SlideShare a Scribd company logo
1 of 31
Download to read offline
• Menurut UU No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan, dinyatakan
bahwa mutu pangan adalah nilai yang ditentukan atas dasar
keamananan pangan, kandungan gizi, dan standar
perdagangan terhadap bahan makanan, makanan, dan
minuman.
• Penilaian kualitas makanan adalah penilaian mutu dari bahan
pangan yang telah mengalami pengolahan atau pemasakan.
• Tujuan dari penilaian mutu makanan adalah untuk
mendapatkan standar kualitas yang layak untuk dikonsumsi.
• Mutu pangan merupakan seperangkat sifat atau faktor pada
produk pangan yang membedakan tingkat
pemuas/aseptabilitas produk itu bagi pembeli/konsumen.
• Mutu pangan bersifat multidimensi dan mempunyai banyak
aspek. Aspek-aspek mutu pangan tersebut antara lain :
• Aspek gizi (kalori, protein, lemak, mineral, vitamin, dan lain-
lain)
• Aspek selera (inderawi, enak, menarik, segar) aspek bisnis
(standar mutu, kriteria mutu)
• Aspek kesehatan(jasmani dan rohani).
• Kepuasan konsumen
Terdiri dari dua, yaitu penilaian objektif dan subjektif.
a. Objektif
Metode pengujian mutu dengan menggunakan alat dikenal dengan
metode pengujian mutu secara objektif, meliputi:
1) Uji fisik
2) Uji kimia
3) Uji mikrobiologis
b. Subjektif
Metode subjektif dilakukan dengan uji Organoleptik yakni penilaian
kualitas makanan dengan indra yang meliputi tekstur, warna, rasa,
aroma dan suara (tingkat kerenyahan).
1. Mutu eksternal → mutu yang dapat diindera tanpa
harus dikonsumsi
✓ Warna: intesitas, gloss, keseragaman
✓ Bentuk: rasio antar dimensi, keseragaman
✓ Ukuran: dimensi, berat, volume
✓ Bau & aroma
✓ Penampakan & penampilan: rusak, cacat, kotoran
2. Mutu internal → mutu yang dapat dideteksi setelah
dikonsumsi
Cita rasa: manis, asam, pahit, sepat
Tekstur (mouthfeel): Kekerasan, keempukan,
kerenyahan, kesegaran, kealotan (toughness &
fibrousness)
Zat gizi: Jumlah dan komposisi (kelengkapan gizi)
Keamanan pangan: Senyawa anti gizi, toksin alami,
kontaminasi bahan kimia maupun mikroba
Halal
▪ Makanan tidak mudah rusak (non perishable foods): dapat disimpan
relatif lama pada suhu kamar (beras, kacang-kacangan)
▪ Makanan agak mudah rusak (semi perishable foods): dapat disimpan
waktu terbatas pada suhu ruang (bawang, umbi-umbian)
▪ Makanan mudah rusak (perishable foods): sangat mudah rusak tanpa
perlakuan (daging, ikan, susu, buah matang, sayuran)
a. Susut kualitatif
Yaitu bahan pangan mengalami penurunan mutu sehingga tidak
layak konsumsi, yang meliputi :
✓ Perubahan biologi (mikroba, serangga, tungau, respirasi)
✓ Perubahan fisik (tekanan, getaran, suhu, kelembaban)
✓ Perubahan kimia dan biokimia (reaksi pencoklatan)
✓ Ketengikan, penurunan nilai gizi dan aspek keamanan.
b. Susut kuantitatif
Yaitu kehilangan jumlah/bobot hasil pertanian, akibat
penanganan pasca panen tidak memadai, dan gangguan biologi
(proses respirasi, serangan serangga dan tikus)
1. Kerusakan Mikrobiologi
▪ Kerusakan disebabkan pertumbuhan mikroba (bakteri, kapang, dan
kamir), mudah terjadi saat mencapai fase matang
▪ Faktor penting pertumbuhan mikroba: pH dan kadar air
✓ Buah: pH rendah 2-5: kapang [apel (busuk lunak): Bacillus
polymysia, pisang (busuk mahkota): Fusarium roscum]
