SlideShare a Scribd company logo
Budaya politik
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
  Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari

Budaya politik merupakan pola perilaku suatu masyarakat dalam kehidupan benegara,
penyelenggaraan administrasi negara, politik pemerintahan, hukum, adat istiadat, dan norma
kebiasaan yang dihayati oleh seluruh anggota masyarakat setiap harinya. Budaya politik juga
dapat di artikan sebagai suatu sistem nilai bersama suatu masyarakat yang memiliki kesadaran
untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan kolektif dan penentuan kebijakan publik
untuk masyarakat seluruhnya.

Bagian-bagian budaya politik
Secara umum budaya politik terbagi atas tiga :

   1. Budaya politik apatis (acuh, masa bodoh, dan pasif)
   2. Budaya politik mobilisasi (didorong atau sengaja dimobilisasi)
   3. Budaya politik partisipatif (aktif)

Tipe-tipe Budaya politik ==

       Budaya politik parokial yaitu budaya politik yang tingkat partisipasi politiknya sangat
       rendah. Budaya politik suatu masyarakat dapat di katakan Parokial apabila frekuensi
       orientasi mereka terhadap empat dimensi penentu budaya politik mendekati nol atau tidak
       memiliki perhatian sama sekali terhadap keempat dimensi tersebut. Tipe budaya politik
       ini umumnya terdapat pada masyarakat suku Afrika atau masyarakat pedalaman di
       Indonesia. dalam masyarakat ini tidak ada peran politik yang bersifat khusus. Kepala
       suku, kepala kampung, kyai, atau dukun,yang biasanya merangkum semua peran yang
       ada, baik peran yang bersifat politis, ekonomis atau religius.
       Budaya politik kaula (subjek),yaitu budaya politik yang masyarakat yang bersangkutan
       sudah relatif maju baik sosial maupun ekonominya tetapi masih bersifat pasif. Budaya
       politik suatu masyarakat dapat dikatakan subyek jika terdapat frekuensi orientasi yang
       tinggi terhadap pengetahuan sistem politik secara umum dan objek output atau terdapat
       pemahaman mengenai penguatan kebijakan yang di buat oleh pemerintah. Namun
       frekuensi orientasi mengenai struktur dan peranan dalam pembuatan kebijakan yang
       dilakukan pemerintah tidak terlalu diperhatikan. Para subyek menyadari akan otoritas
       pemerintah dan secara efektif mereka di arahkan pada otoritas tersebut. Sikap masyarakat
       terhadap sistem politik yang ada ditunjukkan melalui rasa bangga atau malah rasa tidak
       suka. Intinya, dalam kebudayaan politik subyek, sudah ada pengetahuan yang memadai
       tentang sistem politik secara umum serta proses penguatan kebijakan yang di buat oleh
       pemerintah.
       Budaya politik partisipan,yaitu budaya politik yang ditandai dengan kesadaran politik
       yang sangat tinggi. Masyarakat mampu memberikan opininya dan aktif dalam kegiatan
politik. Dan juga merupakan suatu bentuk budaya politik yang anggota masyarakatnya
       sudah memiliki pemahaman yang baik mengenai empat dimensi penentu budaya politik.
       Mereka memiliki pengetahuan yang memadai mengenai sistem politik secara umum,
       tentang peran pemerintah dalam membuat kebijakan beserta penguatan, dan berpartisipasi
       aktif dalam proses politik yang berlangsung. Masyarakat cenderung di arahkan pada
       peran pribadi yang aktif dalam semua dimensi di atas, meskipun perasaan dan evaluasi
       mereka terhadap peran tersebut bisa saja bersifat menerima atau menolak.

Budaya politik yang berkembang di indonesia == Gambaran sementara tentang budaya politik
Indonesia, yang tentunya haruus di telaah dan di buktikan lebih lanjut, adalah pengamatan
tentang variabel sebagai berikut :

       Konfigurasi subkultur di Indonesia masih aneka ragam, walaupun tidak sekompleks yang
       dihadapi oleh India misalnya, yang menghadapi masalah perbedaan bahasa, agama, kelas,
       kasta yang semuanya relatif masih rawan/rentan.
       Budaya politik Indonesia yang bersifat Parokial-kaula di satu pihak dan budaya politik
       partisipan di lain pihak, di satu segi masa masih ketinggalan dalam mempergunakan hak
       dan dalam memikul tanggung jawab politiknya yang mungkin di sebabkan oleh isolasi
       dari kebudayaan luar, pengaruh penjajahan, feodalisme, bapakisme, dan ikatan
       primordial.
       Sikap ikatan primordial yang masih kuat berakar, yang di kenal melalui indikatornya
       berupa sentimen kedaerahan, kesukaan, keagamaan, perbedaan pendekatan terhadap
       keagamaan tertentu; purutanisme dan non puritanisme dan lain-lain.
       kecendrungan budaya politik Indonesia yang masih mengukuhi sikap paternalisme dan
       sifat patrimonial; sebagai indikatornya dapat di sebutkan antara lain bapakisme, sikap
       asal bapak senang.
       Dilema interaksi tentang introduksi modernisasi (dengan segala konsekuensinya) dengan
       pola-pola yang telah lama berakar sebagai tradisi dalam masyarakat.

   1. REDIRECT Nama halaman tujuan

Budaya Politik di Indonesia
       Hirarki yang Tegar/Ketat

Masyarakat Jawa, dan sebagian besar masyarakat lain di Indonesia, pada dasarnya bersifat
hirarkis. Stratifikasi sosial yang hirarkis ini tampak dari adanya pemilahan tegas antara penguasa
(wong gedhe) dengan rakyat kebanyakan (wong cilik). Masing-masing terpisah melalui tatanan
hirarkis yang sangat ketat. Alam pikiran dan tatacara sopan santun diekspresikan sedemikian
rupa sesuai dengan asal-usul kelas masing-masing. Penguasa dapat menggunakan bahasa 'kasar'
kepada rakyat kebanyakan. Sebaliknya, rakyat harus mengekspresikan diri kepada penguasa
dalam bahasa 'halus'. Dalam kehidupan politik, pengaruh stratifikasi sosial semacam itu antara
lain tercemin pada cara penguasa memandang diri dan rakyatnya.

       Kecendrungan Patronage
Pola hubungan Patronage merupakan salah satu budaya politik yang menonjol di Indonesia.Pola
hubungan ini bersifat individual. Dalam kehidupan politik, tumbuhnya budaya politik semacam
ini tampak misalnya di kalangan pelaku politik. Mereka lebih memilih mencari dukungan dari
atas daripada menggali dukungn dari basisnya.

       Kecendrungan Neo-patrimoniaalistik

       Salah satu kecendrungan dalam kehidupan politik di Indonesia adalah adanya
       kecendrungan munculnya budaya politik yang bersifat neo-patrimonisalistik; artinya
       meskipun memiliki atribut yang bersifat modern dan rasionalistik zeperti birokrasi,
       perilaku negara masih memperlihatkan tradisi dan budaya politik yang berkarakter
       patrimonial.
       Ciri-ciri birokrasi modern:

               Adanya suatu struktur hirarkis yang melibatkan pendelegasian wewenang dari
               atas ke bawah dalam organisasi
               Adanya posisi-posisi atau jabatan-jabatan yang masing-masing mempunyai tugas
               dan tanggung jawab yang tegas
               Adanya aturan-aturan, regulasi-regulasi, dan standar-standar formalyang
               mengatur bekerjanya organisasi dan tingkah laku anggotanya
               Adanya personel yang secara teknis memenuhi syarat, yang dipekerjakan atas
               dasar karier, dengan promosi yang didasarkan pada kualifikasi dan penampilan.


Partisipasi politik
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
  Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari




Partisipasi politik secara harafiah berarti keikutsertaan, dalam konteks politik hal ini mengacu
pada pada keikutsertaan warga dalam berbagai proses politik. Keikutsertaan warga dalam proses
politik tidaklah hanya berarti warga mendukung keputusan atau kebijakan yang telah digariskan
oleh para pemimpinnya, karena kalau ini yang terjadi maka istilah yang tepat adalah mobilisasi
politik. Partisipasi politik adalah keterlibatan warga dalam segala tahapan kebijakan, mulai dari
sejak pembuatan keputusan sampai dengan penilaian keputusan, termasuk juga peluang untuk
ikut serta dalam pelaksanaan keputusan.
Konsep partisipasi politik ini menjadi sangat penting dalam arus pemikiran deliberative
democracy atau demokrasi musawarah. Pemikiran demokrasi musyawarah muncul antara lain
terdorong oleh tingginya tingkat apatisme politik di Barat yang terlihat dengan rendahnya tingkat
pemilih (hanya berkisar 50 - 60 %). Besarnya kelompok yang tidak puas atau tidak merasa perlu
terlibat dalam proses politik perwakilan menghawatirkan banyak pemikir Barat yang lalu datang
dengan konsep deliberative democracy.

Di Indonesia saat ini penggunaan kata partisipasi (politik) lebih sering mengacu pada dukungan
yang diberikan warga untuk pelaksanaan keputusan yang sudah dibuat oleh para pemimpin
politik dan pemerintahan. Misalnya ungkapan pemimpin "Saya mengharapkan partispasi
masyarakat untuk menghemat BBM dengan membatasi penggunaan listrik di rumah masihng-
masing". Sebaliknya jarang kita mendengar ungkapan yang menempatkan warga sebagai aktor
utama pembuatan keputusan.

