SlideShare a Scribd company logo
1 of 28
Download to read offline
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 16 TAHUN 2013
TENTANG
BATAS MAKSIMUM PENGGUNAAN
BAHAN TAMBAHAN PANGAN GARAM PENGEMULSI
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 4 ayat (2)
dan Pasal 5 ayat (2) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
033 Tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan perlu
menetapkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan tentang Batas Maksimum Penggunaan Bahan
Tambahan Pangan Garam Pengemulsi;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821);
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);
3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang
Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2012 Nomor 227, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5360);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang
Label dan Iklan Pangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 131, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3867);
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA
-2-
5. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang
Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 107,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4424);
6. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan
Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non
Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun
2013;
7. Keputusan Presiden Nomor 110 Tahun 2001 tentang
Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Lembaga
Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan
Presiden Nomor 4 Tahun 2013;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 033 Tahun 2012
tentang Bahan Tambahan Pangan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 757);
9. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan Nomor 02001/SK/KBPOM Tahun 2001
tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas
Obat dan Makanan sebagaimana telah diubah dengan
Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan Nomor HK.00.05.21.4231 Tahun 2004;
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN
MAKANAN TENTANG BATAS MAKSIMUM PENGGUNAAN
BAHAN TAMBAHAN PANGAN GARAM PENGEMULSI.
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA
-3-
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:
1. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk
pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan
air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai
makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan
tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lainnya yang digunakan
dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau
minuman.
2. Bahan Tambahan Pangan, selanjutnya disingkat BTP, adalah bahan yang
ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk
pangan.
3. Nama BTP atau jenis BTP, selanjutnya disebut jenis BTP, adalah nama
kimia/generik/umum/lazim yang digunakan untuk identitas bahan
tambahan pangan, dalam bahasa Indonesia atau dalam bahasa Inggris.
4. Garam Pengemulsi (Emulsifying salt) adalah bahan tambahan pangan untuk
mendispersikan protein dalam keju sehingga mencegah pemisahan lemak.
5. Sediaan BTP adalah bahan tambahan pangan yang dikemas dan berlabel
dalam ukuran yang sesuai untuk konsumen.
6. Asupan harian yang dapat diterima atau Acceptable Daily Intake, yang
selanjutnya disingkat ADI, adalah jumlah maksimum bahan tambahan
pangan dalam miligram per kilogram berat badan yang dapat dikonsumsi
setiap hari selama hidup tanpa menimbulkan efek merugikan terhadap
kesehatan.
7. ADI tidak dinyatakan atau ADI not specified/ADI not limited/ADI
acceptable/no ADI Allocated/no ADI necessary adalah istilah yang digunakan
untuk bahan tambahan pangan yang mempunyai toksisitas sangat rendah,
berdasarkan data (kimia, biokimia, toksikologi dan data lainnya), jumlah
asupan bahan tambahan pangan tersebut jika digunakan dalam takaran
yang diperlukan untuk mencapai efek yang diinginkan serta pertimbangan
lain, menurut pendapat Joint FAO/WHO Expert Committee on Food Additives
(JECFA) tidak menimbulkan bahaya terhadap kesehatan.
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA
-4-
8. Asupan maksimum harian yang dapat ditoleransi atau Maximum Tolerable
Daily Intake, yang selanjutnya disingkat MTDI adalah jumlah maksimum
suatu zat dalam milligram per kilogram berat badan yang dapat dikonsumsi
dalam sehari tanpa menimbulkan efek merugikan terhadap kesehatan.
9. Batas Maksimum adalah jumlah maksimum BTP yang diizinkan terdapat
pada pangan dalam satuan yang ditetapkan.
10. Batas Maksimum Cara Produksi Pangan yang Baik atau Good Manufacturing
Practice, selanjutnya disebut Batas Maksimum CPPB, adalah jumlah BTP
yang diizinkan terdapat pada pangan dalam jumlah secukupnya yang
diperlukan untuk menghasilkan efek yang diinginkan.
11. BTP Ikutan (Carry over) adalah BTP yang berasal dari semua bahan baku
baik yang dicampurkan maupun yang dikemas secara terpisah tetapi masih
merupakan satu kesatuan produk.
12. Kategori Pangan adalah pengelompokan pangan berdasarkan jenis pangan
tersebut.
13. Kepala Badan adalah Kepala Badan yang tugas dan tanggungjawabnya di
bidang pengawasan obat dan makanan.
BAB II
RUANG LINGKUP BTP
Pasal 2
(1) BTP tidak dimaksudkan untuk dikonsumsi secara langsung dan/atau tidak
diperlakukan sebagai bahan baku pangan.
(2) BTP dapat mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang sengaja
ditambahkan ke dalam pangan untuk tujuan teknologis pada pembuatan,
pengolahan, perlakuan, pengepakan, pengemasan, penyimpanan dan/atau
pengangkutan pangan untuk menghasilkan atau diharapkan menghasilkan
suatu komponen atau mempengaruhi sifat pangan tersebut, baik secara
langsung atau tidak langsung.
(3) BTP tidak termasuk cemaran atau bahan yang ditambahkan ke dalam
pangan untuk mempertahankan atau meningkatkan nilai gizi.
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA
-5-
BAB III
JENIS DAN BATAS MAKSIMUM BTP GARAM PENGEMULSI
Pasal 3
Jenis BTP Garam Pengemulsi yang diizinkan digunakan dalam pangan terdiri
atas:
1. Natrium dihidrogen sitrat (Sodium dihydrogen citrate);
2. Trinatrium sitrat (Trisodium citrate);
3. Kalium dihidrogen sitrat (Potassium dihydrogen citrate);
4. Trikalium sitrat (Tripotassium citrate);
5. Mononatrium fosfat (Monosodium orthophosphate);
6. Dinatrium fosfat (Disodium orthophosphate);
7. Trinatrium fosfat (Trisodium orthophosphate);
8. Monokalium fosfat (Monopotassium orthophosphate);
9. Dikalium fosfat (Dipotassium orthophosphate);
10. Trikalium fosfat (Tripotassium orthophosphate);
11. Gelatin (Edible gelatin);
12. Dinatrium difosfat (Disodium diphosphate);
13. Tetranatrium difosfat (Tetrasodium diphosphate);
14. Tetrakalium difosfat (Tetrapotassium diphosphate);
15. Dikalsium difosfat (Dicalcium diphosphate);
16. Natrium tripolifosfat (Sodium tripolyphosphate);
17. Kalium tripolifosfat (Potassium tripolyphosphate);
18. Natrium polifosfat (Sodium polyphosphate);
19. Kalium polifosfat (Potassium polyphosphate);
20. Kalsium polifosfat (Calcium polyphosphates);
21. Ester asam lemak dan asetat dari gliserol (Acetic and fatty acid esters of
glycerol);
22. Ester asam lemak dan laktat dari gliserol (Lactic and fatty acid esters of
glycerol);
23. Ester asam lemak dan sitrat dari gliserol (Citric and fatty acid esters of
glycerol);
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA
-6-
24. Ester asam lemak dan diasetiltartrat dari gliserol (Diacetyltartaric and fatty
acid esters of glycerol); dan
25. Natrium glukonat (Sodium gluconate).
Pasal 4
Batas Maksimum penggunaan BTP Garam Pengemulsi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 untuk setiap Kategori Pangan sebagaimana tercantum dalam
Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini.
BAB IV
PENGGUNAAN BTP GARAM PENGEMULSI
Pasal 5
(1) Penggunaan BTP Garam Pengemulsi dibuktikan dengan sertifikat analisis
kuantitatif.
(2) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), untuk
penggunaan BTP pada Kategori Pangan dengan Batas Maksimum CPPB
dibuktikan dengan sertifikat analisis kualitatif.
(3) Jenis BTP Garam Pengemulsi yang tidak dapat dianalisis, Batas Maksimum
dihitung berdasarkan penambahan BTP Garam Pengemulsi yang digunakan
dalam pangan.
Pasal 6
(1) BTP Garam Pengemulsi dapat digunakan secara tunggal atau campuran.
(2) Dalam hal BTP Garam Pengemulsi digunakan secara campuran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), perhitungan hasil bagi masing-masing
BTP dengan Batas Maksimum penggunaannya jika dijumlahkan tidak boleh
lebih dari 1 (satu).
(3) Contoh perhitungan hasil bagi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) seperti
tercantum pada Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan ini.
(4) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) untuk
penggunaan BTP pada Kategori Pangan dengan Batas Maksimum CPPB.
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA
-7-
Pasal 7
(1) Jenis dan Batas Maksimum BTP Garam Pengemulsi Ikutan (carry over)
mengikuti ketentuan jenis dan Batas Maksimum BTP seperti tercantum pada
Lampiran I sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4.
(2) Dalam hal BTP Garam Pengemulsi Ikutan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) tidak tercantum pada Lampiran I, maka harus terlebih dahulu
mendapat persetujuan tertulis dari Kepala Badan.
(3) Untuk mendapatkan persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
pemohon harus mengajukan permohonan tertulis kepada Kepala Badan
disertai kelengkapan data dengan menggunakan formulir sebagaimana
tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan ini.
(4) Keputusan persetujuan/penolakan dari Kepala Badan diberikan paling lama
6 (enam) bulan sejak diterimanya permohonan secara lengkap.
Pasal 8
(1) Jenis dan penggunaan BTP Garam Pengemulsi selain yang tercantum dalam
Lampiran I hanya boleh digunakan sebagai BTP Garam Pengemulsi setelah
mendapat persetujuan tertulis dari Kepala Badan.
(2) Untuk mendapatkan persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
pemohon harus mengajukan permohonan tertulis kepada Kepala Badan
disertai kelengkapan data dengan menggunakan formulir sebagaimana
tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan ini.
(3) Keputusan persetujuan/penolakan dari Kepala Badan diberikan paling lama
6 (enam) bulan sejak diterimanya permohonan secara lengkap.
BAB V
LARANGAN
Pasal 9
Dilarang menggunakan BTP Garam Pengemulsi sebagaimana yang dimaksud
dalam Lampiran I untuk tujuan:
a. menyembunyikan penggunaan bahan yang tidak memenuhi persyaratan;
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA
-8-
b. menyembunyikan cara kerja yang bertentangan dengan cara produksi
pangan yang baik untuk pangan; dan/atau
c. menyembunyikan kerusakan pangan.
BAB VI
SANKSI
Pasal 10
Pelanggaran terhadap ketentuan dalam Peraturan ini dapat dikenai sanksi
administratif berupa:
a. peringatan secara tertulis;
b. larangan mengedarkan untuk sementara waktu dan/atau perintah untuk
penarikan kembali dari peredaran;
c. perintah pemusnahan, jika terbukti tidak memenuhi persyaratan keamanan
atau mutu; dan/atau
d. pencabutan izin edar.
BAB VII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 11
(1) Sediaan BTP Garam Pengemulsi dan Pangan mengandung BTP Garam
Pengemulsi yang telah memiliki persetujuan pendaftaran harus
menyesuaikan dengan ketentuan dalam Peraturan ini paling lama 1 (satu)
tahun sejak diundangkannya Peraturan ini.
(2) Sediaan BTP Garam Pengemulsi dan Pangan mengandung BTP Garam
Pengemulsi yang sedang diajukan permohonan perpanjangan persetujuan
pendaftaran sebelum diberlakukannya Peraturan ini, tetap diproses
berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 722/Menkes/Per/IX/1988
tentang Bahan Tambahan Makanan sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1168/Menkes/Per/X/1999 dengan
ketentuan masa berlaku surat persetujuan pendaftaran untuk jangka waktu
1 (satu) tahun sejak diundangkannya Peraturan ini.
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA
-9-
BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 12
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan ini
dengan menempatkannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 5 April 2013
KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
LUCKY S. SLAMET
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 5 April 2013
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2013 NOMOR 555
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA
-10-
LAMPIRAN I
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 16 TAHUN 2013
TENTANG
BATAS MAKSIMUM PENGGUNAAN
BAHAN TAMBAHAN PANGAN GARAM PENGEMULSI
BATAS MAKSIMUM PENGGUNAAN BTP GARAM PENGEMULSI
1. Natrium dihidrogen sitrat (Sodium dihydrogen citrate)
INS. 331(i)
ADI : tidak dinyatakan (not limited)
Sinonim : Monosodium citrate; monosodium salt of 2-hydroxy-
1,2,3-propanetricarboxylic acid; monosodium citrate;
sodium citrate monobasic
Fungsi lain : Pengatur keasaman, pengemulsi, penstabil
No.
Kategori
Pangan
Kategori Pangan
Batas
Maksimum
(mg/kg)
01.6.1 Keju tanpa pemeraman (keju mentah) CPPB
01.6.2 Keju peram CPPB
01.6.4 Keju olahan CPPB
01.6.5 Keju analog CPPB
2. Trinatrium sitrat (Trisodium citrate)
INS. 331(iii)
ADI : tidak dinyatakan (not limited)
Sinonim : Trisodium citrate; trisodium salt of 2-hydroxy-1,2,3-
propanetricarboxylic acid; trisodium salt of beta-
hydroxy-tricarballylic acid
Fungsi lain : Pengatur keasaman, pengemulsi, penstabil
No.
Kategori
Pangan
Kategori Pangan
Batas
Maksimum
(mg/kg)
01.6.4 Keju olahan CPPB
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA
-11-
3. Kalium dihidrogen sitrat (Potassium dihydrogen citrate)
INS. 332(i)
ADI : tidak dinyatakan (not limited)
Sinonim : Potassium dihydrogen citrate; monopotassium salt of
2-hydroxypropan-1,2,3- tricarboxylic acid;
monopotassium citrate; potassium citrate monobasic
Fungsi lain : Pengatur keasaman, pengemulsi, penstabil
No.
Kategori
Pangan
Kategori Pangan
Batas
Maksimum
(mg/kg)
01.6.1 Keju tanpa pemeraman (keju mentah) CPPB
01.6.2 Keju peram CPPB
01.6.4 Keju olahan CPPB
01.6.5 Keju analog CPPB
4. Trikalium sitrat (Tripotassium citrate)
INS. 332(ii)
ADI : tidak dinyatakan (not limited)
Sinonim : Tripotassium citrate; tripotassium salt of 2-hydroxy-
1,2,3-propanetricarboxylic acid; tripotassium salt of
beta-hydroxy-tricarballylic acid
Fungsi lain : Pengatur keasaman, pengemulsi, penstabil
No.
Kategori
Pangan
Kategori Pangan
Batas
Maksimum
(mg/kg)
01.6.1 Keju tanpa pemeraman (keju mentah) CPPB
01.6.2 Keju peram CPPB
01.6.4 Keju olahan CPPB
01.6.5 Keju analog CPPB
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA
-12-
5. Mononatrium fosfat (Monosodium orthophosphate)
INS. 339(i)
MTDI : 70 mg/kg berat badan, sebagai Fosfor (P)
Sinonim : Monobasic sodium phosphate; monosodium
dihydrogen monophosphate; monosodium
dihydrogen orthophosphate; monosodium
monophosphat; sodium acid phosphate; sodium
biphosphate; sodium dihydrogen phosphate
Fungsi lain : Pengemulsi, penstabil
No.
Kategori
Pangan
Kategori Pangan
Batas
Maksimum
(mg/kg) sebagai
total fosfor (P)
01.6.1 Keju tanpa pemeraman (keju mentah) 9000
01.6.2 Keju peram 9000
01.6.4 Keju olahan 9000
01.6.5 Keju analog 9000
6. Dinatrium fosfat (Disodium orthophosphate)
INS. 339 (ii)
MTDI : 70 mg/kg berat badan, sebagai Fosfor (P)
Sinonim : Dibasic sodium phosphate; disodium acid
phosphate; disodium hydrogen monophosphate;
disodium hydrogen phosphate; disodium phosphate;
secondary sodium phosphate; disodium hydrogen
orthophosphate
Fungsi lain : Pengemulsi, penstabil
No.
Kategori
Pangan
Kategori Pangan
Batas
Maksimum
(mg/kg) sebagai
total fosfor (P)
01.6.1 Keju tanpa pemeraman (keju mentah) 9000
01.6.2 Keju peram 9000
01.6.4 Keju olahan 9000
01.6.5 Keju analog 9000
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA
-13-
7. Trinatrium fosfat (Trisodium orthophosphate)
INS. 339(iii)
MTDI : 70 mg/kg berat badan, sebagai Fosfor (P)
Sinonim : Sodium phosphate; tribasic sodium phosphate;
sodium phosphate; trisodium phosphate; trisodium
monophosphate
Fungsi lain : Pengemulsi, penstabil
No.
Kategori
Pangan
Kategori Pangan
Batas
Maksimum
(mg/kg) sebagai
total fosfor (P)
01.6.1 Keju tanpa pemeraman (keju mentah) 9000
01.6.2 Keju peram 9000
01.6.4 Keju olahan 9000
01.6.5 Keju analog 9000
8. Monokalium fosfat (Monopotassium orthophosphate)
INS. 340(i)
MTDI : 70 mg/kg berat badan, sebagai Fosfor (P)
Sinonim : Monobasic potassium phosphate; monopotassium
dihydrogen monophosphate; monopotassium
dihydrogen orthophosphate; monopotassium
monophosphate; potassium acid phosphate,
potassium biphosphate; potassium dihydrogen
phosphate
Fungsi lain : Pengemulsi, penstabil
No.
Kategori
Pangan
Kategori Pangan
Batas
Maksimum
(mg/kg) sebagai
total fosfor (P)
01.6.1 Keju tanpa pemeraman (keju mentah) 9000
01.6.2 Keju peram 9000
01.6.4 Keju olahan 9000
01.6.5 Keju analog 9000
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA
-14-
9. Dikalium fosfat (Dipotassium orthophosphate)
INS. 340 (ii)
MTDI : 70 mg/kg berat badan, sebagai Fosfor (P)
Sinonim : Dibasic potassium phosphate; dipotassium acid
phosphate; dipotassium hydrogen monophosphate,
dipotassium hydrogen orthophosphate; dipotassium
hydrogen phosphate; dipotassium monophosphate,
dipotassium phosphate; secondary potassium
phosphate
Fungsi lain : Pengemulsi, penstabil
No.
Kategori
Pangan
Kategori Pangan
Batas
Maksimum
(mg/kg) sebagai
total fosfor (P)
01.6.1 Keju tanpa pemeraman (keju mentah) 9000
01.6.2 Keju peram 9000
01.6.4 Keju olahan 9000
01.6.5 Keju analog 9000
Trikalium fosfat (Tripotassium orthophosphate)
INS. 340 (iii)
MTDI : 70 mg/kg berat badan, sebagai Fosfor (P)
Sinonim : Potassium phosphate; Tribasic potassium
phosphate; Tripotassium phosphate; Tripotassium
monophosphate
Fungsi lain : Pengemulsi, penstabil.
No.
Kategori
Pangan
Kategori Pangan
Batas
Maksimum
(mg/kg) sebagai
total fosfor (P)
01.6.1 Keju tanpa pemeraman (keju mentah) 9000
01.6.2 Keju peram 9000
01.6.4 Keju olahan 9000
01.6.5 Keju analog 9000
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA
-15-
10. Gelatin (Edible gelatin)
INS. 428
ADI : Tidak dinyatakan (not limited)
Sinonim : Gelatin edible
Fungsi lain : Pembentuk gel, pengemulsi, pengental, penstabil
No.
Kategori
Pangan
Kategori Pangan
Batas Maksimum
(mg/kg)
01.6 Keju dan keju analog 5000
11. Dinatrium difosfat (Disodium diphosphate)
INS. 450(i)
MTDI : 70 mg/kg berat badan, sebagai Fosfor (P)
Sinonim : Acid sodium pyrophosphate, disodium dihydrogen
diphosphate, disodium dihydrogen pyrophosphate,
disodium phyrophosphate
Fungsi lain : Pengemulsi, penstabil.
No.
Kategori
Pangan
Kategori Pangan
Batas
Maksimum
(mg/kg) sebagai
total fosfor (P)
01.6.1 Keju tanpa pemeraman (keju mentah) 9000
01.6.2 Keju peram 9000
01.6.4 Keju olahan 9000
01.6.5 Keju analog 9000
12. Tetranatrium difosfat (Tetrasodium diphosphate)
INS.450(iii)
MTDI : 70 mg/kg berat badan, sebagai Fosfor (P)
Sinonim : Sodium pyrophosphate, tetrasodium pyrophosphate
Fungsi lain : Pengemulsi, penstabil.
No.
Kategori
Pangan
Kategori Pangan
Batas
Maksimum
(mg/kg) sebagai
total fosfor (P)
01.6.1 Keju tanpa pemeraman (keju mentah) 9000
01.6.2 Keju peram 9000
01.6.4 Keju olahan 9000
