Bab 3 membahas anatomi dasar yang terlihat dalam gambar radiologi seperti thoraks yang menampilkan paru-paru, jantung, tulang rusuk, trakea, dan aorta."
1. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
BAB 1
PENGANTAR PADA PEMERIKSAAN RADIOLOGI
DAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM
P
engetahuan mengenai pemeriksaan radiologi dan laboratorium bagi Fisioterapis
adalah suatu hal yang sangat penting dalam rangka menegakkan diagnosis dan
menghindari kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi dalam menangani suatu
kondisi penyakit. Hal ini terutama sangat diperlukan bagi Fisioterapis yang bekerja di
Rumah Sakit Daerah ataupun puskesmas yang belum mempunyai dokter spesialis radiologi
maupun spesialis patologi klinik. Hal ini tidak berarti bahwa Fisioterapis yang bekerja pada
rumah sakit maupun puskesmas yang sudah mempunyai ahli radiologi maupun spesialis
patologi klinik tidak memerlukan pengetahuan mengenai pemeriksaan radiologi maupun
laboratorium karena keputusan untuk meminta pemeriksaan foto radiologi maupun
laboratorium juga sangat bergantung pada pemahaman dan pengetahuan mengenai
radiologi dan laboratorium.
Pengetahuan seorang Fisioterapis tentang interpretasi hasil foto radiologi maupun
Laboratorium akan sangat bermanfaat dalam memilih modalitas yang digunakan dalam
therapy, serta bisa berhati-hati agar tidak menggunakan alat fisioterapi yang kontra indikasi
dengan penyakit pasien misalnya adanya spondylolistesis, infeksi akut ataupun tumor.
Secara umum pada setiap Rumah Sakit yang besar misalnya RS Wahidin
Sudirohusodo Makassar Instalasi Radiologi secara umum mempunyai 2 unit kerja yaitu
Radiodiagnostik dan Radioterapi. Radiodiagnostik dalam menjalankan kegiatannya
mempunyai beberapa bagian yaitu: Foto Polos X ray, CT scan, MRI, Ultrasonografi,
sedangkan Radioterapi digunakan untuk pengobatan baik sebagai upaya kuratif misalnya
tumor maupun kanker, paliatif maupun yang sifatnya emergensi misalnya untuk
menghentikan perdarahan hebat.
Pemeriksaan laboratorium merupakan cabang ilmu patologi dalam hal ini patologi
klinik. Pemeriksaan laboratorium merupakan pemeriksaan spesimen dari pasien berupa
darah, urin, dan cairan tubuh lainnya. Pemeriksaan laboratorium dimaksudkan untuk
menentukan atau membantu menentukan diagnosis penyakit serta prognosis dengan tes
penunjang lainnya, anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Bagian/jenis pemeriksaan laboratorium terdiri atas:
- Hematologi - Imunologi/Serologi
- Kimia Klinik - Infeksi
- Urinalisis
-ooo0ooo-
1
2. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
BAB 2
JENIS-JENIS RADIODIAGNOSTIK & MEDIA KONTRAS
A. Radiografi Konvensional
Sinar X merupakan bagian dari spektrum elektomagnetik, dipancarkan akibat
pengeboman anoda wolfram oleh elektron-elektron bebas dari suatu katoda. Film polos
dihasilkan oleh pergerakan elektron-elektron tersebut melintasi pasien dan menampilkan
film radiografik.
Tulang dapat menyerap sebagian besar radiasi, menyebabkan pajanan pada film
paling sedikit, sehingga film yang dihasilkan tampak berwarna putih. Udara paling
sedikit menyerap radiasi, menyebabkan pajanan pada film maksimal, sehingga film
tampak berwarna hitam. Diantara kedua keadaan ekstrem ini, penyerapan jaringan
sangat berbeda-beda menghasilkan citra dalam skala abu-abu (grey scale). Film polos
bermanfaat untuk: Dada, abdomen, sistem tulang: trauma, tulang belakang, sendi,
penyakit degeneratif, metabolik dan metastatik (tumor).
Terminologi yang digunakan dalam Radiografi Sinar X :
a. Hiperradiolusen : udara bebas
b. Radiolusen : Paru normal, lemak
c. Intermediate : Soft tissue/ cairan, jantung,hepar, ginjal, ascites, urine, darah, dan
sebagainya.
d. Radiopak : Ca-density / Bone density, tulang, perkapuran.
e. Hyperradiopak : Metal density, logam
Contoh gambar Foto X- Ray :
2
3. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
B. CT Scan
Pemeriksaan dengan menggunakan CT Scan dapat mendeteksi kelainan –
kelainan seperti perdarahan otak, tumor otak, kelainan – kelainan tulang, kelainan di
rongga dada & rongga perut dan khususnya mendeteksi kelainan pembuluh darah
jantung (koroner) dan pembuluh darah umumnya (seperti penyempitan pembuluh
darah ginjal, dll) Lama pemeriksaan mulai dari beberapa detik sampai 2 jam.
CT Scan menggunakan sinar X tetapi saat ekspos sinar tidak langsung mengenai
film tetapi ditangkap oleh detektor diteruskan ke komputer monitor lalu ke printer.
Ukuran gambar (piksel) yang didapat pada CT Scan adalah Radiodensitas ukuran
tersebut menggunakan skala Houndsfield Unit (HU), Hounsfield nama orang yang
menemukan dan memperkenalkan CT-scan. Nilai HU sendiri adalah merupakan
pengukuran densitas jaringan.
Jaringan HU Warna
Udara -1000 Hitam ↓↓↓
Lemak -100 Hitam ↓↓
LCS 0 Hitam ↓
Otak 30 Abu-abu (-)
Darah +100 Putih ↑↑
Tulang +1000 Putih ↑↑↑
Terminologi yang digunakan :
a. Isodens : Jaringan Otak Normal
b. Hipodens : Abses otak, infark
c. Hiperdens : perdarahan Otak
3
4. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
C. MRI (Magnetik Resonansi Imaging)
MRI atau Magnetic Resonance Imaging menggunakan medan magnit dan
frekuensi radio, jadi tidak mengionisasi jaringan, tidak ada efek biologik. Memakai
istilah isointens, hipointens, hiperintens, kekuatan magnit disebut dengan satuan TESLA
(1 Tesla= 10.000 Gauss). MRI adalah suatu alat diagnostik teknologi tinggi yang
digunakan untuk membuat visualisasi dari penampang tubuh manusia.
Pemeriksaan MRI memakai prinsip magnetik, tidak menggunakan sinar X (tidak
ada radiasi). Melalui pemeriksaan ini dapat mendeteksi kelainan – kelainan saraf &
jaringan lunak seperti pada keluhan: sakit/nyeri kepala, sakit daerah punggung,
pinggang, nyeri/bengkak daerah persendian, kelainan payudara, kelainan pembuluh
darah, kelainan pada abdomen (perut), dan lain lain. Lama pemeriksaan 20 menit – 1.5
jam
MRI memberikan hasil yang diperlukan oleh dokter untuk menegakkan diagnosa
atas penyakit yang diderita oleh pasien dan juga menentukan rencana pengobatan yang
tepat sesuai dengan indikasi penyakit yang diderita oleh pasien.
a. Keuntungan menggunakan MRI :
- Tidak menggunakan sinar X,
- Tidak Merusak Kesehatan pada penggunaan yang tepat,
- Banyak pemeriksaan tanpa memerlukan zat kontras,
- Detail anatomis yang sangat baik terutama pada jaringan lunak,
- Dapat memperlihatkan pembuluh darah tanpa kontras : Magnetic resonansi
angiography (MRA).
b. Kerugian menggunakan MRI
- Biaya operasional mahal,
- Citra yang kurang baik pada lapangan paru,
- MRI lebih sulit ditoleransi dengan waktu pemeriksaan yang lebih lama
dibandingkan CT scan,
- Kontra indikasi pada pasien yang mengunakan pacemaker, benda asing logam pada
mata dan penggunaan protesa logam.
