1. P R A K T I K U M II
Topik : Kemelimpahan dan Keanekaragaman Insekta Malam.
Tujuan : Untuk mengetahui kemelimpahan, keanekaragaman jenis dan jumlah
insekta malam.
Hari / Tanggal : Jum’at s.d Sabtu/ 7 s.d 8 Juli 2017
Tempat : Desa Belangian, Kecamatan Aranio, Kabupaten Banjar, Provinsi
Kalimantan Selatan
Kelompok 4 : Sylvia Helmina , Rini Helvi N. S., Muthaharoh, Fajriansyah, Wardana
Oktavianoor, Aulia Mahfuzah, Rini Andriani.
I. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
1. Ligth trap. 7. Lux meter
2. Larutan deterjen 8. Hygrometer
3. Kantong plastik 9. Anemometer
4. Tali rafia 10. Termometer
5. Kertas Label
B. Bahan
Jenis-jenis insekta malam yang terjerat dalam perangkap jerat sinar
II. CARA KERJA
1. Menentukan tempat pengambilan sampel daerah yang cocok dan banyak
tumbuhannya dan jauh dari cahaya.
2. Memasang alat jerat sinar mulai pukul Wita dan mengambilnya pukul 18.00 dan
24.00 Wita.
3. Mengukur parameter lingkungan seperti suhu, kelembaban dan kecepatan angin dan
intesitas cahaya pada daerah pengambilan sampel.
4. Mengamati serangga yang terjebak menggunakan loupe atau mikroskop lalu
mengidentifikasi dengan menggunakan buku identifikasi.
2. 5. Mencatat data yang dihasilkan dalam tabel pengamatan
6. Menganalisis data yang diperoleh dengan menghitung jumlah F, FR, K, KR, NP, H',
E, dan Dmg.
Untuk menghitung kemelimpahan dapat menggunakan rumus nilai penting yang
dikemukakan oleh Soerianegara dan Indrawan (1978) yaitu :
Nilai penting (NP) = FR + KR
Keterangan :
Kerapatan (K) =
Kerapatan Relatif (KR) = x 100 %
Frekuensi (F) =
Frekuensi Relatif (FR) = x 100 %
Untuk pengujian menghitung indeks keanekaragaman digunakan rumus yang
dikemukakan oleh Shannon – Wiener dalam Odum (1993) sebagai berikut :
H' = - Σ Pi Ln Pi
Dimana Pi = ni/N
ni = Jumlah individu jenis ke-i,
N = Jumlah individu keseluruhan
Kisaran indeks keanekaragaman mennurut Shannon Wiener sebagai berikut :
H' < 1 = Rendah
H' 1 – 3 = Sedang
H' > 3 = Tinggi
Untuk menghitung indeks kekayaan jenis di gunakan rumus Margalef sebagai
berikut :
Frekuensi suatu spesies
Total frekuensi seluruh spesies
Kerapatan Suatu Spesies
Kerapatan seluruh spesies
Jumlah individu suatu spesies
Jebakan
Jumlah jebakan yang ditempati suatu individu
Jumlah jebakan
3. Dmg =
𝑆−1
𝐿𝑛 𝑁
Ket :
Dmg = Indek Kekayaan Jenis
S = Jumlah Jenis
N = Jumlah individu pada suatu tempat
Kisaran nilai indek kekayaan jenis yaitu sebagai berikut :
Dmg < 0,3 = Rendah
Dmg 0,3 – 0,6 = Sedang
Dmg > 0,6 = Tinggi
Untuk menghitung kemerataan jenis di gunakan rumus sebagai berikut :
E' =
𝐻′
𝐿𝑛 𝑆
Keterangan :
E' = Indeks kemertaan jenis
H' = Indeks keanekaragaman Shannon Wiener
S = Jumlah jenis
Kisaran nilai kemerataan jenis sebagai berikut :
E' <0,3 = Rendah
E' 0,3 – 0,6 = Sedang
E' > 0,6 = Tinggi
III. TEORI DASAR
Insekta merupakan kelompok binatang yang terbesar di dunia, kira-kira lebih dari
1.000.000 spesies yang telah ditemukan dan diberi nama. diperkirakan masih ada 1.000.000
spesies lagi yang masih perlu diberi nama (Winarno, 1982).
