Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
PERKEMBANGAN AGAMA DI INDONESIA - FIX.docx
1. PERKEMBANGAN AGAMA
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Dosen Pengampu: Dr. Yuzarion., S.Psi., M.Si
OLEH:
FERIHANA
2107044009
MAGISTER PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2021
2. ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah. Segala puji hanya untuk Allah, Rabb semesta alam.
Shalawat serta salam semoga selalu Allah curahkan kepada Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Atas pertolongan dan karunia
Allah, makalah yang berjudul “Perkembangan Agama” ini dapat
terselesaikan.
Makalah ini merupakah tugas yang diberikan dalam kuliah Psikologi
Pendidikan, yang diampu oleh Bapak Dr. Yuzarion, S.Ag., S.Si., M.Psi.
Semoga Allah senantiasa menjaga dan memberkahi beliau dimanapun
berada.
Topik yang dibahas pada makalah ini adalah seputar Perkembangan
Agama, lengkap dengan pembahasan seputar sejarah dan tahapannya.
Selain itu pula, di dalam makalah ini diterangkan telaah psikologis dan
syariat Islam terkait perkembangan Agama.
Tentunya, makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Oleh karenanya, penulis sangat terbuka untuk menerima
saran dan masukan yang konstruktif. Demikianlah sekilas kata pengantar
ini. Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat digunakan sebgaimana
mestinya.
Yogyakarta, 21 Oktober 2021
3. iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 4
1.1 Latar Belakang 4
1.2. Tujuan 5
BAB II PEMBAHASAN 5
2.1 Teori Perkembangan Agama dalam Psikologi 5
2.2 Tahapan Perkembangan Keagamaan 9
BAB III PEMBAHASAN 13
3. Perkembangan Agama dalam Perspektif Islam 5
BAB IV PENUTUP 17
3.1. Kesimpulan 17
3.2. Penutup 17
DAFTAR PUSTAKA Error! Bookmark not defined.
4. 4
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, agama adalah sebuah sistem yaang
mengatur tata keimanan atau kepercayaan dan peribadatan kepada Sesembahannya
Yaang Maha Kuasa serta tata kaidah yaang berhubungan dengan pergaulan manusia
dan manusia serta lingkungannya. Kata agama berasal dari bahasa Sansekerta yaang
berarti tradisi
Sedangkan kata lain untukk mengatakan Teori dan model ppemahaman ini
adalah religi yaang berasal dari bahasa latin religio dan berakhir pada kata kerja re-
rigale yaang berarti mengikat kembali maksudnya mengikat disini dalam konteks
adanya religi maka kita mengikat seindividu terhadap Sesembahannyanya keyakinan ini
membawa manusia untukk mencari kedekatan diri kepada Sesembahannya dengan
cara menggambarkan diri yaitu menerima segala Kepastian yaang menimpa diri dan
sekitarnya dan yakin semuanya berasal dari Sesembahannya menaati Setiap aturan
ketetapan hukum dan lain-lain yaang diyakini berasal dari Sesembahannya
Secara bahasa Adin secara bahasa adil adalah model masdar dari kata dan
Daana-Yadiinu-Diinan ( دان
-
يدين
-
دينا ) artinya taat tunduk dan berserah diri. Adapun secara
istilah berarti sesuatu yaang oleh manusia diikuti dan ditaati baik berupa keyakinan,
aturan hidup, ibadah mauupun juga yaang semacamnya, benar mauupun juga salah,
sebagaimana firman Allah Subhanahu ta'ala dalam Al Qur’an surat A Kafirun ayat 6
ِِيند َىِل َو ْمُكُنِيد ْمُكَل
Arab-Latin: Lakum dīnukum wa liya dīn
Terjemah Arti: Untukkmu agamamu, dan untukkkulah, agamaku".
Menurut Hartati (2014 :2-13) perkembangann adalah berbagai bentuk perubahan
seindividu menuju pada proses pendewasaan dan pematanga, yaang terjadi secara
sistematis saling berhubungan atau terkait satu dan yaang lainnya dan saling memberi
pengaruh antara setiap bagian yaang adalah sebuah kesatuan yaang tidak bisa
dipisahkan
Menurut Raharjo 2012 (27-28) perkembangann keagamaann adalah sebuah
proses yaang dijalani oleh setiap individu dalam mengenal siapa yaang dia sembah
sejak individu tersebut lahir dalam keadaan fisik mauupun juga psikisnya yaang masih
lemah. Akan tetapi, meskipun dalam keadaan tersebut setiap individu sudah memiliki
kemampuan sejak dari lahir yaang bersifat laten yakni Fitrah keberagamaan. Potensi
dalam diri seindividu ini sangat membutuhkan pengembangan dan didikan yaang
kontonyu dari orang yaang lebih dewasa dan pemeliharaan yaang mantap pada usia
dini
Menurut Zakiah Dradjat (1970), melalui pertimbangan fungsi afektif, kognitif dan
konatif pada maasa-maasa tertentu seindividu pasti dia akan memiliki keyakinan dan
menerima tanpa bimbang dan ragu bahwwa ada sebuah kekuatanx yaang Maha Agung
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
5. 5
yaang tidak ada tandingannya, model ppemahaman seperti itu dianggap sebagai
pengalamaann keagamaann ataupun disebut dengan religious experiences
Menurut Friedman 1956, dia menelaskan bahwwa “penghayatan keagamaann
tidak hanya sampai kepada ke pengakuan atas keberadaannya. keberadaan
Sesembahannya namun juga mengakuinya sebagai sumber nilai-nilai luhur yaang
abadi yaang mengatur tata kehidupan alam semesta raya ini oleh sebab tersebut
manusia akan tunduk dan berupaya untukk mematuhinya dengan penuh kesadaran dan
disertai penyerahan diri dalam model ritual tertentu baik secara individual mauupun juga
kolektif secara simbolik mauupun juga dalam model nyata kehidupan sehari-hari”.
