Biografi sahabat golongan al abadillah
Biografi sahabat golongan al abadillah
Biografi sahabat golongan al abadillah
Biografi sahabat golongan al abadillah
Biografi sahabat golongan al abadillah
Biografi sahabat golongan al abadillah
Biografi sahabat golongan al abadillah
Biografi sahabat golongan al abadillah
Senario Masyarakat Islam di Akhir Era Khulafa’ al-RashidinEzad Azraai Jamsari
PPPJ1153 Sejarah Islam 11-656H, 2016
Jabatan Pengajian Arab dan Tamadun Islam, FPI, UKM
"Perkuliahan 02: Senario Masyarakat Islam di Akhir Era Khulafa’ al-Rashidin"
Setiap langkah yang kita tempuh dan setiap keputusan yang kita ambil senantiasa diawali dengan pertanyaan:“Mengapa?”
Para filosof menjelaskan bahwa “mengapa” termasuk salah satu dari tiga pertanyaan mendasar tentang sesuatu. Ketiga pertanyaan tersebut adalah “mengapa”, “adakah” dan “apakah”.
Oleh sebab itu, untuk setiap pengetahuan yang akan kita geluti, kita mesti mengajukan pertanyaan-pertanyaan ini: Mengapa kita harus mempelajari pengetahuan tersebut? Kekurangan apakah yang akan saya dapatkan jika saya tidak mempelajarinya?
Segenap pertanyaan itu akan memberikan motivasi dalam menimba suatu pengetahuan, bukan sekedar mencari “ijazah”. Mereka yang mencari ilmu dengan penuh gairah dan kecintaan tidak akan pernah bosan dan tidak akan meninggalkannya, karena ia memasuki pengetahuan tersebut dengan penuh kesadaran. Berdasarkan hal ini, untuk memulai mempelajari filsafat kita juga harus mempertanyakan: Apakah filsafat itu? Mengapa kita harus mempelajarinya?Apa ruginya jika kita tidak mempelajarinya?
Teologi Ini tidak hanya membicarakan kewajiban-kewajiban ritual serta janji-janji eskatologis bagi pemeluknya, tetapi lebih dari itu, bagaimana teologi mampu membebaskan pemeluknya dari segala macam bentuk penindasan, seperti eksploitasi, hegemoni penguasa, ketidakadilan serta ketimpangan-ketimpangan social. Pada titik ini, tentu saja berbeda dengan domain teologi klasik tradisional yang masih sibuk memperbincangkan persoalan-persoalan klasik-dogmatik tanpa peduli dengan persoalan-persoalan kemanusiaan. Di sinilah makna “pembebasan” yang berarti “memanusiakan manusia” menemukan momentumnya. Dengan kata lain, kesejahteraan dan keadilan untuk manusia menjadi skala prioritas dari teologi pembebasan. Teologi pembebasan tidak hanya berhenti pada tataran teoretis atau sibuk dengan dialektika ide-ide pembebasan, tetapi sudah memasuki ranah praktis yang merupakan implementasi dari konsep-konsep pembebasan. Dalam konteks ini, sosok Asghar Ali Engineer (1939-2013) perlu mendapat perhatian serius bagi dunia akademik. Ia merupakan avand garde intelektual muslim yang berasal dari Bombay, India, yang serius mengampanyekan sekaligus membumikan Teologi Pembebasan.
Tidak diragukan lagi, Nabi Muhammad saw. adalah manusia yang paling mulia dalam Islam. Bahkan di dalam Al-Quran, Allah sendiri memuji beliau sebagai manusia paripurna dengan budi pekerti yang sangat agung: “Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berakhlak mulia.” [Q.S. 68:4]. Selain itu, ditegaskan juga dalam Al-Quran bahwa diutusnya Muhammad saw. sebagai Nabi tak lain adalah untuk menjadi rahmat bagi alam semesta (rahmatan lil al-alamin) [Q.S. 21:107]. Dalam mengemban tugas berat ini dan dalam menyebarkan risalah Allah yang suci, beliau tidak meminta imbalan apa pun dari umatnya, selain kecintaan kepada keluarga beliau, Ahlul Bait Nabi saw. Allah SWT berfirman: “Katakanlah (Muhammad), ‘Aku tidak meminta imbalan apa pun atas seruanku ini selain kecintaan kepada keluargaku.” [Q.S. 42:23].
Kaum muslim wajib mencintai Rasulullah saw. dan Ahlul Baitnya, karena kecintaan ini akan mengantar mereka kepada Al-Quran, sebagaimana pesan Nabi saw., “Sesungguhnya aku tinggalkan dua hal yang sangat penting dan berharga (ats-tsaqalain) bagi kalian: Kitab Allah (Ql-Quran) dan keluarga (‘itrah)-ku, Ahlul Baitku. Keduanya tidak akan pernah berpisah hingga kembali kepadaku di telaga surge (al-haudh).” [H.R. al-Hakim dalam al-Mustadrak]
Buku ini memaparkan ayat-ayat Al-Quran dan hadis-hadis Nabi yang menunjukkan betapa tingginya kedudukan Nabi dan Ahlul Bait-nya di sisi Allah, serta menunjukkan bagaimana semestinya kaum Muslim memposisikan mereka dalam agama Islam. Karena jarangnya buku semacam ini dalam bahasa Indonesia, ia menjadi penting untuk dimiliki oleh siapa saja yang ingin memperdalam pengetahuan agama dan mempertebal kecintaan kepada Rasulullah dan Ahlul Bait-nya.
Apakah wajib hukumnya sujud di atas tanah? Seperti tanah itu sendiri, kerikil, batu, pasir, dan apa-apa yang tumbuh dari dalam bumi yang tidak dimakan ataupun dipakai? Ataukah boleh sujud selain di atas tanah? Seperti permadani (termasuk karpet, sajadah), baju yang terbuat dari nilon, wol, kapas dan lain-lain? Inilah inti pennasalahannya, dan buku ini berusaha untuk menjawabnya da1am pandangan Al-Qur'an dan sunnah RasuI saw.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
2. 2013
Apep Wahyudin @islamitucinta.blogspot.com
Chapter:
1
Daftar isi
(SERIAL PERANG UNTA 1) ....................................................................... 2
Tiga SekawaN: ‘Aisyah, Thalhah, dan Zubayr menjadi tiga jenderal pasukan
Perang Unta........................................................................................ 2
(SERIAL PERANG UNTA 2) ..................................................................... 14
Ali menyambut pasukan pemberontak pimpinan ‘Aisyah binti Abu Bakar .......... 14
BETAPA SUSAHNYA IMAM ALI MENYUSUN TENTARA PADAHAL MEREKA
DULU MEMAKSANYA MENJADI KHALIFAH......................................... 14
(SERIAL PERANG UNTA 3) ..................................................................... 23
Mereka memilih jalan kekerasan daripada jalan perdamaian yang dimuliakan Islam
...................................................................................................... 23
(SERIAL PERANG UNTA 4) ..................................................................... 32
Thalhah dibunuh oleh Marwan Ibn Hakam—yang kelak menjadi khalifah kaum
Muslimin .......................................................................................... 32
(SERIAL PERANG UNTA 5) ..................................................................... 42
Ali mengampuni ‘Aisyah binti Abu Bakar dan Abdullah Ibn Zubayr .................. 42
(SERIAL PERANG UNTA 6) ..................................................................... 51
Tokoh “ABDULLAH BIN SABA” diciptakan untuk menutupi ‘aib ‘Aisyah, Thalhah,
dan Zubayr ....................................................................................... 51
3. 2013
Apep Wahyudin @islamitucinta.blogspot.com
Chapter:
2
(SERIAL PERANG UNTA 1)
Tiga SekawaN: ‘Aisyah, Thalhah, dan Zubayr menjadi tiga jenderal
pasukan Perang Unta
Kaum Muslimin telah melalui perang saudara yang terjadi pada jaman Abu
Bakar, khalifah pertama dalam sejarah Islam (waktu itu Abu Bakar memerangi
orang-orang yang tidak mau membayar zakat kepadanya karena mereka
masih belum mau berbai’at kepada Abu Bakar. Abu Bakar memerangi orang-
orang yang tidak mau membayar zakat padahal Rasulullah tidak pernah
melakukan hal yang sama terhadap orang yang tidak mau membayar zakat
padanya—Red). Masih pada generasi yang sama, sekarang umat Islam
dihadapkan kepada perang saudara yang cukup mencekam. Perang saudara
yang pertama yang dipelopori dan dibiayai oleh pemerintah untuk memerangi
orang-orang yang menentang pemerintah. Sedangkan perang yang kedua
dipelopori dan dibiayai oleh orang-orang yang tidak taat terhadap pemerintah
untuk menjatuhkan pemerintah yang sedan berkuasa.
Prof. Sayyid Abdul Qadir dan Prof. Muhammad Shuja-ud-Din menulis dalam
buku mereka yang diberijudul History of Islam, Bagian II (diterbitkan di Lahore,
Pakistan):
“Ketika sedang dalam perjalanan pulang dari Mekah menuju Madinah, ’Aisyah
mendengar berita tentang pembunuhan Utsman bin Affan. Dalam berita yang
4. 2013
Apep Wahyudin @islamitucinta.blogspot.com
Chapter:(SERIALPERANGUNTA1)
3
sama juga ditegaskan bahwa Ali-lah yang menggantikan Utsman untuk
menjabat menjadi khalifah berikutnya. ‘Aisyah mengurungkan niatnya kembali
ke kota Madinah. Ia berbalik kembali ke kota Mekah. Thalhah dan Zubayr juga
tiba di Mekah. Gubernur kota Mekah pada waktu itu ialah Abdullah bin Aamir
Hadhrami. Marwan dan beberapa anggota keluarga Bani Umayyah sedang
menjadi tamu dari gubernur pada waktu itu. Mereka semua akhirnya
memutuskan untuk mengadakan rapat kilat membahas kejadian yang sedang
terjadi pada waktu itu. Mereka akhirnya memutuskan bahwa mereka harus
menuntut darah Utsman bin Affan. Mereka mengumpulkan tentara di kota
Mekah dan akhirnya berhasil mengumpulkan sekitar 3000 pasukan dan
setelah berdiskusi mereka akhirnya berjalan pergi ke kota Basrah. Mereka
menduduki kota Basrah; merampas harta benda yang ada di kota Basrah dan
mereka berhasil membunuh sekitar 600 orang Muslim tanpa dosa yang
mereka kira akan menentang mereka. Pasukan Bani Umayyah itu menebarkan
teror di seluruh penjuru kota Basrah.”
Penyelidikan untuk membalas darah Utsman sebenarnya hanyalah dalil untuk
membenarkan perang yang mereka hendak lancarkan. Itu tidak hanya
dijadikan kedok untuk menutupi ambisi para tokoh yang memberontak, tapi
juga untuk menutupi kejahatan yang mereka lakukan. Mereka tentu saja tidak
bisa menutupi kebusukan dan niat jahat serta ambisi mereka kepada umat.
Untuk menyembunyikan rasa malu, akhirnya mereka menampilkan diri sebagai
para ksatria yang patuh dan taat pada raja—yang hendak membalas dendam
karena raja mereka telah terbunuh perlaya. Satu hal yang jelas ialah kalau Ali
berhasil memperkuat kedudukannya sebagai khalifah, maka ia tentu saja akan
menyelidiki pembunuhan Utsman itu; dan apabila itu terjadi, bukan tidak
5. 2013
Apep Wahyudin @islamitucinta.blogspot.com
Chapter:(SERIALPERANGUNTA1)
4
mungkin para tokoh yang sekarang hendak menuntut balas darah Utsman itu
adalah juga pembunuh Utsman yang sesungguhnya. Orang bilang, “Maling
teriak Maling”
Peran mereka ketika mereka mengepung rumah Utsman (sebelum akhirnya
Utsman dibunuh di dalam rumahnya sendiri) sangat jelas sekali dan diketahui
orang banyak. Saksi matanya bertebaran di seluruh penjuru kota Madinah dan
6. 2013
Apep Wahyudin @islamitucinta.blogspot.com
Chapter:(SERIALPERANGUNTA1)
5
banyak sekali yang bisa dimintai kesaksiannya apabila mereka kelak dimintai
sebagai saksi. Bagi para tokoh itu (‘Aisyah, Thalhah, dan Zubayr, dll.) tidak ada
jalan lain kecuali melengserkan Ali dari kursi kekhalifahannya karena mereka
tahu kalau Ali adalah orang yang tidak bisa ditawar-tawar kalau berbicara
keadilan. Mereka hendak mencegah sedini mungkin agar Ali tidak sempat
membuat perangkat hukum untuk menjalankan hukum dan menegakan
stabilitas keamanan. Inilah sebenarnya yang mereka hendak lakukan.
Beberapa dari mereka akhirnya mengaku juga atas apa-apa yang akan
mereka lakukan. Mereka hendak menebus dosa-dosa mereka dan untuk
menebus dosa-dosa itu tidak ada cara lain kecuali “mencuci darah dengan
darah lagi.” (walaupun logika ini terlihat sekali keliru. Ini sama halnya seperti
kakak-kakak kelas kita di perguruan tinggi membalas dendam dan sakit hati
yang mereka alami sewaktu OPSPEK ke generasi selanjutnya yang sama
sekali tidak berdosa terhadap mereka—Red). Mereka telah membunuh
seorang khalifah dan oleh karena itu—kepalang tanggung—mereka hendak
membunuh khalifah berikutnya. Ini adalah cara mereka yang mereka anggap
satu-satunya cara untuk memenangkan atau mendapatkan “pengampunan
dosa”. Aneh memang!
Tidak ada satu orangpun yang bisa memastikan apa niat di belakang ‘Aisyah,
Thalhah, dan Zubayr. Tak satupun orang yang bisa memastikan apa yang
mereka cari dari usaha “menuntut darah Utsman”. Mereka bertiga sama sekali
bukan saudara dari Utsman bin Affan. Jangankan saudara, mereka bahkan
berasal dari klan yang berbeda dengan Utsman. Isterinya Utsman yaitu Naila
serta putera puterinya juga tidak menuntut darah Utsman sama sekali. Mereka-
lah sebenarnya yang lebih berhak untuk menuntut darah Utsman sebagai
7. 2013
Apep Wahyudin @islamitucinta.blogspot.com
Chapter:(SERIALPERANGUNTA1)
6
suami dan ayah mereka. Aneh sekali memang! Setelah kematian Utsman
banyak sekali yang tampil kedepan sebagai penuntut darah Utsman dan
mereka mengarahkan sasaran tembak pada satu orang: ALI BIN ABI THALIB
…… yang mereka klaim sebagai pembunuh Utsman. Aneh …..dan
mengherankan!
‘Aisyah tidak mau melihat Ali duduk di kursi kekhalifahan. Rasa bencinya
terhadap Ali sudah memuncak. Apabila yang duduk di kursi kekhalifahan itu
bukan Ali yang ia benci, maka ‘Aisyah tidak akan bersusah payah menghimpun
kekuatan untuk memerangi khalifah yang sah dan kemudian mengorbankan
begitu banyak nyawa dari ribuan orang yang tak berdosa. Selain karena rasa
benci yang akut kepada Ali, ‘Aisyah juga punya agenda lain yang ia
sembunyikan. Ia ingin mendudukan keponakannya yang ia cintai yaitu
Abdullah bin Zubayr untuk menjadi khalifah yang baru seandainya Ali terbunuh
dan terdepak dari kursi khilafah.
Ada tiga orang gubernur kepercayaan Utsman yang dipecat oleh Ali. Mereka
adalah Abdullah bin Aamir Hadhrami (gubernur kota Mekah); Ya’la bin Umayya
(gubernur Yaman); dan Abdullah bin Aamir bin Kurayz (gubernur Basrah).
Setelah mereka dipecat, gubernur Mekah tetap tinggal di kota Mekah, dan dua
gubernur lainnya juga ikut menetap di kota Mekah. Mereka semua membawa
harta hasil korupsi (mereka sama korupnya dengan Utsman bin Affan—Red)
ke kota Mekah. Beberapa orang penduduk kota Mekah yang kaya juga
memberikan sebagian hartanya kepada para tokoh pemberontak itu. Dengan
ini kaum pemberontak mendapatkan dana yang berlimpah yang bisa mereka
pakai untuk melancarkan perang.
