SlideShare a Scribd company logo
PEDOMAN
PENGENDALIAN HAMA TERPADU
PADA TANAMAN PADI
BALAI PENYULUHAN PERTANIAN
KECAMATAN SUNGAI KUNYIT
KABUPATEN MEMPAWAH
2021
PEDOMAN
PENGENDALIAN HAMA TERPADU
PADA TANAMAN PADI
Tim Penyusun :
Satriani, S.P
Ibnu Santara, A.Md
Effendi, A.Md
Sapuat, S.P, MMA
BALAI PENYULUHAN PERTANIAN
KECAMATAN SUNGAI KUNYIT
KABUPATEN MEMPAWAH
2021
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Subhanahuwata’ala, atas
rahmat dan karunianya penyusun dapat menyelesaikan
Pedoman Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman
Padi di Kecamatan Sungai Kunyit. Pedoman ini disusun
sebagai salah satu acuan dalam pengendalian hama
terpadu pada tanaman padi di Kecamatan Sungai Kunyit.
Pedoman ini memuat informasi tentang data hama
penyakit, musuh alami dan tanaman refugia serta konsep
pengendalian hama terpadu pada tanaman padi di
Kecamatan Sungai Kunyit. Dengan pedoman ini
diharapkan petani dapat memahami pengendalian hama
terpadu pada tanaman padi berdasarkan ekosistem
setempat.
Pedoman ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu masukan dari berbagai pihak sangat
diharapkan sehingga pedoman ini menjadi lebih baik.
Semoga pedoman ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca secara umum dan penyusun secara khusus.
Mempawah, Mei 2021
Penyusun
Satriani, S.P
NIP. 19950911 202012 2 010
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................i
DAFTAR ISI ........................................................................ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................iv
DAFTAR TABEL ................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN ................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................ 1
B. Tujuan .............................................................2
C. Sasaran ............................................................2
BAB II KEANEKARAGAMAN HAYATI ...........................3
A. Data Hama Penyakit .......................................3
B. Musuh Alami ...................................................4
C. Tanaman Refugia ............................................6
BAB III PENGENDALIAN HAMA TERPADU .................9
A. Budidaya Tanaman Sehat ...............................9
B. Persiapan Lahan ...........................................10
C. Penerapan Jajar Legowo ...............................11
D. Pemupukan Berimbang .................................11
E. Pengaturan Tata Air ......................................12
F. Pengamatan dan Pengendalian OPT ............12
G. Panen dan Pasca Panen ................................42
BAB IV PENUTUP ..........................................................43
iii
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................44
LAMPIRAN
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Sistem tanam jajar legowo 2 : 1 dan 4 : 1 ..........11
Gambar 2 Stadia Scirpophaga incertulas ....................... 12
Gambar 3 Stadia Scirpophaga innotata .......................... 13
Gambar 4 Gejala Sundep ..................................................14
Gambar 5 Gejala Beluk......................................................14
Gambar 6 Tikus Sawah......................................................16
Gambar 7 Gejala serangan tikus di persemaian............... 17
Gambar 8 Gejala serangan tikus Fase Vegetatif...............18
Gambar 9 Gejala serangan tikus Fase Generatif ..............18
Gambar 10 Hama Putih Palsu...........................................19
Gambar 11 Gejala serangan Hama Putih Palsu ............... 20
Gambar 12 Stadia Walang Sangit......................................21
Gambar 13 Gejala Serangan Walang Sangit .....................22
Gambar 14 Siput Murbei ...................................................23
Gambar 15 Gejala Serangan Siput Murbei .......................24
Gambar 16 Gryllotalpa Africana......................................25
Gambar 17 Gejala Serangan Orong-orong........................26
Gambar 18 Lalat Daun Padi ..............................................27
Gambar 19 Gejala Serangan Lalat Daun Padi ................. 28
Gambar 10 Wereng Coklat (Nilaparvata lugens)............29
Gambar 21 Gejala Wereng Batang Coklat.........................29
v
Gambar 22 Wereng hijau (Nephotettix virescen) ........... 30
Gambar 23 Gejala Serangan Lalat ereng Hijau................31
Gambar 24 Burung Pipit ...................................................33
Gambar 25 Gejala Serangan Burung Pipit........................34
Gambar 26 Ulat Grayak.....................................................35
Gambar 27 Gejala Serangan Ulat Grayak .........................36
Gambar 28 Pyricularia oryzae.........................................37
Gambar 29 Gejala Penyakit Blas...................................... 38
Gambar 30 Helminthosporium oryzae............................39
Gambar 31 Gejala Penyakit Bercak Coklat .......................39
Gambar 32 Xanthomonas oryzae.................................... 40
Gambar 33 Gejala Penyakit Hawar Bakteri......................41
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Data Hama pada Tanaman Padi di Kecamatan
Sungai Kunyit.........................................................3
Tabel 2 Data Penyakit pada Tanaman Padi di Kecamatan
Sungai Kunyit.........................................................3
Tabel 3 Musuh Alami...........................................................4
Tabel 4 Jenis Tanaman Refugia..........................................7
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 6
tahun 1995 tentang perlindungan tanaman, Instruksi
Presiden Nomor 3 tahun 1986, Undang-undang Nomor
12 tahun 1992 tentang sistem budidaya tanaman pada
pasal 5 yang menyebutkan bahwa perlindungan
tanaman dilaksanakan dengan sistem pengendalian
hama terpadu.
Perlindungan tanaman berperan dalam menjaga
kuantitas, kualitas, kontinuitas, hasil dan efisiensi
produksi. Hal ini sejalan dengan konsep pengendalian
hama terpadu yang didasarkan pada pertimbangan
ekologi dan efisiensi ekonomi dalam rangka
pengelolaan ekosistem yang berwawasan lingkungan
berkelanjutan.
Pengendalian hama oleh petani dengan
menggunakan pestisida secara tidak tepat dan
berlebihan berdampak terhadap kerusakan lingkungan
dan kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan
suatu pedoman sebagai informasi bagi petani dalam
pengendalian hama terpadu pada tanaman padi.
2
B. Tujuan
Tujuan penyusunan pedoman adalah untuk
memberikan informasi mengenai data hama penyakit,
musuh alami dan tanaman refugia serta konsep
pengendalian hama terpadu pada tanaman padi di
Kecamatan Sungai Kunyit.
C. Sasaran
Adapun sasaran dari penyusunan pedoman ini
adalah kelompok tani Kecamatan Sungai Kunyit, dalam
rangka perlindungan dan pemberdayaan petani.
3
BAB II
KEANEKARAGAMAN HAYATI
A. Data Hama Penyakit
Tabel 1. Data Hama pada Tanaman Padi Kecamatan
Sungai Kunyit
NO JENIS HAMA PSM
DISTRIBUSI HAMA
PENYAKIT
PERINGKAT
SERANGAN
VGT RPD PMS GD RD
1 Penggerek Batang     I I
2 Tikus     II II
3 Hama Putih Palsu     V III
4 Walang sangit  III IV
5 Siput Murbei   IV V
6 Orong-orong   VI VI
7 Lalat Daun  VII VII
8 Wereng     VIII VIII
9 Burung Pipit  IX IX
10 Ulat Grayak     X X
Ket* PSM (Persemaian), VGT (Vegetatif), RPD (Reproduktif), PMS
(Pemasakan), GD (Gadu), RD (Rendengan)
Tabel 2. Data Penyakit pada Tanaman Padi Kecamatan
Sungai Kunyit
NO JENIS HAMA
FASE PERTUMBUHAN
PERINGKAT
SERANGAN
PSM VGT RPD PMS GD RD
1 Blast     I I
2 Bercak Coklat     III II
3 Bakteri Hawar Daun     II III
Ket* PSM (Persemaian), VGT (Vegetatif), RPD (Reproduktif), PMS
(Pemasakan), GD (Gadu), RD (Rendengan)
4
B. Musuh Alami
Musuh alami adalah organisme yang ditemukan
di alam yang dapat membunuh sekaligus melemahkan
serangga dan mengurangi fase reproduktif dari
serangga. Musuh alami dalam kehidupannya secara
aktif mencari, memangsa maupun memarasit dan
membunuh serangga-serangga hama.
Tabel 3. Musuh Alami
No Gambar Ciri-ciri Mangsa
1 Kumbang
Coccinelidae
Kumbang dewasa
memiliki sayap
berbentuk kubah
berwarna kuning,
orange atau
merah dengan
totol hitam
bervariasi
Kutu-kutuan,
Tungau,
Trips,
Wereng
2 Paederus fuscipes
Curtis
Kumbang dewasa
berwarna orange
kemerahan
dengan warna
hitam dibagian
pangkal sayap
dan ujung ekor.
Telur, larva
penggulung
daun,
penggerek
batang,
wereng
5
3 Beauveria bassiana Jamur
mikroskopik
dengan tubuh
berbentuk
benang-benang
halus (hifa). Hifa-
hifa tersebut
selanjutnya
membentuk
koloni yang
disebut miselia
Wereng,
penggerek
batang,
walang
sangit,
penggulung
daun, ulat
grayak
4 Belalang perut
kuning
Belalang dewasa
berwarna hijau
dan kekuningan
pada bagian
perut. Antenna
dikepalanya
melebihi dua kali
panjang
tubuhnya.
Telur
kepinding,
telur walang
sangit, telur
penggerek
batang,
nympa
wereng.
5 Jangkrik Sawah Serangga dewasa
dan nympa
berwarna coklat,
jangkrik dewasa
akan kehilangan
sayap belakang
setelah menetap
di lingkungan
persawahan.
Telur
penggerek
batang,
larva
penggulung
daun, larva
grayak,
nympa
wereng.
6
6 Capung Sawah Capung dewasa
memiliki banyak
warna,abdomen
yang ramping
menyerupai
jarum, serta
memiliki sayap
yang sempit, tipis
dan transparan
Nympa
wereng,
penggulung
daun, dan
penggerek
batang.
7 Laba-laba Laba-laba dewasa
umumnya
berwarna coklat,
ukuran bervariasi
tergantung
jenisnya. Ada
yang membentuk
jarring untuk
menangkap
mangsanya, ada
yang tidak.
Serangga
kecil,
ngengat dan
wereng.
C. Tanaman Refugia
Tanaman refugia adalah tanaman yang berpotensi
sebagai tempat perlindungan dan sumber pakan bagi
serangga musuh alami baik predator maupun
parasitoid. Manipulasi habitat dapat dilakukan dengan
menanam tumbuhan berbunga (insectary plant) yang
7
berfungsi sebagai sumber pakan, inang musuh alami,
dan refuji bagi musuh alami.
Tabel 4. Jenis Tanaman Refugia
No Gambar Ciri-ciri
1 Bunga Pacar Air
(Impatiens balsamina
L)
Akar serabut, batang basah,
daunnya bergerigi, warna
bunga menarik dan
beragam, buahnya
berbentuk lonjong, biji
berbentuk bulat berwarna
hitam
2 Bunga Kenikir (Cosmos
caudatus)
Tanaman kenikir berakar
tunggang, batang atas
berwana hijau pecabangan,
daun berwarna hijau,
berpasangan bersilang
berhadapan, berbagi
menyirip, ujung runcing,
tepi rata.
3 Bunga Matahari
(Helianthus annus) Batang tunggal tidak
bercabang, daun hijau tua
lebar dan besar, kelopak
bunga majemuk berlapis
berwarna kuning, biji yang
sangat banyak dalam bunga.
8
4 Elegans Zinnia daunnya berwarna hijau,
letaknya berhadapan.
Helaian daun bentuknya
memanjang, Bentuk
bunganya seperti bunga
Aster, dengan warna yang
beraneka ragam
5 Bunga Marigold Bunga berwarna kuning
atau orange bentuk
membulat, mempunyai
beberapa kelopak yang
saling bertumpukan, Daun-
daun serta batangnya
tumbuh membentuk seperti
semak.
6 Bunga Geranium akar serabut, batang
berbentuk bulat, daun
tunggal bentuk elips ujung
runcing tidak tajam, bunga
memiliki 5 helai mahkota
berbentuk seperti terompet,
warna pink dan putih.
9
BAB III
PENGENDALIAN HAMA TERPADU
Pengendalian hama terpadu merupakan suatu cara
pendekatan atau cara berpikir tentang pengendalian OPT
yang didasarkan pada pertimbangan ekologi dan ekonomi
melalui pengelolaan agrosistem yang berwawasan
lingkungan dan berkelanjutan.
A. Budidaya Tanaman Sehat
Mengelola lingkungan tanaman sedemikian rupa
sehingga menjadi kurang cocok bagi kehidupan dan
perkembangan hama serta dapat mengurangi laju
peningkatan populasi hama dan kerusakan tanaman.
Selain itu diupayakan untuk dapat mendorong
berfungsinya musuh alami sebagai pengendali hama
