Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 2008 tentang Investasi PemerintahPenataan Ruang
Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang pengelolaan investasi pemerintah yang dilakukan oleh Menteri Keuangan untuk memperoleh manfaat ekonomi dan sosial. Investasi pemerintah dapat berupa investasi surat berharga maupun investasi langsung seperti penyertaan modal dan pemberian pinjaman yang dilaksanakan oleh badan investasi pemerintah. Sumber dana investasi berasal dari anggaran negara, keuntungan investasi sebelumnya, dan sumber lain
Peraturan Pemerintah No. 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman DaerahPenataan Ruang
Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang pinjaman daerah. Pinjaman daerah dibagi menjadi 3 jenis berdasarkan jangka waktunya, yaitu pinjaman jangka pendek (kurang dari 1 tahun), pinjaman jangka menengah (lebih dari 1 tahun tapi tidak melebihi masa jabatan kepala daerah), dan pinjaman jangka panjang (lebih dari 1 tahun). Dokumen ini juga mengatur sumber pinjaman,
Dokumen tersebut membahas tentang konsep pinjaman daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan terkait. Pinjaman daerah merupakan alternatif sumber pembiayaan bagi pemerintah daerah untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Dokumen ini menjelaskan dasar hukum, prinsip, persyaratan, jenis, prosedur, larangan penjaminan, dan pelaporan pinjaman daer
Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman L...Penataan Ruang
Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang tata cara pengadaan pinjaman luar negeri dan penerimaan hibah oleh Pemerintah Indonesia. Pinjaman luar negeri dan hibah harus memenuhi prinsip transparan, akuntabel, efisien, efektif, kehati-hatian, dan tidak memiliki ikatan politik. Menteri Keuangan berwenang melakukan pinjaman luar negeri dan menerima hibah, yang kemudian dapat diteruskan kepemerintahan
Peraturan Pemerintah No.2 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman dan...Penataan Ruang
Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang tata cara pengadaan pinjaman dan hibah luar negeri serta penerusan pinjaman dan hibah, mencakup kewenangan pengadaan pinjaman, sumber dan jenis pinjaman serta hibah, perencanaan pengadaan, dan persyaratan pengajuan usulan kegiatan yang dibiayai melalui pinjaman atau hibah luar negeri.
Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang investasi pemerintah, termasuk bidang investasi, sumber dana, pengelolaan, dan kelembagaannya. Investasi pemerintah dilakukan untuk memperoleh manfaat ekonomi dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Pengelolaan investasi dilakukan oleh Kementerian Keuangan dengan membentuk badan investasi pemerintah dan komite investasi pemerintah untuk menjalankan kewenangan supervisi dan operasional.
Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 2008 tentang Investasi PemerintahPenataan Ruang
Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang pengelolaan investasi pemerintah yang dilakukan oleh Menteri Keuangan untuk memperoleh manfaat ekonomi dan sosial. Investasi pemerintah dapat berupa investasi surat berharga maupun investasi langsung seperti penyertaan modal dan pemberian pinjaman yang dilaksanakan oleh badan investasi pemerintah. Sumber dana investasi berasal dari anggaran negara, keuntungan investasi sebelumnya, dan sumber lain
Peraturan Pemerintah No. 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman DaerahPenataan Ruang
Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang pinjaman daerah. Pinjaman daerah dibagi menjadi 3 jenis berdasarkan jangka waktunya, yaitu pinjaman jangka pendek (kurang dari 1 tahun), pinjaman jangka menengah (lebih dari 1 tahun tapi tidak melebihi masa jabatan kepala daerah), dan pinjaman jangka panjang (lebih dari 1 tahun). Dokumen ini juga mengatur sumber pinjaman,
Dokumen tersebut membahas tentang konsep pinjaman daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan terkait. Pinjaman daerah merupakan alternatif sumber pembiayaan bagi pemerintah daerah untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Dokumen ini menjelaskan dasar hukum, prinsip, persyaratan, jenis, prosedur, larangan penjaminan, dan pelaporan pinjaman daer
Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman L...Penataan Ruang
Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang tata cara pengadaan pinjaman luar negeri dan penerimaan hibah oleh Pemerintah Indonesia. Pinjaman luar negeri dan hibah harus memenuhi prinsip transparan, akuntabel, efisien, efektif, kehati-hatian, dan tidak memiliki ikatan politik. Menteri Keuangan berwenang melakukan pinjaman luar negeri dan menerima hibah, yang kemudian dapat diteruskan kepemerintahan
Peraturan Pemerintah No.2 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman dan...Penataan Ruang
Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang tata cara pengadaan pinjaman dan hibah luar negeri serta penerusan pinjaman dan hibah, mencakup kewenangan pengadaan pinjaman, sumber dan jenis pinjaman serta hibah, perencanaan pengadaan, dan persyaratan pengajuan usulan kegiatan yang dibiayai melalui pinjaman atau hibah luar negeri.
Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang investasi pemerintah, termasuk bidang investasi, sumber dana, pengelolaan, dan kelembagaannya. Investasi pemerintah dilakukan untuk memperoleh manfaat ekonomi dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Pengelolaan investasi dilakukan oleh Kementerian Keuangan dengan membentuk badan investasi pemerintah dan komite investasi pemerintah untuk menjalankan kewenangan supervisi dan operasional.
Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang hibah daerah, yang mencakup hibah kepada pemerintah daerah dan hibah dari pemerintah daerah. Hibah daerah dapat berupa uang, barang, atau jasa dan sumbernya dapat berasal dari pemerintah pusat, luar negeri, atau pihak lain. Peraturan ini juga mengatur mekanisme perencanaan, penetapan, dan pelaksanaan hibah daerah.
Undang-undang ini mengatur tentang Keuangan Negara. Secara garis besar, undang-undang ini mengatur tentang pengelolaan keuangan negara dan daerah, penyusunan dan penetapan APBN dan APBD, serta kekuasaan yang dimiliki oleh berbagai pihak terkait pengelolaan keuangan negara dan daerah.
Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 mengatur tentang Perbendaharaan Negara. UU ini mengatur tentang pengertian, ruang lingkup, asas umum, pejabat perbendaharaan negara seperti pengguna anggaran, bendahara umum negara/daerah, dan ketentuan lainnya terkait pengelolaan keuangan negara dan daerah.
Undang-undang ini mengatur tentang pengelolaan keuangan negara dan daerah di Indonesia. Keuangan negara dan daerah meliputi penerimaan, pengeluaran, aset, dan kewajiban pemerintah. Undang-undang ini menetapkan bahwa APBN dan APBD harus disetujui oleh parlemen setiap tahunnya, serta mengatur tugas Menteri Keuangan dan pemerintah daerah dalam pengelolaan keuangan negara dan daerah.
Peraturan Pemerintah No. 57 Tahun 2005 tentang Hibah Kepada DaerahPenataan Ruang
Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang hibah kepada daerah, mencakup sumber hibah dari dalam dan luar negeri, pengelolaan, pertanggungjawaban, dan pelaporan hibah. Hibah dimaksudkan untuk mendukung peningkatan pelayanan publik dan pemberdayaan aparatur daerah.
Undang-undang ini mengatur tentang perbendaharaan negara, yang mencakup pengelolaan keuangan negara dan daerah berdasarkan APBN dan APBD. Diatur pula tentang pejabat-pejabat perbendaharaan seperti pengguna anggaran, bendahara umum negara/daerah, serta tugas dan wewenang masing-masing pejabat tersebut dalam pengelolaan keuangan negara dan daerah.
[Ringkasan]
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara mengatur tentang pengelolaan keuangan negara dan daerah. Dokumen ini menjelaskan bahwa APBN merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah pusat yang disetujui DPR, sedangkan APBD adalah rencana keuangan daerah yang disetujui DPRD. Undang-undang ini juga mengatur tentang penyusunan dan penetapan APBN serta kekuasaan dan tugas menteri ke
Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 tentang Dana PerimbanganPenataan Ruang
Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang Dana Perimbangan yang terdiri dari Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus. Dana Bagi Hasil bersumber dari pajak dan sumber daya alam, termasuk Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, serta Pajak Penghasilan tertentu. Peraturan ini mengatur pembagian dan alokasi Dana Bagi Hasil kepada pemerintah pusat dan daerah.
Permendagri 03 2008 kerjasama daerah dengan luar negeriImtihan Imtihan
Peraturan Menteri Dalam Negeri ini mengatur pedoman pelaksanaan kerjasama pemerintah daerah dengan pihak luar negeri. Kerjasama dapat berupa kerjasama provinsi dan kabupaten kembar, kerjasama teknik termasuk bantuan kemanusiaan, kerjasama penyertaan modal, dan kerjasama lainnya. Kerjasama harus memenuhi prinsip-prinsip tertentu dan persyaratan yang telah ditetapkan serta melalui proses prakarsa, perenc
Undang-undang ini mengatur tentang pengelolaan keuangan negara dan daerah yang meliputi penerimaan, pengeluaran, pengelolaan kas, piutang, utang, barang milik negara/daerah, akuntansi, dan pertanggungjawaban keuangan negara dan daerah. Undang-undang ini juga mengatur tentang pejabat perbendaharaan negara seperti pengguna anggaran, bendahara umum negara/daerah, dan bendahara penerimaan dan pengeluaran
Peraturan Menteri Keuangan ini mengatur tentang tata cara penyaluran hibah kepada pemerintah daerah. Dokumen utama yang diatur adalah rencana komprehensif, rencana tahunan, rencana alokasi hibah, dan daftar isian pelaksanaan anggaran hibah. Kepala daerah bertanggung jawab atas penetapan dan perhitungan biaya serta penggunaan dana hibah.
Pp08 2007 investasi pemerintahPeraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2007 tentang I...Penataan Ruang
Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang investasi pemerintah, termasuk bentuk dan bidang investasi, sumber dana, pengelolaan investasi oleh Kementerian Keuangan melalui badan investasi pemerintah, serta pembentukan komite dan dewan pengawas.
Dokumen tersebut merupakan peraturan pemerintah tentang investasi pemerintah yang mengatur tentang sumber investasi, bentuk investasi, dan kewenangan pengelolaan investasi pemerintah."
