Modul Pratikum Algoritma dan Pemrograman dalam Bahasa Visual C++ 2010eddie Ismantoe
Modul pratikum algoritma dan pemrograman dalam bahasa visual C++ ini membahas mengenai Teknik pengimplementasian algoritma dalam Bahasa Visual C++ 2010
Modul Pratikum Algoritma dan Pemrograman dalam Bahasa Visual C++ 2010eddie Ismantoe
Modul pratikum algoritma dan pemrograman dalam bahasa visual C++ ini membahas mengenai Teknik pengimplementasian algoritma dalam Bahasa Visual C++ 2010
Toilet adalah fasilitas sanitasi untuk tempat buang air besar dan kecil, tempat cuci tangan dan muka, Menurut kamus besar bahasa Indonesia sanitasi adalah usaha untuk membina dan menciptakan suatu keadaan yang baik di bidang kesehatan, terutama kesehatan masyarakat. Tanpa definisi di atas pun, seluruh masyarakat dan semua orang tentu saja telah mengetahui akan pentingnya kebersihan toilet. Aktifitas merokok merupakan suatu kebiasaan masyakat indonesia yang sangat sulit untuk ditnggalkan dimanapun dan dalam kondisi apapun tanpa mempedulikan lingkungan sekitar nya, salah satu kebiasaan buruk perokok orang indonesia ketika berada dalam toilet umum yaitu merokok pada saat melakukakan aktifitas buang air besar dalam toilet, merokok dalam toilet tidak boleh dilakukan karena asapnya akan susah keluar dan hanya memutar dalam toilet, hal ini dapat mengganggu kenyamanan dan kesehatan pengguna toilet yang lain, Arduino adalah suatu perangkat prototipe elektronik berbasis mikrokontroler yang fleksibel dan open-source, perangkat keras dan perangkat lunaknya mudah digunakan. Perangkat ini ditujukan bagi siapapun yang tertarik untuk memanfaatkan mikrokontroler secara praktis dan mudah. Bagi pemula dengan menggunakan Board ini akan mudah mempelajari pengendalian dengan menggukan mikrokontroller, bagi desainer pengontrol menjadi lebih mudah dalam membuat prototipe ataupun implementasi, demikian juga bagi para hobi yang mengembangkan mikrkontroler. Arduino dapat digunakan untuk mendeteksi lingkungan dengan menerima masukan dari berbagai sensor. Pada peneliti ingin membuat suatu alat yang dapat memdeteksi keberadaan orang merokok dalam toilet menggunakan sensor asap dan arduino sebagai platform dalam pembuatan alat nya.
menjelaskan mengenai "Jual Beli, Khiyar dan Riba", guna memenuhi tugas kuliah "Fiqih Muamalah". silahkan berkunjung ke http://khusnulsawo.blogspot.com/
saya tunggu salam dari anda semuaa.. \(^o^)/
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
Proposal penelitian
1. PROPOSAL PENELITIAN
Perbandingan Hasil Belajar Sub Kompetensi Menguasai Gambar Teknik
Elektronika Antara Siswa Yang Diajar Menggunakan Alat Peraga Wallchart
Dengan Siswa Yang Diajar Tanpa Menggunakan Alat Peraga Di Kelas I
Program Keahlian Teknik Elektronika Industri SMKN 39 Jakarta.
Disusun Oleh :
Mohamad Sodri
5215083405
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO - FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2011
i
2. KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul: " Perbandingan Hasil Belajar
Sub Kompetensi Menguasai Gambar Teknik Elektronika Antara Siswa
Yang Diajar Menggunakan Alat Peraga Wallchart Dengan Siswa Yang
Diajar Tanpa Menggunakan Alat Peraga Di Kelas I Program Keahlian
Teknik Elektronika Industri SMKN 39 Jakarta" sebagai penelitian tindakan
kelas.
Dalam penulisan proposal ini banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu,
penulis sangat berharap saran dari para pembaca demi perbaikan proposal penelitian
ini. Semoga proposal Ini dapat disetujui dan dilaksanakan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa proposal penelitian ini dapat tersusun tidak terlepas
dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Orang tua yang telah memberikan doa dan dukungan moril maupun materil.
2. Semua pihak yang telah membantu, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Akhirnya semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala bantuan yang
diberikan kepada penulis. Amin.
Jakarta, Desember 2011
Penulis
1
3. 3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah………………………………………………… 5
C. Pembatasan Masalah………………………………………………… 6
D. Peumusan Masalah ........................................................................... 7
E. Tujuan Penelitian .............................................................................. 7
F. Kegunaan Penelitian ......................................................................... 8
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ............... 9
A. Deskripsi Teoritis .............................................................................. 9
B. Kerangka Berpikir ............................................................................. 24
C. Pengajuan Hipotesis ......................................................................... 25
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 23
A. Tujuan Operasional Penelitian .......................................................... 23
B. Tempat dan Waktu Penelitian………………………………………. 23
C. Metode Penelitian .............................................................................. 23
D. Desain Penelitian ............................................................................... 23
E. Teknik Pengambilan Sampel ................................................................ 24
F. Teknik Pengumpulan Data …………………………………………... 25
G. Instrumentasi Penelitian ..................................................................... 26
H. Hipotesis Statistik……………………………………………………. 29
I. Teknik Analisis Data…………………………………………………. 30
DAFTAR PUSTAKA
3
4. 4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan merupakan bagian penting
dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan di sekolah
dapat menghasilkan manusia yang cerdas, kreatif dan bertanggung jawab.
Kualitas sumber daya manusia sangat ditentukan oleh kualitas pendidikan yang
diperolehnya. Semakin tinggi kualitas pendidikan yang diperolehnya, semakin
tinggi pula kualitas sumber daya manusia yang dihasilkan.
Peningkatan kualitas pendidikan tidak lepas dari upaya peningkatan
komponen-komponen yang terdapat didalamnya. Komponen tersebut saling
terikat erat satu dengan yang lainnya dalam satu sistem. Komponen yang
dimaksud meliputi: guru, metode pengajaran, kurikulum, siswa, sarana dan
prasarana sekolah.
Peningkatan kualitas pendidikan ini tidak hanya diberikan pada sekolah-
sekolah tingkat Dasar, Menengah Pertama (SMP), ataupun Sekolah Menengah
Atas (SMA), tetapi perlu diperhatikan pula pada Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK). Pada tingkat SMK mulai diberikan dasar pengetahuan dan keterampilan
yang memegang peran penting dalam mempersiapkan siswa untuk menjadi tenaga
kerja yang profesional sesuai dengan bidang keahlian yang diminatinya.
Adapun tujuan khusus pendidikan menengah kejuruan adalah sebagai
berikut:
1) menyiapkan peserta didik agar menjadi manusia produktif, mampu bekerja
mandiri, mengisi lowongan pekerjaan yang ada di dunia usaha dan dunia
industri sebagai tenaga kerja tingkat menengah sesuai dengan kompetensi
dalam program keahlian yang dipilihnya;
4
5. 5
2) menyiapkan peserta didik agar mampu memilih karier, ulet dan gigih dalam
berkompetisi, beradaptasi di lingkungan kerja, dan mengembangkan sikap
profesional dalam bidang keahlian yang diminatinya;
3) membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, agar
mampu mengembangkan diri di kemudian hari baik secara mandiri maupun
melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi;
4) membekali peserta didik dengan kompetensi-kompetensi yang sesuai dengan
program keahlian yang dipilih.1
Dalam kurikulum SMK edisi 2004 program keahlian teknik elektronika
industri terdapat kompetensi mengoperasikan peralatan industri berbasis peralatan
elektronik. Kompetensi tersebut memiliki lima sub kompetensi, diantarnya
menguasai gambar teknik elektronika.