Dari beberapa pengertian dan model ppemahaman di atas, perlu dikaji lebih dalam
mengenai segala aspek terkait perkembangan Agama sehingga dapat mewujudukan
perkembangan yang baik bagi setiap insan atau bagi seorang anak, sehingga dapat
mendukung tercapainya tujuan hidup yang sesuai dengan agama yang dianut
1. Mengetahui definisi dan pengertian, serta deskripsi dan hakikat tentang
perkembangan agama
2. Memahami perkembangan agama dan teorinya
3. Mengetahui perkembangan agama
4. Menganalisis berbagai teori perkembangan agama dalam tinjaun psikologi dan
syariat Islam
1.2. Tujuan
6. 6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teori Perkembangann Agama dalam Psikologi
Menurut Beach & Moore (2002), teori perkembangann agama dan moral
pemaknaannya selalu berubah setiap waktu mengikuti jaman. Namun sesuai dengan
perkembangann, sebagian besar teori agama memiliki landasan teori perkembangann
kognitif Piaget
Fokus dari teori perkembangann ini adalah terletak pada struktur pemikiran
keagamaann karena berubah dari waktu kewaktu bukan pada isi keyakinan agama.
Dan yaang paling terkenal adalah teori Elkind, Fowler dan Oser. Semua teori-teori
mereka ini memiliki kesamaan yaitu bahwwa pemikiran keagamaann dalam
hubungannya dengan bidang pemikiran lainnya bergerak dari sesuatu yaang konkrit
dan keyakinan literal di maasa anak-anak namun kepemimpinan dan keberagamaan
terjadi perubahan kearah yaang lebih abstrak pada waktu usia menginjak remaja.
Teori perkembangann keagamaann dielaborasi oleh Elkind, Fowler dan Oser
serta perspektif teoritis keterikatan kita petik terkait perkembangann perbedaan setiap
orang dalam agama. Beberapa teori terkait perkembangann agama dan moral
Teori Elkind
Pada maasa remaja dan dewasa, dimana setiap individu memiliki faham bahwwa setiap
agama yaang berbeda memiliki keyakinan dasar yaang berbeda demikian juga
termasuk didalam keyakinan terkait sifat Allah dan manusia dan hubungan antara
keduanya yaang diungkapkan melalui peribadatan, doa dan kegiatan dalam kehidupan
sehari-hari
Menginjak remaja dan dewasa, manusia lebih sadar dalam beragama dan
beribadah patuh terhadap perintah di dalam agama mereka. Dan mereka menganggap
bahwwa agama itu penting bagi kehidupan mereka. Dalam artikelnya Elkin pada tahun
1964, menyatakan ia menemukan bahwwa “model ppemahaman terkait kepercayaan
dan praktik keagamaann tidak adil pada anak-anak tetapi lebih berkembang di maasa
kanak-kanak, ia menyatakan bahwwa ada tiga tahap perkembangann agama di maasa
anak-anak dan remaja yaang sejajar dengan tahap praoperasional operasional konkret
dan operasional formal keagamaann kognitif yaang dijelaskan oleh Piaget”.
Teori Iman Fowler
Mengembangkan teori Iman seperti teori Elkind mencakup beberapa step atau tahap
yaang sebagian besar mengikuti teori perkembangann kognitif. Teori ini dipengaruhi
oleh teori psikososial Erik Erikson terkait pengembangan identitas. Fowler memberi
batasan pengertian bahwwa iman adalah proses dinamis dan dari komitmen yaang
7. 7
memusatkan kepercayaan dan kesetiaan ketergantungan dan kepercayaan diri pada
realitas kehidupan. Ia menyatakan bahwwa Iman berkembang dalam konteks hubungan
antar pribadi dan kapasitas serta kebuSesembahannya akan iman adalah sifat bawaan
manusia Iman mencakup Iman religius, tetapi juga mencakup kepercayaan dan
kesetiaan pada pusat nilai terhadap keluarga negara dan lainnya.