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MOD...iniPurwokerto
Peraturan Daerah ini mengatur penyertaan modal Pemerintah Kabupaten Banyumas pada PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah sebesar Rp. 5,5 miliar pada tahun 2013 dan Rp. 1,5 miliar pada tahun 2014, dengan tujuan meningkatkan kemampuan operasional bank, pendapatan daerah, pertumbuhan ekonomi daerah, dan pelayanan kepada masyarakat.
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MO...iniPurwokerto
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PERUSAHAAN DAERAH BADAN KREDIT KECAMATAN PURWOKERTO SELATAN
Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang hibah daerah, yang mencakup hibah kepada pemerintah daerah dan hibah dari pemerintah daerah. Hibah daerah dapat berupa uang, barang, atau jasa dan sumbernya dapat berasal dari pemerintah pusat, luar negeri, atau pihak lain. Peraturan ini juga mengatur mekanisme perencanaan, penetapan, dan pelaksanaan hibah daerah.
Undang-undang ini mengatur tentang Keuangan Negara. Secara garis besar, undang-undang ini mengatur tentang pengelolaan keuangan negara dan daerah, penyusunan dan penetapan APBN dan APBD, serta kekuasaan yang dimiliki oleh berbagai pihak terkait pengelolaan keuangan negara dan daerah.
Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 mengatur tentang Perbendaharaan Negara. UU ini mengatur tentang pengertian, ruang lingkup, asas umum, pejabat perbendaharaan negara seperti pengguna anggaran, bendahara umum negara/daerah, dan ketentuan lainnya terkait pengelolaan keuangan negara dan daerah.
Undang-undang ini mengatur tentang pengelolaan keuangan negara dan daerah di Indonesia. Keuangan negara dan daerah meliputi penerimaan, pengeluaran, aset, dan kewajiban pemerintah. Undang-undang ini menetapkan bahwa APBN dan APBD harus disetujui oleh parlemen setiap tahunnya, serta mengatur tugas Menteri Keuangan dan pemerintah daerah dalam pengelolaan keuangan negara dan daerah.
Peraturan Pemerintah No. 57 Tahun 2005 tentang Hibah Kepada DaerahPenataan Ruang
Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang hibah kepada daerah, mencakup sumber hibah dari dalam dan luar negeri, pengelolaan, pertanggungjawaban, dan pelaporan hibah. Hibah dimaksudkan untuk mendukung peningkatan pelayanan publik dan pemberdayaan aparatur daerah.
Undang-undang ini mengatur tentang perbendaharaan negara, yang mencakup pengelolaan keuangan negara dan daerah berdasarkan APBN dan APBD. Diatur pula tentang pejabat-pejabat perbendaharaan seperti pengguna anggaran, bendahara umum negara/daerah, serta tugas dan wewenang masing-masing pejabat tersebut dalam pengelolaan keuangan negara dan daerah.
[Ringkasan]
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara mengatur tentang pengelolaan keuangan negara dan daerah. Dokumen ini menjelaskan bahwa APBN merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah pusat yang disetujui DPR, sedangkan APBD adalah rencana keuangan daerah yang disetujui DPRD. Undang-undang ini juga mengatur tentang penyusunan dan penetapan APBN serta kekuasaan dan tugas menteri ke
Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 tentang Dana PerimbanganPenataan Ruang
Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang Dana Perimbangan yang terdiri dari Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus. Dana Bagi Hasil bersumber dari pajak dan sumber daya alam, termasuk Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, serta Pajak Penghasilan tertentu. Peraturan ini mengatur pembagian dan alokasi Dana Bagi Hasil kepada pemerintah pusat dan daerah.
Permendagri 03 2008 kerjasama daerah dengan luar negeriImtihan Imtihan
Peraturan Menteri Dalam Negeri ini mengatur pedoman pelaksanaan kerjasama pemerintah daerah dengan pihak luar negeri. Kerjasama dapat berupa kerjasama provinsi dan kabupaten kembar, kerjasama teknik termasuk bantuan kemanusiaan, kerjasama penyertaan modal, dan kerjasama lainnya. Kerjasama harus memenuhi prinsip-prinsip tertentu dan persyaratan yang telah ditetapkan serta melalui proses prakarsa, perenc
Undang-undang ini mengatur tentang pengelolaan keuangan negara dan daerah yang meliputi penerimaan, pengeluaran, pengelolaan kas, piutang, utang, barang milik negara/daerah, akuntansi, dan pertanggungjawaban keuangan negara dan daerah. Undang-undang ini juga mengatur tentang pejabat perbendaharaan negara seperti pengguna anggaran, bendahara umum negara/daerah, dan bendahara penerimaan dan pengeluaran
Peraturan Menteri Keuangan ini mengatur tentang tata cara penyaluran hibah kepada pemerintah daerah. Dokumen utama yang diatur adalah rencana komprehensif, rencana tahunan, rencana alokasi hibah, dan daftar isian pelaksanaan anggaran hibah. Kepala daerah bertanggung jawab atas penetapan dan perhitungan biaya serta penggunaan dana hibah.