Menguasai gambar teknik elektronika merupakan salah satu sub
kompetensi yang diajarkan pada siswa SMK tingkat satu program keahlian teknik
elektronika industri. Pada sub kompetensi ini terdapat kriteria kinerja identifikasi
dan prosedur gambar teknik elektronika berdasarkan pada standar gambar teknik
listrik dan teknik elektronika. Pada kriteria kinerja ini siswa akan mendapatkan
pengetahuan dasar dalam mengenal dan mengingat nama dan simbol komponen-
komponen elektronika sebelum ketingkat yang lebih jauh seperti pemahaman
komponen tersebut dalam suatu rangkaian elektronika.
Dalam sub kompetensi menguasai gambar teknik elektronika pada kriteria
kinerja identifikasi dan prosedur gambar teknik elektronika berdasarkan pada
standar gambar teknik listrik dan teknik elektronika tampaknya perlu perubahan
dalam penyajian materi. Selain siswa dituntut berpikir cerdas, penyajian materi ini
cenderung tidak menarik. Hal ini karena guru sebagian besar masih menggunakan
1
Depdiknas, Kurikulum SMK Edisi 2004 Bagian I Progran Keahlian Teknik Elektronika Industri,
(Jakarta: Sekjen Depdiknas, 2004), h. 7.
5
6. 6
metode ceramah dan latihan. Pengaruh hal tersebut terhadap siswa menyebabkan
nilai blok ini turun.
Pada dasarnya sub kompetensi ini banyak yang menyukai, tetapi siswa
kesulitan ketika menterjemahkan simbol ke dalam komponen, sementara fungsi,
simbol dan komponen hanya berupa hafalan bukan mengerti. Biasanya guru
menjelaskan langkah demi langkah disertai dengan gambar. Pada umumnya siswa
akan merasa kesulitan ketika harus menuangkannya ke dalam gambar. Contoh
kesalahan yang sering terjadi adalah kurang cermatnya siswa ketika menentukan
simbol dalam komponen.
Kualitas pembelajaran sangat erat kaitannya dengan guru dalam
mengelola dan menyajikan ilmu pengetahuan. Guru dituntut untuk kreatif, yaitu
kemampuan untuk menciptakan situasi belajar agar lebih baik. Salah satunya
adalah dengan memilih media pembelajaran yang tepat bagi siswa sehingga siswa
mendapat situasi belajar yang efektif. Seperti yang diterangkan oleh pendapat
Usman yang dikutip oleh Sri Rejeki, “Dalam menciptakan kondisi belajar
mengajar sedikitnya ditentukan oleh lima variabel, yaitu: (1) menarik minat dan
perhatian siswa, (2) melibatkan siswa secara aktif, (3) membangkitkan motivasi
siswa, (4) prinsip individualitas, serta (5) peragaan dalam pengajaran.”2 Oleh
karena itu guru dapat menggunakan alat peraga sebagai media pembelajaran,
karena dengan alat peraga siswa akan lebih termotivasi untuk mengikuti pelajaran
yang sedang berlangsung. Dengan demikian proses kegiatan belajar mengajar jadi
lebih efektif.
Berdasarkan uraian diatas, maka untuk meningkatkan daya ingat siswa
dalam hal penyampaian materi perlu ada perubahan, guru dapat menyajikan
materi pelajaran dengan menggunakan media pembelajaran berupa alat peraga.
Sehingga siswa akan mendapat suasana dan pengalaman yang baru dalam belajar.
2
Endang Sri Rejeki, Meningkatkan Minat Belajar Biologi Melalui Model Pembelajaran Team Games
Tournament, (Pelangi Pendidikan, Vol 4 (1) 2001), h. 1.
6
7. 7
Alat peraga adalah alat, metode dan teknik yang digunakan dalam rangka
lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam
proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.3 Secara umum alat peraga dibagi
menjadi dua, yaitu: (1) alat-alat visual dua dimensi, contohnya; wallchart,
diagram, slide, film, lembar transparan pada OHP dan lain sebagainya, (2) alat-
alat visual tiga dimensi, contohnya; benda asli, model dan diorama.
Menjadi seorang pendidik (guru) bukan hal yang mudah bagi setiap orang
apalagi dengan tuntutan harus tercapainya tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan. Oleh karena itu, bagi seorang guru memilih alat peraga yang tepat
merupakan salah satu kunci untuk meningkatkan hasil belajar siswa demi
tercapainya tujuan pendidikan. Dengan demikian dalam penelitian ini akan diteliti
apakah ada perbedaan hasil belajar sub kompetensi menguasai gambar teknik
elektronika antara siswa yang diajar menggunakan alat peraga wallchart dengan
siswa yang diajar tanpa menggunakan alat peraga pada kriteria kinerja identifikasi
dan prosedur gambar teknik elektronika berdasarkan pada standar gambar teknik
listrik dan teknik elektronika.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang dikemukakan di atas timbul beberapa
permasalahan, yaitu:
1. Mengapa siswa sulit menyebutkan nama-nama simbol komponen listrik dan
elektronika?
2. Apa kesulitan siswa ketika menggambar simbol beserta menentukan nama
dari komponen listrik dan elektronika?
3. Mengapa siswa kurang memberikan perhatian ketika guru menyampaikan
materi pelajaran?
4. Upaya apa yang dilakukan oleh guru untuk meningkatkan hasil belajar sub
kompetensi menguasai gambar teknik elektronika?
3
Oemar Hamalik, Media Pedidikan, (Bandung: Alumni, 1986), h. 12.
7
8. 8
5. Adakah perbedaan hasil belajar sub kompetensi menguasai gambar teknik
elektronika antara siswa yang diajar menggunakan alat peraga wallchart
dengan siswa yang diajar tanpa menggunakan alat peraga pada kriteria kinerja
identifikasi dan prosedur gambar teknik elektronika berdasarkan pada standar
gambar teknik listrik dan teknik elektronika di kelas I Program Keahlian
Teknik Elektronika Industri Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 39 Jakarta?
C. Pembatasan Masalah
Penelitian ini difokuskan pada perbandingan hasil belajar sub kompetensi
menguasai gambar teknik elektronika antara siswa yang diajar menggunakan alat
peraga wallchart dengan siswa yang diajar tanpa menggunakan alat peraga pada
kriteria kinerja identifikasi dan prosedur gambar teknik elektronika berdasarkan
pada standar gambar teknik listrik dan teknik elektronika di kelas I Program
Keahlian Teknik Elektronika Industri SMK Negeri 39 Jakarta. Adapun ruang
lingkupnya sebagai berikut:
1. Hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar yang diperoleh dari hasil tes
ulangan harian dan nilai praktik gambar dengan kriteria kinerja identifikasi
dan prosedur gambar teknik elektronika berdasarkan pada standar gambar
teknik listrik dan teknik elektronika.
