SlideShare a Scribd company logo
NYERI
DEFINISI
 Sensori subyektif dan emosional yang tidak
menyenangkan yang didapat terkait dengan
kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau
menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan
(International Association for Study of Pain )
FISIOLOGI NYERI
 Reseptor nyeri (nosireseptor)
Ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon
hanya terhadap stimulus kuat yang secara
potensial merusak
J
ARAS
N
YERI
FISIOLOGI NYERI
Reseptor nyeri
Kutaneus
Reseptor A delta
Serabut
komponen cepat
(6-30m/s)
Nyeri tajam,
cepat hilang
Reseptor C
Serabut
komponen
lambat (0,5m/s)
Nyeri tumpul,
sulit dilokalisasi
Deep somatic
Pembuluh darah
Tulang
Syaraf, otot,
jaringan
penyangga
Visceral
jantung
Hati
Ginjal, dll
FISIOLOGI NYERI
 Respon fisiologis
 Rangsangan simpatik (nyeri ringan – moderat)
 Dilatasi saluran bronkhial dan peningkatan respirasi rate
 Peningkatan heart rate
 Vasokonstriksi perifer, peningkatan TD
 Peningkatan nilai gula darah
 Peningkatan kekuatan otot
 Dilatasi pupil
 Penurunan motilitas GI
 Rangsangan Parasimpatis (nyeri berat dan dalam)
 Muka pucat
 Otot mengeras
 Penurunan HR dan BP
 Nafas cepat dan irreguler
 Nausea dan vomitus
 Kelelahan dan keletihan
FISIOLOGI NYERI
 Tiga fase pengalaman nyeri (Meinhart & McCaffery)
:
 Fase Antisipasi
Pemahaman mengenai nyeri dan upaya menghilangkan nyeri
 Fase Sensasi
Bersifat subjektif, berbeda-beda pada tiap individu
 Fase Akibat
Saat nyeri sudah berkurang atau menghilang  masih
dibutuhkan pengawasan
FISIOLOGI NYERI
 Faktor yang mempengaruhi respon nyeri :
 Usia
 Jenis kelamin
 Kultur
 Makna nyeri
 Perhatian
 Anxietas
 Pengalaman masa lalu
 Pola koping
 Support keluarga dan sosial
FISIOLOGI NYERI
 Penilaian Intensitas Nyeri
 Skala intensitas nyeri deskritif
 Skala identitas nyeri numerik
 Skala analog visual
 Skala nyeri menurut Bourbanis
Keterangan :
0 Tidak nyeri
1-3 Nyeri ringan
secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik.
4-6 Nyeri sedang
Secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat
menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya,
dapat mengikuti perintah dengan baik.
7-9 Nyeri berat
secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti
perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat
menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat
mendeskripsikannya tidak dapat diatasi dengan alih
posisi nafas panjang dan distraksi
10 Nyeri sangat berat
Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi,
memukul.
MANAJEMEN NYERI
PASCAOPERASI
 The World Health
Organisation Analgesic
Ladder
 World Federation of
Societies of
Anaesthesiologists
(WFSA) Analgesic
Ladder
ANESTESI LOKAL
 Penggunaan teknik anestesi regional pada
pembedahan memiliki efek yang positif terhadap
respirasi dan kardiovaskuler pasien terkait dengan
berkurangnya perdarahan dan nyeri yang teratasi
dengan baik
 Teknik anestesi lokal sederhana  pain relief
 infiltrasi anestesi lokal
 blokade saraf perifer atau pleksus
 teknik blok perifer atau sentral.
ANESTESI LOKAL
 Infiltrasi luka dengan obat anestesi lokal berdurasi
panjang (Bupivacaine)  analgesia yang efektif
selama beberapa jam  nyeri berlanjut  suntikan
ulang atau infus
 Spinal anestesi memberikan analgesia yang sangat