01.6.5 Keju analog 9000
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA
-16-
13. Tetrakalium difosfat (Tetrapotassium diphosphate)
INS. 450 (v)
MTDI : 70 mg/kg berat badan, sebagai Fosfor (P)
Sinonim : Potassium pyrophosphate; tetrapotassium
pyrophosphate; tetrapotassium salt of diphosphoric
acid
Fungsi lain : Pengemulsi, penstabil
No.
Kategori
Pangan
Kategori Pangan
Batas
Maksimum
(mg/kg) sebagai
total fosfor (P)
01.6.1 Keju tanpa pemeraman (keju mentah) 9000
01.6.2 Keju peram 9000
01.6.4 Keju olahan 9000
01.6.5 Keju analog 9000
14. Dikalsium difosfat (Dicalcium diphosphate)
INS. 450 (vi)
MTDI : 70 mg/kg berat badan, sebagai Fosfor (P)
Sinonim : Calcium pyrophosphate, dicalcium pyrophosphate
Fungsi lain : Pengemulsi, penstabil.
No.
Kategori
Pangan
Kategori Pangan
Batas
Maksimum
(mg/kg) sebagai
total fosfor (P)
01.6.1 Keju tanpa pemeraman (keju mentah) 9000
01.6.2 Keju peram 9000
01.6.4 Keju olahan 9000
01.6.5 Keju analog 9000
15. Natrium tripolifosfat (Sodium tripolyphosphate)
INS. 451(i)
MTDI : 70 mg/kg berat badan, sebagai Fosfor (P)
Sinonim : Pentasodium tripolyphosphate; sodium triphosphate;
triphosphate
Fungsi lain : Penstabil.
No.
Kategori
Pangan
Kategori Pangan
Batas
Maksimum
(mg/kg) sebagai
total fosfor (P)
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA
-17-
No.
Kategori
Pangan
Kategori Pangan
Batas
Maksimum
(mg/kg) sebagai
total fosfor (P)
01.6.1 Keju tanpa pemeraman (keju mentah) 9000
01.6.2 Keju peram 9000
01.6.4 Keju olahan 9000
01.6.5 Keju analog 9000
16. Kalium tripolifosfat (Potassium tripolyphosphate)
INS. 451(ii)
MTDI : 70 mg/kg berat badan, sebagai Fosfor (P)
Sinonim : Pentapotassium tripolyphosphate; potassium
triphosphate
Fungsi lain : Penstabil.
No.
Kategori
Pangan
Kategori Pangan
Batas
Maksimum
(mg/kg) sebagai
total fosfor (P)
01.6.1 Keju tanpa pemeraman (keju mentah) 9000
01.6.2 Keju peram 9000
01.6.4 Keju olahan 9000
01.6.5 Keju analog 9000
Natrium polifosfat (Sodium polyphosphate)
INS. 452(i)
MTDI : 70 mg/kg berat badan, sebagai Fosfor (P)
Sinonim : Graham's salt; sodium hexametaphosphate; sodium
polyphosphate, glassy; sodium tetrapolyphosphate
Fungsi lain : Penstabil, pengemulsi
No.
Kategori
Pangan
Kategori Pangan
Batas
Maksimum
(mg/kg) sebagai
total fosfor (P)
01.6.1 Keju tanpa pemeraman (keju mentah) 9000
01.6.2 Keju peram 9000
01.6.4 Keju olahan 9000
01.6.5 Keju analog 9000
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA
-18-
17. Kalium polifosfat (Potassium polyphosphate)
INS. 452(ii)
MTDI : 70 mg/kg berat badan, sebagai Fosfor (P)
Sinonim : Potassium metaphosphate; potassium
polymetaphosphate
Fungsi lain : Penstabil, pengemulsi
No.
Kategori
Pangan
Kategori Pangan
Batas
Maksimum
(mg/kg) sebagai
total fosfor (P)
01.6.1 Keju tanpa pemeraman (keju mentah) 9000
01.6.2 Keju peram 9000
01.6.4 Keju olahan 9000
01.6.5 Keju analog 9000
18. Kalsium polifosfat (Calcium polyphosphate)
INS. 452(iv)
MTDI : 70 mg/kg berat badan, sebagai Fosfor (P)
Sinonim : -
Fungsi lain : Penstabil, pengemulsi
No.
Kategori
Pangan
Kategori Pangan
Batas
Maksimum
(mg/kg) sebagai
total fosfor (P)
01.6.1 Keju tanpa pemeraman (keju mentah) 9000
01.6.2 Keju peram 9000
01.6.4 Keju olahan 9000
01.6.5 Keju analog 9000
19. Ester asam lemak dan asetat dari gliserol (Acetic and Fatty Acid Esters of
Glycerol)
INS. 472a
ADI : tidak dinyatakan (not limited)
Sinonim : Acetic acid esters of mono- and diglycerides;
acetoglycerides; acetylated mono-and diglycerides
Fungsi lain : Penstabil, pengemulsi
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA
-19-
No.
Kategori
Pangan
Kategori Pangan
Batas
Maksimum
(mg/kg) sebagai
total fosfor (P)
01.6.1 Keju tanpa pemeraman (keju mentah) 9000
01.6.2 Keju peram 9000
01.6.4 Keju olahan 9000
01.6.5 Keju analog 9000
20. Ester asam lemak dan laktat dari gliserol (Lactic and Fatty Acid Esters of
Glycerol)
INS. 472b
ADI : tidak dinyatakan (not limited)
Sinonim : Lactic acid esters of mono-and diglycerides,
lactoglycerides
Fungsi lain : Penstabil, pengemulsi
No.
Kategori
Pangan
Kategori Pangan
Batas
Maksimum
(mg/kg) sebagai
total fosfor (P)
01.6.1 Keju tanpa pemeraman (keju mentah) 9000
01.6.2 Keju peram 9000
01.6.4 Keju olahan 9000
01.6.5 Keju analog 9000
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA
-20-
21. Ester asam lemak dan sitrat dari gliserol (Citric and fatty acid esters of
glycerol)
INS. 472c
ADI : tidak dinyatakan (not limited)
Sinonim : CITREM; citric acid esters of mono-and di-glycerides;
citroglycerides
Fungsi lain : Penstabil, pengemulsi
No.
Kategori
Pangan
Kategori Pangan
Batas
Maksimum
(mg/kg) sebagai
total fosfor (P)
01.6.1 Keju tanpa pemeraman (keju mentah) 9000
01.6.2 Keju peram 9000
01.6.4 Keju olahan 9000
01.6.5 Keju analog 9000
22. Ester asam lemak dan diasetiltartrat dari gliserol (Diacetyltartaric and fatty
acid esters of glycerol)
INS. 472e
ADI : 0 - 50 mg/kg berat badan
Sinonim : Diacetyltartaric acid esters of mono- and
diglycerides; DATEM; tartaric, acetic and fatty acid
esters of glycerol, mixed; mixed acetic and tartaric
acid esters of mono and diglycerides of fatty acids
Fungsi lain : Penstabil, pengemulsi
No.
Kategori
Pangan
Kategori Pangan
Batas
Maksimum
(mg/kg) sebagai
total fosfor (P)
01.6.1 Keju tanpa pemeraman (keju mentah) 9000
01.6.2 Keju peram 9000
01.6.4 Keju olahan 9000
01.6.5 Keju analog 9000
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA
-21-
23. Natrium glukonat (Sodium gluconate)
INS. 576
ADI : tidak dinyatakan (not specified)
Sinonim : Sodium D-gluconate
Fungsi lain : Sekuestran
No.
Kategori
Pangan
Kategori Pangan
Batas
Maksimum
(mg/kg) sebagai
total fosfor (P)
01.6.1 Keju tanpa pemeraman (keju mentah) 9000
01.6.2 Keju peram 9000
01.6.4 Keju olahan 9000
01.6.5 Keju analog 9000
KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
LUCKY S. SLAMET
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA
-22-
LAMPIRAN II
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 16 TAHUN 2013
TENTANG
BATAS MAKSIMUM PENGGUNAAN
BAHAN TAMBAHAN PANGAN GARAM PENGEMULSI
CONTOH FORMULIR PERMOHONAN PENGGUNAAN BTP
FORMULIR BTP 1
SURAT PERMOHONAN PENGGUNAAN BTP
Nama perusahaan/importir :
Alamat perusahaan/importir :
Nomor surat perusahaan/importir :
Perihal :
Lampiran :
Kepada Yth.
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Sesuai dengan ketentuan pasal (7 atau 8)* Peraturan Kepala Badan Pengawas
Obat dan Makanan, nomor....tentang Batas Maksimum Penggunaan Bahan
Tambahan Pangan Garam Pengemulsi, dengan ini kami mengajukan permohonan
untuk menggunakan BTP sebagai berikut:
a. Jenis BTP dan INS** :
b. Fungsi :
c. Jenis pangan :
d. Kategori pangan :
Demikian surat ini kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya kami
ucapkan terimakasih.
TTD dan Cap Perusahaan :
Nama Pemohon :
Contact Person :
Telp./Fax/E-mail :
* Pilih salah satu Pasal 7 bila BTP Garam Pengemulsi Ikutan (Carry over) atau Pasal 8 bila BTP
Garam Pengemulsi
** International Numbering System
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA
-23-
FORMULIR BTP 2
DATA UMUM BAHAN TAMBAHAN PANGAN
1. Nama Dagang :
2. Nama Jenis :
3. Jenis Kemasan dan Netto :
4. Nama Pabrik/ Perusahaan :
Alamat Pabrik/Perusahaan :
Nomor Telepon :
5. Nama Pabrik Pengemas Kembali :
Alamat Pabrik Pengemas Kembali :
Nomor Telepon :
Nama Pabrik Asal :
Alamat Pabrik asal :
6. Jika Lisensi
Nama Pabrik/Perusahaan :
Alamat Pabrik/Perusahaan :
Nomor Telepon :
Nama Pabrik Pemberi Lisensi :
Alamat Pabrik Pemberi Lisensi :
7. Jika diimpor
Nama Pabrik :
Alamat Pabrik :
Nama Importir :
Alamat Importir :
Nomor Telepon :
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA
-24-
FORMULIR BTP 3
Uraikan:
1. Nama kimia
.....
2. Kode Internasional (No. INS/CI/E number)
.....
3. Rumus kimia
....
4. Komposisi BTP
.....
5. Spesifikasi mutu bahan (deskripsi, sifat fisika dan kimia)
.....
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA
-25-
FORMULIR BTP 4
Uraikan:
1. Komposisi produk pangan
....
2. Jumlah penggunaan BTP pada proses produksi pangan
....
3. Fungsi dan tujuan penggunaan BTP
....
4. Sertifikat analisis BTP pada produk pangan
....
5. Alur produksi produk pangan dan cara penggunaan produk pangan
....
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA
-26-
FORMULIR BTP 5
Uraikan kepustakaan dari referensi yang dapat dipercaya yang menjelaskan
bahwa BTP tersebut aman digunakan disertai dengan data, sekurang-kurangnya:
1. Sandingan/komparasi regulasi negara lain
2. Data keamanan BTP (untuk jenis BTP baru)
3. Metode pengujian BTP dalam produk pangan
4. Metode analisis yang digunakan untuk penetapan kadar dan kemurnian jenis
BTP baru
5. Mekanisme kerja BTP sehingga efek fisik yang dikehendaki dalam produk
pangan dapat dicapai dalam pangan
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA
-27-
FORMULIR BTP 6
TANDA TERIMA
Nomor....../....../20....
Nama Perusahaan :
Alamat :
Perihal :
Nomor Surat :
Jakarta,...................20......
Penerima
..........................
KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
LUCKY S. SLAMET
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA
-28-
LAMPIRAN III
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 16 TAHUN 2013
TENTANG
BATAS MAKSIMUM PENGGUNAAN
BAHAN TAMBAHAN PANGAN GARAM PENGEMULSI
CONTOH PERHITUNGAN PENGGUNAAN CAMPURAN BTP
Contoh perhitungan penggunaan campuran BTP Garam Pengemulsi pada
Kategori Pangan 01.6.4 Keju olahan
BTP
Batas
Maksimum
(mg/kg)
Penggunaan
pada produk
(mg/kg)
Perhitungan
Gelatin 5000 x x / 5000
Ester asam lemak
dan diasetiltartrat
dari gliserol
10000 y y /10000
(x/5000) + (y/10000) ≤ 1
KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
LUCKY S. SLAMET

