Dokumen tersebut membahas tentang pembelajaran kooperatif sebagai alternatif model pendidikan yang berbasis kerjasama. Pembelajaran kooperatif memiliki tujuan untuk meningkatkan hasil belajar, menerima perbedaan, dan mengembangkan keterampilan sosial siswa dengan menugaskan siswa belajar dalam kelompok kecil yang saling membantu satu sama lain untuk memahami materi pelajaran. Model ini membutuhkan unsur-unsur seperti k
Dokumen tersebut membahas strategi pembelajaran kolaboratif, yang merupakan metode pembelajaran kelompok dimana siswa bekerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran bersama. Dokumen tersebut menjelaskan konsep dasar, prinsip, langkah-langkah, dan teknik penilaian dari strategi pembelajaran kolaboratif.
Artikel ini membahasikan pentingnya budaya kolaboratif dalam sekolah masa kini. Ia menjelaskan bahawa sekolah yang mengamalkan budaya kolaboratif antara guru, pelajar, dan pentadbir dapat meningkatkan motivasi dan amalan pengajaran serta pembelajaran. Artikel ini juga mendefinisikan konsep sekolah kolaboratif dan ciri-ciri penting pembelajaran kolaboratif."
Dokumen tersebut membahas tentang pembelajaran kooperatif yang merupakan model pembelajaran kelompok dimana siswa saling bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Dibahas pula beberapa model pembelajaran kooperatif seperti model jigsaw dimana kelas dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil yang saling berdiskusi untuk memahami materi pembelajaran.
Dokumen tersebut membahas strategi pembelajaran kolaboratif, yang merupakan metode pembelajaran kelompok dimana siswa bekerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran bersama. Dokumen tersebut menjelaskan konsep dasar, prinsip, langkah-langkah, dan teknik penilaian dari strategi pembelajaran kolaboratif.
Artikel ini membahasikan pentingnya budaya kolaboratif dalam sekolah masa kini. Ia menjelaskan bahawa sekolah yang mengamalkan budaya kolaboratif antara guru, pelajar, dan pentadbir dapat meningkatkan motivasi dan amalan pengajaran serta pembelajaran. Artikel ini juga mendefinisikan konsep sekolah kolaboratif dan ciri-ciri penting pembelajaran kolaboratif."
Dokumen tersebut membahas tentang pembelajaran kooperatif yang merupakan model pembelajaran kelompok dimana siswa saling bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Dibahas pula beberapa model pembelajaran kooperatif seperti model jigsaw dimana kelas dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil yang saling berdiskusi untuk memahami materi pembelajaran.
Model pembelajaran kooperatif jigsaw adalah model pembelajaran kelompok dimana siswa dibagi menjadi kelompok asal dan kelompok ahli untuk belajar secara kolaboratif. Siswa belajar materi tertentu di kelompok ahli lalu mengajarkannya ke kelompok asal, sehingga setiap siswa bertanggung jawab atas bagian materi dan saling bergantung untuk pembelajaran.
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw melibatkan siswa belajar secara berkelompok dengan membentuk kelompok asal dan kelompok ahli dimana setiap siswa menjadi pakar tentang subtopik tertentu dan mengajarkannya kepada anggota kelompok asal yang lain. Tujuan utama model ini adalah meningkatkan hasil belajar, menerima perbedaan, dan mengembangkan keterampilan sosial siswa.
K01947 20180426221408 k 2 interaksi dan pembelajaran hmsJANGAN TENGOK
Proses sosialisasi adalah proses pembelajaran berterusan untuk memahami peranan, status dan nilai dalam masyarakat melalui interaksi sosial. Ia bermula dari pemindahan norma budaya dalam keluarga dan terus berlanjutan melalui agen-agen sosialisasi seperti sekolah, rakan sebaya, media massa. Proses ini mempengaruhi pembentukan konsep diri seseorang dan bagaimana mereka berinteraksi dalam masyarakat
Model pembelajaran TGT (Teams Games Tournament) adalah model pembelajaran kooperatif yang terstruktur dengan menggabungkan kegiatan belajar dalam kelompok kecil, permainan instruksional, dan turnamen. Tujuannya adalah menciptakan lingkungan kelas yang efektif dimana semua siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran.
Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya kompetensi moral guru dalam mendidik siswa. Secara garis besar, dokumen menjelaskan bahwa pendidikan bertujuan membentuk siswa menjadi manusia yang bermoral melalui interaksi antara guru dan siswa, namun kompetensi moral guru perlu ditingkatkan agar dapat mendidik siswa sesuai dengan nilai-nilai masyarakat. Dokumen ini juga membahas tentang penurun
Modul ini membahas model pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) yang menerapkan pembelajaran kooperatif dalam kelompok-kelompok kecil untuk belajar bersama dan berkompetisi dalam permainan tim."
Tulisan ini membahas tentang kompetensi guru dan peran kepala sekolah dalam meningkatkannya. Kompetensi guru terdiri atas kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Kepala sekolah dapat meningkatkan kompetensi guru melalui perannya sebagai pendidik, manajer sumber daya manusia, dan administrator keuangan untuk kegiatan pen
model pembelajaran kooperatif
kooperatif learning ialah salah satu metode pembelajaran yang membuat siswa bisa belajar secara berkelomppok hal ini sangat baik karena dapat membuat siswa saling melengkapi pengetahuannya.
Dokumen tersebut membahas tiga model pembelajaran kooperatif, yaitu model pembelajaran kooperatif, Team Games Turnamen (TGT), dan Problem Based Learning (PBL). Ketiga model tersebut menekankan pada kerjasama siswa dalam kelompok untuk memecahkan masalah atau tugas pembelajaran bersama-sama.
The document contains a line graph showing daily COVID-19 case counts for different countries over multiple days in January 2011. The y-axis measures daily case counts while the x-axis shows dates from January 10th to January 24th. Lines on the graph indicate the daily case trends for the US, India, Brazil, and several European countries over this time period.
Model pembelajaran kooperatif jigsaw adalah model pembelajaran kelompok dimana siswa dibagi menjadi kelompok asal dan kelompok ahli untuk belajar secara kolaboratif. Siswa belajar materi tertentu di kelompok ahli lalu mengajarkannya ke kelompok asal, sehingga setiap siswa bertanggung jawab atas bagian materi dan saling bergantung untuk pembelajaran.
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw melibatkan siswa belajar secara berkelompok dengan membentuk kelompok asal dan kelompok ahli dimana setiap siswa menjadi pakar tentang subtopik tertentu dan mengajarkannya kepada anggota kelompok asal yang lain. Tujuan utama model ini adalah meningkatkan hasil belajar, menerima perbedaan, dan mengembangkan keterampilan sosial siswa.
K01947 20180426221408 k 2 interaksi dan pembelajaran hmsJANGAN TENGOK
Proses sosialisasi adalah proses pembelajaran berterusan untuk memahami peranan, status dan nilai dalam masyarakat melalui interaksi sosial. Ia bermula dari pemindahan norma budaya dalam keluarga dan terus berlanjutan melalui agen-agen sosialisasi seperti sekolah, rakan sebaya, media massa. Proses ini mempengaruhi pembentukan konsep diri seseorang dan bagaimana mereka berinteraksi dalam masyarakat
Model pembelajaran TGT (Teams Games Tournament) adalah model pembelajaran kooperatif yang terstruktur dengan menggabungkan kegiatan belajar dalam kelompok kecil, permainan instruksional, dan turnamen. Tujuannya adalah menciptakan lingkungan kelas yang efektif dimana semua siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran.
Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya kompetensi moral guru dalam mendidik siswa. Secara garis besar, dokumen menjelaskan bahwa pendidikan bertujuan membentuk siswa menjadi manusia yang bermoral melalui interaksi antara guru dan siswa, namun kompetensi moral guru perlu ditingkatkan agar dapat mendidik siswa sesuai dengan nilai-nilai masyarakat. Dokumen ini juga membahas tentang penurun
Modul ini membahas model pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) yang menerapkan pembelajaran kooperatif dalam kelompok-kelompok kecil untuk belajar bersama dan berkompetisi dalam permainan tim."
Tulisan ini membahas tentang kompetensi guru dan peran kepala sekolah dalam meningkatkannya. Kompetensi guru terdiri atas kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Kepala sekolah dapat meningkatkan kompetensi guru melalui perannya sebagai pendidik, manajer sumber daya manusia, dan administrator keuangan untuk kegiatan pen
model pembelajaran kooperatif
kooperatif learning ialah salah satu metode pembelajaran yang membuat siswa bisa belajar secara berkelomppok hal ini sangat baik karena dapat membuat siswa saling melengkapi pengetahuannya.
