SlideShare a Scribd company logo
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada
anak-anak tersebut agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota
masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.
Dan perlu kita ketahui bahwa di dalam pendidikan mempunyai pengertian
suatu proses bimbingan, tuntunan atau pimpinan yang didalamnya
mengandung beberapa unsur-unsur yang harus diperhatikan, diantaranya
adalah siswa atau peserta didik.
Kunci pembangunan masa mendatang bagi bangsa indonesia adalah
pendidikan. sebab dengan pendidikan diharapkan setiap individu dapat
meningkatkan kualitas keberadaannya dan mampu berpartisipasi dalam gerak
pembangunan. Dengan pesatnya perkembangan dunia di era globalisasi ini,
terutama di bidang teknologi dan ilmu pengetahuan, maka pendidikan nasional
juga harus terus-menerus dikembangkan seirama dengan zaman. Pada
umumnya sebuah sekolah dan pendidikan bertujuan pada bagaimana
kehidupan manusia itu harus ditata, sesuai dengan nilai-nilai kewajaran dan
keadaban (civility). Semua orang pasti mempunyai harapan dan cita-
citabagaimana sebuah kehidupan yang baik. Karena itu pendidikan pada
gilirannyaberperan mempersiapkan setiap orang untuk berperilaku penuh
keadaban (civility). Keadaban inilah yang secara praktis sangat dibutuhkan
dalam setiap gerak dan perilaku.1
Secara etimologi peserta didik adalah anak didik yang mendapat
pengajaran ilmu. Secara terminologi peserta didik adalah anak didik atau
individu yang mengalami perubahan, perkembangan sehingga masih
memerlukan bimbingan dan arahan dalam membentuk kepribadian serta
sebagai bagian dari struktural proses pendidikan. Dengan kata lain peserta
1
Drs. Abu Ahmadi dan Dra. Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Cetakan ke II, PT Rineka Cipta,
Jakarta, 2006, Hal 40
1
didik adalah seorang individu yang tengah mengalami fase perkembangan atau
pertumbuhan baik dari segi fisik dan mental maupun fikiran.
Sebagai individu yang tengah mengalami fase perkembangan, tentu
peserta didik tersebut masih banyak memerlukan bantuan, bimbingan dan
arahan untuk menuju kesempurnaan. Hal ini dapat dicontohkan ketika seorang
peserta didik berada pada usia balita seorang selalu banyak mendapat bantuan
dari orang tua ataupun saudara yang lebih tua. Dengan demikina dapat di
simpulkan bahwa peserta didik merupakan barang mentah (raw material)
yang harus diolah dan bentuk sehingga menjadi suatu produk pendidikan.
Dari sudut pandang peserta didik, pasti memiliki gaya belajar yang
berbeda. Ada yang sangat aktif, ada juga yang hanya duduk diam (pasif) untuk
mendengarkan. Oleh karena itu, pendidik harus memiliki kemampuan untuk
mengenali gaya belajar siswa yang umum dan kurang umum. Sehingga
pendidik mampu mengembangkan gaya pengajaran yang komprehensif dan
efektif.
Memahami peserta didik merupakan sikap yang harus dimiliki dan
dilakukan guru, agar guru dapat mengetahui aspirasi atau tuntutan peserta
didik yang bisa dijadikan bahan pertimbangan dalam penyusunan program
yang tepat bagi peserta didik, sehingga kegiatan pembelajaran pun akan dapat
memenuhi kebutuhan, minat mereka dan tepat berdasarkan dengan
perkembangan mereka.
Dasar pertimbangan dalam memahami peserta didik psikologis dan
sosiologi. Suatu kegiatan akan menarik dan berhasil apabila sesuai dengan
minat, bakat, kemampuan, keinginan, dan tuntutan peserta didik. Dan secara
naluri manusia akan merasa ikut serta memiliki dan aktif mengikuti kegiatan
yang ada.
B. Permasalahan
Untuk memperjelas ruang lingkup pembahasan, maka dalam makalah ini
kami akan merumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan peserta didik?
2. Apa saja kedudukan dari peserta didik?
2
3. Apa perbedaan antara anak didik yang satu dengan yang lain?
4. Apa saja kebutuhan para peserta didik?
5. Bagaimana mengenal dan cara memahami anak didik yang mengalami
penderitaan ketidakmampuan?
C. Tujuan Pembahasan
Tujuan pembahasan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apa hakikat dari peserta didik.
2. Untuk mengetahui apa saja kedudukan peserta didik.
3. Untuk mengetahui perbedaan individual peserta didik.
4. Agar kita dapat mengetahui kebutuhan para peserta didik.
5. Agar kita mampu mengenal dan memahami anak didik yang mengalami
penderitaan ketidakmampuan.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Peserta Didik
Dalam perspektif paedagogis, peserta didik diartikan sebagai sejenis
makhluk ‘homo educantum’, yaitu makhluk yang menghajatkan pendidikan.
Dalam pengertian ini, peserta didik dipandang sebagai manusia yang memiliki
potensi yang bersifat laten, sehingga dibutuhkan binaan dan bimbingan untuk
mengatualisasikannya agar ia dapat menjadi manusia susila yang cakap.2
Dalam perspektif psikologis, peserta didik adalah individu yang
sedang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan, baik fisik
maupun psikis menurut fitrahnya masing-masing. Sebagai individu yang
tengah tumbuh dan berkembang, peserta didik memerlukan bimbingan dan
pengarahan yang konsisten menuju ke arah titik optimal kemampuan
fitrahnya.3
Dalam perspektif Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20
Tahun 2003 pasal 1 ayat 4, “Peserta didik diartikan sebagai anggota
masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan
pada jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu”.
Peserta didik juga diartikan sebagai individu yang memiliki sejumlah
karakteristik, diantaranya:4
1. Peserta didik adalah individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang
khas, sehingga ia merupakan insan yang unik.
2. Peserta didik adalah individu yang sedang berkembang. Artinya peserta
didik tengah mengalami perubahan-perubahan dalam dirinya secara wajar,
baik yang ditujukan kepada diri sendiri maupun yang diarahkan pada
penyesuaian dengan lingkungannya.
3. Peserta didik adalah individu yang membutuhkan bimbingan individual
dan perlakuan manusiawi.
2
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta,
2010), h.52
3
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: Rosdakarya, 2009), h.39
4
Ibid, h.40
4
4. Peserta didik adalah individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri.
B. Kedudukan Peserta Didik dalam Pendidikan
1. Peserta Didik Sebagai si Terdidik
Di dalam diri seorang peserta didik mengandung potensi untuk
berkembang. Potensi itu merupakan anugrah yang harus diterima. Hal ini
disebut faktor dari dalam (bakat, pembawaan). Dalam pengembangan
bakat diperlukannya seorang dewasa dalam membimbing perkembangan
anak. Anak pada hakikatnya memiliki kebebasan yang terbatas. Adanya
potensi hidup berupa bakat harus diterima tanpa dihilangkan. Kebebasan
yang dimiliki adalah haknya untuk berkembang dan maju. Hal ini lambat
laun berkembang dalam bentuk cita-cita dan keinginan yang bersifat
manusiawi.5
Anak pada hakikatnya adalah makhluk yang memerlukan
pendidikan. Didalam potensi atau pembawaan ada kekuatan yang hidup.
Kekuatan yang hidup itulah yang membuat anak berkembang. Dengan
kata lain berkembang itu adalah sifat bawaan “inherent” dengan diri
sendiri. Alternatif lain tidak ada karena kemungkinan lain itu adalah tidak
berkembang. Hal itu jelas tidak benar karena yang tidak berkembang itu
jelas mati. Untuk berkembang diperlukan syarat-syarat yang cukup. Ia
hanya sebagian kecil saja yang dimiliki anak.
Keterbatasan kemampuan itu selalu dialami dalam seluruh jalur
perkembangan, walaupun bentuk dan identitasnya berbeda sesuai dengan
tahapan perkembangannya. Pendidik mengajar dengan ikhlas dan penuh
tanggung jwab menunaikan tugasnya guna membantu anak dalam
perkembangannya. Sebaliknya, anak dengan ikhlas dan penuh kepercayaan
serta penuh kesedian untuk dididik.
2. Peserta Didik Sebagai Manusia yang Berkembang
Telah diakui oleh para pendidik bahwa peserta didik adalah manusia
yang senantiasa mengalami perkembangan sejak masih dalam kandungan,
sampai ia meninggal. Perkembangan disini diartikan adanya perubahan
5
Rosiana Bakar, Pendidikan Suatu Pengantar, (Medan: Perdana Mulya Sarana, 2008), h.125
5
yang terjadi dalam diri anak didik secara wajar, baik terhadap dirinya
sendiri maupun terhadap penyesuain lingkungannya. Tugas pendidik yang
utama adalah mengikuti fase-fase perkembangannya dengan senantiasa
memenuhi kebutuhan pola kehidupan sosialnya. Prinsip umum yang harus
dipahami setiap pendidik lebih dahulu adalah corak pribadi anak didik
secara umum yang meliputi:6
a. Harus diketahui bahwa dari segala seginya, anak berbeda dengan
orang dewasa serta berbeda antara laki-laki dan perempuan.
b. Mengetahui kebutuhan anak, antara lain : kasih sayang, rasa aman,
ingin tahu, ingin dihargai, dan lain sebagainya.
c. Masa siap belajar seseatu, sehingga pengajaran tidak terlalu lambat
atau tidak terlalu cepat.
d. Kekhususan bagi anak yang mempengaruhi proses belajar, yaitu
gejala fantasi, motoris, sugesti, realistis.
3. Peserta Didik Sebagai Pokok Persoalan
Peserta didik adalah unsur manusiawi yang penting dalam kegiatan
interaksi edukatif. Ia dijadikan sebagai pokok persoalan dalam semua
gerak kegiatan pendidikan dan pengajaran. Sebagai pokok persoalan, anak
didik memiliki kedudukan yang menempati posisi yang menentukan dalam
sebuah interaksi. Guru tidak mempunyai arti apa-apa tanpa kehadiran anak
didik sebagai subjek pembinaan. Jadi, anak didik adalah kunci yang