Dengan meilhat derajat partisipasi politik warga dalam proses politik rezim atau pemerintahan
bisa dilihat dalam spektrum:

        Rezim otoriter - warga tidak tahu-menahu tentang segala kebijakan dan keputusan politik
        Rezim patrimonial - warga diberitahu tentang keputusan politik yang telah dibuat oleh
        para pemimpin, tanpa bisa memengaruhinya.
        Rezim partisipatif - warga bisa memengaruhi keputusan yang dibuat oleh para
        pemimpinnya.
        Rezim demokratis - warga merupakan aktor utama pembuatan keputusan politik.

Makna Sosialisasi politik



Sosialisasi politik, merupakan proses pembentukan sikap dan orientasi politik pada anggota masyarakat.
Keterlaksanaan sosialisasi politik, sangat ditentukan oleh lingkungan sosial, ekonomi, dan kebudayaan di
mana seseorang/individu berada. Selain itu, juga ditentukan oleh interaksi pengalaman¬-pengalaman
serta kepribadian seseorang. Sosialsiasi politik, merupakan proses yang ber¬langsung lama dan rumit
yang dihasilkan dari usaha saling mempengaruhi di antara kepribadian individu dengan pengalaman-
pengalaman politik yang relevan yang memberi bentuk terhadap tingkah laku politiknya. Pengetahuan,
nilai-nilai, dan sikap¬-sikap yang diperoleh seseorang itu membentuk satu persepsi, melalui mana
individu menerima rangsangan-rangsangan politik. Tingkah laku politik seseorang berkembang secara
berangsur-angsur. Jadi, sosialisasi politik adalah proses dengan mana individu-individu dapat
memperoleh pengetahuan, nilai-nilai, dan sikap-sikap terhadap sistem politik masyarakatnya.

Sedangkan menurut Rush & Althoff menjelaskan bahwa sosialisasi politik merupakan suatu proses
bagaimana memperkenalkan sistem politik pada seseorang, dan bagaimana orang tersebut menentukan
tanggapan dan reaksi-reaksinya terhadap gejala-gejala politik. Sosialisasi politik ditentukan oleh
lingkungan sosial, ekonomi, dan kebudayaan di mana individu berada; selain itu juga ditentukan oleh
interaksi pengalaman-pengalaman serta kepribadiannya.
Studi tentang sosialisasi politik menjadi kajian yang sangat menarik akhir-akhir ini. Ada dua alasan yang
melatar belakangi sehingga sosialisasi politik menjadi kajian tersendiri dalam politik kenegaraan.
Pertama, sosialisasi politik dapat berfungsi untuk memelihara agar suatu sistem berjalan dengan baik
dan positif. Dengan demikian, sosialisasi merupakan alat agar individu sadar dan merasa cocok dengan
sistem serta kultur (budaya) politik yang ada. Kedua, sosialisasi politik ingin menunjukkan relevansinya
dengan sistem politik dan pelaksanaannya di masa mendatang mengenai sistem politik.

Proses dan Metode Sosialisasi Politik

Perkembangan sosiologi politik diawali pada masa kanak-kanak atau remaja. Hasil riset David Easton dan
Robert Hess mengemukakan bahwa di Amerika Serikat, belajar politik dimulai pada usia tiga tahun dan
menjadi mantap pada usia tujuh tahun. Tahap lebih awal dari belajar politik mencakup perkembangan
dari ikatan-ikatan lingkungan,, seperti "keterikatan kepada sekolah-sekolah mereka", bahwa mereka
berdiam di suatu daerah tertentu. Anak muda itu mempunyai kepercayaan pada keindahan negerinva,
kebaikan serta kebersihan rakyatnya. Manifestasi ini diikuti oleh simbol-simbol otoritas umum, seperti
agen polisi, presiden, dan bendera nasional. Pada usia sembilan dan sepuluh tahun timbul kesadaran
akan konsep yang lebih abstrak, seperti pemberian suara, demokrasi, kebebasan sipil, dan peranan
warga negara dalam sistem politik.

Peranan keluarga dalam sosialisasi politik sangat penting. Menurut Easton dan Hess, anak-anak
mempunyai gambaran yang sama mengenai ayahnya dan presiden selama bertahun-tahun di sekolah
awal. Keduanya dianggap sebagai tokoh kekuasaan. Easton dan Dennis mengutarakan ada 4 (empat)
tahap dalam proses sosialisasi politik dari anak, yaitu sebagai berikut.

1. Pengenalan otoritas melalui individu tertentu, seperti orang tua anak, presiden dan polisi.
2. Perkembangan pembedaan antara otoritas internal dan yang ekternal, yaitu antara pejabat swasta
dan pejabat pemerintah.
3. Pengenalan mengenai institusi-institusi politik yang impersonal, seperti kongres (parlemen),
mahkamah agung, dan pemungutan suara (pemilu).
4. Perkembangan pembedaan antara institusi-institusi politik dan mereka yang terlibat dalam aktivitas
yang diasosiasikan dengan institusi-institusi ini.

Menurut Rush dan Althoff Metode Sosialisasi Politik ada tiga yaitu:

1. Imitasi
Imitasi merupakan Peniruan terhadap tingkah laku individu-individu lain. Imitasi penting dalam
sosialisasi masa kanak-kanak. Pada remaja dan dewasa, imitasi lebih banyakbercampur dengan kedua
mekanisme lainnya, sehingga satu derajat peniruannya terdapat pula pada instruksi mupun motivasi.

2. Instruksi
Instruksi merupakan peristiwa penjelasan diri seseornag dengan sengaja dapat ditempatkan dalam
suatu situasi yang intruktif sifatnya.
3. Motivasi
Motivasi merupakan proses sosialisasi yang berkaitan dengan pengalaman individu.

Jika imitasi dan instruksi merupakan tipe khusus dari pengalaman, sementara motivasi lebih banyak
diidentifikasikan dengan pengalaman pada umumnya. Sosialisasi politik yang selanjutnya akan
mempengaruhi pembentukan jati diri politik pada seseorang dapat terjadi melalui cara langsung dan
tidak langsung. Proses tidak langsung meliputi berbagai bentuk proses sosialisasi yang pada dasarnya
tidak bersifat politik tetapi dikemudian hari berpengatuh terhadap pembentukan jati diri atau
kepribadian politik. Sosialisasi politik langsung menunjuk pada proses-proses pengoperan atau
pembnetukan orientasi-orientasi yang di dalam bentuk dan isinya bersifat politik.

Proses sosialisasi politik tidak langsung meliputi metode berikut:

1. Pengoperasian Interpersonal
Mengasumsikan bahwa anak mengalami proses sosialisasi politik secara eksplisitdalam keadaan sudah
memiliki sejumlah pengalaman dalam hubungna-hubungan dan pemuasan-pemuasan interpersonal.

2. Magang
Metode belajat magang ini terjadi katrna perilau dan pengalaman-pengalaman yang diperoleh di dalam
situasi-situasi non politik memberikan keahlian-keahlian dan nilai-nilai yang pada saatnya dipergunakan
secara khusus di dalam konteks yang lebih bersifat politik.

3. Generalisasi
Terjadi karena nilai-nilai social diperlakukan bagi bjek-objek politik yang lebih spesifik dan dengan
demikian membentuk sikap-sikap politik terentu.

Proses sosialisasi langsung terjadi melalui:

1. Imitasi
Merupakan mode sosiaisasi yang paling ekstensif dan banyak dialami anak sepanjang perjalanan hidup
mereka. Imitasi dapat dilakukan secara sadar dan secara tidak sadar.

2. Sosialisasi Politik Antisipatoris
Dilakukan untuk mengantisipasi peranan-peranan politik yang diinginkan atau akan diemban oleh actor.
Orang yang berharap suatu ketika menjalani pekerjaan-pekerjaan professional atau posisi social yang
tinggi biasanya sejak dini sudah mulai mengoper nilai-nilai dan pola-pola perilaku yang berkaitan dengan
peranan-peranan tersebut.

3. Pendidikan Politik
Inisiatif mengoper orientasi-orientasi politik dilakukan oleh “socialiers” daripada oleh individu yang
disosialisasi. Pendidikan politik dapat dilakukan di keluarga, sekolah, lembaga-lembaga politik atau
pemerintah dan berbagai kelompok dan organisasi yang tidak terhitung jumlahnya. Pendidikan politik
sangat penting bagi kelestarian suatu system politik. Di satu pihak, warga Negara memerukan informasi
minimaltentang hak-hak dan kewajiban yang mereka mliki untuk dapat memasuki arena kehidupan
politik. Di lain pihak, warga Negara juga harus memperoleh pengetahuan mengenai seberapa jauh hak-
hak mereka telah dipenuhi oleh pemerintah dan jika hal ini terjadi, stabilitas politik pemerintahan dapat
terpelihara.

4. Pengalaman Politik
Kebanyakan dari apa yang oleh seseorang diketahui dan diyakini sebagai politik pada kenyataannya
berasal dari pengamatan-pengamatan dan pengalamn-pengalamannya didalam proses politik.

Agen-Agen sosialisasi politik

Adapun sarana alat yang dapat dijadikan sebagai perantara/sarana dalam sosialisasi politik, antara lain :

1. Keluarga
Wadah penanaman (sosialisasi) nilai-nilai politik yang paling efisien dan efektif adalah keluarga, orang
tua dan anak sering melakukan obrolan ringan tentang segala hal yang menyangkut politik sehingga
tanpa disadari terjadi transfer pengetahuan dan nilai-nilai politik tertentu yang diserap oleh si anak.

2. Sekolah
Di sekolah melalui pelajaran civis education (pendidikan kewarganegaraan), siswa dan gurunya saling
bertukar informasi dan berinteraksi dalam membahas topik-topik tertentu yang mengandung nilai-nilai
politik, teoritis dan praktis. Dengan demikian siswa telah memperoleh pengetahuan awal tentang
kehidupan berpolitik secara dini dan nilai-nilai politik yang benar dari sudut pandang akademis.