Dokumen tersebut membahas tiga model pembelajaran kooperatif, yaitu model pembelajaran kooperatif, Team Games Turnamen (TGT), dan Problem Based Learning (PBL). Ketiga model tersebut menekankan pada kerjasama siswa dalam kelompok untuk memecahkan masalah atau tugas pembelajaran bersama-sama.
The document contains a line graph showing daily COVID-19 case counts for different countries over multiple days in January 2011. The y-axis measures daily case counts while the x-axis shows dates from January 10th to January 24th. Lines on the graph indicate the daily case trends for the US, India, Brazil, and several European countries over this time period.
Este documento describe el desarrollo de la reparación cardíaca autóloga mediante el implante de mioblastos cultivados. Explica que los mioblastos son células musculares esqueléticas que pueden cultivarse fácilmente y establecer conexiones eléctricas con cardiomiocitos. También describe el proceso de cultivo de los mioblastos a partir de una biopsia muscular y su implantación en la zona dañada del corazón. Finalmente, concluye que este enfoque muestra potencial para mejorar la función cardíaca,
O documento fornece dicas sobre o uso correto das palavras "mais", "mas" e "más" em frases. Explica que "mais" compara quantidades, "mas" indica contraste e "más" refere-se a qualidades ruins. Também resume os usos do ponto final, ponto de interrogação, ponto de exclamação e dos dois-pontos na pontuação de frases.
Dokumen tersebut membahas model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada kerja sama antar siswa dalam kelompok kecil untuk memaksimalkan pembelajaran. Model ini mendorong interaksi sosial antar siswa untuk membangun pengetahuan melalui diskusi. Dokumen ini juga menjelaskan prinsip-prinsip, unsur-unsur, teknik, dan keuntungan dari pembelajaran kooperatif.
Dokumen tersebut memberikan penjelasan tentang model pembelajaran kooperatif yang mencakup tujuan, karakteristik, dan prosedur pembelajarannya. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara kelompok dimana siswa saling membantu untuk mencapai tujuan bersama. Tujuan utamanya adalah meningkatkan prestasi belajar, menerima perbedaan, dan mengembangkan keterampilan sosial. Prosedurnya meliputi penjel
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) untuk meningkatkan prestasi belajar matematika siswa. 2. Model NHT melibatkan siswa dalam kelompok kecil untuk menjawab pertanyaan guru secara acak untuk mengecek pemahaman materi. 3. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa penggunaan media pembelajaran dan model kooperatif dapat
Penerapan model pembelajaran group investigation untuk meningkatkan kemampuan...Dhayu Dayu
Teks tersebut membahas penerapan model pembelajaran Group Investigation untuk meningkatkan pemahaman konsep dan sikap sosial siswa kelas X SMA. Model ini diharapkan dapat mengatasi masalah pembelajaran konvensional dan meningkatkan interaksi sosial siswa. Group Investigation melibatkan pengelompokan siswa, perencanaan, penyelidikan kelompok, presentasi hasil, dan evaluasi."
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang menekankan kerja sama antar siswa dalam kelompok untuk saling membantu belajar. Model ini bertujuan meningkatkan hasil belajar, penerimaan perbedaan, dan keterampilan sosial siswa. Guru berperan sebagai fasilitator yang membimbing siswa belajar secara kelompok.
Dokumen tersebut merangkum tentang penelitian tindakan kelas yang dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran IPS melalui model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 9 Lawa untuk menangani rendahnya capaian nilai rata-rata siswa dalam IPS.
Strategi pembelajaran kooperatif pak agus copyanida juita
Strategi pembelajaran kooperatif merupakan strategi yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi dalam kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Tujuannya meliputi peningkatan hasil belajar, penerimaan perbedaan individu, dan pengembangan keterampilan sosial. Langkah-langkahnya meliputi pembentukan kelompok, penugasan tugas, diskusi, presentasi, dan penghargaan. Desainnya dalam PAI menc
KEL 4_MAKALAH STRATEGI PEMBELAJARAN PAI_4F.pdfDianaUlfah4
Makalah ini membahas tentang macam-macam strategi pembelajaran, khususnya strategi pembelajaran kooperatif. Strategi ini melibatkan siswa belajar secara berkelompok dengan saling membantu untuk meningkatkan pemahaman. Ada beberapa model pembelajaran kooperatif seperti STAD dan Jigsaw. Strategi ini memiliki kelebihan seperti meningkatkan prestasi belajar dan kemampuan sosial siswa, namun juga memiliki kelemahan se
Model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw melibatkan siswa dalam kelompok kecil untuk saling berbagi pengetahuan. Metode ini menekankan pada kerja sama tim dan tanggung jawab perorangan dalam mencapai tujuan bersama.
