Dokumen tersebut membahas tentang pengembangan konsep bagi tunanetra, dimulai dari pengertian konsep, pengaruh ketunanetraan, dan berbagai jenis konsep yang perlu dikembangkan seperti konsep ukuran, bentuk, warna, dan lainnya. Kemampuan tunanetra dalam memahami konsep seperti mengenal, menjelaskan, memberi nama juga dibahas.
Contoh Laporan PKP UT PGSD IPA Materi Perpindahan Energi Panas - Pemantaan Ke...Soal Universitas Terbuka
Contoh Laporan PKP UT PGSD IPA Materi Perpindahan Energi Panas - Pemantaan Kemampuan Profesional PDGK4560. Untuk melihat dan mendownload contoh laporan PKP ini secara lengkap, kunjungi situs www.soalut.com gunakan menu search di situs untuk mencari dan menemukan laporan ini.
Belajar merupakan proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar adalah proses yang dirancang dan diarahkan untuk mencapai tujuan dengan berbuat melalui berbagai pengalaman. Hal ini sesuai dengan teori belajar konstruktivisme kognitif yang di kemukakan oleh Jean Piaget (Trianto, 2014:72), ‘bahwa anak membangun skemata-skemata dari pengalaman sendiri dengan lingkungannya’. Merujuk Piaget, anak adalah pembelajar yang pada dirinya sudah memiliki motivasi untuk mengetahui dan akan memahami sendiri konsekuensi dari tindakan-tindakannya. Pandangan-pandangan Jean Piaget percaya bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan objek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada siswa agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan. Sedangkan Menurut M. Sobry Sutikno (2009:5) “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya”. Selaras dengan pendapat di atas Oemar Hamalik (2011:27) mengemukakan bahwa “Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (Learning is defined as the modification or strengthening of behavior through experiencing)”.
Dari beberapa definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh dari lingkunannya dalam bentuk perubahan tingkah laku. belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 20 dinyatakan bahwa Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut Gagne, Briggs, dan vager (M. Sobry Sutikno, 2014:11) mengemukakan bahwa ‘pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa’. Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan nilai yang baru. Proses pembelajaran pada awalnya meminta guru untuk mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa meliputi kemampuan dasarnya, motivasinya, latar belakang akademisnya, latar belakang ekonominya, dan lain sebagainya.kesiapan guru untuk mengenal karakteristik siswa dalam pembelajaran merupakan modal utama penyampaian bahan belajar dan menjadi indikator suksesnya pelaksanaan pembelajaran
Contoh Laporan PKP UT PGSD IPA Materi Perpindahan Energi Panas - Pemantaan Ke...Soal Universitas Terbuka
Contoh Laporan PKP UT PGSD IPA Materi Perpindahan Energi Panas - Pemantaan Kemampuan Profesional PDGK4560. Untuk melihat dan mendownload contoh laporan PKP ini secara lengkap, kunjungi situs www.soalut.com gunakan menu search di situs untuk mencari dan menemukan laporan ini.
Belajar merupakan proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar adalah proses yang dirancang dan diarahkan untuk mencapai tujuan dengan berbuat melalui berbagai pengalaman. Hal ini sesuai dengan teori belajar konstruktivisme kognitif yang di kemukakan oleh Jean Piaget (Trianto, 2014:72), ‘bahwa anak membangun skemata-skemata dari pengalaman sendiri dengan lingkungannya’. Merujuk Piaget, anak adalah pembelajar yang pada dirinya sudah memiliki motivasi untuk mengetahui dan akan memahami sendiri konsekuensi dari tindakan-tindakannya. Pandangan-pandangan Jean Piaget percaya bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan objek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada siswa agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan. Sedangkan Menurut M. Sobry Sutikno (2009:5) “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya”. Selaras dengan pendapat di atas Oemar Hamalik (2011:27) mengemukakan bahwa “Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (Learning is defined as the modification or strengthening of behavior through experiencing)”.
