Persentasi Zaman Paleolitikum
Persentasi Zaman Mesolitikum
Persentasi Zaman Neolitikum
Persentasi Zaman Mesolitikum
Persentasi Zaman Batu Dengan Gambar
Zaman Neolitikum
manusia pendukungnya Homo sapiens
revolusi dari food gathering menjadi food producing
hidup menetap
teknologinya sudah maju pesat
kebudayaannya sudah berkembang
sistem kepercayaan animisme, dan dinamisme
sudah mengenal api
Presentasi tentang zaman sebelum mengenal tulisan / biasa disebut pra - aksara
Didesain oleh :
Robertus
robertonlyhere.blogspot.com
robertonlyhere.wordpress.com
Persentasi Zaman Paleolitikum
Persentasi Zaman Mesolitikum
Persentasi Zaman Neolitikum
Persentasi Zaman Mesolitikum
Persentasi Zaman Batu Dengan Gambar
Zaman Neolitikum
manusia pendukungnya Homo sapiens
revolusi dari food gathering menjadi food producing
hidup menetap
teknologinya sudah maju pesat
kebudayaannya sudah berkembang
sistem kepercayaan animisme, dan dinamisme
sudah mengenal api
Presentasi tentang zaman sebelum mengenal tulisan / biasa disebut pra - aksara
Didesain oleh :
Robertus
robertonlyhere.blogspot.com
robertonlyhere.wordpress.com
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
Sebagai salah satu pertanggungjawab pembangunan manusia di Jawa Timur, dalam bentuk layanan pendidikan yang bermutu dan berkeadilan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat. Untuk mempercepat pencapaian sasaran pembangunan pendidikan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur telah melakukan banyak terobosan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Salah satunya adalah Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) jenjang Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Sekolah Luar Biasa Provinsi Jawa Timur tahun ajaran 2024/2025 yang dilaksanakan secara objektif, transparan, akuntabel, dan tanpa diskriminasi.
Pelaksanaan PPDB Jawa Timur tahun 2024 berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru, Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi nomor 47/M/2023 tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan, dan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 15 Tahun 2022 tentang Pedoman Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru pada Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan dan Sekolah Luar Biasa. Secara umum PPDB dilaksanakan secara online dan beberapa satuan pendidikan secara offline. Hal ini bertujuan untuk mempermudah peserta didik, orang tua, masyarakat untuk mendaftar dan memantau hasil PPDB.
Apakah program Sekolah Alkitab Liburan ada di gereja Anda? Perlukah diprogramkan? Jika sudah ada, apa-apa saja yang perlu dipertimbangkan lagi? Pak Igrea Siswanto dari organisasi Life Kids Indonesia membagikannya untuk kita semua.
Informasi lebih lanjut: 0821-3313-3315 (MLC)
#SABDAYLSA #SABDAEvent #ylsa #yayasanlembagasabda #SABDAAlkitab #Alkitab #SABDAMLC #ministrylearningcenter #digital #sekolahAlkitabliburan #gereja #SAL
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
Praaksara
1. A. Sebelum Mengenal Tulisan dan Terbentuknya Kepulauan Indonesia
Indonesia terletak di persimpangan tiga lempeng
benua-ketiganya bertemu di sini menciptakan tekanan
sangat besar pada lapisan kulit bumi. Akibatnya,
lapisan kulit bumi di wilayah ini terdesak ke atas,
membentuk paparan-paparan yang luas dan
beberapa pegunungan yang sangat tinggi. Seluruh
wilayah ini sangat rentan terhadap gempa bumi hebat
dan letusan gunung berapi dahsyat yang kerap mengakibatkan kerusakan parah. Hal
ini terlihat dari beberapa catatan geologis. Gempa bumi dan tsunami mengerikan yang
dialami Aceh belum lama ini hanyalah episode terakhir dari seluruh rangkaian peristiwa
panjang dalam masa praaksara dan sejarah.
Perhatikan gambar di atas! Masih ingatkah Anda dengan kejadian tsunami Aceh
pada tanggal 26 Desember 2004 silam? Gambar di atas adalah Museum Tsunami yang
BAB
1
Menelusuri Peradaban Awal di
Kepulauan Indonesia
Kompetensi Dasar :
3.1. Memahami dan menerapkan konsep berpikir kronologis (diakronik), sinkronik, ruang dan waktu
dalam sejarah
3.2. Memahami corak kehidupan masyarakat pada zaman praaksara
3.3. Menganalisis asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia (Proto, Deutero Melayu dan
Melanesoid)
3.4. Menganalisis berdasarkan tipologi hasil budaya Praaksara Indonesia termasuk yang berada di
lingkungan terdekat
3.5. Menganalisis berbagai teori tentang proses masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan
Hindu-Buddha di Indonesia
3.6. Menganalisis karakteristik kehidupan masyarakat, pemerintahan dan kebudayaan pada masa
kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia serta menunjukan contoh bukti-bukti yang masih
berlaku pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini.
Memahami Materi
2. dibangun pemerintah untuk mengenang bencana tsunami yang melanda wilayah Aceh
dan Samudra Hindia. Bencana tersebut mengakibatkan ratusan ribu nyawa hilang dan
harta benda melayang. Fenomena alam tsunami merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari aktivitas panjang bumi kita sejak proses terjadinya alam semesta ribuan
juta tahun yang lalu. Secara geologis proses tersebut mengalami tahapan atau
pembabakan waktu.
1. Pengertian Sejarah
Sejarah adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari berbagai peristiwa atau
kejadian penting dalam kehidupan umat manusia pada masa lampau. Beberapa
pengertian sejarah diserap dari bahasa Arab Syajaratun artinya pohon dan
geschiedenis dari bahasa Belanda artinya penyelidikan, pengumpulan,
pengorganisasian, penyajian informasi mengenai peristiwa masa lalu.
Berdasarkan pengertian tersebut, sejarah memiliki tiga unsur pokok sebagai
berikut.
a. Manusia, belajar sejarah berarti mempelajari kegiatan umat manusia pada masa
lampau berdasar bukti-bukti yang ditinggalkan.
b. Ruang, suatu peristiwa terjadi pada tempat tertentu.
c. Waktu, sejarah terjadi pada masa lampu
2. Pengertian berfikir secara diakronis dan singkronis
Berfikir diakronis, secara etimologis berasal dari kata bahasa Yunani dia berarti
melintasi atau melewati dan kronos artinya perjalanan waktu. Diakronis artinya suatu
peristiwa berhubungan dengan peristiwa sebelumnya dan tidak berdiri sendiri atau
muncul begitu saja. Dengan kata lain peristiwa itu dapat dikaji perkembangannya dan
bergerak sepanjang waktu. Pengertian diakronis sama dengan kronologis. Melalui
konsep ini kita dapat melakukan perbandingan serta melihat tahapan perkembangan
sejarah dari masa ke masa. Sedang secara sinkronis peristiwa sejarah berkaitan antara
satu peristiwa dengan peristiwa yang lain. Misalnya peristiwa Rengasdengklok
berhubungan dengan proses pelaksanaan Proklamasi, perbedaan pendapat golongan
tua dan golongan muda, pengaruh Jepang dan lainnya.
Mengapa konsep berpikir sinkronis dalam sejarah sangat penting? Sejarah tidak
semata-mata bertujuan untuk menceritakan kejadian, tetapi bermaksud menerangkan
kerjadian itu dengan melengkapi sebab-sebabnya, kondisi lingkungannya, konteks
sosial budayanya dari proses sejarah yang dikaji.
3. a. Sifat-sifat Ilmu Sejarah
Seorang sejarawan, budayawan, dan sastrawan Indonesia bernama Kuntowijoyo
meringkas sifat-sifat sejarah itu ada lima macam, yaitu:
1) Sejarah adalah fakta artinya suatu peristiwa sejarah bukanlah hasil rekaan manusia,
melainkan benar-benar pernah terjadi dalam kehidupan manusia. Kepastian tentang
fakta didapatkan dari hasil ferifikasi atau pengujian terhadap data atau informasi
tentang peristiwa itu.