menentukan untuk terjadinya interaksi edukatif.7
Potensi anak didik sebagai daya yang tersedia, sedang pendidikan
sebagai alat yang ampuh untuk mengembangkan daya itu. Bila anak didik
adalah sebagai komponen inti dalam kegiatan pendidikan, maka anak
didiklah sebagai pokok persoalan dalam interaksi edukatif.
Guru perlu memahami karakteristik anak didik sehingga mudah
melaksanakan interaksi edukatif. Kegagalan menciptakan interaksi
edukatif yang kondusif, berpangkal dari kedangkalan pemahaman guru
6
Ibid, h.126
7
Djamarah, Guru, h.51
6
terhadap karakteristik anak didik sebagai individu. Bahan, metode, sarana,
dan evaluasi tidak dapat berperan lebih banyak, bila guru mengabaikan
aspek anak didik. Sebaiknya sebelum guru mempersiapkan tahapan
interaksi edukatif, guru memahami keadaan anak didik. Ini penting agar
dapat mempersiapkan segala sesuatunya secara akurat, sehingga tercipta
interaksi edukatif yang kondusif, efektif dan efisien.
C. Perbedaan Individual Peserta Didik
Guru harus mengenal perbedaan individual peserta didik, sehubungan
dengan pengelolaan pengajaran agar dapat berjalan secara kondusif. Karena
banyaknya perbedaan individual anak didik, maka dapat diklasifikasikan
menjadi tiga aspek, yaitu:8
1. Perbedaan Biologis
Di dunia ini tidak ada seorangpun yang memiliki jasmani yang persis
sama, meskipun dalam satu keturunan. Anak kembar dari satu sel telur pun
memliki jasmani yang berlainan. Tidak heran bila seseorang yang
mengatakan bahwa anak kembar itu serupa tapi tak sama. Artinya dalam
hal-hal tertentu anak kembar memiliki kesamaan dan perbedaan. Semua
itu adalah ciri-ciri individu anak didik yang dibawa sejak lahir
Aspek biologis yang menyangkut kesehatan anak didik, misalnya
yang berhubungan dengan kesehatan mata dan telinga yang langsung
berkaitan dengan penerimaan bahan pelajaran di kelas. Kedua aspek ini
sangat penting dalam pendidikan.9
Orang tidak akan dapat melihat sesuatu
bila mata telah buta. Orang tidak akan dapat melihat sesuatu dengan jelas
bila matanya mendapat penyakit atau cacat. Kemudian yang berhubungan
dengan gangguan pendengaran, yang kesemuanya berpengaruh terhadap
pengelolaan kelas dan pengelolaan pengajaran.
2. Perbedaan Intelektual
Intelegensi adalah kemampuan untuk memahami dan beradaptasi
dengan situasi yang baru dengan cepat dan efektif, kemampuan untuk
8
Ibid, h.55-59
9
http://warnadunia.com/psikologi-anak/memahami-peserta-didik-7529/s-37t.htm
7
menggunakan konsep yang abstrak secara efektif, dan kemampuan untuk
memahami hubungan dan mempelajarinya dengan cepat.
Dalam rangka untuk mengetahui tinggi rendahnya intelegensi
seseorang, dikembangkanlah instrumen yang dikenal dengan istilah ‘tes
intelegensi’ dan gambaran mengenai hasil pengetesan kemudian dikenal
dengan intelligence quotient, disingkat dengan IQ. Adapun pembagian
rata-rata kecerdasan seseorang adalah sebagai berikut:10
a. Above 140 Near genius or genius ( hampir genius atau genius)
b. 120-140 Very superior (sangat superior)
c. 110-120 Superior
d. 90-110 Normal or average (normal atau rata-rata)
e. 80-90 Dullness, rarely classifiable as feeble-mindedness
(Bodoh, jarang digolongkan sebagai lemah pikiran)
f. 70-80 Borderline deficiency, sometimes classifiable
asdullness, often feeble-mindedness (pada batas
gangguan mental, kadang-kadang dapat digolongkan
bodoh, sering lemah pikiran)
g. Below 70 Definite feeble-mindedness (lemah pikiran betul-betul)
Feeble-mindedness dibagi lagi sebagai berikut:
1) 50-70 Morons (Moron)
2) 25-50 Imbeciles (Imbesil)
3) <25 Idiots (Idiot)
Setiap anak memiliki intelegensi yang berlainan. Dalam perbedaan
itu dirasakan ada kesulitan untuk mengetahui dengan ukuran yang tepat
mengenai tinggi rendahnya intelegensi seorang anak. Sebab semuanya
dipengaruhi oleh faktor lingkungan dalam bentuk pengalaman yang anak
peroleh selama hidupnya. Intelegensi hanya bersifat pembawaan.
Perbedaan individual dalam bidang intelektual ini perlu guru ketahui
dan pahami, terutama dalam hubungannya dengan pengelompokan anak
didik di kelas. Anak yang kurang cerdas jangan dikelompokan dengan
10
Mardianto, Psikologi Pendidikan, (Medan: Perdana Publishing, 2012), h.108
8
anak yang kecerdasannya setingkat dengannya, tetapi perlu dimasukkan ke
dalam kelompok anak-anak yang cerdas. Dengan harapan agar anak yang
kurang cerdas terpacu untuk lebih kreatif, ikut terlibat langsung dengan
motivasi yang tinggi dalam bekerjasama dengan teman sekelompoknya.
3. Perbedaan Psikologis
Dalam pengelolaan pengajaran, aspek psikologis sering menjadi
ajang persoalaan, terutama yang menyangkut masalah minat dan perhatian
anak didik terhadap pelajaran yang diberikan. Guru sadar bahwa bahan
pelajaran yang diberikan tidak semuanya dapat diserap anak didik, baik itu
karena gaya penyampaian guru yang kurang tepat atau karena anak didik
yang kurang memperhatikan.
Anak didik yang duduk dengan rapi dan diam, tidak dapat dipastikan
memperhatikan semua penjelasan guru. Bisa saja pandangan mata anak
didik terarah pada gerak, sikap dan gaya guru mengajar, tetapi sebenarnya
alam pikirannya terarah pada permasalahan lain yang lebih menarik
minatnya. Sehingga tidak jarang anak didik terkejut ketika ada orang lain
yang mengejutkannya. Persoalan psikologis ini memang sangat kompleks,
sebab menyangkut apa yang ada dalam jiwa dan perasaan anak didik.
Untuk memahami jiwa anak didik guru dapat melakukan pendekatan
kepada anak didik secara individual. Dengan cara ini hubungan anak didik
dengan guru menjadi akrab. Anak didik merasa diperhatikan dan dilayani
kebutuhannya dan guru dapat mengenal siapa anak didik sebagai individu.
Bila anak didik selalu ingin berdekatan dengan guru, tidaklah sukar
bagi guru untuk memberikan bimbingan dan motivasi agar anak didik
lebih giat belajar, baik di sekolah maupun di rumah. Minat timbul
bersangkut paut dengan masalah kebutuhan. Karena itu, guru memberikan
motivasi dengan memanfaatkan kebutuhan anak didik agar dia berminat
untuk belajar. Sebaliknya, guru bisa memanfaatkan minat anak sebagai
motivasi. Bila anak didik berminat terhadap suatu mata pelajaran, dia akan
memperhatikan dalam jangka waktu tertentu. Minat adalah perhatian yang
9
mengandung unsur-unsur perasaan.11
Jadi, minat merupakan sebab serta
akibat dari perhatian.
Untuk memupuk perhatian anak didik dianjurkan dengan
mempergunakan reinforcement berupa ganjaran simbolis seperti pujian,
angka yang baik, acungan jempol dan sebagainya. Pemahaman terhadap
perbedaan psikologis anak didik merupakan strategi yang ampuh untuk
mendukung keberhasilan interaksi edukatif.
D. Kebutuhan Peserta Didik
Sekolah pada prinsipnya merupakan manifestasi pemenuhan kebutuhan
individu tersebut. Oleh sebab itu, seorang guru perlu mengenal dan memahami
tingkat kebutuhan peserta didiknya, sehingga dapat membantu dan memenuhi
kebutuhan-kebutuhan mereka melalui berbagai aktivitas kependidikan,
termasuk aktivitas pembelajaran. Di samping itu, dengan mengenal
kebutuhan-kebutuhan peserta didik, guru dapat memberikan pelajaran setepat
mungkin, sesuai dengan kebutuhan peserta didiknya. Berikut ini beberapa
kebutuhan peserta didik, yaitu:12
1. Kebutuhan jasmaniah
Kebutuhan jasmaniah peserta didik yang perlu mendapat perhatian
dari guru di sekolah antara lain: makan, minum, pakaian, oksigen,
istirahat, kesehatan jasmani, gerak-gerak jasmani, serta terhindar dari
berbagai ancaman. Apabila kebutuhan jasmaniah ini tidak terpenuhi, di
samping mempengaruhi pembentukan pribadi dan perkembangan
psikososial peserta didik, juga akan sangat berpengaruh terhadap proses
belajar mengajar di sekolah.
2. Kebutuhan akan rasa aman
Rasa aman merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting bagi
kehidupan peserta didik, terutama rasa aman di dalam kelas dan sekolah.
Setiap siswa yang datang ke sekolah sangat mendambakan suasana
sekolah atau kelas yang aman, nyaman, dan teratur, serta terhindar dari
11
Mursal dkk, Kamus Ilmu Jiwa dan Pendidikan, (Bandung: Almaarif, 1981), h.100
12
Panut Panuju, Psikologi remaja, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2005), h.29-30
10
kebisingan dan berbagai situasi yang mengancam. Hilangnya rasa aman di
kalangan peserta didik juga dapat menyebabkan rusaknya hubungan
interpersonalnya dengan orang lain, membangkitkan rasa benci terhadap
orang-orang yang menjadi penyebab hilangnya rasa aman dalam dirinya.
Lebih dari itu, perasaan tidak aman juga akan mempengaruhi motivasi
belajar siswa di sekolah.
3. Kebutuhan akan kasih sayang
Semua peserta didik sangat membutuhkan kasih sayang, baik dari
orangtua, guru, teman-teman sekolah, dan dari orang-orang yang berada di
sekitarnya. Peserta didik yang mendapatkan kasih sayang akan senang dan
betah berada di dalam kelas.
Serta memiliki motivasi untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan
belajar mengajar. Sebaliknya, peserta didik yang merasa kurang
mendapatkan kasih sayang akan merasa terisolasi, merasa tidak nyaman,
sedih, gelisah, bahkan mungkin akan mengalami kesulitan belajar.
4. Kebutuhan akan penghargaan
Kebutuhan akan penghargaan terlihat dari kecenderungan peserta
didik untuk diakui dan diperlakukan sebagai orang yang berharga diri.
Mereka ingin memiliki sesuatu, ingin dikenal dan ingin diakui
keberadaaannya di tengah-tengah orang lain. Mereka yang dihargai akan