Pp08 2007 investasi pemerintahPeraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2007 tentang I...Penataan Ruang
Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang investasi pemerintah, termasuk bentuk dan bidang investasi, sumber dana, pengelolaan investasi oleh Kementerian Keuangan melalui badan investasi pemerintah, serta pembentukan komite dan dewan pengawas.
Dokumen tersebut merupakan peraturan pemerintah tentang investasi pemerintah yang mengatur tentang sumber investasi, bentuk investasi, dan kewenangan pengelolaan investasi pemerintah."
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MOD...iniPurwokerto
Peraturan Daerah ini mengatur penyertaan modal Pemerintah Kabupaten Banyumas pada PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah sebesar Rp. 5,5 miliar pada tahun 2013 dan Rp. 1,5 miliar pada tahun 2014, dengan tujuan meningkatkan kemampuan operasional bank, pendapatan daerah, pertumbuhan ekonomi daerah, dan pelayanan kepada masyarakat.
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MO...iniPurwokerto
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PERUSAHAAN DAERAH BADAN KREDIT KECAMATAN PURWOKERTO SELATAN
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian penanaman modal, penanaman modal asing, dan penanaman modal dalam negeri. Secara ringkas, penanaman modal adalah investasi dalam suatu proyek bisnis untuk mendapatkan keuntungan, baik oleh investor dalam negeri maupun asing. Penanaman modal asing melibatkan modal dari luar negeri sedangkan penanaman modal dalam negeri menggunakan modal dalam negeri. Kedua jenis penanaman modal diatur
Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan NegaraPenataan Ruang
Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 mengatur tentang Perbendaharaan Negara. UU ini mengatur tentang pengertian, ruang lingkup, asas umum, pejabat perbendaharaan negara seperti pengguna anggaran, bendahara umum negara/daerah, dan ketentuan lainnya terkait pengelolaan keuangan negara dan daerah.
Peraturan Daerah ini mengatur tentang penyertaan modal Pemerintah Kabupaten Bengkulu Tengah kepada Bank Bengkulu untuk mendukung pertumbuhan ekonomi daerah. Nilai penyertaan modal telah mencapai Rp1,1 miliar hingga 2010 dan akan terus disesuaikan dengan kemampuan keuangan daerah. Bupati akan memantau pelaksanaan penyertaan modal tersebut.
Undang-undang ini menetapkan anggaran pendapatan dan belanja negara untuk tahun anggaran 2000, yang terdiri dari pendapatan sebesar Rp152,9 triliun, belanja sebesar Rp197 triliun sehingga terjadi defisit Rp44,1 triliun. Defisit akan ditutup dengan pembiayaan dalam negeri Rp25,4 triliun dan luar negeri bersih Rp18,7 triliun.
BAB I
Dokumen tersebut membahas tentang definisi investasi, jenis investasi, dan daftar istilah yang terkait dengan investasi pemerintah. Investasi dilakukan untuk memanfaatkan surplus anggaran dan memperoleh pendapatan di masa depan. Terdapat dua jenis investasi yaitu investasi dalam sekuritas utang dan investasi dalam saham.
Peraturan Daerah ini mengatur tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan di Kabupaten Klaten. Tujuannya antara lain untuk memberikan pedoman bagi pelaku usaha dalam melaksanakan program tanggung jawab sosial yang meliputi bantuan pendidikan, kesehatan, dan pelestarian lingkungan hidup bagi masyarakat di sekitar wilayah operasinya. Peraturan ini juga mengatur hak dan kewajiban perusahaan dalam melaksanak
Dokumen tersebut membahas tentang pengembangan daya saing daerah kabupaten/kota di Propinsi Jawa Timur berdasarkan potensi daerahnya. Penelitian ini menganalisis kemampuan daya saing daerah dengan menggunakan konsep piramida daya saing dan menghitung skor daya saing berdasarkan bobot variabel yang diperoleh dari Analytical Hierarchy Process. Hasilnya menunjukkan perbedaan kemampuan daya saing antara daerah perk
Dokumen tersebut merangkum konsep dan metode riset kausalitas melalui percobaan. Topik utama mencakup definisi variabel independen, dependen, dan ekstra; validitas dalam percobaan; klasifikasi rancangan percobaan seperti pra-percobaan, percobaan sejati, dan statistik; serta penerapan percobaan di pasar.
This document summarizes a research article from the Journal of Marketing Education that examines the current state of stand-alone marketing ethics courses. The researchers analyzed syllabi from 28 marketing ethics courses at universities around the world. They found a variety of approaches being used, with most courses focusing on normative and descriptive frameworks for ethical decision-making. Common topics included ethics in different marketing functions, sales, corporate decisions, consumers, and international marketing. The courses used cases, readings and videos in addition to textbooks. The article concludes by recommending further development and refinement of marketing curricula to incorporate ethics.