✓ Sayuran: pH 5-7: bakteri [Wortel (busuk lunak): Erwina carotovora]
✓ Kacang & biji-bijian: kering, kadar air rendah: kapang [kacang
tanah: R. oligosporus, Pennicillium sp.]
Kerusakan/Pembusukan (food spoilage): → penurunan kualitas warna,
tekstur, aroma, dan rasa makanan hingga tidak dapat diterima indera
manusia
Mekanisme kerusakan mikrobiologi: mikroba mensekresikan enzim-enzim
pengurai protein, karbohidrat dan lemak → terjadi pelunakan jaringan
Hidrolisis/degradasi komponen makromolekul → fraksi sederhana
✓ Karbohidrat → gula sederhana (glukosa, fruktosa, laktosa)
✓ Protein → peptida, dipeptida, asam amino, amoniak
✓ Lemak → gliserol, asam lemak
▪ Jenis mikroba:
a. Patogen – Keamanan pangan (Food Safety)
✓ Illness, Disease, Kematian
✓ Contoh:
• Clostridium botulism
• Staphylococcus aureus
• Salmonella
• Listeria
• Yersinia enterocolitica
• Campylobacter jejuni
• E.coli
• Vibrio parahemolyticus
• Toksin: Botulinum toksin, aflatoksin B1
b. Perusak/Pembusuk – Kualitas pangan (Food Quality)
✓ Hasil metabolisme:
• Asam (rasa asam pada makanan):
• Alkohol (bau dan rasa alkohol)
• Gas (foamy)
• Senyawa N sederhana dari degradasi lanjut protein – bau busuk
• Pigment (memberikan warna pada makanan)
• Eksopolisakarida – lendir
✓ pH bahan pangan
✓ Kandungan zat gizi
✓ Suhu penyimpanan dan pengolahan
✓ Ketersediaan oksigen
✓ Aktivitas air (Aw): air bebas yang terkandung dalam bahan
pangan yang digunakan mikroba untuk pertumbuhannya
▪ Mencegah kontaminasi:
✓ Sortasi bagian yang mengalami kerusakan mikrobiologis
✓ Sanitasi (lingkungan, alat, pekerja)
✓ Pencucian produk
✓ Pengemasan
▪ Mencegah Pertumbuhan mikroba:
✓ Penurunan suhu (pendinginan)
✓ Penurunan pH (asam-asam organik)
✓ Penurunan kadar air (pengeringan)
✓ Penggunaan bahan kimia (bakteriostatik): klorin 50-125 ppm
▪ Membunuh mikroba:
✓ Suhu tinggi: pasteurisasi, sterilisasi
✓ Irradiasi (sinar gamma)
✓ Bahan kimia: fungisida: Gas SO2 0,25-1%, klor 100 ppm
▪ Penyebab: kelembaban sangat rendah (penguapan), kelembaban
sangat tinggi, suhu rendah (dingin/beku), suhu tinggi (panas), matahari
▪ Pengaruh suhu tinggi:
✓ Layu, kering, berat menurun, perubahan warna, tekstur, rasa, dan
flavor
✓ Pengeringan suhu tinggi → kerusakan di permukaan bahan (case
hardening), akan menghambat penguapan air bagian dalam bahan
▪ Suhu rendah:
✓ Kerusakan dingin (chilling injury): ditandai bercak hitam/coklat
pada kulit, pencoklatan buah pisang, beras, tomat, kentang,
bawang
✓ Kerusakan beku (freezing injury): tekstur rusak, perubahan
warna, citarasa,
▪ Kerusakan mekanik: benturan-benturan mekanis, pelemparan
bahan, alat tidak standar pemanenan (galah), jatuh, cangkul,
juga saat transportasi
▪ Suhu tinggi dan penguapan → pengaturan kelembaban, kemasan
▪ Cahaya → panen pada pagi/sore hari, naungan, kemasan berwarna
▪ Kerusakan dingin (chilling injury) → pengaturan suhu optimal sesuai
produk
▪ Kerusakan beku (freezing injury) → penanganan sebelum pembekuan
(jagung, kentang, wortel, buncis, ercis,) dengan:
✓ Blansing: inaktifkan enzim
✓ Penggunaan gula/sirup pada buah-buah
✓ Kemasan plastik
▪ Penyebab:
✓ Kontaminasi/tercemar
✓ Residu insektisida, pupuk, diterjen → perubahan warna pada
produk pangan seperti bercak putih, hitam atau coklat
