SlideShare a Scribd company logo
Devahimer Harsep Rosi 1221213055
TUGAS MATA KULIAH
KIMIA BAHAN ALAM LANJUT
OLEH
Devahimer Harsep Rosi, S.Farm, Apt
1221213055
PROGRAM STUDI MAGISTER FARMASI
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2014
Devahimer Harsep Rosi 1221213055
RADIOAKTIF
A. PENDAHULUAN
Radioisotop (zat radioaktif) selalu memancarkan sinar (partikel) radioaktif (α, β,γ, . . .)
secara spontan dan terus menerus sampai habis. Partikel yang dipancarkan itu mempunyai
energy dan dapat dideteksi dengan detector (pencacah). Energinya dapat sebagai sumber energy
dan partikel tersebut dapat dipakai sebagai penelusuri jejak (tracer) suatu proses.
Radioisotope sebagai tracer biasannya dicampur dengan isotop stabil dan kemudian dideteksi
aktifitas peluruhannya.
Radioisotop adalah suatu unsur radioaktif yang memancarkan sinar radioaktif. Radioaktif
mempunyai peranan penting dalam melengkapi kebutuhan manusia di berbagai bidang. Salah
satunya di bidang kedokteran dan kesehatan. Penggunaan radioisotop di bidang kesehatan untuk
keperluan radiodiagnostik dan radioterapi dalam kedokteran nuklir. Teknik nulkir dengan
menggunakan radioisotop di bidang kedokteran nuklir dimulai pada tahun 1930-an sebagai
Devahimer Harsep Rosi 1221213055
wujud dari perkembangan ilmu dan teknologi. Sedangkan di Indonesia dimulai pada tahun 1967
tidak lama setelah peresmian reaktor nuklir di Bandung.
Radiasi adalah pencemaran/pengeluaran dan perambatan energi menembus ruang atau
sebuah substansi dalam bentuk gelombang atau partikel. Partikel radiasi terdiri dari atom atau
subatom dimana mempunyai masa bergerak, menyebar dengan kecepatan tinggi menggunakan
energi kinetik. Beberapa contoh dari partikel radiasi adalah elektron, beta, alpha, photon, dan
neutron.
Sumber radiasi dapat terjadi secara alamiah maupun buatan. Sumber radiasi alamiah
contohnya radiasi dari sinar kosmis, radiasi dari unsur-unsur kimia yang terdapat pada lapisan
kerak bumi, radiasi yang terjadi pada atmosfer akibat terjadinya pergeseran lintasan perputaran
bola bumi. Sedangkan sumber radiasi buatan contohnya radiasi sinar x, radiasi sinar beta, radiasi
sinar alpha, dan radiasi sinar gamma.
Ilmu kedokteran nuklir merupakan salah satu ilmu cabang kedokteran yang memanfaatkan
sumber radiasi terbuka dari disintegrasi inti radioaktif buatan untuk tujuan diagnostik melalui
pemantauan proses fisiologi dan biokimia.
Dewasa ini, aplikasi tenaga nuklir dalam bidang kesehatan telah memberikan sumbangan
yang sangat berharga dalam menegakkan diagnostik maupun terapi berbagai jenis penyakit.
Berbagai disiplin ilmu kedokteran seperti ilmu penyakit dalam, ilmu penyakit saraf, ilmu
penyakit jantung, dan sebagainya telah mengambil manfaat dari tehnik nuklir. Sehingga pada
kesempatan kali ini akan dipaparkan tentang peranan radioaktif, mekanisme kerja dan dampak
yang ditimbulkannya dalam bidang kedokteran dan kesehatan.
B. MANFAAT RADIOAKTIF DI BIDANG KESEHATAN
Bidang kesehatan dan kedokteran merupakan bidang terbesar yang menggunakan senyawa
bertanda radioaktif. Hampir dari 80% dari penggunaan zat radioaktif terletak di bidang ini.
Dengan isotop radioaktif telah dapat diselidiki dan dipelajari proses fisiologi, biokimia, patologi
dan farmakologi berbagai macam obat.
Penggunaan isotop radioaktif dalam kedokteran, sebetulnya telah dimulai semenjak tahun
1936 pada waktu John Lawrence et al. Menggunakan fosfor-32 untuk terapi. Walaupun dimulai
Devahimer Harsep Rosi 1221213055
untuk terapi, tetapi penggunaan radioisotop selanjutnya hampir 90% ditujukan untuk diagnosis,
dan sebagian besar telah dalam bentuk senyawa bertanda.
Cabang ilmu kedokteran yang memanfaatkan gelombang elektromagnetik pendek, seperti
sinar x disebut radiologi. Radiologi dimanfaatkan untuk menunjang diagnosis penyakit. Dalam
dunia kedokteran nuklir, prinsip radiologi dimanfaatkan dengan memakai isotop radio aktif yang
disuntikkan ke dalam tubuh. Kemudian, isotop tersebut ditangkap oleh detektor di luar tubuh
sehingga diperoleh gambaran yang menunjukan distribusinya di dalam tubuh. Sebagai contoh
untuk mengetahui letak penyempitan pembuluh darah, digunakan radioisotop natrium. Kemudian
jejak radioaktif tersebut dirunut dengan menggunakan pencacah Geiger. Letak penyempitan
pembuluh darah ditunjukan dengan terhentinya aliran natrium.
Selain digunakan untuk mendiagnosis penyakit, radioisotop juga digunakan untuk terapi
radiasi. Terapi radiasi adalah cara pengobatan dengan memakai radiasi. Terapi seperti ini
biasanya digunakan dalam pengobatan kanker. Pemberian terapi dapat menyembuhkan,
mengurangi gejala, atau mencegah penyebaran kanker, bergantung pada jenis dan stadium
kanker.
1. Radiodiagnostik
Radiodiagnostik adalah kegiatan penunjang diagnostik menggunakan perangkat radiasi
sinar pengion (sinar x), untuk melihat fungsi tubuh secara anatomi. Ahli dalam bidang ini dikenal
sebagai radiolog. Salah satu contoh radiodiagnostik adalah rontgen. Radiodiagnostik dilakukan
sebelum melakukan radioterapi.
Prinsip dasar digunakannya penunjang diagnostik di bidang radiologi adalah penggunaan
pesawat radiologi sebagai sumber tertutup (Tungsten), dengan energi yang besar (kV) untuk
menghasilkan sinar x (sinar pengion) yang mengenai tubuh pasien. Transmisi radiasi yang
mengenai tubuh tersebut bergantung dari kepadatan organ yang dilalui, makin padat akan
memberikan gambaran putih (opakue) hal ini juga dapat ditimbulkan dengan pemberian kontras
bubur barium pada pemeriksaan traktus intestinal (saluran cerna), juga pada pemeriksaan traktus
urinarius (saluran kemih). Sedangkan sebaliknya akan memberikan warna hitam (lusence).
Penggunaan kontras ini harus menggunakan persyaratan yang cukup ketat karena sifat alergik
yang mungkin timbul pada diri pasien, sehingga diperlukan uji alergi dan juga ada kontra
indikasi tertentu yang dipersyaratankan pada diagnsotik menggunakan kontras. Hasil pencitraan
dalam bentuk gambaran anatomi. Pesawat sinar x ini juga dapat dimanfaatkan untuk menentukan
Devahimer Harsep Rosi 1221213055
umur suatu fosil maupun mummi, juga digunakan di bandara, industri dengan berbeda radiasi
pengion yang dihasilkan. Hasil pencitraan pada saat ini mengikuti perkembangan teknologi
sehingga dapat direkam dalam film, kertas printer maupun dalam bentuk CD maupun DVD.
2. Mekanisme kerja Radiodiagnostik
I-131 digunakan sebagai terapi pengobatan untuk kondisi tiroid yang over aktif atau kita
sebut hipertiroid. I-131 ini sendiri adalah suatu isotop yang terbuat dari iodin yang selalu
memancarkan sinar radiasi. Jika I-131 ini dimasukkan kedalam tubuh dalam dosis yang kecil,
maka I-131 ini akan masuk ke dalam pembuluh darah traktus gastrointestinalis. I-131 dan akan
melewati kelenjar tiroid yang kemudian akan menghancurkan sel-sel glandula tersebut. Hal ini
akan memperlambat aktifitas dari kelenjar tiroid dan dalam beberapa kasus dapat merubah
kondisi tiroid.
3. Radioterapi
Radioterapi adalah tindakan medis menggunakan radiasi pengion untuk mematikan sel
kanker sebanyak mungkin, dengan kerusakan pada sel normal sekecil mungkin. Tindakan terapi
ini menggunakan sumber radiasi tertutup pemancar radiasi gamma atau pesawat sinar-x dan
berkas elektron.
Baik sel-sel normal maupun sel-sel kanker bisa dipengaruhi oleh radiasi ini. Radiasi akan
merusak sel-sel kanker sehingga proses multiplikasi ataupun pembelahan sel-sel kanker akan
terhambat. Sekitar 50 – 60% penderita kanker memerlukan radioterapi. Tujuan radioterapi adalah
untuk pengobatan secara radikal, yaitu untuk mengurangi dan menghilangkan rasa sakit atau
tidak nyaman akibat kanker, selain itu juga bertujuan untuk mengurangi resiko kekambuhan dari
kanker. Dosis dari radiasi ditentukan dari ukuran, luasnya, tipe, dan stadium tumor bersamaan.
Sumber radiasi terbuka yang umum digunakan antara lain I-125, Ra-226, yang dikemas
dalam bentuk jarum, biji sebesar beras, atau kawat dan dapat diletakkan dalam rongga tubuh
(intracavitary) seperti kanker serviks, kanker paru, dan kanker esopagus, dalam organ/jaringan
(interstisial) seperti kanker prostat, kanker kepala dan leher, kanker payudara, atau dalam lumen
(intraluminal).
Kegunaan radioterapi adalah sebagai berikut:
tanpa dikombinasikan dengan pengobatan lain seperti pembedahan dan kemoterapi.
Devahimer Harsep Rosi 1221213055
radioterapi berguna untuk
mengontrol pertumbuhan sel kanker dengan membuat sel kanker menjadi lebih kecil dan
berhenti menyebar.
yang biasa timbul pada penderita kanker seperti rasa nyeri dan juga membuat hidup penderita
lebih nyaman.
sebagai “adjuvant therapy” atau terapi tambahan dengan tujuan agar terapi bedah dan kemoterapi
yang diberikan lebih efektif.
4. Mekanisme Kerja Radioterapi