8. 2013
Apep Wahyudin @islamitucinta.blogspot.com
Chapter:(SERIALPERANGUNTA1)
7
Para tokoh pemberontak itu mengadakan pertemuan di rumah Abdullah bin
Aamir Hadharami (bekas gubernur kota Mekah) untuk memutuskan apa yang
hendak mereka lakukan selanjutnya. Mereka memutuskan untuk menyerang
kota Madinah dan mendudukinya dan kemudian berangkat menuju Syria
………tapi setelah dipikir-pikir mereka melihat rencana ini tidak begitu praktis
dengan beberapa alasan yang mereka miliki. Akhirnya …….. Abdullah bin
Aamir bin Kurayz (bekas gubernur kota Basrah) menyarankan agar mereka
pergi dulu ke Basrah. Saran ini kelihatannya disetujui dan disukai oleh setiap
orang. Thalhah dengan semangat menyambut usul ini dan ia berujar bahwa ia
punya banyak sekali keluarga yang berasal dari sukunya tinggal di Basrah dan
ia bisa meminta mereka untuk turut bergabung bersama mereka.
Para pemberontak itu akhirnya merancang strategi sampai matang. Pertama,
mereka akan menjarah harta benda yang ada di kota Basrah kemudian
menjadikan kota Basrah sebagai pusat pemberontakan mereka—sebagai
markas besar mereka. Setelah itu mereka melancarkan serangan ke kota
Kufah dan akan menduduki kota Kufah dimana Zubayr memiliki banyak sekali
pendukung. Apabila Basrah dan Kufah berhasil mereka kuasai maka mereka
anggap bahwa akan mudah sekali untuk mengucilkan Ali di Hijaz. Kemudian
setelah menyudutkan Ali mereka akan menaklukan daerah yang dikuasai
Ali………dilanjutkan dengan mengalahkan Ali dan membunuhnya, sekaligus
merampas kekhalifahan dari tangannya. Kelihatannya semuanya akan berjalan
dengan mudah.
9. 2013
Apep Wahyudin @islamitucinta.blogspot.com
Chapter:(SERIALPERANGUNTA1)
8
Tujuan yang digembar-gemborkan oleh kelompok pemberontak itu ialah bahwa
mereka akan membunuh orang-orang yang telah membunuh Utsman. Orang-
orang yang telah membunuh Utsman itu ada di Madinah akan tetapi para
pahlawan yang akan membunuh para pembunuh Utsman itu sedang bergerak
menuju kota Basrah yang jaraknya 800 mil di sebelah timur Madinah, yaitu di
Irak!!!!!! Mengapa mereka tidak langsung saja ke kota Madinah????
10. 2013
Apep Wahyudin @islamitucinta.blogspot.com
Chapter:(SERIALPERANGUNTA1)
9
Ini menunjukkan bahwa mereka tidak memiliki satu agenda, yaitu: menuntut
darah Utsman saja. Mereka memiliki agenda lain seperti yang dijelaskan di
atas yaitu ingin membunuh Ali dan merebut kursi khilafah darinya.
Thalhah dan Zubayr meminta kesediaan Abdullah bin Umar bin Khattab untuk
menemani mereka ke kota Basrah akan tetapi Abdullah bin Umar bin Khattab
menolak dan tidak ikut dalam rombongan.
‘Aisyah memaksa Hafsa binti Umar bin Khattab dan para janda Rasulullah
yang waktu itu masih berada di Mekah untuk melangsungkan ibadah haji untuk
pergi bersamanya ke kota Basrah. ‘Aisyah ingin mereka semua bersama
dengannya untuk memerangi khalifah Ali. Semua isteri Rasulullah menolak
usulan gila itu kecuali Hafsah binti Umar bin Khattab. Ia bersedia ikut dengan
‘Aisyah akan tetapi saudaranya yaitu Abdullah bin Umar, melarang Hafsah
agar ia tidak ikut bersama ‘Aisyah.
Ummu Salamah adalah salah satu isteri Rasulullah yang shalehah. ‘Aisyah
menulis sebuah surat kepadanya di Madinah dimana dalam surat itu ia
meminta kesediaan Ummu Salamah untuk ambil bagian dalam propaganda
menghasut orang agar memerangi dan membunuh Ali. Ummu Salamah
menjawab sebagai berikut:
“Wahai ‘Aisyah! Apakah engkau telah lupa bahwa Rasulullah memerintahkan
engkau untuk tinggal di rumah dan tidak berbuat sesuatu yang di luar
keimananmu? Jihad bagi wanita itu terbatas. Mata mereka harus senantiasa
menunduk; suara mereka harus lembut dan tidak berteriak. Apakah engkau
mengira Rasulullah akan senang apabila ia melihatmu sedang memacu seekor
11. 2013
Apep Wahyudin @islamitucinta.blogspot.com
Chapter:(SERIALPERANGUNTA1)
10
unta? Seandainya aku tidak mematuhi suamiku, maka aku akan kehilangan
muka dan takkan pernah lagi bertemu dengannya. Oleh karena itu, takutlah
kepada Allah setiap waktu. Tetaplah tinggal di rumahmu, dan janganlah
engkau pergi ke luar untuk berperang.”
‘Aisyah berkilah bahwa ia sebenarnya ada dalam misi perdamaian. Ini aneh
sekali! Karena kalau ia benar dalam misi perdamaian, maka mengapa ia harus
didampingi oleh 3000 orang tentara bersenjatakan lengkap??? Seolah-olah
mereka tentara yang haus darah dan hendak menumpahkan darah kaum
Muslimin yang tak berdosa!!!
Akhirnya semua persiapan telah selesai. Tentara ‘Aisyah, Thalhah, dan Zubayr
pergi meninggalkan kota Mekah dengan pasukan lengkap bersenjatakan hebat
semuanya berderap menuju kota Basrah.
Ketika pasukan Mekah berbaris menuju arah timur, setiap orang bertanya
dalam hati: siapakah yang nantinya akan menjadi khalifah kalau Ali terbunuh?
Putera dari Thalhah berkata bahwa ayahnya-lah yang akan menjadi khalifah
berikutnya. Akan tetapi putera dari Zubayr bin Awwam mengatakan bahwa
ayahnya-lah yang akan menjadi khalifah berikutnya menggantikan Ali yang
akan mereka bunuh. Belum apa-apa mereka sudah mengklaim bahwa kursi
khilafah itu milik mereka dan bukan milik orang lain!
Pertentangan antara mereka berdua makin menyengit. Percekcokan terjadi
antara dua orang anak remaja dari Thalhah dan Zubayr sampai-sampai hampir
saja terjadi perkelahian sengit antara keduanya kalau saja ‘Aisyah tidak segera
datang dan melerai keduanya. Kemudian ‘Aisyah membubarkan mereka agar
12. 2013
Apep Wahyudin @islamitucinta.blogspot.com
Chapter:(SERIALPERANGUNTA1)
11
tidak terjadi percekcokan yang lebih buruk lagi. Percekcokan yang mungkin
akan menimbulkan disintegrasi di dalam pasukan ‘Aisyah.
Meskipun ‘Aisyah tidak mau mempermasalahkan masalah siapa yang akan
menjadi khalifah kelak kalau mereka berhasil membunuh Ali bin Abi Thalib, tapi
tetap saja ‘Aisyah secara kasat mata memperlakukan Abdullah bin Zubayr
(yang tadi terlibat percekcokan dengan puteranya Thalhah) lebih mulia
dibandingkan yang lain. ‘Aisyah menyuruh Abdullah bin Zubayr untuk
memimpin shalat berjamaah. Kebiasaan memimpin shalat berjamaah ini
memiliki signifikansi yang berarti pada masa itu. Pada suatu kesempatan,
ketika Rasulullah terbaring sakit, Abu Bakar memimpin shalat kaum Muslimin.
Kenyataan bahwa Abu Bakar telah atau pernah memimpin shalat umat Islam
dijadikan alasan sepeninggal Rasulullah untuk menyatakan bahwa Abu Bakar
berhak menjadi pemimpin kaum Muslimin. Abu Bakar dijadikan khalifah karena
ia pernah satu kali memimpin umat Islam shalat berjamaah!
‘Aisyah sangat mencintai keponakannya (Abdullah bin Zubayr: putera dari hasil
pernikahan Mut’ah anatara Zubayr bin Awwam dengan ‘Asma binti Abu
Bakar—red.) itu. ‘Aisyah sangat mencintainya melebihi rasa cinta Asma
(sebagai ibunya) kepada Abdullah bin Zubayr. Dan sebagai ungkapan rasa
cintanya itu, ia ingin keponakannya itu menjadi khalifah menggantikan Ali bin
Abi Thalib. Dengan menyuruh Abdullah bin Zubayr memimpin orang-orang
shalat berjamaah, maka ‘Aisyah sebenarnya sedang meretas jalan karir bagi
keponakannya itu. Nanti takkan ada yang bisa mengklaim kekhalifahan apabila
alasan memimpin shalat berjamaah itu bisa dijadikan alasan yang kuat untuk
menjadikan seseorang memangku jabatan khalifah……….en toch ‘Aisyah
13. 2013
Apep Wahyudin @islamitucinta.blogspot.com
Chapter:(SERIALPERANGUNTA1)
12
sudah pernah menggunakan alasan yang sama untuk memastikan orang-
orang bahwa bapaknya itu memang pemegang hak khilafah yang kuat.
Permasalahan siapakah yang akan menjadi khalifah berikutnya mengganggu
pikiran dari Sa’id bin Aas. Ia akhirnya memberanikan diri untuk bertanya
kepada Thalhah dan Zubayr tentang hal ini dan akhrinya mereka terlibat dalam
sebuah pembicaraan seperti ini:
Sa’id : “Kalau seandainya engkau memenangkan perang melawan Ali,
siapakah yang akan menjadi khalifah nanti?”
Thalhah : “Siapa saja yang nantinya dipilih oleh kaum Muslimin, maka ia akan
menjadi khalifah.”
Sa’id : Ketika engkau meninggalkan kota Mekah, engkau mengumumkan
bahwa tujuan engkau untuk memerangi Ali ialah untuk menuntut darah
Utsman. Apabila tujuan engkau itu tidak berubah, maka seharusnya engkau
mengangkat salah satu dari putera Utsman sebagai khalifah dan kedua putera
dari Utsman itu ada bersama kita di sini.”
Thalhah : “Apakah engkau pikir kita akan melupakan kaum Muhajirin yang
lebih tua usianya dengan memilih bocah-bocah ingusan untuk menjadi
khalifah? Tidak. Kami tidak pernah berpikir seperti itu.”
Sa’id akhirnya mengerti bahwa tujuan untuk menuntut darah Utsman itu
hanyalah akal-akalan mereka saja. Karena sebenarnya tujuan dari tiga
sekawan (‘Aisyah, Thalhah, dan Zubayr) itu adalah untuk merebut kekuasaan
bagi diri mereka sendiri.
14. 2013
Apep Wahyudin @islamitucinta.blogspot.com
Chapter:(SERIALPERANGUNTA1)
13
Ada salah seorang sahabat nabi yang terkenal yang datang ke perkemahan
tentara ‘Aisyah. Ia adalah Mughirah bin Shaaba. Ia berbicara panjang lebar
dengan ‘Aisyah serta Marwan bin Hakam. Mughirah menasehati mereka agar
mereka mengurungkan niatnya untuk menyerbu kota Basrah. Ia berkata
kepada Marwan:
“………Kalau engkau ingin pergi ke Basrah untuk memburu para pembunuh
Utsman, maka sesungguhnya engkau keliru. Para pembunuh Utsman ini ada
bersama tentara kalian di sini dan bukan di kota Basrah. Mereka adalah para
jenderal yang mengepalai tentara ini (maksudnya Thalhah dan Zubayr).
Mereka telah membunuh Utsman karena masing-masing dari mereka hendak
menjadi khalifah. Akan tetapi mereka gagal dan setelah kegagalan mereka,
mereka merencanakan peristiwa makar ini.”
Akan tetapi ‘Aisyah dan Marwan tidak mau membatalkan niat mereka untuk
menaklukan kota Basrah. Mereka tidak mempedulikan nasehat Mughirah bin
Shaaba. Setelah mendengar nasehat dari Mughirah bin Shaaba itu, Sa’id bin
Aas, Abdullah bin Khalid, dan beberapa orang lainnya memisahkan diri dari
tentara ‘Aisyah dan mereka pergi ke Tha’if.
15. 2013
Apep Wahyudin @islamitucinta.blogspot.com
Chapter:(SERIALPERANGUNTA2)
14
(SERIAL PERANG UNTA 2)
Ali menyambut pasukan pemberontak pimpinan ‘Aisyah binti Abu Bakar
BETAPA SUSAHNYA IMAM ALI MENYUSUN TENTARA PADAHAL
MEREKA DULU MEMAKSANYA MENJADI KHALIFAH
Pasukan pemberontak yang dipimpin oleh ‘Aisyah itu melanjutkan
perjalanannya ke kota Basrah akan tetapi sebuah peristiwa aneh membuat
mereka menangguhkan perjalanan untuk kali yang kedua. Ketika ‘Aisyah
memacu untanya melewati sebuah sumur di sebuah desa di dataran tinggi,
beberapa ekor anjing kampong mengelilingi unta yang ditunggangi ‘Aisyah dan
kemudian mulai menggonggongi ‘Aisyah dengan galaknya. ‘Aisyah
melongokkan kepalanya keluar dari tandu yang ada di punuk unta yang ia
tunggangi dan kemudian ia bertanya kepada anaknya Thalhah apakah ia tahu
nama desa yang sedang mereka lewati. Putera Thalhah bin Ubaydillah itu
kemudian menjawab bahwa nama desa itu ialah Hauab.
Ketika ‘Aisyah mendengar bahwa nama desa itu ialah Hauab, maka ia terkejut
sekali dan hampir-hampir jatuh dari tandunya. Ia memerintahkan kusir dari
untanya untuk menghentikan unta dan ia menyuruh kusir itu untuk kembali ke
kota Madinah segera dan menggagalkan rencana mereka untuk pergi ke kota
Basrah.
16. 2013
Apep Wahyudin @islamitucinta.blogspot.com
Chapter:(SERIALPERANGUNTA2)
15
Perubahan mendadak ini membuat putera dari Thalhah kaget, dan ia bertanya
mengapa ‘Aisyah tidak mau pergi ke kota Basrah. ‘Aisyah menjawab bahwa ia
teringat bahwa Rasulullah pernah meramalkan sebagai berikut:
“Rasulullah pada suatu waktu bersama dengan isteri-isterinya dan kemudian
mulai berbicara: ‘Pada suatu waktu beberapa ekor anjing di Hauab akan
menggonggong kepada salah satu diantara kalian, dan pada waktu itu ia
sedang dalam keadaan berbuat kesalahan yang besar.”
“Rasulullah kemudian melihat ke arahku, dan berkata: ‘Hati-hatilah engkau ya
Humaira! Siapa tahu wanita yang dimaksud itu ialah kamu.” Dan sekarang aku
telah mendengar dan melihat anjing-anjing di Hauab itu menggonggong
kearahku. Jadi akulah yang dimaksud dengan seseorang yang berbuat salah
besar.”
Akan tetapi putera dari Thalhah tidak begitu yakin dengan apa yang dikatakan
oleh ‘Aisyah, dan kemudian ia berbicara:
“Wahai, ummul mukminin! Janganlah engkau pedulikan anjing-anjing yang
menggonggong itu. Kita punya banyak hal yang lebih penting untuk kita
lakukan. Jadi kita harus buru-buru pergi ke Basrah yang melambai-lambai ke
arah kita.”
Abdullah bin Zubayr tiba di tempat itu dan ia juga mendengar apa yang
dikatakan oleh ‘Aisyah, bibinya. Akan tetapi ia harus menghentikan semua itu.
Apabila ‘Aisyah meninggalkan pasukannya sendiri, maka semua usaha
mereka untuk menggulingkan kekuasaan yang sah akan jatuh dengan
sendirinya. Di tambah lagi, pasukan mereka kemungkinan besar akan terlunta-
17. 2013
Apep Wahyudin @islamitucinta.blogspot.com
Chapter:(SERIALPERANGUNTA2)
16
lunta dan tidak akan diterima oleh siapapun dimanapun karena kedudukan
mereka sebagai pemberontak membuat mereka sulit untuk diterima oleh
siapapun kecuali oleh pendukungnya. Abdullah bin Zubayr terpaksa
berbohong. Ia mengatakan bahwa desa yang mereka lewati yang anjing-
anjingnya menggonggong itu bukanlah desa Hauab. ‘Aisyah tidak percaya
begitu saja dan ia tetap bersikeras tidak mau pergi ke kota Basrah.
