id bin Zaid meminta
dengan sangat kepada komandannya itu untuk memilih orang lain memegang jabatan tersebut,
dan mengijinkannya untuk menjadi prajurit biasa di bawah kepemimpinannya. Ia ingin terus
berjuang menegakkan kalimat Allah dan panji-panji kebenaran,suatu keadaan yang tidak bisa
dilakukannyan jika ia memegang jabatan wali negeri.
Seperti halnya jabatan yang dihindarinya, begitu juga dengan harta dan kemewahan
dunia. Tetapi sejak masa khalifah Umar, harta kekayaan datang melimpah-ruah memenuhi
Baitul Mal (Perbendaharaan Islam), sehingga mau tidak mau, sahabat-sahabat masa awal
sepertiSa’id bin Zaid akan memperoleh bagian juga. Bahkan khalifah Umarmemberikan jatah
(bagian) lebih banyak daripada bagian sahabat yang memeluk Islam belakangan, yaitu setelah
terjadinya Fathul Makkah. Namun, setiap kali ia memperoleh pembagian harta atau uang,
segera saja ia menyedekahkannya lagi, kecuali sekedarnya saja.
Namun dengan cara hidupnya yang zuhud itu, masih juga ada orang yang memfitnah
dirinya bersikap duniawiah. Peristiwa itu terjadi pada masa pemerintahan Muawiyah, ketika
ia telah menghabiskan sisa hidupnya hanya untuk beribadah di Madinah. Seorang wanita
bernama Arwa binti Aus menuduh Sa’id telah merampas tanah miliknya. Pada mulanya Sa’id
tidak mau terlalu perduli ataumelayani tuduhan tersebut,ia hanya membantah sekedarnya dan
menasehati wanita itu untuk tidak membuat kedustaan. Tetapi wanita itu tetap saja dengan
tuduhannya, bahkan ia melaporkan kepada gubernur Madinah.
Marwan bin Hakam, gubernur Madinah yang masih paman dari Muawiyah, atas
laporan Arwa bin Aus itu memanggil Sa’id untuk mempertanggung-jawabkan tindakannya.
Setelah menghadap, Sa’id membantah tuduhan itu, ia berkata, “Apakah mungkin aku
mendzalimi wanita ini (yakni merampas tanahnya), sedangkan aku mendengar sendiri
Rasulullah SAW bersabda : Barangsiapa yang mendzalimi seseorangdengan sejengkal tanah,
maka Allah akan melilitnya dengan tujuh lingkaran bumi pada hari kiamat kelak!!”
Sa’id memang meriwayatkan beberapa hadits Nabi SAW, termasuk hadits yang
dijadikan hujjahnya itu. Ada hadits senada lainnya yang juga diriwayatkannya, yakni : Barang
siapa yang berbuat dzalim terhadap sejengkal tanah, maka akan dikalungkan kepadanya tujuh
lapis bumi, dan barang siapa yang terbunuh karena membela hartanya, maka ia mati syahid.
Kemudian Sa’id berbalik menghadap kiblat dan berdoa, “Ya Allah, apabila dia
(wanita itu) sengaja membuat-buat kebohongan ini, janganlah engkau mematikan dirinya
kecuali setelah ia menjadi buta, dan hendaklah Engkau jadikan sumurnya sebagaikuburannya.
Beberapa waktu kemudian Arwa binti Aus menjadi buta, dan dalam keadaan seperti
itu ia terjatuh ke dalam sumur miliknya sendiri dan mati di dalamnya. Sebenarnya saat itu
Sa’id berdoa tidak terlalu keras,tetapi beberapa orang sempat mendengarnya. Mereka segera
saja mengetahui kalau Sa’id bin Zaid dalam kebenaran, dan doanya makbul. Namanya dan
kebaikannya jadi semakin dikenal, dan ia banyak didatangi orang untuk minta didoakan.
Seperti halnya jabatan dan harta kekayaan, ke-terkenal-an (popularitas) juga tidak
disukai oleh Sa’id bin Zaid ini. Walaupun ia sebagai sahabat as sabiqunal awwalin, selalu
berjuang dan berjihad di jalan Allah setiap kali ada kesempatan, dan menghabiskan waktu
dengan ibadah ketika sedang ‘menggantungkan pedang’, bahkan telah dijamin masuk surga
oleh Rasulullah SAW ketika masih hidup bersama (hanya) sembilan sahabat lainnya, tetapi ia
tidak terlalu menonjol dan terkenal dibanding sahabat-sahabat lainnya yang memeluk Islam
belakangan, seperti misalnya Khalid bin Walid, Amr bin Ash, Salman al Farisi dan lain-
lainnya. Hal ini terjadi karena ia memang lebih suka ‘menyembunyikan diri’, lebih asyik
menyendiri dalam ibadah bersama Allah, walau secara lahiriah ia berada di antara banyak
sahabat lainnya.
Setelah peristiwa dengan Arwa bin Aus dan banyak orang yang mendatangi dirinya,
Sa’id merasa tidak nyaman. Apalagi kehidupan kaum muslimin saat itu, walau tinggal di
Madinah, tetapi makin banyak saja yang ‘mengagung-agungkan’ kemewahan dunia. Jejak
kehidupan Nabi SAW dan para sahabat masa awal, baik dari kalangan Muhajirin ataupun
Anshar,yang selalu sederhana dan zuhud terhadap dunia sedikit demi sedikit mulai memudar.
Karena itu Sa’id pindah ke daerah pedalaman, yakni di Aqiq,
5.Masa-masa akhir hidup Sa’id Bin Zaid Radhiallahu ‘Anhu
Pada masa Dinasti Bani Umayyah, Sa’id bin Zaid menangisi shahabat-shahabat Islam
yang telah meninggal sebelumnya. Tinggalah dia seorang diri menyaksikan terjadinya fitnah
(kerusuhan) dan menyaksikan bagaimana kehidupan dunia dengan segala macam
perhiasannya telah masuk ke dalam hati kaum muslimin, maka Sa’id pun lebih memilih untuk
kembali ke Madinah dan tinggal disana. Pada waktu itu yang menjadi gubernur di Madinah
adalah Marwan bin Hakam bin ‘Ash.
Saat itu seorang wanita yang bernama Arwa binti Uwais keluar, lalu dia berkata,
“Sesungguhnya Sa’id telah mencuri tanahku dan telah memasukkannya ke bagian
tanahnya.” Sungguh perkataan itu sangat menyakitkan hati Sa’id bin Zaid, shahabat
Rasulullah dan salah satu dari sepuluh orang yang mendapat kabar gembira berupa surga.
Karenanya, Sa’id pun berkata, “Ya Allah, jika dia berbohong, maka hilangkanlah
penglihatannya dan bunuhlah ia di tanahnya sendiri.”
Seketika itu pula hujan turun dari langit sampai diperbatasan tanah yang menurut
wanita itu Sa’id telah melampaui batas tersebut. Seketika mata wanita itupun menjadi buta
dan hanya selang beberapa hari, wanita itu terjatuh dalam sebuahlubang yang berada di tanah
miliknya hingga dia meninggal dunia. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengabulkan doa
Sa’id bin Zaid yang terzhalimi dan telah dituduh sebagai seorang pembohong dan pendusta.
Pada suatu pagi penduduk Madinah dikagetkan oleh suara seorang pelayat yang
menangisi kepergian Sa’id bin Zaid radhiallahu ‘anhu. Peristiws itu terjadi pada masa
kekhalifahan Muawiyah bin Abi Sufyan, tepatny a pada tahun ke-50 Hijriyah. Dia di
kuburkan oleh Sa’ad bin Abi Waqqash radhiallahu ‘anhu dan ‘Abdullah bin
‘Umar radhiallahu ‘anhu. Salam sejahtera baginya.
6. Perilaku yang dapat dijadikan teladani dari Said bin Zaid
A. Sejak Sa’id bin Zaid ini masih remaja, ia tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang
biasa dilakukan oleh orang-orang Quraisy, seperti menyembah berhala, meminum minuman
keras,bermain judi, bermain wanita atau perbuatan maksiat yang lain.Ternyata sikap dan
pandangan dari Sa’id ini diwarisi dari sang ayah, yaitu Zaid bin Amru bin Naufal.
B. Zaid bin Amru ini merupakan orang yang menyakini agama Ibrahim, tetapi tidak
mengikuti agama Yahudi dan Nasraniyang dianggapnya sudah menyimpang jauh dari
agama yang dibawa Ibrahim.
C. Zaid juga menentang kebiasaan dari orang-orang Quraisy yang mengubur hidup-hidup
anak-anak perempauannya, karena dianggap sebagai sebuah aib.
D. Ia juga tidak mau makan daging yang disembelih tanpa menyebut nama Allah. Zaid bin
Amru juga sempat bertemu dan beriteraksi dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
sebelum Rasululullah menjadi Nabi dan Rasul.
E. Sama sekali tidak sedikitpun keraguan dan ketakutan dari Sa’id dan istrinya, meskipun
pada saat itu ora-orang Quraisy akan memberikan siksaan kepada siapa saja yang memeluk
agama Islam, termasuk kakak iparnya sendiri yaitu Umar bin Khattab.
F. Tidak gila jabatan
G. Ia juga adalah seorang yang selalu mengikuti berbagai pertempuran untuk menegakkan
agama Islam. Hanya satu pertempuran saja yg tidak ia ikuti, yaitu perang Badar.
C.KESIMPULAN
SAID bin Zaid bin Amru bin Nufail Al Adawi atau sering juga disebut sebagaiAbul
A'waar,lahir di kota Makkah 22 tahun sebelum Hijrah. Beliau termasuk sepuluh orang yang
diberi kabar gembira akan masuk surga oleh Rasulullah. Beliau memeluk Islam di awal-awal
dakwah Rasulullah Saw di kota Makkah. Saat orang-orang banyak menentang seruan
Rasulullah dan rumah Arqam bin Abil Arqam belum ditetapkan sebagaimarkas dakwah yang
pertama, Said hadir dan mewarnai kehidupan Islam Makkah bersama istrinya, Fathimah.
Ketika Rasulullah SAW menyeru orang-orang untuk memeluk Islam, Sa’id bin Zaid
segera memenuhi panggilan beliau, menjadi pelopor orang-orang yang beriman kepada Allah
dan membenarkan kerasulan Nabi Muhammad SAW. Tidak mengherankan kalau Sa’id
secepat itu menerima seruan Muhammad SAW. Ia lahir dan dibesarkan dalam rumah tangga
yang mencela dan mengingkari kepercayaan dan adat istiadat orang-orang Quraisy yang
sesat. Sa’id dididik dalam kamar seorang ayah yang sepanjang hidupnya giat mencari agama
yang hak. Bahkan dia mati ketika sedang berlari kepayahan mengejar agama yang hak.
Ketika dia masuk Islam, umurnya belum lebih dari 20 tahun. Selain PerangBadar,dia
turut berperang bersama-sama Rasulullah dalam setiap peperangan. Ketika itu dia sedang
melaksanakan suatu tugas penting lainnya yang ditugaskan Rasulullah kepadanya. Dia turut
mengambil bagian bersama-sama kaum Muslimin mencabut singgasana Kisra Persia dan
menggulingkan Kekaisaran Romawi. Dalam setiap peperangan yang dihadapi kaum
Muslimin, dia selalu memperlihatkan penampilan dengan reputasi terpuji. Di antara
prestasinya yang paling menakjubkan ialah apa yang tercatat dalam Perang Yarmuk
D. Daftar Pustaka
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/02/21/lzqjsl-
kisah-sahabat-nabi-said-bin-zaid-berkah-sebuah-doa
http://www.anaksaleh.com/kisah-islami/cerita-sahabat/236-sa-id-bin-
zaid-ra.html
http://kisahmuslim.com/1643-biografi-said-bin-zaid.html
https://sahabatnabi.com/775-biografi-sahabat-nabi-said-bin-zaid-masa-
kecil-remaja-dan-masuk-islam-seri-1.html