2) Sejarah itu diakronis, secara etimologis berasal dari kata bahasa Yunani dia berarti
melintasi atau melewati dan kronos artinya perjalanan waktu. Diakronis artinya suatu
peristiwa berhubungan dengan peristiwa sebelumnya dan tidak berdiri sendiri atau
muncul begitu saja. Dengan kata lain peristiwa itu dapat dikaji perkembangannya dan
bergerak sepanjang waktu. Pengertian diakronis sama dengan kronologis. Melalui
konsep ini kita dapat melakukan perbandingan serta melihat tahapan perkembangan
sejarah dari masa ke masa. Sedang secara sinkronis peristiwa sejarah berkaitan antara
satu peristiwa dengan peristiwa yang lain. Misalnya peristiwa Rengasdengklok
berhubungan dengan proses pelaksanaan Proklamasi, perbedaan pendapat
golongan tua dan golongan muda, pengaruh Jepang dan lainnya.
3) Sejarah itu idiografis artinya menggambarkan atau menceritakan suatu peristiwa.
Fokus penelitiannya menceritakan peristiwa yang terjadi dalam ruang dan waktu
tertentu, apakah itu berkaitan dengan sebab akibat peristiwa, pelaku yang terlibat
ataupun hubungannya dengan peristiwa lain atau sebelumnya. Sedangkan idiografis
adalah diskripsi peristiwa dengan tujuan mendapatkan pemahaman dan makna dari
peristiwa itu
4) Sejarah itu unik artinya peristiwa yang dikaji terjadi hanya sekali dan tidak ada
peristiwa lain yang persis sama dengan peristiwa itu. Contoh Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia 1945dan Revolusi Fisik di Indonesia tahun 1945 sampai 1949. Contoh lain
kasus demontrasi di Cina di lapangan Tiananmen tahun 1989.
5) Sejarah itu empiris artinya sejarah bersandar pada pengalaman manusia yang
sebenarnya entah pengalaman inderawi maupun batiniyah (kepercayaan nilai, norma,
etos, pandangan hidup, dll). Untuk itu sejarah mengandalkan bukti-bukti baik tertulis
maupun tidak tertulis seperti folklore yang berkembangan dalam masyarakat, artefak,
fosil, candi dan lain-lain. Folklor seperti nyanyian rakyat, dongeng, legenda, upacara
keagamaan.
4. Terkait dengan sifat diakronis dalam ilmu sejarah, Kuntowijoyo menambahkan
bahwa dalam dimensi waktu dapat terjadi dalam 4 hal sebagai berikut.
1) Perkembangan
Maksudnya sejarah akan mencatat dan melihat peristiwa yang menunjukkan
terjadinya perubahan dalam masyarakat dari satu bentuk ke bentuk lain biasanya dari
bentuk sederhana ke bentuk yang lebih komplek. Contoh perubahan dari kehidupan
manusia dari masa berburu dan meramu berubah ke arah bercocok tanam dan
berubah ke perundagian dan seterusnya.
2) Kesinambungan
Maksudnya sejarah mengkaji bagaimana masyarakat baru mewarisi lembaga
atau pranata. Contoh kebijakan pemerintah kolonial Belanda di Indobnesia menarik
pajak dari daerah kekuasaannya hanya meniru perilaku dan kebiasaan raja-raja
pribumi.
3) Pengulangan
Maksudnya sejarah mengkaji peristiwa masa lalu yang terjadi lagi pada masa
sekarang. Contoh zaman kolonialisme para pemilik modal dari negara Barat
berlomba datang ke Indonesia seperti Belanda dengan VOC, Inggris dengan EIC
mereka datang dengan alasan dagang dan mencari rempah-rempah, sedangkan
sekarang mereka kembali ke Indonesi dengan alasan kerja sama di bidang ekonomi,
membuka industri dengan kegiatan perdagangan dan lain-lain.
4) Perubahan
Maksudnya sejarah mengkaji masyarakat yang mengalami pergeseran, mirip
dengan perkembangan namun pergeserannya terjadi besar-besaran dalam waktu
yang relatif singkat. Biasanya perubahan itu karena pengaruh dari luar seperti perang,
bencana alam, revolusi, krisis ekonomi, reformasi dan globalisasi. Contoh sejarah
Indonesia lama perpindahan kerajaan Mataram Kuno oleh Empu Sendok abad ke -9
dari Jawa Tengah ke Jawa Timur karena letusan Gunung Berapi.
3. Membandingkan Pengertian Praaksara dan praaksara
Sebelum mengenali tahapan-tahapan atau pembabakan perkembangan
kehidupan dan kebudayaan zaman praaksara, perlu kamu ketahui lebih dalam apa
yang dimaksud zaman praaksara. Praaksara adalah istilah baru untuk menggantikan
istilah praaksara. Penggunaan istilah praaksara untuk menggambarkan
perkembangan kehidupan dan budaya manusia saat belum mengenal tulisan adalah
kurang tepat. Pra berarti sebelum dan sejarah adalah sejarah sehingga praaksara
5. berarti sebelum ada sejarah. Sebelum ada sejarah berarti sebelum ada aktivitas
kehidupan manusia. Dalam kenyataannya sekalipun belum mengenal tulisan, makhluk
yang dinamakan manusia sudah memiliki sejarah dan sudah menghasilkan
kebudayaan. Oleh karena itu, para ahli mempopulerkan istilah praaksara untuk
menggantikan istilah praaksara. Praaksara berasal dari dua kata, yakni pra yang berarti
sebelum dan aksara yang berarti tulisan. Dengan demikian zaman praaksara adalah
masa kehidupan manusia sebelum mengenal tulisan.
a. Pengertian Praaksara dengan Nirleka
Ada istilah yang mirip dengan istilah praaksara, yakni istilah nirleka. Nir
berarti tanpa dan leka berarti tulisan. Oleh karena belum ada tulisan maka untuk
mengetahui sejarah dan hasil-hasil kebudayaan manusia adalah dengan melihat
beberapa sisa peninggalan yang dapat kita temukan. Kapan waktu dimulainya
zaman praaksara? Kapan zaman praaksara itu berakhir? Zaman praaksara dimulai
sudah tentu sejak manusia ada, itulah titik dimulainya masa praaksara. Zaman
praaksara berakhir setelah manusianya mulai mengenal tulisan. Pertanyaan yang
sulit untuk dijawab adalah kapan tepatnya manusia itu mulai ada di bumi ini
sebagai pertanda dimulainya zaman praaksara. Sampai sekarang para ahli belum
dapat secara pasti menunjuk waktu kapan mulai ada manusia di muka bumi ini.
Tetapi yang jelas untuk menjawab pertanyaan itu kamu perlu memahami kronologi
perjalanan kehidupan di permukaan bumi yang rentang waktunya sangat panjang.
Bumi yang kita huni sekarang diperkirakan mulai terjadi sekitar 2.500 juta
tahun yang lalu. Ada banyak teori dan penjelasan tentang penciptaan bumi, mulai
dari mitos, penjelasan agama, dan ilmu pengetahuan. Salah satu teori ilmiah
tentang terbentuknya bumi adalah teori “Dentuman Besar” atau big bang yang
dikemukakan oleh Stephen Hawking. Teori ini menjelaskan bahwa semesta
berbentuk gumpalan gas yang mengisi seluruh ruang jagat raya. Gumpalan
tersebut suatu saat meledak dengan satu dentuman yang sangat dahsyat.
Sehingga menimbulkan gelembung-gelembung alam semesta yang menyebar
dan menggembung ke seluruh penjuru membentuk galaksi, bintang, planet,
matahari, bulan, meteor, dan bumi.
Bagaimana kalau kita ingin melakukan kajian tentang kehidupan zaman
praaksara? Untuk menyelidiki zaman praaksara, para sejarawan harus
menggunakan metode penelitian ilmu arkeologi dan sedikit banyak juga pada ilmu
alam seperti geologi dan biologi. Ilmu arkeologi adalah bidang ilmu yang mengkaji
bukti-bukti atau jejak tinggalan fisik, seperti lempeng artefak, monumen, candi dan
6. sebagainya. Berikutnya menggunakan ilmu geologi dan percabangannya,
terutama yang berkenaan dengan pengkajian usia lapisan bumi dan biologi
berkenaan dengan kajian tentang ragam hayati (biodiversitas) makhluk hidup.
Bumi terbentuk melalui proses evolusi yang panjang. Proses evolusi bumi
dibagi menjadi beberapa periode sebagai berikut.
