Ringkasan: Dokumen tersebut memberikan informasi tentang pelatihan P3K dan health talk yang meliputi sistem penanggulangan gawat darurat terpadu, manajemen airway dan pernafasan, resusitasi jantung paru, luka bakar, dan transportasi korban darurat.
Basic Life Support (BLS) adalah tindakan dasar untuk menyelamatkan jiwa pasien yang mengalami gagal jantung paru dengan melakukan resusitasi jantung paru (RJP) yang terdiri atas sirkulasi (CPR), pembukaan saluran napas (A) dan pemberian bantuan napas (B). Tindakan ini dapat dilakukan oleh siapa saja dan kapan saja untuk menyelamatkan pasien dari kematian.
Basic Life Support (BLS) adalah rangkaian tindakan untuk menyelamatkan korban yang tidak sadar dan tidak bernapas akibat kegawatdaruratan jantung atau paru-paru. Tindakan ini meliputi pembebasan jalur napas, resusitasi jantung paru (CPR), dan pemberian bantuan napas secara bergantian untuk mengembalikan sirkulasi darah dan oksigenasi jaringan. BLS dapat dilakukan oleh setiap orang asalkan
Dokumen tersebut membahas tentang pengembangan konsep bagi tunanetra, dimulai dari pengertian konsep, pengaruh ketunanetraan, dan berbagai jenis konsep yang perlu dikembangkan seperti konsep ukuran, bentuk, warna, dan lainnya. Kemampuan tunanetra dalam memahami konsep seperti mengenal, menjelaskan, memberi nama juga dibahas.
Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT Kemenkes RI) merupakan sistem koordinasi multi sektor dan multi disiplin untuk penanganan gawat darurat baik bencana maupun sehari-hari. SPGDT bertujuan mengurangi korban dengan cara yang efektif, efisien, dan terstruktur melalui kesiapan dan koordinasi seluruh pihak terkait.
Basic Life Support (BLS) adalah tindakan dasar untuk menyelamatkan jiwa pasien yang mengalami gagal jantung paru dengan melakukan resusitasi jantung paru (RJP) yang terdiri atas sirkulasi (CPR), pembukaan saluran napas (A) dan pemberian bantuan napas (B). Tindakan ini dapat dilakukan oleh siapa saja dan kapan saja untuk menyelamatkan pasien dari kematian.
Basic Life Support (BLS) adalah rangkaian tindakan untuk menyelamatkan korban yang tidak sadar dan tidak bernapas akibat kegawatdaruratan jantung atau paru-paru. Tindakan ini meliputi pembebasan jalur napas, resusitasi jantung paru (CPR), dan pemberian bantuan napas secara bergantian untuk mengembalikan sirkulasi darah dan oksigenasi jaringan. BLS dapat dilakukan oleh setiap orang asalkan
Dokumen tersebut membahas tentang pengembangan konsep bagi tunanetra, dimulai dari pengertian konsep, pengaruh ketunanetraan, dan berbagai jenis konsep yang perlu dikembangkan seperti konsep ukuran, bentuk, warna, dan lainnya. Kemampuan tunanetra dalam memahami konsep seperti mengenal, menjelaskan, memberi nama juga dibahas.
Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT Kemenkes RI) merupakan sistem koordinasi multi sektor dan multi disiplin untuk penanganan gawat darurat baik bencana maupun sehari-hari. SPGDT bertujuan mengurangi korban dengan cara yang efektif, efisien, dan terstruktur melalui kesiapan dan koordinasi seluruh pihak terkait.
Dokumen tersebut merangkum standar-standar nasional akreditasi rumah sakit edisi pertama di Indonesia. Dokumen tersebut membahas tujuh kelompok standar yaitu keselamatan pasien, pelayanan berfokus pasien, manajemen rumah sakit, integrasi pendidikan kesehatan, hak pasien dan keluarga, akses ke rumah sakit dan kontinuitas pelayanan, serta asesmen pasien.
Dokumen tersebut membahas tentang penanganan keadaan darurat dan bencana, mencakup aspek-aspek seperti pertolongan pertama, penanganan korban, komunikasi, dan kerja sama berbagai pihak untuk menyelamatkan korban.