Dari beberapa definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh dari lingkunannya dalam bentuk perubahan tingkah laku. belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 20 dinyatakan bahwa Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut Gagne, Briggs, dan vager (M. Sobry Sutikno, 2014:11) mengemukakan bahwa ‘pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa’. Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan nilai yang baru. Proses pembelajaran pada awalnya meminta guru untuk mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa meliputi kemampuan dasarnya, motivasinya, latar belakang akademisnya, latar belakang ekonominya, dan lain sebagainya.kesiapan guru untuk mengenal karakteristik siswa dalam pembelajaran merupakan modal utama penyampaian bahan belajar dan menjadi indikator suksesnya pelaksanaan pembelajaran
dibutuhkan upload agar bisa mendownload, urgensi, yang mana ada itu yang diupload, supaya yang mana ada bisa didownload, ya begitulah namanya juga hooman, semoga apa yang diupload bermanfaat dan apa yang didownload bisa dikembangkan menjadi lebih baik lagi, siapa tau bs diupload lagi ya kan :) terimakasih banyak lho pokoknya
Limbah merang merupakan sampah sisa produksi penggilingan padi. Sampah yang hakekatnya dianggap tidak berguna, ternyata dengan ide kreatif menjadi produk yang bernilai ekonomis
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenAdrianAgoes9
sosialisasi untuk dosen dalam mengisi dan memadankan sister akunnya, sehingga bisa memutakhirkan data di dalam sister tersebut. ini adalah untuk kepentingan jabatan akademik dan jabatan fungsional dosen. penting untuk karir dan jabatan dosen juga untuk kepentingan akademik perguruan tinggi terkait.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
8. INFORMASIINFORMASI
83% melalui mata83% melalui mata
11% melalui pendengaran11% melalui pendengaran
3,5% melalui penCiuman3,5% melalui penCiuman
1,5% melalui perabaa1,5% melalui perabaann
10. APAKAH KONSEP?APAKAH KONSEP?
GAMBARAN MENTAL TENTANG SESUATUGAMBARAN MENTAL TENTANG SESUATU
YANG DIBANGUN MELALUI INDERAYANG DIBANGUN MELALUI INDERA
Konsep adalah simbol atau istilah yang
menggambarkan suatu obyek, kejadian, atau
keadaan tertentu.
Pengalamanpengalaman yg diorganisasikanPengalamanpengalaman yg diorganisasikan
menjadi kategori, jaringan hubungan intelektualmenjadi kategori, jaringan hubungan intelektual
yg luas yg dihasilkan oleh pengkategorianyg luas yg dihasilkan oleh pengkategorian
11.
12. Tahapan membangun konsepTahapan membangun konsep
1. KONKRITKONKRIT → OBYEK MEMPUNYAI BENTUK &→ OBYEK MEMPUNYAI BENTUK &
WUJUDWUJUD
2.2. FUNGSIONALFUNGSIONAL → FUNGSI SUATU OBYEK→ FUNGSI SUATU OBYEK
3.3. ABSTRAKSIABSTRAKSI → GAMBARAN MENTAL TENTANG→ GAMBARAN MENTAL TENTANG
SIFAT DAN CIRI UTAMA OBYEKSIFAT DAN CIRI UTAMA OBYEK
13. Bagaimana membentuk konsep?
Untuk membentuk suatu
konsep diperlukan informasi
sensoris (sensory
information) dari indera untuk
diolah dan disimpan dalam
otak.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33. KATEGORI KONSEP
Kesadaran tubuh (body awareness)
Kesadaran lingkungan (enviromental
awareness)
Kesadaran karakteristik obyek
(awareness of object characteristics)
Kesadaran waktu (time awareness)
Kesadaran ruang (spatial awareness)
34. KATEGORI KONSEP
Aksi (actions)
Kualitas (quality)
Kesadaran simbol (symbol
awareness)
Kesadaran emosi dan sosial
(emotional and social awareness)
Proses berfikir (reasoning)
(Hall, 1982)
35. KONSEP DASARKONSEP DASAR
KESAN UTAMA TUNANETRA DLM MEMAHAMI LINGKUNGANKESAN UTAMA TUNANETRA DLM MEMAHAMI LINGKUNGAN
MELALUI INDERA YG MASIH BERFUNGSIMELALUI INDERA YG MASIH BERFUNGSI
KEMUDAHAN DLM MENGENAL, MENJELASKAN, MEMBERI NAMA,KEMUDAHAN DLM MENGENAL, MENJELASKAN, MEMBERI NAMA,
MENGELOMPOKKAN, MEMILIH, MENYUSUN, MENIRU,MENGELOMPOKKAN, MEMILIH, MENYUSUN, MENIRU,
MEMPOLA DAN MEMBEDAKAN.MEMPOLA DAN MEMBEDAKAN.