baik untuk operasi di tubuh bagian bawah dan pain
relief bisa berlangsung berjam-jam setelah selesai
operasi jika dikombinasikan dengan obat-obatan
yang mengandung vasokonstriktor
ANESTESI LOKAL
 Kateter epidural dapat ditempatkan baik di leher,
toraks atau daerah lumbal
 Infus kontinu anestesi lokal dapat menghasilkan
analgesia sangat efektif  efek samping hipotensi,
blok sensorik dan motorik, mual dan retensi urin
ANALGESIK NON-OPIOID
 Obat analgesik non-opioid yg umum :
 Aspirin
 OAINS
 Paracetamol
 Aspirin
 efektif dan tersedia secara luas di seluruh dunia
 dimetabolisme menjadi asam salisilat yang memiliki sifat
analgesik dan anti-inflamasi
 efek samping yang cukup besar pada saluran
pencernaan, menyebabkan mual, gangguan dan
perdarahan gastrointestinal akibat efek antiplateletnya
yang irreversibel
 memiliki keterkaitan epidemiologis dengan Reye’s
Syndrome
 Dosis berkisar dari minimal 500mg, per oral, setiap 4
jam hingga maksimum 4g, per oral per hari.
 OAINS
 Mekanisme kerja : inhibisi sintesis prostaglandin oleh
enzim cyclo-oxygenase yang mengkatalisa konversi
asam arakidonat menjadi prostaglandin
 lebih berguna bagi rasa sakit yang timbul dari
permukaan kulit, mukosa buccal, dan permukaan sendi
tulang
 mempunyai aktivitas antiplatelet sehingga
mengakibatkan pemanjangan waktu perdarahan
OPIOID LEMAH
 Codeine
 berasal dari opium alkaloid
 kurang aktif daripada morfin
 efektif terhadap rasa sakit ringan hingga sedang
 dapat dikombinasikan dengan parasetamol
 Dosis berkisar antara 15 mg - 60mg setiap 4 jam
dengan maksimum 300mg setiap hari.
 Dextropropoxyphene
 memiliki sifat analgesik yang relatif miskin
 Dosis berkisar dari 32.5mg (dalam kombinasi dengan
parasetamol) sampai 60mg setiap 4 jam dengan
maksimum 300mg setiap hari.
OPIOID LEMAH
 Kombinasi opioid lemah dan obat-obatan yang bekerja
di perifer sangat berguna dalam prosedur pembedahan
kecil di mana rasa sakit yang berlebihan tidak
diantisipasi sebelumnya atau untuk rawat jalan
digunakan:
Parasetamol 500mg/codeine 8mg tablet. 2 tablet setiap 4
jam sampai maksimum 8 tablet perhari
 Bila tidak mencukupi :
Parasetamol 1g secara oral dengan Kodein 30 sampai
60mg setiap 4-6 per jam sampai maksimum 4 dosis
dapat digunakan
OPIOID KUAT
 Nyeri hebat yang berasal dari organ dalam dan
struktur viseral membutuhkan Opioid kuat sebagai
analgesianya (Morfin dan derivatnya)
 Perawatan yang tepat dimulai dengan pemahaman
yang benar tentang obat, rute pemberian dan
modus tindakan
OPIOID KUAT
 Metode menggunakan obat opioid
 Rute oral
 paling banyak digunakan
 penyerapan opioid dapat berkurang akibat keterlambatan
pengosongan lambung pascaoperasi
 bioavailabilitas berkurang setelah metabolisme di dinding usus
dan hati
 Tidak cocok untuk nyeri akut
 Rute sublingual
 tidak melewati metabolisme lintas pertama
 Obat yang telah paling sering digunakan oleh rute ini adalah
buprenorfin
 Rute supositoria
 alternatif yang berguna, terutama jika terdapat nyeri berat
yang disertai dengan mual dan muntah
 tetapi tidak ideal untuk terapi segera nyeri akut karena
bereaksi lambat dan kadang-kadang penyerapannya tidak
menentu
 cocok untuk pemeliharaan analgesia
 Rektal dosis untuk sebagian besar opioid kuat adalah sekitar
setengah yang dibutuhkan oleh rute oral
 Ketersediaan obat terbatas
 Administrasi intramuskular
