PPT paku universitas, menjelaskan paku dari segi Divisio Pteridophyta, dibedakan menjadi paku purba (Psilophytinae) dengan ordo psilophytales "Rhynia elegans" dan psilotales "Psilotum nudum", Paku kawat (Lycopodiinae) dengan ordo isoetales "Isoetes sp.", lycopodiales "Lycopodium sp.", dan selaginellales "Selaginella sp.", Paku ekor kuda (equisetinae) dengan ordo equisetinales "Equisetum sp.", Sphenophyllales
"Sphenophyllum sp." dan Protoarticulatales "Hyenia elegans", dan paku sejati (Pteridopsida) dengan ordo Cyatheales "Cyathea sp.", Glecheniales "Gleichenia sp.", Hymenophyllales"Hymenophyllum sp.", Osmundales "osmunda sp.", Polypodiales "Polypodium sp.", Salviniales "Salvinia sp., Marsilea sp., dan Azolla sp." dan Schizaeales "Schiazae sp." dengan tampilan minimalis dan simpel.
Here you are.. Lets know more about Platyhelminthes or Cacing Pipih in Indonesia. May this presentation bring benefit for all of you.
And if I made a mistake.. Let me know :)
Alga adalah tumbuhan nonvascular yang memilika benruk thalli yang beragam, uniseluler atau multiseluler, dan berpigmen fotosintetik. Alga bentik (makroalga) dapat hiduup di perairan tawar dan laut. Makroalga adalah tumbuhan tidak berpembuluh yang tumbuh melekat pada subtract didasaran laut. Tumbuhan tersebut tidak memiliki akar, batang daun, bunga, buah, dan biji ssejati. Makroalga terbesar didaerah litoral dan sublitoral. Daerah tersebut masih dapat memperoleh cahaya matahari yang cukup sehingga proses fotosintesis dapat berlangsung Makraoalga menyerap nutrisi berupa fosfor dan nitrogen dari lingkungan sekitar perairan
PPT paku universitas, menjelaskan paku dari segi Divisio Pteridophyta, dibedakan menjadi paku purba (Psilophytinae) dengan ordo psilophytales "Rhynia elegans" dan psilotales "Psilotum nudum", Paku kawat (Lycopodiinae) dengan ordo isoetales "Isoetes sp.", lycopodiales "Lycopodium sp.", dan selaginellales "Selaginella sp.", Paku ekor kuda (equisetinae) dengan ordo equisetinales "Equisetum sp.", Sphenophyllales
"Sphenophyllum sp." dan Protoarticulatales "Hyenia elegans", dan paku sejati (Pteridopsida) dengan ordo Cyatheales "Cyathea sp.", Glecheniales "Gleichenia sp.", Hymenophyllales"Hymenophyllum sp.", Osmundales "osmunda sp.", Polypodiales "Polypodium sp.", Salviniales "Salvinia sp., Marsilea sp., dan Azolla sp." dan Schizaeales "Schiazae sp." dengan tampilan minimalis dan simpel.
Here you are.. Lets know more about Platyhelminthes or Cacing Pipih in Indonesia. May this presentation bring benefit for all of you.
And if I made a mistake.. Let me know :)
Alga adalah tumbuhan nonvascular yang memilika benruk thalli yang beragam, uniseluler atau multiseluler, dan berpigmen fotosintetik. Alga bentik (makroalga) dapat hiduup di perairan tawar dan laut. Makroalga adalah tumbuhan tidak berpembuluh yang tumbuh melekat pada subtract didasaran laut. Tumbuhan tersebut tidak memiliki akar, batang daun, bunga, buah, dan biji ssejati. Makroalga terbesar didaerah litoral dan sublitoral. Daerah tersebut masih dapat memperoleh cahaya matahari yang cukup sehingga proses fotosintesis dapat berlangsung Makraoalga menyerap nutrisi berupa fosfor dan nitrogen dari lingkungan sekitar perairan
Kingdom protista memiliki anggota yang sifatnya masih sederhana dan memiliki ciri umum yaitu eukariotik (memiliki membran inti sel), uniseluler/ multiseluler, ukurannya bersifat mikroskopis/ makroskopis, dan memiliki klasifikasi yaitu protista mirip hewan (protozoa), protista mirip tumbuhan (alga), dan protista mirip jamur.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
1. Rhodophyta (Alga Merah)
Alga merah atau Rhodophyta adalah salah satu filum dari alga berdasarkan zat
warna atau pigmentasinya. Warna merah pada alga ini disebabkan oleh pigmen
fikoeritrin dalam jumlah banyak dibandingkan pigmen klorofil, karoten, dan
xantofil.
Alga ini pada umumnya banyak sel (multiseluler) dan makroskopis. Panjangnya
antara 10 cm sampai 1 meter dan berbentuk berkas atau lembaran.
Beberapa alga merah memiliki nilai ekonomi sebagai bahan makanan (sebagai
pelengkap minuman penyegar ataupun sebagai bahan baku agar-agar). Alga
merah sebagai bahan makanan memiliki kandungan serat lunak yang baik bagi
kesehatan usus.
Habitat
Sebagian besar alga merah hidup di laut, banyak terdapat di laut tropika.
Sebagian kecil hidup di air tawar yang dingin dengan aliran deras dan banyak
oksigen. Selain itu ada pula yang hidup di air payau. Alga merah yang banyak
ditemukan di laut dalam adalah Gelidium dan Gracilaria, sedang Euchema
spinosum menyukai laut dangkal.
Perkembangbiakan
Alga merah berkembangbiak secara vegetatif dan generatif.
a. Perkembangbiakan vegetatif ganggang merah berlangsung dengan
pembentukan spora haploid yang dihasilkan oleh sporangium atau talus
ganggang yang diploid. Spora ini selanjutnya tumbuh menjadi ganggang jantan
atau betina yang sel-selnya haploid.
b. Perkembangbiakan generatif ganggang merah dengan oogami,
pembuahan sel kelamin betina (ovum) oleh sel kelamin jantan (spermatium).
Alat perkembangbiakan jantan disebut spermatogonium yang menghasilkan
spermatium yang tak berflagel. Sedangkan alat kelamin betina disebut
karpogonium, yang menghasilkan ovum. Hasil pembuahan sel ovum oleh
spermatium adalah zigot yang diploid. Selanjutnya, zigot itu akan tumbuh
menjadi ganggang baru yang menghasilkan aplanospora dengan pembelahan
meiosis. Spora haploid akan tumbuh menjadi ganggang penghasil gamet. Jadi
2. pada ganggang merah terjadi pergiliran keturunan antara sporofit dan
gametofit.
Manfaat
Alga merah dapat menyediakan makanan dalam jumlah banyak bagi ikan dan
hewan lain yang hidup di laut. Jenis ini juga menjadi bahan makanan bagi
manusia misalnya Chondrus crispus (lumut Irlandia) dan beberapa genus
Porphyra. Chondrus crispus dan Gigortina mamilosa menghasilkan karagen
yang dimanfaatkan untuk penyamak kulit, bahan pembuat krem, dan obat
pencuci rambut. Alga merah lain seperti Gracilaria lichenoides, Euchema
spinosum, Gelidium dan Agardhiella dibudidayakan karena menghasilkan bahan
serupa gelatin yang dikenal sebagai agar-agar. Gel ini digunakan oleh para
peneliti sebagai medium biakan bakteri dan fase padat pada elektroforesis gel,
untuk pengental dalam banyak makanan, perekat tekstil, sebagai obat pencahar
(laksatif), atau sebagai makanan penutup.