Teori Oser
Oser berfokus pada pengembangan penilaian agama ia memberi batasan pengertian
pengertian dan model ppemahaman agama ada alasan yaang menghubungkan realitas
sebagai pengalamaann terhadap sesuatu di luar realitas yaang berfungsi untukk
memberikan makna dan arah tujuan disampaikan oleh Bridge and Amoorea 2002. Ia
sangat tertarik pada perubahan perkembangann dalam penjelasan yaang dimiliki anak-
anak dan orang dewasa untukk terkait pengalamaann baik pribadi mauupun juga yaang
diamati yaang tampaknya berterkaitan dengan kepercayaan agama. Oleh sebab
tersebut penilaian agama melibatkan jawaban yaang ditemukan oleh individu untukk
mereka sendiri yaang mendamaikan Iman agama dan kenyataan yaang namanya
berenangnya dengan iman itu
Oser menggambarkan 5 tahap dalam perkembangann peran agama tiga di
antaranya adalah tahap penalaran yaang dicapai pada maasa anak-anak dan remaja
dan yaang keempat berkembang dalam minoritas individu di maasa remaja.
Tahap satu, adalah pandangan bahwwa “anak terkait Sesembahannya sangat
konkret dan literal tumbuhan dilihat sebagai terlibat langsung dalam peristiwa sehari-
hari di dunia sebagai penyebab semua peristiwa dan yaang menciptakan semua hal
Sesembahannya harus dipatuhi karena ketidaktaatan membayar hukuman langsung
seperti kecelakaan atau sakit pada saat yaang sama individu dipandang memiliki
pengaruh minimal terhadap Sesembahannya model penelitian religius ini sejajar
dengan tahap paling awal dari penalaran moral prakonvensional seperti yaang
dijelaskan oleh Colbi dan Koghlberg 1987 di mana hukum dan peraturan harus dipatuhi
terutama untukk menghindari hukuman”.
Tahap 2 dan 3 adalah dimana “anak-anak dan remaja yaang lebih memandang
Sesembahannya dengan cara yaang kurang menghukum Sesembahannya bisa
dipengaruhi oleh perilaku baik individu individu dengan doa kepada Sesembahannya
serta ritual dan praktek keagamaann. Sesembahannya terlihat sebagai bukti dalam
kehidupan yaang sehat dan bahagia murka, Sesembahannya atas kegagalannya
untukk campur tangan di saat terjadi perselisihan pada saat yaang sama
Sesembahannya dipandang lebih kecil kemungkinan untukk turut campur tangan serta
konkrit langsung”
Tahap 4 dan 5 adalah, dimana “individu individu mempertahankan Iman bisa
kembali kepada Sesembahannya sebagai pencipta akhir yaang adalah sumber
kebebasan dan kehidupan dan keberadaannya membuat hidup bermakna teori tidak
menyarankan bahwwa semua pandangan agama yaang diperlihatkan oleh seindividu
8. 8
individu akan selalu berada pada tab yaang sama atau bahwwa semua individu yaang
sama akan menunjukkan level atau tahap penilaian agama yaang sama teori-teori”
Teori Kikcpatrick
Kickpatrick mengusulkan bahwwa “kepercayaan dan praktik keagamaann individu
dipengaruhi oleh orang tua mereka dan kualitas hubungan ikatan orang tua anak murid”
(Patrick Beach&Moore 2002).
Menurut teori ini, “mereka anak-anak yaang hubungan dengan orang tuanya
aman cenderung akan mengadopsi kepercayaan agama orang tua mereka berdasarkan
teori kelekatan menyatakan bahwwa hubungan individu dengan Sesembahannya bisa
dianggap sebagai hubungan kelekatan seperti halnya hubungan yaang dibangun antara
pengasuh dengan bayi. Hubungan yaang baik dengan orang tua yaang beragama bisa
ditiru oleh anak bagaimana orang tua mereka beragama dengan level atau tahap
religius religiusitas yaang tinggi dan kepercayaan kepada Sesembahannya. Yaang
hubungan yaang tidak aman dengan orang tua akan membuat anak atheis dan
melakukan kepercayaan mereka pada Sesembahannya pada maasa remaja atau
dewasa seindividu bisa beralih hubungan pribadi dengan Sesembahannya dalam upaya
menbisakan keamanan yaang tidak tersedia bagi mereka dari hubungan keterikatan
awal mereka”.
Teori moral Piaget
Di dalam karya klasik Piaget Piaget (Crain, 2014:193), The Moral Judgment of Child
(1932) Dinyatakan bahwa “Piaget memberi perhatian khusus pada anak. Piaget
memberi perhatian khusus kepada terkait cara anak memiliki faham aturan permainan
Marble. Ia mengamati bagaimanakah anak-anak memainkan permainan itu? yaang
menemukan bahwwa antara usia 4 sampai 7 tahun anak-anak bermain dengan cara
egosentris mereka tidak mengerti menang dan kalah . Bahkan mereka akan berkata
satu sama lain aku menang dan kamu menang juga namun setelah usia 7 tahun anak-
anak mulai berusaha mengikuti aturan umum permainan dan berusaha menang
menurut aturan-aturan tersebut meneliti pemikiran anak-anak terkait aturan di titik ini ia
menemukan teori bahwwa anak-anak sampai umur 10 tahun percaya bahwwa aturan
sudah baku dan tidak bisa diubah jika aturan diubah maka permainannya harus
berubah juga namun setelah usia 10 tahun anak-anak menjadi lebih relatif terhadap
aturan-aturan sebagai cara yaang sama disetujui untukk memainkan permainan mereka
tidak lagi melihat aturan sebagai hal yaang baku dan mereka menyatakan bahwwa
aturan bisa dirubah selama setiap orang dalam permainan setuju teori dan model
ppemahaman yaang berbeda terkait aturan ini mengisyaratkan dua sikap moral
mendasar yaitu heteronomi moral dan otonomi moral” (Crain, 2014:194).