3. Partai politik
Sosialisasi politik disini dimaksudkan sebagai proses pembentukan sikap dan orientasi politik para
anggota masyarakat. Melalui proses sosialisasi politik para anggota masyarakat memperoleh sikap dan
orientasi terhadap kehidupan politik yang berlangsung dalam masyarakat dan berlangsung seumur
hidup yang diperoleh secara sengaja melalui pendidikan formal maupun secara tidak sengaja melalui
kontak dan pengalaman sehari-hari. Partai politik melakukan pendidikan politik melalui kegiatan kursus,
latihan kepemimpinan, diskusi dan keikutsertaan dalam berbagai forum pertemuan untuk menyebarkan
nilai dan simbol yang dianggap ideal dan baik.

Selain melalui keluarga, sekolah dan partai politik, sosialisasi politik juga dapat dilakukan melalui
peristiwa sejarah yang telah berlangsung (pengalaman toko-toko politik yang telah tiada). Melalui
seminar, dialog, debat dan sebagainya yang disiarkan ke masyarakat toko-toko politik juga secara tidak
langsung melakukan sosialisasi politik.

Apabila sosialisasi politik bisa dilaksanakan dengan baik melalui berbagai sarana yang ada, maka
masyarakat dalam kehidupan politik kenegaraan sebagai satu sistem akan melahirkan budaya politik
yang bertanggung jawab. Masyarakat sesuai dengan hak dan kewajibannya, dasar kesadaran politik yang
baik dan tinggi. Tolok ukur keberhasilan sosialisasi politik terletak pada sejauh mana pendidikan politik
yang telah dilakukan (melalui berbagai sarana), sehingga menghasilkan masyarakat yang mempunyai
kesadaran dan budaya politik etis dan normatif dalam mewujudkan partisipasi politiknya.

Sosialisasi Politik dan Perubahan



Sifat sosialisasi politik yang bervariasi menurut waktu serta yang selalu menyesuaikan dengan
lingkungan yang memberinya kontribusi, berkaitan dengan sifat dari pemerintahan dan derajat serta
sifat dari perubahan. Semakin stabil pemerintahan, semakin terperinci agensi-agensi utama dari
sosialisasi politik Sebaliknya, semakin besar derajat perubahan dalam satu pemerintahan non totaliter,
akan semakin tersebarlah agensi-agensi utama dari sosialisasi politik. Semakin totaliter sifat perubahan
politik, semakin kecil jumlah agensi-agensi utama dari sosialisasi politik itu.

Dalam The Civic Culture, Almond dan Verba mengemukakan hasil survei silang mengenai kebudayaan
politik. Penelitian mereka menyimpul¬kan bahwa masing-masing kelima negara yang ditelitinya,
Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Italia, dan Meksiko, mempunyai kebudayaan politik tersendiri. Amerika
dan Inggris dicirikan oleh penerimaan secara umum terhadap sistem politik, oleh suatu tingkatan
partisipasi politik yang cukup tinggi dan oleh satu perasaan yang meluas di kalangan para responden
bahwa mereka dapat mempengaruhi peristiwa-peristiwa sampai pada satu taraf tertentu.

Tekanan lebih besar diletakkan orang-orang Amerika pada masalah partisipasi, sedangkan orang Inggris
memperlihatkan rasa hormat yang lebih besar terhadap pemerintahan mereka. Kebudayaan politik dari
Jerman ditandai oleh satu derajat sikap yang tidak terpengaruh oleh sistem dan sikap yang lebih pasif
terhadap partisipasinya. Meskipun demikian, para respondennya merasa mampu untuk mempengaruhi
peristiwa-peristiwa tersebut. Sedangkan di Meksiko merupakan bentuk campuran antara penerimaan
terhadap teori politik dan keterasingan dari substansinya.

Suatu faktor kunci di dalam konsep kebudayaan politik adalah legitimasi, sejauh mana suatu sistem
politik dapat diterima oleh masyarakat. Legitimasi itu dapat meluas sampai pada banyak aspek dari
sistem politik atau dapat dibatasi dalam beberapa aspek. Seperti di Amerika Serikat, kebanyakan orang
Amerika menerima lembaga presiden, kongres, dan MA, tetapi penggunaan hak-hak dari lembaga
tersebut selalu mendapat kritik dari masyarakat.

Sosialisasi Politik dan Komunikasi Politik

Sosialisasi politik, menurut Hyman merupakan suatu proses belajar yang kontinyu yang melibatkan baik
belajar secara emosional maupun indoktrinasi politik yang nyata dan dimediai (sarana komunikasi) oleh
segala partisipasi dan pengalaman si individu yang menjalaninya. Rumusan ini menunjukkan betapa
besar peranan komunikasi politik dalam proses sosialisasi politik di tengah warga suatu masyarakat.
Tidak salah jika dikemukakan bahwa segala aktivitas komunikasi politik berfungsi pula sebagai suatu
proses sosialisasi bagi anggota masyarakat yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung
dalam aktivitas komunikasi politik tersebut.

Dalam proses sosialisasi politik kaitannya dengan fungsi komunikasi politik, berhubungan dengan
struktur-struktur yang terlibat dalam sosialisasi serta gaya sosialisasi itu sendiri. Pada sistem politik
masyarakat modern, institusi seperti kelompok sebaya, komuniti, sekolah, kelompok kerja,
perkumpulan-perkumpulan sukarela, media komunikasi, partai-partai politik dan institusi pemerintah
semuanya dapat berperan dalam sosialisasi politik. Kemudian perkumpulan-perkumpulan, relasi-relasi
dan partisipasi dalam kehidupan kaum dewasa melanjutkan proses tersebut untuk seterusnya.

Dalam suatu bangsa yang majemuk dan besar seperti Indonesia, India, Cina dan sebagainya, informasi
yang diterima oleh aneka unsur masyarakat akan berlainan karena faktor geografis baik yang di kota
maupun di desa. Pada sebagian besar negara berkembang, pengaruh media masa (radio, surat kabar
dan televisi) di pedesaan sangat terbatas. Oleh karena itu, pengaruh struktur-struktur sosial tradisional
dalam menterjemahkan informasi yang menjangkau wilayah tersebut amatlah besar. Heterogenitas
informasi ini memperkuat perbedaan orientasi dan sikap (attitude) diantara kelompok-kelompok yang
mengalami sosialisasi primer yang amat berbeda dari kelompok ataupun teman sebaya.

Berbeda dengan negara yang sudah maju seperti Amerika, Inggris, Jerman dan sebagainya arus
informasi relatif homogen. Para elite politik pemerintahan mungkin mempunyai sumber-sumber
informasi khusus melalui badan-badan birokrasi tertentu, surat kabar tertentu yang ditujukan pada
kelompok kelas atau politik tertentu. Dengan demikian, semua kelompok masyarakat mempunyai akses
ke suatu arus informasi dan media massa yang relatif homogen dan otonom sehingga hambatan-
hambatan bahasa atau orientasi kultural sangat minim. Masyarakat dapat melakukan kontrol terhadap
para elite politik dan sebaliknya kaum elite-pun dapat segera mengetahui tuntutan masyarakat dan
konsekuensi dari segala macam tindakan pemerintah.

Sosialisasi Politik di berbagai Negara

1. Di Negara Liberal
Sosialisasi politik di negara liberal merupakan salah satu sebagai pendidikan politik. Pendidikan politik
adalah proses dialogik diantara pemberi dan penerima pesan. Melalui proses ini, para anggota
masyarakat mengenal dan mempelajari nilai-nilai, norma-norma, dan simbol-simbol politik negaranya
dari berbagai pihak seperti sekolah, pemerintah, dan partai politik. Pendidikan politik dipandang sebagai
proses dialog antara pendidik, seperti sekolah, pemerintah, partai politik dan peserta didik dalam rangka
pemahaman, penghayatan, dan pengamalan nilai, norma dan simbol politik yang dianggap ideal dan
baik.

2. Di Negara Totaliter
Sosialisasi politik di negara totaliter merupakan indoktrinasi politik. Indoktrinasi politik ialah proses
sepihak ketika penguasa memobilisasi dan memanipulasi warga masyarakat untuk menerima nilai,
norma, dan simbol yang dianggap pihak yang berkuasa sebagai ideal dan baik. Melalui berbagai forum
pengarahan yang penuh paksaaan psikologis, dan latihan penuh disiplin, partai politik dalam sistem
   politik totaliter melaksanakan fungsi indoktinasi politik.

   3. Di Negara Berkembang
   Menurut Robert Le Vine dalam handout perkuliahan Rusnaini ( 2008:17) berpendapat bahwa “sosialisasi
   politik pada negara berkembang cenderung mempunyai relasi lebih dekat pada sistem-sistem lokal,
   kesukuan, etnis, dan regional daripada dengan sistem-sistem politik nasional”. Ada 3 faktor penting
   dalm sosialisasi politik pada masyarakat berkembang, yaitu :

   1. Pertumbuhan pendidikan di negara-negara berkembang dapat melampui kapasitas mereka untuk
   memodernisasi kelompok tradisional lewat industrinalisasi dan pendidikan.
   2. Sering terdapat perbedaan yang besar dalam pendidikan dan nilai-nilai tradisional antara jenis
   kelamin, sehingga kaum wanita lebih erat terikat pada nilai tradisional.
   3. Mungkin pengaruh urbanisasi yang selalu dianggap sebgai saru kekuatan perkasa untuk
   mengembangkan nilai-nilai tradisional.
   4. Di Masyarakat Primitif
   Proses sosialisasi politik pada masyarakat primitif sangat bergantung pada kebiasaan dan tradisi
   masyarakatnya, dan berbeda pada tiap suku. Sosialisasi politik pada masyarakat primitif sangat
   tergantung pada kebiasaan dan tradisi masyarakatnya, dan berbeda pada tiap suku.