40. GOLONGAN KONSEP
KUALITATIFKUALITATIF
KUALITAS SUATU OBYEK, SPT.KUALITAS SUATU OBYEK, SPT.
PANAS, DINGIN, LEMBUT, KERAS,PANAS, DINGIN, LEMBUT, KERAS,
BULAT, SEGI EMPAT, LURUS, DLL.BULAT, SEGI EMPAT, LURUS, DLL.
45. GOLONGAN KONSEP
KOMPARATIF &KOMPARATIF &
SUPERLATIFSUPERLATIF
MEMBANDINGKAN, SPT.MEMBANDINGKAN, SPT.
LEBIH PANJANG, LEBIH PENDEK, LEBIH BERAT,LEBIH PANJANG, LEBIH PENDEK, LEBIH BERAT,
LEBIH BESAR, LEBIH KECIL, DLL.LEBIH BESAR, LEBIH KECIL, DLL.
46.
47. MACAM-MACAM KONSEPMACAM-MACAM KONSEP
KONSEP DASARKONSEP DASAR
UKURANUKURAN
BENTUK, PERMUKAAN, WARNABENTUK, PERMUKAAN, WARNA
BERAT, LOKASI, KEGUNAANBERAT, LOKASI, KEGUNAAN
POSISI, GERAKAN, WAKTUPOSISI, GERAKAN, WAKTU
SUARA, rSUARA, rasa, basa, b a ua u
48.
49.
50. KONSEP UKURANKONSEP UKURAN
SENTIMETER, METER, KILO, INCI,SENTIMETER, METER, KILO, INCI,
BESAR, KECIL, LEBIH BESAR, LEBIH KECIL,BESAR, KECIL, LEBIH BESAR, LEBIH KECIL,
PANJANG, PENDEK, LEBIH PANJANG,PANJANG, PENDEK, LEBIH PANJANG,
LEBIH PENDEK, JAUH DEKAT, DSB.LEBIH PENDEK, JAUH DEKAT, DSB.
51. KONSEP BENTUKKONSEP BENTUK
SEGI EMPAT, SEGI TIGA, BULAT, OVAL,SEGI EMPAT, SEGI TIGA, BULAT, OVAL,
TIDAK BERATURAN, DSB.TIDAK BERATURAN, DSB.
57. KONSEP WARNAKONSEP WARNA
JENIS WARNA, CORAK, MEWARNAI,JENIS WARNA, CORAK, MEWARNAI,
WARNA MENYALA, WARNA TIDAK MENGKILAP,WARNA MENYALA, WARNA TIDAK MENGKILAP,
WARNA MENGKILAP, WARNA TERANG, WARNA GELAP,WARNA MENGKILAP, WARNA TERANG, WARNA GELAP,
WARNA PRIMER,WARNA PRIMER,
WARNA SEKUNDER,WARNA SEKUNDER,
WARNA TERTIER, DSB.WARNA TERTIER, DSB.
58.
59.
60. KONSEP BERATKONSEP BERAT
BERAT, RINGAN, SEDANG,BERAT, RINGAN, SEDANG,
KILO, GRAM, ONS,KILO, GRAM, ONS,
TON, KUINTAL, LITER, DLL.TON, KUINTAL, LITER, DLL.
61. KONSEP LOKASIKONSEP LOKASI
GAMBARAN TTG SUATU TEMPATGAMBARAN TTG SUATU TEMPAT
KOMPOR, KETEL, PIRING, PANIC, WAJAN, DSB.KOMPOR, KETEL, PIRING, PANIC, WAJAN, DSB.
TEMPATNYA DITEMPATNYA DI DAPUR.DAPUR.
BGM DG.: RUANG TAMU, RUANG KELUARGA,BGM DG.: RUANG TAMU, RUANG KELUARGA,
KAMAR TIDUR, KAMAR MANDI,KAMAR TIDUR, KAMAR MANDI,
PASAR, KANTOR POS, TERMINAL, PANTI, DLPASAR, KANTOR POS, TERMINAL, PANTI, DLL.L.
62.
63. KONSEP KEGUNAANKONSEP KEGUNAAN
FUNGSI DARI SUATU BENDAFUNGSI DARI SUATU BENDA
PISAU UNTUK MEMOTONG,PISAU UNTUK MEMOTONG,
KOMPOR UNTUK MEMASAK,KOMPOR UNTUK MEMASAK,
MOBIL ALAT TRANSPORTASI, DLL.MOBIL ALAT TRANSPORTASI, DLL.
