Peraturan Pemerintah No.2 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman dan/atau Penerimaan Hibah serta Penerusan Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri
Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang tata cara pengadaan pinjaman dan hibah luar negeri serta penerusan pinjaman dan hibah, mencakup kewenangan pengadaan pinjaman, sumber dan jenis pinjaman serta hibah, perencanaan pengadaan, dan persyaratan pengajuan usulan kegiatan yang dibiayai melalui pinjaman atau hibah luar negeri.
Pp08 2007 investasi pemerintahPeraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2007 tentang I...Penataan Ruang
Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang investasi pemerintah, termasuk bentuk dan bidang investasi, sumber dana, pengelolaan investasi oleh Kementerian Keuangan melalui badan investasi pemerintah, serta pembentukan komite dan dewan pengawas.
Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/DaerahPenataan Ruang
Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang pengelolaan uang negara dan daerah. Menteri Keuangan bertindak sebagai Bendahara Umum Negara yang mengelola uang negara, sedangkan kepala dinas keuangan bertindak sebagai Bendahara Umum Daerah yang mengelola uang daerah. Uang negara dan daerah disimpan di kas negara/daerah dan rekening bank, serta sumber dan penggunaannya diatur berdasarkan anggaran pendapatan dan belanja neg
Peraturan Pemerintah No.8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja I...Penataan Ruang
Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang pelaporan keuangan dan kinerja instansi pemerintah. Laporan keuangan dan kinerja wajib disusun oleh entitas pelaporan seperti pemerintah pusat, daerah, kementerian/lembaga. Laporan keuangan terdiri dari laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Laporan disusun berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan dan disampaikan dalam bat
Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan NegaraPenataan Ruang
Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 mengatur tentang Perbendaharaan Negara. UU ini mengatur tentang pengertian, ruang lingkup, asas umum, pejabat perbendaharaan negara seperti pengguna anggaran, bendahara umum negara/daerah, dan ketentuan lainnya terkait pengelolaan keuangan negara dan daerah.
Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 tentang Dana PerimbanganPenataan Ruang
Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang Dana Perimbangan yang terdiri dari Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus. Dana Bagi Hasil bersumber dari pajak dan sumber daya alam, termasuk Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, serta Pajak Penghasilan tertentu. Peraturan ini mengatur pembagian dan alokasi Dana Bagi Hasil kepada pemerintah pusat dan daerah.
Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 2008 tentang Investasi PemerintahPenataan Ruang
Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang pengelolaan investasi pemerintah yang dilakukan oleh Menteri Keuangan untuk memperoleh manfaat ekonomi dan sosial. Investasi pemerintah dapat berupa investasi surat berharga maupun investasi langsung seperti penyertaan modal dan pemberian pinjaman yang dilaksanakan oleh badan investasi pemerintah. Sumber dana investasi berasal dari anggaran negara, keuntungan investasi sebelumnya, dan sumber lain
Pp08 2007 investasi pemerintahPeraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2007 tentang I...Penataan Ruang
Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang investasi pemerintah, termasuk bentuk dan bidang investasi, sumber dana, pengelolaan investasi oleh Kementerian Keuangan melalui badan investasi pemerintah, serta pembentukan komite dan dewan pengawas.
Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/DaerahPenataan Ruang
Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang pengelolaan uang negara dan daerah. Menteri Keuangan bertindak sebagai Bendahara Umum Negara yang mengelola uang negara, sedangkan kepala dinas keuangan bertindak sebagai Bendahara Umum Daerah yang mengelola uang daerah. Uang negara dan daerah disimpan di kas negara/daerah dan rekening bank, serta sumber dan penggunaannya diatur berdasarkan anggaran pendapatan dan belanja neg
Peraturan Pemerintah No.8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja I...Penataan Ruang
Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang pelaporan keuangan dan kinerja instansi pemerintah. Laporan keuangan dan kinerja wajib disusun oleh entitas pelaporan seperti pemerintah pusat, daerah, kementerian/lembaga. Laporan keuangan terdiri dari laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Laporan disusun berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan dan disampaikan dalam bat
Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan NegaraPenataan Ruang
Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 mengatur tentang Perbendaharaan Negara. UU ini mengatur tentang pengertian, ruang lingkup, asas umum, pejabat perbendaharaan negara seperti pengguna anggaran, bendahara umum negara/daerah, dan ketentuan lainnya terkait pengelolaan keuangan negara dan daerah.
Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 tentang Dana PerimbanganPenataan Ruang
Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang Dana Perimbangan yang terdiri dari Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus. Dana Bagi Hasil bersumber dari pajak dan sumber daya alam, termasuk Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, serta Pajak Penghasilan tertentu. Peraturan ini mengatur pembagian dan alokasi Dana Bagi Hasil kepada pemerintah pusat dan daerah.
Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 2008 tentang Investasi PemerintahPenataan Ruang
Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang pengelolaan investasi pemerintah yang dilakukan oleh Menteri Keuangan untuk memperoleh manfaat ekonomi dan sosial. Investasi pemerintah dapat berupa investasi surat berharga maupun investasi langsung seperti penyertaan modal dan pemberian pinjaman yang dilaksanakan oleh badan investasi pemerintah. Sumber dana investasi berasal dari anggaran negara, keuntungan investasi sebelumnya, dan sumber lain
Peraturan Pemerintah No. 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja Dan A...Penataan Ruang
Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga. Dokumen ini menjelaskan proses penyusunan RKA-K/L berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah dan Pagu Anggaran Indikatif, serta penggunaan RKA-K/L dalam penyusunan Rancangan APBN.
"[Ringkuman] UU No. 17 Tahun 2003 Ttg Keuangan Negara, UU No. 1 Tahun 2004 Ttg Perbendaharaan Negara, dan UU No. 15 Tahun 2004 Ttg Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara mengatur tentang pengelolaan keuangan negara dan daerah, penyusunan dan pelaksanaan anggaran belanja negara/daerah, serta pengawasan pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara."
Undang-undang No. 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi KhususPenataan Ruang
Undang-Undang ini mengatur tentang pembentukan dan pengaturan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Indonesia untuk mempercepat pembangunan ekonomi di wilayah tertentu yang strategis bagi perekonomian nasional. Dewan Nasional dibentuk untuk mengatur kebijakan KEK pada tingkat nasional, sementara Dewan Kawasan dibentuk di tingkat provinsi untuk membantu pengaturan KEK. KEK dapat dibentuk atas usulan badan usaha, pemer
Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang pengelolaan keuangan daerah, meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah. Ditetapkan pula definisi-definisi terkait pengelolaan keuangan daerah seperti pengertian pemerintah daerah, daerah otonom, keuangan daerah, anggaran pendapatan dan belanja daerah, dan lain-lain.
Peraturan Menteri Keuangan ini mengatur tentang tata cara penyaluran hibah kepada pemerintah daerah. Dokumen utama yang diatur adalah rencana komprehensif, rencana tahunan, rencana alokasi hibah, dan daftar isian pelaksanaan anggaran hibah. Kepala daerah bertanggung jawab atas penetapan dan perhitungan biaya serta penggunaan dana hibah.
Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 mengatur tentang Perbendaharaan Negara. UU ini mengatur tentang pengertian, ruang lingkup, asas umum, pejabat perbendaharaan negara seperti pengguna anggaran, bendahara umum negara/daerah, dan ketentuan lainnya terkait pengelolaan keuangan negara dan daerah.