Heteronomi moral adalah sebuah ketuhanan yaang kaku terhadap aturan-aturan
yaang dipaksa oleh orang dewasa anak berasumsi bahwwa terbisa sebuah hukuman
yaang mesti mereka ikuti kualitas kedua yaitu berasal dari anak yaang lebih tua usianya
yaang dianggap sebagai otonomi moral atau moralitas ini menganggap aturan-aturan
9. 9
yaang dibuat untukk kesetaraan demi kerjasama yaang baik yaang memungkinkan
individu bersikap dan perilaku kontrol seperti dirinya
Piaget percaya bahwwa heteronomi moral terikat pada ekosistem anak-anak
memandang aturan dari perspektif tunggal yaitu perspektif orang dewasa yaang
berkuasa atas dirinya sebagai suatu model ekosistem heterogen heteronomi moral baru
bisa ditaklukan sekitar 10 tahun atau lebih Piaget mengingatkan bahwwa heteronomi
adalah suatu model pemikiran dari anak-anak perlu terlibat dalam hubungan yaang baik
dengan bermain bersama teman-teman sebayanya.
Berdasarkan beberapa teori terkait perkembangann agama dan moral seperti
teori agen flora strategi dan Piaget semuanya merujuk sesuai pada tahap
perkembangann anak usia dini dari perkembangann agama dan juga sama dengan
yaang lainnya yaang juga merujuk pada teori Piaget
2.2 Tahap Perkembangann Keagamaann
Menurut Ain Syamsuddin (2003) ia menjelaskan step atau tahap-step atau tahap
perkembangann keagamaann beserta ciri-cirinya sebagai berikut.
1. Perkembangann keagamaann maasa kanak-kanak awal, cirinya
Sikap reseptif Meskipun banyak bertanya
Pandangan Ketuhanan yaang di personifikasi
Penghayatan secara rohaniah yaang belumm mendalam
Perihal keSesembahannyaan dipahamkan secara ideal sinkretik atau
menurut khayalan pribadinya
2. Perkembangann keagamaann maasa kanak-kanak akhir, cirinya
Sikap reseptif yaang disertai pengertian
Pandangan KeSesembahannyaan yaang diterangkan secara rasional
Penghayatan secara rohaniah yaang semakin mendalam dan melaksanakan
kegiatan ritual diterima sebagai sebuah keharusan moral
3. Perkembangann keagamaann maasa remaja awal, cirinya
Sikap negatif disebabkan alam pikiran yaang kritis melihat realita orang-orang
beragama yaang atau berpura-pura
Pandangan ke Sesembahannya menjadi kacau karena beragamnya aliran
paham yaang saling berterkaitan penghayatan rohaniahnya cenderung
skeptic sehiingga banyak yaang enggan melaksanakan ritual yaang selama
ini dilakukan dengan penuh kepatuhan
4. Perkembangann keagamaann maasa remaja akhir
Sikap kembali ke arah positif bersamaan dengan kedewasaan intelektual
bahkan agama menjadi pegangan hidupnya pandangan
keSesembahannyaan dipahamkan nya dalam konteks agama yaang dianut
dan dipilih
10. 10
Penghayatan rohaniah kembali tenang setelah melalui proses Identifikasi
sehiingga ia bisa membedakan antara agama sebagai doktrin dan ajaran
manusia.
Adapun dalam pandangan para Psikologi Agama perkembangann
keberagamaan pada anak melalui step atau tahap penting yaitu sebagai berikut
1. Fairy tale Stage (Level atau tahap dongeng)
Tahap ini dimulai pada anak usia 3 sampai 6 tahun. Pada tahap ini model
ppemahaman anak terkait teori dan model ppemahaman Sesembahannya lebih
banyak dipengaruhi oleh fantasi dan emosi. Hal ini dikarenakan Model
ppemahaman teori dan model ppemahaman Ketuhanan sesuai dengan level
atau tahap perkembangann intelektualnya yaang mana kehidupan maasa ini
masih banyak dipengaruhi oleh kehidupan fantasi hingga dalam menanggapi
agama juga masih menggunakan teori dan model ppemahaman fantasi tersebut
kehidupan pada maasa ini banyak dipengaruhi oleh kehidupan fantasi hingga
dalam menanggapi agama anak masih menggunakan teori dan model
ppemahaman fantasi yaang diliputi oleh dongeng yaang tidak masuk akal
Contooh dari perkembangann pada level atau tahap dongeng ini adalah
menceritakan kartun dongeng yaang bersifat mendidik ke arah yaang bersifat
mengenal Sesembahannya dengan cara yaang menyenangkan sehiingga anak
bisa memiliki faham dengan mudah seperti menceritakan kisah dongeng si gadis
kecil baik “Rara” dalam cerita tersebut terbisa kisah mendidik yaang bisa
memperkenalkan anak mengenai Sesembahannya serta agama yaang
diyakininya.
