Dampak SL-PTT Padi Sawah Terhadap Produksi dan Difusi InovasiAjat Learner
penelitian ini dilakukan di Kabupaten lebak, menjelaskan tentang dampak kegiatan penyuluhan melalui sl-ptt terhadap produksi padi dan peningkatan difusi inovasi oleh petani
Mata kuliah Ekonomi Sumber Daya Pertanian merupakan salah satu mata kuliah wajib yang berada di semester 4. Pada praktikum ini kami mengunjungi 2 Perusahaan Perkebunan yang berada di Batang, Jawa Tengah. Perusahaan Perkebunan tersebut memliki komoditas kakao dan teh
Lokasi Pembangunan Kawasan Agropolitan Panggungharjo ini berada diatas tanah Kas Desa Panggungharjo yang berada diwilayah pedukuhan Sawit dan Kweni dengan luas sekitar 10 Ha. Kawasan Agropolitan Panggungharjo merupakan Kawasan Terpadu yang meliputi : Wisata, Bisnis, Budidaya, Tempat Pendidikan-Pelatihan-Penelitian (teknik dan manajemen). Posisi Geografis Desa Panggungharjo yang berbatasan langsung dengan Kota Yogyakarta yang merupakan ‘pintu gerbang utama’ memasuki Kabupaten Bantul, merupakan kawasan strategis untuk pengembangan kegiatan ekonomi-bisnis berbasis perdesaan.
Posisi Desa Panggungharjo sebagai Juara Lomba Desa Nasional 2014, yang merupakan salah satu tujuan utama kegiatan study banding dan tempat pembelajaran dari Desa-Desa diseluruh indonesia. Dari sisi sumberdaya manusia di Desa Panggungharjo mencapai Indeks Pendidikan 69,55 ditahun 2013, berada jauh diatas indeks pendidikan nasional yang pada tahun 2012 yang hanya sebesar 62,90. Hal ini merupakan bukti kekuatan dan kemampuan warga Panggungharjo dalam mengelola dan mengembangkan aset Kawasan Agropolitan ini.
More Related Content
Similar to MANAJEMEN TANAMAN SEHAT DINAS PERTANIAN DAN KP 2023 st.pptx
Dampak SL-PTT Padi Sawah Terhadap Produksi dan Difusi InovasiAjat Learner
penelitian ini dilakukan di Kabupaten lebak, menjelaskan tentang dampak kegiatan penyuluhan melalui sl-ptt terhadap produksi padi dan peningkatan difusi inovasi oleh petani
Mata kuliah Ekonomi Sumber Daya Pertanian merupakan salah satu mata kuliah wajib yang berada di semester 4. Pada praktikum ini kami mengunjungi 2 Perusahaan Perkebunan yang berada di Batang, Jawa Tengah. Perusahaan Perkebunan tersebut memliki komoditas kakao dan teh
Lokasi Pembangunan Kawasan Agropolitan Panggungharjo ini berada diatas tanah Kas Desa Panggungharjo yang berada diwilayah pedukuhan Sawit dan Kweni dengan luas sekitar 10 Ha. Kawasan Agropolitan Panggungharjo merupakan Kawasan Terpadu yang meliputi : Wisata, Bisnis, Budidaya, Tempat Pendidikan-Pelatihan-Penelitian (teknik dan manajemen). Posisi Geografis Desa Panggungharjo yang berbatasan langsung dengan Kota Yogyakarta yang merupakan ‘pintu gerbang utama’ memasuki Kabupaten Bantul, merupakan kawasan strategis untuk pengembangan kegiatan ekonomi-bisnis berbasis perdesaan.
Posisi Desa Panggungharjo sebagai Juara Lomba Desa Nasional 2014, yang merupakan salah satu tujuan utama kegiatan study banding dan tempat pembelajaran dari Desa-Desa diseluruh indonesia. Dari sisi sumberdaya manusia di Desa Panggungharjo mencapai Indeks Pendidikan 69,55 ditahun 2013, berada jauh diatas indeks pendidikan nasional yang pada tahun 2012 yang hanya sebesar 62,90. Hal ini merupakan bukti kekuatan dan kemampuan warga Panggungharjo dalam mengelola dan mengembangkan aset Kawasan Agropolitan ini.