▪ Reaksi kimia:
✓ Reaksi oksidasi kimia/ketengikan (oksidatif, hidrolisis)
✓ Reaksi pencoklatan enzimatis (polifenoloksidase, fenoloksidase,
fenolase, & polifenolase)
✓ Reaksi non-enzimatis (reaksi maillard, karamelisasi)
▪ Oksidasi lemak → off-flavor (ketengikan)
▪ Mekanisme: oksidasi radikal pada asam lemak tidak jenuh
karena panas, cahaya, oksigen, logam berat dan enzim
lipoksidase (kacang tanah, kedelai, alpukat, jagung)
▪ Pencegahan
✓ Pengemasan: wadah tertutup, gelap, dingin, vakum, alumunium
stainless
✓ Antioksidan alami [tokoferol (vit. E), asam askorbat (vit C),
lesitin], sintetik [BHA (butylated hidroxyianisol), BHT (butylated
hidroxytoluen)]
Pencoklatan Enzimatis:
▪ Tidak banyak dijumpai pada bahan pangan berkadar air rendah, karena
aktivitas enzim dipengaruhi: kadar air, oksigen, suhu, pH
▪ Reaksi enzimatis pada bahan terjadi bila ada:
✓ Substrat pangan, oksigen, air
✓ Senyawa fenolik: katekin & turunannya (tirosin, asam kafeat, asam
klorogenat, leuko-antosianin)
✓ Enzim: polifenoloksidase, fenoloksidase, fenolase, dan polifenolase
▪ Buah/sayuran mengandung fenolik, jika dikupas akan bereaksi dengan
oksigen dan enzim → senyawa melanoidin (coklat)
▪ Contoh: apel, salak, terong, kentang, pisang, & ubi jalar → aktivitas enzim
polifenoloksidase, peroksidase
▪ Pencegahan:
✓ Blansing: pengukusan/pencelupan air panas beberapa menit
✓ Pencegahan kontak dengan udara dan untuk menghambat enzim:
o Sulfit (natrium sulfit, natrium metabisulfit) maks 2000 ppm
o Rendam dalam air
o Asam (sitrat, askorbat, malat, cuka) pH 2–3
Pencoklatan Non Enzimatis:
▪ Akibat pemanasan selama pengolahan atau penyimpanan
▪ Pencoklatan non enzimatis: reaksi maillard, karamelisasi
Maillard: 1902 ahli kimia Perancis pertama menjelaskan reaksi
maillard.
▪ Reaksi gula pereduksi (glukosa, fruktosa) yang mengandung aldehid
& keton dengan protein (amina, asam amino)
✓ Interaksi antara gula pereduksi + asam amino → kompleks tak
larut air
✓ Senyawa kompleks terurai → senyawa berwarna coklat
▪ Kerugian:
✓ Adanya senyawa kompleks tersebut membuat bahan pangan sulit
direkonstruksi (tepung, susu bubuk)
✓ Penurunan nilai gizi, senyawa kompleks sulit dicerna, berkurangnya
asam amino (terutama lisin) paling reaktif terhadap gula pereduksi
▪ Pemanasan gula → karamelisasi, jika berlebihan akan berasa
pahit, asam
▪ Terjadi selama pengolahan (contoh: permen dan kue)
▪ Tahapan reaksi karamelisasi:
✓ Pemecahan molekul sukrosa → glukosa + fruktosa (170 C)
✓ Proses dehidrasi ditandai keluarnya molekul air dari tiap
molekul gula
✓ Dilanjutkan dengan polimerisasi, dan beberapa asam dalam
campuran
▪ Sering terjadi saat masa penyimpanan bahan pangan, optimum
suhu 25-350C
▪ Kerusakan karena serangga, pengerat, ulat, → masih menjadi
penyebab terbesar kerusakan
▪ Penyusutan kualitatif dan kuantitatif
▪ Hama tikus merusak kemasan produk pangan, kontaminasi urin,
kotoran →penyakit
▪ Pencegahan: penggunaan fumigasi (pengasapan), insektisida,
pengendalian atmosfer, predator, bahan alami, dan modifikasi fisik.
• Pertumbuhan dan aktivitas mikroba
• Serangga, parasit dan rodentia
• Aw (kandungan air dalam bahan pangan)
• Suhu (pemanasan atau pendinginan)
• Waktu
• Udara
PENILAIAN MUTU DAN KERUSAKAN BAHAN PANGAN.pdf

