SlideShare a Scribd company logo
CHOLINESTERASE
TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN
DOSEN PENGAJAR:
HELFI NOLIA.,S.KM.M.PH.
CHOLINESTERASE
OBRAIN ELIA UTAMA SINURAT
P00933121017
D-III SANITASI
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
CHOLINESTERASE
• Cholinesterases merupakan kelompok esterase yang menghidrolisis ester
kolin pada tingkat yang lebih tinggi dari ester lainnya, asalkan tingkat hidrolisis
dibandingkan pada kondisi optimum dan terkontrol. Semua kolinesterase, dengan
beberapa pengecualian di antaranya vertebrata dan invertebrata yang lebih
rendah, dihambat oleh 1OtM fisostigmin. Sifat penghambatan ini dan spesifisitas
substrat membedakan cholinesterases dari karboksilesterase,meskipun kedua
jenis esterase sensitif terhadap senyawa organofosfat. Tampaknya ada hubungan
yang erat antara dua jenis, dan telah disarankan bahwa mereka memiliki asal
filogenetik yang sama Mekanisme reaksi kedua enzim (kolinesterase dan
karboksilesterase) serupa: esterase bereaksi dengan ester untuk menghasilkan
kompleks asil-enzim perantara, yang dapat bereaksi dengan berbagai akseptor
asil, termasuk air. Itu penghambatan esterase ini oleh fosforil tertentu, turunan
karbamil, dan sulfonil dapat dijelaskan dengan mekanisme analog.
CHOLINESTERASE
• Esterase yang resisten terhadap senyawa
fisostigmin dan organo-fosfor diwakili oleh
arylesterases,yang menghidrolisis aromatik
ester pada tingkat yang sangat tinggi, dan
asetilesterase yang bertindak istimewa pada
ester asam asetat.
CHOLINESTERASE
• Acetylcholinesterases(AChE)
• Yang paling terkenal dari cholineesterhydrolysing enzim
adalah asetilkolinesterase yang menggunakan asetilkolin sebagai
substrat alaminya. Mereka tampaknya menjadi bagian integral
dari elektrogenik tertentu membran dan struktur sel tidak larut
lainnya. Itu sumber utama adalah otak dan jaringan saraf,
eritrosit, dan organ listrik. Enzim yang mirip properti hadir
dalam racun kobra, di mana tampaknya berada dalam larutan.
Spesifisitas dan perilaku kinetik sangat mirip untuk sebagian
besar esterase ini, dan sifat yang sangat berbeda yang
mencirikan jenis lain kolinesterase dari berbagai sumber
umumnya tidak diamati. AChE terkadang ada di jaringan lain dan
organ bersama dengan jenis kolinesterase lainnya.
CHOLINESTERASE
• Plasma Cholinesterase
• kolinesterase plasma Cholinesterases berbeda dari yang
dibahas di atas hadir dalam plasma darah dari manusia dan
vertebrata tingkat tinggi. Dengan mengacu spesifisitas substrat,
orang dapat membedakan antara butirilkolinesterase (BuChE),
propionilkolinesterase (PrChE), dan benzoilkolinesterase (BzChE).
Namun, istilah tersebut tidak membawa implikasi pada substrat
fisiologis untuk ini enzim yang masih belum diketahui. Enzim-
enzim ini juga hadir di berbagai organ-misalnya, hati, pankreas,
usus, jantung, dan otot. Beberapa di antaranya sumber
mengandung campuran berbagai jenis kolinesterase bersama-
sama dengan karboksilesterase dan arylesterase.
• ada perbedaan mencolok dalam kolinesterase
dari spesies yang berbeda.Itu plasma tikus,
kelinci, ayam jantan, dan mungkin katak dicirikan
oleh PrChE, sifat-sifatnya yang berbeda pada
setiap spesies dalam hal sensitivitas inhibitor
dan perilaku kinetik. Thc BuChE dalam plasma
manusia, kuda, dan anjing menunjukkan sifat
yang mirip tetapi memiliki perbedaan bentuk
molekul seperti yang ditunjukkan oleh
elektroforesis. Kolinesterase juga ada dalam
berbagai bentuk, sebagai varian dari tipe
normal, dan sebagai isoenzim.
CHOLINESTERASE
• Other Cholinesterase
• Turtle plasma esterase memiliki beberapa keunikan
karakteristik menunjukkan sifat dari kedua karboksilesterase
dan kolinesterase. Ini adalah satu-satunya contoh yang diketahui
dari esterase physostigminesensitif yang menghidrolisis ester
non-kolin lebih cepat daripada ester kolin. Enzim ini dianggap
sebagai tahap perantara dalam filogenetik evolusi esterase
plasma. Perubahan mutasi kemungkinan telah menyebabkan
pengembangan esterase dengan spesifisitas substrat yang sangat
berbeda. Memiliki telah disarankan bahwa BuChE adalah salah
satu enzim terakhir yang muncul sebagai hasil dari mutasi ini
perubahan selama evolusi filogenetik.
• Kolinesterase dari berbagai unggas
memiliki sifat yang tidak biasa. Misalnya,
kolinesterase plasma unggas memiliki sebagian
besar sifat a PrChE, tetapi dapat menghidrolisis
asetil-,B-metilkolin, yang biasanya dianggap
sebagai substrat saja untuk AChE. Umumnya,
pada vertebrata yang lebih rendah, PrChE jauh
lebih berlimpah daripada BuChE. Itu plasma ikan
teleostian dan elasmobranch mengandung
esterase yang dapat ditunjuk sebagai AChE
pada dasar spesifisitas subsLrate tetapi itu
berbeda dari AChE dalam perilaku kinetik
• Penghambatan substrat adalah salah
satu karakteristiknya yang membedakan
AChE dari jenis kolinesterase lainnya.
Namun, enzim yang telah diisolasi dari otot
plaice (Pleuronectes platesa) dihambat oleh
substrat berlebih, tetapi optimal substrat
adalah butirilkolin miosin persiapan telah
ditemukan untuk menunjukkan aktivitas
esterase yang dianggap sebagai tipe khusus
dari esterase.
• Tumbuhan dan organisme tingkat rendah lainnya
tidak memiliki aktivitas kolinesterase, dan
kemungkinan besar ini juga benar bakteri. Enzim
seperti AChE diinduksi dengan mengobati
Pseudomonasfluorescens dengan kolin dan turunannya.
Enzim ini telah dimurnikan dan terbukti resisten
terhadap senyawa organofosfat. Situs aktifnya tidak
mengandung serin, tetapi sebaliknya memiliki
kelompok yang mengikat alkohol.Adanya kolinesterase
pada protozoa, spons, dan hydrozoans telah
dilaporkan tetapi hasil tampaknya sangat tergantung
pada sensitivitas dari metode yang digunakan.
Aktivitasnya biasanya sangat rendah, tetapi karena
informasi biokimia tidak mencukupi tersedia, jenis
enzim yang ada tidak dapat ditentukan.
JENIS JENIS CHOLINESTERASE
• Commercial Cholinesterase
• kolinesterase komersial AChE tersedia dari dua sumber,
listrik organ belut listrik (Electrophorus electricus) dan eritrosit
sapi. Plasma BuChE tersedia dari plasma baik manusia atau kuda.
Beberapa sifat-sifat kolinesterase ini diberikan dalam Aktivitas
molekul diberikan dalam bentuk ,umol asetilkolin terhidrolisis per
mol pusat aktif per menit. Molaritas larutan adalah ditentukan
dengan mengukur hidrolisis laju pada konsentrasi enzim yang
sesuai dan di bawah kondisi eksperimental optimal, menghitung
tingkat yang diharapkan jika konsentrasi enzim adalah 1 mg/ml,
dan kemudian menentukan molaritas menggunakan nilai yang
dilaporkan untuk aktivitas molekuler.
HUBUNGAN CHOLINESTERASE DAN
PEPTISIDA
• Enzim cholinesterase adalah suatu enzim yang terdapat pada cairan
seluluer yang fungsinya untuk menghentikan aksi dari pada acetylcholine
dengan jalan menghidrolisis menjadi colin dan asam asetat. Acetylcholine
adalah pengantar saraf yang berada pada seluruh sistem saraf pusat
(SSP), saraf otonom (simpetik dan parasimatik) dan sistem saraf
somatik. Prinsip kerja yang digunakan adalah pengujian darah yang
mengandung enzim cholinesterase membebaskan asam asetat dari
acetylcholine sehingga akan merubah pH larutan (mixture) darah dan
indikator. Prinsip reaksi butyryltiocholine + H2O cholinesterase
thiocholine + butyrate thiocholine + 2[Fe(CN)6]3 +H2O choline
+2[Fe(CN)6]4 + H2O. Aktivitas enzim cholinesterase dalam darah
seseorang nyatakan dalam persentase dari aktivitas cholinesterase
dalam darah menurut (Suma’mur 1987), diagnosa keracunan 76- 100%
termasuk “normal” ,51-75% temasuk keracunan ringan, 26-50%
termasuk sedang dan 0-25% termasuk keracunan berat.
• Besarnya tuntutan untuk mendapatkan hasil pertanian
dalam jumlah banyak dan berkualitas secara cepat, menyebabkan
petani menggunakan pestisida untuk mencegah tanaman
terserang hama. Pestisida adalah salah satu hasil teknologi
modern dan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan
kesejahteraan rakyat. Penggunaan pestisida dengan cara yang
tepat dan aman adalah hal mutlak yang harus dilakukan karena
pestisida termasuk salah satu bahan beracun. Sebagian besar
cara penggunaan pestisida oleh petani adalah dengan cara
penyemprotan. Saat 2 penyemprotan merupakan keadaan dimana
petani sangat mungkin terpapar bahan kimia yang terdapat dalam
pestisida yang digunakan. Bahaya yang dapat terjadi saat
penyemprotan tersebut dapat mengakibatkan gangguan yang
menyebabkan penyakit
• Penggunaan pestisida untuk mengendalikan hama tanaman mengandung
