Dokumen ini membahas tentang analisis kinerja jaringan jalan di Kota Bandung. Ringkasannya adalah: (1) Jaringan jalan di Kota Bandung terdiri dari jalan nasional, propinsi, dan kota dengan total panjang 1.241 km, (2) Kondisi jalan sebagian besar baik dan sedang, (3) Terdapat 38 trayek angkutan umum dengan 4.695 unit kendaraan, (4) Analisis kinerja meliputi aksesibilitas, mobilitas, dan kapasitas j
Dokumen tersebut merangkum kondisi fisik dan karakteristik Jalan Dipatiukur di Kota Bandung. Jalan ini panjangnya 2 km dan berfungsi sebagai jalan kolektor sekunder. Dokumen mengidentifikasi beberapa permasalahan di jalan ini seperti kondisi jalan dan drainase yang perlu perbaikan, serta titik rawan kecelakaan.
Makalah ini membahas tentang perencanaan pembangunan terminal di Kecamatan Ujung Pandang, Kota Makassar. Terdapat analisis lokasi strategis untuk membangun terminal berdasarkan aspek fisik dan nonfisik, identifikasi masalah yang mungkin timbul, serta konsep arsitektur bangunan terminal dalam hal bentuk, utilitas, dan landscape. Makalah ini menyimpulkan bahwa mahasiswa telah memahami aspek-aspek perencanaan terminal dan disarankan
Peraturan Menteri ini mengatur tentang tata cara pemeliharaan dan penilikan jalan, yang meliputi penyusunan rencana umum pemeliharaan jalan, survey kondisi jalan, pemrograman pekerjaan pemeliharaan, pembiayaan, perencanaan teknis, pelaksanaan pemeliharaan, penilikan kondisi jalan, pengawasan, serta peran masyarakat dalam pemeliharaan jalan. Rencana umum pemeliharaan jalan mencakup sistem
Dokumen tersebut merangkum kondisi fisik dan karakteristik Jalan Dipatiukur di Kota Bandung. Jalan ini panjangnya 2 km dan berfungsi sebagai jalan kolektor sekunder. Dokumen mengidentifikasi beberapa permasalahan di jalan ini seperti kondisi jalan dan drainase yang perlu perbaikan, serta titik rawan kecelakaan.
Makalah ini membahas tentang perencanaan pembangunan terminal di Kecamatan Ujung Pandang, Kota Makassar. Terdapat analisis lokasi strategis untuk membangun terminal berdasarkan aspek fisik dan nonfisik, identifikasi masalah yang mungkin timbul, serta konsep arsitektur bangunan terminal dalam hal bentuk, utilitas, dan landscape. Makalah ini menyimpulkan bahwa mahasiswa telah memahami aspek-aspek perencanaan terminal dan disarankan
Peraturan Menteri ini mengatur tentang tata cara pemeliharaan dan penilikan jalan, yang meliputi penyusunan rencana umum pemeliharaan jalan, survey kondisi jalan, pemrograman pekerjaan pemeliharaan, pembiayaan, perencanaan teknis, pelaksanaan pemeliharaan, penilikan kondisi jalan, pengawasan, serta peran masyarakat dalam pemeliharaan jalan. Rencana umum pemeliharaan jalan mencakup sistem
Masterplan Transportasi Kota Tangerang Selatan Tahun 2014 membahas rencana pengembangan transportasi perkotaan di Kota Tangerang Selatan untuk mengatasi masalah kemacetan lalu lintas dan meningkatkan kualitas pelayanan transportasi umum. Rencananya meliputi pembangunan jaringan bus rapid transit, pengembangan terminal terpadu, serta peningkatan infrastruktur jalan.
4bf1a modul 1_-_pengantar_preservasi_jalanudin2234
Dokumen tersebut membahas latar belakang dan konsep dasar pelaksanaan preservasi jalan, termasuk tujuan, jenis, dan metodologi pemeliharaan jalan untuk mempertahankan kondisi dan umur rencana jalan."
Tugas besar ini membahas perencanaan geometrik jalan raya yang mencakup perhitungan awal, alinyemen horizontal, diagram super elevasi, dan alinyemen vertikal untuk merancang jalan yang aman dan nyaman bagi pengguna.