Source: http://id.wikipedia.org/wiki/Rhodophyta
Rhodophyta (algae merah) umumnya warna merah karena adanya protein
fikobilin, terutama fikoeritrin, tetapi warnanya bervariasi mulai dari merah ke
coklat atau kadang-kadang hijau karena jumlahnya pada setiap pigmen.
Dinding sel terdiri dari sellulosa dan gabungan pektik, seperti agar-agar,
karaginan dan fursellarin. Hasil makanan cadangannya adalah karbohidrat yang
kemerah-merahan. Ada perkapuran di beberapa tempat pada beberapa jenis.
Jenis dari divisi ini umumnya makroskopis, filamen, sipon, atau bentuk thallus,
beberapa dari mereka bentuknya seperti lumut.
Rhodophyta (ganggang merah) umumnya hidup di laut dan beberapa jenis di
air tawar, mengandung pigmen kklorofi a, klorofil d, karoten, fikoeritrin,
fikosianin.
Tubuh bersel banyak menyerupai benang atau lembaran. Reproduksi vegetatif
dengan spora.
Contoh :
- Batrachospermum
3. - Gelidium
- Eucheuma
- Gracililaria
- Chondrus
- Porphyra
- Polysiphonia
- Nemalion
- dll
Peranan ganggang merah :
Eucheuma spinosum, Gracilaris, Gelidium merupakan penghasil agar-agar.
Ganggang merah (Rodophyceae)
Ganggang merah berwarna merah sampai ungu, tetpai ada juga yang
lembayung atau pirang atau kemerah – merahan, chromatofora berbentuk
cakram atau lemabaran dan mengandung klorofil a, klorofil b dan karoteboid.
Akan tetapi, warna lain tertutup oleh warna merah fikoiretrin sebagai pigmen
utama yang mengadakan fluoresensi
a. Ciri talus
1. Bentuknya berupa helaian atau berbentuk seperti pohon.
2. Tidak berflagella.
3. Selnya terdiri dari komponen yang berlapis – lapis.
4. Mempunyai pigmen fotosintetik fikobilin, memiliki pirenoid yang terletak
didalam koroplas, pirenoid berfungsi untuk menyimpan cadangan makanan
atau hasil asimilasi.
b. Cara hidup
Ganggang merah umumnya bersifat autotrof, ada juga yang heterotrof, yaitu
yang tidak memiliki kromatofora dan biasanya parasit pada ganggang lain.
c. Habitat
Umumnya hidup di laut yang dalam dari pada tempat hidup ganggang coklat.
Hidup diperairan tawar.
d. Reproduksi
4. Bereproduksi secara seksual dengan pembentukan dua ateridium pada ujung –
ujung cabang talus. Arteridium menghasilakn gamet jantang yang berupa
spermatium dan betinanya karpogamium terdapat pada ujung cabang lainnya.
Reproduksi aseksual terjadi dengan pembentukan tetraspora kemudian menjadi
gametania jantan dan gametania betina, akan membentuk satu karkospofrafit.
Karkosporafit akan menghasil tentranspora.
Contoh anggota ganggang merah antara lain: porallina, parmalia,
bateracospermum moniniformi, gelidium, gracilaria,eucheuma, dan skinaia
furkellata.
e. Peran ganggang merah pada kehidupan.
Manfaatnya antara lain sebagai bahan makanan dan kosmetik.misalnya
eucheuma spinosum , selain itu juga dipakai untuk mengeraskan atau
memadatkan media pertumbuhan bakteri.
Berwarna merah sampai ungu, kromotofora berbentuk cakram atau sesuatu
lembaran, sebagai hasil asimilasi terdapat sejenis karbohidrat yang disebut
tepung floride, hidupnya diair laut, da berkembang biak secara aseksual, yaitu
dengan pembentuka spora dan seksual atau oogami.
Sebaran alga atau rumput laut diindnesia ada beberapa jenis yaitu rumput laut
penghasil agar-agar (agarophyte) diantaranya adalah Gracillaria sp, Gelidium,
Gelediupsis, Hypnea, dan rumput laut penghasil keraginan yaitu spinosum,
Euchema catini dan Eucheuma striatum. Selain itu juga rumput laut penghasil
algin yaitu sargasum, Marcocystis, dan lessonia.
Klasifikasi dari alga merah ini sebagai berikut :
Divisio : Rhodophycophyta
Classsis : Rhodophyceae
Ordo : Gigartinales
Familia : Gracilariaceae
Genus : Gracilaria
Species : Gracilaria sp
Adapun alga dari devisi ini ditandai oleh sifat-sifat sebagai berikut :
Ø Dalam reproduksinya tidak mempunyai stadia gamet berbulu cambuk
Ø Reproduksi seksual denga karpogonia dan spermatia
Ø Pertumbuhannya bersifat uniaksial (astu sel diujung thallus) dan multikasial
(banyak sel diujung thallus).
5. Ø Alat perekat (Holdfast) terdiri dari perakan sel tunggal atau sel banyak.
Ø Memiliki pigmen fikobilin yang terdiri dari fikoeritrin (berwarna merah)
dan fikosianin (berwarna biru)
Ø Bersifat adaptasi kromatik, yaitu memiliki penyesuaian antara proporsi
pigmen dengan berbagai kualitas pencahayaan dan dapat menimbulkan
berbagai warna pada thalli seperti : merah tua, Merah muda, pirang, coklat
kuning dan hijau.
Ø Memilki persediaan makanan berupa kanji (Floridean starch).
Ø Dalam dinding selnya terdapat selulosa, agar, carragean, porpiran dan
fulselaran.
DIVISI PHAEOPHYTA
A. Ciri-ciri Umum Phaeophyta
Phaeophyta adalah salah satu ganggang yang tersusun atas zat warna atau
pigmentasinya. Phaeophyta ini berwarna coklat karena mengandung pigmen
xantofis. Bentuk tubuhnya seperti tumbuhan tinggi. Ganggang coklat ini
mempunyai talus (tidak ada bagian akar, batang dan daun), terbesar diantara
semua ganggang ukuran tulusnya mulai dari mikroskopik sampai
makroskopik.Dan kebanyakan bersifat autotrof.
Tubuhnya selalu berupa talus yang multiseluler yang berbentuk filamen,
lembaran atau menyerupai semak (pohon) yang dapat mencapai beberapa
puluh meter, terutama jenis-jenis yang hidup didaerah beriklim dingin. Sel
vegetatif mengandung kloroplas berbentuk bulat panjang, seperti pita,
mengandung klofil serta xantofil.
Kloroplas berbentuk bulat, bulat panjang, seperti pita; mengandung khlorofil a
dan khlorofil c serta beberapa santofil misalnya fukosantin. Cadangan makanan
berupa laminarin dan manitol. Dinding sel mengandung selulose dan asam
alginat. Sel-sel ganggang hijau mempunyai khloroplas yang berwarna hijau, dan
mengandung klorofil a dan b serta karetinoid. Pada chloroplas terdapat
perenoid. Hasil asimilasi berupa tepung dan lemak, terdiri dari sel-sel yang
merupakan koloni berbentuk benang yang bercabang-cabang. Hidupnya ada
yang diair tawar, air laut dan juga pada tanah yang lembab atau yang basah.
Setiap organisme tersusun dari salah satu diantara dua jenis sel yang secara
struktural berbeda, sel prokariotik dan sel eukariotik.