Similar to MANAJEMEN TANAMAN SEHAT DINAS PERTANIAN DAN KP 2023 st.pptx (20)
2. 05
03
01
02
04
Pertambahan Jumlah
Penduduk dan Perubahan
Perilaku Konsumen.
Variabilitas dan
Perubahan Iklim
Penggunaan Pupuk
Anorganik dan
Pestisida kimia
sintetik Cenderung
Meningkat.
Alih Fungsi Lahan / Konversi
Lahan (Penciutan Lahan
Pertanian)
Stagnasi
Teknologi
produksi dan
teknologi
informasi yang
dinamis
06
UU No. 22 Tahun 2019
tentang Sistem Budidaya
Pertanian Berkelanjutan
Degradasi,
Penurunan
Produktivitas Lahan
Pertanian, dan
Kelangkaan /
Keterbatasan
Sumberdaya Lahan
Potensial / Subur
.
LATAR BELAKANG
3. MTS adalah model penerapan PHT
Lahir di Jawa Timur
Hasil kristalisasi pengalaman panjang penerapan PHT,
yang diinisiasi oleh para PL 1 Jawa Timur di bawah
koordinasi UPT Proteksi Tanaman Pangan dan
Hortikultura Jawa Timur
MTS merupakan modifikasi dari model penerapan PHT
“merancang ulang agroekosistem” yang dikemukakan
oleh altieri dan nicholls pada tahun 2005
“Strategi Pengendalian
OPT di Jawa Timur dengan
Penerapan Manajemen
Tanaman Sehat (MTS)”
4. MTS adalah suatu strategi untuk dapat menciptakan ekosistem pertanian yang sehat dan tahan
terhadap resiko serangan OPT, dapat meningkatan produksi dan produktivitas pada taraf tinggi
stabil, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan serta menciptakan petani-petani yang handal
dalam menyelesaikan permasalahan di lahannya sendiri
DEFINISI MTS
Manajemen Tanaman Sehat (MTS) :
Pengelolaan agroekosistem dalam suatu kawasan/hamparan dengan pendekatan
yang terrencana, komprehensif, integral dan berkelanjutan yang meliputi semua
aspek baik ekologi, ekonomi dan sosial budaya
5. 5
PROGRAM
MTS
Terbentuknya kedaulatan Pangan di
tingkat Desa Pendapatan dan
kesejahteraan Petani Meningkat
• Agroekosistem / lingkungan
seimbang, stabil dan sehat melalui
Rekayasa SDA, Pengelolaan
Agroekosistem sesuai konsep PHT
• Tersedianya sarana budidaya yang
memadai sesuai kebutuhan lokal
secara mandiri
• Memberdayakan petani /
masyarakat dan lembaga terkait
melalui Pelatihan / SL, Klinik
Tanaman dan Manajemen Mutu
• Menjadikan desa sebagai pusat
informasi
REKAYASA
SUMBERDAYA ALAM,
SOSIAL
PENGELOLAAN
SARANA PRASARANA
BUDIDAYA & PASCA
PANEN OLEH PKPM
PELATIHAN/ SL,
KLINIK TANAMAN,
MANAJEMEN MUTU.
PENGELOLAAN AES
SESUAI KONSEP &
PRINSIP PHT
- Memberdayakan kelompoktani/
gapoktan alumni SL- PHT untuk
mengorganisir petani di
hamparan/ kawasan dalam
menerapkan konsep dan prinsip
PHT
- Membangun kelembagaan PHT
yang profesional dalam
mendukung kegiatan
- Menguatkan kelembagaan
Perlindungan Tanaman di tingkat
desa untuk mendukung posko
kedaulatan pangan mandiri
(PKPM)
- Meningkatkan produksi dan
pendapatan petani.