Laporan rancangan perkerasan jalan raya i ,dimana merencanakan jalan yang hemat biaya antara 3 trase yang telah dibuata dipeta topografi dengan skala 1;2000
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Dokumen tersebut membahas perencanaan penerapan konsep Transit Node District di Desa Tegorejo untuk mengembangkan Stasiun Kalibodri menjadi stasiun penumpang.
2) Saat ini stasiun dan fasilitasnya belum memadai untuk menjadi stasiun penumpang.
3) Konsep Transit Node District diharapkan dapat meningkatkan konektivitas, kapasitas stasiun, dan kualitas lingkungan
Koridor I BRT Kota Semarang memiliki headway rata-rata 10-20 menit yang lebih lama dari standar World Bank 1-2 menit. Laporan ini bertujuan merencanakan peningkatan infrastruktur untuk meningkatkan kinerja BRT, khususnya headway dan load factor pada koridor I dalam 20 tahun ke depan.
Tinjauan Desain Geometrik Jalan Subaim - Buli Ruas Jalan Uni-uni Kab. Halmahe...Djunaidi Syalat
Proposal ini membahas rencana perubahan geometri jalan Subaim-Buli di Kabupaten Halmahera Timur menjadi jalan arteri luar kota tipe pegunungan. Rencana ini mencakup perubahan geometri jalan, perencanaan tebal perkerasan lentur, dan dimensi saluran tepi jalan.
Dokumen tersebut membahas tentang sistem jaringan transportasi dan sistem jaringan jalan. Ia menjelaskan tentang pengelompokan sistem jaringan jalan berdasarkan status, fungsi, dan kelasnya. Dokumen juga menjelaskan tentang sistem hirarki jalan menurut fungsinya seperti jalan arteri, kolektor, dan lokal baik untuk sistem primer maupun sekunder. Selanjutnya dijelaskan tentang persyaratan teknis dari m
Pedoman Penempatan Utilitas pada Daerah Milik Jalaninfosanitasi
Pedoman ini mengatur tata cara penempatan utilitas pada daerah milik jalan dan jembatan, meliputi kaidah penggalian, penempatan, dan penimbunan kembali utilitas di atas maupun bawah tanah. Pedoman ini juga memberikan ketentuan penempatan utilitas pada jembatan agar ketahanan jembatan tidak terganggu.
Dokumen tersebut membahas tentang persyaratan teknis pembangunan jalan, termasuk lebar lajur lalu lintas, bahu jalan, dan kuantitas pekerjaan konstruksi jalan. Dokumen ini menjelaskan regulasi pemerintah terkait spesifikasi teknis berbagai jenis jalan dan unsur-unsurnya seperti lebar badan jalan, kecepatan desain, dan kapasitas. Dokumen ini juga membahas metode pengukuran volume pekerjaan konstru
Masterplan Transportasi Kota Tangerang Selatan Tahun 2014 membahas rencana pengembangan transportasi perkotaan di Kota Tangerang Selatan untuk mengatasi masalah kemacetan lalu lintas dan meningkatkan kualitas pelayanan transportasi umum. Rencananya meliputi pembangunan jaringan bus rapid transit, pengembangan terminal terpadu, serta peningkatan infrastruktur jalan.
4bf1a modul 1_-_pengantar_preservasi_jalanudin2234
Dokumen tersebut membahas latar belakang dan konsep dasar pelaksanaan preservasi jalan, termasuk tujuan, jenis, dan metodologi pemeliharaan jalan untuk mempertahankan kondisi dan umur rencana jalan."
Tugas besar ini membahas perencanaan geometrik jalan raya yang mencakup perhitungan awal, alinyemen horizontal, diagram super elevasi, dan alinyemen vertikal untuk merancang jalan yang aman dan nyaman bagi pengguna.
Laporan rancangan perkerasan jalan raya i ,dimana merencanakan jalan yang hemat biaya antara 3 trase yang telah dibuata dipeta topografi dengan skala 1;2000
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Dokumen tersebut membahas perencanaan penerapan konsep Transit Node District di Desa Tegorejo untuk mengembangkan Stasiun Kalibodri menjadi stasiun penumpang.
2) Saat ini stasiun dan fasilitasnya belum memadai untuk menjadi stasiun penumpang.