yang efektif.
Strategi membudidayakan tanaman dengan
memadukan semua teknologi budidaya berbasis ramah
lingkungan sehingga dihasilkan tanaman yang sehat,
diantaranya penggunaan varietas tahan dan tanam
serentak.
10
B. Persiapan Lahan
1. Pembersihan/sanitasi Lahan
Melakukan sanitasi lahan agar lahan bersih
dari segala macam sumber pengganggu
pertumbuhan yang meliputi gulma, akar-akar
tanaman dan bahan-bahan kontaminan lain. Tujuan
sanitasi lahan untuk memudahkan perakaran
tanaman berkembang dan menghilangkan
tumbuhan inang bagi hama dan penyakit serta
memberantas atau mengendalikan kontaminan
hama penyakit dalam tanah.
2. Pengolahan Tanah
Melakukan pembajakan bermanfaat untuk
pemberantasan gulma, yaitu biji gulma akan
terendam, menambah unsur hara organik, karena
rumput yang terbenam dan tercampur dengan tanah
akan menjadi pupuk hijau, dan mengurangi
pertumbuhan hama penyakit.
11
C. Penerapan Jajar Legowo
Gambar 1 . Sistem tanam jajar legowo 2 : 1 dan 4 : 1
Dengan adanya barisan kosong pada lahan
pertanaman, lingkungan akan lebih terbuka sehingga
beberapa hama terutama tikus tidak menyukai tempat
tersebut. Sistem jajar legowo juga dapat mengurangi
kelembaban sehingga perkembangan penyakit bisa
ditekan.
D. Pemupukan Berimbang
Pemupukan disesuaikan dengan kebutuhan
tanaman dan tingkat kesuburan tanah setempat agar
efektivitas dan efisiensi penggunaan pupuk dan
produksi dapat ditingkatkan tanpa merusak
lingkungan. Apabila semua kebutuhan zat hara cukup,
tanaman dapat mencapai hasil dan kualitas yang tinggi
dan pertumbuhan tanaman sehat. Tanaman sehat
mempunyai ketahanan ekologis yang tinggi terhadap
gangguan Organisme Pengganggu Tanaman.
12
E. Pengaturan Tata Air
Melakukan pengelolaan tata air sawah dapat
membantu memudahkan pengendalian hama keong
mas, mengurangi penyebaran hama wereng coklat dan
penggerek batang, serta mengurangi kerusakan
tanaman padi karena hama tikus.
F. Pengamatan dan Pengendalian Organisme Pengganggu
Tanaman
Perkembangan populasi hama penyakit tanaman
padi dan musuh alaminya serta kondisi tanaman dapat
diketahui dengan melakukan pengamatan secara rutin.
Informasi yang diperoleh dari hasil pengamatan dapat
digunakan sebagai dasar tindakan pengendalian yang
akan dilakukan.
1. Penggerek Batang (Scirpophaga incertulas,
Scirpophaga innotata)
Gambar 2. Stadia Scirpophaga incertulas
13
Kelompok telur ditutupi rambut halus
berwarna coklat kekuningan. Larva berwarna putih
kekuningan sampai kehijauan, dengan panjang
maksimum 25 mm. Pupa berwarna kekuning-
kuningan atau agak putih, dengan kokon berupa
selaput benang berwarna putih, berada di dalam
pangkal batang. Imago ditandakan dengan sayap
ngengat yang berwarna kuning dengan titik hitam
pada sayap depan.
Gambar 3. Stadia Scirpophaga innotata
Telur diletakkan berkelompok pada permukaan
atas daun atau pelepah. Bentuk kelompok telur sama
dengan kelompok telur penggerek batang padi
kuning. Kelompok telur di tutupi rambut halus
berwarna coklat kekuning-kuningan Bentuk larva
mirip larva penggerek batang padi kuning berwarna
putih kekuningan, larva yang berdiapause akan
menjadi pupa. Sayap ngengat berwarna putih
dengan ukuran betina 13 mm dan jantan 11 mm.
14
Gambar 4. Gejala Sundep
Gejala serangan larva penggerek batang pada
fase vegetatif yaitu pucuk batang padi menjadi
kering kekuningan serta mudah dicabut, biasa
disebut sundep (gambar 4).
Gambar 5. Gejala Beluk
Gejala serangan yang ditimbulkan larva
penggerek batang pada fase generatif menyebabkan
bulir padi menjadi hampa akibat proses pengisian
15
bijinya tidak berjalan sempurna karena kerusakan
pada pembuluh batang padi dan apabila malai
dicabut terdapat ulat pada pangkal batang, biasa
disebut beluk (gambar 5).
Pengendalian hama penggerek batang dapat
dilakukan dengan cara :
a. Pengaturan Pola Tanam
- Penanaman serentak
- Pergiliran tanaman
- Pengelompokan persemaian
- Pengaturan waktu tanam
b. Pengendalian Fisik dan Mekanik
- Penyabitan tanaman rata permukaan tanah
saat panen diikuti penggenangan air ± 10 cm
- Pengumpulan kelompok telur penggerek
c. Pengendalian Hayati
- Pemanfaatan musuh alami yaitu kumbang
karabid, kepik
- Pengembangan parasitoid Trichogramma sp.
Pada telur Corcyra sp.
- Konservasi musuh alami
d. Pengendalian Kimia
16
- Aplikasi insektisida sebagai alternatif apabila
ditemukan kelompok telur rata-rata ≥ 1
kelompok telur atau intensitas serangan rata-
rata ≥ 5%
- Aplikasi insektisida tidak perlu dilakukan
apabila tingkat parasitasi kelompok telur ≥
50%
- Dosis insektisida butiran 5 kg/500 m2 di
persemaian
2. Tikus sawah (Rattus argentiventer Rob & Kloss)
Gambar 6. Tikus sawah
Tikus termasuk golongan binatang mengerat
atau Rodensia yang aktif pada malam hari
(nocturnal). Tikus Sawah (Rattus argentiventer)
merupakan hama utama padi mempunyai potensi
17
perkembangbiakan cepat sehingga populasinya kan
berkembang dengan cepat pula.
Pada tanaman padi hama tikus merupakan
hama yang cukup sulit dikendalikan karena
kemampuan adaptasi, mobilitas, dan kemampuan
berkembangbiak, serta daya rusaknya yang tinggi
(Priyambodo, 1995). Kehilangan hasil tanaman oleh
tikus sangat besar sehingga memerlukan
pengendalian yang serius dan konseptual.
Gambar 7. Gejala serangan tikus di persemaian
Pada stadia persemaian , tikus mencabut benih
yang sudah mulai tumbuh (bibit) untuk memakan
bagian biji yang masih tersisa (endosperm).
18
Gambar 8. Gejala serangan tikus fase vegetatif
Pada stadia vegetatif, tikus memotong bagian
pangkal batang untuk memakan bagian batangnya.
Gambar 9. Gejala serangan tikus fase generatif
pada stadia generatif, tikus memotong pangkal
batang untuk memakan bagian malai atau bulirnya.
Pengendalian tikus dapat dilakukan dengan
cara :
a. Tanam serentak
b. Minimalisasi ukuran pematang dan tanggul
c. Sanitasi lingkungan
19
d. Pemanfaatan tanaman perangkap
e. Pemanfaatan musuh alami yaitu kucing, anjing,
ular sawah, burung hantu
f. Pengendalian fisik dan mekanik
- Penggenangan lahan
- Gropyokan
- Pemasangan bubu perangkap
- Pemanfaatan jarring
- Fumigasi atau pengomposan beracun dan
pengumpanan beracun
3. Hama Putih Palsu (Cnaphalocrocis medinalis)
Gambar 10. Hama Putih Palsu
Ngengat berwarna kuning coklat yang memiliki
tiga buah pita hitam dengan garis lengkap atau
terputus pada bagian sayap depan. Pada saat
beristirahat, ngengat berbentuk segi tiga (gambar 7).
Larva berwarna hijau muda dan kepala berwarna
20
coklat, , panjang 20-24 mm lebar 2,0 mm (gambar
7), instar 2 mampu melipat daun sedangkan instar 6
akan tetap berada dalam lipatan daun hingga
menjadi pupa, daur hidup 33-34 hari.
Serangan hama putih palsu terjadi pada saat
tanaman masih dalam fase vegetatif dan saat
tanaman sudah mulai keluar malai. Ledakan
populasi dapat terjadi pada musim tanam setelah
melewati musim kemarau yang panjang
Gambar 11. Gejala Serangan Hama Putih Palsu
Kerusakan akan terjadi yang ditandai dengan
adanya warna putih pada daun di pertanaman. Larva
memakan jaringan hijau daun dari dalam lipatan
daun meninggalkan permukaan bawah daun yang
berwarna putih.
21
Pengendalian hama putih palsu atau hama
pelipat daun dapat dilakukan dengan cara :
a. Pengaturan air irigasi (pengeringan sawah 5-7
hari)
b. Penggunaan insektisida (apabila ditemukan
intensitas serangan rata-rata ≥25 %)
4. Walang sangit (Leptocorisa oratorius)
Gambar 12. Stadia walang sangit
Walang sangit dewasa meletakkan telurnya
pada bagian atas daun tanaman. Telur berbentuk
oval dan pipih berwarna coklat kehitaman, diletakan
satu persatu dalam 1-2 baris sebanyak 12-16 butir.
Lama stadia telur walang sangit adalah 7 hari. Telur
yang telah menetas dan menjadi nimfa akan
bergerak ke malai untuk mencari bulir padi yang
22
sedang stadia masak susu. Sedangkan bulir padi
yang sudah keras tidak disukai.
Nimfa walang sangit berwarna hijau dan lama-
kelamaan berangsur-angsur berubah warna menjadi
coklat. Nimfa ini akan mengalami ganti kulit hingga
5 kali. Serangga dewasa pada pagi hari aktif terbang
dari rumpun ke rumpun sedangkan penerbangan
yang jauh terjadi pada sore atau malam hari.
Gambar 13. Gejala serangan walang sangit
Gejala serangan pada fase pemasakan dengan cara
hama menghisap cairan bulir padi yang sedang
mengisi sehingga menyebabkan bulir padi menjadi
hampa atau pengisiannya tidak sempurna.
Pengendalian hama walang sangit dapat
dilakukan dengan cara :
a. Tanam serentak
23
b. Sanitasi lingkungan
c. Pengumpulan serangga dengan pemasangan
perangkap
d. Penggunaan insektisida (apabila ditemukan
walang sangit rata-rata ≥10 ekor/rumpun pada
stadia setelah berbunga )
5. Siput Murbei (Pomacea canaliculata Lamarck)
Gambar 14. Siput Murbei
Telur diletakkan secara berkelompok pada
pangkal batang padi, berwarna merah jambu
menyerupai buah murbei. Imago mempunyai
cangkang berwarna kuning keemasan, siput jantan
lebih kecil dibandingkan siput betina. Perbedaan
khas siput jantan dan betina adalah garis melingkar
pada tutup cangkang, siput jantan menonjol kearah
luar sedangkan betina melekuk kearah dalam.
24
Gambar 15. Gejala serangan siput murbei
Gejala pertanaman padi yang terserang hama
ini ditandai dengan rumpun yang hilang serta
adanya potongan daun yang mengambang
dipermukaan air. Tanaman padi yang terserang bisa
habis dari pucuk daun hingga ke batang padi muda.
Akibatnya tanaman menjadi merana bahkan
mengalami gagal panen
Pengendalian siput murbei dapat dilakukan
dengan cara :
a. Pengendalian mekanis dengan pembuatan parit
disekeliling lahan dan memasang ajir untuk
mengumpulkan kelompok telur
b. Pemanfaatan musuh alami yaitu bebek, ikan mas
dan mujair
c. Pengumpulan siput dewasa
d. Pemasangan perangkap umpan batang pepaya
25
6. Orong-orong sawah atau Anjing tanah (Gryllotalpa
Africana)
Gambar 16. Gryllotalpa Africana
Telur anjing tanah atau orong-orong diletakkan
dalam lubang tanah yang dalam secara
berkelompok, terdiri dari 30-50 butir
telur/kelompok telur. Imago memiliki tungkai depan
lebih besar, berguna untuk menggali dan luas toraks
pertama juga lebih besar, untuk membantu
mendorong tanah yang digali.
Penyebaran dengan penerbangan, serangga ini
dapat terbang kuat meskipun bersayap
pendek. Serangga jantan dapat mengeluarkan bunyi.
Orong-orong bersifat kanibal, hidup di pematang
dan sawah yang tidak tergenang air, aktif pada
malam hari dan tertarik pada cahaya lampu,
beristirahat pada siang hari, menyerang tanaman
yang berakar serabut.
26
Gambar 17. Gejala serangan orong-orong
Gejala serangan hama ini yaitu pangkal batang
tanaman akan terliat bekas potongan. Selain itu,
akar muda tanaman juga rusak akibat serangan
hama ini. Selanjutnya, tanaman padi yang terserang
hama ini akan mati dengan gejala yang sangat
terlihat yaitu terdapat spot-spot kosong di sawah.
Pengendalian hama orong-orong atau anjing
tanah dapat dilakukan dengan cara :
a. pengolahan tanah secara baik
b. penggenangan sawah
c. Pemasangan perangkap umpan batang pepaya
d. penggunaan insektisida sesuai rekomendasi
petugas POPT.
27
7. Lalat Daun (Atherigona exigua, A. oryzae)
Gambar 18. Lalat daun padi
Lalat bibit meletakkan telur pada pelepah daun
padi, telur A. oryzae bentuknya memanjang,
berwarna putih, berukuran panjang 1,5 mm
diletakkan di dekat tulang daun padi secara satu-
persatu atau dalam kelompok-kelompok kecil. Larva
berwarna kuning kehijau-hijauan tembus cahaya
berkembang menjadi warna putih krem dan akan
berubah menjadi kuning hingga kuning gelap.
Pupa berwarna kuning kecoklatan terletak di
dalam tanah. Imago A. oryzae berwarna kelabu
kekuningan, berukuran panjang sekitar 3-3,5 mm
memiliki bentuk kepala yang kaku dengan sepasang