More Related Content

What's hot

PENDIDIKAN SYARIAH TINGKATAN 4 (AKIDAH)
PENDIDIKAN SYARIAH TINGKATAN 4 (AKIDAH)PENDIDIKAN SYARIAH TINGKATAN 4 (AKIDAH)
PENDIDIKAN SYARIAH TINGKATAN 4 (AKIDAH)
Unizzati
 
Musni Umar: Maulid Nabi Muhammad SAW dan Pembebasan Indonesia dari Penjajaha...
Musni Umar: Maulid Nabi Muhammad  SAW dan Pembebasan Indonesia dari Penjajaha...Musni Umar: Maulid Nabi Muhammad  SAW dan Pembebasan Indonesia dari Penjajaha...
Musni Umar: Maulid Nabi Muhammad SAW dan Pembebasan Indonesia dari Penjajaha...
musniumar
 
BELAJAR SKI MI KELAS 3
BELAJAR SKI MI KELAS 3BELAJAR SKI MI KELAS 3
BELAJAR SKI MI KELAS 3
Finasolawati
 
Ppt materi kelas 3 mi
Ppt materi kelas 3 miPpt materi kelas 3 mi
Ppt materi kelas 3 mi
Finasolawati
 
Bab xii
Bab xiiBab xii
Bab xii
FaridAtoz
 
Kisah kelahiran nabi muhammad
Kisah kelahiran nabi muhammadKisah kelahiran nabi muhammad
Kisah kelahiran nabi muhammadErman Hidayat
 
2. Siroh Nabawiyah: sejak kelahiran hingga kenabian
2. Siroh Nabawiyah: sejak kelahiran hingga kenabian2. Siroh Nabawiyah: sejak kelahiran hingga kenabian
2. Siroh Nabawiyah: sejak kelahiran hingga kenabian
Muhammad Jamhuri
 
Selamat datang wahai nabiku ke kasih allah swt
Selamat datang wahai nabiku ke kasih allah swtSelamat datang wahai nabiku ke kasih allah swt
Selamat datang wahai nabiku ke kasih allah swt
NoviShinta
 
Materi PAI Kelas 7 BAB V
Materi PAI Kelas 7 BAB VMateri PAI Kelas 7 BAB V
Materi PAI Kelas 7 BAB V
FaridAtoz
 
Tarikh Tasyri Zaman Rasulullah Hingga Muqollidun
Tarikh Tasyri Zaman Rasulullah Hingga MuqollidunTarikh Tasyri Zaman Rasulullah Hingga Muqollidun
Tarikh Tasyri Zaman Rasulullah Hingga Muqollidun
Izzatul Ulya
 