More Related Content

Similar to PENILAIAN MUTU DAN KERUSAKAN BAHAN PANGAN.pdf

Perubahan Komponen Kimia Pangan Akibat Pengolahan dan Pengawetan
Perubahan Komponen Kimia Pangan Akibat Pengolahan dan PengawetanPerubahan Komponen Kimia Pangan Akibat Pengolahan dan Pengawetan
Perubahan Komponen Kimia Pangan Akibat Pengolahan dan PengawetanMuhammad Eko
 
2 bahan ajar karakteristik bahan-pangan-hasil-pertanian (1)
2 bahan ajar karakteristik bahan-pangan-hasil-pertanian (1)2 bahan ajar karakteristik bahan-pangan-hasil-pertanian (1)
2 bahan ajar karakteristik bahan-pangan-hasil-pertanian (1)GhufronFisheries
 
2 bahan ajar karakteristik bahan-pangan-hasil-pertanian (1)
2 bahan ajar karakteristik bahan-pangan-hasil-pertanian (1)2 bahan ajar karakteristik bahan-pangan-hasil-pertanian (1)
2 bahan ajar karakteristik bahan-pangan-hasil-pertanian (1)GhufronFisheries
 
Budidaya pertanian terhadap susunan bahan pangan
 Budidaya pertanian terhadap susunan bahan pangan Budidaya pertanian terhadap susunan bahan pangan
Budidaya pertanian terhadap susunan bahan panganSyartiwidya Syariful
 
2. IBP dan Kerusakan Bahan Pangan.pptx
2. IBP dan Kerusakan Bahan Pangan.pptx2. IBP dan Kerusakan Bahan Pangan.pptx
2. IBP dan Kerusakan Bahan Pangan.pptxNicholasGmarzai1
 
Pascapanen TM 12.pdf
Pascapanen TM 12.pdfPascapanen TM 12.pdf
Pascapanen TM 12.pdfMochVicky2
 
W5D2 - PRINSIP DAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN
W5D2 - PRINSIP DAN TEKNOLOGI PENGOLAHANW5D2 - PRINSIP DAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN
W5D2 - PRINSIP DAN TEKNOLOGI PENGOLAHANlatifstpp
 
Pengawetan makanan
Pengawetan makananPengawetan makanan
Pengawetan makananKustam Ktm
 
Kerusakan Mikrobiologi produk Nabati
Kerusakan Mikrobiologi produk NabatiKerusakan Mikrobiologi produk Nabati
Kerusakan Mikrobiologi produk NabatiSyartiwidya Syariful
 
Materi 4 komponen dan kerusakan bahan pangan
Materi 4 komponen dan kerusakan bahan panganMateri 4 komponen dan kerusakan bahan pangan
Materi 4 komponen dan kerusakan bahan panganSutyawan
 
KULIIAH-7-PENANGANAN-PASCA-PANEN-KOMODITI-PERTANIAN1.ppt
KULIIAH-7-PENANGANAN-PASCA-PANEN-KOMODITI-PERTANIAN1.pptKULIIAH-7-PENANGANAN-PASCA-PANEN-KOMODITI-PERTANIAN1.ppt
KULIIAH-7-PENANGANAN-PASCA-PANEN-KOMODITI-PERTANIAN1.pptAtikaYahdiyaniIkhsan
 
KULIIAH-7-PENANGANAN-PASCA-PANEN-KOMODITI-PERTANIAN1.ppt
KULIIAH-7-PENANGANAN-PASCA-PANEN-KOMODITI-PERTANIAN1.pptKULIIAH-7-PENANGANAN-PASCA-PANEN-KOMODITI-PERTANIAN1.ppt
KULIIAH-7-PENANGANAN-PASCA-PANEN-KOMODITI-PERTANIAN1.pptssuser018360
 
KULIIAH-7-PENANGANAN-PASCA-PANEN-KOMODITI-PERTANIAN1.ppt
KULIIAH-7-PENANGANAN-PASCA-PANEN-KOMODITI-PERTANIAN1.pptKULIIAH-7-PENANGANAN-PASCA-PANEN-KOMODITI-PERTANIAN1.ppt
KULIIAH-7-PENANGANAN-PASCA-PANEN-KOMODITI-PERTANIAN1.pptWitmanS1
 
Hygiene_and_Sanitasi_Makanan (1).ppt
Hygiene_and_Sanitasi_Makanan (1).pptHygiene_and_Sanitasi_Makanan (1).ppt
Hygiene_and_Sanitasi_Makanan (1).pptAnggoroSetiawati
 
Pengolahan Minimal
Pengolahan MinimalPengolahan Minimal
Pengolahan Minimalmisspure
 
PPT-UEU-Sanitasi-Makanan-dan-Minuman-Pertemuan-5.pptx
PPT-UEU-Sanitasi-Makanan-dan-Minuman-Pertemuan-5.pptxPPT-UEU-Sanitasi-Makanan-dan-Minuman-Pertemuan-5.pptx
PPT-UEU-Sanitasi-Makanan-dan-Minuman-Pertemuan-5.pptxelvina181
 

Similar to PENILAIAN MUTU DAN KERUSAKAN BAHAN PANGAN.pdf (20)

