6. Secara etimolgi hak merupakan
unsur normative yang
berfungsi sebagai pedoman
prilaku melindungi kebebasan,
kekebalan serta menjamin
adanya peluang bagi manusia
dalam menjadi harkat dan
martabatnya. Sedangkan asasi
berarti yang bersifat paling
mendasar yang dimiliki
manusia sebagai fitrah,
sehingga tak satupun
makhluk mengintervensinya
apalagi mencabutnya.
7. John Locke menyatakan
bahwa HAM adalah
hak-hak yang diberikan
langsung oleh Tuhan
Yang Maha Pencipta
sebagai hak yang
kodrati.
8. Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 39
Tahun 1999 tentang HAM disebutkan
bahwa “Hak Asasi Manusia adalah
seperangkat hak yang melekat pada
hakekat dan keberadaan manusia sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan
merupakan anugerah-Nya yang wajib
dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi
oleh negara, hukum, pemerintah dan
setiap orang, demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat
manusia.
9. Hukum Islam telah mengatur dan melindungi hak-hak
azasi manusia. Antar lain sebagai berikut :
1..Hak hidup memperoleh perlindungan
Perlindungan hukum islam terhadap
hak hidup manusia dapat dilihat dari
ketentuan-ketentuan syari’ah yang
melinudungi dan menjunjung tinggi
darah dan nyawa manusia, melalui
larangan membunuh, ketentuan
qishash dan larangan bunuh diri.
10.
2 .Hak kebebasan beragama
Dalam Islam, kebebasan dan kemerdekaan merupakan
HAM, termasuk di dalmnya kebebasan menganut
agama sesuai dengan keyakinannya. Oleh karena itu,
Islam melarang keras adanya pemaksaan keyakinan
agama kepada orang yang telah menganut agama lain.
Hal ini dijelaskan dalam Al-Qur’an Surat AL-Baqarah
ayat 256,
yang artinya: “Tidak ada paksaan untuk (memasuki)
agama Islam, sesungguhnya telah jelas jalan yang benar
dan jalan yang salah.”
11. Hak atas keadilan.
Keadilan adalah dasar dari cita-cita Islam dan merupakan
disiplin mutlak untuk menegakkan kehormatan manusia.
Dalam hal ini banyak ayat-ayat Al-Qur’an maupun
Sunnah ang mengajak untuk menegakkan keadilan, di
antaranya terlihat dalam Surat Al-Nahl ayat 90,
yang artinya : “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu
berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada
kaum kerabat, dan Allah melarang perbuatan keji ,
kemungkaran dan permusuhan.”
12. . Hak persamaan
Islam tidak hanya mengakui
prinsip kesamaan derajat
mutlak di antara manusia
tanpa memandang warna kulit,
ras atau kebangsaan,
melainkan menjadikannya
realitas yang penting. Ini
berarti bahwa pembagian umat
manusia ke dalam bangsabangsa, ras-ras, kelompokkelompok dan suku-suku
adalah demi untuk adanya
pembedaan, sehingga rakyat
dari satu ras atau suku dapat
bertemu dan berkenalan
dengan rakyat yang berasal
dari ras atau suku lain
13. . Hak mendapatkan pendidikan
Setiap orang memiliki hak untuk
mendapatkan pendidikan dan pengajaran.
Setiap orang berhak mendapatkan
pendidikan sesuai dengan kesanggupan
alaminya. Dalam Islam, mendapatkan
pendidikan bukan hanya merupakan hak,
tapi juga merupakan kewajiban bagi setiap
manusia, sebagaimana yang dinyatakan oleh
hadits Nabi saw yang diriwayatkan oleh
Bukhari : “Menuntut ilmu adalah kewajiban
bagi setiap muslim.”
14.
6. Hak kebebasan
berpendapat
Setiap orang mempunyai hak
untuk berpendapat dan
menyatakan pendapatnya
dalam batas-batas yang
ditentukan hukum dan normanorma lainnya. Artinya tidak
seorangpun diperbolehkan
menyebarkan fitnah dan
berita-berita yang
mengganggu ketertiban umum
dan mencemarkan nama baik
orang lain. Dalam
mengemukakan pendapat
hendaklah mengemukakan ide
atau gagasan yang dapat
menciptakan kebaikan dan
mencegah kemungkaran
15. Hak kepemilikan
Islam menjamin hak kepemilikan
yang sah dan mengharamkan
penggunaan cara apa pun untuk
mendapatkan harta orang lain yang
bukan haknya, sebagaimana firman
Allah dalam Surat Al-Baqarah ayat
188,
yang artinya : “Dan janganlah
sebagian kamu memakan harta
sebagian yang lain di antara kamu
dengan jalan bathil dan janganlah
kamu bawa urusan harta itu kepada
hakim agar kamu dapat memakan
harta benda orang lain itu dengan
jalan berbuat dosa padahal kamu
mengetahuinya.”