Bila jaringan terkena radiasi penyinaran, maka jaringan akan menyerap energi radiasi dan
akan menimbulkan ionisasi atom-atom. Ionisasi tersebut dapat menimbulkan perubahan kimia
dan biokimia yang pada akhirnya akan menimbulkan kerusakan biologik. Kerusakan sel yang
terjadi dapat berupa kerusakan kromosom, mutasi, perlambatan pembelahan sel dan kehilangan
kemampuan untuk berproduksi.
Radiasi pengion adalah berkas pancaran energi atau partikel yang bila mengenai sebuah
atom akan menyebabkan terpentalnya elektron keluar dari orbit elektron tersebut. Pancaran
energi dapat berupa gelombang elektromagnetik, yang dapat berupa sinar gamma dan sinar X.
Pancaran partikel dapat berupa pancaran elektron (sinar beta) atau pancaran partikel netron, alfa,
proton.
Dengan pemberian setiap terapi, maka akan semakin banyak sel-sel kanker yang mati dan
tumor akan mengecil. Sel-sel yang mati akan hancur, dibawa oleh darah dan diekskresi keluar
dari tubuh. Sebagian besar sel-sel sehat akan bisa pulih kembai dari pengaruh radiasi. Tetapi
bagaimanapun juga, kerusakan yang terjadi pada sel-sel sehat merupakan penyebab terjadinya
efek samping radiasi.
PET
PET merupakan salah satu hasil di garis depan pengembangan radioisotop untuk dunia
kedokteran. PET adalah metode visualisasi fungsi tubuh menggunakan radioisotop pemancar
positron.Oleh karena itu, citra (image) yang diperoleh adalah citra yang menggambarkan fungsi
organ tubuh. Kelainan dan ketidaknormalan fungsi atau metabolisme di dalam tubuh dapat
Devahimer Harsep Rosi 1221213055
diketahui dengan metode pencitraan (imaging) ini. Hal ini berbeda dengan metode visualisasi
tubuh yang lain, seperti MRI (magnetic resonance imaging) dan CT (computed tomography).
MRI dan CT scans adalah visualisasi anatomi tubuh yang menggambarkan bentuk organ tubuh.
Dengan kedua metode ini, yang terdeteksi adalah kelainan dan ketidaknormalan bentuk organ.
Berbagai kelainan metabolisme di dalam tubuh, termasuk di dalamnya adalah adanya
metabolisme sel kanker, dapat diketahui dengan cepat melalui PET. Salah satu bentuk perbedaan
sel kanker dengan sel normal di sekelingnya adalah pada bentuk metabolisme glukosa. Sel
kanker mengonsumsi glukosa dalam jumlah yang lebih besar dari sel di sekelilingnya.Secara
umum, kecepatan pertumbuhan sel kanker yang mencerminkan tingkat keganasannya sebanding
dengan tingkat konsumsi glukosa. Bentuk metabolisme glukosa di dalam tubuh ini dapat
dideteksi menggunakan bahan radiofarmaka 18FDG (18 F-2-fluoro-2-deoxy-D-glucose).
Keberadaan radioisotop fluor-18 yang ada di dalam senyawa tersebut dapat dideteksi dengan
mudah dari luar tubuh melalui radiasi yang dipancarkannya.
Dengan meletakkan detektor radiasi di luar tubuh, image reconstruction terhadap sebaran
fluor-18 di dalam tubuh dapat dilakukan dengan mengolah sinyal-sinyal yang ditangkap oleh
Devahimer Harsep Rosi 1221213055
detektor detektor tersebut. Sebaran fluor-18 di dalam tubuh ini menunjukkan pola metabolisme
glukosa di berbagai bagian tubuh.
Perangkat PET secara garis besar dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian produksi fluor-
18, bagian sintesa 18FDG, dan bagian kamera PET. Penggunaan PET diawali dengan proses
produksi radioisotop fluor-18. Radioisotop fluor-18 diproduksi dari isotop oksigen-18
menggunakan siklotron.
Partikel bermuatan berupa proton ditembakkan dari siklotron ke dalam inti oksigen-18
dan terbentuklah fluor-18 sambil melepaskan sebuah neutron. Oksigen di alam memiliki
kandungan isotop oksigen-18 sebanyak 0,20 persen. Sisanya berupa isotop oksigen-16 dan
oksigen-17 dengan kandungan masing-masing sebesar 99,76 persen dan 0,04 persen.
Karena kandungan oksigen-18 di alam sangat kecil, maka untuk keperluan ini diperlukan
oksigen yang telah ditingkatkan kandungan isotop oksigen-18 di dalamnya. Peningkatan
kandungan isotop oksigen-18 ini dapat dilakukan sampai lebih dari 90 persen. Pada proses
produksi fluor-18 ini, oksigen-18 digunakan dalam bentuk air(H2O).
Radioisotop fluor-18 yang telah didapatkan digunakan untuk mensintesa 18FDG. Reaksi
"menempelkan" fluor-18 ini dikenal dengan reaksi penandaan (labelling). Di beberapa negara
yang telah menggunakan PET secara rutin seperti Jepang, Amerika Serikat, dan Korea, reaksi
penandaan ini dilakukan menggunakan alat otomatis.
Pertimbangan utama penggunaan alat otomatis ini adalah mempercepat waktu proses. Hal
ini dikarenakan fluor-18 memiliki waktu paruh, waktu yang diperlukan
untuk meluruh sehingga radioaktivitas tinggal separuhnya, yang pendek kurang dari 2 jam (110
menit). Jadi, reaksi penandaan ini berpacu dengan waktu. Jika proses ini terlalu lama, sebagian
besar fluor-18 telah meluruh sehingga radioaktivitasnya akan berkurang jauh dari radioaktivitas
awal.
Setelah 18FDG selesai disiapkan, radiofarmaka tersebut segera disuntikkan ke pasien.
Jumlah yang disuntikkan antara 10 dan 20 milicurie, tergantung keperluan, kondisi kamera, dan
sebagainya. Di University of Iowa, misalnya, secara rutin digunakan 18FDG sebanyak 10
milicurie untuk tiap pasien guna mendeteksi metabolisme sel kanker.
Sebaran fluor-18 di dalam tubuh dideteksi dengan memasukkan tubuh ke dalam
rangkaian detektor elektronik berbentuk melingkar. Dari hasil pendeteksian ini dilakukan image
reconstruction untuk mendapatkan gambaran sebaran fluor-18 di dalam tubuh. Perangkat kamera
Devahimer Harsep Rosi 1221213055
PET biasanya telah dilengkapi dengan program untuk keperluan ini sehingga hasil image
reconstruction dapat diperoleh dengan mudah.
Kamera PET memiliki kejernihan citra yang lebih baik dibandingkan dengan kamera
gamma yang secara umum digunakan pada kedokteran nuklir. Hal ini dikarenakan
pendeteksiannya didasarkan pada coincidence detection. Ketika positron dilepaskan dari fluor-
18, partikel ini akan segera bergabung dengan elektron dan terjadilah anihilasi.
Dari anihilasi ini dihasilkan radiasi gelombang elektromagnetik dengan energi sebesar
511 ke V dengan arah berlawanan (180 derajat). Adanya dua buah photon yang dilepaskan
secara bersamaan ini memungkinkannya dilakukan coincidence detection. Pada coincidence
detection ini, sinyal yang ditangkap oleh detektor akan diolah jika dua buah sinyal diperoleh
secara bersamaan. Jika hanya satu buah sinyal yang ditangkap, sinyal tersebut dianggap sebagai
pengotor. Oleh karena itu, hampir seluruh sinyal pengotor dapat dieliminasi dengan cara ini.
C. MANFAAT DAN EFEK SAMPING RADIOISOTOP DALAM BIDANG
KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
Banyak radioisotop yang digunakan dalam bidang kesehatan dan kedokteran dan masing-
masing radioisotop tersebut memiliki manfaat yang berbeda, antara lain:
a. I-131 Terapi penyembuhan kanker Tiroid, mendeteksi kerusakan pada kelenjar gondok, hati
dan otak.
b. Pu-238 energi listrik dari alat pacu jantung.
Devahimer Harsep Rosi 1221213055
c. Tc-99 & Ti-201 Mendeteksi kerusakan jantung.
d. Na-24 Mendeteksi gangguan peredaran darah.
e. Xe-133 Mendeteksi Penyakit paru-paru.
f. P-32 Penyakit mata, tumor dan hati.
g. Fe-59 Mempelajari pembentukan sel darah merah.
h. Cr-51 Mendeteksi kerusakan limpa.
i. Se-75 Mendeteksi kerusakan Pankreas.
j. Tc-99 Mendeteksi kerusakan tulang dan paru-paru.
k. Ga-67 Memeriksa kerusakan getah bening.
l. C-14 Mendeteksi diabetes dan anemia.
m. Co-60 Membunuh sel-sel kanker.
Efek radiasi pada sistem, organ atau jaringan:
a. Darah dan Sumsum Tulang Merah
Darah putih merupakan komponen seluler darah yang tercepat mengalami perubahan
akibat radiasi. Efek pada jaringan ini berupa penurunan jumlah sel. KompOnen seluler darah
yang lain ( butir pembeku dan darah merah ) menyusun setelah sel darah putih. Sumsum tulang
merah yang mendapat dosis tidak terlalu tinggi masih dapat memproduksi sel-sel darah merah,
sedang pada dosis yang cukup tinggi akan terjadi kerusakan permanen yang berakhir dengan
kematian ( dosis lethal 3 – 5 sv). Akibat penekanan aktivitas sumsum tulang maka orang yang
terkena radiasi akan menderita kecenderungan pendarahan dan infeksi, anemia dan kekurangan
hemoglobinefek stokastik pada penyinaran sumsum tulang adalah leukemia dan kanker sel darah
merah.
b. Saluran Pencernaan Makanan
Kerusakan pada saluran pencernaan makanan memberikan gejala mual, muntah,
gangguan pencernaan dan penyerapan makanan serta diare. kemudian dapat timbul karena
dehidrasi akibat muntah dan diare yang parah. Efek stokastik yang dapat timbul berupa kanker
pada epithel saluran pencernaan.
c. Organ Reproduksi
Efek somatik non stokastok pada organ reproduksi adalah sterilitas, sedangkan efek
genetik (pewarisan) terjadi karena mutasi gen atau kromosom pada sel kelamin.
Devahimer Harsep Rosi 1221213055
d. Sistem Syaraf
Sistem syaraf termasuk tahan radiasi. Kematian karena kerusakan sistem syaraf terjadi