antena. Pada bagian dorsal tubuhnya terdapat 2-3
28
pasang bercak warna hitam yang letaknya terdapat
di bagian abdomen yang berwarna kuning
Gambar 19. Gejala serangan lalat daun
Gejala kerusakan berupa bercak-bercak kuning
yang dapat dilihat di sepanjang tepi daun yang baru
muncul dan daun yang terserang mengalami
perubahan bentuk. Larva mmenyerang pada bagian
antara helai daun dan pangkal tempat menempelnya
daun. Larva juga menyerang titik tumbuh dengan
suplai makanan tinggi. Akibat serangan larva
tanaman padi menjadi seperti tanaman bawang.
Pengendalian hama lalat daun dapat dilakukan
dengan cara :
a. Pengaturan waktu tanam yaitu beberapa minggu
setelah turun hujan pertama pada awal musim
hujan
b. Sanitasi lingkungan
29
c. Penggunaan insektisida dengan perlakuan benih
8. Wereng (Nilaparvata lugens, Nephotettix virescen)
Gambar 20. Wereng coklat (Nilaparvata lugens)
Telur wereng berwarna putih berbentuk seperti
pisang diletakkan secara berkelompok, nimfa muda
umumnya berwarna putih semakin tua semakin
coklat, wereng muda berwarna coklat muda atau
coklat tua.
Gambar 21. Gejala serangan wereng batang coklat
30
Akibat serangan wereng batang coklat yaitu
daun dan batang tanaman menjadi berwarna
kuning, kemudian berwarna coklat, dan akhirnya
seluruh tanaman seperti disiram air panas
(hopperburn). Wereng batang coklat juga dapat
menularkan penyakit virus kerdil hampa dan kerdil
rumput.
Tanaman yang terkena virus kerdil hampa
menjadi kerdil, bagian daun seperti terpuntir,
pendek, kaku dan berlekuk-lekuk, anakan bercabang
dan malai hampa. Tanaman yang terkena virus
kerdil rumput menjadi kerdil, beranakan banyak,
daun menjadi pendek dan tidak keluar malai
Gambar 22. Wereng hijau (Nephotettix virescen)
31
Telur wereng panjang lonjong diletakkan
dalam jaringan pelepah daun dan tersusun berderet
seperti sisiran pisang. Serangga dewasa berwarna
hijau berukuran 4-6 mm sayap bagian ujung
berwarna hitam, bersama nimfa menghisap cairan
daun, aktif pada malam hari dan tertarik cahaya.
Gambar 23. Gejala serangan wereng hijau
Gejala serangan yaitu pertumbuhan tanaman
terhambat. Wereng hijau juga dapat menularkan
(31ystem) penyakit virus tungro, gejala serangan
awal di lahan biasanya khas dan menyebar secara
acak.Daun padi yang terserang virus tungro mula-
mula berwarna kuning orange dimulai dari ujung-
ujung.
Kemudian lama-kelamaan berkembang ke
bagian bawah dan tampak bintik-bintik karat
berwarna hitam. Bila keadaan ini dibiarkan jumlah
32
anakan padi akan mengalami pengurangan,
tanaman menjadi kerdil, malai yang terbentuk lebih
pendek dari malai normal selain itu banyak malai
yang tidak berisi (hampa) sehingga tidak bisa
menghasilkan.
Pengendalian hama wereng dapat dilakukan
dengan cara :
a. Pengaturan pola tanam
- Tanam serentak
- Pergiliran tanaman
- Pergiliran varietas
b. Penggunaan varietas tahan
c. Sanitasi lingkungan
d. Pengendalian hayati
- Pemanfaatan cendawan patogen serangga yaitu
Beauveria bassiana, Metarrizhium anisopliae,
M. flavoviridae dan Hirsutella citriformis
- Konservasi musuh alami
e. Eradikasi (apabila ditemukan serangan kerdil
rumput dan virus tungro)
f. Penggunaan insektisida (apabila ditemukan
wereng coklat 10 ekor/rumpun dan sesuai
rekomendasi petugas POPT)
33
9. Burung pipit (Lonchura striata)
Gambar 24. Burung pipit
Burung pipit adalah jenis hama dari kelas aves
pemakan biji-bijian yang menyerang malai
pada tanaman padi untuk memakan biji atau bulir
padi. Burung pipit dewasa siap kawin setelah
berumur 7 bulan, dan mampu bertelur sebanyak 4-8
butir. Biasanya burung pipit menaruh telurnya
didalam sarang yang diletakan di atas pohon,
umumnya terbuat dari rumput-rumput kering,
jerami dan sabut dari kelapa dengan sarang
berbentuk bulat.
34
Gambar 25. Gejala serangan burung pipit
Gejala serangan yang ditimbulkannya :burung
memakan biji-biji padi, hingga dalam waktu yang
singkat biji padi akan habis atau serangan
mengakibatkan biji hampa, dan biji banyak yang
hilang. Selain itu, tangkai buah padi mengalami
kerusakan, tangkai patah, dan sisa biji
berjatuhan. Sepintas pertanaman padi yang terkena
serangan hama burung hanya menyisakan batang-
batang tanaman padi yang mongering.
Pengendalian hama burung dapat dilakukan
dengan cara :
a. Tanam serentak
b. Pemasangan alat pengusir burung tradisional
pada pertanaman padi
c. Pemasangan jaring
d. Pemasangan perangkap jebakan pipit dari bambu
35
10. Ulat grayak (Mythimna separate, Spodoptera
mauritia, Eucania unipuncta)
A B C
Gambar 26. Ulat grayak
Hama ini menyerang tanaman padi pada
semua stadia, ditemukan beberapa jenis di
pertanaman padi di Kecamatan Sungai Kunyit,
diantaranya Mythimna separate (Gambar 26 A),
Spodoptera mauritia (Gambar 26 B), Eucania
unipuncta (Gambar 26 C). Ulat grayak menyerang
tanaman padi pada malam hari dan siang harinya
bersembunyi pada pangkal tanaman, dalam tanah
atau di tempat-tempat yang tersembunyi
36
Gambar 27. Gejala serangan ulat grayak
Pada tanaman yang telah membentuk malai,
ulat grayak kadang-kadang memotong tangkai
malai, bahkan juga menyerang padi yang sudah
mulai menguning, batang padi yang mulai
menguning itu membusuk dan mati yang akhirnya
menyebabkan kegagalan panen.
Ulat yang kecil memakan daun-daun padi yang
berumur muda, dengan menggigit permukaan daun,
setelah ulat-ulat tumbuh besar, maka mereka
menjadi sangat rakus dan menghancurkan seluruh
tanaman dalam waktu yang relative singkat, sebelum
berpindah ke daerah lain.
Pengendalian hama ulat grayak dapat
dilakukan dengan cara :
37
a. Pemilihan lokasi persemaian yang jauh dari areal
rerumputan
b. Sanitasi lingkungan
c. Penggenangan lahan
d. Penggunaan insektisida (apabila ditemukan ulat
grayak rata-rata ≥2 ekor/m2
11.Blas (Pyricularia oryzae)
Gambar 28. Pyricularia oryzae
Penyakit Blas disebabkan oleh cendawan
Pyricularia oryzae atau Pyricularia grisae. Secara
morfologi cendawan Pyricularia oryzae mempunyai
konidia berbentuk bulat, lonjong, tembus cahaya
dan bersekat dua. Satu daur penyakit dimulai ketika
spora cendawan menginfeksi dan menghasilkan
suatu bercak pada daun padi dan berakhir ketika
cendawan bersporulasi dan menyebarkan spora baru
melalui udara.
38
Gambar 29. Gejala penyakit Blas
Jamur ini menyerang tanaman padi pada masa
vegetatif menimbulkan gejala blas daun (leaf blast)
dengan ditandai adanya bintik-bintik kecil pada
daun berwarna ungu kekuningan. Semakin lama
bercak menjadi besar, berbentuk seperti belah
ketupat dengan bagian tengahnya berupa titik
berwarna putih atau kelabu dengan bagian tepi
kecoklatan. Serangan pada fase generatif
menyebabkan pangkal malai membusuk, berwarna
kehitaman dan mudah patah (busuk leher).
Penyakit Blas pada tanaman padi dapat
dikendalikan dengan cara :
a. Penanaman varietas tahan
b. Pembenaman jerami sakit sebagai kompos
c. Pemakaian pupuk nitrogen secara optimal
d. Penggunaan benih sehat dan bermutu
e. Perlakuan benih dengan fungisida
39
f. Pergiliran tanaman
12. Bercak Coklat (Helminthosporium oryzae)
Gambar 30. Helminthosporium oryzae
Cendawan Helminthosporium oryzae memiliki
konidia (spora aseksual) melengkung, pada bagian
tengahnya agak melebar, mempunyai sekat 6-14,
berhilum, dan berwarna kecoklatan. Konidia ini di
bentuk pada tangkai sederhana yang tumbuh pada
bercak. Konidia ini dapat di sebarkan oleh udara dan
dapat terbawa benih.
Gambar 31. Gejala penyakit Bercak coklat
Gejala pada fase semai, daun, dan bulir padi,
fase terentan adalah saat pembentukan bunga dan
buah. Bibit yang terinfeksi mempunyai gejala busuk
pada koleoptil, batang, dan akar, akan menyebabkan
40
kematian. Bercak daun memanjang (oval), bagian
tengah berwarna kuning pucat dan kelabu,
terkadang dikelilingi halo; serangan berat akan
menyebabkan daun menjadi kering, batang dan
tangkai bulir terinfeksi patah sehingga biji keriput,
tanaman tidak membentuk malai/ malai tidak keluar
dari upih.
Penyakit Bercak coklat dapat dilakukan dengan
cara :
a. Penanaman varietas tahan
b. Penggunaan benih sehat dan bermutu
c. Pengaturan tata air sawah
d. Pemupukan berimbang
e. Sanitasi tanaman terserang
f. Penggunaan fungisida
13. Bakteri Hawar Daun (Xanthomonas oryzae)
Gambar 32. Xanthomonas oryzae
41
Bakteri penyebab Hawar Daun Bakteri
termasuk bakteri gram negative, berbentuk batang
tungga dan jarang berpasangan, berukuran 0,45-
0,75 x 0,65-2,1 mikron, bergerak dengan flagel
perkembangbiakan sangat cepat, kelompok bakteri
berupa butiran berwarna kuning keemasan dapat
dengan mudah ditemukan pada daun-daun yang
menunjukkan gejala hawar. Sumber penularan yaitu
biji, bibit, jerami, ratun, dan gulma inang.
Gambar 33. Gejala penyakit Hawar bakteri
Gejala terjadi pada tanaman yang berumur <
30 hari (pada saat persemaian atau tanaman baru
dipindah). Daun-daun berwarna hijau kelabu,
melipat dan menggulung. Dalam keadaan parah
seluruh daun menggulung, layu, dan mati. Gejala
mirip tanaman yang terserang penggerek batang.
42
Gejala terjadi pada tanaman yang telah mencapai
fase tumbuh anakan sampai fase pemasakan.
Tanaman mula-mula timbul bercak abu-abu
kekuningan umumnya pada tepi daun, gejala akan
meluas, membentuk hawar dan akhirnya daun
kering. Dengan bantuan udara, gesekan antar daun,
dan percikan air hujan massa bakteri ini berfungsi
sebagai alat penyebar penyakit Hawar Daun Bakteri.
Pengendalian penyakit Bakteri hawar daun
dapat dilakukan dengan cara :
a. Penanaman varietas tahan
b. Persemaian dilahan yang drainasenya baik
c. Pemakaian pupuk nitrogen tidak terlalu tinggi
d. Penggunaan bakterisida
G. Panen dan Pasca Panen
Pemanenan padi harus dilakukan pada umur
panen yang tepat, menggunakan alat dan mesin panen
yang memenuhi persyaratan teknis, kesehatan,
ekonomi dan agronomis, serta menerapkan panen dan
pasca panen secara tepat. Kesalahan penanganan pasca
panen dapat menurunkan mutu gabah diantaranya
terjadinya respirasi, tumbuhnya jamur, serangan
serangga dan binatang pengerat serta kutu beras.
43
BAB IV
PENUTUP
Pengendalian hama terpadu merupakan suatu cara
pendekatan atau cara berpikir tentang pengendalian OPT
yang didasarkan pada pertimbangan ekologi dan ekonomi
melalui pengelolaan agrosistem yang berwawasan
lingkungan dan berkelanjutan, yang meliputi budidaya
tanaman sehat, persiapan lahan, penerapan jajar legowo,
pemupukan berimbang, pengaturan tata air, pengamatan
dan pengendalian OPT serta penanganan panen dan pasca
panen secara tepat.
Perkembangan populasi hama penyakit tanaman
padi dan musuh alaminya serta kondisi tanaman dapat
diketahui dengan melakukan pengamatan secara rutin.
Informasi yang diperoleh dari hasil pengamatan dapat
digunakan sebagai dasar tindakan pengendalian yang
akan dilakukan.
Upaya pengendalian OPT tanaman padi di
Kecamatan Sungai Kunyit dengan mengelola
agroekosistem setempat dapat disesuaikan dengan jenis
hama penyakit meliputi pengendalian fisik, mekanik,
hayati, kultur teknis, konservasi musuh alami,
pengembangan refugia dan kimia sesuai anjuran.
44
DAFTAR PUSTAKA
Wasiati, Ati. 2007. Rekomendasi Pengendalian Hama
Terpadu pada Tanaman Padi. Jakarta : Direktorat
Perlindungan Tanaman.
Rawi, H.M., dan Diky Dwi Cahyono. 2018. Predator
Organisme Pengganggu Tumbuhan. Pontianak :
UPT PTPH Kalimantan Barat.
Lampiran 1.
Identifikasi hama penyakit padi di Kec. Sungai Kunyit
Identifikasi Musuh Alami OPT padi di Kec. Sungai Kunyit
Upaya Pengembangan Tanaman Refugia
Lampiran 2.
Koordinasi dengan Kepala Seksi Pengembangan SDM dan
Kelembagaan Petani dan Nelayan Kabupaten Mempawah
Koordinasi dengan POPT Kecamatan Sungai Kunyit
Koordinasi dengan Kepala BPP Kecamatan Sungai Kunyit