More Related Content

What's hot

Laporan Kerja Praktek - PT. Inti Ganda Perdana
Laporan Kerja Praktek - PT. Inti Ganda PerdanaLaporan Kerja Praktek - PT. Inti Ganda Perdana
Laporan Kerja Praktek - PT. Inti Ganda PerdanaRidwan Arifin
 
Pembuatan Kecap Ikan
Pembuatan Kecap IkanPembuatan Kecap Ikan
Pembuatan Kecap IkanAdhea Tanlar
 
Sni 01 2346-2006 petunjuk pengujian organoleptik dan atau sensori
Sni 01 2346-2006 petunjuk pengujian organoleptik dan atau sensoriSni 01 2346-2006 petunjuk pengujian organoleptik dan atau sensori
Sni 01 2346-2006 petunjuk pengujian organoleptik dan atau sensoriBasyrowi Arby
 
Gastronomy molecular
Gastronomy molecularGastronomy molecular
Gastronomy molecularikhyasul rais
 
Pengujian Mutu Pangan
Pengujian Mutu PanganPengujian Mutu Pangan
Pengujian Mutu PanganlombkTBK
 
Analisa mikrobiologi pada makanan
Analisa mikrobiologi pada makananAnalisa mikrobiologi pada makanan
Analisa mikrobiologi pada makananNuzul Dianperdana
 
Mikrobiologi
Mikrobiologi Mikrobiologi
Mikrobiologi lombkTBK
 
1457 sni 4110 2014.ikan beku
1457 sni 4110 2014.ikan beku1457 sni 4110 2014.ikan beku
1457 sni 4110 2014.ikan bekuBasyrowi Arby
 
Pengawetan Makanan Teknik Pengeringan
Pengawetan Makanan Teknik PengeringanPengawetan Makanan Teknik Pengeringan
Pengawetan Makanan Teknik PengeringanRia Merlita
 
4 TIPE SISTEM PENYELENGGARAAN MAKANAN.pptx
4 TIPE SISTEM PENYELENGGARAAN MAKANAN.pptx4 TIPE SISTEM PENYELENGGARAAN MAKANAN.pptx
4 TIPE SISTEM PENYELENGGARAAN MAKANAN.pptxWidyaPangestika16
 
Peningkatan mutu gizi pangan
Peningkatan mutu gizi panganPeningkatan mutu gizi pangan
Peningkatan mutu gizi panganSutyawan
 
Sni 01 3142-1998-tahu
Sni 01 3142-1998-tahuSni 01 3142-1998-tahu
Sni 01 3142-1998-tahuFaqih Radina
 
7 pelabelan-dan-iklan-pangan
7 pelabelan-dan-iklan-pangan7 pelabelan-dan-iklan-pangan
7 pelabelan-dan-iklan-panganNurlina Arfah
 

What's hot (20)

Laporan Kerja Praktek - PT. Inti Ganda Perdana
Laporan Kerja Praktek - PT. Inti Ganda PerdanaLaporan Kerja Praktek - PT. Inti Ganda Perdana
Laporan Kerja Praktek - PT. Inti Ganda Perdana
 
Pembuatan Kecap Ikan
Pembuatan Kecap IkanPembuatan Kecap Ikan
Pembuatan Kecap Ikan
 
Sni 01 2346-2006 petunjuk pengujian organoleptik dan atau sensori
Sni 01 2346-2006 petunjuk pengujian organoleptik dan atau sensoriSni 01 2346-2006 petunjuk pengujian organoleptik dan atau sensori
Sni 01 2346-2006 petunjuk pengujian organoleptik dan atau sensori
 
Pengasapan
PengasapanPengasapan
Pengasapan
 
CV
CVCV
CV
 
Gastronomy molecular
Gastronomy molecularGastronomy molecular
Gastronomy molecular
 
Pengujian Mutu Pangan
Pengujian Mutu PanganPengujian Mutu Pangan
Pengujian Mutu Pangan
 
Analisa mikrobiologi pada makanan
Analisa mikrobiologi pada makananAnalisa mikrobiologi pada makanan
Analisa mikrobiologi pada makanan
 
Mikrobiologi
Mikrobiologi Mikrobiologi
Mikrobiologi
 
Teknisi komputer
Teknisi komputerTeknisi komputer
Teknisi komputer
 
Jurnal uji fisik air
Jurnal uji fisik airJurnal uji fisik air
Jurnal uji fisik air
 
1457 sni 4110 2014.ikan beku
1457 sni 4110 2014.ikan beku1457 sni 4110 2014.ikan beku
1457 sni 4110 2014.ikan beku
 
Pengawetan Makanan Teknik Pengeringan
Pengawetan Makanan Teknik PengeringanPengawetan Makanan Teknik Pengeringan
Pengawetan Makanan Teknik Pengeringan
 
4 TIPE SISTEM PENYELENGGARAAN MAKANAN.pptx
4 TIPE SISTEM PENYELENGGARAAN MAKANAN.pptx4 TIPE SISTEM PENYELENGGARAAN MAKANAN.pptx
4 TIPE SISTEM PENYELENGGARAAN MAKANAN.pptx
 
Peningkatan mutu gizi pangan
Peningkatan mutu gizi panganPeningkatan mutu gizi pangan
Peningkatan mutu gizi pangan
 
Anti kempal
Anti kempalAnti kempal
Anti kempal
 
Surat izin lab ebt
Surat izin lab ebtSurat izin lab ebt
Surat izin lab ebt
 
Sni 01 3142-1998-tahu
Sni 01 3142-1998-tahuSni 01 3142-1998-tahu
Sni 01 3142-1998-tahu
 
1. perencanaan menu
1. perencanaan menu1. perencanaan menu
1. perencanaan menu
 
7 pelabelan-dan-iklan-pangan
7 pelabelan-dan-iklan-pangan7 pelabelan-dan-iklan-pangan
7 pelabelan-dan-iklan-pangan
 

Similar to Per kbpom no 16 tahun 2013 tentang batas maksimum penggunaan bahan tambahan pangan garam pengemulsi nett

Per ka bpom no. 36 tahun 2013 tentang batas maksimum pengawet
Per ka bpom no. 36 tahun 2013 tentang batas maksimum pengawetPer ka bpom no. 36 tahun 2013 tentang batas maksimum pengawet
Per ka bpom no. 36 tahun 2013 tentang batas maksimum pengawetMiftachul Munif
 
SciePer kbpom-no-37-tahun-2013-batas-maksimum-penggunaan-btp-pewarna
SciePer kbpom-no-37-tahun-2013-batas-maksimum-penggunaan-btp-pewarnaSciePer kbpom-no-37-tahun-2013-batas-maksimum-penggunaan-btp-pewarna
SciePer kbpom-no-37-tahun-2013-batas-maksimum-penggunaan-btp-pewarnaMuhammad Luthfan
 
adoc.pub_1-bahan-tambahan-pangan-yang-selanjutnya-disingkat.pdf
adoc.pub_1-bahan-tambahan-pangan-yang-selanjutnya-disingkat.pdfadoc.pub_1-bahan-tambahan-pangan-yang-selanjutnya-disingkat.pdf
adoc.pub_1-bahan-tambahan-pangan-yang-selanjutnya-disingkat.pdffadilanurul
 
Per kbpom no 28 tahun 2013 tentang pengawasan pemasukan bahan obat dan makana...
Per kbpom no 28 tahun 2013 tentang pengawasan pemasukan bahan obat dan makana...Per kbpom no 28 tahun 2013 tentang pengawasan pemasukan bahan obat dan makana...
Per kbpom no 28 tahun 2013 tentang pengawasan pemasukan bahan obat dan makana...winda milani
 