1) Arkaekum atau Azoikum (Zaman Tertua)
Pada zaman ini diperkirakan berusia sekitar 2.500 juta tahun. Pada zaman
Arkaekum, kulit bumi masih panas dan belum stabil karena memiliki temperatur
yang sangat tinggi. Pada zaman ini diperkirakan belum ada tanda-tanda
kehidupan.
2) Paleozoikum (Zaman Kehidupan Tertua)
Zaman ini berlangsung sekitar 500-245 juta tahun yang lalu. Kondisi bumi
dapat dikatakan lebih stabil meskipun belum menyeluruh. Tanda-tanda
kehidupan mulai tampak, seperti adanya hewan bersel satu (mikroorganisme),
Trilobita atau Mollusca (siput) hewan jenis amfibi, dan beberapa tumbuhan jenis
ganggang serta paku-pakuan. Zaman ini juga sering disebut zaman primer.
3) Mesozoikum (Zaman Kehidupan Pertengahan)
Zaman ini diperkirakan berlangsung sekitar 245-65 juta tahun yang lalu. Kondisi
bumi sudah stabil. Mulai muncul beragam hewan bertubuh besar, seperti jenis
reptil dinosaurus dan gajah purba atau mammout. Menjelang berakhirnya
zaman ini, muncul jenis burung dan binatang menyusui atau mamalia.
4) Neozoikum (Zaman Kehidupan Baru)
Pada zaman ini hewan berukuran besar sudah mulai berkurang. Zaman ini
dibedakan menjadi dua, yaitu:
a) Zaman tersier
Zaman ini berlangsung sekitar 60 juta tahun yang lalu. Hal terpenting pada
zaman ini adalah munculnya jenis primata, seperti kera.
b) Zaman kuarter
Zaman ini dibagi ke dalam dua kala, yaitu kala Pleistosen (Diluvium), dan
kala Holosen (Aluvium). Pada kala Pleistosen diperkirakan manusia purba
mulai muncul, dan pada kala Holosen manusia telah berkembang lebih
sempurna lagi, yaitu jenis Homo Sapiens dengan ciri-ciri seperti manusia
sekarang.
b. Arti penting mempelajarai zaman praaksara
Arti penting dari pembelajaran tentang sejarah kehidupan zaman praaksara
pertama-tama adalah kesadaran akan asal-usul manusia. Tumbuhan memiliki akar.
7. Semakin tinggi tumbuhan itu, semakin dalam pula akarnya menghujam ke bumi
hingga tidak mudah tumbang dari terpaan angin badai atau bencana alam lainnya.
Demikian pula halnya dengan manusia. Semakin berbudaya seseorang atau
kelompok masyarakat, semakin dalam pula kesadaran kolektifnya tentang asal usul
dan penghargaan terhadap tradisi. Jika tidak demikian, manusia yang melupakan
budaya bangsa hanya akan mudah terombang ambing oleh terpaan budaya asing
yang lebih kuat, sehingga dengan sendirinya kehilangan identitas diri. Jadi, bangsa
yang gampang meninggalkan tradisi nenek moyangnya akan mudah didikte oleh
dominasi budaya dari luar yang bukan miliknya. Kita dapat belajar banyak dari
keberhasilan dan capaian prestasi terbaik dari pendahulu kita. Sebaliknya kita juga
belajar dari kegagalan mereka yang telah menimbulkan malapetaka bagi dirinya
atau bagi banyak orang. Untuk memetik pelajaran dari uraian ini, dapat kita
katakan bahwa nilai terpenting dalam pembelajaran sejarah tentang zaman
praaksara, dan sesudahnya ada dua, yaitu sebagai inspirasi untuk pengembangan
nalar kehidupan dan sebagai peringatan. Selebihnya kecerdasan dan pikiran-
pikiran kritislah yang akan menerangi kehidupan masa kini dan masa depan.
c. Berakhirnya zaman praaksara
Sekarang muncul pertanyaan, sejak kapan zaman praaksara berakhir? Sudah
barang tentu zaman praaksara itu berakhir setelah kehidupan manusia mulai
mengenal tulisan. Terkait dengan masa berakhirnya zaman praaksara masing-
masing tempat akan berbeda. Penduduk di Kepulauan Indonesia baru memasuki
masa aksara sekitar abad ke-4 dan ke-5 M. Hal ini jauh lebih terlambat bila
dibandingkan di tempat lain, misalnya Mesir dan Mesopotamia yang sudah
mengenal tulisan sejak sekitar tahun 3000 S.M. Fakta-fakta masa aksara di
Kepulauan Indonesia dihubungkan dengan temuan prasasti peninggalan kerajaan
tua seperti Kerajaan Kutai di Muara Kaman, Kalimantan Timur.
B. Kehidupan Masyarakat Praaksara
1. Pola Hunian
Tahukah Anda apa yang dimaksud dengan Abris Sous Roche? Abris Sous Roche
adalah gua-gua yang digunakan sebagai tempat tinggal. Gua-gua tersebut
menyerupai ceruk untuk berlindung. Adanya Abris Sous Roche mengindikasikan
bahwa manusia purba tinggal di gua-gua. Pola hunian manusia purba dapat
dilihat dari letak geografis situs-situs serta kondisi lingkungannya. Situs-situs
purba yang ada di sepanjang Bengawan Solo (Sangiran, Sambungmacan, Trinil,
Ngawi, dan Ngandong) adalah contoh dari adanya kecenderungan manusia
8. purba menghuni lingkungan pinggir sungai. Keberadaan air dimanfaatkan
manusia sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan hidup. Melalui sungai,
manusia dapat melakukan mobilitas dari satu tempat ke tempat yang lain.
Hunian manusia praaksara di lingkungan tepi sungai dekat mata air berkaitan
dengan mata pencaharian manusia praaksara yaitu berburu dan mengumpulkan
makanan. karena air memiliki keberagaman manfaat bagi makhluk
hidup,sehingga disekitar mata air banyak terdapat sumber makanan baik berupa
hewan buruan maupun umbi-umbian dan sebagai sarana penghubung dalam
memenuhi kebutuhan hidup.
Petunjuk yang dapat memberikan gambaran mengenai kehidupan manusia
purba adalah adanya sebaran sisa-sisa peralatan yang digunakan manusia purba
yang pada umumnya berada di dasar atau sekitar sungai. Kehidupan di sekitar
sungai menunjukkan pola hidup manusia purba di alam terbuka. Menusia purba
memiliki kecenderungan untuk menghuni lingkungan terbuka di sekitar aliran
sungai. Lama hunian manusia purba dipengaruhi oleh ketersediaan bahan
makanan. Ketika bahan makanan sudah tidak mencukupi, manusia purba pindah
ke lingkungan baru yang menyediakan sumber bahan makanan. Pola hunian
manusia purba dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Pola kehidupan nomaden atau berpindah-pindah
Mobilitas manusia purba yang tinggi, tidak memungkinkan untuk
menghuni gua secara menetap. Keberadaan gua yang dekat dengan sumber air
dan sumber bahan makanan mungkin saja dimanfaatkan sebagai tempat
persinggahan sementara, sehingga tidak meninggalkan jejak bagi kita.
b. Pola kehidupan menetap
Manusia purba di Indonesia diperkirakan sudah hidup menjelajah
(nomaden) untuk jangka waktu yang lama. Mereka mengumpulkan bahan
makanan dalam lingkup wilayah tertentu dan berpindah-pindah.Mereka hidup
dalam komunitas-komunitas kecil dengan mobilitas tinggi. Keterisolasian dalam
hutan tropis dan ketiadaan kontak dengan dunia luar. Lama hunian di suatu
lingkungan eksploitasi dipengaruhi oleh ketersediaan bahan makanan.
2. Mengenal Api
Proses penemuan api bagi manusia purba merupakan
bentuk inovasi yang penting. Penemuan api terjadi kira-
kira pada 400.000 tahun yang lalu. Bagi manusia, api
merupakan faktor penting dalam kehidupan manusia.
Api sangat dibutuhkan manusia sebagai penerangan
sebelum listrik ditemukan. Api juga sangat bermanfaat
bagi kehidupan sehari-hari misalnya untuk kegiatan
memasak.
9. Berdasarkan data arkeologi penemuan api telah terjadi sejak 400.000 tahun
yang lalu pada periode manusia Homo Erectus.