6. Distribusi dan Habitat
Alga/ganggang coklat ini umumnya tinggal di laut, hanya ada beberapa jenis
saja yang hidup di air tawar yang agak dingin dan sedang, terdampar dipantai,
melekat pada batu-batuan dengan alat pelekat (semacam akar). Bila di laut
yang iklimnya sedang dan dingin, talusnya dapat mencapai ukuran besar dan
sangat berbeda bentuknya. Ada yang hidup sebagai epifit pada talus lain. Tapi
ada juga yang hidup sebagai endofit. Di daerah subtropis, alga cokelat hidup di
daerah intertidal, yaitu daerah literal sampai sublitoral. Di daerah tropis, alga
cokelat biasanya hidup di kedalaman 220 meter pada air yang jernih
Ada tiga Phaeophyta yang hidup diair tawar dan yang lain hidup di laut. Pada
umumnya Phaeophyta adalah ganggang yang berada diperairan laut yang
dingin. Mereka adalah elemen yang mendominasi dalam flora pesisir dari Arktik
dan Antartika laut, dan mereka merupakan unsur yang kurang mencolok
dalam flora dan sebagai salah satu ganggang yang menuju pada daerah tropis.
Namun, dari ganggang coklat tertentu, terutama dictyotales dan Sargassum,
yang hidup di air hangat pada tanaman. Banyak dari spesies ganggang laut
yang tumbuh melekat pada batu. Spesies lain tumbuh dalam hubungan dengan
ganggang lainnya, baik sebagai epifit atau endophytes. Dalam banyak kasus,
seperti myrionema strangulans Grev, ganggang coklat tumbuh hanya pada satu
spesies saja.
Ada zonasi vertikal yang berbeda dari ganggang coklat laut pada setiap stasiun
yang diberikan. Banyak spesies tumbuh hanya di daerah intertidal dan bahkan
di sini ada distribusi vertikal yang pasti. Para rockweeds (fucaceae) biasanya
terbatas pada sabuk pesisir atas dan kelps (lamiriales) ke bagian paling bawah.
Manfaat Ekonomi.
Pada suatu waktu abu diperoleh kelps pembakaran dan rockweeds terdampar
oleh angin kencang adalah sumber penting kalium dan yodium. Penemuan
cadangan mineral yang mengandung unsur-unsur dari alga menguntungkan.
Algin gel koloid yang diperoleh dari kelps digunakan dalam berbagai industri.
Algin terdiri dari sekitar 10 persen dari berat basah kelps. Hal ini seluruhnya
atau sebagian besar garam kalsium dari asam alginat, asam polyuric dengan
rumus empiris (C6H8O6). Jumlah tertentu algin diekstrak dari kelps (alaria
dan laminaria) tumbuh di sepanjang pantai Eropa. Biaya produksi algin di
Eropa adalah sangat tinggi karena kelps harus dipanen dengan tangan.
Pengembangan perangkat mekanis yang mampu mengumpulkan kelps langsung
7. dari batuan, di mana mereka telah tumbuh dan sangat mengurangi biaya
pengumpulan kelps di perairan Eropa. Di pantai Pasifik dari united states algin
diperoleh secara eksklusif dari macrocystis, rumput laut yang tumbuh di pantai
yang lepas dan berdiri dengan bagian atas mengambang di permukaan air. Di
sini, panen mekanik adalah masalah yang lebih sederhana. Macrocystis dipanen
dengan cara tongkang, dilengkapi dengan sabit seperti pisau terpasang sekitar
3 meter di bawah permukaan air. Ada lima orang dari tongkang dapat
memanen 300 ton rumput laut dalam satu hari.
Salah satu penggunaan algin adalah dalam pembuatan es krim, dan hampir
semua produsen komersial es krim menambahkan algin sebelum pembekuan
produk mereka. Hal ini mencegah air dalam es krim dari pembentukan kristal
es kasar dan dengan demikian menghasilkan produk yang lebih halus.
Penambahan air sifat algin digunakan dalam berbagai cara dalam industri
baking, termasuk penambahan algin untuk mencegah pengeringan yang tidak
semestinya. Sifat koloid algin membuatnya berguna sebagai zat pensuspensi dan
pengemulsi. Dalam industri karet digunakan sebagai agen creaming dan
menstabilkan dalam pengolahan lateks karet alam dan sintetis. Bila
ditambahkan untuk melukis, alginat membantu menjaga pigmen dalam suspensi
dan membuat produk yang dapat disikat pada permukaan tanpa menunjukkan
tanda kuas. Alginat juga digunakan sebagai menangguhkan agen dalam berbagai
macam produk farmasi.
Kombu, produk yang terbuat dari berbagai kelps, terutama Laminaria dan
Alaria, banyak digunakan sebagai makanan di Jepang. Hal ini direbus dengan
ikan, daging, atau sup, dan dimakan dengan sendirinya sebagai sayuran yang
dimasak. Pada tahun-tahun sebelumnya perang dunia II lebih dari seperempat
juta ton kelps dipanen setiap tahun untuk pembuatan ke kombu. Para kelps
dikumpulkan oleh nelayan dan menyebar sampai kering. Tanaman kering yang
kasar tersebut kemudian dikirim ke produsen untuk konversi ke kombu. Setelah
tiba di pabrik, ganggang kering yang direbus dalam air tawar selama beberapa
menit dan kemudian dibiarkan kering sampai permukaan tidak lagi basah.
Pisau ini kemudian menyebar keluar satu per satu dalam pengepresan kayu
datar dan seluruh massa dikompresi seketat mungkin. Massa dikompresi
kemudian dikurangi menjadi cabik oleh pesawat tangan. Kombu juga disiapkan
dengan merendam ganggang dalam cuka dan kemudian merobek-robek mereka
satu per satu.
8. Struktur sel
Pada phaeophyta umumnya dapat ditemukan adanya dinding sel yang tersusun
dari tiga macam polimer yaitu selulosa, asam alginat, fukan dan fukoidin. Algin
dari fukoidin lebih kompleks dari selulose dan fukoidin lebih kompleks dari
selulose dan gabungan dan keduanya membentuk fukokoloid. Dinding selnya
juga tersusun atas lapisan luar dan lapisan dalam, lapisan luar yaitu selulosa
dan lapisan dalam yaitu gumi. Tapi kadang-kadang dinding selnya juga
mengalami pengapuran. Inti selnya berinti tunggal yang mana pana pada
pangkal berinti banyak.
Dinding sel menyebabkan sel tidak dapat bergerak dan berkembang bebas,
layaknya sel hewan. Namun demikian, hal ini berakibat positif karena dinding-
dinding sel dapat memberikan dukungan, perlindungan dan penyaring (filter)
bagi struktur dan fungsi sel sendiri. Dinding sel mencegah kelebihan air yang
masuk ke dalam sel.Dinding sel terbuat dari berbagai macam komponen,
tergantung golongan organisme.
Pada tumbuhan, dinding-dinding sel sebagian besar terbentuk oleh polimer
karbohidrat (pektin, selulosa, hemiselulosa, dan lignin sebagai penyusun
penting). Pada bakteri, peptidoglikan (suatu glikoprotein) menyusun dinding sel.
Fungi memiliki dinding sel yang terbentuk dari kitin. Sementara itu, dinding sel
alga terbentuk dari glikoprotein, pektin, dan sakarida sederhana (gula).