pada dosis puluhan sievert.
e. Mata
Lensa mata peka terhadap radiasi. Katarak merupakan efek somatik non stokastik yang
masa tenangnya lama (bisa bertahun-tahun).
f. Kulit
Efek somatik non stokastik pada kulit bervariasi dengan besarnya dosis, mulai dengan
kemerahan sampai luka bakar dan kematian jaringan. efek somatik stokastik pada kulit adalah
kanker kulit.
g. Tulang
Bagian tulang yang peka terhadap radiasi adalah sumsum tulang dan selaput dalam serta
luar pada tulang. kerusakan pada tulang biasanya terjadi karena penimbunan stontium-90 atau
radium-226 dalam tulang. Efek somatik stokastik berupa kanker pada sel epithel selaput tulang.
h. Kelenjar Gondok
Kelenjar gondok berfungsi mengatur metabolisme umum melalui hormon tiroxin yang
dihasilkannya. Kelenjar ini relatif tahan terhadap penyinaran luar namun mudah rusak karena
kontaminasi internal oleh yodium radioaktif.
i. Paru-paru
Paru-paru pada umumnya menderita kerusakan akibat penyinaran dari gas, uap atau
partikel dalam bentuk aerosol yang bersifat radioaktif yang terhirup melalui pernafasan.
D. KONTAMINASI RADIOAKTIF
Sebuah jumlah tertentu dari paparan radiasi pengion tidak dapat dihindari karena ada
banyak sumber, termasuk radionuklida alami dalam tanah dan atmosfer. Sumber-sumber ini
dijelaskan secara ekstensif dalam Fakta buklet tentang radiasi tingkat rendah.
Kontaminasi berbahaya bisa menjadi konsekuensi dari kecelakaan nuklir. Organisasi
Kesehatan Dunia, dalam kerjasama erat dengan beberapa organisasi internasional lainnya, telah
mengembangkan pedoman untuk mrngatasi kontaminasi luas oleh radionuklida akibat
kecelakaan nuklir besar. Publikasi ini menekankan bahwa risiko kesehatan dari makanan yang
Devahimer Harsep Rosi 1221213055
terkontaminasi oleh radionuklida tidak hanya tergantung pada radionuklida tertentu dan tingkat
kontaminasi tetapi juga pada jumlah makanan yang dikonsumsi.
Kisaran radionuklida yang dapat dilepaskan ke lingkungan sebagai akibat dari kecelakaan
nuklir mungkin termasuk produk tahan lama dan berumur pendek fisi, aktinida, dan produk
aktivasi. Sifat dan intensitas radionuklida dirilis mungkin sangat berbeda dan tergantung pada
sumber (reaktor, pabrik pengolahan, bahan bakar pabrik fabrikasi, unit produksi isotop, dll).
Jumlah paparan radiasi tergantung pada asupan radionuklida dan variabel lain seperti
usia, kinetika metabolisme, dan berat individu (juga dikenal sebagai faktor konversi dosis).
Bahkan pada tingkat yang diamati kontaminasi maksimum radioaktif dengan
radionuklida lebih berbahaya, risiko yang signifikan dikaitkan hanya dengan konsumsi dalam
jumlah lebih dari 20 kg bahan tanaman per tahun sehingga risiko bagi kesehatan yang paling
tidak mungkin dihadapi mengingat jumlah tanaman obat yang perlu dicerna. Selain itu, tingkat
kontaminasi mungkin berkurang selama proses manufaktur. Oleh karena itu, tidak ada batas
untuk kontaminasi radioaktif diusulkan.
E. IDENTIFIKASI TANAMAN YANG TERCEMAR RADIASI
Menurut studi yang telah dilakukan dengan judul Pengaruh Iradiasi Gamma pada Aktivitas
Sitotoksik Daging Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl.)
ABSTRAK: Iradiasi gamma telah digunakan oleh industri obat herbal untuk pengawetan
simplisia tanaman obat, tetapi pengaruh iradiasi terhadap khasiatnya belum diteliti. Tujuan
penelitian ini adalah memperoleh dosis iradiasi optimal untuk pengawetan simplisia daging buah
mahkota dewa tanpa merusak khasiatnya. Telah dilakukan iradiasi gamma terhadap simplisia
daging buah kering mahkota dewa pada variasi dosis 0; 5; 7,5 ; 10; 15; 20 kGy. Cemaran
mikroba diuji dengan metode yang mengacu pada SNI, yang menunjukkan bahwa dosis 5 kGy
telah dapat membunuh seluruh mikroba. Masing-masing sampel dimaserasi dengan etanol, lalu
ekstrak yang diperoleh difraksinasi dengan kromatografi kolom, diperoleh 8 fraksi. Uji
sitotoksisitas fraksi-fraksi terhadap sel leukemia L1210 menunjukkan bahwa Fr.3 merupakan
fraksi paling sitotoksik. Untuk menentukan dosis iradiasi optimal dalam menghambat
pertumbuhan serta membunuh semua bakteri dan kapang/khamir pada simplisia daging buah
Devahimer Harsep Rosi 1221213055
mahkota dewa tanpa menurunkan aktivitas sitotoksik, dilakukan analisis kromatografi lapis tipis
(KLT) dan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) terhadap Fr.3. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa iradiasi dengan dosis > 5 kGy pada simplisia daging buah mahkota dewa dapat
menghambat pertumbuhan dan membunuh semua bakteri serta kapang khamir yang ada tanpa
menurunkan aktivitas sitotoksik ekstrak etanol secara nyata terhadap sel leukemia L1210.
Penurunan aktivitas sitotoksik ekstrak etanol terhadap sel leukemia L1210 secara nyata terjadi
setelah iradiasi pada dosis > 10 kGy. Pada dosis 10 kGy, aktivitas sitotoksik sudah terlihat
menurun meskipun belum melampaui batas suatu fraksi dinyatakan tidak aktif dan hasil analisis
profil kromatogram KLT menunjukkan bahwa Fr. 3 sedikitnya mengandung 10 komponen.
Iradiasi sampai dengan dosis 20 kGy mengakibatkan intensitas salah satu puncak mayor
menurun, dan penurunannya sebanding dengan besarnya dosis. Dosis 5 sampai 10 kGy
merupakan dosis optimum untuk tujuan pengawetan tanpa merusak aktivitas sitotoksiknya.
Menurut penelitian lain dengan judul analisis radioaktivitas alam pada sampel Coklat dan
susu bubuk menggunakan Spektrometer gamma.
ABSTRAK: Telah dilakukan analisis radioaktivitas alam pada sampel coklat dan susu bubuk
yang berasal dari Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur menggunakan spektrometer gamma
dengan detektor Germanium Lithium (GeLi) yang dilengkapi dengan software maestrotm dan
Multi Channel Analyzer (MCA) untuk analisis radionuklida dan gross gamma. Sedangkan
analisis gross beta dilakukan dengan Low Background Counter (LBC) dengan detektor Geiger
Muller (GM) dan Analog Digital Converter (ADC). Aktivitas K40 di semua sampel berkisar
antara 577,50 ± 13,49 Bq/Kg sampai 150,98 ± 9,00 Bq/Kg; Th232 berkisar antara 21,29 ± 0,82
Bq/Kg - 4,72 ± 0,71 Bq/Kg; Pb212 berkisar antara 3,41 ± 0,20 Bq/Kg sampai 2,50 ± 0,11
Bq/Kg; Pb214 berkisar antara 7,39 ± 0,34 Bq/Kg sampai 0,65 ± 0,07 Bq/Kg; Ra226 berkisar
antara 9,14 ± 0,97 Bq/Kg sampai 6,02 ± 0,61 Bq/Kg dan Bi214 berkisar antara 5,25 ± 2,26
Bq/Kg sampai 1,73 ± 0,52 Bq/Kg. Sedangkan aktivitas gross beta dan gross gamma berkisar
antara 513,8 ± 30,83 Bq/Kg - 277,3 ± 21,33 Bq/Kg dan 861,94 ± 5,76 Bq/Kg - 5,10 ± 2,04
Bq/Kg.. Kandungan aktivitas radionuklida pada semua sampel coklat dan susu bubuk masih
aman untuk dikonsumsi. Dengan menggunakan metode uji statistik ANOVA (α0,05) diperoleh
bahwa perbedaan sampel memberikan pengaruh yang signifikan terhadap aktivitas K40 Tl208,
Pb212, Pb214, Bi214, Ra226 dan gross gamma sedangkan gross beta tidak ada pengaruh yang
signifikan terhadap perbedaan sampel.
Devahimer Harsep Rosi 1221213055
Cara kerjanya:
Setiap sampel coklat dan susu bubuk dari Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur diambil
2000 gram, dihomogenkan kemudian diayak sampai lolos 100 mesh. Berat setiap sampel yang
dianalisis untuk aktivitas radionuklida dan gross gamma adalah 70 gram yang yang ditimbang
menggunakan timbangan digital Ohauss GT- 410 Germany kemudian dimasukkan dalam botol
plastic polyethylene. Setelah itu, diberi simbol C-1, C-2 dan C-3 berturut-turut untuk sampel
coklat bubuk dari Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur sedangkan simbol S-1, S-2 dan S-3
berturut-turut untuk sampel susu bubuk dari Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Masing-
masing sampel dilakukan pengulangan preparasi dan analisis sebanyak 3 kali. Sedangkan untuk
analisis gross beta volume sampel yang diambil adalah 1 gram kemudian dikeringkan sampai
habis dalam planset.
Pencacahan sampel untuk analisis radionuklida dilakukan menggunakan alat spektrometer
gamma dengan software Maestro dan spesifikasi detektor Germanium Lithium (GeLi). Sebelum
alat dioperasikan, terlebih dulu dilakukan proses pemanasan selama 15 - 30 menit. Kemudian
dilanjutkan kalibrasi tenaga dan effisiensi dari alat dengan menggunakan sumber standar 152Eu.
Proses pencacahan dilakukan dengan meletakkan sampel di atas detektor selama 26000 detik.
Hasil pencacahan berupa puncak yang dapat diamati pada layar MCA
dengan software MAESTROTM.
Pencacahan sampel untuk analisis gross beta dilakukan menggunakan alat Low Background
Counter (LBC) dengan ADC (Analog Digital Converter) dan spesifikasi detektor Geiger Muller
(GM). Sebelum alat digunakan perlu dilakukan pemeriksaan kestabilan alat menggunakan
sumber 90Sr dan kalibrasi efisiensi menggunakan standar 40KCl. Proses pencacahan dilakukan
dengan meletakkan sampel di atas detektor selama 1200 detik.