Peraturan Pemerintah No. 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman DaerahPenataan Ruang
Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang pinjaman daerah. Pinjaman daerah dibagi menjadi 3 jenis berdasarkan jangka waktunya, yaitu pinjaman jangka pendek (kurang dari 1 tahun), pinjaman jangka menengah (lebih dari 1 tahun tapi tidak melebihi masa jabatan kepala daerah), dan pinjaman jangka panjang (lebih dari 1 tahun). Dokumen ini juga mengatur sumber pinjaman,
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian keuangan negara, ruang lingkup keuangan negara, dan pembagian kekuasaan keuangan negara. Terdapat penjelasan mengenai berbagai pihak yang terlibat dalam pengelolaan keuangan negara seperti Presiden, Menteri Keuangan, Kuasa Pengguna Anggaran, Pejabat Pembuat Komitmen, dan Bendahara Umum Negara.
Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Lay...Penataan Ruang
Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum (BLU) untuk memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi dan produktivitas serta penerapan praktek bisnis yang sehat guna meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. BLU harus memenuhi persyaratan substantif, teknis, dan administratif untuk mendapatkan status BLU dan dapat menerapkan Pola Pengelolaan Keu
Dokumen tersebut membahas tentang perkembangan keuangan daerah di Indonesia secara historis mulai dari masa kolonial hingga era reformasi. Beberapa poin penting yang diangkat antara lain konsep desentralisasi, dekonsentrasi, dan ordonasi pada masa Hindia Belanda, perubahan sistem keuangan daerah pada masa kemerdekaan, dan pengaturan keuangan daerah melalui undang-undang baru pada era reformasi seperti UU No. 22 Tahun
Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi PemerintahPenataan Ruang
Peraturan Pemerintah ini menetapkan standar akuntansi pemerintahan untuk penyusunan laporan keuangan pemerintah seperti laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Standar ini terdiri dari 11 Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan dan dapat dilengkapi dengan Interpretasi Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan dan Buletin Teknis.
Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman L...Penataan Ruang
Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang tata cara pengadaan pinjaman luar negeri dan penerimaan hibah oleh Pemerintah Indonesia. Pinjaman luar negeri dan hibah harus memenuhi prinsip transparan, akuntabel, efisien, efektif, kehati-hatian, dan tidak memiliki ikatan politik. Menteri Keuangan berwenang melakukan pinjaman luar negeri dan menerima hibah, yang kemudian dapat diteruskan kepemerintahan
Dokumen tersebut membahas tentang konsep pinjaman daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan terkait. Pinjaman daerah merupakan alternatif sumber pembiayaan bagi pemerintah daerah untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Dokumen ini menjelaskan dasar hukum, prinsip, persyaratan, jenis, prosedur, larangan penjaminan, dan pelaporan pinjaman daer
Peraturan Pemerintah No. 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja Dan A...Penataan Ruang
Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga. Dokumen ini menjelaskan proses penyusunan RKA-K/L berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah dan Pagu Anggaran Indikatif, serta penggunaan RKA-K/L dalam penyusunan Rancangan APBN.
"[Ringkuman] UU No. 17 Tahun 2003 Ttg Keuangan Negara, UU No. 1 Tahun 2004 Ttg Perbendaharaan Negara, dan UU No. 15 Tahun 2004 Ttg Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara mengatur tentang pengelolaan keuangan negara dan daerah, penyusunan dan pelaksanaan anggaran belanja negara/daerah, serta pengawasan pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara."
Undang-undang No. 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi KhususPenataan Ruang
Undang-Undang ini mengatur tentang pembentukan dan pengaturan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Indonesia untuk mempercepat pembangunan ekonomi di wilayah tertentu yang strategis bagi perekonomian nasional. Dewan Nasional dibentuk untuk mengatur kebijakan KEK pada tingkat nasional, sementara Dewan Kawasan dibentuk di tingkat provinsi untuk membantu pengaturan KEK. KEK dapat dibentuk atas usulan badan usaha, pemer
Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang pengelolaan keuangan daerah, meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah. Ditetapkan pula definisi-definisi terkait pengelolaan keuangan daerah seperti pengertian pemerintah daerah, daerah otonom, keuangan daerah, anggaran pendapatan dan belanja daerah, dan lain-lain.
Peraturan Menteri Keuangan ini mengatur tentang tata cara penyaluran hibah kepada pemerintah daerah. Dokumen utama yang diatur adalah rencana komprehensif, rencana tahunan, rencana alokasi hibah, dan daftar isian pelaksanaan anggaran hibah. Kepala daerah bertanggung jawab atas penetapan dan perhitungan biaya serta penggunaan dana hibah.
Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 mengatur tentang Perbendaharaan Negara. UU ini mengatur tentang pengertian, ruang lingkup, asas umum, pejabat perbendaharaan negara seperti pengguna anggaran, bendahara umum negara/daerah, dan ketentuan lainnya terkait pengelolaan keuangan negara dan daerah.
Peraturan Pemerintah No. 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman DaerahPenataan Ruang
Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang pinjaman daerah. Pinjaman daerah dibagi menjadi 3 jenis berdasarkan jangka waktunya, yaitu pinjaman jangka pendek (kurang dari 1 tahun), pinjaman jangka menengah (lebih dari 1 tahun tapi tidak melebihi masa jabatan kepala daerah), dan pinjaman jangka panjang (lebih dari 1 tahun). Dokumen ini juga mengatur sumber pinjaman,
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian keuangan negara, ruang lingkup keuangan negara, dan pembagian kekuasaan keuangan negara. Terdapat penjelasan mengenai berbagai pihak yang terlibat dalam pengelolaan keuangan negara seperti Presiden, Menteri Keuangan, Kuasa Pengguna Anggaran, Pejabat Pembuat Komitmen, dan Bendahara Umum Negara.
Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Lay...Penataan Ruang
Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum (BLU) untuk memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi dan produktivitas serta penerapan praktek bisnis yang sehat guna meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. BLU harus memenuhi persyaratan substantif, teknis, dan administratif untuk mendapatkan status BLU dan dapat menerapkan Pola Pengelolaan Keu
Dokumen tersebut membahas tentang perkembangan keuangan daerah di Indonesia secara historis mulai dari masa kolonial hingga era reformasi. Beberapa poin penting yang diangkat antara lain konsep desentralisasi, dekonsentrasi, dan ordonasi pada masa Hindia Belanda, perubahan sistem keuangan daerah pada masa kemerdekaan, dan pengaturan keuangan daerah melalui undang-undang baru pada era reformasi seperti UU No. 22 Tahun
Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi PemerintahPenataan Ruang
Peraturan Pemerintah ini menetapkan standar akuntansi pemerintahan untuk penyusunan laporan keuangan pemerintah seperti laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Standar ini terdiri dari 11 Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan dan dapat dilengkapi dengan Interpretasi Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan dan Buletin Teknis.