TUJUAN MTS
6. STIMULAN
KESWADAYAAN
PEMBERDAYAAN
SIFAT
PROGRAM
- Agens Hayati
- Bahan Pembuatan Pupuk
- Benih Refugia
- Banner dan baliho
- Bantrans Petugas dan Pengamat
- Konsumsi pertemuan
SIFAT PROGRAM KEGIATAN
SDA : pengelolaan komponen
agroekosistem.
SDM : petani, kelembagaan PHT, poktan,
gapoktan, perangkat desa & petugas.
7. Pengelolaan Agroekosistem / Rekayasa SDA
dengan Multi Strategi
1
Penelusuran histori budidaya oleh
petani
Analisis masalah dan alternatif
pemecahannya
Analisis ekonomi usahatani
Analisis peran (siapa berperan apa?)
Penyusunan rekomendasi
budidaya (SOP)
Penyusunan rencana kerja hamparan
Pupuk Organik
Pengembalian jerami sebagai bahan organik lokal
Pemanfaatan kompos dan bioaktivator lokal
“Untuk memperoleh produksi maksimal maka tanaman harus sehat, tanaman yang
sehat tumbuh pada tanah yang sehat, tanah yang sehat adalah tanah dengan
kandungan bahan organik yang cukup”
Pengolahan Tanah yang baik
Ada jeda waktu (dayung), dan pengolahan untuk memperbaiki tekstur, struktur dan
aerasi tanah
Benih Berkualitas
Penggunaan benih unggul bermutu
Pelestarian musuh alami dengan Refugia
Penamanan refugia untuk meningkatkan keanekaragaman musuh alami
Agens Hayati & Pestisida Nabati
Digunakan untuk menjaga kelestarian ekosistem pertanian dan lingkungan,
memperbaiki kualitas dan kesehatan hasil pertanian
Pemupukan proporsional
Dilakukan untuk menambah ketersediaan unsur hara sesuai dengan kebutuhan
tanaman
Pengelolaan air
Sesuai kebutuhan tanaman
Pengamatan dan Pengendalian OPT
Dilakukan dengan sistem PHT
KOMPONEN PENGELOLAAN AGROEKOSISTEM
8. 2 Peningkatan Kapasitas SDM
SDM menjadi bagian paling utama dalam
membangun sistem pertanian. Oleh karena
itu peningkatan kapasitas SDM untuk dapat
memahami sistem pertanian dengan
manajemen tanaman sehat mutlak
diperlukan.
Langkah tersebut dilakukan dengan
pendekatan :
Sekolah Lapangan dengan metode
pembelajaran orang dewasa melalui diskusi
partisipatoris dan kesepakatan bersama.
Restrukturisasi dan optimalisasi fungsi dan peran
kelembagaan pertanian di tingkat desa : Kelompok
Tani, Gapoktan dan HIPPA.
Kelompok tani yang fungsional akan
memberikan pelayanan kebutuhan anggota
utamanya dalam budidaya skala hamparan
Membangun kelembagaan pendukung :
- Petani Pengamat
- Regu Pengendali Hama (RPH)
- Pusat Pelayanan Agens Hayati (PPAH)
- Posko Kedaulatan Pangan Mandiri (PKPM)
9. 2 Desa Sebagai Pusat Aktivitas Kelompok Tani dan
Posko Kedaulatan Pangan Mandiri (PKPM)
Desa berperan
sebagai pusat data
dan pengelolaan
informasi dari hulu
sampai dengan hilir.
10. “
10
PERENCANAAN STRATEGIS MTS
N
o
Strategi Rencana Yang Terlibat Pelaksana Organisator/ PJ
1 Rekayasa SDA 1. Pemetaan & penataan potensi.
2. Pengembangan & penataan
keragaman hayati (AH, tan
refugia/ oksigenitas).
Lembaga desa, organisasi
kemsyr, Dinas/ ins lain yg
dilibatkan, Poktan/
Gapoktan, LPHP
Poktan/
Gapoktan,
pengairan,
LPHP
Ketua Poktan/
Gapoktan/ Desa/
PKPM.
