Bila Anda adalah seorang Account Officer sebuah BPR, Koperasi atau Lembaga Keuangan lainnya, berapa besar kredit yang seharusnya anda berikan bagi calon nasabah? Berikut ini akan diberikan metode analisa kredit.Dengan
Bila Anda adalah seorang Account Officer sebuah BPR, Koperasi atau Lembaga Keuangan lainnya, berapa besar kredit yang seharusnya anda berikan bagi calon nasabah? Berikut ini akan diberikan metode analisa kredit.Dengan
BAB 3 - MENGANALISIS TRANSAKSI (JURNAL UMUM PERUSAHAAN JASA)
1. Warren, Carl S., dkk. 2014. Pengantar Akuntansi: Adaptasi Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.
2. Sumarsan, Thomas. 2013. Akuntansi Dasar dan Aplikasi dalam Bisnis Versi IFRS. Jakarta: Indeks.
3. Rudianto. 2012. Pengantar Akuntansi: Konsep dan Teknik Penyusunan Laporan Keuangan. Jakarta: Erlangga.
BAB 3 - MENGANALISIS TRANSAKSI (JURNAL UMUM PERUSAHAAN JASA)
1. Warren, Carl S., dkk. 2014. Pengantar Akuntansi: Adaptasi Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.
2. Sumarsan, Thomas. 2013. Akuntansi Dasar dan Aplikasi dalam Bisnis Versi IFRS. Jakarta: Indeks.
3. Rudianto. 2012. Pengantar Akuntansi: Konsep dan Teknik Penyusunan Laporan Keuangan. Jakarta: Erlangga.
Akuntansi Penjualan Aset Tetap - By Riki ArdoniRiki Ardoni
Karakteristik pertama ini memberikan benah merah kepada kita bahwa hanya aset yang digunakan dalam operasi bisnis normal yang diklasifikasikan sebagai aset tetap. Bagaimana contohnya?.. misalkan, sebuah bangunan yang menganggur lebih tepat kita klasifikasikan secara terpisah sebagai investasi. Contoh lain, umumnya tanah merupakan bagian dari aset tetap. Akan tetapi jika tujuan utama dari memperoleh dan memiliki tanah adalah spekulatif, maka perusahaan lebih tepat mengklasifikasikan tanah sebagai investasi dan aset seperti ini akan dilaporkan dalam laporan posisi keuangan dibagian yang disebut investasi. Kasus lain, Jika perusahaan properti memiliki tanah untuk dijual kembali, maka perusahaan harus mengkasifikasikan tanah sebagai persediaan. Dari contoh-contoh kita ini, dapat kita lihat bahwa tanah bisa menjadi aset tetap atau investasi atau persediaan.
Apa itu SP2DK Pajak?
SP2DK adalah singkatan dari Surat Permintaan Penjelasan atas Data dan/atau Keterangan yang diterbitkan oleh Kepala Kantor Pajak (KPP) kepada Wajib Pajak (WP). SP2DK juga sering disebut sebagai surat cinta pajak.
Apa yang harus dilakukan jika mendapatkan SP2DK?
Biasanya, setelah mengirimkan SPT PPh Badan, DJP akan mengirimkan SP2DK. Namun, jangan khawatir, dalam webinar ini, enforce A akan membahasnya. Kami akan memberikan tips tentang bagaimana cara menanggapi SP2DK dengan tepat agar kewajiban pajak dapat diselesaikan dengan baik dan perusahaan tetap efisien dalam biaya pajak. Kami juga akan memberikan tips tentang bagaimana mencegah diterbitkannya SP2DK.
Daftar isi enforce A webinar:
https://enforcea.com/
Dapat SP2DK,Harus Apa? enforce A
Apa Itu SP2DK? How It Works?
How to Response SP2DK?
SP2DK Risk Management & Planning
SP2DK? Surat Cinta DJP? Apa itu SP2DK?
How It Works?
Garis Waktu Kewajiban Pajak
Indikator Risiko Ketidakpatuhan Wajib Pajak
SP2DK adalah bagian dari kegiatan Pengawasan Kepatuhan Pajak
Penelitian Kepatuhan Formal
Penelitian Kepatuhan Material
Jenis Penelitian Kepatuhan Material
Penelitian Komprehensif WP Strategis
Data dan/atau Keterangan dalam Penelitian Kepatuhan Material
Simpulan Hasil Penelitian Kepatuhan Material Umum di KPP
Pelaksanaan SP2DK
Penelitian atas Penjelasan Wajib Pajak
Penerbitan dan Penyampaian SP2DK
Kunjungan Dalam Rangka SP2DK
Pembahasan dan Penyelesaian SP2DK
How DJP Get Data?