Manfaat api bagi manusia praaksara :
a. Menghangatkan diri dari cuaca dingin.
b. Dengan api kehidupan lebih bervariasi dan berbagai kemajuan akan
tercapai.
c. Memperkenalkan manusia pada teknologi memasak makanan, yakni
memasak dengan cara membakar dan menggunakan bumbu atau
ramuan tertentu.
d. Api digunakan sebagai senjata untuk mengusir binatang buas.
e. Api dapat dijadikan sumber penerangan.
f. Api dapat digunakan untuk membuka lahan pertanian dengan cara
slash and burn ( menebang pohon di hutan kemudian membakarnya
untuk dijadikan tanah garapan.
Cara manusia purba membuat api, yaitu:
a. Membuat api dilakukan dengan cara membenturkan batu dengan batu
lainnya sehingga menghasilkan percikan api. Percikan tersebut
kemudian ditangkap dengan dedaunan kering, lumut atau material
kering lainnya sehingga menghasilkan api.
b. Membuat api juga bisa dilakukan dengan menggosok suatu benda
dengan benda lainnya, baik secara berputar, berulang, atau bolak balik.
Misalnya sepotong kayu keras digosokkan dengan kayu lainnya akan
menghasilkan panas karena gesekan itu kemudian menimbulkan api.
3. Pembabakan Zaman Praaksara Berdasarkan Ciri-ciri Kehidupan masyarakat
Makhluk manusia adalah makhluk yang hidup berkelompok dan mempunyai
organisme yang secara biologis berbeda dan lebih lemah dari jenis binatang.
Namun otak manusia berevolusi paling jauh bila dibandingkan dengan makhluk
lainnya. Kemampuan otak manusia yang berupa proses berpikir menyebabkan
manusia dapat memilah-milah tindakan yang dapat menguntungkan kelangsungan
hidupnya. Dalam rangka kelangsungan hidupnya maka manusia merupakan
makhluk pembentuk kebudayaan dan manusia juga sebagai pembentuk
masyarakat. Karena pada hakekatnya manusia tidak dapat hidup sendiri tetapi harus
berkelompok.
Kehidupan masyarakat (manusia) Indonesia pada zaman praaksara terbagi
menjadi tiga periode, yaitu:
a. Masa berburu dan mengumpulkan makanan
10. Pada masa ini secara fisik manusia masih terbatas usahanya dalam menghadapi
kondisi alam. Tingkat berpikir manusia yang masih rendah menyebabkan
hidupnya berpindah-pindah tempat dan menggantungkan hidupnya kepada
alam dengan cara berburu dan mengumpulkan makanan (food gathering).
b. Masa bercocok tanam
Pada masa ini kemampuan berpikir manusia mulai berkembang. Sehingga
timbul upaya menyiapkan persediaan bahan makanan yang cukup dalam suatu
masa tertentu. Dalam upaya tersebut maka manusia bercocok tanam dan tidak
lagi tergantung kepada alam.
c. Masa perundagian
Pada masa ini masyarakat sudah mengenal teknik-teknik pengolahan logam.
Pengolahan logam memerlukan suatu tempat serta keahlian khusus. Tempat
untuk mengolah logam dikenal dengan nama perundagian dan orang yang ahli
mengerjakannya dikenal dengan sebutan Undagi.
4. Jenis Manusia Purba di Indonesia
Para ahli dapat mendeskripsikan kehidupan manusia purba setelah
menemukan fosil (fosil adalah sisa-sisa tumbuhan, hewan, dan bekas kerangka
manusia yang sudah membatu) atau artefak peninggalan manusia purba. Dengan
ditemukannya berbagai temuan tersebut maka dapat dirangkai dan disusun
perkiraan kehidupan manusia purba pada zaman dahulu.
Beberapa jenis manusia purba di Indonesia, antara lain sebagai berikut.
1) Meganthropus Paleojavanicus,
Merupakan hasil penelitian Von Koenigswald pada tahun 1941, di daerah
Sangiran, Surakarta. Fosil tersebut menunjukkan kerangka tubuh manusia
praaksara berbadan besar tetapi tidak seberapa tinggi.
Ciri-ciri Meganthropus Paleojavanicus sebagai berikut.
a) Memiliki otot dan tulang yang besar dan kuat
b) Memiliki tonjolan kening yang mencolok
c) Tidak memiliki dagu, namu memiliki rahang yang sangat besar
d) Memiliki perawakan yang tegap
e) Memakan jenis tumbuhan
f) Volume otak masih sangat kecil
g) Memiliki dahi yang sangat rata
2) Pithecanthropus Mojokertensis,
11. Merupakan fosil manusia praaksara yang ditemukan oleh Duyfjes dan
Koeningswald, di Perning, Mojokerto, tahun 1936. Fosil tersebut berupa
tengkorak anak usia 6 tahun, dan mereka memutuskan bahwa fosil tersebut
merupakan fosil manusia praaksara yang tertua.
Ciri-ciri Pithecanthropus Mojokertensis antara lain :
a) Memiliki dahi yang rata dan menonjol di bagian pelipis
b) Rahang sudah sedikit berubah menjadi ukuran sedang, tidak berdagu
tapi kuat
c) Kulit berbulu
d) Tegap, dengan tinggi 165-180cm
e) Mempunyai volume otak yang berukuran 650cc
f) Memiliki otot kecil dan tulang yang sedang
3) Pithecantropus Erectus
Pithecantropus Erectus berarti manusia kera yang berjalan tegak. Ditemukan
oleh Eugene Dubois di Trinil, Ngawi, Jawa Timur pada tahun 1891. Fosil yang
ditemukan berupa tulang rahang bagian atas tengkorak, geraham dan tulang
kaki. Fosil ini ditemukan pada masa kala Pleistosen tengah.
Ciri-ciri Pithecantropus Erectus :
a. Tinggi badan sekitar 165 – 180 cm
b. Volume otak berkisar antara 750 – 1350 cc
c. Bentuk tubuh & anggota badan tegap, tetapi tidak setegap
Meganthropus
d. Alat pengunyah dan alat tengkuk sangat kuat
e. Bentuk graham besar dengan rahang yang sangat kuat
f. Bentuk tonjolan kening tebal melintang di dahi dari sisi ke sisi
g. Bentuk hidung tebal
h. Bagian belakang kepala tampak menonjol menyerupai wanita
berkonde
i. Muka menonjol ke depan, dahi miring ke belakang
4) Homo Soloensis
Merupakan jenis fosil manusia praaksara yang ditemukan di lembah
Sungai Bengawan Solo, oleh Ter Haar, Oppenoorth, dan Von Koenigswald
pada tahun 1931–1934 di Desa Ngandong, kabupaten Blora. Manusia
tersebut adalah Homo Soloensis, yang berarti manusia dari Solo. Homo
Soloensis diperkirakan hidup sekitar 900.000-300.000 tahun yang lalu.
Volume otaknya mencapai 1300 cc.
12. 5) Homo Wajakensis
Merupakan jenis fosil manusia praaksara yg ditemukan oleh Eugene
Dubois pada tahun 1889, di Desa Wajak, dekat Tulungagung, Jawa Timur.
Homo Wajakensis berarti manusia dari Wajak.
Selanjutnya merupakan tahapan terakhir, yaitu Homo Sapiens.
6) Homo Sapiens
Terjadi pada zaman Holosten, sekitar 9500-9300 SM. Dalam
perkembangan Homo Sapiens, semua perubahan fisik dan gaya hidup
sudah berubah karena disinilah dimana semua dari perkembangan
manusia purba yang akhirnya menjadi manusia yang lebih modern
sampai saat ini. Ciri-ciri dan karakteristik pada Homo Sapiens adalah,
yaitu:
a) Dahi lebih curam, tulang alis lebih besar
b) Rahang kurang tebal & padat
c) Sudah tidak berbulu
d) Cara berjalan sudah lebih tegak dengan tinggi 130-210 cm
e) Volume otak 1000-1200 cc
Dapat disimpulkan bahwa dalam perkembangan menuju Homo
Sapiens butuh waktu yang sangat lama, tetapi dalam perkembangan
Homo Sapiens sudah tidak berburu lagi, tetapi mereka sudah bisa
beternak dan bercocok tanam. Dalam gaya hidup, mereka sudah bisa
membuat rumah hanoi sendiri. Mereka masih berburu, tetapi mereka
sudah bisa membuat panah mereka sendiri untuk berburu. Akhirnya
dalam perkembangan terakhir jadilah manusia homo sapiens sampai
saat ini. Otot besar dan mempunyai tulang yang sedang dan kuat.