Abdullah bin Zubayr sekarang terpaksa melakukan sebuah upaya terakhirnya
untuk meyakinkan bibinya itu agar ia tetap mau pergi ke Basrah. Ia kemudian
bersumpah kepada ‘Aisyah bahwa tentara mereka itu sudah melewati Hauab
jauh sebelumnya. Abdullah bin Zubayr juga membawa 50 orang Arab Baduy
dan dibawa ke depan ‘Aisyah. Ke-limapuluh orang Arab Baduy itu diminta
untuk bersumpah bahwa Hauab itu sudah mereka lalui dan jaraknya sekarang
sudah jauh sekali dari tempat mereka berada.
Para sejarawan Arab menuliskan bahwa “sumpah palsu” yang dibuah oleh
Abdullah bin Zubayr di depan ‘Aisyah adalah sumpah palsu pertama yang
dikenal dalam sejarah Islam.
Tabari, tokoh sejarawan terkemuka dalam sejarah Arab, juga menuliskan
kejadian ini dalam kitab Tarikh-nya. Tabari menambahkan bahwa setelah
segenap upaya dilakukan oleh Abdullah bin Zubayr dan kelimapuluh Arab
Baduy itu akhirnya ‘Aisyah yakin sudah kalau anjing-anjing yang
menggonggong itu bukan anjing-anjing dari Hauab melainkan anjing-anjing
dari desa sekitar. ‘Aisyah sekarang menganggap bahwa peristiwa barusan
hanya kejadian kecil saja yang tidak punya arti apapun. Pikirannya sekarang
tertuju kepada Basrah. Ia kembali memimpin rombongan menuju kota Basrah.
18. 2013
Apep Wahyudin @islamitucinta.blogspot.com
Chapter:(SERIALPERANGUNTA2)
17
Pada saat yang sama Ali sedang sibuk dalam mengendalikan keadaan. Dari
semua musuh yang ia miliki, Mu’awiyyah (gubernur Syam atau Syria) adalah
musuh yang paling utama dan paling berbahaya. Dan Ali berpendapat bahwa
Mu’awiyyah harus mendapatkan perhatian lebih daripada yang lain. Akan
tetapi Ali mendengar bahwa Thalhah dan Zubayr yang telah meninggalkan
kota Madinah menuju Mekah untuk melaksanakan Umrah telah menarik
kembali bai’at yang mereka berikan kepadanya. Dan mereka sekarang sudah
bergabung dengan ‘Aisyah yang telah berada di kota Mekah bersama-sama
mengacungkan bendera peperangan menentang Ali sebagai khalifah yang
sah. Ali juga mendengar bahwa ketiga orang jenderal perang dari gerombolan
penentang itu sudah bersenjatakan lengkap sekali dan sedang bergerak
menuju kota Basrah di Irak dan bermaksud untuk menaklukan kota itu.
‘Aisyah memang tidak pernah menyembunyikan rasa bencinya kepada Ali dan
semua orang tahu itu. Tapi Ali tetap tidak habis pikir mengapa ‘Aisyah sampai
hati untuk memerangi dirinya. Bagi Ali Thalhah, Zubayr dan Muawiyyah lebih
cocok untuk membentuk aliansi yang akan memerangi dirinya. Akan tetapi
Thalhah, Zubayr dan ‘Aisyah sebagai aliansi itu sama sekali tidak terpikirkan
oleh Ali. Akan tetapi itulah keadaannya yang sedang terjadi. Aliansi Thalhah,
Zubayr dan ‘Aisyah sekarang lebih membahayakan terhadap keamanan
pemerintahan Islam yang dipimpin oleh Ali. Aliansi itu lebih membahayakan
daripada Mu’awiyyah sendiri.
Ali sekarang harus menunda apapun agar bisa berkonsentrasi terhadap
rombongan pemberontak yang dipimpin oleh ‘Aisyah, Thalhah dan Zubayr. Ali
berusaha sekuat tenaga agar aliansi tiga sekawan itu tidak menimbulkan
pertumpahan darah yang tidak perlu di kalangan umat Islam. Pertumpahan
19. 2013
Apep Wahyudin @islamitucinta.blogspot.com
Chapter:(SERIALPERANGUNTA2)
18
darah yang mungkin akan terjadi kalau mereka memberontak terhadap
pemerintahan yang hak. Ali mengirimkan sepucuk surat kepada ‘Aisyah yang
isinya sebagai berikut:
“Dengan Nama Allah yang maha pengasih dan maha penyayang.”
“Engkau telah meninggalkan rumahmu dan menentang perintah Allah dan
RasulNya. Engkau sekarang sedang menuai badai dan menciptakan
pertumpahan darah di kalangan Muslimin. Berhentilah sejenak dan berpikirlah
tentang semua ini: Apa yang engkau cari bersama tentaramu dalam perang
ini? Apakah pekerjaanmu itu berperang dan memerangi orang? Dan kalau
engkau berperang, siapakah yang akan engkau perangi? Apakah engkau akan
memerangi kaum Muslimin? Tempatmu itu di rumah. Allah sudah
memerintahkanmu untuk tetap tinggal di rumahmu. Oleh karena itu, takutlah
kepadaNya, dan jangan sekali-kali menentangNya. Kembalilah segera ke kota
Madinah.”
‘Aisyah sudah menerima dan membaca surat dari Ali akan tetapi ia tidak
terpengaruh sedikitpun oleh surat itu dan ia lebih memilih untuk tidak
mempedulikannya sama sekali.
Ali juga mengirimkan surat yang sama isinya kepada Thalhah dan Zubayr akan
tetapi mereka berdua juga tidak mau membalas surat itu.
Ali akhirnya sadar bahwa para pemimpin pemberontak itu lebih cenderung
untuk memilih berperang dan mencurahkan darah sesama kaum Muslimin. Ali
berkehendak untuk mencegah pertumpahan darah dan untuk itu ia
memutuskan untuk menghalangi mereka. Akan tetapi Ali hanya bisa
20. 2013
Apep Wahyudin @islamitucinta.blogspot.com
Chapter:(SERIALPERANGUNTA2)
19
menghadang tentara ‘Aisyah dengan tentaranya sendiri………………
masalahnya ialah Ali tidak punya tentara sama sekali!!!!
Ali, sebagai khalifah yang baru, harus memulai dari awal. Ia harus membentuk
pasukan sendiri apabila ia ingin mencegah pasukan pemberontak yang hendak
menyerang dan menaklukan Basrah. Ali pergi ke mesjid kemudian
mengumumkan kepada kaum Muslimin bahwa pasukan pemberontak akan
merencanakan sesuatu. Ali mengumumkan kepada kaum Muslimin bahwa ia
membutuhkan pasukan perang untuk mencegah pasukan pemberontak. Ali
memerlukan sukarelawan yang mau bertindak bersamanya.
Akan tetapi Ali harus kecewa dengan jawaban yang diberikan umat Islam pada
waktu itu. Tidak ada satupun yang mau dan bersedia bergabung dengannya
untuk menahan pasukan pemberontak. Ali sekali lagi mengajukan penawaran.
Tapi jawaban dari kaum Muslimin sama saja: mereka tidak bersedia untuk
bergabung dengannya.
Setiap selesai shalat di mesjid, Ali berkata kepada para jemaah bahwa ia
memerlukan tentara untuk mempertahankan pemerintahan. Ia mengingatkan
kaum Muslimin bahwa sekarang ia telah mengambil alih pemerintahan karena
memang ia diminta oleh umat. Ali juga mengingatkan kepada mereka bahwa
Ali menerima khilafah itu karena mereka bersedia untuk memberikan bai’at
kepadanya—baik dalam damai maupun dalam perang. Artinya mereka harus
memberikan bantuan kepada Ali sebagai khalifah yang sah (yang mereka
tunjuk secara aklamasi) untuk kelangsungan pemerintahan Islam di muka bumi
ini. Kaum Muslimin rupanya tidak tergerak sama sekali. Mereka telah lupa
21. 2013
Apep Wahyudin @islamitucinta.blogspot.com
Chapter:(SERIALPERANGUNTA2)
20
dengan bai’at yang mereka berikan kepada Ali. Ali merasa lumpuh dan tak
berdaya melihat kelakuan kaum Muslimin yang telah membai’atnya.
Setelah beberapa hari, akhirnya ada juga tanggapan. Ada seseorang yang
berdiri di depan mesjid dan berkata kepada Ali bahwa ia bersedia untuk patuh
dan setia kepada perintah Ali. Beberapa orang lagi akhirnya mengikuti dia.
Tidak lama kemudian Ali dapat mengumpulkan sekitar 700 orang sukarelawan
yang bersedia untuk patuh dan taat kepadanya.
22. 2013
Apep Wahyudin @islamitucinta.blogspot.com
Chapter:(SERIALPERANGUNTA2)
21
Dalam The Great Arab Conquest, halaman 318, terbitan tahun 1967,
disebutkan:
“Ketika Ali mendengar Zubayr, Thalhah, dan ‘Aisyah telah meninggalkan
Mekah, Ali memutuskan untuk mengikuti mereka akan tetapi Ali kesulitan untuk
membangun angkatan perang. Padahal tiga bulan yang lalu, para sahabat nabi
dan masyarakat kota Madinah berkumpul di depan pintu rumah Ali untuk
berbai’at kepadanya; untuk mengangkatnya menjadi khalifah. Akan tetapi
sekarang Ali sangat sulit mendapatkan satu orangpun untuk dijadikan tentara
perang pemerintahan Islam. Pada saat yang bersamaan tidaklah sulit bagi
Thalhah dan Zubayr untuk mendapatkan tentara. Dengan segera mereka
mendapatkan dukungan sekitar 3000 orang dari Mekah dan dari suku-suku
sekitar.”
“Pada bulan Oktober tahun 656, 4 bulan setelah pembunuhan Utsman bin
Affan, Ali berusaha untuk mengejar Thalhah dan Zubayr. Ali hanya punya
tentara kecil berjumlah 700 orang saja. Karena kelelahan, Ali mendirikan tenda
di dekat sebuah sumur gurun pasir di Nejed” (The Great Arab Conquest,
halaman 318, 1967).
Sebelum meninggalkan kota Madinah, Ali mengunjungi Ummu Salamah (salah
satu isteri Rasulullah yang shalehah) dan mengucapkan selamat tinggal
kepadanya. Ummu Salamah berkata kepada Ali:
“Dengan Nama Allah. Aku do’akan engkau agar senantiasa ada dalam
perlindunganNya. Dengan kekuasaanNya dan kebesaranNya, engkau
senantiasa bersama dengan kebenaran. Dan semua musuhmu ada dalam
23. 2013
Apep Wahyudin @islamitucinta.blogspot.com
Chapter:(SERIALPERANGUNTA2)
22
kesalahan. Seandainya tidak ada larangan bagi para isteri Nabi untuk keluar
rumah, maka aku akan menemanimu dalam perjuanganmu.” (Abu Fida)
Ummu Salamah memiliki seorang putera dari hasil pernikahan pertamanya. Ia
akhirnya memasrahkan puteranya itu kepada Imam Ali seraya berkata:
“Ia adalah puteraku satu-satunya. Ia adalah satu-satunya yang aku miliki.
Kalau diperlukan, aku akan mengorbankan puteraku ini untukmu.”
Ali merasa sangat tersentuh dan sedih dengan raut wajah Ummu Salamah. Ia
mengucapkan terimakasih dan mengucapkan selamat berpisah kepada Ummu
Salamah dengan ucapan yang menyentuh hati dan mengoyak perasaan.
Ummu Salamah tidak tahu apakah Ali akan kembali ke kota Madinah dengan
selamat atau tidak. Puteranya menemani Ali ke Irak.
Ali menunjuk Sahl ibn Hunaif Ansari sebagai gubernur kota Madinah selama
Ali tidak ada di kota Madinah dan Ali mengirimkan Qathm ibn Abbas ke Mekah
untuk mengurus kota Mekah sebagai gubernur kota itu.
Yang terakhir kali dilakukan oleh Imam Ali di kota Madinah itu ialah
mengunjungi dulu makam dari sepupunya sekaligus mertuanya terkasih,
Muhammad al-Mustafa dan kemudian makam isterinya tercinta Fathimah az-
Zahra. Muhammad al-Mustafa adalah pembimbingnya, pengasuhnya, dan
teman hidupnya sementara Fathimah adalah isterinya dan teman setianya. Ali
mengucapkan selamat berpisah kepada keduanya dengan hati yang diliputi
rasa sedih. Imam Ali meninggalkan kedua makam itu dengan linangan air
mata.
24. 2013
Apep Wahyudin @islamitucinta.blogspot.com
Chapter:
23
(SERIAL PERANG UNTA 3)
Mereka memilih jalan kekerasan daripada jalan perdamaian yang
dimuliakan Islam
Ketika Ali tiba di Irak bersama pasukan kecilnya, ia kemudian memasang
tenda di sebuah tempat yang bernama Dzi-Qaar. Abdullah bin Abbas—
sepupunya—melaporkan bahwa ada seseorang yang ingin bertemu dengan
Ali:
“Kami berada di Dzi-Qaar pada sore hari itu ketika ada seseorang yang sudah
tua datang ke tenda. Ia sudah sangat tua dan renta. Ia hanya berbekal sedikit
makanan dan sekantung air. Ia masuk ke dalam tenda dan meminta untuk
bertemu dengan Ali. Ketika orang tua itu dibawa ke hadapan Ali, segera Ali
mengenalinya sebagai Owais al-Qarni dari Yaman. Ketika kami semua
mendengar namanya disebutkan, Kami segera tahu bahwa ia itu adalah
sahabat Rasulullah yang setia dan dicintai Rasulullah. Ia meminta Ali untuk
mengulurkan tangannya, dan Ali kemudian mengulurkan tangannya. Kemudian
ia meletakkan tangannya di atas tangan Ali, dan mengucapkan bai’at kesetiaan
kepada Ali.”
Ali menyambut Owais al-Qarni sebagai sahabat yang terkasih dari Rasulullah.
Ali menyambutnya sama seperti kalau Rasulullah menyambut Owais al-Qarni.
25. 2013
Apep Wahyudin @islamitucinta.blogspot.com
Chapter:(SERIALPERANGUNTA3)
24
Owais al-Qarni—sahabat yang patut untuk dimuliakan—langsung dimasukkan
kedalam pasukan Ali di Madinah.
Bagi Ali, kedatangan sahabat nabi yang setia yang mendukung perjuangannya
ini seperti setetes air yang membasahi kerongkongan kering di gurun sahara.
Bisa dibayangkan oleh kita semua dimana Ali susah sekali mendapatkan
dukungan moril dan materil di tengah-tengah para sahabat nabi yang
mengkhianati Ali; membangkang terhadap Ali; melawan Ali; menyebarkan
kabar dusta tentang Ali dan sebagainya yang selama ini mewarnai
perkembangan Negara Islam di bawah pemerintahan Ali. Untuk beberapa saat,
Ali melupakan masalah yang sedang ia hadapi karena ia didatangi oleh Owais
al-Qarni—seorang sahabat setia dari al-Mustafa. Ali terbawa ke masa lalu
dimana Muhammad yang dikasihinya masih hidup bersamanya. Sekarang Ali
ingin mengembalikan masa-masa penuh kecintaan bersama al-Mustafa; masa-
masa dimana Al-Mustafa dan dirinya mengendalikan umat dan
membimbingnya menuju ke kesempurnaan terbebas dari kemusyrikan dan
kejahilan. Ali sedang dikejutkan oleh tingkah laku umat yang menentangnya
dan kelihatannya setiap orang dari mereka itu sudah pada tahap dimana
mereka sangat haus darah dan kekuasaan.