resiko kecelakaan pada manusia dalam bentuk keracunan kronik atau akut dan
kematian beratnya tingkat keracunan berhubungan dengan tingkat penghambatan
cholinesterase dalam darah. Gejala - gejala yang timbul yang berkaitan dengan
keracunan pestisisda sebagai berikut, kelelahan, lemah berlebihan, kulit terasa
terbakar keringatan berlebihan, perubahan warna pada kulit, penglihatan
menjadi kabur biji mata mengecil dan membesar, mual, muntah, diare, perut
kejang atau sakit perut, kesulitan bernafas, dada terasa sakit dan lain-lainnya.
organofosfat dengan karbamat, golongan tersebut merupakan pestisida yang
dikenal sebagai indikator untuk enzim cholinesterase. Beberapa zat yang
terkadung dalam pestisida mampu mengurangi kemampuan enzim cholinesterase
untuk menghidrolisa acetylcholine, sehingga dapat menghambat laju penyampaian
rangsangan pada saraf. Jika terjadi keracunan pestisida golongan organfosfat
dan kabomat yang akan menurunkan aktivitas enzim cholinesterase pada tingkat
tertentu sesuai dengan tingkat keracunanya. selain melihat enzim aktivitas
cholinesterase, keracunan pestisida dapat di ketahui dengan melihat gejala-
gejala yang timbulkan atau keluhan subjektif. Ketika seseorang terpapar
pestisida golongan organofosfat cholinesterase akan berkaitan dengan pestisida
yang bersifat ireversibele. Akibatnya tidak terjadi reaksi dengan achethicholin
secara baik. Dalam pemeriksaan akan nampak terjadi penurunan aktivitas
cholinesterase atau peningkatan kadar acetycholine. Penurunan aktivitas
cholinesterase dalam eritrosit dapat berlansung 1 sampai 3 minggu, sedangkan
penurunan aktivitas cholinesterase dalam trombosit dapat berlansung hingga 12
minggu atau 3 bulan
• Penggunaan pestisida di Indonesia mengalami peningkatan yang sangat besar
hingga mencapai 236% terjadi pada periode 1982 – 1987 secara khusus untuk
insektisida mengalami peningkatan hingga 710%, dan hal tersebut berlangsung hingga
saat ini dimana pada tahun 2000 mencapai 594 merk dagang. Pemakaian pestisida yang
sangat besar ini berawal dari pelaksanaan program intensifikasi pertanian yang
berorientasi pada panen yang sebesar-besarnya dengan tidak memperhitungkan dampak
negatif yang akan terjadi baik pada lingkungan maupun manusia. Petani benar-benar
dirangsang untuk menggunakan pestisida secara besar-besaran hal ini terlihat dengan
adanya subsidi pemerintah terhadap pestisida yang mencapai 80% sehingga harga
pestisida menjadi sangat murah terlebih lagi dengan adanya kemudahan untuk
memperoleh kredit. Tidak hanya itu, program penyuluhanpun merekomendasikan
penyemprotan pestisida secara berkala tanpa melihat ada tidaknya hama yang
menyerang tanaman sehingga penyemprotan dapat dilakukan setiap minggu sepanjang
masa tanam
• Di antara berbagai jenis pestisida, golongan
organophosphate dan karbamat adalah yang paling
umum digunakan oleh petani. Namun jenis pestisida
yang paling banyak digunakan pada negara
berkembang yaitu Insektisida. Insektisida
hidrokarbon merupakan senyawa-senyawa kimia yang
sebagian besar menyebabkan kerusakan pada
komponen-komponen selubung sel saraf sehingga
fungsi saraf terganggu. Insektisida yang bersifat anti
cholinesterase merupakan bagian terbesar dari
insektisida sintetik modern yang banyak digunakan
dalam pengendalian hama tanaman. Insektisida ini
bersifat perintah enzim yang berperan dalam
penerusan rangsangan saraf, sehingga menyebabkan
gangguan fungsi saraf
• Kandungan sulfat yang tinggi dala pestisida menimbulkan ikatan
sulfhemoglobin, hal ini menyebabkan hemoglobin menjadi tidak normal dan tidak
dapat menjalankan fungsinya dalam menghantarkan oksigen. Sulfehemoglobin
merupakan bentuk hemoglobin berkaikatan dengan atom sulfat didalamnya.
Kejadian anemia dapat terjadi pada penderita keracunan organofosfat dan
karbamat karena bentuknya sulfhemoglobin dan methemoglobin didalam sel
darah merah yang menyebabkan penurunan kadar hemoglobin sehingga terjadi
hemolitik anemia yang terjadi akibat kontak dengan pestisida di sebabkan karena
terjadinya kecatatn enzimatik pada sel darah merah dan jumlah sel darah dan
jumlah zat toksik yang masuk ke dalam tubuh. Kemampuan enzim cholinesterase
adalah menghidrolisa acetylcholine dan merubahnya menjadi cholin dan asam
asetat. Dengan kata lain mampu mengubah derajad asam dan basa melalui
kemampuan hidrolisa ini kemudian di jadikan dasar untuk mengetahui keberadaan
enzim ini. Di labortorium prosedur pemeriksaan sampel darah yang di
tambahakan larutan indikator bromtymol blue dan larutan subsrat acetylcholine
perclorate, kemudian diberikan beberapa menit sesuai dengan waktu pengukuran.
Aktivitas enzim cholinesterase dalam darah dijadikan indikator keberadaan
pestisida dalam darah Namun penting untuk diperhatikan, bahwa penurunan
aktivitas enzim cholinesterase dapat juga terjadi pada beberapa penyakit,
terutama penyakit yang menyerang hati. Infeksi virus pada hati dikenal hepatitis
baik yang akut maupun kronis dapat menurunkan aktivitas enzim cholinesterase
antara 30% sampai 50%, sedangkan penyakit sarosis hepatitis yang lanjut tumor
hati ataupun tumor lainnya yang berfementasi ke hati dapat menurunkan
aktivitas enzim cholineterase 50%-70%.
• Aktivitas cholinesterase darah adalah jumlah enzim cholinesterase aktif di dalam plasma darah dan
sel darah merah yang berperan dalam menjaga keseimbangan sistem saraf. Aktivitas cholinesterase darah ini
dapat digunakan sebagai indikator keracunan pestisida golongan organofosfat. Setelah masuk dalam tubuh,
pestisida golongan organofosfat dan karbamat akan mengikat enzim cholinesterase, sehingga cholinesterase
menjadi tidak aktif dan terjadi akumulasi achethilcholin. Keadaan tersebut akan menyebabkan gangguan
sistem syaraf yang berupa aktifitas kolinergik secara terus menerus akibat Achethilcholin yang tidak
dihidrolisis. Gangguan ini selanjutnya dikenal sebagai tanda-tanda atau gejala keracunan, hal ini tidak hanya
terjadi pada ujung syaraf tetapi juga dalam serabut saraf. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui
adanya petani terpapar pestisida dengan menggunakan Photometer 5010, dan untuk mengetahui faktor
penyebab terpapar atau keracunan pestisida dalam darah petani bawang merah. Ketika seseorang terpapar
pestisida golongan organofosfat, cholinesterase akan berikatan dengan pestisida tersebut yang bersifat
ireversible. Akibatnya tidak terjadi reaksi dengan asetilcholin secara baik. Dalam pemeriksaan akan nampak
terjadinya penurunan aktivitas cholinesterase atau peningkatan kadar asetilcholin. Penurunan aktivitas
cholinesterase dalam eritrosit dapat berlangsung hingga 1 – 3 minggu, sedangkan penurunan aktivitas
cholinesterase dalam trombosit dapat berlangsung hingga 12 minggu atau 3 bulan
• Seseorang yang mengalami keracunan pestisida akan memiliki kadar CHE yang
rendah. Beberapa pestisida bersifat anti-CHE yang dapat menurunkan aktivitas enzim
CHE dalam tubuh. Penurunan aktivitas enzim tersebut dapat mengakibatkan
terganggunya sistem saraf, keracunan, hingga kematian. Keracunan pestisida pada
petani dapat dilihat dengan melihat kadar enzim CHE dalam darah petani. Semakin
rendah kadarnya, maka semakin terdeteksi bahwa petani tersebut mengalami
keracunan akibat penggunaan pestisida. Kontaminasi pestisida pada manusia yang masuk
ke dalam tubuh dapat menimbulkan tanda dan gejala yang dapat dirasakan oleh
penderita dan dapat diamati oleh orang lain. Namun, masyarakat pada umumnya
menganggap enteng gejala-gejala yang timbul pada diri mereka setelah melakukan
aplikasi pestisida. Mereka tidak melakukan pemeriksaan ke rumah sakit atau tenaga
kesehatan terkait dengan gejala-gejala yang timbul yang mengakibatkan tidak
terdeteksinya kasus keracunan pestisida di masyarakat sehingga efek kronis tidak
dapat dicegah. Gejala dan tanda keracunan bervariasi meliputi sakit kepala, kelemahan
atau keletihan menyeluruh, berkeringat, muntah, pandangan kabur dan kejang
• Sebagaimana diketahui, salah satu kemampuan enzim
cholinesterase adalah menghidrolisa asetilcholin dan
merubahnya menjadi cholin dan asam asetat. Atau dengan
kata lain mampu mengubah derajad asam dan basa. Melalui
kemampuan hidrolisa ini kemudian dijadikan dasar untuk
mengetahui keberadaan enzim ini. Di laboratorium,
prosedur pemeriksaan dilakukan dengan pemeriksaan
sampel darah yang ditambah larutan indikator bromothymol
blue dan larutan substrat acetylcholine perchlorate,
kemudian dibiarkan beberapa menit sesuai dengan waktu
