Rezeki umum dan rezeki khusus merupakan ujian Allah bagi hamba-Nya. Rezeki umum berupa harta duniawi yang diberikan kepada seluruh makhluk, sedangkan rezeki khusus berupa ilmu dan amal shaleh yang membantu menjalankan agama. Banyak sedikitnya rezeki tidak menunjukkan kasih sayang Allah, melainkan ujian untuk mengetahui tingkat iman dan kesabaran hamba. Hanya rezeki khususlah yang menghantarkan
MENCIPTAKAN BUDAYA PERBAIKAN
Resume:
(Linda Suskie, 2015. Five Dimensions of Quality; a Common Sense Guide To Accreditations and Accountability. San Fransisco; Jossey Bass)
Terkadang terbesit di sebagian masyarakat bahwa rezeki itu identik dengan uang atau kekayaan, namun sebenarnya pemahaman itu terlalu picik dab sempit, baiklah kita paparkan sedikit tentang rezeki tersebut
2. “Allah meluaskan rezki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia
kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal
kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah
kesenangan (yang sedikit).” QS.ar Ra’d(13).26
3. rezeki /re·ze·ki/ n 1 segala sesuatu yg dipakai untuk memelihara
kehidupan (yg diberikan oleh Tuhan); makanan (sehari-hari);
nafkah; 2 ki penghidupan; pendapatan (uang dsb untuk
memelihara kehidupan); keuntungan; kesempatan mendapat
makan;-- elang tak akan dapat (dimakan) oleh musang (burung
pipit), pb setiap orang ada keuntungannya masing- masing; ada
nyawa (umur) ada -- , pb selama masih hidup kita tentu masih
sanggup berusaha;-- batin sesuatu yg berguna bagi batin;
santapan rohani;
-- halal pendapatan yg halal (yg diperoleh dng jujur);
-- mahal sukar mencari rezeki (penghidupan); jarang sekali
mendapat keuntungan;
-- mata segala sesuatu yg sedap dipandang;
-- meninggi mendapat keuntungan tidak dng bersusah payah;
-- merendah segala yg dikerjakan selalu menguntungkan;
-- murah mudah mendapat penghidupan; kerap kali mendapat
keuntungan;
-- nomplok cak rezeki yg diperoleh tanpa diduga dan dl jumlah yg
cukup besar
4. Yakni segala sesuatu yang memberikan
manfaat bagi badan, berupa harta, rumah,
kendaraan, kesehatan, dan selainnya, baik
berasal dari yang halal maupun haram.
Rezeki jenis ini Allah berikan kepada seluruh
makhluk-Nya, baik orang muslim maupun
orang kafir.
Banyaknya pemberian jenis rezeki yang
pertama ini tidak menunjukkan kemuliaan
seseorang di sisi Allah. Begitu pula sedikitnya
rezeki dunia yang Allah berikan kepada
seseorang tidak menunjukkan kehinaan orang
tersebut.
5. Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia
dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan
berkata: “Tuhanku telah memuliakanku”. Adapun bila
Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya maka dia
berkata: “Tuhanku menghinakanku” . (QS. Al Fajr :15-16)
6. Imam Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan,
“Allah Ta’ala berfirman mengingkari
keyakinan (sebagian) manusia. (Maksud ayat
ini) bahwasanya jika Allah meluaskan rezeki
mereka tujuannya adalah untuk menguji
mereka dengan rezeki tersebut. Sebagian
orang meyakini bahwa rezeki dari Allah
merupakan bentuk pemuliaan terhadap
mereka. Namun yang benar bukanlah
demikian, bahkan rezeki tersebut merupakan
ujian dan cobaan untuk mereka sebagaimana
firman Allah :
7. “Apakah mereka mengira bahwa harta dan
anak-anak yang Kami berikan kepada mereka
itu (berarti bahwa),Kami bersegera
memberikan kebaikan-kebaikan kepada
mereka? Tidak, sebenarnya mereka tidak
sadar” (QS. Al Mu’minun:55-56).
8. Demikian pula sebaliknya. Jika Allah
memeberinya cobaan dan mengujinya dengan
menyempitkan rezekinya, sebagian orang
menyangka Allah sedang menghinakannya.
Maka Allah katakan : { َالك} (sekali-kali tidak).