Bab viii
Bab viiiBab viii
Bab viii
FaridAtoz
 
Materi PAI Kelas VII
Materi PAI Kelas VIIMateri PAI Kelas VII
Materi PAI Kelas VII
Faridatunnisa
 
22607700 nota-pendidikan-islam-tingkatan-4
22607700 nota-pendidikan-islam-tingkatan-422607700 nota-pendidikan-islam-tingkatan-4
22607700 nota-pendidikan-islam-tingkatan-4Nasiraferosia
 
sirah nabawiyyah
sirah nabawiyyahsirah nabawiyyah
sirah nabawiyyah
Mujahid Zuhud
 
1.4 akhtharu nisyanil qur'an
1.4 akhtharu nisyanil qur'an1.4 akhtharu nisyanil qur'an
1.4 akhtharu nisyanil qur'an
Isalzone Faisal
 

What's hot (17)

PENDIDIKAN SYARIAH TINGKATAN 4 (AKIDAH)
PENDIDIKAN SYARIAH TINGKATAN 4 (AKIDAH)PENDIDIKAN SYARIAH TINGKATAN 4 (AKIDAH)
PENDIDIKAN SYARIAH TINGKATAN 4 (AKIDAH)
 
Musni Umar: Maulid Nabi Muhammad SAW dan Pembebasan Indonesia dari Penjajaha...
Musni Umar: Maulid Nabi Muhammad  SAW dan Pembebasan Indonesia dari Penjajaha...Musni Umar: Maulid Nabi Muhammad  SAW dan Pembebasan Indonesia dari Penjajaha...
Musni Umar: Maulid Nabi Muhammad SAW dan Pembebasan Indonesia dari Penjajaha...
 
BELAJAR SKI MI KELAS 3
BELAJAR SKI MI KELAS 3BELAJAR SKI MI KELAS 3
BELAJAR SKI MI KELAS 3
 
Ppt ski
Ppt skiPpt ski
Ppt ski
 
Ppt materi kelas 3 mi
Ppt materi kelas 3 miPpt materi kelas 3 mi
Ppt materi kelas 3 mi
 
Bab xii
Bab xiiBab xii
Bab xii
 
Kisah kelahiran nabi muhammad
Kisah kelahiran nabi muhammadKisah kelahiran nabi muhammad
Kisah kelahiran nabi muhammad
 
2. Siroh Nabawiyah: sejak kelahiran hingga kenabian
2. Siroh Nabawiyah: sejak kelahiran hingga kenabian2. Siroh Nabawiyah: sejak kelahiran hingga kenabian
2. Siroh Nabawiyah: sejak kelahiran hingga kenabian
 
Selamat datang wahai nabiku ke kasih allah swt
Selamat datang wahai nabiku ke kasih allah swtSelamat datang wahai nabiku ke kasih allah swt
Selamat datang wahai nabiku ke kasih allah swt
 
Materi PAI Kelas 7 BAB V
Materi PAI Kelas 7 BAB VMateri PAI Kelas 7 BAB V
Materi PAI Kelas 7 BAB V
 
Tarikh Tasyri Zaman Rasulullah Hingga Muqollidun
Tarikh Tasyri Zaman Rasulullah Hingga MuqollidunTarikh Tasyri Zaman Rasulullah Hingga Muqollidun
Tarikh Tasyri Zaman Rasulullah Hingga Muqollidun
 
Bab viii
Bab viiiBab viii
Bab viii
 
Materi PAI Kelas VII
Materi PAI Kelas VIIMateri PAI Kelas VII
Materi PAI Kelas VII
 
Iman kepada rasul
Iman kepada rasulIman kepada rasul
Iman kepada rasul
 
22607700 nota-pendidikan-islam-tingkatan-4
22607700 nota-pendidikan-islam-tingkatan-422607700 nota-pendidikan-islam-tingkatan-4
22607700 nota-pendidikan-islam-tingkatan-4
 
sirah nabawiyyah
sirah nabawiyyahsirah nabawiyyah
sirah nabawiyyah
 
1.4 akhtharu nisyanil qur'an
1.4 akhtharu nisyanil qur'an1.4 akhtharu nisyanil qur'an
1.4 akhtharu nisyanil qur'an
 

Similar to SA'ID BIN ZAID FIX

Teladan siti khadijah
Teladan siti khadijahTeladan siti khadijah
Teladan siti khadijah
Iyeh Solichin
 
ppt Kelompok 2 SKI.pptx
ppt Kelompok 2 SKI.pptxppt Kelompok 2 SKI.pptx
ppt Kelompok 2 SKI.pptx
nofrimon2
 
معرفتك لنبينا محمد صلى الله عليه وسلم.pptx
معرفتك لنبينا محمد صلى الله عليه وسلم.pptxمعرفتك لنبينا محمد صلى الله عليه وسلم.pptx
معرفتك لنبينا محمد صلى الله عليه وسلم.pptx
nurhaziqahnorhalimi
 
KISAH NABI MUHAMMAD SAW
KISAH NABI MUHAMMAD SAWKISAH NABI MUHAMMAD SAW
KISAH NABI MUHAMMAD SAW
Rinaldi Julian
 
Sejarah Kelahiran Nabi Muhammad SAW
Sejarah Kelahiran Nabi Muhammad SAWSejarah Kelahiran Nabi Muhammad SAW
Sejarah Kelahiran Nabi Muhammad SAW
Firdika Arini
 
Perkembangan Pemikiran Islam
Perkembangan Pemikiran IslamPerkembangan Pemikiran Islam
Perkembangan Pemikiran Islam
husni240995
 
Mencotohi sifat peribadi isteri2 rasulullah s.a.w
Mencotohi sifat peribadi isteri2 rasulullah s.a.wMencotohi sifat peribadi isteri2 rasulullah s.a.w
Mencotohi sifat peribadi isteri2 rasulullah s.a.wNur Amira
 
Kultum..
Kultum..Kultum..
Kultum..
Insan Madani
 
siroh-nabawiyah-tinta-emas-perjalanan.pdf
siroh-nabawiyah-tinta-emas-perjalanan.pdfsiroh-nabawiyah-tinta-emas-perjalanan.pdf
siroh-nabawiyah-tinta-emas-perjalanan.pdf
RuqyahMadiun
 
Khadijah binti khuwailid
Khadijah binti khuwailidKhadijah binti khuwailid
Khadijah binti khuwailidRidas Zabbarae
 
Ali bin abi thalib
Ali bin abi thalibAli bin abi thalib
Ali bin abi thalib
afinnafia
 
Ilmu fiqih - Agama Islam kelas xi
Ilmu fiqih - Agama Islam kelas xiIlmu fiqih - Agama Islam kelas xi
Ilmu fiqih - Agama Islam kelas xi
Fathia Nurul M
 
Sumbngan khalifah umar bin abdul aziz trhadap tamadun (1)
Sumbngan khalifah umar  bin abdul aziz trhadap tamadun (1)Sumbngan khalifah umar  bin abdul aziz trhadap tamadun (1)
Sumbngan khalifah umar bin abdul aziz trhadap tamadun (1)Rama Danty
 