64.
65. KONSEP POSISIKONSEP POSISI
KEDUDUKAN/LETAK SUATU BENDAKEDUDUKAN/LETAK SUATU BENDA
DI ATAS-DIBAWAH, DI KIRI-DI KANAN,DI ATAS-DIBAWAH, DI KIRI-DI KANAN,
DI MUKA-DI BELAKANG, DI TENGAH-DI PINGGIR,DI MUKA-DI BELAKANG, DI TENGAH-DI PINGGIR,
TERLENTANG-TENGKURAP, HORIZONTAL-VERTIKAL,TERLENTANG-TENGKURAP, HORIZONTAL-VERTIKAL,
DIAGONAL-SEJAJAR, DI BARAT-DI TIMUR,DIAGONAL-SEJAJAR, DI BARAT-DI TIMUR,
DI UTARA-DI SELATAN, DLL.DI UTARA-DI SELATAN, DLL.
66. KONSEP GERAKANKONSEP GERAKAN
PERPINDAHAN DARI SATU TEMPAT KE TEMPAT LAINPERPINDAHAN DARI SATU TEMPAT KE TEMPAT LAIN
DIAM-BERGERAK, CEPAT-LAMBAT,DIAM-BERGERAK, CEPAT-LAMBAT,
LEBIH CEPAT-LEBIH LAMBAT,LEBIH CEPAT-LEBIH LAMBAT,
DAPAT BERGERAK, SEDANG BERGERAK-DIAM,DAPAT BERGERAK, SEDANG BERGERAK-DIAM,
BERLARI-BERJALAN, DLL.BERLARI-BERJALAN, DLL.
67. KONSEP WAKTU-JARAKKONSEP WAKTU-JARAK
100 M DAPAT DITEMPUH100 M DAPAT DITEMPUH
DALAM BERAPA MENIT,DALAM BERAPA MENIT,
1 KM BERAPA MENIT, DST.1 KM BERAPA MENIT, DST.
68. KONSEP SUARAKONSEP SUARA
SUMBER SUARASUMBER SUARA
MANUSIA, HEWAN, BENDA ALAMMANUSIA, HEWAN, BENDA ALAM
TEKANAN SUARA:TEKANAN SUARA:
KERAS-LEMBUT, TINGGI-RENDAH,KERAS-LEMBUT, TINGGI-RENDAH,
SERAK-MELENGKING, GEMURUH-BERISIK, DSB.SERAK-MELENGKING, GEMURUH-BERISIK, DSB.
70. KONSEP BAUKONSEP BAU
MACAM-MACAM BAU,MACAM-MACAM BAU,
BAU HUBUNGANNYA DENGAN LOKASIBAU HUBUNGANNYA DENGAN LOKASI
BAU MASAKAN DI DAPUR,BAU MASAKAN DI DAPUR,
BAU SAMPAH DI TEMPAT SAMPAH, DLLBAU SAMPAH DI TEMPAT SAMPAH, DLL
71. KEMAMPUAN TUNANETRAKEMAMPUAN TUNANETRA
DALAM PEMAHAMAN KONSEPDALAM PEMAHAMAN KONSEP
IDENTIFY (MENGENAL)IDENTIFY (MENGENAL)
DISCRIBE (MENJELASKAN)DISCRIBE (MENJELASKAN)
LABELING (MEMBERI NAMA)LABELING (MEMBERI NAMA)
GROUPING (MENGELOMPOKKAN)GROUPING (MENGELOMPOKKAN)
SOURTING (MEMILIH)SOURTING (MEMILIH)
72. KEMAMPUAN TUNANETRAKEMAMPUAN TUNANETRA
DALAM PEMAHAMAN KONSEPDALAM PEMAHAMAN KONSEP
ORDERING (MENYUSUN)ORDERING (MENYUSUN)
COPYING (MENGKOPI)COPYING (MENGKOPI)
PATERNING (MEMPOLA)PATERNING (MEMPOLA)
CONTRASING (MEMBEDAKAN)CONTRASING (MEMBEDAKAN)
73. Bagaimana orang awas
mengembangkan KONSEP?
1. Mempelajari adanya benda, yang bersifat tetap,
berbeda satu sama lain.
2. Mengenal dan memberi nama
3. Mulai mengenal sifat benda di samping
keseluruhan benda.
