Ajaran Buddha menekankan bahwa kehidupan manusia selalu diselimuti masalah dan penderitaan. Untuk mengatasi masalah, Buddha mengajarkan Empat Kebenaran Mulia yaitu memahami masalah, menghilangkan penyebabnya, merealisasi berhentinya masalah, dan mengembangkan jalan menuju berhentinya masalah. Agama dipandang sebagai pedoman untuk mencapai kebahagiaan sejati dan menghindari masalah. Tujuan
2. KOMPETENSI DASAR
Kompetensi Dasar
menghayati masalah-masalah sosial ditinjau dari agama Buddha
TUJUAN
Melalui kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik dan metode pembelajaran
berbasis masalah (problem based learning), peserta didik dapat menganalisis dan
menalar masalah-masalah sosial ditinjau dari agama Buddha sehingga mampu
menghayati dan menunjukkan perilaku peduli terhadap masalah-masalah tersebut.
3. PENGERTIAN
Masalah adalah sesuatu yang harus diselesaikan (dipecahkan).
Dengan kata lain dapat diartikan bahwa masalah merupakan
sesuatu yang tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan.
Semakin besar/berat sesuatu yang harus dipecahkan berarti hal
itu dapat dikatakan masalah besar. Sementara itu disebut
masalah kecil, jika sesuatu itu mudah diselesaikan/dipecahkan.
Bahkan bisa jadi hal itu bukan masalah bagi dirinya.
Selanjutnya makna berikutnya dari masalah adalah kesenjangan
antara harapan dengan kenyataan. Semakin terjadi
kesenjangan/ketidaksesuaian antara apa yang kita inginkan
dengan kenyataannya berarti hal tersebut juga dikatakan
masalah besar. Sebaliknya semakin kecil ketidaksesuaiannya
berarti semakin kecil pula masalah yang dihadapinya.
4. Misalnya masalah kemiskinan. Kemiskinan diartikan
sebagai suatu keadaan
yang menyebabkan seseorang tidak sanggup
memlihara dirinya sendiri sesuai
dengan taraf kehidupan kelompok. Kemiskinan juga
diartikan sebagai kondisi
tidak mampu memanfaatkan tenaga mental maupun
fisiknya dalam kelompok
tersebut. Pada masyarakat modern, kemiskinan
menjadi suatu masalah sosial
karena sikap yang membenci kemiskinan tadi.
Seseorang miskin bukan
karena kurang makan, pakaian atau perumahan.
Tetapi karena harta miliknya
dianggap tidak cukup untuk memenuhi taraf
kehidupan yang ada.
5. MASALAH DAN CARA MENGATASINYA
Pada hakikatnya kehidupan manusia tidak lepas dari masalah. Terkait dengan hal tersebut,
Buddha menguraikan ajaran-Nya yang pertama kepada lima petapa yang dikenal dengan
khotbah Pemutaran Roda Dharma. Khotbah pertama Buddha berisi Empat Kebenaran
Mulia, yaitu: 1. Kebenaran Mulia tentang Dukkha; 2. Kebenaran Mulia tentang Sebab
Dukkha; 3. Kebenaran Mulia tentang Terhentinya Dukkha; dan 4. Kebenaran Mulia tentang
Jalan Menuju Terhentinya Dukkha.
Dengan demikian secara ringkas apa yang diajarkan oleh Buddha mengacu pada masalah dan
cara mengatasinya. Terkait dengan masalah-masalah tersebut dapat berupa masalah fisik
maupun batin, masalah pribadi maupun sosial, dan lain-lain. Bukti bahwa kehidupan
manusia selalu diliputi masalah/ penderitaan/ketidakpuasan (dukkha): lahir, usia tua, sakit,
mati, berkumpul dengan yang dibenci, berpisah dengan yang dicintai, tidak tercapai yang
diinginkan, dan lain-lain. Adapun cara mengatasi segala masalah adalah dengan
menerapkan pola pikir dari Hukum Empat Kebenaran Mulia tersebut, pertama memahami
setiap masalah yang dihadapi; kedua melenyapkan sebab yang menimbulkan masalah;
ketiga merealisasi terhentinya masalah; dan keempat mengembangkan jalan menuju
terhentinya masalah, yaitu Pandangan Benar, Pikiran Benar, Ucapan Benar, Perbuatan
Benar, Penghidupan BenarUsaha Benar, Perhatian Benar, dan Konsentrasi Benar.
6. PERANAN AGAMA
Kata agama berasal dari kata dalam bahasa Pali atau bisa juga dari kata dalam bahasa
Sansekerta, yaitu dari akar kata gacc, yang artinya adalah pergi, menuju, atau datang,
kepada suatu tujuan, yang dalam hal ini yaitu untuk menemukan suatu kebenaran.