Dokumen tersebut membahas tentang tugas pemantauan dan pengawasan mutu kerja teknis operasi dan pelayanan di stasiun dan kereta api. Termasuk rutinitas seperti pembinaan, inspeksi fasilitas, rapat koordinasi, dan pengawasan kebersihan wesel serta pelumasannya. Dokumen juga membahas prosedur pertukaran warta antar stasiun untuk memastikan keamanan lalu lintas kereta api.
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFratnawulokt
Peningkatan status kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu hal prioritas di Indonesia. Status derajat kesehatan ibu dan anak sendiri dapat dinilai dari jumlah AKI dan AKB. Pemerintah berupaya menerapkan program Sustainable Development Goals (SDGs) dengan harapan dapat menekan AKI dan AKB, tetapi kenyataannya masih tinggi sehingga tujuan dari penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dari ibu hamil trimester III sampai KB.
Metode penelitian menggunakan Continuity of Care dengan pendokumentasian SOAP Notes. Subjek penelitian Ny. “H” usia 34 tahun masa kehamilan Trimester III hingga KB di PMB E Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung.
Hasil asuhan selama masa kehamilan trimester III tidak ada komplikasi pada Ny. “E”. Masa persalinan berjalan lancar meskipun terdapat kesenjangan dimana IMD dilakukan kurang dari 1 jam. Kunjungan neonatus hingga nifas normal tidak ada komplikasi, metode kontrasepsi memilih KB implant.
Kesimpulan asuhan pada Ny. “H” ditemukan kesenjangan antara kenyataan dan teori di penatalaksanaan, tetapi dalam pemberian asuhan ini kesenjangan masih dalam batas normal. Asuhan kebidanan ini diberikan untuk membantu mengurangi kemungkinan terjadi komplikasi pada saat masa kehamilan hingga KB.
Dokumen tersebut merangkum standar-standar nasional akreditasi rumah sakit edisi pertama di Indonesia. Dokumen tersebut membahas tujuh kelompok standar yaitu keselamatan pasien, pelayanan berfokus pasien, manajemen rumah sakit, integrasi pendidikan kesehatan, hak pasien dan keluarga, akses ke rumah sakit dan kontinuitas pelayanan, serta asesmen pasien.
Dokumen tersebut membahas tentang penanganan keadaan darurat dan bencana, mencakup aspek-aspek seperti pertolongan pertama, penanganan korban, komunikasi, dan kerja sama berbagai pihak untuk menyelamatkan korban.
Dokumen tersebut membahas tentang tugas pemantauan dan pengawasan mutu kerja teknis operasi dan pelayanan di stasiun dan kereta api. Termasuk rutinitas seperti pembinaan, inspeksi fasilitas, rapat koordinasi, dan pengawasan kebersihan wesel serta pelumasannya. Dokumen juga membahas prosedur pertukaran warta antar stasiun untuk memastikan keamanan lalu lintas kereta api.
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFratnawulokt
Peningkatan status kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu hal prioritas di Indonesia. Status derajat kesehatan ibu dan anak sendiri dapat dinilai dari jumlah AKI dan AKB. Pemerintah berupaya menerapkan program Sustainable Development Goals (SDGs) dengan harapan dapat menekan AKI dan AKB, tetapi kenyataannya masih tinggi sehingga tujuan dari penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dari ibu hamil trimester III sampai KB.
Metode penelitian menggunakan Continuity of Care dengan pendokumentasian SOAP Notes. Subjek penelitian Ny. “H” usia 34 tahun masa kehamilan Trimester III hingga KB di PMB E Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung.
Hasil asuhan selama masa kehamilan trimester III tidak ada komplikasi pada Ny. “E”. Masa persalinan berjalan lancar meskipun terdapat kesenjangan dimana IMD dilakukan kurang dari 1 jam. Kunjungan neonatus hingga nifas normal tidak ada komplikasi, metode kontrasepsi memilih KB implant.