 dengan metode ini efek analgesia akan berhubungan dengan
banyak faktor  analgesik secara reguler setiap 4 jam
 diperlukan penilaian analgesia reguler, pencatatan skor nyeri dan
pengembangan algoritme pemberian analgesia, tergantung dari
tingkat nyeri
 Intravena
 memiliki kelemahan fluktuasi produksi konsentrasi plasma
obat yang disuntikkan
 dapat meredakan nyeri dengan lebih cepat dari metode lain
 teknik infus, baik oleh suntikan intermiten atau dengan infus,
tidak sesuai kecuali dalam pengawasan ketat dan berada
dalam unit terapi intensif
PATIENT CONTROLLED ANALGESIA
 suatu sistem di mana pasien dapat mengelola
analgesia intravena mereka sendiri dan mentitrasi
dosis titik akhir penghilang rasa sakit mereka
sendiri menggunakan mikroprosesor kecil yang
dikontrol dengan sejenis pompa
 obat yang ideal harus memiliki onset yang cepat,
durasi kerja sedang, dan memiliki margin
keselamatan yang luas antara efektivitas dan efek
samping
PATIENT CONTROLLED ANALGESIA
 Sekali pilihan telah dibuat parameter-parameter
lainnya perlu ditentukan termasuk ukuran bolus
dosis, jangka waktu minimum antara dosis (locked-
out key) dan dosis maksimum yang diperbolehkan
 Pasien yang menggunakan PCA biasanya
mentitrasi analgesia mereka ke titik di mana
mereka merasa nyaman dan bukannya rasa bebas
nyeri
KESIMPULAN
Nyeri merupakan suatu respon biologis yang
menggambarkan suatu kerusakan atau gangguan organ
tubuh. Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang
mempengaruhi seseorang dan ekstensinya diketahui
bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007).
Menurut International Association for Study of Pain
(IASP), nyeri adalah sensori subyektif dan emosional
yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan
kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau
menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.
Manajemen nyeri pascaoperasi haruslah dapat dicapai
dengan baik demi alasan kemanusiaan. Manajemen
nyeri yang baik tidak hanya berpengaruh terhadap
penyembuhan yang lebih baik tetapi juga pemulangan
pasien dari perawatan yang lebih cepat.
Dalam menangani nyeri pascaoperasi, dapat
digunakan obat-obatan seperti opioid, OAINS, dan
anestesi lokal. Obat-obatan ini dapat dikombinasi
untuk mencapai hasil yang lebih sempurna. Karena
kebutuhan masing-masing individu adalah berbeda-
beda, maka penggunaan Patient Controlled
Analgesia dirasakan sebagai metode yang paling
efektif dan menguntungkan dalam menangani nyeri
pascaoperasi meskipun dengan tidak lupa
mempertimbangkan faktor ketersediaan dan
keadaan ekonomi pasien.
REFERENSI
 Charlton ED. Posooperative Pain Management. World
Federation of Societies of
Anaesthesiologistshttp://www.nda.ox.ac.uk/wfsa/html/u0
7/u07_009.htm
 Gwirtz K. Single-dose intrathecal opioids in the
management of acute postoperative pain. In: Sinatra
RS, Hord AH, Ginsberg B, Preble LM, eds. Acute Pain:
Mechanisms & Management. St Louis, Mo: Mosby-Year
Book; 1992:253-68
 Chelly JE, Gebhard R, Coupe K, et al. Local anesthetic
delivered via a femoral catheter by patient-controlled
analgesia pump for pain relief after an anterior cruciate
ligament outpatient procedure. Am J Anesthesiol.
2001;28:192-4.
 Mahajan R, Nathanson M. Anaesthesia. London ;
Elsevier Churchill Livingstone. 2006
TERIMAKASIH