Adapun penjelasan maknanya di antaranya sebagai berikut.
a. Dari kehidupan tanpa arah, tanpa pedoman, kita datang mencari pegangan hidup yang
benar, untuk menuju kehidupan yang sejahtera dan kebahagiaan yang tertinggi.
b. Dari biasa melakukan perbuatan rendah di masa lalu, kita beralih menuju hakikat
ketuhanan, yaitu melakukan perbuatan benar yang sesuai dengan hakikat ketuhanan
tersebut, sehingga kita bisa hidup sejahtera dan bahagia.
c. Dari kehidupan tanpa mengetahui hukum Kebenaran Mutlak, dari kegelapan batin, kita
berusaha menemukan sampai mendapat atau sampai mengetahui dan mengerti suatu
hukum kebenaran yang belum kita ketahui.
7. Jadi, dapat disimpulkan bahwa timbulnya agama di dunia ini adalah untuk
menghindari terjadinya segala macam masalah, misalnya kekacauan,
pandangan hidup yang salah, dan sejenisnya. Masalah-masalah tersebut
dapat terjadi pada waktu dan tempat yang berbeda. Selain itu, agama
berguna untuk mendapatkan suatu kehidupan yang sejahtera dan
kebahagiaan tertinggi. Setiap orang di dunia ini pasti menginginkan adanya
kebahagiaan dan kedamaian dalam hidupnya. Inilah alasan mengapa orang
mau mencari jalan yang benar. Jalan yang dapat membawa mereka kepada
suatu tujuan, yaitu suatu kebahagiaan mutlak terbebas dari semua bentuk
penderitaan. Semua agama di dunia ini muncul karena adanya alasan ini.
8. Beberapa penulis yang membahas ajaran-ajaran Buddha telah memberikan pendapat mereka
tentang hubungan antara agama Buddha dengan ilmu-ilmu kemasyarakatan. Sebagian dari
mereka berpendapat bahwa agama Buddha tidak mengajarkan tentang hal-hal yang
berhubungan dengan kemasyarakatan dan sebagian lagi berpendapat sebaliknya. Salah
satu contoh adalah pendapat Max Weber yang mengatakan bahwa agama Buddha tidak
mengajarkan hal-hal yang berhubungan dengan politik dan kemasyarakatan. Tetapi jika kita
mempelajari agama Buddha secara mendalam, kita akan mendapatkan beberapa bukti kuat
berdasarkan pada kitab suci Tripitaka, untuk membuktikan bahwa pendapat Max Weber
adalah salah. Dalam kaitannya dengan aspekaspek sosial, perlu diingat bahwa Buddha tidak
pernah mengklaim diri-Nya Sebagai pelopor perubahan kemasyarakatan di India. Menurut
kitab suci Tripitaka, Buddha disebut sebagai Pembabar Dhamma yang tiada bandingnya.
Oleh karena itu Dhamma yang telah diputar oleh Buddha dijadikan sebagai patokan, Kriteria
dan penuntun masyarakat Buddhis dalam menjalankan Kehidupan mereka sehari-hari.
Dengan demikian sejak diputarnya Dhamma oleh Buddha, telah terbentuklah masyarakat
Buddhis yang berdasar pada ajaran-ajaran-Nya.
9. TUJUAN HIDUP UMAT BUDDHA
Setelah kita dapat mengerti atau memahami apa arti agama Buddha/ Buddha Dharma, maka
kita sudah dapat mengetahui bahwa tujuan hidup umat Buddha adalah tercapainya suatu
kebahagiaan. Ada kebahagiaan yang masih bersifat keduniawian (yang masih
berkondisi) yang hanya bisa menjadi tujuan sementara saja; kebahagiaan di alam surga;
maupun kebahagiaan yang sudah bersifat mengatasi keduniaan (yang sudah tidak
berkondisi) yang memang merupakan tujuan akhir (Nibbana).
10. Banyak orang yang masih memiliki salah pengertian mengatakan bahwa agama Buddha
hanya menaruh perhatian kepada cita-cita yang luhur, moral tinggi, dan pikiran yang
mengandung filsafattinggi saja, dengan mengabaikan kesejahteraan kehidupan duniawi
dari umat manusia. Ajaran Buddha juga menaruh perhatian besar terhadap
kesejahteraan kehidupan duniawi dari umat manusia, yang merupakan kebahagiaan
yang masih berkondisi. Walaupun kesejahteraan kehidupan duniawi bukanlah
merupakan tujuan akhir dalam agama Buddha, tetapi hal itu bisa juga merupakan salah
satu sarana untuk tercapainya tujuan yang lebih tinggi dan luhur, yang merupakan
kebahagiaan yang tidak berkondisi, yaitu tercapai Nibbana.