Kesimpulan asuhan pada Ny. “H” ditemukan kesenjangan antara kenyataan dan teori di penatalaksanaan, tetapi dalam pemberian asuhan ini kesenjangan masih dalam batas normal. Asuhan kebidanan ini diberikan untuk membantu mengurangi kemungkinan terjadi komplikasi pada saat masa kehamilan hingga KB.
5. SISTEM PENANGGULANGAN GAWAT
DARURAT TERPADU( SPGDT )
ADALAH
SEHARIHARI~GADAR BENCANA~MASSAL
SUA
TUSISTEMNASIONALPENANGGULANGAN
GA
W
A
TDARURA
TDANBENCANAY
ANGMELIPUTI
PELA
Y
ANANKESEHA
T
ANPRARUMAHSAKIT
,
DI RUMAHSAKIT
, DANANT
ARRUMAHSAKIT
DENGANMELIBA
TKANUNSURPEMERINT
AH
DANMASY
ARAKA
T
6. PENGERTIAN SPGDT
SISTEM YANG MERUPAKAN KOORDINASI
BERBAGAI UNIT KERJA (MULTISEKTOR) DAN
DIDUKUNG BERBAGAI KEGIATAN PROFESI
(MULTIDISIPLIN DAN MULTIPROFESI) UNTUK
MENYELENGGARAKAN PELAYANAN TERPADU
BAGI PENDERITA GAWAT DARURAT DALAM
KEADAAN SEHARI- HARI MAUPUN DALAM
KEADAAN BENCANA.
(DEPKES RI, 2005)
8. TUJUAN KHUSUS SPGDT
1. ADANYA KOMANDO KEGIATAN SESUAI PERAN
MASING-MASING
2. TERSEDIANYA SDM KESEHATAN DENGAN KUALITAS
DAN KUANTITAS SESUAI KEBUTUHAN
3. TERSEDIANYA SARANA/FASILITAS YANG STANDAR
4. ADANYA SISTEM PEMBIAYAAN YANG JELAS
5. ADANYA DASAR PERATURAN YANG KONDUSIF
9. DASAR HUKUM SPGDT
1. UU RI NO. 24/2007 TENTANG
PENANGGULANGAN BENCANA
2. UU RI NO. 36/2009 TENTANG KESEHATAN
3. UU RI NO. 44/2009 TENTANG RUMAH SAKIT
4. KEPMENKES RI NO. 145/2007 TENTANG
PEDOMAN PENANGGULANGAN BENCANA
BIDANG KESEHATAN
5. PERPRES RI NO. 8/2008 TENTANG BADAN
NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA
6. PP RI NO. 21/2008 TENTANG
PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN
BENCANA
10. KOMPONEN SPGDT
TERDIRI DARI 2 (DUA) FASE:
I. FASE PENCEGAHAN
A. FASE DETEKSI
B. FASE SUPRESI
II. FASE PENANGGULANGAN
A. FASE PRA RUMAH SAKIT
1. KOMUNIKASI
2. AKSES MASYARAKAT DALAM
SPGDT
3. AMBULAN
B. FASE RUMAH SAKIT (INTRA
RS/ANTAR RS)
11. SPGDT-S (SISTIM PELAYANAN GAWAT DARURAT TERPADU SEHARI-HARI)
- DOKTERUMUM
- FIRST RESPONDER
- LIFE SAFER
PENCEGAHAN PENANGGULANGAN
MULTI DISIPLIN
MULTI PROFESI
MULTISEKTOR
ANTARA LAIN:
- HELM
- SABUK
PENGAMAN
SUMBERDA
YA MANUSIA
YANG MEMBERIPERTOLONGAN
AWAM UMUM PETUGAS DOKTER
AWAM KHUSUS AMBULANS PERAWAT
MASYARAKAT
AMAN /
SEJAHTERA
(SAFE COMMUNITY)
KOMUNIKASI
TUJUAN
MENCEGAH
- KEMATIAN
- KECACATAN
PASIEN AMBULAN PUSKESMAS RS.KLAS C RS. KLAS A/B
PRA RS INTRARS INTRA RS
ANTAR RS
PENDANAAN
RESPONSE TIME
TIME SAVING IS LIFE & LIMB SAVING
THE RIGHT PATIENT TOTHE RIGHT PLACE AT THE RIGHT TIME
12. SISTEM MANAJEMEN BENCANAMASSAL
• Pencarian
• Penyelamatan
• Pertolongan
pertama
Pos
Komando
• Triase
• Stabilisasi
• Evakuasi
Kontrol Lalulintas
Pengaturan Evakuasi
Unit
Gawat
Darurat
DaerahBencana
Perencanaan
Penanggulangan