merasa bangga dengan dirinya dan gembira, pandangan dan sikap mereka
terhadap dirinya dan orang lain akan positif. Sebaliknya, apabila peserta
didik merasa diremehkan, kurang diperhatikan, atau kurang mendapat
tanggapan yang positif atas sesuatu yang dikerjakannya, maka sikapnya
terhadap diri dan lingkungan menjadi negatif.
5. Kebutuhan akan rasa bebas
Peserta didik juga memiliki kebutuhan untuk merasa bebas, terhindar
dari ikatan-ikatan tertentu. Peserta didik yang merasa tidak bebas
mengungkapkan apa yang terasa dalam hatinya, akan mengalami frustasi,
merasa tertekan, konflik dan sebagainya. Oleh sebab itu, guru harus
memberikan kebebasan kepada peserta didik dalam batas-batas kewajaran
11
dan tidak membahayakan. Mereka harus diberi kesempatan dan bantuan
secara memadai untuk mendapatkan kebebasan.
6. Kebutuhan akan rasa sukses
Peserta didik menginginkan agar setiap usaha yang dilakukannya di
sekolah, terutama dalam bidang akademis berhasil dengan baik. Peserta
didik akan merasa senang dan puas apabila pekerjaan yang dilakukannya
berhasil, dan merasa kecewa apabila tidak berhasil. Ini menunjukkan
bahwa rasa sukses merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi peserta
didik. Untuk itu, guru harus mendorong peserta didiknya untuk mencapai
keberhasilan dan prestasi yang tinggi, serta memberikan penghargaan atas
prestasi yang dicapai.
Penghargaan yang tulus dari seorang guru akan menumbuhkan
perasaan sukses dalam diri siswa, serta dapat mengembangkan sikap dan
motivasi yang tinggi untuk terus berjuang mencapai kesuksesan.
7. Kebutuhan akan agama
Sejak lahir, manusia telah membutuhkan agama. Kebutuhan peserta
didik khususnya yang beranjak remaja kadang-kadang tidak dapat
dipenuhi apabila telah berhadapan dengan agama, nilai-nilai sosial dan
adat kebiasaan, terutama apabila pertumbuhan sosialnya telah matang,
yang seringkali menguasai pikirannya. Oleh sebab itu, sangat penting
dilaksanakan penanaman nilai-nilai moral dan agama serta nilai-nilai
sosial dan akhlak kepada manusia khususnya bagi anak didik sejak usia
dini.
E. Mengenal dan Memahami Anak yang Mengalami Penderitaan
Ketidakmampuan
1. Ganggunan Penglihatan.
Tidak jarang ditemukan murid yang sering memicingkan mata,
membaca buku dengan jarak yang amat dekat, sering mengucek-ngucek
mata, dan sering mengeluh karena pandangannya kabur atau suram, maka
suruh mereka untuk memeriksa pandangannya.13
13
Jhon W Santrock, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Prenada Media Group, 2011), h.220
12
Anak yang buta secara educational tidak bisa menggunakan
penglihatan mereka untuk belajar dan harus menggunakan pendengaran
dan sentuhan untuk belajar. Kira-kira 1 dari 3000 anak tergolong
educationally blind. Banyak anak buta ini mempunyai kecerdasan normal
dan berprestasi secara akademik apabila diberi bantuan dan dukungan
belajar yang tepat. Murid yang menderita ketidakmampuan ini sering kali
membutuhkan berbagai jenis bantuan untuk memenuhi kehidupan
pendidikan mereka.
Salah satu tuga penting untuk mengajar anak yang menderita
gangguan atau kerusakan penglihatan ini adalah menentukan modalitas
(seperti sentuhan atau pendengaran) yang dengannya murid dapat belajar
dengan baik. Anak yang lemah penglihatannya akan lebih baik disuruh
duduk di bangku paling depan di kelas.
2. Gangguan Pendengaran
Gangguan pendengaran dapat menyulitkan proses belajar anak. Anak
yang tuli secara lahir atau menderita tuli pada masih anak-anak biasanya
lemah dalam kemampuan berbicara dan berbahasanya. Banyak anak-anak
yang memiliki masalah pendengaran mendapatkan pengajaran di luar jam
sekolah. Pendekatan pendidikan untuk membantu anak yang punya
masalah pendengaran terdiri dari dua katagori : pendekatan oral dan
pendekatan manual. Pendekatan oral antara lain metode membaca gerak
bibir, speech reading (menggunakan alat visual untuk mengajar
membaca). Pendekatan manual adalah dengan bahasa isyarat dan mengeja
jari (finger spelling). Bahasa isyarat adalah sistem gerakan tangan yang
melambangkan kata.
Bekerja dengan anak yang mengalami gangguan pendengaran harus
bersikap sabar, berbicara secara wajar (tidak terlalu cepat dan tidak terlalu
lama), jangan berteriak sebab tindakan ini tidak akan membantu, berbicara
dengan jelas akan banyak membantu. Kurangi gangguan dan suara bising,
tatap murid yang anda ajak berbicara, karena murid perlu membaca bibir
dan melihat isyarat anda.
13
3. Gangguan Artikulasi
Gangguan artikulasi adalah masalah dalam pengucapan suara
secara benar. Artikulasi anak pada usia enam atau tujuh tahun tidak selalu
bebas dari kesalahan, tetapi pada usia delapan tahun semestinya artikulasi
mereka sudah tidak salah lagi. Anak yang mempunyai penderita masalah
artikulasi mungkin sulit berkomunikasi dengan teman atau guru dan
merasa malu. Akibatnya mereka enggan bertanya, tidak mau berdiskusi,
atau berkomunikasi dengan temannya. Masalah artikulasi umumnya bisa
diperbaiki dengan cara terapi bicara, meskipun dibutuhkan waktu
berbulan-bulan atau bertahun-tahun.
4. Gangguan Suara
Gangguan suara tampak pada pengucapan yang tidak jelas, keras,
terlalu kencang, terlalu tinggi, atau terlalu rendah. Suara anak-anak
berbibir sumbung tentu akan sulit dimengerti. Jika seorang anak berbicara
yang sulit dipahami maka mintaah anak untuk kespesialis terapi bicara
atau perlunya pengulangan dalam pengucapan.
5. Gangguan Bahasa
Gangguan bahasa adalah kerusakan signifikan dalam bahasa
reseptif atau bahasa ekspresif anak. Gangguan bahasa dapat menyebabkan
masalah belajar serius. Perawatan oleh terapi bahasa biasanya bisa
memperbaiki gangguan terapi bahasa si anak, namun masalah ini biasanya
tidak bisa hilang sama sekali. Gangguan bahasa mencakup tiga kesulitan :
a. Kesulitan menyusun pertanyaan untuk memperoleh informasi yang
diharapkan
b. Kesulitan mengikuti dan perintah lisan.
c. Kesulitan mengikuti percakapan, terutama ketika percakapan itu
berlangsung cepat dan kompleks.
d. Kesulitan-kesulitan ini berkaitan dengan ganguan bahasa reseptif
maupun ekspresif. Berikut beberapa strategi untuk membantu murid
yang mengalami gangguan bahasa reseptif:
14
e. Gunakan pendekatan multisensory untuk proses belajar, bukan hanya
pendekatan oral saja. Lengkapi informasi oral dengan petunjuk
tertulis.
f. Monitor kecepatan anda dalam memberikan informasi. Perlambat dan
periksa kembali seberapa jauh pemahaman anak.
g. Beri mereka waktu untuk merespon, kira-kira sepuluh sampai lima
belas detik.
h. Beri contoh konkret dan spesifik dari suatu konsep abstrak
Berikut ini beberapa strategi untuk membantu murid yang
mengalami gangguan bahasa ekspresif oral:
a. Beri anak banyak waktu untuk merespon.
b. Sadari bahwa anak sulit menjawab secara lisan, karenanya suruhlah
anak mengerjakan tugas tertulis ketimbang laporan lisan.
c. Sediakan pilihan dan beri contoh suara untuk mengatasi masalah
pencarian kata.
d. Biarkan anak mengetahui lebih dahulu pertanyaan yang akan diajukan
sehingga anak dapat menyiapkan jawaban dan karenanya tampak lebih
kompeten di mata teman-temannya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
15
1. Peserta didik diartikan sebagai sejenis makhluk ‘homo educantum’, yaitu
makhluk yang menghajatkan pendidikan. Dalam pengertian ini, peserta
didik dipandang sebagai manusia yang memiliki potensi yang bersifat
laten, sehingga dibutuhkan binaan dan bimbingan untuk
mengatualisasikannya agar ia dapat menjadi manusia susila yang cakap.
2. Peserta didik memiliki kedudukan sebagai si terdidik, sebagai manusia
yang berkembang dan sebagai pokok persoalan dalam pendidikan.
3. Karena banyaknya perbedaan individual anak didik, maka dapat
diklasifikasikan menjadi tiga aspek yaitu perbedaan biologis, perbedaan
intelektual dan perbedaan psikologis.
4. Ada beberapa kebutuhan peserta didik seperti kebutuhan jasmaniah,
kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan kasih sayang, kebutuhan akan
penghargaan, kebutuhan akan rasa bebas, kebutuhan akan rasa sukses dan
kebutuhan akan agama.
5. Guru harus mengenal dan memahami peserta didik yang mengalami
penderitaan ketidakmampuan seperti gangguan penglihatan, gangguan
pendengaran, gangguan artikulasi, gangguan suara dan gangguan bahasa.
B. Saran
Sebagai calon guru hendaknya kita dapat mengenal dan memahami
siapa sebenarnya anak didik kita, agar nantinya dalam kegiatan belajar tidak
terjadi salah arah. Hendaknya kita bisa menjadi panutan yang baik untuk anak-
anak didik kita, karena segala tingkah laku kita akan mudah sekali ditiru oleh
peserta didik kita.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi,Abu dkk. Ilmu Pendidikan Cetakan ke II. PT Rineka Cipta. Jakarta. 2006.
16
Bakar, Rosiana. Pendidikan Suatu Pengantar. Medan: Perdana Mulya Sarana,
2008.
Desmita. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Rosdakarya, 2009.
Djamarah, Syaiful Bahri. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta:
Rineka Cipta, 2010.
Http://warnadunia.com/psikologi-anak/memahami-peserta-didik-7529/s-37t.htm
Mardianto. Psikologi Pendidikan. Medan: Perdana Publishing, 2012.
Mursal. Kamus Ilmu Jiwa dan Pendidikan. Bandung: Almaarif, 1981.
Panuju, Panut. Psikologi Remaja. Yogyakarta: Tiara Wacana, 2005.
Santrock, John W. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group, 2011.
17