Peta Kepatuhan dan Daftar Sasaran Prioritas Penggalian Potensi (DSP3)
Sumber Data SP2DK Ekualisasi
Sumber Data SP2DK Ekualisasi Penghasilan PPh Badan vs DPP PPN
Sumber Data SP2DK Ekualisasi Biaya Gaji , Bonus dll vs PPh Pasal 21
Sumber Data SP2DK Ekualisasi Biaya Jasa, Sewa & Bunga vs PPh Pasal 23/2 & 4 Ayat (2)/15
Sumber Data SP2DK Mirroring
Sumber Data SP2DK Benchmark
Laporan Hasil P2DK (LHP2DK)
Simpulan dan Rekomendasi Tindak Lanjut LHP2DK
Tindak lanjut SP2DK
Kaidah utama SP2DK
How to Response SP2DK?
Bagaimana Menyusun Tanggapan SP2DK yang Baik
SP2DK Risk Management & Planning
Bagaimana menghindari adanya SP2DK?
Kaidah Manajemen Perpajakan yang Baik
Tax Risk Management enforce A APPTIMA
Tax Efficiency : How to Achieve It?
Tax Diagnostic enforce A Discon 20 % Free 1 month retainer advisory (worth IDR 15 million)
Corporate Tax Obligations Review (Tax Diagnostic) 2023 enforce A
Last but Important…
Bertanya atau konsultasi Tax Help via chat consulting Apps enforce A
Materi ini telah dibahas di channel youtube EnforceA Konsultan Pajak https://youtu.be/pbV7Y8y2wFE?si=SBEiNYL24pMPccLe
Program sarjana merupakan pendidikan akademik yang diperuntukkan bagi lulusan pendidikan menengah atau sederajat sehingga mampu mengamalkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi melalui penalaran ilmiah.
Program sarjana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyiapkan Mahasiswa menjadi intelektual dan/atau ilmuwan yang berbudaya, mampu memasuki dan/atau menciptakan lapangan kerja, serta mampu mengembangkan diri menjadi profesional.
2. Penentuan Biaya Aset Tetap
Aset tetap harus dicatat sebesar kos/biaya.
Yaitu: jumlah sumber ekonomi yang dikorbankan
untuk memiliki & menyiapkan aset tertentu
sehingga dapat digunakan.
Kos diukur sebesar kas / setara kas yang
dibayar / nilai wajar / konsideran lain yang terjadi
saat pemerolehan untuk pengkonstruksian Aset.
3. Penentuan Biaya Aset Tetap
Ada beberapa kondisi yang mempengaruhi
penentuan kos tetap. Yaitu, Potongan Tunai:
Pembelian Aset tetap dicatat sebesar jumlah kas
yang dibayar / jumlah ekuivalensi kas yang
diserahkan secara teoritis harga ekuivalen sama
dengan harga awal dikurangi potongan tunai
yang ditawarkan baik potongan tsb digunakan
atau maupun tidak digunakan.
4. Contoh
PT Utama membeli peralatan dgn daftar harga
Rp. 88.000, syarat 2/10 n/30.
Aset dicatat sejumlah:
Rp 88.000 x 2%
Rp 88.000 - Rp 1.760
Jurnal:
Db. Peralatan
Cr. Utang Dagang
(Diluar periode potongan)
= Rp 1.760
= Rp 86.240
Rp. 86.240
-
Rp. 86.240
5. Contoh
Pembayaran dalam periode potongan
Db. Utang Dagang
Cr. Kas
Rp. 86.240
-
Rp. 86.240
Dibayar diluar periode potongan
Jurnal:
Db. Utang Dagang
Db. Rugi Potongan
Cr. Kas
Rp. 86.240
Rp. 1.760
-
Rp. 88.000
6. Pembayaran yang Ditangguhkan
Contoh:
PT. ERFIN yg merupakan perusahaan sewa
menyewa truk membeli 2 buah truk dengan
menyerahkan wesel dgn nilai nominal Rp 40 jt.
Wesel akan jatuh tempo tgl 31 Des 2010.
Diketahui tingkat bunga efektif sebesar 12% /th
Jawab: Kos Aset tetap adalah sebesar nilai tunai
wesel pada tgl jatuh tempo.
