2. Tidak ada kawan atau lawan abadi, yang ada
hanyalah kepentingan abadi, ini lah kaidah
politik yang lahir di sistem demokrasi.
Geliat Partai politik kian memanas
menjelang pesta demokrasi. Baik partai
nasionalis maupun partai berlabel Islam
bergerak guna meraup suara dan dukungan
rakyat.
Di tengah euforia ini, tidak sedikit politisi
yang selama ini terkenal Islami, mengambil
langkah pragmatis. Tidak jauh berbeda,
sejumlah partai politik Islam pun demikian
adanya. Peta dukungan berubah sesuai
kepentingan individu dan parpol.
3. Dalam realitas politik hari ini, politisi
maupun parpol sama-sama menyuguhkan
drama penyelamatan kepentingan. Bagi
politisi, sikap ini memungkinkannya
untuk mengamankan kepentingan
individu dan parpolnya. Sedangkan bagi
parpol, pengaruhnya dalam pentas politik
harus dipertahankan untuk
memastikannya tetap dalam lingkaran
kekuasaan.
Seiring berjalannya waktu partai-partai ini
berkompetisi untuk menggemukkan masa
atau anggotanya. Dalam merekrut
keanggotaan parpol, mereka tidak
mempunyai syarat yang khusus, bahkan
hanya bermodal KTP saja sudah bisa masuk
anggota parpol.
4. Praktik ini juga dilakukan parpol yang
mengusung Islam sebagai spiritnya. Kondisi ini
berdampak pada inkonsistensi partai dalam
menyuarakan Islam sebagai aspirasi umat. Sikap
politik aktivis parpolnya pun demikian. Bagi para
politisi,sikap pragmatis ini menunjukkan makna
politik yang jauh dari makna mengurus urusan
rakyat.
5. Salah satu contoh partai Islam yang muncul
pada tahun 1998 di tengah euforia politik pasca
tumbangnya pemerintahan Orde Baru yakni
Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Pada awalnya,
PKS yang berasal dari “gerakan Tarbiyah”
didirikan untuk meraup suara pemilih Muslim
muda.
Namun,belakangan PKS secara pragmatis
memperlebar ceruk pasar pemilihnya dengan
menjadi partai terbuka. Sekarang tidak lagi
membatasi ceruk pemilihnya di kalangan Muslim,
tetapi juga kaum nasionalis termasuk kelompok
non-Muslim. Hal senadapun dilakukan oleh partai
Islam lainnya seperti PPP & PKB.
6. Spirit Islam tidak lebih sebagai daya tarik
simpatisan untuk merebut suara umat Islam.
Terlihat jelas betapa Islam bukanlah landasan
sebenarnya dalam berpolitik. Islam sekadar
simbol politik. Pada akhirnya,tetap saja,partai
Islam sama dengan parpol lainnya.
Ketika kemenangan partai itu datang
kembalilah mereka kepada asal tujuan
partai mereka yaitu mementingkan
kepentingan kelompok mereka dalam
melanjutkan sistem pemerintahan.
merekapun belum mempunyai sistem
yang mumpuni,ujung-ujungnya
mereka hanya menggunakan dan
melanjutkan sistem yang sebelumnya
tanpa perubahan yang nyata.
7. Makna kepentingan dalam drama
politik demokrasi hari ini sangatlah
kental. Kepentingan didalamnya bisa
berubah-ubah mengikuti permainan.
Bahasa komunikasi politik, menggalang
koalisi, atau pembentukan citra politik
tidak lebih merupakan upaya
penjajakan kepentingan. Saat
membahasakan ke publik, mereka
menyebutnya sebagai kesamaan visi.
Padahal sistem ini tidak pernah
menyajikan makan siang gratis pada
pengusungnya. Seluruh tingkah laku
dan aktivitas mereka bernilai
keuntungan semata.
8. P R A G M A T I S M E P A D A P O L I T I S I D A N P A R P O L I S L A M , S A M P A I K A P A N ?
Kekecewaan umat atas realitas politik hari ini
sangatlah wajar. Saling sikut demi
kepentingan segelintir pihak sama sekali tidak
mencirikan karakter politik dalam Islam.
Parpol yang mengatasnamakan Islam pun
bersikap sama.
Alih-alih mewarnai sistem politik,parpol-
parpol Islam justru pragmatis dalam bersikap.