Kelompok hewan ini menarik untuk diamati karena selain jenisnya cukup banyak
juga perannya dalam kehidupan. Menurut Harahap (1994) di dalam ekosistem baik alami
maupun buatan insekta dapat memainkan berbagai peranan penting antara lain : pemakan
tumbuhan, parasitoid dan predator pada insekta lain, parasit pada hewan lain, pengurai,
penyebukan serta penghasil bahan-bahan berguna bagi manusia.
4. Pada suatu perkebunan, insekta bisa datang sendiri untuk mencari makan, tetapi
kehadirannya itu dapat pula terbawa oleh hewan lain seperti burung. Pada mulanya
memang jumlahnya sedikit kemudian menjadi besar manakala kondisi lingkungan sesuai
dengan yang diinginkan insekta tadi (Anonim, 1989).
Menurut Soemarwoto, J. et al (1990) semua organisme mempunyai tingkah laku
iritabilitas yaitu daya menanggapi, agaknya merupakan salah satu sifat utama makhluk
hidup. Daya ini memungkinkan organisme menyesuaikan diri terhadap lingkungannya,
betapapun sederhananya organisme tadi.
Rangsangan dalam bentuk cahaya akan mempengaruhi kegiatan insekta malam.
Cahaya juga memberikan informasi vital tentang lingkungannya kepada binatang (Cromer,
A.H, 1994).
Insekta adalah makhluk hidup yang paling banyak di dunia, karena itu tak
mengherankan bila dimanapun kita berada hampir selalu menemukan mereka. Banyak jenis
diantara insekta yang merupakan pengganggu di lingkungan kita akan tetapi tidak sedikit
pula yang menguntungkan (Kuncoro, 1984).
Menurut Yasin (1984) insekta merupakan invertebrata yang hidup di tempat kering
dan dengan sayapnya dapat terbang, kemampuan terbang menolong insekta dalam mencari
makan, bertemu lawan jenis dan dapat menghindarkan diri dari musuh.
Tubuh insekta yang kecil juga memberikan keuntungan yang besar sebab dengan
tubuhnya yang kecil mereka dapat mengirit makanan. Sebutir gula-gula sudah mampu
menghidupi sekelompok semut. Keuntungan yang lain adalah insekta mampu berkembang
biak (reproduksi) dengan cepat dan kebanyakan dari mereka mempunyai siklus hidup yang
pendek (Putra, 1994).
5. IV. HASIL PENGAMATAN
A. Tabel Hasil Pengamatan
Tabel Hasil Pengamatan
No Spesies
∑ Ind pada Lampu (Plot)
∑ 𝐈𝐧𝐝 ∑ CupI II
24:00 06:00 24:00 06:00
1 A (Coleoptera nitidulus) 27 0 37 0 64 1
2 B (Hymenoptera sp) 1 0 3 0 4 1
3 C (Chrysomelidium sp) 2 0 1 0 3 1
4 D (Orcytes rhinoceros) 0 0 1 0 1 1
5 E (Evanidilis sp) 0 0 1 0 1 1
6 F (Vespaslyvester sp) 25 0 15 0 40 1
7 G (Formicaruva sp) 1 0 0 0 1 0.5
8 H (Tendipedidarica sp) 3 0 0 0 3 0.5
9 I (Geotrupes sp) 0 1 0 0 1 0.5
10 J (Steroralus sp) 0 3 0 0 3 0.5
11 K (Acharonitra lachesis) 0 13 0 0 13 0.5
12 L (Cossus subfuscus) 0 27 0 0 27 0.5
13 M (Nilaparvata lugens) 0 0 0 1 1 0.5
14 N (Lenthorax sp) 0 0 0 2 2 0.5
15 O (Tetratichus brontispae) 0 0 0 2 2 0.5
16 P (Hymenoptora caespatum) 0 0 0 21 21 0.5
17 Q (Decophylla sp) 0 0 0 15 15 0.5