2. Alat peraga wallchart adalah alat peraga yang isinya berupa gambar bentuk
komponen beserta simbol listrik dan elektronika.
3. Tempat penelitian adalah di SMK Negeri 39 Jakarta Kelas I Program
Keahlian Elektronika Industri.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut: Apakah ada perbedaan hasil belajar sub
kompetensi menguasai gambar teknik elektronika antara siswa yang diajar
menggunakan alat peraga wallchart dengan siswa yang diajar tanpa menggunakan
alat peraga pada kriteria kinerja identifikasi dan prosedur gambar teknik
8
9. 9
elektronika berdasarkan pada standar gambar teknik listrik dan teknik elektronika
di kelas I Program Keahlian Teknik Elektronika Industri SMK Negeri 39 Jakarta?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi apakah ada
perbedaan hasil belajar sub kompetensi menguasai gambar teknik elektronika
antara siswa yang diajar menggunakan alat peraga wallchart dengan siswa yang
diajar tanpa menggunakan alat peraga pada kriteria kinerja identifikasi dan
prosedur gambar teknik elektronika berdasarkan pada standar gambar teknik
listrik dan teknik elektronika di kelas I Program Keahlian Teknik Elektronika
Industri SMK Negeri 39 Jakarta.
F. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan
pertimbangan untuk memilih alternatif media pembelajaran bagi pihak-pihak
yang terkait dalam dunia pendidikan khususnya guru dan calon guru sub
kompetensi menguasai gambar teknik elektronika dalam proses belajar mengajar
di kelas.
9
10. 10
BAB II
LANDASAN TEORETIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoretis
1. Belajar
Belajar adalah kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh seseorang
untuk mencapai suatu perubahan tingkah laku. Kegiatan yang dilakukan
dalam belajar pada dasarnya adalah proses aktif dari orang yang belajar
sehingga terjadi hubungan yang dinamis dan saling mempengaruhi antara diri
orang yang belajar dengan lingkungannya.
Seseorang yang belajar akan mendapat pengalaman baru sehingga
dengan pengalaman itu menghasilkan perubahan tingkah laku, seperti dari
tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa dan lain-lain. Slameto
mengungkapkan bahwa, “Belajar adalah suatu proses yang dilakukan oleh
individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri, dalam
interaksinya dengan lingkungan.”4
Menurut Rusyan perubahan yang merupakan hasil dari proses adalah
perubahan yang mempunyai ciri-ciri:
a. Perubahan itu intensional, dalam arti pengalaman atau praktek atau latihan
itu disengaja dan disadari dilakukan bukan secara kebetulan. Dengan
demikian keletihan atau ketudan tidak dapat dipandang sebagai perubahan
belajar.
b. Perubahan itu positif, dalam arti sesuai dengan yang diharapkan.
c. Perubahan itu bersifat efektif, dalam arti mempunyai pengaruh tertentu
bagi pelajar yang bersangkutan.
4
Slameto, Belajar dan Faktor–faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Bumi Aksara, 1998), h. 2.
10
11. 11
d. Perubahan itu fungsional, dalam arti perubahan hasil belajar itu relative
tetap dan setiap saat diperlukan dapat diproduksikan, misalnya dalam
memecahkan masalah atau mempertahankan hidup.5
Dengan demikian, dari beberapa pendapat diatas tentang pengertian
belajar maka dapat disimpulkan bahwa, belajar adalah suatu usaha yang
dilakukan secara sadar oleh seseorang individu dalam memperoleh
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang melibatkan lingkungan sebagai
tempat interaksinya sehingga menghasilkan perubahan dalam pola pikir dan
tingkah laku sesuai dengan yang diharapkannya.
2. Sub Kompetensi Menguasai Gambar Teknik Elektronika
Penamaan bidang keahlian dan program keahlian pada Kurikulum
SMK Edisi 2004 dikembangkan mengacu pada nama bidang dan program
keahlian yang berlaku pada Kurikulum SMK Edisi 1999. Jenis keahlian baru
diwadahi dengan jenis program keahlian baru atau spesialisasi baru pada
program keahlian yang relevan.
Substansi atau materi yang diajarkan di SMK disajikan dalam bentuk
berbagai kompetensi yang dinilai penting dan perlu bagi peserta didik dalam
menjalani kehidupan sesuai dengan zamannya. Kompetensi dimaksud
meliputi kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan untuk menjadi manusia
Indonesia yang cerdas dan pekerja yang kompeten, sesuai dengan standar
kompetensi yang ditetapkan oleh industri/dunia usaha/asosiasi profesi.
Untuk mencapai standar kompetensi yang telah ditetapkan oleh
industri/dunia usaha/asosiasi profesi, substansi diklat dikemas dalam berbagai
mata diklat yang dikelompokkan dan diorganisasikan menjadi program
normatif, adaptif, dan produktif.
5
A. Tabrani Rusyan, dkk., Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remadja Karya,
1989), h. 8.
11
12. 12
Program produktif adalah kelompok mata diklat yang berfungsi
membekali peserta didik agar memiliki kompetensi kerja sesuai standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI). Dalam hal SKKNI belum
ada, maka digunakan standar kompetensi yang disepakati oleh forum yang
dianggap mewakili dunia usaha/industri atau asosiasi profesi. Program
produktif bersifat melayani permintaan pasar kerja, karena itu lebih banyak
ditentukan oleh dunia usaha/industri atau asosiasi profesi. Program produktif
diajarkan secara spesifik sesuai dengan kebutuhan tiap program keahlian
Pada program keahlian teknik elektronika industri tahapan atau tata
urutan kompetensi yang dilatihkan pada peserta didik dalam kurun waktu 3
tahun terdiri dari enam kompetensi yang masing-masing kompetensinya
dibagi atas beberapa sub kompetensi.
Sub kompetensi menguasai gambar teknik elektronika merupakan
bagian dari kompetensi mengoperasikan peralatan industri berbasis peralatan
elektronik. Pada kompetensi ini terdiri dari 480 jam pembelajaran yang
terbagi atas lima sub kompetensi. Salah satu sub kompetensinya yaitu
menguasai gambar teknik elektronika yang dalam hal ini akan diteliti oleh
penulis.
Gambar merupakan sebuah alat untuk menyatakan maksud dari
seorang teknik. Oleh karena itu gambar sering juga disebut sebagai “bahasa
teknik”.6 Dalam dunia teknik, komunikasi secara lisan akan banyak
menimbulkan kesulitan. Hal ini karena di dunai ini terdapat banyak macam
bahasa dan dialek-dialek yang digunakan sehingga kemungkinan seseorang
sulit mengerti atau bahkan tidak tahu apa yang dibicarakan oleh orang yang
berbeda bahasanya.
Seseorang yang berkomunikasi secara lisan dengan orang lain yang
berbeda bahasa akan menterjemahkan bahasa orang lain tersebut ke dalam
6
Aji W. Pahmi, Gambar Teknik Elektro dan Elektronika, (Bandung: Armico Bandung, 2001), h. 11.