13 masalah pengelolaan keuangan negara dan daeraha
Similar to Peraturan Pemerintah No.2 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman dan/atau Penerimaan Hibah serta Penerusan Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri
Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman L...Penataan Ruang
Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang tata cara pengadaan pinjaman luar negeri dan penerimaan hibah oleh Pemerintah Indonesia. Pinjaman luar negeri dan hibah harus memenuhi prinsip transparan, akuntabel, efisien, efektif, kehati-hatian, dan tidak memiliki ikatan politik. Menteri Keuangan berwenang melakukan pinjaman luar negeri dan menerima hibah, yang kemudian dapat diteruskan kepemerintahan
Dokumen tersebut membahas tentang konsep pinjaman daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan terkait. Pinjaman daerah merupakan alternatif sumber pembiayaan bagi pemerintah daerah untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Dokumen ini menjelaskan dasar hukum, prinsip, persyaratan, jenis, prosedur, larangan penjaminan, dan pelaporan pinjaman daer
Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 mengatur tentang tata cara pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara. Peraturan ini menjelaskan definisi istilah-istilah terkait pengelolaan keuangan negara seperti pengguna anggaran, kuasa pengguna anggaran, bendahara umum negara, dan dokumen-dokumen anggaran. Selain itu, peraturan ini mengatur tentang tanggung jawab dan kewenangan pejabat perbendaharaan negara dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 mengatur tentang tata cara pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara. Peraturan ini menjelaskan definisi istilah-istilah terkait pengelolaan keuangan negara seperti pengguna anggaran, kuasa pengguna anggaran, bendahara umum negara, dan dokumen-dokumen anggaran. Selain itu, peraturan ini mengatur tanggung jawab dan kewenangan pejabat perbendaharaan negara dalam pelaks
Peraturan Pemerintah No. 57 Tahun 2005 tentang Hibah Kepada DaerahPenataan Ruang
Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang hibah kepada daerah, mencakup sumber hibah dari dalam dan luar negeri, pengelolaan, pertanggungjawaban, dan pelaporan hibah. Hibah dimaksudkan untuk mendukung peningkatan pelayanan publik dan pemberdayaan aparatur daerah.
Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang hibah daerah, yang mencakup hibah kepada pemerintah daerah dan hibah dari pemerintah daerah. Hibah daerah dapat berupa uang, barang, atau jasa dan sumbernya dapat berasal dari pemerintah pusat, luar negeri, atau pihak lain. Peraturan ini juga mengatur mekanisme perencanaan, penetapan, dan pelaksanaan hibah daerah.
Dokumen tersebut merupakan peraturan pemerintah tentang investasi pemerintah yang mengatur tentang sumber investasi, bentuk investasi, dan kewenangan pengelolaan investasi pemerintah."
Dokumen tersebut membahas tentang kondisi utang negara Indonesia pada tahun 2011 yang mencapai Rp1,8 triliun dan sumber-sumber pembiayaannya seperti ekspor, utang, bantuan luar negeri, dan investasi asing. Dokumen tersebut juga membahas mengenai masalah dan solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi utang luar negeri Indonesia.
Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang tata cara pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara. Beberapa poin penting yang diatur antara lain penjelasan mengenai pengertian istilah-istilah yang digunakan dalam pengelolaan keuangan negara seperti pengertian anggaran pendapatan dan belanja negara, pendapatan negara, belanja negara, dan pengertian pejabat-pejabat terkait seperti pengguna anggaran, kuasa pengg
Peraturan Menteri Keuangan ini mengatur tentang perjalanan dinas luar negeri bagi pejabat negara, pegawai negeri, dan pegawai tidak tetap. Peraturan ini mengatur tentang definisi istilah, ketentuan umum perjalanan dinas, jenis perjalanan dinas yaitu perjalanan dinas jabatan dan pindah, serta ketentuan perjalanan dinas jabatan seperti izin dan surat tugas yang dibutuhkan.
Dokumen tersebut mengatur tentang tata cara perencanaan dana transfer khusus untuk pemerintah pusat dan daerah, mencakup penyusunan arah kebijakan, pengusulan kegiatan, penganggaran, pelaporan, dan evaluasi pelaksanaan dana transfer khusus.
13 pengaruh modal asing dan hutang luar negeri.pptxemi halimi
pengaruh modal asing dan hutang luar negeri
Similar to Peraturan Pemerintah No.2 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman dan/atau Penerimaan Hibah serta Penerusan Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri (20)
Pelimpahan Kewenangan Pemberian Persetujuan Substansi dalam Penetapan Rancang...Penataan Ruang
Peraturan Menteri ini mengatur tentang pelimpahan kewenangan Menteri Pekerjaan Umum kepada gubernur dalam pemberian persetujuan substansi rancangan perda tentang rencana rinci tata ruang kabupaten/kota. Pelimpahan kewenangan ini dilakukan setelah provinsi memenuhi kriteria seperti telah memiliki perda RTRW provinsi dan kabupaten/kota, memiliki unit organisasi penataan ruang, dan memiliki sumber daya manusia yang komp
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Penataan Ruang
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No : 20/PRT/M/2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota - Lampiran XII - Sistematika Penyajian Album Peta
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Penataan Ruang
Dokumen tersebut merangkum proses penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) kabupaten/kota yang meliputi persiapan, pengumpulan data, pengolahan data dan analisis, perumusan konsepsi, dan penyusunan naskah akademis serta peraturan daerah. Proses tersebut melibatkan berbagai pihak dan dilaksanakan selama kurang lebih 12 bulan.
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Penataan Ruang
Dokumen ini menjelaskan sistematika penyajian laporan akhir Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi (RDTR dan PZ). Untuk RDTR terdiri dari 8 bab yang membahas tujuan penataan, rencana pola ruang, jaringan prasarana, prioritas penanganan, ketentuan pemanfaatan ruang, dan peraturan zonasi. Sedangkan untuk PZ terdiri dari 5 bab yang membahas ketentuan umum, text zonasi, peta zonasi, dan perubahan peratur
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Penataan Ruang
Dokumen tersebut membahas tentang keterkaitan substansi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota dan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) yang mencakup tujuan, struktur ruang, dan jaringan prasarana seperti transportasi, energi, telekomunikasi, air minum, dan sumber daya air."
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Penataan Ruang
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No : 20/PRT/M/2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota - Lampiran VIII - Rincian Perumusan Substansi RDTR dan Peraturan Zonasi
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Penataan Ruang
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No : 20/PRT/M/2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota - Lampiran VII - Rincian Analisis dalam Penyusunan RDTR dan Peraturan Zonasi
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Penataan Ruang
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No : 20/PRT/M/2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota - Lampiran VI - Contoh Perhitungan Untuk Menentukan Tata Bangunan
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Penataan Ruang
Dokumen tersebut menjelaskan cara menghitung intensitas pemanfaatan ruang dengan menentukan Koefisien Dasar Bangunan (KDB) dan tinggi bangunan. KDB dihitung berdasarkan luas bangunan dan luas lahan, sedangkan tinggi bangunan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti jalur penerbangan, kebakaran, ekonomi, pencahayaan, dan gempa. Dokumen ini memberikan contoh perhitungan KDB dan menjelaskan berbagai pert
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Penataan Ruang
Dokumen tersebut berisi contoh teks zonasi untuk zona perumahan dengan subzona kepadatan sangat tinggi. Teks zonasi ini mengatur ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan, intensitas pemanfaatan ruang, tata bangunan, prasarana dan sarana minimum, pelaksanaan, perubahan peraturan zonasi, dan ketentuan khusus untuk wilayah rawan bencana gempa.
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Penataan Ruang
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No : 20/PRT/M/2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota - Lampiran IV-A - Contoh Matriks Penulisan Ketentuan Kegiatan dan Pemanfaatan Ruang Zonasi
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Penataan Ruang
Dokumen ini menampilkan ilustrasi peta rencana jaringan prasarana di BWP yang terdiri dari 6 lampiran yang menunjukkan skema jaringan prasarana dasar wilayah perkotaan.
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Penataan Ruang
Dokumen tersebut membahas kriteria pengklasifikasian zona dan subzona kawasan lindung serta kawasan budi daya. Terdapat empat kriteria utama pengklasifikasian yaitu definisi, tujuan penetapan, kriteria kinerja, dan kriteria perencanaan untuk masing-masing zona.