PV Piutang Wesel
= Rp 40 jt PVF 3,12%
= Rp 40 jt x 0,71178
= Rp 28.471.200
7. Pembayaran yang Ditangguhkan
Jurnal :
Db. Kendaraan
Cr. Utang Wesel
Rp. 28.471.200
Rp. 28.471.200
Skedul berikut menunjukkan pengakuan bunga setiap akhir
tahun:
Tgl
Beban Bunga
Nilai Buku Wesel
01/01/08
-
Rp. 28.471.200
31/12/08
(Rp 28.471.200 x 12%) =
Rp 3.416.544
Rp 28.471.200 + Rp 3.416.544 =
Rp 31.887.744
31/12/09
(Rp 31.887.744 x 12%) =
Rp 3.826.290
Rp 31.887.744 + Rp 3.826.290 =
Rp 35.714.273
21/12/10
(Rp 35.714.273 x 12%) =
Rp 4.285.270
Rp 35.714.273 + Rp 4.285.270 =
Rp 40 jt
7
8. Pembayaran yang Ditangguhkan
Amortisasi Bunga dilakukan dgn mendebit akun
Bunga & mengkredit akun Utang Wesel
Jurnal untuk mengakui Bunga setiap tgl 31 Des:
31/12/08
(a) Db. Kendaraan
Cr. Utang Wesel
(b) Db. Utang Wesel
Cr. Kas
31/12/09
Rp. 3.416.440
Rp 3.826.298
31/12/10
Rp 4.285.727
Rp. 40 jt
-
Rp. 40 jt
9. Penghentian Aset Tetap
Ada beberapa transaksi yang
menghentikan pemakaian Aset Tetap:
1. Transaksi penjualan Aset Tetap
2. Berakhirnya masa manfaat
3. Pertukaran dengan Aset lain
10. 1. Transaksi penjualan Aset Tetap
Jika penggunaan Aset Tetap tertentu dihentikan,
rekening yang bersangkutan dgn Aset tersebut
dihapus. Jika penghentian disebabkan transaksi
penjualan / selisih antara harga jual dengan nilai
buku Aset Tetap yang tersisa harus diakui
sebagai laba/rugi.
Jika nilai buku Aset Tetap lebih kecil
dibandingkan dengan kas/aset lain yang
diterima, timbul keuntungan.
Jika nilai buku Aset Tetap lebih besar
dibandingkan dengan kas/aset lain yang
diterima, timbul kerugian.
11. Contoh
Pd tgl 1 Jan 2001, PT Melani memperoleh sebuah
gedung dengan kos Rp 600.000. Kos gedung
didepresiasi dgn metode garis lurus, taksiran
manfaat gedung 20 th. Dgn taksiran nilai residu Rp
60.000. Pd tgl 30 Juni 2009, gedung tsb dijual secara
tunai dengan harga Rp 440.500. Perusahaan
menggunakan th. Kalender sebagai dasar
penggunaan L/R. Berdasarkan data tsb ada
pencatatan yg harus dilakukan.
(1) Mencatat pemutakhiran depresiasi
(2) Mencatat transaksi penjualan
12. Contoh
Jawab:
Kos – NS
UE
= Rp 600.000 – Rp 60.000
20 th
= Rp 27.000 /th
(Th 2001 – th 2008)
= Rp 27.000 x 8 th = Rp 216.000
(Th 2009, 1 Jan – 30/6)
= Rp 27.000 x 6/12= Rp 13.500
Total Akumulasi Gdg
= Rp 229.500
14. 2. Berakhirnya masa manfaat Aset Tetap
Apabila Aset Tetap dihentikan karena
berakhirnya masa manfaatnya, semua akun
yang berkaitan dgn Aset Tetap harus dihapus.
Dalam transaksi ini, saat Aset Tetap dihentikan,
pemakaiannya masih memiliki nilai residu, harus
diakui sebagai rugi penghentian Aset Tetap.
15. Contoh
PT Florida memiliki sebuah mesin yang
diperoleh pada 1 Jan 2010 dgn kos Rp 1 jt,
Umur Ekonomis 10 thn, dan taksiran nilai
residu sebesar Rp 100.000.
Kos tsb didepresiasi menggunakan metode
garis lurus. Jika pd tanggal 1 Juli 2009 mesin
tsb tidak dapat digunakan lagi.
Buatlah jurnalnya!