More Related Content

What's hot

.Mka lah psikoper zachura,,
.Mka lah psikoper zachura,, .Mka lah psikoper zachura,,
.Mka lah psikoper zachura,,
Arieny HarUno
 
Karya tulis ilmiah UPAYA PENINGKATAN RETORIKA,TENDENSI DAN KOMPETENSI BAKAT D...
Karya tulis ilmiah UPAYA PENINGKATAN RETORIKA,TENDENSI DAN KOMPETENSI BAKAT D...Karya tulis ilmiah UPAYA PENINGKATAN RETORIKA,TENDENSI DAN KOMPETENSI BAKAT D...
Karya tulis ilmiah UPAYA PENINGKATAN RETORIKA,TENDENSI DAN KOMPETENSI BAKAT D...
Totok Priyo Husodo
 
rangkuman buku pengantar pendidikan(Umar Tirtarahardja & S.L. La Sulo)
rangkuman buku pengantar pendidikan(Umar Tirtarahardja & S.L. La Sulo)rangkuman buku pengantar pendidikan(Umar Tirtarahardja & S.L. La Sulo)
rangkuman buku pengantar pendidikan(Umar Tirtarahardja & S.L. La Sulo)setyawatiDK
 
makalah kelompok 8
makalah kelompok 8makalah kelompok 8
makalah kelompok 8
EfelineNuzula
 
Makna pendidikan bagi manusia
Makna pendidikan bagi manusiaMakna pendidikan bagi manusia
Makna pendidikan bagi manusiaSugeng Riadi
 
Makalah pengantar pendidikan 8
Makalah pengantar pendidikan 8Makalah pengantar pendidikan 8
Makalah pengantar pendidikan 8Made Rai Adnyana
 
Soal ujian Landasan
Soal ujian LandasanSoal ujian Landasan
Soal ujian Landasan
windarti aja
 
Strategi pendidikan kemandirian anak
Strategi pendidikan kemandirian anakStrategi pendidikan kemandirian anak
Strategi pendidikan kemandirian anak
FAI Unmuh Ponorogo
 
Soal ujian mid semester 2015 landasan
Soal ujian mid semester 2015 landasanSoal ujian mid semester 2015 landasan
Soal ujian mid semester 2015 landasan
Andriani Widi Astuti
 
Makalah konsep pendidikan secara umum
Makalah   konsep pendidikan secara umumMakalah   konsep pendidikan secara umum
Makalah konsep pendidikan secara umum
AmriDhimasMaulana
 
Makna penddidikan bagi manusia
Makna penddidikan bagi manusiaMakna penddidikan bagi manusia
Makna penddidikan bagi manusiaArif Wicaksono
 
Komponen, fungsi, dan tujuan pendidikan - ilmu pendidikan
Komponen, fungsi, dan tujuan pendidikan - ilmu pendidikanKomponen, fungsi, dan tujuan pendidikan - ilmu pendidikan
Komponen, fungsi, dan tujuan pendidikan - ilmu pendidikan
Dyra Yunilaili
 
Pengantar pendidikan ppt
Pengantar pendidikan pptPengantar pendidikan ppt
Pengantar pendidikan ppt
bertha_tandi
 
Madin 3(bab1)
Madin 3(bab1)Madin 3(bab1)
Madin 3(bab1)
rusiana12
 
Makalah pengertian pendidikan dan tujuannya
Makalah pengertian pendidikan dan tujuannyaMakalah pengertian pendidikan dan tujuannya
Makalah pengertian pendidikan dan tujuannyaMara Sutan Siregar
 
Kumpulan soal soal landasan kependidikan
Kumpulan soal soal landasan kependidikanKumpulan soal soal landasan kependidikan
Kumpulan soal soal landasan kependidikanAdy Setiawan
 

What's hot (20)

Pengertian pendidikan
Pengertian pendidikanPengertian pendidikan
Pengertian pendidikan
 
.Mka lah psikoper zachura,,
.Mka lah psikoper zachura,, .Mka lah psikoper zachura,,
.Mka lah psikoper zachura,,
 
Karya tulis ilmiah UPAYA PENINGKATAN RETORIKA,TENDENSI DAN KOMPETENSI BAKAT D...
Karya tulis ilmiah UPAYA PENINGKATAN RETORIKA,TENDENSI DAN KOMPETENSI BAKAT D...Karya tulis ilmiah UPAYA PENINGKATAN RETORIKA,TENDENSI DAN KOMPETENSI BAKAT D...
Karya tulis ilmiah UPAYA PENINGKATAN RETORIKA,TENDENSI DAN KOMPETENSI BAKAT D...
 
rangkuman buku pengantar pendidikan(Umar Tirtarahardja & S.L. La Sulo)
rangkuman buku pengantar pendidikan(Umar Tirtarahardja & S.L. La Sulo)rangkuman buku pengantar pendidikan(Umar Tirtarahardja & S.L. La Sulo)
rangkuman buku pengantar pendidikan(Umar Tirtarahardja & S.L. La Sulo)
 
makalah kelompok 8
makalah kelompok 8makalah kelompok 8
makalah kelompok 8
 
Makna pendidikan bagi manusia
Makna pendidikan bagi manusiaMakna pendidikan bagi manusia
Makna pendidikan bagi manusia
 
Makalah pendidikan berkarakter
Makalah pendidikan berkarakterMakalah pendidikan berkarakter
Makalah pendidikan berkarakter
 
Makalah pengantar pendidikan 8
Makalah pengantar pendidikan 8Makalah pengantar pendidikan 8
Makalah pengantar pendidikan 8
 
Soal ujian Landasan
Soal ujian LandasanSoal ujian Landasan
Soal ujian Landasan
 
Strategi pendidikan kemandirian anak
Strategi pendidikan kemandirian anakStrategi pendidikan kemandirian anak
Strategi pendidikan kemandirian anak
 
Soal ujian mid semester 2015 landasan
Soal ujian mid semester 2015 landasanSoal ujian mid semester 2015 landasan
Soal ujian mid semester 2015 landasan
 
Makalah konsep pendidikan secara umum
Makalah   konsep pendidikan secara umumMakalah   konsep pendidikan secara umum
Makalah konsep pendidikan secara umum
 
Makna penddidikan bagi manusia
Makna penddidikan bagi manusiaMakna penddidikan bagi manusia
Makna penddidikan bagi manusia
 
Teori
TeoriTeori
Teori
 
Komponen, fungsi, dan tujuan pendidikan - ilmu pendidikan
Komponen, fungsi, dan tujuan pendidikan - ilmu pendidikanKomponen, fungsi, dan tujuan pendidikan - ilmu pendidikan
Komponen, fungsi, dan tujuan pendidikan - ilmu pendidikan
 
Pengantar pendidikan ppt
Pengantar pendidikan pptPengantar pendidikan ppt
Pengantar pendidikan ppt
 
Madin 3(bab1)
Madin 3(bab1)Madin 3(bab1)
Madin 3(bab1)
 
Makalah pengertian pendidikan dan tujuannya
Makalah pengertian pendidikan dan tujuannyaMakalah pengertian pendidikan dan tujuannya
Makalah pengertian pendidikan dan tujuannya
 
G000060008
G000060008G000060008
G000060008
 
Kumpulan soal soal landasan kependidikan
Kumpulan soal soal landasan kependidikanKumpulan soal soal landasan kependidikan
Kumpulan soal soal landasan kependidikan
 

Viewers also liked

Plants
PlantsPlants
Philippine Initiatives on the Applications of Space Technology on Hazard Mit...
Philippine Initiatives on the Applications of Space Technology  on Hazard Mit...Philippine Initiatives on the Applications of Space Technology  on Hazard Mit...
Philippine Initiatives on the Applications of Space Technology on Hazard Mit...
UN-SPIDER
 
A TEDx Accra Talk - Sharing the 1Billion Africa Story
A TEDx Accra Talk - Sharing the 1Billion Africa StoryA TEDx Accra Talk - Sharing the 1Billion Africa Story
A TEDx Accra Talk - Sharing the 1Billion Africa Story
Prince Adu-Appiah
 
Fashion In Sweater
Fashion In SweaterFashion In Sweater
Fashion In Sweater
Masud Romme
 
Sosialisasi un smp n 1 kediri
Sosialisasi un smp n 1 kediriSosialisasi un smp n 1 kediri
Sosialisasi un smp n 1 kediriSri Urifah
 
школа молодих лідерів
школа молодих лідерівшкола молодих лідерів
школа молодих лідерів
Generation2020UA
 
Урок лідерства/Країни/Грузія
Урок лідерства/Країни/ГрузіяУрок лідерства/Країни/Грузія
Урок лідерства/Країни/Грузія
Generation2020UA
 
Aula 2 -comunica%c3%87%c3%83_o_oral
Aula 2 -comunica%c3%87%c3%83_o_oralAula 2 -comunica%c3%87%c3%83_o_oral
Aula 2 -comunica%c3%87%c3%83_o_oralgabbaroon
 
Abla en el I Evento Blog Rural de Cazorla
Abla en el I Evento Blog Rural de CazorlaAbla en el I Evento Blog Rural de Cazorla
Abla en el I Evento Blog Rural de CazorlaPaco Fdez
 
Monjas
MonjasMonjas
Monjas
Douce Nieto
 

Viewers also liked (20)

Plants
PlantsPlants
Plants
 
Research Powerpoint
Research PowerpointResearch Powerpoint
Research Powerpoint
 
Plants
PlantsPlants
Plants
 
Philippine Initiatives on the Applications of Space Technology on Hazard Mit...
Philippine Initiatives on the Applications of Space Technology  on Hazard Mit...Philippine Initiatives on the Applications of Space Technology  on Hazard Mit...
Philippine Initiatives on the Applications of Space Technology on Hazard Mit...
 