C. Tipe – Tipe Budaya Politik
1. Berdasarkan Sikap yang ditunjukkan.
   Negara dengan sistem ekonomi dan teknologi yang kompleks mentut kerja sama yang luas untuk
   mengintegrasikan modal dan keterampilan. Jiwa kerja sama dapat diukur dari sikap seseorang
   terhadap orang lain. Pada kondisi ini, budaya politik cenderung bersifat “militant” atau bersifat
   “toleransi”.

a. Budaya politik militan
   Budaya politik militan tidak memandang perbedaan sebagai usaha mencari alternatif yang
   terbaik, tetapi melihatnya sebagai usaha jahat dan menantang. Bila terjadi krisis, yang dicari
   adalah kambing hitamnya, bukan peraturannya yang mungkin salah.
b. Budaya politik toleransi
   Budaya politik toleransi adalah budaya politik yang pemikirannya berpusat pada masalah atau
   ide yang harus dinilai.

2. Berdasarkan orientasi politiknya
   Realitas yang ditemukan dalam budaya politik ternyata memiliki beberapa variasi. Berdasarkan
   orientasi politik yang ditandai oleh sebagai karakter dalam budaya politik,setiap sistem politik
   memiliki budaya politik yang berbeda.
   Dari realitas budaya politik yang berkembang di masyarakat, Gabriel Almond
   mengklasifikasikan budaya politik sebagai berikut:
a. Budaya politik parochial, yaitu tingkat partisipasi politiknya sangat rendah, yang disebabkan
   factor kognitif (misalnya tingkat pendidikan relatif rendah.)
b. Budaya politik kaula, yaitu masyrakat bersangkutan sudah relative maju (baik sosial maupun
   ekonominya) tetapi masih pasif.
c. Budaya politik Partisipan, yaitu budaya politik yang ditandai dengan kesadaran politik sangat
   tinggi.

   Dalam kehidupan masyarakat, tidak tertutup kemungkinan bahwa terbentuknya budaya politik
   merupakan gabungan ketiga klasifikasi tersebut di atas.

More Related Content

What's hot

Budaya politik
Budaya politikBudaya politik
Budaya politik
Yaidah Usna
 
Budaya Politik Indonesia
Budaya Politik IndonesiaBudaya Politik Indonesia
Budaya Politik IndonesiaMuhamad Yogi
 
Ciri ciri budaya politik yang berkembang di indonesia
Ciri ciri budaya politik yang berkembang di indonesiaCiri ciri budaya politik yang berkembang di indonesia
Ciri ciri budaya politik yang berkembang di indonesiaNyak Nisa Ul Khairani
 
Pendidikan kewarganegaraan (budaya politik)
Pendidikan kewarganegaraan (budaya politik)Pendidikan kewarganegaraan (budaya politik)
Pendidikan kewarganegaraan (budaya politik)Levana dhea Lumi
 
Makalah budaya politik
Makalah budaya politikMakalah budaya politik
Makalah budaya politik
Muhammad Agung
 
pentingnya sosial perkembangan budaya politik indonesia
pentingnya sosial perkembangan budaya politik indonesiapentingnya sosial perkembangan budaya politik indonesia
pentingnya sosial perkembangan budaya politik indonesia
Rakha Al
 
Budaya Politik
Budaya PolitikBudaya Politik
Budaya Politik
Aviesta Linggabuwana
 
Handout Materi PKn siswa kelas XI semester ganjil untuk SMA/MA/SMK
Handout Materi PKn siswa kelas XI semester ganjil untuk SMA/MA/SMKHandout Materi PKn siswa kelas XI semester ganjil untuk SMA/MA/SMK
Handout Materi PKn siswa kelas XI semester ganjil untuk SMA/MA/SMKAgus Hariyanto
 
Bab 1 kelas xi budaya politik
Bab 1 kelas xi budaya politikBab 1 kelas xi budaya politik
Bab 1 kelas xi budaya politik
Hendrastuti Retno
 
PKN BAB 1 Kelas XI
PKN BAB 1 Kelas XIPKN BAB 1 Kelas XI
PKN BAB 1 Kelas XI
kawidian_putri
 
Hakikat Budaya Politik
Hakikat Budaya PolitikHakikat Budaya Politik
Hakikat Budaya Politik
Universitas Muhammadiyah Surakarta
 
Budaya Politik
Budaya PolitikBudaya Politik
Budaya Politik
Mario Zoelmi Al Amin
 
8.Bab II Materi
8.Bab II Materi8.Bab II Materi
8.Bab II Materi
Amalia Nur Shafira
 
Mencermati budaya politik indonesia
Mencermati budaya politik indonesiaMencermati budaya politik indonesia
Mencermati budaya politik indonesia
Ramipratama
 
PKN Budaya Politik
PKN Budaya PolitikPKN Budaya Politik
PKN Budaya Politik
Mentari Arsharanti
 
Pkn budaya politik
Pkn budaya politikPkn budaya politik
Pkn budaya politik
wah yuni
 
Bab i budaya pol di ind
Bab i budaya pol di indBab i budaya pol di ind
Bab i budaya pol di indSRIJOKOWALUYO
 
Sosialisasi Budaya Politik dan Partai Politik di Indonesia kwn group 3
Sosialisasi Budaya Politik dan Partai Politik di Indonesia kwn group 3Sosialisasi Budaya Politik dan Partai Politik di Indonesia kwn group 3
Sosialisasi Budaya Politik dan Partai Politik di Indonesia kwn group 3Ega Saputra
 
Budaya politik di indonesia
Budaya politik di indonesiaBudaya politik di indonesia
Budaya politik di indonesiaLaksmi Dp
 
Pkn sosialisasi politik
Pkn sosialisasi politik Pkn sosialisasi politik
Pkn sosialisasi politik
Muhammad Fitra Saputra
 

What's hot (20)

Budaya politik
Budaya politikBudaya politik
Budaya politik
 
Budaya Politik Indonesia
Budaya Politik IndonesiaBudaya Politik Indonesia
Budaya Politik Indonesia
 
Ciri ciri budaya politik yang berkembang di indonesia
Ciri ciri budaya politik yang berkembang di indonesiaCiri ciri budaya politik yang berkembang di indonesia
Ciri ciri budaya politik yang berkembang di indonesia
 
Pendidikan kewarganegaraan (budaya politik)
Pendidikan kewarganegaraan (budaya politik)Pendidikan kewarganegaraan (budaya politik)
Pendidikan kewarganegaraan (budaya politik)
 
Makalah budaya politik
Makalah budaya politikMakalah budaya politik
Makalah budaya politik
 
pentingnya sosial perkembangan budaya politik indonesia
pentingnya sosial perkembangan budaya politik indonesiapentingnya sosial perkembangan budaya politik indonesia
pentingnya sosial perkembangan budaya politik indonesia
 
Budaya Politik
Budaya PolitikBudaya Politik
Budaya Politik
 
Handout Materi PKn siswa kelas XI semester ganjil untuk SMA/MA/SMK
Handout Materi PKn siswa kelas XI semester ganjil untuk SMA/MA/SMKHandout Materi PKn siswa kelas XI semester ganjil untuk SMA/MA/SMK
Handout Materi PKn siswa kelas XI semester ganjil untuk SMA/MA/SMK
 
Bab 1 kelas xi budaya politik
Bab 1 kelas xi budaya politikBab 1 kelas xi budaya politik
Bab 1 kelas xi budaya politik
 
PKN BAB 1 Kelas XI
PKN BAB 1 Kelas XIPKN BAB 1 Kelas XI
PKN BAB 1 Kelas XI
 
Hakikat Budaya Politik
Hakikat Budaya PolitikHakikat Budaya Politik
Hakikat Budaya Politik
 
Budaya Politik
Budaya PolitikBudaya Politik
Budaya Politik
 
8.Bab II Materi
8.Bab II Materi8.Bab II Materi
8.Bab II Materi
 
Mencermati budaya politik indonesia
Mencermati budaya politik indonesiaMencermati budaya politik indonesia
Mencermati budaya politik indonesia
 
PKN Budaya Politik
PKN Budaya PolitikPKN Budaya Politik
PKN Budaya Politik
 
Pkn budaya politik
Pkn budaya politikPkn budaya politik
Pkn budaya politik
 
Bab i budaya pol di ind
Bab i budaya pol di indBab i budaya pol di ind
Bab i budaya pol di ind
 
Sosialisasi Budaya Politik dan Partai Politik di Indonesia kwn group 3
Sosialisasi Budaya Politik dan Partai Politik di Indonesia kwn group 3Sosialisasi Budaya Politik dan Partai Politik di Indonesia kwn group 3
Sosialisasi Budaya Politik dan Partai Politik di Indonesia kwn group 3
 
Budaya politik di indonesia
Budaya politik di indonesiaBudaya politik di indonesia
Budaya politik di indonesia
 
Pkn sosialisasi politik
Pkn sosialisasi politik Pkn sosialisasi politik
Pkn sosialisasi politik
 

Viewers also liked

Cephalometri
CephalometriCephalometri
Cephalometri
Nona Zesifa
 
Peta minda teori pemerolehan bahasa
Peta minda teori pemerolehan bahasaPeta minda teori pemerolehan bahasa
Peta minda teori pemerolehan bahasapeggylau9318
 