Usaha Ali yang pertama untuk menghindari perang (yang ia kendalikan dari
Madinah) menemui kebuntuan. Sekarang ia khawatir sekali bahwa ia tidak bisa
mengendalikan dan menghentikan umat dari peperangan saudara. Oleh
karena itu, ketika ia berhasil mengumpulkan pasukannya, ia cepat-cepat
menyusun usaha perdamaian dengan melancarkan serangkaian usaha
diplomasi kepada kaum pemberontak. Ali juga mengirimkan beberapa tokoh
dari kalangan sahabat Nabi yang masih hidup pada waktu itu. Ali mengirimkan
26. 2013
Apep Wahyudin @islamitucinta.blogspot.com
Chapter:(SERIALPERANGUNTA3)
25
beberapa tokoh sahabat Nabi untuk menemui ‘Aisyah, Thalhah dan Zubayr
akan tetapi usaha itu tidak membuahkan hasil.
Ali tidak pernah menggenggam Thalhah dan Zubayr dengan menggunakan
kekuasaan yang ia miliki. Ali tidak pernah memberikan keduanya hadiah-
hadiah yang banyak dari baitul mal untuk membuat keduanya diam dan setia
padanya. Ali juga tidak pernah memberikan ancaman atau memaksakan
kehendaknya kepada Thalhah dan Zubayr agar keduanya tidak memberontak.
Ali tahu bahwa baik Thalhah maupun Zubayr sudah memendam bakat-bakat
pengkhianatan di hatinya. Jadi kalau Ali memberikan mereka hadiah-hadiah
dan upeti maka itu akan dianggap sebagai suap bagi kedua tokoh itu dan Ali
adalah orang yang paling anti suap yang pernah hidup pada masa itu.
Di Madinah Abdullah bin Abbas pernah memberi nasihat kepada Ali agar Ali
memberikan jabatan gubernur kepada Thalhah dan Zubayr. Thalhah dipastikan
untuk menjadi gubernur kota Basrah dan Zubayr untuk menjadi gubernur kota
Kufah. Akan tetapi Ali tahu betul watak dari kedua tokoh itu, oleh karena itu Ali
tidak mau menjadikan kedua tokoh itu sebagai gubernur kota. Kalau itu
dilakukan Ali, maka itu sama saja dengan sebuah blunder politik. Kalau kedua
tokoh itu menjadi gubernur kota Basrah dan Kufah maka Ali akan menghadapi
bukan satu orang Mu’awiyyah akan tetapi 3 orang Mu’awiyyah sekaligus; 3
orang dengan sifat dan karakter yang sama dengan Mu’awiyyah.
Di sisi lain……Ali bukanlah seseorang yang suka menggunakan kekerasan
untuk mencapai tujuannya. Ali tidak mungkin diharapkan untuk menangkapi
orang-orang sebelum orang-orang itu benar-benar terbukti telah melakukan
kejahatan. Oleh karena itu, ketika Thalhah dan Zubayr berpamitan hendak
27. 2013
Apep Wahyudin @islamitucinta.blogspot.com
Chapter:(SERIALPERANGUNTA3)
26
pergi ke Mekah untuk melaksanakan Umrah, Ali memberikan ijin. Tapi Ali
berujar kepada keduanya bahwa ia tahu mereka berdua pergi ke kota Mekah
bukan untuk melaksanakan ibadah Umroh melainkan untuk tujuan lain.
Seperti yang dijelaskan di atas, Ali berhasil mengumpulkan pasukan kecil yang
terdiri dari 700 orang di kota Madinah. Dengan kekuatan yang sangat kecil
seperti itu, ia tentu saja takkan bisa menahan serangan yang akan dilancarkan
oleh para pemberontak. Oleh karena itu, Ali mengirimkan Muhammad bin
Ja’far serta Muhammad bin Abu Bakar (putera dari Abu Bakar) untuk
berangkat ke kota Kufah agar bisa mengumpulkan kekuatan tambahan di
sana. Gubernur kota Kufah pada waktu itu ialah Abu Musa Al-Anshari dan ia
menentang Ali. Utusan yang dikirimkan oleh Ali itu terlambat sampainya di kota
Kufah, akan tetapi Ali sebenarnya sudah mengirimkan utusan yang lain
sebelumnya yaitu Abdullah bin Abbas dan Malik bin Asytar, juga Hasan bin Ali
(puteranya sendiri) dan Ammar bin Yasir ke kota Kufah untuk merekrut
pasukan dari sana.
Hasan bin Ali tidak mempedulikan penentangan yang diberikan oleh Abu Musa
al-Anshari. Hasan bin Ali langsung memasuki mesjid agung yang ada di kota
Kufah dan menyapa kaum Muslimin yang ada di sana. Hasan bin Ali kemudian
berkhutbah di sana dengan mencoba mengingatkan mereka bahwa mereka
mempunyai kewajiban terhadap Allah dan RasulNya.
Kedatangan Hasan bin Ali—cucu terkasih dari Rasulullah—di kota Kufah,
menciptakan sensasi tersendiri. Khutbah belum selesai tapi orang-orang sudah
mulai berteriak histeris. Mereka berteriak: “Kami dengarkan dan kami patuhi;
Kami bersedia patuh dan taat, serta berbakti padamu”
28. 2013
Apep Wahyudin @islamitucinta.blogspot.com
Chapter:(SERIALPERANGUNTA3)
27
Hasan bin Ali, Ammar bin Yasir, Abdullah bin Abbas, dan Malik bin Asytar
kembali ke Dzi-Qaar bersama pasukan berjumlah 12,000 orang dari kota
Kufah.
Gubernur yang ditunjuk oleh Ali di kota Basrah itu ialah Utsman bin Hunaif al-
Anshari. Ia dulu pernah ditunjuk oleh Umar bin Khattab untuk menjabat jabatan
Bendahara di Irak. Ketika Utsman bin Hunaif tahu bahwa pasukan ‘Aisyah,
Thalhah, dan Zubayr ada di dekat kota Basrah, maka ia segera mengirimkan
seorang utusan (yang juga sahabat setia Ali) yang bernama Abul Aswad ad-
Du’ali untuk menemui mereka dan mencari tahu mengapa mereka datang ke
kota Basrah. Abul Aswad menemui ‘Aisyah dan kemudian terlibat dalam
pembicaraan sebagai berikut:
ABUL ASWAD: “Ya, ummul mukminin, mengapa engkau datang ke kota
Basrah? Ada apakah gerangan yang mendorong anda untuk datang ke sini
dengan membawa pasukan yang besar seperti ini?
‘AISYAH: “Aku datang untuk menuntut darah Utsman. Aku datang untuk
mencari orang yang telah membunuh Utsman. Utsman telah dibunuh di
rumahnya sendiri padahal ia sama sekali tidak berdosa”
ABUL ASWAD: “Siapapun pembunuh Utsman yang pastinya ialah ia tidak
berada di sini, di kota Basrah”
‘AISYAH: “Aku tahu itu……tapi untuk balas dendam, aku butuh kerjasama dan
dukungan dari orang-orang Basrah.
29. 2013
Apep Wahyudin @islamitucinta.blogspot.com
Chapter:(SERIALPERANGUNTA3)
28
ABUL ASWAD: “Aku harap anda tidak lupa bahwa Rasulullah telah
memerintahkan anda untuk tinggal dan berdiam diri di rumah. Lagipula,
bukanlah urusanmu untuk mencampuri urusan politik dan perang. Tidak layak
untuk seorang janda Rasulullah meninggalkan rumahnya dan memerangi
kaum Muslimin”
‘AISYAH: “Apa benar ada orang-orang Islam yang mau menentangku dan
memerangiku?”
‘Aisyah percaya bahwa apabila ia nanti memasuki medan perang sebagai
pemimpin pasukan perang, maka para prajurit yang ada di pihak musuhnya
akan menyeberang ke pihaknya……….atau kalau tidak mau menyeberang,
maka yang mungkin mereka lakukan ialah meninggalkan peperangan dan
meninggalkan pemimpin perangnya (yaitu Ali) sendirian.
Abul Aswad kemudian pergi menemui Thalhah dan Zubayr dan bertanya
kepada mereka untuk tujuan apa mereka ini datang ke kota Basrah lengkap
dengan pasukan bersenjata.
Thalhah & Zubayr: “Kami ingin menuntut balas kepada Ali atas terbunuhnya
Utsman”
Abul Aswad: “Ali tidak pernah membunuh Utsman. Ali juga tidak berkomplot
dengan para pembunuh Utsman. Dan engkau juga tahu itu.
Thalhah & Zubayr: “Kalau ia tidak terlibat, mengapa ia mencoba untuk
melindungi para pembunuh Utsman?”
30. 2013
Apep Wahyudin @islamitucinta.blogspot.com
Chapter:(SERIALPERANGUNTA3)
29
Abul Aswad: “Apakah ini berarti kalian telah mengambil kembali bai’at kalian
yang kalian telah berikan sebelumnya kepada Ali?”
Thalhah & Zubayr: “Bai’at itu diambil dari kami dengan terpaksa di bawah
todongan pedang. Oleh karena itu, bai’at itu sendiri batal dengan sendirinya.”
Abul Aswad bisa melihat dengan jelas sekarang bahwa para pemberontak ini
memang haus darah dan mereka terobsesi dengan perang dan setiap
pembicaraan ke arah perdamaian pastilah menemui jalan buntu. Oleh karena
itu, Abul Aswad segera kembali ke kota Basrah dan melapor kepada Utsman
bin Hunaif apa-apa yang telah dikatakan oleh ‘Aisyah, Thalhah dan Zubayr.
Para pemberontak itu tampaknya tidak berusaha untuk menutup-nutupi
maksud mereka akan tetapi sayang Utsman bin Hunaif tidak memiliki pasukan
yang cukup kuat dan besar untuk menghadang mereka. Utsman bin Hunaif
tahu betul bahwa cepat atau lambat ia tidak bisa lagi bisa mempertahankan
kota Basrah. Oleh karena itu, ketika pasukan pemberontak itu memasuki pintu
kota, segera Utsman bin Hunaif melancarkan sebuah negosiasi dengan
mereka. Kedua belah pihak akhirnya sepakat tidak akan melakukan apapun
yang bisa merusak aturan yang sedang berlaku saat ini di kota itu, dan Utsman
bin Hunaif akan tetap menjabat sebagai gubernur kota Basrah.
Akan tetapi belum juga 2 hari berlalu, kepala para pemberontah telah
melanggar perjanjian gencatan senjata. Pasukan pemberontak itu menyerang
kota Basrah pada malam hari. Pasukan itu menyebar ke seluruh penjuru kota
dan membunuh kurang lebih 600 orang dan itu termasuk 40 orang yang
sedang ada di dalam mesjid agung kota Basrah!
31. 2013
Apep Wahyudin @islamitucinta.blogspot.com
Chapter:(SERIALPERANGUNTA3)
30
Thalhah dan Zubayr merangsek menuju rumah gubernur kota Basrah.
Sesampainya di sana mereka menangkap gubernur Utsman bi n Hunaif dan
mereka membunuh setiap orang yang mencoba mencegah mereka. Mereka
juga sebenarnya ingin membunuh Utsman bin Hunaif akan tetapi mereka
segera ingat bahwa saudara dari Utsman bin Hunaif yang bernama Sahl bin
Hunaif (yang pada waktu itu menjabat sebagai gubernur kota Madinah) bisa
saja membunuhi keluarga atau sanak kerabat mereka yang tinggal di kota itu
sebagai tindakan balasan. Oleh karena itu, mereka akhirnya tidak jadi
membunuh sahabat Rasulullah yang setia itu. Akan tetapi mereka akhirnya
menerapkan juga hukuman kepada Utsman bin Hunaif. Mereka memukuli
Utsman bin Hunaif sampai babak belur. Tidak sampai di situ, mereka belum
puas juga………..akhirnya mereka mencabuti seluruh rambut yang ada di
kepala dan wajah Utsman bin Hunaif; itu termasuk bulu alis dan janggut yang
tumbuh di wajah Utsman bin Hunaif. Kemudian ‘Aisyah, Thalhah, Zubayr
mengusir Utsman bin Hunaif itu keluar dari kota Basrah dimana ia pernah
menjadi gubernur. Utsman bin Hunaif kemudian berjalan tertatih-tatih menuju
ke tempat dimana Ali (sahabatnya) bersama pasukannya berkemah. Utsman
bin Hunaif akhirnya sampai juga ke perkemahan pasukan Ali dengan keadaan
yang sangat mengkhawatirkan.
Ali sangat sedih melihat keadaan Utsman bin Hunaif; dan ia sangat marah
kepada Thalhah dan Zubayr yang telah mengusir Utsman bin Hunaif (sahabat
Rasulullah yang setia itu). Ali hampir-hampir tidak mengenali Utsman bin
Hunaif karena keadaan yang dideritanya itu. Ia mencoba untuk menghibur
sahabat lama dari al-Mustafa itu walaupun dirinya juga sedih dan bercucuran
air mata melihat keadaannya.
32. 2013
Apep Wahyudin @islamitucinta.blogspot.com
Chapter:(SERIALPERANGUNTA3)
31
Pasukan pemberontak yang dipimpin oleh ‘Aisyah, Thalhah, dan Zubayr itu
akhirnya menjarah kota Basrah. Untuk saat itu, pasukan pemberontak telah
sukses dengan target atau misi pertamanya yaitu menaklukan kota Basrah.
Para pemimpin pasukan pemberontak itu kemudian mengusir para sahabat
dan para pendukung Utsman bin Hunaif dari kota Basrah dan sebagian lagi
dibunuhi oleh mereka.
Ali tidak punya pilihan lain selain memerintahkan pasukannya untuk segera
menuju kota Basrah. Pasukan Ali berhenti dulu di Zawiya (sebelah utara kota
Basrah); kemudian Ali mengirimkan surat kepada pasukan pemberontak sekali
lagi. Isi surat itu memohon kepada pihak pemberontak agar mengurungkan
niatnya; supaya tidak ada pertempuran dan tidak ada darah yang tercurah dari
kedua belah pihak. Ali menginginkan perbedaan pendapat dari kedua belah
pihak diselesaikan lewat perundingan dan bukan lewat peperangan.
Para pemimpin pemberontak tidak peduli sama sekali dengan surat yang
dikirimkan oleh Ali. Akan tetapi akhirnya mereka juga setuju untuk bertemu di
luar benteng kota……………..
33. 2013
Apep Wahyudin @islamitucinta.blogspot.com
Chapter:(SERIALPERANGUNTA4)
32
(SERIAL PERANG UNTA 4)
Thalhah dibunuh oleh Marwan Ibn Hakam—yang kelak menjadi khalifah
kaum Muslimin
Sir John Glubb mengatakan:
“Ketika pasukan khalifah (Ali) mencapai kota Basrah, pasukan pemberontak
segera menemui mereka dipimpin oleh Zubayr dan Thalhah. Tidak semua
penduduk kota Basrah setuju dengan pasukan pemberontak itu. Bani Bakr,
satu suku yang dulunya dipimpin oleh Muthanna yang sangat pemberani, ikut
dengan pasukan Ali. Sementara itu Bani Tamim (sukunya Abu Bakar) memilih
untuk bersikap netral. Pasukan Ali sekarang menjadi sedikit lebih kuat. Pada
jaman jahiliyah, para wanita naik ke punggung-punggung unta untuk ikut serta
dalam peperangan membantu para suaminya dengan menyemangatinya
(lewat lagu dan nyanyian—red). ’Aisya (meniru perbuatan wanita jahiliyah—
red) menunggangi seekor unta menemani pasukan pemberontak dari tandu
yang ada di atas unta itu.” (The Great Arab Conquests, halaman 320, thn.
1967)
Ketika dua pasukan yang saling bertikai itu berhadapan, Ali keluar barisan
dengan kudanya dan ia memanggil-manggil Thalhah dan Zubayr untuk keluar
juga dari barisan mereka agar bisa bertemu muka dengannya. Dr. Taha
Husain dari Mesir menggambarkan bahwa kedua jenderal perang pasukan
34. 2013
Apep Wahyudin @islamitucinta.blogspot.com
Chapter:(SERIALPERANGUNTA4)
33
pemberontak itu serentak keluar dari barisan dengan mengenakan pakaian
perang dari besi yang sangat lengkap—begitu lengkapnya hingga bagian yang
masih bisa terlihat ialah hanya kedua belah mata mereka saja. Ketika ‘Aisyah
melihat keduanya keluar dari barisan, dengan segera ia merasa khawatir sekali
akan nasib dari kedua orang itu. ‘Aisyah tahu benar apa yang akan terjadi
seandainya mereka berdua bertarung dengan Ali. Akan tetapi segera ‘Aisyah
merasa lega ketika mengetahui bahwa Ali sama sekali tidak bersenjata. Ali
bahkan sama sekali tidak mengenakan pakaian perangnya. Ali betul-betul tidak
bersenjata sama sekali. Ali bertanya kepada mereka berdua mengapa mereka
menarik kembali bai’at yang telah mereka ucapkan secara sukarela dan tanpa
ada paksaan. Ali juga bertanya kepada mereka mengapa mereka ingin
memeranginya dan membunuhnya.