Perubahan Komponen Kimia Pangan Akibat Pengolahan dan Pengawetan
Perubahan Komponen Kimia Pangan Akibat Pengolahan dan PengawetanPerubahan Komponen Kimia Pangan Akibat Pengolahan dan Pengawetan
Perubahan Komponen Kimia Pangan Akibat Pengolahan dan Pengawetan
 
2 bahan ajar karakteristik bahan-pangan-hasil-pertanian (1)
2 bahan ajar karakteristik bahan-pangan-hasil-pertanian (1)2 bahan ajar karakteristik bahan-pangan-hasil-pertanian (1)
2 bahan ajar karakteristik bahan-pangan-hasil-pertanian (1)
 
2 bahan ajar karakteristik bahan-pangan-hasil-pertanian (1)
2 bahan ajar karakteristik bahan-pangan-hasil-pertanian (1)2 bahan ajar karakteristik bahan-pangan-hasil-pertanian (1)
2 bahan ajar karakteristik bahan-pangan-hasil-pertanian (1)
 
10. kerusakan bahan makanan
10. kerusakan bahan makanan10. kerusakan bahan makanan
10. kerusakan bahan makanan
 
10. kerusakan bahan makanan
10. kerusakan bahan makanan10. kerusakan bahan makanan
10. kerusakan bahan makanan
 
Budidaya pertanian terhadap susunan bahan pangan
 Budidaya pertanian terhadap susunan bahan pangan Budidaya pertanian terhadap susunan bahan pangan
Budidaya pertanian terhadap susunan bahan pangan
 
2. IBP dan Kerusakan Bahan Pangan.pptx
2. IBP dan Kerusakan Bahan Pangan.pptx2. IBP dan Kerusakan Bahan Pangan.pptx
2. IBP dan Kerusakan Bahan Pangan.pptx
 
10. kerusakan bahan makanan
10. kerusakan bahan makanan10. kerusakan bahan makanan
10. kerusakan bahan makanan
 
OUM-NESTLE 2008 1
OUM-NESTLE 2008 1OUM-NESTLE 2008 1
OUM-NESTLE 2008 1
 
Pascapanen TM 12.pdf
Pascapanen TM 12.pdfPascapanen TM 12.pdf
Pascapanen TM 12.pdf
 
W5D2 - PRINSIP DAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN
W5D2 - PRINSIP DAN TEKNOLOGI PENGOLAHANW5D2 - PRINSIP DAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN
W5D2 - PRINSIP DAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN
 
Pengawetan makanan
Pengawetan makananPengawetan makanan
Pengawetan makanan
 
Kerusakan Mikrobiologi produk Nabati
Kerusakan Mikrobiologi produk NabatiKerusakan Mikrobiologi produk Nabati
Kerusakan Mikrobiologi produk Nabati
 
Materi 4 komponen dan kerusakan bahan pangan
Materi 4 komponen dan kerusakan bahan panganMateri 4 komponen dan kerusakan bahan pangan
Materi 4 komponen dan kerusakan bahan pangan
 
KULIIAH-7-PENANGANAN-PASCA-PANEN-KOMODITI-PERTANIAN1.ppt
KULIIAH-7-PENANGANAN-PASCA-PANEN-KOMODITI-PERTANIAN1.pptKULIIAH-7-PENANGANAN-PASCA-PANEN-KOMODITI-PERTANIAN1.ppt
KULIIAH-7-PENANGANAN-PASCA-PANEN-KOMODITI-PERTANIAN1.ppt
 
KULIIAH-7-PENANGANAN-PASCA-PANEN-KOMODITI-PERTANIAN1.ppt
KULIIAH-7-PENANGANAN-PASCA-PANEN-KOMODITI-PERTANIAN1.pptKULIIAH-7-PENANGANAN-PASCA-PANEN-KOMODITI-PERTANIAN1.ppt
KULIIAH-7-PENANGANAN-PASCA-PANEN-KOMODITI-PERTANIAN1.ppt
 
KULIIAH-7-PENANGANAN-PASCA-PANEN-KOMODITI-PERTANIAN1.ppt
KULIIAH-7-PENANGANAN-PASCA-PANEN-KOMODITI-PERTANIAN1.pptKULIIAH-7-PENANGANAN-PASCA-PANEN-KOMODITI-PERTANIAN1.ppt
KULIIAH-7-PENANGANAN-PASCA-PANEN-KOMODITI-PERTANIAN1.ppt
 
Hygiene_and_Sanitasi_Makanan (1).ppt
Hygiene_and_Sanitasi_Makanan (1).pptHygiene_and_Sanitasi_Makanan (1).ppt
Hygiene_and_Sanitasi_Makanan (1).ppt
 