16. 8. Hak mendapatkan
pekerjaan dan Memperoleh
Imbalan
Islam tidak hanya
menempatkan bekerja
sebagai hak, tetapi juga
sebagai kewajiban. Bekerja
merupakan kehormatan
yang perlu dijamin,
sebagaimana sabda Nabi
saw
: “Tidak ada makanan
yang lebih baik yang
dimakan seseorang dari
pada makanan yang
dihasilkan dari tangannya
sendiri.” (HR. Bukhari)
17.
18. dalam wacana modern ini, hak asasi dibagi menjadi dua:
Hak asasi alamiah
manusia sebagai
manusia, yaitu
menurut
kelahirannya, seperti:
hak hidup, hak
kebebasan pribadi
dan hak bekerja.
Hak asasi yang diperoleh
manusia sebagai bagian
dari masyarakat sebagai
anggota keluarga dan
sebagai individu
masyarakat, seperti: hak
memiliki, hak berumahtangga, hak mendapat
keamanan, hak
mendapat keadilan dan
hak persamaan dalam
hak.
19. Terdapat berbagai klasifikasi yang berbeda mengenai hak asasi manusia menurut
pemikiran barat, diantaranya
:
Pembagian hak menurut
hak materiil yang termasuk
di dalamnya; hak
keamanan, kehormatan dan
pemilihan serta tempat
tinggal, dan hak moril, yang
termasuk di dalamnya: hak
beragama, hak sosial dan
berserikat.
Pembagian hak menjadi
tiga: hak kebebasan
kehidupan pribadi, hak
kebebasan kehidupan
rohani, dan hak kebebasan
membentuk perkumpulan
dan perserikatan.
Pembagian hak menjadi
dua: kebebasan negatif
yang memebentuk ikatanikatan terhadap negara
untuk kepentingan warga;
kebebasan positif yang
meliputi pelayanan negara
kepada warganya.
20. Perbedaan Pandangan antara
Islam dan Barat Tentang HAM
Terdapat perbedaan-perbedaan yang mendasar
antara konsep HAM dalam Islam dan HAM dalam
konsep Barat sebagaimana yang diterima oleh
perangkat-perangkat internasional. HAM dalam
Islam didasarkan pada premis bahwa aktivitas
manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi.
Sedangkan dunia Barat, bagaimanapun, percaya
bahwa pola tingkah laku hanya ditentukan oleh
hukum-hukum negara atau sejumlah otoritas yang
mencukupi untuk tercapainya aturan-aturan
publik yang aman dan perdamaian semesta.
21. perbedaan yang mendasar juga terlihat dari cara
memandang terhadap HAM itu sendiri. Di Barat,
perhatian kepada individu-individu timbul dari
pandangan-pandangan yang besifat anthroposentris,
dimana manusia merupakan ukuran terhadap gejala
tertentu. Sedangkan Islam, menganut pandangan
yang bersifat theosentris, yaitu Tuhan Yang Maha
Tinggi dan manusia hanya untuk mengabdi kepadaNya. Berdasarkan atas pandangan yang bersifat
anthroposentris tersebut, maka nilai-nilai utama dari
kebudayaan Barat seperti demokrasi, institusi sosial
dan kesejahteraan ekonomi sebagai perangkat yang
mendukung tegaknya HAM itu berorientasi kepada
penghargaan terhadap manusia
22. Berbeda keadaanya pada dunia Timur(Islam)
yang bersifat theosentris, larangan dan perintah
lebih didasarkan pada ajaran Islam yang
bersumber dari Al-Qur’an dan Hadist. Al-Qur’an
menjadi transformasi dari kualitas kesadaran
manusia. Manusia disuruh untuk hidup dan
bekerja diatas dunia ini dengan kesadaran penuh
bahwa ia harus menunjukkan kepatuhannya
kepada kehendak Allah swt. Mengakui hak-hak
dari manusia adalah sebuah kewajiban dalam
rangka kepatuhan kepada-Nya.
23. KEADILAN GENDER DALAM PERSPEKTIF
ISLAM
Perhatian dunia
terhadap nasib
perempuan dalam
tingkat internasion
al dan dalam
format yang
sangat jelas, di
mulai pada tahun
1975 M,
Pertama :
munculnya anggap
an bahwa agama
merupakan pemicu
berbagai bentuk
diskriminasi
terhadap
perempuan.
24. Kedua : mengaitkan hak- hak perempuan
pada seluruh segi kehidupan , yang
meliputi : ilmu pengetahuan , politik,
ekonomi , sosial, budaya dan lain- lainya,
tentunya dengan pola pikir Barat , yaitu
mengusung hak- hak perempuan yang
yang berlandaskan dua hal : kebebasan
penuh dan persamaan secara mutlak. .