12
13. 13
bahasanya sendiri. Baru setelah itu dapat menterjemahkan bahasa serta
kehendak dari orang lain tersebut. Kesulitan semacam ini sangat dirasakan di
kalangan orang-orang yang berkecimpung di bidang teknik. Misalnya, dalam
suatu bengkel, seseorang memesan sebuah poros yang sederhana, maka
pemesan tersebut harus berbicara dengan pembuatnya. Pembicaraan itu
kadang memakan waktu yang lama untuk hasil yang diharapkan. Tentu saja
cara diatas tidak efisien dipandang dari segi kehilangan waktu.
Untuk mengatasi hal diatas, orang-orang yang berkecimpung di bidang
teknik berusaha mendapatkan cara berkomunikasi yang lebih universal dan
bisa dimengerti oleh orang-orang teknik di seluruh dunia. Untuk mencapai
maksud diatas, orang-orang teknik menggunakan gambar sebagai alat
berkomunikasi dalam pekerjaan mereka di bidang teknik dan industri. Jadi
dengan demikian gambar memegang peranan penting sebagai alat komunikasi
untuk mewujudkan suatu produk teknik.
Sebagai bahasa universal yang digunakan di seluruh dunia, gambar
teknik juga mempunyai susunan tata bahasa dan strukturnya. Artinya dalam
gambar ada aturan tertentu yang seragam, seragam dalam bentuk dan
maksudnya agar mudah dipahami dan dimengerti oleh semua orang. Aturan
tersebut dinamai normalisasi/standarisasi.
Jadi, dengan gambar teknik kita dapat merealisasikan sebuah gagasan,
pengembangan dan perbaikan pada masa yang akan datang.
Keterangan-keterangan dalam gambar, yang tidak dapat dinyatakan
dalam bahasa, harus diberikan secukupnya sebagai lambang-lambang. Oleh
karena itu, berapa banyak dan berapa tinggi mutu keterangan yang dapat
diberikan dalam gambar tergantung dari bakat perancang gambar (design
drafter). Sebagai guru gambar (instruktur) sangat penting untuk memberikan
gambar yang “tepat” dengan mempertimbangkan peserta didik. Untuk
pembaca yaitu peserta didik, penting juga berapa banyak keterangan yang
dapat dibacanya dengan teliti dari gambar.
13
14. 14
Dengan demikian dapat disimpulkan bahawa, sub kompetensi
menguasai gambar teknik elektronika adalah salah satu mata diklat pada
program keahlian teknik elektronika industri yang dalam hal ini
mengupayakan peserta didik untuk memperoleh pengetahuan dan
keterampilan dalam hal penyampaian ide dan gagasan keteknikannya dibidang
elektronika dalam bentuk bahasa yang universal sehingga individu lain
mengerti akan ide dan gagasan tersebut.
3. Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah
berarti „tengah‟, „perantara‟ atau „pengantar‟. Dalam bahasa Arab, media
adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.
Gerlach dan Ely (1971) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara
garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi
yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan dan
sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah
merupakan media.7
Menurut Prof. Dr. Santoso S. Hamidjojo, media adalah semua bentuk
perantara yang dipakai orang penyebar idea, sehingga gagasannya sampai
pada penerima.8 Sedangkan menurut MC. Luhan, media adalah sarana yang
disebut pula channel, karena pada hakikatnya media telah memperluas atau
memperpanjang kemampuan manusia untuk merasakan, mendengar dan
melihat dalam batas-batas jarak, ruang dan waktu tertentu, kini dengan
bantuan media batas-batas itu hampir menjadi tidak ada.9
Jadi dapat disimpulkan bahwa media adalah seperangkat perantara
atau medium baik berupa benda hidup (manusia) maupun benda mati yang
7
Azhar Arsyad, media pembelajaran, Cetakan ke-6 (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005), h. 3.
8
Darhim, Media dan Sumber Belajar Matematika, Modul 1-3, (Jakarta: Karunika Jakarta Universita
Terbuka, 1986), h. 1.4.
9
Ibid.
14
15. 15
memiliki fungsi sebagai perantara/pengantar pesan dari komunikator ke
komunikan.
Media pendidikan adalah sarana yang digunakan sebagai perantara,
dengan menggunakan alat penampil dalam proses belajar mengajar
mempertinggi efektifitas dan efisiensi pencapaian tujuan instruksional,
meliputi kaset, audio, slide, film-strip, OHP, film, radio, televisi dan lain
sebagainya.10
Pembelajaran adalah sebuah proses komunikasi antara pembelajar,
pengajar dan bahan ajar. Komunikasi tidak akan berjalan tanpa bantuan sarana
penyampai pesan atau media. Oleh karena itu media pembelajaran adalah
sebuah alat yang berfungsi untuk menyampaikan pesan pembelajaran.
Briggs berpendapat bahwa media pembelajaran adalah segala alat fisik
yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar.
Kemudian Asosiasi Pendidikan Nasional (National Educatioan Assosiation /
NEA) memberikan batasan dengan menyebut media sebagai bentuk-bentuk
komunikasi baik tercetak maupun audio visual serta peralatannya. Media
hendaknya dapat dimanipulasi, didengar dan dibaca.11
a. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran
Hamalik (1986) mengemukakan bahwa pemakaian media
pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan
keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan
kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis
terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi
pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan
penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu.
10
Ahmad Rohani, Media Instruksional Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h. 4.
11
Arif S. Sadiman, Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya, (Jakarta:
RajaGrafindo Perkasa, 1993) h. 6.
15
16. 16
Berbagai manfaat media pembelajaran telah dibahas oleh banyak
ahli diantaranya Sudjana dan Rivai dikutip oleh Azhar Arsyad,
mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa,
yaitu:
1) Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar.
2) Bahan pelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih
dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai
tujuan pembelajaran.
3) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi
verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak
bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar
pada setiap jam pelajaran.
4) Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak
hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti
mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan dan lain-
lain.12
b. Penggolongan Media Pembelajaran
Ronald H. Anderson dalam pemilihan dan pengembangan media
untuk pembelajaran membagi media dalam dua kategori, yaitu alat bantu
pembelajaran (introductional aids) dan media pembelajaran (intructional
media).13
Alat bantu pembelajaran didefinisikan sebagai perlengkapan atau
alat untuk membantu guru menjelaskan materi yang akan disampaikan.
Dari pengertian tersebut, maka yang termasuk alat bantu pembelajaran
antara lain: OHP, OHT, Film bingkai (slide), Foto, Peta, Poster, Grafik,
Wallchart, Flip chart, model, benda sebenarnya, sampai kepada
12
Ibid., h. 24-25.
13
Robinson Situmorang dan Atmi Suparman, Op.Cit, h. 3.
16
17. 17
lingkungan belajar yang dimanfaatkan untuk memperjelas materi
pembelajaran.
Adapun yang termasuk kedalam golongan media pembelajaran
adalah Program Televisi Pembelajaran, Film Pendidikan, Program Audio,
Program Berbantu Komputer atau CAI (Computer Assisted Intruction),
modul dan sebagainya.
Secara umum dapat dikatakan bahwa alat bantu pembelajaran
penggunaannya disertai dengan keberadaan nara sumber atau guru.
Sementara media pembelajaran dapat digunakan sendiri oleh pelajar atau
siswa itu sendiri. Perbedaan ini disebabkan oleh keberadaan pesan yang
disampaikan tidak sepenuhnya termuat di dalam media yang digunakan.