pengukuran. Aktivitas enzim cholinesterae dalam darah
dapat dijadikan indikasi keberadaan pestisida dalam darah.
• Pengetahuan petani dalam pemakaian alat pelindung diri (APD),
bayaknya frekuensi penyemprotan, lama penyemprotan dan higiene
perorangan masih sangat kurang. Petani hanya mendapatkan penyuluhan
yang singkat dari distributor produk obat yang sering melakukan
penawaran produk, itu pun tidak disertai pemberian alat pelindung diri
(APD) seperti masker, mereka hanya sekedar memberi penyuluhan
secara singkat saja. Karena kurangnya pengetahuan terhadap bahaya
pestisida, dalam melakukan penyemprotan, petani di nagari Alahan
Panjang ini, cenderung tidak menggunakan alat pelindung diri, dan hanya
memakai baju lengan panjang dan celana panjang,dan tidak jarang petani
menyemprot tidak searah dangan arah angin, sehingga mengenai kulit
tangan dan muka petani tersebut, hal ini sangat mempengaruhi paparan
pestisida yang dapat masuk lewat saluran pernapasan (mulut dan hidung)
maupun lewat kulit (inhalation).
• Merokok saat menyemprot dapat memberikan kontribusi terhadap
absorbsi pestisida pada petani penyemprot jika tangan terkontaminasi.
Apabila pestisida terabsorbsi ke dalam tubuh maka dapat mengikat
Cholinesterase yang ada dalam darah sehingga kadar Cholinesterase
darah dapat berkurang dan dapat menimbulkan keracunan pestisida yang
dapat diketahui dengan adanya gejala dan keluhan yang dirasakan petani
setelahmenyemprot. Petani setelah melakukan penyemprotan, umumnya
petani enggan untuk membawa air bersih dan sabun dari rumah.
Berdasarkan penelitian di lapangan petani setelah melakukan
penyemprotan tidak langsung pulang ke rumah tetapi masih melanjutkan
aktivitas di ladang. Hal ini yang membuat mereka rentan terpapar
pestisida, pakaian yang mereka pakai tidak langsung dicuci tetapi masih
dikenakan untuk aktivitas selanjutnya. Petani biasanya hanya mencuci
tangan dengan air yang ada diladang tanpa memakai sabun, untuk
kemudian melanjutkan aktivitasnya.
• Masa kerja petani kebanyakan >10 tahun, karena sudah menjadi
mata pencaharian seharihari. Petani mempunyai lahan sendiri dan
menggarap ladangnya sendiri dan sebagian menjadi buruh tani setiap
harinya, oleh karena itu pekerjaan mereka dimulai dari pagi hari sampai
siang hari kemudian dilanjutkan lagi pada sore hari. Aktivitas mereka
kebanyakan dihabiskan di ladang untuk merawat bawang merah yang
mereka tanam. Setelah penyemprotan petani kadang mengeluh mual
karena paparan, akibat tidak memakai masker saat melakukan
penyemprotan. Selain itu penyemprotan yang berlawanan arah angin juga
berisiko masuknya bahan kimia pestisida ke tubuh. Selain itu petani
sering membawa makanan dan minuman sendiri dari rumah,. Hal ini dapat
mempengaruhi status kesehatan petani karena kebersihan perorangan
yang kurang, mereka hanya cuci tangan di area ladang dengan air
seadanya yang tidak bersih dan tidak memakai sabun.
Hubungan Alat Pelindung Diri dengan Kadar
Cholinesterase pada
Pekerja Penyemprotan
• Alat pelindung Diri (APD) adalah kelengkapan yang wajib
digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan risiko kerja untuk
menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di
sekelilingnya (20). Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Republik Indonesia No PER.08/MEN/VII/2010
tentang Alat Pelindung Diri meliputi alat pelindung kepala, mata,
telinga, pernapasan, tangan dan kaki. Penggunaan APD oleh
aplikator atau penyemprot pestisida akan menurunkan risiko
terpajan pestisida. Berdasarkan Permenkes No. 258/
MENKES/PER/III/1992 tentang Persyaratan Penggunaan
Pestisida, untuk perlengkapan pelindung yang minimal harus
digunakan berdasarkan jenis pekerjaan dan klasifikasi pestisida
• Sikap petani dalam pemakaian alat pelindung diri (APD)
saat ini banyak yang tidak lengkap karena ketidaknyamanan saat
memakai alat pelindung diri (APD) secara lengkap. Petani memakai
topi dan kaos panjang untuk melindungi dari sengatan matahari.
Petani beranggapan bahwa keadaan seperti itu sudah biasa.
Sebaiknya petani memakai alat pelindung diri yang wajib
dikenakan untuk meminimalkan masuknya pestisida lewat jalur
pernapasan, inhalasi dan pencernaan, oleh karena itu pemakaian
masker, topi, sarung tangan, baju lengan panjang dan celana
panjang sangat dianjurkan untuk mengurangi risiko masuknya
pestisida dalam tubuh yang dapat mempengaruhi kadar
Cholinesterase.
Menurut asumsi peneliti penggunaan
APD oleh penyemprot pestisida akan
menurunkan resiko terpanjan pestisida.
Penggunaan APD yang tidak lengkap
dapat menyebabkan pestisida lebih
mudah masuk ke dalam tubuh misal
seperti menyerap melalui kulit bahkan
terhirup melalui saluran pernafasan
karena bagian tidak dilindungi oleh alat
yang dapat mencegah masuknya pestisida
ke dalam tubuh. Kondisi di lapangan
ditemukan beberapa pekerja merasa
risih saat menggunakan APD dengan
Alat dan Cara Penelitian
Pemeriksaan Cholinesterase
• 1. Prinsip Pengujian Darah yang berisi enzim cholinesterase membebaskan
acetyc acid
• (asam asetat) dari acetyl cholin, karena itu akan merubah pH. Suatu
campuran yang terdiri dari darah, indikator dan acetyl cholin perchlorat
disiapkan dan didiamkan untuk beberapa saat tertentu. Perubahan pH
selama periode ini diukur dengan membandingkan warna permanen yang
dipasang pada disk. Perubahan pH adalah ukuran dari tingkat aktifitas
cholinesterase darah.
• 2. Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam pemeriksaan kadar
cholinesterase
• darah terdiri dari : Brom Timol Blue (BTB) 0,112 gr (sebagai larutan
indikator), aquadestilata (bebas CO 2 ) 250 ml dan Acetylcholine
Perchlorat (ACP) 0,25 gr. Alat yang digunakan adalah cholinesterase test
kit (Tintometer Kit Lovibond 2000).
• 3. Cara Kerja Pemeriksaan Cholinesterase
• a. Kuvet 2,5 cc disiapkan, sampel darah diambil dari seorang kontrol dan
dibuat blanko yaitu dengan cara menambahkan 0,01 cc darah ke dalam 1 cc
aquadest. Darah blanko dimasukkan ke dalam kuvet 2,5 cc.
• b. Tabung reaksi disiapkan lengkap dengan sumbat
karetnya untuk kontrol dan untuk setiap orang yang
akan diperiksa, selanjutnya b. Tabung reaksi disiapkan
lengkap dengan sumbat karetnya untuk kontrol dan
untuk setiap orang yang akan diperiksa, selanjutnya
• c. Dengan menggunakan pipet 0,5 cc larutan indikator
diisap dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang
telah disiapkan sebelumnya. Tabung segera ditutup
kembali setelah pengisian.
• d. Ambil sekali lagi darah kontrol sebanyak 0,01 cc
dan masukkan ke dalam tabung, kemudian pipet dibilas
dengan larutan indikator dalam tabung dengan cara
memasukkan dan mengeluarkan larutan indikator
tersebut secara perlahan.
• e. Larutan substrat ditambahkan ke dalam tabung kontrol
sebanyak 0,5
• cc. Catat waktu pada saat menambahkan larutan substrat
tersebut (time in). Secepatnya campuran larutan tersebut
dipindahkan ke dalam kuvet 2,5 mm dan perhatikan warnanya
dalam komparator. Hasilnya tidak boleh lebih dari 12,5%. Jika
lebih berarti reagent tersebut mempunyai pH yang lebih besar
dari 6,5 yang disebabkan karena
• banyak CO 2 dari udara yang terlarut ke dalamnya.
• f. Kontrol tetap dibiarkan dalam komparator dan ditunggu
sampai campuran dalam kuvet tersebut mencapai 100% warna
aktif (biasanya memerlukan waktu antara 15-20 menit,
tergantung pada suhu ruangan ditempat tersebut), catat waktu
yang diperlukan untuk mencapai 100% warna tersebut (time out).
• g. Mulai dari tabung kode awal, isi tabung dengan darah
responden pertama sebanyak 0,01 cc. Untuk tabung selanjutnya
dikerjakan dengan cara yang sama.
• h. Ditambah 0,5 cc larutan substrat ke dalam tabung reaksi
tersebut. Atur waktu setiap penambahan larutan substrat dari
tabung satu ke tabung berikutnya kira-kira satu menit. Tunggu
sampai mencapai waktu yang sama dengan time out.
• i. Setiap tabung responden yang telah mencapai time out,
larutannya dipindahkan ke dalam kuvet dan dimasukkan ke dalam
ruangan sebelah kanan komparator. Disk dari komparator
diputarr menghadap cahaya sampai diperoleh warna yang sama
antara cairan yang diperiksa dengan warna kaca perbandingan
dalam disk. j. Angka yang diperoleh dicatat dalam daftar atau
formulir sebagai angka cholinesterase dari setiap responden
dengan analisa hasil sebagai berikut :
• a. Normal bila hasilnya 75%-100%
• b. Keracunan ringan bila hasilnya 50% - < 75%
• c. Keracunan sedang bila hasilnya 25% - < 50%
• d. Keracunan berat bila hasilnya 0 % - < 25 %