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 722/MENKES/PER/IX/88 T...
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 722/MENKES/PER/IX/88 T...PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 722/MENKES/PER/IX/88 T...
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 722/MENKES/PER/IX/88 T...Alvi Hunter
 
73. per ka bpom no 8 tahun 2014 ttg perubahan per ka bpom nomor 28 tahun 2013
73. per ka bpom no 8 tahun 2014 ttg perubahan per ka bpom nomor 28 tahun 201373. per ka bpom no 8 tahun 2014 ttg perubahan per ka bpom nomor 28 tahun 2013
73. per ka bpom no 8 tahun 2014 ttg perubahan per ka bpom nomor 28 tahun 2013litacici
 
Pbpom no-22-tahun-2018-pedoman-pemberian-setifikat-pirt
Pbpom no-22-tahun-2018-pedoman-pemberian-setifikat-pirtPbpom no-22-tahun-2018-pedoman-pemberian-setifikat-pirt
Pbpom no-22-tahun-2018-pedoman-pemberian-setifikat-pirtGUNADARMA UNIVERSITY
 
Permentan No 64 Tahun 2013 tentang Sistem Pertanian Organik
Permentan No 64 Tahun 2013 tentang Sistem Pertanian OrganikPermentan No 64 Tahun 2013 tentang Sistem Pertanian Organik
Permentan No 64 Tahun 2013 tentang Sistem Pertanian OrganikAchmad Wahid
 
2 Regulasi Keamanan Pangan Pada Industri Pangan.pdf
2 Regulasi Keamanan Pangan Pada Industri Pangan.pdf2 Regulasi Keamanan Pangan Pada Industri Pangan.pdf
2 Regulasi Keamanan Pangan Pada Industri Pangan.pdfsulistyoprabowo72
 
Per kbpom no_40_tahun_2013_tentang_pedoman_pengelolaan_prekursor
Per kbpom no_40_tahun_2013_tentang_pedoman_pengelolaan_prekursorPer kbpom no_40_tahun_2013_tentang_pedoman_pengelolaan_prekursor
Per kbpom no_40_tahun_2013_tentang_pedoman_pengelolaan_prekursorUlfah Hanum
 
Per kabpom di_ifiot
Per kabpom di_ifiotPer kabpom di_ifiot
Per kabpom di_ifiotIinSuhesti1
 
Materi PerUU Keamanan Pangan.pptx
Materi PerUU Keamanan Pangan.pptxMateri PerUU Keamanan Pangan.pptx
Materi PerUU Keamanan Pangan.pptxYenny Tanjung
 
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1168/MENKES/PER/X/1999
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1168/MENKES/PER/X/1999PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1168/MENKES/PER/X/1999
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1168/MENKES/PER/X/1999Alvi Hunter
 
NPP Pakan tentang Penetapan Nomor Pakaan
NPP Pakan tentang Penetapan Nomor PakaanNPP Pakan tentang Penetapan Nomor Pakaan
NPP Pakan tentang Penetapan Nomor PakaanPokjaUKPBJ
 
Jateng_Kebijakan Was Forti dan Peran Pemda dalam Was Forti_HSD210823.pdf
Jateng_Kebijakan Was Forti dan Peran Pemda dalam Was Forti_HSD210823.pdfJateng_Kebijakan Was Forti dan Peran Pemda dalam Was Forti_HSD210823.pdf
Jateng_Kebijakan Was Forti dan Peran Pemda dalam Was Forti_HSD210823.pdfssuser6b9872
 
Buku Formularium Fitofarmaka_2022.pdf
Buku Formularium Fitofarmaka_2022.pdfBuku Formularium Fitofarmaka_2022.pdf
Buku Formularium Fitofarmaka_2022.pdfAdityaNoviadi1
 
Permenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotek
Permenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotekPermenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotek
Permenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apoteklaniatmadja
 

Similar to Per kbpom no 16 tahun 2013 tentang batas maksimum penggunaan bahan tambahan pangan garam pengemulsi nett (20)

Per ka bpom no. 36 tahun 2013 tentang batas maksimum pengawet
Per ka bpom no. 36 tahun 2013 tentang batas maksimum pengawetPer ka bpom no. 36 tahun 2013 tentang batas maksimum pengawet
Per ka bpom no. 36 tahun 2013 tentang batas maksimum pengawet
 
SciePer kbpom-no-37-tahun-2013-batas-maksimum-penggunaan-btp-pewarna
SciePer kbpom-no-37-tahun-2013-batas-maksimum-penggunaan-btp-pewarnaSciePer kbpom-no-37-tahun-2013-batas-maksimum-penggunaan-btp-pewarna
SciePer kbpom-no-37-tahun-2013-batas-maksimum-penggunaan-btp-pewarna
 
adoc.pub_1-bahan-tambahan-pangan-yang-selanjutnya-disingkat.pdf
adoc.pub_1-bahan-tambahan-pangan-yang-selanjutnya-disingkat.pdfadoc.pub_1-bahan-tambahan-pangan-yang-selanjutnya-disingkat.pdf
adoc.pub_1-bahan-tambahan-pangan-yang-selanjutnya-disingkat.pdf
 
Per kbpom no 28 tahun 2013 tentang pengawasan pemasukan bahan obat dan makana...
Per kbpom no 28 tahun 2013 tentang pengawasan pemasukan bahan obat dan makana...Per kbpom no 28 tahun 2013 tentang pengawasan pemasukan bahan obat dan makana...
Per kbpom no 28 tahun 2013 tentang pengawasan pemasukan bahan obat dan makana...
 
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 722/MENKES/PER/IX/88 T...
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 722/MENKES/PER/IX/88 T...PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 722/MENKES/PER/IX/88 T...
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 722/MENKES/PER/IX/88 T...
 
Bahan Tambahan Pangan.ppt
Bahan Tambahan Pangan.pptBahan Tambahan Pangan.ppt
Bahan Tambahan Pangan.ppt
 
73. per ka bpom no 8 tahun 2014 ttg perubahan per ka bpom nomor 28 tahun 2013
73. per ka bpom no 8 tahun 2014 ttg perubahan per ka bpom nomor 28 tahun 201373. per ka bpom no 8 tahun 2014 ttg perubahan per ka bpom nomor 28 tahun 2013
73. per ka bpom no 8 tahun 2014 ttg perubahan per ka bpom nomor 28 tahun 2013
 
Pbpom no-22-tahun-2018-pedoman-pemberian-setifikat-pirt
Pbpom no-22-tahun-2018-pedoman-pemberian-setifikat-pirtPbpom no-22-tahun-2018-pedoman-pemberian-setifikat-pirt
Pbpom no-22-tahun-2018-pedoman-pemberian-setifikat-pirt
 
Permentan No 64 Tahun 2013 tentang Sistem Pertanian Organik
Permentan No 64 Tahun 2013 tentang Sistem Pertanian OrganikPermentan No 64 Tahun 2013 tentang Sistem Pertanian Organik
Permentan No 64 Tahun 2013 tentang Sistem Pertanian Organik
 
2 Regulasi Keamanan Pangan Pada Industri Pangan.pdf
2 Regulasi Keamanan Pangan Pada Industri Pangan.pdf2 Regulasi Keamanan Pangan Pada Industri Pangan.pdf
2 Regulasi Keamanan Pangan Pada Industri Pangan.pdf
 
Per kbpom no_40_tahun_2013_tentang_pedoman_pengelolaan_prekursor
Per kbpom no_40_tahun_2013_tentang_pedoman_pengelolaan_prekursorPer kbpom no_40_tahun_2013_tentang_pedoman_pengelolaan_prekursor
Per kbpom no_40_tahun_2013_tentang_pedoman_pengelolaan_prekursor
 
Per kabpom di_ifiot
Per kabpom di_ifiotPer kabpom di_ifiot
Per kabpom di_ifiot
 
KMK
KMKKMK
KMK
 
Materi PerUU Keamanan Pangan.pptx
Materi PerUU Keamanan Pangan.pptxMateri PerUU Keamanan Pangan.pptx
Materi PerUU Keamanan Pangan.pptx
 
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1168/MENKES/PER/X/1999
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1168/MENKES/PER/X/1999PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1168/MENKES/PER/X/1999
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1168/MENKES/PER/X/1999
 
NPP Pakan tentang Penetapan Nomor Pakaan
NPP Pakan tentang Penetapan Nomor PakaanNPP Pakan tentang Penetapan Nomor Pakaan
NPP Pakan tentang Penetapan Nomor Pakaan
 
Jateng_Kebijakan Was Forti dan Peran Pemda dalam Was Forti_HSD210823.pdf
Jateng_Kebijakan Was Forti dan Peran Pemda dalam Was Forti_HSD210823.pdfJateng_Kebijakan Was Forti dan Peran Pemda dalam Was Forti_HSD210823.pdf
Jateng_Kebijakan Was Forti dan Peran Pemda dalam Was Forti_HSD210823.pdf
 
Buku Formularium Fitofarmaka_2022.pdf
Buku Formularium Fitofarmaka_2022.pdfBuku Formularium Fitofarmaka_2022.pdf
Buku Formularium Fitofarmaka_2022.pdf
 
Permenkes Nomor 23 Tahun 2020.pdf
Permenkes Nomor 23 Tahun 2020.pdfPermenkes Nomor 23 Tahun 2020.pdf
Permenkes Nomor 23 Tahun 2020.pdf
 
Permenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotek
Permenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotekPermenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotek
Permenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotek
 

Per kbpom no 16 tahun 2013 tentang batas maksimum penggunaan bahan tambahan pangan garam pengemulsi nett