Dokumen tersebut merupakan pedoman Good Corporate Governance untuk perbankan Indonesia yang dikeluarkan oleh Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance pada Januari 2004. Pedoman ini dimaksudkan untuk memastikan terciptanya sistem perbankan yang sehat dengan mengatur lima prinsip utama GCG yaitu keterbukaan, akuntabilitas, tanggung jawab, independensi dan kewajaran serta struktur tata kelola perusahaan untuk bank yang meliputi pemegang saham, dewan
This document discusses various strategies for pricing services, including cost-based pricing, competition-based pricing, and value-based pricing. It notes that services have higher fixed costs and it can be difficult to establish costs for intangibles. The document also covers topics like price discrimination, communicating value to customers, and ethical concerns around pricing strategies.
This document outlines the assessment for a marketing unit at the University of Portsmouth Business School. Students will work in groups to produce a 2,000-word report and 15-minute presentation evaluating the marketing activities of the UK higher education sector. They will recommend ways for Portsmouth Business School to compete for prospective students given public spending cuts. The assessment aims to demonstrate students' abilities to conduct research from various sources, work in a team, describe marketing concepts, and recognize the external environment's importance. Guidelines are provided on report structure and formatting.
Tim penyusun membentuk visi, misi, tujuan, dan sasaran Program Studi Manajemen melalui identifikasi persepsi dari berbagai pihak. Tujuan program studi adalah menciptakan kehidupan akademik yang dinamis dan mutu pendidikan melalui dosen profesional beserta terlaksananya tridharma perguruan tinggi. Penjaminan mutu dilakukan dengan komitmen terhadap kapasitas institusi dan efektivitas pendidikan.
1. BERITA NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
No.754,2012
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 52 TAHUN 2012
TENTANG
PEDOMAN PENGELOLAAN INVESTASI PEMERINTAH DAERAH
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : bahwa untuk melaksanakan Pasal 30 ayat (2) Peraturan Pemerintah
Nomor 1 Tahun 2008 tentang Investasi Pemerintah, perlu menetapkan
Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang Pedoman Pengelolaan Investasi
Pemerintah Daerah;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437);
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang nomor 12 Tahun
2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,
Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 4916);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2008 tentang Investasi
Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4812);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN INVESTASI PEMERINTAH
DAERAH.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
www.djpp.depkumham.go.id
2. 2012,No.754 2
1. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan
perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan
Daerah.
2. Kepala Daerah adalah gubernur bagi daerah provinsi atau bupati
bagi daerah kabupaten atau walikota bagi daerah kota.
3. Investasi Pemerintah daerah adalah penempatan sejumlah dana
dan/atau barang milik daerah oleh pemerintah daerah dalam jangka
panjang untuk investasi pembelian surat berharga dan investasi
langsung, yang mampu mengembalikan nilai pokok ditambah dengan
manfaat ekonomi, sosial, dan/atau manfaat lainnya dalam jangka
waktu tertentu.
4. Surat Berharga adalah saham dan surat utang.
5. Investasi Langsung adalah penyertaan modal dan/atau pemberian
pinjaman oleh pemerintah daerah untuk membiayai kegiatan usaha.
6. Penyertaan modal daerah dalam bentuk uang adalah bentuk
investasi pemerintah daerah pada Badan Usaha dengan mendapat
hak kepemilikan.
7. Penyertaan modal pemerintah daerah atas barang milik daerah
adalah pengalihan kepemilikan barang milik daerah yang semula
merupakan kekayaan yang tidak dipisahkan menjadi kekayaan yang
dipisahkan untuk diperhitungkan sebagai modal/saham daerah pada
badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, atau badan
hukum lainnya yang dimiliki negara.
8. Pemberian pinjaman adalah bentuk Investasi pemerintah daerah
pada badan usaha milik Negara, badan usaha milik daerah, koperasi,
pemerintah, pemerintah daerah lainnya, BLUD milik pemerintah
daerah lainnya dan masyarakat dengan hak memperoleh
pengembalian berupa pokok pinjaman.
9. Peraturan Daerah yang selanjutnya disingkat Perda adalah peraturan
perundang-undangan yang dibentuk oleh DPRD dengan persetujuan
bersama Gubernur/Bupati/Walikota, termasuk Qanun yang berlaku
di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Peraturan Daerah
Provinsi yang berlaku di Provinsi Papua.
10. Pengelola investasi pemerintah daerah selanjutnya disebut pengelola
investasi adalah pejabat pengelola keuangan daerah selaku
bendahara umum daerah.
11. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD
adalah perangkat daerah pada pemerintah daerah;
12. Perencanaan Investasi Pemerintah Daerah adalah usulan rencana
investasi oleh pemerintah daerah setiap tahun untuk pelaksanaan
investasi tahun anggaran berikutnya;
13. Rencana Kegiatan Investasi adalah dokumen perencanaan tahunan
yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang
berisi kegiatan investasi dan anggaran yang diperlukan untuk tahun
anggaran berikutnya;
14. Penasihat investasi adalah tenaga profesional dan independen yang
memberi nasihat kepada pemerintah daerah mengenai pelaksanaan
investasi pemerintah daerah.
www.djpp.depkumham.go.id
3. 3 2012,No.754
15. Divestasi adalah penjualan surat berharga dan/atau kepemilikan
pemerintah daerah baik sebagian atau keseluruhan kepada pihak
lain.