Pengolahan Minimal
Pengolahan MinimalPengolahan Minimal
Pengolahan Minimal
 
PPT-UEU-Sanitasi-Makanan-dan-Minuman-Pertemuan-5.pptx
PPT-UEU-Sanitasi-Makanan-dan-Minuman-Pertemuan-5.pptxPPT-UEU-Sanitasi-Makanan-dan-Minuman-Pertemuan-5.pptx
PPT-UEU-Sanitasi-Makanan-dan-Minuman-Pertemuan-5.pptx
 

PENILAIAN MUTU DAN KERUSAKAN BAHAN PANGAN.pdf

  • 1.
  • 2. • Menurut UU No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan, dinyatakan bahwa mutu pangan adalah nilai yang ditentukan atas dasar keamananan pangan, kandungan gizi, dan standar perdagangan terhadap bahan makanan, makanan, dan minuman. • Penilaian kualitas makanan adalah penilaian mutu dari bahan pangan yang telah mengalami pengolahan atau pemasakan. • Tujuan dari penilaian mutu makanan adalah untuk mendapatkan standar kualitas yang layak untuk dikonsumsi.
  • 3. • Mutu pangan merupakan seperangkat sifat atau faktor pada produk pangan yang membedakan tingkat pemuas/aseptabilitas produk itu bagi pembeli/konsumen. • Mutu pangan bersifat multidimensi dan mempunyai banyak aspek. Aspek-aspek mutu pangan tersebut antara lain : • Aspek gizi (kalori, protein, lemak, mineral, vitamin, dan lain- lain) • Aspek selera (inderawi, enak, menarik, segar) aspek bisnis (standar mutu, kriteria mutu) • Aspek kesehatan(jasmani dan rohani). • Kepuasan konsumen
  • 4. Terdiri dari dua, yaitu penilaian objektif dan subjektif. a. Objektif Metode pengujian mutu dengan menggunakan alat dikenal dengan metode pengujian mutu secara objektif, meliputi: 1) Uji fisik 2) Uji kimia 3) Uji mikrobiologis b. Subjektif Metode subjektif dilakukan dengan uji Organoleptik yakni penilaian kualitas makanan dengan indra yang meliputi tekstur, warna, rasa, aroma dan suara (tingkat kerenyahan).
  • 5. 1. Mutu eksternal → mutu yang dapat diindera tanpa harus dikonsumsi ✓ Warna: intesitas, gloss, keseragaman ✓ Bentuk: rasio antar dimensi, keseragaman ✓ Ukuran: dimensi, berat, volume ✓ Bau & aroma ✓ Penampakan & penampilan: rusak, cacat, kotoran
  • 6. 2. Mutu internal → mutu yang dapat dideteksi setelah dikonsumsi Cita rasa: manis, asam, pahit, sepat Tekstur (mouthfeel): Kekerasan, keempukan, kerenyahan, kesegaran, kealotan (toughness & fibrousness) Zat gizi: Jumlah dan komposisi (kelengkapan gizi) Keamanan pangan: Senyawa anti gizi, toksin alami, kontaminasi bahan kimia maupun mikroba Halal
  • 7. ▪ Makanan tidak mudah rusak (non perishable foods): dapat disimpan relatif lama pada suhu kamar (beras, kacang-kacangan) ▪ Makanan agak mudah rusak (semi perishable foods): dapat disimpan waktu terbatas pada suhu ruang (bawang, umbi-umbian) ▪ Makanan mudah rusak (perishable foods): sangat mudah rusak tanpa perlakuan (daging, ikan, susu, buah matang, sayuran)
  • 8. a. Susut kualitatif Yaitu bahan pangan mengalami penurunan mutu sehingga tidak layak konsumsi, yang meliputi : ✓ Perubahan biologi (mikroba, serangga, tungau, respirasi) ✓ Perubahan fisik (tekanan, getaran, suhu, kelembaban) ✓ Perubahan kimia dan biokimia (reaksi pencoklatan) ✓ Ketengikan, penurunan nilai gizi dan aspek keamanan. b. Susut kuantitatif Yaitu kehilangan jumlah/bobot hasil pertanian, akibat penanganan pasca panen tidak memadai, dan gangguan biologi (proses respirasi, serangan serangga dan tikus)