Muhammad dan Beriman Kepada Nabi & Rasul
Muhammad dan Beriman Kepada Nabi & RasulMuhammad dan Beriman Kepada Nabi & Rasul
Muhammad dan Beriman Kepada Nabi & Rasulladychandrakasih Charsy
 
sirahnabawiyah-230409004024-17014127 (1) - Copy.pptx
sirahnabawiyah-230409004024-17014127 (1) - Copy.pptxsirahnabawiyah-230409004024-17014127 (1) - Copy.pptx
sirahnabawiyah-230409004024-17014127 (1) - Copy.pptx
royyanmubarok1
 
Sejarah siti khadijah
Sejarah siti khadijahSejarah siti khadijah
Sejarah siti khadijah
Agus Triyono
 
3. mk s.p.i bab iii [sejarah peradaban islam periode makkah [610 622 m]
3. mk s.p.i bab iii [sejarah peradaban islam periode makkah [610 622 m]3. mk s.p.i bab iii [sejarah peradaban islam periode makkah [610 622 m]
3. mk s.p.i bab iii [sejarah peradaban islam periode makkah [610 622 m]
ArifFanani2
 
Dakwah mekah fix copy
Dakwah mekah fix   copyDakwah mekah fix   copy
Dakwah mekah fix copy
puputrahmats
 
Putri Riyanti Octaviani (1901085022)
Putri Riyanti Octaviani (1901085022)Putri Riyanti Octaviani (1901085022)
Putri Riyanti Octaviani (1901085022)
UtiPuput
 
Ceramah israk mikraj (1)
Ceramah israk mikraj (1)Ceramah israk mikraj (1)
Ceramah israk mikraj (1)amirqayyum
 

Similar to SA'ID BIN ZAID FIX (20)

Teladan siti khadijah
Teladan siti khadijahTeladan siti khadijah
Teladan siti khadijah
 
ppt Kelompok 2 SKI.pptx
ppt Kelompok 2 SKI.pptxppt Kelompok 2 SKI.pptx
ppt Kelompok 2 SKI.pptx
 
معرفتك لنبينا محمد صلى الله عليه وسلم.pptx
معرفتك لنبينا محمد صلى الله عليه وسلم.pptxمعرفتك لنبينا محمد صلى الله عليه وسلم.pptx
معرفتك لنبينا محمد صلى الله عليه وسلم.pptx
 
KISAH NABI MUHAMMAD SAW
KISAH NABI MUHAMMAD SAWKISAH NABI MUHAMMAD SAW
KISAH NABI MUHAMMAD SAW
 
Sejarah Kelahiran Nabi Muhammad SAW
Sejarah Kelahiran Nabi Muhammad SAWSejarah Kelahiran Nabi Muhammad SAW
Sejarah Kelahiran Nabi Muhammad SAW
 
Perkembangan Pemikiran Islam
Perkembangan Pemikiran IslamPerkembangan Pemikiran Islam
Perkembangan Pemikiran Islam
 
Mencotohi sifat peribadi isteri2 rasulullah s.a.w
Mencotohi sifat peribadi isteri2 rasulullah s.a.wMencotohi sifat peribadi isteri2 rasulullah s.a.w
Mencotohi sifat peribadi isteri2 rasulullah s.a.w
 
Kultum..
Kultum..Kultum..
Kultum..
 
siroh-nabawiyah-tinta-emas-perjalanan.pdf
siroh-nabawiyah-tinta-emas-perjalanan.pdfsiroh-nabawiyah-tinta-emas-perjalanan.pdf
siroh-nabawiyah-tinta-emas-perjalanan.pdf
 
Khadijah binti khuwailid
Khadijah binti khuwailidKhadijah binti khuwailid
Khadijah binti khuwailid
 
Ali bin abi thalib
Ali bin abi thalibAli bin abi thalib
Ali bin abi thalib
 
Ilmu fiqih - Agama Islam kelas xi
Ilmu fiqih - Agama Islam kelas xiIlmu fiqih - Agama Islam kelas xi
Ilmu fiqih - Agama Islam kelas xi
 
Sumbngan khalifah umar bin abdul aziz trhadap tamadun (1)
Sumbngan khalifah umar  bin abdul aziz trhadap tamadun (1)Sumbngan khalifah umar  bin abdul aziz trhadap tamadun (1)
Sumbngan khalifah umar bin abdul aziz trhadap tamadun (1)
 
Muhammad dan Beriman Kepada Nabi & Rasul
Muhammad dan Beriman Kepada Nabi & RasulMuhammad dan Beriman Kepada Nabi & Rasul
Muhammad dan Beriman Kepada Nabi & Rasul
 
sirahnabawiyah-230409004024-17014127 (1) - Copy.pptx
sirahnabawiyah-230409004024-17014127 (1) - Copy.pptxsirahnabawiyah-230409004024-17014127 (1) - Copy.pptx
sirahnabawiyah-230409004024-17014127 (1) - Copy.pptx
 
Sejarah siti khadijah
Sejarah siti khadijahSejarah siti khadijah
Sejarah siti khadijah
 
3. mk s.p.i bab iii [sejarah peradaban islam periode makkah [610 622 m]
3. mk s.p.i bab iii [sejarah peradaban islam periode makkah [610 622 m]3. mk s.p.i bab iii [sejarah peradaban islam periode makkah [610 622 m]
3. mk s.p.i bab iii [sejarah peradaban islam periode makkah [610 622 m]
 
Dakwah mekah fix copy
Dakwah mekah fix   copyDakwah mekah fix   copy
Dakwah mekah fix copy
 
Putri Riyanti Octaviani (1901085022)
Putri Riyanti Octaviani (1901085022)Putri Riyanti Octaviani (1901085022)
Putri Riyanti Octaviani (1901085022)
 
Ceramah israk mikraj (1)
Ceramah israk mikraj (1)Ceramah israk mikraj (1)
Ceramah israk mikraj (1)
 