More Related Content

Similar to Radioaktif

Nuklir
NuklirNuklir
Nuklir
Lia Ali
 
Radiologi & laboratorium a4
Radiologi & laboratorium a4Radiologi & laboratorium a4
Radiologi & laboratorium a4Ishak Majid
 
ATN utk Kedokteran
ATN utk KedokteranATN utk Kedokteran
ATN utk Kedokteran
Pak Zaenal
 
radioterapi 2020.pdf
radioterapi 2020.pdfradioterapi 2020.pdf
radioterapi 2020.pdf
Bubuy Rafli
 
Aplikasi radiofarmasi dalam dunia kesehatan
Aplikasi radiofarmasi dalam dunia kesehatan Aplikasi radiofarmasi dalam dunia kesehatan
Aplikasi radiofarmasi dalam dunia kesehatan
Winniey Tillich Wahyuni
 
Kedokteran Nuklir
Kedokteran NuklirKedokteran Nuklir
Kedokteran Nuklir
Jingga Matahari
 
Manfaat radio aktif dalam kehidupan sehari
Manfaat radio aktif dalam kehidupan sehariManfaat radio aktif dalam kehidupan sehari
Manfaat radio aktif dalam kehidupan sehari
Yukie Prima Simarmata
 
Makalah bahaya radiasi akbdi muna
Makalah bahaya radiasi akbdi munaMakalah bahaya radiasi akbdi muna
Makalah bahaya radiasi akbdi muna
Septian Muna Barakati
 
DASAR - DASAR PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI_RUDI WIJANARKO_ONC 2023 Rev 1....
DASAR - DASAR PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI_RUDI WIJANARKO_ONC 2023 Rev 1....DASAR - DASAR PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI_RUDI WIJANARKO_ONC 2023 Rev 1....
DASAR - DASAR PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI_RUDI WIJANARKO_ONC 2023 Rev 1....
RudiWijanarko2
 
Fizik Radioisotop
Fizik RadioisotopFizik Radioisotop
Fizik Radioisotop
Cool University
 
Fisika kesehatan.pptx
Fisika kesehatan.pptxFisika kesehatan.pptx
Fisika kesehatan.pptx
pujiagus90gmailcom
 
prinsip onkologi bedah kel 2.pptx
prinsip onkologi bedah kel 2.pptxprinsip onkologi bedah kel 2.pptx
prinsip onkologi bedah kel 2.pptx
ThompsonCat1
 
jurnal ba
jurnal bajurnal ba
jurnal ba
Islan Nor
 
Peranan fisika dalam kehidupan
Peranan fisika dalam kehidupan Peranan fisika dalam kehidupan
Peranan fisika dalam kehidupan
Shinta Fathia
 
KANKER KELENJAR TIROID ITO.ppt
KANKER KELENJAR TIROID  ITO.pptKANKER KELENJAR TIROID  ITO.ppt
KANKER KELENJAR TIROID ITO.ppt
ssuserd88f2d
 
Efek Radiasi terhadap Sistem Biologi.pptx
Efek Radiasi terhadap Sistem Biologi.pptxEfek Radiasi terhadap Sistem Biologi.pptx
Efek Radiasi terhadap Sistem Biologi.pptx
AmelOktaviaS1
 
