Kelompok 2 Psikolinguistik - Teori-teori LinguistikRicky Subagya
Mata Kuliah Psikolinguistik
Kelompok 2 kelas 3PB2
Dosen Pengampu: Dr. Liliana Muliastuti, M.Pd.
Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia
Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Jakarta
2018
Kelompok 2 Psikolinguistik - Teori-teori LinguistikRicky Subagya
Mata Kuliah Psikolinguistik
Kelompok 2 kelas 3PB2
Dosen Pengampu: Dr. Liliana Muliastuti, M.Pd.
Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia
Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Jakarta
2018
perumusan visi, misi dan tujuan sekolah.pptAryLisawaty
perumusan dalam membuat visi, misi dan tujuan di sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas. Visi lembaga pendidikan adalah citra nilai dan kepercayaan ideal.
Visi adalah “apa?”, yaitu gambaran masa depan yang ingin kita capai.
Visi adalah gambaran masa depan organisasi yang realistis, kredibel, dan atraktif.Mengkaji makna visi yang lebih tinggi untuk digunakan sebagai acuan.
Menginventarisasi rumusan tugas yang tercantum dalam struktur dan tata kerja organisasi.
Rumusan tugas tersebut dirangkum dan dirumuskan kembali.
Analisis kritis jurnal ini membahas konsep dan sejarah perkembangan aliran perenialisme, tokoh-tokohnya, serta implementasinya dalam pendidikan Islam, sekaligus menyoroti pentingnya bahasa ibu dalam proses pembelajaran dan perannya dalam perkembangan awal bahasa seseorang yang diperoleh dari lingkungan keluarga, terutama dari ibu.
2. PRINSIP 1
• Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologik dan arti atau
makna yang sama merupakan satu morfem.
• Contoh: satuan baju pada berbaju, menjahit baju, baju biru, baju
batik merupakan satu morfem.
3. PRINSIP 2
• Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologik yang berbeda
merupkan satu morfem apabila satuan-satuan itu mmpnunyai arti
atau makna yang sama, dan perbedaan struktur fonologiknya dapat
dijelaskan secara fonologik.
• Contoh: Satuan-satuan mem-, men-, meny-, meng-, menge-, dan me-
misalnya pada kata membawa, mendukung, menyuruh, menggali,
mengebom, melerai merupakan satu morfem.
4. PRINSIP 3
• Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologik yang berbeda, ,
sekalipun perbedaannya tidak dapat dijelaskan secara fonologik,
masih dapat dianggap sebagai satu morfem apabila mempunyai arti
atau makna yang sama, dan mempunyai distribusi yang
komplementer.
• Contoh: Satuan bel- pada belajar, be- pada bekerja, dan ber- pada
berjalan merupakan satu morfem.
5. PRINSIP 4
• Suatu satuan berparalel dengan suatu kekosongan, maka kekosongan
itu merupakan morfem (morfem zero).
• Contoh: Ia membeli sepeda.
Ia menjahit baju.
Ia membaca buku.
Ia menulis surat.
Ia makan roti.
Ia minum es.
6. PRINSIP 5
• Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologik yang sama
mungkin merupakan satu morfem, mungkin pula merupakan morfem
yang berbeda. Apabila satuan yang mempunyai struktur fonologik
yang sama itu berbeda artinya, merupakan morfem yang berbeda.
• Contoh: Ia membeli sebuah buku.
Ia menghabiskan tiga buku tebu.
7. • Apabila satuan yang mempunyai struktu fonologik yang sama itu
mempunyai arti yang berhubungan, satuan-satuan itu merupakan
satu morfem apabila distribusinya tidak sama, dan merupakan
morfem yang berbeda apabila distribusinya sama.
• Contoh: Ia sedang duduk.
Duduk orang itu sangat sopan.
8. PRINSIP 6
• Setiap satuan yang dapat dipisahkan merupakan morfem.
Contoh: Satuan ber- pada bersandar dan sandaran
9. TUGAS
• Cermati paragraf berikut ini!
Pendidikan kini menjadi pertaruhan eksistensi bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mengubah sesuatu secara radikal, cepat, dan sering di luar
prediksi konvensional. Perubahan yang sangat radikal itu bisa mengubah warna Indonesia menjadi
begitu lembut dan penuh kasih sayang serta membahagiakan. Sebaliknya, kemajuan ilmu pengetahuan
yang sangat cepat dapat menyulap wajah negeri ini menjadi bengis, sadis, bahkan tak mustahil mampu
menghapus eksistensi negeri ini.
• Tentukan jumlah morfem dan klasifikasikanlah morfem-morfem yang samanya!