Jumlah 59 44 58 41 202 11.5
6. Tabel Perhitungan Nilai Penting
N
o
Spesies
∑
Ind
∑
𝐂𝐮𝐩
K
KR
(%)
F
FR
(%)
NP
1 A (Coleoptera nitidulus) 64 2 32.00 31.68 1.00 8.70 40.38
2 B (Hymenoptera sp) 4 2 2.00 1.98 1.00 8.70 10.68
3 C (Chrysomelidium sp) 3 2 1.50 1.49 1.00 8.70 10.18
4 D (Orcytes rhinoceros) 1 2 0.50 0.50 1.00 8.70 9.19
5 E (Evanidilis sp) 1 2 0.50 0.50 1.00 8.70 9.19
6 F (Vespaslyvester sp) 40 2 20.00 19.80 1.00 8.70 28.50
7 G (Formicaruva sp) 1 1 0.50 0.50 0.50 4.35 4.84
8 H (Tendipedidarica sp) 3 1 1.50 1.49 0.50 4.35 5.83
9 I (Geotrupes sp) 1 1 0.50 0.50 0.50 4.35 4.84
10 J (Steroralus sp) 3 1
1.50 1.49 0.50 4.35 5.83
11 K (Acharonitra lachesis) 13 1 6.50 6.44 0.50 4.35 10.78
12 L (Cossus subfuscus) 27 1 13.50 13.37 0.50 4.35 17.71
13 M (Nilaparvata lugens) 1 1 0.50 0.50 0.50 4.35 4.84
14 N (Lenthorax sp) 2 1 1.00 0.99 0.50 4.35 5.34
15 O (Tetratichus brontispae) 2 1 1.00 0.99 0.50 4.35 5.34
16 P (Hymenoptora caespatum) 21 1 10.50 10.40 0.50 4.35 14.74
17 Q (Decophylla sp) 15 1 7.50 7.43 0.50 4.35 11.77
Jumlah 202 23 101 100.00 11.5 100.00 200.00
7. Tabel Perhitungan Keanekaragaman, Kekayaan, dan Kemerataan.
No Spesies
∑
Ind
Pi In.Pi Pi (Ln.Pi)
H’ E Dmg
1 A (Coleoptera nitidulus) 64 0.32 -1.15 0.36
2.05 0.72 3.01
2 B (Hymenoptera sp) 4 0.02 -3.92 0.08
3 C (Chrysomelidium sp) 3 0.01 -4.21 0.06
4 D (Orcytes rhinoceros) 1 0.00 -5.31 0.03
5 E (Evanidilis sp) 1 0.00 -5.31 0.03
6 F (Vespaslyvester sp) 40 0.20 -1.62 0.32
7 G (Formicaruva sp) 1 0.00 -5.31 0.03
8 H (Tendipedidarica sp) 3 0.01 -4.21 0.06
9 I (Geotrupes sp) 1 0.00 -5.31 0.03
10 J (Steroralus sp) 3 0.01 -4.21 0.06
11 K (Acharonitra lachesis) 13 0.06 -2.74 0.18
12 L (Cossus subfuscus) 27 0.13 -2.01 0.27
13 M (Nilaparvata lugens) 1 0.00 -5.31 0.03
14 N (Lenthorax sp) 2 0.01 -4.62 0.05
15 O (Tetratichus brontispae) 2 0.01 -4.62 0.05
16 P (Hymenoptora caespatum) 21 0.10 -2.26 0.24
17 Q (Decophylla sp) 15 0.07 -2.60 0.19
Jumlah 202 2.05
V. ANALISIS DATA
Berdasarkan hasil praktikum insekta malam (Nocturnal) yang ditemukan di
Desa Belangian, Kecamatan Aranio, Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan,
ditemukan 17 spesies insekta malam, seperti yang terdapat dalam tabel hasil
pengamatan. Sedangkan Keanekaragaman yang sedang menunjukan bahwa tuatu
komunitas itu memiliki kompleksitas yang tidak terlalu tinggi tetapi juga tidak terlalu
rendah. Keanekaragaman spesies dapat diambil untuk menandai jumlah spesies dalam
suatu daerah tertentu atau sebagai jumlah spesies diantara jumlah total individu dari
seluruh Spesies yang ada. Hubungan ini dapat dinyatakan secara numerik sebagai
indeks keanekaragaman. Semakin tinggi indeks diversitas semakin tinggi tingkat
keanekaragaman, apabila indeks diversitas sedang maka tingkat keanekaragaman juga
sedang, sedangkan jika diversitas rendah maka keanekaragaman juga rendah pula.