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/KotaPenataan Ruang
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No : 20/PRT/M/2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota - Batang Tubuh RDTR
Permen PU Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruan...Penataan Ruang
Pedoman ini mengatur penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka non hijau (RTNH) di kawasan perkotaan. Dokumen ini menjelaskan definisi, fungsi, manfaat, tipologi, standar luas penyediaan, dan pengaturan material RTNH pada berbagai skala lingkungan perkotaan. Pedoman ini bertujuan menjamin ketersediaan dan keberlanjutan RTNH bagi kepentingan masyarakat perkotaan.
Permen PU Nomor 4 Tahun 2009 tentang Sistem Manajemen Mutu (SMM) Departemen P...Penataan Ruang
Peraturan ini mengatur tentang Sistem Manajemen Mutu (SMM) di Departemen Pekerjaan Umum. SMM bertujuan untuk menjamin kualitas pelaksanaan proyek infrastruktur dengan prinsip efisiensi dan efektivitas serta peningkatan kualitas berkelanjutan. Peraturan ini menjelaskan tentang ruang lingkup, pengelolaan, tugas dan tanggung jawab terkait penerapan SMM di seluruh unit kerja Departemen Pekerjaan Um
Permen PU Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pedoman Rekayasa Sosial Pembangunan Bend...Penataan Ruang
(1) Peraturan Menteri ini menetapkan pedoman rekayasa sosial pembangunan bendungan untuk mengakomodasi kebutuhan masyarakat dan mengurangi permasalahan sosial selama proses pembangunan bendungan.
(2) Pedoman ini memberikan panduan bagi pelaksana untuk memahami dan menangani masalah sosial yang muncul selama prakonstruksi, konstruksi, dan pasca konstruksi bendungan.
(3) Peraturan ini mulai berlaku se
Permen PU Nomor 5 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Pembangunan Pos Duga A...Penataan Ruang
Pedoman ini mengatur tata cara pembangunan pos duga air tipe konsol di sungai atau saluran terbuka dengan menetapkan ketentuan lokasi, persyaratan teknis, dan tahapan pembangunan. Tujuannya adalah untuk mendapatkan data muka air yang berkualitas guna perencanaan sumber daya air.
Permen PU Nomor 5 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Pembangunan Pos Duga A...
Peraturan Pemerintah No.2 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman dan/atau Penerimaan Hibah serta Penerusan Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri
1. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 2 TAHUN 2006
TENTANG
TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN DAN/ATAU PENERIMAAN HIBAH
SERTA PENERUSAN PINJAMAN DAN/ATAU HIBAH LUAR NEGERI
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 38 ayat (4)
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara perlu menetapkan Peraturan
Pemerintah tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman
dan/atau Penerimaan Hibah serta Penerusan Pinjaman
dan/atau Hibah Luar Negeri;
Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor 47 dan Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 5 dan Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 104 dan Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4421);
5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126
dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4438);
MEMUTUSKAN: . . .
2. - 2 -
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA
PENGADAAN PINJAMAN DAN/ATAU PENERIMAAN
HIBAH SERTA PENERUSAN PINJAMAN DAN/ATAU
HIBAH LUAR NEGERI.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:
1. Pemerintah Pusat, yang selanjutnya disebut Pemerintah,
adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang
kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau
Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah.
3. Kementerian Negara/Lembaga adalah kementerian
negara/lembaga pemerintah non kementerian
negara/lembaga negara.
4. Pinjaman Luar Negeri adalah setiap penerimaan negara
baik dalam bentuk devisa dan/atau devisa yang
dirupiahkan, rupiah, maupun dalam bentuk barang
dan/atau jasa yang diperoleh dari pemberi pinjaman luar
negeri yang harus dibayar kembali dengan persyaratan
tertentu.
5. Badan Usaha Milik Negara, selanjutnya disingkat BUMN
adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar
modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara
langsung yang berasal dari kekayaan negara yang
dipisahkan.
6. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, selanjutnya
disebut APBN, adalah rencana keuangan tahunan
pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan
Perwakilan Rakyat.
7. Hibah . . .
3. - 3 -
7. Hibah Luar Negeri adalah setiap penerimaan negara baik
dalam bentuk devisa dan/atau devisa yang dirupiahkan,
rupiah, maupun dalam bentuk barang dan/atau jasa
yang diperoleh dari pemberi hibah luar negeri yang tidak
perlu dibayar kembali.
8. Pemberi Pinjaman Luar Negeri, yang selanjutnya
disingkat PPLN, adalah pemerintah suatu negara asing,
lembaga multilateral, lembaga keuangan dan lembaga
non keuangan asing, serta lembaga keuangan non asing,
yang berdomisili dan melakukan kegiatan usaha di luar
wilayah negara Republik Indonesia, yang memberikan
pinjaman kepada Pemerintah.
9. Pemberi Hibah Luar Negeri, yang selanjutnya disingkat
PHLN, adalah pemerintah suatu negara asing, lembaga
multilateral, lembaga keuangan dan lembaga non
keuangan asing, serta lembaga keuangan non asing,
yang berdomisili dan melakukan kegiatan usaha di luar
wilayah negara Republik Indonesia, yang memberikan
hibah kepada Pemerintah.
10. Naskah Perjanjian Pinjaman Luar Negeri, yang selanjutnya
disingkat NPPLN, adalah naskah perjanjian atau naskah
lain yang disamakan yang memuat kesepakatan mengenai
Pinjaman Luar Negeri antara Pemerintah dengan Pemberi
Pinjaman Luar Negeri.
11. Naskah Perjanjian Hibah Luar Negeri, yang selanjutnya
disingkat NPHLN, adalah naskah perjanjian atau naskah
lain yang disamakan yang memuat kesepakatan mengenai
Hibah Luar Negeri antara Pemerintah dengan Pemberi
Hibah Luar Negeri.
12. Rencana Pembangunan Jangka Menengah, yang
selanjutnya disingkat RPJM, adalah dokumen
perencanaan pembangunan nasional untuk periode 5
(lima) tahun.
13. Daftar Rencana Prioritas Pinjaman dan/atau Hibah Luar
Negeri, yang selanjutnya disingkat DRPPHLN, adalah
daftar rencana kegiatan pembangunan prioritas yang
layak dibiayai dari pinjaman dan/atau hibah luar negeri.
14. Pinjaman Bilateral adalah pinjaman luar negeri yang
berasal dari pemerintah suatu negara melalui suatu
lembaga keuangan dan/atau lembaga non keuangan yang
ditunjuk oleh pemerintah negara yang bersangkutan
untuk melaksanakan pemberian pinjaman.
15. Pinjaman . . .
4. - 4 -
15. Pinjaman Multilateral adalah pinjaman luar negeri yang
berasal dari lembaga multilateral.
16. Pinjaman Lunak adalah pinjaman yang masuk dalam
kategori Official Development Assistance (ODA) Loan atau
Concessional Loan, yang berasal dari suatu negara atau
lembaga multilateral, yang ditujukan untuk
pembangunan ekonomi atau untuk peningkatan
kesejahteraan sosial bagi negara penerima dan memiliki
komponen hibah (grant element) sekurang-kurangnya
35% (tigapuluh lima per seratus).
17. Fasilitas Kredit Ekspor, yang selanjutnya disingkat FKE,
adalah pinjaman komersial yang diberikan oleh lembaga
keuangan atau lembaga non keuangan di negara
pengekspor yang dijamin oleh lembaga penjamin kredit
ekspor.