More Related Content

Similar to PPT_CHOLINESTERASE.pptx

Asuhan Keperawatan Sindrom Cushing dan SIADH
Asuhan Keperawatan Sindrom Cushing dan SIADHAsuhan Keperawatan Sindrom Cushing dan SIADH
Asuhan Keperawatan Sindrom Cushing dan SIADH
Alex Susanto
 
teknologi keperawatan patofisiologi
teknologi keperawatan patofisiologiteknologi keperawatan patofisiologi
teknologi keperawatan patofisiologi
NINING14
 
Pengukuran Berbagai Marker Enzim dari Merk Elabscience - PT Indogen Intertama...
Pengukuran Berbagai Marker Enzim dari Merk Elabscience - PT Indogen Intertama...Pengukuran Berbagai Marker Enzim dari Merk Elabscience - PT Indogen Intertama...
Pengukuran Berbagai Marker Enzim dari Merk Elabscience - PT Indogen Intertama...
marketingIndogen
 
kebutuhan-cairan-dan-elektrolit-pasien-operasi
kebutuhan-cairan-dan-elektrolit-pasien-operasikebutuhan-cairan-dan-elektrolit-pasien-operasi
kebutuhan-cairan-dan-elektrolit-pasien-operasi
Nursyamsu Hidayat
 
Konsep kebutuhan cairan dan elektrolit baru
Konsep kebutuhan cairan dan elektrolit baruKonsep kebutuhan cairan dan elektrolit baru
Konsep kebutuhan cairan dan elektrolit baru
Sulistia Rini
 
Reseptor inti-ayu.pptxdddddddddddddddddddddddd
Reseptor inti-ayu.pptxddddddddddddddddddddddddReseptor inti-ayu.pptxdddddddddddddddddddddddd
Reseptor inti-ayu.pptxdddddddddddddddddddddddd
devahimerharsep
 
Keseimbangan Cairan, Elektrolit & Asam Basa.ppt
Keseimbangan Cairan, Elektrolit & Asam Basa.pptKeseimbangan Cairan, Elektrolit & Asam Basa.ppt
Keseimbangan Cairan, Elektrolit & Asam Basa.ppt
heri sos
 
Praktikum i jantung dan sistem peredaran darah
Praktikum i jantung dan sistem peredaran darahPraktikum i jantung dan sistem peredaran darah
Praktikum i jantung dan sistem peredaran darahBiologi Faisal
 
PRODUKSI ENZIM
PRODUKSI ENZIMPRODUKSI ENZIM
PRODUKSI ENZIM
mahreni
 
Metabolisme Air dan Elektrolit
Metabolisme Air dan ElektrolitMetabolisme Air dan Elektrolit
Metabolisme Air dan Elektrolit
Dedi Kun
 
Bab i
Bab iBab i
sel darah pada berbagai konsentrasi
sel darah pada berbagai konsentrasisel darah pada berbagai konsentrasi
sel darah pada berbagai konsentrasi
Sri Rezki Ramadhani
 
Ipa8 kd7-struktur dan fungsi sistem peredaran darah
Ipa8 kd7-struktur dan fungsi sistem peredaran darahIpa8 kd7-struktur dan fungsi sistem peredaran darah
Ipa8 kd7-struktur dan fungsi sistem peredaran darah
SMPK Stella Maris
 
Hematologi
Hematologi Hematologi
Hematologi
pjj_kemenkes
 
Bab 1 Sel.pptx
Bab 1 Sel.pptxBab 1 Sel.pptx
Bab 1 Sel.pptx
DekaMuliya1
 
Pemeriksaan Darah hematologi GAHSHBDHDHHFDJFJ
Pemeriksaan Darah hematologi GAHSHBDHDHHFDJFJPemeriksaan Darah hematologi GAHSHBDHDHHFDJFJ
Pemeriksaan Darah hematologi GAHSHBDHDHHFDJFJ
ssuserd986061
 
fdokumen.com_interaksi-obatpptx-567baa363a06d.pptx
fdokumen.com_interaksi-obatpptx-567baa363a06d.pptxfdokumen.com_interaksi-obatpptx-567baa363a06d.pptx
fdokumen.com_interaksi-obatpptx-567baa363a06d.pptx
alwismart2017
 

Similar to PPT_CHOLINESTERASE.pptx (20)

Homeostasis
HomeostasisHomeostasis
Homeostasis
 
Asuhan Keperawatan Sindrom Cushing dan SIADH
Asuhan Keperawatan Sindrom Cushing dan SIADHAsuhan Keperawatan Sindrom Cushing dan SIADH
Asuhan Keperawatan Sindrom Cushing dan SIADH
 
teknologi keperawatan patofisiologi
teknologi keperawatan patofisiologiteknologi keperawatan patofisiologi
teknologi keperawatan patofisiologi
 