Penggunaan radionuklida dalam bidang kedokteran
Penggunaan radionuklida dalam bidang kedokteranPenggunaan radionuklida dalam bidang kedokteran
Penggunaan radionuklida dalam bidang kedokteran
Evina Nathalia
 
Radiofarmasi
RadiofarmasiRadiofarmasi
Radiofarmasi
Candra Prasetia
 

Similar to Radioaktif (20)

Nuklir
NuklirNuklir
Nuklir
 
Radiologi & laboratorium a4
Radiologi & laboratorium a4Radiologi & laboratorium a4
Radiologi & laboratorium a4
 
ATN utk Kedokteran
ATN utk KedokteranATN utk Kedokteran
ATN utk Kedokteran
 
radioterapi 2020.pdf
radioterapi 2020.pdfradioterapi 2020.pdf
radioterapi 2020.pdf
 
Aplikasi radiofarmasi dalam dunia kesehatan
Aplikasi radiofarmasi dalam dunia kesehatan Aplikasi radiofarmasi dalam dunia kesehatan
Aplikasi radiofarmasi dalam dunia kesehatan
 
Kedokteran Nuklir
Kedokteran NuklirKedokteran Nuklir
Kedokteran Nuklir
 
Manfaat radio aktif dalam kehidupan sehari
Manfaat radio aktif dalam kehidupan sehariManfaat radio aktif dalam kehidupan sehari
Manfaat radio aktif dalam kehidupan sehari
 
Makalah bahaya radiasi akbdi muna
Makalah bahaya radiasi akbdi munaMakalah bahaya radiasi akbdi muna
Makalah bahaya radiasi akbdi muna
 
DASAR - DASAR PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI_RUDI WIJANARKO_ONC 2023 Rev 1....
DASAR - DASAR PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI_RUDI WIJANARKO_ONC 2023 Rev 1....DASAR - DASAR PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI_RUDI WIJANARKO_ONC 2023 Rev 1....
DASAR - DASAR PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI_RUDI WIJANARKO_ONC 2023 Rev 1....
 
Onkogenesis
OnkogenesisOnkogenesis
Onkogenesis
 
Onkogenesis
Onkogenesis Onkogenesis
Onkogenesis
 
Fizik Radioisotop
Fizik RadioisotopFizik Radioisotop
Fizik Radioisotop
 
Fisika kesehatan.pptx
Fisika kesehatan.pptxFisika kesehatan.pptx
Fisika kesehatan.pptx
 
prinsip onkologi bedah kel 2.pptx
prinsip onkologi bedah kel 2.pptxprinsip onkologi bedah kel 2.pptx
prinsip onkologi bedah kel 2.pptx
 
jurnal ba
jurnal bajurnal ba
jurnal ba
 
Peranan fisika dalam kehidupan
Peranan fisika dalam kehidupan Peranan fisika dalam kehidupan
Peranan fisika dalam kehidupan
 
KANKER KELENJAR TIROID ITO.ppt
KANKER KELENJAR TIROID  ITO.pptKANKER KELENJAR TIROID  ITO.ppt
KANKER KELENJAR TIROID ITO.ppt
 
Efek Radiasi terhadap Sistem Biologi.pptx
Efek Radiasi terhadap Sistem Biologi.pptxEfek Radiasi terhadap Sistem Biologi.pptx
Efek Radiasi terhadap Sistem Biologi.pptx
 
Penggunaan radionuklida dalam bidang kedokteran
Penggunaan radionuklida dalam bidang kedokteranPenggunaan radionuklida dalam bidang kedokteran
Penggunaan radionuklida dalam bidang kedokteran
 