8. Keanekaragaman spesies akan bertambah bila sejumlah komunitas menjadi stabil dan
keanekaragaman yang besar juga mencirikan sejumlah besar populasi tersebut.
Tinggi rendahnya keanekaragaman insekta malam itu juga dapat disebabkan
oleh tersedianya makanan bagi insekta tersebut. Jumlah makanan yang cukup juga
mempengaruhi terhadap jumlah populasi suatu jenis insekta. Populasi serangga akan
naik dengan cepat jika makanan tersedia dalam kualitas yang cocok dan kuantitas yang
cukup. Sebagia besar insekta membantu dalam peyerbukan sekaligus sebagai bahan
makanankeanekaragaman, insekta malam, berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan
total indeks keanekaragaman (H’) insekta malam menunjukkan nilai 2.05 yang artinya
1 < H’ < 3 terinterpretasi kategori sedang, selanjutnya kemerataannya menunjukkan
nilai 0.72 yang artinya terinterpretasi kategori tinggi. Sedangkan kekayaan insekta
malamnya menunjukkan nilai 3.01 yang berarti terinterpretasi kategori tinggi, untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dan keanekaragaman, kekayaan dan kemerataan.
Selanjutnya Kemelimpahan yang tertinggi mencirikan bahwa suatu jenis
mempunyai kemampuan beradaptasi yang baik dengan habitatnya, juga mencirikan
sumber makanan, kompetisi, reproduksi serta kemampuan beradaptasi suatu jenis
terhadap habitatnya. Sedangkan kemelimpahan yang terendah disebabkan karena
kemampuan adaptasi jenis yang tidak sesuai dengan habitatnya, sumber makanan yang
tidak cocok dan kalah dalam persaingan. Persaingan antar spesies dapat terjadi karena
setiap spesies memerlukan makanan, tempat hidup, cahaya, dan kebutuhan hidup
lainnya yang sama. Perkembangan insekta di alam dipengaruhi oleh dua faktor, yakni
faktor dalam yaitu kemampuan berkembangbiak, perbandingan kelamin, sifat
mempertahankan yang terdiri atas faktor fisik, kelembaban, makanan dan faktor hayati
faktor-faktor hidup yang ada di lingkungannya berupa insekta dan spesies lainnya.
Serangga memiliki kisaran suhu dimana dia dapat hidup. Di luar kisaran suhu
tersebut serangga akan mati kedinginan atau kepanasan. Kisaran suhu udara antara
¢4°C-27°, pada suhu tertentu aktivitas insekta tinggi, akan tetapi suhu yang lain akan
berkurang (menurun). Pada umumnya kisaran suhu yang efektif adalah sebagai
berikut: suhu minimum 15°C, suhu optimum 25°C dan suhu maksimum 45°C.