More Related Content

Similar to POST OP.pptx

97035240 makalah-morfin-fix
97035240 makalah-morfin-fix97035240 makalah-morfin-fix
97035240 makalah-morfin-fix
Syafaiyah Syafaiyah
 
PCA .pptx
PCA .pptxPCA .pptx
LAPKAS TUMOR MAKSILA ppt.pptx
LAPKAS TUMOR MAKSILA ppt.pptxLAPKAS TUMOR MAKSILA ppt.pptx
LAPKAS TUMOR MAKSILA ppt.pptx
MRezkiZanuar
 
REFLEKSI KASUS Anestesi.pptx
REFLEKSI KASUS Anestesi.pptxREFLEKSI KASUS Anestesi.pptx
REFLEKSI KASUS Anestesi.pptx
AdnalKhemalPasha
 
Formulir edukasi tindakan anestesi dan sedasi
Formulir edukasi tindakan anestesi dan sedasiFormulir edukasi tindakan anestesi dan sedasi
Formulir edukasi tindakan anestesi dan sedasi
mukhlansyarif
 
Bab i
Bab iBab i
162697358 case-anestesi
162697358 case-anestesi162697358 case-anestesi
162697358 case-anestesi
homeworkping7
 
Analgesik antipiretik-anasthesi
Analgesik antipiretik-anasthesiAnalgesik antipiretik-anasthesi
Analgesik antipiretik-anasthesiNunung Ayu Novi
 
Nyeri 26 Feb 23.pptx
Nyeri 26 Feb 23.pptxNyeri 26 Feb 23.pptx
Nyeri 26 Feb 23.pptx
fellycahyana2
 
dr. Suwarman - APS di Bandung
dr. Suwarman - APS di Bandungdr. Suwarman - APS di Bandung
Obat sistem saraf pusat
Obat sistem saraf pusatObat sistem saraf pusat
Obat sistem saraf pusatbarkah1933
 
PENATALAKSANAAN NYERI PADA LUKA BAKAR.pptx
PENATALAKSANAAN NYERI PADA LUKA BAKAR.pptxPENATALAKSANAAN NYERI PADA LUKA BAKAR.pptx
PENATALAKSANAAN NYERI PADA LUKA BAKAR.pptx
LienardyPrawira1
 
LAPORAN_PENDAHULUAN_NYERI.docx
LAPORAN_PENDAHULUAN_NYERI.docxLAPORAN_PENDAHULUAN_NYERI.docx
LAPORAN_PENDAHULUAN_NYERI.docx
ApriaHartinaAghna
 
PPT_ANASTESI.ppt
PPT_ANASTESI.pptPPT_ANASTESI.ppt
PPT_ANASTESI.ppt
MRezkiZanuar
 
KONSEP DASAR KENYAMANAN (NYERI).pptx
KONSEP DASAR KENYAMANAN (NYERI).pptxKONSEP DASAR KENYAMANAN (NYERI).pptx
KONSEP DASAR KENYAMANAN (NYERI).pptx
EpaUliPangaribuan
 
62749747 presus-tiva
62749747 presus-tiva62749747 presus-tiva
62749747 presus-tivaNaufal Naufal
 
ANALGETIK.pptx
ANALGETIK.pptxANALGETIK.pptx
ANALGETIK.pptx
ItaQurotul1
 
PERBANDINGAN EFEKTIVITAS ANALGETIK DIKLOFENAK, PARACETAMOL, DAN.pptx
PERBANDINGAN EFEKTIVITAS ANALGETIK DIKLOFENAK, PARACETAMOL, DAN.pptxPERBANDINGAN EFEKTIVITAS ANALGETIK DIKLOFENAK, PARACETAMOL, DAN.pptx
PERBANDINGAN EFEKTIVITAS ANALGETIK DIKLOFENAK, PARACETAMOL, DAN.pptx
rewindoimanuel111
 

