Banjir dan kekeringan karena pengaruh perubahan iklim yang ekstrim adalah suatu masalah besar yang dihadapi oleh dunia termasuk Indonesia dewasa ini. Kondisi ini diperparah oleh semakin banyaknya lahan-lahan resapan air yang diubah menjadi daerah pemukiman, perindustrian dan lain-lain. Oleh karena itu diperlukan teknologi yang mampu meningkatkan resapan air untuk mengatasi masalah banjir dan kekeringan khususnya di perkotaan. Dalam penelitian ini, dilakukan percobaan pembuatan teknologi resapan air dengan cara mengoptimalkan interaksi dekomposer dan sampah daun dalam meningkatkan terbentuknya biopori alami di dalam tanah. Tujuan dari penelitian ini ialah mengetahui pengaruh penggunaan EM (Effective Microorganism) dalam meningkatkan daya resap tanah, mengetahui interaksi antara fauna tanah dan mikroorganisme dalam menguraikan sampah daun dan mengetahui pengaruh penggunaan EM (Effective Microorganism) dalam meningkatkan kelimpahan fauna tanah yang secara tidak langsung dapat meningkatkan jumlah biopori tanah alami. Pada penelitian ini dilakukan percobaan dengan cara membuat 9 lubang yang mempunyai diameter 10 cm dan kedalaman 100 cm. 9 lubang tersebut masing-masing diberi 3 perlakuan berbeda secara acak. Perlakuan pertama sebagai kontrol lubang resapan hanya diberi sampah organik. Perlakuan kedua, lubang diberi sampah organik yang telah dicampuri dengan EM. Perlakuan ketiga, lubang diberi sampah organik yang telah dibungkus kain kassa halus agar makrofauna seperti cacing tanah tidak ikut menguraikan sampah organik. Proses penguraian sampah organik ini membutuhkan waktu satu bulan untuk terbentuk kompos. Setelah terbentuknya lubang biopori, kemudian kemampuan daya resap tanah diuji dengan cara menuangkan air hingga penuh dan mengukur kecepatan daya resap tanah dengan menggunakan stopwatch. Kompos yang terbentuk diekstraksi dengan menggunakan metode Tullgren funnel untuk mendapatkan fauna tanah. Fauna tanah disortir dan diidentifikasi menggunakan mikroskop binokuler.
Laporan Praktikum Ekologi Terestrial: Tanah dan dekomposisiJeanne Isbeanny LFH
Tanah adalah material yang dinamis dan merupakan sistem kompleks yang terdiri atas komponen anorganik, organik dan biotik yang memiliki kapasitas untuk mendukung kehidupan suatu tanaman. Dekomposisi serasah adalah perubahan secara fisik maupun kimiawi yang sederhana oleh mikroorganisme tanah (bakteri, fungi, dan hewan tanah lainnya). Tujuan dari praktikum ini yakni mahasiswa dan mahasiswi mengetahui struktur dan ukuran di penampang melintang tanah, mengetahui fauna yang ada di penampang melintang tanah, mengetahui terjadinya proses – proses dekomposisi, dan mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi dekomposisi. Metode yang digunakan yakni dengan cara melakukan pengamatan di dua lokasi berbeda yakni di bawah kanopi dan di luar kanopi.Setiap lokasi digali 30 cm dan diukur pH, suhu tanah dan kelembaban tanah, kemudian diukur pula faktor abiotik yang lain seperti kecepatan angin, kelembaban udara, intensitas cahaya dan suhu udara. Selanjutnya, serasah berupa daun dan rumput dikoleksi dari setiap lokasi praktikum sebanyak 10 gram untuk masing – masing lokasi praktikum. Dicatat kondisi persentase kerusakan serasah, fauna yang ada dan waktu kemudian dimasukkan ke dalam kantong sampah (litter bag) yang telah diberi label dan ditimbang. Kantong yang telah diisi kemudian ditimbang berat awal dan kembali diletakkan ke tempat semula (tempat pengambilan sampel). Selanjutnya, diamati dan dicatat kondisi fisik serasah dan fauna yang ada di setiap interval i minggu selama 4 minggu. Analisis dilakukan dengan menganalisis persentase kadar air, persentase kerusakan serasah dan persentase kehilangan serasah. Faktor abiotik yang mempengaruhi proses dekomposisi adalah suhu tanah, kelembaban tanah, pH tanah, kecepatan angin, suhu udara, kelembaban udara, suhu udara dan intensitas cahaya. Jenis biota dekomposer yang ditemukan anatara lain arthropoda, cacing, keong, larva, dan yang paling mendominasi adalah semut. Proses dekomposisi ditandai dengan berkurangnya bobot massa serasah yang lama kelamaan terdegradasi. Faktor yang mempengaruhi dekomposisi diantaranya yakni kadar serasah, ukuran serasah, temperatur, kelembaban udara, organisme flora dan fauna mikro dan kandungan kimia dari serasah.