SA'ID BIN ZAID FIX

  • 1. Sa’id Bin Zaid Oleh: Haikal Haqiqi Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia Email: Haqiqihaikal@yahoo.com A. PENDAHULUAN Sa’id bin Zaid al Adawy merupkan salah seorang sahabat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang masuk agam Islam angkatan pertama atau paling awalmemeluk Islam. Ia memeluk Islam bersama istrinya, Fathimah binti Khattab, adik dari Umar bin Khattab. Sejak masa remajanya di masa jahiliyah, ia tidak pernah mengikuti perbuatan-perbuatan yang umumnya dilakukan oleh kaum Quraisy, seperti menyembah berhala, bermain judi, minum minuman keras,main wanita dan perbuatan nista lainnya. Sikap dan pandangan hidupnyaini ternyata diwarisi dari ayahnya, Zaid bin Amru bin Naufal. Sejak lama Zaid bin Amru telah meyakini kebenaran agama Ibrahim, tetapi tidak mengikuti Agama Yahudi dan Nasraniyang menurutnya telah jauh menyimpang dari agama Ibrahim. Ia tidak segan mencela cara-cara peribadatan dan perbuatan jahiliyah dari kaum Quraisy tanpa rasa takut sedikitpun. B. PEMBAHASAN 1. Biografi Sa’id bin Zaid Sa’id bin Zaid bin Amru bin Nufail bin Abdul Uzza bin Riyah bin Abdullah bin Qurth bin Razah bin Adi bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin An-Nadhr bin Kinanah Al-Qurasyi Al-Adawi Al-Makki Al-Madani. Nasabnya bertemu dengan nasabRasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pada Ka’ab bin Lu’ay, dia berasal dari Bani Adi, kerabat dari Umar bin Khaththab, dan nasab mereka bertemu pada Nufail. Jadi Umar adalah anak dari paman ayahnya. Di masa jahiliyah, keluar Sa’id (Bani Adi) adalah kabilah yang paling sedikit jumlahnya disbanding kabilah-kabilah lain yang terdapat di Quraisy. Mereka tidak mendapatkan jabatan yang penting pada masa jahiliyah, terutama yang berkenaan dengan Ka’bah dan Baitul Haram. Tapi mereka diberikan tanggung jawab sebagai delegasi dan negosiator antara Quraisy dengan siapa saja yang berselisih dan menggugat mereka dari kabilah-kabilah arab lainnya. Suatu hal yang menunjukkan ketegaran dan ketabahan mereka.
  • 2. Sa’id dijuluki Abu Al-A’war.Namun dari sekian banyak anaknya,tidak diketahui ada yang bernama tersebut (Al-A’war). Dia berperawakan tinggi besar dan memiliki banyak bulu ditubuhnya, dalam hal ini ia menyerupai Umar. 2. Masa Kecilnya Kebijaksanaan takdir telah menyiapkan kebahagiaan bagi remaja ini sejak menghirup udara pertamanya hingga hari terakhirnya di dunia. Dan pena sejarah pun telah mencatat banyak faktor yang membuatnya mampu meraih kebahagiaan tersebut, dan tetap menjaganya dalam perjalanan waktu dari segala hal yang mengancamnya Benih-benih kebahagiaan telah mulai disemai ketika ayahnya memberinya nama Sa’id (Kebahagiaan), dan setiap manusia mempunyai keberuntungannya masing-masing dengan namanya. Dansejarahpun telah menyimpan banyak peristiwa dan perbuatannyaa yang menjamin kebahagiaannyaa di dunia dan akhirat. Kemudian diikuti dengan didikan, bimbingan, dan asuhan dari ayahnya, seorang laki- laki shalih yang cerdas dan bijaksana, yaitu Zaid bin Amru bin Nufail. Seorang laki-laki yang hidup di tengah keluarganya Bani Adi, dan di tengah kabilah besarnya yaitu Quraisy yang berada dalam kesyirikan dan penyembahan berhala serta kondisi masyarakat jahiliyah yang kufur. Namun demikian, ia bagaikan potret tersendiri yang terpisah dari masyarakat tersebut, ia bukanlah gambaran dari mereka. Secara terang-terangan ia memperlihatkan perbedaannya dengan masyarakatnya, menjauh dari mereka, dan menghindari penyembahan tuhan-tuhan mereka maupun para leluhur. Dia menolak untuk mengundi nasib dengan anak panah sebagaimana kebiasaankaumnya, ataupun memberikan hewan kurban untuk berhala-hala. Dia seringkali menyelamatkan hidup anak-anak perempuan yang akan dibunuh orang tua mereka dengan cara di kubur hidup-hidup. Ia mengambil anak-anak itu dari orang tua yang akan membunuh mereka, kemudian mengasuh dan mendidiknya. Dia pernah ditawarkan untuk memeluk agama nasrani, namun ia menolaknya. Begitupula dengan agama yahudi. Dia tetap berpegang kepada agama Ibrahim Alaihissalam, dan menjalankan apa-apa yang masih tersisa dari ajaran suci Ibrahim Alaihissalam yang pertama. Ia sering mendatangi Ka’bah,dan sangat menunggu kedatangan seorang Nabi dari keturunan Isma’il Alaihissalam, yaitu Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam. Namun sayangnya ia tidak pernah menjumpai beliau, karena ia wafat lima tahun sebelum beliau diutus menjadi Nabi. Dalam pengawasan dan asuhan laki-laki cerdas yang merupakan seorang penganut tauhid murni inilah Sa’id bin Zaid menjalani hari-hari pertamanya di dunia. Dan dari kemurnian inilah ia mereguk minuman pertamanya, dan dalam arahan dan pola fikir ini ia tumbuh. Kemudian, dengan mengikuti pola dan jalan yang lurus tersebut ia pun sampai pada tujuannya. Akhlak yang baik, akal yang cemerlang, dan fikiran yang sehat, serta kemampuan analisa yang tajam, diwariskan kepada keturunan. Dan gen-gen tersebut diwarisi sebagaimana mereka mewarisi ciri-ciri fisik dari orang tua mereka. Maka Sa’id pun mewarisi akhlak ayahnya, berjalan mengikuti jalan yang pernah ditempuhnya, dan mengikuti jejak langkahnya. Yang kemudian menerangi jalannya, dan meneguhkan langkahnya dalam meniti jalan yang lurus.
  • 3. 3. Masuk Islam Begitu fajar risalah mulai terbit, Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam menyampaikan dakwahnya, dan Sa’id mendengar tentangnya, ia segera mendatangi Nabi Shallallahu’alaihi wa Sallam dan menyatakan keislamannya di hadapan beliau. Dengan demikian ia turut bergabung dalam kafilah pertama yang mengemban dakwah dan menyeru kepada kebenaran dan kebaikan. Ibnu Sa’admeriwayatkan dari Yazid bin Ruman, ia berkata,“Sa’id bin Zaid bin Amru bin Nufail masuk Islam sebelum Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam memasuki Darul Arqam dan berdakwah di sana.” Al-Imam Muhammad bin Ishaq menuturkan nama-nama mereka yang pertama kali masuk Islam, dan menyebutkan nama Khadijah, Ali bin Abu Thalib, Zaid bin Haritsah, dan Abu Bakar. Dan mereka yang masuk Islam melalui Abu Bakar : Utsman, Zubair, Ibnu Auf, Sa’ad bin Abi Waqqash, dan Thalhah bin Ubaidillah. Kemudian ia berkat, “Lalu masuk Islam pula Abu Ubaidah bin Al-Jarrah, Abu Salamah bin Abdul Asad,Al-Arqam, Utsman, Qudamah, dan Abdullah putra-putra Mazh’un, Ubaidah bin Al-Harits, Sa’id bin Zaid, dan istrinya Fathimah binti Al-Khaththab saudari