Sel dari Phaeophyta memiliki dinding yang berbeda dan satu dibedakan
menjadi bagian perusahaan dalam dan yang satu lagi dibagian luar agar-agar.
Unsur utama dari bagian perusahaan adalah selulosa, dianggap kimiawi karena
identik dengan tanaman vaskular. Bagian agar-agar dari dinding sel terdiri
dari algin, dan dibagian thalli nonfilamentous mungkin mengisi semua ruang
antar sel. Protoplasma sel vegetatif umumnya memiliki vakuola pusat dan inti
tunggal. Inti mirip dengan tumbuhan vaskular dan bawah ada membran nuklir,
nucleolus, dan jaringan berwarna. Divisi nuklir adalah mitosis dan dalam
sejumlah besar genera ada centrospheres atau centrosomes di kutub fokus dari
angka mitosis. Genera yang ini kutub jenazah telah ditemukan termasuk orang-
orang sphacelariales, cutleriales, dictyotales, punctariales, laminariales, dan
fucales.
Sel vegetatif alga coklat umumnya mengandung lebih dari satu kromatofora.
Beberapa spesies memiliki kromatofora disciform, yang lainnya telah diratakan
memanjang kromatofora dengan garis yang sangat tidak teratur. Para
9. kromatofora kekurangan pirenoid, tetapi mereka dapat mengandung satu atau
lebih dan yang tidak teratur berbentuk butiran fucosan keputihan. Pada suatu
waktu butiran fucosan dianggap menjadi cadangan pangan larut disimpan
dalam sel. Hari ini, mereka ditafsirkan sebagai produk dari proses metabolisme
di dalam sel.
Cadangan Makanan.
Cadangan makanan pada Phaeophyta berupa laminarin, yaitu sejenis
karbohidrat yang menyerupai dekstrin yang lebih dekat dengan selulose dari
pada zat tepung.selain laminarin juga ditemukan manitol minyak dan zat-zat
lainnya.
Pembentukan karbohidrat dalam ganggang coklat sebanding dengan yang di
plats gula menyimpan vaskular dari pada yang di-pati yang menyimpan. semua
cadangan makanan Phaeophyta disimpan dalam keadaan terlarut: tetapi tidak
pasti apakah mereka menumpuk di negara terlarut: dalam sitoplasma, atau
seluruh protoplas tersebut. Sel-sel ganggang coklat mengandung sejumlah kecil
gula mengurangi sederhana, mungkin dekstrosa. Cadangan karbohidrat utama
adalah laminarin, senyawa yang ditemukan hanya di Phaeophyta. Ada juga
mungkin merupakan akumulasi manitol. Ketika laminarin diekstrak dari
ganggang itu adalah bubuk putih yang larut hambar. Ini terdiri dari sejumlah
unit glukosa terkait tetapi tidak pasti apakah ada 16 atau 20 unit glukosa.
Laminarin dapat terakumulasi dalam jumlah yang cukup untuk membentuk 7-
35 persen dari berat kering tanaman. Peningkatan bertahap dalam jumlah itu
pada saat reproduksi atau ketika bagian baru sedang diregenerasi menunjukkan
yang berfungsi sebagai cadangan makanan. Manitol, karbohidrat cadangan
lainnya, adalah alkohol hexahydric. Jumlah di pabrik adalah minimal di musim
dingin dan mencapai maksimum di musim panas. Jumlah dalam tanaman ini
juga berkorelasi dengan kedalaman di mana talus yang tumbuh, dan besar di
yang lebih mendalam terendam dibandingkan pada mereka yang tumbuh di
dekat permukaan air.
Alat gerak
Berupa flagel, terletak pada sel-sel perkembangbiakan dan letaknya lateral.
Berjumlah 2 yang heterokon dan terdapat di bagian samping badannya yang
berbentuk pir atau sekoci. Pada waktu bergerak ada yang panjang mempunyai
rambuat-rambut mengkliat menghadapi kemuka dan yang pendek menghadap
10. kebelakang. Dekat dengan keluarnya flagel terdapat bintik mata yang berwarna
kemerah-merahan.
Struktur Vegetatif
Semua Phaeophyta mungkin memiliki pergantian hidup bebas generasi
gametophytic dan sporophytic. Ada variasi yang besar dalam ukuran talus
dewasa dari genus genus. Pada satu ekstrim berdiri gametophytes menit atau
sporophytes dengan hanya beberapa sel, di ekstrim lainnya adalah sporophytes
dari pantai Pasifik kelps raksasa yang mencapai ketinggian 25 sampai 30
meter. Tidak ada hubungan khusus antara umur panjang dan ukuran tubuh
tanaman. Dengan demikian, di antara sporophytes dari kelps, yaitu nereocystis
merupakan tumbuhan tahunan yang tumbuh hingga ketinggian 15 sampai 25
meter, sedangkan kehidupan pterygophora selama 15 tahun atau lebih dan
tidak pernah menjadi lebih dari 3 meter.
The sporophyte dewasa atau gametofit dapat berupa amorf bentuk yang pasti.
Dalam kasus terakhir itu umumnya dibedakan menjadi pegangan erat dan
bagian tegak. Bagian ereksi mungkin sederhana atau bercabang, padat atau
berongga, dan tubular, bola, atau terkompresi.
Kompleksitas terbesar dari yang ditemukan di antara kelps mana ada
diferensiasi eksternal sebanding dengan tanaman vaskular. Ada pegangan erat
akar seperti dari yang timbul suatu Stipe batang seperti sederhana atau
bercabang yang dikenakan untuk banyak daun-seperti pisau.
Puncak pertumbuhan Phaeophyta yang banyak adalah filamen uniseriate
bercabang di mana pembelahan sel yang kabisat. Pertumbuhan dengan cara
seperti filamen apikal bisa dikatakan dengan trichothallic. Dalam beberapa
genera trichothallic bagian dewasa talus yang memiliki organisasi filamen mirip
dengan puncak tumbuh. Hal ini jelas terlihat dalam genera dimana cabang
berbohong bebas dari satu sama lain, seperti dalam Ectocarpus dan kurang jelas
dalam genera, seperti Leathesia di mana cabang berbaring apposed satu sama
lain. Masih dalam genera lain, seperti desmarestia sifat trichothallic dari bagian
dewasa talus yang benar-benar dihapuskan oleh cortication dari filamen.
Terminal pertumbuhan Phaeophyta lain diprakarsai oleh sel apikal tunggal atau
sel-sel baris melintang apikal. Menurut spesies, pemotongan sel apikal dari
derivatif di wajah posterior saja, atau pada kedua posterior dan wajah-wajah
lateral. Pertumbuhan kelps adalah unik karena tidak apikal, tetapi karena
11. aktivitas daerah meristematik di persimpangan Stipe dan pisau, atau di dasar
Stipe.
Daerah dewasa thalli paling memiliki diferensiasi lebih atau kurang antara
eksternal dan bagian internal. Sel Superficial selalu lebih kecil dan lebih padat
diisi dengan kromatofora dari pada yang internal. Transisi dari dangkal kecil
untuk sel-sel internal yang besar mungkin bertahap atau sel-sel dangkal dapat
dibedakan menjadi lapisan epidermis seperti. Thalli dari fucales dan laminariales
secara internal dibedakan menjadi dua jaringan yang berbeda: medula pusat,
terdiri dari sel-sel memanjang berwarna, dan korteks mengelilingi sel lebih atau
kurang isodiametric di mana mereka menuju eksterior mengandung
kromatofora. Diferensiasi internal terbesar jaringan yang ditemukan di
Samudra Pasifik kelps tertentu di mana terdapat saringan tabung di medula.