  • 9. 1. Kerusakan Mikrobiologi ▪ Kerusakan disebabkan pertumbuhan mikroba (bakteri, kapang, dan kamir), mudah terjadi saat mencapai fase matang ▪ Faktor penting pertumbuhan mikroba: pH dan kadar air ✓ Buah: pH rendah 2-5: kapang [apel (busuk lunak): Bacillus polymysia, pisang (busuk mahkota): Fusarium roscum] ✓ Sayuran: pH 5-7: bakteri [Wortel (busuk lunak): Erwina carotovora] ✓ Kacang & biji-bijian: kering, kadar air rendah: kapang [kacang tanah: R. oligosporus, Pennicillium sp.]
  • 10. Kerusakan/Pembusukan (food spoilage): → penurunan kualitas warna, tekstur, aroma, dan rasa makanan hingga tidak dapat diterima indera manusia Mekanisme kerusakan mikrobiologi: mikroba mensekresikan enzim-enzim pengurai protein, karbohidrat dan lemak → terjadi pelunakan jaringan Hidrolisis/degradasi komponen makromolekul → fraksi sederhana ✓ Karbohidrat → gula sederhana (glukosa, fruktosa, laktosa) ✓ Protein → peptida, dipeptida, asam amino, amoniak ✓ Lemak → gliserol, asam lemak
  • 11. ▪ Jenis mikroba: a. Patogen – Keamanan pangan (Food Safety) ✓ Illness, Disease, Kematian ✓ Contoh: • Clostridium botulism • Staphylococcus aureus • Salmonella • Listeria • Yersinia enterocolitica • Campylobacter jejuni • E.coli • Vibrio parahemolyticus • Toksin: Botulinum toksin, aflatoksin B1
  • 12. b. Perusak/Pembusuk – Kualitas pangan (Food Quality) ✓ Hasil metabolisme: • Asam (rasa asam pada makanan): • Alkohol (bau dan rasa alkohol) • Gas (foamy) • Senyawa N sederhana dari degradasi lanjut protein – bau busuk • Pigment (memberikan warna pada makanan) • Eksopolisakarida – lendir
  • 13.
  • 14. ✓ pH bahan pangan ✓ Kandungan zat gizi ✓ Suhu penyimpanan dan pengolahan ✓ Ketersediaan oksigen ✓ Aktivitas air (Aw): air bebas yang terkandung dalam bahan pangan yang digunakan mikroba untuk pertumbuhannya
  • 15.
  • 16.
  • 17. ▪ Mencegah kontaminasi: ✓ Sortasi bagian yang mengalami kerusakan mikrobiologis ✓ Sanitasi (lingkungan, alat, pekerja) ✓ Pencucian produk ✓ Pengemasan ▪ Mencegah Pertumbuhan mikroba: ✓ Penurunan suhu (pendinginan) ✓ Penurunan pH (asam-asam organik) ✓ Penurunan kadar air (pengeringan) ✓ Penggunaan bahan kimia (bakteriostatik): klorin 50-125 ppm
  • 18. ▪ Membunuh mikroba: ✓ Suhu tinggi: pasteurisasi, sterilisasi ✓ Irradiasi (sinar gamma) ✓ Bahan kimia: fungisida: Gas SO2 0,25-1%, klor 100 ppm
  • 19. ▪ Penyebab: kelembaban sangat rendah (penguapan), kelembaban sangat tinggi, suhu rendah (dingin/beku), suhu tinggi (panas), matahari ▪ Pengaruh suhu tinggi: ✓ Layu, kering, berat menurun, perubahan warna, tekstur, rasa, dan flavor ✓ Pengeringan suhu tinggi → kerusakan di permukaan bahan (case hardening), akan menghambat penguapan air bagian dalam bahan
  • 20. ▪ Suhu rendah: ✓ Kerusakan dingin (chilling injury): ditandai bercak hitam/coklat pada kulit, pencoklatan buah pisang, beras, tomat, kentang, bawang ✓ Kerusakan beku (freezing injury): tekstur rusak, perubahan warna, citarasa, ▪ Kerusakan mekanik: benturan-benturan mekanis, pelemparan bahan, alat tidak standar pemanenan (galah), jatuh, cangkul, juga saat transportasi
  • 21.
  • 22. ▪ Suhu tinggi dan penguapan → pengaturan kelembaban, kemasan ▪ Cahaya → panen pada pagi/sore hari, naungan, kemasan berwarna ▪ Kerusakan dingin (chilling injury) → pengaturan suhu optimal sesuai produk ▪ Kerusakan beku (freezing injury) → penanganan sebelum pembekuan (jagung, kentang, wortel, buncis, ercis,) dengan: ✓ Blansing: inaktifkan enzim ✓ Penggunaan gula/sirup pada buah-buah ✓ Kemasan plastik
