Presentasi bab 3 ekonomi pembangunan teori klasik pertumbuhan ekonomi dan pem...Basuki Rahmat
Salah satu buku yang populer terkait materi Ekonomi Pembangunan adalah Buku Economic Development tulisan Michael Todaro dan Stephen C Smith. Pada bab 3 buku ini diterangkan 4 teori klasik pertumbuhan ekonomi dan pembangunan. Slide sangat compact karena ada batasan maksimal hanya 10 slide.
Keragaman dan Kemiripan Struktur serta Karakteristik Negara-negara BerkembangDadang Solihin
Setiap perubahan ekonomi dan sosial di negara-negara berkembang senantiasa memerlukan dukungan dari kelompok-kelompok elit, baik melalui persuasi maupun paksaan.
Presentasi bab 3 ekonomi pembangunan teori klasik pertumbuhan ekonomi dan pem...Basuki Rahmat
Salah satu buku yang populer terkait materi Ekonomi Pembangunan adalah Buku Economic Development tulisan Michael Todaro dan Stephen C Smith. Pada bab 3 buku ini diterangkan 4 teori klasik pertumbuhan ekonomi dan pembangunan. Slide sangat compact karena ada batasan maksimal hanya 10 slide.
Keragaman dan Kemiripan Struktur serta Karakteristik Negara-negara BerkembangDadang Solihin
Setiap perubahan ekonomi dan sosial di negara-negara berkembang senantiasa memerlukan dukungan dari kelompok-kelompok elit, baik melalui persuasi maupun paksaan.
Menguraikan kebijakan fiskal dan moneter yang mempengaruhi investasi di Indonesia. Diuraikan juga contoh-contoh kebijakan moneter dan fiskal yang mempengaruhi investasi tersebut.
Mulai edisi tahun 2014, penghitungan Indeks Pembangunan Manusia akan dilakukan dengan metodologi yang sedikit berbeda, yaitu dengan memakai angka Harapan Lama Sekolah dan Produk Nasional Bruto per kapita untuk menggantikan Angka Melek Huruf dan Produk Domestik Bruto sebagai indikator penghitungan IPM. Selain itu, agregasi angka IPM tidak lagi menggunakan rata-rata aritmatik, tetapi menggunakan rata-rata geometrik.
Menguraikan kebijakan investasi di Indonesia, baik UU No 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal sampai kebijakan ekonomi di era pemerintahan Jokowi-Jk dari Jilid I-VI.
Teori Pembangunan Dunia Ketiga (Teori Modernisasi, Teori Ketergantungan, dan ...Muhammad Bahrudin
Prinsipnya teori pembangunan dunia ketiga ini adalah teori-teori yang berusaha menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh negara-negara miskin/berkembang. Negara-negara ini disebut dengan negara dunia ketiga, yang identik dengan negara agraris dan negara tradisional. Dan ternyata, proses pemiskinan di negara dunia ketiga ini disinyalir akibat kontak dengan negara-negara maju (barat) dalam proses pembangunannya.
3 Teori ini akan dibahas pada Bab ini untuk menjelaskan sudut pandang pembangunan negara dunia ketiga yaitu;
- Teori Modernisasi yang melihat bahwa kemiskinan disebabkan oleh faktor internal negara yang bersangkutan;
- Teori Ketergantungan, yang memaknai kemiskinan sebagai akibat kekuatan-kekuatan dari luar; dan
- Teori Sistem Dunia, yang melihat bahwa dunia hanya sebagai satu sistem ekonomi yaitu kapitalis.
Referensi bahasan ini adalah buku "Sosiologi Perubahan Sosial" karya Nanang Martono pada Bab 5 tentang Teori Pembangunan Dunia Ketiga.
Menguraikan kebijakan fiskal dan moneter yang mempengaruhi investasi di Indonesia. Diuraikan juga contoh-contoh kebijakan moneter dan fiskal yang mempengaruhi investasi tersebut.
Mulai edisi tahun 2014, penghitungan Indeks Pembangunan Manusia akan dilakukan dengan metodologi yang sedikit berbeda, yaitu dengan memakai angka Harapan Lama Sekolah dan Produk Nasional Bruto per kapita untuk menggantikan Angka Melek Huruf dan Produk Domestik Bruto sebagai indikator penghitungan IPM. Selain itu, agregasi angka IPM tidak lagi menggunakan rata-rata aritmatik, tetapi menggunakan rata-rata geometrik.