C. Asal-Usul Nenek Moyang Bangsa Indonesia (Proto, Deutero Melayu Dan Melanesoid)
Diperkirakan manusia purba ada di bumi pada kala pleistosen. Pada kala Pleistosen
ini keadaan alam belum stabil, lapisan es meluas, iklim berubah-ubah, air laut naik turun,
dan gunung-gunung berapi meletus. Keadaan tersebut berpengaruh terhadap cara hidup
makhluk yang ada di bumi, termasuk manusia.
1. Teori Asal Usul Nenek Moyang Bangsa Indonesia
a. Teori Nusantara
Memahami Materi
13. Dalam teori Nusantara dinyatakan bahwa asal mula manusia yang menghuni
wilayah Nusantara ini tidak berasal dari luar, melainkan dari wilayah Nusanatara itu
sendiri. Pendukung teori ini antara lain Mohammad Yamin, J. Crowford, K. Himly,
Sutan Takdir Alisjahbana, dan Gorys Keraf.
Berikut adalah argumen yang melandasi teori Nusantara.
1) Bangsa Melayu merupakan bangsa yang berperadaban tinggi. Peradaban
tidak mungkin dapat dicapai apabila tidak melalui proses perkembangan dari
kebudayaan sebelumnya.
2) Bahasa Melayu memang memiliki kesamaan dengan bahasa Champa
(Kamboja), namun persamaan tersebut hanyalah suatu kebetulan saja.
3) Adanya kemungkinan bahwa orang Melayu adalah keturunan dari Homo
Soloensis dan Homo Wajakensisi.
4) Adanya perbedaan bahasa antara bahasa Austronesia yang berkembang di
Nusantara dengan bahasa Indo-Eropa yang berkembang di Asia Tengah.
Berdasarkan hasil penelitian Gorys Keraf mengenai bahasa-bahasa Nusantara
sebagaimana dipaparkan dalam bukunya yang berjudul Linguistik Bandingan
Historia (1984) membuahkan teori baru. Menurut teori Keraf, nenek moyang
bangsa Indonesia berasal dari wilayah Indonesia sendiri. Teori Keraf ini
didasarkan pada tiga landasan, yaitu:
1) Situasi geografis masa lampau.
2) Pertumbuhan dan penyebaran umat manusia.
3) Teori migrasi bahasa dan leksikostatistik.
b. Teori Yunan
Dalam teori Yunan disebutkan bahwa manusia purba di Indonesia yang menjadi
nenek moyang berasal dari Yunan, Cina bagian selatan. Pendukung teori ini adalah N.J.
Krom, J.H.C. Kern, dan Moh. Ali.
Menurut Moh. Ali bangsa Indonesia berasal dari daerah Mongol yang terdesak ke
selatan oleh bangsa-bangsa yang lebih kuat. Hal tersebut didasari oleh dua hal, yaitu:
1) Ditemukannya kapak tua di wilayah Nusantara yang memiliki kemiripan dengan
kapak tua yang ada di kawasan Asia Tengah.
2) Bahasa Melayu yang berkembang di Nusantara mirip dengan bahasa Champa
yang ada di Kamboja.
Kedatangan manusia dari Yunan ke Nusantara melalui tiga gelombang utama,
yaitu sebagai berikut.
1) Orang Negrito
Diperkirakan orang Negrito sudah memasuki Nusantara sejak 1000 SM.
Orang Negrito diyakini sebagai penduduk paling awal di Kepulauan
Nusantara. Hal tersebut dibuktikan dengan penemuan arkeologi di Gua Cha,
14. Malaysia. Dalam perkembangannya, orang Negrito menurunkan orang
Semang. Ciri fisik orang Negrito, yaitu berkulit gelap, rambut keriting, hidung
lebar, dan bibir tebal. Di Indonesia ras Negrito ini sebagian besar mendiami
daerah Papua. Keturunan ras ini juga terdapat di Riau (pedalaman), yaitu
suku Siak (Sakai) serta suku Papua Melanesoid yang mendiami Pulau Papua
dan Pulau Melanesia.
2) Proto Melayu
Diperkirakan migrasi Proto Melayu ke Nusantara pada 2500 SM. Sebutan
Proto Melayu adalah untuk menyebut orang yang melakukan migrasi pada
gelombang pertama ke Nusantara. Keturunan Proto Melayu yaitu suku
Toraja, Dayak, Sasak, Nias, Rejang, dan Batak. Dalam hal bercocok tanam,
orang Proto Melayu memiliki kemahiran yang lebih daripada orang Negrito.
3) Deutero Melayu
Deutero Melayu adalah sebutan untuk orang-orang yang melakukan migrasi
pada gelombang kedua. Diperkirakan kedatangan Deutero Melayu pada
1500 SM. Suku bangsa yang termasuk Deutero Melayu antara lain suku
Minangkabau, Aceh, Jawa, Melayu, Betawi, dan Manado.
2. Migrasi Proto Melayu, Deutero Melayu, dan Melanesoid Ke Indonesia
Bangsa yang bermigrasi ke Indonesia berasal dari daratan Asia kemudian menuju ke
selatan memasuki daerah Vietnam dan terus ke selatan memasuki Indonesia. berikut
bangsa yang bermigrasi tersebut.
a. Bangsa Melanesia (Papua Melanesoid)
Bangsa ini merupakan rumpun bangsa Melanesoid atau ras Negroid. Bangsa ini
merupakan gelombang pertama yang bermigrasi ke Indonesia.
b. Bangsa Melayu
Merupakan rumpun bangsa Austronesia termasuk ras Malaya Mongoloid. Bangsa
ini melakukan perpindahan ke Indoensia dengan melalui dua gelombang sebagai
berikut.
1) Gelombang Pertama (sekitar tahun 2000 SM)
Persebaran gelombang pertama di mulai dari daratan Asia ke Semenanjung
Malaya Indonesia, Filipina, dan Formosa serta Kepulauan Pasifik sampai
Madagaskar. Bangsa yang melakukan persebaran ini yaitu bangsa Proto
Melayu. Bangsa ini masuk ke Indonesia melalui dua jalur (barat dan timur).
Jalur barat melewati Semenanjung Melayu, Sumatra dan selanjutnya
menyebar ke seluruh Indonesia. Adapun jalur timur melewati Filipina, Sulawesi,
dan selanjutnya menyebar ke seluruh Indonesia. Bangsa Proto Melayu ini
membawa kebudayaan neolitikum, yaitu kapak persegi melalui jalur barat dan
15. kapak lonjong melalui jalur timur. Akhirnya kebudayaan bangsa Proto Melayu
berdiam di wilayah timur Indonesia (Papua).
2) Gelombang kedua (1500 SM)
Bangsa yang melakukan migrasi pada gelombang kedua ini disebut bangsa
Deutero Melayu. Bangsa Deutero Melayu ini masuk ke Indonesia melalui jalur
barat yaitu dengan melalui Pulau Sumatra. Bangsa ini membawa kebudayaan
logam. Hasil kebudayaan yang dibawa oleh bangsa ini adalah nekara.