4
5. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
D. USG (Ultrasonografi)
Pemeriksaan menggunakan gelombang suara/ultrasound untuk mendeteksi
kelainan – kelainan di organ perut (hati, kandung empedu, limpa, ginjal, dll), payudara,
kandungan, kehamilan, pembuluh darah, dll. Khususnya pada kehamilan, USG 3D/4D
dapat melihat rupa janin seperti sebuah foto dan dapat melihat gerakan bayi yang dapat
direkam dalam CD. Untuk payudara, USG biasanya dipakai untuk skrinning
benjolan/keluhan pada wanita – wanita usia < 35 tahun atau sebagai pemeriksaan
pelengkap dan atau lanjutan setelah dilakukan mammografi pada wanita usia > 35
tahun.
Contoh Foto USG pada ginjal (tanda panah : batu ginjal)
5
6. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
Terminology yang sering digunakan pada ultrasonografi antara lain:
Isoechoic atau normoechoic, misalnya untuk hepar, lien, atau ginjal yang normal.
Hypoechoic atau echopoor atau echoluscent, misalnya abses hepar dan tumor uterus.
Hyperechoic atau echorich atau echodens, misalnya batu ginjal dan adanya kalsifikasi
di suatu jaringan.
Unechoic atau echofree (hitam), misalnya urine, ascites dan darah.
Pemeriksaan ultrasonografi biasanya ditujukan untuk kepala bayi, tiroid, mammae,
jantung, organ abdomen, kebidanan dan kandungan serta pada tulang.
E. Media Kontras
Media kontras merupakan zat yang membantu visualisasi beberapa struktur
selama melakukan beberapa teknik pemeriksaan radiodiagnostik, bekerja berdasarkan
prinsip penyerapan sinar X, sehingga mencegah pengiriman sinar tersebut pada pasien.
Zat kontras yang paling sering digunakan adalah barium sulfat yang dapat
memperlihatkan bentuk saluran pencernaan dan sediaan iodine organic yang banyak
digunakan secara intravena pada CT untuk memperjelas gambaran vaskuler dan
berbagai organ. Agen-agen kontras juga dapat digunakan pada lokasi tertentu, misalnya:
Arteriografi pada sistem arterial
Venografi pada sistem vena
Mielografi pada teka spinalis
Kolangiografi pada sistem bilier
Artrografi pada persendian
Histerosalpingografi pada uterus dan
Sialografi pada kelenjar saliva.
Contoh foto yang menggunakan media kontras pada
foto BNO setelah 10 menit.
Contoh dibawah adalah pemakaian kontras pada foto CT scan (atas) dan foto MRI
(bawah) pada pasien yang menderita tumor pada otak gambar (-) adalah gambar non
kontras sedangkan gambar (+) adalah gambar dengan kontras. Gambar tanda panah
6
7. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
kuning memperlihatkan gambar pembuluh darah bagian luar tumor sedangkan tanda
panah merah adalah pembuluh darah yang normal.
Pemakaian media kontras seringkali digunakan untuk melihat adanya tumor
diotak dengan menggunakan CT-scan ataupun MRI dan hasil foto dengan media kontras
ini bisa digunakan untuk memprediksi apakah tumornya jinak atau ganas dengan
melihat banyak tidaknya pembuluh darah disekitar tumor, walaupun untuk
memastikannya dilakukan dengan biopsi dan pemeriksaan PA/Patologi Anatomi. Saluran
pencernaan ataupun saluran sistem eksresi seperti pada foto BNO diatas juga sering
menggunakan media kontras.
--ooo0ooo--
7
8. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
BAB 3
ANATOMI DASAR DENGAN GAMBAR RADIOLOGI
M
odal dasar yang harus dimiliki oleh seorang fisioterapis dalam memahami
hasil foto x-ray adalah mengenal dan mengetahui anatomi dan gambaran
radiologi secara normal sehingga nantinya bisa menilai gambar apabila
tidak sama atau tidak sesuai gambar anatomi normalnya.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa pengaruh sinar x (x-ray) pada film adalah
dengan menghitamkan film, apabila ada yang menghalangi maka warna hitamnya
kemudian akan berkurang berubah kearah warna putih dan semakin kuat penghalangnya
maka gambar atau bayangan yang dihasilkannya juga akan semakin putih, misalnya tulang
akan menghasilkan gambar x-ray yang putih tetapi akan lebih putih jika misalnya ada
logam didalam tubuh misalnya pada pasien yang mengalami fraktur dan dipasangi fiksasi
internal atau pada pasien yang memakai protesa misalnya pada fraktur collum femoris yang
menggunakan austin moore prothesa (lihat terminologi yang sering digunakan).
Beberapa gambar anatomi dengan x-ray yang akan dibahas dibawah ini hanya yang
berhubungan secara langsung dengan pekerjaan Fisioterapis. Adapun gambar anatomi dan
penjelasan yang tidak berhubungan secara langsung dengan pekerjaan sebagai Fisioterapis
dimaksudkan untuk tambahan informasi.
A. Thorax
Organ yang ada dalam thorax adalah paru-paru dan jantung berikut adalah
gambaran anatomi dengan foto x-ray foto thorax, foto thorax yang rutin adalah foto
PA (posterior anterior).
8
9. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
Keterangan gambar:
1. Clavicula 6. trakea
2. Aorta 7. Costa (tulang iga ke 4)
3. Jantung 8. Bronchovasculer
4. Diafragma kiri 9. Paru-paru
5. Gas dalam lambung 10.Diafragma kanan
11. Sudut costofrenikus
Hal yang harus diperhatikan pada setiap foto thorax maupun foto ekstremitas
adalah:
1. Alignment yaitu, susunan tulang atau keteraturan tulang serta persendian yang
ada dalam foto.
2. Bone yaitu, perhatikan pada tulang yang ada dalam foto apakah ada fraktur atau
ada bayangan yang mencurigakan misalnya bayangan yang berwarna hitam atau
lebih putih dari tulang.
3. Soft tissue atau jaringan lunak yang ada dalam foto, perhatikan apakah ada
massa atau tumor.
Dalam menangani pasien yang mengalami gangguan pernapasan misalnya
pasien yanng sesak napas maupun juga pasien yang batuk Fisioterapis harus berhati-
hati dalam mengobatinya ada dua hal yang harus jadi perhatian khusus yaitu adanya
infeksi misalnya tuberculosis ataupun adanya tumor. Pada pasien yang dicurigai
menderita TB (tuberculosa) harus dikonfirmasi dengan hasil pemeriksaan apakah
dengan pemeriksaan darah ataupun pemeriksaan dahak (sputum), khusus untuk
pemilihan alat pada kondisi jantung perhatikan foto jangan sampai pasien memakai
pacemaker implant (alat yang ditanam di thorax bagian atas sebelah kiri). Pada
pasien seperti ini tentunya kontra indikasi dengan penggunaan alat dari jenis electro
therapy (lihat gambar dibawah) pada bagian dada dan punggung serta Short Wave
Diathermy (HFC 27 MHz).
Gambar pacemaker implant pada pasien penyakit jantung yang mengalami AV blok.
9
10. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
Hal lain yang harus diperhatikan pada foto thorax adalah:
1. Perhatikan sudut costofrenikus, normalnya lancip apabila tumpul berarti ada
kemungkinan terjadinya efusi pleura. Pada pasien wanita terdapat bayangan
payudara pada diafragma.
2. Perhatikan broncovasculer, apabila corakan berlebih ada kemungkinan bronchitis.
3. Perhatikan apakah ada gambaran spesifik misalnya KP/TB ataupun tumor.
4. Diafragma kanan biasanya lebih tinggi karena adanya liver.
5. Perhatikan apakah ada pembesaran jantung atau cardiomegali, atau pembesaran
jantung.
B. EKSTREMITAS
1. Ekstremitas Atas:
a. Shoulder joint X ray AP dan L:
Keterangan gambar:
1, Clavicula. 2, Acromion. 3, tuberculum mayus. 4, tuberculum minus. 5, collum
Humerus. 6, Humerus. 7, Processus Coracoideus. 8, Axillary border of scapula. 9,
Rib/costa.