Menguraikan kebijakan investasi di Indonesia, baik UU No 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal sampai kebijakan ekonomi di era pemerintahan Jokowi-Jk dari Jilid I-VI.
Teori Pembangunan Dunia Ketiga (Teori Modernisasi, Teori Ketergantungan, dan ...Muhammad Bahrudin
Prinsipnya teori pembangunan dunia ketiga ini adalah teori-teori yang berusaha menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh negara-negara miskin/berkembang. Negara-negara ini disebut dengan negara dunia ketiga, yang identik dengan negara agraris dan negara tradisional. Dan ternyata, proses pemiskinan di negara dunia ketiga ini disinyalir akibat kontak dengan negara-negara maju (barat) dalam proses pembangunannya.
3 Teori ini akan dibahas pada Bab ini untuk menjelaskan sudut pandang pembangunan negara dunia ketiga yaitu;
- Teori Modernisasi yang melihat bahwa kemiskinan disebabkan oleh faktor internal negara yang bersangkutan;
- Teori Ketergantungan, yang memaknai kemiskinan sebagai akibat kekuatan-kekuatan dari luar; dan
- Teori Sistem Dunia, yang melihat bahwa dunia hanya sebagai satu sistem ekonomi yaitu kapitalis.
Referensi bahasan ini adalah buku "Sosiologi Perubahan Sosial" karya Nanang Martono pada Bab 5 tentang Teori Pembangunan Dunia Ketiga.
¾ Sumber: Scanning dari buku Mansour Fakih, Jalan Lain: Manifesto Intelektual Organik, Insist
Press & Pustaka Pelajar
¾ Penggandaan maupun penyebarluasan untuk kepentingan pendidikan dan bukan
komersial diijinkan dengan tetap mencantumkan atribut penulis dan keterangan dokumen
ini secara lengkap.
¾ Modifikasi artikel atau penggandaan serta penyebarluasan artikel ini untuk kepentingan
komersial mensyaratkan permohonan ijin secara tertulis kepada Insist Pers melalui redaksi
Digital Journal Al-Manär atau secara langsung kepada Insist Pers.
1. Revolusi Ketergantungan Internasional
Model ketergantungan Neokolonial
Aliran pemikiran yang pertama, yang kita sebut sebagai model ketegantungan
neokolonian (neokolonian dependence model), secara tidak langsung mengembangkan
pemikiran kaum Marxis. Model ini menghubungkan keberadaan dan kelanggengan
negara-negara terbelakang terhadap evolusi sejarah hubungan internasional yang
sama sekali tidak seimbang antara negara-negara kaya dengan negara-negara miskin
dalam suatu sistem kapitalis internasional. Terlepas dari sengaja atau tidaknya sikap
dan praktik eksploitatif negara-negara kaya terhadap negara-negara berkembang,
koeksistensi itu digambarkan sebagai hubungan kekuasaan yang sangat tidak
berimbang antara pusat (center, core) yang terdiri dari negara-negara maju, serta
pinggiran (periphery), yakni kelompok yang sedang berkembang. Sampai batas tertentu
pemikiran radikal ini telah mendorong negara-negara miskin untuk mencoba lebih
mandiri dan independen dalam upaya-upaya pembangunannya.
Pendeknya, pandangan Neo-Marxis atau dalam hal ini pandangan terbelakang
neokolonian, mencoba menghubungkan kemiskinan yang terus berlanjut dan semakin
parah disebagian besar negara-negara Dunia ketiga dengan keberadaan dan kebijakan
kelompok negara-negara industri kapitalis dari belahan bumi Utara yang dapat
menyebar luas melalui kelompok-kelompok domestik kecil elit dunia yang berkuasa,
yang mereka sebut kelompok comprador (comprador group), di semua negara
berkembang.
Model Paradigma Palsu
Cabang atau aliran yang kedua dari teori ketergantungan internasional terhadap topik
pembangunan ini relatif tidak begitu radikal. Aliran ini biasa disebut sebagai model
2. paradigma palsu (false- paradigm model), yang mencoba menghubungkan
keterbelakangan negara-negara Dunia Ketiga dengan kesalahan dan ketidak tepatan
saran yang diberikan oleh para pengamat atau "pakar" internasional.