Sebagai jawabannya, Thalhah dan Zubayr kembali menguraikan tuduhan-
tuduhan usangnya bahwa Ali telah melindungi para pembunuh Utsman dan
mereka ini sekarang sedang mencari keadilan dengan mengadili para
pembunuh Utsman itu. Ali menjawab kepada mereka bahwa mereka sendiri
tahu betul bahwa Ali sama sekali tidak melindungi para pembunuh Utsman.
Kemudian Ali menambahkan:
“Karena kalian sama sekali tidak mau mendengarkan semua alasan yang aku
kemukakan, maka aku sarankan bahwa kita akan memulai sesuatu yang baru
untuk memecahkan masalah ini yang sulit kita rundingkan. Kalian pasti ingat
bagaimana Rasulullah yang mulia, pemimpin kita semua, memecahkan
masalah dengan mubahalah dengan para pemuka Nasrani dari kota Najran?
Marilah kita contoh dan kita ikuti kembali apa yang telah beliau lakukan pada
35. 2013
Apep Wahyudin @islamitucinta.blogspot.com
Chapter:(SERIALPERANGUNTA4)
34
masa lalu itu. Mari kita ber-mubahalah dengan memanjatkan do’a sebagai
berikut:
“Ya, Allah. Tuhan maha pencipta! Aku memohon perlindungan dan
ampunanmu. Engkau maha mengetahui apa yang aku rasakan dan aku
pikirkan dan aku lakukan. Tidak ada satupun yang luput dari perhatianmu, ya
Allah! Kalau aku terlibat—baik secara langsung maupun tak langsung—
terhadap pembunuhan Utsman, atau aku telah melindungi orang-orang yang
telah membunuh Utsman, atau aku telah bergembira dengan kematian
Utsman, maka tunjukkanlah kemurkaanMu kepadaku. Akan tetapi kalau aku
tidak berdosa dan tidak terlibat atas pembunuhan Utsman, maka tunjukkanlah
kemurkaanMu kepada mereka yang telah menuduhku telah bersekutu dengan
para pembunuh Utsman”
Thalhah dan Zubayr sama sekali tidak menanggapi undangan mubahalah yang
diajukan oleh Imam Ali, dan secara terbuka mereka berkata: “Kami tidak
pernah menganggap anda cocok untuk menjadi khalifah. Dan kami ini sama
sekali tidak kurang mulianya dibandingkan dengan dirimu untuk menjabat
menjadi seorang khalifah.” (Lihat: Tabari, History, volume III, halaman 519).
Satu-satunya yang harus dilakukan oleh Thalhah dan Zubayr untuk menutup-
nutupi kepura-puraan mereka bahwa mereka peduli dengan Utsman dan akan
menuntut balas darah Utsman adalah dengan membunuh Ali yang mereka
sebut-sebut sebagai orang yang melindungi para pembunuh Utsman. Dan
setelah itu mereka bermaksud menggantikan Ali dengan dirinya sendiri
sebagai khalifah.
36. 2013
Apep Wahyudin @islamitucinta.blogspot.com
Chapter:(SERIALPERANGUNTA4)
35
Satu cara terakhir untuk menghindarkan peperangan rupanya telah gagal total.
Akan tetapi Ali tetap tidak mau melihat kaum Muslimin membunuh kaum
Muslimin lainnya. Oleh karena itu, Ali memanggil Zubayr yang masih
sepupunya itu ke pertemuan empat mata yang bersifat pribadi. Ia
mengingatkan Zubayr akan masa-masa dimana mereka masih bersama di
bawah panji Islam bersama Rasulullah. Di hari-hari yang indah itu mereka
bersama melawan musuh yang sama—musuh yang nyata. Sekarang mereka
berdua harus saling berhadapan, bermusuhan, berlawanan dan saling
membunuh?! Bukankah itu buruk sekali? Bagaimana mungkin kedua saudara
sepupu harus berbunuhan seperti itu? Ali mencoba mengingatkan Zubayr agar
tidak melangsungkan peperangan dengannya.
Ali juga mencoba mengingatkan Zubayr akan ramalan yang telah diucapkan
oleh Rasulullah. “Apakah engkau masih ingat akan suatu peristiwa,” Ali
bertanya kepada Zubayr. “Ketika itu Rasulullah berkata kepadamu sedangkan
aku ada di sana. Rasulullah mengingatkanmu bahwa engkau akan berdiri
memerangiku; sedangkan dirimu berada ada di dalam kesalahan. Ingatkah
dirimu tentang hal itu?” “Ya. Aku ingat tentang hal itu, “ kata Zubayr. “Aku ingat
bahwa Rasulullah memang berkata seperti itu. Akan tetapi aku telah lupa
tentang ramalan itu, dan sekarang aku berjanji untuk tidak berperang melawan
dirimu.” Zubayr juga ingat ramalan Rasulullah yang lainnya. Rasulullah
mengatakan bahwa Ammar bin Yasir (saudara sesusu dari Zubayr) akan
dibunuh oleh orang-orang yang jahat. Zubayr merasakan bulu kuduknya berdiri
karena ia segera sadar bahwa Ammar bin Yasir ada di pihak Ali dan bukan di
pihak dirinya.
37. 2013
Apep Wahyudin @islamitucinta.blogspot.com
Chapter:(SERIALPERANGUNTA4)
36
Zubayr segera menarik tali kekang kudanya dan kembali ke barisan
pasukannya. Kelihatan sekali wajahnya menggambarkan keraguan dan
perasaan khawatir; hatinya penuh dengan dialog bathin yang mencekam dan
ia diliputi perasaan stress yang berat sekali. Zubayr kembali ke pasukannya
ditatap oleh empat pasang mata yang penuh kekhawatiran dari ‘Aisyah dan
putera Zubayr (Abdullah bin Zubayr—red.). Zubayr berkata kepada keduanya
bahwa ia teringat kepada ramalan Rasulullah dimana ia akan berperang
melawan Ali dan ia sedang berada dalam kelompok yang sesat. Ia juga
mengatakan bahwa ia telah memberikan bai’at sekali lagi kepada Ali dan
berjanji untuk tidak memeranginya. Abdullah bin Zubayr (puteranya) menyindir
ayahnya dengan mengatakan bahwa ayahnya itu bukan teringat kepada
ramalan Rasulullah sehingga ia takut berperang melainkan karena lawan
perangnya ialah Ali bin Abi Thalib. Abdullah bin Zubayr menuduh ayahnya
pengecut karena tidak mau melawan Ali.
Zubayr tidak terpengaruh oleh kata-kata yang penuh ejekan dari anaknya dan
‘Aisyah. Ia berkata bahwa ia akan tetap pada pendirianya dan tidak akan
melawan Ali. Zubayr menambahkan bahwa pilihan yang telah ia ambil itu jelas
dan terang benderang. Ia dihadapkan kepada dua pilihan. Pilihan pertama
ialah tidak berperang melawan Ali dan untuk itu ia akan kehilangan muka di
hadapan seluruh suku Arab di jazirah Arabia. Orang-orang Arab akan
memperolok dia karena telah meninggalkan medan peperangan tanpa
berperang sama sekali. Pilihan kedua ialah tetap berperang dan untuk itu ia
akan dikenal dalam sejarah sebagai orang yang salah dan akan dikutuk orang
di generasi yang akan datang. Dan Zubayr lebih memilih yang pertama yaitu
38. 2013
Apep Wahyudin @islamitucinta.blogspot.com
Chapter:(SERIALPERANGUNTA4)
37
dikenal orang sebagai pengecut karena ia lihat itu lebih ringan daripada dikutuk
orang dari generasi yang akan datang.
Zubayr meninggalkan medan perang dan ia bermaksud untuk kembali ke kota
Madinah. Kira-kira beberapa mil jauhnya dari medan perang itu, Zubayr
merasa bahwa ada seseorang yang mengikuti dirinya dari belakang. Orang
yang membuntutinya itu ia kenali sebagai orang dari Basrah yang bernama
Amr bin Jermoz. Meskipun Zubayr merasa curiga dengan orang itu, ia tetap
menunggangi kudanya hingga ia sampai ke sebuah desa. Di sana ia turun dari
kudanya dan ia mengambil air wudhu untuk kemudian ia mendirikan shalat dan
beristirahat sejenak. Akan tetapi ternyata istirahat yang dilakukan oleh dirinya
itu ialah istirahat yang terakhir. Setelah selesai shalat ia diserang oleh Amr bin
Jermoz yang kemudian berhasil membunuhnya.
Zubayr telah gugur dan tidak sempat berperang dalam peperangan Jamal atau
Perang Unta. Akan tetapi Thalhah bin Ubaydillah dan ‘Aisyah binti Abu Bakar
tetap bersikukuh untuk berperang walaupun tanpa Zubayr sekalipun. Di sisi
lain Ali masih saja dengan paket perundingan damainya. Walaupun Ali diliputi
oleh perasaan ragu akan usahanya itu, ia tetap berusaha untuk yang terakhir
kalinya. Ali sekali lagi mengirimkan seorang pemuda belia bernama Muslim bin
Abdullah yang terkenal karena keshalehannya. Ia dengan sebuah al-Qur’an
ditangannya berusaha untuk membujuk musuhnya itu agar mengembalikan
persoalan yang ada antara mereka kepada Allah. Muslim bin Abdullah berkata
bahwa ia ingin darah kaum Muslimin tidak tertumpah sedikitpun.
39. 2013
Apep Wahyudin @islamitucinta.blogspot.com
Chapter:(SERIALPERANGUNTA4)
38
Muslim bin Abdullah berdiri dekat sekali dengan pasukan musuh. Kemudian ia
membuka al-Qur’an yang dibawanya seraya berkata:
“Aku akan membacakan satu halaman dari al-Qur’an supaya kalian tahu apa
yang DIA perintahkan dan apa yang DIA larang.”
Sebelum ia sempat membaca satu katapun dari al-Qur’an, beberapa anak
panah sudah ditembakkan oleh pasukan pemberontak kepada al-Qur’an yang
dibawanya. Sementara itu si pemuda belia itu mencoba melindungi al-Qur’an
itu sebisa mungkin. Salah seorang budak dari ‘Aisyah binti Abu Bakar
mendekati diri pemuda itu dengan hati-hati dan kemudian menyerang pemuda
belia itu dan kemudian membunuhnya.
Jasad dari Muslim bin Abdullah itu kemudian dibawa kehadapan Ali dan
diletakkan di atas tanah. Ali menangisi jasad suci dari pemuda belia itu. Tidak
lama kemudian dibawakan lagi kehadapannya satu jasad lagi. Ia adalah salah
seorang prajuritnya yang dibunuh oleh beberapa buah anak panah yang
dilontarkan oleh pasukan dari Basrah. Ali berusaha untuk mencabuti anak
panah yang ada di kedua jasad yang ada dihadapannya itu akan tetapi ketika
ia melakukan itu semua sudah ada lagi beberapa jasad yang dibawa
kehadapannya……..semuanya terpanggang oleh beberapa anak panah di
tubuhnya. Tumpukkan jasad itu seolah-olah dipersembahkan untuk Ali oleh
pasukan para pemberontak. Pasukan pemberontak itu seolah-olah sedang
berlatih memanah dan sasarannya ialah pasukan Ali yang kalah dalam jumlah
dan persenjataan. Thabari (seorang sejarawan Sunni) menulis dalam kitab
Tarikh-nya (volume III, halaman 522) bahwa ketika Ali melihat semua jasad ini
ia berkata:
40. 2013
Apep Wahyudin @islamitucinta.blogspot.com
Chapter:(SERIALPERANGUNTA4)
39
“Sekarang sudah halal bagiku untuk memerangi mereka.”
Kemudian Ali mengangkat kedua tangannya ke langit sambil berdo’a:
“Ya Illahi! Saksikanlah bahwa aku tidak bisa lagi mempertahankan kedamaian
diantara kaum Muslimin. Sekarang tinggal ada satu pilihan lagi yang tersisa
yaitu mengijinkan pasukanku untuk mempertahankan dirinya dari serangan
musuh. Kami ini hambaMu yang lemah. Berikanlah kepada kami Kemuliaan
dan PengampunanMu. Anugerahkanlah kepada kami kemenangan atas
musuh kami akan tetapi apabila Engkau menghendaki kemenangan ada di
pihak lawan, maka izinkanlah kami untuk meraih mahkota kesyahidan.”
Ali menutup do’anya dan kemudian ia berbalik kepada pasukannya. Kemudian
ia berkata dulu kepada mereka sebelum akhirnya memberikan sinyal untuk
memulai peperangan demi mempertahankan diri mereka:
“Wahai kaum Muslimin! Janganlah jadi orang yang pertama yang menyerang
musuhmu. Biarkanlah mereka menyerangmu terlebih dahulu. Apabila musuh
telah menyerangmu, maka baru kalian boleh menyerang balik terhadap
musuhmu. Janganlah kalian membunuh orang yang sudah terluka diantara
pasukan musuhmu. Apabila mereka melarikan diri dari peperangan, janganlah
kalian kejar; biarkanlah mereka menyelamatkan diri mereka sendiri. Apabila
kalian berhasil menangkap beberapa orang musuh, maka janganlah kalian
bunuh mereka. Jangan kalian potong-potong tubuh mereka. Jangan kalian
ambil baju perang mereka; jangan kalian ambil perhiasan atau benda berharga
yang melekat di tubuh mereka. Jangan kalian jarah tenda-tenda mereka;
jangan kalian ganggu perempuan-perempuan mereka meskipun mereka
41. 2013
Apep Wahyudin @islamitucinta.blogspot.com
Chapter:(SERIALPERANGUNTA4)
40
melontarkan sumpah serapah dan memaki-maki diri kalian. Akan tetapi di atas
itu semua…………….janganlah kalian sejenakpun melupakan DIA. Janganlah
kalian lupa akan kehadiran sang pencipta dalam kehidupan kalian. Kalian
senantiasa ada dalam pengawasanNya setiap waktu.”
Setelah itu dimulailah pertempuran. Kedua pasukan berbalas serangan
dengan ratusan anak panah dan lembing. Pasukan pemberontak telah
kehilangan Zubayr bin Awwam—salah seorang dari dua (atau tiga dengan
‘Aisyah) jenderal perang karena Zubayr mundur dari peperangan sebelum
perang itu dimulai. Jenderal kedua yaitu Thalhah bin Ubaydillah akhirnya
bernasib kurang lebih sama seperti yang diderita oleh Zubayr bin Awwam. Abul
Fida (seorang sejarawan) berkata bahwa Marwan meminta seorang budaknya
untuk melindungi dirinya sehingga ia tidak terlihat dari orang-orang. Ketika ia
sudah dekat dengan sasaran yang diingininya (yaitu Thalhah) ia segera
melesatkan sebuah anak panah kearah Thalhah dan tepat mengenai Thalhah.
Ia berkata kepada budaknya:
“Aku lihat orang ini (yaitu Thalhah) ketika Utsman dikepung di rumahnya. Ia
menghasut orang-orang agar masuk ke rumah Utsman untuk membunuh
Utsman. Akan tetapi sekarang ia ingin membalas darah Utsman?! Betul-betul
mengherankan?! Ia benar-benar mencintai Utsman (diucapkan dengan nada
sinis). Aku akan berikan ganjaran untuknya atas ‘kecintaannya’ kepada
Utsman. Ia benar-benar berhak atas ini. ‘Kecintaan’ seperti itu harus kita balas
dengan sebaik-baiknya.”