Hal yaang menunjukkan mengenai perkembangann agama pada step atau tahap
ini adalah menceritakan hal yaang menyenangkan seperti kebesaran kehebatan
dan kekuatan Sesembahannya dengan menciptakan tokoh-tokoh yaang dikenal
Sebagaimana pengertian dan model ppemahaman Michel yaang berpengertian
dan model ppemahaman bahwwa suatu karya anak yaang baik adalah dengan
ditujukan untukk anak yaang ditandai dengan isi yaang menarik dan tulisan
yaang jelas karakter yaang sudah pasti jelas dan tidak asing lagi. Hal ini
menyebabkan perkembangann agama individu anak meningkat dengan apa
yaang diperolehnya menurut Al Rosidah (2013)
Tahap ini ditandai dengan kesenangan anak-anak bercerita hal yaang luar biasa
Seperti kebesaran kehebatan dan kekuatanx Sesembahannya tidak jarang anak
Sesembahannya dengan tokoh-tokoh yaang dikenal sebagai Power Rangers dan
Superman
2. Realistic Stage ( level atau tahap kenyataa)
Tingkaat ini tampak dengan mulai pahamnya anak-anak terkait wujud Allah
sebagai sosok yaang maha besar Maha Kuat Maha Pencipta dari sini anak
menyadarii bahwwa kepaSesembahannya kepadanya adalah sesuatu yaang
11. 11
lumrah mesti dan wajib inilah yaang menyebabkan mereka bergairah mengikuti
kegiatan-kegiatan keagamaann
Level atau tahapan ini dimulai pada usia 7 sampai 12 tahun, biasanya secara
umum anak pada usia ini telah pergi ke sekolah sehiingga wawasan dan
pengetahuan baru bisa ia bisakan melalui pengajaran guru-guru mauupun juga
pengalamaann dalam berteman Pada maasa ini ide keSesembahannyaan anak
sudah mencerminkan berbagai ide dan pemikiran serta teori yaang berdasarkan
pada kenyataan atau realita realita. Teori dan model ppemahaman ini timbul
melalui berbagai bentuk kelembagaan-berbagai bentuk kelembagaan
keagamaann dan pengajian di ruang dewasa lainnya model ppemahaman
keagamaann.
Pada maasa ini atas dorongan emosional sehiingga mereka bisa melahirkan
teori dan model ppemahaman Sesembahannya yaang formalis berdasarkan hal
itu maka pada maasa ini anak-anak tertarik dan senang pada berbagai bentuk
kelembagaan keagamaann yaang mereka lihat dan dikelola oleh orang dewasa
dalam lingkungan mereka individu anak sudah menbisakan pelajaran-pelajaran
yaang bisa merangsang intelektualisasi nya tetapi untukk model
ppemahamannya masih belumm sempurnna atau dikatakan anak bisa mengerti
dan memahami pengetahuan yaang diperoleh namun belumm sempurnna dalam
memiliki fahamnya McQueen menyatakan pendapat dalam penelitiannya
bahwwa sebagian dari anak-anak yaang diteliti bahwwasanya anak menyetujui
bahwwa Sesembahannya itu memiliki muka wajah tangan kaki sebagaimana
manusia sementara ada yaang lain mengatakan bahwwa Sesembahannya tidak
seperti manusia (Subandi 2006)
Pada level atau tahapan ini anak mulai terbisa perkembangann pada dirinya
yakni seperti memiliki energi dan listrik yaang menyetujui dengan senantiasa
membuat segala sesuatu menjadi lebih baik contoohnya anak-anak mulai
mengerti dan memahami terkait agama dan ruang lingkupnya.
3. Individual stage
Anak pada level atau tahap ini memiliki kepekaan emosi yaang paling tinggi
setelah dengan perkembangann mereka ada beberapa alasan mengenalkan
nilai-nilai agama kepada anak yaitu anak mulai minat semua perilaku anak
memmodel suatu pola perilaku mengasah positif diri sebagai individu makhluk
sosial dan hamba Allah (Jalaluddin 2012)untukk mengembangkan
pengembangan keagamaann pada anak banyak cara yaang dilakukan salah
satunya peran orang tua untukk mengasah kecerdasan spritual anak
Caranya adalah sebagai berikut yaitu memberi contooh anak dengan sifat suka
meniru dalam hal kebaikan karena orang tua adalah lingkungan pertama yaang
ditemui anak contoohnya lain adalah teladan anak diajak untukk melakukan
wudhu sebelumm melaksanakan salat anak diajak untukk bekerjasama ke
tempat yaang membutuhkan pertolongan dan lain sebagainya.