A TEDx Accra Talk - Sharing the 1Billion Africa Story
A TEDx Accra Talk - Sharing the 1Billion Africa StoryA TEDx Accra Talk - Sharing the 1Billion Africa Story
A TEDx Accra Talk - Sharing the 1Billion Africa Story
 
Fashion In Sweater
Fashion In SweaterFashion In Sweater
Fashion In Sweater
 
Sosialisasi un smp n 1 kediri
Sosialisasi un smp n 1 kediriSosialisasi un smp n 1 kediri
Sosialisasi un smp n 1 kediri
 
школа молодих лідерів
школа молодих лідерівшкола молодих лідерів
школа молодих лідерів
 
Урок лідерства/Країни/Грузія
Урок лідерства/Країни/ГрузіяУрок лідерства/Країни/Грузія
Урок лідерства/Країни/Грузія
 
Materi 1 copy
Materi 1   copyMateri 1   copy
Materi 1 copy
 
As tecnologias
As tecnologiasAs tecnologias
As tecnologias
 
Web Quest Los Monstruos Nos Atacan
Web Quest Los Monstruos Nos AtacanWeb Quest Los Monstruos Nos Atacan
Web Quest Los Monstruos Nos Atacan
 
Aula 2 -comunica%c3%87%c3%83_o_oral
Aula 2 -comunica%c3%87%c3%83_o_oralAula 2 -comunica%c3%87%c3%83_o_oral
Aula 2 -comunica%c3%87%c3%83_o_oral
 
Abla en el I Evento Blog Rural de Cazorla
Abla en el I Evento Blog Rural de CazorlaAbla en el I Evento Blog Rural de Cazorla
Abla en el I Evento Blog Rural de Cazorla
 
Monjas
MonjasMonjas
Monjas
 
Aloha home resort
Aloha home resortAloha home resort
Aloha home resort
 
Green Point
Green PointGreen Point
Green Point
 
Copy of mile stone
Copy of mile stoneCopy of mile stone
Copy of mile stone
 
Orbit
OrbitOrbit
Orbit
 
Web Quest Formato Azul4
Web Quest Formato Azul4Web Quest Formato Azul4
Web Quest Formato Azul4
 

Similar to Psikologi jadi

Bab i ip
Bab i ipBab i ip
Bab i ip
FENY DYAH
 
BAHAN AJAR TRANSFORMASI PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN.docx
BAHAN AJAR TRANSFORMASI PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN.docxBAHAN AJAR TRANSFORMASI PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN.docx
BAHAN AJAR TRANSFORMASI PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN.docx
antoputra011172
 
HAKIKAT PESERTA DIDIK.pptx
HAKIKAT PESERTA DIDIK.pptxHAKIKAT PESERTA DIDIK.pptx
HAKIKAT PESERTA DIDIK.pptx
alamanahislamicschoo
 
TOPIK 1 MERDEKA MENGAJAR.pptx
TOPIK 1  MERDEKA MENGAJAR.pptxTOPIK 1  MERDEKA MENGAJAR.pptx
TOPIK 1 MERDEKA MENGAJAR.pptx
DADANGTRIYANTO
 
Peserta Didik Pw Point
Peserta Didik Pw PointPeserta Didik Pw Point
Peserta Didik Pw Point
Dedex Augustine
 
Resume Hakikat Peserta Didik Dalam Islam.docx
Resume Hakikat Peserta Didik Dalam Islam.docxResume Hakikat Peserta Didik Dalam Islam.docx
Resume Hakikat Peserta Didik Dalam Islam.docx
saidatunnisa12
 
Bab 8,9,10,yulia fitriyani
Bab 8,9,10,yulia fitriyaniBab 8,9,10,yulia fitriyani
Bab 8,9,10,yulia fitriyaniyani12345
 
Aksi Nyata PMM Topik Merdeka Mengajar SDN Awang Bangkal Barat
Aksi Nyata PMM Topik Merdeka Mengajar SDN Awang Bangkal BaratAksi Nyata PMM Topik Merdeka Mengajar SDN Awang Bangkal Barat
Aksi Nyata PMM Topik Merdeka Mengajar SDN Awang Bangkal Barat
NorAhdiah
 
Aksi Nyata Topik Merdeka Belajar (PMM)..
Aksi Nyata Topik Merdeka Belajar (PMM)..Aksi Nyata Topik Merdeka Belajar (PMM)..
Aksi Nyata Topik Merdeka Belajar (PMM)..
apriliant
 
Hakekat Pendidik dan Perserta didik
Hakekat Pendidik dan Perserta didikHakekat Pendidik dan Perserta didik
Hakekat Pendidik dan Perserta didikArif Al Swei
 
Aksi Nyata Topik Merdeka Belajar_Rosmala Dewi, S.Pd.pdf
Aksi Nyata Topik Merdeka Belajar_Rosmala Dewi, S.Pd.pdfAksi Nyata Topik Merdeka Belajar_Rosmala Dewi, S.Pd.pdf
Aksi Nyata Topik Merdeka Belajar_Rosmala Dewi, S.Pd.pdf
maharaputra2
 
pemahaman merdeka belajar part 2.pptx
pemahaman merdeka belajar part 2.pptxpemahaman merdeka belajar part 2.pptx
pemahaman merdeka belajar part 2.pptx
DewiYulrahma
 
1.1.a.8. Koneksi Antar Materi.docx
1.1.a.8. Koneksi Antar Materi.docx1.1.a.8. Koneksi Antar Materi.docx
1.1.a.8. Koneksi Antar Materi.docx
ermasuryani79
 
Aksi Nyata Memyebarkan Pemahaman Kurikulum pptx
Aksi Nyata Memyebarkan Pemahaman Kurikulum pptxAksi Nyata Memyebarkan Pemahaman Kurikulum pptx
Aksi Nyata Memyebarkan Pemahaman Kurikulum pptx
ashifbirqy5
 
Risma Agustina - CPP- PEMAHAMAN TENTANG PENDIDIKAN YANG MEMERDEKAKAN .pdf
Risma Agustina - CPP- PEMAHAMAN TENTANG PENDIDIKAN YANG MEMERDEKAKAN .pdfRisma Agustina - CPP- PEMAHAMAN TENTANG PENDIDIKAN YANG MEMERDEKAKAN .pdf
Risma Agustina - CPP- PEMAHAMAN TENTANG PENDIDIKAN YANG MEMERDEKAKAN .pdf
RismaAgustina7
 

Similar to Psikologi jadi (20)

Tinjauan Filosofis Anak Didik
Tinjauan Filosofis Anak DidikTinjauan Filosofis Anak Didik
Tinjauan Filosofis Anak Didik
 
Tinjauan filosofis anak didik
Tinjauan filosofis anak didikTinjauan filosofis anak didik
Tinjauan filosofis anak didik
 
Bab i ip
Bab i ipBab i ip
Bab i ip
 
ANAK DIDIK DAN ASPEK-ASPEKNYA (ILMU PENDIDIKAN)
ANAK DIDIK DAN ASPEK-ASPEKNYA (ILMU PENDIDIKAN)ANAK DIDIK DAN ASPEK-ASPEKNYA (ILMU PENDIDIKAN)
ANAK DIDIK DAN ASPEK-ASPEKNYA (ILMU PENDIDIKAN)
 
BAHAN AJAR TRANSFORMASI PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN.docx
BAHAN AJAR TRANSFORMASI PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN.docxBAHAN AJAR TRANSFORMASI PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN.docx
BAHAN AJAR TRANSFORMASI PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN.docx
 
HAKIKAT PESERTA DIDIK.pptx
HAKIKAT PESERTA DIDIK.pptxHAKIKAT PESERTA DIDIK.pptx
HAKIKAT PESERTA DIDIK.pptx
 
Ilmu pendidikan islam
Ilmu pendidikan islamIlmu pendidikan islam
Ilmu pendidikan islam
 
TOPIK 1 MERDEKA MENGAJAR.pptx
TOPIK 1  MERDEKA MENGAJAR.pptxTOPIK 1  MERDEKA MENGAJAR.pptx
TOPIK 1 MERDEKA MENGAJAR.pptx
 
Peserta Didik Pw Point
Peserta Didik Pw PointPeserta Didik Pw Point
Peserta Didik Pw Point
 
Resume Hakikat Peserta Didik Dalam Islam.docx
Resume Hakikat Peserta Didik Dalam Islam.docxResume Hakikat Peserta Didik Dalam Islam.docx
Resume Hakikat Peserta Didik Dalam Islam.docx
 
Hakikat anak didik
Hakikat anak didikHakikat anak didik
Hakikat anak didik
 
Bab 8,9,10,yulia fitriyani
Bab 8,9,10,yulia fitriyaniBab 8,9,10,yulia fitriyani
Bab 8,9,10,yulia fitriyani
 
Aksi Nyata PMM Topik Merdeka Mengajar SDN Awang Bangkal Barat
Aksi Nyata PMM Topik Merdeka Mengajar SDN Awang Bangkal BaratAksi Nyata PMM Topik Merdeka Mengajar SDN Awang Bangkal Barat
Aksi Nyata PMM Topik Merdeka Mengajar SDN Awang Bangkal Barat
 
Aksi Nyata Topik Merdeka Belajar (PMM)..
Aksi Nyata Topik Merdeka Belajar (PMM)..Aksi Nyata Topik Merdeka Belajar (PMM)..
Aksi Nyata Topik Merdeka Belajar (PMM)..
 