16. Contoh
Jawab:
Kos – NS
UE
= Rp 1.000.000 – Rp 100.000
10 th
= Rp 90.000 /th
(Th 2000 – th 2008)
= Rp 90.000 x 9 th = Rp 810.000
(Th 2009, 1 Jul 2009)
= Rp 90.000 x 6/12= Rp 45.000
Total Akumulasi Gdg
= Rp 855.000
18. 3. Pertukaran dengan Aset Lain
a. Pertukaran dengan surat berharga
Harga pertukaran Aset Tetap yg didapat melalui
pertukaran dgn surat berharga diukur dgn jumlah
uang yg dapat direaliasikan apabila surat berharga
dpt dijual.
Jika harga pasar surat-surat berharga tidak dapat
ditentukan harga pasar Aset Tetap yang diperoleh
menjadi dasar pencatatan kos aset yang
bersangkutan.
Jika harga pasar kedua aset tsb tidak ada, kos Aset
Tetap tsb harus ditaksir oleh pihak yang independen,
misal oleh penilai (Appraiser).
19. 3. Pertukaran dengan Aset Lain
b. Pertukaran dengan Aset Non-Moneter
Pada masa lalu akuntansi transaksi
pertukaran ditetapkan oleh jenis pertukaran
sejenis / tdk sejenis.
Saat ini akt transaksi pertukaran ditentukan
oleh ada tidaknya substansi komersial dlm
transaksi pertukaran tsb.
Perusahaan harus mengakui laba jika
transaksi pertukaran tsb memiliki substansi
komersial, sebaliknya tdk perlu mengakui
laba pertukaran
20. 3. Pertukaran dengan Aset Lain
Transaksi pertukaran aset non-moneter
dapat juga disertai dgn
penerimaan/pengeluaran uang.
Pertukaran aset non-moneter memiliki
substansi komersial, jika transaksi tsb
menyebabkan perubahan pd aliran kas pada
masa depan suatu entitas (PSAK 16).
Jika posisi ekonomi dua entitas yg
bertransaksi berubah, transaksi pertukaran
tsb memiliki substansi komersial.
21. 3. Pertukaran dengan Aset Lain
Ada 2 faktor yg harus dipertimbangkan dalam
menentukan perubahan aliran kas masa depan,
yaitu:
1. Penentuan resiko, waktu dan jumlah aliran kas
yang berubah.
2. Mengevaluasi apakah aliran kas berpengaruh
atau tidak oleh transaksi pertukaran tsb.
22. 3. Pertukaran dengan Aset Lain
Misal: pertukaran antara aset mesin dan tanah, waktu
dan jumlah aliran kas yang ditimbulkan oleh mesin
berbeda signifikan dengan aliran kas masa depan yang
ditimbulkan oleh tanah. Dengan demikian transaksi
pertukaran ini memiliki substansi komersial.
Contoh lain: pertukaran antara truk (lama) dan truk
(baru), kedua aset ini adalah aset sejenis, truk baru
memiliki umur manfaat yg lebih lama dibandingkan truk
lama. Truk baru memiliki kemampuan menghasilkan
aliran kas masa depan yang lebih tinggi dibandingkan
truk lama. Dengan demikian transaksi ini memiliki
substansi komersial.
23. 3. Pertukaran dengan Aset Lain
Ada 2 hal yang harus ditentukan untuk
mengakui transaksi pertukaran Aset Tetap,
yaitu:
1. Menentukan kos aset yang diterima
2. Pengakuan atas laba/rugi pertukaran
Laba/rugi pertukaran dihitung sebesar
perbedaan antara nilai wajar dengan nilai buku
aset yang diserahkan.
Laba/rugi diakui tergantung ada tidaknya
substansi komersial suatu transaksi pertukaran.
24. 3. Pertukaran dengan Aset Lain
Transaksi Pertukaran
Ada substansi
komersial
Tanpa substansi
komersial
Akuntansi
Mengakui laba/rugi
pertukaran segera
Menunda pengakuan
laba
Mengakui rugi
segera
25. Pertukaran - Situasi Rugi
Jika perusahaan melakukan transaksi
pertukaran dgn aset non-moneter dan terjadi
rugi tsb.
Perusahaan seharusnya tdk menilai aset lebih
dari harga setara kas (cash equivalent price).
Jika rugi ditangguhkan pengakuannya akan
menimbulkan nilai aset yang terlalu tinggi.
Oleh karena itu perusahaan harus mengakui
kerugian segera jika transaksi pertukaran
memiliki substansi komersial / tidak.