BencanadiRS
PRE-HOSPIT
ALORGANIZA
TION HOSPIT
ALORGANIZA
TION
13. SISTEM PENYEBARAN INFORMASI DAN PELAPORAN BENCANA
PusatKomunikasi
LayananAmbulans RumahSakit
KantorPolisi
KantorPusat
Penanggulangan
Bencana
Kepala
Kepolisian
Anggota
Ketua
Tim
KantorPemadam
Kebakaran
Anggota
Kepala
Staff
Pimpinan
KetuaTim
DirekturMedis
Administrator
Tenaga
Paramedis
Komisi
Nasional
Pimpinan
Anggota
Rumah Sakit
14. AREA BENCANA
III II I
I. RED ZONE (Area Penyelamatan)
Lokasi bencana, lokasi kerja tim rescue, polisi,
tim medis tergantung aman /tidak utk
melakukan pertolongan pertama
II. YELLOW ZONE (Area Pertolongan Medis)
Lokasi pos lapangan dan tim pendukung
III.GREEN ZONE (Area Penunjang)
Lokasi untuk media masa, lokasi menunggubagi
keluarga korban, lokasi untuk pemberian
penjelasan / info, untuk tim relawan
15. KEBERHASILAN SPGDT
1. Perencanaan Sistem Pelayanan Gawat
Darurat & Bencana Baik Lokal, Nasional,
Regional, dan Internasional
2. Pemadam Kebakaran
3. Petugas Hukum
4. Pertahanan Sipil
5. Kesiapan Rumah Sakit
6. Kesiapan Pelayanan Spesialistik
16. MENGELOLA PASIEN GAWAT DARURAT &
BENCANA HARUS SECARA SISTEMATIS,
TERPADU, MENYELURUH, DAN TIDAK BISA
HANYA SATU BAGIAN SAJA
KESIMPULAN
18. TRIAS
E
PENGERTIAN:
❑Trier (franch) : menyortir atau memilih
❑Dirancang untuk menempatkan pasien yang
tepat diwaktu yang tepat dengan pemberi
pelayanan yang tepat
❑Tindakan untuk memilah korban berdasar
beratnya cidera, kemungkinan harapan untuk
hidup, dan keberhasilan tindakan berdasar
sumber daya (SDM dan sarana) yang tersedia
19. TRIASE
PRINSIP:
1. Triase Dilakukan Pada Semua Korban
2. Waktu Triase <30 Detik Pada S
etiap Korban
3. Prioritas: Nyawa >Fungsi >Penampilan
4. Kartu Triase Dipasang S
esuai Prioritas
5. Triase Merupakan Proses Yang Dinamis Dan
Dilakukan Tidak Hanya 1Kali (Retriase)
20. Photo used with permission ofthe EmergencyEducation Council of Maryland Region 5
29. GOLDEN HOUR
Respon Time : 3 – 5 Menit
PENYEBAB KEMATIAN TERCEPAT :
A-B-C
Gangguan Airway >> cepat dari gangguan Breathing
>> cepat
dari gangguan Circulation
AIRWAY (JALAN NAFAS)
30. KRITERIA JALAN NAFAS BAIK
1. Sadar Penuh
2. Gerakan Nafas Normal
3. Dilakukan Tanpa Dirasakan
4. Suara Nafas Bersih Dan Jernih
5. Aliran Udara Nafas Dapat Dirasakan
AIRWAY (JALAN NAFAS)
31. AIRWAY (JALAN NAFAS)
MENILAI KESADARANKORBAN
GANGGUAN KESADARAN = GANGGUAN JALAN NAFAS
INGAT 3A:
AMAN DIRI
AMAN LINGKUNGAN
AMAN KORBAN
32. RESIKO / BAHAYA PADA GANGGUAN KESADARAN
1. Reflek Batuk Menurun → Penumpukan Lendir Di
Jalan Nafas → Sumbatan Jalan Nafas
2. Lidah Jatuh Ke Belakang → Sumbatan Jalan
Nafas
AIRWAY (JALAN NAFAS)
37. CHOKING (TERSEDAK)
• Makan atau memasukkan sesuatu
kedalam mulutnya.