Sedangkan pada media pembelajaran, pesan yang disampaikan
sepenuhnya terdapat pada media yang digunakan.
Pesan pada media pembelajaran bersifat interaktif. Nara sumber
secara fisik telah tergantikan baik itu dengan audio maupun visualisasi
yang ada di dalam media. Contohnya pada media slide bersuara, selain
siswa dapat menonton slide yang diproyeksikan, siswa sekaligus dapat
mendengarkan rekaman kaset berisi keterangan penjelasan gambar slide
yang dilihatnya. Program kaset audio ini sudah sengaja dirancang untuk
mendampingi media slide.
Gerlach dan Ely menggolongkan media kedalam delapan kategori,
yaitu sebagai berikut:
1) Realthings adalah manusia (pengajar), benda yang sesungguhnya
(bukan gambar atau model), dan peristiwa yang sebenarnya terjadi.
2) Verbal Repersentations adalah media tulis atau cetak, misalnya buku
teks, referensi, dan bahan bacaan lainnya.
17
18. 18
3) Graphic Repersentations adalah misalnya chart, diagram, gambar atau
lukisan.
4) Still Picture seperti foto, slide, film strip, Overhead Projector
Transparency (OHT).
5) Motion Picture adalah film (movie), tv, video tape, dengan atau tanpa
suara, diambil dari kejadian sebenarnya ataupun dibuat dari gambar
(graphic repersentations), animasi, dan lain-lain.
6) Audio (recording) seperti pita kaset, reel tape, piringan hitam, sound
track pada film ataupun pita pada video tape.
7) Programming adalah kumpulan informasi yang berurutan. Program
bisa berbentuk verbal (buku teks) dan bahan bacaan, kumpulan
gambar yang disusun menjadi suatu program slide, film strip, film, tv
atau video tape. Suatu program mungkin mempergunakan beberapa
media sekaligus seperti slide dan tape.
8) Simulations atau sering juga dikenal dengan simulation and game
yaitu suatu permainan yang menirukan kejadian yang sebenarnya.
4. Alat Peraga
Alat peraga adalah alat bantu yang dapat dilihat dan diraba. Dalam
media pendidikan alat peraga sangat membatu untuk meningkatkan hasil
belajar siswa. Sehingga alat peraga menjadi salah satu faktor pendukung yang
cukup signifikan dalam pencapaian hasil belajar siswa.
Menurut Oemar Hamalik bahwa alat peraga adalah alat, metode dan
teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan
interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di
sekolah.14 Secara umum alat peraga mempunyai nilai untuk mewujudkan,
memperkaya dan menarik minat siswa terhadap pelajaran sehingga menambah
14
Oemar Hamalik, Media Pedidikan, (Bandung: Alumni, 1986), h. 12.
18
19. 19
keaktifan belajar, serta membantu guru menyampaikan konsep dengan waktu
yang singkat dengan hasil yang maksimum.
Dalam belajar sub kompetensi menguasai gambar teknik elektronika,
alat peraga sangat membantu siswa karena dapat dilihat langsung sehingga
persepsi tentang sebuah konsep akan lebih mudah diserap oleh siswa dan
lebih tahan lama melekat dalam benaknya. Hal tersebut telah dikatakan oleh
Hermana, bahwa alat peraga adalah alat bantu atau pelengkap yang
dipergunakan untuk membantu dalam memperlancar, memperjelas
penyampaian konsep, ide, pengertian atau materi pelajaran di dalam atau di
luar kelas.15
Menurut Encyclopedi Of Education Research yang dikutip Oemar
Hamalik, nilai atau manfaat dari alat peraga tersebut adalah sebagai berikut:
a. Dapat melampaui batas pengalaman siswa.
b. Dapat melampaui batas-batas ruang kelas.
c. Dapat memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara siswa dengan
lingkungannya.
d. Dapat memberikan kesamaan dalam pengamatan.
e. Dapat memberikan pengertian/konsep yang sebenarnya secara realistis
dan teliti.
f. Dapat membangkitkan motivasi dan perangsang kegiatan belajar siswa.
g. Dapat membangkitkan keinginan dan minat-minat yang baru pada diri
siswa.
h. Dapat memberikan pengalaman yang menyeluruh.16
Disamping mengetahui alat peraga apa yang akan digunakan seorang guru juga
harus terampil membuat alat peraga tersebut. Alat peraga yang dibuat harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
15
Ah. Hermana, Alat Peraga dan Komunikasi Pendidikan, (Bandung: Medal Agung, 1984), h. 47.
16
Oemar Hamalik, Op. Cit., h. 16-19.
19
20. 20
a. Rasional sesuai dengan akal dan mampu dipikirkan oleh kita.
b. Ilmiah, sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan.
c. Ekonomis, sesuai dengan kemampuan pembiayaan yang ada.
d. Praktis, dapat digunakan dalam kondisi praktik di sekolah dan bersifat
sederhana.
e. Fungsional, berguna dalam pelajaran, dapat digunakan guru dan siswa.17
Jadi dapat disimpulkan bahwa, alat peraga adalah alat atau metode yang
digunakan untuk mengefektifkan dan mengefisiensikan komunikasi dan interaksi
antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah
sehingga siswa lebih termotivasi dalam proses pendidikan dan pengajaran
tersebut.
Amir Hamzah Sulaeman membagai alat peraga menjadi dua bagian, yaitu:
a. Alat-alat visual dua dimensi
1) Alat-alat visual dua dimensi pada bidang yang tidak transparan.
Contoh: gambar di karton, grafik, diagram dan lain sebagainya.
2) Alat-alat visual dua dimensi pada bidang yang transparan.
Contoh: slide, film, lembar transparan pada OHP dan lain sebagainya.
b. Alat-alat visual tiga dimensi. Disebut tiga dimensi karena mempunyai
ukuran panjang, lebar dan tinggi.
Contoh: benda asli, model dan diorama.18
Dengan menggunakan alat peraga konkrit dalam mengajarkan sub
kompetensi menguasai gambar teknik elektronika pada kriteria kinerja
identifikasi dan prosedur gambar teknik elektronika berdasarkan pada standar
gambar teknik listrik dan teknik elektronika, maka siswa menjadi termotivasi
dalam proses belajar mengajar karena metode mengajar yang berbeda dengan
biasanya.
17
Ibid.., h. 18.
18
Amir Hamzah Sulaeman, Media Audio Visual, (Jakarta: Gramedia, 1985), h. 26.
20
21. 21
a. Wallchart
Wallchart adalah bahan cetak, biasanya berupa bagan siklus/proses
atau grafik yang bermakna menunjukkan posisi tertentu. Wallchart salah
satu alat peraga yang sering digunakan dalam media pembelajaran.
Dengan menggunakan alat peraga wallchart guru dapat menyampaikan
materi pelajaran dengan mudah kepada siswa. Karena dengan wallchart
materi pelajaran yang berupa konsep abstrak akan lebih konkrit diterima
oleh siswa.