Faktor-faktor kelembagaan di negara-negara Dunia Ketiga, seperti masih pentingnya
struktur sosiol tradisional (yakni, kesukuan, kasta, kelas, dan sebagaina); sangat tidak
meratanya hak kepemilikan tanah dan kekayaan lainnya. Karena hanya melayani
kepentingan sepihak kelompok-kelompok domestik maupun internasional yang sedang
berkuasa. Disamping itu, para cendikiawan di berbagai universitas terkemuka, para
pemimpin serikat-serikat pekerja, pas ekonom di lembaga pemerintahan dan pejabat
negara-negara berkembang pada umumnya, mendapat didikan dan latihan dari
lembaga-lembaga di negara-negara maju. Akibat ketiadaan atau terbatasnya
pengetahuan yang tepat guna untuk mengatasi masalah-masalah pembangunan, maka
kalangan elit tersebut justru cenderung menjadi pembela keyakinan asing yang
melakukan atau mengabaikan adanya sistem kebijakan elitis serta struktur
kelembagaan yang khas negara-negara berkembang. Sebagai contoh, dalam kuliah-
kuliah ilmu ekonomi di berbagai universitas, yang paling banyak diajarkan adalah
konsep-konsep dan model-model barat yang sepenuhnya asing, atau sekurang-
kurangnya tidak relevan untuk di terapkan di negara-negara berkembang.
Tesis Pembangunan-Dualistik
Unsur pemikiran pokok yang secara implisit terkandung di dalam teori-teori perubahan
struktural dan secara eksplisit telah dinyatakan dalam teori ketergantungan inter-
nasional adalah gagasan akan adanya sebuah dunia bermasyarakat ganda (a world of
dual societies). Dualisme (dualism) adalah konsep yang menunjukkan adanya jurang
pemisah yang kian lama terus melebar antara negara-negara kaya dan miskin, serta di
3. antara orang-orang kaya dan miskin pada berbagai tingkatan di setiap negara. Pada
dasarnya, konsep dualisme ini terdiri dari empat elemen kunci sebagai berikut:
1. Beberapa kondisi yang berneda, yang terdiri dari elemen "superior" dan "inferior",
hadir secara bersamaan dalam waktu dan tempat yang sama.
2. Koeksistensi ini bukan merupakan fenomena sesaat yang akan mengikis
kesenjangan antara elemen superior dan inferior seiring dengan berlalunya waktu.
3. Kadar superioritas serta inferioritas dari masing-masing elemen tersebut bukan
hanya tidak menunjukkan tanda-tanda akan berkurang, melainkan cenderung
meningkat.
4. Hubungan saling-keterkaitan antara elemen-elemen yang superior dengan elemen-
elemen inferior tersebut terbentuk dan berlangsung sedemikian rupa sehingga
keberadaan elemen-elemen superior sangat sedikit atau sama sekali tidak membawa
manfaat untuk meningkatkan kedudukan elemen-elemen inferior.
Kontrarevolusi Neoklasik: Fundamentalisme Pasar
Tantangan bagi Model Statis: pendekatan Pasar Bebas, Pilihan Publik, dan Pendekatan
Ramah-Pasar
Memasuki dekade 1980-an, pengaruh politik dari pemerintah konservatif di Amerika
Serikat, Kanada, Inggris, dan Jerman Barat menghadirkan kembali Kontrarevolusi
Neoklasik (neoclassical counterrevolution) dalam teori dan kebijakan ekonomi. Bagi
negara-negara maju, kontrarevolusi merupakan aliran kebijakan makroekonomi yang
4. lebih mementingkan sisi penawaran (supply-side macroeconomics), teori ekspektasi
rasional, dan gelombang swastanisasi perusahaan-perusahaan milik negara,
Sedangkan bagi negara-negara berkembang, kontrarevolusi berarti pasar yang lebih
bebas dan ditinggalkannya berbagai bentuk campur tangan pemerintah dalam
perekonomian nasional, yang berupa kepemilikan perusahaan-perusahaan oleh pihak
pemerintah, perencanaan statis atas perekonomian nasional dan regulasi pemerintah
terhadap aneka kegiatan ekonomi. Ini antara lain dikarenakan para pendukung teori
neoklasik memiliki pengaruh besar dalam dua lembaga keuangan internasional yang
paling penting, serta merosotnya pamor berbagai organisasi internasional lainnya yang
seringkali lebih lantang dalam menyuarakan kepentingan negara-negara Dunia Ketiga,
seperti Labor Organization (ILO), United Nations Development Program (UNDP), serta
United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD). Lemahnya peranan
riil dari organisasi-organisasi tersebut turut membuka jalan bagi naiknya kontrarevolusi
neoklasik.