3) Konsep Transit Node District diharapkan dapat meningkatkan konektivitas, kapasitas stasiun, dan kualitas lingkungan
Koridor I BRT Kota Semarang memiliki headway rata-rata 10-20 menit yang lebih lama dari standar World Bank 1-2 menit. Laporan ini bertujuan merencanakan peningkatan infrastruktur untuk meningkatkan kinerja BRT, khususnya headway dan load factor pada koridor I dalam 20 tahun ke depan.
Tinjauan Desain Geometrik Jalan Subaim - Buli Ruas Jalan Uni-uni Kab. Halmahe...Djunaidi Syalat
Proposal ini membahas rencana perubahan geometri jalan Subaim-Buli di Kabupaten Halmahera Timur menjadi jalan arteri luar kota tipe pegunungan. Rencana ini mencakup perubahan geometri jalan, perencanaan tebal perkerasan lentur, dan dimensi saluran tepi jalan.
Dokumen tersebut membahas tentang sistem jaringan transportasi dan sistem jaringan jalan. Ia menjelaskan tentang pengelompokan sistem jaringan jalan berdasarkan status, fungsi, dan kelasnya. Dokumen juga menjelaskan tentang sistem hirarki jalan menurut fungsinya seperti jalan arteri, kolektor, dan lokal baik untuk sistem primer maupun sekunder. Selanjutnya dijelaskan tentang persyaratan teknis dari m
Pedoman Penempatan Utilitas pada Daerah Milik Jalaninfosanitasi
Pedoman ini mengatur tata cara penempatan utilitas pada daerah milik jalan dan jembatan, meliputi kaidah penggalian, penempatan, dan penimbunan kembali utilitas di atas maupun bawah tanah. Pedoman ini juga memberikan ketentuan penempatan utilitas pada jembatan agar ketahanan jembatan tidak terganggu.
Dokumen tersebut membahas tentang persyaratan teknis pembangunan jalan, termasuk lebar lajur lalu lintas, bahu jalan, dan kuantitas pekerjaan konstruksi jalan. Dokumen ini menjelaskan regulasi pemerintah terkait spesifikasi teknis berbagai jenis jalan dan unsur-unsurnya seperti lebar badan jalan, kecepatan desain, dan kapasitas. Dokumen ini juga membahas metode pengukuran volume pekerjaan konstru
[Ringkasan]
Studi ini menganalisis kapasitas dan tingkat pelayanan pada ruas jalan Wolter Monginsidi Kota Manado dengan melakukan survey volume dan kecepatan lalu lintas selama 4 hari. Hasilnya menunjukkan kapasitas ruas jalan adalah 2934,36 kendaraan per jam dengan tingkat pelayanan E, artinya lalu lintas mendekati kapasitas maksimum.
Dokumen ini membahas tentang penelitian keamanan dan keselamatan transportasi di perlintasan sebidang antara jalan rel dengan jalan umum. Dokumen ini memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan batasan penelitian, tinjauan pustaka, serta metodologi yang akan digunakan dalam penelitian.
STUDI EFEKTIFITAS PELAYANAN LAMPU PENGATUR LALU LINTAS PADA PERSIMPANGAN JL....Muhammad Iqbal
Studi ini menganalisis efektivitas pelayanan lampu pengatur lalu lintas pada persimpangan Jl. Pandu - Jl. Letjen Suprapto - Jl. Brigjend Katamso - Jl. Pemuda di kota Medan. Berdasarkan perhitungan, derajat kejenuhan persimpangan saat ini melebihi satu, sehingga tingkat pelayanannya buruk. Untuk meningkatkan efisiensi, dilakukan simulasi dengan mengubah waktu siklus menjadi 114 detik dan
Merencanakan Rekayasa Lalu Lintas Jalan Perkotaan dan Persimpangan antara Margonda Raya dan Juanda. Dokumen ini membahas rencana rekayasa lalu lintas pada jalan Margonda Raya dan persimpangannya dengan Jalan Juanda di Depok. Termasuk didalamnya adalah metodologi survey lalu lintas manual, ruang lingkup penelitian, dan gambaran umum lokasi. Tujuannya adalah mengetahui pengaruh pemisah arah permanen terhadap
dewi_turgarini_DIALOG PUBLIK RUNK - Dinas Bina Marga (Polda Jabar).pptxbagkermadianbagkerma
1. Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab kematian utama di dunia dan diprediksi akan menjadi penyebab ke-3 pada 2020;
2. Angka korban jiwa akibat kecelakaan di jalan Indonesia mencapai lebih dari 30 ribu per tahun;
3. Pertumbuhan kendaraan bermotor di Indonesia sangat pesat dari 13 juta pada 1986 menjadi 65 juta pada 2010, sementara panjang jalan hanya bertambah sedikit.