10
11. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
Keterangan gambar:
1,Processus Coracoideus. 2. Clavicula
3, Acromion. 4. Caput humeri
5. Humerus 6. Pinggir lateral dari scapula
b. Elbow joint AP dan L
11
13. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
2. Ekstremitas Bawah
a. Pelvic dan Hip joint AP:
Keterangan gambar:
1 Ramus Superior dari Pubis Dextra
2 Symphysis Pubis
3 Ramus Inferior dari Pubis sinistra
4 foramen obturatorium
5 Trochanter minor
6 Trochanter mayor
7 Iliaca wing/sayap
8 Crista iliaca
9 Pedikel Vertebra Lumbar Spine
10 Sacro-iliaca joint dextra
11 Caput femur dextra/kanan
12 Fossa acetabulum
13 aput femur sinistra/kiri
b. Knee joint AP dan L
Knee joint atau sendi lutut dibentuk oleh 4 buah tulang yaitu femur, tibia,
fibula dan patella oleh karena banyaknya tulang yang membentuk sendi maka
sendi lutut dikategarikan sebagai sendi yang besar, sendi lutut juga merupakan
13
14. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
sendi yang paling banyak menerima beban tubuh sehingga paling sering
mengalami osteo arthritis.
Knee joint dapat dikatakan sebagai sendi yang paling lengkap struktur
yang membangunnya, pada sendi lutut terdapat banyak bursa, serta meniscus
yang berfungsi sebagai shock absorber dan juga terdapat dua ligamen besar yaitu
ligamen crusiatum anterior dan crusiatum posterior. Pada seorang atlet misalnya
sepak bola cedera pada meniscus dan ligamen crusiatum adalah merupakan
malapetaka besar bagi perkembangan karirnya dalam bermain bola.
Cedera pada meniscus dan ligamen hanya bisa dideteksi dengan
menggunakan MRI (Magnetic Resonansi Imaging).
14
17. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
b. CERVICAL Lateral :
Keterangan gambar:
1, Corpus Vertebral (TH1). 2, Processus Spinosus C7. 3, Lamina. 4, Processus articular inferior. 5,
Processus articular superior. 6, Processus Spinosus C2. 7, Processus Odontoid. 8, Permukaan
anterior C1 (Atlas). 9, Trachea.
2. THORACAL
a. Thoracal AP
17
18. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
Keterangan gambar:
1, Ventrikel kiri jantung. 1. Gas dalam colon
2, Gas dalam lambung. 2. Gas dalam lambung
3, hemidiaphragma kanan. 3. Hemidiafragma kiri
4, Costa/rib Posterior . 4. Costa/rib posterior
5, Clavicula. 5. Pedikel, 6. Proc. Spinosus
7.Processus transpersus
b. Thoracal Lateral
Keterangan gambar:
1,Costa/rib Posterior.
2, Corpus Vertebra.
3, Discus Intervertebral.
18
19. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
3. LUMBOSACRUM AP dan Lateral:
Keterangan gambar:
1, Costa/rib (tlng iga). 1, Sacrum.
2,Processus Transversus. 2, Spinous Process.
3, Pedikel. 3, Vertebral body.
4, Processus Spinosus. 4, Discus Intervertebral.
5, Sacrum. 5, foramina Intervertebral.
6, Sacroiliac joint. 6, Pedicle.
7, Articulation facet Inferior.
8, Articulation Facet Superior.
9, Rib .
D. OTAK/BRAIN
Gambaran radiologi otak dibawah ini adalah dengan menggunakan MRI, pada
foto MRI ataupun CT-scan beberapa potongan gambar secara umum diambil dengan 3
potongan yaitu sagital (membagi kepala kiri dan kanan), koronal (membagi kepala
depan dan belakang) serta axial (membagi kepala atas dan bawah).
19
20. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
1. Potongan otak dengan sagital:
Keterangan gambar dibawah ini gunakan untuk potongan otak dengan foto MRI pada
potongan sagital, koronal dan potongan axial.
Keterangan gambar:
1. Sinus Sagital superior 16. Corpus Callosum
3. Lobus Frontal 17. Arteri Serebri Media
4. Lobus Parietal 20. Foramen Monro
13. Ventrikel Lateral 22. Ventrikel ketiga
23. Sinus Frontal 52. Medulla
31. Aqueduct Serebri 55. Sinus Sigmoid
43. Arteri Basiler 63. Lidah
45. Cerebellum 67. Fornix
48. Pons 72. Thalamus
50. Sinus Sphenoid 73. A. Meningeal
20
21. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
2. Potongan otak dengan Koronal
3. Potongan otak dengan Axial
-oo0oo-
21
22. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
BAB 4
GAMBARAN RADIOLOGI KONDISI FISOTERAPI
G ambaran radiologi yang akan dibahas dibawah ini adalah merupakan gangguan
atau kondisi yang berhubungan dengan Fisioterapi dalam menjalankan
profesinya. Kondisi yang akan dibahas adalah kondisi yang dipilih karena sering
didapatkan dilapangan ataupun tempat kerja.
A. THORAX:
1. Tuberculosis/TB
Tuberculosis adalah merupakan salah satu penyakit infeksi, penyakit
disebabkan oleh mycobacterium tuberculosa menyerang terutama pada paru-paru
dan tulang vertebra, penyakit ini termasuk gampang menular sehingga Fisioterapis
harus berhati-hati dalam menangani pasien yang menderita TB. Hampir semua alat
fisioterapi dari golongan electrotherapy dan juga actino therapy serta Diathermy
kontra indikasi pada pasien yang mengalami TB, hal ini disebabkan oleh mekanisme
kerja alat yang meningkatkan sirkulasi darah dan metabolisme.
Pemeriksaan TB tidak cukup hanya dengan pemeriksaan Radiologi tetapi juga
harus dan lebih utama pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan laboratorium yang
paling sering digunakan adalah pemeriksaan sputum untuk melacak keberadaan
bakteri mycobacterium tuberculosa.
Gambar radiologi diatas hanya merupakan salah satu gambaran penderita TB.
22
23. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
Gejala utama TB:
Batuk terus menerus dan berdahak selama 2 minggu atau lebih.
Gejala lainnya:
Batuk bercampur darah,
Sesak nafas dan nyeri dada,
Badan Lemah,
Nafsu makan berkurang,
Berat badan turun,
Rasa kurang enak badan (lemas)
Demam meriang berkepanjangan
Berkeringat di malam hari walaupun tidak melakukan kegiatan.
2. BRONCHITIS
Bronchitis adalah merupakan peradangan atau inflamasi pada bronchus
paru.
Gambaran radiologi pada penderita Bronchitis, perhatikan lingkaran!.
3. CARDIOMEGALY
Cardiomegaly adalah suatu kondisi dimana jantung mengalami pembesaran,
keadaan ini sering terjadi pasien yang mengalami gagal jantung (heart failure). Cara
23
24. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
mengukur pembesaran jantung adalah dengan mengukur lebarnya jantung juga lebar
thorax keseluruhan, hasil lebar jantung kemudian dibagi dengan lebar thorax
normalnya adalah 0,5 cm, apabila lebih dari 0,5 cm berarti ada pembesaran pada
jantung kecuali pasien di foto dengan posisi berbaring dapat ditoleransi 0,58 cm.
Perhatikan gambar dan cara mengukur cardiomegali sebagai berikut.
Buat garis lurus pada garis tengah tubuh kemudian cari bagian jantung yang lebar pada
sisi kanan (A) dan juga bagian jantung sebelah kira (B), kemudian cari thorax yang lebar
(C) kemudian ukur.
Hasil Ukur A + B dibagi dengan C
Contoh: 19,2 cm / 30 cm = 0,64 cm
Dalam menangani pasien yang mengalami cardiomegaly Fisioterapi harus
berhati-hati dalam memberikan suatu jenis latihan dengan memperhatikan Freqwensi,
Intensitas, Technique dan Time (waktu), serta memperhatikan riwayat perjalanan
penyakit pasien.