Para tokoh kontra-revolusi neoklasik, seperti Lord Peter Bauer, Deepak Lal, Ian Little,
Harry Johnson, Bela Balassa, Jagdish Bhagwati, dan Anne Krueger, menyatakan
bahwa campur tangan pemerintah yang berlebihan dalam kegiatan ekonomi, tidak
diragukan lagi, merupakan sumber utama terjadinya penurunan laju pertumbuhan di
banyak negara berkembang. Menurut tokoh-tokoh neoliberal tersebut, dengan
membiarkan pasar bebas (free markets) hadir dan beroperasi secara penuh,
melaksanakan swastanisasi perusahaan milik pemerintah, mempromosikan
perdagangan bebas dan pengembangan ekspor, menarik investasi asing (misalnya,
investor dari negara maju), serta menghapuskan regulasi pemerintah yang berlebihan
dan distorsi harga pada pasar input, pasar output maupun pasar keuangan, maka
efisiensi pertumbuhan ekonomi akan terpacu lebih optimal. Selain itu, bertentangan
dengan argumen para teoretasi ketergantungan, para penganjur kontrarevolusi
5. neoklasik menyatakan bahwa negara-negara Dunia Ketiga berada dalam kondisi
keterbelakangan bukan dikarenakan oleh sifat predator negara-negara Dunia Pertama
maupun badan-badan Internasional yang memang dikuasai oleh negara-negara Dunia
Pertama tersebut, melainkan karena korupsi dan campur tangan pemerintah yang
kelewat batas, inefisiensi di berbagai sektor, serta terbatasnya insentif ekonomi yang
berpengaruh secara meluas di dalam perekonomian negara-negara berkembang itu
sendiri.
Tantangan neoklasik terhadap pembangunan yang ortodoks dapat dipilah menjadi tiga
komponen, yakni: pendekatan pasar-bebas; pendekatan pilihan publik (atau "ekonomi
politik baru"), serta pendekatan "ramah terhadap pasar".
Teori Pertumbuhan Neoklasik Tradisional
Pijakan berikutnya bagi argumen pasar-bebas neoklasik adalah keyakinan bahwasanya
liberalisasi (pembukaan) pasar-pasar nasional akan merangsang investasi, baik itu
investasi domestik maupun luar negeri, sehingga dengan sendirinya akan memacu
tingkat akumulasi modal.
Model pertumbuhan neoklasik Solow (Solow neoclassical growth model) merupakan
pilar yang sangat memberi kontribusi terhadap teori pertumbuhan neoklasik. Pada
intinya, model ini merupakan pengembangan dari formulasi Harrod-Domar dengan
menambahkan faktor kedua, yakni tenaga kerja, serta memperkenalkan variabel
independen ketiga, yakni teknologi kedalam persamaan pertumbuhan (growth
equation). Namun, berbeda dengan Harrod-Domar yang mengasumsikan skala hasil
tetap (constant return to scale) dengan koefisien baku, model pertumbuhan neoklasik
Solow berpegang pada konsep skala hasil yang terus berkurang (diminishing returns)
dari input tenaga kerja dan modal jika keduanya dianalisis secara terpisah; jika
keduanya dianalisis secara bersamaan atau sekaligus, Solow juga memakai asumsi
6. skala hasil tetap tersebut.
Menurut teori pertumbuhan neoklasik tradisional (traditional neoclassical growth theory),
pertumbuhan output selalu bersumber dari satu atau lebih dari tiga faktor: kenaikan
kuantitas dan kualitas tenaga kerja (melalui pertumbuhan jumlah penduduk dan
perbaikan pendidikan), penambahan modal (melalui tabungan dan investasi), serta
penyempurnaan tekhnologi.
Di lain pihak, perekonomian terbuka (open economy), yakni yang mengadakan
hubungan perdagangan, investasi, dan sebagainya dengan negara atau pihak-pihak
luar, pasti akan mengalami suatu konvergensi peningkatan pendapatan perkapita,
karena arus permodalan akan mengalir deras dari negara-negara kaya ke negara-
negara miskin dimana rasio modal-tenaga kerjanya masih rendah sehingga
pengembalian atas investasi (returns on investments) lebih tinggi. Itulah sebabnya, di
dalam konteks ini pemerintah dikatakan sebagai penghambat pertumbuhan yang
selanjutnya menciptakan kemacetan atau stagnasi ekonomi nasional secara
keseluruhan.