Similar to POST OP.pptx (20)

97035240 makalah-morfin-fix
97035240 makalah-morfin-fix97035240 makalah-morfin-fix
97035240 makalah-morfin-fix
 
PCA .pptx
PCA .pptxPCA .pptx
PCA .pptx
 
LAPKAS TUMOR MAKSILA ppt.pptx
LAPKAS TUMOR MAKSILA ppt.pptxLAPKAS TUMOR MAKSILA ppt.pptx
LAPKAS TUMOR MAKSILA ppt.pptx
 
REFLEKSI KASUS Anestesi.pptx
REFLEKSI KASUS Anestesi.pptxREFLEKSI KASUS Anestesi.pptx
REFLEKSI KASUS Anestesi.pptx
 
Formulir edukasi tindakan anestesi dan sedasi
Formulir edukasi tindakan anestesi dan sedasiFormulir edukasi tindakan anestesi dan sedasi
Formulir edukasi tindakan anestesi dan sedasi
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
162697358 case-anestesi
162697358 case-anestesi162697358 case-anestesi
162697358 case-anestesi
 
Analgesik antipiretik-anasthesi
Analgesik antipiretik-anasthesiAnalgesik antipiretik-anasthesi
Analgesik antipiretik-anasthesi
 
Nyeri 26 Feb 23.pptx
Nyeri 26 Feb 23.pptxNyeri 26 Feb 23.pptx
Nyeri 26 Feb 23.pptx
 
Apa itu nyeri, perinsip dasar nurs
Apa itu nyeri, perinsip dasar nursApa itu nyeri, perinsip dasar nurs
Apa itu nyeri, perinsip dasar nurs
 
dr. Suwarman - APS di Bandung
dr. Suwarman - APS di Bandungdr. Suwarman - APS di Bandung
dr. Suwarman - APS di Bandung
 
Obat sistem saraf pusat
Obat sistem saraf pusatObat sistem saraf pusat
Obat sistem saraf pusat
 
PENATALAKSANAAN NYERI PADA LUKA BAKAR.pptx
PENATALAKSANAAN NYERI PADA LUKA BAKAR.pptxPENATALAKSANAAN NYERI PADA LUKA BAKAR.pptx
PENATALAKSANAAN NYERI PADA LUKA BAKAR.pptx
 
LAPORAN_PENDAHULUAN_NYERI.docx
LAPORAN_PENDAHULUAN_NYERI.docxLAPORAN_PENDAHULUAN_NYERI.docx
LAPORAN_PENDAHULUAN_NYERI.docx
 
PPT_ANASTESI.ppt
PPT_ANASTESI.pptPPT_ANASTESI.ppt
PPT_ANASTESI.ppt
 
KONSEP DASAR KENYAMANAN (NYERI).pptx
KONSEP DASAR KENYAMANAN (NYERI).pptxKONSEP DASAR KENYAMANAN (NYERI).pptx
KONSEP DASAR KENYAMANAN (NYERI).pptx
 
62749747 presus-tiva
62749747 presus-tiva62749747 presus-tiva
62749747 presus-tiva
 
ANALGETIK.pptx
ANALGETIK.pptxANALGETIK.pptx
ANALGETIK.pptx
 
PERBANDINGAN EFEKTIVITAS ANALGETIK DIKLOFENAK, PARACETAMOL, DAN.pptx
PERBANDINGAN EFEKTIVITAS ANALGETIK DIKLOFENAK, PARACETAMOL, DAN.pptxPERBANDINGAN EFEKTIVITAS ANALGETIK DIKLOFENAK, PARACETAMOL, DAN.pptx
PERBANDINGAN EFEKTIVITAS ANALGETIK DIKLOFENAK, PARACETAMOL, DAN.pptx
 
Analgetika kebidanan
Analgetika kebidananAnalgetika kebidanan
Analgetika kebidanan
 

Recently uploaded

Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
muhammadRifai732845
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
SurosoSuroso19
 