26. Pertukaran - Situasi Rugi
Contoh:
Pd tanggal 1 Juli 2005 PT Sempati menukar sebuah
bus dgn sebuah truk milik PT Simpati. Nilai wajar bus
sebesar Rp 13.000.000. Nilai wajar Truk Rp. 8.600.000.
Kos bus sebesar Rp 45 jt, sampai tanggal pertukaran
telah didepresiasi sebesar Rp 31 jt. Kos Truk Rp 50 jt
dan sampai tgl pertukaran telah didepresiasi sebesar
Rp 8.000.000. Selain itu PT Simpati menyerahkan uang
sebesar Rp 4.400.000 kepada PT Sempati.
Jika truk memiliki kemungkinan menimbulkan aliran kas
masa depan, kondisi ini memiliki substansi komersial.
27. Pertukaran - Situasi Rugi
Jawab:
Perhitungan untuk PT Simpati
Kos bus
Akum Penyusutan
Nilai buku
Nilai wajar
Rugi pertukaran Aktiva
Rp 45.000.000
(Rp 31.000.000)
Rp 14.000.000
Rp 13.000.000
Rp 1.000.000
Kos truk diakui sebesar nilai wajar bus dikurangi kos
yang diterima Rp 8.600.000 (Rp 13.000.000 - Rp
4.400.000)
29. Pertukaran - Situasi Laba
Ada substansi komersial dalam situasi
pertukaran aset non moneter dan memiliki
substansi komersial dan terjadi laba. Laba
segera diakui
Kas Aset Tetap yang diterima dan diakui
sebesar nilai wajar aset tetap yang diserahkan
ditambah uang yang diterima & segera
mengakui laba yang terjadi
Nilai wajar aset tetap diterima dapat dipakai
sebagai dasar mengakui aset baru jika terbukti
memiliki nilai wajar yang lebih jelas.
30. Pertukaran - Situasi Laba
Contoh:
Pd tanggal 1 Juli 2009 PT Sempati menukar sebuah
bus dgn sebuah truk milik PT Simpati. Nilai wajar bus
sebesar Rp 16.000.000. Nilai wajar Truk Rp.
25.000.000. Kos Bus sebesar Rp 45 jt, sampai dengan
tanggal pertukaran telah didepresiasi sebesar Rp 31 jt.
Kos Truk sebesar Rp 50.000.000 dan sampai tgl
pertukaran telah didepresiasi sebesar Rp 20.000.000
Selain itu PT Sempati menyerahkan uang sebesar Rp
9.000.000 kepada PT Simpati.
Jika truk memiliki kemungkinan menimbulkan aliran kas
masa depan, kondisi ini memiliki substansi komersial.
31. Pertukaran – Situasi Laba
Jawab:
Perhitungan untuk PT Simpati
Kos bus
Akum Penyusutan
Nilai buku
Nilai wajar
Laba pertukaran
Rp 45.000.000
(Rp 31.000.000)
Rp 14.000.000
Rp 16.000.000
Rp 2.000.000
Kos truk diakui sebesar nilai wajar bus ditambah uang
yang diserahkan Rp 25.000.000 (Rp 16.000.000 + Rp
9.000.000). Dalam hal ini laba pertukaran di akui
sebesar Rp 2 jt.
32. Pertukaran - Situasi Laba
Jurnal:
Db. Truk
Db. Akum. Penyusutan
Cr. Laba Pertukaran
Cr. Bus
Cr. Kas
Rp. 25.000.000
Rp. 31.000.000
Rp. 2.000.000
Rp. 45.000.000
Rp. 9.000.000
33. Pertukaran - Situasi Laba
Tanpa Substansi Komersial
Apabila posisi ekonomi PT Sempati dan Simpati
tidak berubah secara signifikan krn transaksi
pertukaran tsb, maka laba sebesar Rp 2 jt yg
terjadi harus ditangguhkan pengakuannya oleh
PT Sempati.
Dengan demikian, kos truk yang diterima PT
Sempati akan diakui sebesar:
Nilai wajar truk
= Rp. 25.000.000
Laba yg ditangguhkan
= (Rp. 2.000.000)
Kos Truk
= Rp 23.000.000
34. Pertukaran - Situasi Laba
Tanpa Substansi Komersial
Nilai buku Bus
Kas yang dibayar
Kos Truk
= Rp. 14.000.000
= Rp. 9.000.000
= Rp 23.000.000
Jurnal:
Db. Truk
Db. Akum. Penyusutan
Cr. Bus
Cr. Kas
Rp. 23.000.000
Rp. 31.000.000
Rp. 45.000.000
Rp. 9.000.000