Hakekat Pendidik dan Perserta didik
Hakekat Pendidik dan Perserta didikHakekat Pendidik dan Perserta didik
Hakekat Pendidik dan Perserta didik
 
Aksi Nyata Topik Merdeka Belajar_Rosmala Dewi, S.Pd.pdf
Aksi Nyata Topik Merdeka Belajar_Rosmala Dewi, S.Pd.pdfAksi Nyata Topik Merdeka Belajar_Rosmala Dewi, S.Pd.pdf
Aksi Nyata Topik Merdeka Belajar_Rosmala Dewi, S.Pd.pdf
 
pemahaman merdeka belajar part 2.pptx
pemahaman merdeka belajar part 2.pptxpemahaman merdeka belajar part 2.pptx
pemahaman merdeka belajar part 2.pptx
 
1.1.a.8. Koneksi Antar Materi.docx
1.1.a.8. Koneksi Antar Materi.docx1.1.a.8. Koneksi Antar Materi.docx
1.1.a.8. Koneksi Antar Materi.docx
 
Aksi Nyata Memyebarkan Pemahaman Kurikulum pptx
Aksi Nyata Memyebarkan Pemahaman Kurikulum pptxAksi Nyata Memyebarkan Pemahaman Kurikulum pptx
Aksi Nyata Memyebarkan Pemahaman Kurikulum pptx
 
Risma Agustina - CPP- PEMAHAMAN TENTANG PENDIDIKAN YANG MEMERDEKAKAN .pdf
Risma Agustina - CPP- PEMAHAMAN TENTANG PENDIDIKAN YANG MEMERDEKAKAN .pdfRisma Agustina - CPP- PEMAHAMAN TENTANG PENDIDIKAN YANG MEMERDEKAKAN .pdf
Risma Agustina - CPP- PEMAHAMAN TENTANG PENDIDIKAN YANG MEMERDEKAKAN .pdf
 