Reproduksi Phaeophyta
Perkembangbiakan pada Phaeophyta dapat dilakukan dengan beberapa cara
yaitu Reproduksi pada alga cokelat terjadi secara aseksual dan seksual.
Reproduksi aseksual dengan pembentukan zoospora berflagela dan fragmentasi,
sedangkan reproduksi seksual terjadi secara oogami atau isogami. Reproduksi
seksual alga cokelat hampir serupa dengan pembiakan generatif tumbuhan
tingkat tinggi. Contohnya adalah reproduksi pada Fucus vesiculosus. Selain
berkembang biak secara aseksual dengan fragmentasi, Fucus vesiculosus juga
berkembang biak dengan cara seksual dengan oogami.
Proses oogami adalah sebagai berikut. Ujung lembaran talus yang fertil
membentuk reseptakel, yaitu badan yang mengandung alat pembiak. Di dalam
reseptakel terdapat konseptakel yang mengandung anteridium yang
menghasilkan sel kelamin jantan (spermatozoid) dan oogonium yang
menghasilkan sel telur dan benang-benang mandul (parafisis).
Anteridium berupa sel-sel berbentuk jorong yang terletak rapat satu sama lain
pada filamen pendek bercabang-cabang yang muncul dari dasar dan tepi
konseptakel. Tiap anteridium menghasilkan 64 spermatozoid. Oogonium berupa
badan yang duduk di atas tangkai. Oogonium jumlahnya sangat banyak dan
tiap oogonium mengandung 8 sel telur. Akan tetapi, hanya 40% dari sel telur
yang dapat dibuahi dan hanya 1 atau 2 dari setiap 100.000 spermatozoid
dapat membuahi sel telur. Zigot lalu membentuk dinding selulosa dan pektin,
kemudian melekat pada suatu substrat dan tumbuh menjadi individu baru yang
diploid.
12. Reproduksi Aseksual
Beberapa Phaeophyta mereproduksi vegetatif oleh fragmentasi dari talus
tersebut. Ini dapat terjadi baik pada remaja maupun tahap dewasa. Suatu talus
terpasang dapat dibagi secara vertikal menjadi dua bagian atau lebih yang
tetap melekat pada substrat tersebut. Dalam kasus seperti seorang individu
dapat diganti dengan sekelompok individu. Multiplikasi vegetatif juga dapat
dipengaruhi oleh detasemen fragmen yang hanyut dan berkembang menjadi
tanaman baru. Contoh terbaik dari perkalian dengan cara fragmen terpisah
terlihat di Sargassa yang begitu melimpah di Gulf Stream dan Laut Sargasso.
Yang paling produktif tersebut adalah Sargassum natans (L.) Meyen, spesies
yang dikenal hanya dalam kondisi bebas mengambang dan satu yang belum
pernah ditemukan dengan fruktifikasi. Multiplikasi vegetatif juga mungkin
karena, seperti di Sphacelaria untuk pembentukan dan absisi cabang reproduksi
khusus (propagula).
Semua Phaeophyta menghasilkan zoospora baik telanjang atau telanjang
aplanospores. Zoospora yang sangat biflagellate, dengan flagela dua panjang
yang tidak setara dan lateral dimasukkan semakin lama flagel memproyeksikan
maju dan lebih pendek memproyeksikan mundur. Studi flagela dengan teknik
pewarnaan khusus dan melalui mikroskop elektron menunjukkan bahwa flagel
anterior adalah jenis perada dan dengan dua baris mastigonemes ('' silia ").
Flagellum posterior telah ditemukan untuk menjadi tipe whiplash.
Sel-sel reproduksi flagellated dapat dibentuk dalam satu sel atau dalam banyak
sel organ reproduksi. Penggunaan luas dari nama yang Thuret memberikan
banyak bersel organ (sporangium plurilocular) adalah menyesatkan karena itu
tanpa pandang bulu diterapkan baik untuk banyak bersel sporangia dan banyak
bersel gametangia. Yang bersel satu zooid memproduksi organ reproduksi yang
Thuret disebut sporangium unilokular adalah sporangial di alam.
Perkembangannya dimulai dengan pembesaran sel uninukleat dan pembagian
dan redivision inti menjadi 4, 8, 16, 32, 64, atau 128 inti putri, dan
kemudian pembelahan dalam protoplas uninukleat yang tidak terpisah dari satu
sama lain dengan dinding. Akhirnya ada metamorfosis dari protoplas masing-
masing menjadi zoospora biflagellate atau menjadi aplanospore nonflagellated,
dan pembebasan spora oleh pecahnya dinding sporangial. Dalam semua spesies
yang telah diselidiki sitologi suatu talus memproduksi unilokular sporangia
adalah diploid dan pembagian inti utama adalah meiosis.
13. Oleh karena itu, seseorang dibenarkan dengan asumsi bahwa setiap talus
memproduksi unilokular sporangia adalah diploid dan tidak haploid. Ada
beberapa laporan dari fusi di pasang zoospora dari sporangia unilokular. Salah
satu kasus yang paling meyakinkan adalah bahwa dari desmarestia mana semua
satges di germanition dari zigot telah difikirkan. Namun, juga telah
menyatakan bahwa semua kasus yang dilaporkan dari fusi zoospora dari
sporangia unilokular adalah karena salah tafsir dari pengamatan, dan bahwa
zoospora pernah berfungsi sebagai gamet.
Sifat dari sporangium plurilocular adalah mater sengketa sampai
diperkenalkannya metode budaya mempelajari sejarah kehidupan. Hal ini telah
menunjukkan bahwa beberapa "sporangia plurilocular" adalah gametangia dan
lain-lain.
Reproduksi seksual
Kita sekarang tahu bahwa ketika diproduksi di atas talus haploid organ
plurilocular adalah gametangium dan ketika diproduksi di atas talus diploid itu
adalah sporangium. Bagi banyak genera dengan pergantian sporophte identik
vegetatif dan gametofit tidak mungkin untuk menentukan apakah mikroskopik
organ plurilocular ditanggung oleh individu tertentu dibawa ke laboratorium
adalah gametangia atau netral sporangia. Sifat organ dapat ditentukan hanya
dengan mengetahui jenis spora yang talus yang dikembangkan dari, atau
dengan mengikuti perilaku swarmers dibebaskan dari organ, atau dengan
mengetahui jumlah kromosom Dalam sel vegetatif. Bagi mereka genera di mana
tanaman diploid pernah membentuk sporangia netral, semua organ
multicelluler jelas gametangia.