dari Umar, Asma binti Abu Bakar, dan Khabbab bin Al-Arat.” Keislaman Sa’id merupakan keislaman yang didasari oleh pendidikan yang baik, akal yang cemerlang, dan hati yang terang. Adapun pendidikan adalah ia tumbuh dalam asuhan Zaid bin Amru bin Nufail, seorang laki-laki bijaksana yang mengikuti agama Ibrahim yang lurus, meninggalkan berhala- berhala Quraisy, dan menolak agama nasrani dan yahudi yang telah diselewengkan. Seorang laki-laki yang setia menunggu kedatangan seorang Nabi yang telah dekat masanya, namun keinginannya tersebut terhalang oleh kematian yang menjemputnya. Adapun Sa’id, ia segera memenuhi keinginannya dan mewujudkan cita-citanya. Ia pun meniti jalannya dan mengikuti agama yang murni dari kotornya kesyirikan dan animism. Agama yang mengobati kerinduan manusia, menghormati akalnya, menghargai kehormatan manusia, dan menyucikan kemanusiaan itu sendiri. Adapun akal yang cemerlang adalah karena ia telah mengetahui dan menyaksikan sendiri kemuliaan akhlak Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wa Sallamm, juga keindahan pekertinya dan kedudukannya yang terhormat di kaumnya. Kemudian ia menggunakan kecerdasannya untuk menganalisa dakwah dan pokok-pokok ajaran beliau, lalu membandingkannya dengan apa yang telah dicari dan ditunggu-tunggu ayahnya sejak lama, dan ia pun menemukan kebenaran di sana. Sedikitpun ia tidak merasakan kerancuan dari apa yang diserukan oleh Nabi yang mulia tersebut dengan fenomena yang ada di masyarakat Quraisy saat itu. Sa’id kemudian mengkumulasikan itu semua dengan apa yang dilihatnya, bahwa rombongan yang pertama-tama menyambut Islam adalah tokoh-tokoh seperti Abu Bakar, Thalhah, Zubair, Sa’ad, Abu Ubaidah, dan Ibnu Auf. Maka ia pun tidak ragu lagi untuk menyambut dan mengulurkan tangan kanannya memegang tangan kanan Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam, berserah diri kepada agamanya, menyatakan keimanan kepada risalahnya, dan turut membela dakwahnya. Sedangkan hati yang terang yaitu ketenangan hati yang ia dapatkan di dalam Islam yang berdiri di atas sikap mentauhidkan Dzat Yang Maha Tinggi. Juga apa yang ia rasakan dalam jiwanya, yang menuntaskan dahaga kerinduannya, disbanding dengan tuhan-tuhan
  • 4. yang terbuat dari batu dan tanah! “Allah membuat perumpamaan (yaitu) seorang laki-laki (hamba sahaya) yang dimiliki oleh beberapa orang yang berserikat yang dalam perselisihan, dan seorang hamba sahaya yang menjadi milik penuh dari seorang (saja). Adakah kedua hamba sahaya itu sama keadaannya? Segala puji bagi Allah, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui (QS. Az-Zumar [39]:29]. Kemudian bergabung dengan mereka Khabbab bin Al-Arat yang mengajarkan mereka Al-Qur’an di rumah mereka.Mereka semua menyembunyikan keislaman mereka karena takut akan kekerasan sikap Bani Adi, khususnya Umar yang masih berada dalam kesyirikan. Keislaman Sa’id merupakan baris pertama dari catatankebahagiaannya.Sebuah kunci dari banyak kemuliaan yang akan ditorehkannya dalam kitab kehidupannya, hingga nanti ia meninggalkan dunia ini dengan membawa kabar gembira dari Nabi tentang kehidupan yang abadi di surga yang penuh nikmat. 4. Perjalanan hidup Sa’id masuk Islam sejak awal kemunculan dakwah, dan bergabung dengan para pahlawan pengusung panji dakwah yang pertama. Dia sangat menyadari akan beban berat yang diembannya dengan pilihan yang berani tersebut. Dia juga mengetahui ancaman siksaan beratyang telah menunggunya, dan menunggu orang-orang sepertinya yang mengikuti cahaya baru yang muncul di Mekah, tepati di tengah kelamnya kemusyrikan dan kekufuran. Juga terbayang di matanya siksaan kaum nya dari Bani Adi, dan yang terdepan dari mereka adalah Umar bin Khaththab yang terkenal dengan kekerasan dan kebengisannya. Namun ia tidak peduli dengan itu semua, ia menguatkan dirinya untuk menanggung kesusahan, dan sabar dalam menghadapi berbagai penderitaan yang akan menimpa para pengemban dakwah yang berjiwa besar. Ia juga mengokohkan tekadnya, dan keislaman istrinya Fathimah bin Khaththab, adik dari Umar bin Khaththab semakin menguatkannya. Maka ia pun berjanji untuk tetap berada di jalan dakwah, siap mengorbankan apa saja, karena harga yang akan diperolehnya jauh lebih mahal dari apapun juga. Sa’id adalah seorang yang berpendirian teguh, berperilaku mulia, sangat wara’,amat menjauhi hal-hal yang berbau syubhat, apalagi yang haram. Dia telah menyimak petunjuk dan perjalanan hidup Nabi Shallallahu’alaihi wa Sallam, mendengar langsung hadits-hadits beliau, dan berakhlak dengan akhlak beliau Ia pernah bersandar di dinding Ka’bah ketika kaum Quraisy sedang melakukan ritual- ritual penyembahannya sambil berkata,”Wahai kaum Quraisy, apakah tidak ada di antara kalian yang menganut agama Ibrahim selain aku?”. Zaid bin Amru juga sangat aktif menentang kebiasaan kaum Quraisy mengubur hidup-hidup anak-anak perempuannya,karena dianggap sebagai aib, seperti yang dilakukan Umarbin Khattab di masa jahiliyahnya. Ia selalu menawarkandiri untuk mengasuh anak-anak perempuan itu. Ia juga selalu menolah memakan daging yang disembelih tidak disebutkan nama Allah saat penyembelihannya. Seakan-akan ia memperoleh ilham, Ia pernah berkata kepada sahabat dan kerabatnya,”Aku sedang menunggu seorang Nabi dari keturunan Ismail, hanya saja rasanya aku tidak akan sempat melihatnya, tetapi aku beriman kepadanya dan meyakini keberadaannya!!”
  • 5. Zaid bin Amru sempat bertemu dan bergaul dengan Nabi Muhammad SAW sebelum beliau dikukuhkan sebagai Nabi dan Rasul, sosok pemuda ini (yakni, Nabi Muhammad SAW)sangat mengagumkan bagi dirinya, di samping akhlaknya yang mulia, pemuda ini juga mempunyai pandangan yang sama dengan dirinya tentang kebiasaan dan ritual jahiliyah kaum Quraisy. tetapi Zaid meninggal ketika Kaum Quraisy sedang memperbaiki Ka’bah, yakni ketika Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berusia 35 tahun. Dengan didikan seperti itulah Sa’id bin Zain tumbuh dewasa,maka tak heran ketika Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menyampaikan risalahnya, ia dan istrinya langsung menyambut seruan beliau. Tak ada ketakutan dan kekhawatiran walau saat itu kaum Quraisy melancarkan siksaan yang tak terperikan kepada para pemeluk Islam, termasuk Umar bin Khattab, kakak iparnya sendiri yang merupakan jagoan duel di pasar Ukadz. Hanya saja ia masih menyembunyikan keislamannya dan istrinya. Sampai