More Related Content

What's hot

Kemunduran benih (materi analisis mutu benih)
Kemunduran benih (materi analisis mutu benih)Kemunduran benih (materi analisis mutu benih)
Kemunduran benih (materi analisis mutu benih)Issuchii Liescahyani
 
Pengendalian OPT secara kimiawi
Pengendalian OPT secara kimiawiPengendalian OPT secara kimiawi
Pengendalian OPT secara kimiawi
Py Bayu
 
Laporan kadar air benih (autosaved)
Laporan kadar air benih (autosaved)Laporan kadar air benih (autosaved)
Laporan kadar air benih (autosaved)Mohammad Muttaqien
 
Makalah pengendalian gulma secara preventif
Makalah pengendalian gulma secara preventifMakalah pengendalian gulma secara preventif
Makalah pengendalian gulma secara preventif
Septian Muna Barakati
 
Laporan Akhir Dasar-dasar Agronomi
Laporan Akhir Dasar-dasar AgronomiLaporan Akhir Dasar-dasar Agronomi
Laporan Akhir Dasar-dasar AgronomiPutrimian Hairani
 
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
Moh Masnur
 
LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMAN
LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMANLAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMAN
LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMAN
dyahpuspita73
 
Laporan pengendalian gulma
Laporan pengendalian gulmaLaporan pengendalian gulma
Laporan pengendalian gulma
Tidar University
 
V. kehilangan hasil dan keputusan ekonomi pengendalian hama Daslintan
V. kehilangan hasil dan keputusan ekonomi pengendalian hama DaslintanV. kehilangan hasil dan keputusan ekonomi pengendalian hama Daslintan
V. kehilangan hasil dan keputusan ekonomi pengendalian hama Daslintan
Hario Sadewo
 
virus pada pepaya, jagung, kakao
virus pada pepaya, jagung, kakaovirus pada pepaya, jagung, kakao
virus pada pepaya, jagung, kakao
University of Lampung
 
Respon fisiologi thdp cekaman (9)
Respon fisiologi thdp cekaman (9)Respon fisiologi thdp cekaman (9)
Respon fisiologi thdp cekaman (9)f' yagami
 
Pengendalian hama terpadu (PHT) Kacang Hijau (Vigna radiata)
Pengendalian hama terpadu (PHT) Kacang Hijau (Vigna radiata)Pengendalian hama terpadu (PHT) Kacang Hijau (Vigna radiata)
Pengendalian hama terpadu (PHT) Kacang Hijau (Vigna radiata)
Novayanti Simamora
 
Identifikasi musuh alami
Identifikasi musuh alamiIdentifikasi musuh alami
Identifikasi musuh alami
muditateach
 
Diagnosis Laboratorium: Hama
Diagnosis Laboratorium: HamaDiagnosis Laboratorium: Hama
Diagnosis Laboratorium: Hama
Nurma Fauzaniar
 
Penyakit Pada Tanaman Tebu dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Tebu dan Teknik PengendaliannyaPenyakit Pada Tanaman Tebu dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Tebu dan Teknik Pengendaliannya
Ankardiansyah Pandu Pradana
 
Presentation2 hama penyakit
Presentation2 hama penyakitPresentation2 hama penyakit
Presentation2 hama penyakit
Dadan Kartiwa
 
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...
Moh Masnur
 
PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP PATOGEN
PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP PATOGENPERTAHANAN TANAMAN TERHADAP PATOGEN
PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP PATOGEN
Josua Sitorus
 

What's hot (20)

Kemunduran benih (materi analisis mutu benih)
Kemunduran benih (materi analisis mutu benih)Kemunduran benih (materi analisis mutu benih)
Kemunduran benih (materi analisis mutu benih)
 
Pengendalian OPT secara kimiawi
Pengendalian OPT secara kimiawiPengendalian OPT secara kimiawi
Pengendalian OPT secara kimiawi
 
Laporan kadar air benih (autosaved)
Laporan kadar air benih (autosaved)Laporan kadar air benih (autosaved)
Laporan kadar air benih (autosaved)
 
9. produksi benih
9. produksi benih9. produksi benih
9. produksi benih
 
Makalah pengendalian gulma secara preventif
Makalah pengendalian gulma secara preventifMakalah pengendalian gulma secara preventif
Makalah pengendalian gulma secara preventif
 
Laporan Akhir Dasar-dasar Agronomi
Laporan Akhir Dasar-dasar AgronomiLaporan Akhir Dasar-dasar Agronomi
Laporan Akhir Dasar-dasar Agronomi
 
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
 
LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMAN
LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMANLAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMAN
LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMAN
 
Laporan pengendalian gulma
Laporan pengendalian gulmaLaporan pengendalian gulma
Laporan pengendalian gulma
 
V. kehilangan hasil dan keputusan ekonomi pengendalian hama Daslintan
V. kehilangan hasil dan keputusan ekonomi pengendalian hama DaslintanV. kehilangan hasil dan keputusan ekonomi pengendalian hama Daslintan
V. kehilangan hasil dan keputusan ekonomi pengendalian hama Daslintan
 
virus pada pepaya, jagung, kakao
virus pada pepaya, jagung, kakaovirus pada pepaya, jagung, kakao
virus pada pepaya, jagung, kakao
 
Respon fisiologi thdp cekaman (9)
Respon fisiologi thdp cekaman (9)Respon fisiologi thdp cekaman (9)
Respon fisiologi thdp cekaman (9)
 
Pengendalian hama terpadu (PHT) Kacang Hijau (Vigna radiata)
Pengendalian hama terpadu (PHT) Kacang Hijau (Vigna radiata)Pengendalian hama terpadu (PHT) Kacang Hijau (Vigna radiata)
Pengendalian hama terpadu (PHT) Kacang Hijau (Vigna radiata)
 
Identifikasi musuh alami
Identifikasi musuh alamiIdentifikasi musuh alami
Identifikasi musuh alami
 
Diagnosis Laboratorium: Hama
Diagnosis Laboratorium: HamaDiagnosis Laboratorium: Hama
Diagnosis Laboratorium: Hama
 
Penyakit Pada Tanaman Tebu dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Tebu dan Teknik PengendaliannyaPenyakit Pada Tanaman Tebu dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Tebu dan Teknik Pengendaliannya
 
Presentation2 hama penyakit
Presentation2 hama penyakitPresentation2 hama penyakit
Presentation2 hama penyakit
 
3.masalah ekonomi pertanian
3.masalah ekonomi pertanian3.masalah ekonomi pertanian
3.masalah ekonomi pertanian
 
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...
 
PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP PATOGEN
PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP PATOGENPERTAHANAN TANAMAN TERHADAP PATOGEN
PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP PATOGEN
 

Similar to Pedoman pengendalian hama terpadu

7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan---ok
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan---ok7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan---ok
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan---okxie_yeuw_jack
 
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacanganxie_yeuw_jack
 
Kakao
KakaoKakao
Kakao (1)
Kakao (1)Kakao (1)
Kakao (1)
Andrew Hutabarat
 
14bookcabe
14bookcabe14bookcabe
14bookcabe
Andrew Hutabarat
 
Jurnal Ditjen PP dan PL Kemenkes RI Tahun 2013
Jurnal Ditjen PP dan PL Kemenkes RI Tahun  2013Jurnal Ditjen PP dan PL Kemenkes RI Tahun  2013
Jurnal Ditjen PP dan PL Kemenkes RI Tahun 2013humasditjenppdanpl
 
Laporan pengamatan hama dan penyakit ulat sutera dan murbei tahun 2012
Laporan pengamatan hama dan penyakit ulat sutera dan murbei tahun 2012Laporan pengamatan hama dan penyakit ulat sutera dan murbei tahun 2012
Laporan pengamatan hama dan penyakit ulat sutera dan murbei tahun 2012Askar Sohoku
 
identifikasi gejala serangan hama dan patogen pada tanaman padi dan cabai
identifikasi gejala serangan hama dan patogen pada tanaman padi dan cabaiidentifikasi gejala serangan hama dan patogen pada tanaman padi dan cabai
identifikasi gejala serangan hama dan patogen pada tanaman padi dan cabai
Dian Lestari
 
Bismillah p aperku
Bismillah p aperkuBismillah p aperku
Bismillah p aperkuEka Kurniati
 
MANAJEMEN TANAMAN SEHAT DINAS PERTANIAN DAN KP 2023 st.pptx
MANAJEMEN TANAMAN SEHAT DINAS PERTANIAN DAN KP 2023 st.pptxMANAJEMEN TANAMAN SEHAT DINAS PERTANIAN DAN KP 2023 st.pptx
MANAJEMEN TANAMAN SEHAT DINAS PERTANIAN DAN KP 2023 st.pptx
ssuserf7045f
 
Halaman seluruhnya
Halaman seluruhnyaHalaman seluruhnya
Halaman seluruhnyaIndri Chayou
 
Pupuk Agar Sawit Cepat Berbuah l Pupuk Sawit Alami l Pupuk Sawit Agar Buah Besar
Pupuk Agar Sawit Cepat Berbuah l Pupuk Sawit Alami l Pupuk Sawit Agar Buah BesarPupuk Agar Sawit Cepat Berbuah l Pupuk Sawit Alami l Pupuk Sawit Agar Buah Besar
Pupuk Agar Sawit Cepat Berbuah l Pupuk Sawit Alami l Pupuk Sawit Agar Buah Besar
asepansori
 
Laporan 2
Laporan 2Laporan 2
Laporan 2
Cardovaislami1
 
Ppt project kelompok 5 b kultur jaringan.
Ppt project kelompok 5 b kultur jaringan.Ppt project kelompok 5 b kultur jaringan.
Ppt project kelompok 5 b kultur jaringan.
Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah
 
PKM Hibah Mahasiswa
PKM Hibah MahasiswaPKM Hibah Mahasiswa
PKM Hibah Mahasiswa
iankurniawan019
 
Hama teh
Hama tehHama teh
Herfina yv j1f111217 laporan akhir
Herfina yv   j1f111217 laporan akhirHerfina yv   j1f111217 laporan akhir
Herfina yv j1f111217 laporan akhirFinayv
 
Herfina yv j1f111217
Herfina yv   j1f111217Herfina yv   j1f111217
Herfina yv j1f111217Finayv
 

Similar to Pedoman pengendalian hama terpadu (20)

7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan---ok
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan---ok7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan---ok
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan---ok
 
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan
 
Kakao
KakaoKakao
Kakao
 
Kakao (2)
Kakao (2)Kakao (2)
Kakao (2)
 
Kakao (1)
Kakao (1)Kakao (1)
Kakao (1)
 
14bookcabe
14bookcabe14bookcabe
14bookcabe
 
Jurnal Ditjen PP dan PL Kemenkes RI Tahun 2013
Jurnal Ditjen PP dan PL Kemenkes RI Tahun  2013Jurnal Ditjen PP dan PL Kemenkes RI Tahun  2013
Jurnal Ditjen PP dan PL Kemenkes RI Tahun 2013
 
Laporan pengamatan hama dan penyakit ulat sutera dan murbei tahun 2012
Laporan pengamatan hama dan penyakit ulat sutera dan murbei tahun 2012Laporan pengamatan hama dan penyakit ulat sutera dan murbei tahun 2012
Laporan pengamatan hama dan penyakit ulat sutera dan murbei tahun 2012
 
identifikasi gejala serangan hama dan patogen pada tanaman padi dan cabai
identifikasi gejala serangan hama dan patogen pada tanaman padi dan cabaiidentifikasi gejala serangan hama dan patogen pada tanaman padi dan cabai
identifikasi gejala serangan hama dan patogen pada tanaman padi dan cabai
 
Bismillah p aperku
Bismillah p aperkuBismillah p aperku
Bismillah p aperku
 
MANAJEMEN TANAMAN SEHAT DINAS PERTANIAN DAN KP 2023 st.pptx
MANAJEMEN TANAMAN SEHAT DINAS PERTANIAN DAN KP 2023 st.pptxMANAJEMEN TANAMAN SEHAT DINAS PERTANIAN DAN KP 2023 st.pptx
MANAJEMEN TANAMAN SEHAT DINAS PERTANIAN DAN KP 2023 st.pptx
 
Halaman seluruhnya
Halaman seluruhnyaHalaman seluruhnya
Halaman seluruhnya
 
Pupuk Agar Sawit Cepat Berbuah l Pupuk Sawit Alami l Pupuk Sawit Agar Buah Besar
Pupuk Agar Sawit Cepat Berbuah l Pupuk Sawit Alami l Pupuk Sawit Agar Buah BesarPupuk Agar Sawit Cepat Berbuah l Pupuk Sawit Alami l Pupuk Sawit Agar Buah Besar
Pupuk Agar Sawit Cepat Berbuah l Pupuk Sawit Alami l Pupuk Sawit Agar Buah Besar
 
Laporan 2
Laporan 2Laporan 2
Laporan 2
 
Ppt project kelompok 5 b kultur jaringan.
Ppt project kelompok 5 b kultur jaringan.Ppt project kelompok 5 b kultur jaringan.
Ppt project kelompok 5 b kultur jaringan.
 
PKM Hibah Mahasiswa
PKM Hibah MahasiswaPKM Hibah Mahasiswa
PKM Hibah Mahasiswa
 
Hama teh
Hama tehHama teh
Hama teh
 
Buku diktat diht
Buku diktat dihtBuku diktat diht
Buku diktat diht
 
Herfina yv j1f111217 laporan akhir
Herfina yv   j1f111217 laporan akhirHerfina yv   j1f111217 laporan akhir
Herfina yv j1f111217 laporan akhir
 
Herfina yv j1f111217
Herfina yv   j1f111217Herfina yv   j1f111217
Herfina yv j1f111217
 