Dengan adanya migrasi tersebut, Indonesia memiliki tiga kelompok suku
bangsa induk, yaitu sebagai berikut.
a. Bangsa Melanesia / Papua Melanesoid
Bangsa ini termasuk ras Negroid, dengan ciri-ciri kulit hitam, rambut keriting,
bibir tebal, hidung lebar, dan badan tegap. Bangsa ini tersebar di Riau dan
Papua. Diperkirakan nenek moyang dari manusia Melanesoid yang menjadi
penduduk Pulau Papua dan Australia sebelum naiknya permukaan laut pada
zaman akhir zaman glasial (zaman es) adalah manusia wajak. Sebagian
kelompok manusia Wajak di Papua berkembang menjadi masyarakat yang
mempunyai kebudayaan berburu dan meramu.
b. Bangsa Melayu Tua (Proto Melayu)
Bangsa ini merupakan ras Mongoloid dengan ciri kulit sawo matang, rambut
lurus, badan tinggi, serta bentuk mulut dan hidung sedang. Bangsa Proto
Melayu menyebar di Sulawesi Selatan (Suku Toraja), Lombok (Sasak),
Kalimantan (Suku Dayak), Sumatra Barat (Nias), Sumatra Utara (Suku Batak), dan
Sumatra Selatan (Suku Kubu). Bangsa Melayu Tua (Proto Melayu) membawa
kebudayaan bercocok tanam, gerabah, dan perhiasan, selain itu bangsa ini juga
lebih maju daripada bangsa Melanesoid.
c. Bangsa Melayu Muda (Deutero Melayu)
Sekitar 500 SM, bangsa Melayu Muda (Deutero Melayu) datang dari daerah
Teluk Tonkin, Vietnam. Kedatangan Deutero Melayu ini mendesak keturunan
Proto Melayu yang lebih dulu menetap. Selanjutnya Deutero Melayu menyebar
ke berbagai daerah baik di pesisir pantai maupun de pedalaman. Hasil
kebudayaan Melayu terbuat dari logam (perunggu dan besi). Kebudayaan
Deutero Melayu disebut dengan kebudayaan Dongson (nama kebudayaan di
daerah Tonkin yang meiliki kesamaan dengan kebudayaan bangsa Deutero
Melayu. Keturunan Deutero Melayu yang masih hidup sampai sekarang di
antarannya suku bangsa Melayu, Batak, Minang, Jawa, dan Bugis. Dalam
perkembangannya, ras tersebut melahirkan kebudayaan baru yang selanjutnya
menjadi kebudayaan bangsa Indonesia sekarang.
16. A. Hasil Budaya Praaksara Indonesia
Makhluk manusia adalah makhluk yang hidup berkelompok dan mempunyai
organisme yang secara biologis berbeda dan lebih lemah dari jenis binatang. Namun otak
manusia berevolusi paling jauh bila dibandingkan dengan makhluk lainnya. Kemampuan
otak manusia yang berupa proses berpikir menyebabkan manusia dapat memilah-milah
tindakan yang dapat menguntungkan kelangsungan hidupnya.
Dalam rangka kelangsungan hidupnya maka manusia merupakan makhluk
pembentuk kebudayaan dan manusia juga sebagai pembentuk masyarakat. Karena pada
hakekatnya manusia tidak dapat hidup sendiri tetapi harus berkelompok.
Kehidupan masyarakat (manusia) Indonesia pada zaman praaksara terbagi menjadi tiga
periode, yaitu:
1. Masa berburu dan mengumpulkan makanan
Pada masa ini secara fisik manusia masih terbatas usahanya dalam menghadapi
kondisi alam. Tingkat berpikir manusia yang masih rendah menyebabkan hidupnya
berpindah-pindah tempat dan menggantungkan hidupnya kepada alam dengan cara
berburu dan mengumpulkan makanan (food gathering).
2. Masa bercocok tanam
Pada masa ini kemampuan berpikir manusia mulai berkembang. Sehingga timbul
upaya menyiapkan persediaan bahan makanan yang cukup dalam suatu masa tertentu.
Dalam upaya tersebut maka manusia bercocok tanam dan tidak lagi tergantung kepada
alam. Pada masa bercocok tanam, manusia purba sudah mampu mengolah bahan
makanan sendiri (food producing).
3. Masa perundagian
Pada masa ini masyarakat sudah mengenal teknik-teknik pengolahan logam.
Pengolahan logam memerlukan suatu tempat serta keahlian khusus. Tempat untuk
mengolah logam dikenal dengan nama perundagian dan orang yang ahli
mengerjakannya dikenal dengan sebutan Undagi.
1. Sepuluh unsur kebudayaan asli Indonesi, yaitu:
a. Bercocok tanam padi di sawah
b. Mengenal permainan wayang
c. Mengenal seni gamelan
d. Mengenal seni membatik
e. Pola susunan masyarakat Macapat
f. Mengenal alat tukar dalam perdagangan
g. Mampu membuat barang-barang dari logam
h. Memiliki kemampuan yang tinggi dalam pelayaran
i. Mengenal pengetahuan astronomi
j. Mengenal masyarakat yang teratur
17. 2. Tradisi Masyarakat Indonesia Masa Praaksara (belum mengenal tulisan) sebagai
berikut.
a. Sistem kepercayaan, masyarakat praaksara mengenal dinamisme, animisme,
totemisme dan monoteisme
b. Sistem kemasyarakatan, mengenal sistem gotong royong sebagai kewajiban
c. Pertanian, mengenal sistem persawahan
d. Kemampuan berlayar, mengenal seni berlayar dan menjadi nelayan
e. Bahasa, memiliki alat untuk berkomunikasi
f. Pengetahuan, mempunyai kemampuan memanfaatkan alam sekitar
g. Organisasi Sosial, manusia tidak hidup sendiri
h. Teknologi, mengenal teknik pengecoran logam
i. Kesenian, menenal pertunjukan hiburan
j. Ekonomi, mengenal sistem barter dalam perdagangan
3. Jejak-jejak Masa Praaksara di Indonesia
Jejak-jejak masa praaksara artinya adalah sesuatu benda atau adat istiadat
yang ditinggalkan oleh masa lalu dan masih dapat dilihat dan dirasakan oleh
manusia pada masa sekarang. Wujud jejak-jejak praaksara antara lain:
a. Folklore, yaitu adat istiadat tradisional dan cerita rakyat yang diwariskan secara
turun temurun akan tetapi tidak di bukukan.
Wujudnya ada 2 yaitu:
1) Folklore lisan, yaitu semua peninggalan yang hanya didapat dari ucapan,
contoh: bahasa, teka-teki dan puisi rakyat.
2) Folklore non lisan, yaitu semua benda-benda hasil kebudayaan manusia.
Contoh: kerajinan tangan, pakaian, benda-benda untuk keperluan hidup dan
lain-lain.
b. Mitologi, yaitu ilmu tentang kesusasteraan yang mengandung konsep tentang
dongeng suci, kehidupan para dewa dan makhluk halus dalam suatu
kebudayaan. Atau ceritera tentang asal usul alam semesta, manusia dan
bangsa yang dikaitkan dengan cara-cara gaib dan mengandung arti
mendalam.
Contoh: Mitos tentang Nyai Loro Kidul
c. Legenda, yaitu ceritera pada masa lampau yang masih memiliki hubungan
dengan peristiwa-peristiwa sejarah atau dongeng-dongeng. Contoh: Legenda
Gunung Tangkuban Perahu, Terjadinya Kota Banyuwangi, Pulau Samosir dan
lain-lain.
d. Upacara, yaitu rangkaian tindakan atau perbuatan yang terikat pada aturan-
aturan tertentu berdasarkan adat istiadat, agama dan kepercayaan
Contoh: Upacara penguburan mayat, upacara perkawinan, dan lain-lain.
e. Lagu-lagu Daerah, yaitu syair-syair yang dinyanyikan atau ditembangkan
dengan irama yang indah dan menarik. Contoh: Gambang Suling, Cublak-
cublak Suweng, Bubuy Bulan, Angin Mamiri, Ampar-ampar Pisang, dan
sebagainya.
18. 4. Berdasarkan Kebudayaan yang Ditinggalkan
a. Zaman Batu, yaitu zaman kebudayaannya didukung dan dibuktikan dengan
peninggalan-peninggalan yang berwujud batu. Dibagi menjadi beberapa
zaman, yaitu :
1) Paleolitikum (Zaman Batu Tua) Ciri-cirinya, yaitu:
a) Kebudayaan masih primitif dan sederhana
b) Hidup berpindah-pindah (Nomaden)
c) Berburu dan mengumpulkan makanan (food Gathering)
d) Terjadi 600.000 juta tahun yang lalu.
e) Disebut juga dengan kebudayaan Ngandong dan Pacitan
f) Jenis manusia purba yang ditemukan adalah: Pithecanthropus Erectus.
Homo Wajakensis, Meganthropus Paleojavanicus, Homo Soloensis. Tokoh
penemunya adalah Von Koenigswald (1935).
g) Alat-alat kehidupan yang ditemukan berupa alat-alat dari batu (Flakes) dan
Kapak genggam (Chooper)
2) Mesolitikum (Zaman Batu Tengah) Ciri-cirinya, yaitu:
a) Berburu dan menangkap ikan
b) Hidup mulai menetap (semi sedenter) digua-gua (Abris souc Roche)
c) Meninggalkan sampah dapur (kjokken moddinger)
d) Alat-alat yang digunakan adalah Kapak gengam (peble) dan Bache Courte
(kapak pendek)
Yang termasuk kebudayaan Mesolitikum adalah Kebudayaan Bacson-Hoabinh
dan Kebudayaan Toala ( Sul-sel).