Laporan Praktikum Ekologi Terestrial: Tanah dan dekomposisiJeanne Isbeanny LFH
Tanah adalah material yang dinamis dan merupakan sistem kompleks yang terdiri atas komponen anorganik, organik dan biotik yang memiliki kapasitas untuk mendukung kehidupan suatu tanaman. Dekomposisi serasah adalah perubahan secara fisik maupun kimiawi yang sederhana oleh mikroorganisme tanah (bakteri, fungi, dan hewan tanah lainnya). Tujuan dari praktikum ini yakni mahasiswa dan mahasiswi mengetahui struktur dan ukuran di penampang melintang tanah, mengetahui fauna yang ada di penampang melintang tanah, mengetahui terjadinya proses – proses dekomposisi, dan mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi dekomposisi. Metode yang digunakan yakni dengan cara melakukan pengamatan di dua lokasi berbeda yakni di bawah kanopi dan di luar kanopi.Setiap lokasi digali 30 cm dan diukur pH, suhu tanah dan kelembaban tanah, kemudian diukur pula faktor abiotik yang lain seperti kecepatan angin, kelembaban udara, intensitas cahaya dan suhu udara. Selanjutnya, serasah berupa daun dan rumput dikoleksi dari setiap lokasi praktikum sebanyak 10 gram untuk masing – masing lokasi praktikum. Dicatat kondisi persentase kerusakan serasah, fauna yang ada dan waktu kemudian dimasukkan ke dalam kantong sampah (litter bag) yang telah diberi label dan ditimbang. Kantong yang telah diisi kemudian ditimbang berat awal dan kembali diletakkan ke tempat semula (tempat pengambilan sampel). Selanjutnya, diamati dan dicatat kondisi fisik serasah dan fauna yang ada di setiap interval i minggu selama 4 minggu. Analisis dilakukan dengan menganalisis persentase kadar air, persentase kerusakan serasah dan persentase kehilangan serasah. Faktor abiotik yang mempengaruhi proses dekomposisi adalah suhu tanah, kelembaban tanah, pH tanah, kecepatan angin, suhu udara, kelembaban udara, suhu udara dan intensitas cahaya. Jenis biota dekomposer yang ditemukan anatara lain arthropoda, cacing, keong, larva, dan yang paling mendominasi adalah semut. Proses dekomposisi ditandai dengan berkurangnya bobot massa serasah yang lama kelamaan terdegradasi. Faktor yang mempengaruhi dekomposisi diantaranya yakni kadar serasah, ukuran serasah, temperatur, kelembaban udara, organisme flora dan fauna mikro dan kandungan kimia dari serasah.
Pengertian ekosistem sawah
Komponen-komponen di ekosistem sawah
Interaksi antar komponen yang ada di ekosistem sawah
Masalah-masalah yang timbul pada ekosistem sawah
Pengertian ekosistem sawah
Komponen-komponen di ekosistem sawah
Interaksi antar komponen yang ada di ekosistem sawah
Masalah-masalah yang timbul pada ekosistem sawah
Similar to Pemanfaatan Sampah Organik dan Effective Microorganisms dalam Meningkatkan Daya Resap air : Sebuah Solusi untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan
Similar to Pemanfaatan Sampah Organik dan Effective Microorganisms dalam Meningkatkan Daya Resap air : Sebuah Solusi untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan (20)
PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...muhammadnoorhasby04
Gas rumah kaca memainkan peran penting dalam mempengaruhi iklim Bumi melalui mekanisme efek rumah kaca. Fenomena ini alami dan esensial untuk menjaga suhu Bumi tetap hangat dan layak huni. Namun, peningkatan konsentrasi gas rumah kaca akibat aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi, dan praktik pertanian intensif, telah memperkuat efek ini, menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim yang signifikan.Pemanasan global membawa dampak luas pada berbagai aspek lingkungan, termasuk suhu rata-rata global, pola cuaca, kenaikan permukaan laut, serta frekuensi dan intensitas fenomena cuaca ekstrem seperti badai dan kekeringan. Dampak ini juga meluas ke ekosistem alami, menyebabkan gangguan pada habitat, distribusi spesies, dan interaksi ekologi, yang berdampak pada keanekaragaman hayati.