42. 2013
Apep Wahyudin @islamitucinta.blogspot.com
Chapter:(SERIALPERANGUNTA4)
41
Marwan melepaskan anak panahnya dan tepat mengenai paha Thalhah dan ia
langsung limbung dan lumpuh di kakinya. Kelumpuhan yang membawanya
kepada kematian…………………………………………
CATATAN SEJARAWAN:
1. Ibn Sa’ad: “Dalam perang Unta, Thalhah ada di atas kudanya di
samping ‘Aisyah ketika pada waktu yang bersamaan Marwan
menembakkan sebuah anak panah yang melesat dan mengenai
sasarannya…….. tepat di paha Thalhah.” Kemudian Marwan berkata:
“Demi Allah. Sekarang aku tidak usah mencari lagi siapakah yang
telah membunuh Utsman.”
(LIHAT: Tabaqat, volume III, halaman 223)
2. Hakim: “Ibrahim bin Muhammad bin Thalhah berkata bahwa Marwan
bin Hakam telah membunuh kakek buyutnya (Thalhah) dengan
sebuah anak panah di dalam perang Unta”
(LIHAT: Mustadrak)
(Marwan bin Hakam menuduh Thalhah bin Ubaydillah sebagai pembunuh
Utsman bin Affan. Kalau itu benar, maka itu artinya seorang sahabat Nabi telah
membunuh sahabat Nabi lainnya. Seorang sahabat Nabi telah membunuh
seorang khalifah dan kemudian ia dibunuh oleh orang yang akan menjadi
khalifah di kemudian hari. Marwan menjabat khalifah selama 9 bulan 18 hari—
dari tahun 64 sampai 65 Hijriah—dan kemudian dibunuh (dicekik beramai-
ramai) oleh isterinya—Ummu Khalid, janda dari Yazid bin Mu’awiyyah—
beserta para dayangnya).
43. 2013
Apep Wahyudin @islamitucinta.blogspot.com
Chapter:(SERIALPERANGUNTA5)
42
(SERIAL PERANG UNTA 5)
Ali mengampuni ‘Aisyah binti Abu Bakar dan Abdullah Ibn Zubayr
Zubayr itu adalah sepupu pertama dari Rasulullah. Ibunya adalah adik
perempuan dari ayahnya Rasulullah. Zubayr dan Ali tentu saja telah saling
kenal seumur hidupnya dan telah bekerja bersama-sama; bergaul bersama-
sama sejak mereka berdua masih kecil. Ketika mereka akhirnya harus saling
berhadapan dalam pasukan yang berlainan, Ali mencoba mengingatkan
Zubayr akan masa-masa indah ketika mereka masih kecil dan beranjak remaja
lalu dewasa. Masa-masa ketika mereka berdua (terutama Zubayr) masih patuh
dan taat kepada Rasulullah. Ali mengingatkan bagaimana Zubayr muda masih
setia kepada Rasulullah yang mulia. Ini tentu saja sangat memukul hati
Zubayr. Dengan segera ia menitikkan air matanya dan dengan segera pula ia
bersumpah bahwa ia tidak akan lagi menentang Ali. Ia tidak lagi akan melawan
Ali dengan cara apapun juga.
Ketika pertempuran mulai berkecamuk, Zubayr—demi memenuhi sumpahnya
kepada Ali—menarik diri dari medan perang. Ia kemudian pergi ke lembah
gurun pasir yang tidak jauh dari medan perang dengan hati yang dipenuhi
dengan kegalauan. Ia tampaknya ditengarai oleh seseorang yang kemudian
mendekatinya dan membunuhnya. Akhirnya terbunuhlah secara sia-sia dan
secara memalukan………………seseorang yang mulanya dikenal sebagai
44. 2013
Apep Wahyudin @islamitucinta.blogspot.com
Chapter:(SERIALPERANGUNTA5)
43
pahlawan awal kaum Muslimin. Sementara itu, pada saat yang bersamaan,
Thalhah terluka oleh sebuah anak panah dan kemudian ia dibawa balik ke kota
Basrah dan ia meninggal di sana (LIHAT: The Great Arab Conquests, halaman
320, 1967).
Zubayr dan Thalhah meninggalLah sudah untuk suatu alasan yang sangat
tidak masuk akal. Sebenarnya tampak sekali bahwa keduanya tahu alasan
yang sebenarnya yang mendorong mereka untuk melakukan peperangan.
Keduanya tahu bahwa alasan yang mereka ajukan itu mereka buat-buat
sendiri dan itu sama sekali tidak masuk akal. Mereka berdua sebenarnya
awalnya merupakan pahlawan-pahlawan Islam periode awal akan tetapi dalam
pertempuran di Basrah ini nilai dan titel kepahlawanan mereka hilang sama
sekali . Mereka berdua sama sekali tidak menunjukkan sifat kepahlawanan
mereka; dan mereka malah meninggal seperti dua ekor domba yang
disembelih—keduanya tak berdaya. Penjelasan yang masuk akal atas semua
ini adalah karena moral dari keduanya telah runtuh bahkan sebelum
peperangan yang sebenarnya dimulai. Kekalahan mereka adalah kekalahan
moral………………………………….
Sebenarnya, baik Thalhah maupun Zubayr telah menemui jalan buntu. Pada
awalnya mereka sangat bernafsu untuk melenyapkan Utsman bin Affan
(khalifah ketiga dalam sejarah standar Islam) akan tetapi ketika Utsman telah
benar-benar terbunuh (dan mereka berdua turut menjadi tersangka) mereka
malah berbalik menuntut darah Utsman kepada orang yang sama sekali tidak
turut serta dalam pembunuhan Utsman baik secara aktif maupun pasif. Mereka
berdua tidak punya pilihan lain selain meneriakkan tuntutan balas dendam
untuk Utsman bin Affan. Akan tetapi di sisi lain mereka sama sekali tidak mau
45. 2013
Apep Wahyudin @islamitucinta.blogspot.com
Chapter:(SERIALPERANGUNTA5)
44
pembunuhan Utsman itu diselidiki untuk mencari siapakah para pembunuh
Utsman yang asli. Untuk menyelidiki dan menangkap para pembunuh Utsman
itu jelas menjadi wewenang mutlak pemerintah yang hak yang berkuasa pada
waktu itu yaitu Ali bin Abi Thalib. Akan tetapi inilah yang ditakutkan oleh
Thalhah dan Zubayr. Mereka sama sekali tidak mau pembunuhan Utsman itu
diselidiki karena itu akan mengarah pada mereka berdua yang dulunya
berperan aktif dalam peristiwa makar pembunuhan Utsman bin Affan. Satu-
satunya cara untuk menyelamatkan diri mereka ialah dengan cara membuat
negara menjadi rusuh dan kemudian menjadikan kerusuhan itu lestari hingga
penyelidikan atas pembunuhan Utsman tidak lagi dilakukan dan mereka
selamat dari tuntutan. Untuk ini mereka bisa dikatakan berhasil. Mereka
dikatakan berhasil karena mereka memang berhasil mencegah Ali untuk tidak
menyelidiki pembunuhan Utsman bin Affan. Mereka mencegah Ali dengan cara
melakukan pemberontakan bersenjata atasnya.
Sangat mengherankan bagi kita melihat Thalhah dan Zubayr yang masuk
Islam pada periode awal dan menjadi sahabat Nabi pada periode awal dengan
mudahnya merusak perjanjian setia mereka kepada Islam. Sebenarnya kalau
mereka berada dalam kebenaran dan kalau mereka mau mereka bisa
menyuruh Ali untuk mengadakan penyelidikan atas pembunuhan Utsman bin
Affan dan kemudian memberikan Ali tenggat waktu untuk itu. Dan Ali harus
sanggup menangkap dan menahan para pembunuh Utsman itu sebelum
tenggat waktu berakhir. Akan tetapi mereka tidak memberikan Ali tenggat
waktu seperti itu; mereka malah langsung memberontak terhadap Ali dengan
alasan bahwa mereka hendak menuntut darah Utsman bin Affan. Betapa
mengherankan klaim kedua sahabat Nabi ini?!?!?!?
46. 2013
Apep Wahyudin @islamitucinta.blogspot.com
Chapter:(SERIALPERANGUNTA5)
45
Beberapa sejarahwan mengatakan bahwa Ali meratapi kematian kedua
sahabat Nabi ini. Ali menangis tersedu-sedu atas kematian Thalhah dan
Zubayr ini. Kalau berita ini benar, maka itu mungkin karena Ali mengingat
masa-masa indah dirinya dengan kedua sahabat Nabi itu (yang juga
sahabatnya) dan mengingat masa-masa akhir yang buruk bagi keduanya.
Thalhah dan Zubayr tampaknya telah membayar terlalu mahal untuk ambisi
tinggi mereka.
Dengan matinya Thalhah dan Zubayr, unta yang ditunggangi oleh ‘Aisyah
menjadi sasaran serbuan pasukan Basrah. Pasukan ‘Aisyah bertempur mati-
matian dengan gagah berani. Mereka menjaga ‘Aisyah dari serbuan di
sekeliling mereka. Tiba-tiba ada seseorang menarik tali kekang kudanya untuk
berhenti di dekat unta itu. Dia adalah sahabat Ali; tangan kanannya Ali. Dia
adalah Malik bin Asytar. Seseorang yang tadinya melindungi unta ‘Aisyah maju
kedepan. Dengan segera ia kehilangan tangannya sampai siku dipotong oleh
Malik bin Asytar. Satu orang lagi maju; nasibnya sama…………ia kehilangan
tangannya juga. Satu lagi maju; hilang juga tangannya. Satu lagi maju,
nasibnya sama………..hingga akhirnya berkumpullah orang-orang yang
meraung-raung kesakitan karena telah kehilangan tangan yang tadinya
memegang pedangnya masing-masing.
Malik masih terus mengayun-ngayunkan pedangnya memotong satu persatu
tangan yang mencoba memegang tali kekang untanya ‘Aisyah. Hingga
akhirnya ia melihat Abdullah bin Zubayr (puteranya Zubayr bin Awwam).
Abdullah bin Zubayr adalah si pemakan api di pasukan Mekah; ia adalah
keponakan terkasih dari ‘Aisyah binti Abu Bakar; dan sekarang ia terlihat
dengan sebilah pedang terhunus. Abdullah bin Zubayr adalah termasuk aktor
47. 2013
Apep Wahyudin @islamitucinta.blogspot.com
Chapter:(SERIALPERANGUNTA5)
46
utama dalam peperangan Basrah (perang unta) ini dimana ribuan kaum
Muslimin terbunuh. Jika bukan karena hasutan Abdullah bin Zubayr; mungkin
saja peperangan ini tidak perlu terjadi dan tidak bakal terjadi.
Malik Asytar dengan segera melupakan untanya ‘Aisyah sejenak dan segera ia
menyergap Abdullah bin Zubayr; kemudian Malik bin Asytar memukul Abdullah
bin Zubayr hingga jatuh tersungkur ke tanah. Ketika Malik bin Asytar
menodongkan pedangnya kearah tenggorokan Abdullah bin Zubayr, ‘Aisyah
binti Abu Bakar menjerit keras karena ia mengira bahwa Malik akan langsung
membunuh Abdullah bin Zubayr dengan memotong leher keponakannya yang
sangat ia cintai itu. Dengan kepanikan yang luar biasa, ‘Aisyah binti Abu Bakar
berteriak: “Tolong selamatkan Abdullah………….lihat…..lihat…..tolonglah……..
Malik akan membunuhnya.”
Akan tetapi siapa yang berani? Siapa yang berani dari kalangan pasukan
pemberontak untuk menyelamatkan Abdullah bin Zubayr? Karena setiap orang
yang berani mendekat pastilah ia akan terbunuh dengan mudah atau terpotong
tangannya tanpa ampun. Hanya ada satu orang yang bisa menyelamatkan
Abdullah bin Zubayr dari kematiannya; dan orang itu ialah Malik bin Asytar
sendiri!!!! Ketika ia mendengar ‘Aisyah menjerit histeris, ia berkata kepada
Abdullah bin Zubayr, “Aku sebenarnya sangat ingin membunuhmu dengan
pedangku, akan tetapi aku akan memberimu kesempatan untuk hidup hanya
karena hubungan kekerabatanmu dengan Rasulullah.”
Malik akhirnya membiarkan Abdullah bin Zubayr hidup bukan karena belas
kasihan melainkan karena penghormatannya pada Rasulullah. Abdullah
kemudian segera bangkit dari tanah dan membersihkan dirinya dari debu pasir
48. 2013
Apep Wahyudin @islamitucinta.blogspot.com
Chapter:(SERIALPERANGUNTA5)
47
yang mengotori pakaiannya. Ia kemudian segera berlalu menjauh dari Malik
dan bersumpah untuk tidak lagi tertangkap olehnya.
Malik sendiri kemudian kembali mengayun-ayunkan pedangnya kepada
pasukan pemberontak. Akan tetapi tampaknya pasukan pemberontak itu
belum jera juga walaupun banyak dari mereka sudah kehilangan tangannya
oleh sabetan pedang Malik bin Asytar. ‘Aisyah memberi mereka semangat
ganda dengan teriakan-teriakannya yang membahana. ‘Aisyah berteriak,
“Kalian akan diberkati semuanya! Kemenangan akan beserta kalian karena
kalian berperang untuk membela ibumu dengan gagah berani.”
Akhirnya Malik bin Asytar kelelahan karena sudah bertempur dengan sekuat
tenaga memotong-motong tangan dari anggota pasukan pemberontak. Ia
akhirnya memutuskan untuk menghentikan aksinya. Ia menjejakkan kakinya ke
tubuh-tubuh mayat yang ada di sekitar untanya ‘Aisyah dan kemudian ia
mengayunkan pedangnya dan membunuh untanya ‘Aisyah.
Unta ‘Aisyah jatuh ke tanah dengan darah segar keluar dari tubuhnya. ‘Aisyah
terjatuh dari haudah atau tandunya yang terletak di punuk unta itu. ‘Aisyah
jatuh ke tanah tapi tanpa luka yang berarti. Ali kemudian mengutus saudaranya
‘Aisyah yaitu Muhammad bin Abu Bakar beserta Ammar bin Yasir untuk
meletakkan haudah itu di atas tanah dan kemudian membimbing ‘Aisyah
masuk kedalam haudah itu dan membawanya kembali ke kota Basrah dengan
penuh kemuliaan. Ali tidak ingin mempermalukan janda dari orang yang
mencintai dan dicintai oleh dirinya yaitu Rasulullah.
49. 2013
Apep Wahyudin @islamitucinta.blogspot.com
Chapter:(SERIALPERANGUNTA5)
48
Unta ‘Aisyah itu telah menjadi simbol peperangan. Ketika simbol peperangan
itu sudah hilang, dengan serta merta pasukan Basrah tidak lagi memiliki alasan
yang kuat untuk terus berperang. Pasukan itu mulai berpisah satu sama
lainnya. Masing-masing mulai meninggalkan medan peperangan tanpa
berkata-kata lagi kepada yang lainnya. Pasukan itu malah sudah melupakan
‘Aisyah yang tadinya mereka bela mati-matian. Dengan cepat sekali medan
perang itu ditinggalkan orang-orang kecuali oleh orang-orang yang sudah
meninggal dan terluka berat. Karena Ali sudah melarang pasukannya agar
tidak mengejar pasukan musuh yang lari, maka sebagian besar dari pasukan
pemberontak itu berhasil melarikan diri dan perang akhirnya benar-benar
berakhir.
Ali mengumumkan sekali lagi perintah yang sudah ia berikan sebelumnya
sebelum perang yaitu orang-orang yang meninggal tidak boleh dirampok harta
bendanya; mereka juga tidak boleh dimutilasi tubuhnya. Tenda-tenda pasukan
musuh tidak boleh dijarah dan pasukan musuh yang sudah menyerah tidak
boleh dibunuh. Ali menyuruh pasukannya untuk menunjukkan kelembutan,
pengendalian diri, walau tetap penuh ketegasan dan disiplin—aspek-aspek
yang dianggap sebagai sifat luhur yang seharusnya dimiliki oleh pasukan
Muslimin dimana saja mereka berada.