3) Neolitikum (Zaman Batu Muda) Ciri-cirinya, yaitu :
a) Merupakan masa revolusi kebudayaan, sebab manusia yang tadinya
mengenal food gathering berubah menjadi food producing
b) Hidup menetap (Sedenter), dan memiliki tempat tinggal bukan di gua.
c) Hidup dari bercocok tanam
d) Alat-alat yang dipakai berasal dari batu yang sudah dihaluskan dan
sempurna.
Hasil kebudayaan Neolitikum adalah Kapak persegi, Kapak Lonjong.
Kebudayaan ini banyak ditemukan di sulawesi selatan, Jawa Tengah, Jawa
Timur dan Bengawan Solo. Tokoh Penemunya adalah Van Heine Heldern.
4) Megalitikum (Zaman Batu Besar) Ciri-cirinya, yaitu:
a) Manusia sudah dapat membuat dan meninggalkan kebudayaan yang
terbuat dari batu-batu besar
b) Berkembang dari zaman neolitikum sampai zaman perunggu
c) Manusia sudah mengenal kepercayaan utamnya animisme
Peninggalannya berupa benda-benda sebagai berikut.
1) Menhir, yaitu tugu batu tempat pemujaan terhadap roh nenek
moyang
19. 2) Waruga, yaitu kubur batu yang berbentuk kubus atau bulat
3) Dolmen, yaitu meja batu tempat meletakkan sesaji yang
dipersembahkan kepada roh nenek moyang.
4) Punden Berundak-undak, yaitu bangunan suci tempat pemujaan
terhadap roh nenek moyang yang dibuat dalam bentuk bertingkat-
tingkat
5) Sarkofagus, yaitu peti jenazah yang terbuat dari batu bulat (batu
tunggal)
6) Kubur Batu, yaitu peti jenazah yang terbuat dari batu pipih
7) Arca, yaitu patung yang menggambarkan binatang atau manusia
yang biasanya disembah.
B. Hasil Kebudayaan Megalitikum dan Budaya Megalitik di Indonesia
Kebudayaan Megalitikum bukanlah suatu zaman yang berkembang
tersendiri, melainkan suatu hasil budaya yang timbul pada zaman
Neolitikum dan berkembang pesat pada zaman logam. Setiap bangunan
yang diciptakan oleh masyarakat tentu memiliki fungsi.
Stonehenge merupakan sebuah monumen batu peninggalan
manusia purba pada zaman Megalitikum yang terletak di Salisbury Plain,
Propinsi Wilshire, Inggris. Stonehenge sendiri terdiri dari tiga puluh batu
tegak (sarsens) dengan ukuran yang sangat besar (masing-masing batu
pada mulanya seragam tingginya,yaitu 10 meter dengan masing-masing
batu mempunyai berat 26 ton),semua batu tegak tsb disusun dengan
bentuk tegak melingkar.
C. Contoh hasil kebudayaan zaman megalitikum
1) Menhir
Menhir adalah batu tunggal (monolith) yang berasal dari periode Neolitikum
(6000/4000 SM-2000 SM) yang berdiri tegak di atas tanah. Istilah menhir
diambil dari bahasa Keltik dari kata men (batu) dan hir (panjang). Menhir
biasanya didirikan secara tunggal atau berkelompok sejajar di atas tanah.
Diperkirakan benda praaksara ini didirikan oleh manusia praaksara untuk
Patung megalitik di Pematang Panggang,
Ogan Ilir.
20. melambangkan phallus, yakni simbol kesuburan untuk bumi. Menhir adalah
batu yang serupa dengan dolmen dan cromlech, merupakan batuan dari
periode Neolitikum yang umum ditemukan di Perancis, Inggris, Irlandia,
Spanyol dan Italia. Batu-batu ini dinamakan juga megalith (batu besar)
dikarenakan ukurannya. Mega dalam bahasa Yunani artinya besar dan lith
berarti batu. Para arkeolog mempercayai bahwa situs ini digunakan untuk
tujuan religius dan memiliki makna simbolis sebagai sarana penyembahan
arwah nenek moyang.
2) Dolmen
Dolmen adalah meja batu tempat meletakkan sesaji yang dipersembahkan
kepada roh nenek moyang. Di bawah dolmen biasanya sering ditemukan
kubur batu. Dolmen yang merupakan tempat pemujaan misalnya ditemukan
di Telagamukmin, Sumberjaya, Lampung Barat. Dolmen yang mempunyai
panjang 325 cm, lebar 145 cm, tinggi 115 cm ini disangga oleh beberapa
batu besar dan kecil. Hasil penggalian tidak menunjukkan adanya sisa-sisa
penguburan. Benda-benda yang ditemukan di antaranya adalah manik-
manik dan gerabah.
3) Sarkofagus
Sarkofagus atau keranda yang terbuat dari batu. Bentuknya menyerupai
lesung dari batu utuh yang diberi tutup
21. Daerah tempat ditemukannya
sarkofagus adalah Bali. Menurut
masyarakat Bali Sarkofagus memiliki
kekuatan magis/gaib. Berdasarkan
pendapat para ahli bahwa sarkofagus
dikenal masyarakat Bali sejak zaman
logam.
Fungsinya sebagai tempat menyimpan mayat yang disertai bekal kuburnya.
Menurut Von Heine Geldern, kubur batu termasuk kebudayaan megalitikum
gelombang kedua atau disebut juga Megalit Muda yang menyebar ke
Indonesia pada zaman perunggu (1.000-100 SM) dibawa oleh pendukung
Kebudayaan Dongson (Deutro Melayu). Contoh bangunan megalit
gelombang ini adalah peti kubur batu, dolmen, waruga sarkofagus, dan
arca-arca dinamis.
Peti kubur adalah peti mayat yang terbuat dari batu-batu besar. Kubur batu
dibuat dari lempengan atau papan batu yang disusun persegi empat
berbentuk peti mayat yang dilengkapi dengan alas dan bidang atasnya juga
berasal dari papan batu.
Selain Pagar alam dan Lahat, daerah penemuan peti kubur adalah Cepari
Kuningan, Cirebon (Jawa Barat), Wonosari (Yogyakarta), dan Cepu (Jawa
Timur). Di dalam kubur batu tersebut juga ditemukan rangka manusia yang
sudah rusak, alat-alat perunggu dan besi, serta manik-manik. Dari
penjelasan tentang peti kubur, tentu dapat ketahui persamaan antara peti
kubur dan sarkofagus, yang keduanya merupakan tempat menyimpan mayat
disertai bekal kuburnya.
Selama ini, Pagaralam memang telah dikenal dengan peninggalan zaman
megalitikum. Hal ini terbukti dengan penemuan arca-arca yang tersebar di
Kabupaten Lahat dan Kota Pagaralam, seperti Karangindah, Tinggiari Gumai,
Tanjungsirih, Padang Gumay, Pagaralam, Tebatsementur (Tanjungtebat),
Tanjung Menang-Tengahpadang, Tanjungtebat, Pematang, Ayik Dingin,
Tanjungberingin, Geramat Mulak Ulu, Tebingtinggi-Lubukbuntak, Nanding,
22. Batugajah (Kutaghaye Lame), Pulaupanggung (Sekendal), Gunungmigang,
Tegurwangi, dan Airpur.
Penemuan yang paling menarik adalah megalitik yang dinamakan
Batugajah, yakni sebongkah batu berbentuk telur, berukuran panjang 2,17
m, dan dipahat pada seluruh permukaannya. Bentuk batunya yang asli
hampir tidak diubah, sedangkan pemahatan obyek yang dimaksud
disesuaikan dengan bentuk batunya. Namun, plastisitas pahatannya tampak
indah sekali.
Batu dipahat dalam wujud seekor gajah yang sedang melahirkan seekor
binatang antara gajah dan babi-rusa, sedangkan pada kedua belah sisinya
dipahatkan dua orang laki-laki. Laki-laki sisi kiri gajah berjongkok sambil
memegang telinga gajah, kepalanya dipalingkan ke belakang dan bertopi.