18. Pinjaman Komersial adalah pinjaman luar negeri
Pemerintah yang diperoleh dengan persyaratan yang
berlaku di pasar dan tanpa adanya penjaminan dari
lembaga penjamin kredit ekspor.
19. Pinjaman Campuran adalah kombinasi antara dua unsur
atau lebih yang terdiri dari hibah, pinjaman lunak,
fasilitas kredit ekspor, dan pinjaman komersial.
20. Pinjaman program (program loan) adalah pinjaman luar
negeri dalam valuta asing yang dapat dirupiahkan dan
digunakan untuk pembiayaan APBN;
21. Pinjaman proyek (project loan) adalah pinjaman luar
negeri yang digunakan untuk membiayai kegiatan
pembangunan tertentu;
22. Naskah Perjanjian Penerusan Pinjaman yang selanjutnya
disingkat NPPP adalah naskah perjanjian untuk
penerusan pinjaman dan/atau hibah luar negeri antara
Pemerintah dengan Penerima Penerusan Pinjaman.
23. Penerima Penerusan Pinjaman yang selanjutnya disebut
PPP adalah Pemerintah Daerah atau BUMN.
24. Naskah Perjanjian Hibah, selanjutnya disingkat NPH
adalah naskah perjanjian penerushibahan pinjaman
dan/atau hibah luar negeri antara Pemerintah dengan
Pemerintah Daerah.
25. Kerangka Acuan Kerja adalah uraian tentang latar
belakang, tujuan, ruang lingkup, masukan yang
dibutuhkan dan hasil yang diharapkan dari suatu
kegiatan.
26. Dokumen . . .
5. - 5 -
26. Dokumen studi kelayakan kegiatan adalah hasil
penelitian yang dibuat oleh tenaga ahli Kementerian
Negara/Lembaga/Pemerintah Daerah/BUMN, maupun
tenaga ahli yang dikontrak oleh Kementerian
Negara/Lembaga/Pemerintah Daerah/BUMN yang
bersangkutan, yang memberi gambaran secara lengkap
tentang layak tidaknya suatu kegiatan berdasarkan
aspek-aspek yang dianggap perlu, sebagai dasar untuk
pengambilan keputusan dilaksanakannya suatu kegiatan
yang bersangkutan.
27. Peta kapasitas fiskal adalah gambaran kemampuan fiskal
Daerah yang dicerminkan melalui Penerimaan Umum
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (tidak
termasuk Dana Alokasi Khusus, Dana Darurat, dana
pinjaman lama, dan penerimaan lain yang
penggunaannya dibatasi untuk membiayai pengeluaran
tertentu) dikurangi belanja pegawai.
28. Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan
oleh satu atau lebih unit kerja pada Satuan Kerja
Perangkat Daerah sebagai bagian dari pencapaian
sasaran terukur pada suatu program dan terdiri atas
sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya, berupa
personal (sumber daya manusia), barang modal termasuk
peralatan dan teknologi, dana, atau kombinasi dari
beberapa atau semua jenis sumber daya tersebut sebagai
masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output)
dalam bentuk barang/jasa.
29. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala
Bappenas, yang selanjutnya disebut Menteri
Perencanaan, adalah menteri yang bertanggung jawab di
bidang perencanaan pembangunan nasional.
30. Menteri adalah menteri yang bertanggung jawab di bidang
pengelolaan keuangan negara.
BAB II
KEWENANGAN
Pasal 2
(1) Pemerintah berwenang melakukan pinjaman luar negeri.
(2) Kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan oleh Menteri.
Pasal 3 . . .
6. - 6 -
Pasal 3
Kementerian Negara/Lembaga/Pemerintah Daerah dilarang
melakukan perikatan dalam bentuk apapun yang dapat
menimbulkan kewajiban untuk melakukan pinjaman luar
negeri.
BAB III
SUMBER, JENIS DAN PERSYARATAN PINJAMAN
DAN/ATAU HIBAH LUAR NEGERI
Pasal 4
Pemerintah dapat menerima pinjaman dan/atau Hibah Luar
Negeri yang bersumber dari:
1. Negara asing;
2. Lembaga Multilateral;
3. Lembaga keuangan dan lembaga non keuangan asing; dan
4. Lembaga keuangan non asing
yang berdomisili dan melakukan kegiatan usaha di luar
wilayah negara Republik Indonesia.
Pasal 5
Pinjaman luar negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
terdiri atas:
1. Pinjaman Lunak;
2. Fasilitas Kredit Ekspor;
3. Pinjaman Komersial; dan
4. Pinjaman Campuran.
BAB IV
PERENCANAAN DAN PENGADAAN PINJAMAN
DAN/ATAU HIBAH LUAR NEGERI
Pasal 6
(1) Dalam rangka perencanaan Pinjaman dan/atau Hibah
Luar Negeri Presiden menetapkan Rencana Kebutuhan
Pinjaman Luar Negeri selama 5 (lima) tahun, berdasarkan
usulan Menteri dan Menteri Perencanaan yang disusun
sesuai dengan prioritas bidang pembangunan yang dapat
dibiayai dengan pinjaman luar negeri.
(2) Penyusunan . . .
7. - 7 -
(2) Penyusunan Rencana Kebutuhan Pinjaman Luar Negeri
dan prioritas bidang pembangunan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dilakukan berdasarkan RPJM.
(3) Dalam menyusun Rencana Kebutuhan Pinjaman Luar
Negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Presiden
dapat meminta pertimbangan Gubernur Bank Indonesia.
Pasal 7
(1) Kementerian Negara/Lembaga mengajukan usulan
kegiatan prioritas yang dibiayai dengan pinjaman
dan/atau hibah luar negeri kepada Menteri Perencanaan.
(2) Usulan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
termasuk kegiatan yang pembiayaannya akan
diterushibahkan kepada Pemerintah Daerah atau sebagai
penyertaan modal negara kepada BUMN.
(3) Pemerintah Daerah mengajukan usulan kegiatan
investasi untuk mendapatkan penerusan pinjaman luar
negeri dari Pemerintah kepada Menteri Perencanaan.
(4) BUMN mengajukan usulan kegiatan investasi, untuk
mendapatkan penerusan pinjaman luar negeri dari
Pemerintah, kepada Menteri Perencanaan dengan
persetujuan menteri yang bertanggung jawab dibidang
pembinaan BUMN.
Pasal 8
(1) Usulan kegiatan Kementerian Negara/Lembaga
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) sekurang-
kurangnya dilampiri:
a. kerangka acuan kerja; dan
b. dokumen studi kelayakan kegiatan.
(2) Usulan kegiatan Pemerintah Daerah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) sekurang-kurangnya
dilampiri:
a. kerangka acuan kerja;
b. dokumen studi kelayakan kegiatan; dan
c. surat persetujuan dari DPRD.
(3) Usulan kegiatan BUMN sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (4) sekurang-kurangnya dilampiri:
a. kerangka acuan kerja; dan
b. dokumen studi kelayakan kegiatan.
Pasal 9 . . .
8. - 8 -
Pasal 9
(1) Menteri Perencanaan melakukan penilaian atas usulan
kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1),
ayat (3), dan ayat (4).
(2) Dalam melakukan penilaian sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Menteri Perencanaan memperhatikan Rencana
Kebutuhan Pinjaman Luar Negeri dan prioritas bidang
pembangunan yang dapat dibiayai dengan pinjaman luar
negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6.