  • 1. BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG BATAS MAKSIMUM PENGGUNAAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN GARAM PENGEMULSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 4 ayat (2) dan Pasal 5 ayat (2) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 033 Tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan tentang Batas Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Garam Pengemulsi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821); 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 227, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5360); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3867);
  • 2. BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA -2- 5. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 107, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4424); 6. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2013; 7. Keputusan Presiden Nomor 110 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2013; 8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 033 Tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 757); 9. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 02001/SK/KBPOM Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.00.05.21.4231 Tahun 2004; MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN TENTANG BATAS MAKSIMUM PENGGUNAAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN GARAM PENGEMULSI.
  • 3. BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA -3- BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan: 1. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman. 2. Bahan Tambahan Pangan, selanjutnya disingkat BTP, adalah bahan yang ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan. 3. Nama BTP atau jenis BTP, selanjutnya disebut jenis BTP, adalah nama kimia/generik/umum/lazim yang digunakan untuk identitas bahan tambahan pangan, dalam bahasa Indonesia atau dalam bahasa Inggris. 4. Garam Pengemulsi (Emulsifying salt) adalah bahan tambahan pangan untuk mendispersikan protein dalam keju sehingga mencegah pemisahan lemak. 5. Sediaan BTP adalah bahan tambahan pangan yang dikemas dan berlabel dalam ukuran yang sesuai untuk konsumen. 6. Asupan harian yang dapat diterima atau Acceptable Daily Intake, yang selanjutnya disingkat ADI, adalah jumlah maksimum bahan tambahan pangan dalam miligram per kilogram berat badan yang dapat dikonsumsi setiap hari selama hidup tanpa menimbulkan efek merugikan terhadap kesehatan. 7. ADI tidak dinyatakan atau ADI not specified/ADI not limited/ADI acceptable/no ADI Allocated/no ADI necessary adalah istilah yang digunakan untuk bahan tambahan pangan yang mempunyai toksisitas sangat rendah, berdasarkan data (kimia, biokimia, toksikologi dan data lainnya), jumlah asupan bahan tambahan pangan tersebut jika digunakan dalam takaran yang diperlukan untuk mencapai efek yang diinginkan serta pertimbangan lain, menurut pendapat Joint FAO/WHO Expert Committee on Food Additives (JECFA) tidak menimbulkan bahaya terhadap kesehatan.
  • 4. BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA -4- 8. Asupan maksimum harian yang dapat ditoleransi atau Maximum Tolerable Daily Intake, yang selanjutnya disingkat MTDI adalah jumlah maksimum suatu zat dalam milligram per kilogram berat badan yang dapat dikonsumsi dalam sehari tanpa menimbulkan efek merugikan terhadap kesehatan. 9. Batas Maksimum adalah jumlah maksimum BTP yang diizinkan terdapat pada pangan dalam satuan yang ditetapkan. 10. Batas Maksimum Cara Produksi Pangan yang Baik atau Good Manufacturing Practice, selanjutnya disebut Batas Maksimum CPPB, adalah jumlah BTP yang diizinkan terdapat pada pangan dalam jumlah secukupnya yang diperlukan untuk menghasilkan efek yang diinginkan. 11. BTP Ikutan (Carry over) adalah BTP yang berasal dari semua bahan baku baik yang dicampurkan maupun yang dikemas secara terpisah tetapi masih merupakan satu kesatuan produk. 12. Kategori Pangan adalah pengelompokan pangan berdasarkan jenis pangan tersebut. 13. Kepala Badan adalah Kepala Badan yang tugas dan tanggungjawabnya di bidang pengawasan obat dan makanan. BAB II RUANG LINGKUP BTP Pasal 2 (1) BTP tidak dimaksudkan untuk dikonsumsi secara langsung dan/atau tidak diperlakukan sebagai bahan baku pangan. (2) BTP dapat mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang sengaja ditambahkan ke dalam pangan untuk tujuan teknologis pada pembuatan, pengolahan, perlakuan, pengepakan, pengemasan, penyimpanan dan/atau pengangkutan pangan untuk menghasilkan atau diharapkan menghasilkan suatu komponen atau mempengaruhi sifat pangan tersebut, baik secara langsung atau tidak langsung. (3) BTP tidak termasuk cemaran atau bahan yang ditambahkan ke dalam pangan untuk mempertahankan atau meningkatkan nilai gizi.
  • 5. BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA -5- BAB III JENIS DAN BATAS MAKSIMUM BTP GARAM PENGEMULSI Pasal 3 Jenis BTP Garam Pengemulsi yang diizinkan digunakan dalam pangan terdiri atas: 1. Natrium dihidrogen sitrat (Sodium dihydrogen citrate); 2. Trinatrium sitrat (Trisodium citrate); 3. Kalium dihidrogen sitrat (Potassium dihydrogen citrate); 4. Trikalium sitrat (Tripotassium citrate); 5. Mononatrium fosfat (Monosodium orthophosphate); 6. Dinatrium fosfat (Disodium orthophosphate); 7. Trinatrium fosfat (Trisodium orthophosphate); 8. Monokalium fosfat (Monopotassium orthophosphate); 9. Dikalium fosfat (Dipotassium orthophosphate); 10. Trikalium fosfat (Tripotassium orthophosphate); 11. Gelatin (Edible gelatin); 12. Dinatrium difosfat (Disodium diphosphate); 13. Tetranatrium difosfat (Tetrasodium diphosphate); 14. Tetrakalium difosfat (Tetrapotassium diphosphate); 15. Dikalsium difosfat (Dicalcium diphosphate); 16. Natrium tripolifosfat (Sodium tripolyphosphate); 17. Kalium tripolifosfat (Potassium tripolyphosphate); 18. Natrium polifosfat (Sodium polyphosphate); 19. Kalium polifosfat (Potassium polyphosphate); 20. Kalsium polifosfat (Calcium polyphosphates); 21. Ester asam lemak dan asetat dari gliserol (Acetic and fatty acid esters of glycerol); 22. Ester asam lemak dan laktat dari gliserol (Lactic and fatty acid esters of glycerol); 23. Ester asam lemak dan sitrat dari gliserol (Citric and fatty acid esters of glycerol);
  • 6. BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA -6- 24. Ester asam lemak dan diasetiltartrat dari gliserol (Diacetyltartaric and fatty acid esters of glycerol); dan 25. Natrium glukonat (Sodium gluconate). Pasal 4 Batas Maksimum penggunaan BTP Garam Pengemulsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 untuk setiap Kategori Pangan sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini. BAB IV PENGGUNAAN BTP GARAM PENGEMULSI Pasal 5 (1) Penggunaan BTP Garam Pengemulsi dibuktikan dengan sertifikat analisis kuantitatif. (2) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), untuk penggunaan BTP pada Kategori Pangan dengan Batas Maksimum CPPB dibuktikan dengan sertifikat analisis kualitatif. (3) Jenis BTP Garam Pengemulsi yang tidak dapat dianalisis, Batas Maksimum dihitung berdasarkan penambahan BTP Garam Pengemulsi yang digunakan dalam pangan. Pasal 6 (1) BTP Garam Pengemulsi dapat digunakan secara tunggal atau campuran. (2) Dalam hal BTP Garam Pengemulsi digunakan secara campuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), perhitungan hasil bagi masing-masing BTP dengan Batas Maksimum penggunaannya jika dijumlahkan tidak boleh lebih dari 1 (satu). (3) Contoh perhitungan hasil bagi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) seperti tercantum pada Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini. (4) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) untuk penggunaan BTP pada Kategori Pangan dengan Batas Maksimum CPPB.
  • 7. BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA -7- Pasal 7 (1) Jenis dan Batas Maksimum BTP Garam Pengemulsi Ikutan (carry over) mengikuti ketentuan jenis dan Batas Maksimum BTP seperti tercantum pada Lampiran I sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4. (2) Dalam hal BTP Garam Pengemulsi Ikutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak tercantum pada Lampiran I, maka harus terlebih dahulu mendapat persetujuan tertulis dari Kepala Badan. (3) Untuk mendapatkan persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), pemohon harus mengajukan permohonan tertulis kepada Kepala Badan disertai kelengkapan data dengan menggunakan formulir sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini. (4) Keputusan persetujuan/penolakan dari Kepala Badan diberikan paling lama 6 (enam) bulan sejak diterimanya permohonan secara lengkap. Pasal 8 (1) Jenis dan penggunaan BTP Garam Pengemulsi selain yang tercantum dalam Lampiran I hanya boleh digunakan sebagai BTP Garam Pengemulsi setelah mendapat persetujuan tertulis dari Kepala Badan. (2) Untuk mendapatkan persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pemohon harus mengajukan permohonan tertulis kepada Kepala Badan disertai kelengkapan data dengan menggunakan formulir sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini. (3) Keputusan persetujuan/penolakan dari Kepala Badan diberikan paling lama 6 (enam) bulan sejak diterimanya permohonan secara lengkap. BAB V LARANGAN Pasal 9 Dilarang menggunakan BTP Garam Pengemulsi sebagaimana yang dimaksud dalam Lampiran I untuk tujuan: a. menyembunyikan penggunaan bahan yang tidak memenuhi persyaratan;