B. EKSTREMITAS
Pada foto ekstremitas atau foto musculoscletal ada beberapa hal yang harus
menjadi fokus seorang Fisioterapis dalam melihat atau menilai foto x-ray atau CT-scan
yaitu: adanya fraktur, dislokasi, tumor, osteoporosis dan kondisi persendian apakah ada
penyempitan celah persendian, adanya kalsifikasi atau osteofit.
Penjelasan mengenai foto musculoscletal dibawah ini akan lebih difokuskan pada
kondisi persendian pada lutut, hip dan columna vertebra, mengingat kedua kondisi ini
24
25. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
sangat banyak dijumpai ditempat kerja seorang Fisioterapis. Mengenai foto x-ray
ataupun ct-scan pada kondisi fraktur atau dislokasi cukup dengan mempelajari dan
mengamati dengan seksama foto x-ray yang normal.
1. OSTEO ARTHRITIS
Kelompok penyakit yang mempunyai etiologi berbeda namun dengan
keluaran biologik, morfologik dan klinis serupa. Proses penyakit mengenai tulang
rawan sendi, tulang subkondral, ligament, kapsul, membrane sinovium, otot
periartikuler, akhirnya tulang rawan sendi mengalami degenerasi dengan fibrilasi,
fisura, ulserasi dan seluruh ketebalan permukaan sendi hilang.
Pada gambar diatas ada dua hal yang tampak pada gambar radiologi yaitu terjadinya
penyempitan celah sendi dan timbulnya osteofit (terbentuknya tulang baru/pengapuran) pada
aspek medial knee joint.
Knee joint atau sendi lutut merupakan sendi yang paling sering mengalami
OA terutama usia diatas 40 tahun keatas. Selain karena faktor usia OA juga dapat
dipicu oleh cedera, kegemukan penyakit serta keturunan.
25
26. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
Pembagian kategori/derajat OA:
Berat OA Tanda Radiografik
Grade 0 Tidak ada Tak ada tanda OA
Grade I Ragu Osteofit kecil, makna diragukan
Grade II Minimal Osteofit jelas, celah sendi tak rusak
Grade III Sedang Celah sendi berkurang
Grade IV Berat Celah sendi rusak / sempit, sclerosis tulang sub
kondral
DIAGNOSIS :
OA LUTUT
Klinik :
1. Nyeri sendi hampir sepanjang bulan sebelumnya
2. Krepitasi (bunyi pada persendian) pada gerak aktif sendi
3. Kaku pagi lama 30 menit
4. Usia 38 tahun
5. Pembesaran tulang lutut (pada pemeriksaan)
OA ada, apabila ditemukan no. 1, 2, 3, dan 4 atau no. 1, 2, dan 5 atau no. 1 dan 5,
Sensivitas 89%, Spesifisitas 88%
Klinik, Laboratorik dan Radiografi :
1. Nyeri lutut hampir sepanjang bulan sebelumnya
2. Osteofit pada tepi sendi
3. Analisis cairan sendi khas OA
4. Usia 40 tahun
5. Kaku pagi lama : 5 = 30 menit
6. Krepitus pada gerak aktif sendi
OA ada, apabila ditemukan no. 1 dan 2 atau no. 1,3,5, dan 6 atau no. 1,4,5, dan 6,
Sensivitas 94%, Spesifisitas 88%
OA TANGAN
Klinik :
1. Nyeri tangan, sakit atau kaku hampir sepanjang bulan sebelumnya.
26
27. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
2. Pembesaran jaringan keras dari 2 atau 10 sendi tangan terpilih
3. Kurang dari 3 sendi MCP bengkak
4. Pembesaran jaringan keras 2 atau lebih sendi DIP
5. Deformitas 2 atau lebih dari 10 sendi tangan terpilih
OA ada, apabila ditemukan no. 1, 2, 3, dan 4 atau no. 1, 2, 3, dan 5 Sensivitas
92%, Spesifitas 98%
OA PANGGUL
Klinik :
1. Nyeri panggul hampir sepanjang bulan sebelumnya
2. Osteofit femoral dan atau asetabular pada radiografi
3. Laju Endap Darah 20 mm/jam
OA ada, apabila ditemukan no. 1 dan 2 atau no. 1, 2, dan 3 Sensitivitas 91%,
Spesifisitas 89%.
2. FRAKTUR DENGAN PROTESA
Fraktur atau patah tulang yang terjadi pada persendian terutama pada orang
tua diatas 60 tahun biasanya dipasangi protesa atau alat pengganti, misalnya pada
fraktur collum femoris yang dipasangi dengan austin moore protesa seperti gambar
dibawah ini.
27
28. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
Mengetahui mengenai terdapatnya protesa ataupun fiksasi internal pada
pasien yang pernah mengalami fraktur menjadi sesuatu yang sangat penting untuk
seorang Fisioterapis karena menjadi kontra indikasi bagi pemakaian alat fisioterapi
yang berupa SWD (short wave diathermy) maupun MWD (micro wave diathermy).
3. TRAUMA PADA JARINGAN LUNAK
Pemeriksaan radiologi pada trauma atau injury pada jaringan lunak atau soft
tissue pada ekstremitas hanya bisa dilihat dengan menggunakan CT scan atau MRI.
Dibawah ini adalah hasil gambar dengan MRI pada injury hamstring.
Keterangan gambar:
Tanda kepala panah: Edema pada long head biceps femoris,
28
29. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
Tanda panah panjang: Cairan antara otot dan tendon intramuscular,
Tanda asterik: Signal normal pada short head biceps femoris.
C. COLUMNA VERTEBRALIS
1. HNP (HERNIA NUKLEUS PULPOSUS)
Hernia Nukleus Pulposus ataupun Prolapsus Intervertebral Disc (PID)
maupun sering juga disebut dengan (Disc Bulging) adalah suatu kondisi dimana
terjadi gangguan pada diskus intervertebral dengan jebolnya nukleus pulposus
keluar. Seperti diketahui bahwa pada setiap korpus vertebra dengan vertebra lainnya
diantarai diskus intervertebral yang terdiri atas dua bagian yaitu bagian luar adalah
annulus fibrosus dan bagian dalamnya adalah nukleus pulposus. Nukleus pulposus
bisa keluar dan menembus annulus fibrosus dan menekan saraf yang keluar dari
foramen intervertebral dan kondisi inilah yang dikenal dengan Hernia Nukleus
pulposus.
29
30. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
Gambar diatas adalah gambar MRI dengan Proton Density pada lumbal dengan
potongan axial. Perhatian utama pada gambar diatas adalah pada diskus
intervertebral dimana harusnya berwarna putih karena berupa cairan, pada
ketinggian antara L5 dan sacrum diskus berwarna hitam karena jebol keluar dan
menjadi kering. Gambar dengan tanda bintang (bintang 5) adalah thecal sac (cauda
equina) yang berisi banyak serabut saraf yang mengapung dalam Liquor
Cerebrospinal. Gambar dengan tanda panah adalah Ligamen Longitudional
Posterior dan gambar dengan tanda bintang 8 adalah Ligamentum Plavum.
2. SPONDYLOSIS
Dalam beberapa buku spondylosis sering kali diartikan sama dengan
spondiloarthrosis dan OA Vertebra, kondisi ini merujuk pada degenerasi dari discus
intervertebral dan korpus vertebra. Kondisi ini menyebabkan terjadinya penipisan
atau berkurangnya tinggi diskus serta terbentuknya osteofit atau taji pada korpus
vertebra.
Ketinggian diskus pada tiap tingkatan vertebra berbeda-beda:
Vertebra cervical tingginya 5 mm, Thoracal 7 mm dan lumbal 10 mm atau sama
dengan 1 cm.
30
31. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
3. SPONDYLOLISTHESIS
Spondylolisthesis adalah suatu kondisi dimana corpus vertebra bergeser
kedepan terhadap vertebra yang lainnya, apabila bergeser ke beakang dikenal
dengan nama retrolisthesis.
Untuk memudahkan dalam memahami dan menganalisa foto x-ray
spondylolistesis mengenai derajat atau grade berikut ini adalah gambar sketsa dari
lumbosacrum.Dalam menangani pasien dengan spondylolisthesis harus hati-hati
dalam memberikan exercise therapy dan kontra indikasi dengan manipulasi vertebra.