Perang unta itu terjadi pada bulan Desember, tahun 656. Ketika pasukan
musuh mundur, Ali memerintahkan untuk tidak mengejar mereka yang lari dan
tidak membunuh mereka yang tinggal. Ketika Ali memasuki kota Basrah, ia
mencoba untuk mendekati semua pihak. Pasukan musuh yang kalah
diperlakukan dengan kemurah-hatian. Ali mengusahakan agar mereka
melupakan apa yang telah lalu ……………… dan mungkin karena kemurah
50. 2013
Apep Wahyudin @islamitucinta.blogspot.com
Chapter:(SERIALPERANGUNTA5)
49
hatian dan kerendah hatian Ali—seperti yang diungkapkan oleh penulis Kristen
bernama Sir John Glubb, maka Ali berkehendak untuk mempersatukan lagi
orang-orang yang bertikai.” (LIHAT: The Great Arab Conquests, halaman 322,
thn. 1963)
Ali juga memperingatkan pasukannya agar tidak merusak kota Basrah dan
tidak menumpahkan darah kaum Muslimin yang ada di kota itu. Akan tetapi
tidak semua sepakat dengannya. Sebagian dari mereka yang tergabung dalam
pasukan Ali ada yang tidak pilih-pilih ketika hendak menumpahkan darah kaum
Muslimin; mereka hanya menumpahkan darah—tanpa berpikir bahwa darah
yang ia tumpahkan itu halal atau tidak.
‘Aisyah berusaha untuk menemui Ali bin Abi Thalib dan meminta Ali agar mau
mema’afkan keponakannya yang sekaligus anak angkatnya yaitu Abdullah bin
Zubayr. ‘Aisyah memohon-mohon agar Ali tidak menghukumnya. Ali berkata:
“Pengampunan bukan saja untuk Abdullah bin Zubayr. Pengampunan saya
berikan untuk semua orang.”
Ali kemudian tidak saja membebaskan Abdullah bin Zubayr melainkan juga
musuh lainnya yang sangat jahat seperti Marwan bin Hakam (kelak ia akan
menjadi khalifah kaum Muslimin), Walid bin Aqaba, Abdullah bin Aamir, dan
seluruh anggota keluarga dari Bani Umayyah.
Tidak pernah ada dalam sejarah dunia manapun seorang penguasa—seorang
penakluk—yang memperlakukan pasukan musuh yang ditaklukannya semurah
hati seperti yang ditunjukkan Ali (tanpa menghitung kemurah hatian yang sama
seperti yang ditunjukkan oleh Rasulullah). Dalam memperlakukan dan
51. 2013
Apep Wahyudin @islamitucinta.blogspot.com
Chapter:(SERIALPERANGUNTA5)
50
memberikan pengampunan kepada kaum pemberontak, Ali meniru apa yang
telah dilakukan oleh sahabat terkasihnya yaitu Muhammad al-Mustafa.
Muhammad al-Mustafa—Rasulullah yang mulia—juga telah melakukan hal
yang serupa ketika ia mengampuni kaum Musyrikin Mekah (diantara mereka
terdapat musuh-musuh Muhammad yang paling kejam dan paling keras
kepala). Itu dilakukan oleh Muhammad ketika ia menaklukan kota Mekah. Ali
mengikuti jejak langkah Muhammad; seluruh hidupnya ia tiru setiap perbuatan
Muhammad.
Beberapa hari kemudian, ‘Aisyah memutuskan untuk berangkat ke kota
Mekah. ‘Aisyah meminta Ali untuk mengantarkannya dan Ali menyanggupinya.
Saudara ‘Aisyah, Muhammad bin Abu Bakar juga pergi bersama ‘Aisyah.
Sesampainya di kota Mekah, ‘Aisyah menunaikan ibadah umrah dan setelah
selesai ia pergi ke kota Madinah.
52. 2013
Apep Wahyudin @islamitucinta.blogspot.com
Chapter:
51
(SERIAL PERANG UNTA 6)
Tokoh “ABDULLAH BIN SABA” diciptakan untuk menutupi ‘aib ‘Aisyah,
Thalhah, dan Zubayr
‘Aisyah dikenal di kalangan muslimin mayoritas sebagai orang yang
berpengetahuan luas dalam masalah agama dan ia juga dikenal sebagai
seorang ahli hadits (muhaditsah)—yaitu seorang yang suka melaporkan
hadits-hadits dari Rasulullah. Karena dikenal sebagai orang yang
berpengetahuan luas, maka seharusnya ia tidak mungkin tidak tahu bahwa ia
tidak punya hak sama sekali untuk menuntut darah Utsman. Seharusnya ia
tahu bahwa ia sama sekali tidak berhak. Membalas dendam itu haknya atau
urusannya dari keluarga yang ditinggalkan—yaitu keluarganya Utsman. Dan
hak untuk menjatuhkan hukuman kepada si pelaku adalah hak dan kewajiban
dari pemerintah yang berkuasa pada waktu itu. Dan sekali lagi, itu bukannya
hak ‘Aisyah.
‘Aisyah sama sekali tidak ada hubungan darah dengan Utsman bin Affan.
‘Aisyah juga bukan seorang wakil pemerintah; ia bukan kepala negara dan
juga bukan seorang hakim. Akan tetapi ‘Aisyah tetap memaksakan diri untuk
melaksanakan “hak”nya itu. Ia mengambil alih tugas yang seharusnya ada
pada pemerintah. Atas nama balas dendam ia menggerakkan begitu banyak
orang dan memasukkannya kedalam peperangan yang sengit. Obsesinya
53. 2013
Apep Wahyudin @islamitucinta.blogspot.com
Chapter:(SERIALPERANGUNTA6)
52
untuk melangsungkan peperangan telah membuat ribuan anak-anak menjadi
yatim tak berayah; dan ribuan isteri mendadak menjadi janda. ‘Aisyah telah
menggalang sebuah peperangan yang sama sekali bukan haknya.
Seorang wanita yang bernama Ummu Aufa al-Abdiyya bertanya kepada
‘Aisyah:
“Wahai ummul mukminin, apa pendapat anda tentang seorang ibu yang
membunuh anaknya?” ‘Aisyah menjawab bahwa perbuatan itu bisa menggiring
si ibu itu ke neraka. Ummu Aufa kemudian bertanya lagi, “Apa yang akan
terjadi kepada seorang wanita yang telah membunuh 20,000 orang anaknya
dalam waktu yang sama di tempat yang sama?” ‘Aisyah segera sadar bahwa
yang dimaksud ialah dirinya sendiri dan kemudian dengan marah ia berteriak
dengan keras mengusir Ummu Aufa (LIHAT: Iqd-ul-Farid, vol. III, halaman
108).
Beberapa anggota keluarga dari ‘Aisyah sama sekali tidak menghendaki
‘Aisyah berperang dan memimpin pasukan pemberontak untuk memberontak
pemerintahan yang sah dari Ali bin Abi Thalib. Pada suatu kesempatan ‘Aisyah
mengirimkan sebuah pesan kepada salah satu keponakannya yang bernama
Ibn Abil Atiq. ‘Aisyah meminta kesediaan dari Ibn Abil Atiq untuk mengirimkan
sebuah keledai yang akan ditunggangi oleh ‘Aisyah. Ketika keponakannya
menerima pesan ini, ia berkata kepada si pembawa pesan:
“Katakan kepada ummul mukminin bahwa, demi Allah, ia belum bebas dari
dosa-dosanya dalam perang unta, apakah sekarang ia akan memulai perang
54. 2013
Apep Wahyudin @islamitucinta.blogspot.com
Chapter:(SERIALPERANGUNTA6)
53
yang baru yaitu perang keledai?” (LIHAT: Baladzuri dalam Ansab al-Ashraf,
vol. III, halaman 431)
Kata-kata Ibn Abil Atiq dengan segera menjadi bahan olok-olokan dan
candaan pada waktu itu. Dan anehnya pada tahun 669, olok-olokan itu
akhirnya menjadi kenyataan. Pada tahun 669—tahun dimana Hasan bin Ali bin
Abi Thalib syahid diracun isterinya—iringan pembawa jenazah Hasan bin Ali
memasuki pelataran makam kakeknya yaitu Muhammad al-Mustafa,
Rasulullah yang mulia. Hasan bin Ali akan dikebumikan tepat di samping
kuburan kakeknya yang terkasih. Pada waktu itulah, ‘Aisyah datang kesana
dengan mengendarai seekor keledai. ‘Aisyah hendak melarang orang-orang
mengebumikan jenazah Hasan bin Ali—putera dari musuhnya yaitu Ali bin Abi
Thalib. Marwan bin Hakam dan anggota keluarga Bani Umayyah lainnya
datang juga kesana dengan berpakaian perang lengkap sekali. Mereka juga
memiliki niatan yang sama yaitu melarang orang-orang mengebumikan Hasan
bin Ali di sana (Kuburan Rasulullah itu telah menjadi semacam simbol.
Siapapun yang dikebumikan di sampingnya akan dianggap mulia. Abu Bakar
dan Umar bin Khattab dianggap mulia karena keduanya dikuburkan
berdampingan dengan Rasulullah. Maka dari itu, Bani Umayyah tidak ingin
orang lain mendapatkan kemuliaan yang sama; terutama keluarga Nabi yang
merupakan musuh mereka—red). ‘Aisyah datang kesana dengan mengendarai
seekor keledai. Segera saja ini mengingatkan orang-orang ketika ia
mengendarai seekor unta untuk memulai perang saudara!!!!
‘Aisyah memang kalah dalam Perang Unta di kota Basrah akan tetapi ia
menang dalam “Perang Keledai” di Madinah. Hasan bin Ali bin Abi Thalib
akhirnya memang tidak bisa dikuburkan di Madinah di samping kuburan
56. 2013
Apep Wahyudin @islamitucinta.blogspot.com
Chapter:(SERIALPERANGUNTA6)
55
Tidak ada alasan untuk membenarkan tindakan jahat yang dilakukan oleh
‘Aisyah binti Abu Bakar, Thalhah bin Ubaydillah dan Zubayr bin Awwam
setelah kematian Utsman bin Affan. Fakta bahwa mereka itu orang-orang
terkenal dan terkemuka dalam sejarah Islam sama sekali tidak membuat
mereka terbebas dari tuduhan atas apa-apa yang mereka lakukan. Suatu
kesalahan itu tidak akan berkurang bobotnya hanya karena orang yang
melakukan kesalahan itu adalah orang yang ternama dan terkemuka.
Kesalahan itu tetaplah kesalahan dan tidak akan berubah menjadi kebaikan
hanya karena orang yang melakukannya orang besar dan berpengaruh. Di
depan hukum semua orang sama dan tidak boleh diperlakukan berbeda.
Para isteri Rasulullah sudah selayaknya bertindak hati-hati dalam
kehidupannya sehari-hari. Mereka harus menjaga tingkah laku dan perkataan
serta sopan santun. Mereka seharusnya menjadi contoh yang baik bagi umat
Islam; dan prilakunya hendaknya bisa menjadi suri teladan. Hilangnya
martabat, wibawa dan harga diri bisa saja terjadi pada isteri-isteri orang awam
dan kemudian dima’afkan oleh umat, akan tetapi kalau itu terjadi pada diri
isteri-isteri Rasulullah maka itu sama sekali tidak terma’afkan. Untuk itu Al-
Qur’an berkata:
“Hai istri-istri Nabi, siapa-siapa di antaramu yang mengerjakan perbuatan keji
yang nyata, niscaya akan dilipat gandakan siksaan kepada mereka dua kali
lipat. Dan adalah yang demikian itu mudah bagi Allah.” (QS. Al-Ahzab: 30)
(Isteri-isteri Nabi akan diberi hukuman berlebih kalau berbuat salah; isteri-isteri
orang-orang awam hanya diberikan hukuman yang setimpal saja dan tidak
digandakan seperti yang dijelaskan dalam ayat di atas—red.)
57. 2013
Apep Wahyudin @islamitucinta.blogspot.com
Chapter:(SERIALPERANGUNTA6)
56
Beberapa sejarawan mencoba untuk menghapus trauma sejarah ini agar tidak
berdampak besar terhadap orang-orang yang terlahir kemudian dengan
mencoba mengecilkan kejadian-kejadian itu. Mereka berkata bahwa tindakan-
tindakan jahat yang dilakukan oleh orang-orang yang menggelorakan “Perang
Unta” itu adalah kesalahan kecil saja yang disebabkan oleh “kesalah-
pahaman. 10,000 orang Muslimin terbunuh begitu saja di kota Basrah hanya
untuk sebuah “kesalah-pahaman” saja yang dilakukan oleh kaum
pemberontak. Membunuh ribuan nyawa orang dianggap sebagai perbuatan
sederhana saja.
Kemudian lebih jauh lagi mereka membuat-buat sumber rujukan. Mereka
menimpakan kesalahan kepada seorang tokoh misterius dan fiktif yang mereka
berinama “Abdullah bin Saba”. Menurut beberapa sejarawan Sunni “Abdullah
bin Saba” lah yang bertanggung jawab atas pembunuhan Utsman bin Affan.
Beberapa sejarahwan Sunni bertindak lebih jauh lagi dengan “mendaur-ulang”
tokoh fiktif “Abdullah bin Saba” ini untuk menjelaskan kejadian-kejadian yang
membingungkan dan tidak mengenakkan. Mungkin ini adalah “penemuan yang
menakjubkan” dalam dunia penulisan sejarah. (Untuk lebih lengkap anda bisa
men-download e-book: ABDULLAH IBN SABA, TOKOH FIKSI DALAM
PERANG UNTA di website kami: www.islamitucinta.blogspot.com)
58. 2013
Apep Wahyudin @islamitucinta.blogspot.com
Chapter:(SERIALPERANGUNTA6)
57
Menurut sejarawan Sunni ini , “Abdullah bin Saba” dan “para pengikutnya”
meminta balas dendam. Mereka yakin sekali apabila Ali lebih memilih jalan
damai dan kemudian berhasil, maka mereka-lah yang akan menjadi
korbannya. Oleh karena itu, “Abdullah bin Saba” dan “para pengikutnya” tidak
menghendaki jalan damai ini dan berusaha sekuat tenaga untuk
menjerumuskan umat Islam kedalam perang saudara karena hanya dengan
inilah maka ia akan selamat.
59. 2013
Apep Wahyudin @islamitucinta.blogspot.com
Chapter:(SERIALPERANGUNTA6)
58
Karena alasan inilah (menurut sebagian kecil sejarawan Sunni), maka
“Abdullah bin Saba dan para pengikutnya” menyerang pada malam hari.
Mereka menyerang kedua pasukan yang sedang berhadapan secara terus
menerus; dalam kegelapan. Kedua pasukan itu (pasukan Ali dan pasukan
‘Aisyah) tidak bisa melihat dalam gelap para provokator yang sedang beraksi;
dan oleh karena itu kedua belah pihak merasa yakin bahwa lawan-nya lah
yang menyerang mereka.
Tokoh “Abdullah bin Saba” itu diciptakan dan diindoktrinasikan ke dalam benak
kaum Muslim untuk menutupi aib yang sudah tertorehkan dalam wajah sejarah
Islam. Ini “penemuan sejarah” yang menakjubkan!!!
Akan tetapi walaupun tokoh “Abdullah bin Saba” itu merupakan penemuan
yang mengagumkan tetap saja ada kelemahannya yang sangat mendasar.
Penemuan tokoh “Abdullah bin Saba” itu tidak bisa menjawab semua
pertanyaan ilmiah yang diajukan untuk menguji sebuat fakta sejarah.
Penemuan tokoh “Abdullah bin Saba” ini pada akhirnya tidak bisa menutupi
dengan sempurna kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh para penggerak
Perang Unta. Simaklah beberapa pertanyaan mendasar di bawah ini:
1. Apakah “Abdullah bin Saba” yang telah melanggar perjanjian damai
dengan Utsman bin Hunaif?
2. Apakah “Abdullah bin Saba” yang menyerang kota Basrah pada
malam hari kemudian menaklukannya dan menjarah harta benda yang
ada di dalamnya?
3. Apakah “Abdullah bin Saba” yang telah membunuh 600 orang Muslim
di dalam kota itu?
60. 2013
Apep Wahyudin @islamitucinta.blogspot.com
Chapter:(SERIALPERANGUNTA6)
59
4. Apakah “Abdullah bin Saba” yang telah mengancam Utsman bin
Hunaif; kemudian menyiksanya secara sadis dan mengusirnya dari
rumahnya sendiri, dari kota Basrah?