(3) Hasil penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dituangkan dalam DRPPHLN.
(4) Atas dasar DRPPHLN sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) dan rencana pinjaman calon PPLN/PHLN, Menteri
Perencanaan menyampaikan Daftar Kegiatan yang dapat
dibiayai pinjaman/hibah luar negeri kepada Menteri.
Pasal 10
Ketentuan lebih lanjut mengenai tatacara perencanaan dan
pengajuan usulan kegiatan dan penilaian sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7, Pasal 8, dan Pasal 9 diatur dengan
Peraturan Menteri Perencanaan.
Pasal 11
(1) Dengan mempertimbangkan kebutuhan riil pembiayaan
luar negeri, kemampuan membayar kembali, batas
maksimum kumulatif pinjaman, dan kemampuan
penyerapan pinjaman, serta resiko pinjaman
bersangkutan, Menteri menetapkan alokasi pinjaman
Pemerintah menurut sumber dan persyaratannya.
(2) Menteri Keuangan mengajukan usulan pinjaman/hibah
kepada calon PPLN/PHLN dengan mengacu pada
DRPPHLN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dan
alokasi pinjaman Pemerintah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1).
(3) Berdasarkan komitmen pemberian pinjaman dan/atau
hibah luar negeri dari calon PPLN/PHLN, Kementerian
Negara/Lembaga/Pemerintah Daerah/BUMN
mempersiapkan pelaksanaan kegiatan yang akan dibiayai
dengan pinjaman dan/atau hibah luar negeri untuk
memenuhi kriteria kesiapan kegiatan.
Pasal 12 . . .
9. - 9 -
Pasal 12
(1) Pengadaan Pinjaman Pemerintah melalui fasilitas kredit
ekspor atau pinjaman komersial dilaksanakan
sebagaimana diatur dalam Pasal 8 ayat (1) dan Pasal 9.
(2) Pengadaan barang/jasa yang dibiayai melalui fasilitas
kredit ekspor atau pinjaman komersial dilaksanakan
setelah alokasi pinjaman pemerintah ditetapkan oleh
Menteri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1).
(3) Dalam hal pengadaan barang/jasa sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dibiayai dengan pinjaman
komersial yang tidak dijamin oleh lembaga penjamin
kredit ekspor, maka pengadaan tersebut dilaksanakan
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Penyedia barang harus mengajukan bank komersial
terkemuka bertaraf internasional sebagai calon PPLN;
dan
b. Pengadaan barang dilakukan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 13
Untuk pinjaman program, Menteri dapat mengajukan usulan
pinjaman luar negeri kepada calon PPLN selain yang
tercantum dalam DRPPHLN.
Pasal 14
(1) Perundingan dengan calon PPLN/PHLN baru dapat
dilakukan setelah kriteria kesiapan kegiatan dipenuhi.
(2) Perundingan NPPLN/NPHLN dengan calon PPLN/PHLN
dilaksanakan oleh Menteri Keuangan atau pejabat yang
diberi kuasa dengan melibatkan unsur-unsur
Departemen Keuangan, Kementerian Perencanaan,
Departemen Luar Negeri dan instansi terkait lainnya
dengan didampingi oleh ahli hukum.
(3) Perundingan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sekurang-kurangnya mencakup aspek keuangan dan
hukum.
(4) Hasil perundingan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan (2) dilaporkan kepada Menteri untuk mendapatkan
persetujuan dan dituangkan dalam NPPHLN.
Pasal 15 . .
10. - 10 -
Pasal 15
(1) NPPLN/NPHLN ditandatangani oleh Menteri atau pejabat
yang diberi kuasa oleh Menteri.
(2) NPPLN/NPHLN sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sekurang-kurangnya memuat :
a. jumlah;
b. peruntukan; dan
c. persyaratan pinjaman dan/atau hibah.
(3) Salinan NPPLN/NPHLN disampaikan oleh Departemen
Keuangan kepada Badan Pemeriksa Keuangan dan
instansi terkait lainnya.
Pasal 16
NPPLN/NPHLN/perjanjian internasional di bidang keuangan
lainnya yang dibuat oleh Menteri berlaku sejak
ditandatangani, kecuali ditentukan lain dalam
naskah/dokumen yang bersangkutan.
BAB V
PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN
PINJAMAN DAN/ATAU HIBAH LUAR NEGERI
Pasal 17
(1) Menteri melaksanakan penatausahaan atas pinjaman
dan/atau hibah luar negeri;
(2) Penatausahaan pinjaman dan/atau hibah luar negeri
mencakup kegiatan:
a. Administrasi pengelolaan pinjaman dan/atau hibah
luar negeri; dan
b. Akuntansi pengelolaan pinjaman dan/atau hibah luar
negeri.
(3) Jumlah atau bagian dari jumlah pinjaman dan/atau
hibah luar negeri yang dimuat dalam NPPLN dituangkan
dalam dokumen satuan anggaran, untuk selanjutnya
dituangkan dalam dokumen pelaksanaan anggaran.
(4) Dalam hal APBN telah ditetapkan, jumlah atau bagian
dari jumlah pinjaman dan/atau hibah luar negeri
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditampung dalam
APBN-Perubahan.
(5) Penarikan . . .
11. - 11 -
(5) Penarikan pinjaman dan/atau hibah luar negeri harus
tercatat dalam realisasi APBN.
Pasal 18
(1) Kementerian Negara/Lembaga wajib memprioritaskan
penyediaan dana pendamping/porsi rupiah lainnya yang
dipersyaratkan dalam NPPLN/NPHLN dalam dokumen
satuan anggaran dan dokumen pelaksanaan anggaraan
dalam tahun anggaran berkenaan.
(2) Dana pinjaman dan/atau hibah luar negeri yang belum
selesai digunakan ditampung dalam dokumen anggaran
tahun berikutnya.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penganggaran dan tata
cara penarikan pinjaman dan/atau hibah luar negeri
diatur dengan Peraturan Menteri.
Pasal 19
(1) Menteri/Pimpinan Lembaga/Kepala Daerah/Pimpinan
BUMN pelaksana kegiatan yang dibiayai dengan pinjaman
dan/atau hibah luar negeri dapat mengajukan usulan
perubahan NPPLN/NPHLN kepada Menteri.
(2) Menteri Keuangan mengajukan usulan perubahan
NPPLN/NPHLN sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
kepada PPHLN setelah melakukan koordinasi dengan
Menteri Perencanaan.
BAB VI
TATA CARA PENERUSAN PINJAMAN
DAN/ATAU HIBAH LUAR NEGERI
Pasal 20
(1) Menteri menetapkan pinjaman dan/atau hibah luar
negeri Pemerintah yang akan diteruspinjamkan atau
diterushibahkan kepada Pemerintah Daerah dan
diteruspinjamkan atau dijadikan penyertaan modal
kepada BUMN.
(2) Penetapan Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sebelum dilakukan negosiasi dengan
PPLN/PHLN.
(3) Dalam . . .
12. - 12 -
(3) Dalam menentukan penerusan pinjaman kepada Daerah
dalam bentuk pinjaman atau hibah, Menteri
memperhatikan kemampuan membayar kembali daerah
dan kapasitas fiskal daerah serta pertimbangan dari
Menteri Dalam Negeri.
(4) Menteri menetapkan peta kapasitas fiskal daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (3).
(5) Menteri menetapkan persyaratan penerusan pinjaman
dan/atau penerusan hibah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1).