Suatu ketika Umar yang bertemperamen keras itu mengetahuinya juga. Ketika itu Sa’id dan istrinya sedang mendapatkan pengajaran alQuran dari sahabat Khabbab bin Arats,tiba-tiba terdengar gedoran di pintu rumahnya. Ketika ditanya siapa yang mengetuk pintu seperti itu, terdengar jawaban yang garang,”UMAR!” Suasana khusyuk dalam pengajaran AlQuran seketika menjadi kacau.Khabbabsegera bersembunyi sambil terus berdoa memohon pertolongan Allah untuk mereka. Sa’id dan istrinya menuju pintu sambil menyembunyikan mushaf di balik bajunya. Bagitu pintu dibuka, Umarmelontarkan pernyataankerasdengan sorot mata yang menakutkan,”Benarkan apa yang kudengar, kalau kalian telah murtad!” Sebenarnya Sa’id melihat bahaya yang tampak dari sorot mata Umar. Tetapi keimanan yang telah merasuk seolah memberikan tambahan kekuatan yang terkira. Bukannya menolak tuduhan, ia justru berkata,”Wahai Umar, Bagaimana pendapat Anda jika kebenaran itu ternyata berada di pihak mereka?”mendengar jawaban itu, Umar langsung menerkam Sa’id, memutar kepalanya kemudian membantingnya ke tanah, setelah itu Umar menduduki Sa’id. Fathimah mendekat untuk membela suaminya yang terlihat kesakitan, tetapi ia mendapat tinju keras Umar di wajahnya sehingga terjatuh dan darah mengalir di bibirnya. Keadaan Sa’id sangat kritis, ia bukan lawan duel sebanding dengan Umar, ia hanya pasrah jika Umar akan menghabisinya. tetapi tiba-tiba terdengar pekikan istrinya Fathimah. Bukan ketakutan, tetapi pekikan perlawanan dan permusuhan dengan penuh keberanian,”Hai musuh Allah, kamu berani memukul saya karena berimn kepada Allah..! Hai Umar, berbuatlah semaumu, karena saya akan tetapi bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan bahwa Muhammad adalah Rasulullah…!” Umar tersentak bagai disengat listrik, pekikan itu seakan menembus ulu hatinya, terkejut dan heran. Umar bin Khattab seakan tidak percaya waniat yang tidak lain adalah adiknya sendiri berani menentangnya. Tetapi justru dari keheranan dan ketidakpercayaannya ini, amarah menjadi reda, dan kemudian menjadi titik balik ia memperoleh hidayah dan akhirnya memeluk Islam. Sa’id bin Zaid merupakan sosok yang banyak menghabiskan waktunya untuk beribadah, seorang alim yang sangat zuhud. Hampir tidak pernah tertinggal dalam berbagai pertempuran dalam menegakkan panji-panji keimanan. Ia tidak mengikuti perang Badar, karena saat itu ia ditugaskan NabiSAW untuk tugas mata-mata ke Syam bersama Thalhah bin Ubaidillah. Tetapi beliau menetapkannya sebagai Ahlul Badr dan memberikan bagian ghanimah dari perang Badar,walau secara fisik tidak terjun dalam pertempuran tersebut. Ada tujuh sahabat lainnya seperti Sa’id, tidak mengikuti perang Badar, tetapi Nabi SAW menetapkannya sebagai Ahlul Badr.
  • 6. Sa’id juga termasuk dalam kelompok sepuluh sahabat yang dijamin oleh Nabi SAW akan masuk surga dalam masa hidupnya. Sembilan sahabat lainnya adalah, empat sahabat Khulafaur Rasyidin, Abdurrahman bin Auf, Sa’d bin Abi Waqqash, Zubair bin Awwam, Thalhah bin Ubaidillah dan Abu Ubaidah bi Jarrah R.Hum. Sa’id sempat mengalami masa kejayaan Islam, di mana wilayah makin meluas dan makin banyak lowongan jabatan. Sesungguhnyalah ia pantas memangku salah satu dari jabatan-jabatan tersebut, tetapi ia memilih untuk menghindarinya. Bahkan dalam banyak pertempuran yang diterjuninya, ia lebih memilih menjadi prajurit biasa. Dalam suatu pasukan besar yang dipimpin oleh Sa’d bin Abi Waqqash, setelah menaklukan Damaskus, Sa’d menetapkan dirinya sebagai wali negeri/gubernur di sana. Tetapi Sa’id bin Zaid meminta dengan sangat kepada komandannya itu untuk memilih orang lain memegang jabatan tersebut, dan mengijinkannya untuk menjadi prajurit biasa di bawah kepemimpinannya. Ia ingin terus berjuang menegakkan kalimat Allah dan panji-panji kebenaran,suatu keadaan yang tidak bisa dilakukannyan jika ia memegang jabatan wali negeri. Seperti halnya jabatan yang dihindarinya, begitu juga dengan harta dan kemewahan dunia. Tetapi sejak masa khalifah Umar, harta kekayaan datang melimpah-ruah memenuhi Baitul Mal (Perbendaharaan Islam), sehingga mau tidak mau, sahabat-sahabat masa awal sepertiSa’id bin Zaid akan memperoleh bagian juga. Bahkan khalifah Umarmemberikan jatah (bagian) lebih banyak daripada bagian sahabat yang memeluk Islam belakangan, yaitu setelah terjadinya Fathul Makkah. Namun, setiap kali ia memperoleh pembagian harta atau uang, segera saja ia menyedekahkannya lagi, kecuali sekedarnya saja. Namun dengan cara hidupnya yang zuhud itu, masih juga ada orang yang memfitnah dirinya bersikap duniawiah. Peristiwa itu terjadi pada masa pemerintahan Muawiyah, ketika ia telah menghabiskan sisa hidupnya hanya untuk beribadah di Madinah. Seorang wanita bernama Arwa binti Aus menuduh Sa’id telah merampas tanah miliknya. Pada mulanya Sa’id tidak mau terlalu perduli ataumelayani tuduhan tersebut,ia hanya membantah sekedarnya dan menasehati wanita itu untuk tidak membuat kedustaan. Tetapi wanita itu tetap saja dengan tuduhannya, bahkan ia melaporkan kepada gubernur Madinah. Marwan bin Hakam, gubernur Madinah yang masih paman dari Muawiyah, atas laporan Arwa bin Aus itu memanggil Sa’id untuk mempertanggung-jawabkan tindakannya. Setelah menghadap, Sa’id membantah tuduhan itu, ia berkata, “Apakah mungkin aku mendzalimi wanita ini (yakni merampas tanahnya), sedangkan aku mendengar sendiri Rasulullah SAW bersabda : Barangsiapa yang mendzalimi seseorangdengan sejengkal tanah, maka Allah akan melilitnya dengan tujuh lingkaran bumi pada hari kiamat kelak!!” Sa’id memang meriwayatkan beberapa hadits Nabi SAW, termasuk hadits yang dijadikan hujjahnya itu. Ada hadits senada lainnya yang juga diriwayatkannya, yakni : Barang siapa yang berbuat dzalim terhadap sejengkal tanah, maka akan dikalungkan kepadanya tujuh lapis bumi, dan barang siapa yang terbunuh karena membela hartanya, maka ia mati syahid. Kemudian Sa’id berbalik menghadap kiblat dan berdoa, “Ya Allah, apabila dia (wanita itu) sengaja membuat-buat kebohongan ini, janganlah engkau mematikan dirinya kecuali setelah ia menjadi buta, dan hendaklah Engkau jadikan sumurnya sebagaikuburannya. Beberapa waktu kemudian Arwa binti Aus menjadi buta, dan dalam keadaan seperti itu ia terjatuh ke dalam sumur miliknya sendiri dan mati di dalamnya. Sebenarnya saat itu Sa’id berdoa tidak terlalu keras,tetapi beberapa orang sempat mendengarnya. Mereka segera saja mengetahui kalau Sa’id bin Zaid dalam kebenaran, dan doanya makbul. Namanya dan kebaikannya jadi semakin dikenal, dan ia banyak didatangi orang untuk minta didoakan.