Sehingga pemahaman mengenai kondisi ini sangat penting bagi seorang Fisioterapis.
31
32. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
4. SCOLIOSIS
Scoliosis adalah merupakan suatu kondisi dimana terjadi pembengkokan pada
tulang vertebra berbentuk huruf C atau huruf C terbalik maupun huruf S, scoliosis
paling sering terjadi pada vertebra thoracal dan lumbal.
• Sinar X ditujukan untuk membuat konfirmasi diagnosis skoliosis
dan memeriksa besarnya kurva tulang belakang.
• Sinar X memberikan beberapa indikasi jika terjadi gangguan pada sistema skleleton.
32
33. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
• Terkadang dibutuhkan juga pemeriksaan MRI jika diperoleh pembengkokan pada
daerah tulang belakang thoracalis dan cervicalis dan timbulnya gejala neurological
yang menunjukkan terjadinya penekanan pada medulla spinalis atau anak masih
sangat muda ( 8 – 11 tahun).
Pengukuran kurvatura scoliosis atau derajat scoliosis sering diukur dengan
teknik cobb’s adapun cara pengukurannya adalah dengan menentukan vertebra
bagian atas yang mengalami pembengkokan dan bagian bawah yang mengalami
pembengkokan, untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut!, sudut 430 adalah
sudut derajat pembengkokan scoliosis dikenal dengan istilah sudut cobb’s.
Pengukuran besarnya sudut cobb digunakan untuk menentukan tindakan
pengobatan yang akan dipilih, dalam beberapa buku dan beberapa website
mengenai scoliosis dijelaskan bahwa pemberian latihan/exercise plus bracing pada
thoraco lumbal hanya akan efektif jika sudut cobb kurang 450 dan diatas 450 bisa
dipertimbangkan untuk dilakukan operasi untuk memperbaiki pembengkokan
tulang belakang.
D. OTAK/ BRAIN
1. STROKE
Stroke menurut WHO, 1995 adalah suatu gangguan fungsional otak yang
terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala klinis baik fokal maupun global
yang berlangsung lebih dari 24 jam, atau dapat menimbulkan kematian, disebabkan
oleh gangguan peredaran darah otak. Stroke secara umum terdiri atas dua jenis yaitu:
33
34. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
a. Ischemik atau infark otak
85% kasus stroke
Paling banyak terjadi pada arteri cerebralis medialis
Faktor penyebab paling lazim: proses atherosclerosis, thrombosis dan emboli
yg terjadi pd pembuluh otak atau berasal dari luar otak (paling sering
cardiac emboli)
b. Haemorrhage atau perdarahan otak (15%)
Intracerebral haemorrhage 10%, dimana awal serangan sering fatal.
Subarachnoid haemorrhage 5%.
Faktor penyebab paling lazim: hipertensi atau aneurisma & arteriovenous
malformation (AVM)
Perdarahan menyebabkan brain shift & distortion; dapat juga menyebabkan
ischemik bila hematoma menekan arteri di otak.
Pada stroke iskemik gambaran radiologi dengan ct-scan akan menampakkan
gambar ct-scan pada area yang mengalami infark dengan warna yang lebih gelap
dari pada daerah sekitarnya seperti pada gambar dibawah ini:
Sedangkan pada stroke dengan haemoragik pada ct-scan akan
memperlihatkan gambar dengan warna putih pada area yang mengalami
perdarahan. Secara umum haemoragik stroke terdapat dua jenis yaitu perdarahan
intracranial dan perdarahan sub arachnoid. Perdarahan intracranial seperti pada
gambar berikut:
34
35. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
Sedangkan perdarahan yang terjadi pada sub arachnoid seperti gambar berikut:
darah yang berasal dari ruang sub arachnoid masuk kedalam otak lewat sulcus-
sulcus yang ada di otak dan mengisi sisterna (cistern).
35
36. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
Perdarahan juga dapat terjadi karena AVM (arterousvenous malformation) yang
merupakan suatu kelainan pada arteri dan vena diotak.
Penyebab yang juga sering menyebabkan haemoragik adalah terjadinya
aneurisma pada pembuluh darah diotak yaitu suatu kondisi dimana pembuluh
darah terjadi “balloning” (pembuluh darah menyerupai balon). Seperti
diperlihatkan pada gambar dibawah, gambar ini diambil dengan MRA (Magnetik
Resonansi Angiography) suatu program MRI yang khusus untuk melihat kelainan
pada pembuluh darah.
36
37. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
Gambar diatas adalah gambar pada pembuluh darah bagian dasar otak yang
dikenal dengan “sirkulus willis”.
Perbedaan hasil foto ct-scan dengan MRI pada pasien stroke diperlihatkan pada
gambar dibawah ini:
Pada gambar diatas foto ct-scan dan MRI diambil pada pasien yang sama
gambar ct-scan terlihat abnormalitas sangat tipis atau kurang nampak (lingkaran)
sedangkan pada foto MRI abnormalitas yang terlihat sangat jelas (asterik).
2. HYDROCEPHALUS
Hydrocephalus atau terdapatnya cairan yang berlebihan didalam otak terjadi
karena adanya gangguan peredaran dari LCS (Liquor Cerebro Spinal). dimana LCS
diproduksi di ventrikel (ruang didalam otak) lalu dialirkan ke Medulla spinalis
ditulang belakang dan juga seluruh otak, kemudian diserap ke pembuluh darah vena
dan kembali ke jantung.
Hydrocephalus jika terjadi pada bayi maka akan meyebabkan kepalanya
membesar akibat dari tulang tengkorak yang belum kuat tetapi apabila terjadi pada
orang dewasa, kepalanya tidak lagi akan membesar akan tetapi menyebabkan
kesadarannya terganggu sampai koma.
Terdapat dua jenis Hydrocephalus:
1. Hidrosefalus internus/ hidrosefalus oklusif/ hidrosefalus non komunikans,
keadaan ini dapat terjadi oleh karena penyumbatan di salah satu bagian
susunan ventrikel. Misalnya suatu oklusi foramen interventriculare pada
satu sisi dapat menimbulkan pelebaran lumen ventrikel lateral pada sisi
yang sama dengan akibat penekanan pada jaringan otak setempat.
37
38. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
2. Hidrosefalus externus/ hidrosefalus malresorptif/ hidro-sefalus komunikans,
keadaan ini dapat terjadi oleh hambatan aliran LCS didalam cavitas
subarachnoidalis, yang dapat disebabkan misalnya oleh karena peradangan
pada selaput otak (meningitis).
3. TRAUMA PADA MENINGES
Meninges atau selaput otak terdiri atas 3 lapisan yaitu dari luar kedalam
duramater, arachnoid dan piamater . Diantara menings terdapat ruang yaitu: yang
berada diantara tengkorak kepala dan duramater disebut dengan epidural, ruang
antara duramater dan arachnoid disebut subdural, dan ruang antara arachnoid dan
piamater disebut sub arachnoid. Ruang-ruang tersebut dapat mengalami perdarahan
akibat kecelakaan lalu lintas ataupun trauma langsung.
a. Perdarahan epidural
38
39. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
b. Perdarahan sub dural
c. Perdarahan sub arachnoid
Untuk membedakan gambar diatas apakah yang mengalami perdarahan
adalah epidural, sub dural atau sub arachnoid maka harus diperhatikan model
perdarahannya (warna putih) apabila gambar putih didalam otak cembung maka
perdarahan tersebut terjadi pada epidural, dan apabila gambar perdarahannya
cembung dan juga ada yang konkaf maka perdarahan yang terjadi adalah pada sub
dural, sedangkan perdarahan yang terjadi pada sub arachnoid ditandai dengan darah
yang masuk kedalam sulcus diotak terjadi perubahan warna menjadi putih.
-oo0oo-
39
40. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
BAB 5
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
P
engetahuan mengenai pemeriksaan laboratorium bagi seorang Fisioterapis
dimaksudkan untuk lebih memahami mengenai penyakit yang ditangani serta
untuk menghindari hal-hal yang bisa merugikan bahkan membahayakan pasien.