Pedoman pengendalian hama terpadu

  • 1. PEDOMAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU PADA TANAMAN PADI BALAI PENYULUHAN PERTANIAN KECAMATAN SUNGAI KUNYIT KABUPATEN MEMPAWAH 2021
  • 2. PEDOMAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU PADA TANAMAN PADI Tim Penyusun : Satriani, S.P Ibnu Santara, A.Md Effendi, A.Md Sapuat, S.P, MMA BALAI PENYULUHAN PERTANIAN KECAMATAN SUNGAI KUNYIT KABUPATEN MEMPAWAH 2021
  • 3. i KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah Subhanahuwata’ala, atas rahmat dan karunianya penyusun dapat menyelesaikan Pedoman Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Padi di Kecamatan Sungai Kunyit. Pedoman ini disusun sebagai salah satu acuan dalam pengendalian hama terpadu pada tanaman padi di Kecamatan Sungai Kunyit. Pedoman ini memuat informasi tentang data hama penyakit, musuh alami dan tanaman refugia serta konsep pengendalian hama terpadu pada tanaman padi di Kecamatan Sungai Kunyit. Dengan pedoman ini diharapkan petani dapat memahami pengendalian hama terpadu pada tanaman padi berdasarkan ekosistem setempat. Pedoman ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu masukan dari berbagai pihak sangat diharapkan sehingga pedoman ini menjadi lebih baik. Semoga pedoman ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca secara umum dan penyusun secara khusus. Mempawah, Mei 2021 Penyusun Satriani, S.P NIP. 19950911 202012 2 010
  • 4. ii DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ............................................................i DAFTAR ISI ........................................................................ii DAFTAR GAMBAR ............................................................iv DAFTAR TABEL ................................................................vi BAB I PENDAHULUAN ................................................. 1 A. Latar Belakang ................................................ 1 B. Tujuan .............................................................2 C. Sasaran ............................................................2 BAB II KEANEKARAGAMAN HAYATI ...........................3 A. Data Hama Penyakit .......................................3 B. Musuh Alami ...................................................4 C. Tanaman Refugia ............................................6 BAB III PENGENDALIAN HAMA TERPADU .................9 A. Budidaya Tanaman Sehat ...............................9 B. Persiapan Lahan ...........................................10 C. Penerapan Jajar Legowo ...............................11 D. Pemupukan Berimbang .................................11 E. Pengaturan Tata Air ......................................12 F. Pengamatan dan Pengendalian OPT ............12 G. Panen dan Pasca Panen ................................42 BAB IV PENUTUP ..........................................................43
  • 6. iv DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1 Sistem tanam jajar legowo 2 : 1 dan 4 : 1 ..........11 Gambar 2 Stadia Scirpophaga incertulas ....................... 12 Gambar 3 Stadia Scirpophaga innotata .......................... 13 Gambar 4 Gejala Sundep ..................................................14 Gambar 5 Gejala Beluk......................................................14 Gambar 6 Tikus Sawah......................................................16 Gambar 7 Gejala serangan tikus di persemaian............... 17 Gambar 8 Gejala serangan tikus Fase Vegetatif...............18 Gambar 9 Gejala serangan tikus Fase Generatif ..............18 Gambar 10 Hama Putih Palsu...........................................19 Gambar 11 Gejala serangan Hama Putih Palsu ............... 20 Gambar 12 Stadia Walang Sangit......................................21 Gambar 13 Gejala Serangan Walang Sangit .....................22 Gambar 14 Siput Murbei ...................................................23 Gambar 15 Gejala Serangan Siput Murbei .......................24 Gambar 16 Gryllotalpa Africana......................................25 Gambar 17 Gejala Serangan Orong-orong........................26 Gambar 18 Lalat Daun Padi ..............................................27 Gambar 19 Gejala Serangan Lalat Daun Padi ................. 28 Gambar 10 Wereng Coklat (Nilaparvata lugens)............29 Gambar 21 Gejala Wereng Batang Coklat.........................29
  • 7. v Gambar 22 Wereng hijau (Nephotettix virescen) ........... 30 Gambar 23 Gejala Serangan Lalat ereng Hijau................31 Gambar 24 Burung Pipit ...................................................33 Gambar 25 Gejala Serangan Burung Pipit........................34 Gambar 26 Ulat Grayak.....................................................35 Gambar 27 Gejala Serangan Ulat Grayak .........................36 Gambar 28 Pyricularia oryzae.........................................37 Gambar 29 Gejala Penyakit Blas...................................... 38 Gambar 30 Helminthosporium oryzae............................39 Gambar 31 Gejala Penyakit Bercak Coklat .......................39 Gambar 32 Xanthomonas oryzae.................................... 40 Gambar 33 Gejala Penyakit Hawar Bakteri......................41
  • 8. vi DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1 Data Hama pada Tanaman Padi di Kecamatan Sungai Kunyit.........................................................3 Tabel 2 Data Penyakit pada Tanaman Padi di Kecamatan Sungai Kunyit.........................................................3 Tabel 3 Musuh Alami...........................................................4 Tabel 4 Jenis Tanaman Refugia..........................................7
  • 9. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 1995 tentang perlindungan tanaman, Instruksi Presiden Nomor 3 tahun 1986, Undang-undang Nomor 12 tahun 1992 tentang sistem budidaya tanaman pada pasal 5 yang menyebutkan bahwa perlindungan tanaman dilaksanakan dengan sistem pengendalian hama terpadu. Perlindungan tanaman berperan dalam menjaga kuantitas, kualitas, kontinuitas, hasil dan efisiensi produksi. Hal ini sejalan dengan konsep pengendalian hama terpadu yang didasarkan pada pertimbangan ekologi dan efisiensi ekonomi dalam rangka pengelolaan ekosistem yang berwawasan lingkungan berkelanjutan. Pengendalian hama oleh petani dengan menggunakan pestisida secara tidak tepat dan berlebihan berdampak terhadap kerusakan lingkungan dan kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan suatu pedoman sebagai informasi bagi petani dalam pengendalian hama terpadu pada tanaman padi.
  • 10. 2 B. Tujuan Tujuan penyusunan pedoman adalah untuk memberikan informasi mengenai data hama penyakit, musuh alami dan tanaman refugia serta konsep pengendalian hama terpadu pada tanaman padi di Kecamatan Sungai Kunyit. C. Sasaran Adapun sasaran dari penyusunan pedoman ini adalah kelompok tani Kecamatan Sungai Kunyit, dalam rangka perlindungan dan pemberdayaan petani.
  • 11. 3 BAB II KEANEKARAGAMAN HAYATI A. Data Hama Penyakit Tabel 1. Data Hama pada Tanaman Padi Kecamatan Sungai Kunyit NO JENIS HAMA PSM DISTRIBUSI HAMA PENYAKIT PERINGKAT SERANGAN VGT RPD PMS GD RD 1 Penggerek Batang     I I 2 Tikus     II II 3 Hama Putih Palsu     V III 4 Walang sangit  III IV 5 Siput Murbei   IV V 6 Orong-orong   VI VI 7 Lalat Daun  VII VII 8 Wereng     VIII VIII 9 Burung Pipit  IX IX 10 Ulat Grayak     X X Ket* PSM (Persemaian), VGT (Vegetatif), RPD (Reproduktif), PMS (Pemasakan), GD (Gadu), RD (Rendengan) Tabel 2. Data Penyakit pada Tanaman Padi Kecamatan Sungai Kunyit NO JENIS HAMA FASE PERTUMBUHAN PERINGKAT SERANGAN PSM VGT RPD PMS GD RD 1 Blast     I I 2 Bercak Coklat     III II 3 Bakteri Hawar Daun     II III Ket* PSM (Persemaian), VGT (Vegetatif), RPD (Reproduktif), PMS (Pemasakan), GD (Gadu), RD (Rendengan)
  • 12. 4 B. Musuh Alami Musuh alami adalah organisme yang ditemukan di alam yang dapat membunuh sekaligus melemahkan serangga dan mengurangi fase reproduktif dari serangga. Musuh alami dalam kehidupannya secara aktif mencari, memangsa maupun memarasit dan membunuh serangga-serangga hama. Tabel 3. Musuh Alami No Gambar Ciri-ciri Mangsa 1 Kumbang Coccinelidae Kumbang dewasa memiliki sayap berbentuk kubah berwarna kuning, orange atau merah dengan totol hitam bervariasi Kutu-kutuan, Tungau, Trips, Wereng 2 Paederus fuscipes Curtis Kumbang dewasa berwarna orange kemerahan dengan warna hitam dibagian pangkal sayap dan ujung ekor. Telur, larva penggulung daun, penggerek batang, wereng
  • 13. 5 3 Beauveria bassiana Jamur mikroskopik dengan tubuh berbentuk benang-benang halus (hifa). Hifa- hifa tersebut selanjutnya membentuk koloni yang disebut miselia Wereng, penggerek batang, walang sangit, penggulung daun, ulat grayak 4 Belalang perut kuning Belalang dewasa berwarna hijau dan kekuningan pada bagian perut. Antenna dikepalanya melebihi dua kali panjang tubuhnya. Telur kepinding, telur walang sangit, telur penggerek batang, nympa wereng. 5 Jangkrik Sawah Serangga dewasa dan nympa berwarna coklat, jangkrik dewasa akan kehilangan sayap belakang setelah menetap di lingkungan persawahan. Telur penggerek batang, larva penggulung daun, larva grayak, nympa wereng.
  • 14. 6 6 Capung Sawah Capung dewasa memiliki banyak warna,abdomen yang ramping menyerupai jarum, serta memiliki sayap yang sempit, tipis dan transparan Nympa wereng, penggulung daun, dan penggerek batang. 7 Laba-laba Laba-laba dewasa umumnya berwarna coklat, ukuran bervariasi tergantung jenisnya. Ada yang membentuk jarring untuk menangkap mangsanya, ada yang tidak. Serangga kecil, ngengat dan wereng. C. Tanaman Refugia Tanaman refugia adalah tanaman yang berpotensi sebagai tempat perlindungan dan sumber pakan bagi serangga musuh alami baik predator maupun parasitoid. Manipulasi habitat dapat dilakukan dengan menanam tumbuhan berbunga (insectary plant) yang
  • 15. 7 berfungsi sebagai sumber pakan, inang musuh alami, dan refuji bagi musuh alami. Tabel 4. Jenis Tanaman Refugia No Gambar Ciri-ciri 1 Bunga Pacar Air (Impatiens balsamina L) Akar serabut, batang basah, daunnya bergerigi, warna bunga menarik dan beragam, buahnya berbentuk lonjong, biji berbentuk bulat berwarna hitam 2 Bunga Kenikir (Cosmos caudatus) Tanaman kenikir berakar tunggang, batang atas berwana hijau pecabangan, daun berwarna hijau, berpasangan bersilang berhadapan, berbagi menyirip, ujung runcing, tepi rata. 3 Bunga Matahari (Helianthus annus) Batang tunggal tidak bercabang, daun hijau tua lebar dan besar, kelopak bunga majemuk berlapis berwarna kuning, biji yang sangat banyak dalam bunga.
  • 16. 8 4 Elegans Zinnia daunnya berwarna hijau, letaknya berhadapan. Helaian daun bentuknya memanjang, Bentuk bunganya seperti bunga Aster, dengan warna yang beraneka ragam 5 Bunga Marigold Bunga berwarna kuning atau orange bentuk membulat, mempunyai beberapa kelopak yang saling bertumpukan, Daun- daun serta batangnya tumbuh membentuk seperti semak. 6 Bunga Geranium akar serabut, batang berbentuk bulat, daun tunggal bentuk elips ujung runcing tidak tajam, bunga memiliki 5 helai mahkota berbentuk seperti terompet, warna pink dan putih.
  • 17. 9 BAB III PENGENDALIAN HAMA TERPADU Pengendalian hama terpadu merupakan suatu cara pendekatan atau cara berpikir tentang pengendalian OPT yang didasarkan pada pertimbangan ekologi dan ekonomi melalui pengelolaan agrosistem yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. A. Budidaya Tanaman Sehat Mengelola lingkungan tanaman sedemikian rupa sehingga menjadi kurang cocok bagi kehidupan dan perkembangan hama serta dapat mengurangi laju peningkatan populasi hama dan kerusakan tanaman. Selain itu diupayakan untuk dapat mendorong berfungsinya musuh alami sebagai pengendali hama yang efektif. Strategi membudidayakan tanaman dengan memadukan semua teknologi budidaya berbasis ramah lingkungan sehingga dihasilkan tanaman yang sehat, diantaranya penggunaan varietas tahan dan tanam serentak.