Psikologi kepribadian dalam perspektif islam by: Yulianti DA and team
Psikologi kepribadian dalam perspektif islam by: Yulianti DA and teamPsikologi kepribadian dalam perspektif islam by: Yulianti DA and team
Psikologi kepribadian dalam perspektif islam by: Yulianti DA and teamAddini Nurilma
 
Il giornalista e la deontologia
Il giornalista e la deontologiaIl giornalista e la deontologia
Il giornalista e la deontologia
Carlo Bartoli
 
Hand writing
Hand writingHand writing
Hand writing
HumanCapitalClub
 
Manual prosedur pk1
Manual prosedur pk1Manual prosedur pk1
Manual prosedur pk1
Kz Awang
 
Pertemuan ke-6 Ludwig Klages
Pertemuan ke-6 Ludwig KlagesPertemuan ke-6 Ludwig Klages
Pertemuan ke-6 Ludwig Klages
Vivia Maya Rafica
 
Pengantar linguistik umum
Pengantar linguistik umumPengantar linguistik umum
Pengantar linguistik umum
Didikparavisi
 
Signature Analysis
Signature AnalysisSignature Analysis
Signature Analysis
Rajarshi Ghosh
 
Handwriting analysis presentaion
Handwriting analysis presentaionHandwriting analysis presentaion
Handwriting analysis presentaionFarida Bharmal
 
Graphology for Beginners (ABGalgo 2008)
Graphology for Beginners (ABGalgo 2008)Graphology for Beginners (ABGalgo 2008)
Graphology for Beginners (ABGalgo 2008)
Arnel Galgo
 
Ppt akhlak & kepribadian seorang muslim
Ppt  akhlak & kepribadian seorang muslimPpt  akhlak & kepribadian seorang muslim
Ppt akhlak & kepribadian seorang muslim
Kalisthiana Yi Ku
 
PPT PSIKOANALITIK HUMANISTIK - ERICH FROMM
PPT PSIKOANALITIK HUMANISTIK - ERICH FROMMPPT PSIKOANALITIK HUMANISTIK - ERICH FROMM
PPT PSIKOANALITIK HUMANISTIK - ERICH FROMMazizahzahro
 

Viewers also liked (14)

Cephalometri
CephalometriCephalometri
Cephalometri
 
Peta minda teori pemerolehan bahasa
Peta minda teori pemerolehan bahasaPeta minda teori pemerolehan bahasa
Peta minda teori pemerolehan bahasa
 
Psikologi kepribadian dalam perspektif islam by: Yulianti DA and team
Psikologi kepribadian dalam perspektif islam by: Yulianti DA and teamPsikologi kepribadian dalam perspektif islam by: Yulianti DA and team
Psikologi kepribadian dalam perspektif islam by: Yulianti DA and team
 
Il giornalista e la deontologia
Il giornalista e la deontologiaIl giornalista e la deontologia
Il giornalista e la deontologia
 
Hand writing
Hand writingHand writing
Hand writing
 
Perkembangan bahasa
Perkembangan bahasaPerkembangan bahasa
Perkembangan bahasa
 
Manual prosedur pk1
Manual prosedur pk1Manual prosedur pk1
Manual prosedur pk1
 
Pertemuan ke-6 Ludwig Klages
Pertemuan ke-6 Ludwig KlagesPertemuan ke-6 Ludwig Klages
Pertemuan ke-6 Ludwig Klages
 
Pengantar linguistik umum
Pengantar linguistik umumPengantar linguistik umum
Pengantar linguistik umum
 
Signature Analysis
Signature AnalysisSignature Analysis
Signature Analysis
 
Handwriting analysis presentaion
Handwriting analysis presentaionHandwriting analysis presentaion
Handwriting analysis presentaion
 
Graphology for Beginners (ABGalgo 2008)
Graphology for Beginners (ABGalgo 2008)Graphology for Beginners (ABGalgo 2008)
Graphology for Beginners (ABGalgo 2008)
 
Ppt akhlak & kepribadian seorang muslim
Ppt  akhlak & kepribadian seorang muslimPpt  akhlak & kepribadian seorang muslim
Ppt akhlak & kepribadian seorang muslim
 
PPT PSIKOANALITIK HUMANISTIK - ERICH FROMM
PPT PSIKOANALITIK HUMANISTIK - ERICH FROMMPPT PSIKOANALITIK HUMANISTIK - ERICH FROMM
PPT PSIKOANALITIK HUMANISTIK - ERICH FROMM
 

Similar to Politik

Materi pkn kelas 11
Materi pkn kelas 11Materi pkn kelas 11
Materi pkn kelas 11fhnx
 
Seniiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii
SeniiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiSeniiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii
SeniiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiRezki Wulandari
 
Budaya politik
Budaya politikBudaya politik
Budaya politikmaryuni ,.
 
Potret Budaya Politik Masyarakat
Potret Budaya Politik MasyarakatPotret Budaya Politik Masyarakat
Potret Budaya Politik Masyarakat
Dhimas Ilya'sa
 
Pendidikan kewarganegaraan kelas xi
Pendidikan kewarganegaraan kelas xiPendidikan kewarganegaraan kelas xi
Pendidikan kewarganegaraan kelas xiapotek agam farma
 
Budaya Politik.pptx
Budaya Politik.pptxBudaya Politik.pptx
Budaya Politik.pptx
Hairunnas1
 
PKN - budaya politik
PKN - budaya politikPKN - budaya politik
PKN - budaya politik
PT. TELKOM AKSES
 
Makalah budaya politik
Makalah budaya politikMakalah budaya politik
Makalah budaya politik
Warnet Raha
 
Bud. dan partisipasi politik14 des2009
Bud. dan partisipasi politik14 des2009Bud. dan partisipasi politik14 des2009
Bud. dan partisipasi politik14 des2009Reni Kurniati
 
Materi pkn smk kelas xi semester 1
Materi pkn smk kelas xi semester 1Materi pkn smk kelas xi semester 1
Materi pkn smk kelas xi semester 1
Santos Tos
 

Similar to Politik (20)

Materi pkn kelas 11
Materi pkn kelas 11Materi pkn kelas 11
Materi pkn kelas 11
 
Seniiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii
SeniiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiSeniiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii
Seniiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii
 
Budaya politik-utk-print
Budaya politik-utk-printBudaya politik-utk-print
Budaya politik-utk-print
 
Makalah budaya politik
Makalah budaya politikMakalah budaya politik
Makalah budaya politik
 
Makalah budaya politik
Makalah budaya politikMakalah budaya politik
Makalah budaya politik
 
Makalah budaya politik
Makalah budaya politikMakalah budaya politik
Makalah budaya politik
 
Makalah budaya politik
Makalah budaya politikMakalah budaya politik
Makalah budaya politik
 
Budaya politik
Budaya politikBudaya politik
Budaya politik
 
Potret Budaya Politik Masyarakat
Potret Budaya Politik MasyarakatPotret Budaya Politik Masyarakat
Potret Budaya Politik Masyarakat
 
Pendidikan kewarganegaraan kelas xi
Pendidikan kewarganegaraan kelas xiPendidikan kewarganegaraan kelas xi
Pendidikan kewarganegaraan kelas xi
 
Modul p kn kelas xi
Modul p kn kelas xiModul p kn kelas xi
Modul p kn kelas xi
 
Budaya Politik.pptx
Budaya Politik.pptxBudaya Politik.pptx
Budaya Politik.pptx
 
PKN - budaya politik
PKN - budaya politikPKN - budaya politik
PKN - budaya politik
 
Budaya politik
Budaya politikBudaya politik
Budaya politik
 
Budaya
BudayaBudaya
Budaya
 
Makalah budaya politik
Makalah budaya politikMakalah budaya politik
Makalah budaya politik
 
Makalah budaya politik
Makalah budaya politikMakalah budaya politik
Makalah budaya politik
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Bud. dan partisipasi politik14 des2009
Bud. dan partisipasi politik14 des2009Bud. dan partisipasi politik14 des2009
Bud. dan partisipasi politik14 des2009
 
Materi pkn smk kelas xi semester 1
Materi pkn smk kelas xi semester 1Materi pkn smk kelas xi semester 1
Materi pkn smk kelas xi semester 1
 