25. Masalah gender ini kemudian mendapat perhatian masyarakat Dunia Islam
, diantaranya Qotar, Yaman, Mesir, Tunis dan termasuk di dalamnya
masyarakat Indonesia juga. Maka pada tahun 1984 , di tetapkan Undangundang tentang Pengesahan Konvensi Penghapusan Segala
Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan. Dan pada tahun 1999 di
tetapkan Undang- Undang tentang HAM yang isinya
sangat menekankan upaya perlindungan dan penguatan terhadap
perempuan menuju kepada terwujudnya kondisi kesetaraan dan keadilan
gender dalam seluruh aspek kehidupan warga : sosial, ekonomi, dan politik
26. Kesetaraan Gender dalam Al Quran
Di dalam ayat-ayat Al Qur’an maupun
sunnah nabi yang merupakan sumber utama
ajaran islam, terkandung nilai-nilai universal
yang menjadi petunjuk bagi kehidupan
manusia dulu, kini dan akan datang. Nilai-nilai
tersebut antara lain nilai kemanusiaan,
keadilan, kemerdekaan, kesetaraan dan
sebagainya. Berkaitan dengan nilai keadilan
dan kesetaraan, Islam tidak pernah mentolerir
adanya perbedaan atau perlakuan diskriminasi
diantara umat manusia.
27. Adapun dalil-dalil dalam Al Qu’ran yang mengatur tentang
kesetaraan gender adalah:
Tentang hakikat penciptaan
lelaki dan perempuan
Surat Ar-rum ayat 21,
surat An-nisa ayat 1,
surat Hujurat ayat 13
Allah SWT telah menciptakan
manusia berpasang-pasangan
yaitu lelaki dan perempuan,
supaya mereka hidup tenang
dan tentram, agar saling
mencintai dan menyayangi
serta kasih mengasihi, agar
lahir dan menyebar banyak
laki-laki dan perempuan serta
agar mereka saling mengenal.
Ayat -ayat diatas menunjukkan
adanya hubungan yang saling
timbal balik antara lelaki dan
perempuan, dan tidak ada
satupun yang mengindikasikan
adanya superioritas satu jenis
atas jenis lainnya.
28. b. Tentang kedudukan dan kesetaraan antara lelaki
dan perempuan
Surat Ali-Imran ayat 195,
surat An-nisa ayat 124,
surat An-nahl ayat 97,
surat Ataubah ayat 71-72,
surat Al-ahzab ayat 35.
Ayat-ayat tersebut memuat bahwa
Allah SWT secara khusus menunjuk
baik kepada perempuan maupun
lelaki untuk menegakkan nilai-nilai
islam dengan beriman, bertaqwa
dan beramal. Allah SWT juga
memberikan peran dan tanggung
jawab yang sama antara lelaki dan
perempuan dalam menjalankan
kehidupan spiritualnya. Dan Allah
pun memberikan sanksi yang sama
terhadap perempuan dan lelaki
untuk semua kesalahan yang
dilakukannya. Jadi pada intinya
kedudukan dan derajat antara lelaki
dan perempuan dimata Allah SWT
adalah sama, dan yang
membuatnya tidak sama hanyalah
keimanan dan ketaqwaannya.
29. Prinsip Kesetaraan Gender dalam Al Qur’an
a. Perempuan dan lakilaki sama-sama
sebagai hamba
Menurut Q.S. alZariyat (51:56),
b. Perempuan dan
Laki-laki sebagai
Khalifah di Bumi
Kapasitas manusia
sebagai khalifah di
muka bumi (khalifah fi
al’ard) ditegaskan
dalam Q.S. alAn’am(6:165),
dan dalam Q.S. alBaqarah (2:30)
30. Dalam kedua ayat tersebut, kata
‘khalifah" tidak menunjuk pada
salah satu jenis kelamin tertentu,
artinya, baik perempuan maupun
laki-laki mempunyai fungsi yang
sama sebagai khalifah, yang akan
mempertanggungjawabkan tugastugas kekhalifahannya di bumi.
31. d. Adam dan Hawa terlibat secara aktif dalam drama
kosmis
Semua ayat yang menceritakan tentang drama kosmis,
yakni cerita tentang keadaan Adam dan Hawa di surga
sampai keluar ke bumi, selalu menekan• Keduanya
diciptakan di surga dan memanfaatkan fasilitas surga
(Q.S.al Baqarah/2:35).
•Keduanya mendapat kualitas godaan yang sama dari
setan (Q.S.al-A’raf/7:20).
•Sama-sama memohon ampun dan sama-sama diampuni
Tuhan (Q.S.al A’raf/7:23).
Setelah di bumi keduanya mengembangkan keturunan dan
saling melengkapi dan saling membutuhkan (Q.S.al
Baqarah/2:187).
kan keterlibatan keduanya secara aktif,
32. e. Perempuan dan Laki-laki Sama-sama
Berpotensi Meraih Prestasi
Peluang untuk meraih prestasi maksimum
tidak ada pembedaan antara perempuan
dan laki-laki ditegaskan secara khusus
dalam 3 (tiga) ayat, yakni: Q.S. Ali Imran
/3:195;
Q.S.an-Nisa/4:124;
Q.S.an-Nahl/16:97.
Ketiganya mengisyaratkan konsep
kesetaraan gender yang ideal dan
memberikan ketegasan bahwa prestasi
individual, baik dalam bidang spiritual
maupun karier profesional, tidak mesti
didominasi oleh satu jenis kelamin saja.