Untuk mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh peningkatan gas rumah kaca dan perubahan iklim, upaya mitigasi dan adaptasi menjadi sangat penting. Langkah-langkah mitigasi meliputi transisi ke sumber energi terbarukan, peningkatan efisiensi energi, dan pengelolaan lahan yang berkelanjutan. Di sisi lain, langkah-langkah adaptasi mencakup pembangunan infrastruktur yang tahan terhadap cuaca ekstrem, pengelolaan sumber daya air yang lebih baik, dan perlindungan terhadap wilayah pesisir.Selain itu, mengurangi konsumsi daging, memanfaatkan metode kompos, dan pembangunan infrastruktur yang tahan terhadap perubahan iklim adalah beberapa tindakan konkret yang dapat diambil untuk mengurangi dampak gas rumah kaca.Dengan pemahaman yang lebih baik tentang mekanisme dan dampak dari efek rumah kaca, serta melalui kolaborasi global yang kuat dan langkah-langkah konkret yang efektif, kita dapat melindungi planet kita dan memastikan kesejahteraan bagi generasi mendatang.
Hasil dari #INC4 #TraktatPlastik, #plastictreaty masih saja banyak reaksi ketidak puasan, tetapi seluruh negara anggota PBB bertekad melanjutkan putaran negosiasi
berikutnya: #INC5 di bulan November 2024 di Busan Korea Selatan
Cerita sukses desa-desa di Pasuruan kelola sampah dan hasilkan PAD ratusan juta adalah info inspiratif bagi khalayak yang berdiam di perdesaan
.
#PartisipasiASN dalam #bebersihsampah nyata biarpun tidak banyak informasinya
Analisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdfBrigittaBelva
Berada dalam kerangka Mata Kuliah Riset Periklanan, tim peneliti menganalisis penggunaan pendekatan "fear appeal" atau memicu rasa takut dalam kampanye #TogetherPossible yang dilakukan oleh World Wide Fund (WWF) untuk mengedukasi masyarakat tentang isu lingkungan.
Analisis dilakukan dengan metode kualitatif, meliputi analisis konten media sosial WWF, observasi, dan analisis naratif. Tidak hanya itu, penelitian ini juga memberikan strategi nyata untuk meningkatkan keterlibatan dan dampak kampanye serupa di masa depan.
Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistemd1051231041
Pirit merupakan zat di dalam tanah yang terbawa karena adanya arus pasang surut. Zat ini dapat membahayakan ekosistem sekitar apabila mengalami reaksi oksidasi dan penyebab utama mengapa tanah menjadi masam, karena mengandung senyawa besi dan belerang. Studi kasus ini bertujuan untuk menganalisis pembentukan, dampak, peran, pengaruh, hingga upaya pengelolaan lingkungan yang dapat dilakukan guna mengatasi masalah ekosistem yang terjadi.
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...d1051231072
Lahan gambut adalah salah satu ekosistem penting di dunia yang berfungsi sebagai penyimpan karbon yang sangat efisien. Di Asia Tenggara, lahan gambut memainkan peran krusial dalam menjaga keseimbangan ekologi dan ekonomi. Namun, seiring dengan meningkatnya tekanan terhadap lahan untuk aktivitas pertanian, perkebunan, dan pembangunan infrastruktur, degradasi lahan gambut telah menjadi masalah lingkungan yang signifikan. Degradasi lahan gambut terjadi ketika lahan tersebut mengalami penurunan kualitas, baik secara fisik, kimia, maupun biologis, yang pada akhirnya mengakibatkan pelepasan karbon dalam jumlah besar ke atmosfer.
Lahan gambut di Asia Tenggara, khususnya di negara-negara seperti Indonesia dan Malaysia, menyimpan cadangan karbon yang sangat besar. Diperkirakan bahwa lahan gambut di wilayah ini menyimpan sekitar 68,5 miliar ton karbon, yang jika terlepas, akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap emisi gas rumah kaca global.
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...
Pemanfaatan Sampah Organik dan Effective Microorganisms dalam Meningkatkan Daya Resap air : Sebuah Solusi untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan
1. 2011SMA SEMESTA (Bilingual
BoardingSchool)
Jl.Raya SemarangGn.