Radiofarmasi
RadiofarmasiRadiofarmasi
Radiofarmasi
 

Radioaktif

  • 1. Devahimer Harsep Rosi 1221213055 TUGAS MATA KULIAH KIMIA BAHAN ALAM LANJUT OLEH Devahimer Harsep Rosi, S.Farm, Apt 1221213055 PROGRAM STUDI MAGISTER FARMASI UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2014
  • 2. Devahimer Harsep Rosi 1221213055 RADIOAKTIF A. PENDAHULUAN Radioisotop (zat radioaktif) selalu memancarkan sinar (partikel) radioaktif (α, β,γ, . . .) secara spontan dan terus menerus sampai habis. Partikel yang dipancarkan itu mempunyai energy dan dapat dideteksi dengan detector (pencacah). Energinya dapat sebagai sumber energy dan partikel tersebut dapat dipakai sebagai penelusuri jejak (tracer) suatu proses. Radioisotope sebagai tracer biasannya dicampur dengan isotop stabil dan kemudian dideteksi aktifitas peluruhannya. Radioisotop adalah suatu unsur radioaktif yang memancarkan sinar radioaktif. Radioaktif mempunyai peranan penting dalam melengkapi kebutuhan manusia di berbagai bidang. Salah satunya di bidang kedokteran dan kesehatan. Penggunaan radioisotop di bidang kesehatan untuk keperluan radiodiagnostik dan radioterapi dalam kedokteran nuklir. Teknik nulkir dengan menggunakan radioisotop di bidang kedokteran nuklir dimulai pada tahun 1930-an sebagai
  • 3. Devahimer Harsep Rosi 1221213055 wujud dari perkembangan ilmu dan teknologi. Sedangkan di Indonesia dimulai pada tahun 1967 tidak lama setelah peresmian reaktor nuklir di Bandung. Radiasi adalah pencemaran/pengeluaran dan perambatan energi menembus ruang atau sebuah substansi dalam bentuk gelombang atau partikel. Partikel radiasi terdiri dari atom atau subatom dimana mempunyai masa bergerak, menyebar dengan kecepatan tinggi menggunakan energi kinetik. Beberapa contoh dari partikel radiasi adalah elektron, beta, alpha, photon, dan neutron. Sumber radiasi dapat terjadi secara alamiah maupun buatan. Sumber radiasi alamiah contohnya radiasi dari sinar kosmis, radiasi dari unsur-unsur kimia yang terdapat pada lapisan kerak bumi, radiasi yang terjadi pada atmosfer akibat terjadinya pergeseran lintasan perputaran bola bumi. Sedangkan sumber radiasi buatan contohnya radiasi sinar x, radiasi sinar beta, radiasi sinar alpha, dan radiasi sinar gamma. Ilmu kedokteran nuklir merupakan salah satu ilmu cabang kedokteran yang memanfaatkan sumber radiasi terbuka dari disintegrasi inti radioaktif buatan untuk tujuan diagnostik melalui pemantauan proses fisiologi dan biokimia. Dewasa ini, aplikasi tenaga nuklir dalam bidang kesehatan telah memberikan sumbangan yang sangat berharga dalam menegakkan diagnostik maupun terapi berbagai jenis penyakit. Berbagai disiplin ilmu kedokteran seperti ilmu penyakit dalam, ilmu penyakit saraf, ilmu penyakit jantung, dan sebagainya telah mengambil manfaat dari tehnik nuklir. Sehingga pada kesempatan kali ini akan dipaparkan tentang peranan radioaktif, mekanisme kerja dan dampak yang ditimbulkannya dalam bidang kedokteran dan kesehatan. B. MANFAAT RADIOAKTIF DI BIDANG KESEHATAN Bidang kesehatan dan kedokteran merupakan bidang terbesar yang menggunakan senyawa bertanda radioaktif. Hampir dari 80% dari penggunaan zat radioaktif terletak di bidang ini. Dengan isotop radioaktif telah dapat diselidiki dan dipelajari proses fisiologi, biokimia, patologi dan farmakologi berbagai macam obat. Penggunaan isotop radioaktif dalam kedokteran, sebetulnya telah dimulai semenjak tahun 1936 pada waktu John Lawrence et al. Menggunakan fosfor-32 untuk terapi. Walaupun dimulai
  • 4. Devahimer Harsep Rosi 1221213055 untuk terapi, tetapi penggunaan radioisotop selanjutnya hampir 90% ditujukan untuk diagnosis, dan sebagian besar telah dalam bentuk senyawa bertanda. Cabang ilmu kedokteran yang memanfaatkan gelombang elektromagnetik pendek, seperti sinar x disebut radiologi. Radiologi dimanfaatkan untuk menunjang diagnosis penyakit. Dalam dunia kedokteran nuklir, prinsip radiologi dimanfaatkan dengan memakai isotop radio aktif yang disuntikkan ke dalam tubuh. Kemudian, isotop tersebut ditangkap oleh detektor di luar tubuh sehingga diperoleh gambaran yang menunjukan distribusinya di dalam tubuh. Sebagai contoh untuk mengetahui letak penyempitan pembuluh darah, digunakan radioisotop natrium. Kemudian jejak radioaktif tersebut dirunut dengan menggunakan pencacah Geiger. Letak penyempitan pembuluh darah ditunjukan dengan terhentinya aliran natrium. Selain digunakan untuk mendiagnosis penyakit, radioisotop juga digunakan untuk terapi radiasi. Terapi radiasi adalah cara pengobatan dengan memakai radiasi. Terapi seperti ini biasanya digunakan dalam pengobatan kanker. Pemberian terapi dapat menyembuhkan, mengurangi gejala, atau mencegah penyebaran kanker, bergantung pada jenis dan stadium kanker. 1. Radiodiagnostik Radiodiagnostik adalah kegiatan penunjang diagnostik menggunakan perangkat radiasi sinar pengion (sinar x), untuk melihat fungsi tubuh secara anatomi. Ahli dalam bidang ini dikenal sebagai radiolog. Salah satu contoh radiodiagnostik adalah rontgen. Radiodiagnostik dilakukan sebelum melakukan radioterapi. Prinsip dasar digunakannya penunjang diagnostik di bidang radiologi adalah penggunaan pesawat radiologi sebagai sumber tertutup (Tungsten), dengan energi yang besar (kV) untuk menghasilkan sinar x (sinar pengion) yang mengenai tubuh pasien. Transmisi radiasi yang mengenai tubuh tersebut bergantung dari kepadatan organ yang dilalui, makin padat akan memberikan gambaran putih (opakue) hal ini juga dapat ditimbulkan dengan pemberian kontras bubur barium pada pemeriksaan traktus intestinal (saluran cerna), juga pada pemeriksaan traktus urinarius (saluran kemih). Sedangkan sebaliknya akan memberikan warna hitam (lusence). Penggunaan kontras ini harus menggunakan persyaratan yang cukup ketat karena sifat alergik yang mungkin timbul pada diri pasien, sehingga diperlukan uji alergi dan juga ada kontra indikasi tertentu yang dipersyaratankan pada diagnsotik menggunakan kontras. Hasil pencitraan dalam bentuk gambaran anatomi. Pesawat sinar x ini juga dapat dimanfaatkan untuk menentukan
  • 5. Devahimer Harsep Rosi 1221213055 umur suatu fosil maupun mummi, juga digunakan di bandara, industri dengan berbeda radiasi pengion yang dihasilkan. Hasil pencitraan pada saat ini mengikuti perkembangan teknologi sehingga dapat direkam dalam film, kertas printer maupun dalam bentuk CD maupun DVD. 2. Mekanisme kerja Radiodiagnostik I-131 digunakan sebagai terapi pengobatan untuk kondisi tiroid yang over aktif atau kita sebut hipertiroid. I-131 ini sendiri adalah suatu isotop yang terbuat dari iodin yang selalu memancarkan sinar radiasi. Jika I-131 ini dimasukkan kedalam tubuh dalam dosis yang kecil, maka I-131 ini akan masuk ke dalam pembuluh darah traktus gastrointestinalis. I-131 dan akan melewati kelenjar tiroid yang kemudian akan menghancurkan sel-sel glandula tersebut. Hal ini akan memperlambat aktifitas dari kelenjar tiroid dan dalam beberapa kasus dapat merubah kondisi tiroid. 3. Radioterapi Radioterapi adalah tindakan medis menggunakan radiasi pengion untuk mematikan sel kanker sebanyak mungkin, dengan kerusakan pada sel normal sekecil mungkin. Tindakan terapi ini menggunakan sumber radiasi tertutup pemancar radiasi gamma atau pesawat sinar-x dan berkas elektron. Baik sel-sel normal maupun sel-sel kanker bisa dipengaruhi oleh radiasi ini. Radiasi akan merusak sel-sel kanker sehingga proses multiplikasi ataupun pembelahan sel-sel kanker akan terhambat. Sekitar 50 – 60% penderita kanker memerlukan radioterapi. Tujuan radioterapi adalah untuk pengobatan secara radikal, yaitu untuk mengurangi dan menghilangkan rasa sakit atau tidak nyaman akibat kanker, selain itu juga bertujuan untuk mengurangi resiko kekambuhan dari kanker. Dosis dari radiasi ditentukan dari ukuran, luasnya, tipe, dan stadium tumor bersamaan. Sumber radiasi terbuka yang umum digunakan antara lain I-125, Ra-226, yang dikemas dalam bentuk jarum, biji sebesar beras, atau kawat dan dapat diletakkan dalam rongga tubuh (intracavitary) seperti kanker serviks, kanker paru, dan kanker esopagus, dalam organ/jaringan (interstisial) seperti kanker prostat, kanker kepala dan leher, kanker payudara, atau dalam lumen (intraluminal). Kegunaan radioterapi adalah sebagai berikut: tanpa dikombinasikan dengan pengobatan lain seperti pembedahan dan kemoterapi.