16. Perjanjian investasi adalah kesepakatan tertulis dalam rangka
investasi surat berharga dan investasi langsung antara pemerintah
daerah dengan pemerintah daerah lainnya, badan usaha dan
masyarakat.
17. Badan usaha adalah badan usaha swasta berbentuk Perseroan
Terbatas, Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah dan
Koperasi.
18. Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut perseroan adalah Badan
hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan
perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang
seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang
ditetapkan dalam Peraturan Perundang-Undangan.
BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2
(1) Investasi pemerintah daerah dimaksudkan untuk memperoleh
manfaat ekonomi, sosial, dan/atau manfaat lainnya.
(2) Manfaat ekonomi, sosial, dan/atau manfaat lainnya sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. keuntungan sejumlah tertentu dalam jangka waktu tertentu
berupa deviden, bunga dan pertumbuhan nilai Perusahaan
Daerah yang mendapatkan investasi pemerintah daerah;
b. peningkatan berupa jasa dan keuntungan bagi hasil investasi
sejumlah tertentu dalam jangka waktu tertentu;
c. peningkatan penerimaan daerah dalam jangka waktu tertentu
sebagai akibat langsung dari investasi yang bersangkutan;
d. peningkatan penyerapan tenaga kerja sejumlah tertentu dalam
jangka waktu tertentu sebagai akibat langsung dari investasi yang
bersangkutan; dan/atau
e. peningkatan kesejahteraan masyarakat sebagai akibat dari
investasi pemerintah daerah.
Pasal 3
Investasi pemerintah daerah bertujuan untuk:
a. meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan perekonomian
daerah;
b. meningkatkan pendapatan daerah; dan
c. meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
BAB III
KEWENANGAN DAN TANGGUNG JAWAB
Pasal 4
(1) Kepala daerah memiliki kewenangan dalam pengelolaan investasi
www.djpp.depkumham.go.id
4. 2012,No.754 4
pemerintah daerah.
(2) Kewenangan pengelolaan investasi pemerintah daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi;
a. regulasi;
b. operasional; dan
c. supervisi.
Pasal 5
Pengelolaan investasi pemerintah daerah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (1), sejalan dengan kebijakan pengelolaan investasi secara
nasional.
Pasal 6
Kewenangan dan tanggung jawab regulasi yang dimiliki kepala daerah
sebagaimana yang dimaksud Pasal 4 ayat (2) huruf a, meliputi:
a. menetapkan kebijakan pengelolaan investasi pemerintah daerah;
b. menetapkan kriteria pemenuhan perjanjian dalam pelaksanakan
investasi pemerintah daerah; dan
c. menetapkan tata cara pembayaran kewajiban yang timbul dari
proyek penyediaan investasi pemerintah dalam hal terdapat
penggantian atas hak kekayaan intelektual, pembayaran subsidi, dan
kegagalan pemenuhan perjanjian investasi.
Pasal 7
(1) Kewenangan dan tanggung jawab operasional yang dimiliki kepala
daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf b,
meliputi:
a. meneliti dan menyetujui atau menolak usulan permintaan
investasi dari pemerintah, pemerintah daerah lainnya, badan
usaha dan masyarakat;
b. mengusulkan rencana kebutuhan dana investasi pemerintah
daerah yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah;
c. menempatkan dana dan/atau barang milik daerah dalam rangka
investasi pemerintah daerah sesuai peraturan perundang-
undangan;
d. melakukan perjanjian investasi terkait dengan penempatan dana
dan/atau barang pemerintah daerah;
e. melakukan pengendalian atas resiko terhadap pelaksanaan
investasi pemerintah daerah;
f. mewakili dan melaksanakan kewajiban serta menerima hak
pemerintah daerah yang diatur dalam perjanjian investasi;
g. mengusulkan perubahan perjanjian investasi;
h. melakukan tindakan untuk dan atas nama pemerintah daerah
apabila terjadi sengketa atau perselisihan dalam pelaksanaan
perjanjian investasi;dan
i. melaksanakan investasi dan divestasi pemerintah daerah.
www.djpp.depkumham.go.id
5. 5 2012,No.754
(2) Kewenangan dan tanggungjawab sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), dapat dilimpahkan kepada pengelola investasi.
Pasal 8
(1) Kewenangan dan tanggung jawab supervisi yang dimiliki kepala
daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf c,
meliputi:
a. melakukan monitoring pelaksanaan investasi pemerintah daerah
yang terkait dengan dukungan pemerintah daerah;
b. melakukan evaluasi secara berkesinambungan pelaksanaan
investasi pemerintah daerah dalam jangka waktu tertentu; dan
c. melakukan koordinasi pelaksanaan investasi dengan instansi
terkait khususnya sehubungan dengan investasi langsung.
(2) Kewenangan dan tanggungjawab sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), dapat dilimpahkan kepada SKPD yang membidangi pengawasan.
BAB IV
BENTUK
Pasal 9
Bentuk Investasi pemerintah daerah meliputi
a. investasi surat berharga; dan/atau
b. investasi langsung.
Pasal 10
Investasi surat berharga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf a,
dilakukan dengan cara:
a. pembelian saham; dan/atau
b. pembelian surat utang.