• Memegangi leher dengan kedua
tangannya.
• Wajah menjadi merah
• Gelisah dan batuk (sumbatan
sebagian)
• Suara mengi,
• Tidak dapat berbicara, dan menjadi
tidak sadar (sumbatan total)
AIRWAY (JALAN NAFAS)
67. RJP PADA DEWASA
AKTIFKAN SPGDT & MEMPERSIAPKAN AED:
APABILA KORBAN TIDAK SADAR ATAU
PERNAFASAN GASPING
68. RJP PADA DEWASA
MENGKAJI SIRKULASIDAN PERNAFASAN:
✓ CEK NADI KAROTIS DAN
PENGEMBANGAN DADA 10 DETIK
✓ TIDAK ADA NADI → KOMPRESI
✓ ADA NADI → VENTILASISETIAP 5-6 DETIK
✓ CEK NADI KEMBALI SETIAP 2 MENIT
69. POSISI TANGAN DI TENGAH DADA PADA
SAAT MELAKUKAN KOMPRESI
RJP PADA DEWASA
70. RJP PADA DEWASA
TEHNIK MELAKUKAN KOMPRESI:
✓ FREKUENSI30x/Siklus
✓ KECEPATAN 100 – 120X/mnt
✓ KEDALAMAN 2 – 2,4inchi (5-6
cm)
✓ MEMBERIKANKESEMPATAN
DADA MENGEMBANG
✓ MEMINIMALKANINTERUPSI
✓ HINDARI VENTILASI YANG
BERLEBIHAN
71. RJP PADA DEWASA
TEHNIK MEMBERIKAN
VENTILASI:
✓ FREKUENSI 2X/SIKLUS
✓ DURASI 1
MENIT/VENTILASI
✓ HINDARI PEMBERIAN
VOLUME UDARAYANG
BERLEBIHAN
✓ POSISI KEPALA KORBAN
HEAD TILT CHIN LIFT
✓ JEDA WAKTUANTA
VENTILASI 1-2 detik
76. Komponen Dewasa Anak Bayi
Pengenalan Tidak Responsif, Tidak Bernafas,
Termegap (Gasping)
Nadi Tidak Teraba Dalam 10 dtk
Tidak Responsif, Tidak Bernafas
Atau Termegap (Gasping)
Nadi Tidak Teraba Dalam 10 dtk
Tidak Responsif,Tidak Bernafas
Atau Termegap (Gasping)
Nadi Tidak Teraba Dalam 10 dtk
Urutan RJP Cab Cab Cab
Kecepatan Kompresi 100 – 120 x/menit 100 – 120 x/menit 100 – 120 x/menit
Kedalaman Kompresi 2 – 2,4 Inchi (5 – 6 cm) 1/3 AP, Sekitar 2 Inchi (5cm) 1/3 AP, Sekitar 1,5 Inchi (4 Cm)
Interupsi Kompresi Minimalisir Interupsi Hingga
< 10 Detik
Minimalisir Interupsi Hingga
< 10 Detik
Minimalisir Interupsi Hingga
< 10 Detik
Jalan Nafas Head Tilt-chin Lift-jaw Thrust Head Tilt-chin Lift-jaw Thrust Head Tilt-chin Lift-jaw Thrust
Rasio
Kompresi:ventilasi
30:2 (1 Atau 2 Penyelamat) 30:2 (Satu), 15:2 (2 Penyelamat) 30:2 (Satu), 15:2 (Dua
Penyelamat)
Jika Penyelamat
Tidak Terlatih
Kompresi Saja Kompresi Saja Kompresi Saja
Ventilasi Jika
Mungkin
1 Nafas Setiap 6-8 Detik, Tanpa
Menyesuaikan Dengan
Kompresi, 1 Detik Setiap Nafas,
Hingga Dada Mengembang
1 Nafas Setiap 6-8 Detik, Tanpa
Menyesuaikan Dengan
Kompresi, 1 Detik Setiap Nafas,
Hingga Dada Mengembang