  • 6. Devahimer Harsep Rosi 1221213055 radioterapi berguna untuk mengontrol pertumbuhan sel kanker dengan membuat sel kanker menjadi lebih kecil dan berhenti menyebar. yang biasa timbul pada penderita kanker seperti rasa nyeri dan juga membuat hidup penderita lebih nyaman. sebagai “adjuvant therapy” atau terapi tambahan dengan tujuan agar terapi bedah dan kemoterapi yang diberikan lebih efektif. 4. Mekanisme Kerja Radioterapi Bila jaringan terkena radiasi penyinaran, maka jaringan akan menyerap energi radiasi dan akan menimbulkan ionisasi atom-atom. Ionisasi tersebut dapat menimbulkan perubahan kimia dan biokimia yang pada akhirnya akan menimbulkan kerusakan biologik. Kerusakan sel yang terjadi dapat berupa kerusakan kromosom, mutasi, perlambatan pembelahan sel dan kehilangan kemampuan untuk berproduksi. Radiasi pengion adalah berkas pancaran energi atau partikel yang bila mengenai sebuah atom akan menyebabkan terpentalnya elektron keluar dari orbit elektron tersebut. Pancaran energi dapat berupa gelombang elektromagnetik, yang dapat berupa sinar gamma dan sinar X. Pancaran partikel dapat berupa pancaran elektron (sinar beta) atau pancaran partikel netron, alfa, proton. Dengan pemberian setiap terapi, maka akan semakin banyak sel-sel kanker yang mati dan tumor akan mengecil. Sel-sel yang mati akan hancur, dibawa oleh darah dan diekskresi keluar dari tubuh. Sebagian besar sel-sel sehat akan bisa pulih kembai dari pengaruh radiasi. Tetapi bagaimanapun juga, kerusakan yang terjadi pada sel-sel sehat merupakan penyebab terjadinya efek samping radiasi. PET PET merupakan salah satu hasil di garis depan pengembangan radioisotop untuk dunia kedokteran. PET adalah metode visualisasi fungsi tubuh menggunakan radioisotop pemancar positron.Oleh karena itu, citra (image) yang diperoleh adalah citra yang menggambarkan fungsi organ tubuh. Kelainan dan ketidaknormalan fungsi atau metabolisme di dalam tubuh dapat
  • 7. Devahimer Harsep Rosi 1221213055 diketahui dengan metode pencitraan (imaging) ini. Hal ini berbeda dengan metode visualisasi tubuh yang lain, seperti MRI (magnetic resonance imaging) dan CT (computed tomography). MRI dan CT scans adalah visualisasi anatomi tubuh yang menggambarkan bentuk organ tubuh. Dengan kedua metode ini, yang terdeteksi adalah kelainan dan ketidaknormalan bentuk organ. Berbagai kelainan metabolisme di dalam tubuh, termasuk di dalamnya adalah adanya metabolisme sel kanker, dapat diketahui dengan cepat melalui PET. Salah satu bentuk perbedaan sel kanker dengan sel normal di sekelingnya adalah pada bentuk metabolisme glukosa. Sel kanker mengonsumsi glukosa dalam jumlah yang lebih besar dari sel di sekelilingnya.Secara umum, kecepatan pertumbuhan sel kanker yang mencerminkan tingkat keganasannya sebanding dengan tingkat konsumsi glukosa. Bentuk metabolisme glukosa di dalam tubuh ini dapat dideteksi menggunakan bahan radiofarmaka 18FDG (18 F-2-fluoro-2-deoxy-D-glucose). Keberadaan radioisotop fluor-18 yang ada di dalam senyawa tersebut dapat dideteksi dengan mudah dari luar tubuh melalui radiasi yang dipancarkannya. Dengan meletakkan detektor radiasi di luar tubuh, image reconstruction terhadap sebaran fluor-18 di dalam tubuh dapat dilakukan dengan mengolah sinyal-sinyal yang ditangkap oleh
  • 8. Devahimer Harsep Rosi 1221213055 detektor detektor tersebut. Sebaran fluor-18 di dalam tubuh ini menunjukkan pola metabolisme glukosa di berbagai bagian tubuh. Perangkat PET secara garis besar dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian produksi fluor- 18, bagian sintesa 18FDG, dan bagian kamera PET. Penggunaan PET diawali dengan proses produksi radioisotop fluor-18. Radioisotop fluor-18 diproduksi dari isotop oksigen-18 menggunakan siklotron. Partikel bermuatan berupa proton ditembakkan dari siklotron ke dalam inti oksigen-18 dan terbentuklah fluor-18 sambil melepaskan sebuah neutron. Oksigen di alam memiliki kandungan isotop oksigen-18 sebanyak 0,20 persen. Sisanya berupa isotop oksigen-16 dan oksigen-17 dengan kandungan masing-masing sebesar 99,76 persen dan 0,04 persen. Karena kandungan oksigen-18 di alam sangat kecil, maka untuk keperluan ini diperlukan oksigen yang telah ditingkatkan kandungan isotop oksigen-18 di dalamnya. Peningkatan kandungan isotop oksigen-18 ini dapat dilakukan sampai lebih dari 90 persen. Pada proses produksi fluor-18 ini, oksigen-18 digunakan dalam bentuk air(H2O). Radioisotop fluor-18 yang telah didapatkan digunakan untuk mensintesa 18FDG. Reaksi "menempelkan" fluor-18 ini dikenal dengan reaksi penandaan (labelling). Di beberapa negara yang telah menggunakan PET secara rutin seperti Jepang, Amerika Serikat, dan Korea, reaksi penandaan ini dilakukan menggunakan alat otomatis. Pertimbangan utama penggunaan alat otomatis ini adalah mempercepat waktu proses. Hal ini dikarenakan fluor-18 memiliki waktu paruh, waktu yang diperlukan untuk meluruh sehingga radioaktivitas tinggal separuhnya, yang pendek kurang dari 2 jam (110 menit). Jadi, reaksi penandaan ini berpacu dengan waktu. Jika proses ini terlalu lama, sebagian besar fluor-18 telah meluruh sehingga radioaktivitasnya akan berkurang jauh dari radioaktivitas awal. Setelah 18FDG selesai disiapkan, radiofarmaka tersebut segera disuntikkan ke pasien. Jumlah yang disuntikkan antara 10 dan 20 milicurie, tergantung keperluan, kondisi kamera, dan sebagainya. Di University of Iowa, misalnya, secara rutin digunakan 18FDG sebanyak 10 milicurie untuk tiap pasien guna mendeteksi metabolisme sel kanker. Sebaran fluor-18 di dalam tubuh dideteksi dengan memasukkan tubuh ke dalam rangkaian detektor elektronik berbentuk melingkar. Dari hasil pendeteksian ini dilakukan image reconstruction untuk mendapatkan gambaran sebaran fluor-18 di dalam tubuh. Perangkat kamera
  • 9. Devahimer Harsep Rosi 1221213055 PET biasanya telah dilengkapi dengan program untuk keperluan ini sehingga hasil image reconstruction dapat diperoleh dengan mudah. Kamera PET memiliki kejernihan citra yang lebih baik dibandingkan dengan kamera gamma yang secara umum digunakan pada kedokteran nuklir. Hal ini dikarenakan pendeteksiannya didasarkan pada coincidence detection. Ketika positron dilepaskan dari fluor- 18, partikel ini akan segera bergabung dengan elektron dan terjadilah anihilasi. Dari anihilasi ini dihasilkan radiasi gelombang elektromagnetik dengan energi sebesar 511 ke V dengan arah berlawanan (180 derajat). Adanya dua buah photon yang dilepaskan secara bersamaan ini memungkinkannya dilakukan coincidence detection. Pada coincidence detection ini, sinyal yang ditangkap oleh detektor akan diolah jika dua buah sinyal diperoleh secara bersamaan. Jika hanya satu buah sinyal yang ditangkap, sinyal tersebut dianggap sebagai pengotor. Oleh karena itu, hampir seluruh sinyal pengotor dapat dieliminasi dengan cara ini. C. MANFAAT DAN EFEK SAMPING RADIOISOTOP DALAM BIDANG KEDOKTERAN DAN KESEHATAN Banyak radioisotop yang digunakan dalam bidang kesehatan dan kedokteran dan masing- masing radioisotop tersebut memiliki manfaat yang berbeda, antara lain: a. I-131 Terapi penyembuhan kanker Tiroid, mendeteksi kerusakan pada kelenjar gondok, hati dan otak. b. Pu-238 energi listrik dari alat pacu jantung.
  • 10. Devahimer Harsep Rosi 1221213055 c. Tc-99 & Ti-201 Mendeteksi kerusakan jantung. d. Na-24 Mendeteksi gangguan peredaran darah. e. Xe-133 Mendeteksi Penyakit paru-paru. f. P-32 Penyakit mata, tumor dan hati. g. Fe-59 Mempelajari pembentukan sel darah merah. h. Cr-51 Mendeteksi kerusakan limpa. i. Se-75 Mendeteksi kerusakan Pankreas. j. Tc-99 Mendeteksi kerusakan tulang dan paru-paru. k. Ga-67 Memeriksa kerusakan getah bening. l. C-14 Mendeteksi diabetes dan anemia. m. Co-60 Membunuh sel-sel kanker. Efek radiasi pada sistem, organ atau jaringan: a. Darah dan Sumsum Tulang Merah Darah putih merupakan komponen seluler darah yang tercepat mengalami perubahan akibat radiasi. Efek pada jaringan ini berupa penurunan jumlah sel. KompOnen seluler darah yang lain ( butir pembeku dan darah merah ) menyusun setelah sel darah putih. Sumsum tulang merah yang mendapat dosis tidak terlalu tinggi masih dapat memproduksi sel-sel darah merah, sedang pada dosis yang cukup tinggi akan terjadi kerusakan permanen yang berakhir dengan kematian ( dosis lethal 3 – 5 sv). Akibat penekanan aktivitas sumsum tulang maka orang yang terkena radiasi akan menderita kecenderungan pendarahan dan infeksi, anemia dan kekurangan hemoglobinefek stokastik pada penyinaran sumsum tulang adalah leukemia dan kanker sel darah merah. b. Saluran Pencernaan Makanan Kerusakan pada saluran pencernaan makanan memberikan gejala mual, muntah, gangguan pencernaan dan penyerapan makanan serta diare. kemudian dapat timbul karena dehidrasi akibat muntah dan diare yang parah. Efek stokastik yang dapat timbul berupa kanker pada epithel saluran pencernaan. c. Organ Reproduksi Efek somatik non stokastok pada organ reproduksi adalah sterilitas, sedangkan efek genetik (pewarisan) terjadi karena mutasi gen atau kromosom pada sel kelamin.