Pasal 11
Investasi langsung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf b
meliputi:
a. penyertaan modal pemerintah daerah; dan/atau
b. pemberian pinjaman
Pasal 12
Investasi pemerintah daerah dilaksanakan dengan berpedoman pada
ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang surat
berharga dan investasi langsung.
BAB V
PENGELOLAAN
Pasal 13
Pengelolaan investasi pemerintah daerah meliputi:
www.djpp.depkumham.go.id
6. 2012,No.754 6
a. perencanaan investasi;
b. pelaksanaan investasi;
c. penganggaran, pelaksanaan anggaran, penatausahaan anggaran
dan pertanggungjawaban investasi pemerintah daerah;
d. divestasi; dan
e. pengawasan.
Pasal 14
Investasi pemerintah daerah dapat dilaksanakan dalam hal:
a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah diperkirakan surplus yang
penggunaannya ditetapkan dalam Peraturan Daerah tentang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;
b. Terdapat barang milik daerah yang tidak digunakan dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang ditetapkan oleh Kepala
Daerah.
Bagian Kesatu
Perencanan
Pasal 15
(1) Pengelola Investasi menyusun perencanaan investasi pemerintah
daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf a dilengkapi
dengan alasan dan pertimbangan.
(2) Perencanaan investasi pemerintah daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dituangkan dalam rencana kegiatan investasi
pemerintah daerah.
(3) Rencana kegiatan investasi pemerintah daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada kepala daerah untuk
mendapat persetujuan.
Pasal 16
(1) Pengelola investasi menyusun analisis investasi pemerintah daerah
sebelum melakukan investasi.
(2) Analisis investasi pemerintah daerah sebagaimana dimaksud ayat (1)
dilakukan oleh penasehat investasi pemerintah daerah.
(3) Penasihat investasi pemerintah daerah sebagaimana dimaksud ayat
(2) ditetapkan oleh Kepala Daerah.
Bagian Kedua
Pelaksanaan
Pasal 17
Investasi surat berharga dengan cara pembelian saham sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10 huruf a, dilaksanakan atas saham yang
diterbitkan perseroan terbatas.
www.djpp.depkumham.go.id
7. 7 2012,No.754
Pasal 18
(1) Investasi surat berharga dengan cara pembelian surat utang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf b, dilaksanakan atas
surat utang yang diterbitkan pemerintah pusat dan/atau pemerintah
daerah lainnya.
(2) Pembelian surat utang hanya dapat dilakukan apabila penerbit surat
utang memberikan opsi pembelian surat utang kembali.
(3) Opsi pembelian surat utang kembali merupakan komitmen penerbit
surat utang untuk melakukan pembelian kembali surat utang
tersebut apabila pemerintah daerah akan menjual surat utang
sebelum jatuh tempo.
Pasal 19
Investasi langsung dalam pemberian pinjaman kepada masyarakat,
penyalurannya dilakukan melalui lembaga keuangan bank atau lembaga
keuangan bukan bank.
Pasal 20
(1) Investasi surat berharga dan investasi langsung sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 dilaksanakan berdasarkan hasil analisis
oleh penasehat investasi untuk mendapatkan nilai wajar.
(2) Pembelian saham sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf a
dilaksanakan berdasarkan hasil analisis penilaian saham, analisis
portofolio dan analisis risiko.
(3) Pembelian surat utang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf
b dilaksanakan berdasarkan hasil analisis penilaian surat utang dan
analisis risiko.
(4) Penyertaan modal dan pemberian pinjaman sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 11 huruf a dan huruf b, dilaksanakan berdasarkan pada
analisis kelayakan, analisis portofolio dan analisis risiko.
Pasal 21
(1) Pelaksanaan investasi pemerintah daerah dilaksanakan oleh
Pengelola Investasi dan dapat dilimpahkan pelaksanaannya kepada
Badan Layanan Umum Daerah .
(2) Pelaksanaan Investasi pemerintah daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dituangkan dalam perjanjian investasi antara pengelola
investasi dengan pihak ketiga.
(3) Pelaksanaan investasi pemerintah daerah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 19 dituangkan dalam perjanjian investasi antara
pengelola investasi dengan lembaga keuangan bank atau lembaga
keuangan bukan bank.
(4) Perjanjian investasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3)
dilaporkan kepada Kepala Daerah.
www.djpp.depkumham.go.id
8. 2012,No.754 8
Pasal 22
(1) Pengelola Investasi menyusun laporan kegiatan investasi pemerintah
daerah.
(2) Laporan kegiatan investasi pemerintah daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. laporan posisi portofolio investasi; dan
b. laporan hasil investasi.
(3) Laporan kegiatan investasi pemerintah daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada kepala daerah.
Bagian Ketiga
Penganggaran, Pelaksanaan Anggaran, Penatausahaan Anggaran Dan
Pertanggungjawaban
Investasi Pemerintah Daerah
Pasal 23
Penganggaran, pelaksanaan anggaran, penatausahaan anggaran dan
pertanggungjawaban investasi pemerintah daerah berpedoman pada
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Bagian Keempat
Divestasi
Pasal 24
(1) Dalam hal investasi pemerintah daerah diperkirakan rugi,
pemerintah daerah melakukan divestasi.