Pasal 21
(1) Pinjaman dan/atau hibah luar negeri Pemerintah yang
diteruspinjamkan dituangkan dalam NPPP.
(2) Pinjaman dan/atau hibah luar negeri Pemerintah yang
diterushibahkan kepada Pemerintah Daerah dituangkan
dalam NPH.
(3) NPPP dan NPH sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) sekurang-kurangnya memuat :
a. jumlah;
b. peruntukan; dan
c. persyaratan pinjaman dan/atau hibah.
(4) NPPP dan NPH sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) ditandatangani oleh Menteri atau pejabat yang
diberi kuasa oleh Menteri dengan Kepala
Daerah/Pimpinan BUMN.
(5) NPPP dan NPH ditandatangani selambat-lambatnya 2
(dua) bulan setelah NPPLN/NPHLN ditandatangani.
(6) Salinan NPPP dan NPH sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) disampaikan oleh Departemen Keuangan kepada
Badan Pemeriksa Keuangan dan instansi terkait lainnya.
Pasal 22
(1) Pinjaman dan/atau hibah luar negeri Pemerintah yang
dijadikan penyertaan modal negara pada BUMN
dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
(2) Jumlah . . .
13. - 13 -
(2) Jumlah atau bagian dari jumlah pinjaman dan/atau
hibah luar negeri yang dimuat dalam NPPP dan NPH
dituangkan dalam dokumen pelaksanaan anggaran
Pemerintah Daerah atau BUMN.
(3) Pemerintah Daerah atau BUMN wajib melakukan
pembayaran kembali atas penerusan pinjaman sesuai
dengan ketentuan yang diatur dalam NPPP.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai penerusan pinjaman
dan/atau hibah luar negeri diatur dengan Peraturan
Menteri.
BAB VII
PELAPORAN, MONITORING, EVALUASI,
DAN PENGAWASAN
Pasal 23
Kementerian Negara/Lembaga pelaksana kegiatan
menyampaikan laporan kepada Menteri dan Menteri
Perencanaan secara triwulanan mengenai proses pengadaan
barang/jasa, realisasi penyerapan pinjaman, dan kemajuan
fisik kegiatan.
Pasal 24
(1) Menteri, Menteri Perencanaan dan Menteri pada
Kementerian Negara/Pimpinan Lembaga pelaksana
kegiatan melakukan monitoring dan evaluasi triwulanan.
(2) Menteri Perencanaan mengeluarkan Laporan Kinerja
Pelaksanaan Kegiatan yang dibiayai pinjaman dan/atau
hibah luar negeri secara triwulanan yang memuat
perkembangan pelaksanaan kegiatan dan langkah tindak
lanjut yang diperlukan untuk penyelesaian masalah yang
dihadapi.
(3) Menteri setelah berkoordinasi dengan Gubernur Bank
Indonesia mengeluarkan Laporan Realisasi Penyerapan
pinjaman dan/atau hibah luar negeri secara triwulanan
atas pelaksanaan kegiatan yang dibiayai dari
pinjaman/hibah luar negeri.
Pasal 25 . . .
14. - 14 -
Pasal 25
(1) Menteri dan Menteri Perencanaan mengambil langkah
penyelesaian pelaksanaan kegiatan yang lambat atau
penyerapan pinjaman yang rendah, termasuk melakukan
pembatalan pinjaman.
(2) Instansi pengawas internal dan eksternal melakukan
pengawasan terhadap pelaksanaan/penggunaan
pinjaman dan/atau hibah luar negeri sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
(3) Hasil pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilaporkan kepada instansi terkait sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
BAB VIII
PEMBAYARAN PINJAMAN
Pasal 26
(1) Menteri melaksanakan pembayaran pokok, bunga, dan
biaya lainnya pada saat jatuh tempo sesuai dengan
ketentuan dalam NPPLN.
(2) Pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan oleh Bank Indonesia berdasarkan
permintaan Menteri.
(3) Dana yang dipergunakan untuk membayar pokok, bunga,
dan biaya lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disediakan dalam APBN setiap tahun sampai dengan
berakhirnya kewajiban pembayaran kepada PPLN.
(4) Dalam hal pembayaran pokok, bunga, dan biaya lainnya
melebihi perkiraan dana yang disediakan dalam APBN
sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Departemen
Keuangan melakukan pembayaran dan menyampaikan
realisasi pembayaran dimaksud kepada Dewan
Perwakilan Rakyat dalam pembahasan perubahan APBN
tahun yang bersangkutan.
BAB IX
TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS
Pasal 27
(1) Menteri menyelenggarakan publikasi informasi mengenai
pinjaman dan/atau hibah luar negeri.
(2) Publikasi . . .
15. - 15 -
(2) Publikasi informasi mengenai pinjaman dan/atau hibah
luar negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara
lain meliputi :
a. kebijakan pinjaman dan/atau hibah luar negeri;
b. jumlah hibah luar negeri, posisi pinjaman luar negeri,
termasuk jenis valuta, struktur jatuh tempo, dan
komposisi suku bunga;
c. sumber pinjaman dan/atau hibah luar negeri; dan
d. jenis pinjaman dan/atau hibah luar negeri.
BAB X
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 28
Pada saat berlakunya Peraturan Pemerintah ini :
a. Semua peraturan perundang-undangan mengenai tata
cara pengadaan pinjaman dan/atau penerimaan hibah
serta penerusan pinjaman dan/atau hibah luar negeri
tetap berlaku, sepanjang tidak bertentangan dengan
dan/atau belum diganti dengan Peraturan Pemerintah
ini.
b. Pelaksanaan pengadaan pinjaman dan/atau penerimaan
hibah luar negeri serta penerusan pinjaman dan/atau
hibah luar negeri, yang berasal dari:
1. Pinjaman Bilateral yang telah diusulkan kepada PPLN;
2. Pinjaman Multilateral yang telah dilakukan penilaian
pendahuluan; atau
3. Fasilitas Kredit Ekspor/Pinjaman Komersial yang telah
diterbitkan alokasi kredit ekspornya;
tetap mengikuti ketentuan yang berlaku sebelum
ditetapkannya Peraturan Pemerintah ini.
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 29
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Agar . . .
16. - 16 -
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 30 Januari 2006
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 30 Januari 2006
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA
AD INTERIM,
ttd
YUSRIL IHZA MAHENDRA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2006 NOMOR 3
17. PENJELASAN
ATAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 2 TAHUN 2006
TENTANG
TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN DAN/ATAU PENERIMAAN HIBAH
SERTA PENERUSAN PINJAMAN DAN/ATAU HIBAH LUAR NEGERI
I. UMUM
Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
menetapkan bahwa dalam rangka membiayai dan mendukung kegiatan
prioritas dalam rangka mencapai sasaran pembangunan, Pemerintah dapat
mengadakan pinjaman dan/atau menerima hibah baik yang berasal dari
dalam negeri maupun dari luar negeri. Pinjaman dan/atau hibah dimaksud
dapat diterus-pinjamkan kepada Daerah atau BUMN.
Dengan merujuk ketentuan dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun
2003 tentang Keuangan Negara yang mengatur bahwa Pemerintah dapat
memberikan pinjaman atau hibah kepada Pemerintah Daerah/BUMN, dan
Pemerintah dapat melakukan penyertaan modal pada BUMN, pinjaman
dan/atau hibah yang diterima oleh Pemerintah dapat pula diteruskan
kepada Pemerintah Daerah dalam bentuk hibah, atau dijadikan sebagai
penyertaan modal Pemerintah pada BUMN.