4. Melakukan abstraksi pada unsur yang sama
sehingga: membuat batasan untuk satu kelompok
benda dan menggunakan simbul untuk mewakili
generalisasi yang diperoleh.
74. TAHAP BELAJAR KONSEP
1. Tahap kongkrit: sifat khusus benda
dianggap isi.
2. Tahap fungsional: Apa yang dilakukan
benda, dan apa yang dilakukan manusia
dengan objek dianggap isi.
3. Tahap Abstraksi: ikhtisar dari semua
sifat utama objek itu.
75. Pengembangan konsep anak
tunanetra
1. Mereka tidak dapat mengenal objek secara
keseluruhan, dan harus membentuk keseluruhan
objek melalui bagian-bagiannya.
2. Manipulasi rabaan pada objek terbatas, tidak
mungkin untuk mengamati kedalaman, susunan
dan keseluruhan ciri utama objek.
3. Di luar jangkauan fisiknya objek menjasi tidak
berarti.
4. Suara yang tidak berhubungan dengan yang berarti
dan dimengerti maka akan berlalu tanpa kesan.
76. lanjutan
5. Tunanetra memerlukan waktu yang lebih dibanding
anak awas.
6. Tunanetra dalam mempelajari konsep mengalami
kesulitan untuk masuk ketahap abstraksi.
7. Efektifitas perabaan hanya terjadi pada tahap kongkrit
dan fungsional.
8. Mereka yang dewsa dan anak-anak sering
menggunakan perkataan yang sama tapi maksut yang
berbeda.
9. Anak lebih terkesan pada bentuk luar yang kongkrit dari
pada sifat esensial.
77. Lanjutan…
9. Mengajarkan konsep tidak dapat hanya dengan perkataan,
tapi harus dengan aktivitas.
10. Metodik khusus agar terbentuk konsep maka guru harus:
Kongkrit, memadukan, dan melakukan.
11. Dengan mendengarkan, membaca anak sering dapat
mendeskripsikan dengan baik sesuatu, tapi tidak memiliki
pengertian.
12. Dalam menjelaskan menggunakan istilah anak awas, tapi
sering tidak ada arti bagi tunanetra.
13. Bahan rabaan yang rumit dapat membingungkan anak.
78. Lanjutan
14. Mengajarlah pada saat anak sedang terbuka untuk
belajar. (masa peka)
15. Berikesempatan anak mengambil inisiatif dalam
aktivitas belajar, cara otoriter membuat anak
kurang bertanya.
16. Agar tidak membingungkan, harus konsisten.
semua orang yang terlibat dalam pendidikan harus
menggunakan istilah yang sama.
79. Konsep yang dibutuhkan
tunanetra
1. Konsep tubuh/citra tubuh
a. Nama bagian tubuh
b. Letaknya
c. Gerakannya
d. Fungsinya
e. Hubungan antar bagian tubuh
f. Hub. Bagian tubuh dengan bagian tubuh orang lain.
g. Benda yang biasa dipakai bagian tubuh.
80. Untuk melihat tentang konsep tubuh/Citra
tubuk Anak Tunanetra
Dapat diobsevasi:
1. Postur (sikap tubuh)
2. Gaya jalannya (gait)
3. Bagaimana anak melakukan tugas-tugas
elementer
4. Aktifitas bermainnya
5. Respon terhadap instruksi verbal.
81. Tujuan dari pengembangan
konsep/citra tubuh bagi tunanetra
Mengetahui :
Struktur tubuh: tubuh disusun dari tulang besar dan
kecil serta pertemuan dari dua tulang ada
sendi.
Susunan sendi memiliki keleluasaan gerak.
Mampu Bereksperimen dengan bagian tubuhnya
(diputar, bengkok, lurus, diulur, diayun dll.)
83. 2. Konsep Dasar
a. Ukuran
b. Bentuk
c. Permukaan
d. Warna
e. Berat
f. Lokasi
g. Kegunaan
h. Posisi
i. Gerakan
j. Waktu
k. Suara
l. Rasa
m. Bau
84. Pengembangan Konsep Dasar :
a. Mengenal (identify)
b. Menjelaskan (discribe)
c. Melabel (labelling)
d. Mengelompokan (Grouping)
e. Memilih (Sourting)
f. Menyusun ( Ordering)
g. Mengkopi (Copying)
h. Mempola (Paterning)
i. Membedakan (Constrasing).