Politik

  • 1. Budaya politik Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Belum Diperiksa Langsung ke: navigasi, cari Budaya politik merupakan pola perilaku suatu masyarakat dalam kehidupan benegara, penyelenggaraan administrasi negara, politik pemerintahan, hukum, adat istiadat, dan norma kebiasaan yang dihayati oleh seluruh anggota masyarakat setiap harinya. Budaya politik juga dapat di artikan sebagai suatu sistem nilai bersama suatu masyarakat yang memiliki kesadaran untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan kolektif dan penentuan kebijakan publik untuk masyarakat seluruhnya. Bagian-bagian budaya politik Secara umum budaya politik terbagi atas tiga : 1. Budaya politik apatis (acuh, masa bodoh, dan pasif) 2. Budaya politik mobilisasi (didorong atau sengaja dimobilisasi) 3. Budaya politik partisipatif (aktif) Tipe-tipe Budaya politik == Budaya politik parokial yaitu budaya politik yang tingkat partisipasi politiknya sangat rendah. Budaya politik suatu masyarakat dapat di katakan Parokial apabila frekuensi orientasi mereka terhadap empat dimensi penentu budaya politik mendekati nol atau tidak memiliki perhatian sama sekali terhadap keempat dimensi tersebut. Tipe budaya politik ini umumnya terdapat pada masyarakat suku Afrika atau masyarakat pedalaman di Indonesia. dalam masyarakat ini tidak ada peran politik yang bersifat khusus. Kepala suku, kepala kampung, kyai, atau dukun,yang biasanya merangkum semua peran yang ada, baik peran yang bersifat politis, ekonomis atau religius. Budaya politik kaula (subjek),yaitu budaya politik yang masyarakat yang bersangkutan sudah relatif maju baik sosial maupun ekonominya tetapi masih bersifat pasif. Budaya politik suatu masyarakat dapat dikatakan subyek jika terdapat frekuensi orientasi yang tinggi terhadap pengetahuan sistem politik secara umum dan objek output atau terdapat pemahaman mengenai penguatan kebijakan yang di buat oleh pemerintah. Namun frekuensi orientasi mengenai struktur dan peranan dalam pembuatan kebijakan yang dilakukan pemerintah tidak terlalu diperhatikan. Para subyek menyadari akan otoritas pemerintah dan secara efektif mereka di arahkan pada otoritas tersebut. Sikap masyarakat terhadap sistem politik yang ada ditunjukkan melalui rasa bangga atau malah rasa tidak suka. Intinya, dalam kebudayaan politik subyek, sudah ada pengetahuan yang memadai tentang sistem politik secara umum serta proses penguatan kebijakan yang di buat oleh pemerintah. Budaya politik partisipan,yaitu budaya politik yang ditandai dengan kesadaran politik yang sangat tinggi. Masyarakat mampu memberikan opininya dan aktif dalam kegiatan
  • 2. politik. Dan juga merupakan suatu bentuk budaya politik yang anggota masyarakatnya sudah memiliki pemahaman yang baik mengenai empat dimensi penentu budaya politik. Mereka memiliki pengetahuan yang memadai mengenai sistem politik secara umum, tentang peran pemerintah dalam membuat kebijakan beserta penguatan, dan berpartisipasi aktif dalam proses politik yang berlangsung. Masyarakat cenderung di arahkan pada peran pribadi yang aktif dalam semua dimensi di atas, meskipun perasaan dan evaluasi mereka terhadap peran tersebut bisa saja bersifat menerima atau menolak. Budaya politik yang berkembang di indonesia == Gambaran sementara tentang budaya politik Indonesia, yang tentunya haruus di telaah dan di buktikan lebih lanjut, adalah pengamatan tentang variabel sebagai berikut : Konfigurasi subkultur di Indonesia masih aneka ragam, walaupun tidak sekompleks yang dihadapi oleh India misalnya, yang menghadapi masalah perbedaan bahasa, agama, kelas, kasta yang semuanya relatif masih rawan/rentan. Budaya politik Indonesia yang bersifat Parokial-kaula di satu pihak dan budaya politik partisipan di lain pihak, di satu segi masa masih ketinggalan dalam mempergunakan hak dan dalam memikul tanggung jawab politiknya yang mungkin di sebabkan oleh isolasi dari kebudayaan luar, pengaruh penjajahan, feodalisme, bapakisme, dan ikatan primordial. Sikap ikatan primordial yang masih kuat berakar, yang di kenal melalui indikatornya berupa sentimen kedaerahan, kesukaan, keagamaan, perbedaan pendekatan terhadap keagamaan tertentu; purutanisme dan non puritanisme dan lain-lain. kecendrungan budaya politik Indonesia yang masih mengukuhi sikap paternalisme dan sifat patrimonial; sebagai indikatornya dapat di sebutkan antara lain bapakisme, sikap asal bapak senang. Dilema interaksi tentang introduksi modernisasi (dengan segala konsekuensinya) dengan pola-pola yang telah lama berakar sebagai tradisi dalam masyarakat. 1. REDIRECT Nama halaman tujuan Budaya Politik di Indonesia Hirarki yang Tegar/Ketat Masyarakat Jawa, dan sebagian besar masyarakat lain di Indonesia, pada dasarnya bersifat hirarkis. Stratifikasi sosial yang hirarkis ini tampak dari adanya pemilahan tegas antara penguasa (wong gedhe) dengan rakyat kebanyakan (wong cilik). Masing-masing terpisah melalui tatanan hirarkis yang sangat ketat. Alam pikiran dan tatacara sopan santun diekspresikan sedemikian rupa sesuai dengan asal-usul kelas masing-masing. Penguasa dapat menggunakan bahasa 'kasar' kepada rakyat kebanyakan. Sebaliknya, rakyat harus mengekspresikan diri kepada penguasa dalam bahasa 'halus'. Dalam kehidupan politik, pengaruh stratifikasi sosial semacam itu antara lain tercemin pada cara penguasa memandang diri dan rakyatnya. Kecendrungan Patronage
  • 3. Pola hubungan Patronage merupakan salah satu budaya politik yang menonjol di Indonesia.Pola hubungan ini bersifat individual. Dalam kehidupan politik, tumbuhnya budaya politik semacam ini tampak misalnya di kalangan pelaku politik. Mereka lebih memilih mencari dukungan dari atas daripada menggali dukungn dari basisnya. Kecendrungan Neo-patrimoniaalistik Salah satu kecendrungan dalam kehidupan politik di Indonesia adalah adanya kecendrungan munculnya budaya politik yang bersifat neo-patrimonisalistik; artinya meskipun memiliki atribut yang bersifat modern dan rasionalistik zeperti birokrasi, perilaku negara masih memperlihatkan tradisi dan budaya politik yang berkarakter patrimonial. Ciri-ciri birokrasi modern: Adanya suatu struktur hirarkis yang melibatkan pendelegasian wewenang dari atas ke bawah dalam organisasi Adanya posisi-posisi atau jabatan-jabatan yang masing-masing mempunyai tugas dan tanggung jawab yang tegas Adanya aturan-aturan, regulasi-regulasi, dan standar-standar formalyang mengatur bekerjanya organisasi dan tingkah laku anggotanya Adanya personel yang secara teknis memenuhi syarat, yang dipekerjakan atas dasar karier, dengan promosi yang didasarkan pada kualifikasi dan penampilan. Partisipasi politik Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Belum Diperiksa Langsung ke: navigasi, cari Partisipasi politik secara harafiah berarti keikutsertaan, dalam konteks politik hal ini mengacu pada pada keikutsertaan warga dalam berbagai proses politik. Keikutsertaan warga dalam proses politik tidaklah hanya berarti warga mendukung keputusan atau kebijakan yang telah digariskan oleh para pemimpinnya, karena kalau ini yang terjadi maka istilah yang tepat adalah mobilisasi politik. Partisipasi politik adalah keterlibatan warga dalam segala tahapan kebijakan, mulai dari sejak pembuatan keputusan sampai dengan penilaian keputusan, termasuk juga peluang untuk ikut serta dalam pelaksanaan keputusan.
  • 4. Konsep partisipasi politik ini menjadi sangat penting dalam arus pemikiran deliberative democracy atau demokrasi musawarah. Pemikiran demokrasi musyawarah muncul antara lain terdorong oleh tingginya tingkat apatisme politik di Barat yang terlihat dengan rendahnya tingkat pemilih (hanya berkisar 50 - 60 %). Besarnya kelompok yang tidak puas atau tidak merasa perlu terlibat dalam proses politik perwakilan menghawatirkan banyak pemikir Barat yang lalu datang dengan konsep deliberative democracy. Di Indonesia saat ini penggunaan kata partisipasi (politik) lebih sering mengacu pada dukungan yang diberikan warga untuk pelaksanaan keputusan yang sudah dibuat oleh para pemimpin politik dan pemerintahan. Misalnya ungkapan pemimpin "Saya mengharapkan partispasi masyarakat untuk menghemat BBM dengan membatasi penggunaan listrik di rumah masihng- masing". Sebaliknya jarang kita mendengar ungkapan yang menempatkan warga sebagai aktor utama pembuatan keputusan. Dengan meilhat derajat partisipasi politik warga dalam proses politik rezim atau pemerintahan bisa dilihat dalam spektrum: Rezim otoriter - warga tidak tahu-menahu tentang segala kebijakan dan keputusan politik Rezim patrimonial - warga diberitahu tentang keputusan politik yang telah dibuat oleh para pemimpin, tanpa bisa memengaruhinya. Rezim partisipatif - warga bisa memengaruhi keputusan yang dibuat oleh para pemimpinnya. Rezim demokratis - warga merupakan aktor utama pembuatan keputusan politik. Makna Sosialisasi politik Sosialisasi politik, merupakan proses pembentukan sikap dan orientasi politik pada anggota masyarakat. Keterlaksanaan sosialisasi politik, sangat ditentukan oleh lingkungan sosial, ekonomi, dan kebudayaan di mana seseorang/individu berada. Selain itu, juga ditentukan oleh interaksi pengalaman¬-pengalaman serta kepribadian seseorang. Sosialsiasi politik, merupakan proses yang ber¬langsung lama dan rumit yang dihasilkan dari usaha saling mempengaruhi di antara kepribadian individu dengan pengalaman- pengalaman politik yang relevan yang memberi bentuk terhadap tingkah laku politiknya. Pengetahuan, nilai-nilai, dan sikap¬-sikap yang diperoleh seseorang itu membentuk satu persepsi, melalui mana individu menerima rangsangan-rangsangan politik. Tingkah laku politik seseorang berkembang secara berangsur-angsur. Jadi, sosialisasi politik adalah proses dengan mana individu-individu dapat memperoleh pengetahuan, nilai-nilai, dan sikap-sikap terhadap sistem politik masyarakatnya. Sedangkan menurut Rush & Althoff menjelaskan bahwa sosialisasi politik merupakan suatu proses bagaimana memperkenalkan sistem politik pada seseorang, dan bagaimana orang tersebut menentukan tanggapan dan reaksi-reaksinya terhadap gejala-gejala politik. Sosialisasi politik ditentukan oleh lingkungan sosial, ekonomi, dan kebudayaan di mana individu berada; selain itu juga ditentukan oleh interaksi pengalaman-pengalaman serta kepribadiannya.