Pengukuran Berbagai Marker Enzim dari Merk Elabscience - PT Indogen Intertama...
Pengukuran Berbagai Marker Enzim dari Merk Elabscience - PT Indogen Intertama...Pengukuran Berbagai Marker Enzim dari Merk Elabscience - PT Indogen Intertama...
Pengukuran Berbagai Marker Enzim dari Merk Elabscience - PT Indogen Intertama...
 
kebutuhan-cairan-dan-elektrolit-pasien-operasi
kebutuhan-cairan-dan-elektrolit-pasien-operasikebutuhan-cairan-dan-elektrolit-pasien-operasi
kebutuhan-cairan-dan-elektrolit-pasien-operasi
 
Konsep kebutuhan cairan dan elektrolit baru
Konsep kebutuhan cairan dan elektrolit baruKonsep kebutuhan cairan dan elektrolit baru
Konsep kebutuhan cairan dan elektrolit baru
 
Reseptor inti-ayu.pptxdddddddddddddddddddddddd
Reseptor inti-ayu.pptxddddddddddddddddddddddddReseptor inti-ayu.pptxdddddddddddddddddddddddd
Reseptor inti-ayu.pptxdddddddddddddddddddddddd
 
Keseimbangan Cairan, Elektrolit & Asam Basa.ppt
Keseimbangan Cairan, Elektrolit & Asam Basa.pptKeseimbangan Cairan, Elektrolit & Asam Basa.ppt
Keseimbangan Cairan, Elektrolit & Asam Basa.ppt
 
Praktikum i jantung dan sistem peredaran darah
Praktikum i jantung dan sistem peredaran darahPraktikum i jantung dan sistem peredaran darah
Praktikum i jantung dan sistem peredaran darah
 
PRODUKSI ENZIM
PRODUKSI ENZIMPRODUKSI ENZIM
PRODUKSI ENZIM
 
Metabolisme Air dan Elektrolit
Metabolisme Air dan ElektrolitMetabolisme Air dan Elektrolit
Metabolisme Air dan Elektrolit
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
sel darah pada berbagai konsentrasi
sel darah pada berbagai konsentrasisel darah pada berbagai konsentrasi
sel darah pada berbagai konsentrasi
 
Homeostasis
HomeostasisHomeostasis
Homeostasis
 
Ipa8 kd7-struktur dan fungsi sistem peredaran darah
Ipa8 kd7-struktur dan fungsi sistem peredaran darahIpa8 kd7-struktur dan fungsi sistem peredaran darah
Ipa8 kd7-struktur dan fungsi sistem peredaran darah
 
Hematologi
Hematologi Hematologi
Hematologi
 
Bab 1 Sel.pptx
Bab 1 Sel.pptxBab 1 Sel.pptx
Bab 1 Sel.pptx
 
Pemeriksaan Darah hematologi GAHSHBDHDHHFDJFJ
Pemeriksaan Darah hematologi GAHSHBDHDHHFDJFJPemeriksaan Darah hematologi GAHSHBDHDHHFDJFJ
Pemeriksaan Darah hematologi GAHSHBDHDHHFDJFJ
 
fdokumen.com_interaksi-obatpptx-567baa363a06d.pptx
fdokumen.com_interaksi-obatpptx-567baa363a06d.pptxfdokumen.com_interaksi-obatpptx-567baa363a06d.pptx
fdokumen.com_interaksi-obatpptx-567baa363a06d.pptx
 
Protein
ProteinProtein
Protein
 

Recently uploaded

FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdfFIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
helixyap92
 
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternakPowerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
adevindhamebrina
 
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxPPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
EmohAsJohn
 
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.pptPERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
Jumainmain1
 
Aspek legal etik keperawatan Maternitas.pptx
Aspek legal etik keperawatan Maternitas.pptxAspek legal etik keperawatan Maternitas.pptx
Aspek legal etik keperawatan Maternitas.pptx
PutriHanny4
 
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
Datalablokakalianda
 
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxxCBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
MuhammadAlFarizi88
 
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.pptAskep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
fitrianakartikasari5
 
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdfpengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
adwinhadipurnadi
 
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan KeperawatanAplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
BayuEkaKurniawan1
 
Pelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.ppt
Pelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.pptPelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.ppt
Pelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.ppt
andiaswindahlan1
 
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptxMalpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
LyanNurse1
 
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptxfarmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
MuhammadAuliaKurniaw1
 
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.pptCara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
andiulfahmagefirahra1
 
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskularfarmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
MuhammadAuliaKurniaw1
 
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteranpemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
hadijaul
 
Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)
Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)
Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)
kirateraofficial
 
sudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptx
sudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptxsudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptx
sudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptx
muhammadrezkizanuars
 
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.pptBahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
UmmyKhairussyifa1
 

Recently uploaded (19)

FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdfFIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
 
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternakPowerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
 
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxPPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
 
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.pptPERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
 
Aspek legal etik keperawatan Maternitas.pptx
Aspek legal etik keperawatan Maternitas.pptxAspek legal etik keperawatan Maternitas.pptx
Aspek legal etik keperawatan Maternitas.pptx
 
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
 
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxxCBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
 
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.pptAskep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
 
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdfpengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
 
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan KeperawatanAplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
 
Pelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.ppt
Pelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.pptPelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.ppt
Pelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.ppt
 
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptxMalpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
 
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptxfarmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
 
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.pptCara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
 
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskularfarmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
 
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteranpemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
 
Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)
Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)
Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)
 
sudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptx
sudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptxsudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptx
sudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptx
 
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.pptBahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
 