12. 12
Menurut Komaruddin Hidayat, “hakikat spiritual individu anak tercermin pada
sikap spontan imajinasi dan kreativitas yaang tak terbatas dan semua dilakukan
dengan terbuka serta ceria spritual memberi arah dan arti pada kehidupan
caranya dengan melalui perkataan perbuatan perhatian. Oleh sebab tersebut
orangtua pantas belajar pada anak. Bagaimana memperoleh kesucian yaang
spontanitas dan kedamaian dalam dengan alam dan Sesembahannya” (Subandi
2006)
Menurut Jalaluddin 2012 bahwwa anak pada level atau tahapan ini memiliki
kepekaan emosi yaang paling tinggi sejalan dengan adanya perkembangann
yaang terjadi pada usia mereka
Level atau tahap individu tanda ini terlihat pada sensitifitas keberapa
keberagaman anak tapi ini dibagi kepada tiga golongan
Teori dan model pemahaman bahwa “Ketuhanan yaang konvensional dan
konservatif. di mana anak takut kemurkaan Allah takut dengan neraka
sedangkan orang yaang baik akan dimasukkan ke dalam surga Sebuah
taman bermain yaang sangat indah”
Teori dan model pemahaman ketuhanan yaang lebih murni yaang
dinyatakan dalam pandangan yaang bersifat personal atau perorangan di
sini pada tahap ini anak ini menurut Tuhannya dekat dengan Tuhannya
dan ia ingin merasakan kasihsayang Tuhannya dan menampung
internalisasi kekuatanx Tuhan
Teori dan model pemahaman ketuhanan yaang bersifat humanistik tanda
ini tampak pada pengakuan mereka akan pentingnya sebuah keadilan
buruknya perbuatan jahat dan balasannya sehiingga jika melakukannya
anakan gelisah bingung sedih dan juga malu
13. 13
BAB III
Perkembangann Keagamaann dalam Perspektif Islam
Agama atau addin secara bahasa atau dimakan taat tunduk dan berserah diri Adapun
secara istilah bermakna sesuatu yaang di jadi dijadikan Jalan oleh manusia dan diikuti
atau ditaati baik berupa keyakinan aturan ibadah mauupun juga yaang semacamnya
benar sebagaimana firman Allah Subhanahu wa ta'ala :
ِْنيِد َيِل َو ْمُكُنْيِد ْمُكَل
Terjemahan
Untukmu agamamu, dan untukku agamaku.”
Islam sesungguhnya adalah Din yaang diridhoi di sisi Allah dalam Surah Ali Imron ayat
19
ُعي ِ
رَس َ ه
ٱَّلل هنِإَف ِ ه
ٱَّلل ِتََٰيأَـِب ْرُفْكَي نَم َو ۗ ْمُهَنْيَب اًۢيْغَب ُمْلِعْٱل ُمُهَءٓاَج اَم ِدْعَب ًۢ
نِم ه
َّلِإ َبََٰتِكْٱل ۟واُتوُأ َِينذهلٱ َفَلَتْٱخ اَم َو ۗ ُمََٰلْسِ ْ
ٱْل ِ ه
ٱَّلل َدنِع َِينٱلد هنِإ
ِباَس ِحْٱل
Arab-Latin: Innad-dīna 'indallāhil-islām, wa makhtalafallażīna ụtul-kitāba illā mim ba'di
mā jā`ahumul-'ilmu bagyam bainahum, wa may yakfur bi`āyātillāhi fa innallāha sarī'ul-
ḥisāb Terjemah Arti: Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam.
Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang
pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka.
Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat
cepat hisab-Nya.
Dinul Islam mencakup akidah keyakinan ibadah muamalah dan akhlak sebagaimana
dalam hadits Jibril yaang menyebutkan terkait rukun Islam Rukun Iman dan dikatakan
pada akhir hadis tersebut ini Jibril datang kepada kalian mengajari Din kalian
Islam secara bahasa artinya berserah diri pasrah, tunduk dan merendah diambil
dari kata yaang berarti berdamai secara istilah artinya berserah patuh kepada Allah
Subhanahu wa ta'ala dengan mentauhidkan Allah tunduk dan taat kepadanya serta
berpacu dari segala perbuatan Syirik dan dari apa dari para pelakunya?
Secara etimologi Islam itu berada pada dua pengertian pertama apabila
dianggap sebagaikan sendiri tanpa di dengan kata Iman maka pengertian Islam
mencakup seluruh agama baik usul pokok mauupun juga buruk cabang juga seru
maasalah Aqidah Ibadah keyakinan perkataan dan perbuatan jadi pengertian ini
menunjukkan bahwwa Islam adalah mengakui dengan lisan memiliki keyakinan dengan
hati dan berserah diri kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala atas semua yaang telah
14. 14
ditentukan yaang ditakdirkan nya sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala
terkait Nabi Ibrahim Alaihissalam
ۖ ْمِلْسَأ ٓۥُهُّبَر ُۥهَل َلاَق ْذِإ
َينِمَلََٰعْٱل ِبَرِل ُتْمَلْسَأ َلاَق
Arab-Latin: Iż qāla lahụ rabbuhū aslim qāla aslamtu lirabbil-'ālamīn
Terjemah Arti: Ketika Tuhannya berfirman kepadanya: "Tunduk patuhlah!"