Penjelasan mengenai pemeriksaan laboratorium dibawah ini akan lebih difokuskan
pada pemeriksaan yang berhubungan dengan penyakit infeksi, tumor, cardiovaskuler,
musculoskeletal, neuro-muscular serta penyakit endokrin.
A. PEMERIKSAAN INFEKSI
1. Leukosit.
Pemeriksaan yang paling sering dilakukan untuk mengetahui apakah ada
infeksi atau radang adalah pemeriksaan leukosit. Leukosit adalah sel darah putih
yang diproduksi oleh jaringan hemopoetik untuk jenis bergranula
(polimorfonuklear) dan jaringan limfatik untuk jenis tak bergranula (mononuklear),
berfungsi dalam sistem pertahanan tubuh terhadap infeksi.
Nilai normal:
Dewasa : 4000-10.000/mm3
Bayi / anak : 9.000-12.000/mm3
Bayi baru lahir : 9.000-30.000/mm3
Peningkatan jumlah leukosit (lekositosis)
Menunjukkan adanya proses infeksi atau radang akut, misalnya pneumonia,
meningitis, apendiksitis, tuberkulosis, tonsilitis, dll. Dapat juga terjadi pada miokard
infark, sirosis hepatis, luka bakar, kanker, leukemia, penyakit kolagen, anemia
hemolitik, anemia sel sabit, penyakit parasit, dan stress karena pembedahan maupun
gangguan emosi. Peningkatan lekosit juga dapat disebabkan karena obat-obatan,
misalnya: aspirin, prokainamid, alopurinol, kalium yodida, sulfonamida, heparin,
digitalis, epinefrin, litium dan antibiotika terutama ampicillin, eritromisin,
kanamisin, tetracycline, vankomisin, dan streptomicyn.
Peningkatan jumlah leukosit (lekopeni)
Dapat terjadi pada penderita infeksi tertentu, terutama virus, malaria, alkoholik,
reumatoid arthritis, dan penyakit hemopoetik, (anemia aplastik, anemia pernisiosa).
Lekopenia dapat juga disebabkan penggunaan obat terutama asetaminofen,
40
41. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
sulfonamide, profiltioraciyl (PTU), barbiturate, kemoterapi kanker, diazepam,
diuretika, antidiabetika oral, indometasin, metildopa, fenotiazin, dan antibiotika
(penicillin, cefalosporin, dan kloramfenikol).
2. LED (Laju Endap Darah)
LED dapat dipakai sebagai sarana pemantauan keberhasilan terapi,
perjalanan penyakit terutama penyakit kronis misal: arthritis reumatoid, TBC.
Peninggian LED biasanya terjadi biasanya terjadi akibat peningkatan kadar globulin
dan fibrinogen karena infeksi akut lokal maupun sistemis aatau trauma atau trauma,
kehamilan, infeksi kronis dan infeksi terselubung yang berubah menjadi akut.
Penurunan LED dapat terjadi pada gagal jantung kongesti, anemia sel sabit,
infeksi mononukleus, defisiensi faktor V pembekuan, arthritis degeneratif, dan
angina pektoris. Dapat juga karena penggunaan obat etambutol, quinine, aspirin
dan kortison.
Peningkatan LED terjadi pada arthritis reumatoid, infark miokard akut,
kanker (lambung, colon, payudara hepar dan ginjal), penyakit Hodkin’s, mieloma
multiple, limfosarkoma, infeksi bakteri, gout, eritrobalstosis foetalis, kehamilan
timester II dan III, operasi dan luka bakar.
Nilai LED normal:
Pada pria : 0-8 mm/jam
Pada wanita : 0-15 mm/jam (westergren atau wintrobe).
3. HbsAg (Hepatitis B surface Antigen)
Adalah material permukaan/kulit virus hepatitis B berisi protein yang dibuat
oleh sitoplasma sel hati yang terkena infeksi dan beredar dalam darah sebelum dan
selama infeksi akut, karier dan hepatitis kronik. HbsAg tidak infeksius tetapi justru
merangsang tubuh untuk membentuk antibodi.
Apabila ditemukan + (positif) pada darah berarti pasien mengidap HVB
(Hepatitis virus B). HbsAg muncul/menjadi positif setelah 6 minggu dari infeksi dan
menghilang dalam 3 bulan. Apabila HbsAg tetap ada lebih dari 6 bulan berarti
menjadi kronis atau karier.
41
42. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
4. Tes TBC
Tes yang dapat dilakukan untuk identifikasi TBC, antara lain adalah:
a. Pulasan Ziehl Nielson:
Sedian apus dari pus/sputum/cairan pleura, dengan pewarnaan Ziehl Neelson
bersifat tahan asam. Pemeriksaan ini sering dilakukan di Puskesmas untuk
pemberantasan TB.
b. Dapat juga denngan biakan media Lowenstein Jensen
c. Pemeriksaan serologis dengan mendeteksi antibodi terutama IgG dan IgM
terhadap TBC.
B. PEMERIKSAAN TUMOR
1. Pemeriksaan CEA (Carsinoma Embrionik Antigen)
Pemeriksaan ini sering kali digunakan untuk skrining untuk petanda tumor,
walaupun tes ini sebenarnya dikhususkan untuk karsinoma kolon dan pankreas. Oleh
karena itu untuk menegakkan karsinoma pada kolon dan pankreas sebaiknya
dilengkapi dengan pemeriksaan lain karena peningkatan CEA juga terjadi pada kanker
oesofagus, lambung, hepar, usus halus, rektum, paru-paru, mammae, serviks, prostat,
kandung kemih, testis, ginjal, dan leukemia. CEA juga meningkat pada penyakit
radang usus, perokok sigaret kronis, kolitis ulseratif, sirosis hati, pneumonia bakteri,
emfisema paru, pankreatitis akut, gagal ginjal akut, dan penyakit jantung iskemik.
Nilai normal:
Tidak merokok : <2,5 ng/ml
Perokok : <3,5 ng/ml
Pada inflamasi akut 10 ng/ml, neoplasma 12 ng/ml.
2. Pemeriksaan CA (Carsinoma Antigen)
Pemeriksaan dengan bahan darah untuk mengidentifikasi keberadaan antigen
Pemeriksaan ini digunakan sebagai panel
penanda tumor (tumor marker) pada organ tertentu.
Nilai normal : Negatif
Jenis antigen karsinoma :
CA 19-9 penanda tumor pada pancreas, kolorectal.
CA 15-3 penanda tumor untuk payudara,
CA 125 penanda tumor ovarium,
42
43. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
CA 72-74 penanda tumor pada ovarium dan lambung,
Penanda tumor lain:
AFV, PIVKA-II untuk tumor hati,
Tiroglobulin, kalsitonin untuk tumor tyroid,
Pap smear, SCC untuk tumor serviks,
PSA, free PSA untuk tumor prostat,
CEA, SCC, NSE untuk tumor paru-paru,
Anti EBV VCA IgA, Anti EBV EA IgA untuk tumor nasopharing.
C. PEMERIKSAAN CARDIOVASCULER
1. CK/CPK (Creatin Posfo Kinase)
Enzim berkonsentrasi tinggi dalam jantung dan otot rangka, konsentrasi rendah pada
jaringan otak, berupa senyawa nitrogen yang terfosforisasi dan menjadi katalisator
dalam transfer fosfat ke ADP (energi).
Kadarnya meningkat dalam serum 6 jam setelah infark dan mencapai puncak dalam
16-24 jam, dan kembali normal setelah 72 jam (3 hari).
Peningkatan CPK merupakan indikator penting adanya kerusakan miokardium.
Nilai Normal:
Dewasa pria : 5-35 Ug/ml atau 30-180 IU/L
Wanita : 5-25 Ug/ml atau 25-150 IU/L
Anak laki-laki : 0-70 IU/L
Anak wanita : 0-50 IU/L
Bayi baru lahir : 65-580 IU/L
2. CKMB (Creatinkinase label M dan B)
Jenis enzim yang terdapat banyak pada jaringan terutama otot, miocardium,
dan otak. Terdapat 3 jenis isoenzim kreatin kinase dan diberi label M (musculus)
dan B (brain), yaitu:
Isoenzim BB : banyak terdapat diotak
Isoenzim MM : banyak terdapat pada otot skeletal
Isoenzim MB : banyak terdapat pada miokardium bersama MM.