PPT_CHOLINESTERASE.pptx

  • 2. CHOLINESTERASE OBRAIN ELIA UTAMA SINURAT P00933121017 D-III SANITASI JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
  • 3. CHOLINESTERASE • Cholinesterases merupakan kelompok esterase yang menghidrolisis ester kolin pada tingkat yang lebih tinggi dari ester lainnya, asalkan tingkat hidrolisis dibandingkan pada kondisi optimum dan terkontrol. Semua kolinesterase, dengan beberapa pengecualian di antaranya vertebrata dan invertebrata yang lebih rendah, dihambat oleh 1OtM fisostigmin. Sifat penghambatan ini dan spesifisitas substrat membedakan cholinesterases dari karboksilesterase,meskipun kedua jenis esterase sensitif terhadap senyawa organofosfat. Tampaknya ada hubungan yang erat antara dua jenis, dan telah disarankan bahwa mereka memiliki asal filogenetik yang sama Mekanisme reaksi kedua enzim (kolinesterase dan karboksilesterase) serupa: esterase bereaksi dengan ester untuk menghasilkan kompleks asil-enzim perantara, yang dapat bereaksi dengan berbagai akseptor asil, termasuk air. Itu penghambatan esterase ini oleh fosforil tertentu, turunan karbamil, dan sulfonil dapat dijelaskan dengan mekanisme analog.
  • 4. CHOLINESTERASE • Esterase yang resisten terhadap senyawa fisostigmin dan organo-fosfor diwakili oleh arylesterases,yang menghidrolisis aromatik ester pada tingkat yang sangat tinggi, dan asetilesterase yang bertindak istimewa pada ester asam asetat.
  • 5. CHOLINESTERASE • Acetylcholinesterases(AChE) • Yang paling terkenal dari cholineesterhydrolysing enzim adalah asetilkolinesterase yang menggunakan asetilkolin sebagai substrat alaminya. Mereka tampaknya menjadi bagian integral dari elektrogenik tertentu membran dan struktur sel tidak larut lainnya. Itu sumber utama adalah otak dan jaringan saraf, eritrosit, dan organ listrik. Enzim yang mirip properti hadir dalam racun kobra, di mana tampaknya berada dalam larutan. Spesifisitas dan perilaku kinetik sangat mirip untuk sebagian besar esterase ini, dan sifat yang sangat berbeda yang mencirikan jenis lain kolinesterase dari berbagai sumber umumnya tidak diamati. AChE terkadang ada di jaringan lain dan organ bersama dengan jenis kolinesterase lainnya.
  • 6. CHOLINESTERASE • Plasma Cholinesterase • kolinesterase plasma Cholinesterases berbeda dari yang dibahas di atas hadir dalam plasma darah dari manusia dan vertebrata tingkat tinggi. Dengan mengacu spesifisitas substrat, orang dapat membedakan antara butirilkolinesterase (BuChE), propionilkolinesterase (PrChE), dan benzoilkolinesterase (BzChE). Namun, istilah tersebut tidak membawa implikasi pada substrat fisiologis untuk ini enzim yang masih belum diketahui. Enzim- enzim ini juga hadir di berbagai organ-misalnya, hati, pankreas, usus, jantung, dan otot. Beberapa di antaranya sumber mengandung campuran berbagai jenis kolinesterase bersama- sama dengan karboksilesterase dan arylesterase.
  • 7. • ada perbedaan mencolok dalam kolinesterase dari spesies yang berbeda.Itu plasma tikus, kelinci, ayam jantan, dan mungkin katak dicirikan oleh PrChE, sifat-sifatnya yang berbeda pada setiap spesies dalam hal sensitivitas inhibitor dan perilaku kinetik. Thc BuChE dalam plasma manusia, kuda, dan anjing menunjukkan sifat yang mirip tetapi memiliki perbedaan bentuk molekul seperti yang ditunjukkan oleh elektroforesis. Kolinesterase juga ada dalam berbagai bentuk, sebagai varian dari tipe normal, dan sebagai isoenzim.
  • 8. CHOLINESTERASE • Other Cholinesterase • Turtle plasma esterase memiliki beberapa keunikan karakteristik menunjukkan sifat dari kedua karboksilesterase dan kolinesterase. Ini adalah satu-satunya contoh yang diketahui dari esterase physostigminesensitif yang menghidrolisis ester non-kolin lebih cepat daripada ester kolin. Enzim ini dianggap sebagai tahap perantara dalam filogenetik evolusi esterase plasma. Perubahan mutasi kemungkinan telah menyebabkan pengembangan esterase dengan spesifisitas substrat yang sangat berbeda. Memiliki telah disarankan bahwa BuChE adalah salah satu enzim terakhir yang muncul sebagai hasil dari mutasi ini perubahan selama evolusi filogenetik.
  • 9. • Kolinesterase dari berbagai unggas memiliki sifat yang tidak biasa. Misalnya, kolinesterase plasma unggas memiliki sebagian besar sifat a PrChE, tetapi dapat menghidrolisis asetil-,B-metilkolin, yang biasanya dianggap sebagai substrat saja untuk AChE. Umumnya, pada vertebrata yang lebih rendah, PrChE jauh lebih berlimpah daripada BuChE. Itu plasma ikan teleostian dan elasmobranch mengandung esterase yang dapat ditunjuk sebagai AChE pada dasar spesifisitas subsLrate tetapi itu berbeda dari AChE dalam perilaku kinetik
  • 10. • Penghambatan substrat adalah salah satu karakteristiknya yang membedakan AChE dari jenis kolinesterase lainnya. Namun, enzim yang telah diisolasi dari otot plaice (Pleuronectes platesa) dihambat oleh substrat berlebih, tetapi optimal substrat adalah butirilkolin miosin persiapan telah ditemukan untuk menunjukkan aktivitas esterase yang dianggap sebagai tipe khusus dari esterase.
  • 11. • Tumbuhan dan organisme tingkat rendah lainnya tidak memiliki aktivitas kolinesterase, dan kemungkinan besar ini juga benar bakteri. Enzim seperti AChE diinduksi dengan mengobati Pseudomonasfluorescens dengan kolin dan turunannya. Enzim ini telah dimurnikan dan terbukti resisten terhadap senyawa organofosfat. Situs aktifnya tidak mengandung serin, tetapi sebaliknya memiliki kelompok yang mengikat alkohol.Adanya kolinesterase pada protozoa, spons, dan hydrozoans telah dilaporkan tetapi hasil tampaknya sangat tergantung pada sensitivitas dari metode yang digunakan. Aktivitasnya biasanya sangat rendah, tetapi karena informasi biokimia tidak mencukupi tersedia, jenis enzim yang ada tidak dapat ditentukan.
  • 12. JENIS JENIS CHOLINESTERASE • Commercial Cholinesterase • kolinesterase komersial AChE tersedia dari dua sumber, listrik organ belut listrik (Electrophorus electricus) dan eritrosit sapi. Plasma BuChE tersedia dari plasma baik manusia atau kuda. Beberapa sifat-sifat kolinesterase ini diberikan dalam Aktivitas molekul diberikan dalam bentuk ,umol asetilkolin terhidrolisis per mol pusat aktif per menit. Molaritas larutan adalah ditentukan dengan mengukur hidrolisis laju pada konsentrasi enzim yang sesuai dan di bawah kondisi eksperimental optimal, menghitung tingkat yang diharapkan jika konsentrasi enzim adalah 1 mg/ml, dan kemudian menentukan molaritas menggunakan nilai yang dilaporkan untuk aktivitas molekuler.
  • 13. HUBUNGAN CHOLINESTERASE DAN PEPTISIDA • Enzim cholinesterase adalah suatu enzim yang terdapat pada cairan seluluer yang fungsinya untuk menghentikan aksi dari pada acetylcholine dengan jalan menghidrolisis menjadi colin dan asam asetat. Acetylcholine adalah pengantar saraf yang berada pada seluruh sistem saraf pusat (SSP), saraf otonom (simpetik dan parasimatik) dan sistem saraf somatik. Prinsip kerja yang digunakan adalah pengujian darah yang mengandung enzim cholinesterase membebaskan asam asetat dari acetylcholine sehingga akan merubah pH larutan (mixture) darah dan indikator. Prinsip reaksi butyryltiocholine + H2O cholinesterase thiocholine + butyrate thiocholine + 2[Fe(CN)6]3 +H2O choline +2[Fe(CN)6]4 + H2O. Aktivitas enzim cholinesterase dalam darah seseorang nyatakan dalam persentase dari aktivitas cholinesterase dalam darah menurut (Suma’mur 1987), diagnosa keracunan 76- 100% termasuk “normal” ,51-75% temasuk keracunan ringan, 26-50% termasuk sedang dan 0-25% termasuk keracunan berat.
  • 14. • Besarnya tuntutan untuk mendapatkan hasil pertanian dalam jumlah banyak dan berkualitas secara cepat, menyebabkan petani menggunakan pestisida untuk mencegah tanaman terserang hama. Pestisida adalah salah satu hasil teknologi modern dan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat. Penggunaan pestisida dengan cara yang tepat dan aman adalah hal mutlak yang harus dilakukan karena pestisida termasuk salah satu bahan beracun. Sebagian besar cara penggunaan pestisida oleh petani adalah dengan cara penyemprotan. Saat 2 penyemprotan merupakan keadaan dimana petani sangat mungkin terpapar bahan kimia yang terdapat dalam pestisida yang digunakan. Bahaya yang dapat terjadi saat penyemprotan tersebut dapat mengakibatkan gangguan yang menyebabkan penyakit