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakatPPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
jodikurniawan341
 
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
mohfedri24
 
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptxDiseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
LucyKristinaS
 
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawasuntuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
TEDYHARTO1
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
PURWANTOSDNWATES2
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
asyi1
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
astridamalia20
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
EkoPutuKromo
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
gloriosaesy
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
rohman85
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
ssuser289c2f1
 
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenUNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
AdrianAgoes9
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Galang Adi Kuncoro
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
kinayaptr30
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
UditGheozi2
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
MirnasariMutmainna1
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
agusmulyadi08
 
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptxSEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
bobobodo693
 

Recently uploaded (20)

Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
 
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakatPPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
 
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
 
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptxDiseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
 
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawasuntuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
 
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenUNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
 
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptxSEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
 

POST OP.pptx

  • 2. DEFINISI  Sensori subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan (International Association for Study of Pain )
  • 3. FISIOLOGI NYERI  Reseptor nyeri (nosireseptor) Ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secara potensial merusak
  • 5. FISIOLOGI NYERI Reseptor nyeri Kutaneus Reseptor A delta Serabut komponen cepat (6-30m/s) Nyeri tajam, cepat hilang Reseptor C Serabut komponen lambat (0,5m/s) Nyeri tumpul, sulit dilokalisasi Deep somatic Pembuluh darah Tulang Syaraf, otot, jaringan penyangga Visceral jantung Hati Ginjal, dll
  • 6. FISIOLOGI NYERI  Respon fisiologis  Rangsangan simpatik (nyeri ringan – moderat)  Dilatasi saluran bronkhial dan peningkatan respirasi rate  Peningkatan heart rate  Vasokonstriksi perifer, peningkatan TD  Peningkatan nilai gula darah  Peningkatan kekuatan otot  Dilatasi pupil  Penurunan motilitas GI  Rangsangan Parasimpatis (nyeri berat dan dalam)  Muka pucat  Otot mengeras  Penurunan HR dan BP  Nafas cepat dan irreguler  Nausea dan vomitus  Kelelahan dan keletihan
  • 7. FISIOLOGI NYERI  Tiga fase pengalaman nyeri (Meinhart & McCaffery) :  Fase Antisipasi Pemahaman mengenai nyeri dan upaya menghilangkan nyeri  Fase Sensasi Bersifat subjektif, berbeda-beda pada tiap individu  Fase Akibat Saat nyeri sudah berkurang atau menghilang  masih dibutuhkan pengawasan
  • 8. FISIOLOGI NYERI  Faktor yang mempengaruhi respon nyeri :  Usia  Jenis kelamin  Kultur  Makna nyeri  Perhatian  Anxietas  Pengalaman masa lalu  Pola koping  Support keluarga dan sosial