  • 18. 10 B. Persiapan Lahan 1. Pembersihan/sanitasi Lahan Melakukan sanitasi lahan agar lahan bersih dari segala macam sumber pengganggu pertumbuhan yang meliputi gulma, akar-akar tanaman dan bahan-bahan kontaminan lain. Tujuan sanitasi lahan untuk memudahkan perakaran tanaman berkembang dan menghilangkan tumbuhan inang bagi hama dan penyakit serta memberantas atau mengendalikan kontaminan hama penyakit dalam tanah. 2. Pengolahan Tanah Melakukan pembajakan bermanfaat untuk pemberantasan gulma, yaitu biji gulma akan terendam, menambah unsur hara organik, karena rumput yang terbenam dan tercampur dengan tanah akan menjadi pupuk hijau, dan mengurangi pertumbuhan hama penyakit.
  • 19. 11 C. Penerapan Jajar Legowo Gambar 1 . Sistem tanam jajar legowo 2 : 1 dan 4 : 1 Dengan adanya barisan kosong pada lahan pertanaman, lingkungan akan lebih terbuka sehingga beberapa hama terutama tikus tidak menyukai tempat tersebut. Sistem jajar legowo juga dapat mengurangi kelembaban sehingga perkembangan penyakit bisa ditekan. D. Pemupukan Berimbang Pemupukan disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dan tingkat kesuburan tanah setempat agar efektivitas dan efisiensi penggunaan pupuk dan produksi dapat ditingkatkan tanpa merusak lingkungan. Apabila semua kebutuhan zat hara cukup, tanaman dapat mencapai hasil dan kualitas yang tinggi dan pertumbuhan tanaman sehat. Tanaman sehat mempunyai ketahanan ekologis yang tinggi terhadap gangguan Organisme Pengganggu Tanaman.
  • 20. 12 E. Pengaturan Tata Air Melakukan pengelolaan tata air sawah dapat membantu memudahkan pengendalian hama keong mas, mengurangi penyebaran hama wereng coklat dan penggerek batang, serta mengurangi kerusakan tanaman padi karena hama tikus. F. Pengamatan dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman Perkembangan populasi hama penyakit tanaman padi dan musuh alaminya serta kondisi tanaman dapat diketahui dengan melakukan pengamatan secara rutin. Informasi yang diperoleh dari hasil pengamatan dapat digunakan sebagai dasar tindakan pengendalian yang akan dilakukan. 1. Penggerek Batang (Scirpophaga incertulas, Scirpophaga innotata) Gambar 2. Stadia Scirpophaga incertulas
  • 21. 13 Kelompok telur ditutupi rambut halus berwarna coklat kekuningan. Larva berwarna putih kekuningan sampai kehijauan, dengan panjang maksimum 25 mm. Pupa berwarna kekuning- kuningan atau agak putih, dengan kokon berupa selaput benang berwarna putih, berada di dalam pangkal batang. Imago ditandakan dengan sayap ngengat yang berwarna kuning dengan titik hitam pada sayap depan. Gambar 3. Stadia Scirpophaga innotata Telur diletakkan berkelompok pada permukaan atas daun atau pelepah. Bentuk kelompok telur sama dengan kelompok telur penggerek batang padi kuning. Kelompok telur di tutupi rambut halus berwarna coklat kekuning-kuningan Bentuk larva mirip larva penggerek batang padi kuning berwarna putih kekuningan, larva yang berdiapause akan menjadi pupa. Sayap ngengat berwarna putih dengan ukuran betina 13 mm dan jantan 11 mm.
  • 22. 14 Gambar 4. Gejala Sundep Gejala serangan larva penggerek batang pada fase vegetatif yaitu pucuk batang padi menjadi kering kekuningan serta mudah dicabut, biasa disebut sundep (gambar 4). Gambar 5. Gejala Beluk Gejala serangan yang ditimbulkan larva penggerek batang pada fase generatif menyebabkan bulir padi menjadi hampa akibat proses pengisian
  • 23. 15 bijinya tidak berjalan sempurna karena kerusakan pada pembuluh batang padi dan apabila malai dicabut terdapat ulat pada pangkal batang, biasa disebut beluk (gambar 5). Pengendalian hama penggerek batang dapat dilakukan dengan cara : a. Pengaturan Pola Tanam - Penanaman serentak - Pergiliran tanaman - Pengelompokan persemaian - Pengaturan waktu tanam b. Pengendalian Fisik dan Mekanik - Penyabitan tanaman rata permukaan tanah saat panen diikuti penggenangan air ± 10 cm - Pengumpulan kelompok telur penggerek c. Pengendalian Hayati - Pemanfaatan musuh alami yaitu kumbang karabid, kepik - Pengembangan parasitoid Trichogramma sp. Pada telur Corcyra sp. - Konservasi musuh alami d. Pengendalian Kimia
  • 24. 16 - Aplikasi insektisida sebagai alternatif apabila ditemukan kelompok telur rata-rata ≥ 1 kelompok telur atau intensitas serangan rata- rata ≥ 5% - Aplikasi insektisida tidak perlu dilakukan apabila tingkat parasitasi kelompok telur ≥ 50% - Dosis insektisida butiran 5 kg/500 m2 di persemaian 2. Tikus sawah (Rattus argentiventer Rob & Kloss) Gambar 6. Tikus sawah Tikus termasuk golongan binatang mengerat atau Rodensia yang aktif pada malam hari (nocturnal). Tikus Sawah (Rattus argentiventer) merupakan hama utama padi mempunyai potensi
  • 25. 17 perkembangbiakan cepat sehingga populasinya kan berkembang dengan cepat pula. Pada tanaman padi hama tikus merupakan hama yang cukup sulit dikendalikan karena kemampuan adaptasi, mobilitas, dan kemampuan berkembangbiak, serta daya rusaknya yang tinggi (Priyambodo, 1995). Kehilangan hasil tanaman oleh tikus sangat besar sehingga memerlukan pengendalian yang serius dan konseptual. Gambar 7. Gejala serangan tikus di persemaian Pada stadia persemaian , tikus mencabut benih yang sudah mulai tumbuh (bibit) untuk memakan bagian biji yang masih tersisa (endosperm).
  • 26. 18 Gambar 8. Gejala serangan tikus fase vegetatif Pada stadia vegetatif, tikus memotong bagian pangkal batang untuk memakan bagian batangnya. Gambar 9. Gejala serangan tikus fase generatif pada stadia generatif, tikus memotong pangkal batang untuk memakan bagian malai atau bulirnya. Pengendalian tikus dapat dilakukan dengan cara : a. Tanam serentak b. Minimalisasi ukuran pematang dan tanggul c. Sanitasi lingkungan
  • 27. 19 d. Pemanfaatan tanaman perangkap e. Pemanfaatan musuh alami yaitu kucing, anjing, ular sawah, burung hantu f. Pengendalian fisik dan mekanik - Penggenangan lahan - Gropyokan - Pemasangan bubu perangkap - Pemanfaatan jarring - Fumigasi atau pengomposan beracun dan pengumpanan beracun 3. Hama Putih Palsu (Cnaphalocrocis medinalis) Gambar 10. Hama Putih Palsu Ngengat berwarna kuning coklat yang memiliki tiga buah pita hitam dengan garis lengkap atau terputus pada bagian sayap depan. Pada saat beristirahat, ngengat berbentuk segi tiga (gambar 7). Larva berwarna hijau muda dan kepala berwarna
  • 28. 20 coklat, , panjang 20-24 mm lebar 2,0 mm (gambar 7), instar 2 mampu melipat daun sedangkan instar 6 akan tetap berada dalam lipatan daun hingga menjadi pupa, daur hidup 33-34 hari. Serangan hama putih palsu terjadi pada saat tanaman masih dalam fase vegetatif dan saat tanaman sudah mulai keluar malai. Ledakan populasi dapat terjadi pada musim tanam setelah melewati musim kemarau yang panjang Gambar 11. Gejala Serangan Hama Putih Palsu Kerusakan akan terjadi yang ditandai dengan adanya warna putih pada daun di pertanaman. Larva memakan jaringan hijau daun dari dalam lipatan daun meninggalkan permukaan bawah daun yang berwarna putih.
  • 29. 21 Pengendalian hama putih palsu atau hama pelipat daun dapat dilakukan dengan cara : a. Pengaturan air irigasi (pengeringan sawah 5-7 hari) b. Penggunaan insektisida (apabila ditemukan intensitas serangan rata-rata ≥25 %) 4. Walang sangit (Leptocorisa oratorius) Gambar 12. Stadia walang sangit Walang sangit dewasa meletakkan telurnya pada bagian atas daun tanaman. Telur berbentuk oval dan pipih berwarna coklat kehitaman, diletakan satu persatu dalam 1-2 baris sebanyak 12-16 butir. Lama stadia telur walang sangit adalah 7 hari. Telur yang telah menetas dan menjadi nimfa akan bergerak ke malai untuk mencari bulir padi yang
  • 30. 22 sedang stadia masak susu. Sedangkan bulir padi yang sudah keras tidak disukai. Nimfa walang sangit berwarna hijau dan lama- kelamaan berangsur-angsur berubah warna menjadi coklat. Nimfa ini akan mengalami ganti kulit hingga 5 kali. Serangga dewasa pada pagi hari aktif terbang dari rumpun ke rumpun sedangkan penerbangan yang jauh terjadi pada sore atau malam hari. Gambar 13. Gejala serangan walang sangit Gejala serangan pada fase pemasakan dengan cara hama menghisap cairan bulir padi yang sedang mengisi sehingga menyebabkan bulir padi menjadi hampa atau pengisiannya tidak sempurna. Pengendalian hama walang sangit dapat dilakukan dengan cara : a. Tanam serentak
  • 31. 23 b. Sanitasi lingkungan c. Pengumpulan serangga dengan pemasangan perangkap d. Penggunaan insektisida (apabila ditemukan walang sangit rata-rata ≥10 ekor/rumpun pada stadia setelah berbunga ) 5. Siput Murbei (Pomacea canaliculata Lamarck) Gambar 14. Siput Murbei Telur diletakkan secara berkelompok pada pangkal batang padi, berwarna merah jambu menyerupai buah murbei. Imago mempunyai cangkang berwarna kuning keemasan, siput jantan lebih kecil dibandingkan siput betina. Perbedaan khas siput jantan dan betina adalah garis melingkar pada tutup cangkang, siput jantan menonjol kearah luar sedangkan betina melekuk kearah dalam.
  • 32. 24 Gambar 15. Gejala serangan siput murbei Gejala pertanaman padi yang terserang hama ini ditandai dengan rumpun yang hilang serta adanya potongan daun yang mengambang dipermukaan air. Tanaman padi yang terserang bisa habis dari pucuk daun hingga ke batang padi muda. Akibatnya tanaman menjadi merana bahkan mengalami gagal panen Pengendalian siput murbei dapat dilakukan dengan cara : a. Pengendalian mekanis dengan pembuatan parit disekeliling lahan dan memasang ajir untuk mengumpulkan kelompok telur b. Pemanfaatan musuh alami yaitu bebek, ikan mas dan mujair c. Pengumpulan siput dewasa d. Pemasangan perangkap umpan batang pepaya
  • 33. 25 6. Orong-orong sawah atau Anjing tanah (Gryllotalpa Africana) Gambar 16. Gryllotalpa Africana Telur anjing tanah atau orong-orong diletakkan dalam lubang tanah yang dalam secara berkelompok, terdiri dari 30-50 butir telur/kelompok telur. Imago memiliki tungkai depan lebih besar, berguna untuk menggali dan luas toraks pertama juga lebih besar, untuk membantu mendorong tanah yang digali. Penyebaran dengan penerbangan, serangga ini dapat terbang kuat meskipun bersayap pendek. Serangga jantan dapat mengeluarkan bunyi. Orong-orong bersifat kanibal, hidup di pematang dan sawah yang tidak tergenang air, aktif pada malam hari dan tertarik pada cahaya lampu, beristirahat pada siang hari, menyerang tanaman yang berakar serabut.
  • 34. 26 Gambar 17. Gejala serangan orong-orong Gejala serangan hama ini yaitu pangkal batang tanaman akan terliat bekas potongan. Selain itu, akar muda tanaman juga rusak akibat serangan hama ini. Selanjutnya, tanaman padi yang terserang hama ini akan mati dengan gejala yang sangat terlihat yaitu terdapat spot-spot kosong di sawah. Pengendalian hama orong-orong atau anjing tanah dapat dilakukan dengan cara : a. pengolahan tanah secara baik b. penggenangan sawah c. Pemasangan perangkap umpan batang pepaya d. penggunaan insektisida sesuai rekomendasi petugas POPT.
  • 35. 27 7. Lalat Daun (Atherigona exigua, A. oryzae) Gambar 18. Lalat daun padi Lalat bibit meletakkan telur pada pelepah daun padi, telur A. oryzae bentuknya memanjang, berwarna putih, berukuran panjang 1,5 mm diletakkan di dekat tulang daun padi secara satu- persatu atau dalam kelompok-kelompok kecil. Larva berwarna kuning kehijau-hijauan tembus cahaya berkembang menjadi warna putih krem dan akan berubah menjadi kuning hingga kuning gelap. Pupa berwarna kuning kecoklatan terletak di dalam tanah. Imago A. oryzae berwarna kelabu kekuningan, berukuran panjang sekitar 3-3,5 mm memiliki bentuk kepala yang kaku dengan sepasang antena. Pada bagian dorsal tubuhnya terdapat 2-3