Dokumen tersebut merangkum penelitian tentang koordinasi tiga simpang bersinyal di Jalan Soekarno Hatta Kota Pekanbaru untuk meningkatkan kelancaran lalu lintas. Penelitian ini bertujuan mengkoordinasikan waktu sinyal ketiga simpang tersebut agar dapat meminimalkan antrian kendaraan dan tundaan waktu tempuh. Hasil koordinasi diharapkan menjadi pertimbangan pemerintah daerah dalam meningkatkan kinerja simpang.
1. Dokumen tersebut membahas perencanaan transportasi umum terpadu di kawasan kota mandiri dengan studi kasus di Kawasan Bumi Serpong Damai, Kota Tangerang Selatan.
2. Dokumen menjelaskan bahwa saat ini transportasi umum di kawasan BSD hanya dilayani oleh shuttle BSD dengan tingkat pemenuhan yang masih kurang, sehingga masyarakat lebih banyak menggunakan kendaraan pribadi.
3. Dokumen menyimpulkan bahwa d
Dokumen ini membahas perencanaan geometrik dan anggaran biaya untuk pembangunan jalan alternatif Tegineneng-Metro. Tujuan perencanaan ini adalah merencanakan bentuk geometrik dan tebal perkerasan jalan kelas II, serta merencanakan anggaran biaya dan jadwal waktu yang dibutuhkan untuk pembangunan jalan.
LMCP2502: ASAS PENGANGKUTAN BANDAR
NAMA: NURUL FATIN ALIA BINTI AZHAR
NO MATRIK: A177493
PENSYARAH: PROF DATO’ IR. DR RIZA ATIQ ABDULLAH BIN O.K RAHMAT
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Dokumen tersebut membahas tentang perencanaan geometri jalan raya dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti lalu lintas, topografi, kapasitas, keamanan, dan analisis biaya-manfaat.
2) Standar perencanaan geometri jalan raya mencakup ketentuan dasar, jarak pandang, dan penampang melintang jalan.
3) Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam perencanaan
3. Pergerakan orang dan barang terus
mengalami pertumbuhan dan
perkembangan suatu kota
dipengaruhi oleh mekanisme
interaksi antar berbagai kegiatan
yang berkaitan antara satu dengan
yang lainnya.
Latar Belakang
Mengidentifikasi kondisi dan kinerja
jaringan jalan Kota Bandung
Tujuan
• Identifikasi kondisi lalu lintas
Kota Bandung
• Identifikasi kondisi prasarana
jalan Kota Bandung
• Klasifikasi fungsi jalan Kota
Bandung
• Identifikasi kondisi angkutan
umum Kota Bandung
Sasaran
PENDAHULUAN
4.
5. 1. UU no. 38 tahun 2004 tentang jalan
2. UU no. 26 tahun 2006 tentang penataan ruang
3. UU no. 22 tahun 2009 tentang lalulintas dan angkutan jalan
4. PP no. 34 tahun 2006 tentang jalan
Landasan Hukum
6. Transportasi adalah suatu pergerakan/perpindahan orang atau barang
dari suatu tempat (asal) ke tempat lain (tujuan) dengan menggunakan
sarana angkutan/moda tertentu (Ofyar Z. Tamin, 1998).
Sistem transportasi di suatu kota berkaitan erat dengan sistem sosial
ekonominya, sehingga kinerja sistem transportasi akan mempengaruhi
bagaimana perkembangan dan perubahan perikehidupan sosial ekonomi
populasinya
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk
bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang
berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah
dan/atau air, serta di atas permukaan air
TINJAUAN TEORI
7. Kondisi dan Sistem Jaringan Jalan Kota Bandung
Total panjang jalan di Kota Bandung pada tahun 2006 sekitar 1.241,331 km yang terdiri
dari jalan nasional 33,560 km (sesuai dengan Kepmen Kimpraswil 369 tahun 2004),
jalan propinsi 17,580 km (sesuai dengan SK Gubernur Jawa Barat No. 620/4135/Sarek
tahun 2005) dan jalan kota 1.190,191 km.