Nilai normal kurang dari 10 U/L
Nilai 10-13 U/L atau >5% total CK menunjukkan peningkatan aktifitas produksi
enzim.
43
44. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
Peningkatan kadar CPK dapat terjadi pada
Penderita Akut Miokard Infark, angina pektoris, penyakit otot rangka, cedera
cerebrovasculer, kanker otak.
3. SGOT (Serum Glutamik Oksaloasetik Transaminase)
Merupakan enzim transaminase sering juga disebut AST (Aspartat Amino
Transaminase). Enzim ini berada pada serum dan jarngan terutama hati dan jantung.
Pelepasan enzim yang tinggi ke dalam serum menunjukkan adanya kerusakan
terutama pada jaringan jantung dan hati.
Pada penderita infark jantung, SGOT akan meningkat setelah 12 jam dan
mencapai puncak setelah 24-36 jam kemudian, dan akan kembali normal pada hari
ke sampai hari ke lima.
Nilai normal:
Laki-laki : sampai dengan 37 U/L
Wanita : sampai 31 U/L
4. SGPT (Serum Glutamik Pyruvik Transaminase)
Merupakan enzim transaminase yang dalam keadaan normal berada dalam jaringan
tubuh terutama hati. Sering disebut juga ALT (Alanin Aminotransferase).
Peningkatan dalam serum darah mengindikasikan adanya trauma atau kerusakan
pada hati.
Nilai normal :
Laki-laki s/d 42 U/L
Wanita s/d 32 U/L
5. PEMERIKSAAN LEMAK DARAH
Pemeriksaan lemak darah yang akan dibahas dibawah ini adalah pemeriksaan yang
sering dilakukan di Rumah Sakit maupun Puskesmas yaitu kolesterol, trigliserida,
LDL, HDL dan VLDL. Untuk memudahkan memahami pemeriksaan ini berikut akan
diberikan uraian singkat mengenai kolesterol, trigliserida, LDL, HDL dan VLDL.
Didalam darah kita ada tiga bentuk lemak dasar yaitu kolesterol, trigliserida dan
fosfolipid, oleh karena ketiganya adalah lemak maka ketiga lemak ini membutuhkan
pelarut supaya bisa beredar dan larut dalam darah, ketiganya kemudian bergabung
dengan salah satu jenis protein yaitu apoprotein sering disebut dengan apo saja.
Ketiga lemak ini kemudian bersama-sama dengan apoprotein membentuk
44
45. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
Lipoprotein (LP) (gabungan lipid/lemak dengan protein). Jadi lipoprotein adalah
gabungan antara kolesterol + trigliserida + fosfolipid + dan apoprotein.
Ukuran, densitas, komposisi lemak dan komposisi apo berbeda-beda dalam
Lipoprotein, hal inilah yang menyebabkan sehingga dikenal beberapa jenis
Lipoprotein diantaranya adalah HDL, LDL dan VLDL.
HDL (High Density Lipoprotein) adalah bentuk LP yang memiliki kolesterol paling
sedikit dibentuk di usus dan hati, HDL ini akan menyerap kolesterol bebas dari
pembuluh darah, atau bagian tubuh lain seperti sel makrofag, kemudian
membawanya ke hati, hal inilah yang membuat HDL dijuluki kolesterol baik
walaupun istilah ini sebenarnya kurang tepat karena seperti dijelaskan diatas HDL
adalah gabungan dari kolesterol, trigliserida dan fosfolipid serta apoprotein.
VLDL (Very Low Density Lipoprotein) merupakan Lipoprotein yang mengandung
trigliserida (TG) tinggi, fosfolipid dan kolesterol sedang serta protein rendah. VLDL
dibentuk dihati yang kemudian akan diubah dipembuluh darah menjadi LDL (low
density lipoprotein).
LDL (Low Density Lpioprotein) adalah LP dalam plasma yang mengandung sedikit
trigliserida, fosfolipid dan kolesterol tinggi.
LDL akan membawa kolesterol keluar dari hati dan membawa
ke dinding pembuluh darah sehingga dikenal sebagai kolesterol jahat.
KLINIS: Apabila kolesterol tinggi akan menyebabkan terbentuknya endapan/kristal
lempengan yang akan mempersempit atau meyumbat pembuluh darah. Pada
keadaan yang berat dimana terjadi sumbatan yang total dari pembuluh darah maka
akan terjadi kerusakan organ, misalkan bila pembuluh koroner yang tertutup, maka
terjadi serangan jantung, dan apabila pembuluh darah diotak yang tersumbat maka
akan menyebabkan stroke.
HDL akan membawa kolesterol bebas dari pembuluh darah ke hati sehingga
diameter pembuluh darah akan melebar, sedangkan jika VLDL dan LDL yang tinggi
maka akan terjadi hal yang sebaliknya dimana pembuluh darah menjadi menyempit.
TRIGLISERIDA, trigliserida merupakan salah satu bentuk dari 3 lemak dasar dalam
darah yang disintesis dari karbohidrat dan disimpan dalam bentuk lemak hewani.
Berbeda dengan kolesterol yang disimpan dalam jaringan hati dan dinding
pembuluh darah, Trigliserida (TG) akan disimpan dalam sel lemak dibawah kulit (hal
ini merupakan penyebab sulitnya terbentu six pack pada otot-otot perut). Apabila
kadar TG tinggi maka akan merubah metabolisme VLDL menjadi suatu bentuk large
45
46. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
VLDL (L-VLDL). Bentul L-VLDL ini akan merubah LDL yang sangat mudah teroksidasi
dan merusak HDL yang pada akhirnya akan memperberat kandungan kolesterol
pembuluh darah.
Kolesterol :
Nilai normal :
Orang Dewasa : <200 mg/dl
Orang dewasa resiko sedang : 200-240 mg/dl
Orang dewasa resiko tinggi : >240 mg/dl
Bayi : 90-130 mg/dl
Anak : 130-170 mg/dl
Bayi/anak resiko tinggi : >185 mg/dl
Trigliserida :
Nilai normal:
Dewasa muda : s/d 150 mg/dl
Dewasa >50 tahun : s/d 190 mg/dl
Bayi : 5,0-40 mg/dl
Anak : 10-135 mg/dl
HDL (High Density Lipoprotein):
Nilai normal:
Pria dewasa : > 55 mg/dl
Wanita dewasa : >65 mg/dl
Resiko tinggi jantung koroner : <35 mg/dl
Resiko sedang jantung koroner : 35-45 mg/dl
Resiko rendah jantung rendah : >60 mg/dl
LDL (Low Density Lipoprotein) :
Nilai normal:
Normal Orang Dewasa : <150 mg/dl
Resiko tinggi jantung koroner : >160 mg/dl
Resiko sedang jantung koroner : 130-159 mg/dl
Resiko rendah jantung koroner : <130 mg/dl
46
47. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
D. PEMERIKSAAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN MUSCULOSCLETAL DAN
NEUMUSCULAR.
1. CRP (PROTEIN C REAKTIF)
Adalah alfa globulin yang timbul dalam serum apabila terjadi inflamasi.
CRP positif (+) (selalu ada): terdapat pada demam rematik, arthritis rheumatoid,
infeksi bakterial akut, dan hepatitis virus.
CRP positif (+) (sering ada): terdapat pada TBC aktif, gout, tumor ganas stadium
lanjut, lepra, sirosis aktif, luka bakar, dan peritonitis.
CRP positif (+) (kadang ada): terdapat pada varicella, pasca bedah, dan penggunaan
alat KB intra uterin.
2. RF (Rheumatoid Factor)
Adalah imunoglobulin yang bereaksi dengan IgG.
RF + biasanya biasanya terdapat pada 80 % penderita arthritis
rheumatoid dan kelainan sendi dengan komplikasi sistemik yang prognosisnya buruk.