Wallchart merupakan komponen utama dalam mengembangkan
kerangka proses alur berpikir, dan mampu mendisplaykan secara jelas
konsep abstrak dalam belajar sub kompetensi menguasai gambar teknik
elektronika dan lebih memperjelas dalam proses penyampaian informasi
tentang penjelasan materi. Sehingga diharapkan hasil belajar sub
kompetensi menguasai gambar teknik elektronika akan meningkat
terutama pada kriteria kinerja identifikasi dan prosedur gambar teknik
elektronika berdasarkan pada standar gambar teknik listrik dan teknik
elektronika.
Dalam mempersiapkan wallchart paling tidak di dalamnya harus
berisi tentang:
Judul diturunkan dari kompetensi dasar atau materi pokok sesuai
dengan besar kecilnya materi.
Informasi pendukung dijelaskan secara jelas, padat, menarik dalam
bentuk gambar, bagan atau siklus.
Tugas-tugas ditulis dalam lembar kertas lain, misalnya berupa tugas
membaca buku tertentu yang terkait dengan materi belajar dan
membuat resumenya. Tugas lain misalnya menugaskan siswa untuk
menggambar atau membuat bagan ulang. Tugas dapat diberikan
secara individu atau kelompok.
21
22. 22
Penilaian dapat dilakukan terhadap hasil karya dari tugas yang
diberikan.
Gunakan berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya materi
misalnya buku, majalah, internet, jurnal hasil penelitian.
Bagi seorang instruktur atau guru sebenarnya tidak sulit untuk
membuat sebuah alat peraga wallchart hanya dengan sedikit keuletan dan
kreatifitas guru dapat membuat alat peraga tersebut. Walaupun demikian
dalam penyampaiannya guru harus memperhatikan apakah materi yang
hendak disampaikan melalui wallchart tersebut telah tercapai atau belum
tujuannya sehingga tidak menghilangkan fungsi wallchart.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa wallchart merupakan
salah satu alat peraga yang dapat digunakan dalam belajar sub
kompetensi menguasai gambar teknik elektronika.
5. Hasil Belajar Sub Kompetensi Menguasai Gambar Teknik Elektronika
Sebelum mendefinisikan mengenai hasil belajar sub kompetensi
menguasai gambar teknik elektronika, terlebih dahulu penulis akan
menjelaskan tentang definisi hasil belajar. Definisi mengenai hasil belajar itu
sendiri banyak macamnya. Untuk itu ada baiknya kita lihat beberapa definisi
mengenai hasil belajar yang dikemukakan oleh beberapa ahli.
Menurut Ngalim Purwanto bahwa, “Hasil belajar adalah potensi, yang
dapat dipergunakan guru untuk menilai hasil pelajaran yang diberikan siswa
dalam waktu tertentu.”19 Pendapat lain juga dikemukakan oleh Wasty
Sumanto bahwa, “Sebagai suatu petumbuhan atau perubahan dalam diri
seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku berkat
pengalaman dan latihan.”20
19
Ngalim Purwanto, Prinsip dan Teknik Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Wijaya, 1982), h. 120.
20
Wasty Sumanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 1980), h. 86.
22
23. 23
Untuk mengetahui berhasil atau tiadaknya suatu proses belajar, maka
dibutuhkan adanya evaluasi. Evaluasi mempunyai peranan yang sangat
penting untuk memperbaiki, memperbaharui serta menyempurnakan proses
pembelajaran yang sedang direncanakan, sedang berlangsung dan telah
berakhir. Hasil belajar tersebut dapat diukur dengan angka-angka yang
bersifat pasti atau hanya dapat diamati.
Suparman memberikan batasan tentang pengertian hasil belajar, “Hasil
belajar adalah kemampuan spesifik yang diperoleh seseorang setelah melalui
proses latihan dan pendidikan tertentu.”21 Berkaitan dengan hasil belajar pula,
yaitu Winarno yang menjelaskan bahwa, “Hasil belajar merupakan proses
pendewasaan manusia yang hidup dan berkembang sehingga mengakibatkan
manusia selalu berubah.”22 Proses pendewasaan didapat dari adanya proses
belajar, tidak mungkin seseorang bisa dewasa tanpa adanya proses belajar.
Dengan belajar itu manusia berusaha pula untuk merubah perilaku ke arah
yang lebih baik dari sebelumnya.
Dari uraian beberapa ahli mengenai definisi hasil belajar di atas dapat
disimpulkan bahwa, hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang
diperoleh siswa setelah mengalami proses pembelajaran yang diukur
berdasarkan tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Jadi hasil belajar sub
kompetensi menguasai gambar teknik elektronika adalah perubahan tingkah
laku atau perubahan kemampuan yang berkaitan dengan kecakapan, kebiasan
dan keterampilan yang terjadi pada siswa setelah melakukan suatu kegiatan
belajar sub kompetensi menguasai gambar teknik elektronika dalam suatu
waktu tertentu.
21
Atwi S. Suparman, “Pengaruh Strategi Instruction, Intelegensi Siswa dan Jumlah Jam Belajar Siswa
Terhadap Prestasi Belajar Matematika, suatu eksperimen di SLTPN 194”, (Disertasi yang tidak
diterbitkan, FBS Ikip Jakarta, 1982), h. 119.
22
Ign. Masidjo, Penilaian Pencapaian Hasil Belajar, (Jakarta: Kanisius), h. 30.
23
24. 24
B. Kerangka Berpikir
Belajar adalah proses perubahan tingkah laku melalui interaksi dengan
lingkungan. Hasil belajar sub kompetensi menguasai gambar teknik elektronika
dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal siswa. Diantaranya metode
mengajar guru dan lingkungan yang kondusif. Sudah menjadi tugas guru untuk
menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Siswa mendapatkan
pengetahuan yang merupakan hasil belajar sub kompetensi menguasai gambar
teknik elektronika.
Alat peraga dapat membantu siswa dalam memahami konsep gambar.
Pada kriteria kinerja identifikasi dan prosedur gambar teknik elektronika
berdasarkan pada standar gambar teknik listrik dan teknik elektronika, umumnya
siswa mengalami kesulitan dalam menerjemahkan bahasa verbal ke dalam
gambar, sementara yang akan digambar itu adalah simbol. Guru dapat
membimbing siswa dengan menggunakan alat peraga wallchart. Setelah siswa
paham apa yang telah dijelaskan oleh guru, siswa dapat membuat gambar, simbol
beserta fungsi komponen dengan mengacu pada alat peraga.
Dengan menggunakan alat peraga wallchart guru dapat menyampaikan
materi pelajaran dengan mudah kepada siswa. Karena dengan wallchart materi
pelajaran yang berupa konsep abstrak akan lebih konkrit diterima oleh siswa.. Jika
dilihat dari kedua alat peraga tersebut maka dapat diyakini bahwa alat peraga
Microsoft PowerPoint 2000 lebih unggul dari pada wallchart, sebab gambar yang
ditampilkan oleh Microsoft PowerPoint 2000 lebih menarik daripada gambar
pada wallchart.
Dari uraian tersebut di atas diduga ada perbedaan hasil belajar antara
siswa yang diajar dengan menggunakan alat peraga Microsoft PowerPoint 2000
dengan siswa yang diajar dengan mengunakan alat peraga wallchart pada kriteria
kinerja identifikasi dan prosedur gambar teknik elektronika berdasarkan pada
standar gambar teknik listrik dan teknik elektronika.