No. Ruas Jalan Panjang (Km)
1 Jl.By. Pass Soekarno Hatta 18,36
2 Jl. Raya Ujung Berung ( Abd. H. Nasution ) 8,57
3 Jl. Elang Raya 0,430
4 Jl. Rajawali Barat 1,000
5 Jl. Nurtanio 1,190
6 Jl. Jendral Sudirman 1,240
7 Jl. Raya Cibeureum 2,770
Jumlah 33,560
Tabel Panjang Jalan Nasional
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum (Bina Marga) Kota Bandung Tahun 2013
Gambaran Umum
8. No. Ruas Jalan Panjang (Km)
1 Jl. Setiabudhi 4,980
2 Jl. Sukawangi 0,180
3 Jl. Sukajadi 2,570
4 Jl. H.O.S. Tjokroaminoto ( Pasirkaliki ) 1,050
5 Jl. Padjadjaran 2,170
6 Jl. A. Rahman Saleh 0,870
7 Jl. Wahid Hasyim ( Kopo ) 2,000
8 Jl. Mohamad Toha 1,500
9 Jl. Ters. Buah Batu 2,260
Jumlah 17,580
No. Wilayah Jumlah Ruas
Panjang (Km)
1 Bojonagara 667 222,305
2 Cibeunying 667 229,599
3 Karees 995 249,656
4 Tengallega 470 154,072
5 Ujung Berung 467 179,935
6 Gede Bage 622 154,624
Jumlah 3.888 1.190,191
Panjang Jalan Kota
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum (Bina Marga) Kota Bandung Tahun 2010
Panjang Jalan Propinsi
10. Kondisi jalan kota di wilayah Kota Bandung sebagain besar menggunakan jenis
perkerasan hotmix dan penetrasi dengan panjang jalan kota dalam kondisi baik 704,27 km
(59,2%), kondisi sedang 351,96 km (29,6%), kondisi rusak 132,77 (11,2%) dan kondisi
rusak berat 1,2 km (0,1%).
No. Wilayah
Panjang Jalan
(Km)
Jenis Permukaan Jalan
Hotmix
(Km)
Penetrasi
(Km)
Beton
(Km)
Paving
Blok
(Km)
1. Bojonagara 222,305 114,999 101,778 5,527 -
2. Cibeunying 229,599 149,177 77,412 3,009 -
3. Karees 249,656 120,973 114,068 14,265 0,350
4. Tengallega 154,072 116,948 32,982 0,461 3,681
5. Ujung Berung 179,935 59,879 116,566 - 3,490
6. Gede Bage 154,624 70,705 82,110 - 1,809
Jumlah 1.190,191 632,681 524,916 23,262 9,330
No. Status
Kondisi
Baik Sedang Rusak
Km % Km % Km %
1. Jalan Nasional 2,40 5,65 22,11 52,02 18,00 42,34
2. Jalan Propinsi 14,88 64,72 3,15 13,70 27,95 21,58
3. Jalan Kabupaten - - - - - -
4. Jalan Kota 795,795 72,10 184,749 16,74 123,166 11,16
11. Kondisi Angkutan Umum
Tahun 2008, jumlah trayek angkutan umum resmi di Kota Bandung berjumlah 38
trayek dan 4.695 kendaraan. Angkutan kota yang beroperasi di Kota Bandung
selama 5 tahun terakhir belum pernah mengalami penambahan baik dari sisi
jumlah kendaraan maupun jumlah trayek. Hal ini tidak sejalan dengan
perkembangan kota dan pertumbuhan demand yang cukup pesat. Dampaknya
adalah tumbuhnya angkutan tidak resmi serta ojeg khususnya pada daerah-daerah
yang baru berkembang.
Trayek Panjang Trayek (km)
Jumlah Kendaraan
SK Wali kota Beroperasi
Kota Bandung 895.8 5.436 4.695
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum (Bina Marga) Kota Bandung Tahun 2013
12. TRANS METRO BANDUNG
Trans Metro Bandung telah mengoperasikan koridor pertama yaitu koridor
Cibeureum-Cibiru sejauh 16 km.