2 Rekayasa
sosial
1. Identifikasi budaya pertanian.
2. Identifikasi hub antar petani/
Poktan/ masy.
Lembaga desa, organisasi
kemsyr, Dinas/ ins lain yg
dilibatkan, Poktan/
Gapoktan, LPHP
Poktan/
Gapoktan,
LPHP
Ketua Poktan/
Gapoktan/ Desa/
PKPM.
3 Pengelolaan
AES sesuai
konsep &
prinsip PHT
1. Pemetaan & penataan AES.
2. Karakteristik setiap komponen
AES.
3. Penelusuran budidaya.
Lembaga desa, Dinas/ ins
lain yg dilibatkan, Poktan/
Gapoktan, LPHP.
Poktan/
Gapoktan,
LPHP
Ketua Poktan/
Gapoktan/ Desa/
PKPM.
4 Pelatihan/
sekolah lap.
1. Learning by doing.
2. Proses belajar partisipatif
(CBLP/ POD)
Lembaga desa, Petugas
Pert, Poktan/ Gapoktan,
LPHP
Poktan/
Gapoktan &
LPHP
Ketua Poktan/
Gapoktan/ Desa/
PKPM.
11. “
11
No Strategi Rencana Yang Terlibat Pelaksana Organisator/ PJ
5 Klinik tanaman 1. Budidaya beraneka tan.
2. Pusat pengembangan tekn
inovatif local spesifik.
3. Pusat data/ informasi.
Lembaga desa, Dinas/ ins
lain yg dilibatkan, Poktan/
Gapoktan, LPHP
Poktan/
Gapoktan &
masy, LPHP
Desa/ PKPM.
6 Manajemen
mutu
1. Penyusunan SOP.
2. Penyusunan dokumen mutu.
Lembaga desa, Dinas/ ins
lain yg dilibatkan, Poktan/
Gapoktan & LPHP.
Poktan/
Gapoktan &
LPHP
Desa/ PKPM.
7 Pengelolaan
benih
1. Lokasi pembenihan.
2. Pengelolaan budidaya.
3. Prosesi & konsumen benih.
Lembaga desa, Dinas/ ins
lain yg dilibatkan, Poktan/
Gapoktan & LPHP.
Poktan/
Gapoktan &
LPHP
Desa/ PKPM.
8 Pengelolaan
pupuk (Organik
& anorganik)
1. Lokasi pengembangan.
2. Pengembangan & manajemen
3. Prosesi & konsumen
Lembaga desa, Dinas/ ins
lain yg dilibatkan, Poktan/
Gapoktan & LPHP.
Poktan/
Gapoktan &
LPHP
Desa/ PKPM.
Lanjutan …..
12. “
12
No Strategi Rencana Yang Terlibat Pelaksana Organisator/ PJ
9 Pengelolaan
bahan
pengendali OPT
1. Lokasi pengembangan AH,
pestnab, POC dll.
2. Pengembangan & manajemen
3. Prosesi & konsumen
Lembaga desa, Dinas/ ins
lain yg dilibatkan, Poktan/
Gapoktan & LPHP.
Poktan/
Gapoktan &
LPHP
Desa/ PKPM.
10 PKPM 1. Lokasi PKPM.
2. Penguatan organisasi.
3. Pengembangan manajemen
Lembaga desa,
organisasi
kemasyarakatan, Dinas/
ins lain yg dilibatkan,
Poktan/ Gapoktan &
LPHP.
Poktan/
Gapoktan,
masy & LPHP
Desa/ PKPM.
11 Pengelolaan
pasca panen
1. Lokasi proses pasca panen.
2. Pengembangan & penguatan
manajemen
Lembaga desa, Dinas/ ins
lain yg dilibatkan, Poktan/
Gapoktan.
Poktan/
Gapoktan .
PKPM.
12 Pengelolaan
pasar
1. Pengkajian pasar.
2. Penguatan/ pengemb.
manajemen
Lembaga desa, Dinas/ ins
lain yg dilibatkan, Poktan/
Gapoktan.