(2) Divestasi pemerintah daerah sebagaimana dimaksud ayat (1)
berdasarkan hasil analisis penasihat investasi.
(3) Divestasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Penjualan surat berharga; dan/atau
b.Penjualan kepemilikan investasi langsung.
Pasal 25
(1) Penjualan surat berharga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24
ayat (3) huruf a, meliputi:
a. penjualan saham; dan/atau
b. penjualan surat utang.
(2) Penjualan kepemilikan investasi langsung sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 24 pada ayat (3) huruf b, berupa kepemilikan atas:
a. penyertaan modal; dan/atau
b. pemberian pinjaman.
www.djpp.depkumham.go.id
9. 9 2012,No.754
Pasal 26
(1) Kepemilikan atas penyertaan modal sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 25 ayat (2) huruf a, berupa modal dan/atau saham.
(2) Kepemilikan atas pemberian pinjaman sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 25 ayat (2) huruf b berupa kepemilikan atas piutang atau hak
tagih.
Pasal 27
(1) Penjualan surat berharga berupa penjualan saham dan/atau surat
utang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1), dilaksanakan
dengan berpedoman pada ketentuan penjualan surat berharga.
(2) Penjualan kepemilikan investasi langsung berupa penjualan
kepemilikan atas penyertaan modal dan/atau penjualan kepemilikan
atas piutang atau hak tagih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25
ayat (2), dilaksanakan dengan berpedoman pada ketentuan
penjualan kepemilikan atas penyertaan modal dan/atau penjualan
kepemilikan atas piutang atau hak tagih.
Pasal 28
Penjualan saham sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1) huruf
a, dapat dilakukan apabila:
a. harga saham naik secara signifikan dan/atau menguntungkan untuk
dilakukan divestasi;
b. terdapat investasi lain yang diproyeksikan lebih menguntungkan;
atau
c. terjadi penurunan harga saham secara signifikan.
Pasal 29
Penjualan surat utang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1)
huruf b, dapat dilakukan apabila:
a. imbal hasil (yield) diperkirakan turun;
b. terdapat investasi lain yang diproyeksikan lebih menguntungkan;
atau
c. terdapat kemungkinan gagal bayar.
Pasal 30
(1) Penjualan kepemilikan atas penyertaan modal sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 25 ayat (2) huruf a, dapat dilaksanakan
setelah dilakukan analisis kelayakan oleh penasihat investasi.
(2) Analisis kelayakan oleh penasihat investasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), dilakukan dalam hal :
a. kegiatan perusahaan tidak menguntungkan; atau
b. tidak sesuai dengan strategi investasi pemerintah daerah.
www.djpp.depkumham.go.id
10. 2012,No.754 10
Pasal 31
(1) Penjualan kepemilikan atas penyertaan modal sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 25 ayat (2) huruf a, dilakukan dengan cara
penjualan hak kepemilikan kepada pihak lain.
(2) Penjualan kepemilikan atas pemberian pinjaman sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 25 ayat (2) huruf b, dilakukan dengan cara
pemindahan piutang atau hak tagih untuk memperoleh hak pokok
pinjaman, bunga dan/atau biaya lainnya kepada pihak lain.
Pasal 32
(1) Hasil divestasi atas seluruh jenis investasi pemerintah daerah
merupakan hasil bersih setelah dikurangi biaya pelaksanaan
divestasi.
(2) Biaya pelaksanaan divestasi berdasarkan prinsip kewajaran,
transparansi, dan akuntabilitas.
(3) Hasil divestasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
penerimaan daerah.
Pasal 33
(1) Pengelola Investasi bertanggungjawab dalam pengelolaan investasi
pemerintah daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf a,
huruf b, huruf c dan huruf d.
(2) Hasil pengelolaan investasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
merupakan pendapatan daerah dan dilaporkan kepada kepala
daerah.
Bagian Kelima
Pengawasan
Pasal 34
(1) SKPD yang membidangi pengawasan, bertanggungjawab dalam
pelaksanaan investasi pemerintah daerah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13 huruf e.
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
pemantauan dan pengendalian.
(3) Hasil pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
dilaporkan kepada kepala daerah.
BAB VI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 35
Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini:
(1) Investasi pemerintah daerah yang telah dilaksanakan sebelum
Peraturan Menteri ini tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan
dengan ketentuan Peraturan Menteri ini.
www.djpp.depkumham.go.id
11. 11 2012,No.754
Diundangkan di Jakarta
Pada tanggal 26 Juli 2012
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
AMIR SYAMSUDIN
*belum dalam bentuk lembaran lepas
(2) Investasi daerah yang tidak sesuai dengan ketentuan Peraturan
Menteri ini, agar menyesuaikan paling lambat 1 (satu) tahun sejak
Peraturan Menteri ini diundangkan.
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 36
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang dapat mengetahuinya memerintahkan pengundangan
Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 20 Juli 2012
MENTERI DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA
GAMAWAN FAUZI
www.djpp.depkumham.go.id