Perhiasan berbentuk kalung besar yang melingkar pada lehernya. Begitu
pula pada betis, di sana tampak tujuh gelang. Pada ikat pinggang yang lebar
tampak pedang berhulu panjang, sedangkan sebuah nekara tergantung
pada bahunya. Pada sisi lain (sisi kakan gajah) dipahatkan seorang laki-laki
juga, hanya tidak memakai pedang. Pada pergelangan tangan kanan laki-
laki ini terdapat gelang yang tebal. Adapun pada betis tampak 10 gelang
kaki.
Temuan batu gajah dapat membatu usaha penentuan umur secara relatif
dengan gambar nekara itu sebagai petunjuk yang kuat, selain petunjuk-
petunjuk lain seperti pedang yang mirip dengan belati Dong Son, serta
benda-benda hasil penggalian yang berupa perunggu (besemah, gangse)
dan manik-manik. Dari petunjuk-petunjuk di atas, para ahli berkesimpulan
bahwa budaya megalitik di Sumatera Selatan, khususnya di Kabupaten Lahat
dan Kota Pagaralam, berlangsung pada masa perundagian. Pada masa ini,
teknik pembuatan benda logam mulai berkembang.
Sebuah nekara juga dipahatkan pada arca dari Airpuar. Arca ini melukiskan
dua orang prajurit yang berhadap-hadapan, seorang memegang tali yang
diikatkan pada hidung kerbau, dan orang yang satunya memegang
tanduknya. Kepala serigala (anjing) tampak di bawah nekara perunggu
tersebut.
4) Kubur Batu
Kubur Batu/Peti Mati yang terbuat dari batu besar yang
masing-masing papan batunya lepas satu sama lain.
Fungsi dari kubr batu adalah sebagai tempat
menyimpan mayat yang disertai bekal kuburnya.
23. 5) Punden Berundak
Punden berundak merupakan contoh
struktur tertua buatan manusia yang
tersisa di Indonesia, beberapa dari
struktur tersebut beranggal lebih dari
2000 tahun yang lalu. Punden berundak
bukan merupakan “bangunan” tetapi
merupakan pengubahan bentang-lahan
atau undak-undakan yang memotong
lereng bukit, seperti tangga raksasa.
Bahan utamanya tanah, bahan pembantunya batu;menghadap ke anak
tangga tegak, lorong melapisi jalan setapak, tangga, dan monolit tegak.
Fungsi dari punden berundak itu sendiri adalah sebagai tempat pemujaan
terhadap roh nenek moyang yang telah meninggal.
6) Arca Batu
Arca/patung-patung dari batu yang
berbentuk binatang atau manusia. Bentuk
binatang yang digambarkan adalah gajah,
kerbau, harimau dan moyet. Sedangkan
bentuk arca manusia yang ditemukan
bersifat dinamis. Maksudnya, wujudnya
manusia dengan penampilan yang
dinamis seperti arca batu gajah. Arca batu
gajah adalah patung besar dengan
gambaran seseorang yang sedang menunggang binatang yang diburu. Arca
tersebut ditemukan di daerah Pasemah (Sumatera Selatan). Daerah-daerah
lain sebagai tempat penemuan arca batu antara lain Lampung, Jawa Tengah
dan Jawa Timur.
7) Waruga
Waruga adalah kubur atau makam leluhur orang
Minahasa yang terbuat dari batu dan terdiri dari
dua bagian. Bagian atas berbentuk segitiga seperti
bubungan rumah dan bagian bawah berbentuk
kotak yang bagian tengahnya ada ruang.
Budaya Megalitik di Indonesia
24. Di Indonesia, beberapa etnik masih memiliki unsur-unsur megalitik yang
dipertahankan hingga sekarang.
Pasemah
Pasemah merupakan wilayah dari Propinsi Sumatera Selatan, berada di kaki
Gunung Dempo. Tinggalan-tinggalan megalitik di wilayah ini tersebar sebanyak 19
situs, berdasarkan penelitian yang di lakukan oleh Budi Wiyana (1996), dari Balai
Arkeologi Palembang. Tinggalan megalitik Pasemah muncul dalam bentuk yang
begitu unik, patung-patung dipahat dengan begitu dinamis dan monumental,
yang mencirikan kebebasan sang seniman dalam memahat sehingga tinggalan
[megalitik pasemah], disebut oleh ahli arkeologi sebagai Budaya Megalitik
Pasemah.
Nias
Rangkaian kegiatan mendirikan batu besar (dolmen) untuk memperingati kematian
seorang penting di Nias (awal abad ke-20).
Etnik Nias masih menerapkan beberapa elemen
megalitik dalam kehidupannya. Lompat batu dan
kubur batu masih memperlihatkan elemen-
elemen megalitik. Demikian pula ditemukan batu
besar sebagai tempat untuk memecahkan
perselisihan.
Sumba
Etnik Sumba di Nusa Tenggara Timur juga masih kental menerapkan beberapa
elemen megalitik dalam kegiatan sehari-hari. Kubur batu masih ditemukan di
sejumlah perkampungan. Meja batu juga dipakai sebagai tempat pertemuan adat.
2. Zaman Logam, yaitu zaman kebudayaannya didukung dan dibuktikan dengan
peninggalan-peninggalan yang berwujud benda-benda logam. Masyarakat
pendukungnya sudah mampu mengolah, melebur, dan membuat alat-alat dari logam.
Mereka mendapat keahlian karena adanya pengaruh dari kebudayaan Dongson
(Vietnam).
1. Hasil-Hasil Kebudayaan Zaman Perunggu
Zaman perunggu merupakan fase yang sangat penting dalam sejarah.
Beberapa contoh benda-benda kebudayaan perunggu antara lain berupa
kapak corong, nekara, dan bejana perunggu. Perunggu merupakan hasil
campuran antara timah putih dan tembaga.
1) Nekara Perunggu
25. Nekara merupakan genderang besar yang terbuat dari
perunggu berpinggang di bagian tengahnya dan
tertutup di bagian atasnya. Fungsinya sebagai sarana
upacara (kesuburan dan kematian) dan dijadikan simbol
status sosial. Fungsi lain dimungkinkan untuk
memanggil arwah roh nenek moyang dan memanggil
hujan. Nekara banyak ditemukan di Sumatra, Jawa, Bali, Rote, Selayar, dan
Alor.
2) Kapak Corong (Kapak Sepatu)
Kapak corong adalah kapak yang bagian tajamnya seperti
kapak batu, hanya bagian tangkainya berbentuk corong.
Bentuk dan ukuran kapak corong berbeda-beda. Ada yang
tajamnya lurus dan ada yang melengkung yang biasa
disebut Candrasa. Ada juga yang tangkainya lurus,
melengkung, atau, terbelah dua seperti ekor burung
layang-layang. Kapak corong besar berfungsi sebagai cangkul, kapak
corong kecil berfungsi untuk pengerjaan kayu, sedangkan kapak yang
tajamnya melengkung panjang digunakan untuk upacara atau tanda
kebesaran kepala suku. Kapak corong banyak ditemukan di Sumatra, Jawa,
Bali, Sulawesi Tengah, Selayar dan Danau Sentani Papua.
3) Bejana Perunggu
Bejana perunggu adalah benda berbentuk seperti gitar
Spanyol yang tidak bertangkai. Pola hiasan benaja perunggu
adalah hiasan anyaman dan menyerupai huruf “J”. Di
Indonesia, bejana perunggu banyak ditemukan di Madura
dan Sumatra.
4) Perhiasan Perunggu
Biasanya perbiahasan ditemukan sebagai bekal kubur. Bentuk perhiasan
beraneka ragam seperti kalung, gelang, cincin, giwang dan sebagainya.
5) Gerabah
Jenis gerabah sangat beragam, seperti kendi, mangkok, tempayan,
belanga, dan lain-lain. Tempat penemuan gerabah misalnya di Gilimanuk
(Bali), Bogor, dan Anyer (Jawa Barat).
2. Hasil Budaya Zaman Besi
Pada zaman besi manusia telah menggunakan peralatan yang terbuat dari besi
dengan tujuan untuk menghasilkan alat yang jauh lebh kuat dan bisa
digunakan berulang kali. Untuk menghasilkan alat dari besi menggunakan dua
teknik, yaitu teknik a cire perdue (teknik cetak ulang) dan teknik bivalve (teknik
dua setangkup).