  • 15. • Penggunaan pestisida untuk mengendalikan hama tanaman mengandung resiko kecelakaan pada manusia dalam bentuk keracunan kronik atau akut dan kematian beratnya tingkat keracunan berhubungan dengan tingkat penghambatan cholinesterase dalam darah. Gejala - gejala yang timbul yang berkaitan dengan keracunan pestisisda sebagai berikut, kelelahan, lemah berlebihan, kulit terasa terbakar keringatan berlebihan, perubahan warna pada kulit, penglihatan menjadi kabur biji mata mengecil dan membesar, mual, muntah, diare, perut kejang atau sakit perut, kesulitan bernafas, dada terasa sakit dan lain-lainnya. organofosfat dengan karbamat, golongan tersebut merupakan pestisida yang dikenal sebagai indikator untuk enzim cholinesterase. Beberapa zat yang terkadung dalam pestisida mampu mengurangi kemampuan enzim cholinesterase untuk menghidrolisa acetylcholine, sehingga dapat menghambat laju penyampaian rangsangan pada saraf. Jika terjadi keracunan pestisida golongan organfosfat dan kabomat yang akan menurunkan aktivitas enzim cholinesterase pada tingkat tertentu sesuai dengan tingkat keracunanya. selain melihat enzim aktivitas cholinesterase, keracunan pestisida dapat di ketahui dengan melihat gejala- gejala yang timbulkan atau keluhan subjektif. Ketika seseorang terpapar pestisida golongan organofosfat cholinesterase akan berkaitan dengan pestisida yang bersifat ireversibele. Akibatnya tidak terjadi reaksi dengan achethicholin secara baik. Dalam pemeriksaan akan nampak terjadi penurunan aktivitas cholinesterase atau peningkatan kadar acetycholine. Penurunan aktivitas cholinesterase dalam eritrosit dapat berlansung 1 sampai 3 minggu, sedangkan penurunan aktivitas cholinesterase dalam trombosit dapat berlansung hingga 12 minggu atau 3 bulan
  • 16. • Penggunaan pestisida di Indonesia mengalami peningkatan yang sangat besar hingga mencapai 236% terjadi pada periode 1982 – 1987 secara khusus untuk insektisida mengalami peningkatan hingga 710%, dan hal tersebut berlangsung hingga saat ini dimana pada tahun 2000 mencapai 594 merk dagang. Pemakaian pestisida yang sangat besar ini berawal dari pelaksanaan program intensifikasi pertanian yang berorientasi pada panen yang sebesar-besarnya dengan tidak memperhitungkan dampak negatif yang akan terjadi baik pada lingkungan maupun manusia. Petani benar-benar dirangsang untuk menggunakan pestisida secara besar-besaran hal ini terlihat dengan adanya subsidi pemerintah terhadap pestisida yang mencapai 80% sehingga harga pestisida menjadi sangat murah terlebih lagi dengan adanya kemudahan untuk memperoleh kredit. Tidak hanya itu, program penyuluhanpun merekomendasikan penyemprotan pestisida secara berkala tanpa melihat ada tidaknya hama yang menyerang tanaman sehingga penyemprotan dapat dilakukan setiap minggu sepanjang masa tanam
  • 17. • Di antara berbagai jenis pestisida, golongan organophosphate dan karbamat adalah yang paling umum digunakan oleh petani. Namun jenis pestisida yang paling banyak digunakan pada negara berkembang yaitu Insektisida. Insektisida hidrokarbon merupakan senyawa-senyawa kimia yang sebagian besar menyebabkan kerusakan pada komponen-komponen selubung sel saraf sehingga fungsi saraf terganggu. Insektisida yang bersifat anti cholinesterase merupakan bagian terbesar dari insektisida sintetik modern yang banyak digunakan dalam pengendalian hama tanaman. Insektisida ini bersifat perintah enzim yang berperan dalam penerusan rangsangan saraf, sehingga menyebabkan gangguan fungsi saraf
  • 18. • Kandungan sulfat yang tinggi dala pestisida menimbulkan ikatan sulfhemoglobin, hal ini menyebabkan hemoglobin menjadi tidak normal dan tidak dapat menjalankan fungsinya dalam menghantarkan oksigen. Sulfehemoglobin merupakan bentuk hemoglobin berkaikatan dengan atom sulfat didalamnya. Kejadian anemia dapat terjadi pada penderita keracunan organofosfat dan karbamat karena bentuknya sulfhemoglobin dan methemoglobin didalam sel darah merah yang menyebabkan penurunan kadar hemoglobin sehingga terjadi hemolitik anemia yang terjadi akibat kontak dengan pestisida di sebabkan karena terjadinya kecatatn enzimatik pada sel darah merah dan jumlah sel darah dan jumlah zat toksik yang masuk ke dalam tubuh. Kemampuan enzim cholinesterase adalah menghidrolisa acetylcholine dan merubahnya menjadi cholin dan asam asetat. Dengan kata lain mampu mengubah derajad asam dan basa melalui kemampuan hidrolisa ini kemudian di jadikan dasar untuk mengetahui keberadaan enzim ini. Di labortorium prosedur pemeriksaan sampel darah yang di tambahakan larutan indikator bromtymol blue dan larutan subsrat acetylcholine perclorate, kemudian diberikan beberapa menit sesuai dengan waktu pengukuran. Aktivitas enzim cholinesterase dalam darah dijadikan indikator keberadaan pestisida dalam darah Namun penting untuk diperhatikan, bahwa penurunan aktivitas enzim cholinesterase dapat juga terjadi pada beberapa penyakit, terutama penyakit yang menyerang hati. Infeksi virus pada hati dikenal hepatitis baik yang akut maupun kronis dapat menurunkan aktivitas enzim cholinesterase antara 30% sampai 50%, sedangkan penyakit sarosis hepatitis yang lanjut tumor hati ataupun tumor lainnya yang berfementasi ke hati dapat menurunkan aktivitas enzim cholineterase 50%-70%.
  • 19. • Aktivitas cholinesterase darah adalah jumlah enzim cholinesterase aktif di dalam plasma darah dan sel darah merah yang berperan dalam menjaga keseimbangan sistem saraf. Aktivitas cholinesterase darah ini dapat digunakan sebagai indikator keracunan pestisida golongan organofosfat. Setelah masuk dalam tubuh, pestisida golongan organofosfat dan karbamat akan mengikat enzim cholinesterase, sehingga cholinesterase menjadi tidak aktif dan terjadi akumulasi achethilcholin. Keadaan tersebut akan menyebabkan gangguan sistem syaraf yang berupa aktifitas kolinergik secara terus menerus akibat Achethilcholin yang tidak dihidrolisis. Gangguan ini selanjutnya dikenal sebagai tanda-tanda atau gejala keracunan, hal ini tidak hanya terjadi pada ujung syaraf tetapi juga dalam serabut saraf. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya petani terpapar pestisida dengan menggunakan Photometer 5010, dan untuk mengetahui faktor penyebab terpapar atau keracunan pestisida dalam darah petani bawang merah. Ketika seseorang terpapar pestisida golongan organofosfat, cholinesterase akan berikatan dengan pestisida tersebut yang bersifat ireversible. Akibatnya tidak terjadi reaksi dengan asetilcholin secara baik. Dalam pemeriksaan akan nampak terjadinya penurunan aktivitas cholinesterase atau peningkatan kadar asetilcholin. Penurunan aktivitas cholinesterase dalam eritrosit dapat berlangsung hingga 1 – 3 minggu, sedangkan penurunan aktivitas cholinesterase dalam trombosit dapat berlangsung hingga 12 minggu atau 3 bulan
  • 20. • Seseorang yang mengalami keracunan pestisida akan memiliki kadar CHE yang rendah. Beberapa pestisida bersifat anti-CHE yang dapat menurunkan aktivitas enzim CHE dalam tubuh. Penurunan aktivitas enzim tersebut dapat mengakibatkan terganggunya sistem saraf, keracunan, hingga kematian. Keracunan pestisida pada petani dapat dilihat dengan melihat kadar enzim CHE dalam darah petani. Semakin rendah kadarnya, maka semakin terdeteksi bahwa petani tersebut mengalami keracunan akibat penggunaan pestisida. Kontaminasi pestisida pada manusia yang masuk ke dalam tubuh dapat menimbulkan tanda dan gejala yang dapat dirasakan oleh penderita dan dapat diamati oleh orang lain. Namun, masyarakat pada umumnya menganggap enteng gejala-gejala yang timbul pada diri mereka setelah melakukan aplikasi pestisida. Mereka tidak melakukan pemeriksaan ke rumah sakit atau tenaga kesehatan terkait dengan gejala-gejala yang timbul yang mengakibatkan tidak terdeteksinya kasus keracunan pestisida di masyarakat sehingga efek kronis tidak dapat dicegah. Gejala dan tanda keracunan bervariasi meliputi sakit kepala, kelemahan atau keletihan menyeluruh, berkeringat, muntah, pandangan kabur dan kejang
  • 21. • Sebagaimana diketahui, salah satu kemampuan enzim cholinesterase adalah menghidrolisa asetilcholin dan merubahnya menjadi cholin dan asam asetat. Atau dengan kata lain mampu mengubah derajad asam dan basa. Melalui kemampuan hidrolisa ini kemudian dijadikan dasar untuk mengetahui keberadaan enzim ini. Di laboratorium, prosedur pemeriksaan dilakukan dengan pemeriksaan sampel darah yang ditambah larutan indikator bromothymol blue dan larutan substrat acetylcholine perchlorate, kemudian dibiarkan beberapa menit sesuai dengan waktu pengukuran. Aktivitas enzim cholinesterae dalam darah dapat dijadikan indikasi keberadaan pestisida dalam darah.