Pati Km.15 – Semarang
www.e-semesta.com
ReskyErvaldi S
M. SyihabuddinA
Pemanfaatan Sampah Organik dan Effective Microorganisms Dalam
Meningkatkan Daya Resap Air : Sebuah Solusi untuk Mengatasi
Banjir dan Kekeringan
2. 2
Abstrak
Banjir dan kekeringan karena pengaruh perubahan iklim yang ekstrim adalah suatu
masalah besar yang dihadapi oleh dunia termasuk Indonesia dewasa ini. Kondisi ini
diperparah oleh semakin banyaknya lahan-lahan resapan air yang diubah menjadi daerah
pemukiman, perindustrian dan lain-lain. Oleh karena itu diperlukan teknologi yang mampu
meningkatkan resapan air untuk mengatasi masalah banjir dan kekeringan khususnya di
perkotaan. Dalam penelitian ini, dilakukan percobaan pembuatan teknologi resapan air
dengan cara mengoptimalkan interaksi dekomposer dan sampah daun dalam meningkatkan
terbentuknya biopori alami di dalam tanah. Tujuan dari penelitian ini ialah mengetahui
pengaruh penggunaan EM (Effective Microorganism) dalam meningkatkan daya resap tanah,
mengetahui interaksi antara fauna tanah dan mikroorganisme dalam menguraikan sampah
daun dan mengetahui pengaruh penggunaan EM (Effective Microorganism) dalam
meningkatkan kelimpahan fauna tanah yang secara tidak langsung dapat meningkatkan
jumlah biopori tanah alami. Pada penelitian ini dilakukan percobaan dengan cara membuat 9
lubang yang mempunyai diameter 10 cm dan kedalaman 100 cm. 9 lubang tersebut masing-
masing diberi 3 perlakuan berbeda secara acak. Perlakuan pertama sebagai kontrol lubang
resapan hanya diberi sampah organik. Perlakuan kedua, lubang diberi sampah organik yang
telah dicampuri dengan EM. Perlakuan ketiga, lubang diberi sampah organik yang telah
dibungkus kain kassa halus agar makrofauna seperti cacing tanah tidak ikut menguraikan
sampah organik. Proses penguraian sampah organik ini membutuhkan waktu satu bulan untuk
terbentuk kompos. Setelah terbentuknya lubang biopori, kemudian kemampuan daya resap
tanah diuji dengan cara menuangkan air hingga penuh dan mengukur kecepatan daya resap
tanah dengan menggunakan stopwatch. Kompos yang terbentuk diekstraksi dengan
menggunakan metode Tullgren funnel untuk mendapatkan fauna tanah. Fauna tanah disortir
dan diidentifikasi menggunakan mikroskop binokuler.
Kata kunci: Biopori, Fauna tanah, Effective Microorganism.
3. 3
DAFTAR ISI
ABSTRAK...............................................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................................3
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................................4
BAB I : PENDAHULUAN.........................................................................................5
1.1 Latar Belakang...........................................................................................5
1.2 Perumusan Masalah...................................................................................6
1.3 Tujuan dan Manfaat...................................................................................6
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA................................................................................7
2.1 Biopori.......................................................................................................7
2.1 Fauna Tanah...............................................................................................7
2.3 Effective Microorganism ...........................................................................8
BAB III : Metodologi.....................................................................................................9
3.1 Alat............................................................................................................9
3.2 Bahan.........................................................................................................9
3.3 Metode......................................................................................................10
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................................13
4.1. Kelimpahan dan Keanekaragaman Fauna Tanah.....................................13
4.2. Interaksi EM dan Fauna Tanah pada Perlakuan Berbeda........................14
4.3. Kemampuan Daya Resap Air pada Perlakuan Berbeda..........................14
BAB V : KESIMPULAN............................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................16
4. 4
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Foto Mikroskop Elektron dari lubang cacing dan akar pada matriks tanah......7
Gambar 2.2 Effective Microorganism...................................................................................8
Gambar 3.1 Proses pembuatan lubang biopori....................................................................10
Gambar 3.2 Jarak antar lubang............................................................................................10
Gambar 3.3 Proses pengujian kecepatan daya resap lubang percobaan biopori.................11
Gambar 3.4 Proses Ekstraksi...............................................................................................12
Gambar 3.5 Proses Penyortiran...........................................................................................12
Gambar 4.1 Beberapa taksa fauna tanah yang ditemukan pada penelitian ini....................14
5. 5
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Pemanasan global menyebabkan meningkatnya curah hujan di berbagai wilayah di
dunia termasuk di Indonesia. Tingginya curah hujan dan tidak mendukungnya keadaan
lingkungan, misalnya semakin terbatasnya lahan resapan dan semakin dangkalnya sungai
menimbulkan semakin tingginya resiko banjir.
Selain itu, perubahan iklim juga dapat mengakibatkan musim kering yang
berkepanjangan. Sebagai contoh pada waktu musim kemarau, semakin banyak sumber mata
air yang mengering sehingga masyarakat mengalami kekurangan air.