Poktan/
Gapoktan
PKPM.
Lanjutan …..
13. LOKASI KEGIATAN MTS
13
No Tahun Kabupaten Kecamatan Desa
1. 2017 Probolinggo Krejengan Sentong
Ngawi Kwadungan Tirak
Lamongan Laren Brangsi
Banyuwangi Gambiran Wringinrejo
2. 2018 Lamongan Sekaran Besur, Kebalan Kulon, Kendal
Bojonegoro Kapas Bangilan, Sukowati, Bakalan
3. 2019 Pasuruan Beji Glanggang, Beji, Cangkringmalang
4. 2020 Madiun Geger Klorogan, Sumberejo, Slambur
5 2021 Trenggalek Durenan Karanganom
6 2022 Jember Puger Wonosari
7 2023 Mojokerto Mojoanyar Ngarjo
14. BAGAN TAHAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN MTS
14
Petunjuk Teknis Manajemen Tanaman Sehat TA. 2022
U7
TERLIBAT : 40 ORG
PETANI PESERTA 30 ORG
PETEMUAN KOORDINASI/
PERSIAPAN
WAKTU MIN. 1 BLN SBL TANAM
MATERI : PROG, ANALISA
DUK & KELEMBG SERTA
PENETAPAN, RTL
TERLIBAT : 35 ORG
PETANI PESERTA 30 ORG
PETEMUAN PERENC. AES
WAKTU 2 KALI
PERTEMUAN
MIN. 1 BULAN SEBLM TANAM
MATERI : PEMETAAN AES &
ANALISA MASALAH SOLUSI,
PENELUSURAN BUDIDAYA, REK.,
RENC. KEBUT, ANALISA PERAN,
RENC. KERJA/ KEG
TERLIBAT : 35 ORG
PETANI PESERTA 30 ORG
PETEMUAN PKPM/
PERTAMA
MATERI : KELEMBG, AH,
PPK HAYATI, PESTNAB,
EVALUASI & RENC.
TERLIBAT : 35 ORG
PETANI PESERTA 30 ORANG
AKSI LAP/ PENGELOLAAN
AES
2 KALI PERTEMUAN/ AKSI
MATERI : PENGAMATAN
& PENGELOLAAN AES
PETEMUAN PKPM/
KEDUA
MATERI : KELEMBG, AH,
PPK HAYATI, PESTNAB,
EVALUASI & RENC.
TERLIBAT : 35 ORG
PETANI PESERTA 30 ORG
PETEMUAN
PENGEMBANGAN RTL
MATERI : HASIL KEG,
RESPONS & DUKUNGAN,
DEKLARASI PKPM, RTL
TERLIBAT : 35 ORG
PETANI PESERTA 30 ORG
TARGET : Tanaman sehat, OPT terkendali, produksi taraf tinggi, cemaran bahan pengendali
OPT rendah, lingkungan sehat, produk bersaing di pasaran.
SELAMA
1 MUSIM
TANAM
15. “
15
PENGORGANISIR KEGIATAN 1.Kepala Desa dan perangkat desa : fasilitasi administratif persuratan dengan
lembaga berkompeten lainnya baik di tingkat desa maupun kecamatan; ikut kerja
bersama dg poktan/ peserta dlm menggerakan petani di hamparan dan
masyarakat; fasilitasi sarana yg dibutuhkan berhub. dg keg MTS/ pendampingan.
2.Aparat tingkat kecamatan (MUSPIKA) utamanya Camat : merespons dan
mensosialisasikan keg. MTS dg instansi terkait baik tk. Kec. maupun kab, motivasi
dan ikut menggerakan petani dan masyarakat dalam kerja lap., pendampingan
secara proporsional bila diperlukan.
3.Koordinator POPT- PHP Kabupaten : ikut bertanggung jawab terhadap pelaks.
MTS, pendampingan keg, mengkoordinasikan keg dg Dinas Pertanian kab dan
Wilker/LPHP bersama Tripartit (POPT- PHP, PPL dan atau KCD) menggerakan
petani dalam pelaks. kerja lapangan.