  • 22. • Pengetahuan petani dalam pemakaian alat pelindung diri (APD), bayaknya frekuensi penyemprotan, lama penyemprotan dan higiene perorangan masih sangat kurang. Petani hanya mendapatkan penyuluhan yang singkat dari distributor produk obat yang sering melakukan penawaran produk, itu pun tidak disertai pemberian alat pelindung diri (APD) seperti masker, mereka hanya sekedar memberi penyuluhan secara singkat saja. Karena kurangnya pengetahuan terhadap bahaya pestisida, dalam melakukan penyemprotan, petani di nagari Alahan Panjang ini, cenderung tidak menggunakan alat pelindung diri, dan hanya memakai baju lengan panjang dan celana panjang,dan tidak jarang petani menyemprot tidak searah dangan arah angin, sehingga mengenai kulit tangan dan muka petani tersebut, hal ini sangat mempengaruhi paparan pestisida yang dapat masuk lewat saluran pernapasan (mulut dan hidung) maupun lewat kulit (inhalation).
  • 23. • Merokok saat menyemprot dapat memberikan kontribusi terhadap absorbsi pestisida pada petani penyemprot jika tangan terkontaminasi. Apabila pestisida terabsorbsi ke dalam tubuh maka dapat mengikat Cholinesterase yang ada dalam darah sehingga kadar Cholinesterase darah dapat berkurang dan dapat menimbulkan keracunan pestisida yang dapat diketahui dengan adanya gejala dan keluhan yang dirasakan petani setelahmenyemprot. Petani setelah melakukan penyemprotan, umumnya petani enggan untuk membawa air bersih dan sabun dari rumah. Berdasarkan penelitian di lapangan petani setelah melakukan penyemprotan tidak langsung pulang ke rumah tetapi masih melanjutkan aktivitas di ladang. Hal ini yang membuat mereka rentan terpapar pestisida, pakaian yang mereka pakai tidak langsung dicuci tetapi masih dikenakan untuk aktivitas selanjutnya. Petani biasanya hanya mencuci tangan dengan air yang ada diladang tanpa memakai sabun, untuk kemudian melanjutkan aktivitasnya.
  • 24. • Masa kerja petani kebanyakan >10 tahun, karena sudah menjadi mata pencaharian seharihari. Petani mempunyai lahan sendiri dan menggarap ladangnya sendiri dan sebagian menjadi buruh tani setiap harinya, oleh karena itu pekerjaan mereka dimulai dari pagi hari sampai siang hari kemudian dilanjutkan lagi pada sore hari. Aktivitas mereka kebanyakan dihabiskan di ladang untuk merawat bawang merah yang mereka tanam. Setelah penyemprotan petani kadang mengeluh mual karena paparan, akibat tidak memakai masker saat melakukan penyemprotan. Selain itu penyemprotan yang berlawanan arah angin juga berisiko masuknya bahan kimia pestisida ke tubuh. Selain itu petani sering membawa makanan dan minuman sendiri dari rumah,. Hal ini dapat mempengaruhi status kesehatan petani karena kebersihan perorangan yang kurang, mereka hanya cuci tangan di area ladang dengan air seadanya yang tidak bersih dan tidak memakai sabun.
  • 25. Hubungan Alat Pelindung Diri dengan Kadar Cholinesterase pada Pekerja Penyemprotan • Alat pelindung Diri (APD) adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan risiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di sekelilingnya (20). Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia No PER.08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri meliputi alat pelindung kepala, mata, telinga, pernapasan, tangan dan kaki. Penggunaan APD oleh aplikator atau penyemprot pestisida akan menurunkan risiko terpajan pestisida. Berdasarkan Permenkes No. 258/ MENKES/PER/III/1992 tentang Persyaratan Penggunaan Pestisida, untuk perlengkapan pelindung yang minimal harus digunakan berdasarkan jenis pekerjaan dan klasifikasi pestisida
  • 26. • Sikap petani dalam pemakaian alat pelindung diri (APD) saat ini banyak yang tidak lengkap karena ketidaknyamanan saat memakai alat pelindung diri (APD) secara lengkap. Petani memakai topi dan kaos panjang untuk melindungi dari sengatan matahari. Petani beranggapan bahwa keadaan seperti itu sudah biasa. Sebaiknya petani memakai alat pelindung diri yang wajib dikenakan untuk meminimalkan masuknya pestisida lewat jalur pernapasan, inhalasi dan pencernaan, oleh karena itu pemakaian masker, topi, sarung tangan, baju lengan panjang dan celana panjang sangat dianjurkan untuk mengurangi risiko masuknya pestisida dalam tubuh yang dapat mempengaruhi kadar Cholinesterase.
  • 27. Menurut asumsi peneliti penggunaan APD oleh penyemprot pestisida akan menurunkan resiko terpanjan pestisida. Penggunaan APD yang tidak lengkap dapat menyebabkan pestisida lebih mudah masuk ke dalam tubuh misal seperti menyerap melalui kulit bahkan terhirup melalui saluran pernafasan karena bagian tidak dilindungi oleh alat yang dapat mencegah masuknya pestisida ke dalam tubuh. Kondisi di lapangan ditemukan beberapa pekerja merasa risih saat menggunakan APD dengan
  • 28. Alat dan Cara Penelitian Pemeriksaan Cholinesterase • 1. Prinsip Pengujian Darah yang berisi enzim cholinesterase membebaskan acetyc acid • (asam asetat) dari acetyl cholin, karena itu akan merubah pH. Suatu campuran yang terdiri dari darah, indikator dan acetyl cholin perchlorat disiapkan dan didiamkan untuk beberapa saat tertentu. Perubahan pH selama periode ini diukur dengan membandingkan warna permanen yang dipasang pada disk. Perubahan pH adalah ukuran dari tingkat aktifitas cholinesterase darah. • 2. Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam pemeriksaan kadar cholinesterase • darah terdiri dari : Brom Timol Blue (BTB) 0,112 gr (sebagai larutan indikator), aquadestilata (bebas CO 2 ) 250 ml dan Acetylcholine Perchlorat (ACP) 0,25 gr. Alat yang digunakan adalah cholinesterase test kit (Tintometer Kit Lovibond 2000). • 3. Cara Kerja Pemeriksaan Cholinesterase • a. Kuvet 2,5 cc disiapkan, sampel darah diambil dari seorang kontrol dan dibuat blanko yaitu dengan cara menambahkan 0,01 cc darah ke dalam 1 cc aquadest. Darah blanko dimasukkan ke dalam kuvet 2,5 cc.
  • 29. • b. Tabung reaksi disiapkan lengkap dengan sumbat karetnya untuk kontrol dan untuk setiap orang yang akan diperiksa, selanjutnya b. Tabung reaksi disiapkan lengkap dengan sumbat karetnya untuk kontrol dan untuk setiap orang yang akan diperiksa, selanjutnya • c. Dengan menggunakan pipet 0,5 cc larutan indikator diisap dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah disiapkan sebelumnya. Tabung segera ditutup kembali setelah pengisian. • d. Ambil sekali lagi darah kontrol sebanyak 0,01 cc dan masukkan ke dalam tabung, kemudian pipet dibilas dengan larutan indikator dalam tabung dengan cara memasukkan dan mengeluarkan larutan indikator tersebut secara perlahan.
  • 30. • e. Larutan substrat ditambahkan ke dalam tabung kontrol sebanyak 0,5 • cc. Catat waktu pada saat menambahkan larutan substrat tersebut (time in). Secepatnya campuran larutan tersebut dipindahkan ke dalam kuvet 2,5 mm dan perhatikan warnanya dalam komparator. Hasilnya tidak boleh lebih dari 12,5%. Jika lebih berarti reagent tersebut mempunyai pH yang lebih besar dari 6,5 yang disebabkan karena • banyak CO 2 dari udara yang terlarut ke dalamnya. • f. Kontrol tetap dibiarkan dalam komparator dan ditunggu sampai campuran dalam kuvet tersebut mencapai 100% warna aktif (biasanya memerlukan waktu antara 15-20 menit, tergantung pada suhu ruangan ditempat tersebut), catat waktu yang diperlukan untuk mencapai 100% warna tersebut (time out). • g. Mulai dari tabung kode awal, isi tabung dengan darah responden pertama sebanyak 0,01 cc. Untuk tabung selanjutnya dikerjakan dengan cara yang sama.
  • 31. • h. Ditambah 0,5 cc larutan substrat ke dalam tabung reaksi tersebut. Atur waktu setiap penambahan larutan substrat dari tabung satu ke tabung berikutnya kira-kira satu menit. Tunggu sampai mencapai waktu yang sama dengan time out. • i. Setiap tabung responden yang telah mencapai time out, larutannya dipindahkan ke dalam kuvet dan dimasukkan ke dalam ruangan sebelah kanan komparator. Disk dari komparator diputarr menghadap cahaya sampai diperoleh warna yang sama antara cairan yang diperiksa dengan warna kaca perbandingan dalam disk. j. Angka yang diperoleh dicatat dalam daftar atau formulir sebagai angka cholinesterase dari setiap responden dengan analisa hasil sebagai berikut : • a. Normal bila hasilnya 75%-100% • b. Keracunan ringan bila hasilnya 50% - < 75% • c. Keracunan sedang bila hasilnya 25% - < 50% • d. Keracunan berat bila hasilnya 0 % - < 25 %