  • 23. ▪ Penyebab: ✓ Kontaminasi/tercemar ✓ Residu insektisida, pupuk, diterjen → perubahan warna pada produk pangan seperti bercak putih, hitam atau coklat ▪ Reaksi kimia: ✓ Reaksi oksidasi kimia/ketengikan (oksidatif, hidrolisis) ✓ Reaksi pencoklatan enzimatis (polifenoloksidase, fenoloksidase, fenolase, & polifenolase) ✓ Reaksi non-enzimatis (reaksi maillard, karamelisasi)
  • 24. ▪ Oksidasi lemak → off-flavor (ketengikan) ▪ Mekanisme: oksidasi radikal pada asam lemak tidak jenuh karena panas, cahaya, oksigen, logam berat dan enzim lipoksidase (kacang tanah, kedelai, alpukat, jagung) ▪ Pencegahan ✓ Pengemasan: wadah tertutup, gelap, dingin, vakum, alumunium stainless ✓ Antioksidan alami [tokoferol (vit. E), asam askorbat (vit C), lesitin], sintetik [BHA (butylated hidroxyianisol), BHT (butylated hidroxytoluen)]
  • 25. Pencoklatan Enzimatis: ▪ Tidak banyak dijumpai pada bahan pangan berkadar air rendah, karena aktivitas enzim dipengaruhi: kadar air, oksigen, suhu, pH ▪ Reaksi enzimatis pada bahan terjadi bila ada: ✓ Substrat pangan, oksigen, air ✓ Senyawa fenolik: katekin & turunannya (tirosin, asam kafeat, asam klorogenat, leuko-antosianin) ✓ Enzim: polifenoloksidase, fenoloksidase, fenolase, dan polifenolase ▪ Buah/sayuran mengandung fenolik, jika dikupas akan bereaksi dengan oksigen dan enzim → senyawa melanoidin (coklat) ▪ Contoh: apel, salak, terong, kentang, pisang, & ubi jalar → aktivitas enzim polifenoloksidase, peroksidase
  • 26. ▪ Pencegahan: ✓ Blansing: pengukusan/pencelupan air panas beberapa menit ✓ Pencegahan kontak dengan udara dan untuk menghambat enzim: o Sulfit (natrium sulfit, natrium metabisulfit) maks 2000 ppm o Rendam dalam air o Asam (sitrat, askorbat, malat, cuka) pH 2–3 Pencoklatan Non Enzimatis: ▪ Akibat pemanasan selama pengolahan atau penyimpanan ▪ Pencoklatan non enzimatis: reaksi maillard, karamelisasi
  • 27. Maillard: 1902 ahli kimia Perancis pertama menjelaskan reaksi maillard. ▪ Reaksi gula pereduksi (glukosa, fruktosa) yang mengandung aldehid & keton dengan protein (amina, asam amino) ✓ Interaksi antara gula pereduksi + asam amino → kompleks tak larut air ✓ Senyawa kompleks terurai → senyawa berwarna coklat ▪ Kerugian: ✓ Adanya senyawa kompleks tersebut membuat bahan pangan sulit direkonstruksi (tepung, susu bubuk) ✓ Penurunan nilai gizi, senyawa kompleks sulit dicerna, berkurangnya asam amino (terutama lisin) paling reaktif terhadap gula pereduksi
  • 28. ▪ Pemanasan gula → karamelisasi, jika berlebihan akan berasa pahit, asam ▪ Terjadi selama pengolahan (contoh: permen dan kue) ▪ Tahapan reaksi karamelisasi: ✓ Pemecahan molekul sukrosa → glukosa + fruktosa (170 C) ✓ Proses dehidrasi ditandai keluarnya molekul air dari tiap molekul gula ✓ Dilanjutkan dengan polimerisasi, dan beberapa asam dalam campuran
  • 29. ▪ Sering terjadi saat masa penyimpanan bahan pangan, optimum suhu 25-350C ▪ Kerusakan karena serangga, pengerat, ulat, → masih menjadi penyebab terbesar kerusakan ▪ Penyusutan kualitatif dan kuantitatif ▪ Hama tikus merusak kemasan produk pangan, kontaminasi urin, kotoran →penyakit ▪ Pencegahan: penggunaan fumigasi (pengasapan), insektisida, pengendalian atmosfer, predator, bahan alami, dan modifikasi fisik.
  • 30. • Pertumbuhan dan aktivitas mikroba • Serangga, parasit dan rodentia • Aw (kandungan air dalam bahan pangan) • Suhu (pemanasan atau pendinginan) • Waktu • Udara