Yang dimaksud bukanlah seperti persangkaan
mereka. Allah memberikan harta kepada
orang yang Allah cintai dan kepada orang
yang tidak Allah cintai. Allah juga
menyempitkan harta terhadap orang yang
Allah cintai maupun orang yang tidak
dicintai-Nya.
9. Sesungguhnya semuanya bersumber pada ketaatan
kepada Allah pada dua kondisi tersebut (baik ketika
mendapat rezeki yang luas maupun rezeki yang
sempit). Jika seseorang kaya (mendapat banyak
rezeki harta) dia bersyukur kepada Allah dengan
pemberian tersebut, dan jika miskin (sempit rezeki)
dia bersabar.” (Tafsiru al Quran al ‘Adzim, Imam Ibnu
Katsir rahimahullah)
Banyak sedikitnya rezeki duniawi adalah ujian
semata, bukan standar kecintaan Allah terhadap
hamba. Rezeki harta sebagai ujian Allah atas hamba-
Nya, untuk mengetahui siapakah di antara hambanya
yang bersyukur dan bersabar.
10. Yakni segala sesuatu yang membuat tegak
agama seseorang. Rezeki jenis ini berupa
ilmu yang bermanfaat dan amal shalih serta
semua rezeki halal yang membantu seseorang
untuk taat kepada Allah. Inilah rezeki yang
Allah berikan khusus kepada orang-orang
yang dicintai-Nya. Inilah rezeki yang hakiki,
yang menghantarkan seseorang akan
mendapat kebahagiaan dunia akherat.
11. “Dan barangsiapa beriman kepada Allah dan mengerjakan
amal yang saleh niscaya Allah akan memasukkannya ke
dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-
sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.
Sesungguhnya Allah memberikan rezki yang baik
kepadanya “ (QS. Ath Thalaq:11).
“Ini adalah kehormatan (bagi mereka). Dan sesungguhnya
bagi orang-orang yang bertakwa benar-benar (disediakan)
tempat kembali yang baik, (yaitu) syurga ‘Adn yang pintu-
pintunya terbuka bagi mereka, di dalamnya mereka
bertelekan (diatas dipan-dipan) sambil meminta buah-
buahan yang banyak dan minuman di surga itu. Dan pada
sisi mereka (ada bidadari-bidadari) yang tidak liar
pandangannya dan sebaya umurnya Inilah apa yang
dijanjikan kepadamu pada hari berhisab. Sesungguhnya ini
adalah benar-benar rezki dari Kami yang tiada habis-
habisnya. “ (QS. Shaad: 49-54)
12. “Sesungguhnya tiap-tiap kalian dikumpulkan
penciptaannya dalam rahim ibunya selama 40 hari berupa
nutfah, kemudian menjadi ‘Alaqoh (segumpal darah)
selama itu juga lalu menjadi Mudhghoh (segumpal daging)
selama itu juga, kemudian diutuslah malaikat untuk
meniupkan ruh kepadanya lalu diperintahkan untuk
menuliskan 4 kata : Rizki, Ajal, Amal dan
Celaka/bahagianya. maka demi Alloh yang tiada Tuhan
selainnya, ada seseorang diantara kalian yang
mengerjakan amalan ahli surga sehingga tidak ada jarak
antara dirinya dan surga kecuali sehasta saja. kemudian ia
didahului oleh ketetapan Alloh lalu ia melakukan
perbuatan ahli neraka dan ia masuk neraka. Ada diantara
kalian yang mengerjakan amalan ahli neraka sehingga
tidak ada lagi jarak antara dirinya dan neraka kecuali
sehasta saja. kemudian ia didahului oleh ketetapan Alloh
lalu ia melakukan perbuatan ahli surga dan ia masuk
surga.”(HR. Bukhari 3208 dan HR.Muslim 2643)
13. “Bersemangatlah dalam hal yang bermanfaat
bagimu. Minta tolonglah pada Allah dan
jangalah kamu malas! Apabila kamu
tertimpa sesuatu, janganlah kamu
mengatakan :’Seaindainya aku berbuat
demikian, tentu tidak akan begini atau
begitu’, tetapi katakanlah : ‘Qoddarullahu
wa maa sya’a fa’ala” (HR. Muslim 2664)
1. Syarhu al ‘Aqidah al Waashitiyah, Syaikh Muhammad bin Shalih
al ‘Utsaimin rahimahullah
2. Fiqhu al Asmai al Husna, Syaikh ‘Abdurrozaq bin ‘Abdil Muhsni
al Badr hafidzahullah