  • 9. FISIOLOGI NYERI  Penilaian Intensitas Nyeri  Skala intensitas nyeri deskritif  Skala identitas nyeri numerik
  • 10.  Skala analog visual  Skala nyeri menurut Bourbanis
  • 11. Keterangan : 0 Tidak nyeri 1-3 Nyeri ringan secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik. 4-6 Nyeri sedang Secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik. 7-9 Nyeri berat secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi 10 Nyeri sangat berat Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul.
  • 13.  The World Health Organisation Analgesic Ladder  World Federation of Societies of Anaesthesiologists (WFSA) Analgesic Ladder
  • 14. ANESTESI LOKAL  Penggunaan teknik anestesi regional pada pembedahan memiliki efek yang positif terhadap respirasi dan kardiovaskuler pasien terkait dengan berkurangnya perdarahan dan nyeri yang teratasi dengan baik  Teknik anestesi lokal sederhana  pain relief  infiltrasi anestesi lokal  blokade saraf perifer atau pleksus  teknik blok perifer atau sentral.
  • 15. ANESTESI LOKAL  Infiltrasi luka dengan obat anestesi lokal berdurasi panjang (Bupivacaine)  analgesia yang efektif selama beberapa jam  nyeri berlanjut  suntikan ulang atau infus  Spinal anestesi memberikan analgesia yang sangat baik untuk operasi di tubuh bagian bawah dan pain relief bisa berlangsung berjam-jam setelah selesai operasi jika dikombinasikan dengan obat-obatan yang mengandung vasokonstriktor
  • 16. ANESTESI LOKAL  Kateter epidural dapat ditempatkan baik di leher, toraks atau daerah lumbal  Infus kontinu anestesi lokal dapat menghasilkan analgesia sangat efektif  efek samping hipotensi, blok sensorik dan motorik, mual dan retensi urin
  • 17. ANALGESIK NON-OPIOID  Obat analgesik non-opioid yg umum :  Aspirin  OAINS  Paracetamol
  • 18.  Aspirin  efektif dan tersedia secara luas di seluruh dunia  dimetabolisme menjadi asam salisilat yang memiliki sifat analgesik dan anti-inflamasi  efek samping yang cukup besar pada saluran pencernaan, menyebabkan mual, gangguan dan perdarahan gastrointestinal akibat efek antiplateletnya yang irreversibel  memiliki keterkaitan epidemiologis dengan Reye’s Syndrome  Dosis berkisar dari minimal 500mg, per oral, setiap 4 jam hingga maksimum 4g, per oral per hari.
  • 19.  OAINS  Mekanisme kerja : inhibisi sintesis prostaglandin oleh enzim cyclo-oxygenase yang mengkatalisa konversi asam arakidonat menjadi prostaglandin  lebih berguna bagi rasa sakit yang timbul dari permukaan kulit, mukosa buccal, dan permukaan sendi tulang  mempunyai aktivitas antiplatelet sehingga mengakibatkan pemanjangan waktu perdarahan
  • 20.
  • 21. OPIOID LEMAH  Codeine  berasal dari opium alkaloid  kurang aktif daripada morfin  efektif terhadap rasa sakit ringan hingga sedang  dapat dikombinasikan dengan parasetamol  Dosis berkisar antara 15 mg - 60mg setiap 4 jam dengan maksimum 300mg setiap hari.  Dextropropoxyphene  memiliki sifat analgesik yang relatif miskin  Dosis berkisar dari 32.5mg (dalam kombinasi dengan parasetamol) sampai 60mg setiap 4 jam dengan maksimum 300mg setiap hari.
  • 22. OPIOID LEMAH  Kombinasi opioid lemah dan obat-obatan yang bekerja di perifer sangat berguna dalam prosedur pembedahan kecil di mana rasa sakit yang berlebihan tidak diantisipasi sebelumnya atau untuk rawat jalan digunakan: Parasetamol 500mg/codeine 8mg tablet. 2 tablet setiap 4 jam sampai maksimum 8 tablet perhari  Bila tidak mencukupi : Parasetamol 1g secara oral dengan Kodein 30 sampai 60mg setiap 4-6 per jam sampai maksimum 4 dosis dapat digunakan
  • 23. OPIOID KUAT  Nyeri hebat yang berasal dari organ dalam dan struktur viseral membutuhkan Opioid kuat sebagai analgesianya (Morfin dan derivatnya)  Perawatan yang tepat dimulai dengan pemahaman yang benar tentang obat, rute pemberian dan modus tindakan