Masih ingatkah anda ketika Ali mengirimkan Abdullah bin Muslim untuk
mengadakan perjanjian damai dengan membawa sebuah salinan Al-Qur’an
agar kaum Muslimin yang memusuhi mereka segan dan bersedia untuk
damai?
5. Apakah anda masih ingat pasukan pemberontak itu menembakkan
anak-anak panah ke arah Al-Qur’an itu dan kemudian membunuh si
pembawanya (yaitu Abdullah bin Muslim)?
6. Apakah yang menyuruh untuk menembakkan anak panah itu
“Abdullah bin Saba”?
7. Apakah “Abdullah bin Saba” sendiri yang menembakkan anak
panahnya?
8. Siapa pula yang menembakkan anak-anak panah ke arah pasukan
Ali? Apakah “Abdullah bin Saba”?
Para pemanah dalam barisan pasukan pemberontak telah menewaskan
kurang lebih 20 anak muda sebelum akhirnya Ali menyuruh pasukannya untuk
membalas.
9. Apakah para pemanah yang telah menewaskan anggota pasukan Ali
itu bertindak tanpa sepengetahuan ‘Aisyah, Thalhah, dan Zubayr?
10. Kalau mereka tahu, apakah mereka mencegahnya atau malah
merekalah yang menyuruhnya?
61. 2013
Apep Wahyudin @islamitucinta.blogspot.com
Chapter:(SERIALPERANGUNTA6)
60
‘Aisyah hidup cukup lama setelah kejadian Perang Unta berakhir, akan tetapi
aneh sekali………………..aneh sekali………………….ia tidak pernah sama
sekali menyebut-nyebut tentang “Abdullah bin Saba” dan perannya sebagai
pemicu Perang Unta. ‘Aisyah malah seringkali berkata bahwa ia berkeinginan
untuk mati sebelum kejadian Perang Unta itu terjadi—dimana ribuan Muslim
terbunuh. Kalau seandainya “Abdullah bin Saba” itu tokoh sejarah yang nyata,
maka ‘Aisyah akan menimpakan semua kesalahan kepada “Abdullah bin
Saba”. ‘Aisyah akan menyebutkan bahwa “Abdullah bin Saba” lah yang telah
membunuh kaum Muslimin dalam perang Basrah (Perang Unta) itu. Itu sama
sekali tidak tertulis dalam buku sejarah karena tokoh “Abdullah bin Saba” baru
dimasukkan kedalam sejarah setelah Perang Basrah (Perang Unta) usai.
Tokoh “Abdullah bin Saba” diciptakan setelah ‘Aisyah meninggal dunia. Kitab
sejarah yang ditulis sebelum tokoh “Abdullah bin Saba” itu diciptakan sama
sekali tidak menyebut tentang keberadaan tokoh fiktif ini.
Apabila tokoh “Abdullah bin Saba” itu memang benar-benar ada, maka ia akan
menjadi pusat kejadian dan pusat berita sepanjang masa karena ia telah
memerankan peran yang teramat besar dalam sejarah Islam.
11. Mengapa ia tidak hadir dalam Perang Shiffin dan Nahrawan?
12. Mengapa ia tidak ikut memicu kedua perang itu setelah ia “sangat
sukses” dalam menciptakan perang di Basrah?
13. Mengapa ia tidak menjadikan Mu’awiyyah dan kaum Khawarij sebagai
korban berikutnya? (Kaum Syi’ah dituduh sebagai para pengikut tokoh
fiktif “Abdullah bin Saba” yang dianggap menyebarkan kebencian
terhadap Mu’awiyyah dan para keturunannya—red).
62. 2013
Apep Wahyudin @islamitucinta.blogspot.com
Chapter:(SERIALPERANGUNTA6)
61
14. Mengapa tokoh sekaliber “Abdullah bin Saba” ini hanya memerankan
peran kecil saja dan “muncul” hanya sekali saja dalam panggung
sejarah Islam?
Abdullah bin Saba memang tak diragukan lagi merupakan tokoh imajiner atau
khayalan. “Abdullah bin Saba” itu diciptakan oleh para pengagum tokoh-tokoh
partisan dalam sejarah Islam. Maksud mereka ialah untuk melindungi
kehormatan dan harga diri dari orang-orang yang mereka puja itu. Kalau bisa
mereka akan sembunyikan identitas orang-orang itu agar tidak tampak sebagai
orang-orang yang melakukan tindakan jahat memicu perang saudara antara
kaum Muslimin. Orang-orang yang mereka puja inilah sebenarnya yang
bertanggung-jawab atas pembunuhan Utsman bin Affan, sang khalifah.
Mereka juga yang bertanggung-jawab atas terjadinya perang saudara di
Basrah. Para sejarawan Sunni (sebagian saja dari mereka) ingin sekali
reputasi dari tokoh-tokoh ini terhindar dari penilaian sejarah yang bisa
memberatkan tokoh-tokoh ini. Mereka ingin melemparkan beban sejarah ini
kepada tokoh yang mereka buat……………..sengaja agar tidak ada tuntutan
dari pihak manapun di kelak kemudian hari. Karena kalau yang dituduhnya
orang yang sama sekali tidak ada, maka tidak akan ada tuntutan darimanapun
atas pencemaran nama baik.
“Abdullah bin Saba” adalah tokoh yang sangat fenomenal dalam sejarah Islam.
Ia digambarkan sangat sukses dalam menarik orang-orang agar mau pergi dan
berkumpul di Basrah. Ia berhasil menarik ‘Aisyah yang digambarkan tidak
bersedia ikut—akhirnya ikut. Ia berhasil menarik jenderal yang “cinta damai”
macam Thalhah dan Zubayr; kemudian Abdullah bin Zubayr dan Marwan bin
Hakam bersama seluruh bala tentaranya. “Abdullan bin Saba” berhasil menarik
63. 2013
Apep Wahyudin @islamitucinta.blogspot.com
Chapter:(SERIALPERANGUNTA6)
62
atau menyeret mereka melintas padang pasir jazirah Arab yang demikian
luasnya untuk kemudian bersama-sama menyerang pasukan Ali. Kaum
Muslimin tampaknya tidak hanya patuh dan taat pada “Abdullah bin Saba”
akan tetapi mereka juga rela mati untuk “Abdullah bin Saba”. Dan akhirnya
memang banyak dari mereka benar-benar mati di kota Basrah. Mati untuk
“Abdullah bin Saba”. Pastilah ia orang yang sangat karismatik sehingga bisa
menggerakan ribuan orang ke satu titik. Bergerak untuk mati. Tidak diperlukan
kecerdasan yang tinggi untuk menarik kesimpulan bahwa tokoh ini sangat kuat
dan penting. Tapi aneh sekali……………………….orang ini hanya “muncul”
sekali dalam sebuah peristiwa yang merupakan satu titik saja dalam perjalanan
sejarah Islam………………Aneh sekali!!!!
Keanehan yang lain ialah tampaknya tokoh yang diciptakan para sejarawan
Sunni ini kelihatannya sangat pemalu. “Abdullah bin Saba” lengkap dengan
segala karisma, kemampuan diplomatis dan kemampuan tipu muslihatnya tak
pernah tampil di muka umum. Ia kelihatannya sangat “alergi” terhadap
publisitas. Segera setelah Perang Unta itu berakhir, ia lenyap begitu saja
seperti ditelan bumi, dan ia selamanya tidak muncul kembali. Ia mungkin “mati”
tanpa dikenal dan tanpa diratapi kepergiannya. Tampaknya, para penulis
sejarah “mematikan” dia setelah tugasnya selesai. Tugas yang diembannya
ialah: bertindak sebagai kambing hitam dari perbuatan yang dilakukan oleh
para tokoh pemberontak di Perang Unta yaitu ‘Aisyah, Thalhah, Zubayr dan
anaknya, Abdullah bin Zubayr. Setelah tugas “Abdullah bin Saba” selesai,
selesai pula “hidupnya”.
64. 2013
Apep Wahyudin @islamitucinta.blogspot.com
Chapter:(SERIALPERANGUNTA6)
63
Perang Unta adalah salah satu dari beberapa tragedi kemanusiaan terbesar
yang ada dalam sejarah Islam. Perang itu berhasil mengoyak-ngoyak kesatuan
umat Islam dan tampaknya trauma dari Perang Unta itu tetap membekas
sampai sekarang setelah puluhan abad berselang. Banyak dari sejarawan
Muslimin tampaknya sangat hati-hati dalam membicarakan Perang Unta itu
karena isu-isu tertentu dalam perang itu sangat sensitif sekali. Para sejarawan
itu mencoba untuk mengelabui para pembaca sejarah. Alasan utama mereka
ialah karena mereka tahu bahwa para pemimpin pasukan pemberontak (yang
memberontak terhadap khalifah yang hak, yaitu Ali ) adalah para sahabat Nabi
yang terkenal dan oleh karena itu mereka harus dilindungi kehormatannya;
mereka harus disterilkan dari setiap tuduhan. Mereka melakukan itu karena
menurut mereka memang orang-orang itu memiliki hak-hak khusus yang
didapatkan dari status mereka yang juga khusus. Jadi pantas saja kalau
mereka mendapatkan perlakuan lunak di depan hukum.
Akan tetapi kesetiaan seorang sejarawan seharusnya diberikan kepada
kebenaran dan bukan kepada perseorangan. Seorang sejarawan harus tunduk
pada fakta kebenaran dan bukan pada persona yang dimuliakan meskipun
persona itu para sahabat Nabi sekalipun. Tugas seorang sejarawan itu ialah
menyampaikan fakta. Ia juga boleh menganalisa sebuah fakta kemudian
menerjemahkan fakta tersebut atau mengambil kesimpulan dari fakta-fakta
yang ia kumpulkan. Akan tetapi seorang sejarawan tidak boleh mengaburkan
sebuah fakta; tidak boleh menghilangkan sebuah fakta; tidak boleh
merekayasa sebuah fakta. Seorang sejarawan hendaknya memberikan
peluang kepada para pembaca sejarah untuk menentukan tafsirannya masing-
masing atas fakta yang ia tuliskan. Seorang sejarawan akan memberikan
65. 2013
Apep Wahyudin @islamitucinta.blogspot.com
Chapter:(SERIALPERANGUNTA6)
64
kesempatan bagi para pembaca sejarah untuk mengambil kesimpulan tentang
benar tidaknya seorang sahabat Nabi dalam konteks sejarah. Seorang
sejarawan tidak boleh mengelabui para pembaca sejarah dengan menciptakan
keraguan atau menggiring para pembaca sejarah ke arah penafsiran yang
menyimpan dari fakta sejarah. Kalau seorang sejarawan melakukan itu, maka
itu artinya ia turut bertanggung-jawab atas penyebaran kebohongan!
Seandainya Perang Basrah atau Perang Unta itu tidak terjadi, maka Perang
Siffin dan Nahrawan pun takkan pernah terjadi. Benih-benih perselisihan di
dalam tubuh masyarakat Islam sudah disemaikan dan memuncak di Perang
Basrah. Seandainya saja ‘Aisyah, Thalhah, dan Zubayr tidak menentang
pemerintahan Islam yang adil yang sedang berkuasa pada waktu itu, maka
pintu-pintu perpecahan takkan pernah terbuka.
Para pemberontak dalam Perang Basrah itu adalah manusia-manusia
petualang yang masing-masing individunya memiliki ambisi tertentu (seperti
Thalhah dan Zubayr), kebencian (seperti kebencian ‘Aisyah terhadap Ali),
perasaan bersalah dan kecemburuan. Perasaan kecewa menjadi dasar untuk
mereka bersatu. Mereka kecewa karena kepentigannya, ambisinya, mimpi-
mimpinya tak kesampaian karena Ali memerintah tidak atas dasar pemenuhan
keinginan manusia yang tidak semuanya selaras dan sepakat dengan Islam
melainkan karena Ali memerintah atas perintah Tuhan. Apa yang dilakukan
oleh para pemberontak itu benar-benar kontra produktif.
Apakah para sejarawan Muslim pernah sekali saja berpikir sejenak apabila
kaum pemberontak itu berhasil dalam misinya? Apakah para sejarawan
Muslim itu pernah berpikir apabila Ali terbunuh dalam Perang Unta…….apakah
66. 2013
Apep Wahyudin @islamitucinta.blogspot.com
Chapter:(SERIALPERANGUNTA6)
65
yang akan terjadi setelahnya? Mungkin kejadian-kejadian berikut ini akan
terjadi apabila pihak Ali kalah dalam perang itu:
1. Karena mereka memiliki rasa kebencian tertentu terhadap Ali dan
keluarganya (keluarga Nabi), maka kemungkinan besar apa yang
terjadi di Karbala (tahun 680, dimana keluarga Nabi dibantai secara
keji oleh Yazid bin Mu’awiyyah) akan terjadi lebih awal di Basrah
(tahun 656). Pembantaian keluarga Nabi akan terjadi lebih awal.
2. Setelah itu kemungkinan besar pasukan pemberontak yang dipimpin
oleh ‘Aisyah, Thalhah, dan Zubayr akan bertempur lagi melawan
Mu’awiyyah (pada waktu itu menjabat sebagai gubernur Syria) yang
punya ambisi tinggi.
‘Aisyah, Thalhah, dan Zubayr akan membentuk aliansi kekuatan kembali di
satu pihak melawan aliansi Mu’awiyyah bersama Amr bin Aas di pihak lain.
Kaum Muslimin tentu saja akan terbelah dua lagi atau mungkin lebih—masing-
masing akan mencoba untuk menghabisi lawannya. Dan pada akhirnya kaum
Muslimin akan menciut dalam jumlah seperti yang terjadi setelah Perang
Basrah, dimana 10,000 lebih nyawa tercabut sudah.
Patut dicatat di sini ialah bahwa kedua aliansi kekuatan di atas sangat berbeda
sifatnya dengan pasukan yang dikomandoi oleh Ali. Kedua aliansi itu
sepertinya tidak memiliki hambatan apapun untuk mencurahkan darah
lawannya. Sementara itu pasukan Ali dianggap lemah karena mereka lebih
cinta damai daripada lawan-lawannya. Oleh karena itu, apabila aliansi
kekuatan dari lawan-lawannya itu bertarung satu sama lainnya, maka akan
bisa dibayangkan pertempuran akan berlangsung sangat keras dan kejam.
67. 2013
Apep Wahyudin @islamitucinta.blogspot.com
Chapter:(SERIALPERANGUNTA6)
66
Apabila aliansi kekuatan yang dipimpin oleh ‘Aisyah, Thalhah, dan Zubayr
bertarung melawan aliansi kekuatan yang dipimpin oleh Mu’awiyyah dan Amr
bin Aas, maka kaum Muslimin akan berkubang dalam banjir darah dan
kemudian menyisakan kekosongan kekuasaan yang kemungkinan akan diisi
oleh pihak musuh yang memanfaatkan hal itu. Kekuatan kekaisaran Byzantium
yang sangat ingin menguasai dunia akan mengambil kekosongan ini. Pada
akhirnya sinar Islam akan redup dan kemudian mati!
Kaum pemberontak pimpinan ‘Aisyah dan Thalhah serta Zubayr telah ceroboh
sekali karena menciptakan perang yang akan berkembang menjadi sebuah
bencana yang besar yang akan menghancurkan kaum Muslimin. Untunglah,
Ali yang memiliki visi yang baik dengan sisi humanisnya yang sama baiknya
bisa meredam ini semua dan menyelamatkan umat Islam dari kehancuran.
Sikap kenegarawanan dan kemampuannya dalam mengendalikan umat
menjadi nilai tambah untuk mengendalikan keadaan. Allahumma shali ‘ala
Muhammad wa Aaali Muhammad!
Sebagian sejarawan Ahlu Sunnah masih juga membela kaum pemberontak ini
dengan mengatakan bahwa kaum pemberontak yang memerangi Ali itu sudah
menyesali perbuatannya dan mereka sudah bertobat; dan oleh karena itu
mereka sekarang sudah bersih dari dosa. Akan tetapi tidak ada catatan
sejarah seperti itu yang sampai pada kita. Kita tidak pernah membaca bahwa
mereka itu bertobat. Ali sudah memberikan mereka ma’af dan menawarkan
kepada mereka kesempatan untuk bertobat, akan tetapi tawaran itu selalu
mereka tolak.