24
25. 25
C. Pengajuan Hipotesis
Berdasarkan deskripsi teoretis dan kerangka berpikir di atas maka
hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: Hasil belajar sub
kompetensi menguasai gambar teknik elektronika siswa yang diajar dengan
menggunakan alat peraga wallchart lebih tinggi daripada hasil belajar sub
kompetensi menguasai gambar teknik elektronika siswa yang diajar tanpa
mengunakan alat peraga pada kriteria kinerja identifikasi dan prosedur gambar
teknik elektronika berdasarkan pada standar gambar teknik listrik dan teknik
elektronika.
25
26. 26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Operasional Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah hasil belajar sub
kompetensi menguasai gambar teknik elektronika siswa yang diajar dengan
menggunakan alat peraga Wallchart lebih tinggi daripada hasil belajar sub
kompetensi menguasai gambar teknik elektronika siswa yang diajar tanpa
mengunakan alat peraga .
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri
39 Jakarta pada kelas I Program Keahlian Teknik Elektronika Industri semester II
tahun ajaran 2011/2012. Jadwal dan waktu sesuai dengan kurikulum untuk
kriteria kinerja identifikasi dan prosedur gambar teknik elektronika berdasarkan
pada standar gambar teknik listrik dan teknik elektronika.
C. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode experiment.
Penelitian dilakukan terhadap kelompok-kelompok yang homogen, terdiri atas
dua kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok yang diajar dengan
menggunakan alat peraga Wallchart dan kelompok kedua adalah kelompok yang
diajar tanpa menggunakan alat peraga.
D. Desain Penelitian
Dalam penelitian ini variabel yang akan diteliti yaitu alat peraga sebagai
variabel bebas dan hasil belajar sub kompetensi menguasai gambar teknik
elektronika siswa sebagai variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini
termasuk variabel bertipe kategorik yang berupa alat peraga menggunakan
26
27. 27
Wallchart dan tanpa menggunakan alat peraga .Sementara itu variabel yang
berupa hasil belajar sub kompetensi menguasai gambar teknik elektronika siswa
pada kriteria kinerja identifikasi dan prosedur gambar teknik elektronika
berdasarkan pada standar gambar teknik listrik dan teknik elektronika tergolong
variabel bertipe numerik.
Desain penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:
Kelas Perlakuan Pasca Tes
(R)E I XE I Y
(R)E II XE II Y
Keterangan:
EI : Kelas eksperimen I (alat peraga Wallchart)
E II : Kelas eksperimen II (tanpa alat peraga)
XE I : Perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen I
XE II : Perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen II
Y : Tes akhir yang sama pada kedua kelas
R : Proses pemilihan subjek secara acak
Data penelitian diperoleh dari hasil belajar sub kompetensi menguasai
gambar teknik elektronika siswa pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II
yang diperoleh dari skor tes pilihan ganda pada kriteria kinerja identifikasi dan
prosedur gambar teknik elektronika berdasarkan pada standar gambar teknik
listrik dan teknik elektronika.
E. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik yang dilakukan untuk memperoleh sampel penelitian adalah teknik
Random Sampling yaitu penentuan kelas eksperimen dilakukan secara acak,
27
28. 28
kemudian dilakukan pengamatan terhadap seluruh siswa pada kelas terpilih
dengan:
1. Populasi Target
Populasi target pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas I SMKN 39
Jakarta semester I tahun ajaran 2011/2012.
2. Populasi Terjangkau
Populasi terjangkau adalah seluruh siswa kelas I Program Keahlian Teknik
Elektronika Industri SMKN 39 Jakarta semester I tahun ajaran 2011/2012.
3. Sampel
Sampel dipilih dari populasi terjangkau sebanyak dua kelas yang dipilih
secara acak (random sampling).
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Variabel Yang Diteliti
a. Variabel bebas: pembelajaran dengan menggunakan alat peraga
Wallchart dan pembelajaran tanpa menggunakan alat
peraga.
b. Variabel terikat: hasil belajar sub kompetensi menguasai gambar teknik
elektronika.
2. Data Penelitian
Data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data
primer adalah nilai tes ulangan harian siswa pada kriteria kinerja identifikasi dan
prosedur gambar teknik elektronika berdasarkan pada standar gambar teknik
listrik dan teknik elektronika yang diperoleh dari kelas eksperimen I dan kelas
eksperimen II setelah kedua kelas tersebut diberi perlakuan. Data sekunder adalah
nilai praktik gambar siswa dari kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II pada
sub kompetensi menguasai gambar teknik elektronika.
28
29. 29
G. Instrumen Penelitian
1. Konsep
Instrumen yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal-soal sub kompetensi menguasai gambar teknik
elektronika pada kriteria kinerja identifikasi dan prosedur gambar teknik
elektronika berdasarkan pada standar gambar teknik listrik dan teknik
elektronika adalah tes ulangan harian yang disusun sendiri oleh peneliti.
Bentuk tes berupa soal pilihan ganda sebanyak 40 soal dan setiap soal
memiliki skor 1 untuk jawaban benar dan 0 (nol) untuk jawaban salah,
sehingga jumlah skor total adalah 40 jika semua soal terjawab dengan benar.
Instrumen ini didasarkan pada aspek kognitif yang meliputi ingatan,
pemahaman dan aplikasi.
Nilai akhir yang diperoleh siswa adalah:
skor total
Nilai Akhir =
4
2. Hasil Uji Coba Instrumen
Sebelum instrumen digunakan pada sampel, instrumen tersebut diujicobakan
terlebih dahulu untuk mengetahui apakah soal tersebut telah memenuhi syarat
tes yang baik atau tidak. Syarat tes tersebut yaitu validitas, reliabilitas, taraf
kesukaran dan daya pembeda soal. Dari 40 soal yang diuji coba hanya 36
yang memenuhi syarat tes yang baik.
a. Pengujian Validitas
Uji validitas yang digunakan dalam instrumen ini adalah validitas isi
(content validity), artinya butir-butir soal disusun sesuai dengan materi
dan indikator pada desain pembelajaran.
Untuk menghitung validitas item soal digunakan rumus23:
23
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003) h. 79.
29
30. 30
Mp Mt p
pbi =
St q
Keterangan:
pbi : Koefisien korelasi biserial
Mp : Rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang
dicari validitasnya
Mt : Rerata skor total
St : Standar deviasi dari skor total
p : Proporsi siswa yang menjawab benar
banyaknya siswa yangbenar
(p = )
jumlah seluruh siswa
q : Proporsi siswa yang menjawab salah
(q = 1 – p)
Dari hasil uji coba validitas diperoleh 36 soal yang valid dan 4 soal drop
atau tidak valid (Lampiran 10, hal 117).
b. Pengujian Reliabilitas
Reliabilitas tes menentukan ketepatan atau ketelitian suatu alat evaluasi
(tes). Dalam penelitian ini reliabilitas tes dihitung dengan menggunkan
rumus KR-20 yaitu24:
k s2 pq
r11
k 1 s2
Keterangan:
r11 : Reliabilitas tes secara keseluruhan
p : Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q : Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah
(q = 1-p)
pq : Jumlah hasil perkalian antara p dan q
k : Banyaknya item
2
s : Varians tes
24
Ibid., h. 100.