  • 36. 28 pasang bercak warna hitam yang letaknya terdapat di bagian abdomen yang berwarna kuning Gambar 19. Gejala serangan lalat daun Gejala kerusakan berupa bercak-bercak kuning yang dapat dilihat di sepanjang tepi daun yang baru muncul dan daun yang terserang mengalami perubahan bentuk. Larva mmenyerang pada bagian antara helai daun dan pangkal tempat menempelnya daun. Larva juga menyerang titik tumbuh dengan suplai makanan tinggi. Akibat serangan larva tanaman padi menjadi seperti tanaman bawang. Pengendalian hama lalat daun dapat dilakukan dengan cara : a. Pengaturan waktu tanam yaitu beberapa minggu setelah turun hujan pertama pada awal musim hujan b. Sanitasi lingkungan
  • 37. 29 c. Penggunaan insektisida dengan perlakuan benih 8. Wereng (Nilaparvata lugens, Nephotettix virescen) Gambar 20. Wereng coklat (Nilaparvata lugens) Telur wereng berwarna putih berbentuk seperti pisang diletakkan secara berkelompok, nimfa muda umumnya berwarna putih semakin tua semakin coklat, wereng muda berwarna coklat muda atau coklat tua. Gambar 21. Gejala serangan wereng batang coklat
  • 38. 30 Akibat serangan wereng batang coklat yaitu daun dan batang tanaman menjadi berwarna kuning, kemudian berwarna coklat, dan akhirnya seluruh tanaman seperti disiram air panas (hopperburn). Wereng batang coklat juga dapat menularkan penyakit virus kerdil hampa dan kerdil rumput. Tanaman yang terkena virus kerdil hampa menjadi kerdil, bagian daun seperti terpuntir, pendek, kaku dan berlekuk-lekuk, anakan bercabang dan malai hampa. Tanaman yang terkena virus kerdil rumput menjadi kerdil, beranakan banyak, daun menjadi pendek dan tidak keluar malai Gambar 22. Wereng hijau (Nephotettix virescen)
  • 39. 31 Telur wereng panjang lonjong diletakkan dalam jaringan pelepah daun dan tersusun berderet seperti sisiran pisang. Serangga dewasa berwarna hijau berukuran 4-6 mm sayap bagian ujung berwarna hitam, bersama nimfa menghisap cairan daun, aktif pada malam hari dan tertarik cahaya. Gambar 23. Gejala serangan wereng hijau Gejala serangan yaitu pertumbuhan tanaman terhambat. Wereng hijau juga dapat menularkan (31ystem) penyakit virus tungro, gejala serangan awal di lahan biasanya khas dan menyebar secara acak.Daun padi yang terserang virus tungro mula- mula berwarna kuning orange dimulai dari ujung- ujung. Kemudian lama-kelamaan berkembang ke bagian bawah dan tampak bintik-bintik karat berwarna hitam. Bila keadaan ini dibiarkan jumlah
  • 40. 32 anakan padi akan mengalami pengurangan, tanaman menjadi kerdil, malai yang terbentuk lebih pendek dari malai normal selain itu banyak malai yang tidak berisi (hampa) sehingga tidak bisa menghasilkan. Pengendalian hama wereng dapat dilakukan dengan cara : a. Pengaturan pola tanam - Tanam serentak - Pergiliran tanaman - Pergiliran varietas b. Penggunaan varietas tahan c. Sanitasi lingkungan d. Pengendalian hayati - Pemanfaatan cendawan patogen serangga yaitu Beauveria bassiana, Metarrizhium anisopliae, M. flavoviridae dan Hirsutella citriformis - Konservasi musuh alami e. Eradikasi (apabila ditemukan serangan kerdil rumput dan virus tungro) f. Penggunaan insektisida (apabila ditemukan wereng coklat 10 ekor/rumpun dan sesuai rekomendasi petugas POPT)
  • 41. 33 9. Burung pipit (Lonchura striata) Gambar 24. Burung pipit Burung pipit adalah jenis hama dari kelas aves pemakan biji-bijian yang menyerang malai pada tanaman padi untuk memakan biji atau bulir padi. Burung pipit dewasa siap kawin setelah berumur 7 bulan, dan mampu bertelur sebanyak 4-8 butir. Biasanya burung pipit menaruh telurnya didalam sarang yang diletakan di atas pohon, umumnya terbuat dari rumput-rumput kering, jerami dan sabut dari kelapa dengan sarang berbentuk bulat.
  • 42. 34 Gambar 25. Gejala serangan burung pipit Gejala serangan yang ditimbulkannya :burung memakan biji-biji padi, hingga dalam waktu yang singkat biji padi akan habis atau serangan mengakibatkan biji hampa, dan biji banyak yang hilang. Selain itu, tangkai buah padi mengalami kerusakan, tangkai patah, dan sisa biji berjatuhan. Sepintas pertanaman padi yang terkena serangan hama burung hanya menyisakan batang- batang tanaman padi yang mongering. Pengendalian hama burung dapat dilakukan dengan cara : a. Tanam serentak b. Pemasangan alat pengusir burung tradisional pada pertanaman padi c. Pemasangan jaring d. Pemasangan perangkap jebakan pipit dari bambu
  • 43. 35 10. Ulat grayak (Mythimna separate, Spodoptera mauritia, Eucania unipuncta) A B C Gambar 26. Ulat grayak Hama ini menyerang tanaman padi pada semua stadia, ditemukan beberapa jenis di pertanaman padi di Kecamatan Sungai Kunyit, diantaranya Mythimna separate (Gambar 26 A), Spodoptera mauritia (Gambar 26 B), Eucania unipuncta (Gambar 26 C). Ulat grayak menyerang tanaman padi pada malam hari dan siang harinya bersembunyi pada pangkal tanaman, dalam tanah atau di tempat-tempat yang tersembunyi
  • 44. 36 Gambar 27. Gejala serangan ulat grayak Pada tanaman yang telah membentuk malai, ulat grayak kadang-kadang memotong tangkai malai, bahkan juga menyerang padi yang sudah mulai menguning, batang padi yang mulai menguning itu membusuk dan mati yang akhirnya menyebabkan kegagalan panen. Ulat yang kecil memakan daun-daun padi yang berumur muda, dengan menggigit permukaan daun, setelah ulat-ulat tumbuh besar, maka mereka menjadi sangat rakus dan menghancurkan seluruh tanaman dalam waktu yang relative singkat, sebelum berpindah ke daerah lain. Pengendalian hama ulat grayak dapat dilakukan dengan cara :
  • 45. 37 a. Pemilihan lokasi persemaian yang jauh dari areal rerumputan b. Sanitasi lingkungan c. Penggenangan lahan d. Penggunaan insektisida (apabila ditemukan ulat grayak rata-rata ≥2 ekor/m2 11.Blas (Pyricularia oryzae) Gambar 28. Pyricularia oryzae Penyakit Blas disebabkan oleh cendawan Pyricularia oryzae atau Pyricularia grisae. Secara morfologi cendawan Pyricularia oryzae mempunyai konidia berbentuk bulat, lonjong, tembus cahaya dan bersekat dua. Satu daur penyakit dimulai ketika spora cendawan menginfeksi dan menghasilkan suatu bercak pada daun padi dan berakhir ketika cendawan bersporulasi dan menyebarkan spora baru melalui udara.
  • 46. 38 Gambar 29. Gejala penyakit Blas Jamur ini menyerang tanaman padi pada masa vegetatif menimbulkan gejala blas daun (leaf blast) dengan ditandai adanya bintik-bintik kecil pada daun berwarna ungu kekuningan. Semakin lama bercak menjadi besar, berbentuk seperti belah ketupat dengan bagian tengahnya berupa titik berwarna putih atau kelabu dengan bagian tepi kecoklatan. Serangan pada fase generatif menyebabkan pangkal malai membusuk, berwarna kehitaman dan mudah patah (busuk leher). Penyakit Blas pada tanaman padi dapat dikendalikan dengan cara : a. Penanaman varietas tahan b. Pembenaman jerami sakit sebagai kompos c. Pemakaian pupuk nitrogen secara optimal d. Penggunaan benih sehat dan bermutu e. Perlakuan benih dengan fungisida
  • 47. 39 f. Pergiliran tanaman 12. Bercak Coklat (Helminthosporium oryzae) Gambar 30. Helminthosporium oryzae Cendawan Helminthosporium oryzae memiliki konidia (spora aseksual) melengkung, pada bagian tengahnya agak melebar, mempunyai sekat 6-14, berhilum, dan berwarna kecoklatan. Konidia ini di bentuk pada tangkai sederhana yang tumbuh pada bercak. Konidia ini dapat di sebarkan oleh udara dan dapat terbawa benih. Gambar 31. Gejala penyakit Bercak coklat Gejala pada fase semai, daun, dan bulir padi, fase terentan adalah saat pembentukan bunga dan buah. Bibit yang terinfeksi mempunyai gejala busuk pada koleoptil, batang, dan akar, akan menyebabkan
  • 48. 40 kematian. Bercak daun memanjang (oval), bagian tengah berwarna kuning pucat dan kelabu, terkadang dikelilingi halo; serangan berat akan menyebabkan daun menjadi kering, batang dan tangkai bulir terinfeksi patah sehingga biji keriput, tanaman tidak membentuk malai/ malai tidak keluar dari upih. Penyakit Bercak coklat dapat dilakukan dengan cara : a. Penanaman varietas tahan b. Penggunaan benih sehat dan bermutu c. Pengaturan tata air sawah d. Pemupukan berimbang e. Sanitasi tanaman terserang f. Penggunaan fungisida 13. Bakteri Hawar Daun (Xanthomonas oryzae) Gambar 32. Xanthomonas oryzae
  • 49. 41 Bakteri penyebab Hawar Daun Bakteri termasuk bakteri gram negative, berbentuk batang tungga dan jarang berpasangan, berukuran 0,45- 0,75 x 0,65-2,1 mikron, bergerak dengan flagel perkembangbiakan sangat cepat, kelompok bakteri berupa butiran berwarna kuning keemasan dapat dengan mudah ditemukan pada daun-daun yang menunjukkan gejala hawar. Sumber penularan yaitu biji, bibit, jerami, ratun, dan gulma inang. Gambar 33. Gejala penyakit Hawar bakteri Gejala terjadi pada tanaman yang berumur < 30 hari (pada saat persemaian atau tanaman baru dipindah). Daun-daun berwarna hijau kelabu, melipat dan menggulung. Dalam keadaan parah seluruh daun menggulung, layu, dan mati. Gejala mirip tanaman yang terserang penggerek batang.
  • 50. 42 Gejala terjadi pada tanaman yang telah mencapai fase tumbuh anakan sampai fase pemasakan. Tanaman mula-mula timbul bercak abu-abu kekuningan umumnya pada tepi daun, gejala akan meluas, membentuk hawar dan akhirnya daun kering. Dengan bantuan udara, gesekan antar daun, dan percikan air hujan massa bakteri ini berfungsi sebagai alat penyebar penyakit Hawar Daun Bakteri. Pengendalian penyakit Bakteri hawar daun dapat dilakukan dengan cara : a. Penanaman varietas tahan b. Persemaian dilahan yang drainasenya baik c. Pemakaian pupuk nitrogen tidak terlalu tinggi d. Penggunaan bakterisida G. Panen dan Pasca Panen Pemanenan padi harus dilakukan pada umur panen yang tepat, menggunakan alat dan mesin panen yang memenuhi persyaratan teknis, kesehatan, ekonomi dan agronomis, serta menerapkan panen dan pasca panen secara tepat. Kesalahan penanganan pasca panen dapat menurunkan mutu gabah diantaranya terjadinya respirasi, tumbuhnya jamur, serangan serangga dan binatang pengerat serta kutu beras.
  • 51. 43 BAB IV PENUTUP Pengendalian hama terpadu merupakan suatu cara pendekatan atau cara berpikir tentang pengendalian OPT yang didasarkan pada pertimbangan ekologi dan ekonomi melalui pengelolaan agrosistem yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan, yang meliputi budidaya tanaman sehat, persiapan lahan, penerapan jajar legowo, pemupukan berimbang, pengaturan tata air, pengamatan dan pengendalian OPT serta penanganan panen dan pasca panen secara tepat. Perkembangan populasi hama penyakit tanaman padi dan musuh alaminya serta kondisi tanaman dapat diketahui dengan melakukan pengamatan secara rutin. Informasi yang diperoleh dari hasil pengamatan dapat digunakan sebagai dasar tindakan pengendalian yang akan dilakukan. Upaya pengendalian OPT tanaman padi di Kecamatan Sungai Kunyit dengan mengelola agroekosistem setempat dapat disesuaikan dengan jenis hama penyakit meliputi pengendalian fisik, mekanik, hayati, kultur teknis, konservasi musuh alami, pengembangan refugia dan kimia sesuai anjuran.
  • 52. 44 DAFTAR PUSTAKA Wasiati, Ati. 2007. Rekomendasi Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Padi. Jakarta : Direktorat Perlindungan Tanaman. Rawi, H.M., dan Diky Dwi Cahyono. 2018. Predator Organisme Pengganggu Tumbuhan. Pontianak : UPT PTPH Kalimantan Barat.
  • 53. Lampiran 1. Identifikasi hama penyakit padi di Kec. Sungai Kunyit Identifikasi Musuh Alami OPT padi di Kec. Sungai Kunyit Upaya Pengembangan Tanaman Refugia
  • 54. Lampiran 2. Koordinasi dengan Kepala Seksi Pengembangan SDM dan Kelembagaan Petani dan Nelayan Kabupaten Mempawah Koordinasi dengan POPT Kecamatan Sungai Kunyit Koordinasi dengan Kepala BPP Kecamatan Sungai Kunyit