Kedua masalah di atas membutuhkan suatu solusi yang tepat. Salah satu solusi
tersebut ialah diperlukan suatu teknologi yang mampu meningkatkan resapan air untuk
mengatasi masalah banjir dan kekeringan pada suatu wilayah khususnya di perkotaan. Dalam
penelitian ini, dilakukan percobaan pembuatan teknologi resapan air dengan cara membuat
modifikasi lubang biopori tanah yang lebih efektif. Penggunaan lubang biopori pada waktu
sekarang ini sangat penting karena mempunyai kemampuan untuk menangkap air sekaligus
meningkatkan daya resap air ke dalam tanah. Selain itu, teknologi lubang biopori mempunyai
manfaat tambahan untuk menghasilkan kompos
Lubang-lubang biopori adalah lubang di dalam tanah yang secara alami terbentuk
akibat berbagai aktifitas organisme di dalamnya, antara lain perakaran tanaman dan fauna
tanah seperti cacing, makroartropoda, dan mesofauna. Secara alami kondisi seperti lubang
biopori dapat dijumpai di lantai hutan dimana serasah atau bahan organik yang tertumpuk di
bagian permukaan tanah dapat menjadi bahan pakan bagi berbagai fauna tanah untuk
6. 6
melakukan aktifitasnya. Dengan meningkatnya aktifitas fauna tanah maka akan semakin
banyak biopori yang terbentuk. Dalam penelitian ini, dilakukan modifikasi dengan cara
menambahkan EM (Effective Microorganism) untuk mempercepat pembentukkan lubang
biopori tanah. Berdasarkan prinsip biopori tersebut maka kami memberi nama proyek ini
“Pemanfaatan Sampah Organik dan Effective Microorganisms Untuk Meningkatkan Infiltrasi
Air : Sebuah Solusi Untuk Mengatasi Masalah Banjir dan kekeringan.’’
1.2. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana cara meningkatkan resapan air di perkotaaan untuk mengatasi
permasalahan banjir dan kelangkaan air ?
2. Bagaimana peran dekomposer dalam meningkatkan kemampuan infiltrasi air dalam
tanah ?
3. Bagaimana interaksi antara fauna tanah dan mikroorganisme dalam menguraikan
sampah organik ?
4. Bagaimana cara memanfaatkan sampah organik menjadi produk yang bermanfaaat ?
1.3 Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari penelitian ini ialah :
1. Mengetahui pengaruh penggunaan EM (Effective Microorganism) dalam meningkatkan
daya resap tanah.
2. Mengetahui interaksi antara fauna tanah dan mikroorganisme dalam menguraikan sampah
organik.
3. Mengetahui pengaruh penggunaan EM (Effective Microorganism) dalam meningkatkan
kelimpahan fauna tanah yang berperan dalam pembentukan biopori tanah.
Manfaat yang didapatkan dari penelitian ini ialah :
1. Memaksimalkan air yang meresap ke dalam tanah sehingga menjaga ketersedian
air tanah saat musim kemarau.
2. Mengurangi run off air yang berisiko mengakibatkan banjir dimusim hujan.
3. Mendapatkan produk samping berupa kompos yang berasal dari sampah organik.
4. Meningkatkan kesuburan pada tanah.
5. Mengatasi permasalahan yang diakibatkan dari sampah organik seperti bau busuk
dan sarang penyakit.
7. 7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 BIOPORI
Biopori adalah lubang di dalam tanah yang terbentuk akibat berbagai aktifitas
organisme di dalamnya, seperti cacing, perakaran tanaman, rayap dan fauna tanah lainnya.
Lubang-lubang yang terbentuk akan terisi udara, dan akan menjadi tempat berlalunya air
dalam tanah. Berikut ini adalah contoh gambarnya :
(Gambar 2.1. Foto Mikroskop Elektron dari lubang cacing dan akar pada matriks tanah)
Gambar 2.1 menunjukkan foto melalui mikroskop elektron yang menggambarkan dua
buah lubang yang terbentuk oleh cacing (pada lingkaran kuning bagian atas) dan lubang yang
terbentuk oleh aktifitas akar tanaman (pada lingkaran kuning bagian bawah). Bila lubang-
lubang seperti ini dapat dibuat dengan jumlah banyak, maka kemampuan dari sebidang tanah
untuk menyerap air akan semakin meningkat. Meningkatnya kemampuan tanah dalam
meresap air akan memperkecil peluang terjadinya aliran air di permukaan tanah atau dengan
perkataan lain akan dapat mengurangi bahaya banjir yang mungkin terjadi (Johnherf, 2008).