30
31. 31
Klasifikasi koefisisen reliabilitas25:
r11 : 0,800-1,000 : sangat tinggi
r11 : 0,600-0,800 : tinggi
r11 : 0,400-0,600 : cukup
r11 : 0,200-0,400 : rendah
r11 : 0,000-0,200 : rendah sekali
Dari hasil uji coba instrumen diperoleh koefisien reliabilitas instrumen tes
sebesar 0,914 (Lampiran 12, hal 120). Hal ini berarti koefisien reliabilitas
instrumen tersebut tergolong sangat tinggi sehingga dapat dijadikan
sebagai alat ukur.
c. Pengujian Taraf Kesukaran
Penghitungan taraf kesukaran instrumen bertujuan untuk mengetahui
apakah soal tergolong sukar, sedang atau mudah. Rumus yang digunakan
untuk menghitung indeks kesukaran adalah26:
B
P
JS
Keterangan:
P : Indeks Kesukaran
B : Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul
JS : Jumlah seluruh siswa peserta tes
Klasifikasi Indeks Kesukaran27:
0,00 – 0,29 : Sukar
0,30 – 0,69 : Sedang
0,70 – 1,00 : Mudah
Dari hasil uji coba instrumen diperoleh indeks kesukaran antara 0,13 –
0,80 dan rata-rata indeks kesukaran 0,51 (Lampiran 13, hal 121).
25
Ibid., h. 75.
26
Ibid., h. 208.
27
Ibid., h. 210.
31
32. 32
d. Pengujian Daya Pembeda Soal
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang
berkemampuan rendah dengan menggunakan28:
BA BB
D PA PB
JA JB
Keterangan:
D : Indeks Diskriminasi (Daya Pembeda)
J : Jumlah peserta tes
JA : Banyaknya peserta kelompok atas
JB : Banyaknya peserta kelompok bawah
BA : Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu
dengan benar
BB : Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu
dengan benar
PA : Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB : Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
Klsifikasi Daya Pembeda Soal29:
D < 0,00 : Sangat jelek
D = 0,00 – 0,19 : Jelek
D = 0,20 – 0,39 : Cukup
D = 0,40 – 0,69 : Baik
D = 0,70 – 1,09 : Baik sekali
Dari hasil uji coba instrumen diperoleh daya pembeda soal antara -0,13 –
0,67 dan rata-rata indeks daya pembeda 0,36 (Lampiran 13, hal 121).
H. Hipotesis Statistik
H0 : 1 = 2
H1 : 1 2
Keterangan:
28
Ibid., h. 213.
29
Ibid., h. 218.
32
33. 33
1: Rata-rata hasil belajar sub kompetensi menguasai gambar teknik elektronika
siswa yang diajar dengan menggunakan alat peraga Wallchart
2: Rata-rata hasil sub kompetensi menguasai gambar teknik elektronika teknik
siswa yang diajar tanpa menggunakan alat peraga
I. Teknik Analisis Data
1. Uji Prasyarat Analisis Data
a. Uji homogenitas menggunakan Uji Fisher dengan taraf signifikan = 0,05
2 2
Hipotesis Statistik: H0 : 1 2
2 2
H1 : 1 2
Rumus Uji Fisher yang digunakan adalah30:
s12
F= 2
s2
Keterangan:
s12 : Varians hasil belajar sub kompetensi menguasai gambar teknik
elektronika kelas eksperimen I
2
s2 : Varians hasil belajar sub kompetensi menguasai gambar teknik
elektronika kelas eksperimen II
Kriteria pengujian, terima H0 jika:
F1 Fhitung F 1
n1 1, n2 1 1 n1 1, n2 1
2 2
b. Uji normalitas menggunakan Uji Liliefors dengan taraf signifikan =
0,05
Hipotesis Statistik: H0 : Data berdistribusi normal
H1 : Data tidak berdistribusi normal
30
Sudjana, Metoda Statistika, (Bandung: Tarsito, 1992), h. 249.
33
34. 34
Rumus uji Liliefors yang digunakan adalah31:
L0 maks F z1 S z1
x1 x banyaknya 1 , z 2 ,..., z n yang z 1
z
dengan z1 dan S( z 1 ) =
s n
Keterangan:
x : Rata-rata hasil belajar sub kompetensi menguasai gambar teknik
elektronika sampel
x1 : Hasil belajar sub kompetensi menguasai gambar teknik
elektronika sample
s : Simpangan baku sampel
F z1 : Peluang (z ≤ z 1 ) dan menggunakan daftar distribusi normal baku
Kriteria Pengujian, terima H0 jika L 0 < L tabel
2. Uji Analisis Data
Untuk menguji hipotesis digunakan uji-t dengan taraf signifikan = 0,05.
Pada penelitian ini, jika kondisi kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II
2 2
adalah homogen ( 1 2 ), maka statistik uji yang digunakan untuk
melakukan uji rata-rata di kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II adalah
sebagai berikut32:
X1 X2
t
1 1
s
n1 n2
dengan
31
Ibid., h. 446.
32
Ibid., h. 241.
34
35. 35
n 1 1 s1 n 2 1 s 2
2
2
s
n1 n 2 2
derajat kebebasan (dk) = ( n1 n2 2)
Kriteria pengujian, tolak H0 jika t > t 1
1
2
Keterangan:
x1 : Rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen I
x2 : Rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen II
n1 : Banyaknya sampel kelompok eksperimen I
n2 : Banyaknya sampel kelompok eksperimen II
2
s1 : Varians hasil belajar kelompok eksperimen I
s22 : Varians hasil belajar kelompok eksperimen II
s : Varians gabungan
35
36. 36
DAFTAR PUSTAKA
A. Surjadi, Membuat Siswa Aktif Belajar, Bandung: Mandar Maju, 1989.
A. Tabrani Rusyan, dkk., Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung:
Remadja Karya, 1989.
Aji W. Pahmi, Gambar Teknik Elektro dan Elektronika, Bandung: Armico Bandung,
2001.
Amir Hamzah Sulaeman, Media Audio Visual, Jakarta: Gramedia, 1985.
Atwi S. Suparman, “Pengaruh Strategi Instruction, Intelegensi Siswa dan Jumlah
Jam Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Matematika, suatu eksperimen
di SLTPN 194”, Disertasi yang tidak diterbitkan, FBS Ikip Jakarta, 1982.
Azhar Arsyad, media pembelajaran, (Cetakan ke-6) Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2005.
Depdiknas, Kurikulum SMK Edisi 2004 Bagian I Progran Keahlian Teknik
Elektronika Industri, Jakarta: Sekjen Depdiknas, 2004.
Endang Sri Rejeki, Meningkatkan Minat Belajar Biologi Melalui Model
Pembelajaran Team Games Tournament, Pelangi Pendidikan, Vol 4 (1) 2001.
Nana Sudjana, Penilaian Proses Hasil Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remadja
Rosda Karya, 1990.
Oemar Hamalik, Media Pedidikan, Bandung: Alumni, 1986.
Oemar Malik, Metode belajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar, Bandung: Tarsito,
1983.
Sudjana, Metoda Statistika, Bandung: Tarsito, 1992.
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2003.
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1986.
www.google.com/mediapembelajaran/Bab I/pedoman bahan ajar
36