Daur hidup
Pada Phaeophyceae terdapat tiga tipe adaur hidup :
1. Tipe isomorfik, fase sporofit dan gametofit morfologinya identik ; pada
fase ini gametofit dan sporofit mempunyai bentuk dan ukuran yang relatif
sama antara yang satu dengan yang lainya. Contoh : Ectocarpales dan
Dictyotales. Ectocarpales mempunyai pergantian keturunan yang isomorf dan
mempunyai tubuhyang berbentuk filament yang bercabag membentuk jaringan
pseudoparenkimatik. Sporofit mengeluarkan zoospora dan spora netral, sedang
gametofit membentuk gamet yang isogami dan anisogami,
2. Tipe Heteromorfik, sporofit dan gametofit morfologinya berbeda ; pada
tipe ini, sporofit berkembang dengan baik dan berukuran makroskopik,
14. sedangkan gametofitnya berukuran mikroskopik. Bentuk filamen yang lain
hanya terdiri dari beberapa sel saja. Misalnya, anggota yang tergolong dalam
bangsa Laminariales. Anggota dari beberapa laminaries mempunyai pergantian
keturuanan yang heteromorfik dengan sporofit yang selalu lebih besar dari pada
gametofitnya yang ukurannya selalu mikroskopik. Dari marga ke marga
gametofik ini identik satu sama lainya, sehingga yang tampak dilapangan
adalah sporofitnya. Pengetahuan yang menyangkut gamtofik dari ganggang ini
diperoleh dengan menggunakan kultur yang dimulai dari zoospora yang
dikeluarkan oleh sporanya yang unilokular. Pada umumnya nerupakan jenis
tahunan. Sporofit terbagi menjadi alat pelekat, tangkai dan helaian. Alat
pelekat umumnya merupakan cabang-cabang yang dikotom disebut haptera.
Tangkai tidak bertangkai, silindris atau gak memipih, diujung tangkai ini
terdapat helaian yang utuh atau berbagi vertikal menjadi beberapa segmen.
Tangkai terdiri dari medulla (bagian tengah) dan korteks (bagian tepi) dikelilingi
selapis sel meneyerupai epidermis.
3. Tipe Diplontik ; tipe ini tidak menunujkan adanya pergantian keturunan.
Siklus hidupnya bersifat diplontik. Fse haploid hanya terdapat pada gamenya.
Contoh : Fucales. Diantara jenis-jenis Phaeophyceae, golongan fucales ini adalah
unik, karena tidak mempunyai keturunan yang membentuk spora. Disini hanya
ada satu keturunan yaitu tubuh yang diploid, dengan demikian tidak
mempunyai pergantian keturuanan. Meiosis terjadi sebelum gametogénesis, jadi
yang bersifat haploid hanya gametnya. Adapula yang menganggap keturunan
yang diploid tadi sebagai sporofit dan spora yang dihasilkan sporangianya akan
berfungsi sebagai gamet. Gamet jantan (anterozoid) berflagella dua buah yang
letaknya dibagian lateral. Gamet dibentuk dalam anteredium, gamet betina
berupa sel telur yang dibentuk dalam oogonium. Jadi perkembangbiakannya
secara oogami. Anteredium atau oogonium dibentuk dalam konsep takel. Pada
umumnya terkumpul dalam satu cabang yang menggelembung, cabang-cabang
ini disebut reseptakel. Bangsa ini terdiri dari tiga suku yaitu : Fucaeae,
Cystoseiraceae, dan Sargasseaceae
Tabel 1. Pigmen Utama yang Terdapat pada Masing-masing Divisi dari Alga
Divisi
Klorofil
16. C-fikoeritrin
Beta karoten,
Zeaxanthin
Myxoxanthofil
Chlorophyta
a, b
-
Beta karoten
violaxanthin
B. Klasifikasi Phaeophyta
Sebelum tahun 1922 semua sistem untuk klasifikasi alga coklat yang
didasarkan pada struktur vegetatif dan metode reproduksi. Pada tahun itu
sistem yang diusulkan mengambil siklus hidup menjadi pertimbangan, tetapi
data tersebut cukup untuk klasifikasi yang memadai. Pada tahun 1933 data
yang memadai telah terkumpul untuk menjamin pemisahan ke dalam tiga seri
berikut: Isogeneratae dengan pergantian generasi isomorfik, dan
Heterogeneratae dengan pergantian heteromorphic generasi, dan Clyclosporeae
di mana hanya ada generasi diploid.
Dengan demikian sebagai ganggang coklat yang diberi pangkat kelas
(Phaeophyceae) atau divisi (Phaeophyta) yang Isogeneratae, Heterogeneratae,
dan Cyclosporeae diberi pangkat subclass atau kelas.
1. Kelas Isogeneratae
Isogeneratae ini memiliki siklus hidup dengan pergantian isomorfik generasi.
Pertumbuhan talus yang mungkin trichothallic, kabisat, atau ketat apikal.
Generasi sporophytic dapat menghasilkan zoospora, aplanospore, atau spora
netral. Reproduksi seksual dari gametofit mungkin isogamous, anisogamous,
atau oogamous.
Kelas ini dibagi menjadi lima perintah yang berbeda dari satu sama lain dalam
struktur vegetatif, modus pertumbuhan, dan struktur organ reproduksi.
17. a. Ordo Ectocarpales
Para ectocarpales memiliki pergantian isomorfik generasi dan memiliki talus
filamen bercabang di mana pembelahan sel tidak terlokalisasi. Cabang-cabang
talus mungkin berdiri bebas dari satu sama lain atau mungkin lateral dapat
membentuk jaringan pseudoparenchymatous. Organ reproduksi dapat
ditanggung secara tunggal atau baris uniseriate. Reproduksi dari hasil
sporophyte baik zoospora atau spora netral, dan orang-orang dari produk
gametofit baik gamet isogamous atau anisogamous.
Gambar 1. Ectocarpus cylindricus .S
Sumber : ucjeps.berkeley.edu
Sistem klasifikasi berdasarkan kepada struktur vegetatif dan metode reproduksi
merujuk seratus atau lebih genera yang lain. Ketika seperti ini perintah dibatasi
untuk bentuk filamen trichothallic dengan pergantian isomorfik diketahui atau
diduga dari generasi ada sekitar 50 genera. Ini telah dikelompokkan menjadi
dua keluarga.
Genus jenis Ectocarpus adalah seluruh jenis dalam distribusi dan mengandung
banyak spesies. Genus ini adalah salah satu yang umum dan beberapa spesies
tumbuh dalam kelimpahan pada Fucaceae dari zona litoral atas. Genus ini
adalah genus langka di sepanjang Pantai Pasifik, di mana sebagian besar spesies
tumbuh pada Laminariales.
b. Ordo Sphacelarialis
Sphacelariales memiliki pergantian isomorfik generasi dan thalli di mana
pertumbuhan dimulai oleh sel apikal tunggal yang memotong derivatif silinder
wajah posterior nya. Sel-sel talus yang secara teratur diatur dalam tingkatan
melintang tetapi di bagian yang lebih tua dari talus yang ini mungkin
dikaburkan oleh gametofit mungkin isogamous, anisogamous, atau oogamous.
Urutan mencakup beberapa 15 genera dan 175 spesies, yang dikelompokkan ke
dalam tiga atau empat keluarga. Genus jenis Sphacelaria adalah alga yang
jarang dijumpai di sepanjang pantai baik Atlantik dan Pasifik dari negara ini.
Ini tumbuh melekat pada batu atau pada ganggang lainnya. Satu atau lebih
dari tunas silinder yang bebas bercabang maka timbul dari pegangan erat
tersebut. Setiap cabang ada yang mencolok, sel uninukleat silinder, apikal.