2.2 FAUNA TANAH
Fauna tanah merupakan sekumpulan organisme penghuni tanah yang berperan sangat
besar dalam perbaikan kesuburan tanah dengan menghancurkan bahan secara fisik kemudian
memecahnya menjadi humus, menggabungkan bahan yang membusuk pada lapisan tanah
bagian atas, dan membentuk kemantapan agregat antar bahan organik dan bahan mineral
tanah (Barnes, 1997). Mereka juga merupakan bagian terpenting dalam suatu ekosistem atau
habitat tanah. Proses dekomposisi dalam tanah tidak akan mampu berjalan dengan cepat bila
tidak ditunjang oleh kegiatan makrofauna tanah.
Fauna tanah dapat dikelompokkan menjadi makrofauna yaitu hewan tanah yang dapat
dilihat secara langsung dengan mata tanpa bantuan mikroskop (>11mm) misalnya cacing
tanah, artropoda, chilopoda (kelabang), diplopoda (kaki seribu), Arachnida (Tungau dan
kalajengking), insekta (belalang, jangkrik,semut dan rayap) dan moluska; serta mesofauna
8. 8
yang berukuran 0,16-10,4 mm, misalnya collembola (Rahmawaty, 2004); dan mikrofauna
yang berukuran <0,16 mm, misalnya protozoa dan nematoda mikroskopis (Wallwork, 1972).
2.3 EFFECTIVE MICROORGANISM
Konsep EM(Effective Microorganism) dikembangkan oleh Professor Teruo Higa,
universitas Ryukyus, Okinawa, Jepang(Higa dan Wididana,1991). EM merupakan
mikroorganisme alami yang menguntungkan dan dapat diaplikasikan sebagai inokulen untuk
meningkatkan kelimpahan mikroba tanah dan tumbuhan. Penelitian sebelumnya
menunjukkan bahwa proses inokulasi EM kedalam ekosistem tanah atau tumbuhan dapat
meningkatkan kualitas tanah, kesehatan tanah dan pertumbuhan, panen dan kualitas
pertanian (Khaliq et al.,2006; Primavesi, 1999; Tokeheshi et al., 1999).
(Gambar 2.2. Effective Microorganism)
EM mengandung mikroorganisme pilihan diantaranya bakteri asam laktat dan jamur,
dan jumlah bakteri fotosintesis yang lebih sedikit, actinomycetes dan organisme jenis lain.
Semua ini dapat menyesuaikan satu dengan lainnya dan saling dapat berkerja sama dalam
lingkungan perairan (Higa and Parr, 1994).
9. 9
BAB III
ALAT, BAHAN dan METODE
3.1 ALAT-ALAT
Alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah :
Nampan sampel, 20 x 25 cm (5 buah)
Botol sampel, 250 ml (12 buah)
Vial koleksi, 100 ml (100 buah)
Kantung katun, 15 x 20 cm (12 pak)
Lampu bohlam 40 watt (6 buah)
Corong, diameter 14 cm (12 buah)
Kain kassa halus, 10 x 100 cm (6 buah)
Bor biopori, panjang 1,5 m (1 buah)
Kaca objek (1 set)
Pinset (2 buah)
Watch glass (5 buah)
Kuas, no. 4 (2 buah)
Tullgren funnel (1 set)
3.2 BAHAN-BAHAN
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Etanol 95% (4 liter)
Sayuran untuk kompos, (8,4 kg)
EM4, 500 ml (1 botol)
10. 10
3.3 METODE
Lokasi percobaan lapangan penelitian ini bertempat di kebun samping gedung
E, Fakultas Matematika dan ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Universitas
Diponegoro. Adapun ekstraksi sampel dan identifikasi fauna tanah dilakukan di
Laboratorium Ekologi dan Biosistematik, Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas
Diponegoro.
Penelitian ini dilakukan dengan cara membuat 9 lubang yang berdiameter 10
cm dan berkedalaman 100 cm.
(Gambar 3.1.Proses pembuatan lubang percobaan biopori)
Keseluruhan lubang disusun dalam 3 baris. Masing-masing baris terdiri dari 3
lubang dengan jarak antar lubang 50 cm.
50 cm
50 cm
11. 11
(Gambar 3.2. Posisi dan jarak antar lubang percobaan biopori)
Tiap-tiap lubang tersebut masing-masing diberi sampah organik sebanyak 70
g dan dibedakan kedalam 3 perlakuan yang disusun secara acak, yaitu:
I. Kontrol : tanpa EM dan tanpa pembatasan makrofauna.
II. EM : perlakuan menggunakan larutan EM 80 ml dan tanpa
pembatasan makrofauna.