Upaya meningkatkan prestasi belajar siswaMar Tunis
Dokumen tersebut membahas upaya meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran fiqih melalui metode cooperative make a match. Metode ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran fiqih dengan membentuk kelompok-kelompok kecil siswa yang saling membantu satu sama lain dalam mempelajari materi.
Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengkondisikan siswa untuk belajar dalam kelompok kecil dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Terdapat beberapa tipe model pembelajaran kooperatif seperti STAD, TGT, dan Jigsaw yang masing-masing memiliki karakteristik tertentu dalam pelaksanaannya. Model ini bertujuan untuk memotivasi siswa saling belajar dan menghargai kerja sama.
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka - abdiera.com, Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka
Aksi Nyata Buku Non Teks Bermutu Dan Manfaatnya .pdfDenysErlanders
Buku non teks yang bermutu dapat memperkaya pengalaman
belajar siswa. Buku-buku ini menawarkan konten yang inspiratif,
inovatif, dan mendorong pengembangan karakter siswa.
Pemanfaatan buku non teks bermutu membutuhkan peran aktif
guru untuk memilih dan
mengintegrasikannya ke dalam pembelajaran
1. A. Pendahuluan. <br />Akhir-akhir ini kita sering melihat pristiwa-peristiwa yang menyedihkan akibat terkikisnya rasa humanisme. Diantara kita sangat mudah terpancing untuk melakukan tindakan kekerasan baik yang dilakukan oleh secara perorangan maupun secara berkelompok bahkan secara massif. Sebut saja misalnya penyerangan salah satu kelompok keagamaan terhadap kelompok yang lain, tawuran antar mahasiswa, dan kekerasan di kampus IPDN yang masih terbayang di mata kita. Selain senang menggunakan kekerasan, saat ini kita juga sudah terbiasa menyaksikan peristiwa acuh tak acuh dan tidak peduli terhadap orang lain. <br />Tindakan kekerasan dan tradisi tidak mempedulikan orang lain merupakan cermin dari sikap arogansi, merasa paling benar, dan ketidakmampuan kita mensinergikan berbagai perbedaan yang ada disekitar kita. Ketidakmampuan tersebut, salah satunya, disebabkan oleh model pendidikan kita yang kurang memberikan ruang bagai anak didik untuk saling menghargai dan saling bekerjasama. Sekolah sebagai salah satu bagian dari pendidikan dengan tenpa sadar telah dirancang sebagai lapangan pacuan kuda. Di sana anak didik dipacu untuk mengetahui lebih banyak. Meraka tidak dirangsang untuk menjadi sesuatu yang lebih baik, melainkan untuk mengalahkan orang lain. Kemajuan belajar diukur dengan capaian angka-angka, bukan dengan perubahan-perubahan mendasar pada cara berpikir, struktur emosi, dan pola sikap (Mata,2005). <br />Situasi sekolah seperti di atas, akhirnya memicu kompetisi dan persaingan di dalam kelas. Secara positif, model kompetisi bisa menimbulkan rasa cemas yang justru bisa memacu siswa untuk meningkatkan kegiatan belajar mereka. Namun sebaliknya, model kompetisi juga mempunyai dampak-dampak negatif yang perlu <br />diwaspadai. Model pembelajaran kompetisi menciptakan suasana permusuhian di kelas. Untuk bisa berhasil dalam sistem ini, seorang anak harus mengalahkan teman-teman sekelasnya. Sikap quot;
agar aku bisa menang, orang lain harus kalah,quot;
erat hubungannya dengan prinsip quot;
tujuan mengholalkan segala caraquot;
. Seseorang yang begitu berambisius untuk menang, tetapi merasa tidak bisa mengalahkan pesaingnya bisa tergoda untuk menjatuhkan pesaingnya dengan cara apa pun. Terlalu banyak contoh dalam kehidupan sehari-hari yang mencerminkan caracara keji don licik dalam memenangkan persaingan (Lie,2004). <br />Berdasarkan uraian di atas, perlu adanya model pendidikan alternatif yang berdasarkan kepada kebersamaan yang disebut dengan pendidikan kooperatif (cooperative learning). Falsafah yang mendasari model pendidikan ini adalah falsafah homo homini socius, yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Kerja sama merupakan <br />kebutuhan <br />yang <br />sangat <br />penting <br />artinya <br />bagi kelangsungan hidup. Tanpa kerja sama, tidak akan ada individu, keluarga, organisasi, atau sekolah. Tanpa kerja sama, kehidupan ini sudah punah. <br />B. Pengertian Pembelajaran Kooperatif <br />Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. <br />Unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif adalah <br />sebagai berikut (Lungdren, 1994) : <br />a. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau <br />berenang bersama.” <br />b. Para siswa harus memiliki tanggungjawab terhadap siswa atau peserta didik lain dalam kelompoknya, selain tanggungjawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi. <br />c. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki <br />tujuan yang sama. <br />d. Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggungjawab di antara <br />para anggota kelompok. <br />e. Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut <br />berpengaruh terhadap evaluasi kelompok. <br />f. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh <br />keterampilan bekerja sama selama belajar. <br />g. Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara <br />individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. <br />Menurut Thompson, et al. (1995), Di dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4 atau 6 orang siswa, dengan kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan dan bekerja dengan teman yang berbeda latar belakangnya. <br />Pada <br />pembelajaran <br />kooperatif <br />diajarkan <br />keterampilan- keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan (Slavin, 1995). <br />C. Tujuan Pembelajaran Kooperatif <br />Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok tradisional yang menerapkan sistem kompetisi, di mana keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya (Slavin, 1994). <br />Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak- tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum oleh Ibrahim, et al. (2000), yaitu: <br />a. Hasil belajar akademik <br />Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Di samping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik. <br />b. Penerimaan terhadap perbedaan individu <br />Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain. <br />c. Pengembangan keterampilan sosial <br />Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah, mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial, penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial. <br />D. Elemen-Elemen Pembelajaran Kooperatif <br />Pembelajaran yang dilaksanakan secara berkelompok belum tentu mencerminkan pembelajaran kooperatif. Secara teknis memang tampak proses belajar bersama, namun terkadang hanya merupakan belajar yang dilakukan secara bersama dalam waktu yang sama, namun tidak mencerminkan kerjasama antar anggota kelompok. Untuk itu agar benar-benar mencerminkan pembelajaran kooperatif, maka perlu diperhatikan elemen-elemen pembelajaran kooperatif sebagai berikut (Jonson and Smith,1991; Anita Lie, 2004): <br />a. Saling ketergantungan Positif <br />Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Wartawan mencari dan menulis berita, redaksi mengedit, dan tukang ketik mengetik tulisan tersebut. Rantai kerja sama ini berlanjut terus sampai dengan mereka yang di bagian percetakan dan loper surat kabar. Semua orang ini bekerja demi tercapainya satu tujuan yang sama, yaitu terbitnya sebuah surat kabar dan sampainya surat kabar tersebut di tangan pembaca. <br />Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka. Dalam metodeJ igsaw, Aronson menyarankan jumlah anggota kelompok dibatasi sampai dengan empat orang saja dan keempat anggota ini ditugaskan membaca bagian yang berlainan. Keempat anggota ini lalu berkumpul don bertukar informasi. <br />Selanjutnya, pengajar akan mengevaluasi mereka mengenai seluruh bagian. Dengan cara ini, mau tidak mau setiap anggota merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar yang lain bisa berhasil. <br />Penilaian juga dilakukan dengan cara yang unik. Setiap siswa mendapat nilainya sendiri dan nilai kelompok. Nilai kelompok dibentuk dari quot;
sumbanganquot;
setiap anggota. Untuk menjaga keadilan, setiap anggota menyumbangkan poin di atas nilai rata-rata mereka. Misalnya, nilai rata-rata si A adalah 65 don kali ini dia mendapat 72, dia akan menyumbangkan 7 poin untuk nilai kelompok mereka. Dengan demikian, setiap siswa akan bisa mempunyai kesempatan untuk memberikan sumbangan nilai kelompok. Selain itu beberapa siswa yang kurang mampu tidak akan merasa minder terhadap rekan-rekan mereka karena mereka juga memberikan sumbangan. <br />b. Tanggung jawab perseorangan <br />Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran Cooperative Learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilan metode kerja kelompok adalah persiapan guru dalam penyusunan tugasnya. <br />Pengajar yang efektif dalam model pembelajaran Cooperative <br />Learning membuat persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa <br />sehingga masing-masing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan. Dalam teknikJ igsaw yang dikembangkan Aronson misalnya, bahan bacaan dibagi menjadi empat bagian dan masing- masing siswa mendapat dan membaca satu bagian. Dengan cara demikian, siswa yang tidak melaksanakan tugasnya akan diketahui <br />dengan jelas clan mudah. Rekan-rekan dalam satu kelompok akan menuntutnya untuk melaksanakan tugas agar tidak menghambat yang lainnya. <br />c. Tatap Muka <br />Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya daripada hasil pemikiran dari satu kepala saja. Lebih jauh lagi, hasil kerja sama ini jauh lebih besar daripada jumlah hasil masing-masing anggota. <br />Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, meman- faatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing. Setiap anggota kelompok mempunyai latar belakang pengalaman, keluarga, don sosial-ekonomi yang berbeda satu dengan yang lainnya. Perbedaan ini akan menjadi modal utama dalam proses saling memperkaya antaranggota kelompok. Sinergi tidak didapatkan begitu saja dalam sekejap, tetapi merupakan proses kelompok yang cukup ponjang. Para anggota kelompok perlu diberi kesempatan untuk saling mengenal dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka don interaksi pribadi. <br />d. Komunikasi antar anggota <br />Unsur ini juga menghendaki agar para pembelaiar dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Tidak setiap siswa mempunyai keahlian mendengarkan don berbicara. Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaon para anggotanya untuk saling mendengarkan don kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. <br />Ada kalanya pembelajar perlu diberi tahu secara eksplisit mengenai cara-cara berkomunikasi secara efektif seperti bagaimana caranya menyanggah pendapat orang lain tanpa harus menyinggung perasaan orang tersebut. Masih banyak orang yang kurang sensitif dan kurang bijaksana dalam menyatakan pendapat mereka. Tidak ada salahnya mengajar siswa beberapa ungkapan positif atau sanggahan dalam ungkapan yang lebih halus. Sebagai contoh, ungkapan quot;
Pendapat Anda itu agak berbeda dan unik. Tolong jelaskan lagi alasan <br />Anda,quot;
akan lebih bijaksana daripada mengatakan, quot;
Pendapat Ando itu aneh don tidak masuk akal.quot;
Contoh lain, tanggapan quot;
Hm... menarik sekali kamu bisa memberi jawaban itu. Tapi jawabanku agak berbeda....quot;
akan lebih menghargai orang lain daripada vonis seperti, <br />quot;
Jawabanmu itu solah. Harusnya begini.quot;
Keterampilan berkomunikasi dalam kelompok ini jugs merupakan proses panjang. Pembelajar tidak bisa diharapkan langsung menjadi komunikator yang handal dalam waktu sekejap. Namun, proses ini merupakan proses yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar serta membina perkembangan mental emosional para siswa. <br />e. Evaluasi <br />Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali pembelaiar terlibat dalam kegiatan pembelajaran CooperativeLearn ing. <br />E. Pendekatan dalam Pembelajaran Kooperatif <br />Walaupun prinsip dasar pembelajaran kooperatif tidak berubah, terdapat beberapa variasi dari model tersebut. Ada empat pendekatan pembelajaran kooperatif (Arends, 2001). Di sini akan diuraikan secara <br />ringkas masing-masing pendekatan tersebut. <br />a. Student Teams Achievement Division (STAD) <br />STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin dan merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Guru yang menggunakan STAD, juga mengacu kepada belajar kelompok siswa, menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu menggunakan presentasi verbal atau teks. Siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri dari laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui tutorial, kuis, satu sama lain dan atau melakukan diskusi. Secara individual setiap minggu atau setiap dua minggu siswa diberi kuis. Kuis itu diskor, dan tiap individu diberi skor perkembangan. Skor perkembangan ini tidak berdasarkan pada skor mutlak siswa, tetapi berdasarkan pada seberapa jauh skor itu melampaui rata-rata skor yang lalu. <br />Setiap minggu pada suatu lembar penilaian singkat atau dengan cara lain, diumumkan tim-tim dengan skor tertinggi, siswa yang mencapai skor perkembangan tinggi, atau siswa yang mencapai skor sempurna pada kuis-kuis itu. Kadang-kadang seluruh tim yang mencapai kriteria tertentu dicantumkan dalam lembar itu. <br />b. Investigasi Kelompok <br />Investigasi kelompok mungkin merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling kompleks dan paling sulit untuk diterapkan. Model ini dikembangkan pertama kali oleh Thelan. Berbeda dengan STAD dan jigsaw, siswa terlibat dalam perencanaan baik topik yang <br />dipelajari maupun bagaimana jalannya penyelidikan mereka. Pendekatan ini memerlukan norma dan struktur kelas yang lebih rumit daripada pendekatan yang lebih terpusat pada guru. <br />Dalam penerapan investigasi kelompok ini guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5 atau 6 siswa yang heterogen. Dalam beberapa kasus, kelompok dapat dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban persahabatan atau minat yang sama dalam topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki, melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang dipilih itu. Selanjutnya menyiapkan dan mempresentasikan laporannya kepada seluruh kelas. <br />c. Pendekatan Struktural <br />Pendekatan ini dikembangkan oleh Spencer Kagen dan kawan- kawannya. Meskipun memiliki banyak kesamaan dengan pendekatan lain, namun pendekatan ini memberi penekanan pada penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur tugas yang dikembangkan oleh Kagen ini dimaksudkan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional, seperti resitasi, di mana guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas dan siswa memberi jawaban setelah mengangkat tangan dan ditunjuk. Struktur yang dikembangkan oleh Kagen ini menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok kecil dan lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif, daripada penghargaan individual. <br />Ada struktur yang dikembangkan untuk meningkatkan perolehan isi akademik, dan ada struktur yang dirancang untuk mengajarkan keterampilan sosial atau keterampilan kelompok. Dua macam struktur yang terkenal adalah think-pair-share dan numbered-head-together, yang dapat digunakan oleh guru untuk mengajarkan isi akademik atau untuk mengecek pemahaman siswa terhadap isi tertentu. Sedangkan active listening dan time token, merupakan dua contoh struktur yang <br />dikembangkan untuk mengajarkan keterampilan sosial. <br />d. Jigsaw <br />Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins (Arends, 2001). <br />Untuk melihat dengan jelas perbandingan antara keempat pendekatan pembelajaran kooperatif atau yang lebih sering disebut sebagai tipe pembelajaran kooperatif dapat dilihat pada tabel 2-2. <br />F. Penutup <br />Dengan mode pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) diharapkan dapat mengembalikan rasa humanis diantara kita. Harapan ini bukanlah hal yang berlebihan karena dengan model pembelajaran ini kita terlatih dan terbiasa untuk tidak sekedar bekerja bersama-sama namun benar-benar bekerjasama dan masing-masing dari kita memberikan kontribusi demi keberhasilan bersama. Selain itu kita juga dibiasakan untuk saling menghargai dan tidak merasa benar sendiri. <br />Jika model pembelajaran seperti ini dilakukan disemua sekolah mulai <br />dari jenjang pendidikan paling dasar sampai dengan jenjang tertinggi, penulis yakin kita akan kemabali menjadi manusia yang humanis, bukan manusia yang arogan dan mudah menyalahkan orang lain. Jika kebersamaan sudah menjadi kultur kita, maka persoalan apapun dan sebesar apapun pasti akan dapat diselesaikan dengan mudah. Akhirnya, dengan kebersamaan akan memjadikan hidup ini semakin indah dan bermakna. <br />Daftar Rujukan <br />Guruvalah. <br />Orientasi <br />Baru <br />Dalam <br />Psikologi <br />Belajar. <br />http://www.psikologi_belajar. <br />Kagan, S. (1994). Kagan Cooperative Learning. San Juan Capistrano, <br />CA: Kagan Cooperative Learning. <br />Komunitas Sekolah Alam. 2005. Menemukan Sekolah Yang <br />Membebaskan. Jakarta:Kawan Pustaka. <br />Lie, Anita. 2004. Cooperative Learning, Jakarta:Grasindo. <br />Miller, Courtney, K & Reece L. Peterson. Creating Positive Climate; <br />Cooperative Learning.www.in diana.edu /- safeschl. <br />Roger T. dan David W. Johnson. Beberapa Pandangan Mengenai <br />Pembelajaran Kooperatif. Penabur No.8 THN.XXVIII 2001 hal 30- <br />33. <br />Slavin, R.E. (1990). Cooperative Learning: Theory, research, and <br />practice. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall. <br />Young, Christie M. Encyclopedia of Educational Technology: Cooperative <br />Learning. <br />http://www.Encyclopedia <br />of <br />Educational <br />Technology.htm. <br />