Peraturan Pemerintah ini hanya mengatur tentang pengadaan
pinjaman dan/atau hibah yang berasal dari luar negeri dan penerusannya
kepada Daerah atau BUMN dalam bentuk pinjaman dan/atau hibah.
Sedangkan pengadaan pinjaman yang berasal dari dalam negeri diatur
dalam peraturan perundang-undangan tersendiri.
Pengelolaan PHLN menganut prinsip-prinsip pemerintahan yang baik
dan juga mengikuti Standar Akuntansi Pemerintahan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. PHLN dilakukan melalui
tahapan perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, monitoring,
evaluasi, dan pengawasan. Selain itu, agar PHLN dapat dikelola secara baik
perlu dilakukan peningkatan transparansi dan akuntabilitas PHLN melalui
penyelenggaraan publikasi informasi.
Pinjaman dan/atau hibah yang berasal dari luar negeri tersebut dapat
diteruspinjamkan atau diterus-hibahkan kepada Pemerintah Daerah, dan
diterus-pinjamkan atau dijadikan penyertaan modal kepada BUMN.
Pinjaman . . .
18. - 2 -
Pinjaman luar negeri perlu disesuaikan dengan kemampuan
perekonomian nasional, karena dapat menimbulkan beban Anggaran
Pendapatan Belanja Negara/Daerah tahun-tahun berikutnya yang cukup
berat, sehingga diperlukan kecermatan dan kehati-hatian dalam
pengelolaan pinjaman luar negeri. Peraturan Pemerintah ini bertujuan
untuk mengatur pengadaan pinjaman dan/atau penerimaan hibah serta
penerusan pinjaman dan/atau hibah luar negeri, dengan mengantisipasi
kebutuhan masa depan serta dengan mempertimbangkan perlunya
mempertahankan kondisi kesehatan dan kesinambungan perekononomian
nasional.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Ayat (1)
Dalam menyusun Rencana Kebutuhan Pinjaman Luar Negeri
selama lima tahun, Menteri memperhatikan pokok-pokok
manajemen pinjaman yang baik, seperti penargetan pinjaman
(debt targeting), kemampuan membayar kembali (repayment
capacity), pengurangan resiko (risk mitigation), dan
kesinambungan fiskal (fiscal sustainability), serta memperhatikan
ketentuan mengenai pembatasan jumlah kumulatif pinjaman dan
jumlah kumulatif defisit APBN;
Mengingat hanya sebagian dari prioritas pembangunan yang
tercantum dalam RPJM yang akan dibiayai dari pinjaman luar
negeri, maka diperlukan suatu ukuran untuk dapat menentukan
skala prioritas program dan bidang terkait dengan prioritas
pembangunan yang akan dibiayai dari pinjaman luar negeri.
Ayat (2) . . .
19. - 3 -
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Gubernur Bank Indonesia dapat memberikan pertimbangan
mengenai konsekuensi moneter dan neraca pembayaran dari
pinjaman luar negeri.
Pasal 7
Ayat (1)
Kegiatan yang dapat diusulkan untuk dapat dibiayai dengan
pinjaman/hibah luar negeri adalah kegiatan prioritas untuk
mencapai sasaran RPJM dan sesuai dengan Rencana Strategis
Kementerian Negara/Lembaga.
Pemerintah Daerah dan BUMN hanya dapat mengajukan usulan
penerusan pinjaman luar negeri dan tidak dapat mengajukan
usulan penerushibahan atau penyertaan modal. Penerusan
pinjaman luar negeri kepada Pemerintah Daerah dalam bentuk
penerushibahan dan kepada BUMN dalam bentuk penerushibahan
atau penyertaan modal adalah merupakan kebijakan dan diskresi
Pemerintah dalam rangka mencapai sasaran-sasaran RPJM.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan kegiatan investasi adalah kegiatan
prasarana dan/atau sarana yang menghasilkan pendapatan bagi
APBN/APBD yang diperoleh dari pungutan atas penggunaan
prasarana dan atau sarana tersebut.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12 . . .
20. - 4 -
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Ayat (1)
Yang termasuk kriteria kesiapan kegiatan yang harus dipenuhi
sebelum dilaksanakannya perundingan dengan calon PPLN
mencakup:
a. Indikator kinerja monitoring dan evaluasi, seperti data dasar,
harus telah siap;
b. Dana pendamping untuk tahun pertama pelaksanaan kegiatan
telah dialokasikan;
c. Rencana pengadaan tanah dan/atau resettlement telah ada,
termasuk ketersediaan dana yang diperlukan;
d. Unit Manajemen Proyek (Project Management Unit/PMU) dan
Unit Pelaksana Proyek (Project Implementation Unit/PIU) telah
dibentuk dan telah ada personalianya;
e. Draft final pengelolaan proyek/petunjuk
pengelolaan/administrasi proyek/memorandum (yang berisi
cakupan organisasi dan kerangka acuan kerjanya, dan
pengaturan tentang pengadaan, anggaran, disbursement,
laporan, dan auditing) telah siap; dan
f. Pernyataan dari Pemerintah Daerah (bila diperlukan) yang
menyatakan komitmen mereka untuk berpartisipasi dalam
penyediaan dana pendamping.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan instansi terkait lainnya antara lain
Kementerian Negara/Lembaga/BUMD/Pemerintah Daerah
pelaksana kegiatan. Yang dimaksud ahli hukum adalah ahli
hukum dibidang perjanjian (contract) yang memahami sistem
hukum Indonesia.
Ayat (3)
Aspek substansial mencakup aspek-aspek yang terkait dengan
kegiatan yang akan dibiayai dengan pinjaman luar negeri
dimaksud.
Aspek keuangan mencakup persyaratan pinjaman, antara lain:
pengefektifan pinjaman, tingkat suku bunga, periode pembayaran
bunga, cara penghitungan bunga, denda bunga, biaya-biaya lain,
pembayaran sebelum jatuh tempo, metode penarikan pinjaman,
lama . . .
21. - 5 -
lama pinjaman, tenggang waktu, dan periode pembayaran pokok
pinjaman.
Aspek hukum mencakup antara lain: kesepakatan, janji dan
jaminan, kepatuhan terhadap hukum, penyampaian dokumen
peradilan, pelepasan hak kekebalan, hukum yang mengatur.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 15
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan instansi terkait adalah Kementerian
Perekonomian, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional,
Lembaga yang bersangkutan, Bank Indonesia, dan Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Rencana penarikan pinjaman/hibah luar negeri dalam tahun
anggaran yang bersangkutan dituangkan dalam Rencana Kerja
dan Anggaran, dokumen satuan anggaran, dan dokumen
pelaksanaan anggaran Kementerian Negara/Lembaga.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Pencatatan penarikan pinjaman/hibah luar negeri dalam realisasi
APBN mengikuti Standar Akuntansi Pemerintahan.
Pasal 18 . . .
22. - 6 -
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Ukuran kemampuan membayar Daerah, antara lain Debt Service
Coverage Ration (DSCR), posisi outstanding pinjaman, dan
tunggakan pembayaran kewajiban pinjaman.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 21
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Yang dimaksud dengan instansi terkait adalah Kementerian
Perekonomian, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional,
Daerah/BUMN yang bersangkutan, Bank Indonesia, dan Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
Pasal 22 . . .
23. - 7 -
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Hasil pengawasan digunakan sebagai bahan perbaikan kinerja
pengelolaan pinjaman/hibah luar negeri lebih lanjut.
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29
Cukup jelas.
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4597