  • 11. Devahimer Harsep Rosi 1221213055 d. Sistem Syaraf Sistem syaraf termasuk tahan radiasi. Kematian karena kerusakan sistem syaraf terjadi pada dosis puluhan sievert. e. Mata Lensa mata peka terhadap radiasi. Katarak merupakan efek somatik non stokastik yang masa tenangnya lama (bisa bertahun-tahun). f. Kulit Efek somatik non stokastik pada kulit bervariasi dengan besarnya dosis, mulai dengan kemerahan sampai luka bakar dan kematian jaringan. efek somatik stokastik pada kulit adalah kanker kulit. g. Tulang Bagian tulang yang peka terhadap radiasi adalah sumsum tulang dan selaput dalam serta luar pada tulang. kerusakan pada tulang biasanya terjadi karena penimbunan stontium-90 atau radium-226 dalam tulang. Efek somatik stokastik berupa kanker pada sel epithel selaput tulang. h. Kelenjar Gondok Kelenjar gondok berfungsi mengatur metabolisme umum melalui hormon tiroxin yang dihasilkannya. Kelenjar ini relatif tahan terhadap penyinaran luar namun mudah rusak karena kontaminasi internal oleh yodium radioaktif. i. Paru-paru Paru-paru pada umumnya menderita kerusakan akibat penyinaran dari gas, uap atau partikel dalam bentuk aerosol yang bersifat radioaktif yang terhirup melalui pernafasan. D. KONTAMINASI RADIOAKTIF Sebuah jumlah tertentu dari paparan radiasi pengion tidak dapat dihindari karena ada banyak sumber, termasuk radionuklida alami dalam tanah dan atmosfer. Sumber-sumber ini dijelaskan secara ekstensif dalam Fakta buklet tentang radiasi tingkat rendah. Kontaminasi berbahaya bisa menjadi konsekuensi dari kecelakaan nuklir. Organisasi Kesehatan Dunia, dalam kerjasama erat dengan beberapa organisasi internasional lainnya, telah mengembangkan pedoman untuk mrngatasi kontaminasi luas oleh radionuklida akibat kecelakaan nuklir besar. Publikasi ini menekankan bahwa risiko kesehatan dari makanan yang
  • 12. Devahimer Harsep Rosi 1221213055 terkontaminasi oleh radionuklida tidak hanya tergantung pada radionuklida tertentu dan tingkat kontaminasi tetapi juga pada jumlah makanan yang dikonsumsi. Kisaran radionuklida yang dapat dilepaskan ke lingkungan sebagai akibat dari kecelakaan nuklir mungkin termasuk produk tahan lama dan berumur pendek fisi, aktinida, dan produk aktivasi. Sifat dan intensitas radionuklida dirilis mungkin sangat berbeda dan tergantung pada sumber (reaktor, pabrik pengolahan, bahan bakar pabrik fabrikasi, unit produksi isotop, dll). Jumlah paparan radiasi tergantung pada asupan radionuklida dan variabel lain seperti usia, kinetika metabolisme, dan berat individu (juga dikenal sebagai faktor konversi dosis). Bahkan pada tingkat yang diamati kontaminasi maksimum radioaktif dengan radionuklida lebih berbahaya, risiko yang signifikan dikaitkan hanya dengan konsumsi dalam jumlah lebih dari 20 kg bahan tanaman per tahun sehingga risiko bagi kesehatan yang paling tidak mungkin dihadapi mengingat jumlah tanaman obat yang perlu dicerna. Selain itu, tingkat kontaminasi mungkin berkurang selama proses manufaktur. Oleh karena itu, tidak ada batas untuk kontaminasi radioaktif diusulkan. E. IDENTIFIKASI TANAMAN YANG TERCEMAR RADIASI Menurut studi yang telah dilakukan dengan judul Pengaruh Iradiasi Gamma pada Aktivitas Sitotoksik Daging Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl.) ABSTRAK: Iradiasi gamma telah digunakan oleh industri obat herbal untuk pengawetan simplisia tanaman obat, tetapi pengaruh iradiasi terhadap khasiatnya belum diteliti. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh dosis iradiasi optimal untuk pengawetan simplisia daging buah mahkota dewa tanpa merusak khasiatnya. Telah dilakukan iradiasi gamma terhadap simplisia daging buah kering mahkota dewa pada variasi dosis 0; 5; 7,5 ; 10; 15; 20 kGy. Cemaran mikroba diuji dengan metode yang mengacu pada SNI, yang menunjukkan bahwa dosis 5 kGy telah dapat membunuh seluruh mikroba. Masing-masing sampel dimaserasi dengan etanol, lalu ekstrak yang diperoleh difraksinasi dengan kromatografi kolom, diperoleh 8 fraksi. Uji sitotoksisitas fraksi-fraksi terhadap sel leukemia L1210 menunjukkan bahwa Fr.3 merupakan fraksi paling sitotoksik. Untuk menentukan dosis iradiasi optimal dalam menghambat pertumbuhan serta membunuh semua bakteri dan kapang/khamir pada simplisia daging buah
  • 13. Devahimer Harsep Rosi 1221213055 mahkota dewa tanpa menurunkan aktivitas sitotoksik, dilakukan analisis kromatografi lapis tipis (KLT) dan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) terhadap Fr.3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa iradiasi dengan dosis > 5 kGy pada simplisia daging buah mahkota dewa dapat menghambat pertumbuhan dan membunuh semua bakteri serta kapang khamir yang ada tanpa menurunkan aktivitas sitotoksik ekstrak etanol secara nyata terhadap sel leukemia L1210. Penurunan aktivitas sitotoksik ekstrak etanol terhadap sel leukemia L1210 secara nyata terjadi setelah iradiasi pada dosis > 10 kGy. Pada dosis 10 kGy, aktivitas sitotoksik sudah terlihat menurun meskipun belum melampaui batas suatu fraksi dinyatakan tidak aktif dan hasil analisis profil kromatogram KLT menunjukkan bahwa Fr. 3 sedikitnya mengandung 10 komponen. Iradiasi sampai dengan dosis 20 kGy mengakibatkan intensitas salah satu puncak mayor menurun, dan penurunannya sebanding dengan besarnya dosis. Dosis 5 sampai 10 kGy merupakan dosis optimum untuk tujuan pengawetan tanpa merusak aktivitas sitotoksiknya. Menurut penelitian lain dengan judul analisis radioaktivitas alam pada sampel Coklat dan susu bubuk menggunakan Spektrometer gamma. ABSTRAK: Telah dilakukan analisis radioaktivitas alam pada sampel coklat dan susu bubuk yang berasal dari Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur menggunakan spektrometer gamma dengan detektor Germanium Lithium (GeLi) yang dilengkapi dengan software maestrotm dan Multi Channel Analyzer (MCA) untuk analisis radionuklida dan gross gamma. Sedangkan analisis gross beta dilakukan dengan Low Background Counter (LBC) dengan detektor Geiger Muller (GM) dan Analog Digital Converter (ADC). Aktivitas K40 di semua sampel berkisar antara 577,50 ± 13,49 Bq/Kg sampai 150,98 ± 9,00 Bq/Kg; Th232 berkisar antara 21,29 ± 0,82 Bq/Kg - 4,72 ± 0,71 Bq/Kg; Pb212 berkisar antara 3,41 ± 0,20 Bq/Kg sampai 2,50 ± 0,11 Bq/Kg; Pb214 berkisar antara 7,39 ± 0,34 Bq/Kg sampai 0,65 ± 0,07 Bq/Kg; Ra226 berkisar antara 9,14 ± 0,97 Bq/Kg sampai 6,02 ± 0,61 Bq/Kg dan Bi214 berkisar antara 5,25 ± 2,26 Bq/Kg sampai 1,73 ± 0,52 Bq/Kg. Sedangkan aktivitas gross beta dan gross gamma berkisar antara 513,8 ± 30,83 Bq/Kg - 277,3 ± 21,33 Bq/Kg dan 861,94 ± 5,76 Bq/Kg - 5,10 ± 2,04 Bq/Kg.. Kandungan aktivitas radionuklida pada semua sampel coklat dan susu bubuk masih aman untuk dikonsumsi. Dengan menggunakan metode uji statistik ANOVA (α0,05) diperoleh bahwa perbedaan sampel memberikan pengaruh yang signifikan terhadap aktivitas K40 Tl208, Pb212, Pb214, Bi214, Ra226 dan gross gamma sedangkan gross beta tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap perbedaan sampel.
  • 14. Devahimer Harsep Rosi 1221213055 Cara kerjanya: Setiap sampel coklat dan susu bubuk dari Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur diambil 2000 gram, dihomogenkan kemudian diayak sampai lolos 100 mesh. Berat setiap sampel yang dianalisis untuk aktivitas radionuklida dan gross gamma adalah 70 gram yang yang ditimbang menggunakan timbangan digital Ohauss GT- 410 Germany kemudian dimasukkan dalam botol plastic polyethylene. Setelah itu, diberi simbol C-1, C-2 dan C-3 berturut-turut untuk sampel coklat bubuk dari Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur sedangkan simbol S-1, S-2 dan S-3 berturut-turut untuk sampel susu bubuk dari Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Masing- masing sampel dilakukan pengulangan preparasi dan analisis sebanyak 3 kali. Sedangkan untuk analisis gross beta volume sampel yang diambil adalah 1 gram kemudian dikeringkan sampai habis dalam planset. Pencacahan sampel untuk analisis radionuklida dilakukan menggunakan alat spektrometer gamma dengan software Maestro dan spesifikasi detektor Germanium Lithium (GeLi). Sebelum alat dioperasikan, terlebih dulu dilakukan proses pemanasan selama 15 - 30 menit. Kemudian dilanjutkan kalibrasi tenaga dan effisiensi dari alat dengan menggunakan sumber standar 152Eu. Proses pencacahan dilakukan dengan meletakkan sampel di atas detektor selama 26000 detik. Hasil pencacahan berupa puncak yang dapat diamati pada layar MCA dengan software MAESTROTM. Pencacahan sampel untuk analisis gross beta dilakukan menggunakan alat Low Background Counter (LBC) dengan ADC (Analog Digital Converter) dan spesifikasi detektor Geiger Muller (GM). Sebelum alat digunakan perlu dilakukan pemeriksaan kestabilan alat menggunakan sumber 90Sr dan kalibrasi efisiensi menggunakan standar 40KCl. Proses pencacahan dilakukan dengan meletakkan sampel di atas detektor selama 1200 detik.