3. ASTO (Anti Streptolisin O)
Pemeriksaan untuk mengidentifikasi keberadaan antigen streptolisin O, yang
dibentuk oleh Streptococus beta hemoliticus grup A yang dapat menyebabkan
hemolisis. Delapan puluh persen (80%) penderita yang terinfeksi streptokokus beta
hemolitikus grup A akan terjadi peningkatan ASTO dalam darah. Infeksi ini
merupakan penyulit yang merangsang terjadinya respon imunitas dan menimbulkan
kerusakan organ.
Peningkatan ASTO >200 IU terdapat pada penderita reumatik, kelainan katup
jantung karena streptokokus, dan eritema nodusum (biasanya mencapai 350 IU).
4. Rheumatoid Arthritis (RA)
Merupakan pemeriksaan skrening untuk mendeteksi keberadaan antibodi (IgW, IgA,
IgG) terhadap penykit reumatoid arthritis (radang sendi rematik), melalui
pemeriksaan darah. Pada penderita RA, 53-54% hasilnya positip.
Normal pada orang dewasa:
Titer <1 : 20
Titer 1 : 201: 80 = reumatoid atau kondisi lain.
Titer >1 : 80 positif reumatoid
47
48. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
5. ASAM URAT
Merupakan produk akhir metabolisme purin (bagian penting dari asam nukleat).
Pergantian purin dalam tubuh berlangsung kontinyu dan menghasilkan banyak asam
urat walaupun tidak adanya input makanan yang mengandung asam urat. Asam urat
sebagian besar disintesis dalam hati, diangkut sirkulasi ke ginjal. Intake purin normal
melalui makanan akan menghasilkan 0,5-1 gr/hari. Peningkatan asam urat dalam
serum urine tergantung dari fungsi ginjal, metabolisme purin dan intake makanan
yang mengandaung purin. Asam urat dalam urine akan membentuk kristal/batu
dalam saluran kencing. Hiperuricemia akan menyebabkan tertimbunnya asam urat
dalam jaringan lunak dan sendi-sendi sehingga muncul sindrom klinis yang disebut
sebagai penyakit gout.
Nilai normal dalam darah:
Laki-laki : 2-7 mg/dl
Perempuan : 1-6 mg/dl
E. PEMERIKSAAN PADA SISTEM ENDOKRIN
1. Pemeriksaan Gula Darah
Pemeriksaan terhadap kadar gula dalam darah vena pada saat pasien puasa
12 jam sebelum pemeriksaan (GDP /Gula darah puasa / nuchter) atau 2 jam setelah
makan (post prandial).
Nilai normal:
Dewasa : 70-110 mg/dl
Whole blood : 60-100 mg/dl
Bayi baru lahir : 30-80 mg/dl
Anak : 60-100 mg/dl
Nilai normal kadar gula darah 2 jam setelah makan:
Dewasa :<140 mg/dl/2 jam
Whole blood :<120 mg/dl 2 jam
Hasil pemeriksaan berulang diatas nilai normal kemungkinan menderita Diabetes
Mellitus. Pemeriksaan glukosa darah toleransi adalah pemeriksaan kadar gula dalam
darah puasa (sebelum diberi glukosa 75 gram oral), 1 jam setelah diberi glukosa dan
48
49. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
2 jam setelah diberi glukosa. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat toleransi
tubuh terutama insulin terhadap pemberian glukosa dari waktu ke waktu.
2. Hb A1C (Hemoglobin Glikosilasi)
Pemeriksaan dengan menggunakan darah bahan darah, untuk memperoleh
informasi kadar gula yang sesungguhnya, waktu 2-3 bulan. Glikosilasi adalah
masuknya gula kedalam sel darah merah dan terikat. Maka tes ini berguna tingkat
ikatan gula pada hemoglobin A (A1C) sepanjang umur sel darah merah (120 hari).
A1C menunjukkan kadar hemoglobin terglikosilasi yang pada orang normal antara
4-6 %.
Semakin tinggi nilai A1C pada penderita DM semakin potensial berisiko
terkena komplikasi. Pada penderita DM tipe II akan menunjukkan penurunan risiko
komplikasi apabila A1C dapat dibawah 8 % (hasil studi United Kingdom
Prospective Diabetes). Setiap penurunan 1% saja akan menurunkanrisiko gangguan
pembuluh darah (mikro-vaskuler) sebanyak 35%, komplikasi DM lain 21% dan
menurunnnya risiko kematian 21%. Kenormalan A1C dapat diupayakan dengan
mempertahankan kadar gula darah tetap normal sepanjang waktu, tidak hanya
pada saat diperiksa kadar gulanya saja yang sudah dipersiakan sebelumnya (kadar
gula rekayasa penderita). Olah raga teratur, diet dan taat obat adalah kuncinya.
3. PEMERIKSAAN FUNGSI TIROID
Hormon yang dihasilkan kelenjar tiroid secara umum mengatur produksi
energi dan sintesa protein yang berkontribusi untuk pertumbuhan tubuh serta
menjalankan fungsi tubuh sepanjang hidup manusia. Gangguan pada kelenjar tiroid
yang berhubungan dengan Fisioterapis adalah hipertiroidisme, penyakit ini bisa
membingungkan seorang Fisioterapi apabila mendapatkan pasien yang mengalami
kelemahan otot, terjadi tremor halus, berkeringat, tekanan darah selalu tinggi.
Kelemahan otot terjadi pada hipertiroidisme akibat perombakan protein otot yang
merupakan simpanan energi yang paling terakhir setelah karbohidrat dan lemak,
sedangkan tremor terjadi akibat bertambahnya sensitivitas saraf yang mengontrol
tonus otot.
49
50. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
a. T4 (Thiroksin)
Pemeriksaan untuk mengetahui konsentrasi hormon tiroksin dalam plasma
darah, sebagai cara untuk mengidentifikasi fungsi dan gangguan kelenjar tiroid.
Hormon tiroksin dihasilkan oleh kelenjar tiroid, mempunyai kepekatan 25 kali
dibanding hormon triiodotironin (T3).
Nilai normal:
Dewasa : 4,5-13 ug/dl (TD:T4 displasmen)
T4 bebas : 1,0-2,3 ng/dl
Peningkatan T4 menunjukkan adanya hipertiroidisme, tiroiditis akut, myastenia
gravis, kehamilan, hepatitis virus dan preekslamsia. Peningkatan T4 dapat juga
disebabkan oleh penggunaan obat: perfenasin, klofibrat, dan pil KB.
Penurunan T4 menunjukkan adanya hipotiroidisme (kretisnisme, miksedema),
malnutrisi protein, hipofungsi adenohipofisis, gagal ginjal dan akibat latihan
berat.
b. T3 (Triiodotironin)
Pemeriksaan untuk mengetahui kadar triiodotironin yang diproduksi oleh
kelenjar tiroid fungsinya sama dengan T4 tetapi lebih pendek. Pemeriksaan ini
digunakan untuk mendeteksi adanya tirotoksikosis T3 karena hipertiroid.
Normal:
T3 lebih rendah daripada T4. T3 : 1:2% dari konsentrasi T4
Dewasa : 80-200 ng/dl
Bayi baru lahir : 90-170 ng/dl
6-12 tahun : 114-190 ng/dl
Penurunan kadar T3 dapat terjadi pada taruma, penyakit berat, malnutrisi dan
obat-obatan propiltiourasil (PTU), metimasol, metiltiourasil, litium, fenitoin,
propanolol, reserpin, aspirin dosis besar, steroid, dan sulfonamide.
Peningkatan kadar T3 menunjukkan adanya hipertiroidisme, tirotoksikosis T3,
tiroiditis hashimoto. Obat-obat yang mempengaruhi peningkatan T3,
Oestrogen, progesteron, liotironin dan metadon.
Catatan :
Nilai rujukan yang dipakai pada setiap pelayanan kesehatan bisa saja berbeda-beda dikarenakan perbedaan
reagen yang digunakan juga mempunyai nilai rujukan yang tidak sama.
--00O00--
50