Terdapat 16 halte di jalur Trans Metro Bandung. Bus koridor I ini hanya
melewati Jalan By Pass Soekarno Hatta.
13.
14. Terminal di kota bandung jumlahnya puluhan dan letaknya hampir tersebar di Wilayah
Bandung Raya. Terminal tersebut dapat dimasukkan ke dalam klasifikasi terminal A , B
dan C.
Di Kota Bandung, terdapat 2 terminal yang diklasifikasikan terminal kelas A, yaitu
Terminal Leuwi Panjang dan Terminal Cibereum. Terminal yang berfungsi dan
melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota, dan antar propinsi.
Terdapat 3 terminal tipe B dan salahsatu terminal tipe B ( Terminal Ciwastra )
Terminal yang melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota dalam propinsi.
Terdapat 10 terminal tipe C dan salahsatu terminal setingkat tipe C ( Terminal ujung
berung)
Terminal yang berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan pedesaan atau
kecamatan.
No. Nama Terminal Tipe Luas (m2)
Instansi pengelola
1. Leuwi Panjang A 40.000 Dishub Kota Bandung
2. Cicaheum A 11.000 Dishub Kota Bandung
3. Ledeng B 2.350 Dishub Kota Bandung
4. Ciroyom B 1.253 Dishub Kota Bandung
5. Ciwastra B 3.200 Dishub Kota Bandung
6. Stasiun Hall C 4.236 Dishub Kota Bandung
7. Dago C 2.449 Dishub Kota Bandung
8. Ujung Berung C 1.675 Dishub Kota Bandung
9. Antapani C 3.200 Dishub Kota Bandung
10 Abdul Muis C 500 Dishub Kota Bandung
11. Tegal Lega C 3.000 Dishub Kota Bandung
12. Sadang serang C 3.000 Dishub Kota Bandung
13. Gedebage C 2.000 Dishub Kota Bandung
14 Cibaduyut C 700 Dishub Kota Bandung
15. Sederhana C 500 Dishub Kota Bandung
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum (Bina Marga) Kota Bandung Tahun 2013
16. C = Co x FCw x FCsp x FCsf x FCcs
C = Kapasitas (smp/jam).
Co = Kapasitas dasar (smp/jam).
FCw = Faktor koreksi kapasitas untuk lebar jalan.
FCsp = Faktor koreksi kapasitas akibat pembagian arah (tidak berlaku
untuk jalan satu arah).
FCsf = Faktor koreksi kapasitas akibat gangguan samping.
FCcs = Faktor koreksi kapasitas akibat ukuran kota (jumlah penduduk).
ANALISIS JARINGAN JALAN
PanjangJalan
LuasWilayah
x 100 %
PanjangJalan
Jumlahpenduduk
x 100%
Aksesibilitas
Mobilitas
Kapasitas Ruas Jalan
17. Kapasitas Ruas Jalan
C = Co x FCw x FCsp x FCsf x FCcs
C = Kapasitas (smp/jam).
Co = Kapasitas dasar (smp/jam).
FCw = Faktor koreksi kapasitas untuk lebar jalan.
FCsp = Faktor koreksi kapasitas akibat pembagian arah (tidak berlaku untuk jalan satu arah).
FCsf = Faktor koreksi kapasitas akibat gangguan samping.
FCcs = Faktor koreksi kapasitas akibat ukuran kota (jumlah penduduk).