Ini semua karena kesalahan sistem yang
melandasi seluruh aturan mainnya.
9. PARTAI POLITIK ISLAM
P R A G M A T I S M E P A D A P O L I T I S I D A N P A R P O L I S L A M , S A M P A I K A P A N ?
Politik dalam Islam sejatinya bermakna
pengurusan urusan umat. Politik (siyasa) berasal
dari kata saasa-yasuusu-siyaasatan yang bermakna
‘mengurus’. Politik Islam tegak atas dasar akidah
Islam. Dengan kata lain,politik Islam hakikatnya
adalah pengurusan urusan rakyat berdasarkan
prinsip syariat.
10. PARTAI POLITIK ISLAM
P R A G M A T I S M E P A D A P O L I T I S I D A N P A R P O L I S L A M , S A M P A I K A P A N ?
Politik Islam tidak berhenti pada spirit dan simbol semata.
Aktivitas politik dalam Islam terwujud dalam segala aktivitas
yang terkait dengan jaminan terwujudnya kemaslahatan umat.
Urgensi peran politisi Islam dan parpol Islam adalah
memastikan terwujudnya kemaslahatan umat melalui
beragam aktivitas antara lain,edukasi politik,muhasabah
kepada penguasa,perang pemikiran,mengungkap makar
musuh-musuh Islam secara jelas dan gamblang.
11. P R A G M A T I S M E P A D A P O L I T I S I D A N P A R P O L I S L A M , S A M P A I K A P A N ?
Tujuan atas hal ini adalah agar masyarakat
memahami apa saja yang berkaitan dengan
kemaslahatan mereka. Jika terdapat kebijakan
yang jauh dari maslahat,masyarakat dapat
melakukan muhasabah terhadap penguasa
dengan landasan iman semata untuk
meluruskan,bukan yang lain.
Di sisi lain,aktivitas politik sejatinya tidak hanya
direpresentasikan oleh segelintir individu
pejabat atau pengurus partai. Politisi sejati
adalah ia yang senantiasa hadir untuk
memperhatikan kemaslahatan rakyat. Sosok
politisi inilah yang kini tergerus dalam wacana
politik hari ini.
12. Begitupun dengan peran besar parpol
tersebut dalam sebuah negara Islam.
Negara adalah institusi pelaksana yang
mengurusi urusan umat. Sedangkan
partai politik adalah institusi pemikiran
(qiyan fikr) yang bertugas melakukan
pembinaan dengan dua tujuan.
Tujuan internal yakni untuk mendidik
dan membina kader,serta menghasilkan
SDM unggul kualitas negarawan.
13. Sementara itu, untuk
eksternal, parpol berperan
dalam menciptakan atmosfer
politik di tengah-tengah
masyarakat. Tujuannya agar
masyarakat memiliki
pemahaman, standarisasi dan
keyakinan yang sama dalam
kehidupan bernegara.
Tujuan eksternal ini akan
menghasilkan satu tradisi
muhasabah kepada pemerintah yang
juga erat kaitannya dengan aktivitas
amar makruf nahi mungkar.
Ini karena sejatinya seluruh rakyat
memiliki peran sebagai politisi dan
mengemban amanah melakukan
aktivitas dakwah kepada siapa pun,
termasuk penguasa.
14. P R A G M A T I S M E P A D A P O L I T I S I D A N P A R P O L I S L A M , S A M P A I K A P A N ?
Dari gambaran praktik politik ini kita dapat
menyimpulkan bahwa tidak ada kepentingan yang
parpol perjuangkan selain kemaslahatan umat.
Tidak ada kepentingan yang parpol perjuangkan
selain merealisasikan standar-standar syariat
dalam mewujudkan kemaslahatan umat.
15. Di tengah euforia politik saat ini,kita
membutuhkan sistem politik Islam
yang sahih sebagai komparasi. Inilah
yang seharusnya dipahami oleh
setiap politisi dan parpol Islam,agar
sikap pragmatisme yang kian jauh
dari citra politik ala Islam tidak terus
dipertontonkan.
Muruah politisi Islam juga
parpol Islam sejatinya terletak
pada pemahaman terhadap
Islam itu sendiri,bukan yang
lain. Jika citra politik masih
diwarnai politik kepentingan,
kapan waktunya merealisasikan
kemaslahatan umat ?
Wallahualam.