  • 8. BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA -8- b. menyembunyikan cara kerja yang bertentangan dengan cara produksi pangan yang baik untuk pangan; dan/atau c. menyembunyikan kerusakan pangan. BAB VI SANKSI Pasal 10 Pelanggaran terhadap ketentuan dalam Peraturan ini dapat dikenai sanksi administratif berupa: a. peringatan secara tertulis; b. larangan mengedarkan untuk sementara waktu dan/atau perintah untuk penarikan kembali dari peredaran; c. perintah pemusnahan, jika terbukti tidak memenuhi persyaratan keamanan atau mutu; dan/atau d. pencabutan izin edar. BAB VII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 11 (1) Sediaan BTP Garam Pengemulsi dan Pangan mengandung BTP Garam Pengemulsi yang telah memiliki persetujuan pendaftaran harus menyesuaikan dengan ketentuan dalam Peraturan ini paling lama 1 (satu) tahun sejak diundangkannya Peraturan ini. (2) Sediaan BTP Garam Pengemulsi dan Pangan mengandung BTP Garam Pengemulsi yang sedang diajukan permohonan perpanjangan persetujuan pendaftaran sebelum diberlakukannya Peraturan ini, tetap diproses berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 722/Menkes/Per/IX/1988 tentang Bahan Tambahan Makanan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1168/Menkes/Per/X/1999 dengan ketentuan masa berlaku surat persetujuan pendaftaran untuk jangka waktu 1 (satu) tahun sejak diundangkannya Peraturan ini.
  • 9. BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA -9- BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 12 Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan ini dengan menempatkannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 5 April 2013 KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA, ttd. LUCKY S. SLAMET Diundangkan di Jakarta pada tanggal 5 April 2013 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd. AMIR SYAMSUDIN BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2013 NOMOR 555
  • 10. BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA -10- LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG BATAS MAKSIMUM PENGGUNAAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN GARAM PENGEMULSI BATAS MAKSIMUM PENGGUNAAN BTP GARAM PENGEMULSI 1. Natrium dihidrogen sitrat (Sodium dihydrogen citrate) INS. 331(i) ADI : tidak dinyatakan (not limited) Sinonim : Monosodium citrate; monosodium salt of 2-hydroxy- 1,2,3-propanetricarboxylic acid; monosodium citrate; sodium citrate monobasic Fungsi lain : Pengatur keasaman, pengemulsi, penstabil No. Kategori Pangan Kategori Pangan Batas Maksimum (mg/kg) 01.6.1 Keju tanpa pemeraman (keju mentah) CPPB 01.6.2 Keju peram CPPB 01.6.4 Keju olahan CPPB 01.6.5 Keju analog CPPB 2. Trinatrium sitrat (Trisodium citrate) INS. 331(iii) ADI : tidak dinyatakan (not limited) Sinonim : Trisodium citrate; trisodium salt of 2-hydroxy-1,2,3- propanetricarboxylic acid; trisodium salt of beta- hydroxy-tricarballylic acid Fungsi lain : Pengatur keasaman, pengemulsi, penstabil No. Kategori Pangan Kategori Pangan Batas Maksimum (mg/kg) 01.6.4 Keju olahan CPPB
  • 11. BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA -11- 3. Kalium dihidrogen sitrat (Potassium dihydrogen citrate) INS. 332(i) ADI : tidak dinyatakan (not limited) Sinonim : Potassium dihydrogen citrate; monopotassium salt of 2-hydroxypropan-1,2,3- tricarboxylic acid; monopotassium citrate; potassium citrate monobasic Fungsi lain : Pengatur keasaman, pengemulsi, penstabil No. Kategori Pangan Kategori Pangan Batas Maksimum (mg/kg) 01.6.1 Keju tanpa pemeraman (keju mentah) CPPB 01.6.2 Keju peram CPPB 01.6.4 Keju olahan CPPB 01.6.5 Keju analog CPPB 4. Trikalium sitrat (Tripotassium citrate) INS. 332(ii) ADI : tidak dinyatakan (not limited) Sinonim : Tripotassium citrate; tripotassium salt of 2-hydroxy- 1,2,3-propanetricarboxylic acid; tripotassium salt of beta-hydroxy-tricarballylic acid Fungsi lain : Pengatur keasaman, pengemulsi, penstabil No. Kategori Pangan Kategori Pangan Batas Maksimum (mg/kg) 01.6.1 Keju tanpa pemeraman (keju mentah) CPPB 01.6.2 Keju peram CPPB 01.6.4 Keju olahan CPPB 01.6.5 Keju analog CPPB
  • 12. BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA -12- 5. Mononatrium fosfat (Monosodium orthophosphate) INS. 339(i) MTDI : 70 mg/kg berat badan, sebagai Fosfor (P) Sinonim : Monobasic sodium phosphate; monosodium dihydrogen monophosphate; monosodium dihydrogen orthophosphate; monosodium monophosphat; sodium acid phosphate; sodium biphosphate; sodium dihydrogen phosphate Fungsi lain : Pengemulsi, penstabil No. Kategori Pangan Kategori Pangan Batas Maksimum (mg/kg) sebagai total fosfor (P) 01.6.1 Keju tanpa pemeraman (keju mentah) 9000 01.6.2 Keju peram 9000 01.6.4 Keju olahan 9000 01.6.5 Keju analog 9000 6. Dinatrium fosfat (Disodium orthophosphate) INS. 339 (ii) MTDI : 70 mg/kg berat badan, sebagai Fosfor (P) Sinonim : Dibasic sodium phosphate; disodium acid phosphate; disodium hydrogen monophosphate; disodium hydrogen phosphate; disodium phosphate; secondary sodium phosphate; disodium hydrogen orthophosphate Fungsi lain : Pengemulsi, penstabil No. Kategori Pangan Kategori Pangan Batas Maksimum (mg/kg) sebagai total fosfor (P) 01.6.1 Keju tanpa pemeraman (keju mentah) 9000 01.6.2 Keju peram 9000 01.6.4 Keju olahan 9000 01.6.5 Keju analog 9000
  • 13. BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA -13- 7. Trinatrium fosfat (Trisodium orthophosphate) INS. 339(iii) MTDI : 70 mg/kg berat badan, sebagai Fosfor (P) Sinonim : Sodium phosphate; tribasic sodium phosphate; sodium phosphate; trisodium phosphate; trisodium monophosphate Fungsi lain : Pengemulsi, penstabil No. Kategori Pangan Kategori Pangan Batas Maksimum (mg/kg) sebagai total fosfor (P) 01.6.1 Keju tanpa pemeraman (keju mentah) 9000 01.6.2 Keju peram 9000 01.6.4 Keju olahan 9000 01.6.5 Keju analog 9000 8. Monokalium fosfat (Monopotassium orthophosphate) INS. 340(i) MTDI : 70 mg/kg berat badan, sebagai Fosfor (P) Sinonim : Monobasic potassium phosphate; monopotassium dihydrogen monophosphate; monopotassium dihydrogen orthophosphate; monopotassium monophosphate; potassium acid phosphate, potassium biphosphate; potassium dihydrogen phosphate Fungsi lain : Pengemulsi, penstabil No. Kategori Pangan Kategori Pangan Batas Maksimum (mg/kg) sebagai total fosfor (P) 01.6.1 Keju tanpa pemeraman (keju mentah) 9000 01.6.2 Keju peram 9000 01.6.4 Keju olahan 9000 01.6.5 Keju analog 9000
  • 14. BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA -14- 9. Dikalium fosfat (Dipotassium orthophosphate) INS. 340 (ii) MTDI : 70 mg/kg berat badan, sebagai Fosfor (P) Sinonim : Dibasic potassium phosphate; dipotassium acid phosphate; dipotassium hydrogen monophosphate, dipotassium hydrogen orthophosphate; dipotassium hydrogen phosphate; dipotassium monophosphate, dipotassium phosphate; secondary potassium phosphate Fungsi lain : Pengemulsi, penstabil No. Kategori Pangan Kategori Pangan Batas Maksimum (mg/kg) sebagai total fosfor (P) 01.6.1 Keju tanpa pemeraman (keju mentah) 9000 01.6.2 Keju peram 9000 01.6.4 Keju olahan 9000 01.6.5 Keju analog 9000 Trikalium fosfat (Tripotassium orthophosphate) INS. 340 (iii) MTDI : 70 mg/kg berat badan, sebagai Fosfor (P) Sinonim : Potassium phosphate; Tribasic potassium phosphate; Tripotassium phosphate; Tripotassium monophosphate Fungsi lain : Pengemulsi, penstabil. No. Kategori Pangan Kategori Pangan Batas Maksimum (mg/kg) sebagai total fosfor (P) 01.6.1 Keju tanpa pemeraman (keju mentah) 9000 01.6.2 Keju peram 9000 01.6.4 Keju olahan 9000 01.6.5 Keju analog 9000
  • 15. BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA -15- 10. Gelatin (Edible gelatin) INS. 428 ADI : Tidak dinyatakan (not limited) Sinonim : Gelatin edible Fungsi lain : Pembentuk gel, pengemulsi, pengental, penstabil No. Kategori Pangan Kategori Pangan Batas Maksimum (mg/kg) 01.6 Keju dan keju analog 5000 11. Dinatrium difosfat (Disodium diphosphate) INS. 450(i) MTDI : 70 mg/kg berat badan, sebagai Fosfor (P) Sinonim : Acid sodium pyrophosphate, disodium dihydrogen diphosphate, disodium dihydrogen pyrophosphate, disodium phyrophosphate Fungsi lain : Pengemulsi, penstabil. No. Kategori Pangan Kategori Pangan Batas Maksimum (mg/kg) sebagai total fosfor (P) 01.6.1 Keju tanpa pemeraman (keju mentah) 9000 01.6.2 Keju peram 9000 01.6.4 Keju olahan 9000 01.6.5 Keju analog 9000 12. Tetranatrium difosfat (Tetrasodium diphosphate) INS.450(iii) MTDI : 70 mg/kg berat badan, sebagai Fosfor (P) Sinonim : Sodium pyrophosphate, tetrasodium pyrophosphate Fungsi lain : Pengemulsi, penstabil. No. Kategori Pangan Kategori Pangan Batas Maksimum (mg/kg) sebagai total fosfor (P) 01.6.1 Keju tanpa pemeraman (keju mentah) 9000 01.6.2 Keju peram 9000 01.6.4 Keju olahan 9000 01.6.5 Keju analog 9000