Teori-teori Pembanguna Klasik: Usaha Mempertemukan Berbagai Perbedaan.
Dari model perubahan struktural dua sektor rumusan Lewis, kita bisa mengetahui
betapa pentingnya upaya-upaya untuk menganalisis keterkaitan tertentu yang terdapat
di antara sektor pertanian tradisional dengan sektor industri modern. Pemikiran para
teoretisi ketergantungan internasional juga bermanfaat karena telah berhasil
menonjolkan pentingnya struktur dan fungsi perekonomian dunia, dan keputusan yang
diambil oleh negara maju ternyata sedemikian rupa sehingga selalu memberi pengaruh
terhadap kehidupan jutaan penduduk di negara berkembang.
7. Studi kasus
Beberapa Aliran Pemikiran dan Penerapannya: Korea Selatan dan Argentina
Pengamatan yang seksama terhadap dua negara ini menghasilkan kesimpulan bahwa
masing-masing dari empat pendekatan utama dalam pembangunan- yaitu tahapan
pertumbuhan, pola struktural pembangunan, ketergantungan, dan neoklasik-
memberikan wawasan yang penting mengenai proses dan kebijakan pembangunan.
Kedua negara tersebut termasuk negara berpendudukan sedang (38 juta di Argentina
dan 48 juta di Korea selatan pada tahun 2002), dan hingga tahun 2007 keduanya di
golongkan sebagai negara berpendapatan menengah. Namun sekarang korea selatan
digolongkan oleh Bank dunia sebagai negara berpendapatan tinggi, dimana
pendapatan perkapitanya dua kali Argentina, yang 30 tahun silam yang terjadi malah
kebalikannya.
Korea Selatan
-tahapan pertumbuhan Korea Selatan menegaskan beberapa pandangan mengenai
tahapan linear, meskipun dengan cara yang terbatas. Dalam beberapa tahun terkhir ini,
beberapa investasi dalam pendapatan nasionalnya adalah yang tertinggi di dunia.
Korea Selatan kini masih dipandang dalam teori Rostow sebagai negara yang
ekonominya tengah "menuju kematangan," tetapi dengan tingkat penguasaan
teknologinya yang seperti sekarang, pada tahun 2000-an nampaknya Korea Selatan
akan memasuki tahap "age of mass consumption" atau era konsumsi massal. Rostow
berpendapat bahwa kematangan (maturity) dapat dicapai kira-kira 60 tahun setelah era
8. tinggal landas (take off) dimulai, tetapi ia tidak menyangkal pengalaman unik dari setiap
negara, dan bahwa kesenjangan antara teknomogi tradisional dan modern dapat
dengan lebih cepat diatasi pada tahapan pembangunan selanjutnya. Korea Selatan
hampir pasti memenuhi kriteria "kematangan" setelah terintegrasi dengan
perekonomian dunia melalui jenis ekspor dan impor yang baru.
-pola struktural
Kasus korea selatan juga menunjukkan beberapa pola dari model perubahan struktural
pembangunan. Secara khusus, pertumbuhan Korea Selatan selama beberapa generasi
yang silam ditandai dengan peningkatan produktivitas sektor pertanian secara cepat,
pergeseran tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri, pertumbuhan stok
modal dan pendidikan serta ketrampilan yang stabil, dan transisi demografi dari tingkat
fertilitas yang tinggi menjadi rendah. Pada akhir tahun 1940-an dan 1950-an, Korea
Selatan mencanangkan land reform secara menyeluruh, sehingga sektor pertanian
tidak terabaikan; namun sebaliknya pertumbuhan presentase angkatan kerja di bidang
industri yang cepat dan terus-menerus ini sesuai dengan model pembangunan Lewis.
-Revolusi ketergantungan
Namun Korea Selatan adalah sebuah tantangan yang serius bagi model revolusi
ketergantungan (depence revolution). Karena Korea Selatan adalah sebuah negara
miskin yang tergantung pada perekonomian internasional. Korea dahulu adalah koloni
jepang hingga tahun 1945 dan setelah itu sangan tergantung hubungan baik dengan
Amerika Serikat demi mempertahankan wilayahnya terhadap invasi dari Korea Utara.