  • 5. Studi tentang sosialisasi politik menjadi kajian yang sangat menarik akhir-akhir ini. Ada dua alasan yang melatar belakangi sehingga sosialisasi politik menjadi kajian tersendiri dalam politik kenegaraan. Pertama, sosialisasi politik dapat berfungsi untuk memelihara agar suatu sistem berjalan dengan baik dan positif. Dengan demikian, sosialisasi merupakan alat agar individu sadar dan merasa cocok dengan sistem serta kultur (budaya) politik yang ada. Kedua, sosialisasi politik ingin menunjukkan relevansinya dengan sistem politik dan pelaksanaannya di masa mendatang mengenai sistem politik. Proses dan Metode Sosialisasi Politik Perkembangan sosiologi politik diawali pada masa kanak-kanak atau remaja. Hasil riset David Easton dan Robert Hess mengemukakan bahwa di Amerika Serikat, belajar politik dimulai pada usia tiga tahun dan menjadi mantap pada usia tujuh tahun. Tahap lebih awal dari belajar politik mencakup perkembangan dari ikatan-ikatan lingkungan,, seperti "keterikatan kepada sekolah-sekolah mereka", bahwa mereka berdiam di suatu daerah tertentu. Anak muda itu mempunyai kepercayaan pada keindahan negerinva, kebaikan serta kebersihan rakyatnya. Manifestasi ini diikuti oleh simbol-simbol otoritas umum, seperti agen polisi, presiden, dan bendera nasional. Pada usia sembilan dan sepuluh tahun timbul kesadaran akan konsep yang lebih abstrak, seperti pemberian suara, demokrasi, kebebasan sipil, dan peranan warga negara dalam sistem politik. Peranan keluarga dalam sosialisasi politik sangat penting. Menurut Easton dan Hess, anak-anak mempunyai gambaran yang sama mengenai ayahnya dan presiden selama bertahun-tahun di sekolah awal. Keduanya dianggap sebagai tokoh kekuasaan. Easton dan Dennis mengutarakan ada 4 (empat) tahap dalam proses sosialisasi politik dari anak, yaitu sebagai berikut. 1. Pengenalan otoritas melalui individu tertentu, seperti orang tua anak, presiden dan polisi. 2. Perkembangan pembedaan antara otoritas internal dan yang ekternal, yaitu antara pejabat swasta dan pejabat pemerintah. 3. Pengenalan mengenai institusi-institusi politik yang impersonal, seperti kongres (parlemen), mahkamah agung, dan pemungutan suara (pemilu). 4. Perkembangan pembedaan antara institusi-institusi politik dan mereka yang terlibat dalam aktivitas yang diasosiasikan dengan institusi-institusi ini. Menurut Rush dan Althoff Metode Sosialisasi Politik ada tiga yaitu: 1. Imitasi Imitasi merupakan Peniruan terhadap tingkah laku individu-individu lain. Imitasi penting dalam sosialisasi masa kanak-kanak. Pada remaja dan dewasa, imitasi lebih banyakbercampur dengan kedua mekanisme lainnya, sehingga satu derajat peniruannya terdapat pula pada instruksi mupun motivasi. 2. Instruksi Instruksi merupakan peristiwa penjelasan diri seseornag dengan sengaja dapat ditempatkan dalam suatu situasi yang intruktif sifatnya.
  • 6. 3. Motivasi Motivasi merupakan proses sosialisasi yang berkaitan dengan pengalaman individu. Jika imitasi dan instruksi merupakan tipe khusus dari pengalaman, sementara motivasi lebih banyak diidentifikasikan dengan pengalaman pada umumnya. Sosialisasi politik yang selanjutnya akan mempengaruhi pembentukan jati diri politik pada seseorang dapat terjadi melalui cara langsung dan tidak langsung. Proses tidak langsung meliputi berbagai bentuk proses sosialisasi yang pada dasarnya tidak bersifat politik tetapi dikemudian hari berpengatuh terhadap pembentukan jati diri atau kepribadian politik. Sosialisasi politik langsung menunjuk pada proses-proses pengoperan atau pembnetukan orientasi-orientasi yang di dalam bentuk dan isinya bersifat politik. Proses sosialisasi politik tidak langsung meliputi metode berikut: 1. Pengoperasian Interpersonal Mengasumsikan bahwa anak mengalami proses sosialisasi politik secara eksplisitdalam keadaan sudah memiliki sejumlah pengalaman dalam hubungna-hubungan dan pemuasan-pemuasan interpersonal. 2. Magang Metode belajat magang ini terjadi katrna perilau dan pengalaman-pengalaman yang diperoleh di dalam situasi-situasi non politik memberikan keahlian-keahlian dan nilai-nilai yang pada saatnya dipergunakan secara khusus di dalam konteks yang lebih bersifat politik. 3. Generalisasi Terjadi karena nilai-nilai social diperlakukan bagi bjek-objek politik yang lebih spesifik dan dengan demikian membentuk sikap-sikap politik terentu. Proses sosialisasi langsung terjadi melalui: 1. Imitasi Merupakan mode sosiaisasi yang paling ekstensif dan banyak dialami anak sepanjang perjalanan hidup mereka. Imitasi dapat dilakukan secara sadar dan secara tidak sadar. 2. Sosialisasi Politik Antisipatoris Dilakukan untuk mengantisipasi peranan-peranan politik yang diinginkan atau akan diemban oleh actor. Orang yang berharap suatu ketika menjalani pekerjaan-pekerjaan professional atau posisi social yang tinggi biasanya sejak dini sudah mulai mengoper nilai-nilai dan pola-pola perilaku yang berkaitan dengan peranan-peranan tersebut. 3. Pendidikan Politik Inisiatif mengoper orientasi-orientasi politik dilakukan oleh “socialiers” daripada oleh individu yang disosialisasi. Pendidikan politik dapat dilakukan di keluarga, sekolah, lembaga-lembaga politik atau
  • 7. pemerintah dan berbagai kelompok dan organisasi yang tidak terhitung jumlahnya. Pendidikan politik sangat penting bagi kelestarian suatu system politik. Di satu pihak, warga Negara memerukan informasi minimaltentang hak-hak dan kewajiban yang mereka mliki untuk dapat memasuki arena kehidupan politik. Di lain pihak, warga Negara juga harus memperoleh pengetahuan mengenai seberapa jauh hak- hak mereka telah dipenuhi oleh pemerintah dan jika hal ini terjadi, stabilitas politik pemerintahan dapat terpelihara. 4. Pengalaman Politik Kebanyakan dari apa yang oleh seseorang diketahui dan diyakini sebagai politik pada kenyataannya berasal dari pengamatan-pengamatan dan pengalamn-pengalamannya didalam proses politik. Agen-Agen sosialisasi politik Adapun sarana alat yang dapat dijadikan sebagai perantara/sarana dalam sosialisasi politik, antara lain : 1. Keluarga Wadah penanaman (sosialisasi) nilai-nilai politik yang paling efisien dan efektif adalah keluarga, orang tua dan anak sering melakukan obrolan ringan tentang segala hal yang menyangkut politik sehingga tanpa disadari terjadi transfer pengetahuan dan nilai-nilai politik tertentu yang diserap oleh si anak. 2. Sekolah Di sekolah melalui pelajaran civis education (pendidikan kewarganegaraan), siswa dan gurunya saling bertukar informasi dan berinteraksi dalam membahas topik-topik tertentu yang mengandung nilai-nilai politik, teoritis dan praktis. Dengan demikian siswa telah memperoleh pengetahuan awal tentang kehidupan berpolitik secara dini dan nilai-nilai politik yang benar dari sudut pandang akademis. 3. Partai politik Sosialisasi politik disini dimaksudkan sebagai proses pembentukan sikap dan orientasi politik para anggota masyarakat. Melalui proses sosialisasi politik para anggota masyarakat memperoleh sikap dan orientasi terhadap kehidupan politik yang berlangsung dalam masyarakat dan berlangsung seumur hidup yang diperoleh secara sengaja melalui pendidikan formal maupun secara tidak sengaja melalui kontak dan pengalaman sehari-hari. Partai politik melakukan pendidikan politik melalui kegiatan kursus, latihan kepemimpinan, diskusi dan keikutsertaan dalam berbagai forum pertemuan untuk menyebarkan nilai dan simbol yang dianggap ideal dan baik. Selain melalui keluarga, sekolah dan partai politik, sosialisasi politik juga dapat dilakukan melalui peristiwa sejarah yang telah berlangsung (pengalaman toko-toko politik yang telah tiada). Melalui seminar, dialog, debat dan sebagainya yang disiarkan ke masyarakat toko-toko politik juga secara tidak langsung melakukan sosialisasi politik. Apabila sosialisasi politik bisa dilaksanakan dengan baik melalui berbagai sarana yang ada, maka masyarakat dalam kehidupan politik kenegaraan sebagai satu sistem akan melahirkan budaya politik