  • 7. Seperti halnya jabatan dan harta kekayaan, ke-terkenal-an (popularitas) juga tidak disukai oleh Sa’id bin Zaid ini. Walaupun ia sebagai sahabat as sabiqunal awwalin, selalu berjuang dan berjihad di jalan Allah setiap kali ada kesempatan, dan menghabiskan waktu dengan ibadah ketika sedang ‘menggantungkan pedang’, bahkan telah dijamin masuk surga oleh Rasulullah SAW ketika masih hidup bersama (hanya) sembilan sahabat lainnya, tetapi ia tidak terlalu menonjol dan terkenal dibanding sahabat-sahabat lainnya yang memeluk Islam belakangan, seperti misalnya Khalid bin Walid, Amr bin Ash, Salman al Farisi dan lain- lainnya. Hal ini terjadi karena ia memang lebih suka ‘menyembunyikan diri’, lebih asyik menyendiri dalam ibadah bersama Allah, walau secara lahiriah ia berada di antara banyak sahabat lainnya. Setelah peristiwa dengan Arwa bin Aus dan banyak orang yang mendatangi dirinya, Sa’id merasa tidak nyaman. Apalagi kehidupan kaum muslimin saat itu, walau tinggal di Madinah, tetapi makin banyak saja yang ‘mengagung-agungkan’ kemewahan dunia. Jejak kehidupan Nabi SAW dan para sahabat masa awal, baik dari kalangan Muhajirin ataupun Anshar,yang selalu sederhana dan zuhud terhadap dunia sedikit demi sedikit mulai memudar. Karena itu Sa’id pindah ke daerah pedalaman, yakni di Aqiq, 5.Masa-masa akhir hidup Sa’id Bin Zaid Radhiallahu ‘Anhu Pada masa Dinasti Bani Umayyah, Sa’id bin Zaid menangisi shahabat-shahabat Islam yang telah meninggal sebelumnya. Tinggalah dia seorang diri menyaksikan terjadinya fitnah (kerusuhan) dan menyaksikan bagaimana kehidupan dunia dengan segala macam perhiasannya telah masuk ke dalam hati kaum muslimin, maka Sa’id pun lebih memilih untuk kembali ke Madinah dan tinggal disana. Pada waktu itu yang menjadi gubernur di Madinah adalah Marwan bin Hakam bin ‘Ash. Saat itu seorang wanita yang bernama Arwa binti Uwais keluar, lalu dia berkata, “Sesungguhnya Sa’id telah mencuri tanahku dan telah memasukkannya ke bagian tanahnya.” Sungguh perkataan itu sangat menyakitkan hati Sa’id bin Zaid, shahabat Rasulullah dan salah satu dari sepuluh orang yang mendapat kabar gembira berupa surga. Karenanya, Sa’id pun berkata, “Ya Allah, jika dia berbohong, maka hilangkanlah penglihatannya dan bunuhlah ia di tanahnya sendiri.” Seketika itu pula hujan turun dari langit sampai diperbatasan tanah yang menurut wanita itu Sa’id telah melampaui batas tersebut. Seketika mata wanita itupun menjadi buta dan hanya selang beberapa hari, wanita itu terjatuh dalam sebuahlubang yang berada di tanah miliknya hingga dia meninggal dunia. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengabulkan doa Sa’id bin Zaid yang terzhalimi dan telah dituduh sebagai seorang pembohong dan pendusta. Pada suatu pagi penduduk Madinah dikagetkan oleh suara seorang pelayat yang menangisi kepergian Sa’id bin Zaid radhiallahu ‘anhu. Peristiws itu terjadi pada masa kekhalifahan Muawiyah bin Abi Sufyan, tepatny a pada tahun ke-50 Hijriyah. Dia di kuburkan oleh Sa’ad bin Abi Waqqash radhiallahu ‘anhu dan ‘Abdullah bin ‘Umar radhiallahu ‘anhu. Salam sejahtera baginya.
  • 8. 6. Perilaku yang dapat dijadikan teladani dari Said bin Zaid A. Sejak Sa’id bin Zaid ini masih remaja, ia tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang biasa dilakukan oleh orang-orang Quraisy, seperti menyembah berhala, meminum minuman keras,bermain judi, bermain wanita atau perbuatan maksiat yang lain.Ternyata sikap dan pandangan dari Sa’id ini diwarisi dari sang ayah, yaitu Zaid bin Amru bin Naufal. B. Zaid bin Amru ini merupakan orang yang menyakini agama Ibrahim, tetapi tidak mengikuti agama Yahudi dan Nasraniyang dianggapnya sudah menyimpang jauh dari agama yang dibawa Ibrahim. C. Zaid juga menentang kebiasaan dari orang-orang Quraisy yang mengubur hidup-hidup anak-anak perempauannya, karena dianggap sebagai sebuah aib. D. Ia juga tidak mau makan daging yang disembelih tanpa menyebut nama Allah. Zaid bin Amru juga sempat bertemu dan beriteraksi dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sebelum Rasululullah menjadi Nabi dan Rasul. E. Sama sekali tidak sedikitpun keraguan dan ketakutan dari Sa’id dan istrinya, meskipun pada saat itu ora-orang Quraisy akan memberikan siksaan kepada siapa saja yang memeluk agama Islam, termasuk kakak iparnya sendiri yaitu Umar bin Khattab. F. Tidak gila jabatan G. Ia juga adalah seorang yang selalu mengikuti berbagai pertempuran untuk menegakkan agama Islam. Hanya satu pertempuran saja yg tidak ia ikuti, yaitu perang Badar. C.KESIMPULAN SAID bin Zaid bin Amru bin Nufail Al Adawi atau sering juga disebut sebagaiAbul A'waar,lahir di kota Makkah 22 tahun sebelum Hijrah. Beliau termasuk sepuluh orang yang diberi kabar gembira akan masuk surga oleh Rasulullah. Beliau memeluk Islam di awal-awal dakwah Rasulullah Saw di kota Makkah. Saat orang-orang banyak menentang seruan Rasulullah dan rumah Arqam bin Abil Arqam belum ditetapkan sebagaimarkas dakwah yang pertama, Said hadir dan mewarnai kehidupan Islam Makkah bersama istrinya, Fathimah. Ketika Rasulullah SAW menyeru orang-orang untuk memeluk Islam, Sa’id bin Zaid segera memenuhi panggilan beliau, menjadi pelopor orang-orang yang beriman kepada Allah dan membenarkan kerasulan Nabi Muhammad SAW. Tidak mengherankan kalau Sa’id secepat itu menerima seruan Muhammad SAW. Ia lahir dan dibesarkan dalam rumah tangga yang mencela dan mengingkari kepercayaan dan adat istiadat orang-orang Quraisy yang sesat. Sa’id dididik dalam kamar seorang ayah yang sepanjang hidupnya giat mencari agama yang hak. Bahkan dia mati ketika sedang berlari kepayahan mengejar agama yang hak. Ketika dia masuk Islam, umurnya belum lebih dari 20 tahun. Selain PerangBadar,dia turut berperang bersama-sama Rasulullah dalam setiap peperangan. Ketika itu dia sedang melaksanakan suatu tugas penting lainnya yang ditugaskan Rasulullah kepadanya. Dia turut mengambil bagian bersama-sama kaum Muslimin mencabut singgasana Kisra Persia dan menggulingkan Kekaisaran Romawi. Dalam setiap peperangan yang dihadapi kaum Muslimin, dia selalu memperlihatkan penampilan dengan reputasi terpuji. Di antara prestasinya yang paling menakjubkan ialah apa yang tercatat dalam Perang Yarmuk