Ibrahim menjawab: "Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam".
Allah Azza wa Jalla juga berfirman i
nnalladziina indallahi Islam adalah jadi enak betul kita bakal rame banget di
majalah ilmu Bayan ayat sesungguhnya agama disisi Allah ialah Islam tidaklah
berselisih orang-orang yaang telah diberi Alkitab kecuali karena mereka telah
memperoleh ilmu karena kedengkian di antara mereka barangsiapa ingkar kepada
Allah maka sungguh Allah sangat cepat perhitungannya Surah Ali Imron ayat 19
Allah berfirman dan barangsiapa mencari agama selain Allah dia tidak diterima
dan diakhiri termasuk orang yaang merugi Surah Ali Imron ayat 85
َين ِ
رِس ََٰخْٱل َنِم ِةَر ِاخَءْٱل ىِف َُوه َو ُهْنِم َلَبْقُي نَلَف اِيند ِمََٰلْسِ ْ
ٱْل َْريَغ َِغتْبَي نَم َو
Arab-Latin: Wa may yabtagi gairal-islāmi dīnan fa lay yuqbala min-h, wa huwa
fil-ākhirati minal-khāsirīn
Terjemah Arti: Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-
kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-
orang yang rugi.
Definisi Islam Islam adalah Berserah diri kepada Allah dengan mentahirkan nya
itu dan patuh kepadanya dan ketaatan dan berlepas diri dari perbuatan Syirik dan para
pelakunya kedua apabila Islam di Sebutkan persamaan kata Iman maka yaang
dimaksud Islam adalah perkataan dan amal amal lahiriyah yaang dengannya terjaga diri
dan hartanya baik dia memiliki keyakinan Islam atau tidak Sedangkan kata Iman
berkaitan dengan harta dengan amal dan hati dengan Allah berfirman dalam surah al-
hujurat 14
Orang Baduy berkata kami telah beriman katakan kepada mereka kan belumm
beriman tapi Katakanlah kami telah tunduk atau karena iman belumm masuk ke dalam
hatimu dan jika kamu takut kepada Allah dan rasulnya dia tidak akan mengurangi
sedikitpun pahala amal mu sungguh Allah maha pengampun maha penyayaang level
atau tahapan
Maka di sini level atau tahapan Islam memiliki tiga level atau tahapan
Level atau tahap pertama, adalah Islam
Islam memiliki 5 rukun satu bersaksi bahwwa tidak ada sesembahan yaang berhak
diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah dan dibawa Nabi Muhammad
Shallallahu Alaihi Wasallam adalah utusan Allah 2 menegakkan Salatiga membayar
15. 15
zakat 4 puasa di bulan Romadhon haji di Baitullah bagi yaang mampU. Rukun Islam
berdasarkan sabda Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam Islam itu adalah engkau bersaksi
bahwwa tidak ada sesembahan yaang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya
Allah dan bahwwa Muhammad adalah utusan Allah menegakkan salat membayar zakat
berpuasa di bulan Ramadan dan menunaikan haji ke Baitullah jika engkau mampu
menuju ke sana juga
Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam Islam dibangun atas lima hal bersaksi bahwwa
tidak ada sesembahan yaang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah
dan Muhammad adalah utusan Allah menegakkan salat membayar zakat dan berpuasa
di bulan Romadhon dan menunaikan haji ke Baitullah Adapun
Level atau tahap kedua adalah Iman
Definisi iman adalah mencakup perkataan dan perbuatan yakni memiliki keyakinan
dengan hati mengikrarkan dengan lisan dan mengamalkan dengan anggota badan
badan dengan ketaatan dan berkurang dengan perbuatan dosa dan kemaksiatan Iman
memiliki beberapa level atau tahap sebagaimana terbisa sabda Nabi Shallallahu Alaihi
Wasallam Iman memiliki lebih dari 70 cabang dan lebih dari 60 cabang cabang yaang
paling tinggi adalah ucapan Laa Ilaha Illallah yaang paling mudah menyingkirkan Duri
atau rintangan dari jalan dan malu adalah salah satu cabang Iman
Rukun iman ada 6 yaitu
1. iman kepada Allah
2. iman kepada malaikat malaikat nya
3. iman kepada kitab-kitab Nya
4. iman kepada rasul-rasul Nya
5. iman kepada hari akhir
6. iman kepada takdir yaang baik dan buruk
Keenam Rukun Iman ini berdasarkan hadis yaang diriwayatkan oleh Umar Bin Khattab
Radiallahu anhu dalam jawaban Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam atas pertanyaan
Malaikat Jibril Yaitu engkau beriman kepada Allah malaikat-malaikat-nya kitab-kitab-nya