No Parameter Kondisi Nilai
1 Kapasitas Dasar (Co) Dua Lajur Tak Terbagi 4/2 UD 6000
2
Faktor Penyesuaian Lebar -
2 Km 0,91
Jalur Lalulintas (Fcw)
3
Faktor Penyesuaian -
Dua Arah 0,99
Pemisahan Arah (Fcsp)
4
Faktor Penyesuaian - Hambatan Samping Sangat
Rendah Dengan Bahu Jln ≤ 0,5 M
0,81
Hambatan Samping (Fcsf)
5 Faktor Penyesuaian -
Ukuran Kawasan Perkotaan (Fccs)
Jumlah Penduduk 2.417.287 Jiwa
(Data Kependudukan, Tahun 2010)
1,00
= 6.000 x 0,91 x 0,99 x 0,81 x 1,00
= 4.378,37 smp/jam
Analisa Kinerja Jaringan Jalan
18. Analisa Tingkat Pelayanan
Tingkat pelayanan jalan yang dianggap sesuai bagi suatu perjalanan dalam kota adalah
dalam kategori sedang atau nilai V/C kurang dari 0.8 Nilai V/C kurang dari 0.8 ini
memungkinkan kendaraan bergerak dalam kecepatan stabil, meskipun terdapat
gangguan yang menyebabkan perlambatan sewaktu-waktu yang tidak dapat dihindari.
Rasio antara volume lalu lintas terhadap kapasitas ruas jalan akan menentukan
kecepatan kendaraan dan tingkat pelayanan jalan.
Tingkat pelayanan Jalan Setiabudi tertinggi pada hari kerja jam sibuk berdasarkan
perhitungan rasio V/C tertinggi adalah sebesar 0.726 dengan kecepatan perjalanan rata-
rata 33.11 km/jam dan waktu tempuh 21.74 sec, berdasarkan hasil tersebut bahwa Jl. Dr.
Setiabudi untuk tingkat pelayanannya dianggap sesuai untuk perjalanan dalam kota.
19. Analisa Jaringan Jalan
Luas wilayah Kota Bandung sebesar 16.630 Ha, sedangkan luas jalan yang berada di
wilayah Kota Bandung berkisar antara 38.800 km2 dan 52.000 km2. sehingga perkiraan
luas area jalan dibandingkan dengan luas wilayah Kota Bandung sekitar 2,32 % sampai
dengan 3,10%. perbandingan luas ini jauh dari yang dipersyaratkan untuk perbandingan
luas area jalan dan luas wilayah minimal 5%.
a. Luas Wilayah Ha 16.630
b. Perkiraan luas area jalan (x10ribu) Km2 3.88 – 5.20
c. Perkiraan luas area jalan/luas wilayah % 2.32 – 3.10
maka jaringan jalan yang ada di Kota Bandung belum sesuai berdasarkan luas wilayah,
sehingga perlu perencanaan lanjut untuk memenuhi kebutuhan jaringan jalan.
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum (Bina Marga) Kota Bandung Tahun 2013
20. Prasarana Jaringan Transportasi Lokal
No. Kebutuhan Sarana Transportasi Luas Lahan Jangkauan Analisa Kebutuhan
1.
Fasilitas sarana transportasi umum
lokal
Becak/andong ---
Melayani jalan lokal
sekunder/primer ---
Ojek ---
Melayani jalan local
sekunder/primer ---
Angkutan kota (roda
4, 2500 cc)
---
Melayani jalan
kolektor sekunder ---
Mini bus (roda 6, 3500
cc)
---
Melayani jalan
kolektor primer
---
Bus umum (roda 6, >
3500 cc)
---
Melayani jalan arteri
---
2.
Fasilitas prasarana transportasi
umum lokal
Terminal wilayah (tiap
Kecamatan)
2000 m2 120.000 penduduk 20 Unit
Terminal wilayah (tiap
kelurahan)
1000 m2 30.000 penduduk 80 Unit
Pangkalan oplet /
angkot
500 m2 120.000 penduduk 20 Unit
Pangkalan becak /
andong
200 m2 30.000 penduduk 80 Unit
Pangkalan ojek 200 m2 30.000 penduduk 80 Unit
Halte -- -- --
Parkir
-- 3% x Luas Wilayah 498,9 Ha
21. Sistem transportasi yang paling dominan di wilayah Kota Bandung
adalah transportasi darat, khususnya transportasi jalan.
Kecepatan rata-rata di Kota Bandung relatif rendah, umumnya
kecepatan rata-rata di setiap ruas jalan Bandung berkisar antara 11
km/jam - 13 km/jam disebabkan kapasitas jalan yang tidak cukup
untuk menampung pertumbuhan jumlah kendaraan yang setiap
tahunnya bertambah.
jaringan jalan di Kota Bandung belum sesuai atau memenuhi
kebutuhannya berdasarkan luas wilayah Kota Bandung.
Kesimpulan