III. EM-MF : perlakuan menggunakan larutan EM 80 ml dan dengan
pembatasan makrofauna.
Proses penguraian sampah organik di dalam lubang percobaan biopori
dibiarkan selama 4 minggu untuk terbentuk kompos.
Setelah biopori didalam lubang percobaan terbentuk, kemudian kemampuan
daya resap tanah diuji dengan cara menuangkan air kedalam lubang percobaan hingga
penuh (7,85 liter) dan mengukur kecepatan daya resap dengan menggunakan stop
watch.
(Gambar 3.3. Proses pengujian kecepatan daya resap lubang percobaan biopori)
12. 12
Kompos yang telah terbentuk kemudian dibawa ke laboratorium dan
diekstraksi untuk mendapatkan fauna tanah menggunakan Tulgren funnel.
(gambar 3.4.Proses ekstraksi)
Ekstraksi fauna tanah ini menggunakan lampu bohlam 25 Watt dan
berlangsung selama 5 hari.
Fauna tanah yang didapat dari hasil ekstraksi kemudian disortir agar terpisah
dari materi pengotor seperti tanah dan sisa-sisa daun maupun akar.
(Gambar 3.5.Proses penyortiran dan identifikasi fauna tanah)
Fauna tanah selanjutnya dihitung dan diidentifikasi menggunakan bantuan
mikroskop binokuler dan kunci indentifikasi invertebrata tanah. Data yang didapat
kemudian ditabulasi dan dianalisis untuk mengetahui jenis fauna tanah yang berperan
dalam pembentukan biopori tanah.
13. 13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Kelimpahan dan Keanekaragaman Fauna Tanah
Dari hasil penelitian ini, ditemukan 10 taksa fauna tanah (Tabel 4.1 dan Gambar 4.2)
Secara umum, taksa yang paling melimpah adalah collembola (54%) dan acarina (25%) .
Disetiap perlakuan, jumlah collembola dan acarina juga ditemukan paling melimpah.
Tabel 4.1. Kelimpahan mesofauna tanah pada empat perlakuan berbeda.
Keterangan:
I : Kontrol : tanpa EM dan tanpa pembatasan makrofauna.
II: EM : perlakuan menggunakan EM dan tanpa pembatasan makrofauna.
III: EM-MF : perlakuan menggunakan EM dengan pembatasan makrofauna.
Taxon
Rata-Rata Kelimpahan
(Individu/m2) Total %
I II III
1.Collembola 9.525 41.741 19.854
14.309
7.070
1.778
-
85
212
42
85
-
87.545 54
2.Acarina 5.207 6.943 40.979 25
3.Thysanura 1.312 2.455 16.510 10
4.Larva Diptera 2.752 6.435 13.377 8
5.Hymenoptera 593 974 2.201 1
6.Annelida 296 889 1.355 1
7.Protura 127 381 720 0
8.Araneae 85 42 169 0
9.Isopoda 212 339 635 0
10.Coleoptera - 42 42 0
Jumlah mesofauna
tanah 20.108 60.283 43.434 163.576 100
14. 14
Gambar 4.1. Jumlah mesofauna yang ditemukan pada setiap perlakuan.
Gambar 4.2. Beberapa taksa fauna tanah yang ditemukan pada penelitian ini (A.
Collembola ; B. Acarina ; C. Hymenoptera ; D. Annelida ; E. Araneae ; F. Isopoda
4.2. Interaksi EM dan Fauna Tanah pada Perlakuan Berbeda
Secara umum, perlakuan sampah organik yang diberi EM (perlakuan II dan III)
menunjukkan jumlah fauna tanah lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan yang tidak
diberi EM. Hal ini menunjukkan bahwa EM mampu menarik fauna tanah untuk mengkoloni
sampah organik. Hal ini kemungkinan karena komposisi utama EM terdiri dari berbagai jenis
jamur dan bakteri yanng merupakan sumber makanan bagi fauna tanah terutama pada
collembola dan acarina. Pencampuran EM dengan sampah organik terbukti disukai oleh
fauna tanah sehingga kelimpahan fauna tanah meningkat.