Namun Korea Selatan sekarang ini telah dipandang sebagai salah satu kandidat untuk
memperoleh status negara maju (tingkat pendapatannya saat ini sudah sebanding
dengan Yunani dan Portugal). Selain itu, pemerintah Korea juga mengeluarkan
beberapa kebijakan khusus yang disambut gembira oleh para penganut aliran teori
9. ketergantungan, seperti kebijakan yang sangat aktif mendukung peningkatan sektor
industri. Korea Selatan juga merupakan salah satu negara yang menerapkan program
land reform yang paling ambisius di antara negara-negara berkembang, dan sangat
menekankan pada pendidikan dasar daripada universitas, yaitu dua kebijakan yang
penting.
-Kontrarevolusi Neoklasik
Korea Selatan merupakan sebuah tantangan yang serius bagi model kontrarevolusi
neoklasik. Hingga sekarang, sudah banyak penelitian yang membuktikan bahwa negara
ini sangat mendukung intervensi baik di pasar dalam negeri maupun dalam
perdagangan internasionalnya, dimana pemerintahannya aktif membuat perencanaan
pembangunan yang ekstensif, menggunakan instrumen seperti pengurangan pajak dan
pemberian intensif untuk mendorong perusahaan-perusahaan menerima intervensi dan
arahan dari pemerintah, menetapkan target ekspor peruhasaan individu, mengatur
usaha dari berbagai industi untuk menaikkan tingkat rata-rata penguasaan
teknologinya.
Argentina
Sebaliknya dalam kasus Argentina, teori tahapan dan pola pembangunan hanya
menjelaskan sebagian kecil dari sejarah perekonomian, sementara teori revolusi
ketergantungan dan kontrarevolusi neoklasik sama-sama menawarkan wawasan yang
penting.
Tahapan Pertumbuhan
Sejarah Aegentina menjadi tantangan yang berat bagi pendekatan tahapan linear.
10. Rostow mendefinisikan tinggal landas sebagai "interval ketika hambatan-hambatan
lama dan resistensi terhadap pertumbuhan yang stabil akhirnya bisa diatasi. . .
Pertumbuhan menjadi hal yang wajar baginya"
Pada tahun 1870, Argentina menduduki peringkat ke-11 di dunia dari segi pendapatan
perkapita (melebihi Jerman); sekarang Argentina bahkan tidak termasuk dalam 50
besar.
Namun sekarang mari kita lihat apa yang terjadi di Argentina semenjak Rostow
mengedepankan negara tersebut sebagai contoh teorinya. Menurut data Bank Dunia,
Argentina mengalami tingkat pertumbuhan yang negatif selama periode 1965-1990, dan
pada tahun 1980-an, investasi menyusut hingga -8,3%, sehingga investasi juga turun
hingga tepat di bawah tingkat yang diasumsikan Rostwo untuk tinggal landas.
Pola Struktural
Argentina memiliki banyak pola-pola struktural pembangunan yang umum seperti
kenaikan produktivitas sektor pertanian, tumbuhnya kesempatan kerja di sektor industri
(meskipun lambat), terjadinya urbanisasi, turunnya tingkat fertilitas, dan sebagainya.
Revolusi ketergantungan
Berlawanan dengan Korea Selatan, Kasus Argentina menawarkan beberapa
pembuktian bagi teori ketergantungan bahwa negara tersebut sangat tergantung pada
ekspor barang-barang primer, Perusahan-perusahan multinasional memainkan peranan
yang besar, dan Argentina tidak mampu menciptakan industri manufaktir berorientasi
ekspor sendiri yang mampu bersaing.
Kontrarevolusi Neoklasik
Namun Argentina juga menawarkan beberapa pembelaan bagi teori kontrarevolusi
neoklasik bahwa intervensi dan pembatasan yang salah oleh pemerintah, perusahaan
11. yang tidak efisien, biar terhadap produksi untuk ekspor, dan "pita merah" yang tidak
dibutuhkan akan menyengsarakan industri dan kewirausahaan. Kebijakan pemerintah
secara konsisten nampaknya lebih mengakomodasi kepentingan beberapa kelompok
daripada tujuan pembangunan yang lebih luas, dan kegagalan pemerintah biasanya
lebih buruk dampaknya dari pada kegagalan pasar di dalam negeri.