Psikologi jadi

  • 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak tersebut agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Dan perlu kita ketahui bahwa di dalam pendidikan mempunyai pengertian suatu proses bimbingan, tuntunan atau pimpinan yang didalamnya mengandung beberapa unsur-unsur yang harus diperhatikan, diantaranya adalah siswa atau peserta didik. Kunci pembangunan masa mendatang bagi bangsa indonesia adalah pendidikan. sebab dengan pendidikan diharapkan setiap individu dapat meningkatkan kualitas keberadaannya dan mampu berpartisipasi dalam gerak pembangunan. Dengan pesatnya perkembangan dunia di era globalisasi ini, terutama di bidang teknologi dan ilmu pengetahuan, maka pendidikan nasional juga harus terus-menerus dikembangkan seirama dengan zaman. Pada umumnya sebuah sekolah dan pendidikan bertujuan pada bagaimana kehidupan manusia itu harus ditata, sesuai dengan nilai-nilai kewajaran dan keadaban (civility). Semua orang pasti mempunyai harapan dan cita- citabagaimana sebuah kehidupan yang baik. Karena itu pendidikan pada gilirannyaberperan mempersiapkan setiap orang untuk berperilaku penuh keadaban (civility). Keadaban inilah yang secara praktis sangat dibutuhkan dalam setiap gerak dan perilaku.1 Secara etimologi peserta didik adalah anak didik yang mendapat pengajaran ilmu. Secara terminologi peserta didik adalah anak didik atau individu yang mengalami perubahan, perkembangan sehingga masih memerlukan bimbingan dan arahan dalam membentuk kepribadian serta sebagai bagian dari struktural proses pendidikan. Dengan kata lain peserta 1 Drs. Abu Ahmadi dan Dra. Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Cetakan ke II, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2006, Hal 40 1
  • 2. didik adalah seorang individu yang tengah mengalami fase perkembangan atau pertumbuhan baik dari segi fisik dan mental maupun fikiran. Sebagai individu yang tengah mengalami fase perkembangan, tentu peserta didik tersebut masih banyak memerlukan bantuan, bimbingan dan arahan untuk menuju kesempurnaan. Hal ini dapat dicontohkan ketika seorang peserta didik berada pada usia balita seorang selalu banyak mendapat bantuan dari orang tua ataupun saudara yang lebih tua. Dengan demikina dapat di simpulkan bahwa peserta didik merupakan barang mentah (raw material) yang harus diolah dan bentuk sehingga menjadi suatu produk pendidikan. Dari sudut pandang peserta didik, pasti memiliki gaya belajar yang berbeda. Ada yang sangat aktif, ada juga yang hanya duduk diam (pasif) untuk mendengarkan. Oleh karena itu, pendidik harus memiliki kemampuan untuk mengenali gaya belajar siswa yang umum dan kurang umum. Sehingga pendidik mampu mengembangkan gaya pengajaran yang komprehensif dan efektif. Memahami peserta didik merupakan sikap yang harus dimiliki dan dilakukan guru, agar guru dapat mengetahui aspirasi atau tuntutan peserta didik yang bisa dijadikan bahan pertimbangan dalam penyusunan program yang tepat bagi peserta didik, sehingga kegiatan pembelajaran pun akan dapat memenuhi kebutuhan, minat mereka dan tepat berdasarkan dengan perkembangan mereka. Dasar pertimbangan dalam memahami peserta didik psikologis dan sosiologi. Suatu kegiatan akan menarik dan berhasil apabila sesuai dengan minat, bakat, kemampuan, keinginan, dan tuntutan peserta didik. Dan secara naluri manusia akan merasa ikut serta memiliki dan aktif mengikuti kegiatan yang ada. B. Permasalahan Untuk memperjelas ruang lingkup pembahasan, maka dalam makalah ini kami akan merumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Apa yang dimaksud dengan peserta didik? 2. Apa saja kedudukan dari peserta didik? 2
  • 3. 3. Apa perbedaan antara anak didik yang satu dengan yang lain? 4. Apa saja kebutuhan para peserta didik? 5. Bagaimana mengenal dan cara memahami anak didik yang mengalami penderitaan ketidakmampuan? C. Tujuan Pembahasan Tujuan pembahasan dari makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui apa hakikat dari peserta didik. 2. Untuk mengetahui apa saja kedudukan peserta didik. 3. Untuk mengetahui perbedaan individual peserta didik. 4. Agar kita dapat mengetahui kebutuhan para peserta didik. 5. Agar kita mampu mengenal dan memahami anak didik yang mengalami penderitaan ketidakmampuan. 3
  • 4. BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Peserta Didik Dalam perspektif paedagogis, peserta didik diartikan sebagai sejenis makhluk ‘homo educantum’, yaitu makhluk yang menghajatkan pendidikan. Dalam pengertian ini, peserta didik dipandang sebagai manusia yang memiliki potensi yang bersifat laten, sehingga dibutuhkan binaan dan bimbingan untuk mengatualisasikannya agar ia dapat menjadi manusia susila yang cakap.2 Dalam perspektif psikologis, peserta didik adalah individu yang sedang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan, baik fisik maupun psikis menurut fitrahnya masing-masing. Sebagai individu yang tengah tumbuh dan berkembang, peserta didik memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju ke arah titik optimal kemampuan fitrahnya.3 Dalam perspektif Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 4, “Peserta didik diartikan sebagai anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu”. Peserta didik juga diartikan sebagai individu yang memiliki sejumlah karakteristik, diantaranya:4 1. Peserta didik adalah individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga ia merupakan insan yang unik. 2. Peserta didik adalah individu yang sedang berkembang. Artinya peserta didik tengah mengalami perubahan-perubahan dalam dirinya secara wajar, baik yang ditujukan kepada diri sendiri maupun yang diarahkan pada penyesuaian dengan lingkungannya. 3. Peserta didik adalah individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi. 2 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h.52 3 Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: Rosdakarya, 2009), h.39 4 Ibid, h.40 4
  • 5. 4. Peserta didik adalah individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri. B. Kedudukan Peserta Didik dalam Pendidikan 1. Peserta Didik Sebagai si Terdidik Di dalam diri seorang peserta didik mengandung potensi untuk berkembang. Potensi itu merupakan anugrah yang harus diterima. Hal ini disebut faktor dari dalam (bakat, pembawaan). Dalam pengembangan bakat diperlukannya seorang dewasa dalam membimbing perkembangan anak. Anak pada hakikatnya memiliki kebebasan yang terbatas. Adanya potensi hidup berupa bakat harus diterima tanpa dihilangkan. Kebebasan yang dimiliki adalah haknya untuk berkembang dan maju. Hal ini lambat laun berkembang dalam bentuk cita-cita dan keinginan yang bersifat manusiawi.5 Anak pada hakikatnya adalah makhluk yang memerlukan pendidikan. Didalam potensi atau pembawaan ada kekuatan yang hidup. Kekuatan yang hidup itulah yang membuat anak berkembang. Dengan kata lain berkembang itu adalah sifat bawaan “inherent” dengan diri sendiri. Alternatif lain tidak ada karena kemungkinan lain itu adalah tidak berkembang. Hal itu jelas tidak benar karena yang tidak berkembang itu jelas mati. Untuk berkembang diperlukan syarat-syarat yang cukup. Ia hanya sebagian kecil saja yang dimiliki anak. Keterbatasan kemampuan itu selalu dialami dalam seluruh jalur perkembangan, walaupun bentuk dan identitasnya berbeda sesuai dengan tahapan perkembangannya. Pendidik mengajar dengan ikhlas dan penuh tanggung jwab menunaikan tugasnya guna membantu anak dalam perkembangannya. Sebaliknya, anak dengan ikhlas dan penuh kepercayaan serta penuh kesedian untuk dididik. 2. Peserta Didik Sebagai Manusia yang Berkembang Telah diakui oleh para pendidik bahwa peserta didik adalah manusia yang senantiasa mengalami perkembangan sejak masih dalam kandungan, sampai ia meninggal. Perkembangan disini diartikan adanya perubahan 5 Rosiana Bakar, Pendidikan Suatu Pengantar, (Medan: Perdana Mulya Sarana, 2008), h.125 5
  • 6. yang terjadi dalam diri anak didik secara wajar, baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap penyesuain lingkungannya. Tugas pendidik yang utama adalah mengikuti fase-fase perkembangannya dengan senantiasa memenuhi kebutuhan pola kehidupan sosialnya. Prinsip umum yang harus dipahami setiap pendidik lebih dahulu adalah corak pribadi anak didik secara umum yang meliputi:6 a. Harus diketahui bahwa dari segala seginya, anak berbeda dengan orang dewasa serta berbeda antara laki-laki dan perempuan. b. Mengetahui kebutuhan anak, antara lain : kasih sayang, rasa aman, ingin tahu, ingin dihargai, dan lain sebagainya. c. Masa siap belajar seseatu, sehingga pengajaran tidak terlalu lambat atau tidak terlalu cepat. d. Kekhususan bagi anak yang mempengaruhi proses belajar, yaitu gejala fantasi, motoris, sugesti, realistis. 3. Peserta Didik Sebagai Pokok Persoalan Peserta didik adalah unsur manusiawi yang penting dalam kegiatan interaksi edukatif. Ia dijadikan sebagai pokok persoalan dalam semua gerak kegiatan pendidikan dan pengajaran. Sebagai pokok persoalan, anak didik memiliki kedudukan yang menempati posisi yang menentukan dalam sebuah interaksi. Guru tidak mempunyai arti apa-apa tanpa kehadiran anak didik sebagai subjek pembinaan. Jadi, anak didik adalah kunci yang menentukan untuk terjadinya interaksi edukatif.7 Potensi anak didik sebagai daya yang tersedia, sedang pendidikan sebagai alat yang ampuh untuk mengembangkan daya itu. Bila anak didik adalah sebagai komponen inti dalam kegiatan pendidikan, maka anak didiklah sebagai pokok persoalan dalam interaksi edukatif. Guru perlu memahami karakteristik anak didik sehingga mudah melaksanakan interaksi edukatif. Kegagalan menciptakan interaksi edukatif yang kondusif, berpangkal dari kedangkalan pemahaman guru 6 Ibid, h.126 7 Djamarah, Guru, h.51 6
  • 7. terhadap karakteristik anak didik sebagai individu. Bahan, metode, sarana, dan evaluasi tidak dapat berperan lebih banyak, bila guru mengabaikan aspek anak didik. Sebaiknya sebelum guru mempersiapkan tahapan interaksi edukatif, guru memahami keadaan anak didik. Ini penting agar dapat mempersiapkan segala sesuatunya secara akurat, sehingga tercipta interaksi edukatif yang kondusif, efektif dan efisien. C. Perbedaan Individual Peserta Didik Guru harus mengenal perbedaan individual peserta didik, sehubungan dengan pengelolaan pengajaran agar dapat berjalan secara kondusif. Karena banyaknya perbedaan individual anak didik, maka dapat diklasifikasikan menjadi tiga aspek, yaitu:8 1. Perbedaan Biologis Di dunia ini tidak ada seorangpun yang memiliki jasmani yang persis sama, meskipun dalam satu keturunan. Anak kembar dari satu sel telur pun memliki jasmani yang berlainan. Tidak heran bila seseorang yang mengatakan bahwa anak kembar itu serupa tapi tak sama. Artinya dalam hal-hal tertentu anak kembar memiliki kesamaan dan perbedaan. Semua itu adalah ciri-ciri individu anak didik yang dibawa sejak lahir Aspek biologis yang menyangkut kesehatan anak didik, misalnya yang berhubungan dengan kesehatan mata dan telinga yang langsung berkaitan dengan penerimaan bahan pelajaran di kelas. Kedua aspek ini sangat penting dalam pendidikan.9 Orang tidak akan dapat melihat sesuatu bila mata telah buta. Orang tidak akan dapat melihat sesuatu dengan jelas bila matanya mendapat penyakit atau cacat. Kemudian yang berhubungan dengan gangguan pendengaran, yang kesemuanya berpengaruh terhadap pengelolaan kelas dan pengelolaan pengajaran. 2. Perbedaan Intelektual Intelegensi adalah kemampuan untuk memahami dan beradaptasi dengan situasi yang baru dengan cepat dan efektif, kemampuan untuk 8 Ibid, h.55-59 9 http://warnadunia.com/psikologi-anak/memahami-peserta-didik-7529/s-37t.htm 7
  • 8. menggunakan konsep yang abstrak secara efektif, dan kemampuan untuk memahami hubungan dan mempelajarinya dengan cepat. Dalam rangka untuk mengetahui tinggi rendahnya intelegensi seseorang, dikembangkanlah instrumen yang dikenal dengan istilah ‘tes intelegensi’ dan gambaran mengenai hasil pengetesan kemudian dikenal dengan intelligence quotient, disingkat dengan IQ. Adapun pembagian rata-rata kecerdasan seseorang adalah sebagai berikut:10 a. Above 140 Near genius or genius ( hampir genius atau genius) b. 120-140 Very superior (sangat superior) c. 110-120 Superior d. 90-110 Normal or average (normal atau rata-rata) e. 80-90 Dullness, rarely classifiable as feeble-mindedness (Bodoh, jarang digolongkan sebagai lemah pikiran) f. 70-80 Borderline deficiency, sometimes classifiable asdullness, often feeble-mindedness (pada batas gangguan mental, kadang-kadang dapat digolongkan bodoh, sering lemah pikiran) g. Below 70 Definite feeble-mindedness (lemah pikiran betul-betul) Feeble-mindedness dibagi lagi sebagai berikut: 1) 50-70 Morons (Moron) 2) 25-50 Imbeciles (Imbesil) 3) <25 Idiots (Idiot) Setiap anak memiliki intelegensi yang berlainan. Dalam perbedaan itu dirasakan ada kesulitan untuk mengetahui dengan ukuran yang tepat mengenai tinggi rendahnya intelegensi seorang anak. Sebab semuanya dipengaruhi oleh faktor lingkungan dalam bentuk pengalaman yang anak peroleh selama hidupnya. Intelegensi hanya bersifat pembawaan. Perbedaan individual dalam bidang intelektual ini perlu guru ketahui dan pahami, terutama dalam hubungannya dengan pengelompokan anak didik di kelas. Anak yang kurang cerdas jangan dikelompokan dengan 10 Mardianto, Psikologi Pendidikan, (Medan: Perdana Publishing, 2012), h.108 8