  • 24. OPIOID KUAT  Metode menggunakan obat opioid  Rute oral  paling banyak digunakan  penyerapan opioid dapat berkurang akibat keterlambatan pengosongan lambung pascaoperasi  bioavailabilitas berkurang setelah metabolisme di dinding usus dan hati  Tidak cocok untuk nyeri akut  Rute sublingual  tidak melewati metabolisme lintas pertama  Obat yang telah paling sering digunakan oleh rute ini adalah buprenorfin
  • 25.  Rute supositoria  alternatif yang berguna, terutama jika terdapat nyeri berat yang disertai dengan mual dan muntah  tetapi tidak ideal untuk terapi segera nyeri akut karena bereaksi lambat dan kadang-kadang penyerapannya tidak menentu  cocok untuk pemeliharaan analgesia  Rektal dosis untuk sebagian besar opioid kuat adalah sekitar setengah yang dibutuhkan oleh rute oral  Ketersediaan obat terbatas  Administrasi intramuskular  dengan metode ini efek analgesia akan berhubungan dengan banyak faktor  analgesik secara reguler setiap 4 jam  diperlukan penilaian analgesia reguler, pencatatan skor nyeri dan pengembangan algoritme pemberian analgesia, tergantung dari tingkat nyeri
  • 26.  Intravena  memiliki kelemahan fluktuasi produksi konsentrasi plasma obat yang disuntikkan  dapat meredakan nyeri dengan lebih cepat dari metode lain  teknik infus, baik oleh suntikan intermiten atau dengan infus, tidak sesuai kecuali dalam pengawasan ketat dan berada dalam unit terapi intensif
  • 27. PATIENT CONTROLLED ANALGESIA  suatu sistem di mana pasien dapat mengelola analgesia intravena mereka sendiri dan mentitrasi dosis titik akhir penghilang rasa sakit mereka sendiri menggunakan mikroprosesor kecil yang dikontrol dengan sejenis pompa  obat yang ideal harus memiliki onset yang cepat, durasi kerja sedang, dan memiliki margin keselamatan yang luas antara efektivitas dan efek samping
  • 28. PATIENT CONTROLLED ANALGESIA  Sekali pilihan telah dibuat parameter-parameter lainnya perlu ditentukan termasuk ukuran bolus dosis, jangka waktu minimum antara dosis (locked- out key) dan dosis maksimum yang diperbolehkan  Pasien yang menggunakan PCA biasanya mentitrasi analgesia mereka ke titik di mana mereka merasa nyaman dan bukannya rasa bebas nyeri
  • 29.
  • 30. KESIMPULAN Nyeri merupakan suatu respon biologis yang menggambarkan suatu kerusakan atau gangguan organ tubuh. Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007). Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah sensori subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan. Manajemen nyeri pascaoperasi haruslah dapat dicapai dengan baik demi alasan kemanusiaan. Manajemen nyeri yang baik tidak hanya berpengaruh terhadap penyembuhan yang lebih baik tetapi juga pemulangan pasien dari perawatan yang lebih cepat.
  • 31. Dalam menangani nyeri pascaoperasi, dapat digunakan obat-obatan seperti opioid, OAINS, dan anestesi lokal. Obat-obatan ini dapat dikombinasi untuk mencapai hasil yang lebih sempurna. Karena kebutuhan masing-masing individu adalah berbeda- beda, maka penggunaan Patient Controlled Analgesia dirasakan sebagai metode yang paling efektif dan menguntungkan dalam menangani nyeri pascaoperasi meskipun dengan tidak lupa mempertimbangkan faktor ketersediaan dan keadaan ekonomi pasien.
  • 32. REFERENSI  Charlton ED. Posooperative Pain Management. World Federation of Societies of Anaesthesiologistshttp://www.nda.ox.ac.uk/wfsa/html/u0 7/u07_009.htm  Gwirtz K. Single-dose intrathecal opioids in the management of acute postoperative pain. In: Sinatra RS, Hord AH, Ginsberg B, Preble LM, eds. Acute Pain: Mechanisms & Management. St Louis, Mo: Mosby-Year Book; 1992:253-68  Chelly JE, Gebhard R, Coupe K, et al. Local anesthetic delivered via a femoral catheter by patient-controlled analgesia pump for pain relief after an anterior cruciate ligament outpatient procedure. Am J Anesthesiol. 2001;28:192-4.  Mahajan R, Nathanson M. Anaesthesia. London ; Elsevier Churchill Livingstone. 2006