  • 8. yang bertanggung jawab. Masyarakat sesuai dengan hak dan kewajibannya, dasar kesadaran politik yang baik dan tinggi. Tolok ukur keberhasilan sosialisasi politik terletak pada sejauh mana pendidikan politik yang telah dilakukan (melalui berbagai sarana), sehingga menghasilkan masyarakat yang mempunyai kesadaran dan budaya politik etis dan normatif dalam mewujudkan partisipasi politiknya. Sosialisasi Politik dan Perubahan Sifat sosialisasi politik yang bervariasi menurut waktu serta yang selalu menyesuaikan dengan lingkungan yang memberinya kontribusi, berkaitan dengan sifat dari pemerintahan dan derajat serta sifat dari perubahan. Semakin stabil pemerintahan, semakin terperinci agensi-agensi utama dari sosialisasi politik Sebaliknya, semakin besar derajat perubahan dalam satu pemerintahan non totaliter, akan semakin tersebarlah agensi-agensi utama dari sosialisasi politik. Semakin totaliter sifat perubahan politik, semakin kecil jumlah agensi-agensi utama dari sosialisasi politik itu. Dalam The Civic Culture, Almond dan Verba mengemukakan hasil survei silang mengenai kebudayaan politik. Penelitian mereka menyimpul¬kan bahwa masing-masing kelima negara yang ditelitinya, Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Italia, dan Meksiko, mempunyai kebudayaan politik tersendiri. Amerika dan Inggris dicirikan oleh penerimaan secara umum terhadap sistem politik, oleh suatu tingkatan partisipasi politik yang cukup tinggi dan oleh satu perasaan yang meluas di kalangan para responden bahwa mereka dapat mempengaruhi peristiwa-peristiwa sampai pada satu taraf tertentu. Tekanan lebih besar diletakkan orang-orang Amerika pada masalah partisipasi, sedangkan orang Inggris memperlihatkan rasa hormat yang lebih besar terhadap pemerintahan mereka. Kebudayaan politik dari Jerman ditandai oleh satu derajat sikap yang tidak terpengaruh oleh sistem dan sikap yang lebih pasif terhadap partisipasinya. Meskipun demikian, para respondennya merasa mampu untuk mempengaruhi peristiwa-peristiwa tersebut. Sedangkan di Meksiko merupakan bentuk campuran antara penerimaan terhadap teori politik dan keterasingan dari substansinya. Suatu faktor kunci di dalam konsep kebudayaan politik adalah legitimasi, sejauh mana suatu sistem politik dapat diterima oleh masyarakat. Legitimasi itu dapat meluas sampai pada banyak aspek dari sistem politik atau dapat dibatasi dalam beberapa aspek. Seperti di Amerika Serikat, kebanyakan orang Amerika menerima lembaga presiden, kongres, dan MA, tetapi penggunaan hak-hak dari lembaga tersebut selalu mendapat kritik dari masyarakat. Sosialisasi Politik dan Komunikasi Politik Sosialisasi politik, menurut Hyman merupakan suatu proses belajar yang kontinyu yang melibatkan baik belajar secara emosional maupun indoktrinasi politik yang nyata dan dimediai (sarana komunikasi) oleh segala partisipasi dan pengalaman si individu yang menjalaninya. Rumusan ini menunjukkan betapa besar peranan komunikasi politik dalam proses sosialisasi politik di tengah warga suatu masyarakat. Tidak salah jika dikemukakan bahwa segala aktivitas komunikasi politik berfungsi pula sebagai suatu
  • 9. proses sosialisasi bagi anggota masyarakat yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam aktivitas komunikasi politik tersebut. Dalam proses sosialisasi politik kaitannya dengan fungsi komunikasi politik, berhubungan dengan struktur-struktur yang terlibat dalam sosialisasi serta gaya sosialisasi itu sendiri. Pada sistem politik masyarakat modern, institusi seperti kelompok sebaya, komuniti, sekolah, kelompok kerja, perkumpulan-perkumpulan sukarela, media komunikasi, partai-partai politik dan institusi pemerintah semuanya dapat berperan dalam sosialisasi politik. Kemudian perkumpulan-perkumpulan, relasi-relasi dan partisipasi dalam kehidupan kaum dewasa melanjutkan proses tersebut untuk seterusnya. Dalam suatu bangsa yang majemuk dan besar seperti Indonesia, India, Cina dan sebagainya, informasi yang diterima oleh aneka unsur masyarakat akan berlainan karena faktor geografis baik yang di kota maupun di desa. Pada sebagian besar negara berkembang, pengaruh media masa (radio, surat kabar dan televisi) di pedesaan sangat terbatas. Oleh karena itu, pengaruh struktur-struktur sosial tradisional dalam menterjemahkan informasi yang menjangkau wilayah tersebut amatlah besar. Heterogenitas informasi ini memperkuat perbedaan orientasi dan sikap (attitude) diantara kelompok-kelompok yang mengalami sosialisasi primer yang amat berbeda dari kelompok ataupun teman sebaya. Berbeda dengan negara yang sudah maju seperti Amerika, Inggris, Jerman dan sebagainya arus informasi relatif homogen. Para elite politik pemerintahan mungkin mempunyai sumber-sumber informasi khusus melalui badan-badan birokrasi tertentu, surat kabar tertentu yang ditujukan pada kelompok kelas atau politik tertentu. Dengan demikian, semua kelompok masyarakat mempunyai akses ke suatu arus informasi dan media massa yang relatif homogen dan otonom sehingga hambatan- hambatan bahasa atau orientasi kultural sangat minim. Masyarakat dapat melakukan kontrol terhadap para elite politik dan sebaliknya kaum elite-pun dapat segera mengetahui tuntutan masyarakat dan konsekuensi dari segala macam tindakan pemerintah. Sosialisasi Politik di berbagai Negara 1. Di Negara Liberal Sosialisasi politik di negara liberal merupakan salah satu sebagai pendidikan politik. Pendidikan politik adalah proses dialogik diantara pemberi dan penerima pesan. Melalui proses ini, para anggota masyarakat mengenal dan mempelajari nilai-nilai, norma-norma, dan simbol-simbol politik negaranya dari berbagai pihak seperti sekolah, pemerintah, dan partai politik. Pendidikan politik dipandang sebagai proses dialog antara pendidik, seperti sekolah, pemerintah, partai politik dan peserta didik dalam rangka pemahaman, penghayatan, dan pengamalan nilai, norma dan simbol politik yang dianggap ideal dan baik. 2. Di Negara Totaliter Sosialisasi politik di negara totaliter merupakan indoktrinasi politik. Indoktrinasi politik ialah proses sepihak ketika penguasa memobilisasi dan memanipulasi warga masyarakat untuk menerima nilai, norma, dan simbol yang dianggap pihak yang berkuasa sebagai ideal dan baik. Melalui berbagai forum
  • 10. pengarahan yang penuh paksaaan psikologis, dan latihan penuh disiplin, partai politik dalam sistem politik totaliter melaksanakan fungsi indoktinasi politik. 3. Di Negara Berkembang Menurut Robert Le Vine dalam handout perkuliahan Rusnaini ( 2008:17) berpendapat bahwa “sosialisasi politik pada negara berkembang cenderung mempunyai relasi lebih dekat pada sistem-sistem lokal, kesukuan, etnis, dan regional daripada dengan sistem-sistem politik nasional”. Ada 3 faktor penting dalm sosialisasi politik pada masyarakat berkembang, yaitu : 1. Pertumbuhan pendidikan di negara-negara berkembang dapat melampui kapasitas mereka untuk memodernisasi kelompok tradisional lewat industrinalisasi dan pendidikan. 2. Sering terdapat perbedaan yang besar dalam pendidikan dan nilai-nilai tradisional antara jenis kelamin, sehingga kaum wanita lebih erat terikat pada nilai tradisional. 3. Mungkin pengaruh urbanisasi yang selalu dianggap sebgai saru kekuatan perkasa untuk mengembangkan nilai-nilai tradisional. 4. Di Masyarakat Primitif Proses sosialisasi politik pada masyarakat primitif sangat bergantung pada kebiasaan dan tradisi masyarakatnya, dan berbeda pada tiap suku. Sosialisasi politik pada masyarakat primitif sangat tergantung pada kebiasaan dan tradisi masyarakatnya, dan berbeda pada tiap suku. C. Tipe – Tipe Budaya Politik 1. Berdasarkan Sikap yang ditunjukkan. Negara dengan sistem ekonomi dan teknologi yang kompleks mentut kerja sama yang luas untuk mengintegrasikan modal dan keterampilan. Jiwa kerja sama dapat diukur dari sikap seseorang terhadap orang lain. Pada kondisi ini, budaya politik cenderung bersifat “militant” atau bersifat “toleransi”. a. Budaya politik militan Budaya politik militan tidak memandang perbedaan sebagai usaha mencari alternatif yang terbaik, tetapi melihatnya sebagai usaha jahat dan menantang. Bila terjadi krisis, yang dicari adalah kambing hitamnya, bukan peraturannya yang mungkin salah. b. Budaya politik toleransi Budaya politik toleransi adalah budaya politik yang pemikirannya berpusat pada masalah atau ide yang harus dinilai. 2. Berdasarkan orientasi politiknya Realitas yang ditemukan dalam budaya politik ternyata memiliki beberapa variasi. Berdasarkan orientasi politik yang ditandai oleh sebagai karakter dalam budaya politik,setiap sistem politik memiliki budaya politik yang berbeda. Dari realitas budaya politik yang berkembang di masyarakat, Gabriel Almond mengklasifikasikan budaya politik sebagai berikut: a. Budaya politik parochial, yaitu tingkat partisipasi politiknya sangat rendah, yang disebabkan factor kognitif (misalnya tingkat pendidikan relatif rendah.)
  • 11. b. Budaya politik kaula, yaitu masyrakat bersangkutan sudah relative maju (baik sosial maupun ekonominya) tetapi masih pasif. c. Budaya politik Partisipan, yaitu budaya politik yang ditandai dengan kesadaran politik sangat tinggi. Dalam kehidupan masyarakat, tidak tertutup kemungkinan bahwa terbentuknya budaya politik merupakan gabungan ketiga klasifikasi tersebut di atas.