  • 9. anak yang kecerdasannya setingkat dengannya, tetapi perlu dimasukkan ke dalam kelompok anak-anak yang cerdas. Dengan harapan agar anak yang kurang cerdas terpacu untuk lebih kreatif, ikut terlibat langsung dengan motivasi yang tinggi dalam bekerjasama dengan teman sekelompoknya. 3. Perbedaan Psikologis Dalam pengelolaan pengajaran, aspek psikologis sering menjadi ajang persoalaan, terutama yang menyangkut masalah minat dan perhatian anak didik terhadap pelajaran yang diberikan. Guru sadar bahwa bahan pelajaran yang diberikan tidak semuanya dapat diserap anak didik, baik itu karena gaya penyampaian guru yang kurang tepat atau karena anak didik yang kurang memperhatikan. Anak didik yang duduk dengan rapi dan diam, tidak dapat dipastikan memperhatikan semua penjelasan guru. Bisa saja pandangan mata anak didik terarah pada gerak, sikap dan gaya guru mengajar, tetapi sebenarnya alam pikirannya terarah pada permasalahan lain yang lebih menarik minatnya. Sehingga tidak jarang anak didik terkejut ketika ada orang lain yang mengejutkannya. Persoalan psikologis ini memang sangat kompleks, sebab menyangkut apa yang ada dalam jiwa dan perasaan anak didik. Untuk memahami jiwa anak didik guru dapat melakukan pendekatan kepada anak didik secara individual. Dengan cara ini hubungan anak didik dengan guru menjadi akrab. Anak didik merasa diperhatikan dan dilayani kebutuhannya dan guru dapat mengenal siapa anak didik sebagai individu. Bila anak didik selalu ingin berdekatan dengan guru, tidaklah sukar bagi guru untuk memberikan bimbingan dan motivasi agar anak didik lebih giat belajar, baik di sekolah maupun di rumah. Minat timbul bersangkut paut dengan masalah kebutuhan. Karena itu, guru memberikan motivasi dengan memanfaatkan kebutuhan anak didik agar dia berminat untuk belajar. Sebaliknya, guru bisa memanfaatkan minat anak sebagai motivasi. Bila anak didik berminat terhadap suatu mata pelajaran, dia akan memperhatikan dalam jangka waktu tertentu. Minat adalah perhatian yang 9
  • 10. mengandung unsur-unsur perasaan.11 Jadi, minat merupakan sebab serta akibat dari perhatian. Untuk memupuk perhatian anak didik dianjurkan dengan mempergunakan reinforcement berupa ganjaran simbolis seperti pujian, angka yang baik, acungan jempol dan sebagainya. Pemahaman terhadap perbedaan psikologis anak didik merupakan strategi yang ampuh untuk mendukung keberhasilan interaksi edukatif. D. Kebutuhan Peserta Didik Sekolah pada prinsipnya merupakan manifestasi pemenuhan kebutuhan individu tersebut. Oleh sebab itu, seorang guru perlu mengenal dan memahami tingkat kebutuhan peserta didiknya, sehingga dapat membantu dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka melalui berbagai aktivitas kependidikan, termasuk aktivitas pembelajaran. Di samping itu, dengan mengenal kebutuhan-kebutuhan peserta didik, guru dapat memberikan pelajaran setepat mungkin, sesuai dengan kebutuhan peserta didiknya. Berikut ini beberapa kebutuhan peserta didik, yaitu:12 1. Kebutuhan jasmaniah Kebutuhan jasmaniah peserta didik yang perlu mendapat perhatian dari guru di sekolah antara lain: makan, minum, pakaian, oksigen, istirahat, kesehatan jasmani, gerak-gerak jasmani, serta terhindar dari berbagai ancaman. Apabila kebutuhan jasmaniah ini tidak terpenuhi, di samping mempengaruhi pembentukan pribadi dan perkembangan psikososial peserta didik, juga akan sangat berpengaruh terhadap proses belajar mengajar di sekolah. 2. Kebutuhan akan rasa aman Rasa aman merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan peserta didik, terutama rasa aman di dalam kelas dan sekolah. Setiap siswa yang datang ke sekolah sangat mendambakan suasana sekolah atau kelas yang aman, nyaman, dan teratur, serta terhindar dari 11 Mursal dkk, Kamus Ilmu Jiwa dan Pendidikan, (Bandung: Almaarif, 1981), h.100 12 Panut Panuju, Psikologi remaja, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2005), h.29-30 10
  • 11. kebisingan dan berbagai situasi yang mengancam. Hilangnya rasa aman di kalangan peserta didik juga dapat menyebabkan rusaknya hubungan interpersonalnya dengan orang lain, membangkitkan rasa benci terhadap orang-orang yang menjadi penyebab hilangnya rasa aman dalam dirinya. Lebih dari itu, perasaan tidak aman juga akan mempengaruhi motivasi belajar siswa di sekolah. 3. Kebutuhan akan kasih sayang Semua peserta didik sangat membutuhkan kasih sayang, baik dari orangtua, guru, teman-teman sekolah, dan dari orang-orang yang berada di sekitarnya. Peserta didik yang mendapatkan kasih sayang akan senang dan betah berada di dalam kelas. Serta memiliki motivasi untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Sebaliknya, peserta didik yang merasa kurang mendapatkan kasih sayang akan merasa terisolasi, merasa tidak nyaman, sedih, gelisah, bahkan mungkin akan mengalami kesulitan belajar. 4. Kebutuhan akan penghargaan Kebutuhan akan penghargaan terlihat dari kecenderungan peserta didik untuk diakui dan diperlakukan sebagai orang yang berharga diri. Mereka ingin memiliki sesuatu, ingin dikenal dan ingin diakui keberadaaannya di tengah-tengah orang lain. Mereka yang dihargai akan merasa bangga dengan dirinya dan gembira, pandangan dan sikap mereka terhadap dirinya dan orang lain akan positif. Sebaliknya, apabila peserta didik merasa diremehkan, kurang diperhatikan, atau kurang mendapat tanggapan yang positif atas sesuatu yang dikerjakannya, maka sikapnya terhadap diri dan lingkungan menjadi negatif. 5. Kebutuhan akan rasa bebas Peserta didik juga memiliki kebutuhan untuk merasa bebas, terhindar dari ikatan-ikatan tertentu. Peserta didik yang merasa tidak bebas mengungkapkan apa yang terasa dalam hatinya, akan mengalami frustasi, merasa tertekan, konflik dan sebagainya. Oleh sebab itu, guru harus memberikan kebebasan kepada peserta didik dalam batas-batas kewajaran 11
  • 12. dan tidak membahayakan. Mereka harus diberi kesempatan dan bantuan secara memadai untuk mendapatkan kebebasan. 6. Kebutuhan akan rasa sukses Peserta didik menginginkan agar setiap usaha yang dilakukannya di sekolah, terutama dalam bidang akademis berhasil dengan baik. Peserta didik akan merasa senang dan puas apabila pekerjaan yang dilakukannya berhasil, dan merasa kecewa apabila tidak berhasil. Ini menunjukkan bahwa rasa sukses merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi peserta didik. Untuk itu, guru harus mendorong peserta didiknya untuk mencapai keberhasilan dan prestasi yang tinggi, serta memberikan penghargaan atas prestasi yang dicapai. Penghargaan yang tulus dari seorang guru akan menumbuhkan perasaan sukses dalam diri siswa, serta dapat mengembangkan sikap dan motivasi yang tinggi untuk terus berjuang mencapai kesuksesan. 7. Kebutuhan akan agama Sejak lahir, manusia telah membutuhkan agama. Kebutuhan peserta didik khususnya yang beranjak remaja kadang-kadang tidak dapat dipenuhi apabila telah berhadapan dengan agama, nilai-nilai sosial dan adat kebiasaan, terutama apabila pertumbuhan sosialnya telah matang, yang seringkali menguasai pikirannya. Oleh sebab itu, sangat penting dilaksanakan penanaman nilai-nilai moral dan agama serta nilai-nilai sosial dan akhlak kepada manusia khususnya bagi anak didik sejak usia dini. E. Mengenal dan Memahami Anak yang Mengalami Penderitaan Ketidakmampuan 1. Ganggunan Penglihatan. Tidak jarang ditemukan murid yang sering memicingkan mata, membaca buku dengan jarak yang amat dekat, sering mengucek-ngucek mata, dan sering mengeluh karena pandangannya kabur atau suram, maka suruh mereka untuk memeriksa pandangannya.13 13 Jhon W Santrock, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Prenada Media Group, 2011), h.220 12
  • 13. Anak yang buta secara educational tidak bisa menggunakan penglihatan mereka untuk belajar dan harus menggunakan pendengaran dan sentuhan untuk belajar. Kira-kira 1 dari 3000 anak tergolong educationally blind. Banyak anak buta ini mempunyai kecerdasan normal dan berprestasi secara akademik apabila diberi bantuan dan dukungan belajar yang tepat. Murid yang menderita ketidakmampuan ini sering kali membutuhkan berbagai jenis bantuan untuk memenuhi kehidupan pendidikan mereka. Salah satu tuga penting untuk mengajar anak yang menderita gangguan atau kerusakan penglihatan ini adalah menentukan modalitas (seperti sentuhan atau pendengaran) yang dengannya murid dapat belajar dengan baik. Anak yang lemah penglihatannya akan lebih baik disuruh duduk di bangku paling depan di kelas. 2. Gangguan Pendengaran Gangguan pendengaran dapat menyulitkan proses belajar anak. Anak yang tuli secara lahir atau menderita tuli pada masih anak-anak biasanya lemah dalam kemampuan berbicara dan berbahasanya. Banyak anak-anak yang memiliki masalah pendengaran mendapatkan pengajaran di luar jam sekolah. Pendekatan pendidikan untuk membantu anak yang punya masalah pendengaran terdiri dari dua katagori : pendekatan oral dan pendekatan manual. Pendekatan oral antara lain metode membaca gerak bibir, speech reading (menggunakan alat visual untuk mengajar membaca). Pendekatan manual adalah dengan bahasa isyarat dan mengeja jari (finger spelling). Bahasa isyarat adalah sistem gerakan tangan yang melambangkan kata. Bekerja dengan anak yang mengalami gangguan pendengaran harus bersikap sabar, berbicara secara wajar (tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lama), jangan berteriak sebab tindakan ini tidak akan membantu, berbicara dengan jelas akan banyak membantu. Kurangi gangguan dan suara bising, tatap murid yang anda ajak berbicara, karena murid perlu membaca bibir dan melihat isyarat anda. 13
  • 14. 3. Gangguan Artikulasi Gangguan artikulasi adalah masalah dalam pengucapan suara secara benar. Artikulasi anak pada usia enam atau tujuh tahun tidak selalu bebas dari kesalahan, tetapi pada usia delapan tahun semestinya artikulasi mereka sudah tidak salah lagi. Anak yang mempunyai penderita masalah artikulasi mungkin sulit berkomunikasi dengan teman atau guru dan merasa malu. Akibatnya mereka enggan bertanya, tidak mau berdiskusi, atau berkomunikasi dengan temannya. Masalah artikulasi umumnya bisa diperbaiki dengan cara terapi bicara, meskipun dibutuhkan waktu berbulan-bulan atau bertahun-tahun. 4. Gangguan Suara Gangguan suara tampak pada pengucapan yang tidak jelas, keras, terlalu kencang, terlalu tinggi, atau terlalu rendah. Suara anak-anak berbibir sumbung tentu akan sulit dimengerti. Jika seorang anak berbicara yang sulit dipahami maka mintaah anak untuk kespesialis terapi bicara atau perlunya pengulangan dalam pengucapan. 5. Gangguan Bahasa Gangguan bahasa adalah kerusakan signifikan dalam bahasa reseptif atau bahasa ekspresif anak. Gangguan bahasa dapat menyebabkan masalah belajar serius. Perawatan oleh terapi bahasa biasanya bisa memperbaiki gangguan terapi bahasa si anak, namun masalah ini biasanya tidak bisa hilang sama sekali. Gangguan bahasa mencakup tiga kesulitan : a. Kesulitan menyusun pertanyaan untuk memperoleh informasi yang diharapkan b. Kesulitan mengikuti dan perintah lisan. c. Kesulitan mengikuti percakapan, terutama ketika percakapan itu berlangsung cepat dan kompleks. d. Kesulitan-kesulitan ini berkaitan dengan ganguan bahasa reseptif maupun ekspresif. Berikut beberapa strategi untuk membantu murid yang mengalami gangguan bahasa reseptif: 14
  • 15. e. Gunakan pendekatan multisensory untuk proses belajar, bukan hanya pendekatan oral saja. Lengkapi informasi oral dengan petunjuk tertulis. f. Monitor kecepatan anda dalam memberikan informasi. Perlambat dan periksa kembali seberapa jauh pemahaman anak. g. Beri mereka waktu untuk merespon, kira-kira sepuluh sampai lima belas detik. h. Beri contoh konkret dan spesifik dari suatu konsep abstrak Berikut ini beberapa strategi untuk membantu murid yang mengalami gangguan bahasa ekspresif oral: a. Beri anak banyak waktu untuk merespon. b. Sadari bahwa anak sulit menjawab secara lisan, karenanya suruhlah anak mengerjakan tugas tertulis ketimbang laporan lisan. c. Sediakan pilihan dan beri contoh suara untuk mengatasi masalah pencarian kata. d. Biarkan anak mengetahui lebih dahulu pertanyaan yang akan diajukan sehingga anak dapat menyiapkan jawaban dan karenanya tampak lebih kompeten di mata teman-temannya. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 15
  • 16. 1. Peserta didik diartikan sebagai sejenis makhluk ‘homo educantum’, yaitu makhluk yang menghajatkan pendidikan. Dalam pengertian ini, peserta didik dipandang sebagai manusia yang memiliki potensi yang bersifat laten, sehingga dibutuhkan binaan dan bimbingan untuk mengatualisasikannya agar ia dapat menjadi manusia susila yang cakap. 2. Peserta didik memiliki kedudukan sebagai si terdidik, sebagai manusia yang berkembang dan sebagai pokok persoalan dalam pendidikan. 3. Karena banyaknya perbedaan individual anak didik, maka dapat diklasifikasikan menjadi tiga aspek yaitu perbedaan biologis, perbedaan intelektual dan perbedaan psikologis. 4. Ada beberapa kebutuhan peserta didik seperti kebutuhan jasmaniah, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan kasih sayang, kebutuhan akan penghargaan, kebutuhan akan rasa bebas, kebutuhan akan rasa sukses dan kebutuhan akan agama. 5. Guru harus mengenal dan memahami peserta didik yang mengalami penderitaan ketidakmampuan seperti gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, gangguan artikulasi, gangguan suara dan gangguan bahasa. B. Saran Sebagai calon guru hendaknya kita dapat mengenal dan memahami siapa sebenarnya anak didik kita, agar nantinya dalam kegiatan belajar tidak terjadi salah arah. Hendaknya kita bisa menjadi panutan yang baik untuk anak- anak didik kita, karena segala tingkah laku kita akan mudah sekali ditiru oleh peserta didik kita. DAFTAR PUSTAKA Ahmadi,Abu dkk. Ilmu Pendidikan Cetakan ke II. PT Rineka Cipta. Jakarta. 2006. 16
  • 17. Bakar, Rosiana. Pendidikan Suatu Pengantar. Medan: Perdana Mulya Sarana, 2008. Desmita. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Rosdakarya, 2009. Djamarah, Syaiful Bahri. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta, 2010. Http://warnadunia.com/psikologi-anak/memahami-peserta-didik-7529/s-37t.htm Mardianto. Psikologi Pendidikan. Medan: Perdana Publishing, 2012. Mursal. Kamus Ilmu Jiwa dan Pendidikan. Bandung: Almaarif, 1981. Panuju, Panut. Psikologi Remaja. Yogyakarta: Tiara Wacana, 2005. Santrock, John W. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group, 2011. 17