0
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
(I) Control (II) EM+MF (III) EM-MF
Jumlah Mesofauna
A C
D E F
B
15. 15
Mesofauna tanah pada perlakuan II, yaitu perlakuan menggunakan EM yang disertai
adanya mesofauna maupun makrofauna memiliki kelimpahan lebih tinggi dibandingkan
dengan perlakuan pemberian EM namun tanpa makrofauna (perlakuan III). Hal ini
menunjukkan interaksi antara EM dengan mesofauna maupun makrofauna lebih besar
dibandingkan interaksi EM dengan hanya mesofauna. Pada perlakuan pemberian EM,
makrofauna dan mesofauna bersama-sama memecah sampah organik menjadi fragmen-
fragmen yang lebih kecil. Selanjutnya fragmen-fragmen kecil tersebut diurai lebih lanjut oleh
mikroorganisme. Pemberian EM mampu menambah mikroorganisme yang secara langsung
mampu meningkatkan populasi beberapa kelompok mesofauna pemakan jamur seperti
collembola dan acarina.
4.3. Kemampuan Daya Resap Air pada Perlakuan Berbeda
Pada percobaan untuk mengetahui kemampuan infiltrasi air ke dalam tanah pada tiap
perlakuan diketahui bahwa perlakuan pemberian EM (perlakuan II & III) mampu
mempercepat infiltrasi air sampai dengan dua kali lipat dibandingkan kontrol (Tabel 4.2. dan
Gambar 4.3). Hal ini menunjukkan, bahwa EM dapat meningkatkan populasi fauna tanah
pembentuk biopori. Biopori dapat terbentuk melalui adanya aktivitas fauna tanah baik
makrofauna maupun mesofauna tanah. Semakin banyaknya biopori terbentuk, maka infiltrasi
air di dalam tanah semakin meningkat.
Pada perlakuan II, proses infiltrasi air kedalam tanah lebih cepat dibandingkan dengan
perlakuan III. Hal ini menunjukkan, bahwa pada perlakuan II yang memiliki kelimpahan dan
keanekaragaman mesofauna lebih tinggi (Tabel 4.1) dapat membentuk biopori lebih banyak
sehingga proses infiltrasi air lebih cepat.
Tabel 4.2. Daya resap air per liter pada lubang percobaan biopori
Gambar 4.3. Daya resap air pada setiap perlakuan.
0.000
0.010
0.020
0.030
0.040
0.050
0.060
0.070
(I) Control (II) EM+MF (III) EM-MF
Daya Resap Air (Liter/detik)
Perlakuan Daya Resap (Liter/detik)
(I) Kontrol 3,3 x 10-2
(II) EM 6,5 x 10-2
(III) EM-MF 4,8 x 10-2
16. 16
BAB V
Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah :
Pemberian EM pada sampah organik mampu meningkatkan daya resap tanah hingga
dua kali lipat lebih cepat dari pada perlakuan tanpa pemberian EM dan tanpa
kehadiran fauna tanah.
Fauna tanah khususnya mesofauna memilik interaksi positif dengan mikroorganisme
dalam menguraikan sampah organik.
EM terbukti dapat meningkatkan kelimpahan dan keanekaragaman fauna tanah yang
berperan dalam pembentukan biopori tanah .
.
17. 17
DAFTAR PUSTAKA
Johnherf. 2008. Biopori sebagai peresap air mengatasi banjir dan sampah
http://johnherf.wordpress.com/2008/02/21/biopori-sebagai-peresap-air-mengatasi-
banjir-dan-sampah/
Rahmawaty. 2004. Studi Keanekaragaman Mesofauna Tanah Di Kawasan Hutan Wisata
Alam Sibolangit. Jurusan Kehutanan Program Studi Manajemen Hutan Fakultas
Pertanian, Fakultas Sumatera Utara.
Walwork, J.A. 1976. The distribution and diversity of soil fauna. Academic Press. Inc.
Higa, T. And J.F. Parr. 1994. Beneficial and effective microorganism for a sustainable
agriculture and environment. International Nature Farming Reserach Center, Atami,
Japan, p. 16.
Higa, T. And G.N. Wididana. 1991. Concept and theories of effective microorganism. In:
Proceeding of the first International Conference on Kyusei Nature Farming, US
Department of Agriculture, Washington, DC, USA. 118
Primavesi, A. 1999. EM technology and organic matter amandements in the tropics. The
Sixth International Converence on Kyusei Nature Farming.
Khaliq, A., M.K. Abbasi., T . Hussain. 2006. Effects of integrated use of organic and
inorganic nutrients source with effective microorganism(EM) on seed cotton yield in
Pakistan. Bioresource Technology 97: 967-972.
Tokeshi, H., M.A.T. Lima., J.A. Jorge. 1999. Effect of EM and green manure on soil
productivity in Brazil. The six International Conference on Kyusei Nature Farming.