  • 16. BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA -16- 13. Tetrakalium difosfat (Tetrapotassium diphosphate) INS. 450 (v) MTDI : 70 mg/kg berat badan, sebagai Fosfor (P) Sinonim : Potassium pyrophosphate; tetrapotassium pyrophosphate; tetrapotassium salt of diphosphoric acid Fungsi lain : Pengemulsi, penstabil No. Kategori Pangan Kategori Pangan Batas Maksimum (mg/kg) sebagai total fosfor (P) 01.6.1 Keju tanpa pemeraman (keju mentah) 9000 01.6.2 Keju peram 9000 01.6.4 Keju olahan 9000 01.6.5 Keju analog 9000 14. Dikalsium difosfat (Dicalcium diphosphate) INS. 450 (vi) MTDI : 70 mg/kg berat badan, sebagai Fosfor (P) Sinonim : Calcium pyrophosphate, dicalcium pyrophosphate Fungsi lain : Pengemulsi, penstabil. No. Kategori Pangan Kategori Pangan Batas Maksimum (mg/kg) sebagai total fosfor (P) 01.6.1 Keju tanpa pemeraman (keju mentah) 9000 01.6.2 Keju peram 9000 01.6.4 Keju olahan 9000 01.6.5 Keju analog 9000 15. Natrium tripolifosfat (Sodium tripolyphosphate) INS. 451(i) MTDI : 70 mg/kg berat badan, sebagai Fosfor (P) Sinonim : Pentasodium tripolyphosphate; sodium triphosphate; triphosphate Fungsi lain : Penstabil. No. Kategori Pangan Kategori Pangan Batas Maksimum (mg/kg) sebagai total fosfor (P)
  • 17. BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA -17- No. Kategori Pangan Kategori Pangan Batas Maksimum (mg/kg) sebagai total fosfor (P) 01.6.1 Keju tanpa pemeraman (keju mentah) 9000 01.6.2 Keju peram 9000 01.6.4 Keju olahan 9000 01.6.5 Keju analog 9000 16. Kalium tripolifosfat (Potassium tripolyphosphate) INS. 451(ii) MTDI : 70 mg/kg berat badan, sebagai Fosfor (P) Sinonim : Pentapotassium tripolyphosphate; potassium triphosphate Fungsi lain : Penstabil. No. Kategori Pangan Kategori Pangan Batas Maksimum (mg/kg) sebagai total fosfor (P) 01.6.1 Keju tanpa pemeraman (keju mentah) 9000 01.6.2 Keju peram 9000 01.6.4 Keju olahan 9000 01.6.5 Keju analog 9000 Natrium polifosfat (Sodium polyphosphate) INS. 452(i) MTDI : 70 mg/kg berat badan, sebagai Fosfor (P) Sinonim : Graham's salt; sodium hexametaphosphate; sodium polyphosphate, glassy; sodium tetrapolyphosphate Fungsi lain : Penstabil, pengemulsi No. Kategori Pangan Kategori Pangan Batas Maksimum (mg/kg) sebagai total fosfor (P) 01.6.1 Keju tanpa pemeraman (keju mentah) 9000 01.6.2 Keju peram 9000 01.6.4 Keju olahan 9000 01.6.5 Keju analog 9000
  • 18. BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA -18- 17. Kalium polifosfat (Potassium polyphosphate) INS. 452(ii) MTDI : 70 mg/kg berat badan, sebagai Fosfor (P) Sinonim : Potassium metaphosphate; potassium polymetaphosphate Fungsi lain : Penstabil, pengemulsi No. Kategori Pangan Kategori Pangan Batas Maksimum (mg/kg) sebagai total fosfor (P) 01.6.1 Keju tanpa pemeraman (keju mentah) 9000 01.6.2 Keju peram 9000 01.6.4 Keju olahan 9000 01.6.5 Keju analog 9000 18. Kalsium polifosfat (Calcium polyphosphate) INS. 452(iv) MTDI : 70 mg/kg berat badan, sebagai Fosfor (P) Sinonim : - Fungsi lain : Penstabil, pengemulsi No. Kategori Pangan Kategori Pangan Batas Maksimum (mg/kg) sebagai total fosfor (P) 01.6.1 Keju tanpa pemeraman (keju mentah) 9000 01.6.2 Keju peram 9000 01.6.4 Keju olahan 9000 01.6.5 Keju analog 9000 19. Ester asam lemak dan asetat dari gliserol (Acetic and Fatty Acid Esters of Glycerol) INS. 472a ADI : tidak dinyatakan (not limited) Sinonim : Acetic acid esters of mono- and diglycerides; acetoglycerides; acetylated mono-and diglycerides Fungsi lain : Penstabil, pengemulsi
  • 19. BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA -19- No. Kategori Pangan Kategori Pangan Batas Maksimum (mg/kg) sebagai total fosfor (P) 01.6.1 Keju tanpa pemeraman (keju mentah) 9000 01.6.2 Keju peram 9000 01.6.4 Keju olahan 9000 01.6.5 Keju analog 9000 20. Ester asam lemak dan laktat dari gliserol (Lactic and Fatty Acid Esters of Glycerol) INS. 472b ADI : tidak dinyatakan (not limited) Sinonim : Lactic acid esters of mono-and diglycerides, lactoglycerides Fungsi lain : Penstabil, pengemulsi No. Kategori Pangan Kategori Pangan Batas Maksimum (mg/kg) sebagai total fosfor (P) 01.6.1 Keju tanpa pemeraman (keju mentah) 9000 01.6.2 Keju peram 9000 01.6.4 Keju olahan 9000 01.6.5 Keju analog 9000
  • 20. BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA -20- 21. Ester asam lemak dan sitrat dari gliserol (Citric and fatty acid esters of glycerol) INS. 472c ADI : tidak dinyatakan (not limited) Sinonim : CITREM; citric acid esters of mono-and di-glycerides; citroglycerides Fungsi lain : Penstabil, pengemulsi No. Kategori Pangan Kategori Pangan Batas Maksimum (mg/kg) sebagai total fosfor (P) 01.6.1 Keju tanpa pemeraman (keju mentah) 9000 01.6.2 Keju peram 9000 01.6.4 Keju olahan 9000 01.6.5 Keju analog 9000 22. Ester asam lemak dan diasetiltartrat dari gliserol (Diacetyltartaric and fatty acid esters of glycerol) INS. 472e ADI : 0 - 50 mg/kg berat badan Sinonim : Diacetyltartaric acid esters of mono- and diglycerides; DATEM; tartaric, acetic and fatty acid esters of glycerol, mixed; mixed acetic and tartaric acid esters of mono and diglycerides of fatty acids Fungsi lain : Penstabil, pengemulsi No. Kategori Pangan Kategori Pangan Batas Maksimum (mg/kg) sebagai total fosfor (P) 01.6.1 Keju tanpa pemeraman (keju mentah) 9000 01.6.2 Keju peram 9000 01.6.4 Keju olahan 9000 01.6.5 Keju analog 9000
  • 21. BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA -21- 23. Natrium glukonat (Sodium gluconate) INS. 576 ADI : tidak dinyatakan (not specified) Sinonim : Sodium D-gluconate Fungsi lain : Sekuestran No. Kategori Pangan Kategori Pangan Batas Maksimum (mg/kg) sebagai total fosfor (P) 01.6.1 Keju tanpa pemeraman (keju mentah) 9000 01.6.2 Keju peram 9000 01.6.4 Keju olahan 9000 01.6.5 Keju analog 9000 KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA, ttd. LUCKY S. SLAMET
  • 22. BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA -22- LAMPIRAN II PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG BATAS MAKSIMUM PENGGUNAAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN GARAM PENGEMULSI CONTOH FORMULIR PERMOHONAN PENGGUNAAN BTP FORMULIR BTP 1 SURAT PERMOHONAN PENGGUNAAN BTP Nama perusahaan/importir : Alamat perusahaan/importir : Nomor surat perusahaan/importir : Perihal : Lampiran : Kepada Yth. Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Sesuai dengan ketentuan pasal (7 atau 8)* Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan, nomor....tentang Batas Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Garam Pengemulsi, dengan ini kami mengajukan permohonan untuk menggunakan BTP sebagai berikut: a. Jenis BTP dan INS** : b. Fungsi : c. Jenis pangan : d. Kategori pangan : Demikian surat ini kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terimakasih. TTD dan Cap Perusahaan : Nama Pemohon : Contact Person : Telp./Fax/E-mail : * Pilih salah satu Pasal 7 bila BTP Garam Pengemulsi Ikutan (Carry over) atau Pasal 8 bila BTP Garam Pengemulsi ** International Numbering System
  • 23. BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA -23- FORMULIR BTP 2 DATA UMUM BAHAN TAMBAHAN PANGAN 1. Nama Dagang : 2. Nama Jenis : 3. Jenis Kemasan dan Netto : 4. Nama Pabrik/ Perusahaan : Alamat Pabrik/Perusahaan : Nomor Telepon : 5. Nama Pabrik Pengemas Kembali : Alamat Pabrik Pengemas Kembali : Nomor Telepon : Nama Pabrik Asal : Alamat Pabrik asal : 6. Jika Lisensi Nama Pabrik/Perusahaan : Alamat Pabrik/Perusahaan : Nomor Telepon : Nama Pabrik Pemberi Lisensi : Alamat Pabrik Pemberi Lisensi : 7. Jika diimpor Nama Pabrik : Alamat Pabrik : Nama Importir : Alamat Importir : Nomor Telepon :
  • 24. BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA -24- FORMULIR BTP 3 Uraikan: 1. Nama kimia ..... 2. Kode Internasional (No. INS/CI/E number) ..... 3. Rumus kimia .... 4. Komposisi BTP ..... 5. Spesifikasi mutu bahan (deskripsi, sifat fisika dan kimia) .....
  • 25. BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA -25- FORMULIR BTP 4 Uraikan: 1. Komposisi produk pangan .... 2. Jumlah penggunaan BTP pada proses produksi pangan .... 3. Fungsi dan tujuan penggunaan BTP .... 4. Sertifikat analisis BTP pada produk pangan .... 5. Alur produksi produk pangan dan cara penggunaan produk pangan ....
  • 26. BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA -26- FORMULIR BTP 5 Uraikan kepustakaan dari referensi yang dapat dipercaya yang menjelaskan bahwa BTP tersebut aman digunakan disertai dengan data, sekurang-kurangnya: 1. Sandingan/komparasi regulasi negara lain 2. Data keamanan BTP (untuk jenis BTP baru) 3. Metode pengujian BTP dalam produk pangan 4. Metode analisis yang digunakan untuk penetapan kadar dan kemurnian jenis BTP baru 5. Mekanisme kerja BTP sehingga efek fisik yang dikehendaki dalam produk pangan dapat dicapai dalam pangan
  • 27. BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA -27- FORMULIR BTP 6 TANDA TERIMA Nomor....../....../20.... Nama Perusahaan : Alamat : Perihal : Nomor Surat : Jakarta,...................20...... Penerima .......................... KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA, ttd. LUCKY S. SLAMET
  • 28. BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA -28- LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG BATAS MAKSIMUM PENGGUNAAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN GARAM PENGEMULSI CONTOH PERHITUNGAN PENGGUNAAN CAMPURAN BTP Contoh perhitungan penggunaan campuran BTP Garam Pengemulsi pada Kategori Pangan 01.6.4 Keju olahan BTP Batas Maksimum (mg/kg) Penggunaan pada produk (mg/kg) Perhitungan Gelatin 5000 x x / 5000 Ester asam lemak dan diasetiltartrat dari gliserol 10000 y y /10000 (x/5000) + (y/10000) ≤ 1 KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA, ttd. LUCKY S. SLAMET