Kisaran untuk kelembaban udara antara 98-100%, kelembaban usara ini sangat
tinggi tetapi masih cocok untuk penyebaran dan perkembangbiakan insekta malam. Di
9. mana kelembaban tanah, udara dan tempat hidup serangga merupakan faktor penting
yang mempengaruhi distribusi, kegiatan, dan perkembangan serangga. Dalam
kelembaban yang sesuai serangga biasanya lebih tahan terhadap suhu ekstrem. Pada
umumnya insekta lebih tahan terhadap terlalu banyak air, bahkan beberapa insekta
yang bukan insekta air dapat tersebar dan hanyut bersama air. Akan tetapi, jika
kebanyakan air, seperti banjir dan hujan deras merupakan bahaya bagi beberapa insem
Misalnya hujan deras, dapat mematikan kupu-kupu yang terbang dan menghanyutkan
larva atau nimfa insekta yang baru menetas.
Kisaran untuk intensitas cahaya antara 30,13-33,56 lux. Cahaya merupakan
salah satu faktor yang penting bagi hewan, beberapa aktifitas insekta dipengaruhi oleh
responnya terhadap cahaya. Sehingga ada serangga yang aktif pada pagi hari, siang,
sore maupun malam hari. Dalam hal ini, cahaya mempengaruhi aktifitas dan distribusi
lokalnya, akibatnya ada gerangga yang bersifat diurnal, yaitu aktif pada siang hari dan
bersifat nokturnal yaitu serangga yang aktif pada malam hari. Sejumlah insekta ada
yang tertarik terhadap cahaya lampu atau api. Angin berparan dalam membentuk
penyebaran insekta, terutaman bagi insekta yang berukuran kecil. Angin juga
mempengaruhi kandungan air dalam tubuh insekta, karena angin dapat mempercepat
penguapan dan penyebaran udara. data kemelimpahan insekta malam, berdasarkan
hasil perhitungan kerapatan (K), Kerapatan Realtif (KR), Frekuensi (F), Frekuensi
Relatif (FR), dan Nilai Penting (NP) terhadap jenis insekta malam yang ditemukan,
hasil data menunjukkan kisaran nilai yang bervariasi untuk setiap jenisnya, untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel perhitungan nilai penting, pada tabel di atas,
kemelimpahan tertinggi ditempati oleh jenis A (Coleoptera nitidulus) dengan nilai
penting (NP) sebesar 40.38, sedangkan kemelimpahan terendah ditempati oleh jenis G
(Formicaruva sp), I (Geotrupes sp), dan M (Dorlince sp), dengan nilai penting yang
sama, yaitu 4.84.
VI. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilaksanakan di Desa Belangian,
Kecamatan Aranio, Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan, dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
10. 1. Jenis-jenis insekta malam tersebut termasuk dalam ordo yaitu Celeoptera,
Hymenoptera, Hemiptera dan Homoptera.
2. Keanekaragaman jenis insekta malam di Desa Belangian, Kecamatan Aranio,
Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan tergolong sedang dengan nilai 2.05
(1 < H’ < 3).
3. Kemelimpahan insekta malam di Desa Belangian, Kecamatan Aranio, Kabupaten
Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan, nilai penting tertinggi ditempati oleh jenis A
(Coleoptera nitidulus) dengan nilai penting (NP) sebesar 40.38, sedangkan
kemelimpahan terendah ditempati oleh jenis G (Formicaruva sp), I (Geotrupes sp),
dan M (Nilaparvata lugens), dengan nilai penting yang sama, yaitu 4.84.
VII. DAFTAR PUSTAKA
Jumar. 1997. Entomologi Pertanian. Rineka Cipta, Jakarta.
Kendeigh, S. C. 1980. Ecology, With Special Referece to Animal and Man. Privates
Limited. New Delhi, India.
Naparin, Akhmad & Dharmono. 2011. Penuntun Praktikum Ekologi Hewan. PMIPA
FKIP UNLAM. Banjarmasin.
McNAuthon, S. J. dan L.L. Wolf. 1990. Ekologi Umum. Edisi kedua, terjemahan S.
Pringgoseputro dan B. Srigandono. Gadjah Mada University Prees. Yogyakarta.