rasul-rasul-nya hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yaang baik dan buruk
Level atau tahap ke-3 ada Ikhsan
Ikhsan memiliki 1 rukun yaang engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau
melihatnya Jika engkau tidak melihatnya maka sungguh dia melihatmu. Hal ini
berdasarkan hadis yaang diriwayatkan oleh Umar Bin Khattab dan kisah Nabi Shaleh
Wasallam kepada Jibril Alaihissalam Ihsan maka nabi pun menjawab engkau beribadah
kepada Allah seolah-olah melihatnya, maka bila engkau tidak melihat yaang sungguh
Allah melihatmu
Maksudnya bahasanya nabi menjelaskan Islam dengan perbaiki lahir dan batin
menghadirkan kedekatan kepada Allah yaitu Bahwwasanya seakan-akan Allah berada
16. 16
di hadapan hambanya ia melihatnya hamba melihat Allah dan hal itu akan mengandung
konsekuensi rasa takut cemas dan pengagungan kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala
serta mengikhlaskan ibadah hanya kepada Allah dengan perbaikinya dan mencurahkan
segenap kemampuan untukk melengkapi dan menyempurnakan nya
17. 17
BAB IV
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Perkembangann keagamaann adalah sebuah sifat ketuhanan yaang dimiliki
individu sejak lahir dalam keadaan fitrah yaang akan berkembang bersama
dengan berkembangnya sistem organ tubuhnya dan sesuai keadaan fitrah yaang
dibawa oleh setiap anak. Oleh sebab tersebut, sangat diperlukan pembimbingan
terus menerus dari orang tua sehiingga akan tumbuh dan berkembang sesuai
agama yaang diyakininya.
2. Berdasarkan beberapa teori terkait perkembangann agama dan moral seperti
teori agen flora strategi dan Piaget semuanya merujuk sesuai pada tahap
perkembangann anak usia dini dari perkembangann agama dan juga sama
dengan yaang lainnya yaang juga merujuk pada teori Piaget
3. Dalam tinjauan Syariat maka Agama adalah taat tunduk dan berserah diri
Adapun secara istilah bermakna sesuatu yaang di jadi dijadikan Jalan oleh
manusia dan diikuti atau ditaati baik berupa keyakinan aturan ibadah. Disini level
atau tahapan Islam memiliki tiga level atau tahapan, yakni Islam, Iman dan Ihsan
sebagai tahapan paling tinggi
3.2. Penutup
Demikianlah makalah ini, semoga bermanfaat dan menjadi inspirasi bagi
segenap pengajar dan para pendidik.
18. 18
DAFTAR PUSTAKA
Agus, Bustanudin, Agama Dalam Kehidupan Manusia (Pengantar Antropologi
Agama) Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007
Ahmadi, Abu, dan Munawar Sholeh, Psikologi Perkembangan, Jakarta: Rineka
Cipta, 2005
Ansari, Endang Saifudin, wawasan Islam (pokok-pokok tentang paradigma dan
system Islam,), Jakarta: Gema Insani, 2004
B.Hurlock, Elisabet, Psikologi Agama (Perkembangan sepanjang Rentang
Kehidupan), Jakarta: Erlangga, 1992
Baharudin, Aktualisasi Psikologi Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005
Daradjad, Zakiah, Ilmu jiwa Agama, Jakarta :Bulan Bintang, 2005
Dariyo, Agoes, Psikologi Perkembangan Remaja, Bogor: Ghalia Indonesia, 2004
Dauly, Haidar Putra, Pendidikan Islam, Jakarta: Prenada Media, 2004
Djalaludin, Psikologi Agama . Jakarta: Grafindo Persada, 2005, cet-19
Fatimah, Enung, Psikologi perkembangan (perkembangan Peserta Didik)
Bandung: Pustaka Setia, 2006
Abbas, Zainal Arifin, Perkembangan Pikiran Terhadap Agama, jilid 1, (Jakarta: Pustaka
al-Husna, 1984)
Ali, A. Mukti, Ilmu Perbandingan Agama Di Indonesia (Bandung: Mizan, 1996)
Almuhdar, Yunus Ali, Toleransi-Toleransi Islam, (Bandung: Iqra, 1983)
Daradjat, Zakiah, Perbandingan Agama (Jakarta: Bumi Aksara, 1994)
Ghazali, Adeng Muchtar, Agama dan Keberagamaan dalam Konteks
Perbandingan Agama, (Bandung: Pustaka Setia, 2004)
Ma'arif, Syamsul, Pendidikan Pluralisme Di Indonesia, (Yogyakarta: Logung
Pustaka, 2005)
Madjid, Nurcholish, Islam Doktrin Dan Peradaban, (Jakarta: Yayasan Wakaf
Paramadina, 2000)
Nasution, Harun, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jilid I, (Jakarta: UI
Press, 1985)
Shihab, M. Quraish, Atas Nama Agama: Wacana Agama Dalam Dialog Bebas
19. 19
Konflik, (Bandung: Pustaka Hidayah, 1988)
Shihab, Alwi, Islam Inklusif Menuju Sikap Terbuka dalam Beragama. (Bandung:
Mizan, 2001)