Derivatif 2-4 sel posterior tentang pemisahan sel apikal dan membagi kembali
18. dalam bidang vertikal untuk membentuk tingkat melintang dari 4 sampai 20
vertikal memanjang sel. Percabangan tunas adalah pembesaran sel di bagian
polysiphonous dan fungsinya sebagai sel apikal. Beberapa spesies memiliki
rambut multicelluler di mana sel-sel tersebut diatur dalam baris uniseriate.
c. Ordo Tilopteridales
Talus dari Tilopteridales secara bebas dan bercabang dengan modus trichothallic
pertumbuhan. Bagian atas dari mereka adalah Ectocarpus-seperti dengan sel
bergabung ujung ke ujung dalam satu baris (monosiphonous); porsi yang lebih
rendah umumnya Sphacelaria-seperti dengan sel-sel dalam tingkatan
melintang (polysiphonous). Bukti yang tersedia meskipun tidak lengkap
menunjukkan bahwa ada pergantian generasi yang sama. Sporophyte
menghasilkan unilokular sporangia, masing-masing berisi aplanospore
quadrinucleate tunggal. Gametofit terlihat oogamous. Urutan mencakup sekitar
5 marga dan 10 spesies.
Haplospora, dengan spesies H. tunggal globosa Kjellm, diketahui dari Inggris dan
Semenanjung Skandinavia. Memiliki talus bebas dan bergantian bercabang di
mana bagian atas adalah monosiphonous dan polysiphonous bagian bawah.
http://luirig.altervista.org/cpm/albums/wettstein/5178_Haplospora_globosa.jpg
Gambar 2. Tilopteridales
Sumber : luirig.altervista.org
http://www.plant-families.com/images/pictures/image231.jpg
Gambar 3. Haplospora globosa Kjelm
Sumber : plant-families.com
Sel dari kedua mono dan bagian polysiphonous mengandung kromatofora
banyak disciform kecil. Talus melekat ke substrat dengan cara rhizoids.
d. Ordo Cutleriales
Suku ini hanya mempunyai 2 marga saja, yaitu Zanardinia dan Cutleria.
Zanardinia mempunyai pergantian keturunan yang gametofit dan sporofitnya
identik satu sama lain, sedang gametofit Cutleria tidak identik dengan
sporofitnya, hingga pergantian keturunan dari Cutleria bersifat isomorfik. Akan
tetapi kedua marga tadi tampaknya mempunyai hubungan yang cukup erat
satu sama lain, sebab beberapa sifat tertentu dari kedua marga tadi
mempunyai kesamaan, antara lain: pertumbuhan yang trikohthallik, sporangia
yang unilokuler dan sel-sel kelamin jantan dan betina ukurannya tidak sama
19. (anisogamet). Sehubungan dengan hal-hal tersebut, maka kedua marga tersebut
digolongkan dalam satu bangsa yaitu : Marga Cutleria
http://www.marevita.org/donnees/Algues%20et%20plantes%20marines/Fucoph
yceae/Cutleriales/Cutleriaceae/Cutleria/Cutleria%20multifida/2_cut_mul_ss_tlg.jp
g
Gambar 4. Cutleria multifida
Sumber : euralga.com
Cutleria mempunyai gametofit yang berbentuk pia yang bercabang menggarpu
yang tidak begitu teratur atau berbentuk seperti kipas. Pertumbuhan terjadi
pada tepi thallus bagian atas yang mempunyai rambut yang “uniseriate”. Tiap
rambut mempunyai daerah pertumbuhan yang letaknya interkalar. Gametofit
bersifat hereothallik. Gametofit jantan mengandung antheridia yang
menghasilkan gamet jantan berbentuk buah pit, berflaglla 2 buah di bagian
lateral. Gametofit betina mengandung gametangia betia yang mengeluarkan
gamet, gamet jantan bergerak ke arah gamet betina dan kemudian salah satu
gamet jantan bersatu dengan gamet betina. Zigot yang terbentuk tumbuh jadi
sporofit dalam waktu satu hari. Sel kelamin betina yang tidak dibuahi akan
tumbuh jadi gametofit betina. Sporofit mempunyai bentuk yang berlainan sama
sekali dengan gametofit. Sporofit berbentuk lembaran kecil dan melekat pada
substrat dengan perantaraan rhizoid.
Dulu sporfit ini dikira thallus dari ganggang lain yang disebut Aglaozonia.
Sampai sekarang nama tersebut masih diterapkan untuk memberi nama
sporofit dari Cutleria. Inti sporangia yang masih muda, mula-mula membelah
meiosis kemudian diikuti dengan pembelahan hingga terbentuk 8-32 inti yang
haploid. Protoplas kemudian terbagi-bagi hingga terjadilah protoplast-
protoplast ini mengalami metamorfose menjadi zoospora yang terbentuk buah
pir dan berflagella 2. Sembilan puluh menit kemudian zoospora tadi membulat
dan membentuk dinding, kemudian tumbuh menjadi gametofit.
e. Ordo Dictyotales
Dictyotales memiliki pergantian isomorfik generasi di mana thalli yang tegak,
diratakan dengan pertumbuhan yang diprakarsai oleh apikal tunggal pada
puncak masing-masing cabang. Gametophytes dari genera kebanyakan
oögamous tetapi ada satu genus anisogamous. Para Dictyotales ditemukan di
laut beriklim sedang dan tropis tetapi terjadi dalam kelimpahan terbesar di
perairan hangat dari daerah tropis. Di Pantai Atlantik Amerika Serikat,
20. pjctyotales ditemukan fron Beaufort, North Carolina, selatan, di Pantai Pasifik
mereka berkisar selatan dari Santa Barbaia, California.
Pada suatu waktu Dictyotales dianggap cukup berbeda dari Phaeophyta lain
karena generasi aseksual menghasilkan spora nonflagellated. Dalam Dictyota
dan sebagian marga lain ada empat spora dalam sporangium. Karena itu, spora
sering disebut tetraspores. Nama ini menyesatkan, baik karena menyiratkan
hubungan dengan etraspore pembentuk Rhodophyta dan karena itu
mengaburkan fakta bahwa sporangia dari Dictyotales dalam kenyataannya
unilokular sporangia. Sifat mata unil dari sporailgia ini lebih jelas dalam Zonaria
dan Pocockiella, genera yang ada pembentukan delapan spora dalam suatu
sporangiurn. Kurangnya flagella meskipun terlalu tampak bukanlah masalah
penting yang mendalam. Para homologi antara antheridia dari Dictyotales dan
besar besaran garnetang khas Phaeophyta lainnya yang jelas.
Dictyota genus jenis ini memiliki sekitar 35 spesies. Genus ini tersebar luas di
laut yang hangat. Di pantai Amerika Serikat itu adalah anggota dari urutan
yang berkisar terjauh ke utara. Dictyota memiliki ereksi. dikotomus bercabang,
seperti pita talus di mana semua diehoto
2. Kelas Heterrogeneratae
Heterogeneratae yang memiliki pergantian heteromorphic dari generatioans
dan satu di mana sporophyte selalu lebih besar dari gametofit. Sporophyte
biasanya ukuran makroskopik dan memepunyai bentuk tertentu; gametophytes
selalu berfilamen dan ukuran mikroskopis. Bahkan, pengetahuan tentang
gametophytes dari semua anggota kelas telah diperoleh hanya dengan tumbuh
mereka dalam budaya dimulai dari zoospora dibebaskan dari sporangia
unilokular. Sporophytes dari Heterogeneratae dapat menghasilkan baik zoospora
atau spora netral. Reproduksi gametophytes mungkin isogamous, anisogamous,
atau oogamous. Menurut struktur vegetatif dari sporophytes Heterogeneratae
dibagi menjadi dua subclass, Haplostichineae dan Polystichineae tersebut.