4.Wilker / LPHP: bertanggung jawab baik teknis maupun administratif terhadap
pelaks MTS; pendampingan keg/ fasilitasi sarana budidaya ramah lingk. (agens
hayati, tan.refugia, pest. nabati dan pupuk hayati).
5.Petugas/ pemandu lapangan : memandu keg baik secara teknis maupun
administratif, bertanggungjawab terhadap keberhasilan baik teknis maupun
administratif, mengkoordinasikan setiap keg (baik sebelum dan sesudah kegiatan)
kepada aparat pemerintah (desa, kecamatan) dan instansi terkait, bersama poktan
dalam menggerakan petani untuk pengelolaaan agro-ekosistem dan atau
pengendalian OPT.
6.Kelompoktani dan petani peserta kegiatan : bertanggungjawab terhadap
keberhasilan keg baik teknis maupun administratif, mengkoordinasikan setiap
kegiatan (baik sebelum dan sesudah keg) kepada pemandu lapangan dan aparat
pemerintahan desa, bersama petani peserta menggerakan petani dalam
pengelolaaan agro-ekosistem dan atau pengendalian OPT di hamparan.
7.Petani pengamat : melaks. pengamatan agro-ekosistem di hamparan yang
sesuai dengan pembagian tugas; bersama petani pengamat yang lain dan petugas
melaksanakan analisa hasil pengamatan agro-ekosistem sampai dengan
pengambilan keputusan tindakan pengelolaan agro-ekosistem dan atau
pengendalian OPT; bersama pemandu lapangan/ petugas fasilitasi dan atau
memandu pada pertemuan evaluasi; bertanggung jawab terhadap keamanan
produksi dari gangguan OPT.
ANALISIS PERAN & DUKUNGAN KEGIATAN
16. “
16
Aspek teknis :
• Agroekosistem terkelola secara terencana dan sistimatis sesuai dengan kebutuhan lingkungan pertanian
sawah/ hamparan dan petani/ masyarakat.
• Meningkatnya kesuburan tanah dan biodiversitas di lahan/ hamparan.
• Penggunaan bahan kimia sintetis di lahan pertanian secara rasional yang berdasarkan hasil pengamatan
dan analisis agroekosistem.
• Agroekosistem seimbang dan terjaga, lingkungan sehat.
• Tanaman tumbuh sehat dan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) terkendali sampai dibawah aras
yang tidak merugikan secara ekonomis.
• Lahan / hamparan pertanian terkonstruksi indah dari perspektif estetika menjadi agro wisata desa.
Aspek sosial :
• Hubungan antar petani terkonstruksi baik dan nyaman menjadi petani di lahan/ hamparannya.
• Tumbuhkembangnya rasa kepedulian dan tanggung jawab petani/ masyarakat akan pentingnya
kesehatan petani/ masyarakat dan lingkungannya.
• Tumbuhkembangnya rasa keswadayaan dan kemandirian petani/ masyarakat dalam mengembangkan
usaha taninya/ pertaniannya menuju kedaulatan pangan desa
DAMPAK DAN MANFAAT MTS
17. “
17
Aspek ekonomi :
• Produktivitas dan produksi meningkat, kualitas terjaga (produk prima 1, 2 dan 3
tercapai) bahkan kemudian produk organik.
• Biaya proses produksi lebih efisien, efektif dan rendah dibanding budidaya secara
konvensional.
• Pendapatan petani meningkat baik dari aspek usahataninya sendiri maupun
secara terorganisir oleh pkpm (pengelolaan sarana budidaya dan agrowisatanya).
Aspek kelembagaan :
• Berfungsinya kelompoktani/ gabungan kelompoktani dan pkpm yang terencana/
terorganisir.
• Terpetakannya peran, fungsi dan program/ kegiatan kelembagaan- kelembagaan
di tingkat desa (poktan, gapoktan, hippa, pkpm dan kelembagaan lainnya).
• Tumbuhkembangnya kemitraan dengan lembaga lain yang berkompeten dalam
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
Lanjutan…