2. Peran sebagai konselor merupakan peran yang
paling utama di dalam metode PSI.
Konseling merupakan suatu keahlian yang
memerlukan pendidikan dan pelatihan khusus.
Konseling adalah memberikan pertolongan kepada
orang lain melalui proses “mendengar” dan
“berbicara” tentang masalah yang dihadapi oleh
orang tersebut.
Dalam buku Zastrow (The Practice of Social Work,
1985), proses konseling dapat dilihat dari 2
perspektif:
a. Proses Konseling berdasarkan Perspektif
Pekerja Sosial
b. Proses Konseling berdasarkan Perspektif Klien.
3. Proses Konseling berdasarkan
Perspektif Pekerja Sosial
Konseling dilakukan melalui 3 fase:
1. Membangun relasi (building a relationship)
2. Menggali masalah secara mendalam (exploring
problems in depth)
3. Menggali solusi alternatif (exploring alternatif
solutions)
4. 1. Membangun relasi (building a relationship)
Tahap ini merupakan tahap “pertunangan” (engagement)
antara konselor dengan klien.
Pekerja sosial dituntut untuk bisa membangun suasana
yang kondusif dan menyenangkan, sehingga klien tidak
memiliki keraguan atau rasa takut untukmengemukakan
masalahnya.
Pekerja sosial perlu menunjukkan sikap penerimaan,
respek, dan perhatian kepada klien.
Tahap pendahuluan ini pada dasarnya merupakan “tahap
penjualan diri pekerja sosial” kepada klien, sehingga
pekerja sosial harus menjauhkan diri dari sikap arogan,
sombong, moralistik. Tetapi sebaliknya, dia harus bersikap
tenang, tidak tertawa, tidak menilai (non-judgemental) saat
klien membuka percakapan.
5. 2. Menggali masalah secara mendalam
(exploring problems in depth)
Pada tahap ini, Pekerja Sosial dan klien terlibat dalam
penggalian informasi secara lengkap dan mendalam
mengenai kesulitan-kesulitan yang dialami klien.
Dimensi masalah yang perlu digali:
a. Apa jenis masalah yang dialami klien
b. Bagaimana tingkat masalahnya
c. Berapa lama masalah tersebut telah terjadi
d. Apa penyebabnya
e. Bagaimana perasaan klien mengenai masalah tersebut
f. Bagaimana kekuatan dan kemampuan fisik maupun
mental klien dalam menghadapi masalah yang
dialaminya.
Pekerja sosial tidak boleh tergesa-gesa untuk segera
memberikan solusi disaat masalah klien baru saja
teridentifikasi.
6. 3. Menggali solusi alternatif (exploring alternatif
solutions)
Setelah masalah diyakini telah terungkap secara
mendalam, pada tahap ini Pekerja sosial bersama dengan
klien lalu menggali berbagai kemungkinan alternatif
pemecahan masalah.
Biasanya, pekerja sosial mengidentifikasi beberapa
alternatif, kemudian mendiskusikan dengan klien tentang
kecocokan, kelebihan dan keterbatasan dari setiap
alternatif pemecahan masalah.
Prinsip yang perlu diperhatikan pada tahap ini, bahwa klien
memiliki hak untuk menentukan nasibnya sendiri (the right
to self determination). Ia memiliki hak untuk memilih
beberapa alternatif yang paling sesuai dengan aspirasi
dan keadaan klien.
Sehingga, tugas Pekerja sosial adalah membantu klien
memahami dan memperjelas konsekuensi-konsekuensi
dari masing-masing alternatif yang tersedia, dan bukan
memberi pilihan secara sepihak.
7. Ada 2 kemungkinan jika Pekerja sosial secara
sepihak menentukan pilihan tindakan bagi klien:
Alternatif tidak sesuai dengan keinginan dan
kemampuan klien, sehingga klien akan
menyalahkan Pekerja sosial di kemudian hari.
Alternatif sesuai dengan aspirasi klien, dan
tentu memberi manfaat bagi klien, tetapi
bahayanya adalah bahwa klien akan menjadi
tergantung kepada Pekerja sosial.