1 Nafas Setiap 6-8 Detik, Tanpa
Menyesuaikan Dengan
Kompresi, 1 Detik Setiap Nafas,
Hingga Dada Mengembang
Defibrilasi Gunakan AED Sesegera
Mungkin, Minimalisir Interupsi
Kompresi, Lanjutkan Kompresi
Setelah Setiap Kejutan
Gunakan AED Sesegera
Mungkin, Minimalisir Interupsi
Kompresi, Lanjutkan Kompresi
Setelah Setiap Kejutan
Gunakan AED Sesegera
Mungkin, Minimalisir Interupsi
Kompresi, Lanjutkan Kompresi
Setelah Setiap Kejutan
RINGKASAN KOMPONEN RJP BAGI DEWASA, ANAK, DAN BAYI
77. RJP
TIDAK
DILAKUK
AN
1.TAMPAK TANDA KEMATIAN
BIOLOGIS
2. BILA MENOLONG KORBAN AKAN
MEMBAHAYAKAN PENOLONG
3. SEBELUMNYA DENGAN FUNGSI
VITAL YANG SUDAH SANGAT JELEK
DENGAN
TERAPI MAKSIMAL
4. DNAR (DO NOT ATTEMP TO
RESUSICITATION)
DIHENTIK
AN
1.KEMBALINYA RESPIRASI &
SIRKULASI
SPONTAN
2.ADA YANG LEBIH
BERTANGGUNG JAWAB
3. PENOLONG LELAH
4. ADANYA DNAR
5.TANDA KEMATIAN YANG
IRREVERSIBEL
80. RECOVERY POSITION
TUJUAN:
1. MEMASTIKAN JALAN NAPAS KORBAN TETAP
TERBUKA DAN BERSIH
2. MENCEGAH ASPIRASI (MASUKNYA MUNTAHAN/
BENDA ASING KE DALAM MULUT KORBAN)
81. CARA MELAKUKAN POSISI
PEMULIHAN:
❑ Keluarkan benda-benda dari
pakaian korban.
❑ Berlutut disamping korban,
pastikan kedua tungkai korban
dalam posisi lurus.
❑ Letakkan tangan korban (yang
paling dekat dengan penolong)
disekitar kepala korban dan
membentuk posisi U.
RECOVERY POSITION
1 2 3
4
82. CARA MELAKUKAN POSISI
PEMULIHAN:
❑ Ambil tangan korban lainnya
(yang paling jauh dengan
penolong) letakkan punggung
tangan korban menempel di
pipinya.
❑ Dengan tangan lainnya
(penolong) tarik sekitar lutut kaki
korban yang terjauh dari
penolong ke atas tetapi telapak
kaki korban tetap menyentuh
lantai.
RECOVERY POSITION
1 2 3
4
83. CARA MELAKUKAN POSISI
PEMULIHAN:
RECOVERY POSITION
❑ Ambil kuda-kuda disekitar paha 1 2 3
korban.
❑ Sambil tetap mempertahankan
tangan korban dipipinya, tarik
tubuh korban miring kearah
penolong.
4
❑ Tengadahkan dagu korban agar
jalan napas terbuka.
84. CARA MELAKUKAN POSISI
PEMULIHAN:
❑ Perhatikan jangan sampai
korban bergulir ke arah depan
ataupun ke arah belakang.
❑ Perhatikan napas dan nadi
korban secara rutin.
❑ Rubah posisi korban setelah 30
menit.
RECOVERY POSITION
1 2 3
4
85. CPR is not harmful.
Inactionisharmful
and CPR can be
lifesaving
(AHA, 2010)