Subclass Haplostichineae
Sporophytes dari Haplostichineae terdiri dari filamen yang mungkin bebas dari
satu sama lain, terjalin dengan satu sama lain, atau begitu padat compated
atau corticated bahwa talus tampaknya parenchymatous. Dalam semua kasus
pertumbuhan trichothallic. Sebuah sporophyte dapat menghasilkan baik
sporangia netral atau uniclocular. Para gametophytes selalu filamen mikroskopis
21. dan isogamous, anisogamous, atau oogamous Subclass dibagi menjadi tiga
perintah
a. Ordo Chordariales
Chordariales termasuk Haplostichineae, di mana sporophyte filamen bercabang
tidak nyata dan dipadatkan menjadi talus pseudoparenchymatous. Sejauh ini,
semua gametophytes yang dikenal adalah isogamous. Namun sedikit yang
diketahui tentang siklus hidup genera yang paling dan tidak mungkin bahwa
genera tertentu pada akhirnya akan ditampilkan sebagai anggota Ectocarpales.
Genera telah dikelompokkan dalam delapan keluarga
http://ucjeps.berkeley.edu/guide/P-61.gif
Gambar 5. Leathesia difformis
Sumber : ucjeps.berkeley.edu
b. Ordo Sporochnales
Para sporochnales memiliki sporophyte di mana masing-masing cabang
berakhir dalam seberkas rambut. Pertumbuhannya adalah trichothallic karena
kabisat pembelahan sel di dasar masing-masing rambut. Sporangia unilokular
biasanya ditanggung tersembuhkan dan dalam kelompok padat. Gametofit
adalah mikroskopis dan oogamous. Ada 6 marga dan sekitar 25 spesies. Mereka
ditemukan di laut hangat dan sedang, terutama di perairan wilayah Australia.
Dua spesies dari satu genus (sporochnus) ditemukan di pantai Atlantik negeri ini
dari Beaufort, Carolina Nortth, selatan.
http://www.plant-families.com/images/pictures/image237.jpg
Gambar 6. Carpomitra cabrerae
Sumber : plant-families.com
c. Ordo Desmarestiales
Thalli dari desmarestiales memiliki filamen tunggal pada setiap puncak tumbuh.
Posterior pseudoparenchymatous cortication dari filamen untuk membentuk
talus bentuk makroskopik pasti. Gametofit adalah mikroskopis, oogamous, dan
memiliki telur habis sisa yang menempel pada apex ooganial. Urutan berisi tapi
tiga genera
http://www.plant-families.com/images/pictures/image239.jpg
Gambar 7. Desmarestiales
Sumber : plant-families.com
Desmarestia memiliki dua pusat distribusi, yaitu, utara Atlantik dan perairan
utara Pasific sebagai kontras dengan Antartika dan wilayah sekitarnya. Ada
22. dua atau tiga spesies di sepanjang Pantai Atlantik negara ini dan sekitar
delapan di sepanjang Pantai Pasifik. Sebagian besar dari mereka tumbuh di
bawah angka surut. Desmarestia adalah salah satu ganggang coklat yang lebih
besar, dan spesies tertentu, seperti D. latissima Setchell dan Gardner, mencapai
panjang lebih dari 5 meter. Beberapa spesies berbeda dari ganggang coklat
lainnya dalam bahwa mereka menumpuk asam malat dan asam sulfat dalam
kelimpahan, getah sel dari spesies tertentu yang tumbuh di sepanjang pantai
California memiliki pH 1 sampai 3.
Subkelas Polystichineae
Sporophytes dari Polystichineae memiliki thalli parenchymatous di mana
pertumbuhan adalah dengan pembagian sel kabisat. Sporophyte A dapat
menghasilkan baik zoospora atau spora netral. Gametophytes yang mikroskopis,
filamentaous, dan baik isogamous, anisogamous, atau oogamous.
Subclass ini telah dibagi menjadi tiga perintah (Punctariales, Dictyosiphonales,
Laminariales) tetapi telah menyatakan bahwa dua yang pertama harus
digabungkan dalam satu perintah.
a. Ordo Punctariales
Sporophytes dari Punctariales yang berukuran sedang, parenchymatous, dan
tumbuh dengan cara pembelahan sel kabisat yang tidak terlokalisasi dalam
meristem pasti. Organ reproduksi dari sporophyte mungkin tidak dilokalisasi
dengan pasti, dan mereka dapat menghasilkan baik zoospora atau spora netral.
Gametophytes adalah filamen mikroskopis yang mungkin isogamous atau
anisogamous
Ada sekitar 30 genera, tetapi tidak ada kesepakatan umum untuk bagaimana
yang harus dikelompokkan dalam keluarga.
http://ucjeps.berkeley.edu/guide/P-92.gif
Gambar 8. Soranthera ulvoidea
Sumber : ucjeps.berkeley.edu
b. Ordo Dictyosiphonales
Para dictyosphonales telah deras bercabang thalli silindris di mana
pertumbuhan dimulai oleh sel apikal tunggal. Bagian dewasa talus yang secara
internal dibedakan menjadi dua atau tiga daerah. Sporophytes biasanya
23. menghasilkan sporangia unilokular saja. Gametophytes yang mikroskopis dan
isogamous.
http://ucjeps.berkeley.edu/guide/P-26.gif
Gambar 9. Dictyosiphon foeniculaceus
Sumber : ucjeps.berkeley.edu
c. Ordo Laminariales
Kebanyakan anggota laminariales (para kelps) memiliki sporophyte eksternal
dan dibedakan menjadi pegangan erat, Stipe, dan pisau. Pertumbuhan ini
disebabkan daerah meristematik kabisat dan biasanya terletak di antara Stipe
dan pisau. Daerah dewasa anterior dan posterior meristem memiliki diferensiasi
lebih atau kurang internal jaringan. Sporophytes memproduksi sporangia
unilokular saja yang terletak di sori luas ditanggung pada pisau. Genera
memiliki beberapa sori dibatasi untuk pisau khusus.
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/6/6c/Alger,_Macrocystis_pyrif
era,_Nordisk_familjebok.png
Gambar 10. Macrocystis pyrifera
Sumber : en.wikipedia.org
3. Kelas Cyclosporeae
Cyclosporeae ini memiliki siklus hidup yang di dalamnya tidak ada pergantian
hidup bebas generasi multiseluler. Talusnya adalah sporophyte, dan satu dengan
spora yang dihasilkan oleh fungsi unilokular sporangia secara langsung sebagai
gamet. Gamet serikat selalu dari jenis oogamous. Sporangianya adalah Boren
whitin rongga khusus (conceptacles). Conceptacles mungkin terbatas pada tips
meningkat dari bercabang (wadah).
http://t2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTaIGpIYPRf6eE2SmAa3s083_j7A8
1LFngKZdmTewW2R-xHm6rUAg&t=1
Gambar 11. Fucus vesiculosus
Sumber : chestofbooks.com
Selnya membentuk alat kelamin yang disebut konseptakel jantan dan
konseptakel betina. Di dalam konseptakel jantan terdapat Anteridium dan di
dalam konseptakel betina terdapat oogonium yang menghasilkan ovum.
Spermatozoid membuahi ovum yang menghasilkan zigot.
24. Kelas Cyclosporeae hanya memiliki satu bangsa yaitu Fucales, contoh marga lain
misalnya sargassum yang terapung atau melekat pada bebatuan, memiliki
gelembung, perkembangbiakan dengan fragmentasi dan hidup di lautan tropika.
Fucus mnelekat pada bebatuan, memiliki gelembung, berkembangbiak dengan
tfragmentasi talus , hidup di semua lautan